Data Loading...

hard of desire Flipbook PDF

hard of desire


752 Views
442 Downloads
FLIP PDF 1.87MB

DOWNLOAD FLIP

REPORT DMCA

Raisa Chu Present

Hard of Desire By Raisa Chu

1

Raisa Chu Present

2

Raisa Chu Present

Satu Namanya kampung asmara. Satu-satunya pemukiman yang masih kental akan tradisi yang dijaga ketat oleh warga setempat. Dan satu-satunya lahan yang bertahan setelah orang-orang kota itu datang dan menggusur nyaris keseluruhan pemukiman yang dulunya ramai dihuni oleh warga taat adat istiadat. Memangnya apa lagi yang membuat mereka sudi menyerahkan lahan tanah peninggalan nenek moyang selain karena iming-iming cek berisi nominal dengan jumlah yang sejatinya sanggup membuat mata siapapun melotot antusias. Hanya penghuni kampung asmara yang kebal terhadap nominal dan masih berkesistensi di tengahtengah padatnya bangunan megah milik korporat perusak ekosistem, menjadi lahan yang paling menarik minat karena keberadaannya yang kontras di antara gedung-gedung tinggi salah satu perusahaan properti raksasa yang berpusat di ibukota.

3

Raisa Chu Present Lokasi

yang

dianggap

strategis

dan

menjanjikan nilai triliunan di masa mendatang tersebut membuat wilayah itu menjadi buruan para pemegang sektor industri. Dan

sejauh

ini

Park

Group

berhasil

mengakuisisi wilayah dengan persentase tertinggi, membawa super mega proyek ambisius; membangun sebuah kota metropolitan impian. Meski belum mencapai persentase di angka sempurna, namun komplek vip, resort, hotel, pusat perbelanjaan, juga fasilitas umum lainnya sudah berhasil di bangun. Menjadi bukti bahwa mega proyek itu jauh dari kata gagal. Park

Group

menargetkan

pasar

untuk

kalangan kelas atas, menyediakan hunian dan pemukiman mewah yang akan menjadi pilihan bagi mereka yang mengantongi gaji seharga sebuah mobil impor, para pejabat tinggi negara, sosialita yang gemar bermain saham, dan kalangan hedonista yang bergelimang harta. Katanya, jika itu tentang Park Group, maka selalu ada hal-hal besar di luar nalar yang sanggup mereka ciptakan. Dipimpin oleh pemilik otak bisnis kelas kakap yang kini tengah melonggarkan dasi di kursi 4

Raisa Chu Present penumpang, jelas kali ini mempercayakan sopir pribadi untuk mengantarnya. Jika saja tumpukan kertas berisi data transaksi perusahaan dan kepentingan lain tidak begitu mendesak untuk diselesaikan, rasanya Chanyeol akan lebih memilih menyeret seorang jalang ke sebuah kamar hotel dan menyetubuhinya dengan keras. Sayangnya hari ini ia terlalu sibuk untuk setidaknya memanjakan libido. Pria yang telah lama menanggalkan jas formal hingga hanya tersisa kemeja gading yang dilipat hingga siku itu masih fokus dengan berkas kerja, sesekali memijit dahinya yang mengernyit, lalu mendengus karena rasa penat. Chanyeol tidak tahu apa masalah semesta dengan dirinya hingga beberapa detik lalu pria itu nyaris membentur kursi depan karena sopirnya menginjak rem secara mendadak. Damn! Pria itu mendelik geram. "Maaf, pak. Di depan ada yang nyebrang sembarangan. Tapi kok—itu mereka kayak lagi panik gitu bawa wanita hamil..." Peduli apa Chanyeol?

5

Raisa Chu Present "Terus kenapa diem? Jalan lagi lah, saya diburu waktu ini!" Karena Chanyeol memiliki agenda untuk mengontrol pembangunan club malam dan bertemu dengan istri dari investor tertinggi Park Group. "Ini udah mau sampe, pak." Lalu Chanyeol melirik ke arah luar, tak jauh darinya kini ada sebuah gerbang super megah yang menghubungkannya dengan proyek kota impian. Kemudian tanpa sengaja Chanyeol melirik pada keributan yang sesaat lalu dibicarakan oleh sopirnya. Jika di daerah itu masih saja ada orang-orang yang berkeliaran sembarangan maka Chanyeol yakin mereka adalah penduduk setempat. Maka mereka adalah warga kampung asmara. Pening di kepala Chanyeol mendera dalam hitungan detik, ia memang berhasil menjalankan mega proyek dan berkontribusi besar atas suksesnya Park Group di seluruh sektor perusahaan, namun hingga saat ini ia masih belum bisa memenangkan negosiasi dengan warga kampung asmara. Pria itu hanya kerap mendapat laporan dari tim divisi yang ditugaskan bahwa mereka yang tinggal di kampung asmara menolak untuk angkat kaki, menolak uang yang ditawarkan meskipun jumlahnya 6

Raisa Chu Present cukup untuk membeli sebuah kehidupan baru yang lebih layak. Padahal

jika

mereka

setuju

untuk

meninggalkan kampung asmara maka Chanyeol akan mengakusisi

keseluruhan

wilayah

dan

meraih

persentase tertinggi dalam mega proyeknya.

~oOo~ "Sabar ya, teh... saya udah pesen greb buat nganter ke rumah sakit—oh, itu dateng! Aa Jongdae, tolong dibantu teteh nya." Wanita yang mengantongi gelar bidan itu memberi instruksi kepada suami dari pasiennya untuk membantu memapah istrinya itu masuk ke dalam mobil. Karena ambulans yang tersedia di puskesmas terdekat hanya satu, dan sedang dipakai mengantar pasien yang lain. "Neng Baekhyun... rumah sakitnya jauh enggak?" Seumur-umur Jongdae tidak pernah pergi ke rumah sakit, ia setia dengan obat warung. Bukan 7

Raisa Chu Present karena apa, biasanya orang-orang kampung dengan status ekonomi mencekik punya pemikiran kebal terhadap penyakit orang kaya. Paling hanya meriang dan sakit gigi. Yang

ditanya

sedang

meneliti

berkas

pasiennya, lalu menoleh dan melempar senyum kecil. "Enggak terlalu jauh, a... daerah kita ini kan udah semakin kekota-kotaan... jadi kalau mau ke pusat medis enggak mesti jauh-jauh." Siapa yang tidak tahu keberadaan gedung rumah sakit megah yang dibangun satu tahun lalu di perbatasan antara pusat kota dan pinggirannya? Baekhyun mengurus

pasien

kerap

pergi

bersalin

ke

yang

sana dirujuk

untuk dari

puskesmas tempatnya berdinas. Jongdae mengangguk-anggukan kepalanya paham. Sejatinya tahu bahwa daerah yang sejak dulu ia tinggali, daerah yang awalnya sangat asri dan masih alami kini dirusak oleh pasukan pemegang saham perusahaan properti. Menjadikannya lingkungan yang sama sekali berubah. Jika dulu ada lahan pertanian maka kini berubah menjadi pusat perbelanjaan, jika yang semula ada puluhan kotak sawah kini berganti dengan bangunan-bangunan megah.

8

Raisa Chu Present Sampai

kapan

mereka

akan

berhenti

mengeruk tanah dan menyebar limbah?

*** Sementara Jongdae menenami istrinya yang mulai ditangani di bangsal emergency, Baekhyun dengan segala kecakapannya mengurus keperluan administrasi. "Selamat siang, nurse..." "Eh... selamat siang juga Bu bidan..." Baekhyun tersenyum ramah, sejatinya sudah akrab dengan orang-orang yang bertugas di lobby rumah sakit yang ia kujungi. "Pasien rujukan lagi?" Seorang dokter ahli menyela dari belakang. "Iya, dok... jadi di trimester kedua masih bagus dong ya posisinya baby nya, kata ibunya geraknya juga aktif dan sehat, lalu kemarin saya lalukan prosedur Ultrasonography lagi karena udah deket ke waktu perkiraan bersalin dan

posisinya baby nya ini

sungsang." Baekhyun merengut, menyayangkan, lalu mengembalikan kewibawaan dengan tersenyum akrab dan ramah. 9

Raisa Chu Present "Oh begitu... kemarin sudah urus-urus buat prosedur CS nya kan Bu bidan?" Tidak ada jalan lain kecuali jika pihak keluarga mau mengambil resko tinggi dengan melahirkan secara normal. "Iya, sudah..." Baekhyun memang cepat dan tanggap. Jika ada pasiennya yang berpotensi kesulitan untuk melahirkan secara normal maka ia akan membantu mengurus segala hal sebagai bentuk dedikasinya yang tinggi. Menunggu selama beberapa saat sementara berkas-berkasnya

diurus

untuk

mendapatkan

konfirmasi, lalu setelahnya ia kembali menemui Jongdae yang masih setia menemani istrinya yang kini terbaring di atas brangkar. "A... ini udah selesai. Jadi nanti a Jongdae tinggal ikutin arahan perawat sama dokternya aja sebelum masuk ke ruang bedah." Jongdae meneliti berkas rumah sakit yang diserahkan oleh Baekhyun, lalu meringis tidak paham. Baekhyun tersenyum maklum. "Enggak apaapa, a... nanti enggak susah kok, tinggal tanyain aja kalau a Jongdae enggak ngerti." Mengingat ini kali pertama Jongdae berurusan dengan rumah sakit. 10

Raisa Chu Present "Tapi nanti saya bayar lagi enggak neng?" Baekhyun

menggeleng,

mempertahankan

senyumnya. "Enggak kok, udah aku urusin semuanya, tapi mungkin nanti ada beberapa obat yang enggak gratis dan mesti ditebus." Jongdae

mulai

dapat

pencerahan

lalu

mengangguk paham. "Ya udah, a... kalau gitu aku pamit balik ke puskesmas ya... udah hubungin sodara kan?" "Iya, udah neng. Makasih udah bantuin." Baekhyun mengangguk. "Sama-sama, a..." Lalu Baekhyun menghampiri istri Jongdae dan mengelus lengannya. "Teh, aku tinggal ya... sehat-sehat ya teh sama dedeknya..." Wanita

yang

merasa

lemas

itu

hanya

mengangguk dan berterima kasih pelan.

*** Baekhyun lantas mengurai langkah di koridor rumah sakit. Kemudian tidak sengaja berpapasan dengan sosok yang ia kenal, mengenakan stelan koko putih dan sorban yang melilit kepala.

11

Raisa Chu Present "Oh, Assalamu'alaikum, pak Ustadz..." "Wa'laikumsalam warrahmatullah..." sosok pemuka agama yang sejatinya disegani di kampung asmara itu menjawab dengan pita suara yang menggema,

seperti

sengaja

menunjukkan

kewibawaannya dengan sedikit berlebihan bahkan memamerkan tasbih yang melilit jemari tangan kanan untuk kesan pria agamis sejati. Dia kerap disapa pak ustadz, nama aslinya Jongin. Sudah berkeluarga dan istrinya adalah seorang tenaga kerja wanita itu Saudi Arabia. "Ruang inap teteh ada di lantai tiga, kelas satu nomor dua..." Karena pria itu adalah kerabat dekat Jongdae. Jongin mengangguk, lalu tertawa ala presiden. "Udah kayak lagu, satu ditambah satu sama dengan dua..." kemudian berdeham penuh wibawa saat dilihatnya Baekhyun tidak sedikit pun terkecoh dengan lawakannya. Pria itu lantas menggendong kedua tangan di belakang, mengindari kontak mata dengan Baekhyun, bukan karena takut menjadi zina mata, tapi malu karena kelakuannya sendiri. "Kalau begitu... mari, Bu bidan..." Tukasnya seraya berlalu menatap objek lain.

12

Raisa Chu Present Baekhyun meringis kemudian menghela kecil, berniat

belok

menuju

koridor

utama

namun

langkahnya dihadang oleh kegaduhan yang dibuat oleh paramedis. Seorang pasien yang tengah hamil besar didorong di atas brangkar, dilihat dari tanda-tandanya sepertinya wanita itu sedang mengalami kontraksi dan akan segera melahirkan. "Minggir!" Baekhyun tidak tahu kenapa pria berdasi itu berteriak. Wajah paniknya menyerupai kepiting pelit yang kehilangan brangkas. "Ya, presdir. Saya sudah bawa istri Anda ke rumah sakit. Asisten saya akan urus segala hal, jangan terlalu cemas—" pria itu menutup layar ponsel lalu mendelik garangi pada Baekhyun yang masih menghalangi jalan. "Minggir!!!" Bentaknya dengan oktaf tertinggi. Baekhyun mengerjap beberapa kali lalu sadar atas kecerobohannya. Wanita itu menepi kemudian mengelus dadanya karena terkejut. "Galak banget..." gumamnya lalu menatap punggung tegap berbalut jas mahal buatan tangan yang mulai menjauh.

13

Raisa Chu Present

~oOo~ Chanyeol

melonggarkan

dasinya

sesaat

setelah mengurai menuju area luar gedung rumah sakit. Agendanya hari ini sedikit berantakan karena istri dari investor utama yang membuat janji bertemu mengalami kontraksi. Chanyeol tidak tahu mengapa banyak orang tolol di sekitarnya. "Hamil besar kukuh ngajak ketemu, jadi berantakan agenda kerja." Rutuknya lalu mengusap wajah dan masuk ke dalam mobil. Pria itu meminta sopirnya untuk pulang terlebih dahulu karena ia yakin perlu waktu beberapa jam untuk mengembalikan mood kerjanya seperti semula. Untuk itu mobilnya melaju kencang di jalanan. Chanyeol berniat mengambil jalur kota dan mengunjungi salah satu pub namun ponselnya telah lebih dulu berdering. "Ya?"

14

Raisa Chu Present "Presdir, kami gagal lagi negosiasi sama warga kampung asmara. Kali ini sesepuhnya ikut turun tangan." Chanyeol mencengkram kemudi sebelum kemudian memukulnya dengan geram. "Sebenernya kalian becus kerja apa enggak, huh?" "M-maaf Presd—" "Fuck off!" Chanyeol memutus sambungan telepon lalu memutar kemudi. Tujuannya tentu adalah kampung asmara. Itu adalah laporan ke sekian tentang gagalnya melakukan negosiasi dengan warga kampung asmara dan Park Chanyeol bukanlah seorang penyabar. Ia perlu turun tangan dengan melakukan apapun untuk dapat memuluskan mega proyek yang tengah ia jalankan.

~oOo~

15

Raisa Chu Present Kampung asri yang menjadi pusat incaran para pebisnis di bidang properti itu dihuni oleh dua puluh kepala keluarga saja, sementara sisa lahan yang masih bertahan digunakan untuk bertani. Meski nyatanya tidak seluas bayangan namun kampung asmara masih kental terhadap budaya dan tradisi. Terbukti saat Chanyeol memasuki tugu penyambutan yang terbuat dari bambu dan berhias ijuk, ia menjumpai seorang wanita yang memakai kebaya merah, menenteng bakul nasi di kepala, kakinya tidak memakai alas, dan wajahnya sedikit menor. Chanyeol

menghentikan

mobil

tepat

di

samping si wanita yang sejak awal berjalan dengan cara melenggak-lenggokan pinggul, sejatinya ia hanya berbekal nekat tanpa tahu ke arah mana harus memutar kemudi menuju rumah sesepuh kampung untuk ia ajak negosiasi. "Permisi." Wanita itu berhenti saat sebuah mobil berhenti di sampingnya. "Saya numpang tanya, di mana rumah sesepuh kampung asmara ini? Kebetulan saya dari kota dan— " 16

Raisa Chu Present Chanyeol menggantung ucapan saat wanita itu menoleh. "Iya, kang..." Ada apa dengan suara wanita itu? Caranya berbicara seperti artis yang kerap memerankan karakter ratu laut selatan. Kenapa pula blush on di wajahnya harus terlihat semerah itu? Chanyeol tidak mengajak seorang badut berbicara bukan? "Saya Icing kang... Panggil aja neng Icing..." kemudian wanita itu terkikik. Ada apa dengan suara tertawanya? Chanyeol melirik langit yang mulai menggelap, menebak hari sudah menjelang petang. "Iya. Bisa tunjukin jalan ke rumah tetua atau sesepuh di sini?" Namun wanita yang bernama Icing itu tidak lagi

menyahut, wajahnya berubah sendu dan

sepersekian detik kemudian tangisnya pecah. "Mbak? Malah nangis..." gumam Chanyeol. Suara tangis yang terdengar berbeda. Namun mengapa Chanyeol tidak asing dengan isak tangisnya?

17

Raisa Chu Present Di mana ia pernah mendengar tangisan pilu itu? Tidak

sempat

berpikir

jauh,

Chanyeol

mengendus lalu menjumpai aroma melati yang menyengat. Dari mana asalnya? Bahkan pertanyaan itu dikesampingkan. Berpikir wanita itu tidak akan berhenti menangis dan memberikan jawaban yang diinginkan, Chanyeol kemudian menghela berat, menutup kaca dan kembali menjalankan mobilnya. "Cari sendiri aja lah..." Kesan pertama yang didapat tentu tidak begitu menyenangkan, ia berharap tidak semua warga kampung asmara seaneh wanita yang ia jumpai tadi. Pria itu mengurut tengkuk lalu mengerjap berulang. Mengapa matanya mendadak terasa berat? Bahkan pundaknya terasa sangat pegal. Pria itu memutar kemudi, obor yang terbuat dari bambu di sepanjang jalan dan area pesawahan juga ladang warga menyambutnya. Ia

bahkan

mulai

bisa

melihat

cahaya

pemukiman warga dalam jarak seratus meter juga

18

Raisa Chu Present suara adzan maghrib yang berkumandang dari kejauhan. Tapi

mengapa

matanya

terasa

begitu

mengantuk? Chanyeol menggelengkan kepala, berharap penglihatannya kembali normal. Namun semakin ia memakasakan diri, matanya semakin berat dan ia semakin terkantuk-kantuk. Finalnya dahi cemerlang itu membentur kemudi, Chanyeol tersadar lalu panik hingga membuat mobilnya keluar jalur dan terperosok di area ladang pertanian warga. Terakhir kali Chanyeol masih sadar sebelum kemudian kepalanya kembali terbentur keras pada pintu mobil, lalu penglihatannya memburam dan kesadarannya terenggut dalam hitungan detik.

~oOo~ "Duh, teh... ganteng banget ini orang. Coba minta Abah periksa belakang punggungnya, kali saja ada jejak sayap gitu..."

19

Raisa Chu Present "Hush! Kamu pikir dia burung!" "Bukan burung atuh teh, siapa tahu orang ini bidadara jatuh dari surga di hadapanku..." "Eh, udah enggak usah heboh, kasian nanti istirahatnya keganggu gara-gara suara cempreng kamu." "Ah Teteh mah!" Gadis yang rambutnya dikuncir dua itu merengut lalu kembali memandangi wajah pria dewasa yang semalam membuat heboh seisi kampung karena mobil yang dibawanya terperosok di ladang milik salah satu warga. Mereka yang tinggal di kampung asmara mengedepankan

nilai-nilai

kemanusiaan,

tidak

menunggu waktu lama untuk membawa korban kecelakaan ringan itu menuju rumah sesepuh yang beruntungnya mempunyai putri yang berprofesi sebagai seorang yang kesehariannya bergelut dengan dinas kesehatan. Baekhyun memeriksa denyut nadi pria itu, sempat melirik pada arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangannya lalu bertanya-tanya untuk apa orang kaya itu mengunjungi kampung asmara?

20

Raisa Chu Present Itu bukan kali pertama Baekhyun menjumpai wajah yang sama, ia ingat bertemu dengan pria itu kemarin, di rumah sakit. Pria galak itu. "Eh, eh Teh dia bangun!" Baekhyun terkesiap lalu meminta adiknya untuk keluar dan memberitahu Abah. "Hallo? Kamu bisa denger saya?" Baekhyun menyapa saat disambut oleh mata sayu. Kelopak mata itu mengerjap pelan, dahinya mengernyit memaksakan

lalu

Chanyeol

bangun,

meringis

persendiannya

setelah meronta,

seluruh tubuhnya sungguh ngilu. "Kamu ditemuin warga di ladang, untung cuma kecelakaan kecil, jadi enggak ada luka serius." Tukas Baekhyun seraya meneliti luka lebam di lengan pria bertubuh tinggi dan tegap itu. "Terus saya di mana?" Suara baritone nya berbeda dengan kemarin, tidak ada nada bentakan, ia hanya terdengar parau. Baekhyun menyodorkan segelas teh manis kemudian memeriksa selang infus. "Di rumah saya..."

21

Raisa Chu Present Apakah hanya Baekhyun yang mengingat pertemuan mereka di rumah sakit kemarin siang? Karena

sungguh

wajah

garang

dan

bentakannya masih terngiang di kepala. "Kamu dokter?" Tanya Chanyeol seraya meneliti jarum infus yang mencuat di tangan. Baekhyun tersenyum. "Saya bidan." Lalu melirik Chanyeol. "Makan dulu, ya? Nanti minum obatnya, udah saya resep." "Kamu bukan dokter, dan saya enggak minum obat yang sembarangan diresep." Tapi Baekhyun bergelut dengan dunia medis sejak lama. Ia tahu penanganan yang tepat sesuai prosedur. Namun wanita itu bisa apa jika ada orang yang ragu? Ia hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Chanyeol

kembali

meringis

ketika

persendiannya kembali meronta, mencoba mencabut jarum infus hingga membuat Baekhyun meringis ngilu. "Jangan dulu... kondisi kamu masih enggak baik." Chanyeol tidak menyahut, masih mencoba lepas dari infusan.

22

Raisa Chu Present Baekhyun tebak pria itu sama keras kepalanya seperti presiden Amerika. Lalu wanita itu menghela kecil dan meraih tangan Chanyeol. "Saya bantu..." jika pria itu kukuh ingin melepas infusannya. Chanyeol menatapnya datar, memperhatikan wanita yang kini melepas jarum dari tangannya dengan hati-hati. Setelah selesai Chanyeol bangkit dari kasur dan meraih jasnya di punggung kursi. "Mau ke mana? Kamu bisa istirahat dulu di sini..." Chanyeol menoleh, ingin memberitahu bahwa ia bukan pria santai yang akan menghabiskan waktu untuk tidur di kasur seharian, Chanyeol pria sibuk, tiada hari yang ia lalui tanpa sebuah transaksi bernilai triliunan. Baekhyun

mengekorinya

hingga

ruang

tengah. Lalu adiknya menghadang jalan. "Teh, Abahnya enggak ada, Umi juga belum pulang dari— whoa..." pria yang sempat pingsan itu kini berdiri di hadapannya. Hidup dan terlihat lebih tampan berjuta kali lipat. "Kamu mau pergi sekarang? Kondisimu masih belun stab—" ucapannya terputus karena Chanyeol 23

Raisa Chu Present terlebih dulu memasang ekspresi yang menegaskan bahwa pria itu tidak butuh pendapat Baekhyun. "Yok terus! Terus! Stop stop! Belok dikit ya cakep!" Terdengar suara lain di luar, lantang dan mengganggu pendengaran. Baekhyun keluar untuk memastikan apa yang terjadi lalu mendapat salah satu tetangganya tengah memberi instruksi pada pengemudi yang membawa mobil Chanyeol dari ladang. "Neng, ini mobilnya baru diambil dari ladang, Sehunnya baru pulang soalnya shift malem." Sehun

adalah

satu-satunya

pemuda

di

kampung asmara yang bisa mengendarai mobil ketika warga lain hanya sanggup mengendarai motor bebek. Sehun masih kuliah, dan bekerja paruh waktu di pom bensin di pusat jalan kota. "Oh, iya a... makasih ya... Sehun juga, makasih ya..." Pemuda berkulit putih pucat itu mengangguk. Karakternya memang pendiam dan tidak banyak berbicara. Lantas atensi Sehun beralih pada sosok pria dewasa yang berdiri di samping Baekhyun. Apakah dia pemilik mobilnya?

24

Raisa Chu Present Tapi mengapa Sehun tidak asing dengan wajahnya? "Oh, si om gagahnya udah siuman ya?" "Iya, a... alhamdulillah." Baekhyun melirik Chanyeol yang tidak sedikit pun memberi minat atas percakapannya dengan tetangga. "Hallo, om gagah... ini saya yang semalem bawa om nya ke sini." Sementara Sehun diam memperhatikan. Chanyeol mengangguk lalu turun dari rumah panggung khas suatu daerah dan menatap dua lakilaki di hadapannya. Tanpa mengucapkan sepatah kata, pria itu masuk ke dalam mobilnya lalu tancap gas. Semua orang membeo, pun Baekhyun yang kini bingung dan menggaruk tengkuk. "Itu katanya dia kesasar semalem dan sekarang harus buru-buru pulang

karena

punya

urusan."

Ia

mencoba

menjelaskan karena tidak ingin adanya kesalah pahaman, meski sama sekali tidak membenarkan sikap Chanyeol yang congkak yang tidak sedikit pun mengucapkan terima kasih.

25

Raisa Chu Present

~oOo~ Chanyeol berulang kali memijit dahinya karena pening. Sepertinya ia harus memeriksakan diri ke dokter setelah ini. "Tunda meetingnya dua puluh menit, saya... saya ada urusan mendadak." Itu hanyalah alibi, Chanyeol tidak ingin melahirkan gosip murahan di kalangan staf kantor jika ia menggunakan alasan terlambat bangun tidur ketika sosoknya dikenal sangat profesional dan tepat waktu, atau bahkan tidak ingin menciptakan spekulasi tentang

keberadaannya

semalaman

suntuk

di

kampung asmara. Lantas mobil itu melaju menuju kota, pria itu pulang tanpa membawa hasil malah justru terlibat kecelakaan kecil yang membuatnya tak berhenti merutuk untuk ke sekian kali.

*** 26

Raisa Chu Present Sesampainya di kantor, Chanyeol bergegas mengganti pakaian setelah meminta sekretaris untuk menyiapkan stelan kerja. Pria itu tidak punya banyak waktu untuk menyempatkan pulang ke apartemen dan mengganti pakaian di sana. Ada rapat penunjukan CEO di beberapa sektor perusahaan yang menunggunya dalam hitungan menit. "Maaf, pak... tapi apa bapak baik-baik aja?" Sang asisten akhirnya bertanya mengingat wajah Chanyeol terlihat pucat, bahkan sesekali meringis kecil saat memakai jasnya. Chanyeol mengangguk kecil lantas memimpin langkah menuju ruang rapat. Ia tidak sedikit pun memberitahu bahwa kini tubuhnya terasa begitu ngilu dan sakit, persendiannya seolah luruh, Chanyeol tidak menduga efek dari kecelakaan kecil Itu cukup sanggup membuatnya kacau. Meski begitu Park Chanyeol tetaplah pria itu, tidak

akan

membiarkan

apapun

merenggut

konsentrasinya dalam memimpin rapat penting, profesionalitas telah lama ia tanam, sejak saat jabatan tertinggi Park Group itu dipercayakan oleh ayahnya. 27

Raisa Chu Present

~oOo~ Tiga hari berlalu pasca mengantar istrinya Jongdae ke rumah sakit, Baekhyun belum sekalipun sempat menjenguk karena tugas dinasnya yang tak bisa ditinggalkan. Dan hari ini ia mendapatkan kabar bahwa mereka akan segera pulang dan ia diperlukan untuk mengurus sisa berkas dengan rumah sakit yang berkaitan. Setelah selesai Baekhyun berniat kembali ke ruang inap jika saja atensinya tidak lebih dulu melihat sosok pria yang duduk di kursi koridor. Perhatiannya tidak akan dengan begitu mudah teralihkan jika saja ia tidak mengenal pria itu. "Hallo..." Pria

yang

beberapa

hari

lalu

terlibat

kecelakaan kecil dan mobilnya terperosok di ladang milik warga kampung asmara. Sosok itu menoleh lalu mengangkat sebelah alis.

28

Raisa Chu Present "Ketemu di sini, kamu... apa kabar? Saya belum sempet ngenalin diri, nama saya Baekhyun." Chanyeol tidak tahu mengapa wanita itu begitu sok akrab? Well, dia memang sudah menolongnya tapi Chanyeol tidak pernah memintanya bukan? Pria angkuh itu. Baekhyun menarik uluran tangannya yang tak berbalas lalu tersenyum maklum. "Udah sehat kan? Memarnya udah ilang?" Chanyeol masih saja bungkam, lalu atensinya beralih pada pria dan wanita paruh baya yang keluar dari bangsal vip. Kedua orang tuanya. Sebelumnya seputar

perjodohan

mereka dan

sempat berniat

membahas mengenalkan

Chanyeol kepada putri dari salah satu kolega bisnis, namun siapa pun tahu bahwa Chanyeol tidak pernah berpikir untuk terikat hubungan serius dengan seorang wanita. Ia lebih berminat mengerjakan berkas kerja yang menumpuk di atas meja, sekalipun jika ia sedang sangat penat maka pria itu bisa menghubungi seorang pelacur berkedok model atau selebriti papan atas untuk ia setubuhi di sebuah kamar suit berbintang. 29

Raisa Chu Present Chanyeol sangat tidak ingin memperumit hidupnya dengan sebuah komitmen yang konyol. Menjalin sebuah hubungan serius dengan seorang wanita adalah apa yang akan membuatnya tertawa. "Eh?" Baekhyun terkesiap saat tangannya digenggam erat oleh pria yang sejak awal tidak menyahuti sedikit pun sapaannya. Chanyeol bertahan demi memuaskan diri atas reaksi yang diberikan oleh kedua orang tuanya saat ini. Pria dan wanita paruh baya itu lantas menatap Baekhyun lalu kembali kepada putranya. "Ini siapa?" Nyonya Park bertanya lebih dulu, memperlihatkan antusias yang tidak main-main mengingat ini kali pertama putranya secara terangterangan menunjukkan kedekatan dengan seorang wanita. "Baekhyun. Pacar aku." Chanyeol hanya ingin menghentikan obsesi kedua orang tuanya yang giat mendekatkannya dengan wanita-wanita pilihan mereka. Chanyeol bukan anak kecil yang mesti menurut tentang hal-hal yang bisa ia tangani sendiri.

30

Raisa Chu Present Sementara Baekhyun yakin rahangnya nyaris menyentuh tanah. Ia tidak tahu apa yang terjadi, bahkan mulutnya kelu saat pria yang masih menggenggam

tangannya

kembali

melontarkan

omong kosong di luar nalar. "Oh ya?" Nyonya Park berseru, binar di kedua matanya memberi tahu bahwa beliau tidak akan kebingungan lagi jika keluarga besar menanyakan kapan Park Chanyeol akan menikah? "Namanya

Baekhyun?

Cantik

lagi..."'puji

nyonya Park sementara tuan Park lebih banyak diam, meski merasakan antusias yang sama namun tetap menjaga wibawa. "Ajak ke rumah. Kita makan malam." hanya itu yang keluar dari mulut pria paruh baya yang begitu Chanyeol segani. "Enggak hari ini, Baekhyun ada urusan." Lalu Chanyeol menarik Baekhyun untuk menjauh dari kedua otang tuanya. Wanita itu masih syok dengan kebohongan yang Chanyeol buat hingga tak sadar kini diseret masuk ke dalam mobil. "I-itu tadi... maksudnya apa?"

31

Raisa Chu Present "Bukan apa-apa." Lebih baik Chanyeol segera bergegas sebelum kedua orang tuanya menghadang jalan dan memberondonginya dengan pertanyaanpertanyaan konyol. Baekhyun membeo lalu membuka pintu mobil, hendak keluar karena tersinggung dan mulai terusik dengan karakter Chanyeol yang tidak sedikit pun meninggalkan kesan menyenangkan sejak awal. Lengannya ditahan lalu Chanyeol mengunci mobil. "Maksud kamu apa sih? Saya yakin kita enggak kenal sedekat itu. Kenapa kamu lakuin itu?" "I have no choice, now shut up!" Chanyeol menginjak pedal gas, ia akan menurunkan wanita itu saat mereka sudah menjauh dari area rumah sakit. "Saya mau turun! Ada pasien yang mesti saya urus kepulangannya." Chanyeol menaikkan sebelah alis seraya melirik berkas rumah sakit dan merebutnya dari tangan Baekhyun. Lantas suara seorang pria dengan nada formal menggema memenuhi seisi mobil setelah Chanyeol menekan mode panggilan.

32

Raisa Chu Present "Kamu pergi ke rumah sakit kemarin, saya kirim data pasien dan kamu urus kepulangannya, kalau ada kendala ini dan itu hubungi direktur rumah sakitnya." "Baik, pak." Didengar dari seberapa patuh dan sopannya seseorang di seberang sana, Baekhyun tebak pria yang kini melonggarkan dasi itu adalah sosok yang mempunyai otoritas. Wanita itu cukup dibuat bungkam dan bertanya-tanya siapa sebenarnya pria itu? "Kamu... kalau boleh saya tau tujuanmu apa dateng ke kampung asmara waktu itu?" Chanyeol tak lantas menjawab, ia memutar kemudi dan tengah memilih tempat yang tepat untuk menurunkan wanita itu. "Kesasar." Sahutnya singkat. Pembawaannya memang ketus seperti itu Baekhyun tebak. Lalu Chanyeol berdeham kecil. "Kamu udah berapa lama tinggal di sana?" "Seumur hidup saya." Itu artinya Baekhyun bahkan lahir di kampung asmara.

33

Raisa Chu Present "Setau saya kampung itu mau digusur..." Chanyeol memancingnya. "Enggak."

Baekhyun

menggeleng

kecil.

"Enggak akan pernah." "Kenapa?" "Karena Abah saya enggak akan biarin tanah warisan nenek moyang disentuh sama mereka yang berusaha ngambil hati warga kami dengan uang." "Abah kamu?" Ada hal menarik di sana. Baekhyun mengangguk. "Bisa dibilang Abah adalah sesepuh di kampung asmara. Apa yang bikin warga bertahan adalah karena Abah ngeyakinin mereka kalau uang bukan untuk ngebeli sebuah kehidupan." Gotcha! Siapa sangka Chanyeol malah mendapat petunjuk

tentang

siapa

sesepuh

di

kampung

incarannya? "I see..." gumam pria itu lalu mulai menyusun sebuah strategi. Bukankah Tuhan telah memberinya petunjuk untuk selangkah lebih maju dalam mengambil kesempatan? "Ngomong-ngomong soal kampung kebanggaan kamu itu..." nadanya terdengar sinis. 34

Raisa Chu Present "Kerja apa warga di sana? Apa mereka semuanya petani?" Karena Chanyeol penasaran kenapa mereka bebal dan kukuh menolak uang yang tim divisinya tawarkan? "Iya, hampir semuanya petani. Mungkin kamu bisa paham dari berapa banyak sawah dan ladang yang kamu liat waktu kemarin." Chanyeol mengangguk kecil. "Saya bahkan liat cewek sepantaran kamu masih keliaran di sekitar kebun padahal udah petang. Orang-orang di sana masih kerja di jam segitu? Rajin apa emang kebangetan miskinnya?" Baekhyun tidak tertarik dengan hinaan yang terlontar dari mulut Chanyeol, ia mencerna kalimat yang lain. "Cewek sepantaran saya?" "Ya. Pake kebaya merah, bawa bakul dan enggak

pake

sendal.

Kentara

banget

orang

kampungnya." Lalu tawa remeh Chanyeol terhenti kala menyadari raut wajah Baekhyun yang terkejut, bahkan syok. "Kamu kenapa?" Ekspresi wanita itu seolah tengah melihat hantu. 35

Raisa Chu Present

"Huh?" Chanyeol mendadak membeo lalu mengusap tengkuk. Mengapa tiba-tiba saja ia merinding? "Warga kampung asmara berhenti beraktifitas setelah adzan dzuhur. Abis itu sampe malam atau sampe pagi lagi enggak ada yang aktifitas lagi di ladang maupun sawah. Jadi... jadi... kalau kamu liat cewek sepantaran saya pake kebaya merah, bawa bakul dan enggak pakai sendal di jam-jam petang menjelang maghrib... itu... itu..." "Shit!" Chanyeol merutuk dan mulai menebak apa yang akan Baekhyun katakan. "Jangan bilang yang saya liat itu setan?!" Baekhyun

meringis

membuat

dugaan

Chanyeol semakin menguat, pria itu membeo lalu merutuk untuk ke sekian kali. "Namanya neng Icing..." kata Baekhyun. "Warga kampung asmara udah enggak aneh lagi sama dia." Seolah hantu itu adalah kontestan ratu kecantikan. Namanya sama persis seperti yang Chanyeol ingat, pria itu tak henti-hentinya memasang wajah

36

Raisa Chu Present syok. Seumur hidup, itu kali pertama ia menjumpai hantu, bahkan mengingat dengan jelas wajahnya. Baekhyun mulai menduga bahwa kecelakaan kecil Chanyeol adalah karena ulah hantu haus belaian itu. Sudah menjadi rahasia umum di kampung asmara bahwa hantu neng Icing kerap mengganggu pendatang

apalagi

jika itu adalah pria yang

mempunyai paras tampan tak berakhlak seperti pria di sampingnya. "Kamu tau? Saya bahkan sempet berhenti dan tanya ini dan itu sama itu setan kelebihan blush on!" Melihatnya

berkali-kali

merutuk

bahkan

mengusap wajah dengan kalut membuat Baekhyun tak tega. "Lain

kali

jangan

berhenti

dan

tanya

sembarangan orang yang kamu temuin pas menjelang petang apalagi di daerah perkampungan, konon di jam segitu gerbang dunia gaib terbuka." Mana Chanyeol tahu? Pria itu hidup dengan doktrin kepercayaan yang berbeda sejak ia kecil. Di kota mana ada setan menor manggul bakul? Kalau nenek nenteng gayung baru ada, itu pun di film horor yang kerap ditonton oleh keponakannya. 37

Raisa Chu Present "Pantesan

ketawanya

kayak

kuntilanak!!

Astaga!" Sejatinya atmosfer itu mulai jenaka. Baekhyun tidak menduga pria yang memberi kesan garang sejak awal pertemuan akan seheboh itu karena telah diganggu oleh hantu. Dengan terpaksa Baekhyun menyembunyikan senyuman, mengingat wataknya yang cukup keras ia bisa menebak pria itu akan mengamuk jika tahu sedang ditertawakan dalam diam.

38

Raisa Chu Present

Dua Sosok berkumis yang kerap memakai baju batik dan peci hitam itu memasuki halaman rumah Baekhyun. Kehadirannya disadari oleh Baekhyun, wanita itu lantas memberitahu Abah yang tengah menyesap kopi di teras rumah. "Bah... ada pak rt." "Mau apa lagi itu orang." Gumam Abah dengan tenang. Baekhyun tebak berkas yang ketua rt bawa masihlah berkas yang sama yang dia tunjukkan kepada Abah beberapa hari lalu. Yakni berkas berisi kontrak persetujuan pengalihan hak milik tanah kampung asmara. "Assalamua'alaikum!" "Wa'alaikumsalam... eh ada pak rt, silahkan masuk pak..." Baekhyun memang selalu ramah. "Iya, neng. Makasih." Lalu pak rt mendekat pada Abah.

39

Raisa Chu Present "Mau apa lagi kamu teh, Suho?" Tanya Abah tanpa basa-basi. "Diliat dulu atuh Bah ini kontraknya, mereka naikin harga loh." Ketua rt gila harta itu pun tidak berbasa-basi. Baekhyun menggelengkan kepala lalu masuk ke dalam. "Kan Abah udah bilang sampai kapan pun Abah enggak bakal kasih persetujuan. Kamu teh bagaimana sebagai ketua rt bukannya melindungi tanah kelahiran malah ngebantuin korporat!" Meskipun diomeli berkali-kali namun Suho tidak jera, ia tergiur dengan penawaran Park Group, cita-citanya tinggal di kota besar yang dekat dengan mall, agar bisa menonton bioskop setiap hari. Ketua rt itu sudah begitu muak mengunjungi situs film yang dipenuhi oleh spanduk iklan game judi online. "Ini diliat lagi ni." Suho memaksa, membuka lembar berkas berharap Abah berubah pikiran. "Enggak. Abah enggak bakal berubah pikiran." Orang tua itu memang konsisten. "Ah si Abah teh!" Pada akhirnya Suho kesal. "Bagaimana hidup mau maju kalau begitu terus!"

40

Raisa Chu Present "Kalau mau maju mah pakai gerobak atuh, pinjem punya si Jongdae, sekalian bantuin dia jualan seblaknya, kasian istrinya baru ngelahirin." "Ampun lah Bah!" Suho meremas rambutnya frustasi, lantas berlalu, menuruni anak tangga dengan hentakan kaki serupa anak kecil yang merajuk. "Malah ngambek atuh..." Abah membeo. "Eh, kamu teh kalau kepengen banget uang mah jual aja sapi kamu, sini biar Abah yang bayarin, ngutang tapi..." Dari jauh Abah mendengar Suho merutuk karena

diledek.

Lantas

pria

paruh

baya

itu

menggelengkan kepalanya maklum. "Bah, aku pamit dinas dulu." Abah mengangguk dan

tersenyum saat

tangannya dikecup oleh Baekhyun. "Oh iya, aku udah bilang sama Umi kalau hari ini pulang telat karena ada acara sama temen." "Kamu mau ke kota neng?" Baekhyun mengangguk lalu memperhatikan Abah yang kini membuka gulungan sarung dan mengambil selembar uang di celah perutnya yang tambun. Wanita itu tersenyum jenaka.

41

Raisa Chu Present "Abah nitip beli starducks ya, apa itu yang kamu pernah beliin waktu itu?" Baekhyun

tertawa

karena

tingkah

lucu

Abahnya. "Ice Americano, Abah..." "Nah iya itu, es mamarika lah." Tawa Baekhyun bertambah. Wanita itu menolak uang yang Abah berikan lalu tersenyum lembut. "Nanti aku beliin. Mau nitip apa lagi?" "Udah itu aja, hati-hati bawa mobilnya." Mengingat mobil itu baru saja pulang dari bengkel. Abah cemas putrinya akan kesulitan jika mobil itu kembali mogok di tengah jalan. "Ya udah kalau gitu, aku berangkat ya. Assalamu'alaikum..." "Wa'alaikumsalam..."

~oOo~

42

Raisa Chu Present Setelah jam dinas berakhir, Baekhyun dan teman-teman satu profesi kompak mengunjungi salah satu tempat makan di ibu kota. Dalam rangka merayakab ulang tahun salah satu temannya tersebut. Itu

bukan

kali

pertama

Baekhyun

mengunjungi pusat kapital, ia kerap hilir mudik ke kota baik itu yang berkaitan dengan profesi atau sekedar melepas penat dengan hang out bersama teman-teman. Hal itu memang bukan lagi hal asing karena Baekhyun menghabiskan sisa waktunya sebagai seorang mahasiswi kebidanan di ibukota, jadi ia memang sudah akrab dengan atmosfer metropolitan. Mereka tampak bersenda gurau seraya menunggu pesanan datang. "Baekhyun?" Lalu semua orang kompak menoleh saat nama Bakehyun dipanggil oleh seorang wanita paruh yang menenteng tas mahal yang hanya bisa di beli di negara Eropa. Baekhyun mengerjap beberapa kali lantas mengingatnya, wanita paruh baya itu adalah ibu dari pria ketus yang sampai saat ini tidak ia ketahui namanya.

43

Raisa Chu Present "Oh, Tante... apa kabar?" Sapa Baekhyun dengan

ramah,

sementara

teman-temannya

menyimpan tanya. "Tante baik-baik aja, kamu gimana?" Nyonya Park menyambut Baekhyun dalam pelukan akrab. "Aku baik juga Tante..." "Kamu enggak sama Chanyeol?" Chanyeol? "Oh, enggak, Tante... aku sama temen-temen," Baekhyun ingat pria itu mengatakan bahwa ia kekasihnya di depan kedua orang tuanya. Lantas apa yang saat ini harus Baekhyun lakukan? Ia tidak ingin ikut masuk ke dalam skenario pria bernama Chanyeol itu. "K-kalau Tante sama siapa?" "Oh, biasa lah dianter pak sopir." Baekhyun

tersenyum

dan

mengangguk

paham. "Duh, kayaknya Tante ganggu acara kamu ya..." Baekhyun tidak tahu mengapa sifat Chanyeol dan ibunya begitu bertolak belakang. Jika pria itu bisa sangat ketus dan galak dan merutuk di mana pun sesuka hati, maka ibunya adalah

44

Raisa Chu Present sosok pemilik senyuman hangat dan gerak-gerik anggun di usianya yang tak lagi muda. "Enggak kok Tante, mau gabung sama kita?" "Oh, enggak, enggak. Tante harus pulang, sayang. Ada urusan." "Oh gitu?" Baekhyun terlihat menyayangkan. "Tante minta nomor kamu ya, biar nanti enak komunikasinya." "Boleh..." lantas Baekhyun menulis nomornya di ponsel nyonya Park. Sadar atau tidak ia tengah dikagumi oleh sebab kecantikannya yang alami, nyonya Park berharap hubungan putranya dengan wanita muda yang tahu cara bersikap sopan dan santun itu bertahan hingga ke pelaminan. Setelah nyonya Park berlalu, Baekhyun segera menulis nomor Chanyeol yang sempat ia hafal dan berada di log panggilan ponsel nyonya Park. Ia tahu itu bukan tindakan terpuji namun Baekhyun merasa perlu membicarakan beberapa hal dengan pria itu, tentang kebohongannya yang mungkin akan menjadi rumit di masa depan.

45

Raisa Chu Present

~oOo~ Mega project itu dinamai Dreamland. Sebuah kota elit impian yang sejauh ini masih menjadi prioritas utama Chanyeol untuk meraih gelar raja real property yang pantas dijadikan panutan. Pria itu menghabiskan malam-malam panjang tanpa jam tidur yang berkualitas demi mengatur strategi pasar, pengelolaan properti, pembangunan insfrastuktur yang diperlukan untuk Dreamland bahkan hingga detail terkecil. "Mereka menolak lagi." Adalah informasi yang sama untuk ke sekian kali. Padahal Chanyeol sudah memasang harga tinggi agar mereka bersedia angkat kaki dari kampung asmara yang nantinya akan ia jadikan sebagai taman impian yang dipenuhi oleh wahana bermain dan akan menjadikannya wisata air terbesar di Asia. Chanyeol memijit dahi, memusatkan atensi pada gemerlapnya malam ibukota di tempatnya kini berdiri. Pria itu tinggal di sebuah apa apartemen dengan fasilitas vip, ia menempati lantai ke sekian 46

Raisa Chu Present puluh yang sengaja ia pilih agar jika suatu waktu merasa penat bisa memanjakan mata dengan pemandangan indah di bawah kakinya. Chanyeol tidak sedang melankolis, ia hanya butuh beberapa saat untuk mengatur sebuah skenario. Obsesinya terhadap Dreamland adalah hal yang mutlak, ia akan mewujudkan keinginannya itu tidak peduli apapun. "Ini saya, Baekhyun...." Matanya mengerjap pelan setelah menekan tombol hijau saat sebuah nomor tak dikenal terpampang di layar ponsel. "Kita harus ketemu. Ada hal penting yang harus kita bicarakan." Chanyeol meneguk sisa wine yang sejak awal setia menemani. "Tentu. Kita harus ketemu. Ini mungkin terdengar gila, tapi saya merasa rindu." Wanita

bernama

Baekhyun

itu

adalah

kemungkinan terbesar untuk Chanyeol jadikan sebagai jembatan. Abah saya sesepuh di kampung asmara... Chanyeol tidak merasa bersalah jika harus memakai cara kotor untuk memenuhi obsesinya. Ia akan melihat sejauh mana rencananya berjalan. 47

Raisa Chu Present "Eh?" "Saya rindu kamu, Baekhyun." Tidak peduli harus bersilat lidah seperti seorang pecundang. "Saya mau ketemu sama kamu sekarang." "Tapi, ini sudah malam." Chanyeol tahu, bahkan itu sudah larut. Ia hanya ingin memberi kesan bahwa ia tengah merasa gila karena merindui wanita itu. "Kalau gitu, besok saya jemput. Kita makan siang bersama." Chanyeol paham bungkamnya Baekhyun adalah untuk kebingungan yang mendera, namun bukan Park Chanyeol jika ia gagal membuat kaum hawa terjerat oleh pesona. "Enggak apa-apa kalau kamu keberatan, anggap aja apa yang saya bicarakan omong kosong." "Pick me up at twelve." Sudut bibir seksinya terangkat. "I'll be there... see you sweetheart." Lantas panggilan itu terputus. Chanyeol menaruh gelas wine di atas nakas lalu berbalik hanya untuk mendapati seorang wanita telanjang yang baru saja keluar dari kamar mandi.

48

Raisa Chu Present Urusan mengingat namanya itu belakangan, Chanyeol sedang merasa bersemangat dan ia akan membayar pelacur itu tiga kali lipat jika ronde ke dua dan selanjutnya memuaskan seperti persetubuhan panas mereka satu jam yang lalu.

~oOo~ Baekhyun menatap layar ponselnya dengan kerjapan mata berulang. Semesta pun akan merasa aneh tentang nada bicara Chanyeol yang serupa kapas diterjang angin senja. Mengapa pria itu mendadak menurunkan pita suara dan berbicara dengan penuh kehati-hatian di saat Baekhyun masih ingat rutukan kerasnya tentang hantu bakul, atau bentakannya saat pertama kali bertemu. Ekspresi dingin dan galaknya pun tidak membantu.

49

Raisa Chu Present "Neng Icing enggak mungkin ngikut ke kota dan rasukin Chanyeol kan?" Gumam wanita itu lalu menggeleng pelan. Saya merasa rindu Kening Baekhyun mengerut. "Cowok nyebelin itu?" Jujur saja bagi wanita baik-baik yang tak pernah lupa mencuci kaki Abah dan Umi setiap satu minggu sekali itu Chanyeol benar-benar menyebalkan. Dan Baekhyun bukanlah wanita yang akan memberi toleransi terhadap kesalahan pria hanya karena dia tampan, meskipun wanita itu tidak menyimpan dendam. Sikap ramahnya selama ini memang bawaan, tidak peduli semenyebalkan apapun pria ketus itu. "Tapi kenapa?" Baekhyun bertanya pada dirinya sendiri. "Kenapa dia bilang kangen?" Selain galak dan takut oleh hantu, pria bernama Chanyeol itu juga ternyata sedikit aneh. Menurut Baekhyun.

50

Raisa Chu Present

~oOo~ Setelah digoda oleh rekan-rekan kerja di puskesmas karena dijemput oleh seorang pria tampan bermobil impor, hal pertama yang Baekhyun lakukan setelah masuk ke dalam mobil adalah memeriksa suhu tubuh Chanyeol melalui dahinya yang cemerlang. Jika demam maka Baekhyun bisa mengerti mengapa semalam pria itu berbicara aneh. Chanyeol mengeryit lalu menatap Baekhyun setelah wanita itu menarik tangannya. "Padahal kalau demam jadi masuk akal." Gumam si mungil lalu memasang sabuk pengaman. "Apa maksudnya?" Untuk apa yang wanita itu lakukan dan gumamkan. Baekhyun menggeleng dan tersenyum. Chanyeol lantas melajukan kendaraan menuju pusat kota dan menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah restoran yang telah direservasi.

