Data Loading...

239-470-1-SM Flipbook PDF

239-470-1-SM


207 Views
42 Downloads
FLIP PDF 64.07KB

DOWNLOAD FLIP

REPORT DMCA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN Oleh : Anita Rosalina* ABSTRAK Tujuan penulisan artikel ini adalah mengkaji peran kegiatan bermain dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional anak. Perkembangan bahasa dimulai sejak anak usia dini, dengan ucapan bubbling diawali pada bulan ke 8-10, sedangkan masa peka membaca menulis memuncak pada usia 4-6 tahun. Pada usia inilah diperlukan stimulasi yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Bermain dengan lingkungan yang dikondisikan merupakan metode yang paling tepat bagi anak usia dini dalam mengembangkan kemampuan berbahasanya. Kata Kunci : Kemampuan Bahasa, Anak Usia Dini, Bermain PENDAHULUAN Kemampuan bahasa

merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan

anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara yang lain mereka mungkin mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial. Melalui berkomunikasi beberapa sasaran khusus akan tercapai untuk mendorong mereka bisa mengemukakan sesuatu melalui perasaan, melalui buku-buku dan bahan bacaan lainnya. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional anak. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu anak didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dalam bahasa yang

*) Dosen pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini - FKIP- Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

19

PSYCHO IDEA, Tahun 9 No.1, Februari 2011 ISSN 1693-1076

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Dir PAUD, 2002). Dengan demikian lingkungan yang mendukung sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa anak. Menurut Yusuf (2006) bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar, atau lukisan. Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama. Usia dini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2500 kata, dan pada masa kanak-kanak akhir (kira-kira usia 11-12 tahun) anak telah dapat menguasai sekitar 5000 kata (Syaodih, 2001). Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengar cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan/petualangan, atau riwayat kehidupan para pahlawan). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dia banyak menanyakan waktu dan sebab-akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang digunakannya pun yang semula hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan “dimana”, “dari mana”, “bagaimana”, “kemana”, dan “mengapa”. Di sekolah, perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan diberikannya mata pelajaran bahasa ibu dan bahasa Indonesia (bahkan di sekolah-sekolah tertentu diberikan bahasa Inggris atau bahasa sing lainnya). Dengan diberikannya pelajaran bahasa di sekolah, para siswa diharapkan dapat menguasai dan menggunakannya sebagai alat untuk (1) berkomunikasi secara baik dengan orang lain, (2) mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap, atau pendapatnya, (3) 20

ANITA ROSALINA, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain...............................

memahami isi dari setiap bahan bacaan (buku, majalah, koran, atau referensi lain) yang dibacanya. Bermain merupakan kebutuhan primer bagi anak usia dini karena bermain penting bagi perkembangan anak. Setiap pembelajaran anak usia dini diharapkan menyenangkan dan bermakna. Bermain adalah cara tepat bagi anak untuk belajar. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa bermain

sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan jiwa anak. Konsep belajar bagi anak usia dini adalah belajar melalui bermain, menempatkan anak sebagai subjek dan orang tua atau guru menjadi fasilitator. Dalam konsep ini anak akan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan imajinasi dan kreativitas berfikirnya, dan akan merangsang daya cipta dan berfikir kritis. Jika dua hal ini terbangun anak akan menjadi orang yang percaya diri dan mandiri. Anak tidak menjadi menghafal tetapi justru analis.(Anonim, 2006). Masa usia dini merupakan masa yang penting dari perkembangan seorang anak dalam melatih mereka dalam berbahasa sebagai sarana komunikasinya. Bagaimana meningkatkan perkembangan bahasa dalam berbagai cara sehingga dapat

mempengaruhi kemampuan

berfikir

dan

belajar

anak sepanjang

kehidupannya. Bermain dianggap sebagai metode terbaik yang digunakan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak termasuk di dalamnya perkembangan bahasa anak.

