Data Loading...

Airport City di Yogyakarta International Airport Dalam Perspektif Teori Konsentris Flipbook PDF

Airport City di Yogyakarta International Airport Dalam Perspektif Teori Konsentris


118 Views
104 Downloads
FLIP PDF 1.17MB

DOWNLOAD FLIP

REPORT DMCA

SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA YAYASAN TARAKANITA Cerdas Berintegritas

KONSEP AIRPORT CITY DI YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT Analisis Pengaruh Pada Wilayah Desa Menggunakan Pemodelan Teori Konsentris

Disusun Oleh: Fernanda Salsabilla Riza Md – 12 Maria Regina Puspa Halim – 18 Raden Ajeng Aaliyah Diaz Safira – 20 Alexandra Christina Rattu – 26 Kezia Pamela Setiabudi – 31 Laurencia Angella – 32

XII IPS 12 - SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan kawasan Airport City di Kulonprogo berpotensi besar melihat kapasitas penumpang yang cukup besar yaitu 14 juta penumpang/tahun. Saat ini di sekitar kawasan Bandara YIA telah banyak dilakukan rencana pengembangan kawasan baik oleh PEMDA setempat maupun pihak swasta. Hal ini dapat dilihat dari adanya supply atas lahan-lahan yang sudah dikavling siap bangun untuk perumahan dan tingginya harga beli lahan di sekitar Bandara YIA. Oleh karena itu, Angkasa Pura Property berusaha mengejar waktu untuk menjadi yang pertama mengembangkan kawasan Airport City yang merupakan kawasan yang terintegrasi dengan kawasan Bandara YIA dengan mengusung konsep Cultural and Leisure. Alasan memilih teori konsentris adalah karena teori ini memiliki susunan yang rapi dan cocok untuk wilayah tersebut. Model teori konsentris didasarkan pada konsep bahwa perkembangan sebuah kota terjadi ke arah luar dari area sentralnya, dan area sentral yang kami pilih adalah area dimana Bandara YIA terletak. Selain itu, aktivitas - aktivitas tertentu membutuhkan fasilitas - fasilitas tertentu juga, baik yang ditemukan secara alami ataupun olahan manusia. Lokasi central memberi aksesibilitas maksimal pada ilustrasi faktor ini, di Bandara YIA ada banyak orang - orang yang datang, secara otomatis banyak pula usaha - usaha di sekitaran tempat tersebut, dan semakin meluas ke area luar sesuai dengan kemajuan tempat maupun penduduknya.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana skema konsep Airport City di Yogyakarta International Airport menggunakan pemodelan yang Teori Konsentris E. W. Burgess? 2. Apa dampak bagi wilayah desa dari pengembangan konsep Airport City di Yogyakarta International Airport?

1

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Airport City Konsep Airport City pada dasarnya merupakan konsep pengembangan bandara yang terpadu dengan pengembangan kawasan di sekitarnya dan meningkatkan standar pelayanan yang dapat meningkatkan pendapatan operator bandara. Bandar udara dengan konsep Airport City sudah melebihi dari sekedar infrastruktur penerbangan, sudah menjadi multi moda, multi fungsi, membangkitkan pengembangan fasilitas komersial (commercial facilities) didalam dan disekitar bandar udara. Fungsinya sebagai pusat kota metropolitan (Airport City) yang terhubung dengan shopping mall, retail, restoran, leisure (fitnes, rekreasi, sinema), logistics dan air cargo pada sisi udara (airside) yang menyatu dengan terminal penumpang (passenger termminal).

B. Konsep Pemodelan Teori Konsentris

Teori ini dikembangkan oleh E.W.Burgess. Melalui penelitiannya terhadap kota Chicago pada tahun 1924 Burgess berkesimpulan bahwa pola keruangan kota memperlihatkan zona-zona konsentris. Pusat zona lingkaran merupakan inti kota yang paling ramai dan semakin ke tepi kegiatan ekonomi semakin berkurang. Pola keruangan kota menurut Burgess terdiri atas lima zona konsentris seperti tampak pada gambar dan masih ditambah satu zona paling luar yaitu wilayah pinggiran desa-kota.

