Limitless Scandal Flipbook PDF

Limitless Scandal
Author:  r

350 downloads 1424 Views 2MB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

Limitless Scandal By Raisa Chu a.k.a CHANBAEXO

1

Chapter 1 Debutnya gagal karena lagu-lagunya sangat buruk! Berani sekali dia memanfaatkan media untuk mempromosikan bisnis keluarganya! “Apa yang salah? Bulgogi Ayahku sangat lezat! Kalian akan menyesal telah mengatakan hal-hal seperti itu!” Tidak ada yang bagus tentangmu, bahkan wajah cantikmu yang standar itu tidak membantu sama sekali! “Aku tahu aku cantik dan kau hanyalah kentang!” Bagaimana bisa dia berpikir untuk bertahan di dunia hiburan dengan attitude nya yang buruk?! “Hmm, Ayah bilang aku gadis paling manis dan santun. Dan aku tidak peduli ocehanmu!” Keluarlah dari agensimu dan hidup di desa terpencil. Itu sangat cocok untukmu! “Dan aku akan menjadi kembang desa di sana!” Byun Baekhyun tidak tahu malu! Dan Park Chanyeol benar, wanita ini memang pantas mendapatkan banyak kritikan! “Oh, ya… kau dan orang itu memang pantas berkomplot!” 2

Baekhyun menekan garis bibir saat nama pria itu muncul di laman komentar. Ia ingat pemilik nama itu pernah secara terang-terangan menyinggungnya di salah satu acara televisi. “Oh! Aku tidak pernah berhenti merasa kesal jika mengingatnya.” Wanita itu lantas bangkit dari posisi tidur. “Aku bahkan tidak mengenalnya, berani sekali dia mengkritikku di hadapan media, ada yang salah dengan isi kepalanya.” Ocehan itu terdengar intens. Layar ponsel yang digunakan untuk menggulir beragam komentar buruk di salah satu portal berita online. Satu porsi tteokbokki berkalori tinggi di atas meja, juga sepasang kaus kaki yang berserak di lantai. Bunyi ketikan sandi apartemen terdengar setelahnya. “Astaga! Kenapa kau belum siap-siap, Byun Baekhyun? Dan apa ini? Tteokbokki?!” “Berisik sekali! Aku akan berlari mengelili kota Seoul untuk membakar kalori! Kau puas?” Heechul yang baru saja tiba menekan garis bibir seraya memangku tangan. “Sedang apa kau?” selidiknya sebelum merampas ponsel dari tangan Baekhyun. “Demi Tuhan! Sudah ku bilang berhenti membaca komentar-komentar tidak penting!” geramnya kemudian. Baekhyun mendengus lalu menelisik nail-art. “Apa masalahnya? Kecantikanku tidak akan luntur hanya karena segerombolan pembenci.” Sahutnya dengan acuh lalu kembali menyandarkan kepala pada sofa. Heechul selalu menghormati orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri, namun Baekhyun adalah pengeculian mengingat kepercayaan diri wanita itu di luas batas normal. Alhasil pukula kecil di punggung Baekhyun adalah sebentuk pelampiasan rasa kesal. 3

“Aku akan menuntutmu karena memukulku! Manajer apa yang melukai artisnya?” Seru Baekhyun tak terima. Rengutan hebat itu mendramatisir keadaan. “Tidak perlu berlebihan. Sekarang pergi mandi dan bersiap-siap. Kita masih mempunyai waktu untuk berangkat ke studio pemotretan.” “Aku benar-benar akan melaporkanmu kepada polisi!” seru Baekhyun seraya bangkit. “Ya. Ya. Sebelum kau melapor aku akan lebih dulu memberitahu semua orang bahwa kau mengoleksi video porno di laptopmu!” “KIM HEECHUL!!!” Teriakan itu adalah kekalahan telak. Dapat Heechul pastikan bahwa Baekhyun menghabiskan satu jam mandinya dengan mengoceh kesal.

*** Mereka sampai di studio pemotretan beberapa jam kemudian. Sambutan itu alakadarnya mengingat kehadiran Baekhyun sebagai model karena koneksi kuat agensi. “Haruskah Kris melakukannya?” gumam Baekhyun ketika ia dan Heechul berada di ruang make up. “Aku tidak keberatan mereka menyambut kita seolah kita tidak lebih penting dari tukang angkut properti, tapi Kris sudah harus mulai berhenti berbuat licik.” “Kau sedikit kasar.” Sahut Heechul. “Terima saja apa yang dia perintahkan. Si alis tebal itu selalu tahu apa yang terbaik untuk artisnya.” Baekhyun bergeming, ia tidak ingin memungkiri apa yang keluar dari mulut Heechul juga tidak terlalu ingin 4

membenarkan Kris yang kerap menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan dari para artisnya. “Byun Baekhyun? Pengambilan gambar dilakukan dalam dua menit!” "Ya!!!" Sahut Baekhyun dengan semangat. Satu hal yang membuat Heechul memutar matanya dengan jengah. Ia tahu Baekhyun menyadari perlakuan semua orang terhadapnya. Bahkan Heechul menyadari seketus apa wajah staf yang baru saja memberi informasi. Tapi Baekhyun tetaplah Baekhyun yang enggan memikirkannya terlalu jauh. Terkadang Heechul bertanya-tanya, apakah Baekhyun berpura-pura atau memang mentalnya sekuat baja?

*** "Oke. Take one, two..." Jepretan lampu kamera membias wajah Baekhyun berkali-kali Wanita yang kini mengenakan pakaian dengan konsep Gothic itu melalukan berbagai pose yang sejujurnya membuat ekspesktasi setiap orang terbantahkan. Semula mereka merasa cukup malas bekerja sama dengan Baekhyun yang memang kerap membuat gaduh berbagai media online dengan tingkah lakunya yang menyebalkan terlebih anggota girl group rookie itu bernaung di bawah agensi Kris. CEO muda yang terkenal licik dalam berbisnis. Namun kini ekspresi setiap orang perlahan berubah bahkan ada yang mulai bergumam melontarkan pujian akan profesionalitas Baekhyun juga foto yang dihasilkan di layar komputer.

5

Wanita itu memiliki aura kuat di depan kamera, bahkan sang fotografer menggeleng-gelengkan kepalanya karena tidak percaya hasil jepretannya akan sangat memukai. "Bagus! Ya. Satu pose lagi." Baekhyun mengikuti instruksi, berimprovisasi dengan cerdas hingga membuat seluruh penghuni studio menjadikannya sebagai pusat perhatian. Mereka mendadak lupa telah bersikap tidak bersahabat sebelumnya. "Oke! Kerja bagus!" "Terima kasih. Kalian sudah bekerja keras! Terima kasih." Baekhyun membungkuk kepada semua staf. Ia mendesah lega lalu menyedot minuman yang Heechul berikan. Sang manajer tak lupa mengipasi wajahnya. "Aku membawa berlian tersembunyi. Berani sekali kalian memperlakukan Baekhyunie-ku semena-mena. Lihat sekarang rahang kalian jatuh ke tanah melihat kecantikan artisku." Gumam Heechul yang hanya dapa didengar oleh Baekhyun. Dan seketika Baekhyun tergelak keras. Sangat keras dan tidak anggun sama sekali hingga membuat orang-orang di dalam studio keheranan. Heechul mencubit lengannya hingga wanita itu meringis dan menghentikan tawa. "Penyihirku sangat lucu." Seru Baekhyun seraya mencubit pipi Heechul. "Kita sudah selesai di sini." "Apa jadwal selanjutnya?" "Latihan berbicara." Sahut Heechul seraya menggiring Baekhyun menuju ruang ganti. "Huh?" Dahi Baekhyun mengernyit. "Aku bukan bayi." "Bukan itu, bodoh." Desis Heechul dengan geram. 6

"Lantas kenapa aku harus latihan berbicara? Dan hei-kenapa kau selalu mengataiku?" Heechul mengibaskan tangan.

*** Sesampainya di gedung agensi, Baekhyun bergegas menemui seluruh member sementara tangannya membawa makan malam. "Hey!!!" Ia disambut oleh Luhan, Hani dan Hyena di ruang latihan. "Kau baru pulang?" Tanya Hani. "Hn. Aku lelah sekali, tapi penyihir mengatakan aku harus berlatih bicara. Dia pikir aku bayi?" Hyena dan Hani terkikik. "Mungkin bukan itu maksudnya." "Bukankah kau terpilih menjadi pembaca nominasi di MoMo Award? Mungkin itu maksud dia." Luhan menimpali seraya menyantap salad sayur yang Baekhyun bawa. "Astaga! Aku hampir lupa! Bagaimana ini? Kapan tanggalnya?" "Tidak kurang dari satu minggu lagi, B." Luhan menyahut dengan sabar. Baekhyun menutup mulutnya dengan dramatis. "Bagaimana ini?" Ia bergegas bercermin. "Apa aku harus mengganti warna rambut? Bukankah aku harus memakai dress yang bagus?" Ketiga member Ladiesire tidak menyahut. Mereka tahu Baekhyun dengan kehebohannya tidak akan berakhir dalam sekejap jika mereka meladeninya. "Selesaikan makan kalian dan kembali latihan!" 7

Heechul berseru dengan gema suara yang terdengar menyebalkan. "Untuk Baekhyun pulang lebih dulu ke apartemen, penerbanganmu diatur pagi jadi kau harus beristirahat cukup." Baekhyun meringis kecil lalu mengamati ketiga member dengan seksama. "Tidak bisakah aku ikut latihan sebentar?" "Pulanglah. Besok kau harus tampil dengan baik di bandara." Luhan menyahut tanpa mengalihkan perhatiannya dari mangkuk salad. Hani dan Hyena hanya mengangguk seadanya. "Kalau begitu aku pulang lebih dulu, semangat untuk kalian!!!" Senyuman Baekhyun bertahan cukup lama, bahkan ketika kakinya menyusuri koridor agensi dan kembali duduk di dalam mobil. "Penyihir..." Heechul tidak menyahut dan fokus mengemudi. "Kenapa hanya aku yang diizinkan tinggal di apartemen?" Baekhyun meliriknya melalui kaca spion. "Kenapa member yang lain tidak? Aku... merasa jahat." "Tidak ada yang salah ketika kau seratus persen siap untuk debut dan mereka masih membutuhkan banyak waktu untuk menggali potensi." Heechul menyahut denggan tenang. "Kau semakin membuatku kacau." Heechul menghela kecil, diam-diam ia tahu bahwa ada dinding pembatas tak kasat mata di antara Baekhyun dan member girl groupnya. Namun tugas Heechul di sini bukan untuk membiarkan Baekhyun terusik oleh hal tersebut. Ia hanya mengikuti alur, tidak bermaksud pilih kasih namun patuh akan hukum alam.

8

Sudah sewajarnya jika ada bintang yang terlihat paling bersinar di antara bintang-bintang di sekitarnya.

~oOo~ Keesokan harinya Baekhyun sudah terjadwal dalam penerbangan pagi menuju Hongkong, bersama Heechul dan dua orang pengawal, wanita itu melenggang di bandara. "Apa para penggemarku tidak tahu bahwa hari ini aku berangkat ke Hongkong?" Bisik Baekhyun pada Heechul di sampingnya. Ia bertanya-tanya ke mana perginya sekumpulan penggemar yang biasanya akan berbondong-bondong mengabadikan momen langka idola mereka di bandara? "Apa yang kau harapkan ketika hatersmu lebih banyak daripada penggemarmu sendiri." Baekhyun mencebi, lalu menyapu atensi, berharap menemukan setidaknya satu orang yang memotretnya sebagai seorang artis. Hasilnya nihil, tidak ada sorak sorai atau pun jepretan kamera mahal, tidak ada kerumunan penggemar yang melontarkan pujian. Hanya lalu lalang manusia yang terlalu sibuk dengan urusan masing-masing ketimbang peduli dengan eksistesi artis yang hanya tahu mendulang sensasi. "EXCELLENT SOUL DATANG!!!!" "Akh!" Baekhyun meringis kecil kala seseorang menyenggol lengannya, lalu tak lama setelah itu suasana berubah ricuh. Beberapa orang berlarian heboh dan tak tentu arah. Baekhyun yang masih kebingungan sontak di tarik oleh Heechul karena nyaris tertabrak oleh lautan manusia yang tiba-tiba membludak. 9

"Park Chanyeol!!!" "Hey, Sian! Kai!" "Chanyeol lihat kemari!" "Alex sangat tampan!" "Hanse! Chanyeol! Tolong lihat kemari!" "Jason! Lihat ke kamera!" Lalu ada berbagai macam pujian dibarengi pekikan heboh yang bersarang di telinga Baekhyun kala segerombolan lelaki yang kerap hilir mudik di layar televisi dikawal ketat puluhan body guard, dikepung oleh puluhan master fansite dari berbagai negara, juga menjadi sasaran matang para paparazzi untuk mengabadikan momen boy group itu ke dalam potret berkualitas tinggi. "Akh!!" Baekhyun kembali meringis ketika beberapa penggemar menubruk lengan dan bahunya untuk ke sekian kali. Heechul bahkan kewalahan dan sedikit terlambat untuk menjauhkan Baekhyun dari lautan penggemar Excellent Soul. Ke enam lelaki itu melintas di antara para penggemar yang membludak, serupa sesuatu yang ditakdirkan untuk menyedot segala bentuk perhatian. Baekhyun yang semua terhimpit lautan manusia kini dapat bernafas lega karena dua pengawalnya berrhasil mengamankan dirinya dan juga Heechul menuju terminal keberangkatan. "Konyol sekali jika mereka tidak mengenalku." Sesampainya di kabin pesawat dan duduk di salah sayu kursi kelas ekonomi. Baekhyun bergumam hingga membuat Heechul bereaksi. "Mereka yang menabrakku jelas-jelas menatapku cukup lama tadi. Bukankah itu berarti mereka tau dan mengenalku?"

10

Heechul mendengus kecil. "Tentu saja mereka melakukannya, kau memakai kacamata kupu-kupu sebesar kepalan tangan, memakai celana pendek di penghujung musim gugur, dan apa ini?" Heechul menggeleng-gelengkan kepala pada jas hujan yang Baekhyun fungsikan sebagai mantel. "Penampilanmu yang seperti orang gila ini yang membuat mereka menatapmu. Memangnya apa yang kau harapkan? Mereka di sana untuk Excellent Soul, Idola mereka, bukan untuk memberi perhatian pada member girl group yang tidak terkenal sepertimu." Baekhyun menekan bibir hingga garis lurus. "Memangnya apa yang salah dengan penampilanku? Hey, penyihir, kau harus lebih banyak mencari referensi berbusana supaya tidak ketinggalan jaman. Ini yang kerap mereka sebut sebagai fashionable." Heechul terlalu lelah untuk meladeni celotehan Baekhyun yang menyebalkan hingga akhirnya wanita itu memilih memejamkan mata kala pesawat mulai lepas landas.

~oOo~ "Pastikan riasan mataku menonjol, tapi jangan berlebihan. Buat agar pesona yang diwariskan oleh dewi kecantikan Yunani kepadaku terpancar dan bersinar." Baekhyun tanpa henti memberikan arahan berlebihan kepada sang makeup artist. "Oh, para penggemarku pasti akan terkagum-kagum malam ini." "Tapi, B... kebanyakan penonton yang hadir di MoMo award adalah hatersmu." 11

"Diamlah. Aku tidak meminta pendapatmu." Baekhyun menyahuti ucapan sang manajer dengan tenang, matanya terpejam. Ia enggan menerima fakta bahwa ucapan itu tidak sepenuhnya salah. "Kau tidak ingat? Di acara penghargaan musik bulan lalu seorang haters melemparmu dengan botol minuman sampai kau basah kuyup." "Hn. Aku tidak ingat." Faktanya terbalik. Baekhyun masih kerap dibuat jengkel jika mengingat kejadian itu. Bagaimana tidak? Semua orang tertawa alih-alih menolongnya di saat suhu udara di luar ruangan mencapai titik terendah. Baekhyun ingat ia langsung terserang demam tinggi karena kejadian itu. "Apa dress nya sudah siap?" "Ya. Tapi agensi tidak memberimu rancangan Kristina Deor yang kau inginkan." Disamping mereka bukanlah agensi hiburan papan atas yang sanggup menyapu bersih koleksi mahal para desainer ternama dunia. Mata Baekhyun seketika terbuka, ia meminta makeup artist untuk menjeda pekerjaannya lalu melirik Heechul, sang manajer. "Kau tahu dress itu mampu menunjang penampilanku di atas panggung nanti. Bagaimana bisa mereka menolak? Ku pikir akhir-akhir ini Kris sangat pelit." Ia terdengar kesal. Heechul memutar bola mata. "Tidak usah berlebihan. Itu tidak seperti kau akan tampil sebagai bintang utama di sana! Kau hanya akan membacakan satu nominasi dan setelah itu pulang." Wanita itu memang mempunyai mulut setajam pedang pahlawan.

12

Baekhyun tertohok, riasan wajah yang dimulai sejak beberapa jam terakhir dengan berbagai macam intstruksi seolah ia adalah selebriti yang kehadiranya dianggap penting kini memudar oleh kalimat realistis yang Heechul lontarkan. Wanita itu mulai merengut seraya menatap Heechul dengan sengit. "Dan berhenti memposting sesuatu yang tidak berguna di Instaton! Hatersmu bertambah sekian ribu setiap kali kau mengunggah sesuatu!" Heechul sepenuhnya benar. Terlebih Baekhyun kerap memposting sesuatu yang sanggup mendatangkan caci maki di kolom komentar. Heechul bahkan masih rajin mengunjungi laman salah satu postingan foto Baekhyun dengan pose salto lumba-lumba demi membalas satu persatu dari ratusan ribu komentar kebencian. "Aku tidak peduli! Kau penyihir menyebalkan!" Seru Baekhyun dengan kesal. "Jika aku penyihir maka kau adalah siluman ulat bulu!!!" Baekhyun nyaris kembali bersungut-sungut jika tidak ingat bahwa ia harus bersikap kooperatif agar riasan wajah yang kini dibubuhkan tidak berantakan, dan akhirnya ia memilih kesempatan lain untuk mencakar Heechul. "Kau akan membacakan nominasi grup wanita terbaik." Baekhyun sedikit terhenyak, ia lantas melirik Heechul melalui kaca. "Ya, Hershe masuk nominasi." Seperti sudah begitu hafal, Heechul menjawab apa yang Baekhyun lemparkan melalui ekspresi wajah. "Apa aku harus menyapa mereka?" Heechul mengangkat bahu. "Sebagai formalitas sah-sah saja, mereka seniormu."

13

Baekhyun bungkam, lalu meneliti nail-art dengan seksama. "Aku... aku akan menyapa."

*** Lorong backstage itu menjadi sedikit riuh ketika delapan member girl group papan atas bertemu dengan Baekhyun. "Ah Eonnie! Apa kabarmu? Aku sangat merindukanmu!" Salah satu member grup Hershe itu merangkul Baekhyun dan memeluknya dengan akrab. Ia adalah Sohee. "Oh, akhir-akhir ini aku sedang menjalani beberapa pemotretan." Sahut Baekhyun dengan ramah lalu menebar senyum kepada ke delapan member Hershe. "Whoa. Kau memang mempunyai aura seorang model!" Sohee merangkul Baekhyun. "Benar, Baekhyun Eonnie sangat cantik dan cocok menjadi model ketimbang menjadi member girlgroup." Celetuk member lain. "Menjadi model pun pilihan yang bagus ketika grup sedang sepi job." Celetuk member yang lainnya juga. Sohee bereaksi atas ucapan teman satu grupnya, ia melirik Baekhyun yang memasang wajah sedikit tidak nyaman. "Teman-teman, Baekhyun Eonnie dulu sangat gigih dan rajin berlatih untuk debut. Dia sangat hebat, kau sudah bekerja keras, Eonnie." Tukas Sohee seraya mengelus punggung Baekhyun. Seperti tengah memberinya dukungan. Baekhyun tersenyum lebar sebagai jawaban. Ia lantas ikut membungkuk kala Hershee serempak melakukannya lebih dulu pada enam lelaki yang melintasi lorong. "Selamat malam, Sunbae!" Hershe serempak menyapa Excellent Soul. 14

Baekhyun tersenyum kecil sebelum sudut bibirnya turun kala salah satu member Excellent Soul yang paling tinggi berjalan melewatinya. Mungkin senyuman Baekhyun akan bertahan jika lelaki itu tidak melempar wajah ketus seolah Baekhyun adalah musuh. Apa-apaan dia?! Ini kali pertama Baekhyun bertemu secara langsung dengan pria bertelinga lebar itu sejak kejadian di mana ia mendapat sindiran dan kritikan pedas darinya. Oh, dia hanya berani menyinggungku di televisi! Dasar kau pengecut! "Eonnie, kalau begitu kami pamit untuk tampil." "Oh, ya. Semangat!!!" Baekhyun berseru ceria, lalu menatap ke delapan punggung member Hershe cukup lama hingga dengusan nafasnya lolos.

~oOo~ Di dalam ruang tunggu bertuliskan nama boy group papan atas itu terdapat enam member yang tengah dirias sebelum tampil. "Bukankah tadi itu Byun Baekhyun?" Kai memulai percakapan ketika ingat berpapasan dengan siapa di koridor backstage. Lalu Hanse bereaksi. "Oh, jadi benar dia Byun Baekhyun? Aku hanya melihatnya di tv. Ternyata aslinya lebih cantik." "Byun Baekhyun si basah kuyup?" Alex bertanya untuk memastikan. Jason terkekeh seketika. "Aku ingat dia dilempar botol minuman oleh audience bulan lalu. Dia yang kalian maksud? Bukankah dia cukup terkenal?" 15

"Yang aku ingat dia selalu masuk headline news dengan berita yang aneh-aneh, mungkin karena dia terkenal sedikit agresif di depan kamera." Alex menimpali. "Itu caranya agar mendapat perhatian." Semua orang menoleh pada Chanyeol yang bersuara dengan tenang. “Hyung, bukankah kau pernah menyindirnya di program tv?” Kai bertanya. "Kritikanku beralasan, dia hanya tahu caranya membuat sensasi dan tidak mempunyai bakat lain untuk diperlihatkan." Gumam Chanyeol. Lelaki bertelinga lebar yang kini tengah dirias dalam keadaan terpejam itu cukup banyak mendengar keributan di berbagai media yang dipenuhi oleh nama yang sama. Dan ia cukup muak dan berharap stasiun tv mana pun berhenti memuat berita tentang artis yang tidak sedikit pun membanggakan. "Ada apa dengan media akhir-akhir ini..." "Julukannya ratu sensasi!" Alex berseru. Beberapa member mengangguk setuju mengingat Byun Baekhyun selalu menghebohkan jagad online jika namanya diangkat dalam sebuah berita. "Tapi dia imut." Kali ini semua member kecuali Chanyeol menoleh pada Sian. Sian mengangkat bahunya dengan acuh. "Menurutku." Ia hanya berkata jujur ketika bahkan apa yang menjadi tingkah laku Baekhyun sebagai pembuat masalah terbilang alami. "Dia sangaat polos." Timpalnya tanpa berkeinginan menatap semua member dan memilih asyik dengan superhero di dalam mobile game yang kini ia mainkan. "Kurasa otak Sian bergeser.” Celetuk Chanyeol. 16

Sian tidak menyahut, hanya mengangkat sudut bibir.

~oOo~ "Semangat! Semangat!" Heechul berseru, memberikana dukungan penuh. Baekhyun menarik nafas panjang sebelum kaki yang terbalut heels itu melangkah menuju stage. Jantungnya berdetak di luar frekuensi kala sambutan kecil dari beberapa penonton menyelimuti atmosfer. Terlalu gugup atau bahkan kurang hati-hati, Baekhyun pun tidak tahu apa yang salah sebelum sepatu yang digunakan melenggang di atas panggung megah itu sedikit goyah, dan di langkah berikutnya menuju stand mic wanita itu terjerambab hingga lututnya bertabrakan dengan lantai stage. Ringisan pelan karena menahan tubuh agar tidak sepenuhnya jatuh dibarengi dengan suara pekikan penonton di seluruh section. Tak sedikit yang menertawakan. Suasana pun menjadi riuh ketika seorang staf naik ke atas panggung dan membantu Baekhyun berdiri. Pergelangan kaki Baekhyun cukup ngilu, ia yakin sendinya terluka namun wanita itu tetap menebar senyum hingga akhirnya berdiri di depan stand mic. Kepalanya terangkat, wajahnya memerah menahan malu dan atensinya tersapu pada ribuan penonton juga pada para artis pengisi acara di section khusus paling depan. Rileks, B... kau bisa. Wanita itu berdeham kecil, menetralkan debat jantung sebelum kembali menegar senyum. "Selamat malam..." Suaranya memenuhi seluruh penjuru sudut gedung konvensi yang kini dipadati lautan manusia. "Oh... pergelangan kakiku saat ini sedikit ngilu, tapi melihat mereka-mereka tertawa aku menjadi 17

sedikit lega. Bukankah itu cukup menghibur?" Tuduh Baekhyun pada beberapa penonton di beberapa sudut yang kini terdiam setelah cukup lama menertawakannya. Wanita itu lantas tertawa anggun dan mengerling nakal, menggoda mereka yang terlihat jelas adalah sekumpulan haters. Beberapa artis yang hadir ikut tertawa canggung atas ucapan sindiran Baekhyun. "Perlu jatuh berkali-kali untuk sampai di sini. Berdiri di atas panggung megah dan diberi kepercayaan untuk membacakan nominasi bergengsi. Saya sangat terhormat." Baekhyun lantas membungkuk kecil. Wanita yang sejatinya tampil memukau meskipun gaun yang dipakai tidak termasuk brand mahal itu lantas menyihir beberapa penonton karena kecantikannya malam ini. Senyum masih terulas dengan ramah kala nominasi mulai dibacakan. "Ya. Mereka sangat luar biasa." Tukas Baekhyun setelah nominasi itu terpampang di layar besar. Ia menghela kecil, ikut merasa gugup karena penasaran siapa yang mendapat gelar grup wanita terbaik tahun ini. Tangannya terulur membuka amplop. "Kira-kira siapa pemenangnya?" Para penonton lantas menyerukan nama idol mereka masing-masing. Baekhyun tersenyum kecil setelah membaca isi amplop. "Ya, pemenang kategori grup wanita terbaik MoMo Award tahun ini adalah..." latar musik di belakangnya menambah ketegangan atmosfer. "Hershe! Selamat!" Serunya kemudian diakhiri pekikan girang para penonton dan penggerma grup wanita paling populer itu.

18

Delapan wanita yang duduk di seat khusus itu lantas terpekik bahagia, mereka saling merangkul dan memeluk sebelum naik ke atas panggung. "Ah Eonnie!!!" Sohee sang leader langsung memeluk Baekhyun di atas panggung, sementara Baekhyun tak hentihentinya memberikan selamat. "Oh, pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada CEO kami, para staf, manajer, asisten artis, dan semua orang yang mendukung dan mencintai Hershe." Para penonton bersorak bahagia kala Sohee memberi berbicara. "Dan juga kepada Baekhyun Eonnie..." Lalu audiens sedikit terbungkam karena Sohee menyebut nama si ratu sensasi. "Sejujurnya aku dan Baekhyun Eonnie pernah menjadi trainee bersama-sama. Meskipun tidak bisa debut bersama tapi sangat menyenangkan kami bisa berdiri di panggung yang sama saat ini." Tukas Sohee lalu melirik Baekhyun. "Eonnie, semangat!!!" Baekhyun mengerjapkan mata beberapa kali lalu mengulas senyum kecil dan mengangguk. Tepuk tangan penonton mengakhiri sesi pembacaan nominasi untuk satu ketegori yang ditunggu-tunggu. Dengan sedikit tertatih, Baekhyun lantas meninggalkan panggung bersama dengan member Hershe. "Eonnie apa kakimu baik-baik saja?" Sohee bertanya dengan raut cemas ketika mereka telah sampai di backstage. "Ya. Ini hanya sedikit ngilu. Sepertinya sepatuku patah," "Kau harus berhati-hati jika sepatumu tidak cukup menunjang, Eonnie." Member Hershe yang lain menimpali

19

dengan nada yang sedikit membuat mata Baekhyun berkedut kecil. "Kalau begitu aku kami pamit ke ruang ganti terlebih dahulu karena setelah ini masih ada lima lagu yang harus kami tampilkan." Sohee pamit. "Oh, apa Eonnie sudah selesai? Kau hanya membacakan nominasi saja bukan?" Baekhyun mengangguk dan tersenyum. Sohee balas tersenyum dan mengelus bahu Baekhyun. "Kalau begitu sampai jumpa, Eonnie." "Ya." Baekhyun melambaikan tangan. Ia berdiri beberapa saat, mematung dan meremas ujung dress. "Ya ampun! Kenapa kau tidak berhati-hati. Biar ku lihat kakimu!" Heechul datang entah dari mana, berlutut dan memeriksa kaki Baekhyun. Sepatunya yang patah dan ringisan kecil yang keluar dari mulut artisnya adalah pertanda buruk. "Kurasa kakimu terkilir. Kita harus dokter." "Aku baik." "Baik bagaimana? Kakimu bahkan memar." "Aku baik!" Suara Baekhyun meninggi, bahunya turun naik dan sepersekian detik setelahnya ia melenggang melewati Heechul. "B!!!" Heechul berseru, tidak adanya jawaban adalah apa yang membuat wanita itu peka. Ia tahu dibalik senyuman dan tawa konyol yang Baekhyun tebar kepada semua orang ada rasa kesal dan emosi yang dia pendam.

20

*** Kakinya yang semula terbalut heels kini hanya mengenakan sepatu flat, dress tak lagi membalut tubuh, yang kini ia pakai hanya hoodie kebesaran yang dipadukan dengan celana berbahan denim. Kakinya yang memar di bagian pergelangan itu melangkah pelan, menyapu keramaian kota malam Hongkong. Semantara tangannya setia terbenam di dalam saku hoodie. Kepala menunduk di balik tudung, berjalan serupa orang mabuk dan menelurusi taman kota. "Aku tidak akan lama." "Pastikan kau pulang ke hotel secepatnya." Suara Heechul terdengar cemas di seberang sana. Baekhyun menutup sambungan telepon sebelum melanjutkan langkah menuju deretan penjajal makanan Di street food area. "Good food, good mood." Gumam si mungil sebelum mencicipi bola-bola ikan yang dijual oleh salah satu kedai. "Whoa, rasanya lezat." Lalu ia memesan satu porsi untuk dibawa pulang ke hotel. Ada masalah dalam berkomunikasi, Baekhyun seharusnya tahu bahwa sang pemilik kedai tidak mengerti bahasanya. "Akh, apa yang harus aku katakan." Dan ia mulai berpikir. "Urmm mister, do you understand me?" Sang pedagang masih berceloteh dengan bahasa kantonis dan Baekhyun mula frutasi. "Aku ingin memesan satu porsi untuk dibawa pulang, tuan. Apa kau mengerti ucapanku?"