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan bahasa anak, produk bahasa mereka meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Anakanak secara bertahap berkembang dari melakukan ekspresi menjadi melakukan ekspresi dengan berkomunikasi. Mereka biasanya telah mampu mengembangkan 21

PSYCHO IDEA, Tahun 9 No.1, Februari 2011 ISSN 1693-1076

pemikiran melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Sejak usia dua tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda, serta terus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia mereka sehingga berkomunikasi dengan lingkungan yang lebih luas, dan dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lebih kaya (Mulyasa, 2012) Ucapan anak biasanya dimulai di masa ia telah mencapai usia 8 sampai 10 bulan. Di usia ini anak mulai menghasilkan ucapan yang benar setelah ia belajar babbling. Setelah beberapa bulan berikutnya anak sudah menguasai sejumlah pola-pola bunyi (sound pattern) yang dikenal dengan ucapan (utterance). Polapola ini dihasilkan dari konteks dimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan. Pada masa ini bisa dikatakan anak sudah bisa mengatakan bunyi dengan cara-cara yang reguler dan sistematis. Perkembangan bahasa sesungguhnya mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak variasinya di antara anak yang satu dengan yang lain. Brewer (dalam Suyanto, 2005) mengatakan kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dari menangis untuk mengekspresikan respon terhadap bermacam-macam stimuli. Setelah itu anak-anak

akan memeram

(cooing), yaitu melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara berulang, seperti suara burung yang sedang bernyanyi. Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan satu kata seperti “maem” yang artinya minta makan dan “cucu” yang artinya minta susu. Anak pada umumnya belajar nama-nama benda sebelum katakata yang lain. Ucapan anak bisa disebut dengan kata.

Satu kata dari anak dapat

mengekspresikan satu kalimat penuh yang mungkin mengandung dua asumsi atau lebih. Contoh, ketika anak melihat sebuah kompor yang sedang menyala, ia berusaha untuk mengucapkan sebuah kata yang mirip dengan kata “panas”. Kata yang keluar dari anak dapat memiliki setidaknya dua asumsi yaitu: pertama, kata panas tersebut dapat diasumsikan bahwa anak telah menkonseptualisasikan 22

ANITA ROSALINA, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain...............................

hubungan antara benda (kompor) dan sifat benda tersebut yaitu sifat panas. Kedua, bahwa anak belum mampu untuk menghasilkan kalimat lengkap untuk mengungkapkan hubungan. Alasan mengapa anak belum dapat menghasilkan kalimat lengkap adalah anak belum mengetahui semua kata untuk kalimat lengkap atau ada keterbatasan kemampuan produksi bahasa anak seperti dalam proses mengungkapkan hubungan ke dalam sebuah ucapan disetiap kata. Pada umumnya kosa kata yang dikuasai anak diawal perkembangannya meliputi beberapa kata yang berhubungan dengan tindakan.

Kata-kata ini

meliputi kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan tindakan yang sedang dilakukan atau telah dilakukan dan mengungkapkan permintaan. Ada beberapa kata yang mungkin mengacu pada sifat-sifat benda, pernyataan, atau tempat seperti cantik, besar, panas, luar, sedikit, atau kata-kata sosial seperti ya, tidak, tolong, dan ingin. Penguasaan kata berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh pendekatan anak terhadap bahasa dan cara orang tua mengajarkan bahasa pada anak. Sangatlah sulit untuk menentukan apakah kita dapat melegimasikan kesimpulan dari satu ucapan di satu waktu kejadian. Masalahnya adalah ucapan tersebut nengandung banyak kunci/petunjuk tentang apa yang anak maksudkan ketika ia mengucapkan kata tersebut. Kita akan melihat ketika ucapan anak sedikit lebih panjang dan sedikit lebih kompleks. Montessori (Crain, 2007) melihat bahwa perkembangan bahasa anak ketika anak memasuki usia empat tahun, adalah ketika anak-anak akan belajar membaca dan menulis dengan sangat antusias. Ini karena mereka masih berada di dalam periode kepekaan umum terhadap bahasa. Montessori mengamati bahwa anak seringkali “menumpahkan segalanya dalam tulisan, dan karena pengalamanpengalaman sensoris tahun-tahun awal mereka, menulis biasanya terjadi sebelum anak benar-benar bisa membaca.