2

C. Kerangka Berfikir Kebijakan Pembangunan Airport City

Analisis Teori Konsentris

Teori Sektoral

Teori Inti Ganda

Dampak Bagi Desa

Aspek Sosial-Budaya

Aspek Ekonomi

3

Aspek Ekologi

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Temon adalah sebuah kapanéwon di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini merupakan pintu masuk sebelah barat dari Daerah Istimewa Yogyakarta di jalur selatan Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Purworejo di Jawa Tengah. Bandar Udara Internasional Yogyakarta terletak di kecamatan ini. Kapanewon Temon memiliki luas wilayah 3.629,09 Hektar atau hanya 6,19 persen dari luas wilayah Kabupaten Kulon Progo. Kepanewon Temon terdiri dari 95 pedukuhan, 166 Rukun Warga (RW), dan 401 Rukun Tetangga (RT). Kapanewon Temon merupakan salah satu kapanewon dari 12 kapanewon yang terdapat di wilayah Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara Garis Lintang 07o 91’ 67’’ Lintang Selatan dan Garis Bujur 110o 15’ 00’’ Bujur Timur. Ibu kota Kecamatan Temon berada di Desa Temon Kulon yang berjarak sekitar 11 Km dari ibu kota Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Temon memiliki batas-batas sebagai berikut: Utara Timur Laut Timur Tenggara Selatan Barat Daya Barat Barat Laut

Kepanewon Kokap Kepanewon Kokap Kepanewon Pengasih Kepanewon Pengasih Kepanewon Wates Samudra Hindia Samudra Hindia Samudra Hindia Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Secara adminstrasi Kapanewon Temon terbagi atas 15 kalurahan, dan merupakan satu-satunya kapanewon yang memiliki jumlah kalurahan terbanyak di Kabupaten Kulon Progo. Luas daratan masingmasing kalurahan, yaitu: Jangkaran (3,6564 km2), Sindutan (2,9780 km2), Palihan (3,5871 km2), Glagah (6,0394 km2), Kalidengen(1,5075 km2), Plumbon (3,0368 km2),Kedundang (1,3902 km2), Demen (0,9754 km2), Kulur (2,7975 km2), Kaligintung (2,1866 km2), Temon Wetan (222,69 km2), dan Temon Kulon (1,5571km2), Kebonrejo (1,7245 km2), Janten (1,3311 km2) dan Karangwuluh (1,2964 km2). Berikut deskripsi masing-masing desa meliputi population, cattle, community asset dan equipment : NO

Nama Desa

1

Desa Jangkaran

Popul ation 1.985

Cattle

Community Asset

Equipment

- 19 Sapi - 24 Kambing

2 TK, 2 SD Negeri, 2 Poliklinik, 1 Pustu, 1 Dokter Praktek, 9 Posyandu, 1 Apotek, 3 Masjid,

Sistem Peringatan

4

6 Mushola, 2 Minimarket, 66 Warung Makan, 1 LKM, 1 Non KUD, 1 Koperasi Lainnya, 1 Pasar Negeri, 2 Toserba, 1 Restoran, 1 Kelompok Pertokoan, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 21 Toko/Warung Kelontong, 1 Hostel/Motel/ Losmen/Wisma

2

Desa Sindutan

2.241

- 25 Sapi - 9 Kambing

3 TK, 1 SD Negeri, 1 SMK Swasta, 7 Posyandu, 4 Masjid, 7 Mushola, 1 Gereja Katolik, 1 Minimarket, 12 Warung Makan, 1 BRI, 1 LKM, 4 Non KUD, 2 Kospin, 2 Koperasi Lainnya, 1 Bank Umum Pemerintah, 1 SPBU, 1 Restoran, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 13 Toko/Warung Kelontong

3

Desa Palihan

2.356

- 22 Sapi - 17 Kambing

4

Desa Glagah

3.031

- 35 Sapi - 29 Kambing

2 TK, 1 SD Negeri, 1 SD Swasta, 2 Poliklinik, 1 Puskesmas, 9 Posyandu, 4 Masjid, 4 Mushola, 2 Gereja Kristen, 1 Minimarket, 18 Warung Makan, 3 Non KUD, 3 Koperasi Lainnya, 1 Toserba, 2 Restoran, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 24 Toko/Warung Kelontong 3 TK, 3 SD Negeri, 1 Pustu, 1 Dokter Praktek, 9 Posyandu, 1 Apotek, 3 Masjid, 6 Mushola, 1 Gereja Kristen, 4 Minimarket, 151 Warung Makan, 1 BRI, 2 Non KUD, 2 Kospin, 1 Bank Umum Pemerintah, 1 Pasar Negeri, 1 SPBU, 4 Toserba, 1 5