21

Percuma saja mereka semakin tidak sejalan, Baekhyun menghentakkan kaki sebelum seorang lelaki berbahasa kantonis berdiri di sampingnya. Baekhyun mengamatinya beberapa saat, sedikit mengernyit karena sosok itu memakai masker wajah. Tatapan berbalas, Baekhyun terhenyak ketika bertemu pandang. Bahkan cukup dibuat terkejut saat lelaki itu menyerahkan kantung plastik berisi satu porsi bola-bola ikan. "Pesananmu." Baekhyun nyaris menutup mulut karena lelaki itu berbahasa Korea dengan fasih. "Totalnya sepuluh dollar." Baekhyun masih mengerjap kecil ketika lelaki itu melambaikan tangan di depan wajahnya. "Kau mendengarku?" "Oh, oh ya. Terima kasih." Baekhyun terhenyak lalu dengan cepat membayar pesanannya kepada pemilik kedai. "Tunggu!" Si mungil lantas berseru dan mengejar lelaki yang telah menolongnya. "Ya? Butuh sesuatu yang lain untuk dibeli?" "Tidak. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih." Lelaki itu mengedikkan bahu. "Apa kau orang Korea juga?" "Ya." "Whoa, senang sekali bertemu denganmu. Namaku Baekhyun." Gadis itu mengulurkan tangan. "Untuk apa?" "Huh?" Tangan Baekhyun menggantung di udara, ekspresinya ygang bertanya-tanya cukup jenaka. "Kenapa semudah itu mengulurkan tangan dan mengajak orang asing berkenalan." 22

"Memangnya tidak boleh?" Lelaki yang masih mengenakan masker itu diam-diam mendengus. "Di lain kesempatan kau akan bertemu dengan orang jahat." "Tapi kau tidak. Buktinya kau menolongku. Kenapa? Apa aku akan dikritik hanya karena berterima kasih?" Baekhyun mulai terdengar kesal. "Apa aku akan ditertawakan juga hanya karena mengajak orang asjng berkenalan?!" Segala macam hinaan dan caci maki yang kerap ia baca di kolom komentar media sosialnya terngiang dalam benak, tertawaan semua orang yang tertuju padanya saat berada di acara MoMo pun ikut memancing emosinya yang kini di ujung tanduk. "Lupakan saja!!! Aku membencimu!" Baekhyun berterika kesal pada lelaki asing di hadapannya lalu berbalik dan berlari. Lelaki itu mengerjapkan mata, pengap terasa hingga tanpa sadar ia membuka masker wajah. Masih berdiri di tempat yang sama hingga beberapa saat bisik-bisik orang di sekitarnya memenuhi telinga. "Bukankah itu Sian?" "Astaga! Dia benar-benar Sian! Excellent Soul Sian!" Merasa situasi mulai jauh dari kata kondusif, Sian segera menjauh dengan langkah cepat. Jika tidak sudah dipastikan lautan manusia akan mengerubungi dan memberondongnya dengan segala permintaan. Ia mulai berlari, sedikit panik. Cemas jika ada yang mengejarnya. Setelah cukup lama, Sian lantas berhenti di sebuah taman seraya menetralkan deru napas. Mencoba mengamati sekeliling dengan waspada namun yang ia jumpai adalah seorang wanita yang duduk di sebuah ayunan. Dahinya mengernyit karena masih mengingat hoodie yang dikenakan. 23

"Sial, rasanya lezat sekali!" Wanita itu meraung kesal seraya menyuap makanan yang sebelumnya ia bawa. "Ada apa dengan semua orang? Kenapa mereka senang kali menceramahiku ini dan itu!" Sian memberanikan diri untuk mendekat dan duduk di ayunan yang lain. Ia kembali membuka masker dan melirik wanita di sampingnya. Baekhyun mengerjapkan mata, di mana ia pernah menjumpai lelaki itu? "Aku pikir itu untuk dibawa pulang. Kenapa kau makan di sini?" Tunjuk Sian pada bola-bola ikan yang nyaris habis. "Kau..." Baekhyun menatapnya dari ujung kaki hingga kepala. "Apa kau artis?" Sian sontak tertawa. "Apanya yang lucu? Bukankah kau yang menolongku tadi?" "Ya." Sian mengulurkan tangan. "Namaku Sian." "Sian?" Baekhyun memasang wajah berpikir. "Kenapa? Apa namaku tidak asing?" Baekhyun kembali menatap lelaki itu. "Apa kau benarbenar artis?" Sian mengulum tawa. "Apa itu penting?" Baekhyun mengibaskan tangan. "Sedang apa kau di sini? Aku ingin sendirian." "Ku pikir taman ini terbuka untuk umum." "Apa kau benar-benar artis?" Baekhyun yakin wajah lelaki itu cukup familiar. "Dan kau? Apa kau artis?" Sian hanya berdalih, ia jelas tahu sejak awal. Sejak pertama melihat wanita itu berdebat dua bahasa dengan pemilik kedai bola-bola ikan. Sian mengenalnya, wanita yang beberapa 24

jam lalu tersandung di atas panggung. Wanita yang ia jumpai di belakang stage acara. Baekhyun mendengus. "Aku harap aku bisa mengatakannya dengan lantang kepada semua orang bahwa aku adalah artis. Tapi percuma saja..." Tatapan Sian melunak, seolah mampu masuk ke dalam gejolak batin yang kini Baekhyun rasakan. "Aku berteriak sekencang apapun mereka akan memilih berpura-pura tidak mendengar." Gumam Baekhyun lalu kembali menyuap bola-bola ikan. "Sial! Rasanya sungguh enak." Ringisnya dengan kesal. "Oh ya, apa kau punya sepuluh dollar? Aku menghabiskan sepuluh dollarku untuk membeli ini. Sekarang aku baru ingat tidak punya uang untuk pulang ke hotel. Aku akan membayarmu ketika sampai di sana." "Pertama kau berani mengajakku berkenalan, sekarang kau bahkan berani meminjam uang." Kau benar-benar ajaib, Baekhyun... "Lupakan saja jika mau tidak berniat meminjamkan uangmu." Baekhyun mencebi lalu bangkit. "Aku bisa jalan kaki sampai ke hotel." Ia lantas meringis mengingat jarak hotelnya. "Aku juga tidak punya uang." Sian meringis kecil. "Astaga! Lalu di mana kau tinggal?" Melihat Baekhyun yang tampak cemas, Sian merasa cukup terhibur. "Katakan pada Noona, di mana kau tinggal?" "Noona?" "Kau terlihat lebih muda dariku." Lalu Baekhyun menepuk bahu Sian dengan akrab. "Noona akan menelepon manajer, dia akan menjemput dan kita pulang bersama. Bagaimana?" Caranya berbicara seolah tertuju pada bocah berusia tujuh tahun. 25

Sian berdecak kesal. "Siapa bilang? Aku tidak mau memanggilmu Noona!" "Kenapa kau berteriak!!! Lupakan jika tidak mau!" Baekhyun terpancing. "Pulang saja sendiri!" Serunya dengan kesal. Sian tergagap seraya mengerjap kecil. Dan dari yang mulai bisa ia pahami, Baekhyun adalah tipikal wanita yang mudah berapi-api. Dan menurut Sian, karakternya yang seperti itu sangatlah lucu.

26

Chapter 2 Sesampainya di hotel, Baekhyun merebahkan diri di atas ranjang. "Bagaimana kakimu?" Heechul memang selayaknya seorang musuh di perbatasan perang jika sedang terlibat cekcok dengan Baekhyun, namun Baekhyun tahu wanita itu tidak sepenuhnya sinting dan tak jarang menaruh perhatian. "Aku tidak tahu. Kakiku kebas." Heechul mengangguk kecil. "Efek obatnya memang lumayan lama. Pastikan kau istirahat dengan cukup." Baekhyun tidak menyahut, memilih memusatkan atensi pada langit-langit kamar. Ia lantas meringis dan meraung. Membuat Heechul melompat, cemas jika artisnya mendadak kerasukan siluman penari. "Memalukan!!! Memalukan!!!" Baekhyun menutup wajahnya dengan bantal. "Bagaimana bisa aku terjatuh di atas panggung? Di hadapan para senior dan juniorku?! Ditertawakan oleh penonton! Astaga!!! Aku ingin tenggelam saja!!!" Si mungil mulai bertingkah barbar di atas ranjang, memukul guling dan melempar bantal ke sembarang arah. Heechul bungkam beberapa saat sebelum duduk di atas sofa, menunduk lalu meraih sepatu heels yang semula Baekhyun pakai di acara MoMo. Ia meneliti dengan seksama sebelum dahinya berkerut heran. "Kenapa heels nya ini bisa patah? Aku yakin sudah memeriksanya ribuan kali sebelum kau pakai." "Apa maksudmu?" Baekhyun berhenti meraung, meski wajahnya terlihat masih kesal, ia melempar tanda tanya kepada Heechul. Sang manajer kembali menelisik heels Baekhyun. “Patahan ini benar-benar mulus, tidak terlihat alami, seperti sengaja dipatahkan.”

27

Baekhyun mulai merasa penasaran lalu merebut heels itu dan menelitinya. “Jadi... maksudmu...” “Aku tebak ada yang sengaja melakukannya.” Baekhyun membeo kecil. “Ta-tapi...” Apakah orang-orang begitu membencinya sampai berniat mencelekai? “Aku akan mencari tahu. Aku tentu tidak akan membiarkan kecurigaanku begitu saja.” Heechul terdengar bertekad, ia adalah orang pertama yang memekik panik kala melihat Baekhyun terjatuh di atas panggung. Siapapun kau... tidak akan ku biarkan kau menyentuh dan melukai artisku. Dering ponsel menyadarkan lamunan Baekhyun. “Hallo?” “...” “Ya, ini denganku.” “…” Kedua alis Baekhyun perlahan bertaut, “...”“Ti-tidak, tolong jawab—“ Heechul ikut mengernyit dan segera merebut ponsel Baekhyun, cemas jika yang menghubungi Baekhyun adalah seorang penjahat melihat bagaimana reaksi wanita itu. “Hey! Kenapa mau tutup teleponnya?” “Harus ku katakan berapa kali jangan pernah menerima telepon dari nomor asing!” “Tapi—“ “Ikuti aturan, Baekhyun! Itu demi keselamatanmu sendiri. Tidak sedikit di luar sana ygang mencoba mencari celah untuk melakukan kejahatan kepadamu.” Baekhyun bangkit dari ranjang, ia mulai berjalan kesana kemari seraya berpikir. Heechul menautkan kedua alis atas tingkah lakunya yang tak biasa. “Sebenarnya apa yang—“ “Kapan jadwalku selanjutnya?” 28

Heechul tidak segera menjawab dan memilih menatap Baekhyun yang terlihat resah. “Kim Heechul!” “Lusa kau ada syuting iklan.” Baekhyun mengangguk lalu meraih tas tangan. “Kau pulang ke Korea tanpaku. Aku mempunyai urusan penting.” Heechul seketika berdiri. “Apa maksudmu? Kau... mau ke mana?” “Jangan cari aku sampai lusa. Aku akan pulang tepat waktu!” Heechul panik lalu mengejar Baekhyun. “Hey! Byun Baekhyun!” Serunya dengan nada tingi, ia masih belum tahu apa yang terjadi. Panik melanda, kakinya berusaha mengejar Baekhyun hingga sampai di lantai lobi namun wanita itu telah lebih dulu masuk ke dalam taksi. “Airport, please.” Baekhyun memberi petunjuk pada sang sopir taksi, lalu tangannya mulai sibuk menari di atas ponsel, memesan tiket penerbangan menuju Shanghai.

~oOo~ Dengus lelah lolos kala punggungnya bertubrukan dengan permukaan ranjang yang empuk, tidak seperti member lain yang menetap di hotel setelah pulang dari acara musik tahunan, Chanyeol langsung memenuhi jadwal lain. Ia bersama asisten manajernya terbang menuju Shanghai untuk menghadiri even fashion week sebagai brand ambassador yang akan berlangsung esok hari. Dering ponsel membuatnya bereaksi kecil, ia meraih benda pipih itu lantas tersenyum kecil kala mendapati nama seseorang di sana. “Hum? Aku baru sampai di hotel.” 29

“Kau lelah?” “Tidak setelah mendengar suaramu.” Chanyeol yakin di seberang sana ada yang tengah merona. Membayangkannya membuat pria itu tak kuasa menahan rindu. “Aku merindukanmu.” Dan tidak ada yang lebih menyenangkan selain rindu yang terbalas. “Apa aku harus menyusulmu ke Shanghai?” Chanyeol mematung beberapa saat sebelum mengulas senyum penuh arti. “Aku akan mencari tempat yang aman untuk kita bertemu.” “Bagus pria tampan! Aku mencintaimu!” Chanyeol terkekeh pelan, penatnya benar-benar menguap karena suara kegirangan di seberang sana. Setelah menutup telepon Chanyeol lantas membuka beberapa artikel yang terpampang di sebuah iklan di aplikas pesan instan. Wajahnya berubah datar kala melihat headline news nomor satu. Terjatuh di atas panggung MoMo, Byun Baekhyun menjadi perbincangan hangat netizen. Byun Baekhyun ditertawakan penonton di acara MoMo. Ini alasannya! Menarik! Baekhyun Ladiesire tetap tersenyum setelah jatuh di atas panggung MoMo Award!

30

Sebelah alis Chanyeol terangkat, sekilas ia teringat akan kejadian yang kini hangat menjadi bahan perbincangan media. Chanyeol berada di sana, ia dan member Excellent Soul lainnya duduk di kursi yang disediakan khusus untuk para artis di acara musik tahunan tersebut, matanya dengan jelas menyaksikan detik-detik di mana wanita itu terjatuh dan tersenyum konyol setelahnya. Chanyeol mendengus jengah lalu melempar ponselnya ke sembarang arah. “Kenapa media senang sekali memuat berita yang tidak penting...” gumamnya lalu perlahan matanya terpejam, digiring oleh rasa lelah hingga terlelap tanpa sadar.

~oOo~ Menjadi bintang besar, seorang idola yang digandrungi banyak wanita membuat Chanyeol terbiasa akan berbagai macam pujian yang terlontar. Pria itu melenggang di antara para wartawan imternasional. Terbalut satu stelan mahal buatan tangan yang diburu oleh para pecinta fashion dunia. Sebagai salah satu brand ambassador, Chanyeol dipersilahkan duduk di antara jajaran bintang ternama mancanegara, disandingkan dengan para profesional di acara fashion bergengsi. Tentu menjadi sebuah kebanggaan ketika ia diharuskan meyaksikan langsung peragaan busana karya desainer terkemuka, senyum sebagai simbol bahwa ia adalah bintang besar, segala gerak dan gerik dimata-matai oleh lensa kamera. Hingga satu setengah jam berlalu. Tugasnya sebagai brand ambassador dan juga tamu penting selesai bersamaan dengan berakhirnya acara. 31

Chanyeol masuk ke dalam mobil setelah memberikan fan service kepada para penggemar yang setia menunggunya di luar gedung acara. Sorak sorai dan juga jeritan histeris penggemar wanita masih terdengar di belakang sana, Chanyeol menghela kecil seraya menyadarkan kepala. “Apa kau sudah membuat reservasi seperti yang ku bilang?” “Sudah, Hyung.” Sang asisten manajer yang tengah mengemudi menjawab. “Tapi siapa yang akan kau temui di sana? Restoran itu sangat tertutup.” Senyum Chanyeol terulas. Ia tidak menjawab dan memilih menyimpan rasa antusiasnya seorang diri. Puluhan menit berlalu, mobil itu akhirnya sampai di depan seuah restoran bergaya china kuno. “Hyung, jangan bilang kau akan bertemu dengan—” “Jangan beritahu Yongmin Hyung.” Chanyeol menyela dengan cepat. “Jangan beritahu siapapun, aku meminta tolong padamu.” “Tapi—” “Tenang saja, lokasi ini aman. Aku hanya akan bertemu dengannya sebentar.” Chanyeol tidak lagi memperhitungkan protes keras asisten manajernya, ia lantas menutup wajah dengan masker lalu mulai keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran. Seorang pelayan menuntunnya ke sebuah ruangan vip yang dipesan khusus, di sana Chanyeol melepas masker dan mulai menunggu kekasihnya. Dering ke lima itu tidak mendapat jawaban, Chanyeol pikir kekasihnya sedang di jalan.

32

Air putih itu telah tandas, dan telepon Chanyeol masih belum mendapat jawaban setelah menunggu tiga puluh menit di sana. “Kau di mana? Kenapa tidak menjawab teleponku?” Chanyeol mengetukkan jari, kembali menghubungi nomor yang sama meski hasilnya tetap nihil. Di menit ke enam puluh, ponselnya bergetar. Chanyeol bersemangat membuka pesan yang masuk meski setelahnya ekspresi wajah itu berubah datar. Ada kekecewaan yang bergelayut di sana. From: Unknown Number Tampan, ponselku tertinggal di hotel. Maaf tidak memberitahumu lebih awal tapi aku sudah kembali lagi ke Jepang. Sutradara film incaranku mengajak bertemu. Kau tidak marah ‘kan? Aku mencintaimu. Rahang Chanyeol mengeras tanpa dikomando, ia memejamkan mata dengan kalut lalu bangkit dan meninggalkan ruangan. “Hyung, kau sudah selesai?” “Kita pulang ke Korea sekarang.” Chanyeol terdengar marah, hal itu pula yang membuat sang asisten enggan bertanya lebih jauh meskipun ia merasa cukup penasaran. Pilihan terbaik adalah mengemudi dalam diam, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa Park Chanyeol sulit mengontrol emosi jika suasana hatinya sedang sangat buruk.

33

~oOo~ Kakinya melangkah cepat, lalu masuk ke sebuah villa usang tanpa menaruh kecurigaan setelah taksi yang ditumpanginya berhenti oleh sebuah aba-aba. Baekhyun menyapu atensi pada sekeliling ruangan, isi villa itu sedikit tidak terawat. Baekhyun mengusap tengkuk lalu menelusuri lorong sesuai intsruksi di dalam pesan. “Siapa sangka kita bisa membodohi wanita itu.” Langkah Baekhyun terhenti ketika mendengar percakapan beberapa orang Korea di dalam ruangan depan pintu yang kini ia pijak. “Aku sudah tahu sejak lama bahwa ibunya melarikan diri. Itu sebabnya dia sangat bersemangat datang ke sini hanya untuk mendapatkan informasi tentang ibunya.” “Wanita bodoh! Akan aku habisi dia jika sudah sampai di sini. Oh sungguh! Aku benci melihatnya di tv.” Baekhyun mundur satu langkah. Sialnya ia menginjak pecahan kaca tanpa sadar. “Siapa itu?!” Tanpa pikir panjang Baekhyun berlari sekuat tenaga, ia sadar bahwa orang-orang jahat itu mengejarnya dari belakang. Mereka hanya tidak tahu Baekhyun pernah menjuarai lomba lari tingkat sekolah menegah dulu. Baekhyun terus berlari menuju jalan raya, ia terengah hebat dan berhasil masuk ke dalam taksi. “Airport, please. Hurry!” Wanita itu panik, ia pikir negara yang kini ia datangi tidak aman. Ada para penjahat yang mengincarnya di sana. “Bodoh sekali kau, Byun Baekhyun.” Wanita itu merutuk diri karena langsung percaya pada penelepon gelap yang mengatakan tahu di mana keberadaan 34

ibunya. “Bodoh sekali! Bodoh!” Ia terus bergumam panik, cemas jika para penjahat itu berhasil mengejarnya. Pintu taksi itu dibanting keras, Baekhyun berlari menuju bandara dan baru bisa bernafas lega setelah memasuki kabin pesawat. Ia menutup wajah dengan tudung hoodie, selain menghindar dari beberapa orang yang mungkin akan mengenalinya, ia juga berjaga-jaga jika saja para penjahat itu berhasil mengejarnya. Sial! Aku ingin sampai di Korea saat ini juga! Aku ingin pulang!

~oOo~ Raut wajahnya yang tak biasa memang mengundang banyak tanya. Sebagai seorang public figure, Chanyeol tidak pernah sekali pun memperlihatkan ekspresi yang berpotensi membuat setiap orang berspekulasi. Namun hari ini, pria berusia dua puluh tujuh tahun itu lupa menyematkan senyuman terbaik seperti yang kerap ia lakukan kala melintasi pintu kedatangan bandar udara yang telah dipadati oleh para penggemar dan tim paparazzi. Kepulangannya dari Shanghai selepas menghadiri runway show salah satu brand fashion ternama dunia itu tampak tidak biasa, rahangnya terkatup rapat, melahirkan seraut wajah yang tampak galak, tidak bersahabat. Jepretan puluhan kamera mahal tak berhenti mengikuti, Park Chanyeol memang tidak pernah gagal menciptakan suasana heboh di mana pun ia berada. Kehadirannya menjadi pemicu 35

lautan manusia, bahkan demi melihat sang idola dalam jarak dekat mereka rela berdesakan tanpa memikirkan resiko fatal. "Tolong mundur dan beri jarak!" Seruan galak seorang pengawal tidak berpengaruh banyak, dan hal itu membuat suasana hati Park Chanyeol semakin tidak baik kala beberapa penggemar di belakangnya melakukan aksi saling dorong-mendorong. Mulut Chanyeol masih terkatup rapat ketika kegaduhan di belakang punggungnya mulai terdengar tak biasa. Ia tidak berniat berbalik untuk memuaskan rasa penasaran namun seseorang yang diyakini sebagai salah satu penggemar menyapu kerumunan para penggemar lain sebelum kemudian menabrak lengannya dan menginjak sendal yang ia pakai. Pekikan panik dari setiap orang adalah untuk Chanyeol yang nyaris terjatuh jika seorang pengawal tidak lebih dulu menahannya. Sontak tudingan menohok dari para penggemar tertuju pada seorang wanita yang memakai hoodie dan masker hitam. Si pelaku penabrakan. "Hey!! Apa kau buta?! Bagaimana bisa kau menabrak Oppa kami?!" "Wanita gila! Bagaimana jika Oppa kami terluka?!" "Bukankah dia..." "Maafkan saya." Wanita itu membungkuk berkali-kali, mencoba menyembunyikan wajah kala seseorang mulai curiga. Chanyeol mencoba menahan diri untuk tidak terprovokasi oleh emosi. Ia hanya menatap tajam si pelaku yang terlihat panik dan terus menoleh ke belakang seolah tengah dikejar oleh penagih hutang.

36

"Hey! Bukankah dia..." seorang penggemar maju kearah si palaku penabrakan yang sejatinya berada di tengah kerumunan. Lalu menarik paksa masker yang wanita itu kenakan. "Byun Baekhyun?!" Lagi-lagi pekikan heboh memenuhi atmosfer. Wanita itu Byun Baekhyun. Si pelaku penabrakan yang nyaris membuat Chanyeol terjatuh. Ia melirik panik kala identitasnya dikenali meski kehadirannya di sana bukan sebagai salah satu penggemar pria yang kini menautkan kedua alis, dengan picingan mata tajam ke arahnya. Demi Tuhan, Baekhyun lebih suka menghabiskan waktu menjadi budak raja mesir kuno ketimbang menjadi penggemar si telinga lebar yang menyerupai domba. Astaga! Kenapa aku harus menabraknya?! Dan kenapa kita harus bertemu di sini??? Semesta! Sialan! "Apa-apaan ini! Kau menguntit Oppa kami?" "Kau sengaja ingin melukai Oppa kami?" Faktanya nyaris seluruh penggemar Chanyeol adalah anggota resmi dari situs haters nomor satu Byun Baekhyun. "Jika boleh memilih aku lebih suka menguntit Kim Jong Un Ahjussi." Gumam Baekhyun terdengar acuh ketika mulut semua orang mulai terdengar jahat. "Apa?!" "Apa dia sudah gila?!" Baekhyun meringis kecil lalu melirik Chanyeol dengan hati-hati. "Maaf, maaf, maaf!" Lalu kembali membungkuk berkalikali sebelum melesat, berlari dari kerumunan para penggemar Park Chanyeol yang mulai memperlihatkan taring tajam. Baekhyun tahu ia tidak seharusnya lari dan bersikap tidak sopan. Namun keadaannya saat ini cukup mendesak. Dan ia

37

tahu betul akan ada banyak artikel dengan judul dan isi berita yang berlebihan esok hari. Lalu terdengar berbagai macam kecaman dari para penggemar Park Chanyeol. "Oppa, apa kau tidak apa-apa?" Chanyeol mengangkat sebelah tangan setelah menghela napasnya cukup panjang. Wajahnya semakin terlihat ketus, dan auranya terasa lebih menyeramkan dari prajurit neraka. Suasana hatinya yang sejak awal tidak baik kini memburuk dan menyentuh angka persentase yang sempurna oleh perbuatan seorang wanita yang ia ketahui mendapat julukan sebagai ratu sensasi pembuat onar. Julukan yang benar-benar beralasan.

~oOo~ “Lihat masalah-masalah yang kau perbuat kali ini!” Heechul melempar surat kabar di atas meja. Baekhyun yang tengah menyantap setengah apelnya tidak bereaksi karena ia tahu isi berita pagi ini. “Kau pergi ke Shanghai tanpa penjelasan apapun hingga aku hampir mendapat masalah dari agensi! Dan sekarang kau menabrak Park Chanyeol di bandara? Kau tahu kau menginjak kakinya hingga robek!” Kini Baekhyun bereaksi, ia menatap Heechul dengan kornea yang melebar. “A-apa maksudmu?” Heechul nyaris meraung. “See? Kau bahkan tidak sadar sudah melukai orang lain!” “Aku tidak sengaja, kemarin aku sangat panik!” Baekhyun mencoba membela diri. “Aku tidak tahu ada dia di depanku.” Heechul memijit dahinya dengan kentara, mencoba menekan kesabaran meskipun jauh di dalam lubuk hatinya ia 38

ingin selain meracik tubuh Baekhyun dan menjadikannya makanan hiu. “Sekarang katakan padaku, untuk apa kau pergi ke Shanghai?” Baekhyun mencebi dan menunduk. “Jawab aku!” “Seseorang meneleponku dan bilang tahu di mana wanita itu!” Heechul masih mencerna kalimat Baekhyun dan perlahan tatapannya melunak, ia tahu wanita siapa yng dimaksud. “Tapi ternyata mereka penipu dan berniat mencelakaiku. Aku melarikan diri dan aku panik, pikiranku kacau. Aku tidak berniat melukai siapapun.” Heechul mulai kembali merasa gemas. “Kenapa sulit sekali mengatakannya kepadaku? Kenapa kau selalu ceroboh? Bagaimana jika mereka berhasil mencelekaimu?” Terdengar nada cemas di sana. “Aku tidak bisa berpikir jernih, ketika nama wanita itu disebut aku menggebu-gebu secara spontan, kau yang paling tahu sekeras apa usahaku selama ini untuk dapat menemukan wanita itu.” Heechul tidak lagi menyahut dan kini ia tidak lagi bisa menyalahkan Baekhyun sepenuhnya. “Kau harus meminta maaf.” Baekhyun mengangkat wajah. “Huh?” “Kau harus meminta maaf secara langsung kepada Park Chanyeol.” “Tapi—“ “Beritanya semakin menyebar luas, bahkan para penggemarnya membuat petisi agar kau tidak lagi tampil di tv.” Baekhyun meringis. Tidak tahu situasinya separah itu. “Tapi dia pernah mengkritikku di program tv.” 39

“Apa masalahnya?” Baekhyun merengut kecil, tidak tahukah Heechul bahwa Baekhyun masih memikirkan bagaimana ekspresi wajah Chanyeol ketika berpapasan dengan dirinya kemarin dan bahkan saat di acara MoMo. Dia menatapku seolah ingin menelanku bulat-bulat, dan sekarang aku harus menemuinya secara pribadi?

~oOo~ Pada akhirnya Baekhyun mengikuti hati nurani. Ia sadar telah berbuat salah dan meminta maaf adalah tugasnya sebagai seorang manusia yang bijak. Setelah menyelesaikan syuting iklan, Baekhyun dan Heechul melesat menuju studio pribadi Park Chanyeol yang berlokasi di pusat Seoul. “Tunggu... Tunggu...” Baekhyun masih butuh waktu untuk mempersiapkan diri. “Ada apa lagi?” Heechul jengah. “Bagaimana jika dia menolak permintaan maafku?” Tentu itu adalah hal yang akan membuat harga diri Baekhyun terjun ke dasar. “Kita coba dulu, aku sudah menghubungi Yongmin, manajernya.” “Aku... aku harus apa?” “Aku tahu kau bodoh, bahkan paling bodoh di antara semua makhluk bumi.” “Hey!” Protes Baekhyun dengan keras. “Tapi aku percaya kau tidak perlu kemampuan khusus untuk meminta maaf, jadi ayo kita turun. Masalah ini harus cepat diselesaikan jika tidak kau akan benar-benar diboikot.” 40

Baekhyun menggigit bibirnya dengan resah. Cukup lama menimbang kata-kata sebelum mengangguk kecil dan mengekori Heechul masuk ke dalam studio. Baekhyun tidak tahu sedekat apa Heechul dengan manajer Excellent Soul, namun melihat mereka saling sapa dengan cukup akrab, ia bisa menilai sejauh mana kedekatan mereka. Wanita itu membungkuk sopan saat Yongmin menyapanya. “Aku tidak tahu kejadiannya sepert apa karena dia didampingi asistenku saat itu. Tapi aku bersyukur Byun Baekhyun-ssi mau datang dan membawa itikad baik. Aku sangat menghargai itu.” “Baekhyun merasa sangat bersalah telah mengakibatkan kekacauan dan merugikan Park Chanyeol-ssi.” Heechul memulai perannya sebaga ratu drama. Kenapa dia menangis?! Oh air mata buaya itu! Baekhyun merutuk dalam hati. Yongmin tersenyum maklum. “Tapi Chanyeol sedang menyelesaikan sebuah lagu di dalam.” “Oh, tidak masalah. Kami akan menunggunya sampai selesai.” Baekhyun nyaris memutar mata karena Heechul berbicara dengan suara yang menyerupai balita. Belum lagi caranya menyampirkan anak rambut ke belakang telinga. “Kau tahu? Dia dulu menyukaiku saat di sekolah, tentu saja aku menolaknya karena dia tidak tampan.” Baekhyun membeo panjang akan fakta tersebut. Terang saja pria bernama Yongmin itu kerap mencuri pandang kepada Heechul.

41

Satu jam kemudian Baekhyun mendengus lelah, sementara Heechul masih setia meladenin Yongmin berbincang ini dan itu. Pintu studio itu akhirnya terbuka, punggung Baekhyun menegak seperti dikomando. Sosok berwajah mengantuk itu keluar seraya meneguk air mineral. “Oh, akhirnya kau selesai juga.” Chanyeol tidak mengerti situasi, mulanya membeo kecil pada dua tamu yang duduk di sofa lobi, lalu wajahnya berubah datar saat menyadari siapa tamu tersebut. “Ada apa ini, Hyung?” Nada suaranya terdengar tidak ramah. Baekhyun nyaris memutar bola mata sebelum kemudian meringis melihat dua jari kaki Chanyeol yang terbalut kain perban. “Oh, Byun Baekhyun-ssi datang untuk meminta maaf kepadamu.” Chanyeol melirik Baekhyun sejenak lalu kembali memalingkan wajah. Baekhyun nyaris mengepalkan tangan karena sifatnya yang angkuh. Namun dengan cepat ia menahan diri. Senyumnya terulas, tangannya terulur, meski kenyataan pahit harus ia dapat karena jabatan tangannya diabaikan oleh Chanyeol. Wanita itu menarik diri lalu menghela kecil. Heechul menahan amarah di balik senyum palsu sementara Yongmin menggaruk tengkuknya dengan canggung. “Saya secara tulus meminta maaf karena telah mengakibatkan kekacauan dan melukai Anda, Park Chanyeol-ssi. Saya pastikan kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi. Saya...