23

PSYCHO IDEA, Tahun 9 No.1, Februari 2011 ISSN 1693-1076

Anak umur empat tahun biasanya menguasai menulis sebelum membaca. Hal ini terjadi karena tulisan jauh lebih konkret dan bersentuhan dengan aktivitas indra sehingga lebih cocok dengan gaya belajar anak kecil. Selain itu, kita tidak bisa mengajari mereka embaca sekaligus. Jika kita meminta anak berusia empat tahun membuat suara dan menuliskannya, mereka akan lebih sangup melakukannya, pengenalan tulisan baru bisa dilakukan lewat serangkaian latihan persiapan yang terpisah-pisah. Melalui pengalaman-pengalaman sensoris, anak telah belajar mengangani semua materi-materi secara lembut dan telah menyempurnakan gerakan tangan dan jari-jarinya dengan menggunakan materi-materi. Masih di dalam kelas Montessori, lebih dahulu

anak akan dilatih

bagaimana cara memegang pensil baru kemudian berlatih menggambar huruf sesuai garis-garis pembatas hurufnya. Anak-anak menyukai aktivitas menggambar setepat mungkin karena mereka masih berada di dalam periode kepekaan untuk menggerakkan tangan secara tepat. Mereka juga sudah menguasai koordinasi tangan-mata dengan tepat lewat latihan aktivitas sehari-hari, seperti memotong sayuran, menuangkan air dan menggunakan kuas. Anak harus menguasai betul cara memegang pensil, sebelum mereka memulai bentuk hruf-huruf, dan kecakapan ini bisa anak peroleh mealui latihan bangun-bangun geometric. Latihan ini juga

memunginkan anak untuk

menyempurnakan kerja sama dan pengendalian mata tangannya, tanpa ini maka kecakapan menulis yang baik mustahil bisa dicapai. Di dalam latihan yang lain, anak-anak membiarkan jari mereka mengikuti bentuk huruf yang terbuat dari kertas pasir yang dipasang pada papan kayu. Sebagai contoh mereka membuat suara “m” dan membiarkan jari mereka menulusuri huruf sesuai bunyi tersebut. Huruf-huruf ditulis dengan bentuk skrip ukan cetak, karena anak-anak menemukan gerakan skrip lebih bebas dan alamiah. Lewat latihan ini, anak belajar untuk membuat gerakan menuruti huruf. Melalui pemanfaatan huruf-huruf pada kertas pasir anak mengenali huruf-huruf dengan cara melihat dan 24

ANITA ROSALINA, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain...............................

menyentuh, di samping mendengarkan setiap huruf yang diucapkan. Dia akan merasakan huruf dengan jari-jarinya, mnelusuri sisi-sisi luarnya dengan arah yang sama sebagaimana dia benar-benar akan menuliskannya nanti. Anak belajar sementara tangannya bekerja, dan dia harus memegang huruf-huruf dan menjadi akrab dengan huruf-huruf itu sebelum membaca ataupun menuliskannya. Dengan huruf-huruf yang dapat digerakkan, dia akan memperoleh keakraban dengan huruf-huruf dan melihat bagaimana huruf-huruf tersebut diletakkan bersama untuk membentuk kata-kata. Bunyi huruf-huruf dipelajari secara individual, kemudian digabungkan untuk membentuk kata-kata pendek. Anak mengucapkan kata-kata ini secara fonetis pada awalnya pelan-pelan, penekanan diberikan pada tiap-tiap bunyi. Lambat laun dia akan mampu memadukan bunyi-bunyi huruf secara individual bersama-sama dan mengucapkan kata secara keseluruhan. Perkembangan bahasa juga merupakan bagian integral dari proses belajar membaca dan menulis. Pentingnya berkata-kata atau mampu berbicara dengan baik tidak dapat diabaikan karena ini tidak lain adalah sarana agar anak mengetahui dan mengerti dirinya sendiri. Ini memberikan perasaan kepada anak setara dengan teman-teman sebayanya, di samping akan memperlancar proses pembelajaran berikutnya.