51

Raisa Chu Present "Jadi, apa yang mau kamu omongin?" Chanyeol membahasnya lebih dulu setelah mereka memilih kursi dan memesan menu. "Saya ketemu ibu kamu kemarin." "Oh ya?" Kenapa Chanyeol terdengar begitu tenang? Apa yang pria itu rencakan? "Iya, beliau bahkan minta nomor saya." "So? What's the problem?" "Excuse me?" "Why do you worry so much just because your mother in law ask for your number?" Baekhyun membeo panjang. Bukankah ia harus membawa pria itu ke rumah sakit untuk memeriksakan efek kecelakaan kecilnya tempo hari? Siapa yang tahu bahwa pria itu mengalami gegar otak setelahnya? Chanyeol

tersenyum

lembut

lalu

menggenggam tangan Baekhyun, meski tidak sedikit pun menduga bahwa kulitnya akan sehalus itu. "Kenapa kaget?" Tanyanya dengan kekehan kecil. "K-kamu siapa?!" Seru Baekhyun mulai merasa ngeri dengan sikap Chanyeol yang berubah seratus delapan puluh derajat. "Huh?!" 52

Raisa Chu Present "Ampun Neng Icing! Jangan ganggu orang ini, dia enggak tau apa-apa, cuma kesasar! Tolong keluar dari tubuh orang ini. Saya mohon neng Icing!" Baekhyun memohon seraya menangkup tangan Chanyeol di dahinya. Lalu wanita itu berkomat-kamit melapalkan ayat suci Al-Qur'an sebisanya agar roh jahat itu keluar dari tubuh Chanyeol dan berhenti mengganggunya. "Err—Baekhyun?"

Chanyeol

melirik

ke

sekiling lalu meringis karena menjadi bahan tontonan. "Baekhyun? Stop! What are you doing?" Desisnya dengan gemas. Lantas Baekhyun menengadah, sadar bahwa neng Icing adalah hantu sejak jaman purba, mana mungkin bisa berbicara dalam bahasa inggris. "C-chanyeol?" "It's me!" Geram pria itu lalu menunduk malu karena beberapa orang terlihat menertawakan tingkah laku Baekhyun. "Bukan neng Icing?" "The fuck is wrong with you?!" Baekhyun tersentak lalu menunduk. "Maaf, saya pikir kamu kerasukan. Aneh banget lagian..." "Aneh? Apanya yang aneh?"Chanyeol masih terbawa emosi. 53

Raisa Chu Present "Sikap kamu! Kenapa mendadak baik?" "Jadi kamu mau bilang kalau saya jahat?" Meskipun kenyataannya memang seperti itu. Tatapan Baekhyun melunak lalu memilih mengalah dan tak menyahut. Pesanan mereka datang lalu menyantap menu itu dengan khidmat. "Angkat aja kalau Mama telfon." "Kenapa harus?" "Karena kamu pacar saya—" Melihat Baekhyun melotot sedikit banyak membuat tenggorokan Chanyeol mengering. "—Mama dan Papa berpikir kalau kamu beneran pacar saya." "Ulah siapa?" "Jangan debat saya. Ini enggak akan lama." "Kenapa kamu selalu seenaknya?" Chanyeol menulikan telinga lalu kembali menyantap makan siangnya. "Saya enggak mau bohongin orang tua." "Saya bakal bayar kamu, jadi jangan takut dosa." Baekhyun salah, ia terkecoh hanya karena Chanyeol bersikap manis beberapa saat lalu. Nyatanya

54

Raisa Chu Present pria itu memang masih sangat menyebalkan dan sesuka hati. Wanita itu berhenti makan dan menatap Chanyeol tak percaya. "Abisin." "Kelakuan kamu bikin saya kenyang." "Saya yakin kita enggak kenal sedekat itu sehingga kamu bisa dengan mudah menilai kelakuan saya." "That is the point!" Seru Baekhyun. "Kita orang asing sampai kemarin, dan sekarang kamu jerumusin saya ke dalam kebohongan yang kamu buat." Mengapa Baekhyun membuatnya terdengar seperti Chanyeol itu adalah manusia paling sesat di muka bumi. "Baekhyun, abisin makan siang kamu." Bukan karena Chanyeol menyayangian harganya yang mahal, ia hanya tidak suka dengan beberapa hal yang tidak terorganisir. "Saya harus balik ke puskesmas." "Enggak

sebelum

kamu

abisin

makan

memejamkan

mata

lantas

siangmu." Baekhyun

mematung di posisi, menatap Chanyeol dengan sedikit

55

Raisa Chu Present kesal sementara pria itu mengangkat bahunya acuh seraya menikmati makan siangnya dengan nikmat. "Soal

kampung

asmara..."

Chanyeol

menengadah lalu mencari celah untuk membuka sebuah perbincangan yang mengarah pada tujuan utamanya sejak awal. "Bukannya itu satu-satunya kampung yang tersisa di daerah situ?" Bahu Baekhyun merosot lalu memasang wajah yang amat menyayangkan. "Iya, kampung di tengahtengah proyek perkotaan yang lagi dibuat." "Kenapa kalian bertahan di sana?" Baekhyun menghela kecil. "Karena itu rumah kami. Kenapa mereka maksa agar kami angkat kaki dari tempat tinggal kami sendiri?" Ia ingat kedatangan pak rt tadi pagi. "Bukannya kalian yang terlalu keras kepala?" Chanyeol

refleks

mengunci

mulut

saat

Baekhyun menatapnya dengan sebelah alis terangkat. "S-saya denger dari beberapa orang kalau kampung asmara diincar banyak perusahaan dengan penawaran tinggi. Tapi ngeliat kalian bertahan di sana saya sedikit menyimpulkan sekeras kepala apa kalian." Baekhyun menggeleng kecil. "Itu bukan keras kepala, kami hanya konsisten menjaga lingkungan 56

Raisa Chu Present tempat kami tinggal. Lagian Abah selalu ngasih wejangan kalau uang enggak akan pernah sanggup menukar keadaan." "Abah kamu?" Chanyeol jadi merasa semakin penasaran seperti apa sosok Abah yang sepertinya begitu dipatuhi dan dijadikan panutan di kampung asamara? "Kamu bilang Abah kamu itu sesepuh di sana?" "Iya, beliau yang menciptakan kampung asmara. Jadi bisa kamu pahami kenapa Abah kukuh enggak mau kasih toleransi sama mereka yang datang nawarin sejumlah uang." Chanyeol menyeka mulut

lalu menatap

Baekhyun lamat-lamat. Jika keadaannya sesulit itu maka Chanyeol memang tidak mempunyai pilihan lain selain menggenggam tanganya yang halus lalu mengecupnya dengan lembut. "Maafin saya, tadi enggak bermaksud teriakin kamu. Saya cuma kaget kenapa kamu komat-kamit macam dukun." Baekhyun mengerjap kecil atas perlakuan Chanyeol yang tiba-tiba, meski hal itu tidak membuatnya lantas berpikir bahwa tindakan tersebut adalah tindakan normal yang pria itu lakukan. Baekhyun masih merasa sikapnya yang berubah-ubah. 57

aneh

dengan

Raisa Chu Present Wanita itu hanya tidak tahu bahwa ia akan dijadikan sebagai bantu loncatan untuk mewujudkan obsesi Chanyeol.

*** "Lusa ada waktu?" Tanya Chanyeol setelah mereka menyelesaikan makan siang dan kembali ke dalam mobil. "Mau ngapain lagi?" Namun Baekhyun masih sanggup terdengar sabar. "Temenin saya ke Bali." "Huh?" Baekhyun membeo selama hidupnya. Chanyeol

meliriknya

sejenak

seolah

permintaannya bukan sesuatu hal yang sanggup membuat rahang rakyat jelata jatuh ke tanah. "Ngapain?" "Ada makan malam keluarga di sana, dan saya yakin kalau saya enggak pergi sama kamu, orang tua saya bakal mikir kalau saya main-main lagi kali ini."

58

Raisa Chu Present "Main-main lagi kali ini?" Alis Baekhyun menyatu. "Coba jujur ke saya, kenapa kamu sampai sejauh ini?" Maksud Baekhyun tentang aksi konyolnya yang mengaku bahwa wanita itu adalah kekasihnya di depan kedua orang tua pria itu. Untuk apa ditutupi lagi? Chanyeol rasa ia memang harus memberitahu wanita itu. "Mereka selalu berusaha jodoh-jodohin ke anak kolega atau cewek-cewek enggak penting." "Itu karena kamu selalu main-main sama cewek. Iya kan?" "Ini bukan lahan kamu untuk kasih komentar tentang hidup saya." Pria itu memang brengsek. Jika Baekhyun tidak diperlukan lantas untuk apa kebersamaan mereka saat ini? "Saya enggak ikut." Kata wanita itu. "Kamu harus ikut." "Who do you think you are?!" Wanita penyabar itu kesal. "Lagian kedua orang tua saya enggak pernah kehilangana saya di malam hari." Sejak kepulangan Baekhyun dari ibu kota setelah menempuh perguruan tinggi, wanita itu 59

Raisa Chu Present sepenuhnya meninggalkan gaya hidup metropolis. Ia kembali menjadi wanita kampungan yang menjunjung tinggi adat di lingkungan tempatnya hidup. Seperti kebanyakan wanita kampung yang lain, ia tidak pernah keluar malam jika bukan berkaitan dengan dinas, ia adalah anak Abah yang terkenal rumahan di luar tugasnya sebagai seorang bidan, Baekhyun betah menghabiskan hari liburnya dengan berdiam diri di rumah, bahkan tak jarang menolak ajakan liburan dari teman-temannya

jika

itu

harus

menghabiskan

beberapa hari di luar rumah. Ia mempunyai alasan untuk itu. "Saya bakal izin ke orang tua kamu." "Saya enggak mau pergi sama kamu. Kerjaan saya banyak." "Kamu bakal berhenti ngoceh kalau saya bilang saya sanggup bikin kerjaan kamu yang banyak itu mendadak bersih." Tanya kembali merebak. Seberapa besar otoritas pria itu? Siapa sebenarnya Chanyeol? Baekhyun terbungkam, ia rasa berdebat dengan pria itu tidak akan melahirkan sebuah kemenangan. "Wait and see." 60

Raisa Chu Present Terserah, Baekhyun lelah dan kenyang dan sebal.

61

Raisa Chu Present

Tiga Dan pria itu benar-benar datang ke rumah. Baekhyun menahan diri untuk tidak bersikap tidak terpuji seperti merutuk kecil karena itu tidak baik dan bukan contoh yang bagus untuk adiknya, ia hanya sanggup memicing lucu pada pria yang kini menyesap teh yang disajikan oleh Umi. "Saya belum sempet ketemu sama Om dan ucapin terima kasih karena udah mau nampung saya kemarin." Maksud Chanyeol saat ia terkena musibah kecelakaan kecil setelah bertemu dengan hantu bakul. Pria itu bahkan sadar pulang begitu saja sesaat setelah sadar. "Enggak apa-apa, Abah ngerti kalau nak Chanyeol punya keperluan mendesak. Tapi gimana keadaannya sekarang? Udah mendingan kan?" "Untungnya cederanya enggak terlalu parah Om, jadi bisa pulih cepat." Abah mengangguk dan tersenyum. "Syukurlah kalau gitu..."

62

Raisa Chu Present Chanyeol menjadikannya

melirik musuh,

Baekhyun meski

yang

matanya

kini yang

memicing kecil tidak sedikit pun terlihat seram. Wanita itu justru terlihat seperti marmut yang menyimpan stok makanan di dalam mulut. "Selain itu, maksud kedatangan saya kemari juga untuk minta izin sama Om..." Abah mulai tertarik lalu menegakkan posisi duduk. "Izin apa?" "Keluarga besar saya sangat berterima kasih atas pertolongan yang dikasih sama Om dan keluarga karena kecelakaan itu, terutama sama Baekhyun." Chanyeol meliriknya lagi, Baekhyun semakin terlihat gelisah, kentara sekali tidak setuju dengan apa yang akan Chanyeol katakan. Bahkan mungkin siap memporak porandakan seisi bumi jika Chanyeol berhasil mengantongi izin Abah . "Jadi lusa kebetulan ada acara hari jadi pernikahan orang tua saya, dan kami sangat berharap Baekhyun bisa memenuhi undangan untuk hadir di acara bahagia kami sekeluarga. Itu juga untuk menyampaikan rasa terima kasih kami yang sangat mendalam. Acaranya diadakan di Bali, jika Om berkenan saya minta izin ajak Baekhyun ke Bali

63

Raisa Chu Present selama dua hari. Sebetulnya itu permintaan khusus Mama dan Papa saya..." Masalahnya Chanyeol adalah orang asing sejauh ini. Abah bahkan tidak mengenalnya sebelum dia datang memperkenalkan diri dan memberitahu siapa dia, latar belakang dan pekerjaannya. Pria paruh baya itu berpikir keras, sejatinya akan sangat tidak sopan menolak undangan di hari kebahagiaan orang lain, lantas Abah melirik putrinya. "Kamu gimana neng?" Asal Baekhyun bisa menjaga diri, Abah bisa saja memberinya izin. "Eh?" Baekhyun membeo. "G-gimana apanya Abah?" "Kalau kamu berkenan Abah kasih izin." "Tapi kalau Baekhyun keberatan saya akan bicara baik-baik sama orang tua saya." Lihatlah bagaimana pria licik itu mengais iba. "Neng..." "Perjalanan ini saya jamin aman dan dikawal ketat." Bahkan untuk lebih meyakinkan, Chanyeol membawa dua pengawalnya yang kini berjaga di depan rumah Baekhyun. Entah karena totalitas atau sedang pamer. 64

Raisa Chu Present Sebenarnya siapa pria itu? Abah meneliti kartu nama Chanyeol, berisi informasi bahwa pria itu pemilik salah satu department store elit di pusat ibukota. "Neng..." Baekhyun terhenyak lalu menggaruk tengkuk. Dan wajah sok ramah Chanyeol tidak sedikit pun membantu. "K-kalau Abah kasih izin, aku bakal penuhin undangannya." Baekhyun ingin segala hal cepat berakhir, ia ingin pria itu berhenti berbohong. Abah mengangguk kecil lalu melirik Chanyeol. "Abah kasih izin, tapi... anak Abah pergi dalam keadaan sehat wal'afiat, baik jiwa maupun raga. Kalau-kalau jika pulang nanti anak Abah kekurangan satu hal sekecil apapun," Abah berdeham. Chanyeol menelan saliva. Lalu Abah merenggangkan persendian dan bergumam, "Abah masih inget jurus jitu pencak silat..." Meskipun hanya gumam kecil yang berbisik, namun telinga lebar Chanyeol menangkapnya dengan jelas. Hal itu pula yang membuat tengkuknya meremang dalam hitungan detik. Pria itu menunduk lalu meringis kecil. 65

Raisa Chu Present

Sejatinya ia tidak mempersiapkan diri, untuk itu tidak menduga bahwa kini sedang berhadapan dengan seorang pria paruh baya yang amat mengintimidasi di balik sikapnya yang ramah dan berwibawa.

~oOo~ "Tukang maksa." Gumam Baekhyun setelah Chanyeol menjalankan mobil menjauhi kampung asmara. Wanita itu lantas melirik kopernya di kursi belakang. Chanyeol

mendengarnya

memberi reaksi. "Hallo Teh?"

66

namun

enggan

Raisa Chu Present "Kata Umi kamu pergi ke Bali? Sama cowok kasep?

Mobilnya

bagus

terus

dikawal

sama

bodyguard?" Baekhyun menyesal menghidupkan speaker mode karena tengah repot memeriksa isi tasnya. Wanita itu melirik Chanyeol lalu meringis mendapati pria itu tersenyum miring. Speaker mode itu dimatikan. "Jawab atuh neng!" Heechul itu kakak sepupu Baekhyun. Tidak perlu dijelaskan karakternya seperti apa. "Iya teh, ini lagi di jalan ke bandara." "Kamu liburan kok enggak ngajak teteh sih?" Baekhyun ingat cita-cita tertinggi Heechul adalah naik pesawat dan pergi berlibur ke Bali. Katanya ingin mencoba bikini yang dibelinya di online shop. "Teh, ini bukan buat liburan. Aku diundang ke acara penting." "Acara penting apa? Itu cowok kasep siapa? Pacar kamu? Ya ampun neng kok teteh enggak dikasih tahu?" Baekhyun

meringis,

sedikit

menjauhkan

ponselnya dari telinga. "Udah dulu ya, teh..." "Eh tungg—" 67

Raisa Chu Present Baekhyun

mematikan

sambungan

telfon

secara sepihak, lalu merengut kecil. Ia tebak setelah ini kampung asmara akan dihebohkan dengan sebuah gosip yang keluar dari mulut Heechul. "Ternyata orang-orang di kampung asmara punya penilaian yang berkualitas." Maksudnya apa? "Kamu apain kerjaan saya? Tadi saya dapat laporan dari bidan senior kalau saya dapat cuti." Chanyeol mulai malas berbicara terutama untuk memberitahu Baekhyun bahwa ia mengganti seluruh peralatan medis di puskesmas dengan seri terbaru demi mengantongi izin cuti Baekhyun di tengah banyaknya persalinan yang mesti wanita itu tangani. "Damn it!" Tiba-tiba saja Chanyeol merutuk kecil karena kemacetan parah di perbatasan kota menuju bandar udara yang lokasinya cukup jauh. "Kamu pernah ke Bali sebelumnya?" Lalu pria itu bertanya pada satu-satunya wanita di sampingnya. Baekhyun menggeleng. "Ke mana saja sih?" "Emangnya ke Bali wajib? Saya kan orang sibuk." "Terus kamu pikir saya pengangguran?" 68

Raisa Chu Present Tentu

saja

Baekhyun

tidak

berpikiran

demikian, kartu namanya saja masih ia pegang. Pengangguran

mana

yang

sanggup

membangun sebuah department store elit di pusat kota? "Selamat siang, pak... mohon maaf atas kemacetan yang mengganggu." Chanyeol disapa oleh petugas lalu lintas yang menertibkan kemacetan. "Di depan ada apa ya?" "Oh, itu ada rombongan sapi yang ngamuk masuk jalur tol." Mengingat jalan yang Chanyeol tuju adalah jalan baru yang sebagian besar mengambil lahan perkebunan dan persawahan. "Oh, kayak pak rt..." gumam Baekhyun ketika merasa mengenali seseorang. Lalu wanita

itu

membuka kaca mobil. "Eh, beneran pak rt," Dilihatnya ketua rt itu sedang sibuk berdebat dengan petugas lalu lintas yang mengamankan sapisapi miliknya. Baekhyun merasa ada yang tidak beres. "Tunggu sebentar." "Mau kem—"

69

Raisa Chu Present Dan Baekhyun telah lebih dulu keluar dari mobil dan menghampiri pusat kegaduhan yang menyebabkan kemacetan. "Tolong kerja samanya, pak. Sapi-sapi Anda mengacaukan lalu lintas. "Kenapa jadi sapi saya yang disalahkan? Ini suami dari sapi saya yang lagi hamil. Ini istrinya yang lagi hamil, ini, ini dan ini anak-anaknya yang lain. Kamu teh enggak liat mereka keluarga bahagia? Malah dituduh pengacau." "Tapi sapi-sapi bapak ini masuk jalur tol. Sangat membahayakan pengguna jalan." Baekhyun

meringis

lalu

meratap

pada

sekumpulan sapi yang menghalangi pengguna jalan. Suara klakson nyaring bersahutan sementara pihak yang berdebat tidak menemukan titik terang. "Kalau bapak enggak bawa sapi-sapi bapak dari sini saya bakal tahan bapak di kantor polisi." "Loh loh! Saya udah bilang sapi saya yang ini lagi hamil besar—" "Pak rt..." Suho menoleh lalu mengernyit. "Ada apa pak? Ini sapinya ganggu pengguna jalan lain."

70

Raisa Chu Present "Aduh neng Baekhyun, sapi saya yang lagi hamil besar ini suka ngamuk kalau saya paksa buat bangun." Terlihat dari bagaimana sapi itu terlihat nyaman berbaring di tengah jalan. "Kok tiba-tiba nyasar ke jalan besar pak?" Suho

berdeham

kecil,

tidak

mungkin

mengatakan tertidur saat menggembala sapi-sapi kesayangannya. "I-ini kan di ujung jalan situ ada ladang punya saya neng Baekhyun mungkin mereka kepo liatin mobil-mobil bagus di jalan baru ini jadi ya begini..." Alasannya tidak masuk akal. Lalu Baekhyun melirik sapi pak rt yang katanya sedang hamil, sekilas melihat lendir di kakinya. "Itu mah mau ngelahirin pak..." Baekhyun mendekat pada si sapi lalu menelitinya lebih jauh. "Dia bukan keenakan rebahan di sini tapi emang enggak bisa bangun karena mau ngelahirin. Lebih baik pak rt angkut pake truk. Kasian ini sapinya udah lemes. Lagian ini macetnya ganggu yang lain, pak..." Baekhyun menjelaskan dengan lugas. Suho meringis, sejatinya terintimidasi dengan belasan klakson mobil yang sejak tadi memenuhi gendang telinga.

71

Raisa Chu Present "Oh, oh!" Baekhyun berseru saat sapu hamil itu berontak. "Tolong, pak..." Suho menahan sapi itu sementara Baekhyun melakukan pertolongan apapun yang ia bisa karena sapi itu tidak mempunya banyak waktu itu untuk merintih kecil dan mulai melakukan persalinan di sana. "Aduh, kasian banget!" Gumam Baekhyun lalu membantu mengelus perut sapi itu karena kesulita mengeluarkan anaknya. "Woi! Kenapa jadi ngelahirin di sini sih?" "Itu sapinya suruh ngeden lah buruan tambah macet!" Banyak dari mereka yang merutuk kesal. "Mariposa tahan ya, ayo neng mariposa kamu pasti bisa, ayo ngeden yang kuat!" Suho memberi semangat pada sapinya. "M-mariposa..." Baekhyun meratap, merasa nama sapi itu lebih bagus dari namanya. "Nah, nah sedikit lagi keluar. Ayo mariposa!" "Kamu pasti bisa mariposa! "Yo! Mariposa yo! Ngeden yo! "Mariposa hwaiting!" Baekhyun pikir karena mariposa semua pengguna jalan yang terjebak macet itu mengiba dan memberikan semangat. 72

Raisa Chu Present Atau mereka sudah sangat gila? Lalu sorak sorai mengalahkan bisingnya klakson pertanda jengah saat bayi mariposa itu lahir ke dunia. Keadaan menjadi tidak waras. Ada petugas lalu lintas yang menitikan air mata karena perjuangan mariposa saat melahirkan anaknya, ada pengguna jalan lain yang turun dan menjabat tangan Suho untuk memberi selamat, terakhir pak rt itu sibuk bertukar pendapat dengan petugas lalu lintas tentang nama yang akan diberi pada bayi mariposanya. Ada apa dengan semesta?! Setelah membantu persalinan sapi milik Suho yang sejatinya terkesan cukup konyol, Baekhyun kembali, cardigannya yang terciprat darah dibuka hingga menyisakan kaos putih polos yang senada dengan warna kulitnya. Baekhyun tahu tatapan Chanyeol saat ini mengartikan kekonyolan yang luar biasa. "Abis dapet job bu bidan?" "Enggak lucu ya..." Seharusnya Chanyeol kesal karena mungkin saja penerbangannya ke Bali tertunda karena

73

Raisa Chu Present kemacetan itu, namun melihat dedikasi Baekhyun kepada seekor sapi cukup menghibur. "Kenapa enggak sekalian adzanin itu bayi sapinya?" "Enggak

lucu!!!"

Kesal

Baekhyun

lebih

terdengar seperti rengekan. Meskipun

tidak

menduga

bahwa

tawa

Chanyeol akan terdengar serenyah itu. Pria ketus itu. "Mariposa." Chanyeol tergelak hebat, suasana hatinya berubah dan lalu lintas mulai kembali normal. "Bener kan? Namanya lebih bagus dari namaku." Beo Baekhyun. Chanyeol mengangguk dan tawanya bertahan. "Pak rt itu emang suka aneh-aneh." Baekhyun menggeleng-gelengkan kepala. "Abah aja udah gondok sama kelakuannya, bayangin aja tiap hari dateng ke rumah dan ngerengek biar Abah setuju kampung asmara digusur." Chanyeol tersedak salivanya sendiri, tawanya berhenti dan ia berdeham kecil. Sekarang ia tahu siapa yang menjembatani transaksinya dengan sesepuh kampung asmara.

74

Raisa Chu Present "Padahal kan dia ketua rt, harusnya lindungin kampung asmara, malah kerjasama sama korporat itu." "Hmm... gitu." "Oh ya, kamu enggak sekalipun kasih tau namamu." Chanyeol menoleh dan mengangkat sebelah alis. "Tanpa saya kasih tau pun kamu udah tau," "Tapi perkenalan itu penting. Makanya ada istilah tak kenal maka tak sayang." "Jadi sekarang kamu udah sayang sama saya?" "Enggak gitu konsepnya bapak..." Senyum Baekhyun bertahan sejatinya merasa gemas dengan dirinya sendiri. "Jadi nama kamu Chanyeol? Chan... kenapa aku ingetnya karakter kartun anak kecil nakal yang suka dijitak sama ibunya ya..." "Enggak lucu." Tapi Baekhyun tertawa. "Ketawa lagi saya buang di tengah jalan." "Bagus dong, jadi aku enggak perlu ikut ke Bali." "Alright you win." Senyum Baekhyun bertambah lebar. Mengapa ia merasa senang saat pria bebal itu mengalah? 75

Raisa Chu Present

~oOo~ "Iya, Mi... ini udah di Bali dan baru aja nyampe di hotel." Baekhyun mengangguk dan tersenyum pada petugas hotel yang mengantarkan ke kamar. Sempat takjub dengan fasilitas yang disajikan. Kamarnya luas, menghadap pantai, dan memiliki kolam renang pribadi. Jujur saja Baekhyun tidak pernah menginap di hotel semewah itu. "Hati-hati ya, neng... jaga diri." "Iya, Umi... titip salam ke Abah ya," Lalu Baekhyun

sambungan merasa

tidak

telepon ada

itu

salahnya

terputus, sedikit

menikmati fasilitas hotel yang diberikan. Wanita itu membuka koper lalu tersenyum pada sehelai summer dress yang ia bawa. Setelah mengganti pakaian, wanita itu berlari kecil di atas pasir dan tertawa riang. 76

Raisa Chu Present Pantai yang indah, birunya laut dan pasirnya yang putih membuat Baekhyun mengerti mengapa Heechul sangat terobsesi dengan Bali. "Saya harap kamu udah pakai sunscreen." Baekhyun menoleh, rambutnya yang tersapu angin membuat sebelah alis Chanyeol terangkat. Kapan terakhir kali pria itu menyadari bahwa wanita terlihat begitu menggoda jika alam turun tangan mengacak-acak rambutnya? "Kamu kok ada di sini?" "Kamar kita sebelahan." Sahut Chanyeol lalu duduk di salah satu tenda sembari menikmati segelas cocktail. Baekhyun mengangguk paham lalu kembali berjalan kecil di pinggiran pantai sementara setiap langkahnya diperhatikan Chanyeol di balik kacamata hitam. Pria itu tak bereaksi bahkan saat Baekhyun yang baru disadarinya bertubuh mungil di balik dress tipisnya mendekat. "Aku minta tolong boleh?" "Enggak." Chanyeol menolaknya mentahmentah lalu memalingkan wajah. "Oke..." Baekhyun tersenyum, penolakan tidak menjadikannya murung. 77

Raisa Chu Present Wanita itu lantas menjauh, lalu menghentikan seorang turis. "May I ask for your help?" "Yeah sure." Sejatinya

siapa

yang

sanggup

menolak

permintaan seorang wanita cantik dan tampak seksi dengan summer dressnya? Hanya Chanyeol yang tidak waras. Lalu Baekhyun menyerahkan ponselnya pada turis itu, memintanya untuk mengambil beberapa potret dirinya di pinggir pantai. "Thank you so much!" Baekhyun tersenyum puas, senyumannya selebar dunia, ia yakin ini adalah hari yang bagus untuk nikmati, segalanya nyaris sesempurna sebuah mimpi sebelum kemudian bahunya di tepuk oleh seseorang dari belakang. Dari kejauhan, Chanyeol memperhatikan. "Hadeh norak banget..." katanya setelah mencibir tingkah sok akrab Baekhyun kepada beberapa orang asing. Ia bahkan masih setia mempertahankan atensi kala seorang pria terlihat menepuk bahu Baekhyun dari belakang. Kening Chanyeol sedikit mengerut, seingatnya beberapa saat saat yang lalu wajah Baekhyun seramah 78

Raisa Chu Present pemandu turis, lantas mengapa saat ini dia terlihat seperti tengah melihat boneka berhantu? Chanyeol tidak tahu apa yang membuatnya bangkit dalam hitungan detik setelah merasa eskpresi Baekhyun mengental. Kentara sekali tidak nyaman terhadap pria yang menepuk bahunya tadi. "Enggak nyangka ya ketemu di sini..." Adalah kalimat basa-basi yang sampai di telinga Chanyeol setelah jaraknya dengan mereka semakin mendekat bahkan berhasil menghadang pria asing itu karena mencoba berbisik di telinga Baekhyun. Chanyeol menatap pria itu lalu merasakan cengkraman kecil di ujung kemejanya. Ia melirik Bakehyun dan menatap jemarinya yang bergetar. Ada apa dengan wanita itu? Lalu siapa pria yang kini menatap Chanyeol dengan penuh tanda tanya? Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata, Chanyeol menarik pinggang Baekhyun dan berlalu, menjauhkannya dari pria asing itu. Ya. Pria yang membuat Baekhyun masih terlihat syok ketika bahkan mereka sudah kembali ke kamar hotel.

79

Raisa Chu Present Chanyeol memangku tangan, sejatinya tidak tahu

cara

mengubah

situasi

atau

menghibur

seseorang. Pria itu hanya menatap Baekhyun kebingungan lalu meninggalkannya sendirian. Tepat setelah pintu kamarnya tertutup, Baekhyun ambruk di atas lantai lantas mencoba mencari celah untuk bernapas, segala cara ia lakukan termasuk menepuk dadanya yang terasa sesak dan tak tertolong. "Akh!!"

Rintihnya

lalu

menunduk

dan

bertumpu pada lantai, matanya terpejam dan menghentikan sugesti buruk yang berasal dari satu masa yang dipenuhi oleh memori. Masa lalu.

*** Baekhyun ditemukan tak sadarkan diri oleh asisten Chanyeol yang hendak mengajaknya ke sebuah salon kecantikan, atas perintah Chanyeol. Pria itu ingin membuang kesan kampungan yang melekat dalam diri Baekhyun, dan ingin menjadikannya wanita 80

Raisa Chu Present yang layak ia kenalkan sebagai seorang kekasih kepada semua orang di pesta ulang tahun pernikahan Papa dan Mama. Meskipun hanya sebatas pura-pura. Tapi sepertinya Chanyeol harus melupakan obsesinya tersebut. Masalah baru muncul dan pria itu bergegas menuju rumah sakit terdekat. Sang asisten yang memboyong Baekhyun ke pusat medis dan mengabarkan kondisi serta penyebab jatuhnya kesadaran Baekhyun. "Saya kurang tau, tuan. Nona Baekhyun udah pingsan pas saya samperin ke kamar." Chanyeol

mengusap

wajah,

jelas

tidak

menemukan jawaban yang akurat. Apa yang terjadi? Sebelum

seorang

dokter

menghampiri.

"Pasien hanya kelelahan, setelah beberapa menit akan siuman." Penjelasan

itu

tidak

membantu

karena

Chanyeol masih ingat bagaimana riangnya wanita itu saat bermain di pantai. Ia menatapnya tanpa ekspresi, duduk di samping brangkar seraya memangku tangan sebelum

81

Raisa Chu Present atensinya menangkap pergerakan kecil di kelopak mata Baekhyun yang terpejam. Sepasang mata sayu beradu dengan iris kelam yang sulit diselam. Benar. Baekhyun tidak tahu seperti apa karakter asli pria itu? Semua tentangnya seperti sebuah manipulasi yang tidak konsisten. Chanyeol akan terkesan baik, lalu acuh, kemudian menjelma menjadi pria yang tidak bisa menyaring kata-kata, lantas bersikap lembut. Sesekali akan bersikap agresif, namun di lain kesempatan kerap memberi kesan bahwa dia sosok yang tidak tersentuh. "Aku mau pulang." Chanyeol gagal fokus pada suara Baekhyun yang parau, atau nada memohon yang terserap. "Kenapa?" Sejatinya Chanyeol paling benci dibuat bertanya-tanya. Apa yang salah dengan wanita itu? "Aku rasa kesehatanku menurun." Haruskah Chanyeol mempercayai wanita yang terlihat sangat sehat saat bermain dengan ombak beberapa jam yang lalu?

82

Raisa Chu Present "Aku mau pulang." Dia mulai terdengar seperti anak perempuan yang konsisten memohon kepada orang tuanya. "Besok, malem ini acaranya." Baekhyun tidak ingin menunggu besok. Keputusannya mungkin akan membuat Chanyeol jengkel, tapi di sini ia perlu menyelamatkan dirinya terlebih dahulu. "Aku mau pulang sekarang!" Sebelah alis Chanyeol terangkat untuk satu oktaf suara yang meninggi. "Abisin dulu cairan infusnya abis itu pulang," Baekhyun menggeleng lalu mencabut jarum infus

hingga

membuat

Chanyeol

menggeram,

menekan kesabaran. "Ngapain kamu?!" Desis Chanyeol. "Aku bilang aku mau pulang!" "Saya enggak tuli!" Chanyeol menatapnya garang, lalu mengernyit pada pergelangan tangan Baekhyun yang berdarah karena terlalu keras menarik jarum infus. "Perlu saya ulang?!" Beberapa orang terganggu dengan suara Chanyeol yang meninggi, bahkan membentak galak. "Tolong benerin infusannya." Chanyeol meminta pada perawat yang melintas, lantas kembali 83

Raisa Chu Present menatap Baekhyun dengan dingin. Tidak pernah menduga bahwa di balik pembawaannya yang anggun dan tenang, wanita itu menyimpan satu sifat yang menjengkelkan. Keras kepala. "Atur jadwal penerbangan untuk pulang." Lalu Chanyeol melirik Baekhyun setelah berbicara dengan asistennya. "Tapi, tuan... gaun nona Baekhyun sudah siap." "Buang." Chanyeol melempar tatapan terakhir sebelum melonggarkan dasi dan menjauh. Sejak awal merasa perlu jawaban pasti atas apa yang terjadi dengan Baekhyun? Chanyeol tidak membiarkan dirinya mati penasaran meskipun itu tidak akan sedikit pun menggali rasa peduli. Pria itu suka sesuatu yang jelas dan tidak abu-abu, Chanyeol mengambil keputusan luar biasa dalam segala urusan karena ia tidak membiarkan pemahamannya menggantung. Dan wanita bernama Byun Baekhyun itu sungguh sangat membuatnya jengkel saat ini. "Chanyeol?" Langkah kaki panjang itu terhenti, lantas ia menoleh pada seorang wanita yang cukup menarik. Lantas siapa wanita itu? 84

Raisa Chu Present "Lo beneran Chanyeol kan? Ya ampun udah lama banget. Apa kabar?" Sebelah alis Chanyeol terangkat. Tengah mengingat dengan pasti. Apakah wanita itu salah satu yang pernah ia tiduri di hotel antah berantah? "Ini gue Sunbin, kita satu angkatan dulu." Chanyeol

menggaruk

tengkuk

setelah

mengingat dengan benar, yang ia tahu Sunbin sempat mendapat gelar mahasiswi populer semasa kuliah. Tapi Chanyeol tidak mengenalnya begitu dekat meskipun mereka seangkatan. "Oh, ya. Baik. Kabar gue baik. Lo... di sini?" Sunbin tersenyum lebar lalu menjabat tangan Chanyeol dan mencium pipi kiri dan kanan. Sejatinya Chanyeol terkejut, seingatnya dulu wanita itu pendiam, tidak seekspresif seperti saat ini. "Abis konsul sama dokter kulit." Sunbin berada di Bali untuk berlibur, ia memiliki kulit sensitif untuk

itu

mendatangi

dokter

spesialis

untuk

berkonsultasi sebelum memutuskan berjemur di pinggir pantai. Chanyeol menjilat bibir untuk lengannya yang digandeng.

85

Raisa Chu Present "Ngobrol di kafe yuk. Udah lama juga kita enggak ketemu." Meski Chanyeol tidak yakin dulu mereka sedekat itu, namun ia tidak mungkin menolak sebuah tawaran, membiarkan wanita itu berlaku sesuka hati sebelum akhirnya Chanyeol yang akan merajai situasi.

86

Raisa Chu Present

Empat Dan Chanyeol memegang prinsipnya hingga akhir. Pria itu mengiyakan ajakan Sunbin ke kafe dan mengobrol selama beberapa saat sebelum kemudian menjeratnya hingga kalah telak. Dari rasa lelah yang mulai terasa, Chanyeol tebak sudah lebih dari lima jam semenjak ia berhasil menghasut Sunbin dan menyeretnya ke sebuah kamar suit resort aset Park Group yang berlokasi di pusat wisata Bali. Chanyeol menyetubuhinya hingga wanita itu terkapar dengan senyum yang menyungging puas. Dasar jalang. Chanyeol dengan cara pandangnya terhadap wanita. "Jadi, kamu CEO Park Group sekarang?" Sudut bibir Chanyeol terangkat, ia rasa sperma yang dijejali di mulut Sunbin terlalu ajaib hingga membuat tutur kata wanita itu mulai sedikit dibuatbuat.

87

Raisa Chu Present Chanyeol

memainkan

rambut

Sunbin

manakala wanita itu sibuk menarikan jemari di atas permukaan dada bidangnya. "Dan resort ini punya kamu?" "Nanti malem ada acara penting di resort ini." Chanyeol tidak meladeni sifat alamiah wanita yang kerap bereaksi berlebihan mengenai seberapa banyak aset yang dimiliki oleh seorang pria. "Dan lo diundang. Asisten gue bakal dateng dan siapin gaun, enggak susah, jadi partner gue nanti malem." Setidaknya

Chanyeol

harus

mengganti

ketidakhadiran Baekhyun dengan wanita lain jika ingin selamat dari obsesi dan perjodohan yang tak jarang dilakukan oleh kedua orang tuanya Namun ia tidak pernah sedikit pun menduga bahwa reaksi Sunbin akan sangat berlebihan. Sejatinya berlebihan yang tidak terlalu mengusik, girangnya wanita itu bahkan sampai pada tahap menaik turunkan tubuhnya dengan liar setelah melesakkan kejantanan Chanyeol yang tidak pernah gagal memancing gairah wanita. Pria itu rasa ia punya waktu satu jam lagi sebelum mempesiapkan diri untuk acara penting kedua orang tuanya. Dan jika seperti itu, Chanyeol

88

Raisa Chu Present tidak mempunyai alasan untuk tidak mencabuli Sunbin dengan lebih ganas.

~oOo~ Kehadirannya hanya untuk menyambut hangat para relasi, berhubung Chanyeol presdir yang ditunjuk langsung oleh sang ayah, pria itu sudah siaga di pesta ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya tersebut. "Mana Baekhyun? Kok Mama belum liat?" "Enggak dateng." Sahut Chanyeol dengan enteng, lalu menyesap champagne miliknya. "Loh, bukannya dia terbang sama kamu ke sini?" Chanyeol menoleh sejenak lalu mengangkat bahu. "Aku ketauan selingkuh, dan dia mutusin aku." Jika tidak banyak tamu dari kalangan penting, Mama ingin sekali memukul punggung putranya karena geram.

89

Raisa Chu Present "Kapan dewasanya kamu? Mainin cewek enggak ada abisnya!" Chanyeol

tidak

mungkin

bilang

bahwa

Baekhyun sempat masuk rumah sakit dan meminta untuk pulang. Ia juga tidak ingin merusak pesta dengan suasana hatinya yang buruk jika mengingat kembali tingkah laku Baekhyun yang amat sangat membuatnya geram. "Kenalkan ini anak saya, Park Chanyeol." Sejatinya jika bukan untuk memperluas koneksi bisnis, Chanyeol tidak pernah tertarik pada sebuah perkenalan, namun kembali ke poin utama, apalagi ayahnya yang saat ini memperkenalkan dirinya pada seorang pria. Chanyeol mempunyai daya ingat yang baik, untuk itu raut wajahnya memberi reaksi untuk sebuah memori yang berputar di dalam kepala, tentang si pria yang ia tebak seusianya. "Chan, ini Kris. Anaknya Mister Wu, kamu inget relasi Papa yang dari Beijing?" Yang Chanyeol ingat pria bernama Kris itu adalah pria yang siang tadi ia temui di pantai. Tidak. Lebih tepatnya yang Baekhyun temui. Yang membuat ekspresi wajahnya berubah dalam hitungan detik,

90

Raisa Chu Present yang merenggut tawa riangnya selepas bermain dengan pasir dan debur ombak. Kris pun menyadari hal yang sama, namun sama seperti Chanyeol, pria itu pun memilih untuk tidak menyinggung pertemuan singkat mereka tadi siang. Lalu berjabat tangan untuk sebuah formalitas. Perkenalan itu memberitahu Chanyeol bahwa Kris adalah seorang kurator kondang, yang telah banyak

mengurus

pameran

seni

berskala

internasional dan ternyata namanya tidak asing di beberapa kalangan karena dia adalah putra dari seorang pebisnis sukses dari Tiongkok. Ada banyak informasi yang sampai di telinga Chanyeol tentang Kris Wu, namun pria itu hanya menangkap beberapa hal saja karena ia masih sibuk bertanya-tanya mengapa pria berwibawa itu sanggup mendatangkan mimpi buruk untuk Baekhyun. Sejatinya Chanyeol muak jika harus menerus membahas Baekhyun, namun malam ini jadi sedikit berantakan

karena

wanita

itu

membatalkan

kehadirannya tanpa alasan yang pasti. Tepat setelah dia dibuat syok karena bertemu dengan Kris. Apa mereka mengenal satu sama lain?

91

Raisa Chu Present Inti dari segala hal yang membuat fokus Chanyeol membuyar adalah pertanyaan tersebut. "Saya sempet liat-liat ke dalam resort. Ada banyak lukisan bagus." Chanyeol menyesap minumannya, menunggu Kris menyatakan maksudnya. "Dan saya dengar Anda sendiri ikut andil dalam pemilihan desain interiornya. Luar biasa, Anda memiliki nilai seni yang tinggi." Kris melanjutkan. Chanyeol ingat pernah mengejar sebuah lukisan hingga ke Italia, dalam sebuah lelang. Dan dia berhasil membawa sebuah karya seni setelah merogoh kocek dengan nilai fantastis hanya untuk dipajang di resort yang kini tengah dibahas. "Santai aja, Kris." Kata Chanyeol seraya mengajaknya bersulang, memberitahunya untuk tidak bersikap terlalu formal. "Jadi, gimana rasanya?" Tanya Kris setelah menyesap minumannya. "I don't get it?" Sejatinya Chanyeol memang tidak mengerti apa maksud pertanyaan Kris bahkan kekehan kecil yang keluar sebagai sebuah reaksi. "Baekhyun." Lalu Chanyeol memberi reaksi lain saat nama itu terucap. 92

Raisa Chu Present "Tadi siang kamu sama dia kan?" Tentu saja kejadian tadi siang membekas di ingatan Kris. Lalu pria itu kembali terkekeh, menyapu atmosfer pesta yang ramai dan melambaikan tangan saat disapa dari jauh oleh Mama dan Papanya Chanyeol. Dan Chanyeol tidak tahu Kris seakrab itu dengan kedua orang tuanya. "Dia gampang banget kan?" Apakah

dia

yang

Kris

maksud

adalah

Baekhyun? "Oh, come on!" Kris tertawa kecil dan menepuk bahu Chanyeol dengan akrab. "Kita lagi bicarain Baekhyun, berarti itu tentang gimana liarnya dia di atas ranjang kan? Kita sebagai cowok butuh apa kalau udah mutusin buat deket sama cewek kayak dia?" "Lo kenal sama Baekhyun?" Chanyeol perlu tahu, ia bahkan merasa butuh penjelasan mengapa kata-kata rendahan itu keluar dari mulut Kris? "Ya. Dia partner seks yang lumayan bagus." Chanyeol mengorek lubang telinga, mengusap tengkuk dan menatap Kris dengan serius. Ia bukan pria yang baik, Chanyeol bahkan mengakui dirinya adalah seorang bajingan, tapi Chanyeol tidak pernah sekali pun menceritakan pengalaman seksnya kepada

93

Raisa Chu Present orang lain dengan merendahkan wanita yang ia ajak bermain untuk menuntaskan libido. Lantas bagaimana pria yang terlihat tenang dan berwibawa seperti Kris terasa sangat melampau batas wajar atas ucapannya sesaat lalu? Dia jelas bajingan yang berada di level lain. "Kenal Baekhyun dari mana? Enggak nyangka juga sih ketemu dia tadi siang." Bahkan Kris tidak menyangka Baekhyun akan menjelma menjadi wanita yang amat sangat menarik. Cantik dan dewasa. Chanyeol dibuat buntu, ia masih belum mendapatkan clue yang jelas tentang hubungan Kris dan Baekhyun. Penjelasannya tentang partner seks pun tidak sama sekali membantu. Partner seks? Wanita polos dan bersahaja itu?

~oOo~ Dia masih tetap sama, mengabaikan menu makan yang disiapkan oleh Umi untuk memulihkan

94

Raisa Chu Present kesehatannya yang menurun sejak kepulangannya dari Bali beberapa hari lalu. Baekhyun tidak menyentuh makanannya sama sekali, hingga wajahnya sedikit tirus. Bahkan Umi yakin putrinya kehilangan berat badan. Kondisi Baekhyun berada pada tahap tidak menyentuh sedikit pun kudapan favorit yang Umi buatkan ketika ia akan bersemangat menyantapnya dengan senyuman bahagia. Dan Umi sudah cukup peka bahwa ada sesuatu yang terjadi, putrinya tidak sakit karena daya tahan tubuh yang terserang penyakit, namun ada hal lain. Umi yakin. "Neng... ada Kyungsoo jenguk." Yang dimaksud adalah teman sesama bidan, mereka dekat karena berdinas di puskesmas yang sama. "Hey..." sosok bermata bulat itu masuk ke dalam kamar, meringis karena Baekhyun sepucat itu. "Aku beliin seblak jeletot kesukaan kamu." Karena Kyungsoo mendapatkan laporan dari Umi bahwa Baekhyun tidak menyentuh makanannya sama sekali.

95

Raisa Chu Present Respon Baekhyun hanya tersenyum lemah. "Gimana puskesmas? Rame?" Kyungsoo mendengus kecil. "Aku enggak ngerti banyak banget yang beranak akhir-akhir ini, itu mereka bikinnya janjian apa gimana sih?" Dilihat dari keluhan yang terlontar, Baekhyun tebak Kyungsoo kewalahan karena absennya dirinya. "Besok aku balik kerja..." "Eh??? Kondisi kamu masih enggak banget. Jangan dipaksain." "Aku enggak apa-apa, kayaknya kecapean aja..." "Oh iya, gimana Bali?" Baekhyun menghindari pertanyaan itu sejak awal, tapi senyumnya terulas untuk menyembunyikan segala hal. "Bali luar biasa." Sejatinya jika tidak bertemu dengan pria jahanam bernama Kris Wu, mungkin Baekhyun tidak akan merasa trauma untuk berkunjung lagi ke Bali, ia tidak menyangka kesan pertama yang didapat tentang tempat indah itu justru sanggup mengorek luka lama.

~oOo~ 96

Raisa Chu Present

"Bisa kamu ulang?" "Empat

tahun

lalu

beredar

skandal

perbudakan seksual yang dilakukan oleh Kris Wu terhadap salah satu mahasiwi kebidanan, menurut laporan kasus yang bocor di dunia maya, Kris dan Baekhyun menjalin hubungan dan tinggal bersama saat itu. Salah satu sumber mengatakan Baekhyun dijadikan budak seks selama berpacaran dengan Kris, dihamili beberapa kali dan dipaksa menggugurkan kandungan dengan cara meminum pil khusus." Chanyeol nyaris kembali mengorek lubang telinga. "Terus?" "Pada saat itu kasusnya sempat viral dan jadi bahan perbincangan, tapi beberapa hari kemudian Baekhyun mencabut laporannya, diduga karena Kris Wu berasal dari keluarga kaya raya dan berpengaruh, jadi bisa mengontrol media dan pihak berwajib. Sebaliknya Baekhyun yang dituduh mencemarkan nama baik keluarga Wu, tapi kasus itu menghilang sampai saat ini." Tidak ada alasan untuk meragukan informasi yang diberikan oleh seseorang yang Chanyeol bayar mahal untuk mengorek informasi tentang hubungan Kris dan Baekhyun. 97

Raisa Chu Present Tapi sepertinya yang Chanyeol dapatkan terlalu banyak hingga membuat mood kerjanya terganggu setelah orang bayaran itu berlalu dari ruangan. Kita lagi bicarain Baekhyun, berarti itu tentang gimana liarnya dia di atas ranjang kan? Kita sebagai cowok butuh apa kalau udah mutusin buat deket sama cewek kayak dia? Dia partner seks yang lumayan bagus. Wanita seanggun Baekhyun? Chanyeol mengepalkan tangan, di beberapa kesempatan merasa tertipu daya dengan penampilan luar seorang Byun Baekhyun. Jila masa lalunya seburuk itu maka Chanyeol merasa perlu pertanggung jawaban wanita itu karena telah dibuat merasa tidak nyaman.

~oOo~ "B... si ganteng sultan dateng lagi!" Sontak

seluruh

penghuni

puskesmas

memperlihatkan antusias tinggi, tentu saja jika itu 98

Raisa Chu Present tentang sosok yang mengganti seluruh peralatan medis puskesmas dengam keluaran terbaru. Mereka memanggilnya si ganteng sultan. Yang diberi informasi masih terdiam di mejanya, Kyungsoo menyenggol lengan hingga lamunan Baekhyun buyar. Dia memang sering melamun akhir-akhir ini. Telfonnya berdering. "Keluar." "Lagi kerja." "Perlu saya telfon atasan kamu?" Baekhyun menghela kecil, memejamkan mata lalu memutus sambungan telfon. "Udah, disamperin dulu orangnya..." temanteman seprofesinya memberi saran. Baekhyun tidak ingin bertemu lagi dengan pria itu, karena gara-gara dia Baekhyun kesulitan hingga saat ini. Sulit berdamai dengan keadaan, tapi fakta bahwa Park Chanyeol yang menjadi alasan utama pertemuannya kembali dengan Kris tidak bisa ditoleransi dengan pikiran terbuka. "B...?" Kyungsoo menyenggol lengannya lagi. Baekhyun menyerah lalu mengangguk kecil, memuaskan antusias rekan-rekannya dan melangkah 99

Raisa Chu Present keluar, menemui sosok pria yang selalu terlihat formal dengan stelan jas mahal setiap kali Baekhyun menjumpainya. Chanyeol

membukakan

pintu,

Baekhyun

menghela kecil lalu masuk ke dalam mobil. Lantas ada apa dengan bantingan pintu yang terkesan marah? Bahkan Baekhyun masih belum terbiasa dengan raut wajahnya yang selalu terlihat dingin dan tak bersahabat. "Aku lagi kerja..." Baekhyun memulainya. Chanyeol muak mendengar nada halusnya yang serupa manipulasi. Pria itu melonggarkan dasi lalu membanting kemudi hingga terdengar decitan rem yang cukup ngilu. Baekhyun terlonjak kaget, dari awal terganggu dengan caranya mengemudi membabi buta. Wanita itu lantas menoleh dengan raut wajah yang masih digelayuti perasaan terkejut. "Kenapa kamu maksa pulang malem itu?" Baekhyun masih membeo. "Kenapa?!" Bentak Chanyeol hingga membuat si mungil tersentak.