42

saya akan merenungi kesalahan saya dengan sebaik-baiknya.” Baekhyun lantas membungkuk sembilan puluh derajat. “Kau tahu aku terlalu sibuk untuk menemui orang-orang yang tidak mempunyai kegiatan penting.” Chanyeol berbicara tegas kepada Yongmin, tanpa sedikit pun menggubris ucapan tulus Baekhyun. “Ya, benar. Kami memang tidak mempunyai segudang kegiatan penting, saya bukan artis terkenal yang disibukkan oleh berbagai jadwal padat seperti Anda, itu sebabnya kami sanggup menunggu satu jam lebih di sini hanya untuk meminta maaf.” Chanyeol spontan menoleh pada Baekhyun. Ia tidak tahu mereka menunggu, selama itu. “Sekali lagi saya meminta maaf.” Baekhyun kembali membungkuk sembilan puluh derajat, lalu menarik tangan Heechul sebelum berlalu dari sana. “Apa kau tidak keterlaluan?” Yongmin menghakimi keangkuhan Chanyeol saat ini. “Mereka datang dengan niat baik bukan untuk mengganggu kesibukanmu.” Chanyeol termangu seraya menatap punggung Yongmin kala manajernya itu keluar mengejar Baekhyun dan Heechul. “Kakiku ngilu.” Baekhyun meringis setelah masuk ke dalam mobil, sejak pagi kakinya memang mulai terasa sakit karena efek obat yang diberikan oleh dokter mulai memudar. “Apa kau baik-baik saja?” Heechul bertanya untuk segala hal. Tidak hanya tentang kaki Baekhyun yang cedera akibat insiden terjatuh di atas panggung, juga pada dirinya yang kembali mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain untuk ke sekian kali. Baekhyun mengangguk sebelum menyandarkan kepala seraya terpejam. 43

Seseorang mengetuk kaca mobil, Heechul mendengus kala melihat siapa pelakunya. “Heechul, aku benar-benar minta maaf, Chanyeol tidak tidur sejak kemarin, dia mengerjakan banyak lagu, mungkin itu yang membuatnya bersikap keterlaluan. Dia hanya penat.” “Jika ini tentang kerja keras, Baekhyun harus menari sepanjang hari sampai malam dengan kakinya yang cedera. Comeback grupnya hanya hitungan minggu, hari ini dia bangun pagi buta karena terlalu bersemangat untuk membintangi iklan meskipun bayarannya tidak setinggi satu lagu yang artismu hasilkan. Benar jika artisku tidak mempunyai kegiatan penting yang bisa dibanggakan, benar jika Byun Baekhyun selalu membuat masalah, hatersnya setengah populasi Korea Selatan! Byun Baekhyun memang bodoh, aku berani jamin artisku ini sangat bodoh, tapi kau tahu? Dia tidak perlu menata dan menghafal kata demi kata untuk meminta maaf kepada artismu, dia tahu ketika salah hatinya akan merendah! Katakan ini kepada artismu yang angkuh!” Heechul menutup kaca mobil, meninggalkan Yongmin yang semakin merasa bersalah, juga sosok yang sedari tadi berdiri di balik pintu studio. Chanyeol berdiri di sana, menyandarkan punggung, memangku tangan, mulai merasa terganggu dengan perasaan tidak nyaman.

44

Chapter 3 Langkah kakinya secepat citah, apa yang ia bawa sebagai informasi sudah pasti akan membuat Baekhyun melupakan kekesalan yang merundungnya beberapa hari terakhir. Dengan cepat Heechul menekan sandi apartemen, mengabaikan keadaan apartemen Baekhyun yang berantakan, ia lantas melesat menuju kamar. “Astaga, Byun Baekhyun?! Kenapa kau masih tidur?!” Suara Heechul yang memekik sontak membuat si mungil yang masih bergelung di bawah selimut itu mengernyit, tidurnya terganggu. “Demi Tuhan! Aku baru tidur jam tiga pagi, jangan mengganggu hari liburku!” “Tidak! Tidak!” Heechul menyahut seraya menyingkap tirai kamar dengan semangat. Ia lantas bergegas membangunkan Baekhyun yang merengek meminta tambahan waktu tidur. Heechul menangkup wajah Baekhyun yang mengantuk. “Tebak berita apa yang kubawa!” Baekhyun menggeleng, matanya masih terpejam, rambutnya berantakan serupa kepala singa. “Kau ingat drama romantis yang kau incar?” Mata Baekhyun membulat seketika, ia langsung mengangguk-anggukan kepala seperti anak anjing. Heechul mengeluarkan sesuatu dari dalam tas lalu menunjukkan sebuah naskah. “I-ini...” Heechul mengangguk. “Impianmu untuk menjadi pemeran antagonis di dalam drama ini akhirnya disetujui oleh sutradara!”

45

Baekhyun menjerit heboh sebagai reaksi. “Kau bersungguh-sungguh?!” “Ya!!! Tanggal pembacaan naskah sudah ditentukan!” Baekhyun bangkit dari ranjang lalu kembali menjerit heboh dan berjingkrak kegirangan. “Astaga! Astaga! Ini luar biasa!!!” “Tapi mereka mengganti pemeran utama pria dan wanita.” Baekhyun mengibaskan tangan. “Aku tidak peduli karena aku tidak ikut andil dalam adegan romantis. Aku hanya perlu berperan sejahat mungkin di dalam drama ini. Oh astaga! Aku senang sekali!” “Tapi... B—” “Nanti saja, aku akan fokus menghafal naskah.” “Dengarkan aku... kau adalah pemeran antagonis pembantu.” Baekhyun melirik Heechul seketika. “Ya?” Kedua alisnya tersangkat. “Ya, pemeran utama antagonis diperankan oleh Tiffany, dan kau pemeran pembantu.” Baekhyun sontak memeriksa isi naskah. Dahinya mulai mengernyit karena tidak menemukan baris dialog untuk perannya sejauh ia membuka lembar demi lembar. Bahunya perlahan merosot namun ia tidak patah semangat. “Tidak masalah! Aku menemukan beberapa dialogku di sini. Apapun itu aku tetap senang mendapatkan peran di drama ini.” Senyum Heechul terulas, seperti yang ia duga Baekhyun akan tetap berbesar hati. “Kalau begitu sekarang kau bersiapsiap. Hari ini kita dijadwalkan bertemu dengan sutradara drama bersama para pemeran lainnya.”

46

“Benarkah? Oh! Aku harus mandi dan berdandan dengan cantik!” Dan Baekhyun melesat menuju kamar mandi.

~oOo~ “Eonnie!!!” Baekhyun menoleh setelah turun dari minivan, suara itu tidak asing. “Sohee?” Kedua alis Baekhyun bertaut. Tentu bertanyatanya akan kehadiran Sohee di kafe yang sama. “Oh, selamat siang.” Sohee tersenyum dan mebungkuk sopan pada Heechul. “Eonnie aku senang kali bisa berada dalam satu project denganmu.” “Huh?” Baekhyun membeo da melirik Heechul. “Aku lupa memberitahumu, Sohee adalah pemeran utama dalam drama yang akan kau bintangi.” Kata Heechul. Kornea Baekhyun melebar seketika, ia refleks melirik Sohee yang masih setia menggandeng lengannya. “Oh, bagus sekali. Selamat, Sohee.” “Terima kasih, Eonni. Haruskah kita masuk? Sutradara Lee mungkin sudah menunggu di dalam.” Baekhyun mengangguk, ia lantas masuk beriringan dengan Sohee. “Selamat siang.” Baekhyn dan Sohee dengan kompak menyapa sang sutradara dan beberapa pemain yang telah hadir di sana. Baekhyun baru saja mendaratkan bokong sebelum nyaris kembali melompat saat bertemu pandang dengan seorang pria yang duduk di samping sutradara. Sosok itu menggulung lengan kemeja, menatap Baekhyun sebelum mengulas senyum miring. 47

“Dia...” Baekhyun berbisik kecil seraya menyenggol lengan Heechul. “Excellent Soul, Ahn Sian. Pemeran utama pria.” Baekhyun seketika melotot. “Apa?!” Serunya dengan suara lantang, mengundang kernyitan heran dari setiap pemain. Tak terkecuali Sian yang mati-matian menahan tawa. Keterkejutan Baekhyun didukung oleh berbagai alasan. Pertama ia tidak tahu pria bernama Sian itu adalah member salah satu boy group kebanggaan Korea Selatan, kedua ia tidak tahu pria yang menolongnya di Hongkong malam itu adalah seorang artis. Diam-diam gadis itu menunduk dan meringis. Merasa cukup malu jika mengingat kejadian itu. “Jajaran pemain kita benar-benar menjamin, kita mempunyai Sian dan Sohee, mereka bintang besar yang akan membuat drama ini meledak hebat.” Sohee terkekeh anggun. “Sutradara Lee terlalu berlebihan memuji.” “Itu benar, kemampuan akting dan bernyanyimu benarbenar patut diacungi jempol.” Sian mengangkat sudut bibir dalam diam. “Baekhyun Eonnie juga pandai berakting!” Sohee berseru lalu menggandeng lengan Baekhyun. “Dia bintang besar juga, bukankah kalian mendengarkan lagu-lagu Ladiesire?” Semua orang mengerjap canggung seraya menggaruk tengkuk. Mereka jelas tahu lagu-lagi girlgroup itu diboikot oleh beberapa media. “Baekhyun-ssi, mari kita bekerja sama.” Baekhyun tersenyum dan menunduk kecil atas ucapan tulus sang sutradara.

48

“Baekhyun Eonni sangat pandai berakting, kami menjalani training bersama-sama dulu, hmmm... aku sedikit terganggu jika mengingat aku adalah senior Eonni dalam bidang ini.” “Kau dan aku beperan sebagai penjahat dalam drama ini, mari kita bekerja sama.” Tiffany yang sedari tadi hanya mendengarkan kini menghampiri Baekhyun dan menjabat tangannya. “Tentu, Sunbae-nim. Suatu kehormatan bisa bekerja sama denganmu.” Baekhyun dengan antusias membalas jabatan tangan itu. “Sunbae? Tolong kerja samanya!” Sohee berseru dan mengulurkan tangan pada Tiffany dan dibalas seadanya. Lalu semua orang mulai sibuk memperbincangkan project drama tersebut. Beberapa pemain diberi arahan dan motivasi, kadang kala mereka melempar gurauan kecil untuk mencairkan suasana. Baekhyun meneguk minuman ketika tenggorokannya merasa cukup kering karena berbincang banyak dengan Tiffany yang tidak ia duga cukup menyenangkan. Ia lalu melirik hati-hati pada satu-satunya pemeran utama pria. Sian mengangkat sebelah alis, lalu mengerlingkan mata di balik gelas minuman. Baekhyun mencebi kecil dan dibalas dengan kekehan tak bersuara. “Sunbae, cheers!” Sohee memberanikan diri duduk di samping Sian. Pria itu bereaksi seadanya sebelum bersulang dengan Sohee.

49

Baekhyun menghela pelan, sejak awal merasa cukup kecil di antara jajaran pemain yang berasal dari bintang-bintang terkenal. Lalu ia melirik dan menatap Sohee cukup lama. Satu memori kembali terngiang di dalam kepala, sejauh ini Baekhyun selalu mencoba mengenyahkan segala kenangan yang kurang menyenangkan, namun sekeras apapun ia mencoba, fakta bahwa hubungannya dengan Sohee tidak sebaik yang terlihat. Tidak banyak yang tahu bahwa ada masa lalu yang sulit di antara keduanya.

~oOo~ Baekhyun telah lama membiasakan diri berolahraga pada malam hari, selain karena siang hari selalu banyak dihabiskan dengan syuting iklan atau berlatih bersama member Ladiesire, berolahraga di malam hari pun menjadi opsi penting untuk menghindari beberapa oknum yang akan mengenali dirinya kala berlari memutari taman di sekitaran sungai Han. “Aku tahu, Ayah. Kakiku sudah sembuh, hanya cedera ringan.” “Haruskah Ayah membawakanmu ramuan tradisional nenek moyangmu?” Baekhyun mengurangi kecepatan berlari. “Tidak. Tidak perlu, Ayah. Kakiku sudah membaik,” “Apa kau yakin?” “Tentu! Bukankah aku putri Ayah yang kuat?” Tuan Byun menghela cemas di seberang sana. “Bagaimana situasi restoran bulgogi kita?” “Banyak sekali yang datang. Ayah terpaksa mempekerjakan karyawan tambahan karena setiap hari antriannya sangat padat.” 50

Baekhyun tersenyum senang, ia tidak peduli akan hujatan netizen atas sikapnya yang secara tidak sengaja mempromosikan restoran bulgogi milik ayahnya di salah satu program tv yang ia isi beberapa minggu lalu. Baekhyun tidak ambil pusing dengan kritikan pedas semua orang jika itu terbayar dengan suara ceria ayahnya di seberang sana. “Putriku adalah bintang besar sekarang, terima kasih sudah membanggakan Ayah.” Yang Baekhyun syukuri Ayahnya tidak tahu banyak tentang fungsi ponsel pintar yang ia belikan. Pria paruh baya itu hanya tahu fitur pesan dan telepon saja, tidak tahu bahwa di setiap ponsel pintar terdapat beberapa fitur termasuk dapat melihat headline news yang kerap dipenuhi oleh nama putrinya dengan beberapa berita yang kurang menyenangkan sebagai artis sensasional. “Ayah, aku harus kembali ke apartemen.” Setelah mendengar kalimat penuh kasih dan sayang, Baekhyun lantas memutus sambungan telepon. Ia mendongak dan menghirup udara sebanyak yang ia bisa. “Ya, aku adalah bintang besar. Jika tidak ada yang sudi mengakui itu, paling tidak Ayah orang yang paling jujur dan tulus.” Baekhyun mendapatkan kembali asupan semangat, ia hendak melanjutkan olahraga yang tertunda namun urung ketika telinganya mendengar suara aneh di balik pohon rindang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Wanita itu mengernyit sebelum memutuskan mengupas rasa penasaran, ia mendekat pada pohon tersebut. Semakin dekat, ia mulai semakin mengenali suara apa yang ia dengar. “Oh...” Baekhyun berseru kecil, firasatnya benar. Suara yang ia dengar berasal dari cicitan anjing kecil yang terjebat di antara akar pohon. “Baik, Noona akan menolongmu, tolong diam 51

sebentar nanti kau terluka.” Baekhyun bergegas menyingkirkan akar-akar pohon lalu meraih anjing kecil itu dengan sigap. Kini hewan lucu itu tidak lagi terjebak dan berada di pangkuan nyaman Baekhyun. “Kenapa kau bisa terjebak di situ? Di mana tuanmu?” “Toben-a... Toben-a!!!” Baekhyun berbalik, terpancing oleh suara lantang yang terdengar panik tersebut. “Tob—” Dalam jarak sekian meter, mereka mematung dan melempar tatap satu sama lain. Lampu jalan di sekitaran sungai Han cukup terang, membantu setiap pasang mata untuk melihat siapapun dengan jelas. Anjing kecil bernama Toben itu lantas meronta dari gendongan Baekhyun. “Apa yang kau lakukan kepada anjingku?!” Baekhyun mendengus kecil mendengar nada menuduh itu. “Tidak ada yang melakukan apapun terhadap anjingmu.” Chanyeol menatapnya tajam setelah merebut Toben dari Baekhyun. Baekhyun memutar mata lalu berbalik dan berniat meninggalkan tempat tersebut. “Siapa yang kau sentuh?!” Lalu ia berjengit dan menepis pergelangan tangan yang Chanyeol tarik. “Kau tidak menjawabku! Bagaimana bisa Toben bersamamu?!” “Tanyakan itu pada dirimu!” Suara Baekhyun meninggi. “Kenapa kau membiarkan anjingmu berkeliaran hingga tersangkut di akar-akar pohon?!” Kornea Chanyeol melebar. Lalu ia bungkam dan menatap Toben di pangkuannya. 52

“Jika boleh ku beri saran, berhenti berprasangka buruk terhadap orang lain.” Baekhyun memangku tangan. “Aku tidak perlu saranmu.” Baekhyun mengedikkan bahu dengan acuh. “Lantas silahkan hidup dengan rasa bersalah seumur hidupmu, itu pun jika kau cukup berhati untuk merenungi apa yang telah kau perbuat.” Chanyeol terbungkam, tertohok ketika bahkan perasaan tak nyaman sejak hari di mana Baekhyun meminta maaf masih mengendap di dalam hati. Baekhyun mendengus keras. “Lagipula sedang apa tuan sibuk ini ada di sini, membuat orang malas saja!” Jelas Baekhyun bersikap sinis, masih terngiang dalam benak bagaimana angkuh dan sombongnya pria itu terakhir kali mereka bertemu. Wanita itu berdecak sebelum melanjutkan olahraganya yang tertunda, meniggalkan Chanyeol yang masih diam seribu bahasa, juga seseorang asing yang menenteng kamera di balik pohon.

~oOo~ Hari pertama syuting drama telah ditentukan, Baekhyun tentu sangat berantusias. Wanita itu bahkan membuat Heechul terheran-heran ketika menginjakkan kaki di apartemennya pagi ini. Terlihat sang artis sudah duduk manis dan tengah dirias. “Buat senatural mungkin, biarkan mereka berpikir bahwa aku tidak memakai make up sedikit pun.” Heechul memutar bola mata. “Padahal dia hanya punya satu dialog saja hari ini.” 53

“Aku dapat mendengarmu, penyihir.” Baekhyun menyahut tenang. “Oh, jangan gunakan lipstik yang ini, pilih warna alami, aku tidak ingin mereka tahu bahwa aku memakai lipstik. Pakai BB creamnya tipis-tipis, jangan menyembunyikan kantung mataku terlalu kentara, mereka bisa curiga.” “Aku paham, Baekhyun.” Sang make up artist terdengar jengah atas intruksi tak masuk akal yang Baekhyun berikan. Dua jam berlalu, segala hal merepotkan tentang Byun Baekhyun akhirnya bisa diatasi. Wanita itu dirias dengan sangat natural hingga tidak meninggalkan sedikiitpun sapuan alat make up. “Astaga kau benar-benar handal dengan urusan ini. Aku akan membayarmu lebih.” Baekhyun berseru dengan senang lalu melirik Heechul yang tengah menguap untuk ke sekian puluh kali. “Haruskah kita berangkat sekarang? Kru dan para pemain drama pasti sudah menungguku.” Heechul berdecak menahan sebal, enggan meladeni kehalusinasian Baekhyun yang telah berada di atas level akut. Siapa yang akan menunggu pemeran pembantu yang hanya mempunya satu dialog di hari pertama syuting drama? Mereka akhirnya berangkat menuju lokasi syuting. “Oh, banyak sekali komentar yang masuk.” Baekhyun berseru antusias kala melihat notifikasi dari media sosial setelah memposting sebuah foto. Senyum lebarnya bertahan ketika jemarinya terus menari di atas layar ponsel mencoba mencari satu komentar yang nyaman untuk dibaca namun perlahan senyum itu luntur, fakta bahwa lebih banyak komentar kebencian dan cemoohan di postingan itu membuat ekspresinya berubah masam. Ratingnya dramamu akan terjun bebas! 54

Bahkan Sohee dewi kecantikan di antara para idol pun tidak akan menolong kualitas drama jika mereka tidak memecatmu sekarang juga! Aku merasa kasihan kepada Sian, kenapa dia mendapatkan kemalangan bermain drama bersamamu? Peran antagonis cocok untukmu, mereka terlalu jujur memilih artis. Heechul yang tengah mengemudi diam-diam memperhatikan Baekhyun melalui kaca spion, tampak artisnya tersebut memperlihatkan wajah kesal seraya menarikan jemari di atas ponsel. “Kau sedang apa?” Selidiknya. Baekhyun mendengus keras lalu menyandarkan kepala pada jok. “Oh!!! Kenapa mereka senang sekali menggangguku?!” “Apa yang kau maksud?” Baekhyun memangku tangan lalu melirik Heechul yang masih menatapnya melalui kaca. “Maksudku, jika mereka tidak suka padaku lebih baik mereka berhenti mengikuti aktifitasku di media sosial! Jika menyukaiku tidak ada untungnya lalu apa keuntungan yang mereka dapat dengan membenci dan meninggalkan komentar-komentar bodoh itu?” “Aku sudah memperingatimu untuk berhenti memposting sesuatu yang tidak bermanfaat!” “Aku hanya ingin berinteraksi dengan penggemarku, apa yang salah?” Heechul memijit pelipis, sejauh yang ia tahu ratusan ribu orang yang mengikuti Baekhyun di media sosial didominasi oleh sembilan puluh sembilan persen kaum pembenci, dan Heechul 55

sudah bosan memberitahu Baekhyun akan hal tersebut, wanita itu selalu mengabaikan fakta dan peringatan.

*** Dan mereka sampai di lokasi syuting lebih awal, bahkan terlalu awal karena hanya beberapa kru saja yang baru terlihat. “Sudah ku bilang, kau sangta berlebihan! Syuting dimulai pukul sembilan dan sekarang baru pukul enam!” Heechul menahan diri untuk tidak menjitak kepala Baekhyun. “Datang lebih awal lebih haik daripada terlambat. Itu adalah prinsip seorang bintang besar!” Baekhyun menyahut percaya diri seraya menelisik penampilannya di balik kaca rias yang ia pegang, Heechul mendengus keras. “Lalu apa yang akan kau lakukan selama tiga jam ke depan?” Syuting dimulai pukul sembilan dan yang lebih menyebalkan Baekhyun hanya mempunyai sebaris dialog di akhir adegan. Baekhyun tidak lagi menyahut dan fokusnya justru terpaut pada seorang pria paruh baya yang tengah mengangkut barang-barang dan keperluan untuk syuting. Pintu minivan yang ia huni tidak sepenuhnya terbuka, wanitu itu memperhatikannya dengan seksama sebelum memutuskan untuk turun. “Kau tenang saja, aku bisa menunggu selama apapun sembari melakukan sesuatu yang menyenangkan.” Baekhyun menyahut dan kemudian meninggalkan Heechul yang berdiri di samping minivan. “Hey! Kau mau kemana?!” Baekhyun tidak menyahut, ia lantas mendekat pada pria paruh baya yang terlihat kepayahan. Wanita itu sempat menyapa 56

beberapa kru drama dengan membungkukan badan lalu tersenyum lebar, “Selamat pagi, paman.” Pria paruh baya itu menoleh, kerutan usia di wajah membuat senyum Baekhyun bertahan dalam diam. “Oh, ya?” Ia tidak tahu tengah disapa oleh salah satu pemain drama. “Ini...” Baekhyun mengambil dua barang yang dibawa pria paruh baya itu. “Biar aku bantu.” Wanita itu lantas berbaur dengan para pengangkut properti. “Nak, apa itu tidak berat?” “Tentu tidak. Aku sangat kuat. Aku tidak mau membiarkan wajah tampan paman memudar karena terlalu banyak lelah.” Baekhyun menyahut ceria. Beberapa kru memperhatikan tingkah polanya yang di luat dugaan. Lalu perlahan suasana di sana mencair karena ada banyak senda gurau yang keluar dari mulut Baekhyun. “Oh ya, paman tampan berbaju kuning! Aku harus menaruh ini di mana?” Yang dipanggil menoleh lalu tersenyum ramah. “Apa itu tidak berat, nak?” “Tidak sama sekali,” Baekhyun menyahut, menyembunyikan rasa lelah. Siapa yang tidak kepayahan mengangkut properti berat selama satu jam terakhir? “Kau bisa menaruhnya di sana.” Tidak banyak yang tahu kalau mereka tengah dibantu oleh salah satu pemain drama. “Nak, kemarilah.” Salah seorang paman memanggil Baekhyun.

57

Kini para kru dan pengangkut properti tengah berkumpul dan beristirahat setelah menyelesaikan keperluan syuting. “Mari bergabung bersama kami. Kau pasti lelah.” “Whoa!!!” Baekhyun berseru sebelum duduk di atas rumput, mataya berbinar melihat beberapa porsi kimbap dan arak beras. “Terima kasih sudah membantu kami.” Baekhyun mengangguk senang lalu menyuap potongan kimbap dengan lahap. “Ini sangat lezat. Di mana paman membelinya?” “Oh, istri paman berbaju merah ini yang membuatnya.” “Benarkah???” Baekhyun menatap paman berbaju merah yang tertunduk malu, wajahnya yang lusuh dan penampilannya yang terlihat sedikit kumal dari paman-paman yang lain membuat senyum Baekhyun terulas lembut. “Kalau begitu bisakah aku memesan seratus porsi kimbap dari paman baju merah?” Semua orang mengangkat wajah dan menatap Baekhyun dengan terkejut. Wanita itu mengerjap bingung karena ditatap dengan intens. “Ke-kenapa? Apa tidak boleh, paman?” “Te-tentu boleh. Istriku pasti sangat senang.” Baekhyun bertepuk tangan lalu kembali menyuap potongan kimbap. “Ngomong-ngomong kau ini... siapa?” Baekhyun nyaris tersedak. Ia sadar mereka mungkin tidak mengenalnya. Oh tentu mereka penasaran siapa wanita cantik yang membantu mereka? Baekhyun membatin dengan percaya diri.

58

“Aku pemeran antagonis di drama ini.” Baekhyun menjawab dengan tenang meski reaksi yang ia dapat sangat berbalik. Kebanyakan dari paman-paman itu tersedak. “Ja-jadi kau artis?” Baekhyun memasang wajah berpikir cukup lama. “Hmmm bisa dibilang begitu.” “Astaga! Maafkan kami, nona. Kamu tidak tahu kalau—” “Hey paman-paman tampan, tidak apa-apa. Aku datang lebih awal dari jadwal jadi aku senang membantu kalian. Itu tadi menyenangkan.” Mata Baekhyun yang membentuk bulan sabit ketika tertawa membuat paman-paman itu terhipnotis. Beberapa kru yang sejak awal mengenalinya kini bertanya-tanya, mengapa wanita baik dan tulus itu dibenci dan mempunyai banyak haters? Lantas Heechul yang sejak awal memperhatikan artisnya diam-diam menghela kecil, menatapnya dari kejauhan. “Jika kau sebaik itu. Kau bisa disalah pahami.” Gumamnya. Tidak hanya paman-paman pengangkut properti, tidak hanya para kru dan juga Heechul yang sempat dibuat membeo dengan tingkah laku Baekhyun. Sosok yang telah menetap di dalam sebuah minivan sejak satu jam terakhir itu diam-diam mengulas senyum. “Sian, ini kopimu.” Sang manajer datang memberikan kopi pesanan. “Kenapa mereka berkumpul di sana?” Tanyanya dengan heran melihat sekumpulan kru dan para pengangkut barang. “Mereka sedang dihibur dengan sebuah ketulusan. Aku pun akan berada di sana jika menjadi salah satu dari mereka.”

59

Ya. Sian akan bertepuk tangan paling kencang, memberi banyak apresiasi jika ia adalah satu dari para pengangkut properti yang Baekhyun bantu.

60

Chapter 4 “Artisku datang pagi buta! Dan dia hanya mendapatkan satu dialog, kenapa kalian menunda last scene bagian artisku?” Sementara Heechul bernegosiasi dengan asisten sutradara, Baekhyun menunggu di dalam minivan. Telinganya secara jelas mendengar percakapan kedua orang itu. “Aku tidak bisa apa-apa, pemeran utama mengalami sakit perut dan bahkan kita tidak melakukan syuting untuk beberapa adegan miliknya.” Baekhyun menggigit bibir, seingatnya ia telah menetap di lokasi syuting seharian penuh, dan kini ia mulai merasa lelah. Heechul kembali dengan dengus keras setelah gagal bernegosiasi dengan asisten sutradara yang sebelumnya mengumumkan syuting hari itu selesai dengan scene yang tidak rampung sepenuhnya. Baekhyun mengangkat kedua alis, bertanya dalam diam bagaimana hasil yang didapat. Heechul menggeleng pelan lalu masuk ke dalam minivan. “Mereka bilang syuting akan dilanjutkan lusa karena kondisi kesehatan pemeran utama yang tidak memungkinkan.” Baekhyun tidak menunjukkan ekpresi apapun selama beberapa detik sebelum kemudian ia tersenyum lebar. “Tidak masalah, kita pulang saja.” Heechul menatapnya beberapa saat sebelum mendengus kecil. Tidak banyak bertanya perihal keadaan Baekhyun adalah opsi terbaik ketika ia tahu artisnya tengah memendam kekecewaan seorang diri. Byun Baekhyun memang selalu seperti itu.

61

Setelahnya Heechul mulai menjalankan minivan, meninggalkan lokasi syuting dengan perasaan sama kecewanya. Tak selang beberapa lama mobil yang mereka tumpangi tersendat. “Ada apa?” Selidik Baekhyun. “Penyakit lamanya kambuh lagi!” Geram Heechul setelah minivan itu sepenuhnya berhenti di tengah jalan. Satu hal yang menambah daftar panjang hal-hal yang mempermainkan kesabaran Baekhyun. Wanita itu menelan saliva namun kerongkongannya kering, mencoba menahan diri untuk tidak terpancing emosi, ia lantas menyusul Heechul keluar dari mobil. “Apa bisa diperbaiki?” Tanyanya lalu memperhatikan Heechul, juga raut lelah di wajah sang manajer. “Aku tidak mengerti mesin mobil, sepertinya kita harus menghubungi montir.” Tangan Baekhyun terulur sebelum hinggap di bahu Heechul dan mengusapnya. Meski enggan mengatakannya, namun saat ini ia tengah bersyukur atas kerja keras Heechul yang menjaga dan melayaninya sebagai artis dengan baik. “Tunggu di dalam, suhu di sini sangat dingin.” Bisa Baekhyun lihat uap mengepul yang keluar dari mulut Heechul saat manajernyya tersebut berbicara. “Permisi...” Baik Baekhyun maupun Heechul sama-sama menoleh pada sumber suara, lalu dengan kompak mereka membungkuk kecil setelah melihat si pemilik suara. “Aku tidak sengaja melihat kalian di sini... apa ada masalah?” “Oh, mobil kami mogok, Sian-ssi.” Heechul menyahut dengan cepat.

62

“Ahh... seperti itu.” Sian lantas melirik Baekhyun yang terlihat tengah mengusakkan kedua telapak tangan, tampak kedinginan. “Apa sudah memghubungi seseorang?” “Saya sudah menghubungi seorang kenalan tapi mungkin datangnya akan terlambat.” Sian kembali melirik Baekhyun yang belum juga bersuara. “Jika mau kalian bisa menumpang di mobilku.” Dan barulah Baekhyun bereaksi, begitu pun Heechul. “Tapi aku tidak bisa meninggalkan mobilnya sendiri.” gumam Heechul pada Baekhyun. “Kalau tidak merepotkan aku boleh menitip artisku? Baekhyun mempunyai alergi dingin dan cuaca saat ini dengan sangat buruk.” Sian bereaksi lalu menatap Baekhyun. “Tentu.” “Aku bisa menunggu di dalam mobil, aku akan menemanimu.” Tukas Baekhyun pada Heechul, merasa sedikit tidak nyaman. “Kita tidak tahu mobil ini akan selesai diperbaiki sampai kapan, kau harus pulang ke apartemen. Istirahat karena besok kau mempunyai jadwal.” Baekhyun yang sudah sangat lelah menoleh pada Sian, melempar rengutan kecil lalu menyerah. “Pakai ini.” Heechul memakaikan topi dan masker pada Baekhyun. Tentu saja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mengingat artisnya akan diantar pulang oleh salah satu idol terkenal. Sian pamit, menyempatkan diri membukakan pintu untuk Baekhyun sebelum menyusulnya masuk ke dalam. “Are you okay?”