KEGIATAN BERMAIN ANAK USIA DINI Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa bermain

sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan jiwa anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermain didefinisikan sebagai melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Jadi seorang anak yang sedang

25

PSYCHO IDEA, Tahun 9 No.1, Februari 2011 ISSN 1693-1076

bermain berarti anak itu sedang melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya ( Nurani, 2005). Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk berekplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya (Dir PAUD, 2002). Dalam kegiatan bermain anak diajak tentang berbagai hal mengenai dunia dan lingkungannya. Berbagai aktivitas bermain memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, bermain dalam rangka pembelajaran dapat memberikan dukungan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak secara lebih optimal. Konsep belajar bagi anak usia dini adalah belajar melalui bermain, menempatkan anak sebagai subjek dan orang tua atau guru menjadi fasilitator. Dalam konsep ini anak akan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan imajinasi dan kreativitas berfikirnya, dan akan merangsang daya cipta dan berfikir kritis. Jika dua hal ini terbangun anak akan menjadi orang yang percaya diri dan mandiri. Anak tidak mejadi menghafal tetapi justru analis (Dir PAUD: 2002). Dalam makalah Isenberg dan Quisenberry (Brewer, 2007) yang disetujui oleh Association for Childhood Education International (ACEI), play didefinisikan sebagai “a dynamic, active and constructive behaviour-is necessary and integral part of childhood, infancy through adolescence”. Vygotsky (dalam Santrock, 1995) seorang psikolog berkebangsaan Rusia meyakini bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognitif seorang anak. Freud (dalam Suyanto, 2005) mengatakan bermain adalah alat pelepas emosi. Bermain juga dapat mengekspresikan perasaan secara leluasa tanpa ada tekanan apapun. Solehudin (1990) menyatakan bahwa “pada intinya bermain dapat dipandang sebagai sebagai suatu kegiatan yang bersifat voluntir, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara intrinsik, menyenangkan dan fleksibel”. 26

ANITA ROSALINA, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain...............................

Kegiatan bermain dikatakan spontan karena kegiatan bermain dapat terjadi tanpa perencanaan sebelumnya. Ciri selanjutnya, bermain dapat memberikan ganjaran yang bersifat intrinsik, artinya bahwa kegiatan bermain secara tidak disadari merupakan penguatan yang bersifat intrinsik. Sejalan dengan pendapat di atas Suyanto (2005) mengemukakan sedikitnya terdapat lima kriteria dalam kegiatan bermain, yaitu : (a) aktif, hampir semua anak aktif baik secara fisik maupun psikis, (b) menyenangkan, kegiatan bermain tampak sebagai kegiatan yang bertujuan untuk bersenang-senang meskipun tidak jarang bermain menimbulkn tangis diantara anak yang terlibat anak-anak tetap menikmati seakan tidak memiliki beban hidup, (c) voluntir dan motivasi intrinsik, anak ikut dalam sesuatu kegiatan permainan secara sukarela, (d) memiliki aturan, setia permainan ada aturannya, (e) simbolik dan berarti, pada saat bermain anak menghubungkan antara pengelaman lampaunya yang tersimpan dengan kenyataan yang ada, pada saat bermain anakanak bisa berpura-pura menjadi orang lain dan menirukan karakternya. Fungsi bermain tidak saja meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga mengembangkan bahasa, emosi, displin, kreativitas dan perkembangan fisik anak. Bermain simbolik misalnya, dapat meningkatkan kognitif anak untuk berimajinasi dan berfantasi menuju berpikir abstrak. Melalui bermain perkembangan sosial anak juga terkembangkan, misalnya sikap sosial, belajar berkomunikasi, mengorganisasi peran, dan lebih menghargai orang lain. Melalui

