Data Loading...
40 Inspirasi Harian karya Nurhilmiyah Flipbook PDF
Buku berisikan renungan, pemikiran, sudut pandang, pengalaman dan kesimpulan dari pengamatan terhadap hal-hal yang dijum
127 Views
33 Downloads
FLIP PDF 448.62KB
NURHILMIYAH
40
Inspirasi Harian KADO ULTAH KE-40 UNTUK DIRI SENDIRI
PRAKATA
Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah mengizinkan buku digital ini lahir di bulan penutup kalender di tahun 2021 ini Terima kasih penulis haturkan kepada sahabat-sahabat di Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) yang telah begitu konsistennya membangun budaya menulis, tak kenal lelah mengajak para anggota terus berkarya meski didera berbagai macam kesibukan. Tak lupa kepada sahabat-sahabat di Grup Ketua Kelas yang luar biasa dedikasinya bagi terlaksananya semua program KLIP. Penulis mohon maaf jika belakangan kurang aktif, tetapi yakinlah support dan perhatian akan senantiasa tercurah untuk kalian. Penulis menghadiahkan buku ini untuk diri sendiri yang telah menggenapi usia 40 tahun di tahun ini. Semoga semakin bijaksana menjalani rutinitas sehari-hari. Adapun jika isi buku ini juga dirasa menginspirasi pembaca, penulis sangat mensyukurinya. Saran dan masukan yang konstruktif selalu penulis nantikan, demi peningkatan kualitas tulisan di masa yang akan datang. Salam literasi. Medan, 15 Desember 2021
Nurhilmiyah
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL PRAKATA DAFTAR ISI 1
Bersikap Positif ..............................................................................................
1
2
The Power of Hijrah ......................................................................................
6
3
Masuk Pesantren Itu Keren ......................................................................
8
4
Balasan yang Berlipat Ganda ...................................................................
13
5
Mengelola Rasa Takut .................................................................................
15
6
Berguru pada Siapa Saja .............................................................................
18
7
Ayah Daring VS Ayang Luring .................................................................
21
8
Muhasabah Cinta ...........................................................................................
22
9
Belajar untuk Fokus .....................................................................................
25
10
Berintegritas ....................................................................................................
27
11
Bersegera Memulai ......................................................................................
29
12
Merenungi Pesan Pak Kyai .......................................................................
30
13
Tegas ...................................................................................................................
33
14
Menghindari “Jika” .......................................................................................
35
15
Teman yang Inspiratif .................................................................................
37
16
Orang Penting Itu ART ................................................................................
39
17
Beda Zaman Beda Artisnya ......................................................................
41
18
Empat Hari Tanpa Gawai ..........................................................................
43
19
Hujan yang Dirindukan ..............................................................................
44
20
Mengelola Sensitivitas ................................................................................
46
21
Tentang Kids Zaman Now ..........................................................................
48
22
Bila Kelak Roda Berputar ...........................................................................
50
23
Meraup Teladan dari Lelaki Seribu Janda .........................................
52
24
Cyber Baby ........................................................................................................
54
25
Guruku Pahlawanku ....................................................................................
56
26
Parents Zaman Old VS Parents Zaman Now .....................................
59
27
Makna Toleransi di Era Revolusi Industri ........................................
61
28
Ingin Bahagia dan Pikiran Plong? Kurangi 5 Hal Ini ....................
65
29
Cara Asyik Bersosialisasi ............................................................................
72
30
Bahagia Versi Diri Sendiri .........................................................................
76
31
Cara Mencintai Diri Sendiri ......................................................................
79
32
Menerapkan Prokes Tanpa Stres ..........................................................
82
33
Kuliah Itu Prihatin .........................................................................................
86
34
Dimulai dari Diri Sendiri ...........................................................................
89
35
Ragam Kisah Penghilang Resah .............................................................
91
36
Pekerjaan Rumah Tangga yang Disukai .............................................
93
37
Ketika Ramadan Tiba ...................................................................................
95
38
Tempat yang Membangkitkan Inspirasi Hidup ...............................
96
39
Mengenali Diri Agar Terhindar dari Stres ......................................... 100
40
The Power of Ikigai, Yang Bikin Tetap Semangat ........................... 103
Profil Penulis
1. Berpikir Positif Mengapa kita perlu memiliki pikiran yang positif? Banyak hal yang mesti disikapi dalam keseharian hidup kita. Dimulai dari terbukanya mata di waktu subuh, sampai terpejam saat tidur di malam hari. Bisa jadi komunikasi dengan suami atau istri, orang tua, anak-anak, tetangga, rekan kerja, dan sahabat. Bisa pula karena desakan ekonomi, sementara pengeluaran bulanan menanti penyelesaian. Seperti tagihan air, listrik, telepon, spp anak-anak, biaya transportasi, biaya kesehatan, dana tak terduga, kebutuhan belanja dapur, dan liburan. Jika kurang bijak mengelola emosi menghadapi semuanya dapat dipastikan muncul tekanan jiwa (stres). Bukan sekali dua kita saksikan di televisi ada orang yang gantung diri, atau melompat dari gedung pencakar langit, hingga yang menabrakkan diri di keretaapi. Salah satu dari sekian banyak penyebabnya adalah sulitnya memandang segala sesuatu dengan pikiran positif. Penyebab Munculnya Pikiran Negatif Menulis tentang berpikir positif, bukan berarti saya telah benar-benar terbebas dari pikiran negatif. Justru dengan membaca kemudian menuliskannya, sebagai salah satu upaya saya untuk mengingatkan diri sendiri (self reminder). Enam tahun lalu saya membeli sebuah buku bergizi. Terapi Berpikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky. International best seller! Penulisnya adalah seorang motivator muslim dunia dari Mesir. Waktu itu saya butuh referensi karena sedang menulis artikel tentang Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi bagi Mahasiswa Baru. Artikel itu dimuat di media massa lokal.
1
Saya masih ingat salah satu quote yang saya kutip dari buku itu. Tak akan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, tak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat membantu seseorang yang bermental negatif. Kekuatannya ada di mental. Semuanya bisa dicapai kalau titik awalnya positif. Meski dihalangi sekian banyak rintangan, namun karena dihadapi dengan positif, tujuannya tetap dapat digapai. Lain hal misalnya, jika hal yang mudah sekali meraihnya tetapi karena telanjur bermental negatif, akhirnya tujuan yang mungkin telah dekat, tidak dapat diraih. Ada tiga hal menurut Ibrahim Elfiky pembunuh pikiran positif yang harus dihindari. Pertama, mencari kesalahan orang lain. Kedua, suka mengritik orang lain, dan yang ketiga, membanding-bandingkan. Truk tronton di seberang jalan lebih mudah kelihatan ketimbang (maaf) sisa cabe dari sambal yang nempel di gigi. Tentu saja itu cuma analogi. Untuk itu diperlukan cermin agar bisa melihat kesalahan diri sendiri terlebih dahulu. Seringkali kita lebih mudah mencari kesalahan orang lain tanpa menyadari bahwa kita pun memiliki kesalahan yang harus diperbaiki. Ternyata, sibuk dengan kesalahan orang lain, pikiran positif kita pelan-pelan dimatikan. Melihat kesalahan orang lain, kita lantas mengritiknya habis-habisan. Tak tanggung-tanggung, terkadang melupakan etika mengritik. Hal ini jelas tidak baik jika kita berniat ingin memelihara pikiran positif. Disadari atau tidak, selalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain membuat diri lupa bersyukur. Lalai akan begitu banyak nikmat yang telah diterima. Akhirnya terus menerus merasa kekurangan. Inilah yang menendang jauh-jauh pikiran positif.
2
Senada dengan Ibrahim Elfiky, Novelis kenamaan Tere Liye Darwis memberikan tips menyelesaikan masalah di fanpage-nya. Pertama, sederhanakan masalah. Kedua, tetap berpikiran positif. Bahkan untuk situasi yang sangat negatif sekalipun, katanya, berpikir positif bisa membantu. Dan yang ketiga, belajar melepaskan. Mungkin kalau bisa diinterpretasikan, ikhlas. Beberapa waktu lalu saya mengalami dan mencoba mempraktikkannya. Awalnya saya pikir ah, teori. Paling juga kembali berpikir negatif lagi. Ternyata berpikir positif memberikan banyak keuntungan psikis bagi diri sendiri. Waktu itu saya ada jadwal mengajar di hari Senin. Dari hari Sabtunya, saya sudah menekankan pada ART yang menjaga anak saya, untuk datang seperti biasa pada pagi hari sebelum saya berangkat ke kampus. Namun apa yang terjadi, dengan gampangnya via telepon waktu saya menghubunginya, dia mengatakan sedang dalam perjalanan keluar kota bersama keponakannya. Katanya sekalian ikut berobat di sana. Waduh, bagaimana ini. Sebentar lagi saya mesti berada di depan kelas. Semester ganjil baru saja berjalan dua pekan. Mahasiswa sedang semangatsemangatnya, eh dosennya tidak masuk. Pikiran saya sempat kalut. Membayangkan harus menyesuaikan jadwal kuliah pengganti lagi dengan mahasiswa. Jelas lebih mudah mengikuti waktu yang telah ditetapkan fakultas. Seketika saya mengingat tiga hal pembunuh pikiran positif dari Dr. Ibrahim Elfiky dalam masterpiece-nya Terapi Berpikir Positif. 1). Mencari kesalahan orang lain, 2). Mengritik orang lain, dan yang ke-3, membanding-bandingkan. Pertama, untuk apa saya mencari-cari lagi kesalahan ART saya. Toh tak mengubah keadaan apa pun. Dia sudah pasti tidak bisa datang hari ini. Yang ada saya jadi tambah jengkel, bikin pusing sendiri dan merugikan kesehatan. Kedua, besok saat dia datang saya pikir kurang bermanfaat kalau saya mengritik, mempermasalahkan ketidakhadirannya yang mendadak tanpa 3
konfirmasi sehari sebelumnya. Memang sih, kalau dia memberitahu terlebih dahulu, bukankah saya masih bisa mencari alternatif orang yang menjaga anak saya untuk sehari saja. Adik kandung saya, misalnya. Meskipun dia sedang punya bayi juga, dengan repot yang beda tipis dengan saya, tapi saya sangat percaya menitipkan anak padanya. Justru karena ART tidak terampil berkomunikasi dengan baik, makanya dia jadi seorang ART sampai sekarang. Andaikan dia memahami fungsi koordinasi, wah mungkin dia sudah jadi seorang staf di perkantoran. Saya tersenyum sendiri membayangkan ART saya pakai seragam blazer jadi pegawai kantoran. Pikiran yang usil tapi cukup untuk menghibur diri. Besok cukup diberitahu dengan santai saja. Ketiga, berusaha tidak membanding-bandingkan ART saya yang sekarang dengan yang dahulu. Untuk apa, tak ada gunanya. Toh yang lama itu meski dipuji setinggi langit, nyatanya dia tidak bisa membantu saya saat ini. ART sekarang meski kadang bersikap spontan dan sesukanya seperti ini, tapi kehadirannya di tiap pagi mampu membuat saya tersenyum lega. Belajar Melepaskan Biarlah saya dan mahasiswa mencari waktu kuliah pengganti. Semoga ART saya yang sedang keluar kota dalam rangka pengobatan lututnya yang suka sakit katanya, bisa sembuh dan bekerja kembali seperti biasanya. Jadi terkenang beberapa baris kata yang saya stabilo dari sebuah buku lama, Purnama Madinah. Di dalamnya ada kisah shahabiyah, Ummu Salamah. Intinya ketika ditimpa suatu musibah, ada tiga hal yang sebaiknya dilakukan. Pertama, ucapkan innalillahi wa inna ilaihi raaji'un, kedua, minta pada Allah SWT diberikan hikmah dari kejadian yang menimpa, dan yang terakhir, minta diberi ganti yang lebih baik lagi. InsyaAllah hati jadi lebih tenang. Saya mencoba membuang semua kekesalan yang ada dan berusaha tersenyum. Menjaga kewarasan, memelihara kesehatan. Ternyata dari contoh 4
kecil demikian, saya merasakan efek dahsyat berpikir positif. Saya yang terkadang cenderung emosional, mampu menaklukkan pikiran negatif kali ini. Rasanya bahagia, lepas, dan tuntas. Mungkin ini yang dimaksud Tere Liye dengan 'belajar melepaskan'. Saya terjemahkan menjadi ikhlas. Pasti ada sederet hikmah di baliknya. Relator kelas terdengar bersorak gembira saat saya hubungi perihal ketidakdatangan saya mengajar mereka. Membuat satu kelas mahasiswa bergembira juga berpahala, kan hehe... Sesekali tak apa mereka cepat pulang ke rumah setelah dari pagi kuliah terus. Dan yang paling menyenangkan adalah senyum lucu, lugu dan menggemaskan dari bayi saya karena bisa bersama-sama terus dengan saya seharian.
5
2. The Power of Hijrah
Hijrah berarti pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari suatu keadaan ke keadaan lain. Rasulullah SAW melakukan pindah dari Makkah ke Madinah dan hijrahnya Rasul menjadi awal perhitungan kalender Hijriyah. Momentum tahun baru Hijriyah bisa dijadikan awal perpindahan dari hal-hal yang belum baik menuju hal-hal yang baik. Tahun baru Islam ini bisa menjadi tonggak awal perubahan dari kebiasaan-kebiasaan yang kontraproduktif menjadi produktif. Melakukan perubahan sifat-sifat yang negatif menuju sifat-sifat positif. Dari hobi yang tak bermanfaat menjadi hobi yang memiliki nilai. Dari kebiasaan membuang-buang waktu menjadi kebiasaan yang menata waktu menjadi lebih optimal. Sebagaimana hadits Nabi SAW (terlepas dari perdebatan lemahnya sanad dan sebagainya), kita petik semangatnya untuk memotivasi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. "Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik dari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek dari harinya kemarin maka dia terlaknat.” Tak perlu menyesalkan tak meriahnya perayaan tahun baru Islam seperti tahun baru Masehi. Apalagi sampai mencari-cari apa dan siapa yang salah. Karena sejatinya keputusan hijrah menjadi lebih baik, tidak memerlukan selebrasi. Justru dengan berkontemplasi, muhasabah diri, merenungkan pencapaian 6
peta hidup, akan memberikan pemaknaan yang dalam bagi diri untuk berhijrah. Selain momentum tahun baru hijriyah, satu lagi momen perubahan yang amat sayang untuk dilewatkan, pascaRamadan. Setelah digembleng selama satu bulan berpuasa, diharapkan kita lahir sebagai pribadi yang baru. Bagaikan bayi yang baru launching ke dunia. Bersih, suci tanpa dosa. Maka baik sekali saat lebaran mengawali kembali semuanya dengan penuh semangat. Yang sebelum Ramadan salatnya masih malas-malasan, setelah puasa menjadi lebih on time dan ditambah salat-salat sunnah. Yang sebelum Ramadan kurang bersemangat dalam beraktivitas, maka di saat masuk kembali bekerja sesudah idulfitri menjadi lebih powerful dan produktif. Inilah yang dinamakan The Power of Hijrah. Aura Ramadan meninggalkan kesan yang mendalam dan sangat positif dalam menginspirasi dan memotivasi diri menuju individu yang lebih baik. Menjadi lulusan Ramadan. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih keren dari sebelumnya. Memberikan kemanfaatan yang sebanyak-banyaknya bagi orang lain.
7
3. Masuk Pesantren Itu Keren
"Yuk mondok... Yuk mondok... Ayo-ayo mondok Mondok itu keren Gak mondok gak keren" Saya tersenyum sendiri mendengarkan lagu Despacito yang liriknya digubah menjadi cerita tentang anak pesantren. Ingatan saya kembali menyusuri lorong waktu puluhan tahun silam. Sejak usia lulus SD saya ditawari melanjutkan sekolah ke pesantren. Namun sayang alam pikiran anak usia 11 tahun kala itu menduga-duga bahwa tinggal di pesantren adalah hal yang tidak mengenakkan. Ditambah lagi kakek saya yang berpikiran bahwa pesantren adalah tempat membina anak-anak bandel yang tak sanggup lagi dididik orangtuanya, menjadikan saya membulatkan tekad menolak tawaran dari ayah dan bunda untuk masuk pesantren. Meski urung masuk pesantren, kegiatan religius di rumah dan lingkungan sekitar tetap saya jalani. Sedari SD orangtua saya menyekolahkan saya di madrasah. Pagi hari mendapat pelajaran Matematika dan lain-lain di SD umum, sore harinya belajar nahwu shorof di madrasah ibtidaiyah. Setelah maghrib waktunya mengaji Al Quran pada paman saya yang seorang qori'. Jika paman berhalangan karena jadi juri MTQ, ayah saya yang seorang ustaz menggantikan mengajari saya dan adik-adik membaca kitab suci dengan bacaan yang benar. Selesai mengaji, makan malam, shalat Isya' dan kembali belajar. Mengerjakan PR atau sekadar membaca-baca buku pelajaran. Rasanya jadwal harian saya 8
mirip dengan jadwal harian anak pesantren. Tak tersisa waktu untuk hal-hal yang kurang manfaatnya. Ibu saya seorang ustazah, memiliki dua jurus belajar yang selalu saya ingat sampai kapan pun dan kini saya menurunkannya ke putra putri saya. Jurus belajar agar cepat memahami materi pelajaran dari guru. Pertama, mengulang-ulang pelajaran yang sudah diberikan hari ini. Yang kedua, mempelajari terlebih dahulu materi pelajaran esok. Mengulang pelajaran yang baru saja diterima hari ini agar tidak lupa. Membaca pelajaran yang akan diberikan guru esok hari semacam curi start agar pada saat besok guru menerangkan, paling tidak sudah ada 'pendahuluan' di kepala. Tidak ahistoris sama sekali tentang materi baru tersebut. Alhamdulillah, dengan mempraktikkan jurus ibu kami langganan tetap jadi bintang kelas. Lulus dari Madrasah Aliyah saya melanjutkan kuliah di UGM. Nah, di sanalah petualangan saya jadi anak pondok dimulai. Karena khawatir dengan cerita horor mengenai pergaulan bebas oknum anak-anak kos di Jogja waktu itu, ayah dan ibu saya sepakat meminta saya untuk tinggal di pondok pesantren mahasiswa di bilangan Krapyak. Kali ini saya tak menolak. Merantau ke kota yang sama sekali asing bagi remaja 17 tahun waktu itu. Tidak ada sanak saudara yang dikenal selain kolega ayah saya. Meski tidak mondok di usia sekolah menengah, akhirnya saya mondok juga pada saat kuliah. Ibu saya bersyukur karena saya berada di lingkungan yang bisa dikatakan terjamin aman pergaulannya. Adik-adik saya hampir semuanya masuk pesantren selepas SD. Syukurnya, putri sulung kami bersedia masuk pesantren. Mungkin dia banyak mengetahui 'succes stories' mondok dari tante-tantenya (adik-adik saya). Sekarang ada yang sudah mencapai cita-citanya. Jadi hakim, guru dan project 9
officer. Anggapan dahulu, menyekolahkan anak ke pesantren bukanlah pilihan utama. Kesannya, masuk pesantren itu sama dengan masuk penjara suci. Anak-anak yang tinggal di pesantren adalah anak-anak yang tidak lulus seleksi dari sekolah yang lain. Atau memiliki akhlak yang minus. Sehingga membutuhkan penanganan khusus di dalam pesantren. Kini persepsi demikian tak lagi melekat pada pesantren. Di pesantren tempat anak saya belajar, Ar Raudlatul Hasanah, Medan, misalnya. Dengan muatan kurikulum 100% Gontor dan peraturan yang berjalan dengan sangat ketat. Bisa lulus seleksi masuk menjadi santri di pesantren tersebut saja adalah sesuatu yang prestisius. Peserta tes mencapai ribuan jumlahnya sementara yang diterima hanya ratusan setiap tahunnya. Kemudian, tiap tahunnya diberlakukan sistem gugur jika santri tidak bisa memenuhi standar kualifikasi untuk kenaikan kelas. Ada Tim Supervisor yang menilai secara objektif. Ustaz dan ustazah yang masuk di kelas tidak melakukan penilaian, mungkin untuk menjaga netralitas dalam membubuhkan angka hasil ujian. Tak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan ilmu agama, di pesantren juga diajarkan ketrampilan sebagai bekal hidup berdikari di masa depan. Ada ekstrakurikuler menjahit dan membordir buat santriwati, otomotif dan bertani bagi santriwan. Masih banyak lagi ekskul yang mendukung dan bisa menjadi modal keahlian di masa yang akan datang. Kesimpulannya sama persis dengan lirik lagu Menara Band diatas. Band besutan santri-santri Pondok Modern Darussalam Gontor. Mondok itu keren, kalau gak mondok...ah masa' sih gak keren juga. Hehe. Berikut percakapan viral di media sosial tentang lulusan pesantren:
10
Suatu pagi di kampus ITB, Q: “Pak, anaknya masuk ITB?” A: “Iya pak, alhamdulillah... Anak bapak juga?” Q: “Iya pak, anak saya sekolah di SMA favorit di kota X, dia berhasil masuk ITB tanpa tes, saya sangat bangga dengan sekolah anak saya itu. Btw, anak Bapak dari SMA unggulan mana?” A: “Anak saya dari pesantren, dia enam tahun tinggal di pesantren dan alhamdulillah sekarang diterima di ITB lewat jalur undangan juga.” Q: “Lha, emang ada orang pesantren bisa masuk PTN? Bukannya orang pesantren hanya bisa kuliah di jurusan agama kaya' Tafsir Hadits gitu, di UIN atau di Mesir?” A: “Itulah bedanya anak pesantren dengan yang tidak pesantren, anak kami bisa masuk jurusan umum apa saja di PTN, sementara anak bapak hanya masuk jurusan umum dan gak bisa masuk jurusan Ilmu Alquran, kalaupun bisa ditanggung anak bapak stress sebelum kuliah hehehe...” Q: “Saya pikir pesantren hanya utk menjadikan anak jadi guru agama saja” A: “Anak lulusan pesantren, bisa jadi apa saja, jadi guru, pengusaha, ilmuwan, dan profesional lainnya. Jadi semestinya tidak akan ada anak pesantren yg akan nganggur. Karena minimal dia bisa jadi imam di musalanya dan guru ngaji di kampungnya. Kelak ia akan jd imam buat keluarga dan bisa jadi washilah (jalan) pahala surga buat kedua orangtuanya karena kesalehan dan amal-amalnya. Anak bapak bisa ngaji?” Q: “Anak saya belum bisa ngaji dan salat. Waktunya habis buat les di sekolahnya... (sedih☹)
11
A: “Anak bapak menguasai berapa bahasa asing?” Q: “Hanya bisa bahasa Indonesia. Kalau anak bapak?” A: “Alhamdulillah anak saya fasih dua bahasa asing mainstream, yaitu Inggris dan Arab”. Q: “Oh... ternyata pesantren itu gak kuno ya pak, bahkan lebih baik dari sekolah favorit anak saya”. A: “Alhamdulillah bapak sudah paham...” Q: “Oya, bapak dari mana dan kerja di mana?” A: “Saya dari Bogor, alhamdulillah pernah bekerja di perusahaan migas multinasional lebih dari 12 tahun”. Q: “Wah mantap sekali, dulu sekolah di SMA mana?” A: “Saya alumni Pesantren...” Q: “Oh... di perusahaan migas bagian Kerohanian Islam ya pak?, soalnya bapak kan dr pesantren” A: “Alhamdulillah posisi akhir saya sebelum mundur jadi orang gajian adalah sebagai Deputi Area Manager Perusahaan Migas Asing yang pegawainya orang asing juga” Q: “Oh lulusan pesantren bisa kerja di migas juga yah?” A: “Nah itulah lagi-lagi keunikan alumni pesantren...” Q: “Owhhh..... (Diam tertunduk)”
12
4. Balasan Yang Berlipat Ganda Hari kosong jadwal mengajar, saya manfaatkan untuk berbelanja kebutuhan dapur di pasar dekat rumah. Hanya beda satu jalan saja dari tempat tinggal saya, bisa ditempuh dengan berjalan kaki juga. Saya memilih pasar tradisional meski keadaannya agak kotor, becek, ramai dan bercampur baur antara bau ikan dan lain-lainnya.e Selalu ada kebahagiaan tersendiri melihat lalu lalang para pembeli. Senyum optimisme para pedagang di pagi hari. Menjemput rezekinya masing-masing hari ini. Di tengah menurunnya daya beli masyarakat, khusus pasar tradisional tetap memainkan peranan penting bagi kehidupan sehari-hari tiap keluarga. Keberadaan pasar tradisional, kini terus tergerus dengan hadirnya pasarpasar modern. Adanya regulasi diharapkan mampu mengatasi kekhawatiran itu. Perpres, Permendagri, dan Perwal/Perbup yang mengatur tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional dan pasar modern seharusnya mampu mengantisipasi ketegangan yang timbul di antara keduanya. Kali ini saya tidak ingin membahas penerapan peraturan pada kenyataannya. Law in the book dan law in action, atau das sollen, das sein. Biar diangkat mahasiswa saja menjadi permasalahan dalam skripsinya. Di pasar tadi, selain membeli kebutuhan dapur, terdapat penjahit pakaian atau celana yang sobek tetapi masih ingin dipakai. Istilah lainnya permak. Namun di tempat saya kata itu tidak lazim digunakan sehari-harinya. Cukup disebut tukang jahit saja, selesai. Kebetulan celana pramuka putra saya robek, sembari berbelanja saya bawa ke kios tukang jahit. Sebenarnya bisa saya jahit sendiri, namun karena hasil jahit jelujur dengan tangan khawatir hasilnya kurang rapi. Tak butuh waktu lama, celana anak saya selesai dikerjakan. Ongkosnya lima ribu rupiah. Saya menyodorkan tiga lembar uang dua ribuan. Ibu setengah baya itu pun sibuk mencari kembaliannya. Saya katakan tidak usah saja karena ia jadi tampak repot. Saya pun ingin segera berbelanja lagi. 13
Hanya karena uang seribu rupiah itu, beliau sampai tersenyum lebar sekali. Saya terharu, coba kalau tadi saya membayarkan sepuluh ribu, bukankah masih tersisa lebih banyak. Atau dua puluh ribu. Ah, tapi saya tahu, orangorang seperti ibu tukang jahit itu pasti tidak ingin kesannya terus-terusan dikasihani. Mereka punya harga diri. Keajaiban pun dimulai. Ya, rasanya seperti keajaiban saja. Saya memasuki bagian tengah pasar untuk membeli tahu. Mumpung ada waktu luang, nanti saya ingin membuat cemilan buat anak-anak berbahan dasar tahu. Setelah membayar dan hampir membawa pergi sekantong kresek tahu, penjualnya malah menambahkan lagi satu potong tahu. Bonus, katanya. Saya tak mengambil kembalian seribu rupiah di tukang jahit, sedemikian cepatnya diganti dengan sepotong tahu dengan harga sama? Padahal baru berjalan beberapa meter dari kios tukang jahit. Jantung saya berdegup lebih kencang. Selesai berbelanja saya angkat keranjang saya ke sepeda motor matic dan bersiap meninggalkan tempat parkir. Sambil mencari-cari juru parkir (jukir) yang biasa mangkal, saya menyiapkan uang dua ribu rupiah. Beberapa menit tak kunjung datang, saya tetap berusaha menunggu. Sampai akhirnya dari kejauhan jukirnya kelihatan melambaikan tangan ke saya. Saya melambaikan uang dua ribuan juga sebagai kode agar dia cepat menghampiri. Namun dia terus mengibaskan tangan dan mengatakan tidak usah bayar. Saya tertegun. Apa maksudnya ya. Ternyata si jukir sedang ditraktir sarapan lontong oleh temannya sampai-sampai ia juga menggratiskan retribusi parkir atas kendaraan saya. Saya pandangi uang kertas di tangan. Ya Allah, hikmah apa yang sedang berlangsung hari ini. Gara-gara kembalian seribu rupiah, balasannya jadi berlipat ganda.