63

Baekhyun mengangguk setelah memasang sabuk pengaman. “Kau tahu? Kau sedang menempatkan dirimu dalam bahaya saat ini.” Kedua alis Sian bertaut sementara tangannya mulai memutar kemudi. “Ya?” Baekhyun membuka masker lalu menghela kecil. “Bagaimana jika ada wartawan yang melihat kita?” “Hey, I’m just trying to help you.” Sian benar, terlebih lagi ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Baekhyun alergi dingin ketika suhu di luar mencapai titik terendah. Baekhyun tidak menyahut. Hari ini berjalan tidak baik. Fakta bahwa satu dialog drama yang ia tunggu sejak pagi buta batal ditampilkan membuatnya kewalahan untuk mengontrol suasana hati. “Kau akan berada dalam masalah jika ada yang melihat kita dalam satu mobil. Aku sudah terbiasa mendapat komentar jahat, tapi jangan memperburuk keadaan karena penggemarmu tidak akan senang akan hal ini.” “Can't you just thank me and get over it?” “Thank you!” Baekhyun menyahut cepat lalu merutuk dalam hati karena mulai tidak sanggup menghadapi suasana hati. “Sorry.” Cicit wanita itu. “Kau menolongku untuk ke dua kali tapi aku malah bersikap kurang ajar.” Sian menghela kecil, ekor matanya lantas melirik Baekhyun yang kini tertunduk. Sejujurnya ia menunggu waktu di mana dapat melihat kemampuan akting Baekhyun saat di lokasi syuting tadi, melihatnya antusias sejak pagi buta membuat Sian penasaran akan sebagus apa kemampuannya. Fakta bahwa syuting dihentikan sebelum adegan yang menampilkan dialog Baekhyun membuat lelaki itu menerka-nerka hal apa yang 64

membuat wanita di sampingnya kini terlihat murung. “Are you okay?” “Aku lelah. Maaf jika aku tidak sopan tapi sepertinya aku akan tertidur sebelum sampai ke apartemen. Ya, aku memang lancang, itu kenapa hatersku setengah populasi Korea Selatan. Oh akan apa jadinya jika penggemarmu tahu bahwa idola mereka memberi tumpangan kepada artis bermasalah sepertiku.” Dan Baekhyun mulai cerewet, apakah ia lupa tengah merasakan lelah? Diam-diam Sian terhibur, bertanya-tanya bagaimana suasana hati seseorang berubah dalam hitungan detik. “Oh, aku harap Sohee baik-baik saja.” Syuting terpaksa selesai karena Sohee mengalami sakit perut dan harus dilarikan ke rumah sakit, dan kini Baekhyun merasa cukup cemas. “Dia baik-baik saja.” Celetuk Sian. Jika Baekhyun tidak salah dengar lelaki itu sempat mendengus, terdengar jengah. “Sungguh?” Sian melirik Baekhyun. “Dia bahkan sangat baik-baik saja.” Setelah meninggalkan lokasi syuting dan memilih membawa kendaraan pribadi, Sian melihat minivan yang ditumpangi oleh Sohee berhenti di sebuah salon kecantikan ketika seharusnya wanita itu dilarikan ke rumah sakit. “What a drama queen.” Gumamnya pelan. “Aku lega mendengarnya.” Sian menoleh dan melempar ekspresi wajah keheranan, “Apa kalian dekat?” Baekhyun mengangguk namun wajahnya tampak ragu. “Katakan saja begjtu.” 65

Sian berada di sana ketika grup Sohee memenangkan kategori girl group terbaik di acara MoMo yang diselenggarakan beberapa waktu lalu, ia pun masih ingat ketika Sohee mengatakan kepada semua orang bahwa dia dan Baekhyun dekat dan pernah menjalani masa training di agensi yang sama. “Wanita aneh.” “Aku sudah terbiasa disebut aneh.” “Bukan kau.” Alis Baekhyun terangkat. Sian menghela kecil seraya memutar kemudi. “Lupakan saja. Tolong tunjukan di mana apartemenmu.” Setelah memberi petunjuk, mereka sampai dalam sepuluh menit. “Terima kasih, Sian. Noona berhutang dua kali padamu.” “Apa katamu?” Sian mengorek lubang telinga. Tangan Baekhyun terulur lalu menepuk puncak kepala Sian. “Noona berhutang dua kali padamu.” “Hey!” Protes Sian. Bukan karena tepukan telapak tangan Baekhyun di kepalanya, melainkan pada cara Baekhyun memanggil dirinya. “Sudah ku bilang, aku tidak mau memanggilmu Noona!” Baekhyun mengangkat bahu lalu melepas sabuk pengaman. “Sampai ketemu lusa, pemeran utama!” Sian mendengus kecil. “Ya, antagonis!” Baekhyun terkekeh kecil lalu keluar dari mobil. Menyempatkan diri melambaikan tangan sebelum masuk dengan waspada menuju gedung apartemen. Yang tidak disadari siapa pun bahwa ada seorang paparazzi yang kini sibuk memotret momen mereka di balik tanaman hias raksasa.

66

~oOo~ Jika tidak sedang disibukan dengan jadwal keartisan yang padat, Chanyeol sanggup menghabiskan waktu seharian di dalam studio, menciptakan banyak lagu yang berkualitas dan memanjakan diri dengan kemampuannya mengaransemen musik, hobi itu memang sudah mendarah daging. Paling tidak kesenangan itu bisa ia dapat di waktu luang, tapi tidak untuk saat ini. Lelaki itu kembali terpisah dengan member satu grup, ia diantar sang manajer untuk menghadiri pertemuan dengan kepala editor sebuah majalah mode internasional. Chanyeol didapuk menjadi model untuk mengisi sampul depan, kepopulerannya sebagai seorang idola memang sanggup mendatangkan banyak minat dari berbagai kalangan pembisnis dunia hiburan. “Mungkin akan ada beberapa perubahan tema, dan penambahan model. Kepala editor sudah memberitahuku tadi pagi.” Chanyeol ada seorang profesional, ia menerima dan mengerjakan apapun yang diberikan oleh agensi. Lelaki itu terkenal pekerja keras dan tidak pernah mengeluh. Ya, selama karirnya sebagai seorang selebriti papan atas, lelaki itu tidak pernah tentang pekerjaan yang ia lakukan. Tidak sebelum kakinya menginjak ruang VIP sebuah restoran bergaya klasik Korea. Sang kepala editor berada di sana, duduk dan tengah berbincang dengan seorang wanita. Sosok yang kini sanggup membuat ekspresi Chanyeol berubah dalam hitungan detik. Lelaki itu lantas menoleh dan melayangkan protes keras pada 67

sang manajer karena tidak memberitahunya akan dengan siapa ia bekerja sama kali ini. “Oh, kalian sudah datang?” Chanyeol dan Yongmin menjabat tangan sang kepala editor, lalu ia mereka beralih pada Baekhyun yang menjadi alasan dengus kecil Chanyeol lolos beberapa saat lalu. “Oh, Baekhyun di sini juga? Jangan bilang...” Yongmin menerka situasi lalu melirik ke arah Chanyeol dengan hati-hati. “Ini luar biasa! Nama Byun Baekhyun sangat diperhitungkan di dunia hiburan saat ini, dia populer dan mendapat banyak tawaran iklan dan akting.” Seru Minseok sebagai sang kepala editor majalah yang mengatur pertemuan dengan para calon modelnya. “Eonnie sangat berlebihan, aku populer karena terlalu banyak berbuat ulah.” Celetuk Baekhyun lalu meneguk arak dari cangkir kecil. Isinya sedikit namun ia tidak ingat sudah berapa banyak yang ia teguk sejak kedatangannya. Minseok terkekeh kecil lalu melirik Chanyeol yang masih bungkam. “Aku mengharapkan kerja sama yang baik dengan Park Chanyeol-ssi.” Chanyeol mengangguk lalu bersulang kecil, menahan diri untuk tidak bersikan di luar batas seraya meyakinkan diri bahwa ia adalah seorang profesional. “Tema yang kami buat cukup berani. Apa kalian bermasalah dengan bed scene?” Yang kini terbatuk hebat karena tersedak adalah Chanyeol, sementara Baekhyun tidak terlalu peduli dan mendengarkan sang kepala editor dengan seksama. “Adegan ranjang?” Chanyeol nyaris mengumpat. “Oh tenang, tenang saja. Kita hanya perlu satu potret bed scene untuk halaman depan, karena kebetulan kalian diharuskan 68

menonjolkan lebih dalam kesan kuat dari produk yang menjadi sponsor utama. “ Baekhyun membuka berkas berisi tema pemotretan majalah yang akan ia bintangi, menelisik dengan seksama, mempelajarinya kata demi kata dan mengangguk paham setelah beberapa lama. “Bagaimana? Apa kalian keberatan dengan temanya?” “Tidak/Ya!” Baekhyun dan Chanyol berbeda pendapat, lalu mereka saling melempar pandang. “Aku tidak masalah dengan temanya.” Baekhyun mengangkat bahu. Chanyeol menatapnya datar sebelum menoleh pada Minseok. “Saya setuju dengan kesan kuat yang harus ditonjolkan untuk produk sponsor utama, tapi adegan ranjang? Ini bukan majalah dewasa sejauh yang saya tahu.” Lelaki itu memang terkenal mempunyai lidah yang tajam, tak jarang kalimat yang terlontar cukup sanggup mengintimidasi. Dia memang sedikit kasar. “Tidak ada yang bilang ini majalah dewasa kecuali kakekkakek pikun yang menderita impoten.” Celetuk Baekhyun seraya meneliti nail art. Tidak sadar atau bahkan peduli jika apa yang ia ucapkan cukup sanggup membuat Chanyeol tersinggung. Lelaki itu menautkan kedua alis sebelum emosinya yang hendak membludak ditahan oleh Minseok dengan gurauan kecil. “Astaga, bagaimana bisa wanita lucu ini mempunyai banyak haters?” “Justru karena aku lucu mereka tidak terima. Lalu membenciku karena tidak bisa secantik diriku.” Baekhyun terkekeh, nada suaranya mulai terdengar aneh. Wanita itu berniat meneguk araknya kembali namun yang tersisa hanya 69

tetes terakhir. Ia merengut kecil lalu bangkit. “Aku izin ke toilet.” Tukasnya lalu berbalik dengan langkah gontai. “Oh, oh! Dia wanita sensasional yang lucu. Bukankah begitu Yongmin-ssi?” Manajer Chanyeol itu tersenyum maklum lalu mengangguk kecil. Sementara Chanyeol masih memikirkan tema pemotretan yang akan ia jalani beberapa hari lagi. Berpikir sudah terlambat untuk meminta sang kepala editor untuk mengubah ide gila tersebut. Sementara Minseok dan Yongmin berbincang kecil, Chanyeol bangkit lalu pamit ketika merasa kandung kemihnya penuh. Lelaki itu keluar dan berjalan menuju toilet. Bangunan restoran itu memiliki koridor terbuka, sehingga ketika berjalan di antara pintu ruangan vip para pengunjung akan disuguhi oleh pemandangan luar, seperti langit malam yang terbuka, taman bunga di tengah bangunan juga air mancur besar yang menjadi icon restoran tersebut. “Akh bagaimana ini jari kakiku hilang! Bagaimana ini...” Langkah Chanyeol diinterupsi oleh suara wanita yang tengah meringis. Ia menoleh ke berbagai arah sebelum mendapati Baekhyun yang terduduk di samping air mancur. Kedua alisnya bertaut mendapati wanita itu menunduk dan menutup wajah, seolah sedang menangis. “Ayah.. aku menghilangkan jari kakiku!” Wanita itu meninggikan suara dibarengi rengekan tak masuk akal yang membuat Chanyeol keheranan dan bertanyatanya ada apa dengan wanita itu? “Jari kakiku hilang.” Baekhyun mulai meraung secara dramatis. 70

Chanyeol menggaruk tengkuk, memperhatikannya beberapa saat sebelum memutuskan untuk menghampiri wanita itu ketika dirasanya suara wanita itu akan sanggup membuat para pengunjung restoran berbondong-bondong keluar. “Hey, kenapa kau di sini?” Chanyeol benci berbasa-basi. Merasa ada yang mengajaknya berbicara, Baekhyun mendongak. Menatap lelaki jangkung yang mengantongi kedua tangan di dalam saku jaket itu dengan tatapan sayu, cukup lama sebelum ia melempar cengiran aneh. “Hallo, Mister Arrogant.” Chanyeol menggeleng kecil, mulai menduga-duga dari suara Baekhyun yang terdengar lemas serta tatapan matanya yang hanya setengah. “Apa kau mabuk?” “Huh?” Baekhyun membeo sebelum meraung kecil. “Jarijari kakiku hilang!!” Chanyeol nyaris menepuk dahi, ia menunduk memeriksa kaki Baekhyun lalu berdecak kesal. Bukan hilang melainkan terlipat karena posisi duduk Baekhyun yang tidak stabil. Chanyeol mendegus keras sebelum berlutut di hadapan Baekhyun, mengembalikan jari-jari kaki Baekhyun yang menurut wanita itu hilang hingga membuatnya kembali melemparkan cengiran. “Astaga, jari-jari kakiku kembali!” Baekhyun mengulurkan tangan lalu menangkup wajah Chanyeol. “Bagaimana bisa kau melakukannya?” Chanyeol menepis tangan itu lalu kembali berdiri. “Siapa yang kau sentuh?!” Rutuknya marah atas kelancangan Baekhyun. Ia berbalik dan hendak meninggalkan wanita itu sebelum merasakan tarikan kecil di ujung jaket. “Kenapa...” Chanyeol kembali menoleh, lalu mengernyit atas ekspresi sendu yang bergelayut di wajah Baekhyun.

71

“Kenapa kau membenciku? Apa... aku berbuat salah padamu?” Chanyeol tidak bungkam karena pertanyaan itu, mulutnya kelu karena tengah mencari jawaban yang pasti. “Kenapa? Setiap kali melihatku kau seperti ingin memakanku hidup-hidup.” Baekhyun mencicit lalu menunduk dan merengut. Mengapa ia dibenci? “Apa karena aku berasal dari desa dan tidak pantas menjadi idola? Apa... karena Ayahku hanya penjual bulgogi?” Baekhyun kembali menatap Chanyeol dengan sendu. Kadar alkohol dalam arak yang ia teguk bersama Minseok sanggup merenggut kesadarannya dalam berucap. “Aku hanya memakan pisang di acara musik itu, kenapa kau mengkritikku dengan pedas? Apa harga dirimu terluka karena ukuran pisang yang ku makan lebih besar dari punyamu? Memangnya apa yang salah dengan memakan pisang?” Baekhyun semakin meraung tak karuan di bawah pengaruh alkohol. Chanyeol masih tidak cukup kosa kata untuk menjawab pertanyaan wanita konyol di hadapannya. “Kau tahu berapa banyak penggemarmu yang meninggalkan komentar buruk di sns ku setelah kau mengkritikku di program tv? Banyak. Jumlahnya lebih banyak daripada komentar penyemangat yang diberikan oleh penggemarku. Mereka...” Suara Baekhyun tersendat, lalu menarik lendir hidung. “Mereka selalu mengusikku! Apa salahku? Apa karena payudaraku lebih besar dari wanita lain?! Apa yang salah? Aku bangga dengan ukuranku! Kau tahu apa yang mereka katakan? Mereka bilang aku hanya memakai bantalan agar terlihat besar! Tidak! Punyaku memang besar, apa aku harus membuktikannya padamu? Kau mau lihat?!” 72

Pengaruh alkohol memang akan sangat buruk kepada seseorang yang mempunyai kebiasaaan aneh saat mabuk. Dan Chanyeol nyaris mengerang frustasi atas celotehan Baekhyun yang kian menjadi-jadi. “Kau mabuk berat. Sebaiknya aku kembali.” Lelaki itu menepis tangan Baekhyun yang masih menarik ujung jaketnya, hendak melangkah sebelum bunyi keras itu membuatnya kembali berbalik. Kini Chanyeol benar-benar mengerang frustasi, pasalnya Baekhyun telah tumbang tak sadarkan diri di atas batu kerikil di bawah air mancur.

~oOo~ Keesokan harinya Baekhyun terpaksa bangun dengan rasa sakit yang menyengat kepala. “Sudah ku bilang jauhi alkohol! Oh, Ya Tuhan! Aku merasa sangat frustasi saat ini, bisakah sekali saja kau tidak membuat masalah?!” “Siapa yang membuat masalah? Aku hanya menghormati Minseok Eonni dan minum dengannya.” “Minseok itu punya toleransi tinggi terhadap alkohol dan kau hanya sanggup menenggak satu sloki soju!” Baekhyun yang tengah menghafal dialog dalam naskah drama itu mencebi. Tidak punya alibi kuat untuk menyerang balik kata-kata Heechul. Ia bahkan tidak bisa menyalahkan sang manajer ketika ketidakhadirannya semalam karena untuk menemani Luhan ke acara individual. “Salahkan saja Kris! Jika dia tidak pelit dan menambah asisten manajer maka hal-hal seperti ini tidak akan terjadi.” Baekhyun membela diri seraya memijit pelipis, merasakan pening di kepala. “Diam atau ku gunting mulutmu itu!” 73

Baekhyun kembali mencebi. Memilih membungkam mulut karena yang dihadapinya saat ini bukanlah wanita lemah lembut yang memiliki kesabaran tingkat dewa, melainkan sosok penyihir jahat yang tak segan akan mengutuk Baekhyun menjadi gumpalan daging pucat dalam sekejap. “Bisakah kau berhenti marah-marah? Lagipula yang terpenting aku pulang dan mengemudi dengan selamat!” Heechul mendengus kasar, salah satu masalah yang akan timbul jika Baekhyun mabuk adalah hilang ingatan. Wanita itu akan melupakan kejadian yang ia lalui pada saat mabuk. Heechul menginjak pedal rem setelah mobil yang ia kendarai sampai di lokasi syuting. “Apa kau sinting?” “Hey! Ku pikir masalah mabuk sudah selesai. Kenapa kau kembali marah-marah?” Heechul gemas dan ingin bertindak barbar namun ia masih mempunyai sedikit kesabaran. “Apa katamu? Pulang dan mengemudi dengan selamat?!” Baekhyun memasang wajah berpikir yang semakin membuat Heechul geram. “Apa kau lupa sudah mengotori baju Park Chanyeol dengan muntahanmu semalam?” Baekhyun nyaris mengorek lubang telinga sebelum ia terkekeh renyah. “Jangan bercan—“ Apa karena aku berasal dari desa... Apa harga dirimu terluka karena ukuran pisang yang ku makan lebih besar dari punyamu? Apa karena payudaraku lebih besar dari wanita lain? Punyaku memang besar, apa aku harus membuktikannya padamu? Kau mau lihat?!

74

Perlaha kornea Baekhyun melebar, mulutnya terbuka sedikit demi sedikit, ekspresi wajahnya kini perlahan menyerupai seseorang yang tengah diterror oleh badut pembunuh. Wanita itu menggeleng pelan lalu mulai mengingat dengan jelas memori yang hilang. Kejadian tadi malam. “Biar ku beri tahu, mengingat kau cukup bodoh. Semalam Park Chanyeol dan manajernya mengantarmu pulang, Yongmin mengatakan padaku bahwa kau tidak ingin turun dari pangkuan Chanyeol dan terus merengek sepanjang jalan lalu—“ “Tidak!!!” Baekhyun berteriak keras seolah tengah dihantui. “Tidak! Jangan dilanjutkan!” Ia mengangkat tangan dan memberi isyarat pada Heechul untuk berhenti menceritakan kejadian konyol yang kini mulai terangkai penuh dalam memori. Heechul memandang datar. “Lalu kau muntah dan mengotori baju Park Chanyeol.” “Tidak! Tidak!” Baekhyun menggeleng keras lalu mulai menyusun siasat untuk mengubur dirinya hidup-hidup. “Aku ingin pemakamanku dilakukan secara tertutup! Tidak! Tidak! Izinkan beberapa penggemarku untuk hadir biarkan mereka tahu bahwa aku pergi dengan tidak tenang! Atau... buang saja mayatku ke laut. Apapun itu, apapun itu asal aku tidak bertemu lagi dengan si telinga lebar angkuh itu.” Baekhyun lantas secara dramatis menggenggam tangan Heechul. “Atau cekik saja aku sekarang, tidak! Itu akan meninggalkan bekas. Racun! Racuni aku dengan sianida! Akh bagaimana ini aku ingin mati saja!!!” Jelas, membayangkan dirinya akan kembali bertemu dengan Chanyeol setelah kejadian tadi malam membuat bulu tengkuknya meremang. Dan Heechul tak lagi dapat menahan rasa geram, ia memukul punggung Baekhyun dengan kesal. 75

“Akh, sakit!!!” “Huh? Sakit? Kau bilang ingin mati? Sini biar ku cekik!” “Hey!!” Baekhyun merengut kesal seraya menghentakkan kaki. “Aku tidak mau membintangi majalah itu, batalkan saja.” “Baik, dan kau harus membayar denda kontrak senilai dua milyar. Kau sanggup?” Baekhyun meringis kesal lalu keluar dari mobil. Tidak tahukah Heechul bahwa bertemu dengan lelaki bernama Park Chanyeol itu sama halnya berhadapan dengan malaikat maut? Bahkan mungkin akan lebih menyeramkan setelah insiden memuntahkan isi perut pada bajunya. “Aku membencimu, penyihir jahat!” Seru Baekhyun sebelum menjauh dan memasuki area lokasi syuting Heechul mendengus keras lalu menggelengkan kepalanya. Setelah keluar dari mobil, Baekhyun mencoba untuk mengontrol emosi, ia tidak ingin siapa pun tahu bahwa suasana hatinya sedang tidak karuan akibat ulahnya sendiri. Wanita itu menggeleng kecil sebelum kemudian mengulas senyum dan menyapa staf dan kru drama di lokasi syuting. “Hai, paman tampan. Apa kabarmu? Oh, paman baju hijau, sampaikan salam pada istrimu, kimbapnya luar biasa!” Beberapa kru tersenyum dan mengangkat ibu jari kepada Baekhyun. “Selamat pagi, sutradara Lee.” “Baekhyunie sudah datang. Bersiaplah, sebentar lagi adeganmu.” “Ya!!!” Baekhyun menyahut semangat lalu digiring oleh Heechul menuju ruang ganti. “Apa kau gugup?” 76

“Tentu saja! Ini debutku di drama. Aku sangat bersemangat dan juga gugup.” Heechul menepuk punggung Baekhyun. “Kau pasti bisa.” Baekhyun melempar cengiran andalan lalu mengibaskan rambut. “Mari buktikan pada dunia bahwa aku dilahirkan untuk menjadi bintang bersinar.” Heechul menggelengkan kepala. Setelah selesai membantu Baekhyun, mereka lantas kembali dan bersiap mengambil satu adegan. “Hai, Eonnie!” Baekhyun disambut oleh Sohee yang juga tengah bersiap untuk dialog mereka bersama. “Karaktermu di sini benar-benar sangat jahat.” Baekhyun mengangguk saat asisten sutradara memberi pengarahan meskipun wanita itu sudah tahu bahwa ia memerankan tokoh sebagai seorang wanita simpanan dari Ayah kandung pemeran utama. “Sohee merasa marah padamu dan dia akan menampilkan emosi luar biasa. Dia akan menamparmu karena kau telah menggoda Ayahnya.” Baekhyun kembali mengangguk lalu melirik Sohee yang sedari tadi menggandeng lengannya. “Kau siap, Sohee?” “Ya, Sutradara Lee!” Sahut Sohee terdengar antusias. “Eonnie, semangat!” Baekhyun mengangguk lalu mulai berkonsentrasi penuh, berdiri di hadapan Sohee yang kini menjadi lawan mainnya. Semua orang berfokus pada dua pemain. “Camera roll... and... action!” Sohee mulai memasang amarah di wajah, menatap Baekhyun dengan tajam dan mengintimidasi lalu melayangkan 77

sebuah tamparan keras pada wajah Baekhyun . “Kau merasa bangga karena telah berhasil meggoda Ayahku?! Sungguh, tidak adakah yang... yang...” “Cut!” Sutradara memotong adegan. “Ada apa, Sohee?” “Oh, maaf, maaf aku lupa dialogku.” Baekhyun mengusap pipinya karena ngilu, “Maaf, sekali lagi maaf.” “Oke, kita ulang dari awal! Stand by... and action!” Lalu tamparan kedua bersarang kembali di pipi Baekhyun. Kali ini semakin terasa keras. Baekhyun menatap Sohee yang kini fokus dengan dialog sebelum kedua alisnya terangkat karena kali ini adegan mereka kembali diinterupsi oleh Sohee. “Astaga maafkan aku, dialog ini sedikit rumit. Maaf, sudtradara Lee. Aku akan mengulangnya.” Semua orang saling melempar pandang karena tidak biasanya Sohee bermasalah dengan dialognya. “Eonnie, mari kita ulang.” Sohee menepuk bahu Baekhyun lalu melempar senyum lebar. Baekhyun mengangguk lalu mengusap pipinya yang terasa panas. Ini tidak akan mudah... ia membatin. Sang sutradara kembali memberi aba-aba, Baekhyun dan Sohee kembali menata konsentrasi. Lalu tamparan ketiga kembali dilayangkan Sohee pada wajah Baekhyun. Baekhyun tidak mengerti apa yang salah dengan Sohee karena dia terus melupakan dialog. Akibatnya Baekhyun mendapat banyak tamparan keras karena terus mengulang adegan yang sama.

78

Pipi Baekhyun sudah terasa sangat panas, dan ia pikir kulit wajahnya sepeti melepuh hingga tamparan ke sepuluh membawa mereka pada satu adegan utuh. “Oke... cut!!! Bagus sekali!” Baekhyun sedikit terhuyung karena pening yang rasa sakit di wajah. “Eonnie, apa kau baik-baik saja?” Baekhyun menatap Sohee dengan serius, bertanya-tanya apakah wanita itu selalu terlihat polos dengan senyuman lebarnya? “Ya. Aku baik.” Baekhyun menyahut sebelum merasakan mantel tebal di bahu. Ia berbalik lalu tersenyum kecil pada Heechul. “Kerja bagus, B. Kau memang artis berbakat, buktinya kau tidak perlu mengulang dialogmu sampai sepuluh kali.” Tukas Heechul seraya menelisik wajah artisnya yang memerah lalu melirik Sohee dan menatapnya lamat-lamat. “Sutradara memuji aktingmu yang luar biasa, B.” “Benarkah?” Mata Baekhyun berbinar. “Ya, mari bertemu dengannya, berkat aktingmu tadi beliau berniat menambah dialog dan improvisasi untukmu.” Heechul menekan kata demi kata tanpa mengalihkan atensinya dari Sohee yang kini terlihat canggung karena tidak berhenti ditatap serius oleh manajer Baekhyun tersebut. “Astaga! Kau bersungguh-sungguh?!” Baekhyun nyaris berjingkrak kegirangan atas informasi yang Heechul beri. Lalu ia dan sang manajer mulai menjauh, meninggalkan Sohee yang kini menatap punggung keduanya dengan tatapan datar.

79

Chapter 5 “Apa kau gila?! Aku tidak mungkin tampil di depan publik dengan keadaan wajah membengkak seperti ini!” Baekhyun terus memegangi wajahnya yang kini kian memerah setelah merampungkan syuting episode pertama kemarin. Insiden sepuluh tamparan yang ia terima karena kesalahan dialog yang Sohee bawakan memang tidak hanya membekas dalam ingatan. “Kau bisa memakai masker, lagipula kita tidak akan kemana pun, kita hanya akan bertemu dengan Park Chanyeol dan meminta maaf.” “Kau ingat terakhir kali kita meminta maaf justru diabaikan.” “Tidak hanya meminta maaf, kita juga harus mengucapkan terima kasih karena dia sudah mengantarmu pulang.” Baekhyun meringis kesal ketika sadar ia adalah penganut paham bahwa hutang budi itu di atas segalanya. “Wajahku masih sakit.” Baekhyun tidak bohong, rasanya sangat ngilu dan panas. “Gadis itu memang keterlaluan.” Nada suara Heechul yang terdengar geram membuat kening Baekhyun berkerut. Heechul memutar mata jengah. “Berhenti menganggap semua hal baik-baik saja. Kau yang paling tahu bahwa hubunganmu dengan Sohee tidak sebaik anggapan semua orang.” “Hubungan kami memang baik.” 80

“Tidak. Dia hanya terlalu pintar memanipulasi keadaan.” Baekhyun bungkam lalu memalingkan wajah. “Dan kau adalah si naif.” Baekhyun tidak menyahut, ia lantas terlempar pada suatu masa di mana kalimat Heechul iini terdengar tidak sepenuhnya salah. “Dia tidak menyapamu dengan senyum lebar karena kalian pernah dekat, gadis itu hanya cemas jika kau bisa lebih bersinar darinya.” “Eonnie...” Heechul mendengus keras, satu hal yang ia artikan ketika Baekhyun sudah memanggilnya seakrab itu. “Pikirkan dengan baik. Kau tidak bisa selamanya memaklumi perbuatannya yang memuakkan. Jika boleh ku ingatkan, dia membuatmu gagal debut dan membuat semua member yang sudah ditetapkan untuk debut keluar dari agensi!” “Eonnie.” Heechul mengibaskan tangan. Haruskah ia mengatakan kepada Baekhyun bahwa alasan kakinya mengalami cedera karena terjatuh di atas panggung adalah karena ulah Sohee yang membayar seorang kru acara untuk mematahkan heels sepatunya. “Aku sudah menghubungi Yongmin, hari ini Chanyeol berada di studio. Kita akan ke sana, meminta maaf sebelum muncul rumor-rumor yang mendatangkan komentar kebencian kepadamu.” Baekhyun meraih hoodie, topi dan masker untuk sebuah penampilan tertutup. “Ya, kita pergi sekarang.” Heechul menatap punggung sempit Itu cukup lama, ia tidak bermaksud membahas luka lama yang sempat membuat 81

Baekhyun kehilangan arah hidup selama beberapa waktu. Heechul hanya ingin Baekhyun membuka mata, menjadi baik dan memaklumi setiap perbuatan jahat tidak selalu dibenarkan. Baekhyun tidak banyak bersuara ketika biasanya ia akan membahas hal-hal tidak penting selama di perjalanan. Heechul melirik melalui kaca spion dan sedikit merasa bersalah atas suasana hati Baekhyun yang kini terusik. Hening yang menyelimuti perjalanan pada akhirnya terpecahkan ketika mereka sampai di depan studio yang pernah dikunjungi beberapa waktu lalu. Tanpa menunggu banya waktu Heechul menggiring Baekhyun masuk ke dalam studio setelah merasa keadaan cukup aman. Tidak seperti waktu lalu ketika pintu studio pribadi Chanyeol yang tertutup rapat, kini pintu itu terbuka tanpa penghuni di dalamnya. Heechul sibuk menekan dial telepon karena menerka di mana keberadaan Yongmin ketika pria itu tidak ada di sana, sementara Baekhyun terdorong oleh rasa penasaran saat kakinya melangkah masuk menuju ruangan temaram yang dipenuhi oleh alat musik juga tiga monitor besar yang biasa dikoleksi oleh seorang musisi. Tidak terbesit dalam benaknya untuk bertindak tidak sopan, ia hanya tertarik dengan grafik tangga musik di salah satu monitor. Wanita itu bertumpu pada kursi di depan monitor lalu tubuhnya condong ke depan, mengamati bait lagu yang belum rampung sama sekali di sana. “Kenapa berhenti di sini?” Baekhyun masih mengamati lirik dan menyesuaikan tangga lagu yang terpampang di depan mata. Wanita itu lantas bergumam mengikuti kunci nada yang ia baca. Lagu itu adalah lagu sedih dan Baekhyun sanggup masuk 82

ke dalam satu momen sebelum ia berhenti karena lagu itu belum rampung. “Siapa kau? Apa yang kau lakukan di studioku?” Baekhyun terlonjak, refleks berbalik dan kerongkongannya mengering dalam hitungan detik. Chanyeol mengangkat sebelah alis mendapati seorang wanita dengan wajah ditutupi masker, sebelum korneanya beraksi kala wanita itu membuka jati diri. Anehnya ia tidak terkejut pada sosok Baekhyun yang akhir-akhir ini gemar meninggalkan kesan buruk, rasa penasarannya justru terpaut pada pipi kiri Baekhyun yang tampak merah dan membengkak. “Maaf, aku tidak bermaksud lancang.” Baekhyun mundur satu langkah dan membiarkan Chanyeol duduk di di kursi depan monitor. Pria itu baru saja kembali setelah mencari udara segar, seharian berada di dalam studio membuat otaknya buntu hingga ia kesulitan merampungkan satu lagu yang diciptakannya untuk sebuah project. Dari awal Chanyeol memang kerap memperlihatkan reaksi keras, ekspresi wajahnya yang tampak galak seperti telah mendarah daging. “Ada perlu apa kemari?” Ia bertanya tanpa berbalik. Baekhyun menautkan ke sepuluh jari dengan perasaan bimbang. “Aku... aku secara pribadi meminta maaf karena kejadian beberapa hari yang lalu. Aku memang sangat ceroboh dan menyebalkan. Tolong maafkan aku.” Wanita itu lantas membungkukkan badan. “Dan juga... terima kasih. Manajerku bilang kau dan manajermu mengantarku pulang.” Yongmin mengatakan padaku bahwa kau tidak ingin turun dari pangkuan Chanyeol dan terus merengek sepanjang jalan 83