100

Raisa Chu Present "Kenapa aku butuh alesan karena kepengen pulang?" "Bukan karena Kris Wu, huh?" Benar saja raut wajah Baekhyun berubah dalam hitungan detik. "Jawab!" Chanyeol membentaknya lagi. "Kamu kenapa marah-marah?" Chanyeol mengusap wajah. Niatnya mendekati Baekhyun sejak awal karena sebuah tujuan yang jelas, wanita itu adalah jalan pintas untuk mewujudkan obsesinya terhadap kampung asmara, Chanyeol tidak pernah berharap mengetahui banyak hal tentang wanita itu, bahkan masa lalunya yang mengejutkan. "Kenapa kamu minta pulang malem itu?" Chanyeol mengulang pertanyaannya. Baekhyun menatap pria itu beberapa saat sebelum memutuskan untuk keluar dari mobil. "Aku belum selesai ngomong!" Chanyeol menarik lengannya tapi ditepis. "Terus kenapa? Siapa kamu sampe aku harus dengerin kamu sampe selesai? Siapa kamu bertanya dan memaksa aku buat jawab? Dari awal kamu yang mulai bahkan kita enggak saling mengenal! Mau kamu apa, tuan pemaksa?!"

101

Raisa Chu Present Baekhyun juga bisa merasa muak, apalagi jika diusik oleh satu nama. "Siapa Kris Wu?" Baekhyun tidak tahu mengapa Chanyeol begitu terobsesi dengan Kris atau bahkan terhadap dirinya. "Lepasin!" Baekhyun berontak kecil. "Budak seks, huh?!" Baekhyun mematung dalam hitungan detik, luka lamanya semakin menganga. Trauma itu kembali mengemuka. "Kenapa diem?" Chanyeol mendecih remeh. "Penampilan selalu bisa nipu." Ia memangku tangan dan menghakimi Baekhyun dengan tatapannya yang menilai. "Siapa sangka kamu cewek enggak bener!" Lantas satu tamparan keras hinggap di pipi Chanyeol. "Kamu siapa?" Baekhyun tersengal hebat. "Siapa kamu berani ngomong kayak gitu? Apa kita saling kenal?" Baekhyun menyembunyikan kedua tangannya yang bergetar, napasnya semakin memburu. "Gue bener kan? Lo cewek yang--" "Lalu apa urusannya sama kamu?!" Jerit Baekhyun frustasi. Matanya memanas dan memerah. 102

Raisa Chu Present "Apa urusannya sama kamu? Siapa kamu?! Kenapa kamu semarah ini, huh?!" Karena

Chanyeol

merasa

tertipu,

atau

entahlah. "Kenapa kamu repot-repot cari tau tentang aku?" Geram Baekhyun lantas sepenuhnya berbalik. Tapi Chanyeol memksanya kembali masuk ke dalam mobil. "Diam!" Bentaknya karena Baekhyun terus berontak dan ingin keluar. Bahkan bukan ide yang bagus jika membuat Baekhyun marah terlalu lama, karena wanita itu satusatunya orang yang akan memudahkannya selangkah lebih depan untuk mengakusisi kampung asmara. Lantas

pelukan

itu

tersemat.

"Aku

berlebihan..." Chanyeol melunak lalu mengusap puncak kepalanya. Ia memang sanggup berubah seratus delapan puluh derajat dalam hitungan detik. "Aku berlebihan..." katanya lalu lalu mengecup bahu Baekhyun. Ada

yang

menghanyutkan,

merasa

pelukan

Baekhyun

membiarkan emosinya menguap. "Aku salah, maafin aku..." 103

itu

tenggelam

terlalu dan

Raisa Chu Present Baekhyun sedikit terbiasa dengan perubahan suasana hati Chanyeol yang serupa penderita bipolar. "Hum?" Chanyeol menangkup wajah mungil itu, menatapnya dalam lalu menemukan sebuah makna di balik iris beningnya. Luka. Sebuah luka. Ada apa dengan Baekhyun? Chanyeol merasa perlu tahu tentangnya di masa lalu. "Jangan temuin aku lagi." Tapi Baekhyun tidak mau luka mendalamnya kembali dikorek. "Kamu enggak punya alesan buat terus-terusan dateng dan nemuin aku. Kita asing." Tidak. Chanyeol tidak akan melepasnya terlebih tim divisi yang ditunjuk untuk membujuk warga kampung asmara kembali gagal total. Hanya Baekhyun harapannya yang tersisa. Chanyeol

membelai

wajahnya

lalu

menyematkan kecupan lembut di dahi. "Aku salah... aku kepancing." "Kenapa?" Baekhyun merasa kecupan itu berlebihan. "Kenapa kamu harus kepancing?" Chanyeol menggenggam kedua tangannya lalu menciuminya berulang kali. "Entah. Mungkin karena kamu pacar aku." 104

Raisa Chu Present "Itu bohongan." Baekhyun sedikit kesal. "Cuma buat bohongin kedua orang tua kamu. Aku mohon jangan bikin keadaan runyam, aku enggak mau ngebohongin mereka lagi." "Baekhyun... kenapa kita enggak memulainya dari awal?" Chanyeol mulai berlebihan. Baekhyun

memundurkan

tubuh

dan

mengernyitkan dahi. "Apa maksud kamu?" "Papa Mama suka sama kamu. Kamu cocok sama mereka." "Ngaco." Baekhyun memalingkan wajah. Ia bahkan tidak mengerti apa maksud Chanyeol. Tangan itu setia digenggam oleh Chanyeol bahkan dikecupi dengan lembut sepanjang jalan. Lalu mereka sampai di sebuah restoran. Chanyeol

kembali

menatapnya

setelah

melepas sabuk pengaman. "Temenin aku makan siang." "Kita udah di sini." Itu termasuk sebuah pemaksaan, Chanyeol mengatakannya setelah mereka sampai di restoran. Pria dominan yang tidak mengenal kata penolakan. "Kenapa mesti bawa-bawa berkas kerja? Enggak bisa kamu simpen dulu di kantor?" "Deadline, sayang..." 105

Raisa Chu Present Siapa yang Chanyeol panggil semesra itu? Baekhyun mendengus kecil. "Kalau deadline kenapa nyempetin makan siang di luar?" Chanyeol membuka mulut saat disuapi oleh Baekhyun. "Aku nemuin kamu bukan tanpa alasan." "Iya, buat marah-marah enggak jelas." "Aku kangen." Chanyeol meliriknya sejenak lalu kembali fokus pada berkas kerja ketika seharusnya mereka menyantap makan dengan benar. Baekhyun menekan kesabaran lalu berdeham kecil. Mulai penasaran sebanyak apa Chanyeol tahu tengang dirinya. "Kamu... apa aja yang kamu tau?" "Semuanya." Pria itu menjawabnya dengan enteng. "Udah gitu masih mau ngajak aku mulai dari awal. Tujuanmu sangat jelas." Chanyeol menelan saliva. "Maksud kamu?" Sedikit waswas jika terlihat terlalu jelas. "Justru aku yang nanya, mulai dari awal yang kamu sebutin tadi apa maksudnya?" "Kamu bukan anak kecil yang mesti mikir keras buat artiin perkataan aku." Baekhyun paham bahwa pria itu mengajaknya berkencan. "Tapi kenapa?" "Kenapa lagi? Ya karena sayang lah." 106

Raisa Chu Present "Semudah itu? Kita baru kenal." "Kuno banget pola pikirmu." "Kuno?" Chanyeol benar-benar meletakkan berkas kerja itu lalu menatap Baekhyun lamat-lamat. "Kenapa rasa sayang harus dibatasi waktu?" Baekhyun tidak mengerti dan tetap dengan pendiriannya. "Kamu tau banyak, masa laluku. Dan aku enggak pernah berminat kencan sama siapapun lagi." "Nah, sampe kapan? Kamu enggak mungkin biarin masa lalu kamu jadi benalu buat masa depanmu. Coba lebih terbuka, menggugu luka lama cuma bikin kamu buntu." "Semudah itu kamu ngomong?" "Kita enggak akan bahas-bahas ini lagi. Soal Kris, biar aku yang urus." "Untuk apa?!" Nada bicara Baeknyun mulai meninggi lagi. "Enggak mau bales dendam? Jangan munafik. Jauh dari lubuk hati kamu, kamu pengen liat dia hancur." Benar. Sejak lama. "Ini bukan urusan kamu."

107

Raisa Chu Present "Ini urusanku. Mereka yang nyentuh kamu aku pastiin hancur." "Kenapa ini jadi urusan kamu? Itu semua udah berlalu." "Terus gimana sama perasaan kamu? Udah bisa damai sama keadaan? Tadi kamu nampar aku kalau kamu lupa." "Itu karena--" "Itu karena kamu belum bisa berdamai sama keadaan." Baekhyun mengeratkan pegangan terhadap sendok yang semula dipakai untuk menyuapi Chanyeol si tuan sibuk. "Jangan dikorek lagi. Aku... udah hampir sampai di sana." Tatapan Chanyeol melunak lalu kembali menggenggam tangan Baekhyun. "Aku bakal mastiin kamu sampai di sana tanpa ba bi bu. Aku pastiin kamu berdamai sama keadaan, dapetin keadilan." Mengapa rasanya terdengar seperti pria idaman semua wanita? Tapi Baekhyun bahkan tidak membiarkan dirinya terkecoh. Ia bertahan karena malas berdebat dengan tuan pemaksa itu.

108

Raisa Chu Present "Aku bakal hancurin si brengsek itu." Lalu kecupan lembut kembali disematkan pada punggung tangan Baekhyun. Terserah Chanyeol, bahkan Baekhyun masih tidak cukup percaya diri menghadapinya karena masa lalu yang terkuak. Malu dan merasa tersudut, ingin marah dan kesal tapi perdebatannya dengan Chanyeol sudah lebih dulu menguras emosi. Tuan pemaksa. Entah sejak kapan dia menjadi begitu sangat menyebalkan.

~oOo~ Suho menjilat telapak tangan lalu merapikan rambutnya hingga klimis. Langkahnya dipimpin oleh seorang asisten saat memasuki gedung raksasa tempat manajemen sebuah sektor industri terbesar di seluruh penjuru negeri.

109

Raisa Chu Present Ketua rt kampung asmara itu mempunyai janji temu dengan petinggi Park Group, kini ia berdiri gugup di dalam elevator karena untuk pertama kali bertemu dengan junjungan utama yang selama ini hanya didengar melalui tim divisi saja. "Tunggu sebentar ya pak, presdir sedang ada tamu." "Oh, baik neng, lama juga tidak apa-apa, duh adem begini ya di sini." Suho menyahuti seorang sekretaris lalu menilik beberapa sudut ruangan yang klinis. Selang beberapa saat pintu bos besar itu terbuka, tamu utama sudah berlalu dan Suho diminta segera masuk ke dalam ruangan. "Selamat siang." Chanyeol menyambutnya dengan jabatan tangan. Suho mebalasanya dengan kedua tangan, sempat terpana, pikirnya Chanyeol adalah seorang aktor karena wajahnya yang tampan bak pangeran negeri tetangga. "Silahkan duduk." Chanyeol

menyilangkan

kaki

kemudian

mengusap dagu, pikirnya Suho terlihat seperti akan menghadiri acara pernikahan dalam balutan batik

110

Raisa Chu Present yang formal dan juga kopiah, meski penampilannya itu terlihat sangat pak rt sekali. "Mau minum apa, pak?" Tawar Chanyeol. "Es cappucino cincau ada?" Minuman favorit Suho. Chanyeol sempat mengernyit dan bertanyatanya minuman macam apa itu? "Tolong bikinin es teh manis." Chanyeol menghubungi sekretarisnya di seberang ruangan lantas melirik Suho setelahnya. "Harga cincau melambung naik, jadi pemerintah stop impor cincau dulu untuk sementara." Suho akan lebih senang jika Chanyeol mengatakan

bahwa

cincau

telah

punah

dari

peradaban, kenapa harus menambah perkara sampai ke pemerintah? "Es teh manis juga enak lah, lumayan nambah gula darah." Gumam Suho seraya memasang wajah masam. Palingan setelah ini ia diangkut ke IGD. "Mau makan atau ngemil?" "Nanti saya minta sukro yang disuguhin batu granit." Chanyeol berdeham kecil. "Jadi gimana, pak? Tim divisi saya mempercayakan proyek ini kepada

111

Raisa Chu Present pak rt, tapi mereka masih belum mendapat hasil yang diinginkan." Suho menautkan kedua tangan. "Saya udah coba nego sama sesepuh kampung, tapi beliau memang sedikit kolot pola pikirnya, tapi presdir jangan cemas, saya bakalan berusaha lagi." "Masalahnya

saya

punya

target

buat

rampungin proyek saya ini, apa ada cara lain?" Selain mendekati Baekhyun yang sejatinya putri dari sesepuh kampung yang mereka bicarakan saat ini. "Mungkin saya bakal lakukan pendekatan lebih mendalam sama warga saya." Maksud Suho dengan cara mendoktrin pola pikir mereka. "Apa pak rt yakin bisa?" "Saya bakalan coba." "Baik, kalau berhasil saya bakal kasih bonus buat pak rt." Mata Suho seketika menyala dan berbinar, jika bonus yang dijanjikan adalah uang maka Suho akan menambah koleksi sapi agar Mariposa ada temannya.

112

Raisa Chu Present

~oOo~ Baekhyun pulang malam, shiftnya menjadi double karena menggantikan seorang teman juga karena cuti beberapa hari terakhir. Lantas penatnya bertambah saat mobilnya kembali berulah. "Ya Allah kenapa harus mogok sekarang sih?" Mobil itu mogok di tengah jalan, wanita itu kembali meringis karena ponselnya juga mati. Tidak ada angkutan umum yang melintas karena itu adalah daerah yang sudah termasuk diakuisisi oleh pemilik mega proyek yang berdiri tak jauh dari kampung asmara. Hanya

mobil-mobil

yang

mengangkut

peralatan proyek berat yang sejauh ini banyak melintas. Baekhyun sempat mencoba mencari tahu apa masalahnya dengan membuka kap mobil tapi menyerah setelahnya. Tidak paham. Bunyi klakson nyaring membuat wanita itu nyaris

melompat,

ia

kemudian

113

menajamkan

Raisa Chu Present penglihatan setelah sebuah mobil berhenti di depannya. "Sehun?" "Mobilnya kenapa teh?" "Ini mogok lagi." Sehun keluar dari mobil kemudian memeriksa mobil Baekhyun. "Kayaknya harus dibawa ke bengkel teh." Sudah Baekhyun duga. "Teteh mau bareng?" "Emangnya enggak ngerepotin?" "Saya juga mau pulang kok teh." Merasa tidak ada pilihan lain, Baekhyun lantas masuk ke dalam mobil yang Sehun bawa. "Ini mobil siapa?" "Punya temen teh, dipinjemin buat ngegrab." Baekhyun tersenyum kecil, selalu dibuat kagum oleh Sehun yang selalu bekerja keras. Mereka

sama-sama

bungkam

selama

perjalanan, selain karena lelah Baekhyun juga mengerti kalau Sehun mempunyai karakter yang pendiam. Sampailah

mereka

setelah

perjalanan sekitar sepuluh menit. "Enggak mampir dulu?" 114

menempuh

Raisa Chu Present "Enggak teh." "Kalau gitu makasih ya..." Sehun mengangguk, sempat melirik sebuah mobil yang terparkir di halaman rumah Baekhyun lantas berlalu dari sana. Jika tidak salah itu adalah mobil Chanyeol, Baekhyun keheranan saat ini. "Maksud kedatangan saya ke sini, ingin memberitahu Om kalau saya dan Baekhyun ngejalin hubungan." Baekhyun mematung di balik pintu. Penatnya bertambah, ia mulia gugup dan cemas dengan reaksi Abah. Sebenarnya apa sih tujuan Chanyeol bertindak sampai sejauh ini? "Assalamu'alaikum..." dan Baekhyun sengaja menginterupsi perbincangan itu. "Wa'alaikumsalam... kok baru pulang neng?" Baekhyun mencium tangan Abah. "Double shift, Bah... terus mobilnya mogok, untuk ketemu Sehun di jalan, jadi numpang sama dia." Kemudian ia menatap Chanyeol yang terlihat tenang. "Kamu... ngapain di sini?" "Ngenalin diri sama calon mertua."

115

Raisa Chu Present Tapi Abah bungkam sejak awal. Sukar dipungkiri jika itu menyangkut sebuah hubungan antara Baekhyun dengan seorang pria maka Abah akan merasakan dilema. Karena bukan hanya Baekhyun yang trauma, tapi Abah juga sebagai orang tua tidak ingin mimpi buruk kembali dirasakan putrinya. "Neng, Abah mau bicara sebentar." Sudah Baekhyun duga. Wanita itu mengecam kecil pada Chanyeol lalu melengos mengekori Abah. "Maksud nak Chanyeol itu apa?" Sejatinya Abah hanya terkejut, selama ini Baekhyun tidak pernah menunjukan kedekatan dengan pria mana pun sejak kejadian itu. Abah tidak bermaksud bersikap defensif dengan pengakuan Chanyeol, jika nyatanya Baekhyun mulai mencoba membuka hati maka itu adalah berita bagus, tapi Abah perlu mengkonfirmasinya sendiri. Baekhyun sendiri pun tidak tahu bahwa Chanyeol

bersungguh-sungguh

mengajaknya

berkencan, di samping mereka baru saja kenal, Baekhyun pun tidak mempunyai minat menjalin hubungan dengan pria mana pun, benar kata Chanyeol bahwa ia belum bisa berdamai dengan keadaan. Tapi ada apa dengan raut haru Abah saat ini? 116

Raisa Chu Present Apa yang akan terjadi dengan reaksi Abah jika Baekhyun mengatakan bahwa pria itu berbohong dan ia belum bisa berdamai dengan keadaan? Bahwa ia masih dihantui masa lalu yang menyakitkan? Mungkihkah Abah akan terluka dan kembali cemas dengan keadaannya? "Dia bilang punya niat serius sama aku, dia bilang sayang sama aku." "Tapi bukannya kalian baru kenal?" Baekhyun

mengangguk, tapi

kalah saat

berdebat dengan Chanyeol. Abah mengusap dagu. "Kamu nya gimana neng sama nak Chanyeol?" Baekhyun merasa biasa saja, karena memang ia tidak pernah menganggap serius ucapan Chanyeol. "Bah, aku perlu bicara sama Chanyeol sebentar." Abah setuju, lantas membiarkan Baekhyun dan

Chanyeol

memperjelas

segalanya

untuk

menghindari kesalahpahaman. Tapi satu hal, jika pria itu tidak bersungguhsungguh terhadap Baekhyun, bukankah seharusnya dia tidak perlu repot-repot datang ke rumah dan 117

Raisa Chu Present memperkenalkan diri sebagai seseorang yang sedang dekat dengan wanita itu? Baekhyun

menarik Chanyeol sampai

di

halaman rumah dan jauh dari jangkauan pendengaran siapa pun. "Maksud kamu apa sih? Sejak kapan aku setuju kita pacaran?" Baekhyun kesal karena Abah sudah terlanjur memberikan antusias yang berbeda. Tentu, ayah mana yang tidak senang jika putrinya bangkit dari keterpurukan dan kembali mencoba untuk memulai segala hal? "Siapa Sehun?" Tapi Chanyeol menulikan telinga, ia mendekat dan menyelipkan anak rambut Baekhyun ke belakan telinga lalu membelai wajahnya yang terlihat lelah. "Kok diem? Siapa Sehun?" Ada apa dengan nada posesif itu? "Yang bawa mobil kamu dari ladang." "Ahh, bocah itu..." sahut Chanyeol seadanya lalu menatap Baekhyun lamat-lamat. "Aku dateng ke sini modal nekat, sepanjang jalan berdoa supaya enggak ketemu sama hantu bakul lagi, itu buat kamu. Jadi jangan pasang wajah bete kayak gitu." "Buat aku? Bagian mananya yang kamu sebut buat aku?" 118

Raisa Chu Present "Aku serius, kalau main-main buat apa dateng dan ngomong langsung ke Abah kamu?" "Tolong jangan main-main!" Ini semua terlalu mendadak dan bukan perkara yang mudah Baekhyun lalui. Chanyeol mengusap pipinya dengan ibu jari lalu melirik jam tangan. "Udah hampir larut, aku pamit dulu sama orang tua kamu." "Park Chanyeol!" "Hum? Ya sayang?" Baekhyun menekan kesabaran tapi lututnya nyaris dibuat luruh oleh segurat senyum yang Chanyeol perlihatkan. Untuk pertama kali terlihat begitu lembut meskipun menyebalkan di saat bersamaan. Wanita itu menunggu di halaman rumah, tidak tahu apa yang Chanyeol katakan pada Abah hingga ia kembali setelah berpamitan. "Besok aku jemput makan siang." Chanyeol tidak memberinya kesempatan untuk melontarkan protes, pria itu mengusak puncak kepala lalu masuk ke dalam mobil. Situasi macam apa ini? Baekhyun nyaris meraung kecil jika tidak sadar ada Abah yang memperhatikannya. 119

Raisa Chu Present

Lima Chanyeol didesak untuk segera mengakuisisi keseluruhan wilayah yang terhubung dengan mega proyek yang tengah dibangun. Para

pemegang

saham

menggantungkan

harapan untuk kesuksesan di segala aspek. Tapi hingga detik ini Chanyeol hanya mampu memberi janji dan membuat mereka berangan-angan karena ia masih mencoba segala cara untuk menyempurnakan rencana. Pria itu pulang ke rumah utama untuk memenuhi panggilan sang ayah. Dua cangkir teh tersaji di atas meja, untuk sesuatu yang akan dibahas dengan serius. "Gimana perkembangan proyek yang kamu kerjain?" Suara Papa terdengar tenang tapi Chanyeol tahu pria paruh baya itu tengah menuntut sebuah konsistensi. Tidak mungkin tidak tahu bahwa Chanyeol terkendala di beberapa hal.

120

Raisa Chu Present "Beberapa hal belum terselesaikan dengan baik, Pa... tapi aku lagi berusaha." Papa wajahnya

membalik selalu

surat

sama.

kabar,

Tampak

ekspresi

acuh

tapi

memperhatikan segala hal dengan detail, memastikan semua terlaksana dengan sempurna. Tidak mungkin tanpa alasan memberi jabatan tertinggi di perusahaan kepada putranya jika tidak menggantung sebuah harapan. "Para pemegang saham itu kayak bom waktu. Kalau kamu bikin mereka jenuh dan jengkel, mereka bisa meledak di waktu yang enggak kamu terka." Itu artinya Papa mendesak Chanyeol untun menyelesaikan segala urusan. Dan Chanyeol harus bergerak cepat untuk mengakuisisi kampung asmara.

*** "Kamu enggak makan dulu, nak?" "Udah janji makan siang sama Baekhyun." "Loh kalian balikan?"

121

Raisa Chu Present Chanyeol menghentikan langkah, diam-diam mengutuk dirinya sendiri. "Iya." "Nah gitu dong! Baekhyun kan cantik dan keliatannnya pinter juga, terus ya anaknya sopan. Duh tipe ideal Mama banget." Untuk dijadikan menantu. "Titip salam buat si mantu ya... sekali-sekali ajak ke sini dong, nak..." "Dia sibuk ngurusin orang bunting." Celetuk Chanyeol lalu mencium tangan Mama dan sepenuhnya pergi dari rumah utama itu.

~oOo~ Sejatinya Baekhyun mulai sedikit risih digoda oleh rekan kerja setiap kali pria itu datang ke puskesmas untuk menjemputnya. "Asal kamu tau ya, aku digosipin terus akhirakhir ini."

122

Raisa Chu Present Tapi Chanyeol salah fokus dengan penampilan Bakehyun yang terlampau anggun. Wanita itu memang tidak pernah neko-neko dalam berpakaian, dia seperti merasa puas hanya dengan memakai wrap dress dilengkapi gaya rambut half down. "Kenapa digosipin?" Kenapa? Katanya. Apakah pria itu tidak sadar mempunyai aura yang sanggup mencuri perhatian setiap orang? "Lagian kamu kenapa sih samperin aku terus?" "Kok nanya kenapa? Ya kangen lah, namanya sama pacar." Chanyeol meraih tangan Baekhyun lalu mengecupi telapaknya. "Sejak kapan aku setuju kita pacaran sih? Tolong! Jangan ngada-ngada..." Sejatinya jika tidak berkepentingan, Chanyeol juga malas bersandiwara seolah ia tertarik pada Baekhyun, jika boleh dilist seratus, maka Baekhyun menempati peringkat akhir tipe ideal pria itu. Barisan para mantan Chanyeol pun tidak sembarang, mereka berasal dari kalangan berkelas. Wanita-wanita high-end yang sekiranya pantas bersanding dengan pria mahal seperti dirinya. Tidak dengan wanita kampung. 123

Raisa Chu Present "Kita ngapain di sini?" Baekhyun menampakan keterkejutan karena Chanyeol mengajaknya ke sebuah restoran yang kerap Baekhyun hindari selama ini. "Makan lah, sayang..." "Tapi kenapa di sini? Enggak ada tempat lain?" Chanyeol

berpikir

restoran

itu

terlalu

sederhana bagi Baekhyun, seleranya tinggi juga pikirnya. "Aku masih ada meeting abis ini, enggak punya banyak waktu buat cari restoran bintang lima." "Bukan itu maksud aku... cuma..." "Baby, I don't have much time." Chanyeol mengusak pipinya dengan ibu jari. Sebentuk upaya yang biasa ia lakukan untuk membujuk para wanita bebal. Baekhyun belum sempat protes tapi pria itu sudah keluar dari mobil. Dengan terpaksa ia menyusulnya. "Aku terima telfon dulu, kamu masuk duluan." Baekhyun sempat ragu dengan saran Chanyeol tapi merasa tidak punya pilihan mengingat waktu pria itu. Ia bahkan tidak mengerti mengapa ia harus peduli?

124

Raisa Chu Present Sementara

Chanyeol

mulai

terlibat

perbincangan serius dengan seseorang di seberang sana,

raut

wajahnya

terlihat

serius,

sesekali

mengerutkan dahi, mengusap dahi memijit pelipis. Kentara sekali ia kerap terhimpit situasi yang sama. Setelah

sambungan

telfon

itu

terputus,

Chanyeol mulai memasuki area restoran, tapi di detik berikutnya ia tesentak kecil oleh pemandangan tak jauh dari atensinya. Pengunjung restoran lain juga menyaksikan bagaimana wanita paruh baya itu menyiram kepala Baekhyun dengan segelas minuman. "Setelah bikin anak saya diserang media, sekarang kamu berani nginjekin kaki di restoran saya." Bahu

sempit

itu

bergetar,

kepalanya

menunduk dalam, ke sepuluh jarinya bertaut takut dan cemas. Chanyeol mengernyit karena mengenali siapa wanita paruh baya pemilik restoran yang kini ia kunjungi, Nyonya Wu?

125

Raisa Chu Present Yang tak lain adalah istri dari pebisnis sukses asal Tiongkok dan juga ibu dari seorang pria yang berhasil merusak Baekhyun di masa lalu. Kris Wu "Udah bikin anak saya diburu media, udah bikin nama baik keluarga saya tercoreng sekarang kamu berani muncul di sini? Gadis kampung sialan!" Wanita paruh baya itu menyiram Baekhyun dengan minuman hingga basah kuyup. Nyaris seluruh pengunjung restoran itu terbelalak dengan apa yang mereka lihat. Baekhyun menyeka wajahnya perlahan lalu menatap wanita paruh baya itu dengan berani. "Tingkah laku anak adalah cerminan orang tua, sekarang saya tau kenapa anak anda sebajingan itu." Baekhyun

tidak

dibiarkan

begitu

saja,

tamparan keras hinggap di pipi. "Pelacur sialan! Kamu berani ngehina saya dan anak saya?! Huh?!" Baekhyun tidak lagi menyahut dan memilih melengos membiarkan telinganya tuli saat wanita paruh baya itu masih setia menghinanya. Chanyeol mematung beberapa saat setelah Baekhyun melintas di hadapannya. Ia menatap punggung sempit itu dan memutuskan untuk membatalkan makan siang. 126

Raisa Chu Present Nafsu makannya menguap entah ke mana. From: Baekhyun Aku enggak mau bikin mobil kamu kotor. Jadi, aku pulang naik taksi.

~oOo~ "Loh, kamu udah pulang neng jam segini?" Tapi

Umi

terlanjur

terhenyak

dengan

penampilan putrinya yang lusuh. "Ini kamu kenapa? Kok lepek gini rambutnya? Bajunya juga kotor, kenapa?" "Hmm biasa Mi, Kyungsoo ceroboh. Tadi enggak sengaja numpahin minuman..." Umi

bernapas

lega,

pikirnya

Baekhyun

kenapa-kenapa. "Ya udah, kamu mandi dulu, Umi siapin makan." "Aku udah makan, Mi... capek, kayaknya mau tidur aja abis mandi." Umi mengerti sorot lelah di kedua mata putrinya, kemudian mengangguk paham.

127

Raisa Chu Present Lepas

masuk

ke

kamar,

Baekhyun

menyandarkan punggungnya pada pintu. Menatap refleksi dirinya di cermin lantas merasa layak atas hinaan yang haru ini ditujukan terhadapnya.

~oOo~ Baekhyun pernah merasa begitu naif. Dulu, ia pikir cinta pria itu adalah segalanya. Bahkan sempat menganggap cinta ke dua orang tuanya tidak ada apa-apanya. Baekhyun pernah merasa begitu dicintai hingga membenarkan segala yang buruk, dan mengulangnya tanpa rasa jera. Lembar kelam itu dimulai sejak saat ia merasa berhak menyerahkan seluruh hidupnya terhadap pria itu, hingga sebuah obsesi tertanam. Baekhyun

mencintainya,

dulu.

Dengan

teramat sangat, hingga apa yang terucap dari mulut pria itu adalah apa yang bersifat mutlak.

128

Raisa Chu Present Oleh karena seucap janji manis, Baekhyun yang naif mempercayainya segenap hati. Bahkan

rela

membiarkannya

menjadi

seonggol daging pucat yang disantap nyaris di setiap hela nafas. Baekhyun dicintai, katanya itu adalah alasan mengapa pria itu menyentuhnya berulang kali. Baekhyun

disayangi,

alasan

pria

itu

menghamilinya dua hingga tiga kali meski janin-janin malang itu dibiarkan melebur menjadi darah segar yang mengucur deras melewati kaki. Kris bilang menyukai sensasi hangat saat kandungan itu hancur oleh libidonya yang tidak manusiawi. Konyolnya Baekhyun memaklumi tingkah lakunya meski saat itu amat sangat kesakitan. Bodohnya ia merasa takut kehilangan jika menolak dan memberontak. Sejak awal didoktrin oleh sebuah obsesi yang terselimuti kedok cinta. Kris merusaknya sejauh itu. Baekhyun yakin ia sudah berdamai dengan keadaan. Bahkan mungkin sudah memaafkan.

129

Raisa Chu Present Tapi sejauh apapun manusia berlapang dada, luka tetaplah luka, bekasnya selalu ada. Apalagi jika harus kembali diungkit dan mengulang trauma.

*** "Mau ke mana Mi..?" "Itu, tadi ada pengumuman warga disuruh kumpul di rumah pak rt." "Ada apa?" "Umi juga enggak tau, kamu mau ikut?" Baekhyun pikir tidak ada salahnya, mumpung mempunyai waktu senggang di rumah. Kemudian pekarangan

mereka

berjalan

kampung. Baekhyun

menyusuri

terhibur oleh

suasana asri, hatinya sedikit terobati. Nyaris seluruh warga sudah berkumpul di rumah pak rt, Baekhyun memilih duduk di samping Sehun setelah menyapanya dengan ramah. "Ada apa sih disuruh kumpul?" "Kurang tau teh... katanya mau bagiin sembako." "Loh, bukannya kemarin udah ya?"

130

Raisa Chu Present Sehun mengangguk, ia juga tidak tahu untuk apa setumpuk sembako yang di halaman rumah pak rt saat ini. "Assalamu'alaikum

warahmatullahi

wabarokatu..." Suho memulai dengan wibawa, salamnya dijawab lemas oleh warganya. Sejatinya mereka mulai kontra dengan si erte sejak pria itu kedapatan menjadi kaki tangan pemilik mega proyek dreamland. "Puji syukur kehadirat yang--" "Langsung aja lah te, enggak usah pidato dulu, kalau mau nanti saya aja lah sekalian ceramah," pak ustadz Jongin menyela dan didukung oleh warga lain. "Bener, pak erte... gerobak seblak saya engga ada yang nungguin ni, langsung aja pak." Jongdae menimpali. "Udah kebelet boker ini saya pak!" Yang lain juga menimpali tak kalah heboh. Suho migrain. "Siapa lagi? Apa lagi? Kamu kebelet apa? Kebelet nikah?" Ia berbicara pada Sehun yang sejak awal tidak ikut-ikutan. "Kok saya jadi kebawa-bawa sih?" "Makanya pada sabar dulu atuh! Itu ada sumbangan sembako jadi saya kumpulin kalian sekarang." 131

Raisa Chu Present "Dari siapa?" Tanya mereka serempak. "Dari bos besar mega proyek. Ayo lah dipikirpikir lagi pak, bu... mereka naikin harga lagi loh..." Warga kompak mendengus lalu beranjak dari kursi plastik hijau. "Eh pada mau ke mana? Duduk dulu..." "Males ah, kirain ada apa! Taunya mau nyogok!" Seru salah satu warga. Kemudian satu persatu dari mereka mulai berlalu. "Hah! Gimana mau maju kalau maunya tinggal di kampung terus!" "Maju maju! Kamu pikir odong-odong!" "Diam kamu tad! Nunggak pajak enggan kelarkelar!" Jongin

berdeham

keras,

lantas

berlalu

setelahnya. Jika Suho sudah membahas pajak maka ia harus berkelit semampunya. Maklum kerap diancam oleh istrinya yang kerja di Arab, agar menghemat. Jongin menurut, makan saja cuma pakai micin, makanya otaknya radarada miring. "Mari pak erte, saya duluan..." Baekhyun tidak punya alasan lain untuk tetap di sana. "Eh mau pada ke mana atuh, itu sembakonya!"

132

Raisa Chu Present Mereka

tidak

tahu

saja

Suho

telah

mengorbankan salah satu sapi kesayangan untuk membeli sembako tersebut. "Apa kamu melolot-melotot sama saya?" Sehun sensitif jika disinggung soal menikah, untuk itu melotot garang pada Suho yang mulai sedikit ciut. Pada akhirnya semua warga pulang ke rumah masing-masing dan rencana Suho membujuk mereka gagal untuk ke sekian kali.

~oOo~ Chanyeol menghuni sebuah penthouse mewah di pusat kota, ia tinggal seorang diri di sana, tapi terkadang ditemani oleh teman wanita untuk bersenang-senang selama satu malam. Sosok itu menyesap wine nya untuk ke sekian kali seraya memanjakan mata dengan pemandangan kota di bawah kakinya. Tak lama kemudian ponselnya berdering pelan. 133

Raisa Chu Present "Perintah sudah dilaksanakan sesuai keinginan tuan." Kemudian sambungan telfonnya kembali terputus. Tapi Chanyeol tidak puas jika hanya membuat puluhan cabang restoran milik keluarga Wu gulung tikar. Chanyeol pikir tidak ada yang boleh mengusik Baekhyun karena wanita itu adalah kunci utama untuk mewujudkan obsesinya terhadap dreamland. "Besok aku jemput." Chanyeol bersuara setelah sambunga telfonnya terhubung dengan wanita itu. "Chanyeol, kita udahin aja kekonyolan ini. Ya?" "Besok aku jemput ke puskesmas." "Aku cuti." "Aku jemput ke rumah." "Aku harus gimana lagi biar kamu ngerti? Aku enggak mau nerusin kekonyolan ini. Kamu sadar enggak sih kamu udah terlalu jauh!" "Sayang..." "Aku bilang berhenti!" Chanyeol

mendengarnya

berteriak

seberang sana. "Neng! Kenapa? Kamu baik-baik aja?"

134

di

Raisa Chu Present Chanyeol juga dengar ibu Baekhyun mengetuk pintu dan bertanya dengan cemas. "Jangan bikin kesabaran aku ilang! Aku udah muak banget! Tolong!" Kemudian sambungan telfon itu diputus secara sepihak. Chanyeol menyesap wine nya hingga tandas lalu membanting gelas itu ke sudut ruangan. Lihat apa hasilnya jika Baekhyun dibuat merana. Chanyeol sudah menduganyga sejak awal, wanita itu akan sangat menjengkelkan jika sesauatu tentang masa lalunya terungkit. Dan rencana Chanyeol untuk lebih dekat dengannya kini berada di ujung tanduk. Semuanya karena ulah Wu. Chanyeol akan memberi mereka pelajaran yang setimpal. Dan untuk saat ini ia hanya akan fokus memikirkan cara untuk membujuk Baekhyun agar suasana hatinya kembali. Bagaimana caranya?

135

Raisa Chu Present

~oOo~ Seharusnya Baekhyun tidak membual tentang cuti. Seharusnya ia tahu bahwa Chanyeol tidak akan percaya ucapannya yang bersifat alibi. Dan lagi, ia menjadi bahan gosip rekanrekannya di puskesmas saat seorang pria yang mengaku asisten Chanyeol datang menjemput. Pesan yang disampaikan adalah kelangsungan nasib rekannya di puskesmas jika Baekhyun menolak untuk ikut. Baekhyun tidak tahu bahwa semakin lama pria itu semakin seenaknya. Dan

ia

terpaksa

ikut

dengan

syarat

menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Anehnya, Baekhyun tidak dibawa langsung untuk bertemu dengan Chanyeol, ia di ajak ke pusat kecantikan, spa dan salon. Di sana diberi perawatan dan refleksi. Diberikan sehelai gaun mahal dan didandani layaknya seorang puteri.

136

Raisa Chu Present Wanita itu sempat termangu di depan cermin, atas penampilannya yang amat sangat berbeda, juga mendengar banyak pujian yang terlontar dari orangorang di sekitarnya. Tidak sedikit pun berbangga hati karena ia masih bingung dengan apa yang terjadi? Mengapa Baekhyun harus tampil secantik itu sepertinya untuk mengimbangi penampilan Chanyeol yang sempat menyita atensi sesaat setelah Baekhyun sampai di tempat tujuan. Pria itu berdiri di section vip restoran terbuka yang menghadap langsung pada pemandangan malam kota. Terletak di sebuah bukit yang seolah dekat dengan bulan dan bintang. Baekhyun menatapnya sekali lagi, stelan jas dan tatanan rambut yang disisir ke belakang membuat Baekhyun bepikir bahwa Tuhan terlalu berlebihan memberinya visual. "Hey..."

Chanyeol

meyambutnya

dengan

segurat senyum lembut dan juga kecupan kecil di punggung tangan. Sepertinya

salah

memilih

gaun

untuk

Baekhyun karena wanita itu tampak terganggu dengan angin malam. 137

Raisa Chu Present Lantas jas itu sepenuh tersampir di kedua bahu mulus Baekhyun. "Kamu cantik..." Baekhyun tidak menyahut, sejatinya masih tidak

membenarkan

tindakan

Chanyeol

yang

memaksa. "Ayo dong, jangan bete gitu mukanya..." Chanyeol mengingatkan lalu menggenggam tangan itu. "Chanyeol..." "Aku dengerin..." Baekhyun menatapnya beberapa saat lalu melirik meja makan yang dibuat menjadi begitu romantis. Pemilihan

tempatnya

pun

direncanakan

dengan matang, hanya ada mereka di sana, kursi itu berada di puncak, yang lainnya saling berjauhan di bawah sana. "Tolong, jangan hubungin aku lagi. Aku tau, aku bisa ngerti kamu ngelakuin ini semua buat lepas dari kekangan orang tua kamu." Yang menuntut pria itu untuk mempunyai pasangan yang serius. "Tapi jangan aku... aku mohon!"

138

Raisa Chu Present Baekhyun pernah menjadi mainan seseorang dan ia tidak mau menjadi bagian dari kekonyolan Chanyeol dengan pura-pura menjadi kekasihnya hanya demi memuaskan obsesi papa dan mama pria itu. "Cari wanita lain, bayar siapapun buat jadi pacar pura-pura kamu. Jangan aku... ya?" Memikirkan lukanya sendiri pun Baekhyun kewalahan, bagaimana bisa membiarkan Chanyeol menjadikanya tameng untuk melindungi reputasi pria itu? Pada faktanya mereka asing. "Kenapa kamu pikir aku bercanda sama hubungan ini?" Lalu Baekhyun tertawa. "Konyol." Chanyeol

mengangkat

sebelah

alis.

"Katakanlah sejak awal aku emang manfaatin kamu buat lepas dari obsesi kedua orang tua kamu. Tapi kenapa kamu berpikir aku enggak bisa serius daripada itu? Kenapa kamu pikir aku enggak bisa suka sama kamu?" "Karena aku bukan tipe kamu. Ayo dong, aku emang orang kampung... sekolahku enggak tinggitinggi banget, kenapa kamu pikir aku sebodoh itu?"

139

Raisa Chu Present Benar. Malam ini Chanyeol mendapatkan fakta bahwa wanita itu tidak sebodoh yang ia pikirkan. Ternyata

dia

memang

hanyalah

Byun

Baekhyun, mengiyakan ajakan Chanyeol, menuruti apa yang pria itu mau, mengalah saat berdebat dan menghadapi sikap keras kepala Chanyeol, bukan semata-mata

karena

dia

wanita

yang

tidak

mempunyai konsistensi, bukan karena dia adalah wanita yang tidak memiliki aturan. Dia hanya selembut itu. Byun Baekhyun. Bahkan tatapannya saat ini tidak bisa Chanyeol mengerti. Bagaimana bisa Chanyeol hanya melihat ketulusan ketika tahu bahwa dia wanita yang mempunyai masa lalu kelam? Bahwa dia terluka oleh seseorang. Sialnya Chanyeol kecolongan. Ia memilih wanita

yang

salah

untuk

dijadikan

jembatan

memuaskan obsesi reputasi. "Aku pulang naik taksi." Tapi Chanyeol menahan tangannya. Merasa cukup sinting dan buntu. Ia ingin mempertahankan Baekhyun untuk memuluskan mega proyeknya, tapi tahu hanya akan mengorbankan wanita itu di akhir cerita. 140

Raisa Chu Present Hanya akan membuatnya trauma untuk ke dua kali. Dan demi apapun Chanyeol bersumpah akan menghancurkan Kris Wu. Baekhyun masih menunggunya berbicara. "Hum?" "Tidur sama aku malem ini." Ajakan serius seorang pria dewasa untuk memulai sebuah titik yang baru dengan seorang pria. "Tidur sama aku." Chanyeol mengulangnya lagi, menatap wanita itu dan memberitahunya dalam diam bahwa Baekhyun harus tahu siapa yang lebih brengsek. "Aku bakal buktiin kalau Kris bajingan yang sebenernya." Bahwa Chanyeol sedang meyakinkan diri bahwa ia lebih baik dari Kris. Meski niatnya sejak awal tidak tulus. Baekhyun

menatap

genggaman

tangan

Chanyeol lalu menarik diri secara perlahan. Kedua alis Chanyeol bertaut untuk sebuah penolakan. "Aku lebih baik dari bajingan itu!" Chanyeol meyakininya. Seolah sedang berusaha membuat 141

Raisa Chu Present Baekhyun percaya bahwa ia tidak akan menyakitinya. Konyol. Chanyeol sekeras kepala itu. "Aku bakal bilang ke Abah kalau kita putus dengan baik-baik." Final Baekhyun sebelum berbalik dan meninggalkan Chanyeol yang nyaris mengerang frustasi. Pria

itu

mengusap

wajah

sebelum

memutuskan menyusul Baekhyun dan menariknya ke dalam pelukan. Keduanya tersengal oleh gejolak emosi. Sejatinya Baekhyun merasa begitu campur aduk malam ini. Dan Chanyeol tidak tahu apa arti pelukannya saat ini. Jika ditelaah lebih jauh, Chanyeol bisa meresapinya lebih dalam, bahwa gerak tangan Baekhyun yang mulai melingkar adalah sebentuk asa mencari sebuah perlindungan. Bahwa wanita itu kesulitan. Tapi dia sama keras kepalanya seperti Chanyeol. Dia sok tangguh dan seolah bisa menghadapinya sendirian. Tentu tidak. Baekhyun menyembunyikan kesulitanya dari semua orang bahkan Abah dan Umi

142

Raisa Chu Present tidak dibiarkan tahu bahwa luka masa lalunya kembali menganga. Lalu Chanyeol menawarkan sebuah pelukan. Tangisnya

luruh.

Bebannya

terangkat,

kesulitan itu menguap di dalam dekap. Ada apa dengan Park Chanyeol? Baekhyun tahu pria itu tidak serius, tapi kenapa pelukannya seperti sebutir analgesik? Mereka bertahan cukup lama, tepatnya Chanyeol membiarkan dekapnya menjadi satu titik untuk kesedihan Baekhyun bermuara. Sempat bertanya-tanya bagaimana wanita dengan hati semurni dan selembut Byun Baekhyun dijadikan boneka oleh Kris? Chanyeol sedang menanti kehancurannya. Lihat saja, pikirnya. Kemudian mereka menarik diri, Baekhyun mendongak kecil, meladeni tatapan Chanyeol yang tak berujung, kemudian ia dihadiahi kecupan lembut di dahi dan kedua kelopak mata. "Keras kepala." Hardik Chanyeol seraya membiarkan telapak tangannya bertahan di pipi Baekhyun. Memberinya belaian kecil.

143

Raisa Chu Present Benar. Bukan hanya Chanyeol yang keras kepala, Baekhyun adalah lawan yang seimbang. Kemudian dia didekap lagi, bagaimana bisa menolak jika senyaman itu efek yang diberi? Bukankah

Park

Chanyeol

mempunyai

semacam ilmu sihir? "Enggak mau tidur sama kamu..." Hal jenaka itu terlontar dari mulut si mungil. Diam-diam Chanyeol tergelitik. "Kenapa? Cuma tidur doang... ahh kamu mikir macem-macem kan?" "Aku tau ya maksudnya apa!" "Oh ya? Apa coba?" Tanpa sadar Baekhyun meremas punggung Chanyeol karena gugup. "Tau kok..." "Iya, apa?" Hal jenaka lain saat wanita itu menggeleng keras di dalam dekapan. Sudut bibir Chanyeol terangkat. Sejauh ini hanya

Baekhyun

yang

menunjukkan

sikap

kekanakkan dari semua wanita yang Chanyeol kenal dan tiduri. Kemudian mereka kembali menarik diri. "Aku anterin kamu pulang."

144

Raisa Chu Present Suara

beratnya

tidak

pernah

membuat

Baekhyun terbiasa. "Besok aku jemput lagi makan siang." Ternyata pria itu belum menyerah, pikir Baekhyun. Sejauh mana ia akan bertahan. "Besok..." "Hum?" Chanyeol mengusakkan hidungnya dengan hidung wanita itu. "Besok aku yang bikinin makan siang..." tibatiba saja terpikirkan hal itu. Baekhyun membayangkan piknik kecil di atas rerumputan, siapa tahu dengan begitu suasana hatinya akan semakin membaik. Chanyeol mengangguk kecil dan menyesap aroma telapak tangan wanita itu. "Kita pulang sekarang..." Kemudian Baekhyun dibiarkan bersandar pada bahunya selama perjalanan. "Enggak perlu sampe tugu. Aku bisa telfon Sehun buat jemput." "Sehun?" Karena Baekhyun ingat Sehun punya sepeda motor, daripada membiarkan Chanyeol diganggu lagi oleh neg Iching seperti waktu itu. 145

Raisa Chu Present "Enggak apa-apa, sayang. Aku anterin kamu sampe rumah..." lagipula kenapa Chanyeol tidak pernah suka terhadap pemuda bernama Sehun itu? "Tapi ini udah malem loh..." "Terus?" "Nanti kamu digangguin neng Iching lagi..." Tiba-tiba bulu kuduk Chanyeol meremang membayangkan hantu bakul itu. "Biasanya

malem-malem

gini

dia

suka

nongkrong di pohon jengkol yang deket tugu." "Yang... ah! Ngaco!" Chanyeol merutuk. Sejak awal Baekhyun tidak berniat menakutnakuti, tapi melihat Chanyeol kalut karena takut terasa begitu jenaka. "Iching udah akrab sama warga kampung..." "Akrab ya kayak sahabat..." Baekhyun

tersenyum

anggun

di

balik

punggung tangan. "Ya udah jangan sampe tugu nganterinnya..." "Lagian kenapa sih yang harus tinggal di kampung?" "Udah dari sananya..." "Emangnya enggak punya niat buat pindah?" Chanyeol menyinggungnya sedikit. 146

Raisa Chu Present "Hmm... enggak tau, aku pernah ninggalin kampun buat kuliah di kota, jadi mau tinggal di mana pun kayaknya enggak masalah..." "Kalau gitu tinggal sama aku aja lah, biar enggak ngeri anter jemput lewatin pohon jengkol!" Enteng sekali dia berbicara. "Mulutnya ya..." "Loh... aku salah apa?" Chanyeol protes saat mulutnya ditepuk kecil. Dia hanya tidak tahu bahwa dulu Baekhyun tinggal

satu

atap

dengan

Kris.

Awal

mula

kehancurannya. "Mau ya? Tinggal sama aku..." Baekhyun menggeleng. Lagipula alasan tepat apa mereka harus tinggal bersama? "Kenapa?" "Iya, kenapa aku harus tinggal sama kamu?" "Loh, orang pacaran tinggal satu atap mah udah lumrah lah yang..." Baekhyun

pikir

Chanyeol

tidak

akan

menyerah. "Kalau perlu nanti aku izin sama Abah..." Percuma

saja,

Abah

tidak

akan

mengizinkannya. "Jangan ngaco! Udah turunin aku di depan."

147

Raisa Chu Present Tapi Chanyeol tidak mengindahkannya. Ia melaju melwati tugu dan mengantarnya sampai rumah. "Aku enggak mampir, titip salam buat Abah sama Umi." Chanyeol membelai wajahnya sekali lagi lalu mengecup dahinya dengan lembut. Perlakuannya membuat kepala Baekhyun puyeng, wanita itu menggeleng kecil saat melihat mobil Chanyeol melaju lagi menjauhi halaman rumah. Kemudian ia memperhatikan penampilan mahalnya malam ini. Baekhyun tidak ingin menebak harga gaun yang kini ia pakai, mungkin gajinya sebagai bidan selama satu tahun pun tidak akan cukup untuk membeli gaun yang sama. "Eh anak Abah kok cantik banget. Kamu dari mana neng?" Baekhyun mencium tangan Abah dan Umi. "Anu... Chanyeol ngajakin makan malem, tapi dia enggak mampir karena mungkin udah mau larut. Jadi titip salam buat Abah sama Umi." Kedua

orang

tua

Baekhyun

itu

saling

memandang. Sejatinya masih belum yakin dengan keputusan Baekhyun menjalin hubungan lagi dengan seorang pria setelah keterpurukannya waktu ini. 148

Raisa Chu Present Apakah putri mereka sudah benar-benar berdamai dengan keadaan? "Whoa! Teh... ini, ini gaun yang dipake sama artis korea loh, siapa itu? Son Yejin! Bener banget! Dia juga make gaun ini di Byunsang award! Whoa! Teteh dapet dari mana gaun kayak gini teh?" Baekhyun meringis kecil dan mengusak rambut adiknya. "Bah, Mi... aku masuk dulu ya..." Ia diangguki dengan senyuman kecil. Sesampainya di kamar, menatap refleksi diri. Mengigit bibir untuk pelukan yang terasa begitu membekas dalam ingatan. "Sadar Baekhyun, dia enggak serius! Dia... cuma pura-pura." Wanita itu mengheleng kecil kemudian memilih membersihkan tubuh dan pergi tidur.