14
5. Mengelola Rasa Takut
Menurut KBBI, takut adalah merasa gentar (ngeri) terhadap sesuatu yang dianggap mendatangkan bencana. Itulah yang sempat saya alami saat tiba-tiba di senja hari ban mobil yang kami kendarai meletus. Demi mengelakkan papasan mobil yang terlalu dekat di sebelah kanan, suami agak banting setir ke kiri hingga melewati berm jalan. Setelah itu jalan mobil menjadi kurang stabil, sedikit oleng hingga kami memutuskan berhenti di pinggir jalan. Waduh, gimana nih, mana bawa uwak yang sudah lanjut usia, anak-anak, apalagi di jalan lintas Medan-Brastagi dekat Dusun Doulu ini belum kami jumpai satu bengkelpun. Mana badan Rausyan mulai hangat, demam tumbuh gigi. Apa karena sejak pulang dari Pandan minggu lalu suami belum ada mengecek kondisi ban dan mesin mobil. Padahal kalau dihitung jarak Medan-Pandan berkali lipat jauhnya dibandingkan Medan-Brastagi. Mungkin sudah saatnya ban beristirahat tetapi diajak jalan terus. Ketakutan saya berangsur lenyap saat suami selesai mengganti ban. Alhamdulillah kami pun bisa melanjutkan perjalanan ke pemandian air panas belerang Lau Debuk-Debuk, Brastagi. Takut itu seperti perasaan yang otomatis muncul begitu saja tanpa permisi. Semacam auto-alarm jika mengalami sesuatu. Bayangkan takutnya saya, jelang magrib, di tepian jurang, tidak ada orang yang mungkin bisa dimintai tolong. Ada lansia dan anak usia dua tahun dalam keadaan demam. Fyuhh... Namun setelah ada solusi, ketakutan pun sirna. Menurut para ahli, berpikir positif salah satu cara paling efektif mengelola rasa takut. Ini sama saat saya di masa kecil menyaksikan film sejarah kesaktian Pancasila. Tiap tanggal 30 September malam, tahun 90-an orangtua saya pasti mengajak 15
nonbar di rumah, film pengkhianatan G.30 S/PKI di stasiun tv milik pemerintah dan satu-satunya waktu itu, TVRI. Ada rasa takut, ngeri dan gelisah saat film ditayangkan. Yang saya ingat terdapat adegan Ade Irma Suryani yang masih sekolah TK, kehangatan keluarga, ada komunikasi khas ayah dan putrinya. Sampai ke adegan-adegan seperti penyiksaan dan pembantaian yang saya tidak sanggup menyaksikannya. Hampir keseluruhan film saya tonton dari balik telapak tangan yang saya tangkupkan ke wajah. Kebetulan di dekat saya ada selimut, saya menutupkan mata dengan selimut. Saya mendengarkan dialog demi dialognya saja. Saya menurunkan selimut dari pandangan kalau tayangan menampilkan percakapan wajar, bukan suara-suara keramaian dan keriuhan peristiwa dalam adegan film. Seperti saat jenazah beberapa jenderal dimasukkan paksa ke satu lubang. Diarak beramai-ramai dan ada yang masih hidup. Seorang jenderal yang matanya ditutup masih berpakaian piyama dengan kedua tangan diikat ke belakang. Ada juga yang hanya mengenakan kaos dalam dan bersarung kotak-kotak. Mereka dikubur hidup-hidupkah? Hiyy... pikiran usia kelas 3 SD saya waktu itu. Ibu menarik selimut yang saya tutupkan ke mata. Tontonlah, kata beliau. Kau harus berani, ini film sejarah. Ada pelajaran PSPB kan di sekolah. Gak apaapa.. berpikirlah positif. Selimut ditarik, tangan saya sigap menggapai-gapai sesuatu yang dekat untuk menutup mata. Untung ada sajadah. Sajadah juga diambil, akhirnya saya tutup mata pakai tangan. 16
Saya coba memaksakan mata melihatnya, mencoba berpikir positif bahwa tidak ada tayangan bersimbah darah dan sejenisnya. Tapi tetap saja ketakutan karena kebetulan sedang melihat gambar anggota Gerwani mengeluarkan pisau silet. Hendak menyiksakah? Siapa yang disiksa? Aduhh.... Nafas saya pendek-pendek sepanjang film. Sesak. Bulir keringat berleleran. Sampai keinginan untuk buang air kecil ke kamar mandi juga ditahan. Takuut. Saya menghela nafas panjang saat film berakhir. Lega. Kesimpulan saya, PKI itu jahat dan kejam. Itu kenangan saya nonton film PKI waktu masih kanak-kanak. Kalau sekarang, saat sudah dewasa, malah sudah punya anak-anak, disuruh nonton lagi, berani tidak ya?
17
6. Berguru Pada Siapa Saja
Indonesia menetapkan pendidikan seumur hidup dalam kebijakan negara, tertuang dalam TAP MPR 1978. Bahwa pendidikan diselenggarakan di dalam keluarga (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama untuk menghasilkan manusia seutuhnya. Apa pun istilahnya, long life education, lifelong learning, tarbiyah madal hayah, menekankan pada kegiatan belajar terus menerus. Jauh sebelumnya Nabi SAW dalam haditsnya mengamanatkan (terlepas shahih tidaknya karena yang kita petik adalah semangatnya), tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat. Belajar dari usia dini sampai mau mati. Kegiatan belajar yang kontinu tak hanya perlu mensyaratkan belajar secara terstruktur. Belajar dapat jauh melampaui sekat-sekat akademik. Mengeksplorasi sumber belajar dari mana saja dan apa saja. Profesor saya dulu pernah menyampaikan bahwa dari tukang becak yang tertidur pulas di becaknya pun kita bisa belajar. Sembari menunggu-nunggu datangnya penumpang ia bisa mengistirahatkan mata dan pikirannya. Sementara orang kaya yang bergelimang harta mengidap insomnia akut. Tidur nyenyak adalah benda mewah baginya sehingga perlu berbagai macam terapi. Pelajaran yang terbentang di depan mata ketika melihat tukang becak yang sedang asik tidur dengan pulasnya di tepi jalan, tak hanya itu saja. Secara tak langsung ia mengajari kita untuk selalu bersyukur dengan pencapaian yang telah diperoleh. Meminimalisasi keluhan yang kadang muncul tanpa sadar dalam keseharian. Sudah jelas dituntunkan Nabi SAW dalam haditsnya bahwa untuk urusan dunia lihatlah ke bawah agar kita senantiasa merasa jadi orang yang bersyukur. Namun untuk urusan akhirat lihatlah ke atas agar kita terpacu untuk menyamai orang yang lebih banyak amal baiknya dari kita.
18
Di sisi lain ada kata-kata hikmah, bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya. Berbuatlah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok. Sebagai motivasi penyemangat diri untuk menyalakan optimisme. Kalau terlalu dini merasa puas dengan pencapaian saat ini, akhirnya kita terperangkap dalam zona nyaman. Sementara NASA telah mematangkan misinya mendarat di Planet Mars. Tentunya jika sudah terjebak lama di comfort zone butuh upaya ekstra keras untuk keluar dari zona itu. Bersediakah kita terlena seperti 'guru' yang tertidur tadi? Selain ayat-ayat tersurat kita juga bisa belajar dari ayat-ayat kauniyah. Melihat hasil ciptaan Allah SWT, alam semesta. Bukti nyata dampak dari pemanasan global sekarang ini menjadi pelajaran bagi kita agar lebih bijak dan ikut berperan serta dalam 'green job'. Keadaan perekonomian yang kian melesu juga ayat kauniyah yang sedang terpampang. Betapa kita sebagai manusia memiliki banyak keterbatasan, kelemahan dan ketidaksempurnaan, sehingga memerlukan perbaikan berkesinambungan. Ungkapan Ali Bin Abi Thalib di zaman dahulu, lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan. Untuk mendukung proses belajar yang terus menerus, ungkapan tersebut ada relevansinya. Jika ingin mendapatkan ilmu membuat soto ayam yang paling enak, tak perlu kita pertanyakan sertifikat chef pada seorang penjual soto yang laris di pasar. Ada ilmu-ilmu yang tak melulu didapatkan di bangku sekolah atau di kampuskampus. Dalam kajian di pesantren malah ada ilmu 'laduni'. Jadi, jangan pernah merasa hebat, merasa pintar atau merasa senior. Di atas langit masih ada langit. Bertemu orang pintar, masih ada lagi yang lebih cerdas. Semakin banyak belajar, semakin tampak bahwa kita masih bodoh. Ternyata masih banyak yang belum diketahui.
19
Jika terlalu cepat merasa pintar, ibarat daun, kita telah menguning, layu, maka fase selanjutnya akan mudah jatuh tertiup angin, berserakan di bawah sana lalu membusuk. Tetaplah merasa hijau terus menerus. Merasa perlu menuntut ilmu. Memiliki sifat rendah hati dan meniru ilmu padi. Nasehat untuk para penuntut ilmu, ilmu itu cahaya. Sinarnya hanya mampu masuk menyinari hati-hati yang bersih. Jadi, jangan pernah bosan belajar. Jangan pernah merasa puas untuk belajar. Bergurulah pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
20
7. Ayah Daring VS Ayah Luring
Tulisan tahun 2017 - Apa itu daring, apa itu luring. Baiklah saya bantu jelaskan ya bagi yang belum tahu. Daring itu online, luring itu offline. Meski terdengar aneh bin tak biasa, suka tidak suka, itulah bahasa kita, bahasa Indonesia. Masih ingat Sumpah Pemuda 1928 kan. Ayah daring berarti ayah online dan ayah luring adalah ayah offline. Di coretan singkat ini yang saya maksudkan ayah daring itu, ayah yang karena sesuatu hal untuk sementara waktu berhalangan hadir secara fisik di tengah keluarganya. Istri dan anak-anaknya. Misalnya sedang bekerja di luar kota. Ayah luring, ayah yang ada secara fisik, berdekatan dengan keluarganya. Tinggal seatap bisa selalu bertatap muka dengan anak-anaknya. Untuk mengefektifkan komunikasi dengan keluarga, maka digunakanlah sambungan telepon atau internet antara ayah dan anak-anaknya. Teknologi komunikasi dan informasi semakin canggih, ayah dan anak-anaknya bisa video call-an (dahulu masih skype). Anak mengerjakan PR Matematika bisa didampingi ayah daring. Memastikan anak-anaknya sudah makan malam, mengaji iqra', minum obat (jikalau sakit) dan bercengkerama bersama si bayi. Semuanya juga bisa dilakukan layaknya ayah luring. Nah, bagi teman-teman yang suaminya berstatus ayah luring, suaminya jangan mau kalah dong dengan ayah daring. Jangan sampai kedekatan fisik dan keleluasaan bersenda gurau secara langsung, tidak dimanfaatkan. Ayah luring malah asik sendiri dengan gawainya, tontonannya atau korannya. Kalau sudah demikian jika disuruh memilih, ingin ayah daring ataukah ayah luring, anak-anak pasti inginnya ayah luring yang selalu bisa mendampingi mereka bermain, berkreasi dan kegiatan seru lainnya. Lho, ekspektasi ini namanya. Hehe. 21
8. Muhasabah Cinta
Katanya, ulang tahun pernikahan ke-13 lambangnya renda (lace). Yang saya tahu renda itu selain indah dan sering dijadikan hiasan, bahannya sudah lebih kuat dari kain biasa. Tak mudah robek apalagi hancur. Ia hanya bisa rusak jika digunting atau dibakar. Saya juga tak memaksa harus sama dan berusaha menghubunghubungkannya. Yang jelas, bersama pria yang saya panggil suami itu, saya tenang. Meski sampai saat ini kami masih terpisahkan jarak di hari kerja. Lalu bertemu di akhir minggu. Tak mengapa karena "lapak" tempatnya mencari nafkah untuk kami, masih di luar kota. Justru suatu hal yang disyukuri ditempatkan di kota yang berjarak beberapa jam saja dari rumah. Bersamanya saya belajar banyak hal. Belajar jadi dewasa, berusaha jadi bijak (walaupun sampai sekarang rasanya belum bijak-bijak juga, haha). Saya yang dulunya fans berat majalah Annida (Majalah Ummi juga sampai sekarang, yang versi daring), sering memimpikan pernikahan romantis dan happy ending ala ala cerpen/novel Ifa Avianty dkk. Kalaupun saya tersadarkan bahwa berumahtangga itu tak melulu soal romantisme, itu baru-baru saja. Hehe. Bersamanya tiga belas tahun, membuat saya belajar berpikir lebih logis. Bahwa ada hal-hal yang lebih besar selain urusan kami berdua. Bersamanya mendiskusikan cita-cita, rasanya egois bila saya terus saja menyuarakan tentang keinginan saya saat ini. Segera lanjut ke jenjang doktor. 22
Ia mengetuk nurani saya, lantas hari-hari apakah setelahnya. Hari-hari dengan lelah yang tak berujung bersama gelombang mainstream. Sesudahnya pasti akan diminta terus dan terus berpacu di jalur sibuk, tanpa henti. Berkompetisi di urusan jenuh yang nyaris tak berbatas. Berlomba memunguti angka kredit, mengejar gelar profesor. Berhentikah? Tidak. Berkonferensi kesana kemari. Cukup? Belum. Masih banyak lagi. Bersamanya saya juga perlahan-lahan belajar untuk mampu mengalah sementara demi prioritas yang lebih tinggi. Demi cita-cita berdua, demi impian bersama. Bersamanya saya menjaga dan membesarkan keempat buah hati titipan Allah. Melihat bara semangatnya menuntun putra putri kami menjadi anak yang shalih shalihah, saya meluluh. Sampai hatikah saya menekuri bidang saya sendirian, merengkuh karir, menyempurnakan gelar. Dengan atau tanpa keridhaannya. Sementara ia dengan segenap hatinya menyambut uluran tangan-tangan kecil itu. Mengarahkan dan membimbing mereka dengan seluruh jiwa dan kasih sayang yang dimiliki ke jalan yang diridhai-Nya. InsyaAllah kita antarkan bersama satu demi satu anak-anak kita memasuki gerbang pendidikannya. Demikian kalimatnya dan mata saya terasa dipenuhi bulir bening yang nyaris jatuh. Ada rasa haru menyesaki dada. Ucapan yang sungguh-sungguh, disampaikan dengan yakin, mengapa jadi amat sangat mengena di hati. Bersamanya tiga belas tahun terakhir ini dan insyaAllah tahun-tahun depannya bila kami dikaruniai umur panjang, saya 23
merasakan, sakinah (tentram), mawaddah (penuh cinta) dan rahmah (kasih sayang). Alhamdulillah.