Baekhyun meringis kecil lalu menjitak kepalanya sendiri. Dan nyatanya bukan hanya wanita itu saja yang kesal, Chanyeol pun nyaris berdecak mengingat kejadian itu. “Aku harap kali ini kau tidak mengabaikan permintaan maafku.” Chanyeol refleks memasang wajah galak. Bukankah sudah sewajarnya jika ia menimbang opsi sebelum memaafkan wanita yang telah memuntahkan isi perut pada pakaiannya? Belum lagi tingkah lakunya yang barbar. Chanyeol masih sangat ingat kala wanita itu merengek meminta dipangku dan enggan turun selama perjalanan. Baekhyun menunduk dan cemberut. “Baiklah. Aku akan menerima apapun keputusanmu. Karena aku sadar aku sangat bersalah.” Cicitnya masih setia menautkan ke sepuluh jari. “Kemari kau.” Chanyeol memajukan jari telunjuk. Baekhyun mengesampingkan rasa penasaran sebelum mendekat. “Y-ya?” “Nyanyikan lagi.” Chanyeol menuduh pada layar monitor berisi bait lagu yang tengah ia buat. “Huh?” Baekhyun jelas membeo karena belum sepenuhnya mencerna kalimat Chanyeol. Si pria mendengus kecil. Sejak awal ia tahu Baekhyun berdiri di depan monitor seraya menggumamkan nada lagu yang ia ciptakan. “Nyanyikan seperti tadi.” Baekhyun mengerjap lalu membagi atensinya pada layar monitor. “O-oke.” Lalu si mungil itu meneliti kembali bait lagu yang belum rampung sebelum mulutnya bergumam. Chanyeol memang tidak salah mendengar, kali kedua Baekhyun menggumamkan nada lagu itu benar-benar sama dengan sebelumnya, dan itu cukup membuat Chanyeol terperangah. 84

Sejauh yang ia tahu wanita itu hanya bisa membuat sensasi tapa secuil bakat. Baekhyun berhenti lalu memundurkan tubuh. “Lagunya bagus. Aku suka lagu ballad.” Chanyeol tidak menyahut karena memilih fokus pada layar monitor. “Tapi...” Baekhyun kembali menginterupsi lalu menunjuk monitor yang sama. “Bagian yang ini perlu diperbaiki, aku bisa tahu kenapa kau berhenti di sini.” Chanyeol menatapnya sejenak lalu mulai berpikir tentang apa yang Baekhyun ucapkan. “Apa menurutmu? Beri aku alasan yang bagus maka aku akan melupakan kejadian ‘memuntahi bajuku’” Baekhyun meringis kecil lalu bertekad memperbaiki kesalahan. “Hmm...” ia lantas berfokus pada layar monitor. “Tidak ada yang salah dengan liriknya, lagu ballad memang tidak luput dari kesan sedih. Tapi di bagian ini bisa diberi sentuhan satu oktaf lebih tinggi ketika dinyanyikan. Aku yakin kau hanya perlu ekstra emosi di sini.” Wanita itu lantas memberikan pendapatnya. “Nyanyikan.” “Huh?” Chanyeol berdecak lalu melirik Baekhyun. “Kau tidak hanya mengatakan omong kosong bukan?” Ia lantas kembali menggubah lagu di beberapa bagian atas saran yang Baekhyun beri. Terdengar konyol namun ia perlu mencobanya. “Tapi...” “Nyanyikan atau aku akan menuntutmu karena telah memuntahiku.” “Hey! Itu berlebihan!” Protes Baekhyun. “Nyanyikan.” 85

Baekhyun melotot kesal lalu memalingkan wajah pada layar monitor, menarik napas kecil, memejamkan mata sebelum mulutnya menggumamkan sebuah nada, meracaukan sebaris lirik dan memancarkan sebuah emosi yang sanggup membuat Chanyeol bereaksi. Tidak pernah menduga suara Baekhyun akan sangat enak didengar. Bahu Baekhyun naik turun, ia memang selalu mencurahkan segenap jiwa jika itu tentang sebuah lagu. Setelah berhenti ia lalu melirik Chanyeol dan melempar tatapan kesal. “Kau puas? Sekarang tepati janjimu.” Chanyeol mengangkat bahu. “Seingatku aku tidak menjanjikan apapun padamu.” “Hey!” Baekhyun berseru tak terima. “Kau bisa keluar. Aku perlu berkonsentrasi.” “Tidak mau! Kau harus menepati janjimu!” Menurut Chanyeol, siapa yang peduli jika tidak mendapatkan kata maaf ketika manusia selalu tahu caranya melanjutkan hidup seperti biasa.

~oOo~ “Sian, Noona baik-baik saja.” Pria bernama Sian itu tidak melemparkan protes kali ini, ia memilih prihatin dengan kondisi wajah Baekhyun yang tampak buruk. “Apa itu sakit?” “Tidak.” “Bohong.” Baekhyun mendengus kecil. “Jangan ganggu Noona, pergilah sebentar lagi dialogmu dimulai.” “Apa sudah kau periksakan ke dokter?” 86

“Hn.” “Apa yang dokter katakan?” “Ahn Sian-ssi. Stand by!” Seru sala seorang kru drama. Baekhyun berdecak. “Pergilah!” “Dia sungguh keterlaluan.” Sian bergumam seraya menghafal dialog. “Aku tidak mau mendengarmu. Jangan bergosip!” “Apa maksudmu bergosip? Tidak keren sekali. Aku hanya prihatin dia menamparmu sepuluh kali.” “Bukankan itu untuk keperluan syuting? emosinya bagus dalam memerankan peran, Lagipula jika di dunia nyata siapa yang akan terima jika Ayahnya direbut oleh wanita lain? Apalagi wanita itu secantik diriku.” Baekhyun mengibaskan rambut. Sejujurnya kemerahan di wajahnya sudah berkurang dan ia mulai kembali berdamai dengan keadaan. “Kau terlalu banyak bicara.” Celetuk Sian lalu bangkit, mengusak puncak kepala Baekhyun menjauh untuk memilai adegan berikutnya. “Hey!” Seru Baekhyun. “Tidak sopan sekali anak itu. Bukankah dia sendiri yang sejak tadi berceloteh?” Lalu Baekhyun memutuskan untuk menonton jalannya proses syuting yang lebih banyak didominasi oleh dialog para pemeran utama. “Hmm... Sian berakting dengan bagus.” Ia memuji kemampuan Sian dalam berlakon. “Tiffany Eonnie juga sangat pandai memainkan peran, mereka layak disebut bintang.” Semula wanita itu hanya fokus memperhatikan akting para pemain sebelum beberapa kru disekitarnya terdengar saling berbisik. Baekhyun memang tidak pernah sekalipun peduli terhadap urusan orang lain namun cara mereka saling berbisik, saling memperlihatkan layar ponsel masing-masing seraya 87

menatapnya dengan curiga membuat perasaan Baekhyun mulai terusik. Dalam benaknya hanya terbesit satu tanya. Berita konyol apa lagi yang dirilis oleh media tentang dirinya? Baekhyun terhenyak kala tangannya mulai ditarik oleh Heechul yang muncul tiba-tiba. “Dialogmu sudah selesai hari ini, kita harus pergi sekarang.” Baekhyun belum sempat menyahut namun Heechul dengan cekatan menariknya ke dalam minivan. “A-ada apa?” Ia mulai terusik karena reaksi Heechul yang tidak biasa. “Astaga, aku harus apa untuk menghadapi amukan Kris kali ini?” Baekhyun merasa penasaran sebelum membuka ponsel dan mencari artikel terbaru. Chanyeol Excellent Soul dan Baekhyun Ladiesire tertangkap basah bertemu di spot olehraga sungai Han. Sejam dirilis artikel kencan bersama Park Chanyeol, Byun Baekhyun kembali membuat gempar netizen dengan foto-fotonya bersama Ahn Sian. Sering berkunjung ke studio pribadi Park Chanyeol, benarkah Baekhyjn berkencan dengan lead rapper Excellent Soul tersebut? Seorang paparazzi merilis foto Baekhyun dan Sian di depan gedung apartemen. Apakah Baekhyun berkencan dengan dua member Excellent Soul sekaligus?

88

Ratu sensasi Byun Baekhyun diam-diam mendekati dua member populer Excellent Soul, Park Chanyeol dan Ahn Sian! Netizen membajiri sns Baekhyun dengan komentar sinis setelah foto-fotonya di depan studio pribadi Park Chanyeil dirilis oleh seorang wartawan. Rahang Baekhyun jatuh ke tanah sementara mulutnya kelu. Berita-berita itu cukup sanggup membuat kesehatan jantungnya terancam. “Aku tahu tidak ada apapun antara kau dan Sian. Tapi Park Chanyeol? Kalian bertemu di sungai Han? Yang benar saja Baekhyun, kalian sudah sangat sedekat itu?” “Tidak! Kami tidak sengaja bertemu. Itu tidak benar! Astaga!” Baekhyun lalu meringis melihat ribua hujatan di kolom komentar akun sns nya. Heechul nyaris meremas rambut jika tidak ingat tengah mengemudi. “Aku majukan jadwal iklanmu di Jepang menjadi lusa, aku sudah mengkoordinasi dengan pihak mereka dan hari ini kau terbang ke sana. Menghindari para wartawan adalah opsi terbaik untuk saat ini.” Mata Baekhyun bermain tak tentu arah. Bagaimana bisa berita konyol itu muncul? “Aku akan mengurus semua ini bersama Kris, dan aku sudah memesan hotel yang aman di Jepang. Tunggu beberapa hari sampai berita ini mereda.” “Bukankah sebaiknya aku muncul ke publik dan menjelaskan semuanya?”

89

“Kau pikir mereka akan percaya? Dengar, saat ini kau bisa saja menjadi sasaran empuk bagi para penggemar Excso yang kebanyakan dari mereka adalah pembencimu.” Baekhyun mendengus keras. “Kenapa mereka senang sekali mencari cari gara-gara denganku?” Benar. Heechul berpikir sama. Popularitas Baekhyun mulai meroket banyak cecunguk yang mengusik artisnya saat ini. “Jangan muncul di media sosial! Jangan memposting apapun saat ini.” “Tapi aku sudah mengedit foto selfie ku, ini yang terbaik dan angelnya sangat pas. Para penggemarku pasti akan senang jika aku mempostingnya.” Seolah tidak paham bahwa saat ini bukan waktunya untuk memamerkan wajah cantik yang kerap ia elu-elukan di depan semua orang. Heechul memicing melalui kaca spion dan si mungil mencebi seketika. “Lagipula mana mungkin aku mengencani Sian, dia itu imut dan lucu. Aku menganggapnya seperti adikku.” “Kalian hanya berselisih umur satu tahun.” “Oh, benarkah?” Baekhyun baru mengetahuinya. Lalu ia terkikik mengingat Sian selalu melontarkan protes jika dirinya sudah mengeluarkan kata ‘Noona’. “Pantas saja dia selalu marah.” “Bukankah saat ini bukan waktunya untuk tertawa kegirangan seperti itu?!” Heechul gemas sekaligus penasaran, terbuat dari apa mental Baekhyun ketika bahkan dia tahu bahwa saat ini dirinya menjadi sasaran empuk para pembenci? “Aku tidak peduli. Lagipula siapa yang mau mengencani pria bertelinga lebar seperti jamur dan galak dan ketus dan terlihat seperti panglima neraka? Aku tidak sudi.” Baekhyun mendesis, mengingat kejadian di mana ia dipaksa menyanyikan

90

lagu yang belum rampung sepenuhnya. “Bajingan itu bahkan tidak menepati janjinya.” Seingatku aku tidak menjanjikan apapun padamu. Baekhyun berdecak karena kalimat menyebalkan itu terngiang dalam benak. “Tutup mulutmu atau aku akan memutilasimu dan menjual organ tubuhmu ke luar negeri!” Ancaman Heechul memang kerap terdengar tak masuk akal namun sanggup membuat Baekhyun bungkam

~oOo~ Chanyeol melupakan kemarahannya. Kekesalannya yang mengendap beberapa waktu lalu akibat batal bertemu dengan seseorang yang dianggap istimewa itu menguap. Ia memang selalu bisa memberi banyak maaf untuk yang satu itu, terlebih kini ada sebuah jaminan pasti ia akan bertemu dengan sang pujaan hati setelah agensi merilis aktifitas individualnya di Jepang untuk beberapa hari ke depan. Senyumnya terus mengembang dan sanggup membuat Yongin bertanya-tanya apa yang merasuki artisnya? “Ku harap wajah sumringahmu itu tidak menyimpan sebuah konspirasi. Kau tahu aku bisa bertanya kepada asistenku dan tahu banyak hal tentang apa yang kau lakukan di luar jadwal keartisan.” “Tidak perlu berbasa-basi, kau tahu aku mempunyai kekasih.” Yongmin mendengus kecil, Chanyeol memang tidak tahan menyimpan sebuah rahasia. “Berhati-hatilah. Kau tahu 91

para wartawan tidak pernah berhenti mengorek kehidupan pribadi.” Chanyeol tidak menyahut, sejujurnya ketenangannya mulai terusik. Hubungan yang ia jalin dengan seseorang dari negeri sakura itu telah berjalan dua tahun tanpa tercium oleh media, dan akhir-akhir ini para jurnalis begitu rajin merilis berita-berita tidak penting. Ia cemas hubungannya dengan sang pujaan hati lambat laun akan tercium. “Aku akan berhati-hati.” Tentu, Chanyeol tidak ingin kehidupan pribadinya diusik dan menjadi konsumsi publik. Bagaimana pun caranya ia harus memasang badan untuk melindungi orang-orang disekitarnya. Minivan yang Yongmin kemudikan pada akhirnya sampai di bandara terdekat. Seperti biasa antusias para penggemar membludak begitu tahu idola mereka memiliki jadwal penerbangan menuju Jepang. Beberapa dari mereka berdiri paling depan, memegang kamera besar demi sebuah potret idola favorit dalam kualitas tinggi. Seruan dan jeritan itu tak terelakan kala Chanyeol yang tampil sedikit tertutup itu melintas menuju terminal keberangkatan. Chanyeol baru bisa bernapas dengan lega setelah memasuki kabin dan duduk di salah satu kursi kelas bisnis. “Sebentar lagi pesawat lepas landas, jadi aku tidak bisa berlama-lama menelepon Ayah.” “...” “Aku pun tidak tahu kenapa berita konyol itu muncul, jika tahu siapa yang merilisnya aku akan mengebiri orang itu.” “...” “Tenanglah, Ayah. Aku akan baik-baik saja.” 92

Telinga Chanyeol yang lebar jelas menangkap percekapan seorang wanita yang baru saja memasuki kabin dan duduk di seberang kursi yang ia duduki. Meski enggan peduli dan memilih menutup wajah dengan majalah, namun Chanyeol merasa tidak asing dengan suara itu. “Pastikan minum obat anti linu, jangan membuka restoran sampai larut malam. Ayah tahu ‘kan kau adalah pria yang paling aku cintai di dunia?” “...” “Tentu saja! Ayah pria paling tampan, Ahn Sian dan Park Chanyeol tidak ada apa-apanya.” Chanyeol refleks menyingkirkan majalah dari wajah dan menoleh demi mendapati sosok wanita yang kini terperanjat karena melihatnya. Mata Chanyeol memicing dan wanita itu Byun Baekhyun segara menutup sambungan telepon setelah tertangkap basah membicarakannya tanpa sengaja. “Apa yang kau lakukan di sini?” Chanyeol bertanya tanpa bersuara hanya menggerakkan mulut sesuai kalimat yang terlontar. Baekhyun mengerjapkan mata beberapa kali lalu menunjuk dirinya sendiri, seolah tengah memastikan bahwa pria itu bertanya kepada dirinya. Chanyeol mendengus keras lalu berpura-pura tidak peduli pada keadaan ketika seorang pramugari melintas. Baekhyun menunduk lalu menggigit bibir, bukankah seharusnya mereka tidak bertemu ketika keadaan tengah genting? Baekhyun mulai panik lalu berinisiatif menutup wajah dengan masker, memastikan dirinya tidak dikenali oleh orangorang, sebab apa yang akan terjadi jika wartawan tahu bahwa saat ini ia satu pesawat dengan Chanyeol?

93

“Dia memang aneh.” Gumam Chanyeol setelah memperhatikan Baekhyun yang sibuk menutup diri dan berpaling seolah tidak peduli akan eksistensinya. Lantas setelahnya mereka acuh satu sama lain setelah pesawat landas, Baekhyun dengan sebuah alasan dan Chanyeol tidak mempunyai alasan tepat untuk beramah taman dengan Baekhyun.

~oOo~ Langkah kaki yang terurai di koridor mengetuk sepanjang jalan. Sohee memasang wajah datar meski sapaan beberapa staf agensi masuk indera pendengaran. Sudah menjadi rahasia umum bahwa senyuman lebar milik aktris dan penyayi berusia dua puluh empat tahun itu hanya ditujukan di depan kamera saja. Ditemani sang manajer, Sohee masuk ke ruangan CEO lalu duduk di sofa tanpa sebuah sapaan berarti.

Choi Seung Hyun memberi isyarat pada manajer Sohee untuk keluar, kemudian tinggallah mereka berdua. Sohee bangkit sebelum duduk di pangkuan sang CEO. “Bagaimana bisa berita-berita sampah tentang Byun Baekhyun masuk ke dalam jajaran top headline news sementara beritaku hanya bertengger di nomor sembilan?” Seunghyun tidak menyahut hanya fokus mencumbu artisnya dengan sensual. “Haruskah kita memesan hotel malam ini?” Sohee menahan dada Seunghyun lalu menatapnya dengan tatapan menuntut. “Baiklah.” 94

Jika kata itu sudah keluar dari mulut Seunghyun maka sudah dipastikan ia akan merogoh kocek dalam-dalam demi membayar sebuah media untuk memuat berita menarik tentang Sohee. Sohee tersenyum miring sebelum berdiri, berjalan menuju pintu lantas mengunci pintu. Setelahnya ia menyapu bersih meja besar sang CEO dan berbaring di sana tanpa sehelai kain.

~oOo~ Baekhyun memilih rumah Minako sebagai destinasi persembunyian selama ia berada di Jepang sebelum jadwal keartisannya di mulai dalam beberapa hari ke depan. Mereka berteman dekat setelah terlibat dalam sebuah project di salah satu stasiun televisi Korea beberapa waktu lalu. Minako adalah serong aktris yang banyak membintangi serial Jepang. Wanita itu berbaik hati menjemput Baekhyun di bandara dan membawanya ke rumah pribadi yang sedikit jauh dari hiruk pikuk keramaian Tokyo. “Beritamu dengan dua member Excellent Soul sampai masuk ke media Jepang. Astaga, apa yang terjadi?” Baekhyun mendengus keras setelah mendaratkan punggung di permukaan ranjang yang empuk. “Entahlah, aku pun tidak tahu apa yang salah dengan media? Oh, bagaimana bisa mereka merilis berita konyol seperti itu?” “Kedekatanmu dengan Sian di lokasi syuting selalu menjadi perbincangan, tapi Park Chanyeol? Aku pikir kalian tidak akrab satu sama lain.”

95

“Itu yang ku maksud! Aku lebih senang jika masuk berita sebagai artis perusuh ketimbang berada dalam satu frame dengan si telinga lebar itu.” Minako menautkan kedua alis, menaruh curiga. “Apa kalian benar-benar dekat?” “Apa kau gila? Tentu saja tidak!” Baekhyun melemparkan protes keras, terlebih kini ia kembali mengingat kejadiankejadian tidak menyenangkan bersama pria itu. Minako mengangguk sebelum berbaring di samping Baekhyun. “Apa kau lelah?” “Tentu saja.” Baekhyun menjawab dengan nada mengantuk. “Tidurlah, besok aku tidak mempunyai jadwal dan aku akan mengajakmu berkunjung ke rumah sepupuku, dia menanam pohon anggur dan memiliki gudang wine.” “Terdengar menyenangkan, aku tidak sabar menunggu besok.” Gumam Baekhyun sebelum matanya terpejam dan napasnya berangsur teratur dalam lelap.

~oOo~ Sebelum menyibukan diri dengan beberapa jadwal individunya di Jepang, Chanyeol menyempatkan diri menyambangi sebuah rumah yang berada cukup jauh dari kota. Sebelumnya ia sudah membuat janji untuk bertemu dengan sang pujaan hati di sana, dan senyumnya tak berhenti mengembang ketika mobil yang ia kendarai memasuki halaman luas yang dipenuhi tanaman hias. Sebuah buket di tangan, ia cium lalu tersenyum karena aroma yang menguar terasa menyenangkan. 96

Kaki panjangnya lantas melangkah, memutari halaman samping saat tahu sang pujaan hati berada di halaman belakang rumah. Senyumnya bertambah sumringah kala mendapati sosok itu sedang sibuk dengan peralatan melukis. Demi Tuhan Chanyeol amat sangat merindukannya, dan pelukan erat yang ia beri dari belakang adalah sebuah bukti kuat. Sosok itu sedikit mungil hingga sepenuhnya masuk ke dalam perangkap tubuh kekasihnya. “Hey tampan!” Dia melompat dan kembali memeluk pria jangkung yang baru saja tiba. “Hey juga tampan!” Pria mungil itu lalu terkekeh dan menghadiahi Chanyeol kecupan kecil di bibir. “Oh, aku sangat merindukanmu, sayang...” Chanyeol tenggelam dalam leher beraroma lembut sang kekasih. Pria manis bernama Mackenyu Arata itu adalah seorang aktor Jepang yang cukup populer, Chanyeol bertemu dengannya beberapa tahun lalu, mulanya mereka hanya menjalin sebuah pertemanan lalu tak disangka keduanya terjebak ke dalam sebuah orientasi yang sama, lalu memutuskan untuk menjalin asmara di belakang media. Chanyeol sadar hubungannya dengan Arata adalah sebuah bom waktu. Tentu hubungan sesama jenis masih menjadi hal yang tabu di lingkungan tempatnya dilahirkan, terlebih statusnya sebagai seorang idol populer mengharuskan pria itu melangkah dengan hati-hati, pria mungil yang kini setia ia dekap amat ia kasihi, Chanyeol mencintainya, maka sebisa mungkin ia akan menutup rapat-rapat kisah cintanya dengan sang pujaan hati.

97

Karena jika bom waktu itu meledak, bukan hanya karirnya sebagai seorang idol yang terancam hancur, popularitas Arata sebagai aktor Jepang yang diperhitungkan juga akan mengalami kemalangan. “Bagaimana dengan jadwalmu?” Arata duduk di pangkuan prianya seraya bergelayut manja, memberi tanda bahwa rindu Chanyeol terbalas. “Sangat padat, aku bahkan tidak mempunyai waktu untuk menghubungimu beberapa hari terakhir.” “Bukankah kau marah padaku?” Arata menggoda Chanyeol. “Oh ya, benar aku marah padamu.” Arata terkekeh sebelum menangkup wajah Chanyeol dan mencium bibirnya, niatnya hanya sekilas namun prianya adalah seorang dominan yang membawa mereka pada satu ciuman berhasrat, saling melumat dan memagut mesra. Kedua pasangan sesama jenis itu masih sibuk memadu kasih, melepas rindu dengan ciuman yang tak kunjung usai sebelum keduanya terperanjat karena bunyi nyaring sebuah benda jatuh. Arata terperangah sebelum bangkit dari pangkuan, sementara Chanyeol melotot, terkejut seolah tengah dihantam oleh dahsyatnya petir badai setelah mendapati dua wanita yang salah satunya baru saja menjatuhkan botol wine. Atensi mereka bertemu, dan tidak ada hal lain yang membuat Chanyeol syok selain sosok Byun Baekhyun yang kini menatapanya dengan sebuah penghakiman, membuat Chanyeol mengesampingkan tanya tentang bagaimana bisa wanita itu ada di sana?

98

*** “Whoa, apa itu kebun anggurnya?” Baekhyun menunjuk lahan luas yang ditanami oleh puluhan pohon anggur. “Ya, dan masih banyak di area sekitar rumahnya—ah itu rumahnya.” Minako menuding satu-satunya rumah di antara kebun anggur yang terhampar luas. “Indah sekali pemandangan di sini.” “Huh? Mobil siapa ini?” Minako menaruh tanya, “Bisa kau bawakan anggur ini?” Lalu membiarkan Baekhyun menyapa sepupunya dengan sebuah cendramata. “Dengan senang hati.” Baekhyun tersenyum riang lalu mengekori Minako dengan langkah pasti, senyumnya yang mengembang menjadi pertanda bahwa ia tidak sedikit pun sadar telah diikuti oleh dua orang paparazzi sejak awal. “Apa sepupumu tinggal sendirian di rumah sebesar ini?” “Sebenarnya ini bukan rumah utama, hanya dipakai sesekali untuk mengisi waktu senggang. Hmm kurasa sedang ada tamu.” Lalu Minako mengajak Baekhyun memutari halaman samping yang terhubung secara langsung dengan halaman depan. “Aku selalu berandai-andai mempunyai rumah yang—” Baekhyun berhenti melangkah karena tidak sengaja menabrak lengan Minako yang mana wanita jtu tiba-tiba berhenti berjalan. Baekhyun menyepatkan diri menatap Minako sebelum mengikuti arah pandang. Hanya butuh sepersekian detik botol wine yang Baekhyun pegang lolos dari tangan, korneanya melebar dua kali lipat atas apa yang menyita atensi. Baekhyun tidak terkejut karena mendapati dua orang lelaki tengah saling memautkan bibir dalam ciuman mesra, baginya cinta tetaplah cinta terlepas dari siapapun yang 99

menjalaninya, wanita itu bukanlah seseorang yang akan menghakimi orientasi seksual siapapun. Apa yang kini membuat perasaan syok terpampang jelas di depan mata adalah Park Chanyeol. Baekhyun menatapnya tak percaya. Banyak tanya yang kini memutari benak meskipun ia telah mendapatkan satu kesimpulan yang pasti. “Minako nee-san..” Arata membeo kecil karena tertangkap basah oleh kakak sepupunya. Ia mulai panik dan cemas mengingat keluarga besar tidak sama sekali membenarkan hubungan sesama jenis yang kini dijalaninya dengan Chanyeol. Ia cemas dan menggenggam tangan kekasihnya dengan erat, mencari perlindungan. Sementara pria tinggi itu masih belum mengalihkan korneanya yang melebar dari Baekhyun. Tenti saja ia merasa sangat syok, dari semua orang mengapa ia harus tertangkap basah oleh Baekhyun? “Aku membawa temanku dari Korea, dia ingin tahu kebun anggurmu tapi...” Minako kehabisan kata-kata, bagaimana bisa sepupunya melakukan hal yang tabu bagi keluarga besar? Chanyeol mengeratkan genggaman tangan Arata, jika semua orang berniat menghakimi maka ia akan memasang badan untuk melindungi kekasihnya. Tidak sebelum ada pergerakan aneh di balik semak setinggi orang dewasa tak jauh dari tempat Baekhyun berdiri, Chanyeol menajamkan atensi tentang apa yang bersembunyi di balik pagar pembatas yang terhalang tanaman tinggi sebelum ia sadar akan kilatan kamera yang mengemuka. Chanyeol kembali merasa terkejut, pikirannya buntu. Ia sadar ada seorang paparazzi yang memanjat pagar pembatas.

100

Pikiranya kacau selain satu hal yakni melindungi Arata dari sorotan media, dan juga melindungi hubungannya. Chanyeol menggeleng pelan lalu atensinya tertancap kuat pada Baekhyun, merasa tak ada pilihan lain, ia bergegas melepaskan genggaman tangan Arata lalu berjalan menghampiri Baekhyun yang mengernyit atas langkah kakinya yang intens. Chanyeol berdiri di depan Baekhyun, melirik paparazzi yang masih bersembunyi di balik pagar pembatas melalui ekor mata, tangannya lantas terulur menangkup rahang Baekhyun sebelum menyematkan sebuah ciuman di bibir wanita itu. Baekhyun terpaku, korneanya melebar. Sulit untuk mencerna situasi dan hanya sanggup mengerjap pelan, sebentuk reaksi atas hembusan napas Chanyeol yang mengenai pipi, atas mulutnya yang mengecap bibir kecil itu dengan pelan. Minako dan Arata hanya sanggup membeo tak percaya. Sementara Chanyeol membiarkan paparazzi itu memotret tindakan gilanya demi melindungi Arata dan hubungan yang telah mereka jalin selama dua tahun. Setelah merasa paparazzi itu pergi membawa potretpotret yang akan menghebohkan media massa, Chanyeol menarik diri lalu menatap Baekhyun dengan wajah datar. Dalam benaknya hanya satu hal yang terlintas. Ia merasa lebih baik jika mereka merilis berita konyol tentang dirinya dan Baekhyun ketimbang mengorbankan Arata dan hubungan yang selama ini ia jaga dengan ketat. “Apa kau sinting?” Baekhyun menggeram rendah sebelum menyematkan pukulan keras di wajah Chanyeol bahkan sanggup membuat sudut bibir pria itu berdarah. “Apa kau... apa kau kehilangan akal sehatmu?!” Baekhyun berteriak lantang lalu melirik Arata yang terlihat masih terkejut atas apa yang terjadi.