Dini Bencana Alam; Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami; Perlengkapan Keselamatan; Rambu-rambu dan Jalur Evakuasi Bencana; Sawah Irigasi; Tadah Hujan; Angkutan Umum Sistem Peringatan Dini Bencana Alam; Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami; Perlengkapan Keselamatan; Rambu-rambu dan Jalur Evakuasi Bencana; Angkutan Umum Rambu-rambu dan Jalur Evakuasi Bencana; 1 Menara Telepon Seluler (BTS); Angkutan Umum Sistem Peringatan Dini Bencana Alam; Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami; Rambu-rambu

5

Desa Kalidengen

1.410

- 11 Sapi - 9 Kambing

6

Desa Plumbon

2.473

- 19 Sapi - 33 Kambing

7

Desa Kedundang

2.528

- 25 Sapi - 16 Kambing

8

Desa Demen

1.466

- 13 Sapi - 13 Kambing

9

Desa Kulur

2.919

- 24 Sapi - 31 Kambing

Restoran, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 51 Toko/Warung Kelontong, 1 Hotel, 21 Hostel/Motel/ Losmen/Wisma

dan Jalur Evakuasi Bencana; 2 Menara Telepon Seluler (BTS); Angkutan Umum

1 TK, 1 SD Negeri, 1 SMK Negeri, 3 Posyandu, 1 Rumah Sakit, 6 Masjid, 3 Mushola, 2 Gereja Kristen, 7 Warung Makan, 1 LKM, 3 Restoran, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 10 Toko/Warung Kelontong 2 TK, 2 SD Negeri, 1 Poskesdes, 1 Dokter Praktek, 10 Posyandu, 6 Masjid, 4 Mushola, 4 Warung Makan, 1 LKM, 2 Non KUD, 2 Kospin, 1 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 28 Toko/Warung Kelontong 1 TK, 1 SD Negeri, 1 SD Swasta, 1 Pustu, 1 Dokter Praktek, 6 Posyandu, 1 Apotek, 4 Masjid, 7 Mushola, 7 Warung Makan, 1 LKM, 1 KUD, 2 Non KUD, 1 Kopinkra, 1 Kospin, 1 SPBU, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 14 Toko/Warung Kelontong 1 TK, 1 SD Negeri, 7 Posyandu, 2 Masjid, 7 Mushola, 8 Warung Makan, 1 LKM, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 10 Toko/Warung Kelontong 2 TK, 1 SD Negeri, 1 SD Swasta, 1 Pustu, 7 Posyandu, 1 Apotek, 4 Masjid, 9 Mushola, 8 Warung Makan, 1 LKM, 1 Non KUD, 1 Koperasi Lainnya, 1 Pasar Negeri, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 38 Toko/Warung Kelontong