24
9. Belajar Untuk Fokus
Siapa sih yang tidak ingin menjadi orang sukses. Menurut KBBI, sukses berarti berhasil. Semua orang pasti menginginkan menjadi orang yang berhasil. Baik berhasil di perkuliahan, maupun berhasil di bidang pekerjaan. Namun kadang tidak semua yang beraktivitas itu lantas mampu memperoleh kesuksesan. Menurut Canfield, Hansen dan Hewit dalam buku mereka, "The Power of Focus", ada sepuluh karakter orang sukses. Apa sajakah itu? Yang pertama, fokus. Deskripsinya, orang yang brilian adalah yang memfokuskan waktu dan tenaganya dalam bekerja. Orang yang fokus akan cepat berhasil dan terhindar dari stress. Analoginya, pijar api yang terpencar-pencar tidak mampu menghasilkan apaapa, tetapi saat ia menjelma menjadi kumpulan pijar api yang fokus, maka mampu membelah baja. Demikian juga titik-titik uap air yang terbuang begitu saja. Ketika ia dikumpulkan dan menjadi tenaga uap, bahkan ia bisa menghasilkan listrik yang bermanfaat. Terkadang kita memang perlu memakai kaca mata kuda dalam urusan pekerjaan. Setelah menentukan prioritas, hal selanjutnya yang dilakukan adalah fokus. Fokus artinya menuju pusat. Memfokuskan berarti memusatkan perhatian ke sesuatu. Bisa diartikan sebagai berikut, bersungguh-sungguh mengerjakan suatu hal secara kontinu tanpa terjeda yang lainnya. Di sekeliling kita bisa saja terdapat pencuri perhatian yang mengalihkan kita dari fokus. Sebenarnya, selama si pengambil alih perhatian itu masih dalam bingkai kegiatan yang positif, sah-sah saja kita kerjakan. Namun tetap ada porsi yang berkurang dari kegiatan yang sudah diniatkan dari awal untuk fokus mengerjakannya. Sayangnya realita seringkali tak seindah idealitanya. Inginnya fokus mengerjakan suatu pekerjaan, eh sudah ada lagi gawean yang menuntut 25
penyelesaiannya. Dalam rentang waktu yang sama pula deadline-nya. Untuk kondisi seperti ini harus pandai-pandai memanajemen waktu agar tidak stress. Sandiaga Shalahudin Uno membagikan rahasia suksesnya dalam berbisnis. Filosofi 4S, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas. Saya sepakat dengan rangkaian kata demikian. Untuk fokus, diperlukan pencurahan tenaga (otot), pikiran (otak), dan semangat sampai garis finish. Setelah semua ikhtiar dilakukan, selayaknya memenuhi hati dengan keikhlasan, kerja ikhlas. Kombinasi antara kerja-kerja tersebut berujung pada kesuksesan Berawal dari fokus akhirnya pekerjaan menjadi selesai.
26
10. Berintegritas
Karakter kedua dari sepuluh karakter orang sukses menurut Canfield, Hansen dan Hewit dalam bukunya The Power of Focus, berintegritas. Integritas berkaitan dengan konsistensi. Keteguhan pendirian, keajegan sikap, istiqomah. Konsisten dalam tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip, ekspektasi, dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang yang berintegritas adalah orang yang jujur, singkatnya demikian. Begitu pentingnya integritas ini sampai-sampai dimasukkan menjadi poin penilaian persepsional dalam sertifikasi dosen. Yang menilainya adalah atasan, sejawat dan mahasiswa. Satunya kata dan perbuatan. Boleh jadi hari ini bersikap jujur namun di saat lain tidak. Atau berkoar-koar soal kejujuran, faktanya berlawanan dengan perbuatannya. Jika demikian maka selayaknya integritasnya dipertanyakan. Mendeteksi integritas bisa dengan memahami hadits Rasulullah SAW mengenai tiga ciri orang munafik. Pertama, jika berbicara dia berdusta, kedua, jika berjanji dia mengingkarinya, dan jika diberi kepercayaan dia berkhianat. Secara a contrario, orang yang memiliki integritas adalah orang yang tidak berdusta ketika berbicara. Berkata-kata apa adanya, sesuai dengan kenyataannya. Tidak melebih-lebihkan dan tidak menguranginya. Orang yang berintegritas adalah orang yang menepati janjinya. Tidak sembarang obral janji di sana sini lantas lupa melaksanakannya. Baginya janjinya adalah utang yang wajib dibayarkan. Orang yang mempunyai integritas akan selalu amanah jika diberikan kepercayaan kepadanya. Dia akan menuntaskan tanggung jawabnya sampai selesai. Tidak mencari kambing hitam untuk menutupi kesalahannya dalam meninggalkan tanggung jawab. 27
Begitu hebatnya orang berintegritas ini hingga menjadi salah satu karakter orang yang sukses. Sudahkah kita memilikinya?
28
11. Bersegera Memulai
Karakter ketiga dari sepuluh karakter orang sukses yang diadaptasi dari buku bersama Jack Canfield, Mark Victor Hansen dan Les Hewit, The Power of Focus, adalah memulai. Mau memulai sesuatu, bersegera dalam memulai. Quote populer dari Aa Gym, mulai dari yang kecil-kecil, mulai dari diri sendiri, mulai sekarang juga. Melakukan perubahan sekecil apapun akan sangat berarti bagi peningkatan kapasitas pribadi menuju lebih baik. Tidak perlu mengharapkan perubahan dari orang lain atau dari suatu sistem yang dirasa kurang baik. Sebaiknya memulai dari diri sendiri dahulu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Ar Ra'd:11 yang artinya, Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah diri mereka sendiri. Orang yang ingin pekerjaannya segera selesai, tidak akan menundanunda. Time is money, kata Benjamin Franklin, salah satu tokoh revolusi Amerika Serikat. Don't put off until tomorrow what you can do today, quote terkenal dari Franklin juga. Banyak tertera di sekolah-sekolah sebagai kata motivasi bagi para pelajar. Waktu adalah pedang, jika kamu tidak menghentikannya maka ia yang akan menghentikanmu. Demikian Ali Bin Abi Thalib r.a. menegaskan pentingnya waktu. Sampai-sampai ada surah di dalam Al Quran yang mengabadikan tentang waktu, Al Ashr, masa (waktu). Jadi, untuk semua pekerjaan yang masih tertunda, yuk kita mulai mengerjakannya hari ini.
29
12. Merenungi Pesan Pak Kyai
PESAN KYAI UNTUK ORANG TUA SANTRI KH. HASAN ABDULLAH SAHAL (Pimpinan Pondok Gontor) "Kalau mau punya anak bermental kuat, orang tuanya harus lebih kuat, punya anak itu jangan hanya sekadar saleh tapi juga bermanfaat untuk umat, orang tua harus berjuang lebih ikhlas, ikhlas, ikhlas". Anak-anakmu di pondok pesantren gak akan mati karena kelaparan, gak akan bodoh karena gak ikut les ini dan itu, gak akan terbelakang karena gak pegang "gadget". Insyaallah anakmu akan dijaga langsung oleh Allah karena sebagaimana janji Allah, akan selalu menjaga yang akan menjaga Alquran. Yakin, yakin, dan harus yakin. Lebih baik kamu menangis karena berpisah SEMENTARA dengan anakmu untuk menuntut ilmu agama, daripada kamu nanti "yen wes tuwo nangis karena anak-anakmu lalai urusan akhirat, kakean mikir ndunyo, rebutan bondo, pamer rupo, lali surgo.." (kalau sudah tua menangis karena anak-anak kamu lalai terhadap urusan akhirat. Kebanyakan memikirkan urusan dunia, berebut harta, pamer rupa wajah, lupa surga). “Jadi wali santri itu harus punya 5 sifat dan sikap, yaitu T.I.T.I.P." 1. Tega Harus tega, harus tega, harus tega, harus percaya kalau di pesantren anakmu itu dididik, bukan dibuang. Harus tega, karena pesantren adalah medan pendidikan dan perjuangan. 2. Ikhlas Harus ikhlas, harus sadar kalau anakmu itu tidak akan dibiarkan terlantar, 30
harus ikhlas anakmu dididik, dilatih, ditempa, diurus, ditugaskan, disuruh hafalan, dan sebagainya. Kalau merasa anakmu dibuat ndak senyaman hidup dirumah, ambil anakmu sekarang juga! 3. Tawakkal Setelah itu serahkan sama Allah. Berdoalah! Karena pesantren bukan tukang sulap, yang bisa mengubah begitu saja santri-santrinya Maka berdoalah. 4. Ikhtiar Dana dan doa. Ini adalah kewajiban. Amanat. 5. Percaya Percayalah bahwa anak kalian ini dibina, betul-betul DIBINA. Apa yang mereka dapatkan di sini adalah bentuk pembinaan. Jadi kalau melihat anakanakmu diperlakukan bagaimanapun, percayalah itu adalah bentuk pembinaan. Itu adalah pendidikan. Jadi, jangan SALAH PAHAM Jangan SALAH SIKAP Jangan SALAH PERSEPSI Mereka itu beribadah dengan menuntut ilmu Mereka selalu diajarkan untuk mendoakan ibu-bapaknya. Mereka pergi untuk kembali. Bertemulah jarang-jarang agar CINTA makin berkembang. Membaca pesan penting di atas, saya sampai pada satu kesimpulan. Bahwa ketika memutuskan menyekolahkan anak ke pesantren, ayah-ibu pun harus mau belajar. Belajar mengikhlaskan anak, belajar mematuhi adab-adab pesantren. Belajar memantaskan diri jadi orang tua seorang santri. Selalu mendoakan anak, merendahkan hati meninggikan budi. Tidak hanya 31
anaknya yang dituntut mesti taat tetapi juga orang tuanya. Sebagai suatu sistem pendidikan anak. Lembaga pesantren, guru, kurikulum, dan orang tua santri. Bismillah semoga Faqih Ahmad Royyan si putra kedua kami ini lulus seleksi masuk. Menyusul kakak sulungnya yang telah terlebih dahulu menyandang predikat santri. Kuatkan semangat, Nak. Raihlah kesuksesan dunia dan akhirat.
32
13. Tegas
Tegas menurut KBBI adalah tentu, pasti, tidak ragu-ragu, tidak samar-samar. Dalam bahasa Inggrisnya tegas adalah "assertive", asertif, tidak "yes man". Mengapa tegas termasuk karakter orang yang sukses? Dalam melakukan suatu hal seringkali sulit bersikap tegas. Untuk menapaki anak tangga kesuksesan sudah pasti tak sedikit rintangan yang menghadang. Ingin fokus menjadi penulis, banyak halangan yang mengemuka. Sibuk tergerus rutinitas, buntu ide, malas dan sekian alasan lainnya. Pegiat literasi Denni Candra menegaskan, jika Anda kehabisan ide itu artinya sama saja Anda sedang melecehkan diri sendiri. Saya pikir ada benarnya. Allah SWT mengaruniakan kepada kita otak yang luar biasa. Tinggal bagaimana kita mengasah dan mengoptimalkannya. Prof. Alesyanti sejawat senior saya di kampus (sudah Almarhumah, semoga Allah SWT merahmatinya) pernah mengatakan, ide menulis itu, dalam konteks penelitian, akan selalu ada sejak kita keluar rumah, sampai kita kembali ke rumah. Jadi sepanjang perjalanan kita bisa mengumpulkan gagasan menulis. Relevansinya dengan ketegasan, ketika ide sudah ada maka kita mesti tegas menuangkannya dalam suatu tulisan. Tegas menutup laman medsos, tidak membuka-buka 'notification' dan sebaiknya menunda membalasi komentar teman-teman sementara waktu. Jika sudah menghasilkan tulisan, silakan melanjutkannya kembali. Orang sukses akan tegas memilah dan memilih kebiasaan mana yang akan mendukungnya untuk sukses. Tegas menetapkan tujuan, tidak ragu-ragu membuat langkah-langkah konkret untuk merealisasikan tujuan. Tidak samar-samar dalam melakukan perubahan positif. Jika tidak tegas, bayangkan tujuan dan target yang telah ditetapkan akan melenceng sia-sia. Apakah saya sudah sukses hingga berani menulis tentang kesuksesan? Saya belajar untuk sukses. Sesungguhnya ukuran kesuksesan menjadi relatif. Yang bisa dilakukan adalah memupuk kebiasaan-kebiasaan orang sukses agar 33
menjadi orang sukses. Berusaha memenuhi kriteria agar mencapai karakter orang sukses. So, berani tegas menyisihkan waktu untuk kebiasaan-kebiasaan positif?
34
14. Menghindari “Jika”
Karakter selanjutnya dari orang yang sukses adalah berusaha menghindari kata "jika" saat ingin menyelesaikan suatu pekerjaan. Ingin memulai satu perubahan yang baik, bersedia "jika" ada sesuatu di luar diri yang menjadi pendukungnya. Misalnya, akan menulis "jika" ada imbalannya. Mau menulis di medsos "jika" banyak yang 'nge-like' dan memberikan komentar. Rajin membaca "jika" ada 'reading assignment' dari dosen. Menyelesaikan tugas "jika" ada sanksi kalau telat mengumpulkannya. Saya merenungi waktu yang tersedia untuk saya mencorat coret pemikiran dan perasaan dalam rangka melenturkan jari jemari setiap hari. Kalau ditelisik sebenarnya hampir tidak ada. ART langsung bergegas pulang tak berapa lama saya tiba di rumah. Meski demikian saya bersyukur, bayangkan kalau sama sekali tidak memiliki ART. Saya sempat memimpikan satu kondisi ideal untuk berekspresi dengan bahan bacaan dan tulisan. Jika anak-anak saya sudah beranjak besar, tidak terlalu tergantung lagi dengan saya, maka di saat itu saya akan bebas sebebasnya menuangkan pikiran ke dalam tulisan. Apakah memang benar demikian? Jangan-jangan di saat itu saya tidak memiliki energi sebesar saat ini? Tidak termotivasi sedahsyat kini? Novelis kenamaan Tere Liye mengatakan, waktu yang terbaik menanam pohon adalah 25 tahun yang lalu. Jangan berkecil hati jika belum menanam apapun. Waktu terbaik kedua adalah menanam saat ini. Ternyata setelah memulai menulis rutin beberapa waktu, saat efektif saya menggoreskan pena adalah pada saat 'breastfeeding'. Hal yang awalnya tidak masuk akal menurut saya. Tetapi demikianlah realitanya dan lambat laun saya menikmati proses ini. Ada baiknya menghentikan semua "persyaratan" jika ingin berbuat sesuatu yang berefek positif. Just do it. Lakukan saja. Seperti disampaikan Prof. Kuntowijoyo, budayawan, sastrawan dan sejarawan Indonesia, jika ingin 35
menulis maka ingatlah 3M. Rumus apakah 3M itu? Yang pertama menulis, kedua menulis, dan yang ketiga menulis.
36
15. Teman Yang Inspiratif
Karakter ketujuh dari orang yang sukses adalah mempunyai teman yang inspiratif. Sudah akrab kita ketahui tentang hadits Rasulullah SAW mengenai dampak dari sebuah hubungan pertemanan. Jika berkawan dengan penjual minyak wangi, satu saat kita bisa membeli parfum darinya. Bisa juga dia akan menghadiahkannya pada kita. Atau paling tidak, kita akan tepercik bau harumnya. Sebaliknya jika berteman dengan pandai besi, suatu saat kita akan terkena akibat bara apinya. Atau, jangankan mendapat bau yang harum, malah mendapat bau asapnya. Tentu saja hadits tersebut hanya mencontohkan. Tak perlu tersinggung bagi yang kebetulan mencari nafkah sebagai pandai besi. Masih terkait dengan pentingnya berteman dengan yang memberikan pengaruh baik, kalau ingin mengetahui nilai seseorang, lihatlah dengan siapa ia berteman. Kalau baik teman-temannya, InsyaAllah dia akan baik juga. Kendati bisa saja terjadi perbedaan, secara umum selalu demikian. Berteman dengan para penulis maka sedikit banyak akan memperoleh motivasi untuk mulai menulis. Para developer sukses yang properti jualannya laris manis, pasti rekan-rekannya juga developer yang gigih dan ulet di bidangnya. Advokat kondang, partnernya juga demikian. Bagi mahasiswa, akrab dengan orang yang IPK-nya cumlaude, lambat laun akan terpacu juga untuk lebih rajin belajar. Sunan Bonang, gurunya Sunan Kalijaga, membuat lagu rakyat yang sangat populer sampai zaman sekarang. Tak hanya di kalangan pesantren tetapi juga di masyarakat umum. Tombo Ati, yang bermakna obat hati. Di dalam lima perkara yang menjadi obat hati itu, yang ketiga adalah anjuran untuk selalu berkumpul dengan orang saleh. Sholeh atau shalih berasal dari bahasa Arab yang berarti terhindar dari keburukan. Lawannya adalah thalih, terputus dari kebaikan. Selalu bersama teman-teman yang saleh, yang baik-baik, insyaAllah akan mengondisikan kita untuk selalu berada dalam suasana kebaikan. Termotivasi terus menerus melakukan hal-hal yang positif. 37
Misalnya tengah dilanda kelelahan fisik, ingin menghasilkan sebuah tulisan, yang dapat dilakukan adalah berusaha tetap terhubung dengan teman-teman yang konsisten menulis. Membaca satu demi satu tulisan mereka seakan kita ikut masuk ke dalam kisah-kisah yang dibagikan. Tak segan mereka memosting informasi dan pengetahuan baru yang berharga. Mereka menulis dan berbagi, setiap hari, setiap saat. Seperti quotenya Tere Liye, "menulis itu berbagi." Bersliweran ilmu dan kisah inspirasi oleh teman-teman yang inspiratif. Energi yang seolah hampir habis, menjadi terisi kembali. Memiliki teman yang inspiratif adalah salah satu karakter orangorang yang sukses. Baik, silakan dicek siapa sajakah teman-teman yang mengitari kita?
38
16. Orang Penting Itu ART
Hari ini adalah hari ke sekian si nenek yang bantu-bantu di rumah absen. Alasannya sakit perut. Kalau minggu lalu sakit lutut, minggu sebelumnya demam. Ah tak apa, saya legowo saja menerima "excuse"-nya, menelfonnya balik setelah di-misscallnya dua kali. Toh hari ini saya tidak masuk mengajar, meski harusnya saya ada bimbingan PKM dengan mahasiswa, sedari pagi bikin janji, satu kelompok pun mengatakan belum selesai revisi. Saya juga tak ingin memaksa mahasiswa. Weekend begini mungkin mereka pingin refreshing, setelah satu minggu "full schedule" kuliahnya. Nenek yang menolong saya menjagakan si bayi kalau saya bekerja, sudah berusia 58 tahun. Saya memanggilnya Ibuk, tutur di sini untuk orang yang usianya lebih muda kalau dibandingkan ibu kita. Semisal ibu saya masih hidup, April lalu berusia 61 tahun. Kadang saya memanggilnya nenek, membahasakan anak-anak saya menyapanya. Bekerja sebagai ART saat sudah masuk BUP (Batas Usia Pensiun, menurut UU ASN bagi pejabat administrasi) tentunya amat melelahkannya. Ditambah lagi ada hipertensi dan "kawan-kawannya". Awal menerimanya tiga bulan lalu, saya sudah mempertanyakan mengenai kesanggupannya bekerja di rumah kami. Dia menyatakan sejak usia 16 tahun bekerja jadi ART. Sudah sangat berpengalaman. Meski tidak dikaruniai anak, dia pandai mengurusi bayi karena membantu kakaknya merawat keponakannya. Sempat berjualan rujak bersama suami tapi bangkrut dan tak lama sesudahnya suaminya meninggal dunia. Sebatang kara di kota lain membuatnya kembali ke Medan. Sungguh memilukan, pikir saya. Saya menawarkan hari libur untuknya di hari Minggu atau Sabtu. Suami saya ada di rumah, kami biasa bekerjasama membereskan rumah. Si nenek menolak, biar saja saya datang, katanya. Tinggal sendirian di kos membuatnya bosan. Tidak ada tv ataupun radio, apalagi gadget.
39
Sebenarnya dia memiliki sanak saudara di sini, namun dengan alasan tidak ingin merepotkan, dia memilih indekos. Saya mengajaknya tinggal di rumah kami saja, meski tak besar ada satu kamar lagi yang bisa ditempatinya. Mengefisiensi pengeluaran bulanannya juga. Ia menolak dengan halus, kebiasaannya, setelah sholat Isya langsung tidur. Khawatir tidak sesuai dengan keseharian yang ditumpangi. Hm.. bisa dimengerti. Di usia demikian menurut saya si nenek termasuk cekatan dalam bekerja. Malah saya yang mengingatkannya untuk tidak menyelesaikan semuanya, takut kecapean. Bagi saya yang utama adalah menjaga bayi saja. Bersih-bersih rumah bisa dilakukan sepulangnya saya dari kampus. Ia tampak akrab sekali dengan si bayi. Jika bersamanya bayi saya tenang dan sering tersenyum. Si Nenek tak berhenti mengoceh, selalu mengajaknya bermain. Kadang ia mengayunnya sambil bersenandung. Dari lagu anak-anak sampai album yang ngehits di Golden Memories, acara kesukaannya. Saya bersyukur mendapatkan "saudara" seperti si Nenek ini. ART yang baik dan cocok mungkin suatu hal yang langka di kota besar. Saya hampir lelah dengan sekian banyak tingkah ART. Meski tidak ada yang sempurna, sebagaimana saya yang juga tak sempurna. Saya menganggap si Nenek sosok ideal. Hanya saja sakit yang membuatnya berhalangan hadir beberapa minggu terakhir ini. Saya selalu mendoakannya agar diberi kesehatan. Datangnya dia di setiap pagi sungguh melegakan. Itu artinya saya pun bisa menyiapkan diri untuk berangkat ke kampus. Sebegitu pentingnya dia bagi saya dan keluarga. Semoga "jodoh" kami berpanjangan, setidaknya hingga selesai dulu semester ganjil ini.