bermain

anak

dapat

mengendalikan

emosinya,

menyalurkan

keinginannya, dan rasa percaya diri. Anak juga dapat menerapkan disiplin dengan menunggu giliran atau mentaati peraturan. Bermain dapat merangsang kreativitas anak untuk menciptakan angan dan imajinasinya. Pada saat bermain anak-anak menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi dengan temannyaatau sekedar menyatakan pikirannya (thinking aloud). Sering kita menjumpai anak kecil bermain sendiri samba mengucapkan 27

PSYCHO IDEA, Tahun 9 No.1, Februari 2011 ISSN 1693-1076

kata-kata seakan-akan ia berbicara dengan dirinya sendiri. Ia sebenarnya “membahasakan”apa yang ada dalam pikirannya. Peristiwa ini menggambarkan bagaimana anak sedang dalam tahap menggabungkan pikiran dan bahasa sebagai satu kesatuan. Ketika anak bermain dengan temannya mereka juga saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak dan itu berarti secara tidak langsung anak belajar bahasa. (Mulyasa, 2005) Berbagai jenis kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak berdasarkan perkembangan kemampuan anak dikemukakan oleh Wolfgang et al (dalam Cholimah, 2008) yang membagi jenis bermain dalam empat kategori, yaitu pertama adalah Sensorimotor play. Jenis bermain ini melibatkan pergerakan bebas dari otot-otot besar dan kecil dan eksplorasi tubuh dengan menggunakan seluruh panca indera sebagai latihan bagi tubuh dengan sensorimotornya. Kategori kedua adalah simbolic play yang juga disebut bermian peran. Pada kegiatan ini anak mengekspresikan idenya melalui menggerakkan obyek atau alat permainan. Bermain simbolik dapat disebut sebagai bermain sosiodramatik ketika anak : 1. Mengambil peran/atau menggunakan alat permainan dan mengekspresikannya dengan menirukan aktivitas atau dengan bahasa/kata-kata. 2. Menggunakan alat permainan, bahan-bahan tidak terstruktur, gerakan atau ungkapan lisan sebagi pengganti obyek yang dikehendaki. 3. Terlibat dalam bermain peran dengan melakukan kegiatan atau dalam situasi menggunakan ungkapan lisan sebagai pengganti aksi atau situasi. 4. Anak mampu bertahan dengan peran yang dilakukan selama 5 menit 5. Anak berinteraksi minimal dengan satu anak yang lainnya dalam bermain peran yang dilakukannya. 6. Anak melakukan komunikasi verbal/lisan. Kategori berikutnya adalah construction play. Pada kegiatan ini anak menciptakan benda-benda simbolik dengan menggunakan baha seperti cat, kertas, tanah liat, dan beragam bahan sejenis lainnya. Simbol dalam produk-produk yang diciptakan anak akan semakin berkembang dan semakin detail seiring dengan 28

ANITA ROSALINA, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain...............................

perkembangan intelektual anak dan semakin terasahnya ketrampilan anak dalam menggunakan gambar. Kategori keempat adalah game with rule. Jenis bermain ini membutuhkan aturan yang disepakati oleh social. Karena anak usia dini belum memahami sudut pandang orang lain, pada umumnya anak belum mampu terlibat bermain dengan aturan dengan melibatkan pemain lainnya, kecuali untuk permainan dengan aturan sederhana. Menurut pandangan Brewer (2007), bermain dibagi atas tiga tipe. Pertama, Free play, bermain bebas dapat didefinisikan bahwa anak dapat memilih permainan dan jenis permainan yang dia inginkan serta bebas memainkan dari permainan yang dipilihnya. Kedua, Guided play, bermain dengan petunjuk yang diberikan oleh guru kepada anak. Guru akan mempersiapkan materi bermain dan memberi petunjuk bermain bagaimana anak-anak bermain. Ketiga, directed play, bermain sesuai dengan instruksi guru. Guru akan memberikan perintah yang spesifik untuk dimainkan anak. Seperti menyanyikan sebuah lagu, bermain permainan tangan, dan permainan lingkaran. Banyak teori yang menerangkan manfaat bermain bagi anak usia dini. Dengan berbagai macam bentuk permainan, tugas perkembangan anak dapat dituntaskan sesuai dengan tahapannya. Sehingga kegiatan bermain pada anak perlu mendapat perhatian para pendidik anak usia dini sebagai alat pembelajaran yang paling tepat.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN Agar komunikasi verbal terjadi pada anak usia dini, Beaty