~oOo~ Mereka benar-benar piknik siang itu, rumput hijau di salah satu taman pusat kota terhampar, menjadi alas bagi selembar kain biru bermotif kotak149

Raisa Chu Present kotak, di atasnya ada beberpa kotak makanan, berisi sandwich dan potongan buah. Chanyeol mengernyit saat cahaya silau di selaselai duan rindang mengenai wajah, tapi ia setia terbaring dan membiarkan paha Baekhyun sebagai bantal. Kali ini pria itu membawa berkas kerja, Baekhyun mengintip sedikit lalu dahinya disentil. "Kayak ngerti aja..." "Lagian enggak di mana-mana kerja terus." Karena deadline, Chanyeol harus mempelajari berkasnya dalam satu hari. Baekhyun memperhatikannya lagi, tentang jas kerja yang dibiarkan tergeletak juga kemeja Chanyeol lipat hingga siku. Lantasia kembali menyuapi pria itu dengan sepotong kecil sandwich buatannya. Park Chanyeol terlalu sibuk dengan berkas sampai harus disuapi. Tapi di detik berikutnya pria itu menyimpan pekerjaannya dan menatap Baekhyun yang kini menunduk di atas wajahnya. "Hum?" Baekhyun bertanya apa maksud tatapannya. Tidak. Mungkin karena siang ini dia tampak cantik dengan rambut tergerai dan tersapu angin. 150

Raisa Chu Present Tapi Chanyeol tidak terbiasa memuji jika tidak terdesak. "Aku serius..." "Apanya?" Baekhyun merapikan rambut pria itu. "Tentang ajakan tidur." "Astaga..." Baekhyun nyaris menepuk dahi. "Sayang, aku serius." "Ya... ya..." Baekhyun menyahut seadanya. "Tinggal sama aku ya?" "Enggak..." "Kenapa?" Baekhyun menggeleng kecil lalu mengusak pipi Chanyeol dengan ibu jari. "Udahan yuk, bentar lagi jam makan siangnya abis." Tapi Chanyeol geram, menendang-nendang udara seraya menenggelamkan wajahnya di perut Baekhyun. Tingkah lakunya melahirkan senyum kecil di bibir, Baekhyun menggeleng maklum. "Chanyeol... ayo bangun, jam makan siangnya udah mau abis..." Chanyeol mendegus keras dan menarik diri, tak

lantas

bangkit

dan

151

memilih

duduk

Raisa Chu Present mencondongkan wajah hingga hanya tersisa jarak hela napas di antara keduanya. Wajah Baekhyun memerah dalam hitungan detik, matanya mengerjap berulang kali. "A-apa?" "Tidur sama aku..." Dan Chanyeol dihadiahi tepukan kecil di bibir. "Bangun! Anterin aku balik ke puskesmas." Chanyeol frustasi dan membenturkan dahinya pada bahu Baekhyun berulang kali. Wanita itu memaksanya untuk menarik diri lalu merapikan simpul dasi Chanyeol yang sejak awal dibiarkan longgar.

152

Raisa Chu Present

Enam "Mariposa! Neng! Dimana kamu, hey?!" Suho berteriak di sekitar ladang. "Hih gimana sih anak sapi teh... ilang-ilangan terus atuh!" "Kamu teh cari siapa Suho?" Ternyata ada Abah yang sedang menggarap ladang. "Abah teh liat anak saya enggak?" "Eh? Sejak kapan kamu punya anak? Kok Abah enggak tau? Kamu nikah lagi apa gimana?" Setahu Abah Suho belum mempunyai anak. "Eehh si Mariposa atuh anak sapi saya!" Abah lebih terkejut lagi mendengarnya. "Istighfar kamu teh Suho! Istighfar minta ampun sama Gusti Allah!" Dahi Suho mengernyit. "Masih banyak wanita lain kalau kamu tidak puas sama pelayanan istri kamu! Jangan sapi kamu hamilin! Istighfar Suho..."

153

Raisa Chu Present "Hih! Aki-aki rese!" Suho merutuk seraya menginjak-injak ladang Abah karena kesal. Ia dan pria paruh baya itu memang tidak pernah akur. "Eh malah ngambek atuh! Abah kan ngasih tau yang bener, apa enaknya nidurin sapi?" "Terserah lah Bah! Pusing!" Suho meraung dan menajuhi ladang Abah. Pikirnya darah tingginya akan kambuh jika bertahan meladenin Abah. "Salam buat Marimas!" "Mariposa!!!" Suho mengoreksi dari jauh, nada jengkelnya benar-benar terdengar lantang. "Ehh, marah-marah mulu si erte mah." Abah menggeleng maklum. "Mari..prostat? Mari... mari apa nama sapi teh udah macem-macem jaman sekarang mah. Mari... mari apalah barusan teh. Ah pusing, mari mari yuk mari lah." Setelahnya Abah meninggalkan ladang karena adzan dzuhur sudah berkumandang.

~oOo~ 154

Raisa Chu Present

Baekhyun mendapat panggilan telfon, sempat ragu untuk menjawab tapi menggeser tombol hijau juga pada akhirnya. "Hallo?" "Eh cantik, sayang... ke mana aja enggak pernah hubungin Tante?" Mama Chanyeol yang menelfon. Baekhyun meringis kecil. "Selamat sore, Tante... apa kabar?" "Kabar

baik,

nak...

kamu

sehat

kan?

Keluargamu?" "Alhamdulillah, Tante..." "Syukurlah... nak, kamu ada waktu enggak nanti malem?" Baekhyun melirik jam tangan. "Ada kok Tan... kebetulan udah selesai jam kerja juga sekarang. Kenapa, Tan?" "Nah, bagus! Kita makan malem di rumah ya?" "Eh?" "Nanti Tante kirimin alamatnya." Baekhyun mengusap tengkuk. Makan malem di rumah? Kemudian Baekhyun meringis, itu artinya ia diundang ke rumah Chanyeol. 155

Raisa Chu Present "Gimana, B...?" Lamunan Baekhyun tersentak. "O-oh iya, Tante... nanti aku ke rumah..." "Kalau enggak nanti supir jemput kamu. Ya?" "Oh enggak usah Tante, kirimin aja alamatnya, nanti aku ke sana." Setuju. Baekhyun sempat mendengar Mama Chanyeol girang di seberang sana sebelum memutus sambungan telfon.

~oOo~ Ritual makan malam keluarga memang tidak dilakukan di waktu tertentu, jadi Chanyeol tidak menyimpan

kecurigaan

apapun

saat

Mama

memintanya pulang hari ini. Pria itu baru keluar dari kamar setelah membersihkan diri dan bergabung dengan Papa di meja makan, sementara Mama menata menu makan malam dibantu oleh pelayan rumah. Bel pintu terdengar, kemudian ekspresi Mama bertambah menarik. Chanyeol melihatnya begitu bersemangat. 156

Raisa Chu Present "Biar saya yang bukain, kamu beresin sisanya." Mama menyela lebih dulu kemudian bergegas menuju pintu utama. "Eh, sayangku... Tante pikir kamu kesasar, nak..." "'Malem Tante... maaf, tadi kena macet..." Baekhyun meringis. Untung

dia

cantik,

jadi

Mama

bisa

memaklumi. "Yuk, masuk... makan malemnya udah siap..." "Duh, jadi enggak enak ngerepotin Tante..." "Ah enggak! Ayo masuk, nak..." Baekhyun mengangguk dan mengkori tuan rumah, ia dibawa melintas ke ruang tengah yang megah, rumah itu benar-benar mewah. Lantas berakhir mematung karena sosok yang pertama kali ia lihat adalah Chanyeol yang kini duduk di salah satu kursi meja makan. Pria itu pun sama terkejutnya. "Selamat malam, Om..." Papa mengangguk kecil dan mempersilahkan Baekhyun untuk duduk. Sosoknya memang terkesan tidak banyak bicara.

157

Raisa Chu Present Baekhyun memutuskan duduk di samping Chanyeol setelah mendapat isyarat kecil dari pria itu. "Mama enggak bilang undang Baekhyun..." "Kan biar jadi kejutan... suka kan kejutannya?" Chanyeol menyuap makanan lalu mengangguk kecil. "Suka." Katanya, lalu diam-diam menggenggam tangan Baekhyun di bawah meja. Semua orang mulai menyantap makan malam mereka dengan khidmat. Sejatinya Baekhyun merasa gugup, tidak pernah menduga akan terjebak di sebuah atmosfer yang begitu canggung dengan keluarga Chanyeol. Papa dan Mama nya mempunyai karkater yang berbeda, tapi Baekhyun yakin mereka orang-orang yang baik. "Minum dong yang..." Chanyeol meminta pada Baekhyun. Wanita itu mengangguk lalu menuangkan segelas air . "Pelan-pelan

makannya..."

Baekhyun

bergumam seraya menepuk punggung Chanyeol karena pria itu sedikit tersedak. Melihat interaksi itu, Mama tersenyum kecil. Bukankah kini putranya mulai serius menjalin hubungan? 158

Raisa Chu Present Mama memikirkan banyak hal yang bersifat positif, tapi Papa merasa sedikit janggal dengan putranya. Papa adalah orang pertama yang tahu Chanyeol melakukan apa, tentang perkembangan perusahaan termasuk kehidupan pribadinya yang tak jauh dari wanita dan one night stand. Adalah hal yang wajar jika Papa yang menganut paham bahwa manusia tidak semudah itu berubah merasa perlu mengorek lebih jauh apa yang terjadi?

*** Makan malam itu berakhir dengan cepat, Baekhyun sempat diajak berbincang kecil dengan kedua orang tua Chanyeol, kemudian pamit untuk pulang. "Kita pulang ke penthouse." "Huh?" Baekhyun membeo setelah memasang sabuk pengaman.

159

Raisa Chu Present Chanyeol melirik kaca spion agar tidak melanggar aturan lalu lintas kemudian memutar kemudi ke arah jalan yang berlainan. "Kita pulang ke penthouse, sayang..." "Tapi, nanti Abah sama Umi--" "Nanti aku telfon adek kamu..." "Enggak bisa anterin aku pulang aja? Kalau enggak aku naik taksi aja..." "Besok aku ada meeting pagi, dan ini udah malem, masa aku biarin kamu pulang naik taksi..." "Tapi..." "Stay with me tonight..." Baekhyun menggigit bibir dan meremas seatbelt. "Cuma malem ini aja, besok aku anterin kamu pagi-pagi..." Masalahnya Baekhyun adalah wanita rumahan sejak saat itu, jika tidak ada urusan yang mendesak maka ia akan memilih pulang dan tidak membiarkan kedua orang tuanya cemas. "Yang..." Baekhyun tersentak kecil. "Abis ini aku telfon adek kamu dan ngomong sama Abah..."

160

Raisa Chu Present Baekhyun tidak menyahut, ia bungkam selama perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di kawasan elit gedung pencakar langit, hunian mewah kalangan kelas atas. Chanyeol tersenyum kecil dan mengusak rambut Bakehyun sebelum kemudian keluar dari mobil. Mereka menyusiri lantai basement dan memasukin

elevator

menuju

penthouse

milik

Chanyeol. "Iya Bah... Mama minta Baekhyun nginep karena Papa ada urusan di Tiongkok. Katanya pengen ditemenin Baekhyun." "Tapi, anak Abah enggak apa-apa kan?" "Enggak kok, Bah... maaf ya udah bikin khawatir." "Syukurlah kalau si neng ada sama Mama kamu, nak. Titipin salam Abah dan keluarga ya..." "Iya, Bah..." Kemudian sambunga telfon itu terputus. "Kenapa harus bohong sih?" Kesal Baekhyun. "Enggak apa-apa yang, sekali-kali..." Pria itu membuka mantel dan melemparnya ke sofa lalu melangkah menuju pantry. "Mau minum?" 161

Raisa Chu Present Baekhyun

menggeleng

lalu

menyapukan

atensi ke sekeliling ruangan. Ia tidak ingin menebak berapa banyak yang Chanyeol hasilkan sehingga mampu memiliki hunian kelas tinggi. "Kamarnya di sebelah sana, ruang ganti belok kiri." Seolah mengerti kebingungan Baekhyun. Wanita itu melangkah ragu dan setelahnya disuguhi sebuah kamar luas, king size ranjang itu menarik perhatian, dekorasi kamar yang elegan dan tidak mencolok memberitahu siapa pemiliknya. Dari tempatnya berdiri Baekhyun belok kiri, dan menemukan ruang ganti, ia tersentak kecil pada beberapa pasang pakaian wanita, lengkap. Bahkan ada beberapa potong gaun tidur. "Aku beli semua itu kemarin. Siapa tau kamu berubah pikiran dan mutusin buat tinggal di sini..." Baekhyun terpaku saat dipeluk dari belakang. "Kamu nyiapin semua ini buat aku?" Chanyeol mengangguk lalu menarik diri. "Aku di ruang tengah kalau kamu mau mandi dan ganti baju." Baekhyun menghela kecil dan menatap punggung lebar itu dengan seksama "Keras kepala."

162

Raisa Chu Present Gumamnya sebelum kemudian memutuskan untuk mandi.

*** Baekhyun pikir ia hanya akan menumpang tidur, untuk itu memilih satu set gaun tidur. Bodohnya ia tidak berpikir bahwa penthouse itu memiliki banyak kamar. "Cuma satu. Aku tinggal sendiri kenapa mesti banyak kamar?" "Loh, terus aku tidur di mana?" Baekhyun meratap. "Di sini lah yang, di mana lagi?" Chanyeol menguap kecil sebelum kemudian mengambil posisi tidur yang nyaman. "Aku tidur di ruang tengah aja..." "Penghangat di sana error, besok baru mau dibenerin." Chanyeol bergumam, matanya terpejam. Dan

Baekhyun

nekat

hingga

badannya

mengigil kedinginan. "Keras kepala!" Chanyeol yang baru saja keluar dari kamar untuk memeriksa keadaan 163

Raisa Chu Present Baekhyun dibuat sedikit geram karena melihatnya menggigil kecil. Tanpa

pikir

panjang

Chanyeol

menggendongnya ke kamar, tidak disangka-sangka Baekhyun melingkarkan lengannya di leher pria itu seolah sedang mencari perlindungan. Chanyeol

menatap

tubuh

ringkih

itu

meringkuk sesaat setelah pindahkan ke ranjang, kemudian menghela pelan dan menyusulnya tidur.

*** Dahinya mengernyit di penghujung mimpi, seolah memberi peringatan bahwa lelapnya akan berakhir. Tak lama setelah itu kelompak cantiknya mengerjap,

aroma maskulin menguar, mungkin

karena kini ia dibalut oleh dekap erat. Baekhyun mendongak dan menatap Adam's Apple di atas wajahnya. Jadi sejak kapan Baekhyun pindah ke ranjang? Wanita itu mengerjap lalu menghela panjang dan membiarkan kepalanya terbaring nyaman di atas 164

Raisa Chu Present lengan berotot, rasanya ingin menelusup lebih dalam untuk kenyamanan lebih, tapi sadar jarum jam dinding bergerak dengan cepat. Baekhyun bergerak kecil, kemudian bangun dan merapikan rambut. Hendak berinisiatif melangkah keluar tapi lengannya ditarik, ia dipeluk lagi dari belakang. Bahu telanjangnya dijadikan tempat untuk mengendus. Sepertinya Baekhyun salah memilih gaun tidur, kenapa memilih yang talinya hanya sejari dan berbahan tipis. Tapi jika dipikir-pikir model gaun tidurnya seperti itu semua. Tangan Baekhyun bergerak ke belakang, membelai

wajah

Chanyeol

dan

menempel

di

pundaknya. "Aku udah bilang 'cuma tidur' sama aku kan?" Baritone itu mengawali hari. Baekhyun

melunak

lantas

berbalik,

membiarkan wajahnya menjadi sasaran kecupan pagi. "Katanya 'cuma tidur'... what was that for?" "Morning kiss..." Chanyeol hendak menyentuh bibir ranum itu tapi Baekhyun menahannya hingga menjadikan telapak tangan wanita itu sebagai sasaran cumbuan. 165

Raisa Chu Present "We don't need a morning kiss..." "Then?" Baekhyun menggeleng kecil lalu bangkit dari ranjang. Chanyeol membuka mata lalu menatapnya dengan seksama. Ia ikut bangkit lalu menarik lengan itu lagi, membiarkannya jatuh ke pelukan lagi. "Chanyeol... stop it..." untuk bahunya yang dicumbu mesra. "I will... wait a moment..." Belum lagi lengannya yang melingkar posesif di pinggang. Tapi efek yang diberi memang senyaman itu, semenenangkan itu. Bukannya mengulang trauma tapi Baekhyun dibuat aman dengan dekapannya. "Chanyeol..." Baekhyun protes lagi agar pria itu melepasnya tapi dia bebal, malah membuat Baekhyun berakhir di pangkuannya. Betah mencumbu bahunya yang harum kekanakkan hingga satu tali gaunnya melorot. Baekhyun tahu Chanyeol sekeras kepala itu, untuk itu ia menarik wajah pria itu dan melotot garang. "I won't be intimidated, you're just too soft, baby..." Chanyeol memberitahunya. 166

Raisa Chu Present "Don't ruin my morning, then!!!" "Give me our first kiss and I will stop." "Your eyes!" Baekhyun menepuk pipinya berulang kali kemudian turun dari pangkuan. "Kamu bilang ada meeting pagi." Ia mengingatkan karena jarum jam sudah nyaris merujuk angka enam. "Gimana kalau mandi bareng?" Baekhyun berbalik dan melotot lagi. "Ngehemat waktu sayang..." "Aku enggak bakalan mandi!" Kesal Baekhyun. "Ya udah... enggak usah marah-marah yang masih pagi..." Chanyeol menggeleng-gelengkan kepala, lalu menatap punggung sempit dan rambutnya yang tergerai. Tidak pernah melihat wanita secocok itu memakai gaun tidur. Apa karena dia hanyalah Byun Baekhyun?

*** "Aku suka sarapan yang kamu buat... besok bikinin lagi ya?" Chanyeol memujinya lalu mengecupi

167

Raisa Chu Present punggung

tangan

Baekhyun

sementara

satu

tangannya yang lain fokus mengemudi. "Emangnya kamu ada waktu buat ambil sarapannya?" "Kenapa harus repot-repot ambil? Hari ini kamu pindah ke penthouse, nanti aku bantuin kemas barang." "Ngaco!" Baekhyun menghardik obsesinya. "Emang kenapa sih kalau tinggal sama aku?" "Enggak boleh lah..." "Iya kenapa?" Chanyeol

mungkin

tidak

sadar

bahwa

hubungan mereka tidak menemui titik terang, tapi Baekhyun memilih diam daripada berujung kalah dalam berdebat. Capek-capek tenaga. "Baby..." "Enggak!" "Kalau perlu aku izin sama Abah deh..." "Yang ada kamu diajak baku hantam sama Abah." Chanyeol

menelan

saliva.

"Kalau

buat

perjuangin kamu mah enggak apa-apa deh..." "Whoa puitis sekali ya anda! Perjuangin apa sih? Kamu pikir aku anak korban pasangan bercerai pake diperjuangin segala?!" 168

Raisa Chu Present Chanyeol tertawa kecil. "Kosongin jadwal siang ini ya?" "Nah, mau ngapain lagi sih?" "Beli keperluan buat pindahan kamu..." "Park Chanyeol, aku enggak bakalan pindah ke penthouse kamu." "Penthouse kita..." Baekhyun mendegus jengah. "Turunin aku di depan." Chanyeol

menghela

kecil

kemudian

menghentikan mobilnya di trotoar. "Mesti marahmarah minta diturunin itu buat apa sih? Dewasa dong yang!" Baekhyun membeo dan mengerjap kecil, ia menujuk pada papan petunjuk arah. "Ini udah deket sama puskesmas..." Chanyeol ikut membeo lalu berdeham keren. "O-oh... udah sampe ternyata..." gumamnya. Baekhyun melepas seatbelt dan hendak mendorong pintu. "No hug?" Chanyeol bertanya. Baekhyun mendengus lalu berbalik lagi, jatuh ke dalam pelukannya beberapa saat tapi terjebak

169

Raisa Chu Present dalam kehangatan, oleh aroma parfumnya yang maskulin dan menenangkan. "Jangan paksa aku buat pindah ke penthouse." "Kasih aku alesan yang masuk akal..." Mereka masih berbagi pelukan. "Abah sama Umi pernah kehilangan putrinya, aku dulu salah kaprah." Hanya

karena

jatuh

cinta,

Baekhyun

mengabaikan beberapa hal. "Aku tinggal sama pria itu sampe lupa daratan. Sampe aku... hancur sendirian." "Aku enggak akan biarin kamu ngulangin kesalahan yang sama..." Chanyeol menjanjikan sesuatu dengan mudahnya. Baekhyun menarik diri lalu dahi mereka menyatu. "Kalau mau jemput buat makan siang, aku ikut..." Artinya Baekhyun menolaknya lagi. Ia sepenuhnya keluar dari mobil. Chanyeol bertahan selama beberapa saat. Tidak pernah menerima sebuah penolakan selama hidupnya. Jadi kenapa Baekhyun harus membuatnya berusaha begitu keras? Kenapa dia sulit untuk didapatkan?

170

Raisa Chu Present Kenapa Byun Baekhyun amat sangat tidak tersentuh? Konyolnya Chanyeol menyukai sensasi itu, sensasi

menariknya

ke

dalam

pelukan

dan

mempertahankannya di sana. Karena sejauh ini Baekhyun hanya singgah lalu kembali menciptakan jarak. Chanyeol merasa tertantang. Bukankah dia pria sibuk? Kenapa

menambah

kesibukannya

hanya

untuk memanjakan Baekhyun yang keras kepala? "Apa lagi?" Suara Baekhyun terdengar di seberang sana. "Aku lupa bilang, kamu cantik pake gaun tidur yang aku beliin." Sudut bibir Chanyeol terangkat, senang membuat

Baekhyun

berpikir

keras

tentang

ucapannya. "Terlalu tipis!" Dan Chanyeol tertawa. "Kamu cantik..." "Hati-hati di jalan." Kemudian sambungan telfon itu terputus, Chanyeol memutar arah menuju kantor tempatnya memulai kesibukan, sambil sesekali memikirkan cara

171

Raisa Chu Present agar melihat Baekhyun memakai gaun tidur yang ia belikan untuk yang kedua kali. Karena

demi

apapun

Chanyeol

betah

melihatnya dibalut gaun tidur dengan rambut tergerai sedikit acak.

~oOo~ "Namanya Byun Baekhyun, dia putri dari sesepuh kampung asmara." "Kampung asmara?" Orang suruhan Papa Park itu mengangguk kecil. "Lahan yang tuan Chanyeol incar untuk membangun taman rekreasi." Bagian dari mega proyek dreamland. Papa Park mengangkat kedua alis, menerka satu hal. Bahwa putranya bergerak dengan cara yang cerdik. Benar, itu barulah Park Chanyeol. Putra kebanggaannya. Papa Park tidak berpikir Chanyeol bersungguh-sungguh

dengan

Baekhyun.

berpikir bahwa itu murni karena obsesi semata.

172

Mulai

Raisa Chu Present "Kamu boleh pergi, kasih tau saya kalau dapat informasi baru." Orang suruhan itu mengangguk lantas berlalu dari ruangan bos besar.

~oOo~ "Jangan sampe salah pilih restoran lagi." Baekhyun mengingatkan dengan seksama. "Kita enggak makan siang..." "Loh, terus ini mau ke mana?" "Ke galeri seni, seseorang ngundang aku. Today is the grand opening." "Temen kamu?" Chanyeol menggeleng. "Enggak minat jadiin dia temen." Kemudian mobil itu berhenti di sebuah bangunan nyetrik di pusat kota.

173

Raisa Chu Present Tapi Baekhyun mundur satu langkah setelah tau siapa pemilik galeri seni yang hari ini perdana dibuka. Foto pria dari masa lalu terpampang nyata di depan

mata.

Baekhyun

melirik

Chanyeol,

mengecamnya dalam diam tapi pria itu tidak cukup berhati untuk tahu perasaan Baekhyun. "Kenapa?

Ayo

masuk."

Chanyeol

mengingatkan karena Baekhyun hanya diam dan mematung. Jengah menunggunya melangkah, pria itu menarik

pinggangnya

yang

ramping

lalu

membawanya masuk ke galeri itu. "Hmmm, not bad..." Chanyeol bergumam kecil. "Aku ngeliat rekan kerja, kamu tunggu di sini ya..." Lalu Baekhyun menatap punggung Chanyeol selama beberapa saat. Atensinya berpaling dan menatap ke sekeliling galeri yang dipadati pecinta seni. Hela napasnya yang tidak tenang sejak awal membuat Baekhyun mulai tak nyaman, ia merasa pengap lalu bahunya ditepuk oleh seseorang. Baekhyun berbalik hanya untuk mengulang trauma, lalu mundur satu langkah saat mendengar kekehannya yang tak sedikit pun merasa bersalah. 174

Raisa Chu Present "Whoa, siapa tamu spesial ini?" Kris meneliti Baekhyun dengan seksama. "Tapi aku enggak inget pernah ngundang mantan ke sini... bentar deh aku inget-inget lagi..." Kris memasang wajah berpikir. "Aku inget! Aku enggak ngundang kamu, kok kamu bisa dateng. Ahhh... aku tau..." Kris mensejajarkan wajah lalu menikmati ekspresi kalut Baekhyun saat ini. "Kamu kangen sama aku ya?" Kris tertawa kecil hingga mengundang sedikit perhatian dari pengunjung galerinya. "Sesulit itu ya lupain aku? Tapi maaf Baekhyun, aku udah punya yang lebih nikmat dari kamu." Dia melecehkannya lagi di balik suara pelan. Baekhyun membencinya sepenuh hati, tapi lututnya sudah nyaris luruh saat ini. Ia perlu diselamatkan. "Sayang...?" Baekhyun bertahan dengan kepala tangan dan tatapan benci, tapi Kris menoleh pada sosok pria tinggi yang kini mendekat pada Baekhyun, melingkarkan lengannya di pinggang ramping wanita itu lalu mengecup puncak kepalanya beberapa saat. "Maaf, kamu nunggu lama?" Baekhyun

menoleh

pada

menatap matanya dengan kalut.

175

Chanyeol

lalu

Raisa Chu Present Tatapan itu dibalas dengan sebuah arti, sejatinya Chanyeol mengerti situasinya dari jauh. Ia mengalihkan atensi dan tersenyum kecil seraya menjabat tangan Kris. "Selamat, Kris." Kris membalas jabatan tangan itu. "Ya, terima kasih." Baekhyun salah fokus dengan nada suaranya yang terdengar tidak secongkak tadi. Chanyeol mengangguk kecil dan kembali menatap

Baekhyun.

"Mau

pulang

sekarang?"

Tanyanya dengan suara lembut seraya merapikan rambutnya ke belakang telinga. Baekhyun menepuk noda debu di bahu Chanyeol lalu mengangguk. "Gue duluan ya, cewek gue enggak betah kalau diajak ke tempat-tempat sepele kayak gini." Kata 'sepele' menandakan sebuah penghinaan. Chanyeol menikmati wajah Kris yang tertohok. Hingga Chanyeol dan Baekhyun berlalu, Kris bungkam cukup lama. Pertama, Kris tidak menduga bahwa Chanyeol bertahan dengan Baekhyun ketika ia pikir pria itu hanya bermain-main mengingat Baekhyun ia anggap tidak lebih dari pelacur.

176

Raisa Chu Present Kedua tentang perlakuan Chanyeol terhadap wanita itu. Tidak, Kris pikir reaksi Baekhyun yang patut dipikirkan, wanita itu terlihat nyaman, kapan terkahir kali ia melihat Baekhyun menatap lembut pada seorang pria? Bukankah dulu hanya kepada Kris saja? Tangan Kris tanpa sadar terkepal. Tentang tangan Chanyeol yang melingkar di pinggang Baekhyun, tentang sentuhannya kepada wanita itu. Sentuhan yang hanya menjadi hak Kris sejak dulu. Dan tepat setelah opening galeri seni berakhir, Kris mengamuk dan merusak semuanya. Berkali-kali meluapkan

amarah

dan

membuat

staf

galeri

kewalahan atas amukannya yang tak beralasan. Sesungguhnya sangat beralasan. Suasana hari Kris menjadi begitu buruk hanya karena menyadari fakta bahwa Baekhyun nyaman disentuh oleh Park Chanyeol, ketika dulu wanita itu mencintai Kris sepenuh hati. "Lo enggak akan pernah bisa lupain gue!" Kris menggeram. "Lo cuma boleh mikirin gue! Pelacur sialan!" Ia mengutuk berulang kali.

177

Raisa Chu Present Berpikir

bahwa

Baekhyun

tidak

layak

berbahagia dengan siapa pun. "Lo itu pelacur gue!" Pikirnya Baekhyun hanya berhak nyaman dengan dirinya. Tidak dengan pria lain. Obsesi iblisnya yang sempat meredam kini kembali mencuat ke permukaan, sejatinya sejauh ini tidak pernah merasakan sensasi candu yang sama dengan wanita lain. Kris merasa harus melakukan sesuatu, ia ingin melihat Baekhyun yang dulu, yang menangis di bawah kakinya dan memohon ampunan.

~oOo~ Baekhyun bungkam sejak kepulangannya dari galeri,

bahkan

tidak

protes

saat

Chanyeol

mengajaknya pulang ke penthouse dan mengatur jadwal dinasnya di puskesmas. Sejatinya Chanyeol ada meeting lagi setelah jam makan siang, tapi Baekhyun tidak urung melepas pelukannya. Chanyeol bergerak sedikit pun dia mengeluh dan protes. 178

Raisa Chu Present Chanyeol tidak menduga, wanita yang kerap bersikap elegan itu amat sangat manja. "Aku ada meeting, yang..." Baekhyun menggeleng. Ia pikir sepuluh menit cukup, tapi dekapan Chanyeol terlalu menenangkan, Baekhyun yakin suasana hatinya yang memburuk akan kembali jika pelukannya dilepas. "Ya, presdir?" "Batalin jadwal meeting siang ini, saya ada urusan." "Baik." Lantas sambungan telfon itu terputus lagi. Chanyeol setia memangku dan memeluknya di sofa, diam-diam merasa bahwa ia berperan penting tentang suasana hati Baekhyun yang memburuk hari ini. Tapi merasa cukup konyol juga sampai harus menundang meeting penting. "Kris bilang apa?" Baekhyun menggeleng, tidak ingin mengulang trauma. "Jangan cemen dong... baru segitu doang." Baekhyun mendongak dan menatapnya. Tidak paham.

179

Raisa Chu Present "Ke depannya kamu bakal sering ketemu sama dia. Enggak apa-apa, nikmati prosesnya. Aku udah janji kan bakal hancurin dia?" Baekhyun ingat janji itu, tapi tidak menduga bahwa Chanyeol serius. "Kamu mah enggak usah capek-capek, cukup liat dan nikmatin." "Dia

dan

keluarganya

fitnah

aku

dan

keluargaku." Baekhyun terdengar mengadu. "Dia muter balikin fakta dan bikin keluargaku jadi cemoohan." Chanyeol mengangguk, tahu alurnya dari orang yang ia bayar untuk mengorek segala hal tentang Baekhyun dan Kris. Baekhyun mulai menggigil dan menunduk dalam. Trauma itu adalah pemicu utama. "We will see, baby..." Chanyeol seperti sedang menghibur anak kecil yang sedih karena tidak mempunyai teman, kurang lebih merasa konyol seperti itu. Hanya karena merasa Kris dan alis angry bird nya itu sangat menyebalkan. Chanyeol sekekanakkan itu.

180

Raisa Chu Present Tidak ada lagi yang bersuara, tapi Chanyeol mulai merasakan sebuah lelap di pelukannya. Ia menunduk dan menatap wajah tertidur itu. "Maaf, aku pinjem pelukannya... aku... takut..." Baekhyun melantur kecil. Chanyeol memindahkannya ke kamar setelah yakin

Baekhyun

terlelap

sepenuhnya.

Lalu

meninggalkannya sendiri di penthouse. Karena pria itu harus kembali ke kantor.

*** Baekhyun terjaga saat hari sudah mulai menggelap. Ia mengusap wajah dan memijit dahinya yang pening. Menekan speed dial setelah beberapa saat. "Hallo, teteh?" "Dek, Abah ada?" "Abah sama Umi ke luar kota, katanya jenguk kerabat yang sakit." "Oh gitu... terus ini kamu di mana?" "Aku nginep di rumah Bibi Heechul soalnya suaminya berangkat melaut lagi." 181

Raisa Chu Present "Oh, ya udah... hati-hati ya..." Lalu sambungan telfon itu diputus lagi. Baekhyun

bangkit

dari

ranjang

dan

memutuskan untuk mandi dan ganti baju. Sejujurnya

masih

tidak

percaya

bahwa

Chanyeol menyiapkan ruang ganti dengan pakaian yang dikhususkan untuk dirinya. Pria itu memang totalitas. Baekhyun berjengkat dari kamar setelah mendengar sandi penthouse berbunyi. Dugaannya benar. Chanyeol pulang, tapi penatnya menguar setelah mendapati sosok mungil itu berlari ke arahnya, memakai gaun tidur tipis lalu memeluknya dengan sedikit berjinjit. Demi

apapun

merasa wajib merasakan

pelukan pria itu. Analgesiknya. "Ahh enak banget..." Chanyeol bergumam setelah menyesap aroma tubuh Baekhyun yang segar, kemudian ia membopong tubuh mungil itu dan memangkunya di atas sofa. Mereka bersitatap selama beberapa saat sebelum, Chanyeol setia meresapi belaian lembut di pipi kemudian menarik pinggang itu agar tubuhnya merapat. 182

Raisa Chu Present

Iblis berbisik merdu, lalu menuntun keduanya untun terjerat dalam sebuah ciuman berhasrat. Mulai terasa sensual di menit pertama lantas saling

memberi

sentuhan-sentuhan

adiktif

di

beberapa menit berikutnya. Dua bibir itu masih setia saling melumat, dua pasang tangan masih saling menggerayangi. Ciuman sensual yang

menuntut

suhu menjadi

sedikit

terprovokasi. Lidah mereka saling berkelit, saliva tercampur oleh bunyi kecipak. Lantas keduanya sepakat untuk berhenti. Baekhyun yang paling banyak terengah, karena ini ciuman pertamanya setelah sekian lama. Waniya itu menggeleng polos saat Chanyeol berniat mencumbu lehernya. "Nanggung..." Chanyeol meratap. "Just our first kiss..." Baekhyun mengingatkan lalu tersenyum maklum saat Chanyeol membenturkan dahi cemerlangnya pada bahu sempit itu berulang kali.

183

Raisa Chu Present

Tujuh Bahu mulusnya diapit oleh sebelah tangan, hingga wanita itu merapat dalam pelukan saat lelapnya memuncak. Hari sudah berganti dan fajar menyingsing di ufuk timur. Juga menjadi hari ke dua mereka kembali berbagai kehangatan di bawah selimut. Chanyeol bilang 'hanya tidur'. Konyolnya hal itu terbukti, mereka tidak melakukan apapun selain tidur. Mereka sepasang pria dan wanita dewasa, melakukan lebih dari itu pun sejatinya bukan masalah besar jika Baekhyun tidak dihantui rasa trauma. Menyedihkan, pikir Chanyeol. Pria itu mengerjapkan mata kemudian melirik wanita yang masih terlelap di atas dadanya. Menghadiahi kecupan kecil di puncak kepala lalu menarik diri dan bergegas ke kamar mandi.

184

Raisa Chu Present Setelah

membersihkan

tubuh,

Chanyeol

kembali. Menatap Baekhyun dengan posisi tidur menyamping, selimut dan gaun tidurnya tersingkap hingga yang terpampang hanya bongkahan bokong sintal dan cetakan panty. Wanita itu begitu mulus tapa celah. Chanyeol menghela kecil, sayangnya tidak menyentuh wanita yang tidak sadarkan diri. Pria itu mendekat dan menarik lagi selimut untuk menutupi tubuh Baekhyun, kemudian bergegas memakai stelan kerja. Pria itu sudah rapi dan tampan berjuta kali lipat, auranya semakin kental jika dahi cemerlangnya ikut bereksistensi. Lantas ia mendekat dan duduk di samping ranjang, mengusakkan hidung di pipi Baekhyun hingga lelap wanita itu terusik. Mereka bersitatap beberapa saat sebelum kemudian berciuman dengan mesra, Baekhyun tidak ingin merusak penampilan Chanyeol, untuk itu hanya sanggup meremas sprei saat tangan pria itu menggerayangi seluruh tubuh dan memberi remasan kecil di kedua payudara. Foreplay tanpa memulai apapun setelahnya, tapi Chanyeol puas hanya dengan membuat bibir Baekhyun bengkak oleh sebab lumatannya pagi ini. 185

Raisa Chu Present "Hari ini aku enggak jemput makan siang." Karena Chanyeol harus berkunjung ke mega proyek. Baekhyun

mengangguk,

pada

akhirnya

melingkarkan lengan di leher Chanyeol saat pria itu kembali melumat bibirnya. "Nanti kamu telat..." Baekhyun mengingatkan saat

Chanyeol

mulai

rajin

mengecupi

leher

jenjangnya. Pria itu mendesah pasrah lalu menarik diri. Sejatinya

menyayangkan

satu

hal,

harus

meninggalkan Baekhyun dengan penampilan bangun tidurnya yang cukup memprovokasi. Belum lagi wangi tubuhnya yang manis seperti susu, gerak alaminya yang selembut permen kapas, lenguhan kecil yang serupa nyanyian bayi. Dia wanita dewasa yang jenaka. Jika tidak dikejar deadline, mungkin Chanyeol akan sedikit berlama-lama mencumbunya. Pria itu menciumnya sekali lagi dan Baekhyun tertawa kecil atas tingkahnya.

~oOo~ 186

Raisa Chu Present

Dan Baekhyun memutuskan menghabiskan jam makan siang dengan Kyungsoo. Kedua

bidan

profesional

itu

sepakat

menyantap makan siang mereka di salah satu restoran di pusat kota, katanya sekalian membeli beberapa keperluan pribadi. "CBS ada diskon gede-gedean! Pokoknya anterin aku ke sana! Mumpung kita punya waktu senggang. "Aku anter, Kyungsoo." Baekhyun menggeleng kecil kemudian menghabiskan makan siangnya. Selesai mengisi perut, mereka lantas menuju tempat yang Kyungsoo rapalkan sejak awal. Mereka tiba di cabang gerai merk pakaian ternama, Kyungsoo berhambur menyapu diskonan tapi Baekhyun sedang tidak punya minat untuk berbelanja. Ia hanya melihat-lihat dengan iseng. "Makanya jalan liat-liat! Buta apa lo?" Baekhyun tersentak kecil lalu menoleh pada Kyungsoo yang tampak berdebat kecil dengan seorang wanita. "Sorry, gue enggak sengaja. Sorry banget..."

187

Raisa Chu Present Baekhyun yakin temannya sudah menunjukan penyesalan dan berkali-kali meminta maaf. "Pantesan barbar! Pecinta diskonan ternyata!" Tapi

wanita

itu

malah

mendecih

dan

mencemooh Kyungsoo hanya karena wanita bermata besar itu tengah menenteng beberapa potong pakaian berlabel diskon. "Minggir lo! Miskin aja sok-sok an masuk ke sini..." "Maaf, tapi saya pikir toko ini enggak pasang aturan kalau cuma yang kaya yang boleh masuk." Baekhyun

menginterupsi,

tidak

tahan

melihat

temannya dihina. "Ini apa lagi gelandangan satu! Oh satu golongan? Orang-orang miskin sekarang kenapa pada enggak tau malu ya?" Baekhyun menghela kecil lalu menggandeng Kyungsoo. "Kamu baik-baik aja kan? Ada lagi yang mau dibeli?" "Gue belum selesai ngomong! Mau ke mana ha?" Wanita tadi menarik tangan Baekhyun. "Iya, mbak? Ada perlu apa lagi?" "Suruh temen lo berlutut sekarang juga! Garagara dia nabrak gue tadi!" 188

Raisa Chu Present "Hmm... yang nabrak enggak sengaja disuruh berlutut, itu untuk kepuasan pribadi kah? Pengen dijunjung?" Perdebatan Baekhyun dengan wanita itu sempat menjadi pusat perhatian. Dia Sunbin, mendekat ke arah Baekhyun. "Berani lo ya sama gue? Perlu gue kasih tau siapa cowok gue?" "Maaf, mbak... itu bukan urusan saya." Baekhyun berpaling lagi dan menuntun Kyungsoo. Tapi Baekhyun tidak dibiarkan begitu saja, ia dihadiahi tamparan keras oleh Sunbin. "B..! Kamu enggak apa-apa kan?" kyungsoo berseru panik menyaksikan Baekhyun ditampar tepat di depan mata. Baekhyun tidak membalasnya, tetap bersikaf elegan hingga akhir, memilih menenangkan Kyungsoo dan mengabaikan Sunbin yang masih terdengar merutuk tak jauh darinya.

*** "Kamu enggak apa-apa kan?" 189

Raisa Chu Present Baekhyun mengangguk dan tersenyum. "Sumpah jahat banget enggak sih cewek itu? Barbar banget!" Baekhyun memutar kemudi dan berhenti di depan puskesmas. Lantas mereka keluar dan Baekhyun disambut oleh pekikan beberapa rekan kerjanya. Sehari saja mereka tidak heboh. Pikirnya. "Ada apa sih?" "Kamu dapet kiriman! Duh si sultan ganteng itu sehari absen ngejemput makan siang langsung deh kirimin sesuatu." Mereka sangat hafal. Baekhyun jadi mulai agak risih dengah kekepoan mereka. "Ini apa?" Baekhyun menatap kotak besar di atas meja. "Buka dong!" Baekhyun

mengabaikan

seruan

rekan-

rekannya lalu membuka kotak itu. Jeritan kecil lolos, Baekhyun syok. Semua orang terbungkam dalam hitungan detik. "Ada

apa,

B?!"

Kyungsoo

berlutut

menenangkan Baekhyun yang tampak kalut setelah melihat isi kotak hadiah. 190

Raisa Chu Present "Ada apa?" "Ada apa?" Kyungsoo bangkit dan memeriksa isi kotak. Dahinya mengernyit kecil saat mendapati satu buket bunga lily putih dan potret hasil ultrasonografi alias USG. Sadar akan kekepoan rekan kerja yang lain, Kyungsoo segera menutup kotak itu dan merangkul Baekhyun. "B..? Liat aku! Liat aku!" Baekhyun masih syok wajahnya memucat menatap Kyungsoo dengan nanar. "Enggak apa-apa... semuanya bakal baik-baik aja..." Baekhyun menggeleng kecil lalu menunduk, tubuhnya mulai sedikit bergetar dan ia tidak bisa tenang. Mulai menebak siapa yang mengiriminya bunga lambang kematian dan foto USG.

~oOo~ Sehun diterima menjadi office boy di salah satu perusahaan terkemuka di pusat kota. 191

Raisa Chu Present Ia menatap gedung pencakar langit itu dengan seksama, merasa tidak asing dengan nama perusaahan tersebut. Park inc. (Park Group) Langkahnya tersendat beberapa saat ketika segerombolan orang-orang berjas itu memenuhi langkah di lantai lobi, tapi yang menarik perhatian Sehun adalah sosok pria berwajah tidak asing yang memimping langkah mereka. "Mereka meminta rapat dadakan segera, presdir." "Atur, jangan sampai ada kesalahan. Presdir? Sehun sedikit terbelakak saat tahu bahwa pria yang pernah mengantar jemput Baekhyun itu adalah seorang presiden direktur perusahaan terkemuka. Sekarang Sehun mengerti kenapa pria itu terlihat begitu kaya. Tapi Sehun masih sedikit terganggu akan satu hal. Di mana ia melihat nama Park Group sebelumnya? Apakah di proposal? Atau mungkinkah persetujuan? 192

di

lembar

kontrak

Raisa Chu Present Sehun harus mengingatnya lagi nanti.

~oOo~ Baekhyun

sakit.

Ia

absen

kerja

dan

menghindari dunia luar. Mengurung diri di kamar lalu menangis sekencang-kencangnya. Abah dan Umi prihatin, mendengar sedikit kabar dari Kyungsoo kenapa putri mereka menjadi begitu depresi akhir-akhir ini. Nyaris setiap waktu menangis dan menjerit. Seperti saat ini. "Neng, istighfar! Astaghfirullah..." Baekhyun meronta di pelukan Abah dan menangis lagi. Sementara

Umi

ikut

menangis

melihat

keadaan putrinya. "Mi..." Abah terlihat serius. "Kita enggak punya pilihan lain..."

193

Raisa Chu Present Selain kembali membawa Baekhyun ke rumah sakit khusus untuk mendapati penanganan kesehatan mental. Mereka

tahu

jiwa

Baekhyun

kembali

terguncang, trauma hebat itu kembali terulang.

~oOo~ Chanyeol sibuk mengurus beberapa hal yang bermasalah dengan mega proyek, sampai harus hilir mudik menemui beberapa kolega penting atau sekedar menghadiri rapat. Selai itu jadwalnya begitu padat selama beberapa hati terakhir, fokus terhadap satu hal dan mengesampingkan hal lain terutama panggilan telfon dari adiknya Baekhyun yang gemar menanyakan hubungan mereka. Chanyeol melonggarkan dasi lalu menengadah lelah, merasa bahwa ia amat sangat penat. Pria itu mempunyai waktu beberapa saat sebelum menghadiri rapat penting yang lainnya, kemudian memanfaatkan waktu tersebut untuk menghubungi Baekhyun. 194

Raisa Chu Present Lima hari berlalu tanpa bertukar kabar, Chanyeol sibuk dan Baekhyun memang jarang menghubunginya duluan. Chanyeol akan mengajaknya makan malam hari ini, tapi ponsel Baekhyun tidak aktif. Ia mencoba sekali lagi dan hasilnya tetap sama. Kenapa ponsel Baekhyun tidak aktif? Chanyeol sibuk bertanya-tanya lalu sadar tidak mempunyai banyak waktu dan bergegas untuk memimpin rapat.

~oOo~ Ponsel Baekhyun masih tidak aktif. Chanyeol memeriksa kotak pesan dan tidak menemukan satu pun pesan dari Baekhyun kecuali satu pesan dari nomor adiknya Baekhyun tiga hari yang lalu. Pesan itu menarik perhatian dan Chanyeol terbelalak kecil saat membuka pesan tersebut Teteh sakit, Abah sama Umi bawa teteh ke rumah sakit kesehatan mental lagi.

195

Raisa Chu Present Chanyeol tertarik dengan kata 'lagi' seolah Baekhyun berlangganan ke sana. Tapi dia kenapa? Chanyeol tidak membiarkan dirinya merasa penasaran lebih jauh lalu bergegas menuju alamat rumah sakit yang dikirim oleh adiknya Baekhyun.

~oOo~ Baekhyun sakit mental? Chanyeol tidak terlalu terkejut, anehnya ia merasa itu manusiawi untuk Baekhyun setelah apa yang wanita itu alami beberapa tahun silam. Justru akan terasa aneh jika Baekhyun baikbaik saja. Jerit dan tangis frustasinya saat ini terasa masuk akal. Chanyeol memperhatikannya dari jauh, saat petugas medis dan kedua orang tua wanita itu kewalahan menenangkan Baekhyun. Kemudian Chanyeol melangkah lebih dekat, semakin dekat semakin terasa bahwa wanita itu amat 196

Raisa Chu Present sangat menderita. Tangisnya berbeda dengan wanita lain. Kehadiran

Chanyeol

sempat

menjadi

perhatian Abah dan Umi. Bahkan saat pria itu berlutut di hadapan Baekhyun dan menahan kedua lenganya yang berontak menolak untuk ditenangkan. "It's

me!"

Chanyeol

menegaskan

kehadirannya. Tenaga mereka tidak seimbang, Baekhyun berhenti meronta lalu mulai menatap Chanyeol dan mencoba untuk mengenalinya. Tangisnya kembali luruh, ia melunak dan menjerit keras di pelukan Chanyeol. "It's okay, Baby... it's okay..." Semua orang terbelalak mengingat Baekhyun yang seperti itu sangat sulit ditangani. Tapi Chanyeol membuatnya bungkam hanya dengan sebuah pelukan. "My babies!" Chanyeol mengangguk, menggali lebih dalam tentang masa lalu wanita itu memang tidak akan ada habisnya. Dia pernah mengandung dan keguguran beberapa kali. Janinya dipaksa melebur menjadi darah segar yang merembes di kaki. 197

Raisa Chu Present Kris pelaku utama. Karena sebuah sensasi dan libido binatangnya, pria itu tega merusak Baekhyun dengan keji. "My babies!!!" "It's okay! They are already in heaven..." Baekhyun mengeratkan pelukannya pada Chanyeol, lalu pria itu meminta semua orang memberinya ruang. Mereka mengangguk paham dan membiarkan Chanyeol menangangi Baekhyun. Konyol. Pikir Chanyeol. Ia

bertindak

sejauh

ini

bukan

untuk

menangani wanita sakit mental, bukan untuk memberinya sejuta pelukan, bukan untuk turut larut ke dalam trauma dan kesedihannya. Chanyeol memejamkan mata, ia pria sibuk, triliuner, si gila kerja yang bahkan kerap mengabaikan beberapa hal yang lebih penting dibanding tangisan pilu seorang wanita naif. Pelukannya mengerat, membiarkan jasnya basah oleh air mata untuk beberapa saat lalu menangkup wajah Baekhyun, mereka bersitatap sebelum kemudian kedua bibir mereka menyatu ke dalam sebuah ciuman lekat.

198

Raisa Chu Present Baekhyun melumatnya, tidak lagi pasif seperti sebelumnya, ia memejamkan mata dan melingkarkan lengan di leher Chanyeol. Pelukan mereka kembali tersemat, tubuh keduanya merapat, pinggan Baekhyun dikekang posesif kemudian ciuman mereka berakhir. Dahi

keduanya

menyatu,

mata

mereka

terpejam kalut. "Let's destroy them together..." Chanyeol menanamkan obsesi itu dengan bisikan lembut di telinga Baekhyun. "Kita pastiin mereka dapet balesan yang setimpal." Atas kondisi Baekhyun yang kini amat sangat menyedihkan. Baekhyun

mengepalkan

tangan,

tatapan

sendunya mulai berapi-api. Chanyeol bukan orang baik, dan ia perlu merubah Baekhyun menjadi jahat untuk melindungi dirinya sendiri, untuk menuntut pembalasan atas kondisinya saat ini. Pria itu memeluknya lagi, menjanjikan sebuah perlindungan. "I'm here for you..." Baekhyun memicing dan meremat bahu Chanyeol, menenggelamkan diri ke dalam dekap dan mengangguk paham. 199

Raisa Chu Present "Baekhyunku..." Chanyeol memberinya pujian dengan usakan kecil di puncak kepala. "Jangan biarin dia bikin kamu terpuruk lagi, kita bikin dia hancur sehancurnya... hum?" Baekhyun

mengangguk

patuh

dan

mengusakkan wajah di dada bidang Chanyeol. Benar, tidak ada salahnya menjadi jahat untuk menyelamatkan diri. Pikir Baekhyun.