40
17. Beda Zaman Beda Artisnya
Saya suka menyelipkan intermezzo saat memberikan materi perkuliahan. Terutama kala mengajar di jam-jam "rawan". Biasanya mendekati pukul 12 siang dan pukul 14. Waktunya makan siang dan beristirahat. Ketika satu dua mahasiswa sudah tampak tidak fokus lagi, ada yang menguap atau kasak kusuk tidak jelas, saya menyelinginya dengan humor atau sejenisnya. Masih terkait dengan topik bahasan perkuliahan, biasanya saya hubungkan dengan masalah hukum yang menjerat para artis atau selebritis. Kalau mengenai gosip artis, beberapa mahasiswa yang tampak mengantuk tadi biasanya akan membetulkan posisi duduknya dan berubah menjadi penuh minat. Tetapi masalahnya, terkadang artis yang saya jadikan contoh, kurang familiar dengan anak-anak muda itu. Tak jarang setelah saya kemukakan satu nama, mahasiswa saling berpandangan menyiratkan bahwa mereka tidak mengenal artis tersebut. Wah, saya pikir kedepannya saya mesti memperbaharui informasi tentang artis yang sedang naik daun atau kekinian, lebih tepatnya yang lagi 'ngehits'. Mencari tahu kabar artis yang sedang digandrungi anak muda tak cukup dengan menonton acara infotainment. Justru mahasiswa tidak merasa klik dengan program TV yang satu itu. Apalagi dengan 'mantengin' sinetron anak muda. Dari beberapa kelas yang saya masuki, sebagian besar mengatakan tidak menonton sinetron. Anak muda lebih memilih menonton situs web berbagi video seperti Youtube daripada mengganti-ganti channel TV. Selain Youtube, orang-orang terkenal di kalangan anak muda adalah selegram (selebriti instagram), contohnya Atta Halilintar, Raditya Dika dengan stand up comedy-nya, Dovi dan Jovi Da Lopez bersaudara, Ria Ricis adiknya Oki Setiana Dewi, Han Yoo Ra dan Lee Jeong Hoon pemain serial Kelas Internasional, dan Natasha Farani yang hobi berbagi tutorial hijabnya. Ada lagi video blog (vlog) yang merupakan perkembangan dari blog. Postingan artikel saja tanpa gambar di sebuah blog, mungkin tak akan dilirik. 41
Karena biasanya pembaca akan lebih mudah mengapresiasi gambar daripada paragraf demi paragraf. Test case, silakan upload foto selfie Anda di medsos, tak berapa lama bermunculan like dan komentar. Bandingkan saja jika Anda mengunggah tulisan, hehe. Benar ungkapan yang mengatakan bahwa sebuah gambar mampu mengekspresikan seribu makna. Suatu tampilan memang lebih eye catching bila disertai foto ilustrasi. Namun tampaknya blog bergambar pun mulai ditinggalkan pembaca. Vlog ternyata memiliki magnet yang lebih kuat daripada sekadar tulisan berilustrasi. Kedepannya, para pengajar kaum muda diharapkan lebih kreatif dan inovatif agar pesan-pesan baik yang ingin disampaikan kepada mereka, dapat diterima dengan efektif. Beda artis di zaman saya mahasiswa dulu, beda artis pula di zaman mahasiswa sekarang. Semoga tidak penasaran dan menebak-nebak, siapakah artis yang saya jadikan contoh dalam perkuliahan tadi ya. Hehe
42
18. Empat Hari Tanpa Gawai
Jumat lalu tablet S*msung saya mati total dan harus ganti LCD. Saya tahu yang buat si putri nomor tiga. Tapi cukup diingatkan sekali saja dia sudah berlinang air mata. Anaknya sudah mengakui dan minta maaf. Ya sudah. Saya memeluknya dan kami bercerita sampai ia tertidur pulas. Empat hari tanpa tab itu saya masih bisa hidup, hehe. Memang sih jadi sedikit ribet kalau untuk posting tulisan. Saya mencobanya lewat netbook. Tapi koq rasanya tidak biasa ya. Seperti sedang mengerjakan tugas. Kesan saya kalau menulis bebas, suasananya santai dan tidak formal. Ah sudahlah, saya juga sedang sibuk yang lain. Empat hari tanpa medsos, saya 'numpang' melihat-lihat linimasa facebook suami. Merasa tidak 'at home' juga meski kami memiliki 'mutual friend' seratusan orang. Mau beralih akun sementara melalui gadget suami, ah rasanya maksa bener. Menunggu tab saya saja yang sempat opname beberapa jam di service center. Empat hari tanpa membuka-buka WAG yang jumlahnya lebih dari sepuluh itu, saya masih baik-baik saja. Saat tab selesai reparasi, ada ratusan chat. Syukurlah tidak ada info penting yang terlewatkan. Sudah tahu duluan lewat SMS. Memang sih, rasanya kembali ke tahun duaribuan. Pakai telepon dan pesan singkat. Saya jadi bisa bertelepon ria berlama-lama dengan Uwak yang suaminya sedang sakit. Menanyakan kabar kerabat yang sudah lama tak bertegur sapa. Beliau-beliau itu tidak ada di medsos. Ah, empat hari yang memberikan hikmah. Kata suami, jadikan kejadian gadget rusak ini sebagai pelajaran. Siap, Boss. Oya, empat hari tanpa ponsel pintar, saya berkesempatan merapikan album foto. Eh, menemukan foto zaman kuliah, lho. Dengan latar kursi panjang di gedung kuliah notariat, hehe. Mahasiswi Fakultas Hukum UGM suka dudukduduk santai di sini. Mumpung Mas-mas dan Mbak-mbak notariatnya lagi gak ada! Hmm...siapa aja nih ya.. miss you all, Girls
43
19. Hujan Yang Dirindukan
Dua hari yang lalu pasokan air untuk warga Kota Medan terhenti. Kabarnya pipa transmisi yang menyalurkan air ke rumah-rumah warga pecah. Uniknya, pipa berdiameter 1000 mm itu posisinya di bawah tanah rumah warga. Berarti harus membongkar dahulu rumah tersebut kemudian memperbaiki pipa yang pecah. Di lingkungan rumah kami benar-benar tidak ada air itu berlangsung selama dua hari. Tanggal 23 dan 24 Oktober. Sebelumnya air hidup byar pet, terkadang hidup seharian, saat lain mati setengah hari. Rutinnya mulai pukul 22.00 WIB air mati dan hidup kembali pukul 04.00 WIB. Hari pertama saya masih santai karena bak mandi penuh, tiga galon air minum isi ulang juga masih bisa diandalkan. Nah, di hari kedua, saya mulai mengambil ancangancang. Menuruti saran suami, saya mendatangi depot air minum isi ulang dekat rumah, minta tolong agar memenuhi bak mandi rumah kami dengan air minum yang dijualnya. Saya pikir sepuluh galon cukuplah. Sesampainya di sana ternyata kondisinya sama saja dengan di rumah. Akhirnya saya kembali dengan tangan hampa. Lalu saya menelepon adik yang menempati rumah orangtua kami. Alhamdulillah pasokan air baik-baik saja. Sayang, rumah orangtua lumayan jauh. Akan banyak makan waktu kalau anak-anak saya boyong ke sana, kasihan si bayi. ART juga ingin cepat pulang. Tak kehabisan akal, saya menghubungi kakak ipar yang rumahnya di kecamatan sebelah. Alhamdulillah pasokan air di rumahnya juga lancar. Singkat cerita, saya menumpang mencuci dan memandikan anak-anak di sana. Tidak lupa juga mengisi penuh galon untuk stok air di rumah. Sembari berharap kran-kran air segera mengucurkan air lagi. Setibanya di kediaman kami, turun hujan sederas-derasnya. Hujan itu memang rahmat. Meski pernah mengeluh juga, satu jam saja hujan besar, pasti akan ada genangan air di sejumlah jalan Kota Medan. Hadirnya hujan kemarin sore pastilah sebagai bentuk kasih sayang Allah pada makhluk-Nya di muka bumi. Menyirami tanaman yang sudah dua hari kering kerontang. Membasahi 44
jalan yang tertutup debu. Mendinginkan suasana hati yang galau karena lelah menanti air. Seketika saya teringat materi hukum lingkungan yang saya ampu dahulu. Saat tahun-tahun pertama menjadi dosen, waktu itu karena masih S1 mata kuliah bisa bergonta-ganti. Untuk mendukung topik bahasan, di awal sesi saya menayangkan video kerusakan bumi di masa depan. Mahasiswa berseru tertahan sepanjang video dipertontonkan. Salah satunya tampak ilustrasi terjadinya perampokan bersenjata. Namun yang dirampok bukanlah emas berlian atau harta benda lainnya. Hasil rampokan itu adalah air! Perebutan sumber-sumber air dimana-mana. Saking parahnya kerusakan bumi akibat ulah manusia, hujan pun tak pernah turun lagi. Saat itu air lebih bernilai daripada uang. Di masa itu saat-saat bertemu hujan menjadi waktuwaktu yang dirindukan.
45
20. Mengelola Sensitivitas
Pada dasarnya setiap orang memiliki sifat sensitif. Hal ini wajar karena tiap orang memiliki perasaan. Namun biasanya istilah sensitif disematkan pada orang yang lebih perasa dari orang yang lainnya. Lawan dari sifat sensitif adalah cuek, masa bodoh, tidak ambil peduli. EGP bahasa pergaulannya, emang gue pikirin. Sebenarnya sensitif ini ada kebaikannya juga. Jika berbuat satu kesalahan maka sebelum diingatkan akan kesalahannya, orang yang sensitif mampu dengan cepat merespon hal itu. Segera memperbaiki keadaan dan meminta maaf. Apalagi kalau kemudian sensitif terhadap hal-hal yang menyangkut nasib orang banyak, tentunya akan membawa sekian hal positif yang cukup membantu. Sensitivitas terhadap pengungsi korban Rohingya, para pengungsi erupsi Gunung Agung di Bali atau sensitivitas terhadap para korban meninggal dan luka-luka akibat terbakarnya gudang kembang api di Tangerang. Mengasah kepekaan sosial. Sensitif yang dibahas di sini adalah sensitif dalam konteks pergaulan seharihari. Terkadang saking sensitifnya sampai berprasangka pada orang lain. Padahal orang lain belum tentu sedang memikirkan diri kita. Masih banyak hal besar lainnya yang perlu dipikirkan dan dicarikan solusinya. Orang yang sensitif entah sengaja atau tidak berpikir bahwa lawan bicara pasti sedang mencari-cari kesalahannya, membicarakan keburukannya. Menghakimi orang lain bahkan sejak dalam pikiran. Tentu saja hal demikian tidak pada tempatnya. Bisa dikatakan kalau sudah sampai berprasangka buruk, maka sensitif tidak lagi menjadi suatu hal yang indah untuk disifati. Itulah segi minus dari sensitif, apalagi oversensitif. Lazimnya, yang "terlalu" tak akan memberikan sesuatu yang positif. Lebay, bahasa spontannya. Kalau sudah demikian, kira-kira bagaimana menguranginya agar tidak destruktif bagi hubungan pertemanan atau relasi dalam pekerjaan? Keep calm 46
and stay positive. Berusaha agar lebih santai saja. Berpikir positif bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, namanya juga manusia. Seperti kata pepatah Arab yang artinya, insan itu tempatnya salah dan alpa. Namun jangan lupa untuk menjadikannya cerminan di waktu yang akan datang. Agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Positive thinking membantu mengelola sensitif yang kadarnya dirasa tidak normal lagi. Tak ada salahnya mengenyahkan negative thinking dengan banyak-banyak tersenyum. Membaca cerita lucu, menonton video kocak, bercanda dengan anggota keluarga atau hal lain yang bisa membuat tertawa bahagia. Terkadang hidup ini memerlukan koma, membutuhkan jeda sejenak. Adapun terhadap orang yang disangkakan negatif akan memojokkan, berusaha tetap ramah seperti biasanya, beri senyuman sewajarnya. Perhatikan apa yang terjadi, efeknya akan luar biasa. Orang yang akan marah besar sekalipun urung melakukannya. Meskipun tetap marah, kadarnya pastilah berkurang. So, demikianlah salah satu cara mengelola sensitivitas dalam pergaulan berdasarkan pengalaman penulis bersama teman-teman dan keluarga. Semoga ada manfaatnya. Salam literasi
47
21. Tentang Kids Zaman Now
Pertama kali mengetahui istilah ini dari videonya Elly Risman, psikolog yang amat peduli pada peran orangtua terhadap anak. Peneliti dahsyatnya efek pornografi pada perkembangan otak remaja. Saya sendiri dengan sengaja pernah memosting foto anak dengan caption #KidsJamanNow. Sekadar mengikuti perkembangan zaman. Suka tidak suka terkadang dirasa perlu untuk mengikuti perubahan bahasa gaul yang tengah tren terutama di kalangan anak muda. Kampus merupakan kumpulan masyarakat intelektual yang semestinya menggunakan bahasa ilmiah. Namun tidak bisa dipungkiri penggunaan bahasa pergaulan yang lebih spontan lebih sering terdengar di mana-mana Hartini (2014: 31). Pemakainya tak hanya mahasiswa dengan rekannya sesama mahasiswa, bahkan sesama dosen juga berkomunikasi dengan bahasa gaul, hingga tak bisa disalahkan jika kemudian muncul juga istilah "lecture jaman now". Perlu diperhatikan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Jika berada di tengah-tengah masyarakat awam gunakanlah bahasa pergaulan. Bila sedang beraktivitas di kalangan masyarakat ilmiah, maka gunakanlah bahasa yang sesuai PUEBI (dulu EYD). Berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), tentu saja menggabung-gabungkan kata berbahasa asing dengan kata bahasa Indonesia seperti Kids Jaman Now, menjadi hal yang salah kaprah. Saya tidak membahas dari segi kata per katanya karena menyadari bukan pakar linguistik. Saya mengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Hukum dengan bobot 2 SKS tiga tahun belakangan ini. Sedikit banyak, membaca juga literatur dan buku teks mengenai bahasa Indonesia. 48
Penggabungan secara serampangan seperti judul tulisan ini menjadikan bahasa Indonesia perlahan-lahan terasing di kalangan penggunanya sendiri. Padahal pemakaian bahasa menunjukkan jati diri dan kewibawaan bangsa. Namun sekali lagi atas nama perkembangan bahasa yang terus menerus berubah, hal-hal seperti ini mau tidak mau harus dimaklumi. Hanya saja yang penting diingat, kita sebaiknya tidak melupakan perjuangan para pemuda 89 tahun yang lalu. Hari Sumpah Pemuda yang jatuh di hari ini membangkitkan semangat kecintaan terhadap tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia. Bahkan Pusat Bahasa mengukuhkan bulan lahirnya Sumpah Pemuda, bulan Oktober ini, menjadi Bulan Bahasa. Kepada ANAK-ANAK ZAMAN SEKARANG, mari bangga menggunakan bahasa yang satu, bahasa Indonesia. Jayalah bahasa negeriku!
49
22. Bila Kelak Roda Berputar
"Ibu pergi ke kampus dulu ya, Nak... nanti InsyaAllah setelah ibu pulang kita main boneka tangan." Sepasang mata bening berbinar bagai mata kelinci membayangkan serunya bermain bersama ibu. Melambai-lambaikan tangan kecilnya melepas ibu yang semakin lama makin jauh dari pandangan. Tinggal si bibik setengah baya yang menemaninya, menungguinya sementara ibu memberikan kuliahnya. Siang terkadang sampai sore, ibu akhirnya pulang. Dengan wajah yang tidak sesegar tadi pagi, tampak lelah dan menenteng tas laptop beserta berkas lainnya. Pasti ibu akan mengerjakannya saat anak-anaknya tertidur pulas. "Ibu, kita jadi kan main boneka tangannya..ibu pegang boneka yang beruang, adek boneka harimau." Baru saja mengucapkan salam dan meletakkan tas di atas meja, celoteh kecil mulai terdengar, menggelayut manja dengan sangat rindu. Seolah tadi pagi belum pernah bertemu. Seakan semalam tidak dikeloni sampai terlelap. Ah anakku, tahukah kau tugas ibu bertambah lagi? RPS yang ibu susun harus direvisi, draf buku ajar ibu yang tak kunjung selesai, serta proposal penelitian ibu belum selesai rancangan diagram fishbone-nya, sementara deadline tinggal 2x24 jam lagi. Ah anakku, siapa yang tak ingin mencurahkan waktu sepenuhnya untukmu. Meski saat liburan semester pun ada saja aktivitas kampus yang mengharuskan ibu meninggalkanmu. Membimbing dan menguji skripsi kakak-kakak mahasiswa. Rapat dosen evaluasi awal atau akhir semester. Kamu pasti mengerti kan Nak, jika ibu libur dan benar-benar beristirahat dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, ibu seutuhnya milik kalian. Ibu tak 50
akan menduakan kalian dengan yang lain. Kalian menjadi saksi bahwa tidak ada waktu yang sia-sia begitu saja bagi kita. Bahwa ada saja yang dikerjakan setiap harinya. Betapa waktu amat sangat berarti kesehariannya. Ibu ingin kalian memahami hakikat waktu. Mengerti bahwa setiap detik yang Allah karuniai untuk kita akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hari akhir. Ibu sendiri belum bernyali membayangkan bila masa itu tiba. Masa roda berputar ke masa depan saat kalian tumbuh dewasa sementara ayah dan ibu bertambah tua. Saat itu pasti posisinya berbalik 180 derajat. Kami yang hari ini meninggalkan kalian demi bekerja memenuhi kebutuhan hidup dan atas nama aktualisasi diri, kelak menghadapi hari-hari pensiun di rumah. Saat itu kami ingin sekali ditemani kalian. Bercengkerama, bercanda tentang lucunya foto-foto kenangan masa kecil kalian. Bisakah kami menuntut kalian untuk senantiasa membersamai kami? Mendampingi masa yang kian asing bagi kami. Menjalani zaman dengan usia renta. Ah waktu..alangkah secepat kilat engkau melesat menjauh. Anakku, ibu malu menuntut kamu dan saudara-saudaramu harus selalu menemani ibu. Sebagaimana hari ini saat ibu lalai karena kelelahan menepati janji bermain boneka tangan bersama. Izinkan ibu lebih bijak lagi mengatur waktu lebih banyak untukmu, untuk kalian semua. Adapun bila masa roda berputar itu tiba, biarlah semuanya menjadi rahasia Allah SWT.
51
23. Meraup Teladan Dari Lelaki Seribu Janda
Beberapa waktu lalu saya membaca postingan mengenai Irul Mustafa, pria yang menjuluki dirinya Lelaki 1000 Janda. Bahkan ia memakai baju kaos bertuliskan hashtag yang sama #Lelaki1000Janda. Setengah detik pertama orang yang belum tahu, mendengar tentangnya, mungkin akan berpikir negatif, wah apalagi nih. Tapi lihat dulu tagline-nya, menafkahi tak harus menikahi. Lelaki kelahiran Jakarta ini berburu janda se-Jadebotabek. Diutamakan janda berusia 50 tahun ke atas dan hidup dalam keadaan serba kekurangan. Roel, panggilannya, membawakan sembako dan menemani janda-janda lansia itu bercerita, bercanda bersama. Tak harus membawa materi, mendengarkan nostalgia saat mereka masih muda, utuh sebagai satu keluarga terkadang sudah membahagiakan mereka. Seringkali Roel menangis mendengarkan kisah pilu tentang kerinduan seorang janda 60-an tahun yang mendambakan kedatangan anak-anak yang telah lama tak menengoknya. Roel teringat almarhumah ibunya. Apa yang dilakukannya terinspirasi dari ibunya. Sebagai wujud kasih sayang dan kangen pada sang ibu. Melihat nasib para janda renta ini, ia berempati betapa sedihnya jika di masa tua dan tak berdaya, sebatang kara karena telah ditinggal meninggal sang suami. Ditambah harus mencari nafkah sendirian. Terkadang masih menanggung anak atau cucu yang ditelantarkan bersama dengannya. Penghasilan para janda tua itu tak jarang Rp. 10 ribu per hari, itu pun dengan mengandalkan sisa-sisa tenaga yang tak seberapa lagi. Maka dengan penghasilannya dari warung steak di kawasan Jakarta, bersama dengan donasi teman-teman relawannya, ia berusaha menafkahi janda-janda itu. Kurang lebih Rp. 5-10 juta ia alokasikan untuk membelikan sembako untuk para janda. Saat ini masih 300 orang janda yang disantuninya. Banyak yang ikut terpanggil mendukung niat mulianya. Termasuk istrinya sendiri. Bahkan istri Roel merekomendasikan janda yang perlu dibantu. 52
Tak hanya memberikan "ikan", kepada janda yang masih potensial melakukan kegiatan ekonomi, Roel mengusahakan "kail" untuk mereka. Contohnya pada Bu Deli. Janda ini hidup bersama anaknya terlunta-lunta tidur di lapak pemulung. Roel mengontrakkan rumah untuk mereka. Pertimbangannya, lingkungan pemulung yang banyak lelaki amat tidak kondusif untuk anaknya, khawatir menjadi korban pelecehan seksual. Bu Deli bercerita bahwa mereka korban gempa Padang 2009. Suaminya meninggal dan mereka berharap dapat hidup lebih baik di Jakarta. Ibu ini pandai memasak sate. Roel membuatkan mereka gerobak dan dalam tempo empat bulan sudah bisa punya dua gerobak. Mereka bisa hidup mandiri bahkan sekarang menitipkan sedekah lewat Roel. Itu hanya satu cerita janda yang berhasil diberdayakannya. Ada cerita janda pemungut keong, pemulung dan masih banyak lagi. Ada yang bertanya mengapa tak mengajukan donasi ke lembaga-lembaga, lembaga zakat, misalnya. Roel beralasan, gerakannya ini gerakan pribadi. Jika ada yang mau menyumbang 100 atau 200 ribu pun diterimanya. Dia tak ingin repot membuat laporan pertanggungjawaban dari institusi penyandang dana. Ah, Roel sungguh mulia gerakanmu. Tanpa surat tugas dari institusi manapun, kau turun ke lapangan. Melakukan apa yang biasa kami, para akademisi sebut dengan pengabdian masyarakat. Bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kau tak perlu menghitung-hitung angka kredit yang bakal diperoleh dari kegiatan itu. Tidak perlu pula meminta para janda tua itu menandatangani (atau cap jempol?) lembar daftar janda penerima sembakomu. Tak ada syarat harus punya satu mitra yang diharuskan membuat surat pernyataan bersedia bekerjasama denganmu, mesti dilengkapi foto-foto di lokasi dan tanda tangan di atas materai 6000 pula. Kau melakukan semuanya tanpa proposal pengabdian masyarakat. Karena kau yakin semua yang kau perbuat insentifnya langsung berasal dari Ar Razzaq, Sang Maha Pemberi Rezeki. Lelaki 1000 Janda, terima kasih telah menginspirasi, kami meraup teladan dari gerakanmu. 53
24. Cyber Baby
"Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan diri mereka sendiri Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu Meskipun mereka ada bersamamu tapi bukan milikmu" Membaca sebait puisi dari Kahlil Gibran di atas, saya merenung. Ya, sepertinya memang demikian. Anak-anak yang dilahirkan sejatinya bukan milik ayah dan ibunya. Pertama, pastinya mereka milik Allah SWT, Sang Maha Pencipta. Anak-anak adalah amanah yang mesti dijaga sebaik-baiknya dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai penjagaannya di hari akhir kelak. Sebagai penerima titipan Allah, sudah sewajarnyalah orangtua memberikan perawatan terbaik pada anak-anak. Mengupayakan pemeliharaan nomor satu agar nantinya tidak merugikan diri sendiri. Supaya anak-anak itu di masa depan tidak menjadi bumerang bagi kedua orangtuanya. Kedua, anak-anak itu adalah milik zamannya. Prof. Rhenald Kasali dalam artikelnya di Rumah Perubahan menyebutkan bahwa zaman sekarang ini adalah zaman pertemuan dua generasi yang paling membingungkan sepanjang sejarah. Generasi orangtuanya, generasi kertas vs generasi anakanaknya, generasi digital. Ini yang menurut Marc Prensky konsultan pendidikan asal Newyork, AS, sebagai digital natives. Anak-anak yang sejak lahir sudah dikelilingi oleh teknologi. Lihat saja bayi sekarang saat hendak difoto. Sadar kamera. Manusia kecil yang masih hitungan bulan itu akan menolehkan wajahnya tepat di kamera dan tersenyum. Sesuatu yang mungkin sulit dijumpai pada zaman dahulu. Orangtua-orangtua muda zaman sekarang sedang memangku cyber babies, meminjam istilah Prof. Rhenald. Anak-anak belajar di dunia siber. Pengaruh 54
kemajuan teknologi informasi yang maju pesat, tak terbendung. Orangtua harus bijak menjadi pendamping putra-putrinya menghadapi zaman. Para ibu mesti bersedia berlari bersama zaman, kata (Almh.) Ifa Avianty dalam bukunya, Anakku Sahabatku. Agar tak dicap "gak nyambung" oleh anakanaknya. Orangtua yang keukeuh mendidik anak-anaknya mengikuti cara-cara pendidikan masa lalu akan tertinggal. Ia tak bisa memaksakan anaknya harus diasuh sebagaimana ia waktu kecil dahulu. Meski menurut saya untuk hal-hal prinsipil, ada metode membesarkan anak yang tetap up to date di zaman sekarang. Pendidikan berdasarkan agama yang jauh berabad silam diajarkan Rasulullah SAW. Metode membesarkan anak yang tak akan lekang oleh waktu. Ia memiliki dimensi futuristik, menjangkau ke masa depan. Untuk itu perkuat basis agama pada anak-anak. Tentunya dimulai dari para orangtuanya. Karena saat ini kita memanggul tanggung jawab yang sangat penting, merawat cyber baby.