101

Chanyeol kehilangan kosa kata dan hanya sanggup menyeka sudut bibirnya yang ngilu. Tangan Baekhyun terkepal erat, meski belum tahu apa tujuan Chanyeol menciumnya namun ia merasa sangat marah. Wanita itu menatapnya cukup tajam sebelum berbalik dan meninggalkan tempat tersebut. Chanyeol mengusap wajah dengan keras lalu melirik Arata yang meminta penjelasan atas tindakannya yang konyol. Pria itu mendekat lalu memegang kedua bahu pria mungilnya. “Aku akan menjelaskan segalanya. Jangan cemas, aku akan kembali.” Setelah menyematkan kecupan di dahi Arata, Chanyeol bergegas menyusul Baekhyun dengan berlari. Si mungil belum jauh, Chanyeol melihat punggungnya yang sempit. Ia lantas mengejarnya dengan intens sebelum berhasil meraih pergelangan tangannya. “Dengar!” “Siapa yang kau sentuh, brengsek?” Baekhyun menepis tangan itu dengan kasar. “Aku akan menjelaskannya padamu!” “Apa yang perlu kau jelaskan selain fakta bahwa kau homoseksual?! Huh?!” Baekhyun menohoknya dengan keras. “Bajingan! Berani sekali kau...” ia lantas kehilangan kosa kata dan hanya sanggup mengusap bibirnya yang telah dinodai. “Berani sekali kau!!!” Teriaknya seraya memukul dada Chanyeol berulang kali. Chanyeol menyentakkan kepala sebelum menarik tangan Baekhyun dan membawanya masuk ke dalam mobil. “Lepaskan aku, brengsek! Kau akan membawaku kemana?!” “Diam atau aku akan memotong tubuhmu dan membuangnya ke laut!” 102

Chanyeol mengeluarkan ancaman konyol namun ajaibnya Baekhyun bungkam dalam hitungan detik. Pria itu lantas mengemudikan mobilnya cukup jauh untuk menghindari paparazzi yang diyakininya masih berkeliaran. Mobil itu masih melaju sebelum kemudian berhenti di pinggir pantai yang tidak Baekhyun ketahui dengan jelas di mana lokasi mereka saat ini. Cukup lama mereka bungkam satu sama lain dan Chanyeol tengah menimang opsi untuk merealisasikan apa yang terlintas dalam benak. “Kita akan berkencan.” Satu kalimat yang sanggup membuat Baekhyun menoleh seketika, kornea matanya tak terelakkan lagi melebar karena kembali merasa terkejut. “Ya. Anggap saja aku sinting seperti katamu, alasan aku menciummu tadi karena ada paparazzi yang mengikutimu hingga ke rumah kekasihku.” Baekhyun mengernyitkan dahi lalu bola matanya bergerak tak tentu arah, tengah mencerna apa yang kini coba Chanyeol perhitungkan. “Kurasa kau benar-benar sinting... jika ada paparazzi kenapa kau menciumku dan—” Baekhyun menjeda kalimatnya lalu kembali menatap Chanyeol. “Tunggu...” ia mengangkat tangan mencoba berpikir lebih jernih. “Kau sengaja menciumku karena... karena...” Chanyeol menatapnya datar. “Agar mereka merilis skandal kencan kita berdua.” “Dengan begitu... dengan begitu hubunganmu dengan pria itu... kau, kau menjadikanku kambing hitam untuk menutupi hubunganmu dengan pria itu dari media?”

103

Chanyeol tidak menyahut dan memilih memalingkan wajah. Ia sadar telah menjelma menjadi seorang penjahat saat ini. Baekhyun bergegas membuka ponsel lalu nyais terpekik pada deratan headline news yang beberapa menit lalu dirilis oleh berbagai media. Hot News! Park Chanyeol dan Byun Baekhyun tertangkap basah tengah berkencan di Jepang! Foto-foto mesranya beredar luas di internet, benarkah Excellent Soul Chanyeol dan Ladiesire Baekhyun menjalin hubungan spesial? Kedua agensi belum memberikan pernyataan resmi, namun foto-foto mesra kedua artis populer ini telah beredar luas. “Kau benar-benar...” Baekhyun mengalihkan atensi dan membeo menatap Chanyeol. “Kau sungguh...” ia bahkan kehabisan kata-kata. Ada banyak hal yang kini mulai mengusik pikirannya. Tentang karirnya, pendapat semua orang, nasib ayahnya, dan masih banyak persoalan yang kini bergelayut membebani punggung. Chanyeol mendengus keras. Pikirannya buntu sesaat lalu, dan kini ia bertanya-tanya bagaimana bisa ia melibatkan Baekhyun dalam hal ini?

104

Chapter 6 Pada akhirnya Baekhyun tak lagi dapat menahan diri. Pikirannya berkecamuk setelah kemarin, ia juga tidak berani membuka ponsel, membiarkan ratusan pesan dan panggilan telepon terbengkalai. Wanita itu bahkan memilih memesan hotel dan menghindari Minako. Kini ia tengah menunggu kedatangan Heechul, sang manajer membatalkan segala jadwal keartisannya di Jepang dan tengah menjemputnya untuk pulang ke Korea. Tidak perlu indera ke enam untuk tahu bahwa notifikasi yang masuk di layar ponsel berasal dari akun sns, sudah pasti banyak hujatan yang bersarang di kolom komentar postingannya yang terakhir. Baekhyun setia menatap langit malam Jepang lalu memberanikan diri meraih ponsel sekilas membaca salah satu komentar yang terpampang di layar notifikasi. Aku akan membunuhmu karena berani mengencani Chanyeol Oppa! Baekhyun mendegus keras lalu mengusap wajah. “Aku tidak mengencani Oppamu! Dia itu homoseksual! Mana mungkin kami berkencan!” Desis Baekhyun mulai merasa kesal jika mengingat apa yang Chanyeol ucapkan kemarin. Aku akan mengurus media. Bilang saja pada agensimu kalau kita benar-benar berkencan. Aku pun akan melakukan hal yang sama. 105

Kau tidak akan mengelak sementara foto-foto ciuman kita sudah tersebar luar. “Brengsek!” Baekhyun merutuk, tangannya terkepal dan ia merasa ingin kembali memukul wajah Chanyeol saat ini. Bel pintu hotel menyadarkan lamunan, Baekhyun bangkit dan bergegas membuka pintu setelah tahu Heechul berdiri di sana. Sang manajer masuk dan memangku tangan, meminta Baekhyun menjelaskan sesuatu yang masuk akal. “Aku... aku...” Heehul memijit pelipis. “Kau berniat mengelak? Kalian jelas-jelas berciuman.” “Dia yang menciumku!” “Nah, mengapa dia menciummu jika kalian tidak mempunyai hubungan spesial?” Baekhyun menutup wajah merasa frustasi. Hati kecilnya berkata untuk tidak mengatakan alasan sebenarnya mengapa Chanyeol menciumnya. “Dia bilang dia menyukaiku!” Pada akhirnya Baekhyun menutupi segala hal. “Lalu apa yang kau lakukan di rumah Mackenyu Arata bersama Kaori Minako?” Baekhyun memejamkan mata, merasa tidak heran jika media merilis berita dengan sangat detail. “Minako adalah temanku kau tentu tahu, dan Arata adalah sepupunya. Mereka menyusun siasat agar aku bertemu dengan Park Chanyeol di sana.” Apa yang kau lakukan Baekhyun? Kenapa mau berbohong sejauh itu?

106

Baekhyun membatin, tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Mengapa ia terjun ke dalam kubangan masalah yang dipastikan tidak akan menemui titik dasar? Aku mencintainya. Bagi dunia mungkin hubungan kami tabu dan bahkan terlarang, tapi aku... mencintainya. Baekhyun mendengus kala kata-kata yang Chanyeol ucapkan kemarin terngiang. Pria itu terdengar bersungguhsungguh dan Baekhyun tidak mempunyai alasan tepat untuk menghancurkan perasaannya yang tulus terlepas dari seberapa menyebalkannya pria itu. “Dan... aku tidak tahu! Kami memutuskan untuk berkencan!” “Huh?” Heechul membeo cukup lama. Segala hal terasa sangat janggal. “Kami, kami memang berciuman setelah memutuskan untuk berkencan. Aku dan Park Chanyeol memang berkencan.” Heechul meremas kepalanya dengan frustasi. “Kenapa kau sangat gegabah? Keadaan agensi saat ini sangat kacau. Apa yang akan kau lakukan untuk menghadapi amukan para pemggemar Park Chanyeol? Astaga bisa-bisanya dia menyukaimu!” “Hey! Itu terdengar seperti kau meremehkanku! Tentu saja dia menyukaiku! Aku cantik, seksi dan payudaraku besar! Apa yang bisa kau banggakan?” Heechul menggeram seraya menahan diri untuk tidak mencakar wajah Baekhyun. “Kemasi barang-barangmu! Kita akan pulang ke Korea sekarang! Kris sudah menunggu untuk mengeksekusimu!” Baekhyun meringis membayangkan betapa menyeramkannya bos besar saat ini.

107

~oOo~ Pria tinggi yang kini tengah menikmati segelas wine itu berdiri menghadap kerlap-kerlip kehidupan malam kota Seoul di atas ketinggian lantai empat gedung agensi. Alunan instrumen opera yang menyelimuti setiap sudut membuat matanya terpejam. Senyumnya mengembang lebar, ketika seharusnya ia perlu beberapa butir obat penenang akibat skandal yang menimpa artisnya, pria itu justru telrihat tenang bahkan bahagia. Seseorang mengetuk pintu, Kris menoleh lantas menyambut Baekhyun dengan pelukan dan sapaan hangat. “Oh Baekhyunieku...” Baekhyun yang baru tiba setelah melakukan perjalanan dari Jepang itu mengernyit heran atas perlakuan baik yang diterimanya dari Kris ketika ia berpikir pria itu seharusnya mencincang tubuhnya karena telah membuat masalah besar. Kris menggenggam tangan Baekhyun dan mengulas senyum serupa seorang ayah yang penyayang. “Baekhyunieku sangat membanggakan. Oh, kenapa dahimu terluka?” Ia lantas meringis kecil. “Seseorang melemparku dengan telur saat di bandara, kau tidak mencium bauku?” Baekhyun sendiri bahkan merasa sangat amis saat ini. Kris menggeleng pelan. “Kisah cinta memang selalu memunculkan pro dan kontra. Bagaimana pun bertahanlah... aku mendukung hubunganmu dengan Park Chanyeol.” Sebelah alis Baekhyun terangkat, pertanda bahwa ia mencurigai sesuatu. “Bos???” “Ya. Baekhyunieku?” 108

“Tidak perlu bersikap manis padaku. Kau tahu aku tidak akan terperdaya.” Baekhyun mendengus jengah. Kris terkikik pelan sebelum menandaskan sisa wine di dalam gelas. “Agensi akan menkofirmasi hubunganmu dengan Park Chanyeol.” Sejujurnya Kris tidak peduli tentang hubungan Baekhyun dan Chanyeol yang sebenarnya, ia hanya akan beperan sebagai ceo agensi hiburan demi mendapatkan keuntungan. Baginya Park Chanyeol serupa harta karun, fakta bahwa artisnya terlibat skandal kencan dengan bintang besar sudah pasti akan mendatangkan banyak keuntungan meskipun kini nilai saham agensi anjlok tapi Kris yakin anak emasnya akan membawa perubahan besar. “Bayangkan ini, Ladiesire dan namamu akan semakin dikenal. Siapa yang tahu Park Chanyeol? Penggemarnya bersarang di berbagai negara! Dia bintang besar dan kebanggaan agensinya. Dia tampan dan berbakat, sangat serasi dengan Baekhyunieku yang cantik dan seksi.” Hidung Baekhyun mendadak kembang kempis, wanita itu mengibaskan rambut lalu mengulas senyum jumawa. “Well, aku setuju denganmu. Aku memang cantik.” Kris mengangguk yakin. Ia pun sama gilanya dengan sang artis. “Tunggu sampai agensi merilis pernyataan resmi dan setelah itu kau akan kembali melanjutkan jadwal individumu yang tertunda.” “Jika tidak ada yang ingin kau katakan maka aku akan pulang, oh sangat melelahkan.” “Tentu, tentu!” Kris menggiring Baekhyun menuju pintu keluar. “Beristirahatlah karena mengencani idola populer akan sangat melelahkan.”

109

Ya, tapi dia homoseksual. Baekhyun membatin sebelum meninggalkan kantor bos besar dan menggunakan akses pintu belakang di mana Heechul sudah menunggu di sana. Pikirnya menghindari keramaian untuk saat ini adalah tindakan yang tepat.

~oOo~ Kedua belah pihak agensi mengkonfirmasi bahwa Chanyeol dan Baekhyun memang tengah berkencan! “Mereka bertemu dengan perasaan yang baik dan nyaman, dan keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan spesial.” “Whoa!!!” Kai berseru heboh lalu melirik Chanyeol yang kini tampak sibuk memainkan gitar. “Aku tidak percaya ini, bukankah kau tidak menyukainya?” Alex bertanya dengan nada curiga. “Kapan aku pernah mengatakan kalau aku tidak menyukainya?” Chanyeol menatap para member dengan datar. “Benar! Byun Baekhyun sangat cantik! Siapa yang akan menolak berkencan dengannya?” Hanse menimpali. Jason tampak tidak terlalu berminat dengan topik yang dibahas sementara Sian hanya mengulas senyum miring yang tidak terlalu kentara. “Aku tidak ingin berasumsi tapi tingkah lakumu yang sinis terhadap Baekhyun selama ini ku anggap sebagai bentuk pendekatan. Kau jelas tengah mencari-cari perhatiannya.” Sian pada akhirnya berceletuk lalu menoleh pada Chanyeol yang balas menatapnya dengan datar. 110

“Anggap saja begitu. Ahh ku harap kedekatanmu dengannya di lokasi syuting tidak menimbulkan salah paham seperti yang dikatakan media akhir-akhir ini.” Sian terkekeh kecil. “Jadi kalian benar-benar berkencan?” “Apa yang kau harapkan? Kami hanya berpura-pura?” “Oh, jangan salah paham, Park. Aku mulai mengenal Baekhyun dan ku pikir dia tidak tertarik untuk berpura-pura kecuali situasinya mendesak. Siapa yang tahu karakter seseorang bisa terkecoh jika merasa tertekan?” Chanyeol bungkam dalam hitungan detik. Selain penasaran sejauh apa Sian mengenal Baekhyun juga cukup merasa tertohok dengan apa yang rekan satu grupnya tersebut katakan. Siapa yang tahu karakter seseorang bisa terkecoh jika merasa tertekan? Chanyeol mulai terganggu, nyatanya ia telah membawa masalah sejauh yang bisa ia redam.

~oOo~ “Eonnie!” Baekhyun menoleh saat Sohee memanggil setelah syuting mereka selesai hari itu. Baekhyun berniat pulang dengan segera, selain mulai tidak tahan dengan beberapa sikap para staff dan kru drama karena kini ia menyandang gelar sebagai kekasih dari bintang besar bernama Park Chanyeol. Ia pun merasa sedikit lelah dan butuh beristirahat di apartemen. “Sutradara Lee akan mentraktir kita minum karena rating episode satu dan dua mencapai dua digit, kau akan bergabung bersama kami?” Sohee menggandeng lengan Baekhyun dan berbicara ramah seperti biasa. 111

“Oh, aku tidak yakin. Badanku sedkit lelah...” “Huh?” Sohee mengernyitkan dahi. “Dialogmu hanya satu baris hari ini, ayolah Eonnie itu tidak melelahkan sama sekali.” Baekhyun menoleh dan menatap Sohee yang bertingkah polos seolah tidak mampu menyaring apa yang diucapkan. “Oh jika boleh mengeluh aku pun merasa lelah karena puluhan dialog yang ku punya. Astaga sangat melelahkan menjadi pemeran utama.” Baekhyun tersenyum lalu berhadapan dengan Sohee. Tangannya terulur menyapirkan anak rambut wanita itu. “Baiklah aku akan bergabung.” Sohee mengulas senyum lebar. “Kalau begitu kita berangkat bersama.” “Baekhyun akan pergi denganku.” Sian berceletuk di belakang mereka. Senyum Sohee bertahan. “Manajer Baekhyun pamit lebih dulu dan dia menitipkan artisnya padaku.” Sohee terkekeh pelan. “Oh, sunbae kau terdengar seperti seorang pesuruh, lagipula Baekhyun Eonnie bukanlah seorang puteri.” Sian memutar mata tepat di depan Sohee, membuat waniat itu canggung karena harus ekstra menjaga citra diri. “Noona bisa ikut dengan mobil staf. Kau pergi saja lebih dulu.” Sian tidak menyahut dan memilih menarik tangan Baekhyun dan memaksa wanita itu masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Sohee tanpa kata pamit, membuat wanitta itu harus menahan diri karena diperlakukan tak kasat mata. “Kenapa kalian senang sekali menarik tanganku!” “Siapa? Kekasihmu? Park Chanyeol?” 112

Baekhyun tidak menyahut dan memilih memasang sabuk pengaman. “Kalian benar-benar berkencan?” “Memangnya apa urusannya denganmu?” Sian bungkam lalu mulai menjalankan mobil menuju lokasi berkumpul para staf dan pemain drama. “Aku mengenal Chanyeol lebih baik darimu.” Maksud Sian kecil kemungkinan Chanyeol mengencani wanita yang secara terang-terangan dia kritik dengan nada sinis. “Kurasa tidak. Buktinya kau tidak tahu aku dan Chanyeol menjalin hubungan.” Ada banyak peringatan yang ingin Sian beri terhadap Baekhyun, namun kata demi kata tertahan di ujung lidah. Ia tidak tahu mengapa ia harus peduli terhadap urusan orang lain. Instingnya hanya merasakan janggal dengan keadaan.

*** “Mari kita bersulang untuk kesuksesan drama!” Lalu semua orang mengangkat gelas bir dan menikmati menu yang tersedia. Jajaran para pemain tampak saling berbincang akrab dan para staf sibuk menyantap makanan. Baekhyun tidak sedikit pun menyentuh birnya karena merasa ngeri mengingat kebiasaan mabuknya yang memalukan. ia hanya fokus menatap Sian dan Sohee yang kini dipaksa menyumbangkan suara dan menghibur semua orang. “Aku harap kau bukan homoseksual seperti temanmu.” Gumamnya lalu meneguk air putih. “Sian sangat tampan dan lucu, suaramu juga bagus. Noona bangga padamu.” Ia memuji si pemeran utama habis-habisan. “Baekhyun Eonnie!” 113

Lamunan Baekhyun buyar kala namanya dipanggil, ia menoleh pada Sohee yang memegang mic. “Eonnie juga akan menyumbangkan suaranya. Dia akan membawakan lagi hits Ladiesire yang fenomenal! Tunggu apa lagi berikan tepuk tangan pada Baekhyun Eonnie!” Baekhyun mendengus keras. “Apalagi sekarang?” Gumamnya pelan sebelum bangkit dari kursi ketika tepuk tangan heboh memenuhi atmosfer. Wanita itu membuka mantel hingga lengannya yang putih mulus terpampang, beberapa staf drama berseru heboh lalu bersorak sorai. Ia merebut mic dari tangan Sohee lantas berdeham kecil. “Sebenarnya lagu milik Ladiesire itu tidak ada yang fenomenal, mungkin Sohee tidak tahu bahwa grupku dicekal dan dilarang tampil di stasiun tv. Atau dia memang terbiasa memuji seseorang dengan berlebihan.” Semua orang tertawa saat Baekhyun tergelak kencang. Dan Sian mengangkat sudut bibir. Sohee tersenyum canggung lalu meneguk minumannya. “Tapi berhubung tidak ada panggung yang mau menampung penampilan grupku maka aku secara khusus akan memberikan penampilan malam ini untuk kalian semua!” Baekhyun merentangkan tangan seraya memejamkan mata. Dan Sian bertepuk tangan dengan heboh. “Byun Baekhyun! Byun Baekhyun! Byun Baekhyun.” “Tapi aku butuh seorang rekan—Ahn Sian, bersediakah kau tampil bersamaku?” Sian menandaskan bir sebelum bangkit dan berjalan ke arah Baekhyun. “Whoa!!! Kami tidak sabar!” Seru beberapa staf.

114

“Lihatlah wajah Sohee karena aku mencuri pemeran utama prianya.” Bisik Baekhyun pada Sian yang seketika tergelak. “Aku bertanya-tanya di mana Byun Baekhyun si tukang onar yang orang-orang sering gosipkan?” Jelas Sian merasa heran karena sejak hari pertama syuting drama, Baekhyun terkesan lebih banyak diam dan menjaga citra diri, berbanding terbalik dengan yang kerap orang-orang bicarakan. “Well, aku di sini tampan, memberi banyak toleransi itu terkadang tidak bagus, tugasku sebagai seorang manusia bijak sudah terpenuhi, bukankah sekarang sudah saatnya semesta membayar harga diriku yang terluka?” Baekhyun bukan tidak tahu maksud dan tujuan Sohee di balik kata-kata manisnya selama ini. Ia memilih mengalah mengingat mereka pernah menjalin kedekatan layaknya saudara. Pemikirannya yang bijak bukan berarti membuat Baekhyun akan selamanya diam dan membiarkan dirinya terus diinjak. Sohee harus tahu bahwa Byun Baekhyun bisa sedikit kasar dan barbar. “Noona, kau sangat keren.” Bisik Sian sebelum merangkul Baekhyun kala nyanyian itu diputar. “Wow, kau tahu laguku?” “Gerakan tari lantai?” Sian tidak yakin sebelum terkekeh. Baekhyun tak bisa menahan tawa sebelum mengalungkan lengan di leher Sian, mereka berdua lantas bergerak mengikuti musik dan menari sesuai dengan koreografi lagu. “Sangat bagus, Ahn Sian!” Puji Baekhyun selama mereka tampil. Tanpa diduga semua orang hanyut dan terhibur oleh penampilan dua idol populer tersebut. Banyak sorak sorai yang 115

tumpah kecuali Sohee yang tak bisa menahan kepalan tangan karena penampilan Baekhyun lebih banyak mendapatkan sambutan dan tepuk tangan meriah. Wanita itu bangkit lantas menjauh dari keramaian sebelum mengunci diri di bilik toilet. Ia lantas berlutut di depan kloset duduk sebelum mengorek tenggorokan cukup dalam hingga ia merasa mual dan makanan yang ia santap beberapa saat lalu keluar. Sohee memuntahkan semuanya. Setelah membasuh mulut, wanita itu kembali dengan satu siasat yang dipastikan akan membuatnya puas. “Eonnie! Penampilanmu sangat bagus. Sunbae juga.” Wanita itu berseru riang sebelum duduk di antara Baekhyun dan Sian yang telah selesai tampil. Baekhyun bereaksi seadanya. “Perhatian!!!” Sohee lantas berdiri dan menarik atensi setiap orang. “Berhubung Baekhyun Eonnie baru saja mempunyai pasangan, bagaimana jika kita meminta Eonnie untuk membiarkan kekasihnya bergabung bersama kita?” Baekhyun menggaruk tengkuk, berpikir apa lagi yang akan Sohee lakukan? Semua orang sempat bungkam karena berpikir tidak seharusnya Sohee membahas urusan pribadi Baekhyun. Apalagi topik seputar hubungan asmara antara selebriti adalah hal cukup sensitif. “Hey, Sohee, bisakah kau berhenti?” Semua orang lantas melirik Tiffany yang sejak awal malas bergabung. Dan wanita itu cukup muak melihat tingkah laku Sohee yang begitu transparan. “Ya? Bagaimana sunbae?” Sohee memasang wajah polos seperti biasa.

116

Tiffany berdecak keras. “Bukan urusanmu atau kita jika Baekhyun tidak mengajak kekasihnya bergabung. Bukankah begitu?” “Sunbae.. a-aku hanya ingin kita semua mengakrabkan diri. Bukankah kita rekan kerja?” “Dan rekan kerja tidak seharusnya menyeret urusan pribadi, Sohee.” Semua orang bungkam karena terbalut oleh atmosfer yang mulai menegangkan. Lalu sutradara Lee dengan cepat menengahi kedua artisnya dengan candaan. Suasana kembali mencair dan mereka mulai melupakan ketegangan yang baru saja terjadi. Baekhyun mendengus lalu melirik Sohee yang tak berani mengangkat wajah. “Sutradara Lee, aku pamit lebih dulu karena besok mempunyai jadwal pemotretan.” “Oh Baekhyun! Jangan dulu pergi kami masih ingin melihat penampilanmu.” Beberapa staf mengeluh. “Ayolah paman, kalian juga harus pulang ini sudah larut jangan sampai istrimu marah.” Baekhyun lantas mengerling seraya memberikan kecupan jarak jauh sebelum beranjak dari sana. Sian sempat menawarinya untuk pulang bersama namun Baekhyun lebih memilih pulang bersama asisten manajer yang baru saja tiba di depan pub. “Selamat malam, Noona.” Baekhyun menaikkan kedua alis, sedikit terkesan dengan aksi Kris yang dengan cepat merekrut asisten manajer. “Siapa namamu?” “Saya Woozi.” “Usiamu?” 117

“Dua puluh tiga tahun.” Baekhyun mengangguk kecil. “Antarkan aku pulang ke apartemen.” “Baik, Noona.” “Apa besok kau yang mengatur jadwal?” “Ya karena Heechul Noona harus mengatur jadwal Hani Noona dan Hyena.” “Apa Luhan masih di Tiongkok?” “Benar.” “Hm, aku harap castingnya berjalan dengan lancar.” Woozi tersenyum dan melirik Baekhyun melalui kaca spion. Baekhyun tidak lagi bersuara, ia memilih menyelami akun sns dan membaca setiap komentar yang masuk ke dalam notifikasi. Wanita ular! Beraninya kau menggoda Chanyeol Oppa! Aku berhenti menjadi penggemar Chanyeol karena wanita murahan ini! Alasan kau ada di dunia ini hanyalah dua, hidup dan mati secepatnya! Aku tidak tahu bahwa Park Chanyeol berselera dengan wanita kampungan ini! Aku adalah orang pertama yang akan menandatangani petisi pencekalan Byun Baekhyun di seluruh stasiun televisi Korea. 118

Sampai kapan pun ExsouLove tidak akan setuju kau berkencan dengan Chanyeol Oppa! Jauhi Park Chanyeol! Bukankah menjadi kekasih Park Chanyeol adalah tujuanmu sejak awal? Kau sudah mewujudkan mimpi konyolmu dan sekarang bangunlah! Kau tidak pantas untuk Chanyeol kami! “Kenapa kalian senang sekali menghabiskan waktu dengan menulis kalimat-kalimat kebencian itu.” Gumam Baekhyun seraya mengangkat bahu lalu memasang kamera depan dan mengambil potret diri. “Woozi-a...” “Ya, Noona?” “Bagaimana kau menulis ‘aku lelah’ dalam bahasa inggris?” Woozi tersenyum kecil lalu mulai mengeja huruf sementara Baekhyun menulis satu persatu huruf yang Woozi sebutkan. “Ahh jadi bahasa inggrisnya seperti ini.” Baekhyun bergumam lalu memposting foto terbaru di akun sns nya. I’m tirex. “Hmm bahkan dengan wajah lelah seperti ini aku masih terlihat begitu cantik. Kau menyebalkan, Byun Baekhyun!” Woozi hanya menggeleng maklum, apa yang ia dengar dari Heechul tidak salah. Byun Baekhyun memang mempunyai karakter yang unik.

119

~oOo~ Keesokan harinya adalah apa yang sebenarnya ingin Baekhyun hindari. Namun ia bisa apa ketika kontrak eksklusif dengan majalah terkenal sudah ditanda tangani? Seharusnya pemotretan itu tidak akan menjadi masalah dan bumerang jika mereka tidak menetapkan Park Chanyeol sebagai pasangannya. Demi Tuhan, Baekhyun mendengar banyak bisik-bisik ketika ia masuk ke dalam studio tempat di mana pemotretan itu akan berlangsung. “Selamat pagi.” Baekhyun menyapa beberapa kru dengan ramah. “Selamat pagi, tirex. “Bagaimana bisa dinosaurus mengikuti pemotretan majalah?” Baekhyun yakin telinganya tidak bermasalah, ia dapat mendengar jelas orang-orang berbisik dan terkikik. “Selamat pagi.” Atmosfer mendadak berubah kala suara baritone itu terdengar menyapa. Semua orang lantas menaruh atensi pada Baekhyun dan Chanyeol, dua selebriti yang telah dikonfirmasi memiliki hubungan spesial. Sungguh suatu kebetulan sepasang kekasih itu terlibat dalam project yang sama bahkan harus melakukan pemotretan bertema sensual. Chanyeol berjalan melewati Baekhyun dan semua orang memuji profesionalitasnya. “Hai cantik dan tampan!” Minseok berseru menyapa kedua model yang telah dirias. “Astaga! Sebelumnya aku mengucapkan selamat atas hubungan kalian berdua. Oh, aku 120

sangat senang karena majalah kami menjadi yang pertama memuat pasangan legendaris seperti kalian.” Baekhyun dan Chanyeol saling melempar pandang lalu mengulas senyum palsu, sebentuk tipu daya. “Baiklah, baiklah. Jika kalian sudah siap segeralah mengambil posisi.” Chanyeol dan Baekhyun mengangguk. Pemotretan dimusli dengan bed scene dan seluruh staf yang hadir mencoba menahan napas karena posisi yang Chanyeol dan Baekhyun ambil. Mereka cukup pandai berimprovisasi. Chanyeol memakai kaus tanpa lengan dan celana santai, dan rambut yang dibiarkan berantakan merebahkan kepala di atas paha Baekhyun, sementara wanita memakai piyama katun mencapai lutut, menangkup wajah dan menatap Chanyeol seraya menunduk. “Okay, tahan! Take one and two!” Jepretan kamera mulai mengabadikan momen langka. Kini giliran Baekhyun yang berbaring, wanita itu lantas mengalungkan lengan di leher Chanyeol hingga posisnya tampak tertindih oleh si pria bertubuh besar. “Astaga kenapa tubuhmu sangat besar?” Gumam Baekhyun seraya menatap Chanyeol.” “Tubuhku tidak ada apa-apanya dibanding dengan tirex.” Baekhyun mengernyit karena wajah Chanyeol yang terlihat tengah mengulum tawa. “Bagus! Pertahankan! Take one... two.” Puluhan potret berkualitas tinggi kembali didapat. Lalu mereka mengambil posisi lain, Baekhyun sedikit ragu karena kehabisan ide untuk berimprovisassi sebelum ia nyaris terpekik karena lengannya ditarik dengan enteng hingga dirinya berakhir di pangkuan Chanyeol. 121

Seluruh kru menahan pekikan dan mencoba bersikap profesional sementara Baekhyun melotot kecil karena berpikir tindakan Chanyeol itu dapat menimbulkan beragam reaksi. “Tenang saja, aku homoseksual. Aku tidak tertarik dengan ukuranmu.” Bisik Chanyeol. Baekhyun menekan garis bibir, merasa dipermainkan. Beruntunglah dia mempunyai jiwa serupa dewi medusa. Wanita itu tidak terkecoh, jika Chanyeol berani bertindak konyol maka Baekhyun tidak akan tinggal diam. Wanita itu merapatkan tubuh dengan sengaja, kedua tangannya terulur lalu menangkup wajah Chanyeol dan ia segera memiringkan kepala hingga hidungnya dengan Chanyeol bersentuhan. “Bagus! Bagus sekali, Baekhyun! Hold on! Take one, two.” Seruan sang fotografer didominasi oleh pekikan para kru yang terbawa suasana oleh momen yang ciptakan oleh Chanyeol dan Baekhyun. Jepretan kamera kembali terdengar dan sang fotografer tersenyum puas dengan hasil fotonya. “Apa karena kalian sepasang kekasih sehingga foto yang dihasilkan benar-benar mempunyai chemistry yang alami.” Baekhyun bangkit setelah mendapat aba-aba untuk memanfaatkan waktu jeda. Ia berlalu tanpa sepatah kata, meninggalkan Chanyeol yang kini masih diliputi keanehan. Pria itu lantas mengusap dada, tempat di mana ia merasakan dua benda kenyal dan sintal yang sesaat lalu menempel erat di sana. “Wanita gila, dia pikir aku akan tergoda oleh payudara?” Gumamnya seraya menatap punggung Baekhyun yang menjauh.