Angkutan Umum

6

5 Menara Telepon Seluler (BTS); Angkutan Umum

1 Menara Telepon Seluler (BTS); Angkutan Umum

1 Menara Telepon Seluler (BTS); Angkutan Umum Angkutan Umum

10

Desa Kaligintung

1.788

- 23 Sapi - 13 Kambing

11

Desa Temon Wetan

1.579

- 13 Sapi - 7 Kambing

12

Desa Temon Kulon

1.788

- 16 Sapi - 3 Kambing

13

Desa Kebonrejo

1.479

- 14 Sapi - 17 Kambing

14

Desa Janten

1.317

- 12 Sapi - 8 Kambing

3 TK, 2 SD Negeri, 6 Posyandu, 2 Masjid, 7 Mushola, 1 Kolam Renang, 5 Warung Makan, 1 LKM, 2 Non KUD, 2 Koperasi Lainnya, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 13 Toko/Warung Kelontong 1 TK, 1 SD Negeri, 1 SLTP Swasta, 1 SMK Swasta, 7 Posyandu, 2 Masjid, 5 Mushola, 1 Minimarket, 4 Warung Makan, 1 BRI, 1 BPD, 1 Bank Pasar, 1 LKM, 1 KUD, 2 Bank Umum Pemerintah, 1 Bank Perkreditan Rakyat, 1 Toserba, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 7 Toko/Warung Kelontong 2 TK, 1 SD Negeri, 2 SD Swasta, 1 SLTP Negeri, 1 SMK Swasta, 1 Puskesmas, 5 Posyandu, 2 Apotek, 2 Masjid, 8 Mushola, 1 Gereja Kristen, 1 Kantor Pos, 1 Pasar Kalurahan, 1 Minimarket, 9 Warung Makan, 1 BNI, 1 BUKP, 2 BMT, 1 LKM, 2 Bank Umum Pemerintah, 1 Bank Perkreditan Rakyat , 1 Pasar Negeri, 1 Toserba, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 22 Toko/Warung Kelontong, 1 Hotel 1 TK, 1 SD Negeri, 1 SLTA Negeri, 1 Dokter Praktek, 4 Posyandu, 4 Masjid, 3 Mushola, 1 Gereja Kristen, 21 Warung Makan, 1 LKM, 2 Non KUD, 2 Kospin, 1 Restoran, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 19 Toko/Warung Kelontong 2 TK, 1 SD Negeri, 1 SD Swasta, 1 Poskesdes, 5 Posyandu, 4 Masjid, 4 Mushola, 3 Warung Makan, 1 LKM, 1 Non KUD, 1 Kospin, 2 Pasar dengan

7

Angkutan Umum

1 Menara Telepon Seluler (BTS); Angkutan Umum

4 Menara Telepon Seluler (BTS); Angkutan Umum

Angkutan Umum

Rambu-rambu dan Jalur Evakuasi Bencana; Pembuatan, Perawatan, atau

Bangunan Semi Permanen, 10 Toko/Warung Kelontong

15

Desa Karangwuluh

1.086

- 10 Sapi - 8 Kambing

1 TK, 1 SD Negeri, 1 SLTP Negeri, 4 Posyandu, 2 Masjid, 2 Mushola, 1 Kolam Renang, 1 Minimarket, 3 Warung Makan, 1 LKM, 1 Non KUD, 1 Kospin, 1 Toserba, 2 Pasar dengan Bangunan Semi Permanen, 13 Toko/Warung Kelontong

Normalisasi: Sungai, Kanal, Tanggul, Parit, Drainase, Waduk, Pantai, dll; Angkutan Umum Perlengkapan Keselamatan, Rambu-rambu dan Jalur Evakuasi Bencana; Pembuatan, Perawatan, atau Normalisasi: Sungai, Kanal, Tanggul, Parit, Drainase, Waduk, Pantai, dll; Sawah Irigasi; Tadah Hujan; Angkutan Umum

B. Pemodelan Teori Konsentris Pada Pengembangan Airport City di Yogyakarta International Airport Menggunakan Google My Maps

Open Map!

https://www.google.com/maps/d/edit?mid=1Z0D757wncVqGoY_0eI2L4uAAZaiJC_5f&ll=-7.881127075283459%2C110.06274624692274&z=13

8

Google My Maps diatas merupakan wilayah Kecamatan Temon yang dizonakan menggunakan pemodelan teori konsentris. Dengan zonasi sebagai berikut : Zona 1 : Daerah pusat kegiataan (DPK) atau Central Bussines District (CBD) Zona 2 : Daerah peralihan (Zone of transition) Zona 3 : Daerah kelas rendah (Zone of low status) Zona 4 : Daerah Kelas Menengah (Zone of middle status) Zona 5 : Daerah Kelas Tinggi (Zone of high status)

Pintu masuk Yogyakarta International Airport sendiri berlokasi di Jalan Nasional III, Area Kebun, Kebonrejo, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55654. Yang dimana area Yogyakarta International Airport terletak di tengah pusat zona lingkaran yang merupakan inti kota yang paling ramai.

Gambar peta di atas merupakan area Bandara Yogyakarta International Airport (area yang diberi efek saturation). Lokasi relokasi pembangunan tanah YIA berada di 5 desa yaitu Desa Jangkaran, Desa Palihan, Desa Glagah, Desa Kebonrejo dan Desa Janten. Dari pemodelan Google My Maps Lokasi dapat disimpulkan relokasi Desa Glagah dan Desa Palihan adalah yang paling baik dilihat dari kondisi, ketersediaan fasilitas umum serta berada ditengah zona konstentrik (Zona 1). Sehingga operasi Bandara Yogyakarta International Airport masuk kedalam Daerah Pusat Kegiatan atau Central Bussines District yang disekitarnya dikelilingi dengan zona-zona lain dari 15 desa di Kecamatan Temon. Berikut pengelompokan zona dari masing-masing desa berdasarkan hasil kerja Google My Maps : 9