55
25. Guruku Pahlawanku
Namanya Zulmawati, kami biasa memanggilnya Bu Zul. Waktu itu usianya memasuki BUP Guru satu tahun lagi. Hari pertama anak saya yang nomor tiga bersekolah, beliau menyambut dengan senyum yang meneduhkan. Tak banyak kata yang dikeluarkannya. Dari sikapnya, siapapun yang mengajaknya bercakap-cakap bisa merasakan bahwa ia perempuan yang lembut. Berbanding terbalik dengan medan pekerjaan yang mesti dihadapinya. Kelas satu SD. Anak-anak kecil yang baru lulus TK satu bulan itu, memiliki bermacammacam keadaan. Ada yang menangis dan mengharuskan ibunya juga duduk di sebelahnya. Yang di sisi kanan tampak mulai berani menaiki bangku. Putri saya yang di rumah biasa bercuap-cuap bagaikan burung Murai, masih diam seribu bahasa. Agaknya ia sedang membaca situasi dan kondisi di sekelilingnya. Waktu itu orang tua diperkenankan menunggui anaknya sampai kelas berakhir. Kebetulan kampus tempat saya mengajar masih libur semester genap. Saya memanfaatkannya untuk menemani anak di hari pertama sekolah. Demi mengingat himbauan Mendikbud Anies Baswedan waktu itu, gerakan mengantar anak ke sekolah. Mengusung tagline, "antar dengan bangga, lepas dengan doa". Meskipun saya sempat berdiskusi dengan suami. Bagaimana pula dengan anak-anak guru. Di saat para wali murid bisa mengantarkan putra putrinya di hari pertama sekolah, para guru diwajibkan 'stand by' di depan kelas menyambut siswa siswi baru bersama orangtuanya. Tulisan kali ini sedang tak membahas hal itu. Ambil saja segi positifnya. Saya penasaran dengan cara Bu Zul mengendalikan keadaan kelas. Bagaimana teknik dan manajemen lokal yang isinya anak-anak dengan berbagai tingkah laku. Saya bayangkan waktu anak kami masih tiga orang saja, kalau sedang 56
bermain di rumah, apalagi rebutan mainan, perang ocehan, wow.. suasananya cukup gaduh. Lha ini anak-anak orang, tidak ada 'bonding' antara ibu dan anak, bisa dimaklumi jika lumayan menguji kesabaran gurunya. Pasti sangat berbeda penanganannya untuk pendidikan orang dewasa seperti di kampus (andragogi). Tampaknya paradigma pedagogi lebih membutuhkan kesabaran yang ekstra. Bu Zul maju beberapa langkah mendekati dan menenangkan murid-muridnya. Sebagian besar langsung diam dan duduk manis di bangku masing-masing. Seorang anak masih berlarian di depan kelas. Sepertinya ia sudah merasa 'at home' di hari pertama sekolah. Bu Zul menghampirinya, memegang bahunya, merundukkan badannya hingga sepantar dengan si anak. Entah apa yang dikatakannya, kami ibu-ibu yang berdiri di pintu kelas kurang dapat mendengar pembicaraan mereka. Lebih terlihat seperti bisik-bisik. Ajaib, anak yang tak bisa berdiam diri itupun langsung menurut dan kembali ke bangkunya. Jam terbang tak bisa bohong. Masa kerja tiga puluh tahun lebih menjadi wali kelas satu tentulah menempanya sedemikian rupa. Hingga suaranya yang pelan saja, sanggup menentramkan seisi kelas. Mungkin inilah yang disebut guru kharismatik. Pengajar yang berwibawa. Mengajar bukan hanya karena panggilan perut tetapi lebih kepada panggilan jiwa. Menghayati perannya sebagai pendidik. Mengutamakan keikhlasan dalam mengajari generasi bangsa, dengan segenap jiwanya. Pastilah ia mengajar dengan hati. Kalau tidak, takkan mungkin anak-anak kecil yang bukan anakanak yang lahir dari rahimnya itu, bisa tunduk dengan senang hati, merasa disayangi dan didambakan oleh gurunya. Tipe sepertimu nyaris jarang dijumpai zaman sekarang ini, Bu Zul. Saya pun memetik pelajaran darimu. Mendidik generasi tak cukup dengan perintah dan larangan. Memanusiakan peserta didik, sabar menunggui pertumbuhan mereka. Memahami fitrah tunas bangsa dalam menuntut ilmu. Mendidik dengan sebenar-benar mendidik. Mengajar dengan melibatkan hati. Terima 57
kasih Bu Zul, bagi saya, ibulah salah seorang pahlawan itu. Salam literasi
58
26. Parents Zaman Old VS Parents Zaman Now Kemarin keluarga besar abang kami mengadakan hajatan pesta pernikahan putri bungsunya. Tentunya bahagia sekali melihat anak perempuan satusatunya akhirnya melepas masa gadis. Di sana bertemu banyak saudara, kerabat dan tetangga yang sudah lama tidak bertemu. Acara walimatul 'urusy memang kerap menjadi ajang silaturahim bagi sanak saudara. Saling sapa, jabat tangan, sun pipi kiri dan kanan, bertukar kabar satu sama lainnya. Diimbuhi gelak tawa dengan riang gembira. Sungguh merupakan hal yang jarang dijumpai jika tidak di dalam acara pesta. Mengingat tiap keluarga sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Tinggal di kota besar nomor tiga se-Indonesia seperti Medan. Hari demi hari dihabiskan menghadapi kemacetan di jalan raya. Bisa bertegur sapa di medsos saja sudah merupakan satu kesyukuran, apalagi bisa kopdar (kopi darat) kata anak zaman sekarang (zaman saya dulu SMA tahun 96-99 istilah ini sudah ada juga). Memerhatikan para orangtua yang anak-anaknya sudah dewasa atau bahkan sudah berumahtangga, ada yang menarik. Pada saat mengabadikan momen kebersamaan yaitu berfoto bersama, parents jaman old itu gayanya lebih seru ketimbang parents jaman now. Orangtua-orangtua muda sibuk menggendong balita dan bayinya masing-masing. Bahkan untuk sekadar berfoto dengan rapi sekeluarga pun tidak sempat. Mahmud, mamah muda lebih sering menanggapi anaknya yang minta diambilkan makan, menenangkan balitanya yang sedang menangis. Atau menidurkan bayi di kamar shahibul hajat, tuan rumah pesta. Alhasil saat-saat berfoto bareng dengan keluarga besar lainnya terlewatkan begitu saja. Uniknya parents jaman now ini legowo dan nrimo. It's not a big deal. Mungkin selama ini sudah kerap berfoto wefie bersama anak istrinya. Tak terlalu baper dengan event dan sejenisnya. Yang lebih diutamakan adalah kenyamanan anak-anaknya dahulu. Berdasarkan informasi hasil penelusuran informasi di beberapa postingan orang di media online, serta mengamati yang sering dilihat, parents jaman old cenderung lebih suka mengacungkan jempolnya saat difoto. Katanya, gaya itu 59
dipilih karena dirasa nyaman saja ketimbang parents jaman now yang relatif santai, bergaya bebas. Apalagi untuk foto acara perkawinan, biasanya ada sesi berfoto formal dan santai. Seseru-serunya parents jaman old berfoto sepertinya tetap parents jaman now yang kekinian. Ditambah ada aplikasi pembuat foto bergerak (boomerang). Parents jaman old pun beramai-ramai ber-boomerang, TikTok, dan nge-reels ria. Aneh saja melihatnya jika parents jaman old malah bergaya "dab" seperti kids jaman now. Bisa-bisa parents jaman now kebingungan. Yang tua mengalahkan gaya anak muda. Haha... Jadi gimana... ingin bergaya ala parents jaman old atau parents jaman now? Tak ada yang salah dengan keduanya, bukan. Asalkan bijak menyesuaikan diri dengan keadaan. Salam literasi
60
27. Makna Toleransi Di Era Revolusi Industri
Makna Toleransi Menurut bahasa, makna toleransi adalah sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu baik di dalam masyarakat maupun di dalam lingkup yang lain. Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tolerare yang berarti sabar dan menahan diri. Menurut Kemendiknas (2010), toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Kondisi umum yang ditemui di saat sekarang ini adalah lemahnya kemampuan bernalar dengan baik, mudah dipengaruhi berita palsu (hoaks), sikap-sikap intoleran, mudah menuduh pihak lain terpapar radikalisme, dan terorisme. Maka memahami makna toleransi adalah bagian dari kemampuan bernalar dengan baik. Menyaring terlebih dahulu setiap informasi yang bersliweran di dunia maya, khususnya media sosial. Landasan Hukum Toleransi Toleransi memiliki landasan hukum di Indonesia yang tercantum di dalam Bab X Undang-Undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia. Bagaimana bunyi pasalnya? 1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
61
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa setiap orang wajib menghormati HAM orang lain, hak untuk menjalankan kebebasannya dengan pembatasan yang dibuat oleh undang-undang. Pihak mana pun tidak bisa melakukan pelarangan pada pihak lain selama yang dilakukan tidak menabrak ketentuan undang-undang, nilai-nilai moral, agama, keamanan, dan ketertiban umum di masyarakat. Toleransi yang Salah Arti Adakah toleransi yang salah arti? Ada. Saat suatu pihak berusaha memaksakan makna toleransi versinya sendiri kepada pihak lainnya, di sanalah toleransi kehilangan makna sebenarnya. Pihak yang menerabas batas tersebut berupaya mengaburkan makna toleransi dengan meredefinisinya menjadi pengertian yang disesuaikan dengan kepentingan politisnya. Toleransi yang salah arti ini dikenal juga dengan toleransi yang salah kaprah. Menimbulkan pertanyaan di benak setiap orang, benarkah yang dimaksud adalah makna toleransi? Ini toleransi atau telor nasi? Contoh Toleransi yang Salah Kaprah Si A beragama X, namun karena "toleransinya" kepada temannya B yang beragama Y maka dengan senang hati ia turut serta menjalankan proses ritual agama lain. Menurutnya itulah toleransi. Dengan menyenangkan hati temannya yang sedang menjalankan tradisi religi, ia telah menjadi orang yang toleran. Si A menjalankan toleransi yang salah kaprah. Alih-alih menerapkan toleransi, ia bisa dikatakan "telornasi" artinya bersikap konyol karena tidak punya pendirian. Mencampuradukkan ajaran agama, meski dalam konteks yang berbeda, dikenal juga ajaran agama yang mencampuradukkan berbagai macam agama, namun yang dilakukan A merupakan bentuk ketidakmampuan berpikir dengan baik. Sehingga ia menyalahartikan toleransi. Contoh Lainnya Pada suatu sekolah menengah negeri, seorang kepala sekolah memanggil siswinya yang mengenakan hijab. Dengan alasan keseragaman berdasarkan 62
aturan berpakaian di sekolah, siswi tersebut diminta melepas hijabnya dan berpakaian sebagaimana teman-temannya siswi lain yang tidak berpakaian muslimah. Jika tidak bersedia maka siswi tersebut dipersilakan mencari sekolah lain saja. Kejadian di atas tentu bukan satu dua kasus tetapi banyak tak terhitung. Syukurnya terjadi di zaman baheula. Di era semaraknya semangat berhijab seperti sekarang ini tentu sudah jarang terdengar. Maka sangat mengherankan jika yang demikian kembali terjadi di masa kini. Ada? Masih ada. Justru pihak yang melarang pemakaian jilbab itulah yang intoleran. Ia tak bisa menghargai prinsip dan keyakinan orang dalam menjalankan kewajiban agamanya. Makna Toleransi di Era Revolusi Industri Revolusi industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan perubahan cara berpikir manusia, cara hidup, cara berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Era ini mendisrupsi berbagai aktivitas manusia di berbagai bidang, tidak sebatas di bidang teknologi saja tetapi hampir di keseluruhan bidang seperti ekonomi, sosial, dan politik. Maraknya kemajuan pesat teknologi informasi di era Revolusi Industri ini menggeser perilaku masyarakat. Cara bertransportasi, cara bekerja, cara memandang sesuatu, termasuk dalam memaknai toleransi. Mudahnya mengakses internet memiliki dampak negatif berupa mudah pula menyebarkan hoaks ke media-media sosial. Inilah yang mesti diluruskan untuk terhindar dari polarisasi dan perpecahan di kalangan warganet. Sebenarnya makna toleransi tidak berubah dari definisi asalnya yaitu saling menghargai perbedaan. Meski zaman mengalami perubahan, justru sikap toleransi menjadi penting untuk selalu dimiliki setiap orang, generasi apapun itu. Mencari Kesamaan di Tengah Perbedaan Toleransi di era Revolusi Industri 4.0 fokus pada kemajuan teknologi yang seiring pula dengan pengembangan SDM. Era menyiapkan daya saing unggul. Semua orang berpacu untuk menjadi yang terbaik di bidangnya masing63
masing. Mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi yang memudahkan pencapaian target-target kerja didukung pula kualitas manusianya. Maka mestinya penyebaran hoaks tidak lagi menjadi jualan pihak tertentu sebab semua orang sudah disibukkan dengan agenda perbaikan diri dan rencana-rencana peningkatan kompetensi. Tiap orang berupaya mencari kesamaan di tengah perbedaan untuk mencapai tujuan bersama, kualitas pendidikan yang baik, tingkat ekonomi yang baik, dan lain-lain yang meningkat dari sebelumnya. Memandang Indonesia tidak lagi secara parsial, namun sebagai satu rumah besar, yang meskipun berbeda, terdiri dari beragam suku, agama, ras, namun disatukan oleh satu visi besar, mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana yang tercantum di dalam konstitusi negara. Kesimpulan Makna toleransi di era Revolusi Industri 4.0 berhubungan dengan pesatnya kemajuan teknologi dan kualitas sumber daya manusia. Sejatinya toleransi tetap berarti sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Semakin tinggi kualitas manusianya, diharapkan semakin dewasa pula cara berpikirnya, semakin baik kemampuan bernalarnya, caranya memandang perbedaan, caranya memfilter setiap informasi yang diterima.
64
28. Ingin Bahagia Dan Pikiran Plong? Kurangi 5 Hal Ini Ingin hidup bahagia dan pikiran plong adalah tujuan dari semua orang, berkeluarga ingin meraih kebahagiaan bersama pasangan, dan anak-anak. Menapaki karir ingin mencapai puncak yang ujung-ujungnya ingin mendapatkan kebahagiaan yang lebih besar. Memutuskan tidak bekerja di ranah publik lagi bagi seorang istri, juga bertujuan agar lebih berbahagia melihat tumbuh kembang anak dengan membesarkannya secara langsung, melalui tangan sendiri. Penyebab Orang Mengejar Kebahagiaan Kebahagiaan jika digabungkan dari pendapat beberapa ahli, dapat diartikan sebagai perasaan positif yang berasal dari kepuasan atas keseluruhan hidup yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi dalam kehidupan. Kebahagiaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi kesehatan yang baik, religiusitas, usia, jenis kelamin, dan adanya rasa syukur. Sementara faktor eksternal yang memengaruhi bahagia tidaknya seseorang, adalah kekayaan, pernikahan, dan kehidupan sosial. Orang yang berusia lebih tua diyakini bisa menerima dan memiliki kepuasan hidup dibandingkan orang yang berusia lebh muda. Semakin tua, orang sudah memiliki makna dan arah hidup yang lebih pasti, lebih percaya diri dalam nilai-nilai, serta lebih optimis. Dari segi jenis kelamin sebenarnya antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda. Namun terkadang perempuan cenderung lebih bahagia dibandingkan laki-laki. Pikiran plong adalah pikiran yang berasa lega, bebas dari beban pikiran yang menghantui. Seperti pada saat kita terkena flu hidung tersumbat tidak leluasa bernapas. Maka saat tubuh sudah sembuh dan kembali fit maka hidung pun terasa plong. Bisa menghirup dan mengembuskan napas dengan lega. 65
Cara Meraih Hidup Bahagia dan Pikiran Jadi Plong Banyak cara yang bisa ditempuh untuk meraih bahagia dalam kehidupan ini. Berikut yang bisa sering-sering dilakukan jika ingin hidup bahagia. 1. Hidup sederhana Sederhana bisa diartikan simpel, bersahaja, apa adanya. Namun bukan juga ala kadarnya. Orang sering keliru mengartikan sederhana dengan sekadarnya. Hidup sederhana itu nikmat sekali. Tidak terpengaruh dengan gaya hidup wah orang lain. Meski memiliki kelebihan uang, orang yang memilih hidup sederhana tetap tidak tertarik dengan menggunakan uang secara berlebihan. Dengan hidup sederhana pikiran pun bisa lebih plong, terhindar dari kejaran debt collector dan tumpukan kertas tagihan yang datang ke rumah setiap bulannya. 2. Mensyukuri yang sudah dimiliki Manusia adalah makhluk yang dinamis. Jika dimaksudkan untuk berkreativitas tentunya menjadi sangat positif. Namun jika konteksnya dalam pengumpulan harta benda sepertinya manusia adalah makhluk yang tidak punya rasa puas. Maka bersyukur adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Berterima kasih pada Allah SWT atas segala yang telah dimiliki. Jadi fokusnya pada nikmat yang telah dirasakan, bukan pada hal-hal yang masih ingin dijangkau, belum terealisasi. Dijamin, pikiran terasa lega, dada tidak lagi penuh sesak setelah mengingatingat begitu banyak nikmat yang luput disyukuri. 3. Menghargai diri sendiri Kita perlu menghargai diri sendiri, mengapresiasi setiap pencapaian yang telah dilakulan meski belum sempurna. Sebab dengan respek terhadap diri sendiri kita akan memandang positif setiap pemikiran yang muncul, berpihak
66
pada langkah dan keputusan yang diambil serta percaya pada kemampuan diri. Hal ini dibutuhkan jika ingin hidup bahagia. Sudah nyaman dengan diri sendiri lebih mudah meraih kebahagiaan dibandingkan orang yang belum berdamai dengan dirinya. Pikiran akan lebih tertata dengan mencintai diri sendiri asal tidak berlebihan hingga terjatuh menjadi narsisisme. Perasaan terlalu mencintai diri sendiri sehingga menganggap hanya dirinyalah yang paling hebat, sedangkan orang lain tidak ada apa-apanya. 4. Selalu ceria dan bersikap ramah Mungkin sebagian orang tidak setuju dengan poin yang ini namun coba praktikkan saat menghadapi anak, yang terdekat di sekitar kita. Saat anak rewel atau tantrum, ibunya bersikap ceria dan ramah menghadapinya. Bisa dipastikan anak akan mereda tangisnya dan mau dibujuk untuk tenang. Sebaliknya jika ibu tidak berusaha bersikap ceria, sulit untuk ramah, malah memarahi anak, mungkin bisa jadi ibu dan anak sama-sama stres. Rasulullah SAW bersabda: Kalian tidak akan dapat meraih hati manusia dengan kekayaan, tetapi raihlah hati mereka dengan wajah yang berseri-seri dan akhlak yang baik. (HR. Al Bazar Al Hafizh Ibnu Hajar) Kepada suami/istri dan anak berikan senyuman level lima, juga kepada teman-teman. Wajah yang berseri-seri bukan karena lengkapnya skincare yang digunakan tetapi karena ada niat baik untuk selalu menyenangkan orang lain. Hal ini berimbas pada hati yang menjadi bahagia dan pikiran pun menjadi lebih plong. 5. Tidak memaksakan kehendak
67
Seringkali dalam meraih suatu target, kita melampaui batas kemampuan diri. Alih-alih mendapatkan reward yang diinginkan, saat tak tercapai berakhir pada keluh kesah, menyesali diri dan akhirnya mengalami tekanan. Untuk itu sebaiknya tidak memaksakan kehendak, saat tujuan dirasa tidak lagi rasional, terlalu jauh untuk digenggam, ikhlaskan. Insyaallah akan ada rezeki dari pintu lainnya. Sikap tidak memaksakan kehendak berbeda dengan sikap lalai sehingga melewatkan kesempatan. Setelah merelakan, pasti perasaan menjadi lebih tenang, pikiran terasa lapang, dan bahagia pun lebih mudah diraih. Kurangi 5 Hal Tak Penting Ini Jika Ingin Hidup Bahagia dan Pikiran Plong Tiap orang memiliki banyak cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun setidaknya ada 5 (lima) hal yang tak penting dan sebaiknya dikurangi untuk hidup yang lebih bahagia dan pikiran plong. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya. 1. Sering mengeluh Mengeluh tidak menyelesaikan masalah justru hanya memperburuk keadaan. Bukan berarti kita dituntut menjadi manusia super yang bisa segalanya dan tak pernah mengeluh. Mengeluh kalau sesekali masih manusiawi, yang membahayakan itu kalau sering mengeluh. Bisa-bisa orang di sekitar kita pun akan menjauh karena tidak ingin terpapar energi negatif dari orang yang sedikit-sedikit mengeluh. So, ingin hidup lebih bahagia dan pikiran plong, kurangi mengeluh ya, tak penting, tuh. 2. Overthinking Overthinking disematkan untuk perilaku memikirkan segala sesuatu secara berlebihan. Pemicunya bisa kekhawatiran akan suatu hal, mulai dari hal-hal sepele dalam keseharian, hingga masalah yang besar. Bisa jadi karena inner child yang masih membayangi kehidupan saat ini dan tidak diselesaikan.