*** "Apa maskudnya, nak Chanyeol?" "Baekhyun bergantung sama saya, Bah.. Mi.. jadi saya pikir buat ajak Baekhyun tinggal sementara sama saya... dokter juga nyaranin hal yang sama..." Abah dan Umi saling melempar pandang, merasa

sangsi

meskipun

menyaksikan

sendiri

bagaimana Baekhyun berhasil ditenangkan oleh Chanyeol dalam hitungan menit. Tapi merasa tidak bener melepas Baekhyun meski hanya untuk tinggal dengan kekasihnya sendiri.

200

Raisa Chu Present "Saya

bakal

jagain

Baekhyun,

mudah-

mudahan dia bisa cepet pulih..." Chanyeol sedang berusaha. Mungkin tidak ada salahnya menyetujui saran dokter dan membiarkan Baekhyun tinggal dengan kekasihnya untuk sementara, Abah pikir kehadiran Chanyeol juga berpengaruh besar mengingat kondisi Baekhyun saat ini karena pria di masa lalunya. "Baiklah, Abah memberi izin. Tapi Abah sama Umi minta tolong, jagain anak Abah ya..." Chanyeol mengangguk paham dan bergegas mengurus kepulangan Baekhyun.

~oOo~ Chanyeol memastikan Baekhyun memasang seatbeltnya dengan benar, lalu mengusap puncak kepalanya dengan lembut. Baekhyun bungkam selama perjalanan, hari sudah gelap mereka tiba di penthouse. Baekhyun melengos menuju kamar mereka dan meringkuk di atas ranjang. Ia menatap lurus ke 201

Raisa Chu Present depan, memikirkan nasibnya di masa lalu, lantas merasa begitu menyedihkan dan payah. Tak lama kemudian ia tergelitik dengan bunyi shower dari dalam kamar mandi, kemudian berbalik hanya untuk mendapati Chanyeol terbalut handuk. Mereka

bersitatap

beberapa

saat,

lalu

Chanyeol terpaku saat Baekhyun mendekat dan berdiri di hadapannya. "Hum?" Chanyeol membelai wajahnya. Baekhyun

mundur

satu

langkah,

menanggalkan pakaian tanpa mengalihkan atensi dari Chanyeol yang kini menelan saliva. Baekhyun membuat gerak pelan juga seduktif hingga ia sepenuhnya bertelanjang bulat. "Tidur sama aku malem ini." Chanyeol menggeram kecil lantas mengikis jarak dan mencium Baekhyun dengan sensual. Baekhyun menarik handuk yang melilit di badan Chanyeol laku keduanya sama-sama tak berbusana. Ciuman itu berlangsung panas, Baekhyun terpengal di atas ranjang lalu melenguh panjang saat tubuhnya digerayangi.

202

Raisa Chu Present "Akhh.." untuk seluruh tubuh yang dilumat oleh Chanyeol tanpa melewatkan setiap inci. Seolah sudah menantinya sejak lama. Baekhyun mendorong tubuh Chanyeol lalu bangkit memutari ranjang, ekspresi nakal dan menantang itu membuat Chanyeol tidak berpikir dua kali untuk mengejarnya hingga ke sudut tembok. Wanita itu dicumbu lagi, lehernya dikecupi, payudaranya dilumat kasar. Dan ia mengalihkannya dengan remasan kasar di rambut Chanyeol. Baekhyun dibiarkan menghadap tembok, lalu punggung mulusnya dijilati dan dilumat berkali-kali hingga lenguhan wanita itu meliar saat kedua bokong sintalnya ikut dicumbu dengan sensual. "Naughty girl..." Chanyeol berbisik kemudian melumat telinganya. "Don't talk too much! Make me cum!" Baekhyun menyelinapkan tangan ke belakang lalu meremas batang keras itu dengan sensual, sempat terkejut dengan ukurannya yang luar biasa lalu menuntunya untuk masuk ke dalam tubuh. "Akh!! Akh!!!" Ia membelalak karena Chanyeol menyentak keras tanpa membiarkan penetrasi bekerja lebih dulu.

203

Raisa Chu Present "Akhh! Akhh! Ha!! Nghh!!!" Desahannya meliar. Salah telah membuat Chanyeol terprovokasi. Untuk itu ia tidak diberi ampun. Bunyi khas saat kedua paha saling menabrak menambah kesan sensual. Bersetubuh dalam keadaan berdiri seratus delapan puluh derajat kerap menjadi opsi untuk menggali lebih banyak kenikmatan. "Yes!! Yes!!! Faster! Deeper, Park Chanyeol! Deeper! Akhh akhh!!" Baekhyun meracau liar, menggila saat kedua payudaranya turut diremas sementata area intim dijajah tanpa mengenal tempo dan kompromi. "No no! Hnghh!! Akhh!!" Sementara Chanyeol menggeram serupa singa berulang kali. "Jangan bikin aku marah!" Jika terprovokasi, Chanyeol akan menggila seperti gorila. Baekhyun

mengangguk

keras,

mulutnya

menganga mengeluarkan desah dan lenguh. Ia akan membuat pria itu marah. "Faster! akhhh! Deeper, please! Please!"

204

Raisa Chu Present Seperti yang ia duga tempo itu meninggi, bahkan mendapat hadiah tamparan berulang kali di kedua bokongnya. "Oh! Ouhh!! Hngh! Yyes! Yes!! Like that!" Tubuh mungil itu terombang ambing lalu ia menegang,

pikirnya

Chanyeol

berbaik

hati

membiarkan orgasmenya berlangsung khidmat tapi pria itu membalikkan tubuh dan membopongnya seperti koala. Baekhyun tersentak berulang kali pada tembok, punggungnya terbentur lagi dan lagi saat Chanyeol konsisten menghentak pinggul dengan keras, dengan tempo yang menggila. "Good girl!" Chanyeol memuji untuk tubuh Baekhyun

yang

bergerak dan

menggeliat

liar

dipangkuannya. "It feel so good! Akhhh so good!" Desah Baekhyun menjadi tameng, Chanyeol nyaris terbakar dan ia menghentak keras untuk yang terkahir kali. Baekhyun menjerit dan menggeliat kesetanan lalu mereka menegang bersamaan. "Akh!! Akhh!!" Chanyeol merintih keras saat puncak itu membalut batangnya dengan kenikmatan, 205

Raisa Chu Present ia melebur hingga ke pintu rahim lalu mencumbu wanita itu lagi saat punggung mereka menyentuh permukaan ranjang. Luar biasa. Baekhyun masih menggelapar hebat saat meladeni ciuman sensual Chanyeol, juga lumatannya di kedua payudara. Jika tidak salah ingat, Chanyeol amat sangat suka melumat dada sintal itu. Bayi besar itu. Baekhyun menyisir rambut Chanyeol dan pria itu tidak bisa lepas, membiarkan mulutnya dijejali oleh payudara Baekhyun yang kencang dan besar. Sisa napas yang tersengal bercampur di udara, dengan suhu yang memanas. Mereka bungkam satu sama lain, Baekhyun setia mendengarkan irama jantung Chanyeol, dan pria itu mengusak rambutnya beberapa kali. Baekhyun pikir tekadnya untuk bangkit dari keterpurukan

akan

membuatnya

mengulang

trauma, tapi nyatanya ia merasakan lagi seperti apa nikmatnya bercinta. Sulit dipungkir bahwa kenikmatan surgawi itu tidak layak disepelekan.

206

Raisa Chu Present Baekhyun akan bangkit dan lepas dari masa lalu. Ia akan bercinta dengan Chanyeol setiap kali merasa buruk, karena pria itu ajaib, serupa analgesik. Baekhyun merasa gila, ingin menyerahkan diri sepenuhnya tapi takut mengulang trauma. Wanita itu bangkit dan disambut oleh tatapan sayu Chanyeol. Ia mengigit bibir lalu merangkak turun dan memanjakan area selangkang Chanyeol dengan jilatan sensual, semula dari perut kemudian hingga pada tahap menjejali mulutnya dengan kejantanan Chanyeol yang besarnya nyaris menyamai lengan. "Ouhh..." Chanyeol melenguh, menggila karena kocokan di mulut kecil yang tak kalah sempit dengan lubang surgawi. "Good girl! Ouhh good girl..." Baekhyun tersedak berulang kali karena batang itu nyaris melewati kerongkongan. Matanya memerah, namun ekspresi nakal yang disuguhkan amat

sangat

membuat

Chanyeol

geram,

itu

menyentakkan pinggul ke atas hingga Baekhyun tersedak,

berulang

kali

hingga

semburan

itu

memenuhi rongga mulut dan meluber ke sudut bibir. Serupa susu kental manis yang Baekhyun jilat dengan semangat. 207

Raisa Chu Present "Enak..." katanya. Chanyeol

yang

masih

tersengal

karena

orgasmenya yang ke dua itu terkekeh. Baekhyun

merangkak

lagi

kemudian

memeluknya lagi, mengsukkan wajah di dada bidang Chanyeol. "You're a pro..." Chanyeol memujinya. Jujur. Siapapun tidak akan menyangka bahwa wanita anggun dan elegan itu penyuka hardcore, semi masokis. Masih berada dalam lingkaran aman, dia hanya terlampau liar dan seksi. Permainan harus adil bukan? Chanyeol akan membiarkan orgasme untuk yang ke sekian kali dengan melumat area intimnya dengan sensual. Maka wanita itu mendesah panjang dan menjepit kepala Chanyeol dengan kedua paha karena sensasi menggelitik dan nikmat tiada tara. Setelahnya

wanita

itu

meratap

dan

mengerjapkan mata. "Tell me..." Chanyeol mencium bibirnya, menunggunya memohon.

208

Raisa Chu Present Baekhyun membelai dada bidang itu. "Fuck me again and again, don't mind if I scream, just cum inside me a thousand time." "You know what?" "Hum?" "I like this side of you and I'd like to see a whole lot more." Sisi liarnya tidak sedikit pun melahirkan curiga, Chanyeol justru menggila. Baekhyun merangkak lagi lalu duduk di atas perut Chanyeol, tak lama setelah itu ia meramas payudaranya sendiri seraya menggeliat liar. "I'll show you if you fuck me harder. Deal?" Bagaimana bisa Chanyeol membantah jika yang tersuguhi di depan mata adalah tubuh telanjang seputih susu, bongkahan dada yang sintal dan besar, juga ekspresi nakal yang mengajak. Ya. Chanyeol akan menyetubihnya lebih keras setelah ini. Chanyeol pastikan tidak akan memberinya ampun.

209

Raisa Chu Present

Delapan Pagi itu berbeda bagi Baekhyun, setelah beberapa tahun berlalu. Seks semalam hanya menyisakan dengkur halus kelelahan dari mereka yang kini merapat di bawah selimut. Dipastikan tubuh keduanya masih telanjang di sana. Baekhyun tidak ingat, tapi semalam Chanyeol memberinya orgasme terbanyak. Jika menilik ke belakang Baekhyun tidak pernah orgasme sebanyak itu. Adalah hal wajar jika kini ia merasa tubuhnya remuk. Apakah bahkan Park Chanyeol itu manusia? Dari mana dia mendapat stamina serupa gorila? Baekhyun kelelahan, demi apapun ingin merapat di pelukannya sepanjang hari. Wanita itu meraba perut Chanyeol, bermain di enam kotak coklat

210

Raisa Chu Present kemudian menyapukan telunjuknya semakin ke bawah. Mulutnya membulat saat benda panjang itu mengeras dalam genggaman. Ukurannya masih membuat Baekhyun ngilu. Kemudian ia kembali menarik tangan, mendongak kecil lalu terbelalak karena si pemilik jahat itu sudah terjaga dan menatapnya dengan seksama. "Eh?" Wajah Baekhyun memerah malu, tertangkap basah. "Ngapain?" "Enggak sengaja..." "Oh, ya... ya.. enggak sengaja..." "Beneran!" Baekhyun ngegas. Chanyeol

bergerak

kecil

lalu

menindih

tubuhnya. "Emangnya kenapa kalau sengaja?" Baekhyun menggigit bibir tapi pemandangan itu terlalu sensual di mata Chanyeol. Tak tahan untuk tidak

membuka

menyapukan

kaki

wanita

batang

itu

kemudian

kemaluannya

di

selangkangannya yang menganga. "Shh... A-akhh!!!" Baekhyun menegang saat benda tumpul besar itu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. 211

Raisa Chu Present "Ha-Akhh!!! Akhh!! Hnghh!!" Hangat, kenikmatan

membalut

sesaat

setelah

Chanyeol

dengan

membuka

mata.

Menghujamnya dengan keras hingga jeritan itu mengemuka dengan seksi. Chanyeol tidak tahu kalau Baekhyun gemar memprovokasi. "Tangan nakal ini..." ia kemudian membiarkan Baekhyun menyentuh areanya sendiri dengan tangan nakal itu. "Akh!! Hngh!" Baekhyun menggelinjang. Bagi Chanyeol itu adalah pemandangan paling seksi, melihat Baekhyun bermasturbasi saat tubuhnya dijajah dengan tempo yang pasti. "Lebih keras! Ha-akhh!! Akhh!! Ya! Lagi! Lagi!!! Hgnhh!!" Racauannya pagi ini amat merdu di telinga Chanyeol, ia pun menggila, meremas payudaranya yang terombang ambing lalu menaikan tempo hingga yang tercipta adalah jeritan kenikmatan yang menguar dari mulut Baekhyun. Di puncak, mereka menegang bersama, basah dan terbakar. Melihatnya Baekhyun menganga, Chanyeol tidak tahan untuk tidak menjejali mulutnya dengan

212

Raisa Chu Present sisa sperma yang membaluri batangnya yang masih sangat mengeras. Dan memanjakan

ternyata sisa

Baekhyun

orgasme

tahu

caranya

Chanyeol

dengan

permainan lidahnya yang handal. Tidak terduga.

~oOo~ Dan ternyata dugaan Sehun terbukti. Nama Park Chanyeol tercatut sebagai petinggi utama Park Group, yang tak lain adalah sosok di balik pembangunan mega proyek yang membuat pak rt terobsesi mengusir warga kampung agar diakuisisi oleh para korporat serakah itu. Sehun menelitinya dengan seksama lalu mengingat lagi kehadiran Chanyeol di kampung asmara tempo hari. Ada apa? Apa yang terjadi? Haruskah Sehun mencari tahu lebih jauh? Karrna demi apapun perasaannya tidak nyaman. 213

Raisa Chu Present

~oOo~ Chanyeol melihatnya menjerit frustasi ketika sampai di penthouse. Suasana hati wanita itu kembali terusik, ia tampak syok seperti kemarin, mungkin Chanyeol tidak harus membiarkannya sendirian dan memikirkan banyak hal. Pria itu mengusap wajahnya yang lelah lantas memberinya pelukan. Berharap wanita itu berhenti menangis, karena Chanyeol cukup lelah hari ini. Sejatinya konyol membuat dirinya sendiri repot dengan membiarkan Baekhyun ikut tinggal. Mungkin lain kali Chanyeol tidak akan menggugu rasa iba. Pada akhirnya pria mengutuk diri sendiri, untuk apa marah-marah sendiri ketika Baekhyun hanya akan menangis sebentar lalu terkulai di pelukannya? Itu mudah bukan?

214

Raisa Chu Present Chanyeol mengeratkan pelukan pada si mungil yang kini terlelap di pangkuannya. Kemudian ia meringis saat celananya merasa sesak. Mungkin karena penampilan Baekhyun malam ini. Dia wanita pintar yang tahu harus memakai stelan seperti apa jika malam hari. "Jangan ke mana-mana..." "Aku di sini..." Lalu Baekhyun menarik sayu tengis di dalam lelapnya. "Bayiku... Kris yang bunuh bayiku... dia maksa aku buat minum..." "Should I kill him?" Baekhyun menegang di pelukan, Chanyeol membelai punggungnya yang sempit. "You still love him, I guess." Baekhyun menggeleng dan mengecupi leher Chanyeol. "Hate him so much..." "Look at me." Baekhyun mengerjap, aroma tubuh Chanyeol terlalu kuat hingga lelapnya terusik. Lalu mereka bersitatap. "Dia ngelecehin aku lagi waktu kita kemarin pergi ke galerinya..." "Dia bilang apa?"

215

Raisa Chu Present Baekhyun menunduk dalam lalu salah fokus pada selangkangan Chanyeol yang mengembung. Tatapannya kembali tertuju pada Chanyeol tapi perlahan jemarinya bergerak, menurunkan zipper Chanyeol tanpa sepengetahuan pria itu. Baekhyun merapat dan memeluknya lagi, di saat yang bersamaan menggesekkan pinggulnya dengan seduktif. "Dia bilang udah punya simpenan yang lebih segalanya dari aku--Akhhh!!!" Baekhyun mendesah saat rudal itu berhasil melesak masuk melalui celah g-string yang ia selipkan. "Ha'akhh!!!" Wanita itu mendongak seraya memeluk leher Chanyeol, menaik turunkan tubuhnya perlahan tapi pasti. Semula masih terkejut dengan tingkah binal Byun Baekhyun, tapi Chanyeol terhibur dan geram di saat yang bersamaan, untuk itu gaun tidurnya menjadi korban, pria itt merobeknya hingga Baekhyun compang camping. Chanyeol melempar bra itu ke sembarang arah lalu melumat kedua payudaranya hingga Baekhgun menjerit kenikmatan. "Hngh!! It's too big! Akhh! Feel so good! Park Chanyeol! Akhh! Akh!!"

216

Raisa Chu Present "Yes, say my name!" Chanyeol menahan kedua bokong sintal itu kemudian menghujamnya dari bawah. "Park Chanyeol! Harder! Fuck me harder! Sshh! Ouhh! Feel so good, yes! Yess like that!! Akhh!!!" Wanita itu menggila. Sejatinya dia seperti mempunyai dua kepribadian yang bertolak belakang, di balik gerak dan geriknya yang anggun dan elegan, dia menyimpan obsesi terhadap seks dengan menggebu-gebu. Apa yang telah Kris lakukan kepada wanita itu hingga dia menyimpan sisi binal yang tidak terduga? Byun Baekhyun benar-benar sakit, pikir Chanyeol. Dan ia berfirasat bahwa akan sangat sulit meredam obsesi Bakehyun terhadap seks, karena dia seorang hyper. Ya. Masalah terbesar Byun Baekhyun yang berhasil Chanyeol gali hingga mereka menegang dan orgasme secara bersamaan adalah bahwa wanita itu menderita gangguan kelainan, hiperseksual. Di menit ke sekian setelah ejakulasi, Chanyeol menatap punggungnya yang ringkih tertutup setengah selimut. Pria itu menghela panjang lalu bangkit dari

217

Raisa Chu Present ranjang, menarik sekotak rokok dari nakas lalu menghisapnya di balkon kamar. Apa yang terjadi? Wanita malang, dan Chanyeol memperburuk keadaan karena berpikir akan memanfaatkan celah cacat itu untuk memperoleh keuntungan. "Ayolah, brengsek... jangan membiarkan dirimu terlihat sama dengan Kris." Chanyeol bergumam kecil. Tentu,

sisi

lain

dalam

dirinya

tidak

membenarkan tindakan itu. Tapi semua orang atau bahkan keadaan mendesaknya untuk bergerak lebih jauh. Chanyeol kebanggaan mereka, ia tidak pernah gagal dan membuat semua orang kecewa. Chanyeol akan menyelesaika mega proyek itu, bagaimana pun caranya kampung asmara harus ia rebut, termasuk mengorbankan si mungil yang kini memeluknya dari belakang. Chanyeol berhenti memainkan asap rokok, lalu berbalik dan membopong tubuh Baekhyun ke dalam. Kembali

bercumbu

mesra

menungganginya seolah dia hewan peliharaan.

218

dan

Raisa Chu Present Jerit dan desah kembali mengemuka, tapi Baekhyun tampak kegirangan saat bokongnya di tampar hingga memerah. "Lagi! Lagi!!!" "Lagi?

How

dirty!"

Lalu

Chanyeol

menghukumnya lagi dengan hentakan keras. "Yes! Yes!! Hnggh!" Si binal itu menggila dan minta disetubuhi lagi dan lagi. Orgasme berulang kali, menggoda Chanyeol tanpa

henti,

membalutnya

memanjakan dengan

kehangat,

ereksinya dan

lagi,

tumbang

bersamaan. Terakhir kali Chanyeol orgasme di wajahnya yang kecil, hingga wanita itu kegirangan dan menjilatinya serupa menikmati lelehan susu. Baekhyun

meneliti

penampilannya

yang

berantakan, tubuh yang mengkilap oleh keringat, rambutnya yang lepek juga wajah yang masih di penuhi noda sperma. Tapi

pemandangan

itu

indah

di

mata

Chanyeol. Pria itu terobsesi untuk melihat penampilan yang sama esok hari. Baekhyun meringis saat bergerak menuruni ranjang, perih di area selangkangan. 219

Raisa Chu Present Ketika kembali dari kamar mandi setelah membersihkan

wajah, Baekhyun

terpaku pada

punggung tegap Chanyeol karena pria itu tidur dengan posisi tertelungkup. Baekhyun menggigit bibir, amat sangat menyukai tubuh pria itu. Menarik selembar gaun tidur tanpa lagi memakai dalaman, Baekhyun merangkak lagi di atas ranjang dan tidur menyamping menghadap Chanyeol yang tampak terlelap. Menatapnya lamat-lamat dan memberi belaian kecil di pipi. "Kamu tu ganteng..." gumam Baekhyun seraya mengukur tinggi hidung Chanyeol yang menyebalkan. "Si ganteng sultan kalau kata temen-temenku di puskesmas." "What is that means?" Baekhyun menatap matanya yang kini terjaga, mereka terikat lebih jauh karena tatapan itu. "It is just handsome-rich-man." "They are realistic." Baekhyun tersenyum lembut, hingga Chanyeol salah tingkah. Ia pikir sisinya yang selembut itu telah menguap, tapi ternyata dia masihlah Byun Baekhyun, bahkan caranya menatap sungguh menyesatkan. "You look beautiful with your nightie..." 220

Raisa Chu Present Pujian itu yang membuat Baekhyun berpikir untuk menyambut kepulangan Chanyeol dengan penampilan gaun tidur yang khas. "Beliin aku lebih banyak..." Chanyeol mengecup punggung tangannya berulang kali. "Aku kosongin jadwal besok atau lusa, kita berangkat ke Paris." Hanya untuk membeli gaun tidur. Well, si ganteng sultan itu. "Terbaik!" Baekhyun merapat dan masuk ke dalam dekap. "Aku suka wangi kamu." "So do I..." Baekhyun seperti perpaduan stroberi dan sigaret. "Mau lagi boleh enggak?" Chanyeol menepuk dahi, belum lagi ekspresi wajah Baekhyun saat memintanya lagi, serupa bocah kecil yang meminta izin ayahnya untuk menambah porsi es krim. "Aku capek yang... baru pulang terus kamu jajah." "Kok jadi aku yang jajah? Kan kamu yang pegang kendali dari awal..." Baekhyun membeo, mempertahankan integritas sebagai seorang wanita yang tidak mau disalahkan.

221

Raisa Chu Present "Tapi kan kamu yang mulai..." Chanyeol ingat kok siapa yang menurunkan zippernya terlebih dahulu. Baekhyun memalingkan wajah. Kenapa seolah hanya dia yang menikmati persetubuhan mereka? Sadar perubahan wajah Baekhyun, Chanyeol menghela napas lalu menariknya ke dalam pelukan. "That was amazing... you're a pro. Proud of you, baby..." "Really?" Chanyeol

mengangguki

dengan

pasti,

menyanjungnya hingga senyuman wanita itu sampai di kedua mata. Anehnya

Chanyeol

senang

melihatnya

tersenyum seperti itu. "Kalau gitu kamu pasti mau lagi kan?" Chanyeol meringis lagi. "Itu mah kamu!" "Terus

kamu

enggak

mau?"

Baekhyun

memasang wajah sedih lagi. Chanyeol

ampun-ampunan.

"Mau

kok..."

daripada besoknya tidak diberi jatah. Baekhyun cengengesan. "Lima kali lagi ya?" "Ampun, ampun!" Chanyeol mendesah pasrah. Sepertinya besok akan telat ngantor. "Cium boleh enggak?" 222

Raisa Chu Present Karena belum dicium oleh Chanyeol. Pria itu menatapnya lagi keheranan kemudian menangkup wajahnya dengan hati-hati. "Tadi maen masukin enggak pake izin... sekarang mau cium aja izin dulu?" Baekhyun tidak tahu, ia meringis kecil dan tersenyum ketir. "Aku... aneh ya?" Tidak. Chanyeol tidak terganggu itu artinya Baekhyun tidak aneh. Kemudian ciuman lembut tersemat di bibir Baekhyun, dibalas dengan halus. "Suka..." kata Baekhyun lalu memeluknya erat. "Besok-besok jangan lupain ciumnya..." Chanyeol terkekeh, mengapa atmosfernya menjadi begitu jenaka? "Yang tiba-tiba buka resleting celana aku siapa?" "Aku..." "Nah, terus yang lupain ciumnya berarti siapa?" "Aku..." "Jadi yang mesti dihukum siapa?" "Aku..." "Bagus... sekarang nungging."

223

Raisa Chu Present Baekhyun mengerjap beberapa kali baru paham, ia berjingkrak kecil kemudian menurut. "Masukinnya yang enak..." Wanita

itu

terlalu

vulgar.

Chanyeol

menggeleng-gelengkan kepala. "Akhh!! Akhh! Suka! Suka! Hnghh!!!" Kemudian Baekhyun meracau ini dan itu, menuntut

tempo

yang

lebih

cepat,

meminta

memasukinya lebih dalam dan keras. Jerit dan desahnya mulai terasa merdu dan candu di telinga Chanyeol.

~oOo~ Informan itu membeberkan beberapa hal terkait masa lalu Baekhyun kepada tuan Park hingga membuat kedua alis pria paruh baya itu menyatu dengan lekat. Tentang skandal seks Baekhyun dengan seorang pria. "Siapa dia?"

224

Raisa Chu Present "Kris Wu. Kurator terkenal sekaligus putra dari Wu Yuan, salah satu kolega bisnis Park Group." Bagaimana bisa semua orang terhubung dengan wanita muda bernama Byun Baekhyun tersebut? "Apa anak saya tau?" "Sepertinya tuan muda sudah tau, ketua." Tuan Park mengepalkan tangan, tapi tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan, jika Chanyeol tahu masa lalu kelam wanita itu maka putranya itu tidak mempunyai alasan untuk menjalin hubungan dengannya jika tidak mempunyai tujuan penting. Tuan Park amat sangat mengenal putranya. Lalu kecurigaannya atas keputusan Chanyeol mendekati Baekhyun bermuara di satu dugaan kuat. Bahwa Chanyeol menggunakan Baekhyun untuk memuluskan rencananya dalam mega proyek. Tentang kampung asmara dan sesepuhnya yang tak lain adalah ayahnya Baekhyun. Tuan

Park

akan

memberi

Chanyeol

kesempatan menunjukan konsistensinya sebagai seseorang yang beliau percaya untuk bertanggung jawab atas kesuksesan perusahaan.

225

Raisa Chu Present Ya. Tuan Park akan memberi putranya waktu mengurus segala hal dengan caranya sendiri.

~oOo~ Abah meminta Sehun untuk mengantarnya ke kota guna membeli berbagai keperluan bertani. Sehun mencarikan sewa mobil pick up dan mengantar Abah. "Saya tau Bah toko pupuk yang bagus, soalnya suka nganter pak erte juga." "Oh, bagus dong." Karena toko pupuk langganan Abah sedang tutup. "Tapi agak jauh dari sini Bah, enggak apaapa?" "Enggak apa-apa, itung-itung jalan-jalan jang kasep." Sehun mengangguk kecil kemudian melajukan mobilnya menuju toko pupuk yang lain. "Kamu kapan selesai kuliah Hun?" "Sebentar lagi sidang, Bah... doain ya..." 226

Raisa Chu Present "Oh pasti, Abah doakan lancar ya ujang..." Sehun mengangguk lagi. "Ngomong-ngomong, apa rencana kamu kalau udah tamat kuliah jang?" "Cari kerja tetap, Bah..." "Bagus itu, tapi Abah titip pesan, jangan dijadiin beban... hidup mah mengalir aja, kalau dapet itu namanya rejeki, enggak dapet berarti belum rejekinya... dibawa santai aja..." "Iya, Bah..." Sehun akan mengingat pesannya. Abah berdeham kecil. "Tapi kalau enggak ada banget mah kamu nikah aja lah, tau si Mimi ponakan Abah yang tinggal di Ciraos enggak?" Sehun meringis, seingatnya makhluk bernama Mimi itu yang mengejarnya hingga ke pematang sawah tempo hari. Aa Ehun... Sehun menggelinjang geli. "Si Mimi itu masih jomblo, kalau mau nanti Abah comblangin..." Bukan jomblo lagi, tapi perawan tua. Sehun ingat kelakuannya bermain peri-perian di ladang warga. Jangan sampai makhluk kayangan itu mampir lagi ke kampung asmara. 227

Raisa Chu Present

Sehun

kapok

karena

nyaris

kehilangan

keperjakaannya. "Si Mimi itu bisa dikandangin aja enggak Bah?" Celetuk Sehun lalu mengutuk dirinya sendiri karena keceplosan. "Apa?" Tapi beruntung Abah tidak mendengarnya. Tiba-tiga ponsel di saku Abah berdering, ia sengaja meminjam ponsel si bungsu jika kebetulan ada keperluan mendesak. "Ini teh gimana ngangkatnya?" Abah tidak paham

fungsi

touchscreen

sehingga

Sehun

membantunya menggeser tombol hijau. "Halow?" "Abah...?" "Eh, neng? Ini kamu?" "I-iya, Bah... Abah lagi di mana? Kok hape si bungsu ada di Abah?" Senyum Abah merekah untuk nada suara Baekhyun yang terdengar baik-baik saja. "Ini Abah lagi di kota mau beli pupuk. Kamu baik-baik aja kan neng? Sehat nak?" "Aku baik..."

228

Raisa Chu Present Abah mendesah lega, bebannya terangkat. Sejak kemarin tidak enak makan dan tidur karena memikirkan keadaan si sulung yang kini tinggal dengan kekasihnya. "Abah sama Umi sehat juga kan? Si bungsu?" "Alhamdulillah baik, neng... kamu fokus sama kesehatan kamu aja ya..." "Iya... Abah sama siapa ke kota?" "Ini dianter sama si ujang..." Baekhyun tahu siapa yang dimaksud. "Oh gitu... bilangin sama Sehun bawa mobilnya hati-hati gitu ya, Bah..." "Iya neng... terus gimana kabar nak Chanyeol?" Mendengar nama itu Sehun menoleh sekilas. "Dia baik kok, Bah... katanya titip salam buat Abah sama Umi..." Abah tersenyum kecil. "Nanti Abah sampein ke Umi... kamu baik-baik ya neng... jaga kesehatan.." "Iya, Abah juga..." "Enggak apa-apa nangis kalau udah kerasa sulit banget, tapi jangan sampe berlarut-larut. Anak Abah kan kuat... tangguh..." "I-iya..."

229

Raisa Chu Present Petuah seorang ayah tidak pernah gagal melahirkan kesan haru yang mendalam. Di seberang sana Baekhyun menahan tangis. "Ini Abah udah sampe, nanti Abah suruh si bungau telfon kamu lagi..." "Iya, hati-hati, Bah..." Sambungan telfon itu terputus dan Abah bergegas membeli beberapa keperluan, dibantu oleh Sehun.

~oOo~ Baekhyun mengganti mantel yang Chanyeol kenakan karena warnanya sedikit kurang cocok. Hari ini mereka punya jadwal terbang ke Paris. Chanyeol menatapnya lekat, sejatinya ingin sekali merusak lipstik merah menyala di bibir Baekhyun, dengan ciuman sensual. Tapi wanita kerap kali

mengagungkan

waktu

berjam-jam

digunakan untuk merias diri. "Kamu enggak ada baju lain apa yang?"

230

yang

Raisa Chu Present Maksudnya yang tidak perlu memamerkan belahan dada meskipun hanya sedikit. "Kamu lupa? Ini baju yang ada di ruang ganti, itu artinya kamu yang beliin." Sejujurnya asisten Chanyeol, tapi pria itu tidak tahu ada model baju seperti itu. Chanyeol mencoba menutup belahan dada itu tapi sia-sia saja. Baekhyun menggeleng maklum dan membelai wajahnya setelah selesai mendandani pria itu dengan stelan mantel yang pas. "Enggak usah banyak protes..." "Tapi ini sedikit..." Baekhyun mengecup bibirnya agar pria itu diam. "Berangkat sekarang?" Chanyeol

mendengus

kecil

kemudian

mengangguk. Paris menjadi tujuan utama, Chanyeol berniat menjajani Baekhyun dengan stelan gaun tidur, mungkin juga set lingerie, g-string keluaran terbaru, bonusnya menginap di hotel mewah, dan bersetubuh hingga lelah.

231

Raisa Chu Present

~oOo~ Baekhyun berjingkrak senang saat mereka sampai di salah satu hotel mewah di pusat Paris. Jetlag nya menguap karena fakta bahwa kini ia berada si kota sejuta cinta, impian semua orang. Chanyeol dengan sigap menahan pinggang ramping itu saat pemiliknya berlari ke arahnya dan melingkarkan leher. "Bathtubnya luar biasa! Aku mau berendam..." "Ya udah, sana..." "Sama kamu, yang... nanti kita maen..." Chanyeol mengernyit saat mode mesum Byun Baekhyun menyala. "Kamu enggak capek emangnya?" Baekhyun menggeleng dan tersenyum lebar. "Ayo buruan..." rengeknya seraya melepas mantel dan kaos yang Chanyeol kenakan. Bentuk tubuhnya yang atletis membuat Baekhyun betah memeluknya. Hangat. Analgesiknya.

Pelukan

penyembuh,

dan

Baekhyun selalu baik-baik saja setelah didekap olehnya.

232

Raisa Chu Present "Ayo yang... kita maen di bathtub!" Baekhyun merengek lagi lalu berseru senang saat tubuhnya ditelanjangi oleh Chanyeol dan dibopong menuju kamar mandi. Selanjutnya jerit dan desah itu menggema dari dalam sana. Sepertinya Baekhyun sedang disetubuhi dengan keras.

233

Raisa Chu Present

Sembilan "Badan aku sakit semua..." Chanyeol melirik kekasihnya lalu menyeka mulut. "Gimana enggak sakit minta dihajar terus..." Baekhyun menyampirkan anak rambut ke belakang telinga. "Kamu tu harusnya nahan aku..." "Mana bisa nahan orang aku pengen juga yang..." "Iya kan? Enak kan..." Chanyeol memperhatikan si mungil yang pagi ini mengenakan floral dress. "Padahal enggak lagi telanjang..."

ia

bergumam

dan

mengusap

selangkangan, ada yang bangun di sana. Hanya karena melihat penampilan Baekhyun seanggun itu. Wanita itu memang berbahaya. "Akhir-akhir ini cuma bayangin wajah kamu doang aku tegang, yang..." "Dih... jorok banget." "Enggak jorok, manusiawi..."

234

Raisa Chu Present "Enggak manusiawi lah, enggak semua orang bayangin wajah seseorang langsung tegang. Itu mah kamu nya aja yang mesum." Masa sih? Chanyeol berpikir keras. "Terus ini gimana? Ngilu..." Baekhyun

mengikuti

arah

jari

telunjuk

Chanyeol lalu menelan saliva melihat celananya mengembung. "Kok... tegang?" "Iya, cuma liatin kamu sarapan doang padahal." "Mesum!" Seru Baekhyun lalu beranjak dari sofa setelah selesai dengan sarapannya. Chanyeol pikir wanita itu keberatan, tapi ternyata dia mendekat dan berlutut. "Mau aku isep enggak?" Chanyeol membeo untuk kalimat vulgar itu, persetujuannya tidak diperlukan karena setelahnya Baekhyun menurunkan zipper dan mengeluarkan batang keras itu dengan kedua tangan. "Gede banget! Aku suka!" Katanya dengan kegirangan lalu mencium setiap inci kejantanan itu. Chanyeol mendesis kecil untuk cumbuan yang disematkan oleh Baekhyun. 235

Raisa Chu Present Sejatinya ukuran jumbo itu belum terbiasa masuk dan muat ke dalam mulut Baekhyun, tapi wanita

itu

memaksakan

kehendak

hingga

kerongkongannya tersedak. Mulutnya penuh, matanya berair. "Cantik..." Chanyeol memujinya. "Isep." Lalu memerintahnya. Baekhyun menurut lalu menghisap batang berurat itu dengan kuat hingga desah keras Chanyeol mengemuka. "Ha...akkhh!" Chanyeol tidak perlu meracau panjang untuk membuat Baekhyun tersanjung, erangannya saja sudah membuat wanita itu bersemangat untuk memberinya kenikmatan lebih. Lantas hisapan itu berubah menjadi kocokan dengan tempo yang intens, Baekhyun bercinta dengan mulutnya. "Akh! Babe...!" meremas

rambut

Chanyeol menegang, lalu

Baekhyun

dan

mendesak

tenggorokan wanita itu dengan keras sebelum membuat tersedak oleh sperma. "Aku nggak mau liat ada setetes pun yang keluar." Itu peringatan, Baekhyun menelannya tanpa keberatan. Kemudian tersenyum manis pada 236

Raisa Chu Present Chanyeol yang kini tersengal karena orgasme pertamanya pagi ini. "Mulut aku ngilu..." kata Baekhyun setelah duduk di pangkuan Chanyeol. Lalu mereka berciuman dengan mesra. "Hari ini mau ke mana?" Chanyeol meremas payudaranya yang sintal. Baekhyun menggeleng kecil karena tidak mempunyai opsi. "Chanyeol..." "Hum?" "Aku percaya sama kamu..." Ada apa dengan nada suara Baekhyun terdengar berbeda. "Kamu... enggak bakal ninggalin aku kan?" Wanita naif itu. Bukankah belajar dari pengalaman? Bukankah seharusnya tidak lagi mudah menaruh kepercayaan hanya karena nyamannya sebuah pelukan yang Chanyeol berikan? "Aku tau... enggak seharusnya lancang, tapi... kamu laki-laki pertama yang dateng ke rumah dan ngomong sama Abah... kamu juga yang berusaha buat deketin aku meskipun aku nolak." Meskipun pria itu amat sangat pemaksa.

237

Raisa Chu Present Tapi Baekhyun salah paham. Chanyeol tidak mendekatinya karena menyimpan rasa, tapi karena sebuah tujuan. Chanyeol semakin lengket dengannya bukan karena tertarik, tapi mengetahui fakta bahwa wanita itu hebat dalam urusan seks. Terlepas dia hiperseksual atau menderita gangguan kelainan lain, yang pasti saat ini Chanyeol gemar menyetubuhinya. Ia kecanduan. "Aku... mau mencoba buat ngebuka hati lagi..." Setelah sekian lama terjebak dalam ketakutan dan trauma. Sudah banyak pria yang Baekhyun tolak. "Aku... aku mau berdamai sama keadaan." Kecupan lembut tersemat di bibir Chanyeol. "So, stay by my side... I think I need you..." Untuk

dekap

hangatnya

yang

terasa

melindungi. "Will you?" Chanyeol tidak menyahuti ucapannya tapi menghadiahi bibir mungil itu dengan ciuman mesra. Apa itu artinya Chanyeol sudah membuat Baekhyun jatuh ke dalam perangkapnya?

238

Raisa Chu Present

~oOo~ "Yang, kaki aku pegel..." Baekhyun merengek setelah mengelilingi shopping center dan memasuki satu persatu toko dari brand mewah dan terkenal di dunia. Chanyeol memanjakan wanita itu dengan branded stuff yang memenuhi belasan kantung belanja. "Yang..." Baekhyun merengek lagi. "Mau udahan aja? Ini cukup?" "Lebih dari cukup..." "Okay, besok kita lanjut ya?" Sebelum lusa, dimana jadwal kepulangan mereka ditetapkan. "Ini udah banyak banget." Baekhyun bahkan tidak tahu berapa ratus ribu dollar yang Chanyeol habiskan untuk memanjakannya. Dan mereka bercumbu di dalam limusin. Tali dress

Baekhyun

sudah

berantakan,

payudara

menyembul keluar, bahkan Chanyeol memberi tanda cinta di leher jenjangnya.

239

Raisa Chu Present Baekhyun mundur perlahan, lalu melepas gstring dan melemparnya ke wajah Chanyeol. Wanita itu mengangkang, memamerkan area intim kemudian memajukan telunjuk agar Chanyeol mendekat. Peka, Chanyeol menurukan zipper. Meski sedikit sulit karena ruang yang terbatas tapi rudalnya berhasil melesak masuk ke dalam tubuh Baekhyun. "Akhhh! Feel so good!" Baekhyun meronta agar

Chanyeol

bergerak

dan

ia

benar-benar

dimanjakan oleh pria itu. Hentakannya membuat Baekhyun sinting dan meracau diselingi desah liar. "Akhh! Feel so good, baby!" Baekhyun menjerit nikmat untuk setiap gerak pinggul Chanyeol yang membabi buta. Lamanya perjalanan membuat seks mereka semakin bergejolak, lantas di menit ke sekian puluh Chanyeol menyentak kuat dan merangsek pintu rahim Baekhyun dengan spermanya. "Hnggh!!" Lenguh si munggil saat Chanyeol menarik diri. Cairan putih kental itu pun meleleh dari liang surgawi.

Baekhyun

yang

mengangkang

tersengal juga penampilan yang berantakan.

240

seraya

Raisa Chu Present Sempurna.

Chanyeol

menghadiahinya

kecupan lembut di dahi.

*** Kejutan lain tak kalah mendebarkan. Berkalikali Baekhyun menatap dengan binar kagum pada menara eiffel yang dilihatnya langsung tak jauh dari meja makan restoran yang sudah Chanyeol reservasi. Mereka makan malam romantis di sana. Senyum

kecil

terus

merekah

di

bibir

Baekhyun, ia melirik Chanyeol lagi dan menatapnya penuh haru. "It's perfect!" Baekhyun berseru. "Do you like it?" "Yes, of course!" Wanita mana yang tidak suka diperlakukan dengan manis, diajak makan malam romantis. Chanyeol menatapnya dengan lekat, sadar bahwa Baekhyun cocok dengan gaun yang ia belikan. Dia cantik.

241

Raisa Chu Present

*** Tapi manusia selalu ada aja sialnya. Setelah makan malam romantis, mereka memutuskan untuk pulang, tapi limusin yang dipesan mengalami kendala. Sejatinya mereka sudah dekat dengan area hotel. Langsung saja memutuskan untuk berjalan kaki. Tapi Baekhyun mengeluh sakit kaki, sejatinya tidak terbiasa memakai heels. "Sakit, yang..." ia merengek

lagi

saat

Chanyeol

berlutut

dan

membukakan sepatu tinggi yang ia pakai. Kakinya lecet, Chanyeol berdecak kecil lalu memunggungi Baekhyun. "Naik..." katanya. Itu artinya Chanyeol berniat menggedongnya. "Eh? Tapi..." "Enggak apa-apa..." Baekhyun menggigit bibir lalu mengangguk patuh saat Chanyeol melempar tatapan galak. Kemudian Chanyeol menggendongnya di punggung, mereka menelusuri jalan pintas menuju 242

Raisa Chu Present hotel, kini berada di bawah pohon-pohon yang berdiri di sepanjang jalan. "Eh ada bintang jatoh, yang..." Baekhyun berseru menunjuk langit. Dan Baekhyun membuat satu permohonan. "What is it?" "Hum?" "Your wish..." "It's a.... secret!" Lalu Baekhyun mencium pipi Chanyeol dari belakang. Tangannya melingkar erat di leher, sesekali menyesap aroma bahu tegap pria itu Chanyeol konsisten menggendongnya hingga kamar karena kaki wanita itu lecet. Ia lantas membaringkannya di ranjang, lalu mengusap puncak kepala Baekhyun dengan pelan. "Thanks for tonight..." Baekhyun menatapnya lekat lalu mencium bibirnya. "I'm so happy... thank you, baby..." Chanyeol

membelai

wajahnya

dengan

seksama, mereka bersitatap cukup lama tanpa bersuara. Lalu Baekhyun bangkit dari posisi tidur kala menyadari sikap Chanyeol yang janggal. "Hum? Any problem?"

243

Raisa Chu Present Chanyeol menggeleng dan menyisir rahang Baekhyun lalu mencium bibirnya dengan lembut. Ciuman itu disambut, Baekhyun meremas dada Chanyeol lalu merambah membelai rahangnya. Mereka konsisten berbagi saliva dan saling melumat lalu menarik diri, dahi keduanya menyatu, napas mereka tersengal. "Fuck me..." bisik Baekhyun. "Whenever you feel bad or your day is ruined, just fuck me and forget everything..." "Why?" Baekhyun mengangkat sebelah alis. "Huh?" Tapi Chanyeol tidak menyahut dan memilih bangkit dari ranjang. Baekhyun menggeleng, tidak ingin pria itu menjauh, lantas mengejarnya menuju balkon. "Apa ada yang salah?" Baekhyun tidak tahu apa yang membuat pria itu mendadak melankolis. "Sayang..." Baekhyun ditarik lalu dipeluk dari belakang. Bahu dicumbu dengan mesra. "Aku nanya, yang..." "Everything is okay..." "You sure?" 244

Raisa Chu Present Chanyeol

mengangguk

lalu

menyelipkan

jemarinya di antar bongkahan bokong Baekhyun, menyelinap

melalui

g-string

lalu

membelai

permukaan intimnya dengan seduktif. "Sshh!!

Yang...!"

Baekhyun

mendesis,

kepalanya menengadah dan bersandar pada dada Chanyeol, sementara wajahnya menghadap langsung ke arah bulan purnama. Seolah tengah memberitahu bahwa ia sedang merasakan nikmat. "Hngh! Akhh!" Untuk dua jemari Chanyeol yang masuk ke dalam tubuhnya. "Kamu udah sebasah ini cuma karena kita ciuman?" Chanyeol mengocok tangannya lebih cepat hingga Baekhyun menggelinjang hebat. "Akkhh! Sayang... hmmhh!! Ampun! Akhh! Hngh!" Baekhyun nyaris merosot dan luruh jika Chanyeol tidak menahan perutnya yang ramping. Chanyeol menarik tangannya untuk keluar lalu menuntun kejantanannya dan melesak dengan keras. Bakehyun membelalak hebat lalu mendesah keras. "Ha'akhhh!!! Lebih cepet! Akhh!" Wanita itu berpegangan pada pagar besi dan tubuhnya terpentok berulang kali. "Yang! Akhh! Nikmat sayang! Hnngh!! Lebih keras!" 245

Raisa Chu Present Dengan

senang

hati,

Chanyeol

suka

mendengar bagaiman paha mereka saling beradu. "Akhh! Sial! Akhh oouh!" "No! No!! Akhh! Baby!" Chanyeol menyentaknya berulang kali, tidak peduli dengan jeritan Baekhyun, ia membungkamnya dengan ciuman. Demi apapun Chanyeol suka bercinta dalam posisi berdiri. Itu memberinya kenikmatan lebih. "Hnnh! Hnnh!" Baekhyun menggeleng keras, jika Chanyeol sudah membabi buta dalam temponya itu artinya pria itu akan sampai. Lantas tubuh mereka menegang. "Ha'akhhh!!!" Chanyeol mendesah panjang saat rudalnya muncrat di dalam sana. "Akhhh!" Menyentaknya dengan kuat seolah ingin merangsek pintu rahim wanita yang ia setubuhi di balkon hotel itu. Baekhyun nyaris luruh jika Chanyeol tidak dengan sigap merengkuhnya ke dalam gendongan dan membawanya masuk ke dalam. Baekhyun menahan tangan Chanyeol saat pria itu hendak menjauh lagi. "Ke kamar mandi dulu..."

246

Raisa Chu Present Tapi Baekhyun merengut hebat, tidak ingin ditinggal walau hanya ke kamar mandi. Merasa

tidak

ada

pilihan,

Chanyeol

membopongnya untuk ikut. Si koala yang melingkarkan kaki di pinggang prianya. Mereka kembali dari kamar mandi dengan keadaan sudah bertelanjang bulat. Lalu berbaring di atas ranjang dan menarik selimut. Baekhyun bersandar pada dadanya yang bidang lalu sunyi menguar lagi. Ia menengadah untuk memastikan Chanyeol masih terjaga tapi harus disambut oleh tatapannya yang mendalam. "Kalau aku buat kesalahan fatal, yang bikin kamu kecewa, terpukul dan sakit hati. Apa yang bakal terjadi setelah itu dengan kita?" "Kesalahan fatal..." Baekhyun bergumam, mungkin benar ada yang tidak beres dengan Chanyeol karena sikapnya sejak pulang dinner. "Manusia bikin kesalahan fatal yang sama berulang kali, aku enggak tau kenapa tapi aku ngerasa kamu bisa kasih alasan kuat kenapa kesalahan fatal itu terjadi."

247

Raisa Chu Present "Apa kamu bakal kasih ampunan?" Chanyeol benar-benar terusik dengan ucapan Baekhyun saat mereka makan malam. Kamu enggak bakal ninggalin aku kan? Baekhyun tersenyum lembut dan menatapnya dengan lembut juga. "Aku kan udah hilang, aku mau ngebuka hati

lagi...

enggak apa-apa, manusia

tempatnya salah dan dosa. Bahkan sejak awal aku enggak

menghakimi

laki-laki

itu."

Baekhyun

memakluminya. Meski benci setengah mati, tapi tidak pernah secara langsung menyerangnya. Baekhyun berlapang dada. Entah mengapa, Chanyeol merasa begitu bersalah saat ini. Ikatan macam apa yang terjalin dengan Baekhyun akhir-akhir ini? Tapi Chanyeol yakin itu bukan karena sebuah rasa yang mencuat. Tidak. Chanyeol pikir masih terlalu dini. "Sayang..." "Aku dengerin kamu..." Baekhyun menyahut dengan lembut. "Aku pemimpin tertinggi Park Group..."