NO

Keterangan

Nama Desa

Zona Zona Zona Zona Zona 1 2 3 4 5 ✓

1

Desa Jangkaran

2

Desa Sindutan

3

Desa Palihan



4

Desa Glagah



5

Desa Kalidengen

6

Desa Plumbon

7

Desa Kedundang

8

Desa Demen

9

Desa Kulur

10

Desa Kaligintung

10















11

Desa Temon Wetan

12

Desa Temon Kulon

13

Desa Kebonrejo

14

Desa Janten

15

Desa Karangwuluh











C. Dampak Pada Desa di Sekitar Yogyakarta International Airport Berdasarkan hasil pemodelan yang sudah dibuat. Masing-masing desa telah dapat dikelompokan ke dalam masing-masing zona. Dari situ dapat dilihat masalah yang muncul sesuai karakteristik setiap zona. Berikut dampak masing-masing desa di Sekitar Yogyakarta International Airport dilihat dari sudut pandang sosial-budaya, ekonomi, dan ekologi di setiap zonanya : Zona 1

Nama Desa

1. Desa Palihan 2. Desa Glagah

Sosial-Budaya

Dampak Ekonomi

(+) Peningkatan kualitas kondisi hidup.

(+) Terbukanya peluang dan lapangan kerja baru.

(+) Kondisi lingkungan lebih tertata rapi dan lebih bersih.

(+) Mempercepat alur modernisasi.

(+) Bertambahnya pendapatan sebab keberadaan turis.

(-) Lokasi relokasi yang berada di area persawahan membuat kondisi lingkungan cenderung panas.

(+) Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat.

(-) Hilangnya mata pencaharian utama profesi petani akibat tergusurnya lahan.

11

Ekologi

(-) Hilangnya persawahan, lahan, ladang maupun pemukiman.

2

3. Desa Kebonrejo

(+) Banyak potensi pariwisata di sekitar.

(-) Kerugian akibat pengangguran sebagian masyarakat yang sampai sekarang belum bekerja. Sebagian besar pekerjaan mereka adalah petani dan tempat tinggal mereka yang baru tidak memiliki ladang atau lahan garapan yang sesuai.

(-) Keterbatasan SDA ; tanah, air, flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah pada lingkungan sekitar akibat relokasi alam di desa.

(+) Peningkatan kualitas kondisi hidup.

(+) Jaraknya terikat dengan zona pusat daerah kegiatan sehingga akses lapangan kerja baru terbuka.

(+) Kondisi lingkungan lebih tertata rapi dan lebih bersih.

(+) Mempercepat alur modernisasi. (+) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

(-) Hilangnya mata pencaharian utama profesi petani akibat tergusurnya lahan.

(+) Banyak potensi pariwisata di sekitar.

12

(-) Zona 2 tidak luput dari relokasi sehingga mempengaruhi penurunan kualitas lingkungan.

3

4. Desa Jangkaran 5. Desa Sindutan 6. Desa Kalidengen 7. Desa Temon Kulon 8. Desa Janten

(+) Peningkatan kualitas kondisi hidup hasil dari uang ganti rugi bagi desa yang terdampak relokasi. (+) Banyak potensi pariwisata di sekitar.

4

9. Desa Plumbon 10. Desa Demen 11. Desa Kaligintung 12. Desa Temon Wetan 13. Desa Karangwuluh

(+) Menjadi potensi pariwisata di sekitar.

(+) Wilayah Desa Jangkaran dan Janten masih memungkinkan memperoleh akses lapangan kerja baru.

(+) Persawahan, lahan, ladang dan pemukiman di zona ini tidak terdampak besar penggusuran sehingga masih banyak tersedia.

(+) Adanya ketersedian pemukiman sehingga masih terdapat sumber mata pencaharian petani di zona sekitar. (+) Pekerjaan jauh dari pengembangan bandara sehingga tidak banyak terpengaruh dan pendapatan tetap.

(+) Lingkungan tidak terdampak relokasi pengembangan bandara

(-) Minim peluang usaha baru.

5

14. Desa Kedundang 15. Desa Kulur

(+) Menjadi potensi pariwisata di sekitar.

(+) Pekerjaan jauh dari pengembangan bandara sehingga tidak banyak terpengaruh dan pendapatan tetap. (-) Minim peluang usaha baru.