68
Overthinking ini jika dibiarkan menjadi kebiasaan dan sampai berlarut-larut tak kunjung dikurangi atau dihilangkan dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan psikis. Overthinking disebut bisa menyebabkan penyakit sesak napas, serangan jantung, stres dan depresi. Decluttering pikiran bisa dilakukan. Selama ini mengenal decluttering hanya untuk berbenah rumah. Decluttering is:
kita
remove unecessary items from an untidy or overcrowded place Menyingkirkan barang-barang yang tidak perlu dari tempat yang tidak rapi dan penuh sesak. Nah, demikian pula pikiran kita. Lebih baik kita kosongkan dari hal-hal tak penting dan mengisinya dengan hal-hal positif, penuh semangat dan keceriaan. Psst, keceriaan juga magnet bagi rezeki lho. 3. Iri hati dan dengki pada milik orang lain Iri hati dan dengki pada milik orang lain ini wajib dikurangi atau bahkan kalau perlu dilenyapkan dari pikiran dan perasaan. Sifat destruktif ini tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain yang jadi objek iri hatinya. Namun daya rusaknya lebih besar kepada si pendengki karena di hatinya bagaikan menyimpan bom waktu yang suatu saat akan meledak, meluluhlantakkan dirinya sendiri. Untuk itu dalam agama pun kerap diingatkan agar menjauhi penyakit hati iri dan dengki ini. Orang yang punya penyakit iri susah untuk bahagia. Ia sedih melihat orang lain berbahagia dan senang melihat orang lain mendapatkan kesusahan. Semoga kita dijauhkan dari teman yang iri hati dan dengki. Teman berpenyakit hati seperti ini sangat tidak penting berada di lingkaran pertemanan kita. 4. Pikiran negatif Menurut para ahli, manusia memikirkan 40.000-80.000 hal setiap harinya. Bayangkan kalau di antara ribuan pikiran itu didominasi oleh pikiran negatif, 69
betapa ruginya diri kita. Semestinya pikiran bisa diisi dengan hal-hal positif yang mendatangkan produktivitas dan kebahagiaan. Mengalihkan perhatian dari pikiran negatif untuk fokus pada hal-hal penting dalam hidup, harus sering-sering dilakukan. Jika mengarah pada neting (negative thinking), segara alihkan lagi dan berusaha keras untuk fokus pada tujuan-tujuan penting dalam hidup. Latihan-latihan seperti ini mutlak harus dilakukan jika ingin hidup bahagia dan pikiran plong, terhindar dari paparan neting. 5. Terlalu ambisius Memiliki ambisi itu ada sisi positifnya agar pencapaian dalam hidup mengalami peningkatan. Kendati demikian sebaiknya mengurangi sikap terlalu ambisius karena akan merugikan banyak orang terutama diri sendiri. Terlalu ambisius cenderung membuat seseorang menempuh berbagai macam cara bahkan menghalalkan segala perbuatan demi mencapai tujuannya. Menyikut, menjatuhkan dan memfitnah juga akan dilakukan demi memuluskan rencananya. Jangan lakukan hal tak penting ini, sebab meski tujuan berhasil diperoleh, hati nurani tidak bisa ditipu. Pikiran semakin ruwet dikejar-kejar rasa bersalah apalagi kalau sampai berbuat kriminal. Terlalu ambisius menjadikan hati tidak bahagia dan pikiran jauh dari plong. Kesimpulan Ingin bahagia dan pikiran plong bisa dengan melakukan hal-hal kecil namun berarti dalam keseharian kita. Mengurangi hal-hal tak penting dan fokus pada tujuan dan prioritas hidup bisa mendekatkan kita pada kebahagiaan. 5 cara jika ingin hidup bahagia yaitu: hidup sederhana, mensyukuri yang telah dimiliki, menghargai diri sendiri, selalu ceria dan ramah, serta tidak memaksakan kehendak.
70
5 hal tak penting yang harus dikurangi jika ingin bahagia dan pikiran plong: sering mengeluh, overthinking, iri hati dan dengki, pikiran negatif, serta terlalu ambisius. Salam semangat
71
29. Cara Asyik Bersosialisasi
Pernah tidak kamu merasa minder ketika bertemu orang lain terutama teman baru. Ada semacam rasa tak percaya diri ketika melihat seseorang yang lebih luwes bergaul dengan kawan lainnya, tetapi tidak demikian mudahnya dengan kita. Artikel ini membahas tentang cara asyik bersosialisasi yang mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca semua. Mengapa Kita Perlu Memperhatikan Cara Bersosialisasi Tentu saja sebagai makhluk sosial kita penting mengetahui cara berinteraksi yang baik dan bisa diterima di tengah-tengah masyarakat. Berikut alasan mengapa kita perlu memperhatikan cara bersosialisasi. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaan Manusia tidak bisa hidup sendiri, ia pasti membutuhkan teman, keluarga, teman-teman dalam bekerjasama, menjadi anggota masyarakat, dan ruang lingkup bersosial lainnya. Jika ia tidak bersosialisasi dengan sebaik-baiknya, maka bisa disebut ia gagal dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar lalu menarik diri, dan bisa-bisa dijuluki makhluk "ansos" atau antisosial. Memperluas jaringan pertemanan Di masa seperti sekarang ini, memperluas jaringan pertemanan itu sangat penting. Hal ini didukung dengan bermunculannya di media berbagi pesan seperti WhatsApp dan Telegram, juga di media sosial Facebook Group, berbagai macam komunitas berdasarkan passion, kesamaan profesi, dan kepentingan. Sehingga tak jarang, orang yang tidak tahu cara bersosialisasi yang asyik, jadi kehilangan akses di lingkaran pertemanan. Menambah pundi-pundi rezeki
72
Yup, semakin luas jaringan pertemanan, maka bukan tidak mungkin akan membuka peluang dan pintu rezeki kita. Karena bagi kamu yang pemilik bisnis, promosi dari mulut ke mulut sudah lama diyakini sangat efektif ketimbang jor-joran memasang iklan di platform tertentu. Ada saja teman yang bakal merekomendasikan kamu job yang sesuai dengan bidang yang dikuasai, sehingga bisa dikatakan banyak teman banyak rezeki. Bisa menjadi semakin bahagia Idealnya kalau orang punya banyak teman ia berpotensi menjadi lebih berbahagia, karena ia bisa memiliki alternatif kawan yang lainnya ketimbang dihadapkan dengan lagi dengan orang yang sama. Bukan rahasia lagi jika dalam suatu hubungan pertemanan terkadang ada naik turun suhunya. Nah, jika temanmu banyak, jika sedang kurang sreg dengan seseorang daripada saling menyinggung perasaan, bukankah lebih baik beralih ke teman-teman lainnya? Biarkan waktu yang mengademkan suasana terlebih dahulu. Membentuk pola pikir yang matang Orang yang terbiasa berinteraksi dengan banyak orang biasanya menjadi pribadi yang matang, dewasa dalam berpikir dan mengambil sikap. Bandingkan dengan orang yang "gak gaul" ia akan menjadi pribadi yang berpemikiran sempit, cenderung egosentris, dan kurang asyik dijadikan rekan atau teman. Cara Asyik Bersosialisasi Lalu bagaimana cara asyik bersosialisasi? Berikut pembahasannya, dibaca sampai habis ya. Tidak memaksakan orang harus menerima diri kita Setiap orang adalah pribadi yang mandiri, bebas, dan tidak mau didikte orang lainnya. Maka ketika bertemu teman khususnya orang yang baru kamu kenal, misalnya kawannya kawan kamu, bersikaplah biasa saja. Tidak perlu berpikir 73
dia harus jadi teman kamu juga. Ada orang yang pada akhirnya hanya sebatas menjadi kenalan saja, tidak lantas menjadi teman apalagi sahabat karib. Jadi tidak perlu memaksakan kondisi agar orang lain harus bisa menerima diri kita apa adanya. Dalam bersosialisasi orang-orang membutuhkan kenyamanan untuk bisa menerima orang lain. Saat orang belum nyaman dengan kita ya biarkan saja. Orang-orang membutuhkan kenyamanan dalam bersosialisasi, tidak butuh kesempurnaan Menerima diri sendiri sepenuhnya Saya pernah menyaksikan teman yang difabel tetapi dia bisa membuat orangorang di sekitarnya nyaman bergaul dengannya. Kalau dipikir-pikir kok bisa ya dia begitu, padahal kalau kamu becermin, mungkin lebih "sempurna" diri kamu (secara fisik). Ternyata rahasianya adalah dia menerima dirinya sepenuhnya. Dia nyaman dengan kondisi diri dan hal itu membuat teman-temannya merasakan perasaan yang sama pula. Maka belajar dari dia, buat diri nyaman senyamannyamannya, dengan demikian saat bersosialisasi, orang lain juga akan nyaman bersamamu. Jangan pelit untuk tersenyum Senyum adalah bahasa universal yang dimengerti sebagai hal positif bagi setiap orang di mana saja berada. Wajah yang murah senyum tentu memberikan kesan berbeda dengan yang pelit senyuman. Bahkan tidak hanya kepada sesama manusia, pada alam semesta pun kita mestinya memberikan senyuman. Agama juga memberikan tuntunan bahwa senyum di depan orang lain adalah sedekah. Membiasakan punya wajah suka tersenyum bisa dimulai dengan membuka jendela di pagi hari, memandang langit yang luas di atas kepala
74
seiring rasa syukur kepada Sang Pencipta bahwa kita diberikan tambahan usia satu hari lagi. Eit, jangan disamakan dengan senyum orang tidak waras ya, yang suka senyum-senyum sendiri. Beda kualitas dan tujuan tersenyumnya kalau ODGJ. Tiga cara asyik bersosialisasi di atas, relatif mudah dilaksanakan, karena kontrolnya ada pada diri kita sendiri. Jadi, asyik tidaknya bersosialisasi dengan orang lain, sangat dipengaruhi dengan motivasi internal dari dalam diri kita sendiri. Kesimpulan Cara asyik bersosialisasi ada 3 yaitu, yang pertama, tidak memaksakan orang lain harus menerima diri kita, yang kedua, kita justru yang harus menerima diri kita sepenuhnya, dan yang terakhir adalah jangan pelit untuk tersenyum. Hal yang paling sederhana justru yang paling mudah memberikan kenyamanan bagi orang lain. Selamat mempraktikkan (lagi) ya.
75
30. Bahagia Versi Diri Sendiri
Kalau ditanya apa ya bahagia versi diri sendiri? Hmm, yang pasti ketika terus menerus berada dalam kesyukuran, bisa beribadah dengan tetap semangat, bisa bekerja dengan profesional dan menjalani keseharian dalam keadaan sehat. Wah, banyak juga ya… Bahagia Itu Tak Sulit Diraih Sebenarnya Paragraf paling atas itu adalah kebahagiaan saya. Yah itulah bahagia versi diri sendiri, sebenarnya ia tak sulit diraihm sudah dinikmati sehari-hari, sederhana saja, seperti lirik lagunya Abdul dan Wina Natalia berikut: Bahagia itu sederhana Hanya dengan melihat senyummu Ketika dunia seakan mau hancur Kita bercanda, tertawa bersama Sederhana Melihat tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya saja sudah membuat hati dipenuhi rasa syukur. Mengetahui bahwa pasangan hidup tetap setia apalagi… hmm, semakin happy deh rasanya. Paling tidak banyak hal telah dikecap selama ini, nikmat iman, nikmat waktu luang, khusus di masa pandemi, nikmat tetap sehat walafiat adalah kebahagiaan tak terkira rasanya Tersenyum bahagia Berikut rincian bahagia versi saya: 1. Keluarga sehat-sehat semua, suami dan anak-anak adalah harta yang paling berharga di dunia dan akhirat nanti insyallah, semoga senantiasa dilindungi Allah SWT. 2. Memiliki waktu menulis secara rutin. Wah, ini kebahagiaan banget bagi saya karena kesibukan sebagai istri, ibu empat anak, dan pengajar di perguruan tinggi membuat waktu duduk menulis menjadi terjepit 76
bahkan hilang bagaikan ditiup angin. Namun orang bijak mengatakan bahwa penulis tidak menunggu waktu yang tepat untuk menulis, tetapi penulis memang meluangkan waktunya untuk menulis. Mudah-mudah tidak salah ya, baca sekilas di Twitter seperti itu. 3. Anak-anak mencintai ilmu pengetahuan. Nah, di masa PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) seperti ini saya dan suami berusaha membuat anak enjoy dengan belajarnya. Mereka buka buku sih, tapi karena alasan PR semata, diminta guru membuka halaman sekian, setor tugas, selesai. Hiks 4. Bisa melanjutkan studi dengan beasiswa. Hmm, siapa sih yang tidak mau dibiayai pemerintah untuk lanjut sekolah lagi hingga jenjang akademik tertinggi? Namun harus dimaklumi juga bahwa seluruh negara di seluruh dunia ini sedang disibukkan dengan vaksinasi sehingga dana untuk menyekolahkan dosen (katanya) terpakai untuk itu. Ah, semoga bisa lulus beasiswa. Aamiin. 5. Bisa traveling lagi bareng keluarga. Nah, sepertinya poin kelima ini menjadi harapan dan hal yang bikin bahagia orang di seluruh dunia ya. Siapa sih yang tidak ingin bebas jalan-jalan lagi seperti masa sebelum pandemi? Khusus yang nomor 4 saya pikir tidak semua orang bisa melanjutkan studi dengan beasiswa. Maka jika bisa lulus lagi didanai dengan beasiswa, saya amat sangat berbahagia dan bersyukur. Seperti pendidikan S2 kurang lebih 11 tahun yang lalu. Bismillah saya menyusun berkas pendaftaran saat anak kedua berusia 8 bulan. Senang sekali saat akhirnya lulus dan saya tinggal duduk tenang saja belajar, urusan dana sudah dikover Dikti. Kesimpulan Bahagia versi diri sendiri tentunya akan berbeda-beda, tergantung sudut pandang dan perasaan penulisnya. Seperti saya, bahagia menurut saya jika keluarga sehat semua, bisa menulis dengan rutin tanpa distraksi, anakanak mencintai ilmu pengetahuan tak hanya karena ada PR baru buka buku, bisa melanjutkan studi dengan beasiswa, dan bisa traveling bareng keluarga lagi seperti sebelum masa pandemi. Semoga bisa ya, mari kita doakan bersama agar masa pagebluk ini lekas berlalu.
77
Demikian sharing singkat saya kali ini, Teman-teman… jika ada yang ingin dibagikan ke saya, silakan tinggalkan komentar di bawah ini ya. Terima kasih.
78
31. Cara Mencintai Diri Sendiri Sebelumnya selamat datang saya ucapkan di blog nafanifa.com. Tadinya blog ini saya hadiahkan buat suami tercinta yang ingin menulis blog juga seperti saya. Namun karena satu dan lain hal terkait rutinitas ngantornya yang sangat padat, jadilah setiap pulang kantor langsung tidur, tidak sanggup buka-buka laptop lagi. Beliau mempersilakan saya untuk mengisinya, sayang kan blognya penuh debu dan jelaga, jadi saya bersih-bersih nih ceritanya. Mengapa Perlu Mencintai Diri Sendiri? Kalau ditanya seperti ini pasti jawabannya tak terhingga dong ya, sebab yang namanya mencintai diri mestinya wajib hukumnya. Karena tidak mungkin kita akan bisa mencintai pula orang lain jika kita belum selesai mencintai diri sendiri. Berikut alasan mengapa penting mencintai diri dulu baru kemudian orang lain 1. Orang yang mencintai dirinya biasanya percaya diri, Memiliki rasa percaya diri adalah salah satu pendukung kesuksesan kamu di bidang apapun. Percaya bahwa kamu bisa mengerjakan suatu pekerjaan, ini adalah afirmasi positif yang melejitkan potensi diri. 2. Orang yang mencintai dirinya akan selalu bersemangat menyongsong pagi hari. Yup, sebab ia mempunyai sederet rencana yang akan dilakukannya sebagai efek dari tingginya motivasi internal yang datang dari dalam diri. 3. Menjadi mudah berempati pada orang lain. Tak heran jika orang yang punya self love dalam dirinya, akan pandai menimbang rasa pada orang lain, dia akan berhati-hati pada tutur kata dan sikap. Sebab sebagai orang yang mencintai diri, ia tahu betul tidak nyamannya jika diperlakukan sembarangan oleh orang lain. 4. Mengasah jiwa sosial pada orang lain. Orang yang mencintai dirinya lebih mudah terpanggil untuk orang lain. Contohnya ketika kamu sedang naik pesawat, pramugari akan memperagakan tutorial memakai masker oksigen untuk para penumpang. Salah satu anjurannya adalah pakai dahulu masker buat diri sendiri barulah menolong memakaikan 79
ke orang di sebelah kamu. Begitu pentingnya mengamankan diri sendiri terlebih dulu. 5. Orang yang mencintai dirinya tentunya menjadi orang yang berbahagia. Ketika seseorang nyaman dengan dirinya, pastinya ia jarang mengeluh, menyesalkan kondisi yang ada yang ujung-ujungnya tidak bersyukur dan tidak bahagia. Tetapi berbeda dengan orang yang menerapkan self love, ia penuh syukur yang mendatangkan kebahagiaan. Cara Mencintai Diri Sendiri Menurut kanal Youtube Satupersen, ada 3 (tiga) elemen yang membentuk cara dan mampu membuat kita menjadi lebih bisa mencintai diri sendiri. 1. Perlakukan diri sendiri dengan baik Kecewa sama diri sendiri sah-sah aja, namun jangan sampai menyesali diri dan akhirnya berkeluh kesah seolah kamu tidak mensyukuri segala kebaikan yang sudah kamu miliki. Jadi katakan pada diri, “Kita emang gagal kali ini, tapi next time bisa kita coba lagi ya.” Coba rasakan aura positifnya dibandingkankan melihat muka kamu lagi cemberut saat becermin. 2. Manusia bukanlah makhluk yang sempurna Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Selama ia masih manusia pastilah memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan. Perbedaan di antara manusia yang tidak sempurna itu adalah kemampuan untuk mengelola ketidaksempurnaan menjadi nilai lebih dengan ikhtiar yang maksimal. 3.Biasakan diri melatih diri mindfulness Mindfulness dalam self love bisa berarti sikap menerima keterbatasan diri dan mau mengapreasiasi diri. Sehingga pikiran kamu bisa lebih tentram, tidak membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain, dan sebagainya. Kesimpulan Cara mencintai diri sendiri ada 3 yaitu, dengan memulai segalanya dari diri sendiri, lalu menerima fakta bahwa manusia bukan makhluk yang sempurna, dan melatih diri mindfulness.