248

Raisa Chu Present Baekhyun dan senyumannya yang halus. "Aku tau, sayang..." Chanyeol memejamkan mata beberapa saat. "Park Group yang udah mengakuisisi semua wilayah di sekitar daerah kampung asmara." Baekhyun

mengerjap

beberapa

saat,

mencerna lebih jauh ucapan pria itu. "Mega proyek Dreamland itu aku yang buat." Ke mana saja Baekhyun? Sibuk menggugu libido sampai tidak tahu bahwa pria yang ia tiduri adalah korporat si perusak? "Aku pemimpin tertinggi mereka. Aku yang menggagas proyek itu dari awal. Aku yang..." "Apa yang kamu lakuin di kampung asmara malem itu?" Saat

insiden

Chanyeol

kecelakan

dan

terdengar

lain,

menerobos ladang warga. Suara

Baekhyun

mulai

Chanyeol maklum jika dia merasa syok. "Buat ketemu sama sesepuh di sana. Nyoba buat negosiasi." Baekhyun

menarik

diri

dan

mencoba

mencerna segala hal. Lalu merasakan pelukan kecil di belakangnya. "Lalu... lalu... kita... kamu deketin aku..." 249

Raisa Chu Present "Jadiin kamu tameng, sejauh ini berusaha buat manfaatin kamu karena kamu anak Abah... aku juga yang udah ngehasut ketua rt." Chanyeol membeberkan segala hal hingga membuat tubuh Baekhyun menggigil. Wanita itu menunduk dan menggeleng kecil saat pelukan Chanyeol mengerat. Tidak.

Jangan

membuatnya

nyaman.

Baekhyun ingin marah tapi pelukannya memberitahu hal lain, bahwa pria itu sanggup memberinya ketenangan. Bukankah

Baekhyun

sadar

telah

dimanfaatkan? "Kenapa?" Chanyeol menciumi bahunya dengan lembut. "Kenapa kamu kasih tau semua ini sama aku?" Benar. Baekhyun berpikir rasional, jika Chanyeol jahat maka pria itu akan bungkam hingga akhir. Baekhyun berbalik dan menatapnya dengan mata yang memerah basah. "Because you've been hurt before..." Chanyeol tidak ingin menjadi brengsek seperti Kris. Ia tidak mau menjadi alasan kedua Baekhyun

250

Raisa Chu Present terpuruk dan trauma. Seharusnya tidak peduli, tapi sesuatu dalam dirinya berkata lain. "Aku enggak mau nyakitin kamu." Setelah semua yang terjadi pada wanita itu. Chanyeol acuh terhadap beberapa hal, bahkan jahat. Tapi wanita yang kini berkaca-kaca itu hanyalah Byun Baekhyun. Sesederhana itu. Dan tangis Baekhyun luruh. "Oh don't cry, please... aku salah, hum? Maafin aku... aku salah..." Baekhyun menangis keras atas jawaban Chanyeol. Mengetahui fakta bahwa perasaannya begitu diperhitungkan oleh pria itu. Prianya. "Sayangku..." Baekhyun tersedu-sedu dan memeluknya erat. Chanyeol menarik diri dan menangkup wajah mungil kekasihnya. "K-kamu enggak marah?" "Gimana mau marah! Aku lemah sama laki-laki yang berkata jujur." Dan Park Chanyeol menyempurnakan cara pandang Baekhyun terhadapnya. "Tapi aku secara langsung manfaatin kamu... aku jahat, yang..."

251

Raisa Chu Present Baekhyun menggeleng kecil. "Makasih udah jujur, itu yang terpenting. Aku bakal marah besar kalau tau hal ini belakangan dan bukan dari mulut kamu langsung..." Itu poinnya. Chanyeol menemukan poinnya. Khawatir kalau Baekhyun marah besar karena tahu hal itu dari orang lain. Mereka

berbagi

dekap

dengan

penuh

emosional. "Aku salah. Maafin aku..." Sekali lagi, ikatan apa sesungguhnya yang terjalin begitu saja di antara mereka? Mengapa perasaan Chanyeol kepada wanita itu menguat? Perasaan apa? Chanyeol pun tidak tahu, ia hanya merasa terikat kuat dengan Baekhyun. Jika diingat lagi mereka hanya sibuk bercinta, dan sisanya berdebat kecil. "Aku

salah...

maafin

aku."

Chanyeol

mengulangnya. "Terus setelah ini apa?" Baekhyun bertanya-tanya tentang obsesi Chanyeol terhadap kampung asmara. Ia mendengar banyak hal tentang pemilik mega proyek itu dari Umi. 252

Raisa Chu Present Secara tidak langsung Chanyeol menjadi buah bibir di kampung asmara. Hela kecil lolos, Chanyeol tidak tahu. "Kalau aku enggak berhasil mengakuisisi kampung asmara, investor mungkin pada narik diri. Dan proyek yang udah setengah jalan bakal dihentikan." Kenapa serumit itu konsekuensinya? Baekhyun mulai membuka hati dan mencoba untuk memahami satu hal, yakni usaha Chanyeol dalam mencoba untuk mengakuisisi kampung asmara. Ternyata pria itu tengah dinanti oleh kemelut panjang di perusahaannya. Terang saja dia adalah pemimpin tertinggi. "Apa aku bisa bantu?" Chanyeol mengerjapkan mata karena terkejut dengan pertanyaan Baekhyun. "Kamu enggak bakal mau kalau disuruh bujuk Abah buat nyerahin kampung asmara." "Kita pake cara lain... pasti ada cara lain, yang..." "Apa? Aku udah muter otak buat cari cara. Solusinya tetep kampung asmara." Baekhyun menggigit bibir, mulai ikut merasa pusing. Bagaimana dengan Chanyeol selama ini? 253

Raisa Chu Present Baekhyun didekap lagi dengan erat. "Aku salah. Maafin aku..." Pria itu terdengar begitu menyesal. Baekhyun membelai wajahnya dengan lembut. "Kita cari solusinya bareng-bareng, hum?" "Waktuku

enggak

banyak,

yang...

para

pemegang saham udah ngedesak aku buat rampungin proyek itu." Baekhyun mengangguk dan menenangkan pria itu. "Aku ngerti... aku tau sayang... kita pikirin nanti, hum?" Karena Baekhyun juga mulai memikirkan beberapa solusi tanpa harus membiarkan prianya mengusik kampung asmara. "Kamu bujuk Abah dong..." "Ish!" Baekhyun memukul lengan kekasihnya. Chanyeol

meringis

seraya

menggaruk

tengkuk. "Kita cari solusi lain... aku bakal bantu kamu, yang..." Baekhyun ditatap dengan lembut. "Harus, aku butuh kamu..." "Buat diapain?" "Diwikwik." "Park Chanyeol!" 254

Raisa Chu Present "Kamu suka kok aku telanjangin..." Chanyeol mengangkat bahu. "Yang!!!" "Hum?" Chanyeol menurunkan kepala lalu melumat payudara kekasihnya. "Yang, serius dulu! Gimana solusinya?" Tapi Chanyeol tuli dan memilih berbaring seraya menyedot ujung payudara kekasihnya. "Bayi... ini bukan waktunya buat nyusu..." Chanyeol suka saat rambutnya disisir oleh jemari

Baekhyun,

ia

semakin

keenakan

dan

melanjutkan aksi menyusu, tanpa mengindahkan peringatan Baekhyun. Wanita yang kini mulai pasrah saat kedua payudaranya dijarah. Tapi tak lama kemudian Baekhyun mendengar suara napas Chanyeol yang teratur, dan senyum kecil terulas saat mendapati kekasihnya terlelap dengan mulut yang masih terjejali payudara. Sesekali melakukan aksi sedot-menyedot. Definisi sesungguhnya tentang bayi raksasa. Dan Baekhyun dengan dunianya, membelai rambut Chanyeol seraya menatap langit-langit kamar. Tentang mega proyek yang Chanyeol pimpin.

255

Raisa Chu Present Kepalanya

semakin

pusing,

Baekhyun

mencebi lalu memilih menelusupkan tangan ke dalam celana Chanyeol dan mengusik si junior dengan mengurut batangnya, sensual hingga dia terbangun dan menegak. Baekhyun terkekeh kecil, setia mengurut batang keras itu hingga desahan kecil Chanyeol yang berasal dari alam bawah sadar mengemuka. Baekhyun menarik selimut, lalu merangkak kecil ke atas tubuh Chanyeol dan melesakkan batang keras itu ke dalam tubuhnya. Ia konsisten menaik turunkan tubuh seraya menutup mulut agar desahannya tidak mengemuka. "Akhh! Hngh!" Tapi gagal. Wanita itu mulai rajin memanjakan liang surgawinya dengan tumbukan intens dan konsisten hingga di beberapa menit kemudian wanita itu menegang dan orgasme dengan hebat. Lemas dan luruh di atas tubuh kekasihnya. "Gede banget sih yang... nikmat..." gumamnya seraya mengecupi dada bidang Chanyeol. Tanpa tahu bahwa sudut bibir kekasihnya itu terangkat. Chanyeol tersenyum kecil di balik matanya yang setia terpejam lalu membiarkan si mungil menikmati sisa orgasme dan terlelap di atas tubuhnya. 256

Raisa Chu Present

Sepuluh "Akhh! Hnghh!!!" Kesalaan fatal Baekhyun adalah membiarkan rudal jahat itu bersemayam di tubuhnya semalaman, maka adalah hal yang wajar jika ia terbangun dalam keadaan tengah disetubuhi oleh kekasihnya. Wanita itu meronta dari alam bawah sadar setelah merasakan hentakan cukup kuat di bawah tubuhnya. Desah keras mengemuka, Baekhyun tidak akan memberontak karena itu sebentuk hukuman yang Chanyeop berikan. Wajah mengantuknya

benar-benar

membangkitkan libido Chanyeol hingga ke awangawang, pria itu bertambah ganas dan menyentakkan spermanya berulang kali. Baekhyun menggelepar di atas ranjang, tubuhnya bergetar tapi suka dengan orgasme pertamanya pagi ini.

257

Raisa Chu Present "Jadi, kenapa buwung puyuh tau-tau ada di dalem pagi ini?" Baekhyun menggigit bibir. "Kayaknya aku ngigo deh semalem." Lalu berdeham kecil dan bangkit dari ranjang. "Oh ya? Ngigo kok sampe naik ke tubuh aku sih?" "Ish, enggak tau ya! Mau mandi!" Chanyeol tertawa keras, tidak menduga bahwa Byun Baekhyun mengelak telah melakukan hal nakal semalam.

~oOo~ Jadwal penerbangan pulang mereka dari Paris telah ditentukan dari kemarin, kini keduanya duduk berdampingan di kabin bisnis. "How's Paris?" "It's fantastic!" Baekhyun tersenyum senang. Apalagi tentang dinner romantis mereka.

258

Raisa Chu Present Bukankah Park Chanyeol selalu tahu caranya menjadi bertambah menawan? Chanyeol mengusak pipi Baekhyun dengan ibu jari. "Yang..." "Hum?" "Aku kayaknya mesti balik lagi ke kampung asmara." Chanyeol mengangkat sebelah alis. "Kenapa?" "Kenapa gimana? Kan rumahku di sana..." "Penthouse kita enggak nyaman buat kamu?" Baekhyun menggeleng lalu membelai wajah Chanyeol. "Kayak enggak tega gitu ninggalin Abah sama Umi, apalagi si Adek kan udah mulai mau masuk universitas..." Tapi Chanyeol merasa keberatan melepas Baekhyun. "Abah udah percayain kamu ke aku..." Baekhyun tahu, untuk itu ia mencoba membujuk

prianya.

"Aku

udah

baik-baik

aja

sekarang..." "Aku enggak yakin..." Chanyeol mendebatnya lebih jauh karena Baekhyun masih sering meracau dalam tidurnya.

259

Raisa Chu Present "Kamu enggak mau bikin Abah sama Umi cemas kan?" Karena Chanyeol yang tahu celah untuk meredam trauma Baekhyun. "It's okay, parents know what is best for us..." Benar. Dan Baekhyun juga perlu dipeluk oleh Chanyeol setiap saat. "Tapi nanti aku boleh pulang kan sesekali?" Chanyeol terkekeh lalu mengusak rambut wanitanya. "Masa enggak boleh?" "Terbaik!" Baekhyun mencium pipinya dengan mesra. Tapi senyumannya berkurang saat seorang pramugari memasuki kabin dan membuat mata Chanyeol jelalatan. "Yang..." Chanyeol tersentak kecil lalu meringis saat kekasihnya memicing kecil. "A-apa?" "Mau jelalatan aja?" Pramugarinya cantik dan seksi. "Enggak jelalatan..." Baekhyun

menatapnya

memalingkan wajah.

260

datar

lalu

Raisa Chu Present Dan Chanyeol diabaikan selama perjalanan berlangsung. Belasan jam dihabiskan dengan ekspresi masam Baekhyun. Hingga mereka sampai di penthouse. Baekhyun memilih membersihkan tubuh dan tidur terlebih dahulu. Chanyeol

seharusnya

mulai

mengurangi

kebiasaannya menatap para wanita dengan mata jelalatan,

bukankah

alasannya

jujur

terhadap

Baekhyun adalah karena sebuah rasa? Meskipun belum terlalu mendalam. Chanyeol

selesai

mandi

dan

menyusul

kekasihnya naik ke ranjang, menatap punggung mulus yang mengintip di balik gaun tidurnya yang tipis lalu memutuskan merengkuhnya dalam pelukan. "Tadi tu khilaf..." "Emang dasarnya seneng jelalatan kok." Baekhyun menyahutinya. "Enggak lagi-lagi..." "Aku ngantuk!" "Sayang..." Chanyeol meringis lagi, tahu bahwa Baekhyun bukan wanita yang mudah dibujuk. "Manusia kan tempatnya salah dan dosa..."

261

Raisa Chu Present "Tapi

nyebelin

kalau

hal

itu

dijadiin

pembelaan, udah tau salah!" "Ya maafin lah... spontan aja..." "Di depan aku aja berani jelalatan loh kamu." Baekhyun menepis tangannya. "Apa kabar nanti pergi ke Singapore buat perjalanan bisnis? Sendirian! Bebas deh jelalatan dan godain wanita mana pun." "Suudzon tu dosa..." Chanyeol mengecup bahu kekasihnya, tidak menduga bahwa si cantik yang pandai

goyang

ranjang

itu

ternyata

seorang

pencemburu. Baekhyun mengabaikannya. "Yang..." Chanyeol dan tangannya yang mulai nakal. "Enggak ada jatah ya malam ini!" Mutlak. Baekhyun menciptakan jarak. Dan Chanyeol mengerang tanpa bersuara. Kapok deh jelalatan lagi. "Maafin kenapa sih yang?" Baekhyun tuli dan memejamkan mata. "Besok aku pulang telat loh, banyak kerjaan. Enggak bakal kangen?" "Kan kamu bisa jelalatan sama wanita lain." "Emangnya rela aku sama wanita lain?"

262

Raisa Chu Present Baekhyun spontan berbalik dan mendelik seraya mendesis berbahaya. "Ampun, yang..." "Enggak!" Sekali tidak ada jatah tetap tidak ada.

~oOo~ Dan Chanyeol tak henti-hentinya marahmarah di kantor. Karena tidak dapat jatah. Baekhyun konsisten dengan rasa kesalnya. Si keras kepala itu. Chanyeol

memijit

dahi

saat

tim divisi

marketing memasuki ruangannya. "Influencer saat ini memiliki impact yang kuat terhadap strategi pemasaran, jadi kami berencana mengontak beberapa influencer terkenal untuk mempromosikan

mega

proyek

Bagaimana menurut anda?"

263

kita,

presdir.

Raisa Chu Present Chanyeol pusing, terserah mereka saja. Sejak pagi menahan ereksi dan hanya Baekhyun yang terngiang dalam benak. "Saya percaya kinerja kalian, lakukan yang terbaik." Pria itu jadi sembrono dalam memutuskan sesuatu. Meskipun tim divisinya dipastikan akan melakukan yang terbaik. "Jadi, nantinya akan ada beberapa influencer terkenal yang kami rekrut untuk mempromosikan masing-masing fasilitas yang ada di Dreamland. Semua fasilitas yang bersifat umum sudah nyaris selesai

dibangun, dan

kami

masih menunggu

konfirmasi pembangunan wisata air yang anda janjikan." Kampung asmara yang sejak awal Chanyeol incar untuk membangun wisata air terbesar di Asia. Pria itu mendengus keras lalu memijit dahi. "Ya. Saya masih harus

mengkonfirmasi

beberapa hal." Hanya itu yang terucap. Lantas Chanyeol membiarkan mereka kembali mengerjakan sesuatu. Pria itu bangkit dari sofa dan menuang segelas vodka. Apa yang harus dilakukannya sekarang? 264

Raisa Chu Present Obsesi Chanyeol terhadap kampung asmara masih begitu besar, tapi tidak bisa juga mengabaikan fakta bahwa itu adalah hal sensitif di tengah-tengah hubungannya dengan Baekhyun. Chanyeol bisa saja acuh dan memikirkan diri sendiri, tapi semakin ia mencoba untuk egois maka semakin sulit pula lepas dari sebuah fakta bahwa hubungannya dengan Baekhyun mulai menarik. "Telfon aku kenapa baru diangkat?" Tapi Baekhyun tidak menyahut, di seberan sana hanya terdengar hela napas yang tidak teratur. Seperti tersengal. "Yang?" Wanita itu masih diam. "Baekhyun?" "Dia... dia hubungin aku dan... dan ngancem mau sebar video... video aku sama dia dulu... a-aku takut! Aku takut!" "Dia..." Tapi Chanyeol keburu peka. "I'll be there, baby. Don't panic! Okay? You hear me?" Tapi yang terdengar hanya isak tangis. "Batalin jadwal saya hari ini dan besok." Sekretaris itu membeo saat mendapati bos besarnya berlari dengan kalut. 265

Raisa Chu Present

~oOo~ "Hey... hey, aku di sini..." Baekhyun luruh di pelukan Chanyeol sesaat setelah pria itu pulang. "Gimana ini? Gimana? Dia... dia enggak mungkin mau sebarin aib aku kan? Chan!" Pertama, Chanyeol harus menenangkannya, meredam tangisnya. Pria itu menangkup wajah dan mencium bibirnya dengan lembut. Sesuai dugaan wanita itu melunak, dia melingkarkan lengan di leher Chanyeol. Ciuman yang terjalin benar-benar didasari oleh rasa putus asa, dan mereka tersengal setelah saling menarik diri. "Aku udah janji kan sama kamu kalau aku bakal hancurin dia?" Baekhyun

menatapnya

nanar

lalu

mengangguk. "Aku enggak bakal biarin dia nyentuh kamu. Aku janji."

266

Raisa Chu Present Tapi Baekhyun panik dan takut. Pernah merasa sekalut itu saat keluarga Wu memutar balikan fakta di hadapan media. Dan Baekhyun mencemaskan kedua orang tuanya saat ini. "Aku mau pulang." Chanyeol mengalah, kecupan lembut di dahi adalah persetujuan mutlak.

~oOo~ "Ini malem jumat loh yang..." "Iya? Terus kenapa?" "Enggak besok pagi aja pulangnya?" Baekhyun membelai pipi Chanyeol. "Maunya malem ini." Terdengar

seperti

rengekan

di

telinga

Chanyeol hingga pria itu tancap gas lagi. "Hmm... pohon jengkol aman kan ya..." Baekhyun tersenyum maklum. "Aman kok..." Tapi Chanyeol ragu. "Malem jumat ini yang..." "Mau nginep aja? Tapi nanti kamu tidurnya di pos ronda sama yang ngeronda..." 267

Raisa Chu Present Chanyeol

menggaruk

tengkuk.

"Banyak

nyamuk enggak? Tidur sama kamu aja kenapa sih?" "Mau dibawain golok sama Abah?" Chanyeol memasang wajah masam. "Nanti aku pakein lotion anti nyamuk, sayang... lagian seru kok ngeronda... enggak pernah kan?" Triliuner jempolan disuruh ngeronda. "Tapi..." Chanyeol menghentikan mobilnya di jalanan yang cukup sepi dari lalu lalang kendaraan. "Satu ronde dulu yuk di sini..." "Astaga... sempit yang..." "Di belakang... junior sakit banget daritadi siang..." "Itu kan ulah kamu sendiri jelalatan sama cewek!" "Kan udah minta maaf. Janji enggak bakal ulangin lagi." "Nanti boong!" "Enggak lah, yang..." Baekhyun menggigit bibir lalu menatap kekasihnya yang kini memelas. "Hmm... ya udah, tapi... yang keras, kocoknya yang cepet..." Chanyeol menyentakkan kepala karena mode mesum kekasihnya mengemuka.

268

Raisa Chu Present Lalu mereka sepakat untuk pidah ke kursi belakang. Baekhyun ditelanjangi dan dicumbu dengan mesra, kedua payudaranya selalu tak luput dari lumat dan sedotan hingga wanita itu menggelinjang kenikmatan. Selang beberapa saat mereka berciuman, tentang pertukaran saliva dan belit membelit lidah tak pernah luput dari kesan sensual. Baekhyun meremas rambut kekasihnya lalu menengadah, memberinya akses untuk mencumbu leher jenjang itu dengan seksama. "Masukin yang..." "Apanya?" Chanyeol menggodanya. Baekhyun

menggigit

jari

telunjuk

lalu

membuka kakinya lebar. "Junior masukin ke sini..." dengan suara parau seksi, seraya menunjuk liang surgawi. Chanueol menggila, tanpa pikir panjang menghajar Baekhyun dengan hentakan kasar. "Hahh!!! Good boy! Hngh! Faster, baby--akh!!!" Suhu ruang yang terbatas kian memanas, Chanyeol menyentaknya tanpa ampun, hanya peduli tentang cara menggugu nafsu birahi.

269

Raisa Chu Present "Akh! menyeringai,

Akhh!!

Park!

menggigit

bibir

Ohh!" dan

Baekhyun mengangkat

dagunya menantang. Hukumannya remasan sensual di kedua payudara, wanita itu menggelinjang senang. Jika ada yang memperhatikan, mobil itu bergoyang tak lazim selama satu jam. "Yes! Yes!! Cum inside me! Hah! Akhh!! Baby feel so good!" "Ha'akhhh!!! Akhh!!!" Desah keras Chanyeol untuk spermanya yang menyembur pintu rahim Baekhyun. Si cantik yang kini menyeringai lagi lalu melenguh panjang saat tubuhnya kembali dicumbu dengan kecupan sensual Ia tertawa kecil untuk setiap inci tubuh yang tak luput Chanyeol tandai sebagai miliknya. Chanyeol menarik diri, seperti biasa terpaku dengan lelehan sperma dari liang surgawi berwarna pink menyegarkan. Kombinasi yang membuatnya selalu merasa sinting. Baekhyun

sengaja

mengoreknya

dengan

jemari lalu menjilatinya dengan sensual, kerlingan

270

Raisa Chu Present nakal itu. Chanyeol berjanji akan menyetubuhinya dengan keras hingga wanita itu kewalahan. "Mantul..." Baekhyun sampai di pangkuan kekasihnya, sengaja duduk tepat di bawah rudal jahat yang masih menegang, hingga benda itu kembali masuk ke dalam tubuhnya. "Kamu kok sempit banget sih?" Baekhyun memainkan telinganya yang lebar dan lucu. "Matching sama punyamu yang sebesar rebung itu kan?" "Iya rebungnya kamu masukin lagi barusan, bandel banget heran..." Baekhyun cengengesan kemudian mencium Chanyeol dengan sensual. "Kapan-kapan honeymoon yuk?" "Kemarin bukannya honeymoon ke Paris?" Baekhyun bertanya. "Itu mah pemanasan..." Chanyeol melempar cengiran. "Pemasannya aja bikin aku gempor..." "Ke Maldives mau enggak?" Baekhyun tersenyum kecil. "Aku manut..." dan ia kegirangan karena kecupan lembut di dahi. "Lagi yuk?" Chanyeol tertawa. "Ketagihan kan?" 271

Raisa Chu Present "Iya lah, dari kemarin enggak dimasukin." "Kan kamunya ngambek..." "Akkhh!!" Desah keras adalah jawaban karena wanita itu menaik tubuhnya seirama. Dia pro. Chanyeol tidak peduli dari mana asalnya keahlian Baekhyun memuaskannya di atas ranjang, setiap orang memiliki masa lalu, dan Chanyeol terlalu sibuk untuk menugurusi masa lalu orang lain.

~oOo~ Pria itu berdiri menghadap sebuah lukisan. Seorang pria lain berdiri di belakangnya. Fakta menarik sedang dibicarakan. Kris

berbalik

dan

berbicara

informannya. "Mega proyek?" Park Chanyeol dan kampung asmara. "Iya, tuan." Kris mengangkat sudut bibir.

272

kepada

Raisa Chu Present Mereka sedang membahas seorang pria yang Kris gali hingga ke akar. Tentang sosok Chanyeol yang belakangan membuat tengkuk Kris pegal. "Jadi dia ngedeketin Baekhyun biar bisa mengakuisisi kampung asmara?" Melalui Abah. "Iya, terus Park Chanyeol nyuap beberapa orang buat ngebantu dia termasuk ketua rt setempat." Kris terkekeh renyah, bukankah seharusnya sekarang ia bisa tenang karena sepertinya Baekhyun masih tetap malang? Haruskah Kris membiarkannya dan menunggu kehancuran Baekhyun untuk ke sekian kali? Baik, jika hubungan Chanyeol dan Baekhyun hanya sebatas obsesi untuk meraup keuntungan, maka Kris tidak perlu merasa cemas karena melihat wanita itu tersenyum. Prinsipnya memang masih sama, tidak akan membiarkan Baekhyun bahagia dengan pria lain. Baekhyun hanya boleh bahagia hanya dengan memikirkan Kris saja. Dia tidak harus bahagia dengan pria lain.

273

Raisa Chu Present

~oOo~ Dan Chanyeol memutuskan untuk menginap saja setelah merasakan bulu kuduknya meremang saat melewati pohon jengkol di dekat tugu. Chanyeol tidak tahu hantu itu ada atau tidak di sana, karena yang pasti ia enggan bertemu lagi dengan hantu bakul itu. Kapok. Tidur di pos

ronda

pun

benar-benar

diperhitungkan. "Nanti Sehun dateng jemput kamu..."kata Baekhyun seraya mengolesi lotion anti nyamuk di wajah, tangan dan kaki Chanyeol. "Sehun lagi? Kamu kayaknya demen banget sama dia..." Baekhyun tersenyum lembut. "Anaknya baik kok..." "Yang..." Chanyeol celingukan di dalam ruang tamu itu. "Tidur sama kamu aja lah..." bisiknya seraya meratap. "Nanti

Abah

denger!"

memperingati. "Neng..." 274

Baekhyun

Raisa Chu Present Lalu mereka menegakkan posisi duduk saat Abah kembali ke ruang tamu. "Ini sarung Abah, ada yag baru juga. Terserah nak Chanyeol mau pake yang mana..." Sebenarnya Chanyeol tidak pernah menduga akan terjebak dalam keadaan yang mendesaknya untuk memakai sarung khas warga yang hendak pergi meronda. Jangankan sarung, merondanya pun masih tidak bisa Chanyeol percaya. "Yang mana aja..." Chanyeol manut pilihan Baekhyun. "Kalau gitu Abah tinggal tidur duluan ya nak..." Abah terlihat lelah, mungkin karena seharian berada di ladang. "Yang ini ya?" Baekhyun mulai memberi opsi sarung mana yang akan Chanyeol pakai. "Eh? Jangan yang ini." Chanyeol menolak opsi ke dua. "Ini warnanya kaya jubah babi ngepet, yang. nanti aku disangka babi ngepet terus digebukin warga gimana?" Baekhyun ingin tertawa, tapi menahannya. Karena tidak mau membuat Chanyeol merengek lagi ingin tidur dengannya. Dan opsi terakhir sudah ditentukan. 275

Raisa Chu Present

Chanyeol terpaksa membungkus tubuhnya dengan sarung itu. Wajahnya masam. "Lagian ya kenapa sih mesti ada hantu bakul?" Baekhyun juga tidak tahu. Tak lama kemudian Sehun datang. "Gih..."'

Baekhyun

mendorong

punggung

Chanyeol hingga keluar rumah. Wanita itu terkekeh dan

menggeleng

maklum

atas

tingkah

laku

kekasihnya. Sementara itu Chanyeol dan Sehun mulai melangkah menjauhi rumah Baekhyun menuju pos ronda, letaknya tidak terlalu jauh. Belum

apa-apa

Chanyeol

sudah

heboh

menepuk-nepukan tangan akibat nyamuk yang mengerubungi. "Mangsa empuk." Gumam Sehun. "Masih jauh enggak?" "Udah deket." Chanyeol berdecak dan sibuk baku hantam dengan nyamuk. "Kalian pacaran?" Chanyeol tidak tahu kalau pemuda itu kepo. "Bahkan tidur satu ranjang." Sahutnya dengan barbar. Sehun membeo panjang. 276

Raisa Chu Present Chanyeol terhibur dengan reaksinya. Ia mengangkat kedua tangan, yang satu membentuk angka nol yang satunya membentuk angka satu, lalu angka satu itu dimasukkan ke angka nol. Tampaklah aksi masuk-memasukkan yang ambigu. Sehun mengernyit jijik dan Chanyeol tertawa keras dan menepuk bahu pemuda itu. "Lo serius sama teteh?" Chanyeol berdeham kecil lalu mengangkat alis. Seperti ada yang janggal dengan pertanyaan Sehun. "Gue tau lo siapa." Celetuk Sehun. Lalu menunjuk gemerlap kota impian di seberang kampung asmara. "Punya lo kan?" Darimana Sehun tahu? Ternyata dia tidak senaif yang Chanyeol pikir. "Bae-bae lo serius sama teteh, firasat gue enggak enak sejak tau lo CEO Park Group." Chanyeol berdecak. "Kalau enggak, gue enggak yakin bisa nahan diri buat enggak kasih tau teteh siapa lo." "Dia tau." Sehun membeo lagi. "Abah sama Umi. Lo pikir reaksi apa yang mereka kasih saat tau siapa lo. Siapa yang udah ngehasut pak erte."

277

Raisa Chu Present Chanyeol memijit dahi, mendadak pening. "Enggak usah ikut campur, bocah tau apa?" Lalu ia melengos dan bergabung dengan pak erte juga pria bersorban. Entah dia siapa. Tapi penampilannya seperti ustadz. Tapi kok wajahnya tidak meyakinkan, pikir Chanyeol. Pria itu lantas disambut hangat oleh pak erte, tidak menduga dengan kehadirannya. Chanyeol memberinya isyarat untuk berpurapura tidak mengenal. Sehun berdecak atas kelakuan mereka. "Ini pak ustadz, dia yang ngajar ngaji anakanak di kampung asmara. Muridnya cuma tiga." Jongin berdeham. "Pake dijelasin!" "Ustadz?" Sehun terhibur dengan reaksi Chanyeol, seperti tidak percaya kalau Jongin itu ustadz. "Saya pikir imigran dari Timur Tengah." Dan tawa Sehun meledak, pria pendiam itu. "Bener kan saya bilang juga apa, kamu mah cocoknya jadi pengungsi." Suho menimpali lalu menyeruput kopinya.

278

Raisa Chu Present "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang terdzalimi." Jongin bertawakal. "Hmm ngomongngomong ini bener calonnya bu bidan?" "Betul atuh! Den Chanyeol ini dari kota." "Den?" Sehun tidak terima dengan panggilan spesial itu." "Iya den Chanyeol..." Suho menegaskan. Biasalah carmuk. "Ganteng gini euy..." Jongin meneliti wajah Chanyeol yang tampan dan putih. "Waktu kecil pasti enggak pernah nangkep kecebong di selokan ya?" "Kecebong?" "Iya, dulu mah kita mikirnya ikan cupang." Suho dan Jongin bernostalgia. "Pernah maen layangan waktu kecil?" Chanyeol menggeleng. Sehun, Suho dan Jongin tertawa. "Masa kecil kurang bahagia." Jongin menepuk bahu Chanyeol. "Kenapa

maen

layangan

jadi

sumber

kebahagiaan?" Si savage Park. Lalu mereka bertiga berdeham kecil. "Tau enggak pernah ada pistol-pistolan dari bambu isinya kertas basah?" 279

Raisa Chu Present "Itu apa?" Mereka bertiga tertawa lagi, seperti baru saja bertemu dengan manusia dari peradaban lain. Chanyeol geram dan melotot kecil ke arah Suho, mengancamnya dalam diam. Bahwa jika terus meledek Chanyeol maka pria itu akan berhenti menyokong finansialnya. Suho meringis lalu menyesap lagi kopinya. "Seru banget aa-aa nya..." "Iya ni neng..." Jongin meyahut. Tapi di detik berikutnya ke empat pria itu saling melempar pandang. "Boleh gabung enggak...?" Suara wanita itu menggema, dengan nada serupa pemeran film nyi roro kidul. "Eneng kesepian ni..." Sehun, Jongin dan Suho menelan saliva, sepertinya hafal dengan suara itu. Tapi Chanyeol orang asing di sana, tidak tahu menahu. Berpikir bahwa wanita di kampung asmara sedikit barbar karena mengajukan diri bergabung dengan para pria.

280

Raisa Chu Present "K-kompor saya belum dimatiin, sebentar ya..." Suho meringis lantas lari terbirit-birit bahkan melupakan alas kaki. "Astaghfirullah, lampu mushola masih nyala! Tagihan listrik naik ini mah!" Kemudian Jongin yang juga melupakan alas kaki dan menjauh dari pos ronda. Chanyeol melirik Sehun yang kini memucat dan berkeringat dingin. "Punten slur..." Kata Sehun lalu menyusul Suho dan Jongin dengan berlari kencang. "Lah, pada ke mana sih?" "Aa..." Chanyeol berdecak, tidak selera dengan wanita kampung kecuali Baekhyun. "Iching boleh gabung enggak?" Iching? Di mana Chanyeol pernah mendengar nama itu? Suaranya tidak asing, perlahan perasaannya mulai tak menentu, apalagi tidak ada siapa pun di sekitar pos ronda. Yang terdengar hanya suara burung hantu. Chanyeol mengusap tengkuk dan meringis. Perlahan berbalik menoleh ke belakang, dan sosok

281

Raisa Chu Present wanita berwajah pucat itu sedang mengayunkan gaun putihnya di atas pohon. Kikikan centil memenuhi telinga. Mata bulat Chanyeol sempat terbebelak, teriakannya menggema di seluruh kampung asmara sebelum kemudian jatuh pingsan. Menggelepar dengan posisi tidak elit.

~oOo~ Pagi itu rumah Abah dipenuhi oleh warga yang dihebohkan oleh sesosok pria yang tidak sadarkan diri di pos ronda. "Gimana keadaannya?" "Kok bisa pingsan?" "Kasih minyak angin." "Teh manis anget bu bidan." Itu kali kedua pria yang sama berakhir tak sadarkan diri dan dibawa ke rumah Abah. "Kalian ini kok bisa-bisanya ninggalin nak Chanyeol sendirian?!" 282

Raisa Chu Present Sehun, Suho dan Jongin sedang disidang oleh Abah di ruang tengah. Mereka menunduk segan dan menautkan jari. "Kita-kita teh takut lah Bah..." "Saya enggak Bah, pak erte yang duluan lari." "Betul, si erte ini biang keladinya." Jongin menimpali. Sehun dan Jongin kompak menyalahkan Suho. "Loh kok jadi pada nyalahin saya? Kalian juga kabur ninggalin den Chanyeol." Abah menggebrak hingga ketiga pria itu melompat dari sofa. "Kan kalian tau nak Chanyeol itu orang baru di sini! Kalau ada apa-apa sama dia kalian mau tanggung jawab?" Sementara di dalam kamar Baekhyun, wanita itu masih setia menunggu kekasihnya siuman. "Eh?" Untuk kelopak mata Chanyeol yang bergerak, pria itu syok lalu melompat dari kasur. "S-setan! Setan bakul! Hantu menor!" "Hey..." Baekhyun memegang kedua bahunya. Chanyeol tersengal lalu menatap ke sekeliling ruangan, menelan saliva lalu mendengus lega. "Aku kan udah bilang tidurnya sama kamu aja!" Chanyeol menyalahkan Baekhyun. 283

Raisa Chu Present "Tapi kan Abah enggak bakal izinin, yang... pelan-pelan ngomongnya!" "Tapi liat apa yang terjadi sama aku? Astaga dia gelantungan di atas pohon!" "Kamu pingsan karena liat hantu?" Chanyeol berdeham sok keren setelahnya. "Kkaget aja aku tu... dih, wajar lah! Depan mata banget mana ngegodain aku lagi!" Pria itu marah-marah tak terima diganggu lagi oleh hantu bakul. Baekhyun memberinya segelas teh manis. Chanyeol meneguknya hingga tandas. "Maaf... kalau aku enggak ngerengek minta pulang mungkin kamu enggak bakal kayak gini..." Tapi

Chanyeol

melunak

hanya

karena

genggaman tangan Baekhyun. "Tu kan, kampung asmara mah enggak aman yang... ada hantunya... mending dikasih ke aku biar aku jadiin taman wisata air terbesar se-Asia." Chanyeol dijewer dan mengaduh setelahnya. "Bangun, aku udah siapin sarapan." "Jas kerja aku?" "Loh, mau ke kantor?" "Iya lah..." Baekhyun pikir Chanyeol masih syok, tapi dia memang si gila kerja. 284

Raisa Chu Present "Ya, udah. Aku siapin." Chanyeol menghadangnya di depan pintu. "A-apa?" Kata Baekhyun dengan waswas. Chanyeol

menunjuk

celananya

yang

mengembung. "Astaga! Di luar ada Abah!" Baekhyun kesal tapi bibirnya dibungkam oleh ciuman. "Yang! Hey..." desisnya tubuhnya dipaksa menghadap tembok. "Park Chanyeol! Ada Abah!" Bisik Baekhyun dengan geram. Tapi Chanyeol gemar memperkosanya dalam keadaan berdiri, rudal itu melesak dengan kuat. Baekhyun menutup mulut untuk meredam desahan, ia menggeleng keras karena tidak bisa mengekspresikan nikmatnya hentakan Chanyeol. Payudaranya diremas dari belakang, dan wanita itu semakin kewalahan. "Ini ekspres kok, sebentar lagi... ha'akh!" Chanyeol

melajukan

tempo

hentakan

hingga

Baekhyun menggeleng keras berulang kali. Matanya berair untuk sensasi nikmat yang tidak bisa diekspresikan seperti biasa.

285

Raisa Chu Present Lantas di detik berikutnya Chanyeol merapat erat, menenggelamkan wajah di punggung sempit kekasihnya lalu orgasme dengan kuat. "Hmmh!! Hahh!!" Pria itu menggeram dengan desis kecil. Baekhyun

menggelepar

hebat

karena

mencapai orgasme pertama pagi ini, tapi kesal juga tidak bisa mendesah dengan keras. "Mesum! Tapi enak! Suka!" Baekhyun ngegas. Chanyeol cengengsan sebelum kemudian melumat bibirnya dengan sensual. "Aku mandi dulu..." melengos ke kamar mandi. Baekhyun masih tersengal hebat lalu meraba area intimnya yang basah, menghela kecil dan menyekanya dengan tisu. Sebelum keluar dari kamar, Baekhyun sempat merapikan penampilan, memasukkan kembali kedua payudaranya ke dalam bra. Jika dipikir-pikir Chanyeol sangat gemar membuat penampilannya berantakan. Pria nakal.

*** 286

Raisa Chu Present Chanyeol terbelalak karena disambut oleh warga kampung asmara di depan rumah Abah. Mereka kompak menanyakan keadaannya. Wajah cemas mereka membuat Chanyeol salah fokus. Hanya karena Chanyeol memegang status sebagai calon menantu Abah, pria paruh baya yang begitu disegani di kampung asmara. Chanyeol menggeleng kecil selama perjalanan. Berpikir bahwa seharusnya mereka tidak sebaik itu terhadapnya. Terhadap pria yang berkali-kali mencoba merebut tempat tinggal mereka Hal itu sukses membuat suasana hatinya memburuk pagi ini. Ya. Mereka seharusnya tidak sebaik itu terhadap Chanyeol. Itu

hanya

membuat

bertambah.

287

beban

Chanyeol

Raisa Chu Present

Sebelas Sesampainya di kantor, Chanyeol kembali dibuat pening setelah dihadapkan pada list influencer dari tim divisi marketing. "Lee Sunbin?" "Ya, presdir. Lee Sunbin menempati rating teratas sebagai influencer termahal. Dia terkenal di berbagai kalangan sebagai seorang selebgram top. Sunbin beberapa kali terlibat kerjasama dengan berbagai

company,

dan

mereka

puas

dengan

"Enggak ada opsi lain?" "Sayangnya, Lee Sunbin

yang

paling

hasilnya."

memenuhi kriteria yang kami cari, presdir." Jika tim divisi marketing sudah berkata demikian maka Chanyeol tidak punya pilihan lain selain menandatangani berkas persetujuan. Setelah tim divisi undur diri, Chanyeol meraih ponselnya di atas meja dan membuka kotak pesan.

288

Raisa Chu Present Di sana ada sejumlah pesan singkat yang Sunbin kirimkan sejak mereka bertemu di Bali. Sampai saat ini Sunbin masih getol mengirimkan pesan singkat meski sejak awal tidak pernah Chanyeol balas. Berpikir bahwa Sunbin salah satu dari sekian banyak wanita yang menjadi partner one night stand Chanyeol sebelum pria itu memantapkan hati untuk fokus bercinta dengan Baekhyun saja. Karena demi apapun Chanyeol suka saat Baekhyun menjadi binal, tidak ada seliar wanita itu. Tidak ada yang secantik dan seanggun dirinya, tidak ada pula yang bisa memuaskan Chanyeol di ranjang selain Byun Baekhyun. "Aku lagi di puskesmas... kenapa? Hum?" "Enggak apa-apa..." "Eh?" "Pengen nelfon aja..." "Okay... shall we meet at lunchtime?" Chanyeol tersenyum kecil karena nada halus kekasihnya di seberang sana. "Lecehin kamu di kamar hotel siang ini kayaknya enak..." "Bahasanya ya!!!" Chanyeol meringis. "Vulgar banget! Aku suka! Lecehin aku yang..."

289

Raisa Chu Present Tawa Chanyeol meledak, suasana hatinya kembali. "I want to fuck you hard right now!" "Yes! Yes! Fuck me!" "And fills your mouth with my junior..." "I'd love it!!!" "Then cum on your face!" "That is brilliant, baby!!!" Chanyeol terkekeh, Baekhyun seriang itu dilecehkan olehnya. "Dasar betinaku!" "Jemput aku ya nanti?" "Tapi enggak janji, liat agenda aku dulu siang ini." "Yahhh gimana sih? Aku udah basah ini!" Chanyeol

tergelak.

Benar-benar

ingin

mencumbunya saat ini juga.

~oOo~ "Tumben enggak ada yang jemput? Bosen ya mas sultannya..." Baekhyun menoleh pada seorang rekan kerja, sejak awal dia tidak begitu akrab dengan Baekhyun. 290

Raisa Chu Present Juga kerap terlibat salah paham dengan bidan yang lain. Di tempat kerja memang tak luput dari spesies dakjal seperti itu. Kenapa dia sinis terhadap Baekhyun? Seingat Baekhyun ia tidak lupa memberinya oleh-oleh berupa tas tangan yang ia beli dari Paris. Chanyeol membelikannya satu lusin setelah Baekhyun mengatakan ingin berbagi dengan rekan-rekannya di puskesmas. Apa rekannya yang satu itu tersinggung? "Baekhyun sayang!!! Makasih loh tasnya ya ampun aku cek di website store nya harganya tiga bulan gaji kita loh!" Salah satu rekan kerjanya yang lain datang dan memeluk Baekhyun. "Sama-sama..." "Biasa aja tu!" Yang sinis tadi melengos. "Biarin aja dia mah, biasa lah iri enggak punya pacar seganteng dan sekaya mas sultanmu." Baekhyun meringis kecil, ia juga tidak begitu peduli. Saat ini hanya sedang menunggu telfon dari prianya. "Ya, sayang!" Ia bersemangat saat panggilan telfon itu akhirnya tiba. "Aku ada jadwal lain siang ini."

291

Raisa Chu Present Wajah Baekhyun berubah masam. Padahal ingin bertemu. "Aku jemput pas pulang aja. Enggak apa-apa ya?" Tapi Baekhyun harus mengerti kesibukan Chanyeol yang dirasanya wajar. "Oke. Makan siangmu gimana? Jangan dulu makan yang aneh-aneh." Karena Baekhyun tahu Chanyeol mengeluh gangguan penceranaan sejak kemarin. "Iya, sayang..." "Ya, udah... aku lunch sama Kyungsoo aja." "See you, baby..." Baekhyun menghela kecil lalu memutuskan untuk melewatkan makan siang. Ia bangkit dari kursi dan melangkah menuju ruang intensif pasien yang hendak melahirkan. Wanita itu memakai sarung tangan dan masker lalu memeriksa pembukaan. Dilihatnya pasien itu sudah merintih kecil, berkeringat dan wajahnya memucat. "Saya enggak kuat bu bidan..." "Kyung, tolong..." Baekhyun perlu asisten. Kyungsoo dengan sigap membantunya.

292

Raisa Chu Present "Rileks ya sayang..." Baekhyun mencoba yang terbaik untuk menenangkan pasiennya. "Yuk ngeden yuk... pelan... tarik nafas, sayang... iya... pinter banget sayangku! Coba lagi ya... Pinter banget ngedennya..." Baekhyun

memperhatikannya

dengan

seksama.

"Jangan ditahan sayangku, cantikku... iya! Pinter! Whoa udah keliatan tu kepala dedeknya, oke sekali lagi ngeden yang kuat!" Pasien

itu

menurut

sebelum

kemudian

sesuatu dari dalam perutnya meronta dan keluar. Baekhyun dengan sigap menyambut kelahiran itu, seorang bayi perempuan yang lucu dan cantik berakhir di gendonganya. Lalu makhluk kecil itu dibungkus oleh kain, Baekhyun memberi tugas asistennya yang lain untuk mengurus bayi itu sementara ia mengurus sisa persalinan ibunya.

*** "Ngelamun aja!" Kyungso menepuk bahu Baekhyun yang tengah

beristirahat

setelah

persalinan. 293

menangani

tiga

Raisa Chu Present "Seru ya punya baby..." celetuk Baekhyun. Sayangnya,

Tuhan

hanya

memberinya

kesempatan mengandung saja, tidak membiarkannya menjadi ibu seutuhnya. Pada saat itu. Kyungsoo peka, Baekhyun selalu terlihat murung jika selesai menangani persalinan. "Mereka mungkin lagi kejar-kejaran tinggi badan kalau aja Tuhan ngasih kesempatan mereka hidup." Tiga kali mengandung dan keguguran, dalam jarak waktu yang berdekatan. "Mereka udah di surga, sayang..." Kyungsoo memeluk temannya. Tahu sedalam apa penderitaan Baekhyun dulu. "Iya kan? Mereka udah di surga dan ngeliatin aku dari sana..." Kyungsoo mengangguk. "Mereka pasti bangga karena kamu ngebantu banyak ibu yang melahirkan..." Baekhyun menatap Kyungsoo, meskipun tidak menunjukan

kesedihan

namun

sorot

matanya

menjelaskan sekuat apa wanita itu bertahan. "Move on yuk? Mereka udah bahagia di sana, tinggal kamunya yang mesti berdamai sama keadaan." "Bayi-bayiku enggak marah kan sama aku?"

294

Raisa Chu Present Mereka tidak membenci Baekhyun karena wanita

itu

gagal

mempertahankannya

dalam

kandungan 'kan? "Enggak mungkin. Mereka tau kok itu yang terbaik. Udah jadi takdirnya... berhenti ngerasa terpuruk. Kamu harus lanjutin hidup..." Baekhyun merasa lebih baik jika sudah mengutarakan isi hati. "Kamu belum makan siang loh. Mau aku pesenin enggak?" "Aku enggak laper..." Kyungsoo menghela kecil lalu mengangguk dan kembali mengerjakan sesuatu. Baekhyun menatap lurus ke depan dan menghela berat berulang kali. Baik-baik ya di surga, sayang-sayangku...

~oOo~ Chanyeol memenuhi janji makan siang dengan para influencer yang telah dipilih oleh tim divisi, 295

Raisa Chu Present sebagai pimpinan utama ia memang selalu memberi kinerja baik dan totalitas yang mumpuni. Tak heran menjadi panutan para karyawan yang bernaung di perusahaannya. Mereka berbincang akrab dengan bos besar tapi salah satu di antara mereka tidak berhenti menatap dan mengagumi Chanyeol. Ingat saat bersetubuh dengannya di Bali. Sunbin izin ke toilet sesaat setelah melihat Chanyeol bangkit untuk menerima panggilan telfon, wanita itu mengekorinya hingga ke tempat yang jauh dari jangakauan orang-orang lalu memeluknya dari belakang. Chanyeol terperanjat

setelah

mematikan

sambungan telfon kemudian menarik diri. "Apa-apaan

sih?" Selain

karena

enggan

menciptakan rumor kalau-kalau salah satu tim divisi memergoki kebersamaan mereka, Chanyeol juga tidak terlalu senang berinteraksi dengannya lagi. One night stand memang tidak pernah berakhir dengan manis karena itu sifatnya hanya sekilas. "Kamu enggak pernah bales pesanku, telfonku juga enggak pernah kamu angkat." "Nah, kenapa aku harus?" 296

Raisa Chu Present Sunbin mengernyit. "M-maksud kamu?" "It was just one night stand. Do not be serious, Sunbin." Sunbin tidak tahu kalau Chanyeol sebrengsek itu. "Gue udah punya tunangan dan enggak lama lagi kami bakalan nikah. Jadi tolong jaga sikap. Gue enggak mau ya hal-hal kayak barusan ke-ulang lagi." Wajah Sunbin memerah malu. Harga dirinya seakan tercoreng dengan telak. Bahkan menyesal telah menandatangani kontrak kerja sama dengan Park Group. "Brengsek!" Rutuknya sebelum kemudian melengos meninggalkan Chanyeol. "Ya, ada apa?" Setelah menggeser tombol hijau. "Presdir, kabar buruk! Dua investor utama Dreamland menarik diri, sebaiknga anda cepat kembali karena para pemegang saham--" Chanyeol memutus sambungan telfon lalu bergegas kembali ke kantor.

~oOo~ 297

Raisa Chu Present

Tamparan keras melayang di wajah Chanyeol. Pria itu tidak terkejut meski ini kali pertama Papa melakukan kekerasan fisik terhadapnya. Kemarahan pria paruh baya itu dirasa wajar. Park Group terancam karena dua investor utama menarik diri, dan para pemegang saham sedang dalam pembicaraan untuk mundur. Karena tenggat waktu yang diberi untuk mengakuisisi kampung asmara semakin menipis dan Chanyeol belum memberi tandatanda akan menepati janjinya. "Sejak kapan kamu main-main sama proyek sebesar itu? Huh?!" "Pa... sabar dulu!" Mama histeris karena putra semata wayangnya dikasari. "Jangan bela anak ini!" Lalu Papa memicingkan mata lagi kepada Chanyeol. "Apa yang kamu kerjain selama ini? Enggak becus!" Chanyeol masih menunduk dalam, kepalanya benar-benar pening. Benar, ini kali pertama ia mengecewakan Papa karena kinerja yang menurun. "Pa! Sabar dulu! Ini mungkin kesalahan enggak disengaja!" "Enggak disengaja apa maksud Mama?! Anak ini sibuk pacaran sama wanita enggak beres itu!" 298

Raisa Chu Present Chanyeol refleks menengadah dan menatap Papa tak kalah garang. "Anak kurang ajar!" Tamparan kedua untuk Chanyeol

yang

sudah

berani

mengibarkan

pemberontakan di balik tatapan matanya. "Papa!" Mama kembali histeris. "Jangan kamu pikir Papa enggak tau siapa wanita itu! Papa ngebiarin kamu selama ini karena Papa pikir kamu enggak sebodoh itu buat manfaatin keadaan. Tapi ternyata? Lihat hasilnya! Secepatnya tinggalin

wanita

itu

dan

selesaikan

masalah

perusahaan!" Apa maksud Papa dengan mengatakan bahwa Chanyeol harus meninggalkan wanita itu? Mengapa perintahnya saat ini bertentangan dengan apa yang Chanyeol rasakan? Ditatapnya dengan lekat punggung pria paruh baya itu. "Aku bertanggung jawab penuh sama masalah perusahaan, tapi aku enggak bisa ninggalin Baekhyun." Papa berbalik lagi, reaksinya saat ini tak kalah syok.