(1996)

mengatakan ada dua factor yang dapat dilakukan oleh guru atau orang tua. Pertama, harus ada lingkungan yang bebas dari tekanan yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi. Lingkungan yang bebas dari tekanan berarti bahwa anda menerima anak-anak sebagai diri mereka, yang berarti anda menerima 29

PSYCHO IDEA, Tahun 9 No.1, Februari 2011 ISSN 1693-1076

bahasa mereka bagaimanapun buruknya mereka mengucapkannya.

Karena

bahasa adalah sesuatu yang personal dan tidak hanya mencerminkan tahap awal perkembangan anak saja, tetapi juga keluarganya, maka anda harus berhati-hati untuk tidak mengoreksi bahasa anak-anak dalam cara yang memperlihatkan kurangnya menghormati mereka atau orangtua mereka. Lingkungan yang bebas dari tekanan juga berarti bahwa kelas anda bebas dari situasi-situasi yang menekan anak-anak. Dalam lingkungan ini, anda berbicara dengan anak-anak dengan bahasa responsif yang memperlihatkan rasa hormat anda kepada mereka, daripada bahasa restriktif yang memperlihatkan tidak hormat dan kontrol guru. Kedua, anak-anak harus memiliki kebutuhan bahasa untuk berkomunikasi dalam kelas. Apakah anak-anak perlu berkomunikasi dalam kelas,

dengan

sendirinya perlu diberikan kesempatan untuk terjadinya komunikasi. Guru adalah model peran, dengan memberikan pengalaman berkomunikasi secara verbal kapan saja, yaitu dengan membuat kelompok kecil dimana anak-anak memiliki kesempatan untuk menceritakan tentang sesuatu. Pada anak usia dini anak sering menganggap bahwa benda mati sebagai hidup. Anak mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang masih minim untuk mampu membedakan antara hal-hal yang mempunyai sifat hidup dan tidak. Pemikiran ini muncul pada anak usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 4 dan 5 tahun. Kecenderungan anak untuk memandang segala sesuatu sebagai makhluk hidup seperti dirinya dapat dimanfaat oleh para pendidik untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Mereka dapat membantu anak dengan membacakan cerita atau mendorong mereka untuk melihat buku, komik, siaran televisi, atau dengan benda lainnya seperti mainan, pohon, hewan, dan segala macam benda yang menyerupai manusia, terutama yang sering ditemui si anak dan mereka sukai.

30

ANITA ROSALINA, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain...............................