80
Demikian sharing perdana saya di blog anaknya Fadlimia ini, harap maklum kondisinya masih seadanya, insyaallah akan ditingkatkan lagi menjadi blog yang menarik dan tentunya memberikan manfaat bagi banyak pembacanya. Salam sehat!
81
32. Menerapkan Prokes Tanpa Stres
Hai, Teman-teman… apa kabarnya… semoga sehat semua ya… Miris sekali saat membaca berita duka cita di grup-grup obrolan. Covid-19 pelan-pelan telah merenggut orang-orang terdekat teman-teman. Bahkan di keluarga besar kami pun kakak sekeluarga yang terdiri dari 6 orang dalam satu keluarga, sempat dirawat di RS karena ada gangguan pernafasan akibat virus menular ini. Lalu ada pula cerita seorang kolega yang setelah terkena Covid-19 ia pun bisa positif kembali. Ternyata infeksi tak mengubah susunan sel-sel tubuh sebagaimana yang dinyatakan beberapa ahli. Bahwa orang yang berhasil sembuh dari Coronavirus, akan kebal dan kemungkinan besar tidak akan tertular kembali. Apa yang bisa kita lakukan untuk tidak terinfeksi Covid-19 kembali? Anggaplah kamu sudah kena Covid-19, maka jawabannya adalah lebih disiplin lagi menerapkan protokol kesehatan. Mau tidak mau harus ketat menjaga diri dan keluarga. Namun jangan sampai merasa stres ya. Berikut ulasan menerapkan protokol kesehatan tanpa stres. Prokes 5 M Protokol kesehatan atau jamak disingkat prokes dulunya hanya 3 aktivitas yang familier disebut 3M: 1. Mencuci tangan 2. Memakai masker 3. Menjaga jarak Mengingat masih masifnya perkembangan Covid-19 di tahun kedua pandemi ini, maka prokes 3 M pun ditingkatkan menjadi prokeds 5 M, yaitu dengan menambahkan 2 protokol lagi: 4. Menghindari kerumunan, jika kegiatan yang akan kamu datangi ternyata malah menciptakan kerumunan orang-orang, maka sikap bijak yang harus diambil adalah memilih untuk tidak pergi atau cari tempat yang lainnya.
82
5. Mengurangi mobilitas, jika hal yang akan dilakukan tidak penting-penting amat, lebih cerdas jika tetap berada di rumah saja. Dengan stay at home insyaallah kamu bakal lebih sehat karena terhindar dari kemungkinan paparan Covid-19. Menerapkan Prokes Tanpa Stres Apakah orang bisa stres dalam menerapkan prokes? Ya, tentu saja bisa. Seperti yang disampaikan kakak saya yang kepala puskesmas di suatu kecamatan. Ketika ada orang yang berkunjung ke puskesmas tanpa masker lalu diminta memakai masker dulu lantas cuci tangan di wastafel yang disediakan, orang tersebut malah marah-marah dan ingin meninju staf medis pria yang berpakaian APD (Alat Pelindung Diri). Kenapa saya sebut orang tersebut stres? Usut punya usut ternyata ia kecewa dengan anjuran staf puskesmas beberapa bulan sebelumnya yang mengharuskan semua masyarakat disiplin memakai masker dan mencuci tangan. Ia turut menerapkannya pula, akunya. Namun tetap juga terpapar Covid-19, hal ini diketahui dari hasil SWAB PCR nya yang positif. Padahal ia tidak merasakan apapun dan sehat-sehat saja tak ada keluhan. Karena dinyatakan OTG maka pihak medis meminta untuk melakukan isolasi mandiri, karena meski dia sendiri tidak ada apa-apa, dikhawatirkan anggota keluarga yang lain terlebih yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), terancam kesehatannya. Menerapkan prokes mestinya dilakukan dengan senang hati. Karena inilah jalan untuk selalu menjadi sehat. Mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak harusnya sudah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari di era kebiasaan baru ini (new normal). Apa yang saya lakukan dalam menerapkan prokes tanpa stres? 1. Menerima dengan lapang dada bahwa tak ada acara keluar tanpa pakai masker. Sudah menjadi bagian dari outfit keseharian, kalau keluar rumah meski hanya ke warung tetangga, wajib menggunakan masker. Rasanya kurang lengkap melangkan keluar rumah tanpa adanya penutup hidung dan mulut ini. Apalagi muncul info terbaru mengenai mutasi virus Corona menjadi beragam varian seperti varian Delta. Bisa menembus masker pula! Belum lagi habis rasa takjub dengan 83
2.
3.
4. 5.
mampunya si Corona varian baru ini membobol benteng pertahanan masker, sudah muncul pula varian Delta Plus. Kabarnya bisa menembus masker 2 lapis. Subhanallah… Tidak malas mencuci tangan kalau pulang dari mana-mana atau saat akan menyentuh wajah, terutama hidung dan mulut. Hal ini harus ditaati jika tak ingin terbebas dari ruang isolasi, ventilator, positif, isolasi mandiri, atau apapun namanya yang menandakan bahwa kamu terpapar Covid-19. Lagipula dengan membiasakan selalu mencuci tangan, selain menjaga kebersihan tangan dan yang dipegang, juga jadi harum kan tangannnya. Oya, di dalam tas, di mobil, di sepeda motor, di banyak tempat di dalam rumah kami, selalu tersedia hand sanitizer sebagai pengganti sabun cuci dan air jika perlu cepat membersihkan tangan. Jangan segan menjauh dari tetangga, wah ini saya terapkan bukan berarti saya sombong ya, tetapi untuk menjaga nalar tetap sehat dalam menerapkan prokes. Banyak orang mendengung-dengungkan prokes namun saat berinteraksi dengan tetangga malah tidak jaga jarak saja. Apalagi ibu-ibu yang sedang belanja di warung tetangga tuh, tidak sadar malah bahu kiri dan kanannya bersinggungan dengan bahu tetangganya saat memilih-milih sayuran. Pengalaman saya, langsung meminta diri atau mengambil jarak agar tidak berdempetan dengan tetangga tersebut. Kita tidak tahu dia sudah kontak erat dengan siapa saja sebelumnya, bukan. Tidak pergi ke tempat yang berpotensi membuat kerumunan. Memilih untuk berdiam di rumah sambil mengerjakan pekerjaan yang bisa diselesaikan dari rumah saja.
Kendati demikian saya tetap berempati kepada saudara-saudara kita yang di luar sana, harus keluar rumah juga menjajakan dagangan kaki limanya. Sebab jika tidak keluar maka tidak ada pemasukan keuangan keluarga. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan semuanya bisa kembali seperti sedia kala dan bisa jadi lebih baik lagi. Amin. Kesimpulan Menerapkan prokes tanpa stres tentu bisa saya dan kamu lakukan. Dengan menaati protokol mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. Meyakini bahwa
84
menjalan prokes dengan keikhlasan hati demi kesehatan diri dan keluarga adalah solusi untuk tidak merasa tertekan dengan kondisi sekarang ini. Salam sehat
85
33. Kuliah Itu Prihatin
Memperhatikan gaya dan penampilan mahasiswa zaman sekarang, ingatan saya kembali ke masa kuliah dahulu. Saya memiliki sahabat yang berpenampilan apa adanya. Berlatarbelakang keluarga petani, ia menginspirasi saya untuk selalu tampil sederhana. Bahkan katanya, kuliah itu mestinya prihatin. Sederhana yang dimaksud adalah tidak berlebihan, bersahaja, sedang-sedang saja, tidak terlalu wah, tidak juga asal-asalan. Pertengahan. Saya hampir hafal macam-macam blus, jilbab dan rok, atau kulot yang sering ia kenakan ke kampus. Apalagi sepatu sandalnya, di semua kesempatan nyaris memakai sepatu yang sama. Tapi jangan ditanya indeks prestasinya berapa. Sahabat saya itu summa cumlaude! Dalam hal belajar justru ia tidak sederhana. Maksudnya, ia tak ingin menjadi biasa-biasa saja soal pencapaian prestasi. Rajin sekali melengkapi catatan. Teman-teman yang lain sampai memfotokopi tulisannya. Saya juga tak ingin ketinggalan. Sebenarnya tulisan sahabat saya itu tidak bagus-bagus amat. Rasanya malah lebih teratur tulisan tangan saya (haha..memuji diri sendiri pula). Mungkin karena duduknya selalu tepat di depan dosen menjadikannya mudah mencatat kuliah. Posisi menentukan prestasi, kata saya dan temanteman. Satu saat sahabat saya mengabarkan bahwa dia akan pindah ke indekos. Sebelumnya tinggal di rumah kerabatnya. Katanya ingin fokus belajar. Maklum, saudara yang ditumpanginya tersebut memiliki dua anak yang masih kecil-kecil. Namanya menumpang tinggal, ya sedikit banyak ia membantu membereskan rumah dan jika sedang tidak ke kampus, ia pun menjaga anakanak familinya itu.
86
Saya diajak ke kos barunya. Merepresentasikan keprihatinan. Ruangan yang pas-pasan memuat satu orang saja. Kasur yang tak begitu tebal, lemari yang pakai resleting, rak sepatu, dan hal terpenting baginya saat itu. Meja belajar. Baginya kemanapun ia pindah, syarat utamanya mesti ada meja untuk belajar. Saya melihat ada lampu belajar yang harganya sangat terjangkau anak kos masa itu. Sesekali saya pun mengajaknya menginap di ponpes mahasiswa tempat saya tinggal selama kuliah. Ponpes di kawasan Krapyak, Yogyakarta. Namanya juga ponpes, saya tak bisa seenaknya memasukkan teman. Ada peraturan pondok yang wajib dipatuhi. Sahabat saya salut karena katanya, ia belum tentu sanggup seperti saya. Membagi waktu antara kuliah di UGM dan belajar kitab kuning di pondok. Baginya harus fokus dengan perkuliahan semata. Bersama dengannya walau tak setiap hari sungguh banyak mendapatkan pelajaran. Saya yang waktu itu uang bulanannya termasuk yang lumayan, belajar berhemat darinya. Kalau kami memperoleh beasiswa, sahabat saya benar-benar membelikannya buku dan keperluan kuliah lainnya. Tidak pernah saya ketahui ia menghabiskannya untuk membeli baju baru, sandal bagus, dan seperangkat alat make up seperti lazimnya seorang gadis. Benarbenar prihatin. Biaya makan juga tak perlu melihat tanggal. Kata orang, anak kos itu akan makan di rumah makan Padang di awal bulan. Lalu nasi kucing angkringan di pertengahan bulan dan mie instan di akhir bulan. Haha. Sahabat saya itu mengajak makan di warung makan yang murah. Tapi tak asal murah lalu makan apa saja. Kalau sekarang, istilah makanan sehat adalah yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Kami dulu makannya yang empat sehat namun jarang sempurnanya. Maksudnya terkadang karena kesibukan kami lupa membeli susu. Untuk persoalan makan, tak perlu bermewah-mewah. Namanya juga masih kuliah, prihatin.
87
Perpisahan kami saat ia diwisuda lebih cepat beberapa bulan dari saya. Ia langsung mengikuti tes penerimaan pegawai bank sentral di negeri ini. Sempat bertelepon dengannya, dia curhat kalau tesnya berlangsung enam kali dengan peserta 25 ribu orang di tahap awal. Alhamdulillah pada saat pengumuman namanya keluar di daftar 60 orang peserta yang lulus semua tahap, diseleksi dari seluruh Indonesia. Jadilah ia kini sebagai pegawai lembaga yang mengatur stabilitas moneter negeri ini. 14 tahun berkarya di sana sekarang ia dipercaya sebagai salah satu manajer. Uniknya, sahabat saya yang otaknya brilian itu tetap berpenampilan sederhana. Padahal ia presentasi di Turki, meeting di Australia, berpenghasilan dua digit, namun pakai lipstik pun tidak. Benar-benar alami. Saya bersyukur pernah mengenalnya dan masih bersilaturahim sampai saat ini. Kalau ada kunjungan ke kantor perwakilan yang berlokasi di kota saya, tak lupa ia mengajak bertemu. Bahagia rasanya melihat sahabat yang dulu mengajarkan saya arti kesederhanaan, kini ia pun masih orang yang sama. Ah, sederhana yang memikat.
88
34. Dimulai Dari Diri Sendiri
Usai bepergian bersama kakak ipar dan putrinya berlibur di akhir tahun kemarin, saya dan keluarga tak langsung menuju rumah. Kami leyeh-leyeh dahulu di kediaman kakak nomor dua suami, sekalian mengantarkannya pulang. Tak sengaja saat menumpang beristirahat menemani anak-anak di kamar keponakan yang laki-laki, saya menemukan sebuah buku. Judulnya, "Kuasai Dirimu, Panduan Membangun Mind-set dan Mental Sukses." Hmm, ternyata ponakan saya yang satu ini hobi membaca buku. Saya kira dengan pembawaannya yang sedikit periang, sering pergi jalan-jalan bersama teman-teman sekolahnya, ia lalu acuh tak acuh dengan buku. Faktanya perkiraan saya itu keliru. Mungkin juga ada keturunan suka membaca dari neneknya. Nenek Halimah, mertua saya, dikenal sebagai seorang ibu yang hobi baca. Ibu rumah tangga tulen mana di zaman dahulu yang melek membaca peta buta dan tahu dimana letak negara Polandia? Ya, beliau mengetahuinya dari banyaknya membaca. Berlangganan Majalah Amanah dan membeli koran Dobrak yang beredar di Kota Medan sekitar tahun delapan puluhan. Satu hal lagi sisi positif yang baru saya ketahui dari keponakan berusia hampir sembilanbelas tahun ini, dia juga suka menabung. Sepertinya kriteria suka menabung telah populer menjadi salah satu ciri anak baik ya, hehe. Demikianlah mamanya bercerita panjang lebar pada saat kami makan malam. Ari, sapaan kami untuk Muhammad Abizar Ghifari, memiliki keinginan kuat membeli satu unit sepeda motor untuk dirinya. Latar belakang penyebab ingin beli sendiri, mungkin kurang mengenakkan baginya. Pasalnya, papanya kerap membatasi bahkan melarang anak kelas dua Aliyah itu mengendarai motor sendiri. Tentu saja tujuannya agar Ari terhindar dari kecelakaan yang pastinya tak diinginkan oleh orangtua mana pun.
89
Melepas lelah sesaat, saya "ngemil" buku Kuasai Dirimu karya Ahmad Zikran. Bahwa musuh terbesar kita ya, diri kita sendiri. Penghalang tercapainya kesuksesan bisa jadi diri sendiri juga. Maka menjadi penting mengetahui cara menaklukkan diri. Saya pikir tema ini bertepatan dengan tahun baru Masehi 2018. Momen tahun baru, baik Hijriyah maupun Masehi, biasanya paling pas menjadi waktu berkontemplasi. Saatnya merapikan kembali peta hidup yang mungkin kurang sesuai rencana. Mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Menaati daftar resolusi yang telah dipancangkan. Menurut saya akan lebih bermakna jika mengikutsertakan resolusi berdimensi ukhrowi. Menata hati, meningkatkan hal-hal baik yang tak kasat mata, yang tak melulu bersifat duniawi. Saya membaca dan meresapinya. Teringat sebuah hadits Rasulullah SAW. Dikisahkan, sekembalinya dari suatu pertempuran, Nabi Muhammad SAW berkata, "Kita baru saja pulang dari jihad (perang) kecil menuju jihad terbesar." Sambil terperangah, para sahabat bertanya, "Apakah gerangan perang terbesar itu, wahai Rasulullah?" Nabi SAW menjawab, perang menaklukkan diri sendiri." (HR. Baihaqi dari Jabir). Terima kasih, Ari, bukunya bagus dan sangat menginspirasi untuk mendisiplinkan pribadi. Dari ngemil buku keponakan sejenak, saya mendapatkan lecutan semangat baru. Sebuah kesuksesan, justru berawal dari diri sendiri. Salam literasi
90
35. Ragam Kisah Penghilang Resah
Kemarin siang sepulang dari berwisata edukasi bersama anak-anak, saya mendapati paket berisi buku ini di rumah. Karena menjelang sore tenaga saya sudah hampir habis, ditambah mesti menyusui si kecil, akhirnya rencana langsung membaca buku ini terpaksa saya tunda dahulu. InsyaAllah setelah tadarrus nanti malam akan saya eksekusi melahap isi buku. Hmm, tentang cinta, menjemput jodoh, menemukan belahan jiwa, menggenapkan agama, memang seakan tak ada endingnya. Selalu menarik perhatian insan. Beragam kisah yang membuat para penulis bersemu merah jambu saat menjadi pelakonnya. Termasuk saya sendiri meski tidak menjadi salah satu penulisnya. Mungkin beberapa bulan tulisan diakumulasi, barulah saya berkenalan dengan GWA Ode Literasi yang merilis antologi perdananya, My Love My Adventure ini. Ada tawa, riang, suka dan bahagia dari masing-masing cerita. Walaupun ada juga yang diawali dengan sesak, pilu, kecewa dan tertekan karena pengalaman gagalnya meresmikan cinta dengan pernikahan. Tapi salutnya, selalu ada hikmah yang berhasil dikumpulkan oleh masing-masing penulis pada kisah cintanya. Ada yang bersetia dalam penantian suci bertemu jodoh. Ada cinta yang tersirat pada sebungkus wafer, ada yang tak ingin jatuh ke dalam lembah pacaran, ada "ngepoin" jodoh bahkan sampai menjaga jodoh orang lain. Berkali-kali jatuh bangun menemukan tambatan hati. Berulang kali ditolak bahkan seminggu sebelum hari H pernikahan. Saya pikir kisah-kisah demikian hanya ada di dalam alam khayali. Ternyata ia nyata, rupanya menjadi fakta. Luar biasa Allah mentarbiyah hamba-hambaNya untuk terus menerus memupuk sangka baik demi jodoh yang akhirnya datang. Karena jodoh itu rahasia maka ia jadi indah. Benar juga, mana kita tahu itu jodoh kita eh, ternyata jodohnya orang lain, hehe. Kita hanya diminta 91
berikhtiar, ketetapan jodoh, Allah yang punya kuasa. Perbedaan kisah-kisah tersebut bermuara pada Sang Maha Cinta. Istilah yang menurut editor buku ini, sang lokomotif GWA Ode Literasi, sebagai Bhinneka Tunggal Cinta. Berbeda-beda namun cinta jua. Saya pun menjadi lebih mensyukuri nikmat jodoh yang telah Allah pilihkan. Berkelok jalan menuju persatuan hati, mestinya menjadikan diri selalu bersyukur. Ya, jodoh itu cerminan diri kita. Sebagaimana janji Allah dalam Al Quran. Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik pula. Memantaskan diri agar selalu menjadi pasangan yang baik agar diridai tetap bersanding dengan yang baik juga. Selamat ya GWA Ode Literasi atas "launching"-nya buku perdana. Semoga menjadi penghilang resah dan menginspirasi setiap orang yang mendambakan cinta, ingin merawat cinta dan memuarakan kasih sayangnya pada Sang Maha Cinta.