299

Raisa Chu Present "Kamu

pikir

Papa

bakal

biarin

kamu

mencoreng nama keluarga karena berhubungan dengan wanita yang masa lalunya buruk?" Chanyeol menebak sejauh apa Papa menggali masa lalu kekasihnya. "Pilihannya cuma dua, tinggalin wanita itu atau tinggalin perusahaan dan rumah ini! Papa enggak akan ragu copot jabatan kamu ngasih ke orang yang lebih becus! Bahkan kehilangan satu-satunya anak enggak akan bikin Papa bangkrut!" "Ya." Chanyeol mengangguk paham. "Tapi sejak kapan seorang anak menjadi tolak ukur buat narik keuntungan perusahaan? Aku bahkan lupa kapan terakhir kali Papa memperlakukan aku selayaknya anak. Aku cuma bidak di bawah kendali Papa, yang harus nurutin perintah Papa yang ini, perintah Papa yang itu. Seingatku, enggak pernah sekali pun aku ngebangkang perintah Papa." Chanyeol selalu memberi hasil terbaik dan sesuai dengan keinginan Papa. Chanyeol melonggarkan dasi, sejatinya ia tidak sempurna. Tidak melulu berhasil dan membuat Papa puas, kesuksesannya selama ini diraih dengan kerja keras juga.

300

Raisa Chu Present Papa tidak tahu itu. Tepatnya tidak ingin tahu bahwa Chanyeol berusaha untuk membanggakan kedua orang tua. Tapi kini ia mencapai batas limit, penat yang selama ini ditahan kini membludak. Pria itu berbalik dan meninggalkan Papa yang kini mengatupkan rahang, juga Mama yang tersungkur karena kesedihan. Tangis wanita paruh baya itu adalah apa yang membuat tangan Chanyeol terkepal erat.

~oOo~ "Apa?!" Kris mengatupkan rahang setelah mendengar informasi dari orang bayarannya. "Ya. Saya denger sendiri dia bilang akan segera menikahi kekasihnya." Diam-diam

orang

suruhan

itu

ngikutin

Chanyeol saat pria itu pergi makan siang dan mendengar percakapannya dengan Sunbin.

301

Raisa Chu Present Kris membanting lukisan di tangannya. Merasa kecolongan, tidak menduga bahwa ternyata hubungan Chanyeol dan Baekhyun serius. Tidak. Kris tidak akan membiarkannya terjadi terlebih lagi setelah mendapatkan fakta bahwa Baekhyun tinggal satu atap dengan Chanyeol akhirakhir ini. Tidak boleh ada yang menyentuh Baekhyun. Wanita itu miliknya sampai kapan pun. Pria

itu

mengamuk

hingga

membuat

informannya terkejut. "Sialan!" Kris berjengkat dan bergegas keluar. Pria itu mengendarai mobilnya dengan kalut, tahu ke mana harus pergi. Menyempatkan diri mampir ke sebuah toko bunga dan menebus satu buket lily putih. Kris hendak masuk lagi ke dalam mobil jika di seberang jalan, tepatnya di sebuah toko yang menjual berbagai keperluan bertani tidak menjumpai sosok paruh baya yang begitu ia kenali. Pria itu menyisir rambut dengan jerami, melempar lily itu ke dalam mobil kemudian melintas di zebra cross. "Selamat sore, Om..."

302

Raisa Chu Present Sudut bibir Kris terangkat, begitu menikmati ekspresi terkejut Abah saat ini. Bahkan

terhibur

dengan

reaksi

Abah

setelahnya, rahangnya mengatup, wajahnya memerah marah. Kentara sekali menyimpang banyak amarah terhadap Kris. Abah menepis tangan Kris yang hendak bersalaman. Dan Kris terkekeh kecil. "Apa kabar Om?" "Ada perlu apa kamu?" Adalah hal yang wajar jika Abah sinis dan terganggu dengan kehadiran pria itu. "Cuma nyapa aja kok Om... oh iya Baekhyunku apa kabar?" Dan kerah Kris dicengkram dalam hitungan detik. "Jangan berani sebut nama anak saya!" "Loh, kenapa Om? Lupa ya dulu saya sama Baekhyun pernah bersama? Hmm bahkan tinggal seatap, tidur bareng dan bahkan dia ngandung--" Abah tidak bisa menahan diri untuk tidak menghajar wajahnya, pria paruh baya itu kalut dan memukuli Kris dengan bekal ilmu bela diri yang dikantongi.

303

Raisa Chu Present Tapi Kris seorang psiko. Pria itu tertawa keras meski wajahnya mulai babak belur. "Kenapa Om? Toh Baekhyun masih sama murahnya sekarang, macarin petinggi Park Group, ngejual tubuh sama pria yang nyoba buat ngambil keuntungan dari dia." Reaksi Abah adalah apa yang membuat Kris terhibur, pria itu bangkit dan mengusap sudut bibir. "Loh, jangan bilang Om enggak tau kalau Park Chanyeol itu petinggi Park Group yang membawahi mega proyek di seberang kampung asmara? Dia yang lagi nyari cara buat ngusir warga kampung asmara dan ngedeketin Baekhyun!" Lalu Kris tertawa hebat dan kembali menjadi pusat perhatian orang-orang. "Anaknya dimanfaatin sama pria yang mau mengakuisisi kampung asmara kok enggak tau? Ke mana Abah yang dulu pasang badan buat lindungin Baekhyun? Enggak becus banget jadi orang tua!" Kris tertawa lagi seraya menepuk bahu Abah lalu melengos, meninggalkan Abah yang kini mematung, perasaan syok menghantam ulu hati, tangan Abah terkepal erat. Merasa gegabah, kembali mengulang trauma karena tidak bisa menjaga Baekhyun dari para penjahat. 304

Raisa Chu Present Abah terpukul lagi, kemudian melupakan niat awal dan bergegas pulang.

~oOo~ Baekhyun menatapnya datar. Bahkan tidak menaruh tanya tentang wajahnya yang babak belur, Buket lily itu ia buang dan injak-injak tepat di hadapan pria yang memberikannya beberapa saat lalu. "Mau apa kamu dateng ke sini?" "Ayolah, sayang... kamu masih marah?" Baekhyun menepis tangan Kris. "Sinting! Bajingan!" Kris terkekeh. "Aku bercanda aja kemarin, aku bohong kok. Enggak ada wanita yang senikmat kamu. Jadi gimana kalau kita balik?" Tapi Kris bereaksi kecil setelah mendapati mata Baekhyun memerah basah. Mengapa ia terusik dengan tangisnya yang tertahan. "Kris... stop. Aku bahkan lupa kita pernah bersama. Enggak, aku bahkan akan memilih buat pura305

Raisa Chu Present pura enggak kenal sama kamu. Kita enggak kenal, kamu orang asing. Kita enggak pernah bersama, kita enggak pernah merasa saling mencintai, aku... aku enggak pernah ngandung anak-anak kamu. Aku bakal tanam keyakinan itu mulai sekarang. Jadi, berhenti. Jalanin hidup kamu sendiri, karena aku pun bekerja keras buat bangkit." Tangisnya benar-benar luruh. Kris menelan saliva dan ingin menyentuh wajahnya. Tapi Baekhyun konsisten, sejak awal menganggap Kris tidak lebih dari seorang monster. "Aku pengen sembuh. Aku capek. Trauma ku perlu sembuh. Aku perlu sembuh. Jika bisa aku milih buat amnesia. Tuhan boleh renggut semua memori aku di masa lalu. Kalau itu bisa bikin aku lupa pernah bertemu sama pria bernama Kris Wu." Kris menggeleng kecil. Arogansinya luruh di hadapan tangis sesak Baekhyun, dihadapkan pada fakta bahwa Baekhyun semenyesal itu pernah mengenal dirinya. Bahwa

Kris

tidak

lebih

dari

sekedar

penyesalan terhebat Baekhyun. "Aku bakal berubah! Hum?" Dan Kris mulai kewalahan dengan obsesinya. "Enggak. Kita enggak pernah bersama." 306

Raisa Chu Present "A-aku janji! Aku enggak bisa lupain kamu!" Kris perlu cintanya lagi. Kris merasa perlu dicintai sepenuh hati lagi oleh Baekhyun. "Tolong berhenti. Penyesalan terhebat aku itu ketemu sama kamu." "Please! Please! Kamu cinta kan sama aku? Kamu enggak pernah bisa lupain aku kan?" "Ya. Amat sangat mencintai kamu..." Dan Kris mendesah lega tapi kenapa Baekhyun masih menolak sentuhannya. ".... amat sangat mencintai kamu sebelum aku ketemu sama dia." Kris mengukuti arah pandang Baekhyun, pada sebuah mobil yang memasuki halaman puskesmas. Sesosok pria keluar dari sana, memasang wajah tak ramah dan menarik Baekhyun ke dalam pelukan, menatap garang terhadap Kris, serupa Alpha yang melindungi Omeganya dari predator. "Are you okay? Let me see..." Chanyeol meneliti kekasihnya dengan seksama, berjanji akan menghajar Kris jika menemukan lecet sekecil apapun di tubuh Baekhyun. "Hey... I'm okay, baby..." Baekhyun menangkup wajah Chanyeol lalu kembali masuk ke dalam dekap pria itu. 307

Raisa Chu Present Benar. Pelukan itu. Dekapannya adalah apa yang Baekhyun cari selama ini. Ia merasa baik-baik saja meskipun saat ini Kris berdiri di depan mata. "Maaf, aku telat jemput." "Enggak apa-apa, sayang..." Mereka dengan dunianya. Kris nyaris kalah oleh gravitasi, ia mundur satu langkah. Perasaan sesak apa yang kini menjalar di ulu hati? Mengapa

sesakit

itu

melihat

Baekhyun

nyaman di pelukan pria lain? Lalu kenangan mereka di masa lalu berputar saat tatapan Baekhyun tertancap kuat pada Chanyeol. Tatapan penuh cinta yang pernah Baekhyun beri sepenuh hati terhadap Kris. Bukankah Kris sudah kalah? Pria itu mulai tunduk di atas penyesalan, setia menatap Chanyeol dan Baekhyun yang kini berlalu tanpa permisi. Mengapa sesakit itu menerima fakta bahwa cinta Baekhyun bukan lagi untuknya?

308

Raisa Chu Present

~oOo~ "It's okay... i'm here..." Chanyeol mengecup puncak kepala kekasihnya berulang kali. Sementara Baekhyun memeluk lengan dan menyandari kepala di bahu prianya. "No, I feel better right now." "Oh ya?" Baekhyun mengangguk. Ia merasa seperti semua bebannya terangkat. Entahlah.

Mungkin

karena

sudah

menumpahkan apa yang selama ini ia pendam, terhadap Kris. Seolah segala hal kini menjadi baru. Baekhyun tidak lagi merasa terluka. "Because of you..." "Me?" Baekhyun

mengangguk,

dan

Chanyeol

terpaksa menepikan mobilnya di pinggir jalan. Tak lama setelah itu Baekhyun bergerak dan berakhir di pangkuan kekasihnya, membelai wajah tampan itu dan menatapnya lembut. "I love you..."

309

Raisa Chu Present Chanyeol mendesah lega. Entah mengapa ia merasa sudah lama menanti Baekhyun mengatakan hal itu. Ajaibnya dia juga membuat beban Chanyeol terangkat, merasa meringankan masalah yang kini pria itu hadapi. Chanyeol menyodok rahang kekasihnya lalu menyematkan ciuman lembut, tidak menuntut. "I love you..." Adalah alasan masuk akal mengapa ia ngotot membangkang Papa untuk mempertahankan wanita hebat itu. Dahi

mereka

menyatu.

Atmosfer

yang

menguar terasa begitu emosional. "I love you, Byun Baekhyun..." Wanita itu mengangguk, kemudian masuk ke dalam sebuah peluk. "I love you, Park Chanyeol." "My

baby..."

gumam

Chanyeol

seraya

menyesap aroma bahu kekasihnya. "Stay by my side..." "Where can I go if it's not into you..?" Kemudian mereka berbagi ciuman dengan lembut, saling mendekap dan meyakinkan diri bahwa itu adalah cinta sesungguhnya.

310

Raisa Chu Present Mereka setia berbagi saliva sebelum kemudian sepakat pindah ke kursi belakang dan saling menelanjangi. "Hnghh! Ouhh, baby!" Membiarkan atomsfer di dalam ruangan memanas. "Open your legs widely!" Perintah Chanyeol dipatuhi, lalu Baekhyun mendesah lagi. Lebih keras karena sodokan prianya yang kian merajarela. "Akhh! Akhh! Feel so good! Yes!! Fuck me harder, baby! Akh!!" Dengan

senang

hati.

Chanyeol

bahkan

melumat payudaranya dengan beringas, tidak cukup hanya dengan memasukkan si junior, kedua jari tangannya turut serta mengaduk liang surgawi itu hingga Baekhyun menjerit dan menggelinjang hebat. "More! More!! Give me more! Akhh!!!" Kemudian mereka mengerang bersamaan. Baekhyun menggelinjang kesenangan saat sperma kekasihnya membanjiri pintu rahim. Baekhyun memeluk pria itu untuk dirinya sendri, menciumnya dengan sensual, membiarkan dirinya menjadi santapan cumbuan sang kekasih. "You're mine..." 311

Raisa Chu Present "I'm yours..." Baekhyun mengiyakan obsesinya. Menggeliat kecil serupa kucing betina kala seluruh tubuhnya diberi tanda cinta. Lalu tertawa jenaka jika merasa geli di area tertentu. Tentu saja Chanyol senang menggodanya lebih jauh, gemar mencairkan suasana dan tertawa bersama.

312

Raisa Chu Present

Dua Belas Mereka saling melempar cengiran setelah menuntaskan libido dan melanjutkan perjalanan. Chanyeol

mengantarkan

kekasihnya

ke

kampung asmara karena dia belum terlihat ingin kembali ke penthouse. Sejak kapan Chanyeol menjadi begitu banyak mengalah? Sejatinya, selain karena bucin, ia juga enggan menanggung resiko jika Baekhyun marah dan tidak memberinya jatah seperti tempo hari. Ngeri merasakan ngilu karena ereksinya terabaikan. "Seneng

banget

keliatannya..."

Baekhyun

mencubit hidung kekasihnya. Chanyeol

tersenyum

kecil,

terlalu

lihai

menyembunyikan masalah. "Kan abis dapet jatah..." "Jatah terus!" Chanyeol mengusak rambutnya pelan. "Jadi sejak kapan kamu suka sama aku?"

313

Raisa Chu Present "Sejak pertama ketemu." Chanyeol menyahut enteng. "Dih, ngibul aja..." Chanyeol tertawa kecil. Wanita tetap pada kebiasaannya yang kerap ingin tahu kapan prianya mulai memendam rasa? Atau hal apa yang ia sukai dari wanitanya? "Apa yang bikin kamu suka sama aku?" See? "Karena kamu cantik dan seksi." "Realistis sekali ya tuan CEO ini..." Chanyeol

cengengesan.

Jawaban

sesungguhnya hanya akan ia simpan seorang diri. "Terus sejak kapan suka sama aku?" "Hmm..." Chanyeol memutar kemudi dan memasuki tugu menuju kampung asmara. "Enggak tau, ujug-ujug sayang aja..." Benar. Chanyeol tidak ingat kapan tepatnya ia memutuskan untuk mencintai wanita itu. "Kamu kok enggak nanya balik?" Chanyeol menggeleng maklum. Ia tidak perlu tahu semua itu. Hanya menanamkan keyakinan bahwa Baekhyun adalah miliknya.

314

Raisa Chu Present "Whoa, udah ditungguin sama bodyguard kamu tu..." Chanyeol terkekeh kecil saat melihat Abah berdiri di halaman rumah. Mengesampinkan

tanya

tentang

raut

wajahnya yang terlihat tidak seperti biasanya. Apa karena lelah? Karena setahu Chanyeol, Abah masih sering beraktifitas di ladang. "Assalamu'alaikum--" Baekhyun mengernyit saat Abah menatapnya tak biasa. "Masuk." Kata Abah dengan kesan dingin. Baekhyun diam beberapa saat, menebak apa yang membuat Abah terlihat marah. Wanita itu melirik Chanyeol sejenak lalu menuruti kata Abah. Setelah Baekhyun masuk, Abah menatap Chanyeol dengan lekat. "Jauhin anak saya." Tapi Chanyeol masih tidak mengerti apa yang membuat Abah begitu marah? "Kalau saya boleh tau, apa salah saya?" "Kamu tau apa salah kamu."

315

Raisa Chu Present Lalu Chanyeol mengukuti arah pandang Abah, atensinya tertancap tepat pada gemerlap kota impian di seberang kampung asmara. Chanyeol mengernyit lalu kembali menatap Abah. Kini mulai merasa waswas dan menebak-nebak. "Kamu tau apa salah kamu dan masih bertanya?" "Om... s-saya--" "Saya salah. Saya terlalu gegabah ngebiarin Baekhyun deket sama sembarang laki-laki." Enggak becus banget jadi orang tua! Abah terpukul. "Saya seharusnya enggak maksa Baekhyun buat bangkit dari keterpurukan kalau ujung-ujungnya harus ketemu laki-laki yang sama brengseknya." Membenarkan perkataan Kris bahwa ia bukanlah orang tua yang berguna. "Jangan pernah berpikir manfaatin anak saya buat keuntungan kamu. Dan jangan pernah berpikir bahwa kamu dan antek-antekmu bisa merebut kampung kami." Pria paruh baya itu marah, tapi Chanyeol merasa beliau lebih banyak berduka saat ini. Dia tidak meledak-ledak ketika Chanyeol berpikir akan dihajar sampai mati. 316

Raisa Chu Present Justru itu yang yang membuat Chanyeol semakin gelisah. Sorot mata Abah kerap terlihat sendu, di lain waktu menunjukkan seberapa besar beliau terluka. Chanyeol

menatap

punggungnya dengan

nanar lalu mengusap wajah, sempat mengerang kecil dan memukul badan mobil sebelum kemudian berlalu dari sana. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Apa yang harus Chanyeol perbuat ketika segala hal menjadi kacau balau?

*** Sementara Baekhyun tersungkur di atas ranjang setelah menguping pembicaraan Abah dengan Chanyeol. Mengapa menjadi begitu rumit? Apa yang akan terjadi setelah ini? Baekhyun tidak tinggal diam, ia menekan speed dial dan di dering ke dua panggilannya terjawab.

317

Raisa Chu Present Mereka bungkam satu sama lain. Chanyeol menghela keras di seberang sana, dan Baekhyun hanya mampu meratapi keadaan. "Aku denger semuanya. Apa yang kamu dan Abah omongin." Baekhhun tak kunjung mendapat sahutan. "Yang! Ngomong dong, jangan bikin aku kalut!" "Maafin aku. Ini semua karena niat aku sejak awal." Baekhyun menggeleng keras. "Aku yakin kamu udah berubah pikiran. Iya kan?" "Sayang, itu enggak ngerubah apapun. Abah kamu amat sangat marah dan kecewa." Baekhyun menggigit bibir, mulai merasa takut kehilngan. "Jangan tinggalin aku..." "Enggak bakal lah! Mikirnya jangan kejauhan kenapa sih?" Chanyeol terdengar marah di seberang sana. "Aku takut! Kamu ngerti enggak?" Baekhyun tidak ingin mengulang luka lama karena sebuah kehilangan.

318

Raisa Chu Present "Aku ngerti! Tapi biarin aku berpikir dulu buat cari cara. Bukan cuma kamu, aku juga enggak mau kehilangan kamu. Sampe sini paham?" Baekhyun menarik tangis kecil. Mengapa semesta gemar mempermainkan perasaannya? "Oh, don't crying, baby... okay I'm so sorry... hum?" "Apa yang harus kita lakuin sekarang?" "Kamu tenang dulu ya, aku enggak bakal tinggal diem. Hum?" Baekhyun menyeka wajahnya yang basah lalu memutuskan untuk mempercayai kekasihnya. "I miss you..." Merasa ingin pulang ke penthouse dan memeluk prianya. Tapi Chanyeol harus berjuang terlebih dahulu. Chanyeol diuji, semesta tengah menantang sejauh mana ia bertahan dengan segala lah. Sejauh mana ia sanggup?

~oOo~ 319

Raisa Chu Present Tapi Chanyeol mendapati dua orang ajudan Papa berdiri di depan pintu penthouse. Apa yang membuat mulutnya menganga adalah fakta bahwa Papa menutup segala akses dan fasilitas yang diberi oleh perusahaan terhadap Chanyeol. "Silahkan untuk tinggalkan gold membership Park Group juga kunci mobil dan kartu kredit." Chanyeol memejamkan mata dengan geram lalu menghubungi nomor telfon Papa. Nihil. Ia diblokir. Kemudian tak habis akal dengan menghubungi nomor Mama. "Apa ini masuk akal?!" Raung Chanyeol setelah Mama menjawab telfonnya. "Fasilitas ini hasil keringet aku sendiri! Kenapa Papa malah tutup akses?" Apakah Papa semarah itu? "Kamu cari uang di perusahaan Papa. Uang yang kamu dapet juga dari Papa, harusnya kamu pikir berulang kali sebelum ngebangkang! Anak kurang ajar!" Tapi di seberang sana malah Papa yang mengutuk. Kemudian

Chanyeol

mengambil alih ponselnya.

320

mendengar

Mama

Raisa Chu Present "Nak...? Anak Mama? Pulang ya, minta ampun sama Papa, ya nak? Minta maaf sama Papa..." Mama terdengar kalut dan cemas. Tentu mendapati fakta bahwa putranya tidak diizinkan lagi memakai fasilitas mewah yang selama ini ia pakai. Chanyeol mencengkram ponselnya dengan kuat. Matanya memicing, tangannya terkepal erat. "Kenapa aku harus minta maaf? Aku enggak salah. Kalau begini cara Papa, terserah. Sesuka hati Papa, enggak rugi kan katanya kehilang anak? Bagus!" Ia geram dan memutus sambungan telfon. Sempat menghajar kedua ajudan Papa hingga babak belur sebelum kemudian menyerahkan kunci mobil dan kartu kredit.

*** Chanyeol berakhir di sebuah hotel. Sibuk bekerja membuatnya jarang menghadiri acara yang digelar oleh sekumpulan para teman. Jadi hubungan Chanyeol dengan mereka tidak begitu dekat.

321

Raisa Chu Present Dan tidak punya alasan untuk meminta bantuan mereka. Pria itu mondar-mandir dengan gelisah. Merasa bahwa Papa sudah sangat keterlaluan. Kamu pikir Papa bakal biarin kamu mencoreng nama baik keluarga karena berhubungan sama wanita yang masa lalunya buruk itu? Chanyeol memijit dahinya karena pening yang menyiksa. Kenapa semesta tidak mengizinkannya untuk mencintai wanita itu? Tidak. Chanyeol tidak akan menyalahkan Baekhyun. Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Semesta hanya terlalu pemilih.

~oOo~ Baekhyun bergegas meluncur ke sebuah tempat tepat pada jam makan siang. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi sebelum akhirnya tiba.

322

Raisa Chu Present Taman kota yang sempat ia dan Chanyeol gunakan untuk piknik kecil-kecilan. "Hey..." Baekhyun memeluk pria itu dengan erat. Rindu, meski kemarin masih bertemu. Entah mengapa rindunya kali ini terasa berbeda. Chanyeol merengkuh dan mendekapnya erat. Benar, aroma manis tubuh kekasihnya yang ia butuhkan saat ini. Baekhyun membelai wajahnya lalu menatap pria itu dengan nanar. "Maaf. Karena aku..." Chanyeol

menggeleng.

"Jangan

pernah

nyalahin diri kamu sendiri, Papa emang sekeras itu. Aku masih bisa handle." "Gimana caranya? Kamu diusir dari rumah, enggak diizinin pake fasiltas pribadi." Baekhyun kesal sendiri. Lalu memeluk prianya lagi. "Kamu tu enggak mungkin tinggal di Hotel selamanya!" Ia mulai menangis. Kesal dan terpukul. Chanyeol menciumi bahunya. "Kalau kamu nangis aku jadi buntu dan enggak bisa ngelakuin apaapa... jadi, ku mohon jangan nangis." Baekhyun menyeka wajahnya yang basah. "Aku khawatir, yang!!!"

323

Raisa Chu Present "Aku

tau..."

Chanyeol

meladeni

emosi

Baekhyun yang meledak-ledak dengan sabar. Tapi juga merasa buntu dan tidak tahu harus berbuat apa? Papa hanya memberi dua pilihan dan meninggalkan Baekhyun adalah apa yang tidak akan pernah Chanyeol lakukan. "Ikut aku ke kampung asmara." "Hum?" "Tinggal di rumahku." Chanyeol nyaris berdecak kecil. "Kamu lupa Abah marah besar ke aku?" Baekhyun menggenggam tangan Chanyeol dan menatapnya dengan keyakinan. "Kita hadapi Abah sama-sama, kita jelasin ke Abah kalau kamu udah enggak berniat lagi ngerebut kampung asmara dari warga." Apakah bisa seperti itu? Sejak kecil Chanyeol selalu dihadapkan pada Papa yang tidak mengenal kompromi. "Percaya sama aku, Abah enggak sekeras itu." Baekhyun yakin Abah mau memberi mereka kesempatan. Baekhyun tahu, sangat mengenal orang tuanya. 324

Raisa Chu Present Tapi Chanyeol menggeleng, ada rasa segan dan malu jika bertemu lagi dengan Abah. "Please... aku enggak bisa biarin kamu terlunta-lunta enggak jelas, yang... aku khawatir. Rumahku emang enggak mewah, tapi aku bisa minta Umi buat nambah satu set alat makan buat kamu. Aku mohon..." Lantas Chanyeol mencium bibir kekasihnya, di detik berikutnya mereka berbagi saliva, lidahnya saling membelit, aksi lumat melumat pun terjadi. Keduanya tersengal, menyatukan dahi oleh perasaan emosional. "Please..." Chanyeol mengangguk. "Kita coba." Karena ia juga tidak bisa membuat orang tua kekasihnya salah paham lebih lama. Bukankah memang seharusnya Chanyeol berjuang? Tentu. Dan ia akan memulainya dari sekarang. Chanyeol akan membuktikan bahwa ia tidak seburuk itu.

325

Raisa Chu Present

~oOo~ "Bah... dengerin aku dulu... dia emang salah, tapi dia udah enggak mikir-mikir buat mengakuisisi kampung ini sejak deket sama aku." Sejak kepan tepatnya? Entah. Baekhyun hanya yakin bahwa prianya tidak lagi terobsesi dengan kampung asmara. "Neng, dia hasut si erte. Kamu kan tau sendiri si erte bolak-balik ke sini, sampe ngumpulin warga buat disuap. Abah bener-bener kecewa." Baekhyun mengangguk lalu bersimpuh di depan Abah. Umi bereaksi kecil dan mencoba membujuk putrinya. Sang adik pun terlihat terkejut atas aksi kakaknya. "Aku berhasil bangkit karena dia." Lalu menatap Abah dengan nanar. "Dia yang udah ngebuka hati aku setelah sekian lama. Dia memperlakukan aku dengan baik, dia tau masa laluku. Dia ngerti traumaku. Abah juga ngeliat sendiri..." Abah bahkan Umi menyaksikan aksi Chanyeol saat menenangkan Baekhyun yang histeris. 326

Raisa Chu Present "Dia sayang sama aku. Awalnya iya... awalnya dia ngedeketin aku karena mau manfaatin kita, tapi laki-laki itu enggak bisa nahan diri dan dia jujur sama aku. Dia bilang maksud dia deketin aku karena apa..." Abah mulai bereaksi kecil. "Aku berhasil lupain laki-laki brengsek itu karena Chanyeol. Dia sayang sama aku, Bah... Mi... dia tulus... dia nyesel pernah punya niat jahat. Dia di sini sekarang, mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Tolong... aku mohon kasih dia kesempatan..." Baekhyun terdengar bersungguh-sungguh. Abah dan Umi tidak pernah melihatnya sekalut dan secemas itu setelah beberapa tahun berlalu. Benar. Jika Chanyeol tidak memperlakukan Baekhyun dengan baik, bagaimana bisa Baekhyun pulih dari trauma dan mau membuka hati lagi? Sejauh ini hanya Chanyeol yang bisa buat Baekhyun bangkit dari keterpurukan. Haruskah Abah mempercayai ucapannya? Umi mengusap lengan Abah, memberi isyarat untuk mempertimbangkan sesuatu. Abah lekat menatap putrinya, menyelam lebih dalam perasaannya. Dan ia tidak lagi menemukan sorot mata sendu seperti dulu. Baekhyun seolah sembuh. 327

Raisa Chu Present

"Bah..." Abah menghela kecil. Kodratnya mengalah dan memberi kesempatan. Ia yakin dari dulu putrinya tidak pernah berniat mengecewakannya. Baekhyun hanya terlalu polos dan naif. "Suruh dia masuk." Keputusan

Abah

terasa

benar

setelah

mendapati senyum bahagia di bibir putrinya. Benar. Tidak pernah melihatnya sebahagia itu. Bukankah Park Chanyeol terlalu sesuatu?

*** Wajah senang Baekhyun adalah apa yang membuat

waswas

Chanyeol

menguap

sejak

menunggunya di dalam mobil. Wanita itu memeluknya. "Aku udah bilang, Abah enggak sekeras itu." Baekhyun membanggakan Abah, dan terbesit rasa iri dalam diri Chanyeol. Andaikan hati Papa selembut itu.

328

Raisa Chu Present Kemudian mereka memutuskan untuk masuk ke rumah. Chanyeol gugup saat duduk berhadapan dengan Abah, mereka dibiarkan berdua saja di ruang tengah. "Maafin saya... saya nyesel Bah... saya belajar banyak dari semua ini." Abah masih memasang wajah datar andalan, serta memangku tangan. Padahal auranya cukup tenang sejak pertama bertemu, tapi sanggup membuat semua orang segan. Termasuk Chanyeol. "Abah boleh hukum saya, hajar saya atau apapun. Tapi saya mohon jangan suruh saya buat ninggalin Baekhyun." Baekhyun benar. Chanyeol terlihat tulus. Abah tidak menemukan sedikit pun hal janggal dari apa yang Chanyeol utarakan. "Saya sayang banget sama anak Abah... saya mau serius sama Baekhyun. Saya tau saya sangat brengsek dan jahat tapi Baekhyun merubah persepsi saya, Baekhyun yang bikin saya berubah pikiran. Saya enggak akan usik ketenangan warga dengan obsesi saya lagi. Saya mohon maaf." Chanyeol benar-benar tulus. 329

Raisa Chu Present Abah tidak lagi keras kepala karenanya. "Tolong kasih saya kesempatan..." Melihatnya menunduk dalam, Abah berpikir bahwa memang tidak ada salahnya memberinya kesempatan. "Baik." Chanyeol menengadah dan menelan saliva. Benarkah? "Kamu tau resikonya kalau ketauan mainmain sama anak saya." Chanyeol mengangguk patuh. "Neng..." "I-iya Bah..." padahal Baekhyun menguping di seberang ruangan. "Adek tidur sama kamu. Biar nak Chanyeol tidur di kamar Adek." "Baik, Bah..." Abah bangkit lalu menepuk bahu Chanyeol sebelum kemudian berlalu. Baekhyun menatap punggung Abah penuh haru lalu mengerling nakal pada kekasihnya yang kini mendesah lega. Chanyeol tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ia dapat. Demi apapun Chanyeol akan berubah menjadi lebih baik. 330

Raisa Chu Present

~oOo~ Pagi itu amat sangat berbeda. "Ini apa?" Baekhyun, Abah, dan Umi menoleh pada Chanyeol yang kini meneliti pisang goreng seolah baru pertama kali melihat makanan itu. "Sayang, itu pisang goreng..." Baekhyun membeo. "Oh iya, aku lupa." Lalu Chanyeol menyuap pisang goreng itu. "Lupa? Emangnya kapan terakhir kali makan pisang goreng?" Umi bertanya karena merasa keheranan. "Enggak pernah makan, Mi. Hmm enak juga ya..." kemudian Chanyeol menoleh pada Baekhyun. "Yang, aku invest ke bisnis pisang goreng aja kali ya?" "Enggak pernah makan pisang goreng?" Abah dan Umi membeo tidak percaya. "Bukan gegayaan sih Bah, Mi... cuma enggak pernah sempet makan makanan kayak gini." 331

Raisa Chu Present Karena Chanyeol hanya tinggal sendiri, lalu sibuk bekerja, boro-boro makan pisang goreng, makan nasi pun jarang. Abah dan Umi kembali saling melempar pandang. "Pantesan ya suara Aa bagus gitu, enggak pernah makan gorengan. Terus badannya bagus, otot semua bukan lemak." "Hus!" Abah menegur Adek. Chanyeol tersenyum bangga lalu mengerling nakal pada Baekhyun sebelum kemudian menyesap kopi hitam buatan kekasihnya tersebut. "Abah mau ke mana?" Chanyeol masih mencoba mengakrabkan diri lebih jauh dengan Abah. Tapi Abah masih terlihat sedikit lebih banyak diam di depannya. Mungkin masih gondok. "Biasa. Abah mah ke ladang." Umi yang menyahut. "Oh ya? Aku ikut aja lah..." Lalu semua orang menatap Chanyeol tidak percaya. "Mau ngapain?" Tanya Abah. "Siapa tau aku bisa bantu..." "Di ladang enggak ada meja buat meeting." Sarkas Abah. 332

Raisa Chu Present

Chanyeol tersenyum kecil. Memaklumi. "Aku ikut ya?" Tanpa menunggu persetujuan Abah, Chanyeol mengekorinya. Sementara

Baekhyun

dan

Umi

saling

melempar pandang. "Kamu susulin gih, nanti pacarmu malah ngacak-ngacak ladang." Karena Umi tidak yakin dengan dedikasi Chanyeol untuk membantu Abah. Dia kan CEO kaya, selama hidupnya disuapi sendok emas, dilimpahi kemewahan. Apa itu bekerja di ladang?

~oOo~ Chanyeol terpukau dengan luas ladang yang Abah garap. Lantas ekspresinya sedikit berubah kala melihat mega proyek yang berdiri megah di seberang kampung. Jaraknya sekitar ratusan meter.

333

Raisa Chu Present Pemandangan yang amat kontras dengan hijaunya ladang dan pesawahan milik warga. Dan

Chanyeol

sempat

berniat

untuk

menghancurkan keasrian itu. Betapa jahatnya. Pantas

saja

Abah

masih

begitu

sinis

terhadapnya. "Kamu teh mau bantuin Abah atau cuma mandorin doang?" "I-iya... aku bantuin." "Ya udah, kamu cangkul yang sebelah sana." "Cangkul? Oh o-oke, Bah." Tapi Chanyeol tidak bergerak hanya menatap cangkul itu selama belasan menit. "Ini gimana makenya Bah?" "Ya ampun masa enggak tau?" Well,

Chanyeol

hanya

tahu

caranya

memenangkan proyek bernilai triliunan. Ia lantas menggaruk tengkuk. Abah memijit dahinya karena pening dengan kelakuan pria itu. "Kalau gitu kamu yang tanem bibit, Abah yang cangkul." "Oke!" Chanyeol terlalu bersemangat hingga tidak tahu tengah menginjak-injak lahan yang telah Abah beri pupuk. 334

Raisa Chu Present "Aduh gusti!" Abah meraung keras. "Jangan injek area situ!" Chanyeol

membeo

lalu

menatap

kedua

kakinya yang kini kotor. Ia terperanjat, bukan karena telah mengacak-acak lahan yang telah Abah garap, tapi syok karena yang ia injak adalah kotoran hewan. Abah menggunakannya sebagai pupuk. Pria itu bergidik ngeri, merasa jijik lalu berjinjit saat berjalan menuju Abah. Kelakuannya membuat kepala bertambah pening. "Eh! Eh!! Mau ke mana atuh kamu teh Isabel?!" Dari arah lain seseorang berseru panik. Abah dan Chanyeol menoleh. "Oh?" Chanyeol melotot hebat saat seekor kerbau yang tengah mengamuk berlari ke arahnya. Jika Abah sempat menghindar, Chanyeol justru terpaku karena terkejut. Kerbau itu menghantam tubuhnya hingga ia terpental,

bergulingan

di

atas

rerumputan

lalu terjerambab ke salah satu sawah warga yang tengah digarap. Abah terbelalak begitu juga Suho si pemilik kerbau bernama Isabel tersebut.

335

Raisa Chu Present

~oOo~ Lagi-lagi rumah Abah dihebohkan oleh warga karena pria yang sama kembali mengalami musibah. Chanyeol pingsan setelah diseruduk oleh kerbau betina milik Suho. Dan pak erte itu lagi-lagi disidang oleh Abah. "Kamu teh gimana sih? Kerbau ngamuk kamu biarin ngacak-ngacak ladang warga! Bahkan sampe menelan korban!" Suho menunduk dan menautkan sepuluh jari. "Saya kan niatnya mau ngawinin Isabel sama Marco. Tapi dia ngamuk enggak mau, jangankan si bos... saya aja diseruduk beberapa kali Bah..." "Kamu mah enggak bakal syok diseruduk kerbau. Nak Chanyeol beda! Nginjek sawah aja baru pertama kali." Bagaimana jika Chanyeol mengalami trauma hebat? "Ya maaf atuh Bah... lain kali saya kandangin semua peliharaan saya, biar tidak meresahkan warga."

336

Raisa Chu Present Seolah kerbau dan sapi peliharaannya adalah spesies langka yang membahayakan. Abah mendengus kecil, sejatinya masih syok saat mengingat kejadian tadi.

*** Chanyeol kembali berakhir di kamar kekasihnya, sebelumnya tubuhnya kotor dipenuhi lumpur. Tapi Sehun membantunya membersihkan tubuh. Pria itu masih memejamkan mata, Baekhyun setia menggenggam tangan dan mengusap puncak kepalanya. "Sayang..." wanita itu memanggilnya dengan suara halus. Baekhyub tersenyum kecil saat menatap wajah tampannya. "Ini mah udah cocoknya jadi CEO, enggak cocok maen di sawah." Katanya lalu mencium pipi kekasihnya dengan sayang. "Bangun dong..." Tak lama kemudian Chanyeol bergerak kecil dan meringis. Kelopak matanya mulai terbuka dan ia disambut senyum lembut yang membuai.

337

Raisa Chu Present "Sakit sebadan-badan..." pria itu mengadu dengan suara parau. Wajar saja diseruduk kerbau. "Maafin aku ya... harusnya aku larang kamu ikut sama Abah." Chanyeol menggeleng kecil. "Kartu kreditku enggak bisa diakses, aku enggak boleh pulang ke rumah maupun penthouse. Masa mau tinggal di sini secara cuma-cuma..." Maksudnya

setidaknya

Chanyeol

harus

berguna, karena ia tidak punya uang sepeserpun saat ini. "Dari kemarin aku udah mikirin cara gimana biar Papa kamu stop marah sama kamu..." kata Baekhyun. "Susah kalau udah gitu." "Tapi yang... gimana kalau gini..." Baekhyun tahu Chanyeol tidak akan bisa beradaptasi dengan mudah di kampung asmara. Setidaknya Baekhyun harus membantunya untuk bangkit dan memikirkan cara. "Gimana?" "Lupain soal wisata taman air..." "Aku udah lupain, sayang..." 338

Raisa Chu Present "Kamu bikin proyek baru tanpa harus bikin warga angkat kaki dari sini..." "Eh?" Dahi Chanyeol mengerut dan ia perlahan bangkit dari posisi tidur. "Banyak opsi pilihan sebenernya, salah satunya dengan jadiin kampung asmara sebagai pusat wisata itu sendiri." Punggung Chanyeol mulai menegak, ia sedang mencerna saran kekasihnya. "Kamu bisa keluarin dana buat bikin kampung asmara jadi lebih menarik, jadi kampung wisata di tengah-tengah kota impian yang kamu bangun. Kesan kontras itu aku rasa bakal jadi daya tarik tersendiri." "Tapi

yang...

ketertarikan

orang-orang

cenderung terpancing sama hal-hal yang spesifik." "Mata air panas." "Huh?" "Kamu enggak tau kan di kampung asmara ada mata air panas?" "Kamu serius?" Baekhyun mengangguk. "Karena kurangnya perhatian jadi dibiarin gitu aja... menyatu sama alam. Tapi kamu bisa jadiin itu sebagai pusat wisata pemandian air panas. Kalau dikasih perhatian lebih,

339

Raisa Chu Present itu bisa jadi nilai yang menjanjikan loh... dan tentu tanpa harus merusak apapun." Chanyeol mulai berpikir keras karena saran kekasihnya, ia benar-benar memperhitungkan segala hal. Menatap Baekhyun sejenak lalu memasang wajah sumringah. Pria itu memeluk kekasihnya dengan erat. "Kamu udah nyelametin hidup aku, sayangku! Sayang banget!" Chanyeol tertarik dengan saran itu dan merasa menemukan titik terang. Secepatnya ia akan bertemu dengan Papa dan merundingkan segala hal. Tapi setelah menarik diri, Chanyeol salah fokus dengan wajah Baekhyun yang pucat. "Kamu baik-baik aja kan?" "Hum?" "Wajah kamu pucat banget yang..." Baekhyun menggeleng kecil. "Aku baik-baik aja, cuma lagi enggak enak makan gitu yang..." "Mau makan apa? Aku bel--" Lalu mereka meringis karena sadar Chanyeol tidak sedang mengantongi uang. "Enggak apa-apa, sayang..." Kemudian Baekhyun memeluknya lagi. 340

Raisa Chu Present Benar.

Pelukannya

saja

sudah

cukup.

Baekhyun tidak merasa baik-baik saja sejak kemarin tapi

pelukan

kekasihnya

benar-benar

serupa

analgesik. "Eh? Kenapa?" Chanyeol terbelalak saat Baekhyun menarik diri lalu memegang perut dan menutup mulut. "M-mual!" Baekhyun melesat ke kamar mandi lalu mengeluarkan isi perut. Chanyeol terpaksa bangun dan menyusul. "Neng? Kamu enggak apa-apa?" Abah masuk ke kamar setelah mendengar suara muntah Baekhyun yang cukup keras. "Aku enggak enak badan Bah, nanti minta Adek buat kerokin." Lalu Abah menatap Chanyeol yang sudah siuman. "Ya, udah. Nanti Abah minta Umi buatin teh anget." Baekhyun menatap punggung kekasihnya saat keluar dari kamar, ia mengangguk kecil saat Abah undur diri juga. Tak lama kemudian wanita itu menatap refleksi diri di depan cermin. Ia menggigit bibir dan menancapkan atensinya pada bagian perut. 341

Raisa Chu Present Baekhyun berbalik saat Chanyeol kembali dengan segelas teh manis. "Yang..." "Hum?" Chanyeol meletakkan gelas itu di atas meja lalu merapikan rambut kekasihnya ke belakang telinga. "Aku... aku baru inget kalau aku belum dateng bulan..." "Hum? Perutmu enggak enak karena itu?" Baekhyun mengangguk tapi juga menggeleng. "Jadi kenapa?" "Yang..." "Iya?" Chanyeol menyahutinya dengan sabar. "Kayaknya... aku hamil."

342

Raisa Chu Present

Tiga Belas Baekhyun

merasa

tak

menentu,

selain

instingnya kuat, ia juga seorang bidan yang punya alasan masuk akal atas kondisinya saat ini. Chanyeol

mengerjapkan

mata,

mulutnya

menganga. "Huh? K-kok bisa hamil?" Baekhyun

kesal

dalam

hitungan

detik.

"Gimana enggak hamil, kamu pake terus! Keluarinnya di dalem terus!" "Emang kamu mau aku buang-buang sperma sembarangan?" Chanyeol hanya terkejut, ia masih menganga tak percaya. "Gumana sih!" Baekhyun bertambah kesal. "Ini gimana kalau aku hamil? Anak kamu loh yang!" Ia mendesis dengan suara pelan, sejak awal tidak ingin percakapannya dengan Chanyeol didengar oleh Abah. "Oke, oke... kamu tenang dulu. Kita ke rumah sakit? Hum?"

343

Raisa Chu Present "Rumah sakit itu pasti ada aja temen aku! Gimana kalau nanti ada rumor?" Chanyeol menggaruk tengkuk. "Kamu kan bidan, masa enggak bisa periksa sendiri?" Baekhyun menggigit bibir. "Aku bisa tau kalau ada test pack." "Oke, oke. Aku yang beli. Kamu jangan ke mana-mana! Aku yang beliin..." "Kenapa aku enggak boleh ke mana-mana?" "Bahaya lah! Kalau beneran hamil nanti ada apa-apa sama anak aku gimana?" "Eh?" Baekhyun syok dengan kata-katanya. "Kamu istirahat. Aku pinjem kunci mobil kamu." Bukankah reaksi Chanyeol mengejutkan? Apa maksud kamu hamil?! Gugurin! Kan aku udah bilang jangan telat minum pilnya! Pokoknya gugurin kandungan kamu! Aku enggak peduli sama janin kamu! Gugurin sekarang! Gimana masa depan aku kalau semua orang tau kamu hamil?!

344

Raisa Chu Present Suara Kris di masa lalu secara tiba-tiba menggema di telinga. Kalau beneran hamil nanti ada apa-apa sama anak aku gimana? Dan kalimat Chanyeol sesaat yang lalu, juga wajahnya yang tampak cemas. Mata Baekhyun memanas. "Aku ikut..." Bukankah kini kehamilannya diterima dengan tulus? Chanyeol menatapnya sejenak, sejatinya ia panik tapi merasa Baekhyun tidak boleh lebih panik. Memeluknya sebentar, mengecup puncak kepala. "Oke, kamu jangan panik ya?" Baekhyun menggangguk. "Mi... aku sama Chanyeol mau keluar sebentar. Abah mana?" "Abah pergi periksa ladang. Loh, nak Chanyeol emangnya udah enakan badannya?" "Mendingan kok Mi." "Emangnya mau ke mana neng?" "I-ini, ada keperluan mendesak..." "Ya, udah... kalian hati-hati..." Beruntungnya Umi tidak bertanya lebih jauh.

345

Raisa Chu Present Lantas

mereka

bergegas

meninggalkan

kampung, menuju sebuah apotek yang jauh dari jangkauan orang-orang. "Kamu aja yang masuk, aku tunggu di sini..." Chanyeol

mengangguk,

membelai

wajah

kekasihnya sejenak lalu bergumam sepanjang jalan. "Beli tes... mbak, saya beli tes alat... bukan gitu! Bukan gitu!" "Selamat siang Mas, ada yang bisa dibantu." Chanyeol menggaruk tengkuk. "Anu..." Tidak pernah menduga akan membeli alat tes kehamilan setelah puluhan tahun mengembara di dunia. "Ya?" "Saya mau beli alat tes kehamilan... b-buat istri saya..." Penjaga apotek itu tersenyum kecil lalu memberi rokomendasi terbaik. Chanyeol meringis setelah selesai dan masuk lagi ke dalam mobil. "Yang kayak gini?" Baekhyun mengangguk dan menatap benda itu dengan perasaan tidak menentu. "Kita cari tempat aman..."

346

Raisa Chu Present Toilet umum menjadi pilihan, sementara Chanyeol menunggu dengan harap cemas. Baekhyun memberanikan diri masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Tangannya bergetar kecil, bayang-bayang masa lalu menghantuinya dalam hitungan detik. Wanita itu terpejam kalut dan menunduk dalam, kemudian menanamkan keyakinan bahwa Chanyeol berbeda. Bahwa pria itu bukan seorang bajingan yang akan meninggalkannya karena hamil, bukan brengsek yang

akan

memaksanya

untuk

menggugurkan

kandungan jika Baekhyun benar-benar terbukti hamil. Wanita itu terbelalak setelah sekian menit bertahan di bilik toilet. Garis dua berwarna merah adalah apa yang membuatnya membeo cukup lama bahkan membuat Chanyeol waswas. Wanita itu tak banyak bicara setelah keluar dari toilet, ia menarik lengan Chanyeol dan kembali ke dalam mobil. "Gimana yang??? Kamu beneran hamil?" Baekhyun menoleh dan menatap Chanyeol. "Kamu sayang sama aku kan?" 347

Raisa Chu Present Chanyeol mengangguk tanpa ragu. "Cinta kan sama aku?" "Aku

cinta

sama

kamu."

Chanyeol

menggenggam tangannya. "Sekarang bilang ke aku..." Baekhyun mengangguk. "Aku hamil." Chanyeol menganga selama beberapa saat, tapi reaksinya selanjutnya adalah apa yang membuat Baekhyun tidak percaya. Pria itu menariknya ke dalam pelukan, tertawa bahagia, menghujani wajah kekasihnya dengan berjuta kecupan sayang. "Makasih, makasih!" Untuk apa? Baekhyun

membeo.

Kenapa

Chanyeol

berterima kasih? "Ya ampun nak..." Chanyeol tidak pernah sebahagia itu, ia menunduk dan mencium perut Baekhyun berulang kali. "Yang... kamu enggak marah?" "Eh? Marah?" "Aku hamil, kamu enggak keberatan?" Dahi Chanyeol mengerut. "Kenapa aku harus keberatan. Ini anakku. Darah dagingku."

348

Raisa Chu Present Bukankah Park Chanyeol amat sangat di luar dugaan? Baekhyun terpukau. "Annaku... sayangku..." Chanyeol membelai perutnya. "Loh? Kok? Kok nangis? Kenapa?!" Ia panik dalam hitungan detik karena kekasihnya menangis secara tiba-tiba. "D-dia marah besar waktu aku kasih tau kalau aku hamil. Dia maksa aku buat gugurin... dia..." Chanyeol menariknya ke dalam dekap. "Ssttt... aku enggak bakal ninggalin kamu, enggak bakal siasiain kamu dan anak kita seperti yang dia lakuin. Aku bahkan belum nepatin janji, tangis ini..." ia menyeka wajah kekasihnya. "Aku janji dia bakal bayar tangis ini, dia bakalan hancur." Tangis Baekhyun mengencang. "Aku di sini sayang... hey..." "Jangan pernah nyuruh aku buat gugurin--" Tapi Baekhyun dibungkam dengan ciuman berhasrat selama beberapa saat. "Jangan ngawur. Papa sama Mama pasti seneng bakalan punya cucu. Kita ke rumah dan kasih tau mereka."

349

Raisa Chu Present "Tapi, gimana sama Abah dan Umi? Dengan gini aku ngecewain mereka lagi, buat mereka malu lagi." Chanyeol mengerti. "Kita bicara baik-baik sama mereka. Ya? Jangan panik, jangan cemas." Baekhyun hanya merasa buruk tentang dirinya sendiri, ia bukan anak yang membanggakan. Dari dulu selalu membuat orang tuanya malu. "Kita nikah, hum? Jangan nangis... kita nikah... aku bakal tanggung jawab, kita urus dan besarin anak kita sama-sana..." Tangis Baekhyun semakin pecah. Sejak dulu menanti kalimat itu terlontar padanya. Dan Park Chanyeol lah pria itu.