*** Chanyeol dan Baekhyun meninggalkan banyak kesan setelah pemotretan selesai, beberapa kru sangat suka dengan 122

improvisasi mereka di depan kamera. Bahkan sang fotografer tak henti-hentinya melontarkan pujian atas profesionalitas keduanya. Baekhyun membungkuk sopan pada kru dan staf sebelum memutuskan untuk berlalu dari sana sementara Chanyeol berjalan di belakangnya. Langkah Baekhyun intens dan dituntun oleh Woozi. “Noona, bolehkan aku meminta tanda tangan dan berfoto dengan Park Chanyeol? Aku penggemar beratnya.” Bukan hal aneh jika semua orang mengidolakan Park Chanyeol. Kecuali Baekhyun yang lebih memilih berpose bersama harimau jantan. “Baiklah.” Baekhyun menyahut santai seraya mengibaskan tangan. Ia berjalan seorang diri menuju minivan Lalu Woozi berbalik dan menghampiri Chanyeol. “Hyung! Aku asisten manajer Baekhyun Noona. Aku penggemar beratmu. Bolekan aku meminta tanda tanganmu?” Langkah Chanyeol diinterupsi. Ia mengangkat kedua alis sebelum meladeni permintaan penggemarnya tersebut. “Namamu?” “Woozi.” Chanyeol lantas menulis nama Woozi sebelum memberikan tanda tangan di bawahnya. “Mau berfoto?” “Te-tentu! Ah terima kasih banyak, Hyung!” Chanyeol mengedikkan bahu lalu tersenyum di depan kamera ponsel yang Woozi nyalakan. Mereka nyaris berjabat tangan jika saja tidak terdengar pekikan nyaring di area parkir. Woozi menoleh panik lalu berlari dengan cepat. Perasaannya tidak nyaman dan seketika ia merutuk karena

123

mengabaikan peringatan Heechul agar tidak membiarkan Baekhyun seorang diri. “Akh!” “Noona!” Woozi berteriak melihat Baekhyun terhuyung seraya memgangi tangannya yang terluka. Lalu atensinya beralih pada seorang gadis misterius yang memegangi pisau. “Berani sekali kau merebut Chanyeol Oppa dariku!!!” Baekhyun mengangkat tangan, mencoba bernegosiasi dengan gadis misterius yang sebelumnya nyaris menusuk perutnya. “Wanita murahan sepertimu tidak pantas dengan Chanyeol Oppa!!!” “Tenang, hey! Kita bisa bicarakan baik-baik.” Woozi mencoba membujuk gadis yang memakai masker tersebut, langkah kakinya perlahan mendekat. Ia mulai semakin panik dan cemas kala si gadis mendekat pada Baekhyun dan mencoba kembali melukainya. “Mati saja kau! Mati saja!!!” Gadis itu hendak menghantam Baekhyun kembali jika saja Chanyeol di belakangnya tidak dengan sigap menangkis dan merebut pisau. Pria itu melempar benda tajam tersebut lalu memutar lengan si gadis misterius hingga terjerambab dan mengaduh. Ia kemudian menatap Baekhyun yang masih terduduk di atas paving block, terlihat memegangi luka di lengan. “Noona!” Woozi segera mengamankan Baekhyun. Lalu beberapa orang mulai heboh karena kegaduhan. Chanyeol membuka masker si gadis misterius, ia tidka mengenal gadis itu sama sekali. “Oppa! Ini aku penggemar beratmu! Aku selalu menonton konsermu, menghadiri fansigmu, aku bahkan mengikutimu kemana pun. Aku mencintaimu Oppa!” Gadis itu berbinar 124

menatap Chanyeol di depan mata, berharap Chanyeol akan memberikan pujian namun harapannya itu terjun bebas ke dasar jurang paling dalam setelah Chanyeol menyahut. “Aku tidak sudi mempunyai penggemar sepertimu. Aku tidak mempunyai penggemar yang melukai bahkan nyaris menghilangkan nyawa orang lain. Enyanlah, kau bahkan melukai kekasihku. Aku tidak memberi maaf terhadap orang-orang sepertimu.” Lalu ia beralih pada petugas keamanan yang baru saja tiba. “Seret dia ke penjara.” Titahnya tanpa sebuah kompromi, Chanyeol bergegas berlutut, meronek kaos dan membalit lengan Baekhyun yang terluka dan mengeluarkan banyak darah sebelum menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam minivan. Woozi dengan sigap menjalankan mobil menuju rumah sakit terdekat. Baekhyun masih bungkam ketika bahkan kini ia telah mendapatkan pertolongan pertama dari perawat. “Kau bisa berhenti.” Tak lama wanita itu berucap ketika hanya ada dirinya dan Chanyeol di sana. “Apa maksudmu?” Kening Chanyeol berlipat. “Sudah tidak ada siapa pun di sini, kau tidak perlu berpura-pura lagi. Tidak ada wartawan, tidak ada staf dan kru. Kau bisa berhenti.” Chanyeol memundurkan tubuh lalu menatap Baekhyun cukup lama. “Kau terluka karena gadis itu mengaku sebagai penggemarku.” “Aku terluka karena aku adalah kekasihmu. Aku kekasihmu di depan mereka semua, tapi tidak untuk saat ini. Pergilah, sudah cukup sandiwaramu.”

125

Memangnya apa niat dan tujuan Chanyeol mengantarnya hingga sejauh ini jika bukan untuk menarik minat para wartawan dan membuat setiap orang percaya bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang saling mengasihi. Chanyeol tidak menyahut karena merasa bingung harus mengatakan apa, semua yang Baekhyun katakan tidak melenceng. Pria itu terobsesi membuat semua orang percaya bahwa mereka berkencan dan saling mengasihi, dengan begitu hubungannya dengan Arata akan semakin jauh tercium oleh publik. Chanyeol yakin tidak ada yang salah dengan hal itu, lalu mengapa kini ia merasa sedikit terusik oleh alasan yang tidak gamblang. “Noona...” Woozi datang setelah mengatur administrasi. “Maafkan aku, ini semua salahku.” Baekhyun mengibaskan tangan. “Bukan salahmu. Tidak apa-apa, jangan memberitahu Heechul. Aku baik-baik saja.” Selain tidak ingin membuat Heechul cemas, Baekhyun pun tidak tega jika Woozi harus kehilangan pekerjaannya di hari pertama. “Tolong antarkan Park Chanyeol pulang.” “Tapi aku tidak bisa meninggalkan Noona .” “Aku akan pulang sendiri.” Chanyeol mendekat lalu menyematkan kecupan di kepala Baekhyun. “Aku akan menghubungimu nanti.” Ia lantas membelai wajah kekasih palsunya. Sementara wanita itu tahu alasan Chanyeol melakukannya karena ada Woozi di sana.

126

Baekhyun menatap punggung itu sesaat lalu mendengus kecil. “Kenapa dia tidak bermain drama saja.” Gumamnya, merasa terkesan dengan kemampuan Chanyeol bersandiwara. Ia lalu beralih pada Woozi yang menunduk dalam, terlihat merasa bersalah. “Ih ayolah, aku baik-baik saja. Sekarang belikan aku ttoekboki yang super pedas. Aku butuh menjernihkan pikiranku saat ini.” Woozi mengangguk dan bergegas membelikan pesanan Baekhyun. Setelah semua orang berlalu, Baekhyun lantas menatap lengan yang terbalut oleh perban. Ia kemudian kembali mengingat ketika nyaris ditikam oleh penggemar Park Chanyeol. Dengus lelah mengudara, Baekhyun mengusap wajahnha dengan kentara. Baekhyun, ini tidak akan mudah...

127

Chapter 7 Jika tentang Byun Baekhyun dan Park Chanyeol maka reaksi publik akan dengan cepat menyeruak.. Kabar terbaru tentu tentang penyerangan yang Baekhyun alami. Bahkan beritanya masih bertengger di top tiga headline news. Reaksi netizen beragam. Ada yang merasa iba dan prihatin ada pula yang bertolak belakang. Kenapa dia tidak membunuh wanita tolol ini sekalian? Astaga aku tidak pernah merasa sebahagia ini atas berita duka orang lain. Byun Baekhyun kau pantas mendapatkannya! Mengapa gadis itu harus dipenjara? Bukankah dia telah berjasa mewakili para penggemar Chanyeol yang mencintainya? Ini tidak adil, jika gadis itu dipenjara maka Bakehyun pantas mati! Aku senang karena wanita ular ini terluka tapi kesal karena dia tidak mati! Itulah mengapa kau harus menjauh Park Chanyeol kami, otak udang!

128

Bagaimana bisa dia berpikir pantas dengan Park Chanyeol kita yang cerdas, tirex! Baekhyun sibuk mengunyah apel sementara jemarinya menari di atas layar ponsel, seperti biasa hobinya adalah membaca komentar-komentar yang masuk dalam artikel yang memuat namanya. “Woozi-a...” “Ya, Noona?” “Bisa kau jelaskan kenapa aku menulis tirex di postinganku? Bukankah aku memintamu untuk menerjemahkan sesuatu?" Woozi nyaris terkekeh. Ia sudah melihat postingan Baekhyun yang satu itu. “Kurasa Noona salah mengetik huruf. Seharusnya kau menulis ‘i’m tired’ bukan ‘i’m tirex’ huruf D dan X memang berdekatan.” Baekhyun memicing saat Woozi mengulum tawa. “Dan kau tahu julukan terbaruku dari para netizen pemegang kunci surga?” Woozi menggeleng sementara tangannya masih sibuk memijit kaki Baekhyun. “Dinosaurus, manusia purba, mereka mengatakan aku seharusnya dimuseumkan.”

bahkan

Dan Woozi tak lagi dapat menahan tawa, cukup lama ia tergelak sebelum berdeham canggung karena Baekhyun menatapnya datar. “Kau sudah puas tertawa?” Woozi berdeham lalu mengangguk. 129

“Jika sudah puas maka belikan aku kue ikan di persimpangan gedung apartemen. Yang menjualnya neneknenek, beli yang banyak. Sekarang!” Woozi meringis, seharusnya ia mulai bisa memahami karakter Baekhyun. Dan menertawakan wanita itu harus berada dalam daftar teratas sebagai larangan-larangan yang tidak boleh diabaikan.

~oOo~ “Apa kau gila?!” “Baekhyun, jangan lupa kalau aku ini adalah bosmu.” Baekhyun memang kerap melupakan formalitas kepada Kris mengingat pria itu sinting. “Bagaimana mungkin kau memintaku untuk berkencan dengan Chanyeol di depan publik?!” Kris mengorek lubang telinga. “Sajangnim!!!” Baekhyun merengek kesal. “Cantik, aku menyusun siasat ini demi kebaikan kita bersama.” Baekhyun memutar matanya jengah, ia rela menukar jiwanya dengan iblis jika di dalam hati Kris terselip sebuah ketulusan. Tentang pria berkebangsaan China itu, Baekhyun tahu semuanya tentang uang. “Baik, baik. Aku akan jujur, Hani dan Hyena terlibat project duo, Luhan sedang dalam pembicaraan membintangi drama di Shanghai. Kita perlu sesuatu yang dapat mendatangkan kesukseskan untuk para member Ladiesire, dan Park Chanyeol? Boom!!! Jika kalian berkencan di depan publik maka kau akan semakin banyak dikenal, orang-orang akan menaruh minat pada 130

Ladiesire dan tentu member lain akan mendapatkan keuntungan. Pikirkan ini baik-baik, bukankah tidak adil bagi mereka jika hanya kau yang populer di sini?” “Jangan melempar batu sembunyi tangan! Kita tahu siapa yang memberi ketidakadilan kepada mereka.” Baekhyun tidak pernah meminta menjadi anak emas dan prioritas, seingatnya Kris secara khusus memanggilnya ke kantor dan membicarakan jadwal individu untuknya tanpa sepengetahuan member lain. Dan semua ini bermula dari sana. “Kau yang membuat Luhan berubah dan menganggapnya dianak tirikan. Kau yang membuat Hyena menjadi segan padaku ketika bahkan aku dan dia sudah seperti saudara kandung, keputusanmu membuatku populer seorang diri yang membuat Hani tak jarang marah kepadaku! Sekarang kau menyalahkanku? Demi Tuhan, Kris, sudah waktunya kau mencuci otakmu yang kotor!” Kris tidak menyahut dan memilih mengusap dagu. “Bagaimana pun aku akan menentukan jadwal kencanmu dengan Park Chanyeol secepatnya. Aku sudah selesai, kau bisa keluar.” Tanpa menyahut, Baekhyun keluar dari sana. Hentakan stiletto yang keras memberitahu betapa besar rasa geramnya saat ini. Ia sampai di depan gedung agensi lalu masuk ke dalam minivan. Pikirkan ini baik-baik, bukankah tidak adil bagi mereka jika hanya kau yang populer di sini? Baekhyun memangku tangan seraya mengetukkan jari, pandangannya lurus ke depan dan ia tidak dapat berpikir jernih. Dari lubuk hati yang terdalam ia merasa menyesal karena training yang dijalaninya bersama member Ladiesire menjadi 131

percuma, debut mereka tidak disambut dengan baik bahkan bakat dari tiap member terkesan terbengkalai tanpa ada yang melirik. Mereka menghabiskan waktu yang cukup lama demi mendapat predikat idola, namun semesta memang kerap berlaku tak adil. Hani dan Hyena terlibat project duo, Luhan sedang dalam pembicaraan membintangi drama di Shanghai. Kita perlu sesuatu yang dapat mendatangkan kesukseskan untuk para member Ladiesire. Baekhyun membenarkan kata-kata Kris, benar akan terasa tidak adil jika hanya dirinya yang dikenal sementara member lain yang menjalani masa training paling lama diabaikan. Mereka pun layak mendapatkan tempat terbaik di industri hiburan. Haruskah Baekhyun menyanggupi rencana konyol Kris? Wanita itu masih menimang opsi sebelum dering ponselnya berbunyi, melupakan peringatan Heechul untuk tidak mengangkat panggilan dari nomor asing, Baekhyun bergegas menggeser tombol hijau. “Hallo?” “Ini aku.” Kening Baekhyun berlipat dalam hitungan detik, tidka membutuhkan kemampuan khusus untuk tahu siapa yang meneleponnya. Suara baritone itu memberitahu segalanya. “Kau? Dari mana kau tahu nomorku?” “Bukankah justru akan aneh jika aku tidak tahu nomor kekasihku?” “Hentikan, Park. Ada perlu apa?” Chanyeol bungkam sejenak di seberang sana. 132

“Mari bertemu di sungai Han. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.” Kebetulan yang sangat mendebarkan, mungkinkah semesta tengah memberi petunjuk bahwa Baekhyun harus menyetujui rencana Kris? Tanpa menunggu lama, Baekhyun segera meminta Woozi untuk memutar balik, menuju sungai Han. Tak sampai lima belas menit, minivan itu berhenti tepat di samping sebuah mobil impor. Mereka mengambil lokasi yang cukup jauh dari keramaian. Baekhyun meminta Woozi untuk menunggu di dalam minivan sementara ia keluar dan masuk ke dalam mobil Chanyeol. “Ada apa? Aku sibuk.” Baekhyun menyandarkan punggung pada jok lalu memijit pelipis. Chanyeol bertanya-tanya apakah Baekhyun tidak merasa kedinginan hanya memakai rok pendek dan kaos putih polos tanpa bantuan selembar mantel di penghujung musim gugur? Pria itu menggeleng. Untuk apa ia peduli? “Kita akan pergi menemui Arata dalam waktu dekat.” Baekhyun sontak menoleh. “Untuk apa?” Chanyel mendengus kecil. “Dia masih marah padaku, dia pikir aku benar-benar mengencanimu.” Baekhyun memijit pelipisnya semakin kentara. “Lantas?” “Bukankah kau seharusnya membantuku menjelaskan segalanya kepada Arata? Aku tidak ingin hubungan kami retak.” “Kenapa aku harus?” Baekhyun membeo tidak percaya sementara Chanyeol mendadak bungkam. Benar, kenapa Baekhyun harus melakukannya? “Well, aku bisa saja membantu...” Baekhyun memainkan nail art, merasa mendapatkan celah ketika ia memutuskan untuk 133

menyetujui rencana Kris. “Tapi kau tahu, selalu ada imbal balik atas apa yang kita lakukan.” Chanyeol memundurkan tubuh lalu menatap Baekhyun dengan curiga. “Maksudmu kau meminta bayaran? Baik, kau butuh berapa?” Baekhyun terkekeh seketika. “Aku memang bukan artis terkenal tapi wajahku yang cantik dan tubuhku yang seksi ini mendatangkan banyak job, iklanku banyak, uangku melimpah. Dan aku tidak butuh uangmu.” Chanyeol menyentakkan kepala. “Lalu apa yang kau maksud?” “Hmm begini saja...” Baekhyun menatap Chanyeol lalu menelusuri lengan berotot lelaki itu dengan jari telunjuk. “Aku ingin kita berkencan di depan publik. Kita atur waktu dan pilih lokasi yang pas untuk menebar kasih. Kau tahu di luar sana ada yang menamai diri mereka sebagai ChanBaek shipper?” “Apa kau gila?” Chanyeol mencubit pipi Baekhyun hingga pipinya melebar. “Dan ChanBaek? Apa itu?!” Baekhyun memukul lengan Chanyeol setelah merasa cubitan di pipinya cukup ngilu. “ChanBaek shipper, aku baru tahu ada yang seperti itu. Jadi mereka itu sekumpulan pengggemar dan mendukung hubungan kita. Chan untuk Chanyeol dan Baek untuk Baekhyun— oh aku mendadak mual.” Baekhyun memegang perut. “Bisa dibilang mereka menginginkan kita menjadi puteri dan pengeran yang hidup bahagia selamanya.” Baekhyun mengulas senyum lebar sebelum mencebik. “Mereka hanya tidak tahu bahwa pangeran itu ternyata homoseksual.” Chanyeol berdeham.”Lupakan sejenak tentang mereka, jadi kau ingin kita berkencan di muka umum? Seperti tengah pamer sebuah status?” 134

“Kenapa tidak? Bukankah dengan begitu hubungan sesama jenismu tidak akan tercium sama sekali? Kalian akan aman jika publik yakin kalau kita benar-benar memadu kasih.” Baekhyun mengangkat kedua seraya mencolek dagu Chanyeol. “Bukan begitu, tampan?” Chanyeol mengernyit dan mencebi kala Baekhyun menagkup dagu dan menatapnya dengan intens. “Hmm harus ku akui kau memang tampan, tapi sayang kau tidak suka payudara.” Baekhyun lantas mengintip bra di balik kaos yang ia kenakan dan kembali menatap Chanyeol. “Apa kau benar-benar homoseksual?” Baekhyun lantas menyilangkan kaki dan memamerkan paha mulusnya kepada Chanyeol. Tengah mencoba memastikan bahwa pria itu memang mempunyai orientasi seksual yang menyimpang. Chanyeol berdecak dan hanya menatap Baekhyun datar. “Ya. Aku homoseksual, dan aku tidak berminat pada payudaramu dan pahamu. Jadi berhenti bertingkah konyol.” “Oh, benarkah???” Baekhyun kembali berulah, kali ini ia lebih berani demi membuktikan bahwa Chanyeol memang homoseksual. Wanita itu bergerak dan perlahan naik ke atas pangkuan Chanyeol hingga membuat pria itu menggeram kesal. “Kau benar-benar tidak berminat pada payudaraku?” Baekhyun dengan sengaja menggesekkan dadanya pada dada bidang Chanyeol. “Byun Baekhyun, turun!” Chanyeol cukup terkejut karena keberanian Baekhyun. Tentangnya yang gemar membuat masalah ternyata bukan isapan jempol belaka. Wanita itu memang memusingkan. “Hmm...” Baekhyun melingkarkan lengan di leher Chanyeol lalu menangkup wajah pria itu, kepalanya mendekat dan wajah mereka kini hanya berjarak hembusan napas. 135

Baekhyun berada dalam tahap akhir uji coba, ia mendekatkan bibir pada bibir Chanyeol untuk tahu hasilnya. Senyum miring terulas kala Chanyeol memalingkan wajah. Wanita itu mengangguk lalu turun dari pangkuan, menemukan jawaban pasti tentang orientasi seksual Chanyeol yang sesungguhnya. Jadi kau benar-benar homoseksual? Baekhyun membatin sebelum membenarkan penampilan. “Aku anggap kau setuju dengan usulku. Aku akan mengatur jadwal dan lokasi kencan, jika kau datang maka aku akan bersedia bertemu dengan kekasihmu dan mengatakan bahwa Park Chanyeolnya adalah homoseksual sejati.” Chanyeol tidak menyahut dan hanya mengangguk pelan. “Oh manis sekali.” Baekhyun berseru meraih tangan Chanyeol lalu meletakkannya di atas payudaranya. “Hey!!!” Chanyeol berseru heboh. “Apa kau belum puas mengujiku?!” Ia merutuk dan menarik tangannya. Baekhyun tergelak hebat, tertawa dengan nikmat karena tidak menduga akan semenyenangkan itu menggoda Chanyeol. “Ya. Baiklah. Aku percaya kau tidak suka perempuan. Tapi payudaraku kenyal bukan?” “Wanita sinting! Keluar dari mobilku sekarang!” Baekhyun kembali tertawa lalu mengibaskan tangan sebelum keluar dari mobil Chanyeol. Bahu Chanyeol naik turun setelah Baekhyun sepenuhnya pergi. Ia mengusap dada lalu berdecak keras. “Wanita macam apa dia?!” Rutuknya kesal.

~oOo~ 136

Baekhyun mengakhiri peran antagonisnya dengan adegan bunuh diri yang tragis, ia terjun dari atas gedung dan mendarat dengan bersimbah darah setelah dikejar-kejar keh debt collector karena tidak berhasil membayar hutang meskipun berstatus sebagai wanita simpanan pria kaya. “Oke, cut!” Baekhyun yang terkapar dihiasi darah buatan itu bangkit dibantu oleh Woozi. “Kau sudah bekerja keras, Baekhyun.” Puji sutradara Lee. Baekhyun tersenyum lalu membungkuk. “Terima kasih.” Wanita itu lantas menjabat tangan beberapa kru drama yang telah membantunya selama proses syutin berlangsung. Wanita itu berperan dalam enam episode, karakternya dibunuh dan ditiadakan setelah memenuhi keperluan isi cerita. “Apa itu artinya kami tidak akan bertemu lagi denganmu?” Baekhyun terkekeh lalu menggandeng salah satu paman pengangkut properti. “Ayolah paman bisa melihatku di tv. Dukung aku terus!” Wanita itu memang sudah mengakrabkan diri di lokasi syuting, maka wajar saja jika ada beberapa staf yang merasa sedih berpisah dengan wanita pekerja keras tersebut. Setelah berganti pakaian dan menyalami seluruh pemain, Baekhyun lantas bergegas pamit. “Tidak mau ku antar?” Sian setia menawarkan diri. “Hey, bukankah kau masih punya beberapa adegan?” Sian mengangkat bahu dan Baekhyun menggeleng maklum. “Lagipula kau tidak mau asisten manajerku makan gaji buta jika kau terus menerus mengantarku pulang.”

137

“Berisik sekali. Ya sudah kalau tidak mau!” Sian mencibir lalu mengaduh karena mendapat cubitan gemas di pipi. “Sian sangat tampan dan lucu, Noona sangat gemas padamu.” “Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil.” Baekhyun seolah tuli, ia lantas menepuk bokong Sian berkali-kali seraya terkekeh. “Semoga drama kita sukses. Semoga Sian semakin bersinar.” “Hmm...” Sian menatap wanita itu dengan mata memicing. “Oh baiklah. Biarkan Noona memelukmu. Kemarilah.” “Berhenti menepuk bokongku!” Sian merutuk namun tak menolak saat Baekhyun merentangkan tangan dan memeluknya. Keduanya tidak tahu sejak kapan mereka bisa sedekat dan seakrab itu. Sian yang merasa Baekhyun menyenangkan sementara Baekhyun yang menganggap Sian lucu dan menggemaskan. Tak jarang mereka adu mulut saat jeda syuting lalu Sian akan mengantar Baekhyun pulang ke apartemen. Dan mereka berteman tanpa mendeklarasikan sesuatu secara sakral. “Sekali-kali kita harus meminum bir bersama.” “Ohoo... apa Sian sedang mengajak Noona berkencan???” Baekhyun terkekeh di balik punggung tangan. “Kau tidak boleh mengajakku berkencan, aku sudah mempunyai kekasih.” “Oh ya, ya... kau pasti seneng berpacaran dengan orang populer.” “Sian juga populer, Sian tampan dan manis.” Sian memangku tangan sebelum mengusak rambut Baekhyun. Ia bisa apa jika Baekhyun sudah terdengar jujur dan tulus? 138

Baekhyun tersenyum seraya mengusap lengan Sian sebelum kemudian ia berlalu meninggalkan lokasi syuting. Ponselnya berdering dan Baekhyun tidak lagi terkejut karena sudah menyimpan nomor itu sebelumnya. “Bagaimana jika hari ini?” “Huh? Apanya?” “Kencan terbuka. Aku sudah berada di area parkir, kemarilah.” Baekhyun menyentakkan kepala. “Woozi-a... tentang kencanku dengan Park Chanyeol, sepertinya kau harus menghubungi wartawan Kim sekarang. Chanyeol sudah ada di parkiran sekarang. Bergegaslah, pastikan tidak banyak paparazzi yang datang.” “Baik, Noona.” Baekhyun lantas berbalik dan berjalan menuju area parkir dan menemukan mobil Chanyeol terparkir di sana. “Huh? Apa ini?” Si mungil mengernyit setelah diberi sebuah buket bunga besar oleh Chanyeol. “Kau pikir ini apa?” Baekhyun memalingkan wajah lalu menerima buket itu dengan ragu. “Jadi, di mana kita akan melakukan kencan terbuka?” “Tentu saja taman haneul! Tempat itu cocok untuk berkencan di musim gugur.” Baekhyun menyahut bersemangat. “Kenapa kau bersemangat sekali?” “Tentu saja aku bersemagat karena berkencan dengan pria tampan sepertimu.” Goda Baekhyun seraya mencolek dagu Chanyeol dan membuat pria itu merutuk. Baekhyun terkekeh pelan lalu menggesek hidungnya karena mulai terasa gatal. Sementara Chanyeol mulai menjalankan mobil. 139

“Ingat satu hal, bersikaplah secara alami. Kita perlu memberikan paparazzi adegan demi adegan yang bagus.” “Hn.” “Hmmm, apa kau pernah berkencan terbuka dengan Arata?” “Apa kau gila?” “Ya, aku gila.” Baekhyun menyahut enteng seraya memamerkan senyum lebar yang menyebalkan. “Julukanku adalah wanita ular.” Chanyeol menatapnya sejenak lalu kembali fokus mengemudi. “Tidak. Kami tidak pernah berkencan di tempat terbuka.” Baekhyun menepuk bahu Chanyeol berulang kali seolah tengah memberi semangat. “Jadi kalian berkencan di tempat tertutup?” Lalu melempar ekspresi wajah seolah tengah menggoda Chanyeol. “Anak nakal!” Baekhyun mengusak rambut Chanyeol seraya terkekeh. “Sudah berapa kali kalian melakukannya?” Chanyeol terkejut karena Baekhyun mendadak bersin dengan keras. “Melakukan apa maksudmu?” “Ohoo! Jangan pura-pura! Bagaimana rasanya? Kapan kau melepas keperjakaanmu?” Chanyeol menggeram lalu mencubit pipi Baekhyun cukup keras hingga melebar. “Hey!” Protes Baekhyun. “Bicara apa kau? Tidak ada yang seperti itu!” Seru Chanyeol dengan kesal. Baekhyun mengerjap kecil lalu kembali menggesek hidungnya yang semakin terasa gatal. Kemudian ia bersin untuk ke sekian kali. “Mana mungkin kau masih perjaka, apa buktinya?” “Kenapa aku harus membuktikannya padamu?” 140

“Dasar pembohong!” “Aku tidak bohong!” “Kalau begitu buktikan padaku?” “Huh?” "Kemarilah, biar ku periksa.” Baekhyun lantas menghadap Chanyeol dan menunduk. Tangannya nyaris menyentuh zipper celana Chanyeol jika saja pria itu tidak lebih dulu menepis. “Apa kau sinting? Wanita macam apa kau berani menyentuh...” Chanyeol melotot dan kehilangan kosa kata. Baekhyun kembali ke posisi duduk lantas mencebi. “Aku hanya ingin bukti.” “Apa urusannya denganmu?!” Geram Chanyeol seidkit beringsut, adalah cara teraman untuk melindungi diri jika suatu waktu Baekhyun bertingkah barbar dan mengejutkan. Baekhyun mengangkat bahu, apa yang salah? Dia berani bersikap seperti itu karena Chanyeol adalah homoseksual yang tidak akan terpengaruh sama sekali. Wanita itu terus menggesek hidung lalu kembali bersin. “Kau siap?” Tanya Chanyeol setelah sampai di taman haneul dan menghentikan mobilnya. Baekhyun menutup wajah dengan scarf, merapatkan mantel dan memakai kacamata hitam. Sementara Chanyeol memakai topi hitam dan masker berwarna senada. “Bungamu.” Baekhyun memutar mata. Sejak awal ia tahu bahwa bunga sialan itu adalah sebuah manipulasi. Si mungil keluar dari mobil dengan memeluk buket disusul oleh Chanyeol.

141

Mereka berjalan berdampingan di taman haneul, masingmasing menyapukan atensi dan mencari keberadaan paparazzi yang sudah berada di sana sebelum mereka tiba. Beberapa orang mulai menaruh minat kala Chanyeol membuka masker, dan Baekhyun melepas kacamata membuka jati diri. Chanyeol menghentikan langkah sebelum menangkup wajah Baekhyun. Semula hanya untuk sebuah pencitraan di depan khalayak umum namun mendapati wajah dan hidung Baekhyun memerah kedua alisnya bertaut. Baekhyun meringis kecil lalu bersin. “Apa kau kedinginan?” Pertanyaan paling umum yang mampu Chanyeol lontarkan atas kondisi Baekhyun yang terlihat tidak baik. Baekhyun menggeleng, wajahnya masih Chanyeol tangkup dan posisinya sedikit mendongak menatap pria itu. Lantas mereka sadar ada beberapa kilatan kamera dari kejauhan. Beberapa paparazzi itu bersembunyi dengan baik. Chanyeol menarik tangan lalu kembali berjalan pelan beriringan dengan Baekhyun. Bisik-bisik samar dari pengunjung taman semakin intens terdengar. Dua selebriti yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan karena terlibat skandal kencan itu dengan berani muncul dan berkencan secara terbuka di tempat umum. Baekhyun terus menggesek hidung dan meratapi buket bunga di tangan. Tidak banyak yang tahu bahwa Baekhyun alergi terhadap serbuk sari. Wanita itu kembali bersin, kali ini cukup intens hingga sanggup membuat langkah Chanyeol terhenti. Ia mulai bertanyatanya apa yang terjadi kepada Bakehyun? 142

Ada sebuah kursi setelah mereka cukup jauh melangkah di taman. Chanyeol lantas menarik Baekhyun dan mengajaknya duduk. Pria itu melirik semua orang yang menaruh minat sebelum kembali menangkup wajah Baekhyun yang kian memerah. “Kau kenapa?” Gumamnya pelan. Baekhyun menyahut dengan bersin yang intens lalu menunjuk buket bunga yang sedari tadi ia peluk. Ekor mata Chanyeol melirik keadaan sekitar, ia melihat paparazzi di beberapa titik dan pengunjung taman semakin menaruh minat terhadap kebersamaannya dengan Baekhyun. “Mereka sudah cukup mengambil gambar, kita sudahi saja ini.” Chanyeol kembali bersuara seraya merebut buket dari tangan Baekhyun. Bukan salahnya jika ia tidak tahu bahwa Baekhyun alergi terhadap serbuk sari. Baekhyun mengangguk setuju sebelum mengikuti Chanyeol dan bangun dari kursi dan berjalan meninggalkan area taman. Setelah kembali ke dalam mobil Baekhyun merapatkan mantel dan menggesek telapak tangan pada kedua lengannya. Bersinnya bertambah intens dan itu tak luput dari perhatian Chanyeol. “Aku akan mengantarmu pulang.” Baekhyun menggeleng kecil, wajahnya kian memerah dan alerginya mulai semakin mengacau, ia tidak akan merasa lebih baik sebelum melakukan satu hal. “Maaf.” Cicitnya sebelum meraih tangan Chanyel dan menghirup udara di telapak tangan besar itu. “Sebentar saja...” ia menangkup telapak tangan Chanyeol dan menenggeamlan sebagian wajahnya di sana.