Tipe permainan drama dapat mendukung untuk perkembangan bahasa anak adalah role-play fantasy. Role-play fantasy melibatkan anak-anak dalam berpurapura menjadi pahlawan fiktif dalam buku cerita atau menjadi diri mereka sendiri dalam setting fantasi. Role-play fantasy dapat dimulai dengan sebuah situasi realistik dan mendorong anak-anak kedalam sebuah petualangan yang dapat membawa mereka menuju bintang. Sebuah metode yang baik untuk melibatkan anak-anak dalam berpura-pura adalah membaca sebuah buku bergambar yang menampilkan situasi fantastik dan kemudian memberikan dukungan untuk peran mereka (Beaty, 1996) Dalam kelas Bahasa Montessori (Crain, 2007) perkembangan bahasa anak dilakukan dengan metode bermain dengan berbagai macam alat permainan edukasi dan beberapa cara sebagai berikut : 1. Bicaralah dengan jelas kepada anak-hindari bicara seperti anak kecil 2. Ajarkan nama-nama orang dan benda dengan benar 3. Bacakan sesuatu kepada anak 4. Berikan buku-buku yang baik untuk dilihat-lihat untuknya- ingatlah bahwa gambar-gambar merangsang imajinasi dan membawanya ke pembicaraan 5. Bicaralah kepadanya 6. Dengarkan anak ketika dia berbicara kepada anda 7. Biarkan mereka mendengarkan rekaman-rekaman 8. Doronglah anak untuk berbicara dengan anak-anak yang lain dan orang dewasa. 9. Ketika belajar berbagai maam materi, bandingkan dan bedakan (besar-kecil, besar-lebih besar-paling besa, dan sebagainya) Menurut Beaty (1996) anak-anak dapat didorong untuk membaca dan menulis jika lingkungannya kondusif. Ini berarti anda harus membuat area menulis dan membaca dengan semua jenis alat yang mendorong anak untuk menulis. Beberapa anak mulai “menuliskan” cerita mereka sendiri dengan tulisan 31

PSYCHO IDEA, Tahun 9 No.1, Februari 2011 ISSN 1693-1076

cakar ayam. Guru dapat mendorong usaha-usaha tersebut dengan memasang cerita-cerita di dinding. Pulpen-pulpen yang berwarna-warni adalah alat-alat menulis favorit anak-anak prasekolah. Ini adalah fase manipulasi untuk anak-anak prasekolah ketika mereka pertama-tama mencobakan banyak hal sendiri. Untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak-anak, guru dan orang tua perlu mengetahui level kemampuan bahasa setiap anak sedari awal. Seperti juga dalam aspek perkembangan lainnya, anak-anak akan bervariasi dalam kemampuan berbicaranya. Menurut Beaty (1996) salah satu cara untuk menilai setiap kemampuan bahasa anak adalah dengan melakukan cek penggunaan bahasa berdasarkan observasi. Berikut adalah penilaian bahasa pada tahap-tahap tahun pertama anak-anak masuk sekolah :

1. Rasa Percaya Diri Area pertama dalam memberikan tanda dalam perkembangan bahasa anak adalah adanya rasa percaya diri, karena anak mungkin tidak mau berbicara jika lingkungan kelas itu asing atau merasa malu berbicara dengan temannya sendiri. Anak yang disebut non-verbal ini seringkali adalah anak yang kurang percaya diri untuk berbicara diluar

rumahnya sendiri. Tugas utama seorang guru adalah

membantu mereka merasa nyaman dalam kelas. Guru harus mengarahkan usahanya untuk menerima anak seperti apa adanya, dengan menggunakan senyum, kata-kata, dan anggukan yang membuat mereka terdorong untuk berbicara kepada anda atau anak lainnya.

2. Artikulasi Artikulasi adalah area kedua dalam menentukan perkembangan bahasa anak yang sulit untuk dinilai oleh orang awam. Salah mengucapkan kata-kata adalah gangguan bicara yang umum. Namun pada anak-anak prasekolah, ini berarti tertinggalnya perkembangan. Guru kelas harus mengikuti teknik-teknik dorongan positif yang digunakan secara alami oleh orangtua dan orang dewasa 32

ANITA ROSALINA, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain...............................

lainnya di rumah. Guru harus berfungsi sebagai model bahasa yang baik dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan kalimat-kalimat sederhana ketika mereka berada disekitar anak-anak.