~oOo~ "Saya mau masuk!" "Tapi ketua kasih perintah kalau tuan muda enggak boleh masuk ke rumah ini." Chanyeol mengeratkan genggaman tangannya pada Baekhyun. 350

Raisa Chu Present "Baik, tapi sambungin interkomnya ke Mama." Chanyeol diberi kesempatan, lalu suara Mama terdengar dari dalam rumah. "Ma? Ma? Buka pintunya, ada hal penting yang mau aku omongin sama Papa." "Nak, Papa ngancem Mama buat enggak bantu kamu. Mama enggak berdaya." "Yang... kita pulang aja..." Baekhyun bergumam dan memeluk lengan prianya yang malang. "Ma, aku bawa Baekhyun. Dia lagi ngandung anak aku, cucu Mama!" Chanyeol

tidak

lagi

mendapat

sahutan,

membuat pria itu putus asa dan sepertinya kabar kehamilan Baekhyun tidak sedikit pun melunakkan hati kedua orang tuanya. Pria itu mendengus lelah lalu mengajak Baekhyun pergi, dua langkah yang dirangkai terhenti saat pintu gerbang terbuka. Mama berlari ke arahnya lalu memeluk mereka berdua. "K-kamu serius! Nak? Baekhyun hamil?!" Chanyeol sudah menduga ekspresi bahagia Mama saat ini, ia merogoh saku celana dan memperlihatkan hasil test pack. 351

Raisa Chu Present Mama terbelalak, matanya berkaca-kaca. "Iini..." ia menatap Baekhyun dan mendapati anggukan kecil. Pelukan erat Mama adalah apa yang membuat Baekhyun tak percaya. "Kita masuk ya nak... hati-hati sayangku jalannya..." Chanyeol mengerjap, menatap Mama yang kini menuntun Baekhyun dengan hati-hati seolah tidak ingin kandungannya kenapa-kenapa. Sudut bibirnya terangkat, lantas berharap agar reaksi Papa juga semenarik itu.

~oOo~ Tapi Papa tetaplah Papa, sejak dulu selalu menghukum Chanyeol dengan cara yang sama. Memukul bokongnya dengan rotan. Chanyeol menahan nyeri karena pukulan Papa terasa semakin menguat meskipun usianya tak lagi muda. "Udah bikin perusahaan nyaris bangkrut sekarang kamu malah hamilin anak orang!"

352

Raisa Chu Present Chanyeol meringis lagi saat rotan itu kembali mendarat di bokongnya. Ia tidak ingin membayangkan seperti apa bentuknya saat ini. "Huh?! Dasar anak enggak berguna!" Papa meraung geram. "Cucu Papa..." "Diem kamu!" Chanyeol menutup mulut. "Kalau cowok bakal ganteng kayak Kakeknya..." "Papa hajar ya kamu!" Demi apapun Papa tidak akan terkecoh dengan bayangan bayi lucu. Tidak. "Kalau cewek bakal cantik kayak Neneknya..." Lalu bokong Chanyeol dipukul lagi. Papa melempar rotan itu lalu memijit pelipis. "Kamu

pikir

Papa

bakal

kasih

kamu

kelonggaran hanya karena wanita itu hamil?" "Cucu Papa itu Pa... jangan tega-tega." Papa geram dan hendak memukul kepalanya lalu mendengus keras. "Lagian Papa maen mukulin. Aku bawa kabar yang lebih bagus, buat nasih mega proyek kita.

353

Raisa Chu Present Papa lantas berdeham dan kembali duduk di sofanya.

Sejatinya

memang

masih

menunggu

Chanyeol untuk menyelesaikan masalahnya. Merasa mendapat lampu hijau, Chanyeol duduk menghadap Papa lalu mulai menjelaskan segala hal yang Baekhyun sarankan. Dengan harapan hati Papa terbuka.

~oOo~ Baekhyun sedang menunggu di sebuah kamar, katanya itu kamar Chanyeol. Pantas saja aroma yang menguar sangatlah Park Chanyeol. Interior kamarnya juga tidak jauh berbeda dengan yang ada di penthouse. Lantas Baekhyun mulai membaui bantal. Tak lama setelah itu pintu kamar terbuka, Baekhyun terbelalak kecil karena mendapati Papa Chanyeol di sana. Pria paruh baya itu lantas berdiri di depan jendela. 354

Raisa Chu Present "Om?" "Chanyeol akan nikahin kamu secepatnya. Jadi, jaga baik-baik cucu kami." Baekhyun mengerjap beberapa kali. Papa hanya berbicara demikian lalu pria paruh baya itu menepuk bahunya. "Kamu udah bertahan sejauh ini, dan kami enggak punya alesan buat enggak mungut wanita tangguh ini untuk jadi menantu." Sejatinya Papa sempat terprovikasi dengan masa lalu Baekhyun. Tapi beliau adalah pribadi yang menaruh rasa hormat dan menghargai setiap orang yang bertahan dan bangkit dari keterpurukan, untuk itulah ia juga memberi

kesempatan

terhadap

putranya. Baekhyun

menunduk

dalam,

matanya

memanas dalam hitungan detik. Apa

yang

Papa

ucapkan

amat

sangat

membuatnya merasa begitu terharu. "Secepatnya kami akan datang ke rumah dan ngelamar kamu, jangan cemas nak... orang tua enggak membenarkan

kesalahan

anak,

tapi

memberi

kesempatan anaknya buat jadi lebih baik." "Terima kasih..." Baekhyun menarik tangis. "Maafin Chanyeol kalau dia bikin kamu sulit." 355

Raisa Chu Present Baekhyun menggeleng kecil, justru Park Chanyeol lah sumber kekuatannya. "Terima kasih..." Papa mengangguk lalu memberi ruang untuk Baekhyun menumpahkan kesedihannya.

~oOo~ Chanyeol dan Baekhyun berlutut di hadapan Abah, bersiap menerima kemarahan pria paruh baya itu atas berita kehamilan putrinya. Baekhyun menunduk dalam, tahu seberapa besar rasa kecewa Abah saat ini. Perlahan mulai bertanya-tanya, mengapa ia tidak bisa belajar dari pengalaman? Mengapa begitu naif dan membuat orang tuanya kecewa terus menerus? "Aku bakal nikahin Baekhyun, jangankan nanti. Sekarang pun aku siap, Bah..." Abah

hanya

sedih,

merasa

gagal

memepertahankan kehormatan putrinya untuk yang kedua kali.

356

Raisa Chu Present Tentang trauma, Abah jauh lebih merasa menderita. Baekhyun

mendekat

lalu

bersimpuh,

bungkamnya Abah adalah untuk rasa kecewa yang begitu mendalam. Ia tahu. "Aku mohon ampun, Bah... ampun..." Wanita itu tersedu-sedu seraya mencium tangan Abah berulang kali, terpukul atas reaksi Abah. "Aku bukan anak yang bisa dibanggain, aku bikin Abah malu dan kecewa berulang kali." Orang tua enggak membenarkan kesalahan anak, tapi memberi kesempatan anaknya buat jadi lebih baik. Dan ucapan itu terbukti saat Abah mengusap puncak kepala Baekhyun dan memberinya sebuah pelukan hangat. "Kamu yakin pilihan kamu enggak salah kan, nak?" "Cuma Chanyeol yang aku mau. Cuma dia..." Abah menghela kecil lalu mengangguk paham. "Jangan nangis anak Abah... Abah sama Umi enggak marah kalau itu buat kebaikan kamu." Baekhyun tersedu-sedu, berjanji bahwa ini kali terakhir ia mengecewakan Abah dan Umi. 357

Raisa Chu Present Demi mereka, bahkan demi janin yang dikandung.

~oOo~ Setelah mempertimbangkan beberapa hal, dan atas musyawarah ke dua belah pihak keluarga, Chanyeol dan Baekhyun memutuskan untuk menikah secara diam-diam. Bahkan ijab kabul hanya dihadiri oleh keluarga dan sanak saudara terdekat. Tidak ada resepsi atas persetujuan kedua belah pihak. Mereka hanya memberikan berbagai alasan yang bersifat pribadi untuk menjawab rasa penasaran para jurnalis atas pernikahan si pewaris tunggal, mengingat Park Group memiliki citra yang dikenal khalayak umum. Kabar pernikahan itu pun sampai di berbagai media dan platform.

358

Raisa Chu Present Prosesi ijab kabul berlangsung khidmat, selain mengutamakan privasi, mereka juga merasa acara sakral itu tidak harus menjadi konsumsi publik. Hak terpenting mesti diutamakan, dari semua hal Baekhyun yang paling diutamakan. Ciuman lembut tersemat di dahi setelah sang penghulu menyatakan mereka resmi menjadi suami istri. Meskipun tidak berbalut atmosfer yang mewah seperti yang kerap diidamkan para wanita ketika dipinang oleh pria kaya, Baekhyun justru merasa sah nya saja sudah membuat ia bahagia. Tak lupa bersimpuh dan memohon doa terbaik dari kedua orang tua. Baekhyun selalu menanamkan keyakinan bahwa mereka kunci utama kebahagiaan.

~oOo~ Tidak ada alasan untuk tidak memboyong Baekhyun untuk pindah dan tinggal di penthouse. Dia sudah mendapat gelar nyonya Park. 359

Raisa Chu Present Chanyeol menggendong

akan

bersikap

istrinya

baik.

menuju

Pertama

kamar

dan

merebahkannya di atas ranjang. "Perutnya enggak mual lagi kan?" "Kadang-kadang aja kok..." "Jangan sakit..." Chanyeol mencium dahi lalu membelai perut istrinya. "Sehat terus ya nak... Daddy sayang kamu..." Baekhyun tersenyum kecil sekaligus terharu. "Tapi..." "Hum...?" "Enggak ada jatah dulu ya, Daddy..." Chanyeol meringis kecil, sukses membuat istrinya tertawa. "Kamu keren banget hari ini, apalagi pas ijab kabul. Aku ngerasa jadi wanita paling beruntung di dunia." Baekhyun tahu cara membesarkan hati sang suami. Juga berdasarkan sebuah fakta. Chanyeol memang keren saat menjabat tangan Abah dan ijab kabul tanpa sedikit pun kesalahan. Pria itu ikut naik ke atas ranjang, kemudian membiarkan istrinya terperangkap dalam dekap. "Media pasti heboh banget..." 360

Raisa Chu Present "Aku agak waswas gitu..." "Enggak kok, kalau kamu cemas karena takut digunjing hamil di luar nikah... kita bisa ngungsi dulu ke Amerika beberapa bulan sebelum kamu lahiran." Sejujurnya Baekhyun mencemaskan Abah dan Umi. Tidak siap jika mereka harus kembali menjadi gunjingan orang-orang. "Prediksiku kandunganku ini baru berusia sekitar dua mingguan deh yang..." "Kok bisa tau?" "Aku bidan sayang... Lagian kalau inget pertema kali kita anuan terus dicocokin sama tanggal menstruasiku ya sekitar segituan..." "Berarti dia masih gumpalan darah dong?" Baekhyun tersenyum dan membelai pipi suaminya. "Sayang kan?" "Sayang banget...Ujug-ujug sayang banget aja gitu sama dia. Ketemu aja enggak pernah, kenal juga baru kemarin." Naluri seorang ayah memang meninggalkan kesan jenaka. "Tangannya..." Baekhyun menegur saat jemari nakal itu menelusup masuk ke dalam celana. "Daddy..." Baekhyun mulai meringis dan melenguh oleh belaian lembut di area intim. 361

Raisa Chu Present "Enggak dimasukin... gesek aja ya?" Baekhyun menggeleng. "Nanti kebablasan..." tahu perangai suaminya. "Mommy..." "Yes Daddy?" Chanyeol melempar cengiran. "Satu ronde tapi pelan kok?" Mana bisa Baekhyun menolak? Anggap saja ritual malam pertama. Kemudian pasrah saat ditelanjangi. "Akhh! Daddy! Hnghh! Please..." Chanyeol memberi tempo serendah mungkin setelah rudalnya melesak. Baekhyun selalu merasa penuh bahkan sesak di dalam sana, untuk itu ia tidak pernah bertahan hingga

beberapa

lama.

Orgasme

pertamanya

membawa lenguhan panjang. Chanyeol setia menyentak pinggul, geraman kecil sesekali mengemuka saat si junior dicengkram kuat di dalam sana. "Pelan-pelang

sayang..."

Baekhyun

mengingatkan sambil mengagumi bentuh tubuh atletis suaminya. "Akhh!! Pelan-pelan!" Chanyeol enggan berganti posisi, itu hanya akan membuat istrinya lelah, lalu di akhir menit ke 362

Raisa Chu Present sekian

puluh,

ia

"Akhh!!!"

Menyiram

menggeram

pintu

rahim

hebat.

itu

hingga

lelehannya keluar tempat. "Satu ronde cukup. Udah." Pria itu meyakinkan diri lalu memakaikan kembali pakaian istrinya. Lagi-lagi hal jenaka. Ketika biasanya Baekhyun akan dihajar hingga fajar menyingsing. "Suamiku

yang

baik

hatinya,

tampan

wajahnya, banyak uangnya, gede anunya..." Chanyeol tertawa. Dari mana Baekhyun belajar menyanjungnya seperti itu?

363

Raisa Chu Present

Empat Belas Masa selalu tahu caranya mengejutkan semua manusia. Beberapa ada yang mengutuk karena waktu merambat

dengan

lambat,

lalu

yang

lainnya

membelalak karena musim berganti serupa hitungan jam. Kandungan Baekhyun sudah menginjak usia tujuh bulan. Kata Chanyeol perutnya sedang sangat luculucunya.

Maka

pria

itu

tidak

pernah

absen

mengecupinya dengan sayang. Tapi pagi ini ia tertawa jenaka karena tangannya ditendang oleh si jabang bayi. Lalu setia menunggu perut istrinya kembali bergerak. Chanyeol

terkagum-kagum,

menantinya

hingga tidak mendengarkan teguran sang istri tentang meetingnya pagi ini. Bisnis keluarga Wu dinyatakan pailit dan sejumlah aset berharga disita oleh bank.

364

Raisa Chu Present Bukan hanya itu, putra tunggal mereka, Kris Wu dilaporkan diringkus petugas kepolisian ketika sedang berpesta narkoba bersama rekan wanitanya di salah satu apartemen di bilangan ibukota. Dan suara pembawa berita pagi itu amat merdu di telinga Chanyeol. "M-mereka bangkrut?" "Maen kotor juga sih, salah satu resort mereka ternyata suka dijadiin tempat buat pesta narkoba para pejabat tinggi Tiongkok." "Kok kamu tau?" Chanyeol melempar cengiran. Ia dalang di balik kehancuran keluarga Wu. "Kamu jangan-jangan..." Baekhyun menebak. "Mereka lagi pusing nyari pahlawan tuh..." Chanyeol kembali menciumi perutnya dengan sayang. "Dan aku udah mutusin kalau Abah yang bakal jadi penerus bisnis mereka, aku nyuruh asistenku buat nanam saham, atas nama Abah." "Huh?" Baekhyun membeo. "Dan

sekarang

mereka

ada

di

bawah

kekuasaan Abah, mereka enggak pernah bisa lagi ngehina kamu dan keluargamu. Seenggaknya mereka harus tau kalau kehidupan itu berputar. Enggak 365

Raisa Chu Present selamanya mereka di atas, ada kalanyan harus jatuh sampe ke dasar." Baekhyunn terkagum-kagum, ia tidak tahu kalau suaminya merencanakan segala hal sematang itu. Janjinya benar-benar ditepati. Aku bakal hancurin mereka. Kini Baekhyun merasa ngeri, seharusnya sejak awal sadar kalau pria itu bukanlah sosok yang dapat disepelekan. "Dasar suamiku..." Baekhyun menyisir puncak kepalanya. Chanyeol

tersenyum

kemudian

kembali

bermanja ria dengan si jabang bayi. "Ayo bangun, nanti telat meeting..." "Sebentar lagi, Daddy masih kangen Adek... ya Dek? Masa Mommy enggak bolehin Daddy ngobrol sama Adek..." kemudian perutnya kembali diciumi. "Sayangku... cintaku..." "Liat deh jam berapa ini. Kamu juga kan ada jadwal crosscheck ke kampung asmara, yang..." Chanyeol ingat, ia juga tidak mungkin gegabah mengingat tidak mudah mendapatkan persetujuan warga kampung asmara tentang proyek wisata pemandian air panas. 366

Raisa Chu Present

Baekhyun

menangkup

wajahnya

lalu

menghujani pipinya dengan kecupan sayang. "Mandi... aku siapin sarapan dulu." Tapi Chanyeol memilih masuk ke dalam dekapannya. "Pengennya ngekepin istri terus..." "Nanti istrinya enggak makan kalau suaminya kerjaannya ngekepin terus..." "Drama

deh..."

Chanyeol

tertawa

lalu

mengalah dan bangkit. "Nanti ada dokter kenalan aku yang kontrol ke sini." Bahkan Chanyeol membayar peralatan medis dan menjadikan salah satu ruangan di penthouse sebagai tempat untuk memeriksa kandungan istrinya. Karena memeriksakan kandungan ke rumah sakit umum hanya akan menimbulkan spekulasi. Chanyeol tidak mau keluarganya menjadi bahan gunjingan, ia tidak mau istrinya merasa stress dan berakibat fatal terhadap janin yang dikandung.

*** 367

Raisa Chu Present Chanyeol kembali dari kamar mandi setelah selesai membersihkan diri. Lalu mengenakan pakaian yang sudah istrinya siapkan di atas ranjang, kemudian keluar dari kamar seraya menenteng selembar dasi. Hendak menghampiri istrinya di dapur tapi telah lebih dulu mendengar pekikan keras. Dahi pria itu mengernyit, berlari menuju dapur dan matanya terbelalak. "Akh!!" Melihat sang istri terjerambab di atas lantai, kakinya dihiasi darah segar yang meluncur dari selangkangan. "Ha!! Sakit!" Chanyeol syok dan panik karena jeritan kesakitan istrinya. "Hey... k-kamu enggak apa-apa? Sayang?!" Baekhyun menggeleng keras. "Sakit! Perut aku!" Seraya mencengkram lengan suaminya. "K-kita ke rumah sakit!" Tanpa pikir panjang menggendong istrinya keluar dari penthouse menuju elevator dan berakhir di lantai basement. "Kamu kuat... bertahan ya? Sayang? Denger aku!" "Sakit! Perut aku!" 368

Raisa Chu Present Baekhyun terpleset saat hendak memutari pantry, ia tidak bisa menahan beban tubuh dan akhirnya terjatuh tak elit di atas lantai. Mobil itu dikemudikan menuju rumah sakit terdekat. Chanyeol benar-benar panik bahkan sempat mengutuk pengguna jalan yang lain. Ia pun cukup merasa ngeri melihat darah segar itu semakin mengalir deras di kaki istrinya. Berbagai skenario terburuk menyambangi pikiran. "Bertahan sayang... bentar lagi kita sampe..." "Enggak kuat! Ha! Sakit!" Baekhyun menangis kerasa karena perutnya terasa melilit. Tak lama kemudian mereka sampai. Chanyeol menyisir instalasi gawat darurat. Kepanikan menular pada petugas medis. "Tolong istri saya! Kandungannya..." Chanyeol meringis ngeri saat seorang dokter membantu memeriksa istrinya, ia tengah harap-harap cemas dan bahunya merosot saat sang dokter menyarankan untuk menerapkan prosedur bedah. "Rahimnya mengalami pendarahan akibat adanya benturan, prosedur bedah caesar satu-satunya cara untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Tolong beri keputusan secepatnya."

369

Raisa Chu Present Chanyeol seperti manusia linglung tang tidak bisa berpikir dengan baik. Ia memejamkan mata seraya memijit pelipis, tapi rintihan kesakitan Baekhyun menyadarkannya telak. "Tolong ikut saya untuk menandatangani berkas persetujuan." Tanpa pikir panjang, Chanyeol bergegas mengekori salah satu perawat meski tidak tega meninggalkan istrinya barang sejenak.

~oOo~ Chanyeol tidak pernah sekalut saat melihat istrinya diboyong masuk menuju ruang bedah. Entahlah, akhir-akhir ini merasa menjadi orang yang berbeda. Tepatnya saat mengenal Baekhyun, awalnya hanya berniat memanfaatkan malah berlanjut menjadi sebuah kenyamanan. Sentuhannya adalah apa yang membuat Chanyeol yakin bahwa dia berbeda dari yang lain.

370

Raisa Chu Present Chanyeol dikenal tidak konsisten dengan dirinya sendiri, gemar bermain wanita, jika penat tidak ragu mengeluarkan banyak biaya untuk membayar seorang pelacur berkedok model. Dan menggunakan alasan yang sama saat para wanita menuntut lebih. Chanyeol hanya sedang bosan. Begitu katanya. Sepanjang hidupnya tidak pernah percaya dengan apa yang mereka sebut karma. Seharusnya tidak menggali lebih jauh tentang Byun Baekhyun. Merasa tidak harus tahu tentang masa lalunya, bahkan trauma yang diderita hingga Chanyeol merasa perlu melindunginya. Konyol memang, Chanyeol memasang badan dan berjanji akan menghancurkan siapapun yang sudah membuat Baekhyun trauma. Demi apapun bahkan menikahi wanita itu, karena cinta dan juga pertanggung jawabannya sebagai seorang pria. Mungkin para jalang itu akan tertawa jika tahu bahwa Chanyeol jatuh cinta. Karma. Sekali lagi ia melirik pintu ruang bedah lalu menunduk dalam dan membiarkan setetes air mata lolos dari pelupuk.

371

Raisa Chu Present Dia menangis karena mencemaskan istri dan anaknya. Lindungi mereka Tuhan... selamatkan mereka... Lalu terdengar langkah ribut dari arah lain. Anggota keluarga telah sampai, mereka sama kalutnya. Apalagi Umi yang tidak bisa menahan rasa cemas hingga menangis kecil di pelukan Abah. "Gimana ceritanya bisa kayak gitu?!" Papa terdengar kalut, tentu saja tidak bisa menahan rasa cemas karena menantu dan calon cucunya sedang terancam. "Baekhyun lagi siapin sarapan. Aku enggak tau detailnya, dia udah jatuh gitu di lantai." "Kamu ini gimana sih?! Istri lagi hamil besar malah disuruh nyiapin sarapan!" Mama menegurnya. Chanyeol tidak menyuruhnya tapi merasa pantas disalahkan karena ia seharusnya melarang sang istri untuk melakukan pekerjaan berat. "Apa kata dokter?" Abah bertanya. Chanyeol menatap Abah yang terlihat kalut di balik gelagatnya yang tampak tenang. Lantas ia merasa bersalah terhadap pria paruh baya itu. Abah sudah berbaik hati mempercayakan Baekhyun untuk ia pinang tapi Chanyeol malah gegabah. 372

Raisa Chu Present "Operasi caesar satu-satu opsi biar ibu dan anaknya selamat." Abah mengangguk kecil lalu menepuk bahu menantunya. Tidak menyalahkan tapi meyakinkan pria itu bahwa semua sudah Tuhan yang atur. "Bagus. Kamu udah buat keputusan yang tepat." Karena

bagaimana

pun

keselamatan

Baekhyun yang harus diutamakan.

*** Semua orang setia menunggu di ruang bedah. Mereka belum bisa bernafas lega karena sudah menunggu sekian jam. Seorang staf medis sempat memberitahu bahwa mereka harus berdoa untuk yang terbaik, tapi Chanyeol terlalu menggugu pikiran-pikiran negatif hingga ia tidak bisa diam dan terus mondar-mandir. Bagaimana jika terjadi sesuatu? Bagaimana keadaan istri dan anaknya? Lalu seorang staf medis lain keluar dari ruang bedah. 373

Raisa Chu Present "Ibu dan bayinya selamat." Desah lega dari semua orang mengemuk. "Suami pasien mohon ikut dengan saya." Lalu mereka saling melempar pandang. Ada apa? Chanyeol

yakin

rasa

lega

itu

belum

sepenuhnya, ia lantas mengikutin staf media tersebut lalu seorang dokter menunggunya di sebuah lorong. "G-gimana dok istri dan anak saya?" Dokter itu sempat diam untuk memilah kata yang benar. "Dedek bayinya selamat ya, meskipun lahir secara prematur, sedang tim kami tangani di ruangan khusus dan..." Chanyeol menelan saliva, leganya masih bertahan di ujung kerongkongan. "Ibunya mengalami pendarahan hebat, sudah kami tangani dengan maksimal tapi butuh waktu buat nunggu ibunya siuman. Mungkin beberapa hari jika kondisinya membaik dengan pesat." Mata Chanyeol memanas dalam hitungan detik. Ia menunduk dalam nafasnya tersengal hebat. "Istri saya bakal baik-baik aja kan, dok?" "Berdoa yang terbaik ya, pak..."

374

Raisa Chu Present Lantas Chanyeol hanya bisa tertegun. Ia seperti kehilangan akal lalu menangis kecil di inkubator. Sosok bayi mungil itu berjenis kelamin perempuan. Amat sangat cantik seperti ibunya. "Hey..." Chanyeol menangis lagi melihatnya, tak

kuasa

menahan

kesedihan,

perasaannya

bercampur aduk. "Daddy di sini sayang..." ingin menyentuhnya tapi dia renta karena terlahir secara prematur. Chanyeol

bahkan

cukup

ngeri

melihat

beberapa selang mencuat dari tubuh putrinya. "Bertahan ya, nak... bertahan... Daddy di sini..." Hanya tersisa sebuah doa dan harap agar keadaan membaik secepatnya.

~oOo~ Baekhyun dipindahkan ke ruang ICU. Tidak ingin membuat anggota keluarga yang lainnya sedih, Chanyeol lantas meminta mereka untuk

375

Raisa Chu Present pulang. Ia berpikir untuk menjaga istri dan anaknya sendiri. Seluruh

jadwal

yang

berkaitan

dengan

pekerjaan sengaja ditunda dan sebagian dibatalkan. Chanyeol hanya akan fokus pada belahan jiwa. Hari pertama tidak terasa sulit, bahkan di hari kedua dan ketiga. Chanyeol memutuskan mengiyakan tawaran Umi untuk menggantinya berjaga. Karena Chanyeol tidak bisa meninggalkan urusan kantor terlalu lama. Baekhyun belum siuman, dan titik terendah dalam

hidup

Chanyeol

adalah

ketika

istrinya

mengalami kritis di hari kedua pasca operasi. Apa kabar dengan putrinya? Seperti terkoneksi dengan sang ibu, si mungil itu juga rewel, kondisinya sempat menurun dan itu membuat Chanyeol kalang kabut. Pria itu sedang mengontrol pembangunan jalan yang terkoneksi dengan kampung asmara nantinya. Beberapa fasilitas sudah selesai di bangun, bahkan tim lain sudah nyaris merampungkan tempat utama, yakni sumber mata air panas. Mereka bekerja dengan totalitas, bahkan beberapa warga kampung direkrut oleh Chanyeol untuk membantu. Pria itu sudah sangat akrab dengan mereka. 376

Raisa Chu Present Tentu. Si pria yang pingsan tiga kali, karena diganggu hantu dan diseruduk kerbau. Rencananya mengadakan

Chanyeol

pengajian

dan

setelah

Abah

proyek

akan wisata

pemandian air panas itu rampung, katanya cara itu ampuh untuk mengusir makhluk halus. Kan tidak lucu jika ada seorang wisatawan yang sedang berendam air panas lalu digoda oleh hantu bakul. "Hun, tolong hp saya." Sehun

diangkat

menjadi

wakil

asisten,

Chanyeol sengaja merekrutnya karena tahu sangat sulit

mencari

pekerjaan

di

jaman

sekarang.

Membantunya tidak akan membuat rugi, lagipula Sehun sangat berbakat dan mempunyai jiwa pekerja keras. Pemuda itu mengangguk lalu merogoh saku jas bos besar. "Enggak ada yang perlu diubah, sesuai rencana awal aja, kalau pun harus ngerombak beberapa titik, pastikan enggak merusak apapun." "Baik, pak." Mandor proyek itu mengangguk pahan setelah mendapat pencerahan dari bos besar. Kemudian Chanyeol melepas topi proyek, Sehun dengan sigap menerimanya. 377

Raisa Chu Present

Chanyeol hendak menghubungi pihak rumah sakit untuk menanyakan kondisi istrinya tapi nomor adik iparnya telat lebih dulu terpampang di layar ponsel. "Hallo, dek? Kenapa?" "A, t-teteh udah siuman! Teteh udah bangun, cepetan ke sini!" Tangan

Chanyeol

bergetar,

matanya

membelalak, di detik kemudian ia melesat menuju mobil yang terparkir di halam rumah mertuanya, sekalian mengajak Abah untuk ikut ke rumah sakit. "Kamu urus sisanya." Ia memberi titah pada Sehun yang dibalas dengan anggukan kecil. Cukup bertanya-tanya apa yang terjadi?

~oOo~ Chanyeol berlari menyisir koridor utama rumah sakit menuju ruang ICU. Sepasang

mata

sayu

menyambut

kedatanganya, wanita itu mengerjap lemah dan 378

Raisa Chu Present Chanyeol merengkuhnya ke dalam pelukan, menciumi bahunya berulang kali, menangkup wajahnya, lalu mengecup bibirnya dengan sayang. "You saved my life!" Chanyeol bergumam penuh haru. "Thank you for being awake, I love you, baby... I love you..." Baekhyun mengerjap lagi lalu membalas pelukan suaminya. Terdengar detak jantung suaminya yang berantakan, merasakan kekhawatirannya yang mendalam. "Where is my baby?" Chanyeol menarik diri, lalu menyatukan dahinya dengan sang istri. "Di mana bayi aku? Hum?" "Ada... dia lagi dirawat, kita belum bisa gendong." Baekhyun sempat terbelalak tapi suaminya menenangkannya. "Dia baik-baik aja... putri kita baik-baik aja..." "P-putri?" Chanyeol tersenyum dan mengangguk. "She is a beautiful princess like her mother..." Mata Baekhyun memanas penuh haru, lalu tangisnya pecah. Rindu, ingin mendekap sosok mungil itu.

379

Raisa Chu Present Kemudian Baekhyun menatap semua orang. Netranya berakhir pada sosok Umi yang kini tersenyum lebar ke arahnya. "Umi..." rengeknya lalu meminta untuk dipeluk. "Anak Umi yang cantik... Umi di sini..." "Maafin aku..." Sesakit itu rasanya berjuang menjadi seorang ibu. "Enggak apa-apa..." "Abah..." Lalu Abah menenangkan tangisnya. "Maafin aku..." "Udah, jangan nangis. Fokus pulihin dulu kesehatan kamu, kasian si princess..." Baekhyun menatap Abah yang kini melempar cengiran. Julukan Princess diberi oleh Chanyeol, dan semua orang ikut-ikutan. Dan suasana sedikit mencair karena hal itu.

~oOo~ 380

Raisa Chu Present Baekhyun dipindahkan ke kamar inap atas persetujuan dokter. Chanyeol setia mendampinginya, begitu pun orang tua mereka. "Kapan aku bisa ketemu sama bayi kita?" "Dokter bilang perkembangan kondisinya cukup pesat, tapi dia masih perlu perawatan intensif... jadi kamu sabar dulu ya... kalau udah kuat, aku ajak kamu ketemu sama dia." "Pengen gendong..." Chanyeol paham dengan rengekan istrinya. Ibu mana yang tidak rindu dengan putrinya yang baru saja dilahirkan? "Iya, nanti sayang..." "Pantau dia terus yang..." Setiap waktu, Chanyeol tidak pernah lupa mengontrolnya. "Aku enggak liat Papa sama Mama..." "Oh, mereka lagi ada acara formal di Jepang, maaf ya acaranya enggak bisa dibatalin. Seharusnya aku yang pergi tapi Papa sama Mama ngelarang, karena tau kondisi kamu lagi enggak bagus..." Baekhyun tersenyum kecil. "Enggak apa-apa... asal mereka sehat." "Abah sama Umi mau nginep ya neng..." 381

Raisa Chu Present "Abah sama Umi pasti capek, pulang aja ya? Aku suruh Sehun buat jemput." "Tapi nanti kalau ada apa-apa gimana?" "Ada aku kok." Ada suaminya yang setia setiap saat. "Iya, Abah sama Umi pulang aja terus istirahat. Dek, kamu juga ya nanti Sehun jemput." Kemudian mereka mengangguk pasrah, jika seperti itu keinginan Baekhyun. Karena yang paling penting dia sudah siuman dan baik-baik saja.

~oOo~ Baekhyun memulihkan diri pasca operasi selama satu pekan, kini ia sudah bisa duduk di kursi roda. Tekadnya untuk bertemu dengan sang buah hati

benar-bebar

tinggi,

mengalami kemajuan pesat. Demi si mungil.

382

kondisi

kesehatannya

Raisa Chu Present "Iya,

pelan-pelan

sayang...

pelan-pelan..."

Chanyeol membantunya duduk di kursi roda. "Buruan aku udah enggak sabar yang..." "Iya... harus hati-hati dong, enggak inget apa kata dokter?" Baekhyub merengut kecil. "Ya kamu enak bisa hiliir mudik nengokin dia, nah aku?" Nada bicara sang istri mulai tidak biasa, Chanyeol menghela kecil lalu berlutut di depannya. "Aku ngerti... tapi kan kondisi kamu juga perlu diperhatiin. Ya?" Baekhyun melunak lalu membelai wajah suaminya. "Cium aku..." Dengan senang hati. Mereka berciuman dan saling melepas rindu. "Cepet pulih dan sembuh ya..." Baekhyun menangkup wajah suaminya. "Udah enggak tahan ya?" "Iya ni, tangan pegel nyolo terus." "Ish!" Chanyeol terkekeh dan menciumnya kembali. Baekhyun menghirup udara sebanyak yang ia bisa ketika Chanyeol mendorong kursi roda itu keluar dari kamar. "Kok aku deg-degan ya..." 383

Raisa Chu Present Chanyeol tersenyum maklum. "I cried a lot everytime I see her..." "Hum???" "Terharu aja, sayang banget. Bukan cuma kamu yang pengen gendong dia, aku juga pengen lah..." Baekhyun

mengelus

punggung

tangan

suaminya, tahu seperti apa rasanya. Mereka kini menjadi orang tua bukan? "Are you ready?" Baekhyun menghela napas lalu mengangguk, detak jantungnya kian tak menentu saat Chanyeol membawanya ke ruang NICU. Ada beberapa tabung bayi tapi Baekhyun perlu petunjuk yang mana miliknya? "And here's our precious princess..." Chanyeol berhenti mendorong kursi roda itu tepat di depan sebuah inkubator. "Aku enggak bisa liat!" Baekhyun meronta kecil karena posisi inkubatornya yang sedikit lebih tinggi. Chanyeol membantunya untuk berdiri lalu merangkul tubuhnya. Baekhyun menancapkan atensinya dengan lekat pada sosok mungil yang kini meringkuk di sana. Lalu nafasnya tercekat berulang kali. 384

Raisa Chu Present Waniat itu melirik suaminya sejenak. "Ours..." bisik Chanyeol. Dan tangis Baekhyun pecah setelahnya. "She is so beautiful..." Chanyeol mengangguk. "Look at her ears..." "It's Park Chanyeol's!" Baekhyun berseru kecil lalu memeluk dan menempelkan pipinya dengan sang suami. "Tapi bibirnya Byun Baekhyun banget." "Cantik banget..." "Daddy nya siapa dulu dong..." "It's all about her Mommy..." Baekhyun tidak mau kalah. Chanyeol

mengalah

dan

mengeratkan

pelukannya pada sang istri. "Kita jaga dan besarin sama-sama ya, yang..." Baekhyun mengagguk kecil. "Tentu..." "Let's be happy for a really long time..." Lalu senyum mereka merekah seraya menatap sang buah hati dengan binar kebahagiaan. Pelengkap hidup. Mom and Dad loves you so much, princess...

385

Raisa Chu Present

Lima Belas Satu tahun kemudian... Setelah sempat ditunda, kini Park Group mengonfirmasi bahwa Dreamland akan dibuka dalam waktu dekat. Acara gunting pita pun diselenggarakan hari ini, akan ada beberapa tokoh dan pengusaha penting yang hadir. Saat ini kami sudah terhubung dengan reporter yang berada di titik lokasi yang akan dijadikan tempat acara pengguntingan pita berlangsung... Tapi pemilik mega proyek itu masih terlelap di bawah selimut karena begadang semalaman suntuk. Karena si kecil rewel dan ingin digendong sepanjang malam.

386

Raisa Chu Present Lalu sosok seksi dan hanya berbalut lingerie kini mendekati ranjang dan berbisik tepat di depan telinga. "Bangun sayang... nanti telat ke acara..." Tapi Chanyeol tuli. "Daddy..." "Enggak pake desah juga..." Chanyeol akhirnya bersuara saat sang istri memanggilnya dengan desahan menggoda. "Yes! Daddy! Akhh!!! Wake up! Hnghh!!" Salahnya Baekhyun tidak pernah belajar dari pengalaman,

bahkan

melupakan

fakta

bahwa

suaminya masih bertelanjang bulat di bawah selimut. Wanita

itu

ditarik

sebelum

kemudian

mengangkangi paha suaminya. "Akhh!!! So big!" Saat rudal jahat itu melesak masuk ke dalam tubuh. "Move baby... move..." "Yes Daddy! Akhh! Feel so good! Hnggh!! Pagi hari selalu menjadi waktu yang tepat untuk

memancing

birahi.

Lalu

Chanyeol

menyentaknya dengan keras dari bawah sana. Baekhyun menggila, menggeliat dan memutar pinggulnya dengan liar. "Hnggh! Feel so good, Daddy!"

387

Raisa Chu Present "Ouhh! Ha'akhh!" Chanyeol ikut mendesah lalu membalikkan tubuh sang istrinya hingga posisi mereka saat ini mengerupai kucing kawin. "Yes! Yes! Akhh!! Harder Daddy! I'm about to... cum! Ha'akhh!! Akhh!!!" Baekhyun menedesah keras tapi orgasmenya tidak dihiraukan karena pria bisa menjadi begitu egois jika tentang mengejar sebuah puncak kenikmatan. Chanyeol menampar bokongnya berulang kali hingga hentakannya melampaui tempo. Baekhyun menjerit kenikmatan saat gerak pinggul suaminya membabi buta. Lalu geraman hebat mengemuka. Chanyeol menegang di menit ke sekian puluh, kemudian menumpahkan spermanya berulang kali ke dalam rahim sang istri. "Hngh!" Baekhyun melenguh setelah tumbang dan dicumbu dengan sebelah kaki terangkat. "Feel so good..." katanya lalu meladeni ciuman suaminya yang sangar. Tak lama setelah merasapi sisa orgasme, tangis seorang anak berusia satu tahun menggema. Chanyeol buru-buru bangkit dan mengenakan celana lalu berlari menuju tempat tidur si princess yang tak jauh dari ranjang besar. 388

Raisa Chu Present Pria itu merengkuh putrinya ke dalam gendongan lalu menenangkan tangis. "Daddy di sini sayang... enggak ke mana-mana, cuma wikwik bentar sama Mommy..." Baekhyun tertawa mendengarnya. Lalu wanita itu bangkit dari ranjang, membenarkan g-stringnya yang menyamping lalu mendekati sang buah hati. "Sama Mommy ya... Daddy harus mandi..." Si mungil mengerti dan kembali terlelap di gendongan Mommy nya. "Cantik, pinter..." Chanyeol mencium pipi putrinya dengan gemas lantas bergegas menuju kamar mandi. "Nah, Joey bantuin Mommy siapin sarapan buat Daddy ya..." Tanpa menunggu lama, Baekhyun mulai kesibukannya di dapur, si kecil Joey direbahkan di keranjang bayi khusus sementara ia menyiapkan sarapan untuk suaminya. Sesekali Joey menangis, tapi Baekhyun handal membagi waktu untuk segala prioritas. Selang berapa lama, sarapannya siap dan Joey kembali anteng di gendongan Mommy.

389

Raisa Chu Present

~oOo~ "Oh tentu saja, pemandian air panas Loey and Joey ini saya sendiri yang kelola dan presdir secara langsung menunjuk saya." Suho membanggakan diri kepada reporter yang mewawancarainya. "InsyaAllah... wisata pemandian air panas ini menjadi berkah buat kita semua." Dan Jongin kepada reporter lain. "Saya sangat terbantu dengan adanya wisata pemandian air panas ini, bos juga bikinin saya lapak buat jualan seblak." Jongdae melempar cengiran senang. Bos yang dimaksud tentu Park Chanyeol. Dan si bos besar yang ditunggu-tunggu itu tiba. Pria yang berbalut stelan jas mahal itu memasuki pelataran acara seraya menggendong Joey yang enggan diambil alih oleh Mommy. Daripada membuatnya menangis, Chanyeol rela menggunting pita dengan sebelah tangan. Figur seorang ayah yang membuat banyak decak kagum berjatuhan.

390

Raisa Chu Present Baekhyun mendampingi sang suami, ia pun tak luput dari sorot media karena pemilihan gaun yang pas. Apalagi wajahnya yang cantik. Benar-benar serasi dengan bos besar. "Yang, Joeynya ambil dulu. Aku mau nyapa relasi." Chanyeol berbisik dan Baekhyun mengangguk paham. Untungnya Joey mengerti, tidak lagi rewel saat diambil alih oleh Mommy. Sementara Chanyeol menyapa para relasi, Baekhyun turun dari stage sebelum kemudian menyapa para rekannya dari puskesmas. Ia sengaja mengundang mereka untuk berbagi suka cita. "Duh selamat ya ibu bos..." "Apaan sih..." Baekhyun terkekeh kecil. "Joey! Tante Kyung

kangen." Kyungsoo

mengambil alin Joey dan menciuminya dengan gemas. "Eh udah pada makan belum? Makan dong..." "Iya gampang, lagi terkagum-kagum ni sama kamu. Tuhan... kapan aku punya suami CEO?" "Hus!" Baekhyun menegur salah satu dari mereka lantas tertawa bersama. "Sebentar

ya..."

Baekhyun

meninggalkan

Kyungsoo dan rekannya yang lain karena melihat Mama memberi isyarat untuk menghampiri. 391

Raisa Chu Present Sementara teman-temannya memilih untuk menyantap hidangan. Kyungsoo ditinggalkan sendiri bersama Joey. Kemudian ada seorang pria bersorban yang berdeham kecil di sampingnya. Kyungsoo tahu siapa sosok itu, meskipun bukan warga kampung asmara tapi Kyungsoo kerap bertemu dengannya saat masih rajin menginap di rumah Baekhyun. "Apa kabar dek Kyungsoo?" Yang ditanya meringis kecil. "Alhamdulillah, pak ustadz..." Jongin mengangguk penuh wibawa. "Adek Kyungsoo tau enggak kenapa satu ditambah empat sama dengan lima?" Kyungsoo

mengerjap

beberapa.

"Emang

itungannya segitu kan pak ustadz...?" Lalu ekspresi

Jongin

wajahnya

menggeleng, amat

demi

menyebalkan.

apapun "Satu

ditambah empat sama dengan lima, aku dan kamu merapat agar bisa bersama." Dan Jongin tertawa jenaka. Pikirnya keren tapi Kyungsoo melengos begitu saja karena merasa ngeri. "Apaan sih?" Gumamnya dengan kesal. 392

Raisa Chu Present Setahunya pria itu sudah beristri. Kemudian Kyungsoo bergidik ngeri lagi. "Amit-amit..." seraya mengetuk kepalanya berulang kali.

~oOo~ Penat menjadi alasan Chanyeol dan Baekhyun untuk menginap di rumah Abah dan Umi. Rumah yang dulunya sederhana itu telah Chanyeol renovasi menjadi rumah paling megah di kampung asmara. Joey dititipkan pada Umi sementara Baekhyun melayani suaminya di meja makan. "Mau nambah enggak yang?" Chanyeol menggeleng kecil lalu meneguk air minumnya. "Aku enggak liat Abah..." "Oh, kata Umi sih tadi ada pertemuan gitu..." Chanyeol tersenyum kecil. "Pebisnis mah beda ya pertemuan terus..." Baekhyun terkekeh kecil, lalu mencium pipi suaminya dengan mesra. "Makasih loh pak presdir udah bikin Abah sibuk..." 393

Raisa Chu Present "Ngeri lah udah tua masih harus kerja di ladang, nanti ada apa-apa gimana?" Baekhyun tidak salah menjadikannya suami. "Cinta kamu banyak-banyak..." Kemudian wanita itu terpekik kecil saat ditarik ke pangkuan. "Eh! Nanti Umi liat!" "Joey tidurin dulu..." "Terus???" Baekhyun mulai curiga. "Kita ke pemandian air panas, sebelum dijajal sama orang lain harus sama pemiliknya dulu dong." Tiba-tiba Baekhyun membayangkan betapa menyenangkannya berendam di air panas saat merasa penat seperti saat ini. "Ide bagus..." bisiknya kepada sang suami. "Kalau gitu aku tidurin dulu Joey..." Chanyeol

menghadiahinya kecupan

kecil

kemudian bersiul seraya menatap bokongnya istrinya yang bergerak ke kiri dan kanan saat berjalan. Tidak

sabar

untuk

menamparnya.

~oOo~ 394

meremas

dan

Raisa Chu Present Mereka membuat tempat pemandian air panas itu menjadi begitu layak untuk dipertimbangkan sebagai destinasi wisata akhir pekan bersama keluarga. Dengan

menargetkan

pasar

nasional,

Chanyeol telah berhasil menyulap mata air yang semula kurang perhatian kini menjadi salah satu aset yang menjanjikan. Bahkan dengan adanya wisata pemandian air panas

itu,

diuntungkan. penginapan

warga

kampung

Sebagian

asmara

dari

tradisional,

mereka

lalu

sebagian

menjadi membuat lainnya

menjajakan barang dagangan di kawasan tempat wisata tersebut. "Keren juga jadinya..." Baekhyun bergumam setelah memasuki fasilitas vip, salah satu bilik mandi yang menghadap langsung ke arah gemerlap kota impian yang berhasil suaminya wujudkan. Amat sangat kontras tapi menjadi satu hal yang pantas untuk diapresiasi. Kemudian

Chanyeol

memeluknya

dari

belakang. "Kamu harus liat ini..." Baekhyun tertegun pada berkas digital yang suaminya perlihatkan. "I-ini apa?" "Hadiah dari Papa..." 395

Raisa Chu Present "Huh?" "Papa nanam saham paling besar di Park Group atas nama kamu dan Joey..." "I-ini..." Baekhyun membeo tidak percaya. "Selamat

hari

ulang

tahu

pernikahan,

sayangku..." Baekhyun tidak lupa, ia juga berencana memberi hadiah untuk suaminya, tapi keduluan. Mereka

merapatkan

tubuh

lalu

saling

merangkul dan berciuman dengan mesra. Hadiahnya mungkin pasrah saat ditelanjangi. Pada akhirnya baju mereka berserakan di atas lantai. Chanyoel menggendong sang istri dan masuk ke dalam kolam minimalis berisi air hangat. Mereka masih berpelukan lalu kembali saling menatap. "Happy anniversary, hubby..." Chanyeol

memangkunya,

mereka

saling

mencumbu mesra. "I love you..." Baekhyun tersenyum lembut. "Mau foreplay dulu atau langsung hajar?" Chanyeol terkekeh kecil. "Kayak gini aja dulu..." berendam seraya berpelukan. Tapi tangan nakalnya tetap pada kebiasaan menggerayangi. 396

Raisa Chu Present Air hangat itu amat sangat merelaksasi, terlebih pasangan itu tak henti-hentinya saling mencumbu. "Sshh..." Baekhyun mendesis kala lehernya diberi tanda cinta. "Sshh fuck me, Daddy... please..." "You want me to fuck you?" "Yes!" Baekhyun menggeliat lalu menggigit bibir. Wanita itu lantas bangkit, naik dari kolam lalu merangkak di atas lantai. "Fuck me!" Chanyeol menatapnya sayu lalu menjilat bibir. Jika Baekhyun sudah senakal itu Chanyeol bisa apa selain ikut bangkit dan menenggelamkan kepalanya di antara kedua kaki sang istri yang mengangkang. "Akhh!!! Sshhh! Yess Daddy!" Untuk sensasi nikmat saat area intimnya dicumbu oleh lidah nakal Chanyeol. Baekhyun semakin menggelinjang saat tiga jari suaminya melesak masuk ke dalam tubuh dan memutarnya dengan sensual. "Ha'akhh!! No no! Yess!" Tak lama setelah itu tubuhnya menegang, orgasme pertama tidak diberi toleransi, karena beberapa saat kemudian mulutnya dijejali oleh rudal jahat dan Chanyeol menggeseknya dengan liar.

397

Raisa Chu Present "Ouh! Hmmh!" Chanyeol setia menggerakkan pinggul, senikmat itu bercinta dengan mulut istrinya. Libido tak mampu lagi ditahan, lantas membuka

kaki

Baekhyun,

bertumpu

di

sana,

menampar area intimnya dengan batang berotot andalan berulang kali. "Masukin! Hnghh! Buruan masukin--akhh!!! Yess!!" Rudal itu melesak lalu dipompa dengan brutal. Sejak awal Chanyeol tidak akan memberi kompromi karena istrinya terus memancing. Dan ia bertekad akan menyetubuhinya dengan keras malam ini. "Akhkh!! More! More deeper, Daddy!" Dengan senang hati, bunyi tamparan di bokong terdengar merdu, Baekhyun menggelinjang dan

meminta

lebih

hingga

kedua

bongkahan

bokongnya memerah lebam. "Yess! Harder! Yes!!" Chanyeol

menyentaknya

semakin

keras,

konsisten. Bahkan kembali memasukkan tiga jari ke dalam sana sementara pinggulnya semakin meliar. Baekhyun menjerit nikmat oleh sensasi penuh, lalu mulutnya dijejali tiga jari Chanyeol baru saja ikut

398

Raisa Chu Present mengocok area intimnya. Dijilat dan dihisapnya dengan sensual. Pemandangan seksi yang membuat prianya kehilangan akal, melajukan tempo hingga hanya jeritan sang istri yang mengemuka selama satu jam. Selang beberapa saat mereka merasa akan meledak, Chanyeol menyentaknya terakhir kali, dan dipuncak mengerang bersama. Lelehan

sperma

itu

serupa

mozarella,

Baekhyun mencoleknya lalu menjilatinya dengan sensual. Chanyeol tersengal hebat lalu mengernyit saat sangb istri merangkak lagi di atas tubuhnya. "Mau lagi!" Rengek Baekhyun lalu melesakkan kejantanan Chanyeol yang masih menegang itu ke dalam tubuhnya. Ia

berlaku

mandiri,

menaik-turunkan

tubuhnya diselingi desah merdu, Chanyeol membantu meremas payudaranya hingga selang beberapa menit wanita itu kembali menegang dan orgasme. Teriakannya sensual. Tidak pernah gagal membuat Chanyeol menggila. "Lanjut di rumah yuk? Di sini dingin..."

399

Raisa Chu Present Kemudian mereka sepakat untuk pulang, tapi keburu ngebet untuk kembali bersetubuh, akhirnya berbagi desah dan erangan di dalam mobil. Bau sperma menguar, aroma sensual yang menguar mungkin akan terus menyapa indera penciuman mereka hingga fajar menyingsing.

400

Raisa Chu Present

Tamat

401