92
36. Pekerjaan Rumah Tangga Yang Disukai Setiap perempuan pasti ingin berada di tempat tinggal yang bersih, nyaman dan bikin betah anggota keluarga di dalamnya. Meskipun sebagian orang mempekerjakan ART di rumah mereka, tetap saja ada pekerjaan rumah tangga yang disukai untuk dikerjakan sendiri. Apalagi saya yang sedang tidak punya asisten di rumah, tentunya mesti melakukan semua pekerjaan rumah tangga bekerjasama dengan suami dan anak-anak. Adapun pekerjaan rumah tangga yang saya sukai adalah sebagai berikut: 1. Menyapu lantai Mengapa saya suka dengan kegiatan rumah tangga yang satu ini, sebab langsung kelihatan bersihnya. Bayangkan jika satu hari saja rumah tidak disapu, wow telapak kaki sangat tidak nyaman menginjak lantai rumah. Sambil menyapu saya beres-beres di sepanjang area yang disapu. 2. Mengepel Setelah menyapu biasanya saya melanjutkan dengan mengepel lantai. Saya akan berkreasi dengan cairan pengepel lantai. Mencoba semua varian pewangi lantai itu untuk mendapatkan yang terbaik. Misalnya hari ini saya gunakan aroma lemon, besoknya strawberry, lusa saya mengaplikasikan wangi mawar. Hmmhh... pekerjaan "melantai" jadi seru dan menghasilkan harum ruangan yang segar karena lantainya kesat, bersih dan baunya sedap di hidung. 3. Memasak Saya memasak setiap hari. Pekerjaan rumah tangga yang satu ini terasa sekali manfaatnya. Yup, saat makanan yang saya hidangkan di meja makan dinikmati dengan lahap oleh suami dan anak-anak, rasanya ada kepuasan batin tersendiri bagi saya. Karenanya saya sangat menyukai memasak sendiri. Selain lebih higienis, tentunya irit uang belanja. 4. Menyetrika pakaian 93
Dulunya saya kerap menyetrika pakaian. Sambil nonton drama Korea, pekerjaan yang tampaknya lama dan membosankan ini tak terasa sudah selesai saja. Namun karena punya bayi lagi sejak 2017 kami menyerahkan urusan cuci-setrika di laundry dekat rumah saja. Terkadang saat tak sempat ke binatu tersebut, suami saya membantu menyetrikakan baju anak-anak. Ada hal menarik dari menggosok baju ini saya baca dari postingan orang di linimasa di Facebook beberapa waktu yang lalu. Seorang ayah yang menyetrika pakaian putra-putrinya sambil melicinkan satu demi satu seragam sekolah anaknya, ia mendoakan mereka. MasyaAllah, so touching. 5. Berbenah, merapikan letak barang Nah, ini biasanya hanya sempat saya lakukan di hari Ahad. Beres-beres, rapirapi barang yang selama hari kerja mungkin tidak mengembalikannya lagi ke tempatnya semula. Saya senang dengan pekerjaan ini. Biasanya benda yang dicari-cari tidak ketemu, dengan berbenah barang tersebut dapat diketahui posisinya di mana. Demikian pekerjaan rumah tangga yang saya sukai. Semoga menginspirasi pembaca ya. Salam literasi
94
37. Ketika Ramadan Tiba
Berbagai rasa seakan campur aduk ketika Ramadan tiba. Bahagia sebab diizinkan-Nya bertemu lagi dengan bulan yang mulia. Haru mengingat perjuangan menahan lapar, dahaga serta amarah di sepanjang hari. Sedih karena setahun yang lalu tepat di bulan ini, saya kehilangan ayah tercinta. Ayahanda yang kami sayangi berpulang ke rahmatullah 16 Ramadan 1439 H tahun lalu. Sakit bronchitis yang menahun dideritanya akhirnya menjadi penyebab almarhum menghembuskan napasnya yang terakhir. Saat itu ayah sedang bertugas di luar kota. Dalam keadaan sudah tidak punya istri (ibu kami telah lebih dahulu meninggal dunia 2013 silam), sakit-sakitan, beliau mengontrak sebuah rumah bersama dengan rekannya. Bagaikan petir di siang bolong kala suami menerima telepon dari adik saya. Yang mengabarkan kalau ayahanda telah wafat setelah salat subuh. Saya terduduk lemas, rasanya tungkai kaki tak kuat menahan bobot badan. Sederet rencana telah kami buat bersama-sama sekeluarga besar. Biasanya kami pergi ke tempat wisata. Semuanya buyar. Kenyataannya, Jumat sore sampailah peti jenazah berisikan jasad ayah tercinta. Wajah pusat pasi, dingin sebeku es batu. Allahu akbar, seandainya tak ada Allah sebagai sandaran mungkin saya dan adik-adik tumbang. Seandainya tidak berpegang teguh pada paham qadha dan qadar, mungkin takdir ini sangat kami sesali. Tetapi biarlah beliau pergi, sebab Allah lebih mencintainya. Sejatinya ia tak kemana-mana. Ia ada di dalam sanubari kami, lima anaknya. Kenangan tentang kebaikan dan keteladanan ayah insyaallah akan senantiasa terpatri dan menjadi inspirasi bagi kami. Ah, Ramadan selalu membawa sejuta kenangan tak terlupakan. Saat itu, ketika Ramadan tiba
95
38. Tempat Yang Selalu Membangkitkan Inspirasi Hidup
Bagi sebagian orang termasuk saya, ada beberapa tempat yang selalu membangkitkan inspirasi hidup. Inspirasi merupakan sinonim dari ilham. Artinya sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta. Hal ini senada juga dengan materi kajian yang pernah disampaikan oleh ustaz saya di pondok pesantren dahulu. Guru yang juga alim ulama tersebut mengatakan ada tiga tempat yang sangat baik dijadikan tetangga. Nah... waktu itu kami para santri penasaran, tempat-tempat apa sih yang bagus menjadi lingkungan terdekat rumah kita?
3 tempat yang sangat baik jadi tetangga kita 1. Masjid Bertetangga dengan rumah ibadah tentunya membawa aura yang positif bagi diri dan keluarga. Setiap hari selama 5 kali selalu diingatkan untuk salat. Kalau ada acara perayaan hari besar Islam, pastinya turut merasakan semaraknya suasana. 2. Sekolah Tempat kedua yang sangat baik jadi tetangga adalah sekolah. Dengan berjiran dengan sekolah, anak-anak akan terbawa pada lingkungan pendidikan. Terbiasa melihat siswa-siswi hilir-mudik pergi dan pulang sekolah. Harapannya, anak-anak menjadi familier dan bisa mencintai kegiatan belajar. 3. Makam Nah, waktu ustaz menjelaskan ini para santri riuh-rendah. Rata-rata mengatakan seram punya tetangga kuburan. Namun pengajar paruh baya 96
berwajah teduh itu menekankan bahwa semuanya kita adalah calon jenazah, mengapa menakuti yang sudah duluan. Adapun cerita horor dan hantuhantuan yang banyak dibesar-besarkan orang, tak lain adalah isapan jempol belaka plus ulah para pemuja setan. Padahal dengan bertetangga dengan makam sebenarnya kita sedang berpeluang besar selalu terinspirasi untuk berbuat baik beramal saleh. Sebab setiap hari dzikrul maut alias ingat mati terus. Plus jadi semakin menghargai hidup. Lalu tempat mana saja nih yang selalu membangkitkan inspirasi hidup menurut saya? Tempat-tempat yang selalu membangkitkan inspirasi hidup 1. Masjid Saya setuju nih seperti kata ustaz saya di atas. Masjid itu memiliki tiga fungsi, fungsi zikir, fungsi pikir, dan fungsi sosial. Sebagai tempat yang selalu membangkitkan inspirasi hidup, masjid adalah tempat yang sesuai. Pada zaman Rasulullah SAW dulu, masjid adalah pusat semua kegiatan umat. Belajar, rapat, berlatih bela diri, dan sebagainya. Termasuk saya dan suami. Ke mana pun kami pergi selain untuk menunaikan ibadah salat fardhu, masjid adalah tempat melepas penat sejenak. Untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi, dengan semangat baru dan inspirasi baru pula. 2. Perpustakaan Waktu kuliah dahulu saya pernah berdoa agar kelak jika dipertemukan dengan jodoh, lokasinya di tempat-tempat yang saya suka. Masjid, perpustakaan, atau kampus. Ternyata Allah SWT menakdirkan bertemunya di masjid. Selepas salat, dengan wajah sama-sama segar oleh air wudu dan rasa adem telah mengerjakan ibadah.
97
Selain di tempat ibadah, perpustakaan adalah tempat yang selalu mampu membangkitkan inspirasi hidup. Datanglah ke perpustakaan, terutama perpustakaan di lingkungan kampus. Saksikanlah wajah-wajah yang tampak haus ilmu pengetahuan. Tidak ada yang malas-malasan. Semuanya tekun menekuri bacaan dan referensinya masing-masing. Sebab memiliki tujuan yang jelas, ingin menyelesaikan karya ilmiah secepatnya. Tentunya semua berkeinginan lulus dengan hasil yang membanggakan diri sendiri dan orang tua. Hal-hal yang mungkin tampak sederhana ini begitu menular. Mentransfer semangat dan inspirasi yang positif bagi kita yang berada di sekitarnya. Mau tidak mau dengan atmosfer belajar yang baik, pribadi yang tadinya ogahogahan, ikut bergegas mencari bahan. Berburu sumber pengetahuan, atau setidaknya menghabiskan lembar demi lembar buku yang dipegangnya 3. Arena Car Free Day Sebelum pandemi saya dan keluarga kerap menghabiskan Minggu pagi di arena car free day (CFD). Di masa pandemi ini sudah beberapa kali juga ke sana namun tetap ada rasa khawatir. Meski sudah berusaha menerapkan protokol kesehatan, masih saja ditemukan kerumunan kecil di sana. Cukup sulit untuk menjaga jarak antar orang. Jika di perpustakaan terinspirasi dari para pembaca buku yang sibuk dengan tenggatnya masing-masing. Kalau di CFD, termotivasi untuk senantiasa menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Melihat klub bersepeda yang bergowes ria, anak-anak yang main inline skate, pasangan yang sedang jogging, sekumpulan ibu-ibu yang senam aerobic bersama. Semuanya seakan menyampaikan pesan untuk selalu menjaga kebugaran tubuh. Dengan badan yang sehat, maka semua pekerjaan akan lancar dilakukan, dan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
98
Saya merasa CFD adalah membangkitkan inspirasi hidup.
salah
satu
tempat
yang
selalu
4. Rumah Rumah? Ya, rumah. Tempat kembali anggota keluarga. tempat rebahan, tempat bercengkerama, dan saling merawat cinta keluarga. Baiti jannati, sabda Rasulullah SAW. Rumahku adalah surgaku. Surga sebelum surga. Menjadi tanggung jawab bersama menjadikannya sebagai tempat yang inspiratif. Rumah seperti surga bukanlah rumah mewah penuh barang-barang canggih dan mahal. Rumah surga adalah rumah yang di dalamnya ada ayah bunda yang saleh, salehah. Ada putra-putri penyejuk mata, ada keluarga yang sakinah (tenteram), mawaddah (penuh cinta), dan rahmah (penuh kasih sayang). Jika rumah seperti ini mana mungkin tidak dapat menjadi tempat yang selalu membangkitkan inspirasi hidup.
Kesimpulan Tak perlu jauh ke puncak gunung, ke tengah pulau antah-berantah di ujung samudera, ke hotel baru bintang lima yang serba-lux, atau ke tempat hiburan yang menjanjikan kesenangan demi kesenangan. Di tempat terdekat masing-masing ada tempat yang selalu membangkitkan inspirasi hidup. Ada masjid, perpustakaan, arena CFD, dan rumah, yang bisa menjadi pendongkrak semangat untuk berkarya lebih produktif. Kalau kamu di mana tempat yang selalu membangkitkan inspirasi hidup? Bagikan di kolom komentar yaa... Terima kasih.
99
39. Mengenali Diri Agar Terhindar Dari Stres
Mengenali diri agar terhindar dari stres, yup itu judul artikel saya hari ini. Mengapa kita perlu menjalani proses mengenali diri. Bukankah saat mematut diri di depan kaca kita sudah kenal dengan diri kita? Ternyata tidak sebatas mengenal fisiknya saja, tetapi yang di dalam, psikis, pemikiran, dan perasaan. Pentingnya Mengenali Diri Sudah sering kita dengar hadits Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya. Artinya semakin kita mengenali diri sendiri maka semakin membawa kita pada rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala nikmat yang telah dikaruniakan. Kita terkesiap jika mengetahui bahwa jutaan neuron di dalam otak kita saling berkomunikasi satu sama lainnya sehingga fungsi otak lebih tinggi dibandingkan fungsi organ lainnya. Sisanya, digunakan untuk mengontrol aktivitas lain seperti detak jantung atau mengendarai mobil. Lalu bagaimana dengan uniknya pemikiran manusia, dipengaruhi berbagai faktor, ada pula yang plin-plan, hari ini ngomong A besok bicara B. Semuanya dengan segera menjadi objek penelitian berbagai bidang ilmu. Riset tentang keunikan manusia dengan segala dinamikanya selalu menarik perhatian untuk dipelajar, lantas masa' sih kita sendiri tidak berkeinginan lebih mengenali diri sendiri. Mengapa mengenali diri itu harus dilakukan? 1. Agar lebih mengenal Tuhannya Sebagaimana yan disinggung di awal tulisan ini, bahwa jika seseorang mengenali dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya juga. Dalam artian, ia bisa menjadi lebih dekat dengan Tuhannya. Ia memperbaharui rasa syukur setiap harinya, dan berusaha merawat anugerah yang telah Allah berikan kepadanya. 100
2. Menjadi pribadi yang lebih bijaksana Orang yang tidak mengenal dirinya bagaimana mungkin akan memiliki keinginan untuk mengenali diri orang lain pula. Sehingga ia belum selesai dengan dirinya sendiri. Orang seperti ini cenderung tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, mudah lepas kontrol, dan akhirnya jauh dari pribadi yang bijaksana. 3. Selalu bersemangat dalam menjalani aktivitas keseharian Jika sudah mengenali diri, tentunya peka membedakan mana yang disukai dan mana yang tidak disukai. Hal ini akan memengaruhi dalam mengambil keputusan hidup. Karena ia kenal dengan dirinya, maka pastinya akan memilih keputusan-keputusan yang tidak merugikan diri sendiri untuk ke depannya. Inilah yang memotivasinya untuk selalu bersemangat dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari. 4. Memiliki sifat peduli dan empati Ketika seseorang sudah mengenali dirinya, maka ia akan berusaha mencari terus sisi terang orang lain yang berinteraksi dengannya. Ia tahu kapan harus urun pendapat, menyela percakapan dengan elegan, tidak memotong pembicaraan, dan sebagainya. Sebab ia mengenali dirinya yang juga tidak ingin diperlakukan negatif oleh orang lain. 5. Agar terhindar dari stres Orang yang mengenali dirinya pasti dapat mendeteksi pula batas-batas kemampuan dirinya. Sehingga ia tak akan melewatinya, sebab jika salah dalam memprediksi daya tahan diri, yang akan terjadi selanjutnya adalah mengalami stres. Untuk itu mengenali diri agar terhindar dari stres adalah solusi bagi orangorang yang merasa selalu tertekan, kerap menjadi pihak yang lemah, jadi korban keadaan, dan lain-lain. Sebaiknya kenali diri sendiri terlebih dahulu maka akan memperoleh jalan keluarnya.
101
Cara mengenali diri agar terhindar dari stres Bagaimana cara mengenali diri agar terhindar dari stres? Berikut cara jitu yang bisa sekarang juga dilakukan. Lakukan perjalanan ke dalam diri Ambil waktu untuk menjauh sejenak dari rutinitas keseharian. Tidak usah menatap gawai terus menerus, sebab pekerjaan yang sudah pindah ke dunia online ini kadang rentan menimbulkan stres bagi banyak orang. Melakukan perjalanan ke dalam diri untuk menemukan dan mengenali sebenarnya apa sih tujuan dari setiap kegiatan yang mati-matian kita perjuangkan selama ini.
102
40. The Power of Ikigai, Yang Bikin Tetap Semangat
Bulan ini saya supersibuk. Dimulai dari kuliah penutup di akhir bulan, lalu mengoreksi hasil UAS mahasiswa, melayani mahasiswa bimbingan yang sedang skripsi dan penasehatan akademik, di luar tanggung jawab sebagai dosen, juga mengerjakan job dari para klien, memanajeri media sosial, rumah belajar literasi Ibu Profesional, dan yang paling utama tugas saya sebagai ibu dari si bungsu yang masih berusia 3,5 tahun. Kalau tidak pandai-pandai membagi waktu, bisa-bisa saya stres setiap harinya, kan. Makanya ketika ada tantangan menulis The Power of Ikigai, yang bikin tetap semangat, saya antusias karena sekalian belajar lagi dan berharap mendapatkan wawasan baru yang berkontribusi bagi perbaikan performa dan kinerja saya yang multiperan ini. Apa itu Ikigai? Ikigai adalah irisan dari passion, profession, vocation, dan mission diri kita dalam menjalani hidup. Ikigai berasal dari bahasa Jepang dan awalnya diterapkan di negeri sakura itu. Iki artinya kehidupan dan Gai berarti nilai, singkatnya kehidupan yang bernilai atau nilai-nilai dalam kehidupan yang membuat kamu menjadi selalu bersemangat menyambut datangnya pagi hari.
Hidup selalu berada di antara dua permasalahan, demikian wejangan dari ayah saya dulu saat saya mengeluh ketika mendapatkan suatu masalah khas remaja SMA. Hidup itu kalau tidak baik ya buruk. Kadang kala kita merasa semua berjalan lancar-lancar saja, namun esoknya muncul hambatan. Itu hal yang biasa, kata beliau. Jika dihubungkan dengan konsep Ikigai ini, ketika kita sedang menghadapi persoalan, coba untuk melihat sisi positifnya. Memandang dan menyikapnya dengan cara yang berbeda, tidak melulu berfokus pada hal yang negatif. Intinya, prinsip dalam Ikigai ini bagaimana seseorang mampu memasukkan ide-ide yang membuatnya bahagia di tengah himpitan pekerjaan dan 103
kejamnya deadline rutinitas. Cara manusia menyiasati hidupnya agar tetap bergembira di tengah kesulitan hidup. Ternyata inilah salah satu rahasia panjang umur orang-orang di Jepang khususnya di Pulau Okinawa, Jepang. The Power of Ikigai The Power of Ikigai: Dan Rahasia Hidup Bahagia Ala Orang-Orang di Dunia Lainnya, adalah buku yang dikarang oleh Asti Musman, terinspirasi dari Ikigai asal negeri matahari terbit. Untuk merasakan kebahagiaan kamu tidak harus jadi orang kaya dulu, punya status sosial yang tinggi di masyarakat, atau berhasil menempati puncak karir yang prestisius di perusahaanmu.
Buku ini ditulis dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti pembaca, mendorong kamu untuk bertanya retoris pada diri sendiri, apakah dengan keadaan diri kita yang sekarang ini sudah bisa disebut berbahagia? Bahagia bisa ditemukan di dalam diri, mencium bau kertas buku favorit baru tanpa ada yang menjeda lalu sesekali memberi tanda dengan highlighter bagi saya adalah sebuah kebahagiaan luar biasa. Sama dengan segelas kopi panas, sepiring roti sobek, ditemani film box office di televisi adalah kebahagiaan paripurna menurut suami saya. Setelah ia berjibaku dengan berkas-berkas laporan yang menggunung di kantornya. Lalu, kertas HVS dan pensil warna bagi Ririn putri kami dan helikopter "roda panas" bagi si bungsu, adalah kebahagiaan yang membuat mereka menikmati waktu santainya. Sederhana, kan. Tak perlu menunggu punya sekilo emas permata intan berlian, rasanya kami sekeluarga sudah sangat berbahagia. Konsep Ikigai Di atas telah dijelaskan mengenai Ikigai yang merupakan irisan dari beberapa aspek dalam diri kita. Berikut ulasannya. Passion
104
Passion dalam pengertian saya adalah suatu kegiatan yang membuat mata berbinar-binar meski dalam keadaan lelah sekalipun, jika mengerjakan passion, selalu bersemangat. Misalnya kamu suka menulis, lalu karena setiap hari menulis mengenai tema tertentu, maka dalam tempo 3 bulan ternyata kamu bisa menerbitkan buku solo, dan kamu pun merasakan kebahagiaan dari kesuksesan menerbitkan buku tersebut. Itulah passion. Tentunya tidak berupa buku saja ya, bisa publikasi artikel, postingan blog, majalah elektronik, dan sebagainya. Profession Jika dari passion menuls yang dilakukan kamu menulis buku dan menerbitkannya, lalu buku-bukumu bisa dijual dan dapat berkontribusi, menunjang kehidupan, dengan kata lain bisa pula menambah pundi-pundi rupiah, maka itulah profesimu. Vocation Vokation atau keahlian yang berguna bagi orang lain, muncul ketika kamu diminta menulis buku tentang suatu topik yang belum pernah ditulis orang lain. Sesuatu yang bermanfaat yang bisa kamu berikan ini adalah vocation. Mission Hal yang bisa kamu penuhi dari kebutuhan masyarakat adalah mission atau misi keberadaan kamu di dunia ini. Mampu menunjukkan kepedulian terhadap sesama, menyuarakan kepentingan kaum lemah, dan mendidik anak-anak dengan pengasuhan terbaik, adalah kiprah orang-orang yang memiliki misi hidup. Ikigai saya adalah menulis buku, menulis artikel ilmiah, dan postingan blog, yang bermanfaat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak dimungkiri muncul juga rasa lelah karena seorang penulis pasti mengalami sekian hambatan dalam melakukan pekerjaan menulisnya. 105
Namun karena pengaruh ingin meraih kebahagiaan dengan passion menulis, menulis juga telah menjadi profesi saya, ada keahlian yang bisa berfaedah bagi banyak orang, dan last but no least, misi saya, penulisan yang saya lakukan tidaklah bertentangan dengan moral serta hati nurani. Jadi jika setiap orang telah mengetahui dengan persis Ikigai-nya, maka hal itu akan menjadi sebuah kekuatan yang melatarbelakangi semangat baru saat menyambut datangnya pagi. Hmm, pantesan orang-orang Jepang bekerja tidak kenal lelah ya, masing-masing sudah familier dengan Ikigai-nya, sehingga sangat sayang sekali jika membuang waktu dengan percuma saja. Kesimpulan Ikigai adalah irisan dari passion, profession, vocation, dan mission. Jika seseorang telah menemukan Ikigai-nya, maka ia akan selalu bersemangat memulai hari. Ia akan senantiasa punya alasan untuk bangun pagi dengan gembira, karena Ikigai yang bikin tetap semangat. Kalau kamu, apa Ikigai-mu...?
106
Profil Penulis
Nurhilmiyah, biasa disapa Mia, asal kota Medan, genap berusia 40 tahun pada 14 November 2021. Istri dari Fadli Azhari, ST dan dosen PNS LLDikti Wilayah I Sumut dpk (dipekerjakan) pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), di Medan. Menamatkan S1 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada tahun 2003, dan lulus S2 dengan beasiswa penuh dari Dikti di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010 silam. Di tahun 2021 ini menyandang status kembali menjadi mahasiswa, melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 Ilmu Hukum di Universitas Sumatera Utara, Medan. Ibu dari 4R (Rara, Royyan, Ririn, Rausyan), penulis 2 buku ajar (Hukum Perdata dan buku Hukum Dagang & Bisnis), 30 buku antologi, seribuan artikel blog, puluhan artikel di jurnal nasional terakreditasi dan belum terakreditasi, beberapa artikel ilmiah di prosiding internasional, beberapa artikel ilmiah populer di harian lokal dan nasional di www.fadlimia.com, www.nafanifa.com, www.menggapaicita.com www.catatanideinspirasi.blogspot.com, dan www.nurhilmiyah.wordpress.com Bergabung di KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional) sejak masih bernama ODOP99Days. Merasa beruntung turut kecemplung di Grup Ketua Kelas dan Dapur Komunitas Ibu Profesional pusat membantu Mbak Erna di R&D KLIP.
107