3. Produksi Bahasa Area ketiga dilihat dari perkembangan produksi bahasa, yang akan membantu anda mengenali apakah seorang anak itu sedang menghasilkan kalimat, mengajukan pertanyaan dan merespon secara verbal kepada yang lainnya. Penting untuk mengecek area ini untuk menjamin bahwa kesempatan untuk menghasilkan bahasa terjadi setiap harinya. Aktifitas kelas yang selalu menstimulasi produksi bahasa adalah permainan boneka. Ketika anak meletakan boneka ditangan mereka, maka mereka cenderung ingin berbicara dengan boneka tersebut. Ini memberikan kesempatan bagi anak-anak yang pemalu untuk berbicara melalui karakter boneka tersebut dan memberikan semua anak kesempatan untuk menghasilkan bahasa.

4. Percakapan Percakapan merupakan area keempat dari perkembangan bahasa, yang sangat berkaitan dengan kepercayan diri. Untuk itu perlu melibatkan setiap anak dalam percakapan dengan orangtua atau guru tetapi tanpa tekanan. Pentingnya perkembangan bahasa bagi anak usia dini mengharuskan setiap pendidik memberikan pengalaman belajar yang tepat bagi anak. Pembelajaran anak usia dini harus menerapkan esensi bermain yang meliputi perasan bebas memilih, merdeka, dan merangsang keterlibatan aktif mereka. Banyak model bermain yang cocok dalam pengembangan bahasa anak. Agar pendidik tidak mengedepankan kecerdasan bahasa yang instan dengan pembelajaran yang instan pula, maka pendidik anak usia dini harus mampu mendesain pola bermain dalam kegiatan perkembangan bahasa anak. 33

PSYCHO IDEA, Tahun 9 No.1, Februari 2011 ISSN 1693-1076

PENUTUP Kemampuan bahasa verbal dan literasi anak usia dini dapat dikembangkan dengan memberikan stimulasi melalui bermain yang sudah dipersiapkan. Bermain merupakan cara belajar anak usia dini yang paling tepat. Beberapa area bermain yang cocok dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak adalah area bermain peran, area persiapan yang terdiri dari kegiatan menulis dan membaca serta beberapa area yang lain yang dibuat oleh guru dengan berbagai macam permainan stimulasi proses perkembangan bahasa anak. Penyediaan bukubuku bacaan bergambar, komik serta bacaan-bacaan yang lain juga disarankan disediakan di setiap kelas guna merangsang keinginan membaca anak. Guru harus menilai bahasa anak-anak yang mungkin membutuhkan bantuan khusus dalam mengembangkan kepercayaan diri, artikulasi, produksi bahasa, atau percakapan mereka dengan menggunakan penilaian tertentu dan kemudian memberikan aktifitas dan materi untuk membantu mereka.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007. Konsep Pengembangan Standard dan Bahan Ajar PAUD Non Formal. Jakarta : Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Beaty. J.J., 1996. Skill for Preschool Teachers 5th ed. New Jersey: Prentice Hall Inc. Bredekamp, S., 1987. Developmentally Appropriate Practice in Early ChildhoodPrograms Serving from Birth Throught Age 8.Washington : NAEYC Brewer, J.A., 2007. Introduction to Early Chilhood Education. Amerika :Pearson Allyn and Beon Carin, A.A., 1997. Teaching Science Through Discovery. 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall. 34

ANITA ROSALINA, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain...............................

Cholimah, N., 2008. “Implementasi Program Pembelajaran PAUD”, Tesis, Bandung : UPI Crain, W, 2007, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. 2002. Modul Sosialisasi PAUD. Jakarta : Depdikbud. Hurlock, E.B. 1997. Perkembangan Anak. Jilid I (Terjemahan: Soedjarmo & Istiwidayanti), Jakarta : Erlangga Megawangi. 2005. Pendidikan yaang Patut dan Menyenangkan. Jakarta: Viskom Pratama Mc Millan, J.H. and Schumacher. R., 2001. Research in Education: A Conceptual Introduction. New York & London: Longman, Inc. Mulyasa, H.E, 2012, Manajemen PAUD, Bandung : Remaja Rosdakarya Santrock, John W. 1995. Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.

35