13

(+) Lingkungan tidak terdampak relokasi pengembangan bandara

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Skema konsep Airport City di Yogyakarta International Airport menggunakan pemodelan Teori Konsentris E.W. Burgess adalah dengan memusatkan Yogyakarta International Airport sebagai Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau Central Bussines District (CBD). Melihat dari deskripsi tabel yang memiliki potensi yang lebih baik dan lebih berkembang maka dengan begitu Desa Jangkaran, Desa Palihan, Desa Glagah, Desa Kebonrejo dan Desa Janten dijadikan sebagai wilayah pengembangannya. Lokasi relokasi Desa Glagah adalah yang paling unggul dapat dilihat dari kondisi dan ketersediaan fasilitas umum, sedangkan lokasi relokasi yang kurang adalah relokasi Desa Jangkaran dan relokasi Desa Kebonrejo namun walau begitu bandara tetap memerlukan luasan untuk beroperasi sehingga Desa Jangkaran dan relokasi Desa Kebonrejo tetap dijadikan wilayah pengembangan. Diikuti dengan Desa Sindutan, Desa Kalidengen, Desa Temon Kulon, Desa Plumbon, Desa Demen , Desa Kaligintung, Desa Temon Wetan, dan Desa Karangwuluh sebagai penunjangnya. Dimana zona 2 (Zone of transition) yang merupakan daerah peralihan dapat difungsikan dalam perencanaan pembangunan kedepannya, zona ini dapat diubah menjadi kompleks perhotelan, parkir, dan jalan utama yang menghubungkan dengan daerah luarnya. Zona 3 Daerah kelas rendah (Zone of low status), zona 4 Daerah Kelas Menengah (Zone of middle status) dan zona 5 Daerah Kelas Tinggi (Zone of high status) dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung, turis maupun orang luar. Dampak bagi wilayah desa dari pengembangan konsep Airport City di Yogyakarta International Airport dapat diambil kesimpulan bahwa kehidupan masyarakat berubah drastis karena harus melakukan penyesuaian dari awal. Kondisi ekonomi masyarakat akibat relokasi dampak pengembangan tanah Yogyakarta Internasional Airport mayoritas berubah dan harus menyesuaikan diri dengan situasi baru. Mereka masih dapat beradaptasi dengan lingkungan baru di lokasi relokasi. Mereka berusaha untuk mengatur kondisi ekonomi dengan sebaik-baiknya walaupun terdapat beberapa yang masih belum mendapat mata pencaharian baru, akan tetapi mereka masih memiliki sisa uang hasil ganti rugi yang mereka investasikan ke dalam bentuk deposito sehingga mereka masih memiliki pemasukan yang berasal dari bunga deposito tersebut. Selain itu pengembangan Airport City di Yogyakarta International Airport juga membuka banyak peluang kerja baru. Desa zona 1, zona 2, dan zona 3 merupakan zona yang paling merasakan dampaknya pada segi ekonomi, sosial-budaya maupun ekologi. Pada sosial budaya lebih cenderung kepada peningkatan kualitas hidup warga desa sekitar dan pada segi ekologi berdampak pada penurunan kualitas lingkungan sekitar pengembangan Airport City di Yogyakarta International Airport. Sedangkan desa di zona 4 dan zona 5 cenderung tidak menerima banyak dampak dari pengembangan Airport City di Yogyakarta International Airport sehubung jaraknya yang jauh dari pusat aktivitas pengembangan.

B. Daftar Pustaka/Sumber 1) https://bayualfian.blogspot.com/2011/07/teori-konsentris-teori-perencanaan.html?m=1 diakses 17 November 2021, pukul 22.30 WIB. 2) https://id.wikipedia.org/wiki/Temon,_Kulon_Progo diakses 22 November 2021, pukul 18.51 WIB. 14

3) https://ilmugeografi.com/geografi-teknik/teori-konsentris diakses 23 November 2021, pukul 14.23 WIB. 4) https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/16/140000169/teori-struktur-kota-konsentrissektoral-dan-inti-ganda diakses 23 November 2021, pukul 14.54 WIB. 5) Nurdianto, Dwi. 2021. E-Book Tarakanita Mata Pelajaran Geografi. Jakarta : Tim e-book Yayasan Tarakanita 6) Widiyanta, Ari. 2020. Kapanewon Temon Dalam Angka 2020. Yogyakarta : BPS Kabupaten Kulon Progo.

15

SMA STELLA DUCE 16 1 YOGYAKARTA Cerdas Berintegritas

SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA Cerdas Berintegritas

17