143

“Sebentar saja...” wanita itu masih bergumam seraya memejamkan mata. Ada satu yang membuat keterkejutan Chanyeol tidak mengemuka, ia bahkan tidak menarik diri dan menepis apa yang Baekhyun lakukan saat ini. “Apa yang kau lakukan?” Tanyanya seraya memperhatikan si mungil yang mengendus telapak tangannya dengan intens. “Aku tidak tahu. Aku selalu merasa lebih baik setelah mengendus telapak tangan ayahku. Ini... sama. Kalian memiliki garis tangan yang sama.” Tukas Baekhyun seraya meneliti telapak tangan Chanyeol sebelum kembali mengendusnya. Dan pada akhirnya Baekhyun merindukan pria paruh baya itu. Wajah Baekhyun yang mungil nyaris tenggelam dalam telapak tangan Chanyeol yang besar, hal itu yang membuat si pria memutar tangan dan menggenggam wajah mungil itu hingga si empunya melemparkan protes keras. “Jangan konyol, kita pulang sekarang.” Baekhyun menyempatkan diri menggigit pergelangan tangan Chanyeol sebagai bentuk pembasalan lalu mencebi kecil setelahnya. “Kau tidak bermain solo sebelum menjemputku hari ini bukan?” “Huh?” Alis Chanyeol bertaut. “Maksudku kau tidak menggenggam kemaluannmu sebelumnya bukan? Kau tidak bermain solo dan mengocok—“ Chanyeol refleks membungkam mulut Baekhyun lalu melotot pada wanita itu. “Apa yang salah dengan otakmu?” Baekhyun menarik diri. “Aku hanya bertanya. Akan sangat tidak lucu jika aku mengendus tangan yang sebelumnya sudah terkontaminasi dengan sper—“ 144

“Hey!!!” Chanyeol geram bukan kepalang sebelum menjepit bibir Baekhyun dengan ibu jari dan telunjuk. “Demi Tuhan kenapa pikiranmu seliar itu?” Baekhyun meronta seraya memukul lengan Chanyeol karena aksesnya untuk berbicara terblokir. “Kau merusak lipstikku!!” Serunya tak terima. “Aku hanya bertanya, apa yang salah? Lagipula ya sudah kalau tidak bermain solo. Itu bagus!” Chanyeol nyaris meremas kepala karena merasa frustasi, sementara perbendaharaan kata menguap entah kemana. Bagaimana bisa wanita bernama Byun Baekhyun dibiarkan bereksistensi di dunia?

~oOo~ Heechul kembali mengambil alih tugas Woozi setelah jadwal Hani dan Hyena sedikit senggang. Decak keras tak henti-hentinya terlontar setelah mengetahui reaksi publik atas foto-foto kencan terbuka artisnya yang sudah tersebar luas di internet. Ada yang merespon seadanya, ada pula yang mendukung dan tak sedikit yang meninggalkan jejak dengan komentar kebencian; sebenarnya yang ini lebih mendominasi. “Wah wah pasangan yang sedang kasmaran, berkencan di taman haneul di bawah langit musim gugur. Hmm...” Heechul memicing setelahnya. Foto-foto Baekhyun dan Chanyeol yang kini ia teliti. Matanya memicing perlahan, merasa foto-foto mereka terlalu pas dan rapi untuk diambil oleh seorang paparazzi secara diam-diam. Mereka terlihat seperti dua pemain drama dalam satu layar yang telah diset sedemikian rupa. 145

Atensi Heechul lalu beralih pada Baekhyun yang kini tengah memenuhi panggilan dari acara talkshow dan mulai berbincang kecil dengan pembawa acara. “Pertanyaan terakhir—oh ini mungkin agak sedikit sensitif.” Baekhyun tersenyum ketika audience berseru, tahu sang pembawa acara akan mengajukan pertanyaan seperti apa. “Kita semua tahu belakangan media dihebohkan dengan kabar kencanmu dengan Park Chanyeol.” Baekhyun menatap audience lalu tersipu malu dan tersenyum anggun di balik telapak tangan. Heechul di belakang stage mencebi. “Bagaimana tanggapan Park Chanyeol untuk debutmu dalam drama?” “Oh... dia sangat suportif, aku mendapatkan banyak dukungan dan pembelajaran darinya, dia menempatkan diri menjadi seseorang yang bisa aku andalkan, dan... perasaan itu semakin baik. Kami semakin membaik dalam segala situasi.” Audience berseru karena rasa haru meski tak sedikit yang hadir mencebi karena merupakan haters Baekhyun. Tepuk tangan yang dipimpin oleh seorang kru mengakhiri sesi acara. Lampu kamera sudah dimatikan dan Baekhyun bergegas menuju back stage. Dengus jengah lolos, ia memutar bola mata ketika mengingat lagi apa jawaban yang ia berikan atas pertanyaan yang berhubungan dengan Park Chanyeol. Tentang pria itu, Baekhyun ingat sudah membuat janji temu setelah jadwalnya hari ini selesai. Pria itu mengatakan sudah mereservasi sebuah restoran untuk mempertemukannya dengan Arata.

146

Sekali lagi Baekhyun mendengus, jika bukan karena kesepakatan maka Baekhyun akan berpikir dua kali sebelum menjadikan dirinya obat nyamuk di restoran nanti. Baekhyun dan Heechul meninggalkan gedung stasiun televisi dan bergegas menuju sebuah pub untuk bertemu dengan seorang produser film. Jika beruntung nama Baekhyun akan masuk ke dalam jajaran pemain film bergenre horror. Dan Baekhyun mengincar peran sebagai ratu zombie yang buas. Minivan itu melaju untuk menuju jadwal terakhir Baekhyun hari ini, setengah perjalanan yang dilalui dan ponsel Baekhyun berbunyi. Nyaring. “Ya, hallo?” Baekhyun menjawab telepon masuk seraya memejamkan mata. “Baekhyun? Byun Baekhyun?” Mata Baekhyun seketika terbuka kala mendengar seseorang di sana memanggil namanya dengan aksen Daegu khas kampung halamannya. “Ini bibi Choi!” Alis Baekhyun bertaut mencoba mengingat dengan jelas. “Ini bibi Choi!” Wanita di seberang sana terdengar semakin panik. “Oh ya bibi Choi, bagaimana kabarmu?” Baekhyun ingat bibi Choi adalah tetangganya di kampung halaman. “Itu tidak penting! Aku menelepon dari rumah makan ayahmu. Ada beberapa orang yang datang menghancurkan rumah makan!” Dahi Baekhyun semakin mengernyit kala mendengarkan dengan seksama. “Ayahmu terluka! Mereka menghajar ayahmu! Oh Tuhan! Banyak darah di sini, aku sangat panik dan cemas, ambulans 147

membawa ayahmu ke rumah sakit, luka tusuk di perutnya cukup parah!” Saliva itu mulai sulit untuk Baekhyun telan sementara korneanya melebar dua kali lipat, seperti dihantam keterkejutan maha dahsyat, ponsel yang menempel di telinganya kini tergeletak jatuh tanpa disengaja. “Ada apa?” Heechul menarih curiga di balik kaca spion. “Eonnie... Ayah... Ayahku dilarikan ke rumah sakit, ada yang meghancurkan rumah makan dan mereka melukai Ayah.” Dahi Heechul mengeryit mendapati Baekhyun meratap dan melemas, tanpa pikir panjang ia segera memutar balik menuju subway terdekat. “Ini terlalu mendadak, kau bisa naik kereta menuju Daegu, aku akan membereskan urusan dengan produser Kang.” Heechul lantas memakaikan makser dan mantel pada Bakehyun kemudian memegang kedua bahunya yang tak lagi kokoh. “Dengar, sembunyikan wajahmu dari semua orang. Fokuskan pikiranmu dan berhati-hati. Semuanya akan baik-baik saja.” Baekhyun mengangguk lemas sebelum turun dengan langkah cepat menuju stasiun kereta bawah tanah.

*** Baekhyun menghabiskan kurang lebih tiga jam di dalam kereta yang membawanya menuju Daegu. Wanita itu menuruti peringatan yang Heechul beri, menunduk menyembunyikan wajah dan bahkan kesedihannya. Tenaganya nyaris tak tersisa karena perasaan terkejut dan cemas yang yang tak henti-hentinya menghantui. Skenario terburuk kerap terbayang-bayang meski dengan cepat ia meyakinkan diri bahwa Tuhan tidak akan 148

sekejam itu membiarkan dirinya terus-menerus dirundung kemalangan. Pikirannya tidak bisa tenang, tidak akan sebelum mengetahui kondisi terkini ayahnya. Pria yang begitu ia sayangi. Baekhyun sempat menyesali perasaan panik yang merundungnya sebelum sampai di Daegu, kini ia harus mengandalkan telepon umum untuk bertanya kepada setiap orang ke rumah sakit mana ayahnya di larikan mengingat ia meninggalkan ponselnya di dalam minivan bersama Heechul. Tidak lama setelah menaiki taksi, Baekhyun sampai di rumah sakit atas informasi orang terdekat. Ia melangkah tak sabaran sebelum bertemu dengan bibi Choi yang semula memberitahu tentang kejadian nahas yang menimpa ayahnya. Wanita itu jatuh ke pelukan bibi Choi lalu mulai tersedusedu. Ia menahannya selama perjalanan dan tak sanggup menyembunyikan kesedihannya lebih lama. “Ayahmu tengah dioperasi.” “Bagaimana bisa itu terjadi?” Bibi Choi mengajak Baekhyun untuk duduk dan menenangkannya. “Beberapa pria misterius mengacau di rumah makan Ayahmu, aku pun tidak tahu siapa mereka. Keadaan menjadi sangat kacau saat mereka menghajar Ayahmu dan menghancurkan segalanya.” Baekhyun menggigit bibir lalu menatap pintu ruang operasi dengan nanar. “Apa Ayah akan baik-baik saja?” Bibi Choi mengangguk lalu menyeka air mata Baekhyun. “Ayahmu akan baik-baik saja, kita doakan yang terbaik agar operasinya berjalan dengan lancar. Baekhyun mengangguk meski masih belum sanggup membendung kesedihan. Siapa yang tega melakukan hal kejam itu kepada keluarganya? 149

~oOo~ Chayeol mereservasi restoran itu bukan tanpa maksud. Selain ini memberi banyak kesan kepada Arata, ia pun tidak ingin permohonan maafnya berakhir sia-sia. Kehadiran Baekhyun adalah tameng untuk tidak menimbulkan kecurigaan dari staf restoran, juga sebagai penawar. Chanyeol membutuhkan wanita itu untuk menjelaskan segala hal kepada Arata. Ia tidak sanggup jika kekasihnya itu terus menerus marah karena kesalahpahaman. Maka ketika mengetahui Arata mempunyai jadwal keartisan di Korea, Chanyeol dengan cepat menyusun siasat. Meskipun kini ia mulai merasa cukup resah. Baekhyun belum menunjukkan tanda-tanda kehadiran ketika Arata dan dirinya sudah terlibat dalam keheningan yang menyiksa selama satu jam. “Apa yang kau akan coba jelaskan?” Arata mulai merasa jengah karena Chanyeol terkesan mengada-ada selama satu jam terakhir.. “Dia akan datang, sayang. Ku mohon tunggulah sebentar.” “Apa yang membuatmu berpikir aku mau mendengarkan segalanya darimu dan wanita itu?” “Aku mencintaimu.” Desis Chanyeol nyaris tanpa suara. “Aku sudah berulang kali mengatakan bahwa aku dan wanita itu hanya membuat sebuah siasat. Tidak lebih.” “Alasan dia belum datang setelah kau dan aku menunggu selama satu jam benar-benar tidak bisa ku toleransi! Aku ke sini dengan sebuah harapan besar, tapi kau terlihat tidak bersungguh-sungguh dengan ucapanmu. Apa artinya kita selama dua tahun?” “Berhenti menyimpulkan. Kau mengenalku dengan baik. Aku mencintaimu!” 150

“Pembohong! Kau mencium wanita itu di depan mataku. Apa sekarang hanya aku sendiri yang mempunyai orientasi seksual yang menyimpang?” Chanyeol kehilangan kosa kata, tidak tahu lagi harus menjelaskan kebenaran dengan cara apa ketika kekasihnya sudah termakan api cemburu. Diamnya Chanyeol membuat Arata semakin kecewa. Pria itu bangkit dari kursi. “Jadi benar hanya aku saja yang mencintaimu? Kau tidak?” Chanyeol menggeleng, mencoba meriah tangan Arata namun tidak ingin mengudang curiga staf restoran.. Ia lantas mengejar pria mungilnya. “Ku mohon tunggu sebentar lagi, dia pasti datang dan menjelaskan semuanya padamu. Ku mohon...” Arata tidak mengindahkan permohonan Chanyeol dan memilih masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kekasihnya seorang diri. Chanyeol nyaris mengerang di sana, ia mencoba menghubungi nomor Baekhyun untuk ke sekian kali namun hasilnya tetap sama, sulit. tersambung, lantas tangannya terkepal dan kini ia jelas tahu siapa yang pantas untuk disalahkan.

151

Chapter 8 Baekhyun menunggu sekian jam sampai pintu ruang operasi itu terbuka. Kaki yang semula kehilangan kekuatan untuk menopang seluruh tubuh itu kini berlari menuju brangkar yang menggiring ayahnya di sana. Pria paruh baya itu terpejam dan menghancurkan hati Baekhyun dengan telak. “Ayah...” cicitnya seraya mengekori para perawat yang mendorong brangkar menuju ruang rawat intensif. “Syukurlah luka tusuknya tidak mengenai area vital. Tuan Byun akan siuman segera setelah efek biusnya hilang.” Sang dokter bedah yang cukup terkejut mengetahui bahwa pasien yang ia bedah adalah ayah dari seorang selebriti populer itu menjelaskan dengan lugas. Baekhyun membungkuk sopan sebagai bentuk rasa syukur. Lantas ia ditinggalkan oleh para ahli medis dan duduk di samping brangkar ayahnya. Menggenggam tangan besar itu dengan erat. Perasaanya belum tenang meski dokter telah meyakinkan bahwa ayahnya akan baik-baik saja, tubuhnya masih dialiri getar samar karena keterkejutan itu tak kunjung lenyap. Lalu ia kembali terngiang akan penjelasan bibi Choi tentang orang-orang yang menyerang ayahnya juga menghancurkan usaha rumah makannya. Baekhyun menunduk dan memejamkan mata. Mengapa sulit sekali bernapas dengan lega tanpa sebuah perkara? Mengapa Tuhan selalu membiarkan cerita tentangnya dipenuhi oleh ragam kemelut yang tak berkesudahan?

152

Baekhyun bisa tahan dengan tatapan merendahkan dari setiap orang, ia masih bisa mengedikkan bahunya acuh jika menemui banyak komentar kebencian di laman akun media sosial, ia pun sanggup menebalkan muka jika diharuskan berperan menjadi sosok penjilat demi mencapai sebuah obsesi atas dasar sebuah perintah. Baekhyun serupa pilar kokoh yang sulit terjamah angin hujan gerimis tentang semua itu, namun pertahanan dirinya akan goyah jika itu tentang sang ayah. Mendapati sosok paruh baya itu terpejam dalam kesakitan membuatnya payah, sulit baginya membendung kesedihan yang selama ini cukup sulit diterobos oleh para pembenci. Dan wanita itu menangis lagi. “Bertahanlah, Ayah... kau harus bangun.”

~oOo~ Chanyeol yang ketus kembali terlihat di layar kaca. Sejak lima hari terakhir pria itu selalu terlihat marah dan sedikit menakutkan bagi orang-orang di sekitarnya. Pria itu tidak mengajak siapa pun berbicara, ia aka berkutat di dalam studio atau menghadiri undangan ceo agensi. Excellent Soul dijadwalkan menggelar konser asia dalam waktu dekat dan Chanyeol kesulitan mengontrol konsentrasi karena masalah pribadi yang belum menemuin titik penyelesaian. Sejak saat itu Chanyeol berhenti menghubungi Baekhyun meskipun ia ingin sekali mengamuk dan menyalahkan wanita itu atas kekacauan yang diperbuatnya. “Bisakah kau tersenyum sedikit? Apa yang akan dikatakan oleh staf variety jika wajahmu ketus seperti itu?” Chanyeol tidak menyahut, ia memang tengah dalam suasana hati yang tak kunjung membaik selama beberapa hari ke 153

belakang. Fakta bahwa Arata telah kembali ke Jepang tanpa memberinya kesempatan untuk menjelaskan segala hal adalah alasan utama mengapa Chanyeol merasa begitu buruk hingga saat ini. “Apa kau bertengkar dengan kekasihmu?” Chanyeol menoleh seketika. “Baekhyun...” Lalu Chanyeol menghela kecil. Ia pikir Yongmin tahu tentang hubungannya dengan Arata. “Dua hari lalu aku bertemu dengannya dan juga Heechul. Dia juga terlihat tak bersemangat sama sepertimu. Aku bertanyatanya apa kalian bertengkar.” “Tentu dia harus merasa buruk karena telah mengacaukan segalanya.” Gumam Chanyeol. “Huh? Apa katamu?” Chanyeol mengibaskan tangan. “Setahuku Baekhyun juga menjadi bintang tamu variety kali ini. Kalian mungkin akan bertemu, jadi ini kesempatanmu untuk memperbaki hubungan dengannya. Jangan sampai membuat penggemar berspekulasi, hubunganmu dengan Baekhyun adalah sesuatu yang paling disoroti oleh media, jadi berhati-hatilah.” Tangan Chanyeol terkepal, ia tidak tahu kapan akan meledak mengingat kemarahannya kepada Baekhyun mulai semakin membuncah.

~oOo~ “Ayah mengerti, kau tidak perlu cemas. Bibimu datang dan merawat Ayah dengan baik. “Pastikan Ayah meminum obatnya. Oh, aku merasa buruk karena meninggalkanmu dengan cepat. Heechul Eonni memang 154

tidak mempunyai kuasa untuk membatalkan jadwal yang sudah ditentukan." “Tidak perlu merasa buruk, Ayah sudah membaik dan kau hanyua harus fokus pada pekerjaanmu.” Baekhyun menggigit bibir lalu mengangguk seolah ayahnya dapat melihat dirinya saat ini. “Aku akan pulang ketika jadwalku senggang. Aku mencintaimu, Ayah.” “Putriku yang cantik, Ayah juga mencintai Baekhyunku yang berharga.” “Nanti ku telepon lagi, syutingnya sebentar lagi dimulai.” Baekhyun lantas memutuskan panggilan, menyerahkan ponsel milik Heechul mengingat ponselnya rusak karena terbanting setelah mengetahui kejadian buruk yang menimpa ayahnya. Sejak awal ia tengah melakukan touch up dibantu oleh make up artist, untuk memastikan riasannya tetap utuh sebelum variety yang ia bintangi dimulai. “Park Chanyeol di sini.” Heechul menunduk berbisik seraya menyenggol lengan. Baekhyun mendengus kasar. “Mengapa akhir-akhir ini mereka senang sekali mempertemukan kami dalam satu acara?” Gumamnya pelan. Baekhyun tahu mereka semua sengaja menciptakan kecanggungan demi persentase rating acara. Mereka tak bertemu selama satu pekan, lalu kini mereka berpapasan. Baekhyun mencebi karena Chanyeol tidak menoleh dan seperti biasa, bersikap ketus dan menganggap semua orang luput dari pandangan. Seorang staf berseru, menyuarakan informasi terkait dimulainya acara dalam beberapa menit. Lalu mereka memulai

155

syuting dan membentengi diri dengan profesionalitas masingmasing. Empat orang selebriti yang hadir sebagai bintang tamu mengikuti jalannya syuting dengan baik, mereka tampak menikmati satu jam acara dengan host pilihan meskipun Baekhyun lebih banyak merasakan kecanggungan karena mereka kerap menyinggung hubungannya dengan Park Chanyeol yang juga menjadi bintang tamu. Lalu setelahnya mereka mengakhiri segala hal. Syuting selesai tepat waktu dan beberapa selebriti telah meninggalkan lokasi untuk memenuhi jadwal lain. “Kris mengirim pesan singkat. Dia tahu Park Chanyeol juga datang sebagai bintang tamu.” Baekhyun melirik layar ponsel Heechul dan membaca isi pesan. From: Boss Aku sudah menghubungi beberapa paparazzi di restoran, tanggal comeback Ladies akan dirilis besok. pastikan Baekhyun dan Chanyeol makan malam bersama. Aku ingin efek kencan mereka sampai pada perilisan teaser dan menjadi trending. “Kurasa dia benar-benar sinting karena terlalu mencintai uang dan reputasi.” Baekhyun sedikit bersungut-sungut. Ia lantas melirik Chanyeol yang tengah berpamitan kepada staf acara. Melihat ekspresi wajahnya yang beku membuat Baekhyun sedikit sangsi akan berhasil mengajaknya makan malam.

156

“Aku sudah mengirim pesan kepada Yongmin agar memberi kalian waktu untuk berbicara. Kau bisa menemui Chanyeol di lantai basement.” “Hmm... mengapa aku harus melalui semua kerumitan ini.” Gumam Baekhyun lalu melewati Heechul dan melangkah menuju lantai basement. Wanita itu memastikan Chanyeol memasuki minivan yang tepat sebelum langkahnya terurai cepat, menyusul dan berwaspada akan perhatian setiap orang di sana. Baekhyun baru dapat bernapas lega setelah membuka pintu minivan yang sama dan masuk. Chanyeol menautkan alis dan bertanya-tanya. “Mau apa kau? Turun.” Baekhyun menatapnyya sejenak seraya sedikit keheranan. Kenapa dia terdengar lebih galak dari biasanya? Bahkan aura dingin yang terpancar sanggup membuat tengkuk Baekhyun meremang. “Oho... apa aku tidak boleh bertemu kekasihku?” Baekhyun lantas mencairkan suasana seraya mencolek dagu Chanyeol sebelum ia terperanjat karena pria itu menepis tangannya dengan kasar. “Siapa yang kau sentuh?” “Hey... aku hanya—“ “Apa memang bakatmu menyentuh setiap laki-laki tanpa merasa sayang terhadap harga dirimu?” Kernyit di dahi Baekhyun mengemuka. Chanyeol berdecak. “Tak heran semua orang memberimu julukan wanita murahan.” Tukasnya dengan menohok. Kornea Baekhyun melebar, mulutnya kelu. Tidak pernah menduga bahwa Chanyeol akan bereaksi keras bahkan sedikit keterlaluan. 157

“Kenapa kau marah?” Chanyeol melirik dan menatapnya tajam. “Kenapa katamu? Ku tanya apa yang kau lakukan di sini?! Huh?!” Ketika pria itu kesulitan menghubunginya untuk menjelaskan segala hal kepada Arata. Chanyeol semakin marah mengingat hubungannya dengan Arata kini berada di ujung tanduk. “Kau tahu... aku ingin mengajakmu makan malam.” Ekspresi wajah Baekhyun masih dipenuhi tanda tanya akan apa yang membuat Chanyeol terlihat begitu marah. “Untuk apa? Ha! Jangan bilang kau menganggap hubungan kita serius?” “Tentu tidak! CEO ku menghubungi beberapa paparazzi dan kau tahu... nanti di restoran kita akan—“ Baekhyun berjengit karena kepalan tangan menghantam kaca mobil. Wanita itu terkejut hebat dan matanya melotot tak percaya atas amarah Chanyeol yang membabi buta. “Kenapa kau sangat tidak tahu malu? Apa kau dan agensi murahanmu itu sedang memanfaatkanku? Demi Tuhan tidakkah kau merasa malu, Byun Baekhyun? Aku bahkan merasa buruk dengan eksistensimu di dunia hiburan! Kau seperti parasit!” “I-itu sedikit kasar.” Baekhyun terbata karena mulai tercubit dengan kalimat-kalimat penuh bentakan yang Chanyeol lontarkan. “Kasar? Bukankah kau sudah terbiasa mendapatkan kebencian dari orang-orang? Untuk apa membentengi diri, kau sudah kehilangan urat malumu sejak lama.” Baekhyun mundur dan menunduk, bola matanya bermain arah. “Kau bahkan berani mengingkari kesepakatanmu denganku, kau benar-benar perusak, Byun Baekhyun!”

158

Baekhyun seketika menoleh lalu mulai mencerna apa yang Chanyeol katakan, sesaat ia berpikir lalu sadar bahwa memang ada janji yang tidak ia tepati. “Aku... Demi Tuhan aku lupa dengan hal itu, maaf. Maafkan aku. Situasiku mendesak hari itu. Apa Arata masih di Korea? Aku akan menemuinya dan—“ “Jangan pernah berani menyebut nama kekasihku dengan mulutmu yang kotor!” Baekhyun kembali dihantam jutaan belati karena kalimat yang Chanyeol lontarkan. “Kau tidak pantas menyebut nama kekasihku sesuka hati! Kau... kau dan agensimu hanya memanfaatkan semua ini demi keuntungan kalian. Kenapa? Apa aku salah?” Chanyeol lantas terkekeh dengan nada jengah. “Kenapa tidak sekalian kau bermain dengan CEO mu mengingat harga dirimu tidak lagi berlaku untuk menjunjung derajatmu yang—“ Kalimat pedas dan menyakitkan itu diinterupsi oleh tamparan keras yang Baekhyun layangkan. Mereka berdua terjebak dalam keheningan untuk beberapa saat. Bahu Baekhyun naik turun, matanya memanas dan berkaca-kaca. “Aku... aku adalah putri yang sangat berharga bagi Ayahku. Tidakkah... tidakkah kau merasa buruk kepada Ayahku karena mengatakan hal-hal menyakitkan itu?” Baekhyun terbata lalu beringsut, bahunya bergetar hebat sementara tangannya terulur dan membuka pintu. Wanita itu keluar dengan sesak yang mengendap. Langkahnya sulit terurai karena apa yang Chanyeol ucapkan lebih menyakitkan dari mereka para pembenci yang kerap hadir di kolom komentar media sosial.

159

Sepeninggalnya Baekhyun, Chanyeol masih di sana menatap pintu minivan dengan lekat, meskipun masih dikuasai oleh amarah namun kini bola matanya bergerak tak tentu arah.

*** Baekhyun sampai di apartemen seorang diri. Demi menghindari rentetan pertanyaan dari Heechul atas wajahnya yang berantakan, ia memilih memesan taksi untuk pulang. Kini ia berdiri di depan cermin tinggi, menatap refleksi dirinya dengan tatapan sayu. Tanganya terulur menyeka wajah lalu ia melangkah gontai menuju ranjang dan medaratkan punggungnya di sana. Rasa lelah akan segala hal masih bergelayut ketika dering bel berbunyi. Baekhyun mengerjap pelan sebelum bangkit dengan malas. “Paket untuk Miss Byun Baekhyun. Silahkan tanda tangan di sini.” Baekhyun sempat merasa heran karena tidak memesan apapun melalui e-commerce. Meskipun bertanya-tanya ia tetap menandatangani invoice sebelum menerima box berukuran sedang dari sang sang kurir. “Oh, ternyata kau sudah pulang. Syukurlah!” Suara lain terdengar. Baekhyun menoleh dan melihat Heechul yang baru saja keluar dari lift. “Apa itu? Lalu kenapa denhan wajahmu?” Baekhyun tidak menyahut dan memilih kembali masuk ke dalam. Wanita itu duduk di sofa dan meneliti box itu cukup lama. Merasa cukup penasaran lantas membukanya. Kernyitan di dahi mengemuka kala mendapati bau amis saat box itu dibuka. 160

Lantas tak lama kemudian ia menjerit dan melempar box berisi bangkai tikus dan selembar kertas berisi surat darah. Heechul ikut terperangah melihat isi box lalu dengan rasa jijik memgambil selembar kertas di dalamnya. Sudah ku bilang jauhi Chanyeol Oppa! Lain kali aku akan langsung menyuruh mereka menghabisi Ayahmu jika kau masih menjalin hubungan dengan Chanyeol Oppa, atau bahkan aku akan meminta mereka membakar rumah makan murahanmu. Jangan berbesar kepala karena Oppa mengencanimu, baginya kami penggemarnya adalah nomor satu. Apa kau paham, jalang sialan?! Heechul menutup mulut karena semakin terkejut sementara Baekhyun beringsut karena takut. “Siapa yang berani melalukan ini?” Geram Heechul seraya meremas surat darah tersebut lalu mendekat pada Baekhyun yang kini bergetar ketakutan. “Tidak apa-apa, kau akan baik baik saja. Mereka hanya penggemar yang tidak dewasa. Aku akan melakukan apapun untuk menangkap dan menuntut pelakunya.” Ini adalah hal yang serius, Baekhyun selalu mampu mengatasi kebencian dari setiap orang, tapi tidak kali ini. Wanita itu menunduk dan memeluk kaki, merasa begitu terintimidasi sekaligus terancam.

~oOo~ “Demi keamanan bersama mari kita lebih memperhatikan mereka, untuk saat ini aku akan melarang Baekhyun untuk menemui Chanyeol. Untuk sementara waktu. Begitu pun sebaliknya. Sampai keadaan sedikit kondusif.” 161

Yongmin yang masib terkejut dengan kejadian yang menimpa Baekhyun dan ayahnya mengangguk lemas lalu mengusap wajah. “Aku benar-benar tidak bisa mempercayai tindakan mereka.” Yongmin yang paling tahu bahwa Chanyeol mempunyai banyak penggemar fanatik, mereka kerap melakukan hal-hal tak terpuji, menguntit sang artis bahkan kini mengancam nyawa orang lain. Itu benar-benar sudah keterlaluan. “Aku merasa buruk terhadap Byun Baekhyun. Ini semua karena ulah penggemar Chanyeol yang fanatik.” Heechul menyesap minumannya hingga tandas. “Artisku masih syok, untung saja dia tidak mempunyai jadwal dalam beberapa hari.” Ia lantas bangkit dari kursi. “Kalau begitu kita sudah sepakat. Aku akan pergi sekarang.” Setelah selesai dengan urusan, Heechul pun bergegas meninggalkan kafe tempat di mana ia dan Yongmin bertemu. Sementara manajer Chanyeol itu masih tampak terkejut dan syok, ia tidak habis pikir akan kemalangan yang menimpa Baekhyun dan ayahnya hanya karena wanita itu menyandang status sebagai kekasih Park Chanyeol. Lebih parahnya lagi hanya sebagai kekasih palsu, Yongmin mengetahui banyak dari yang mereka kira. Yongmin tahu Chanyeol adalah seorang homoseksual dan mempunyai kekasihnya sendiri di Jepang. Ini semakin bertambah rumit.

~oOo~ “Apa sebenarnya alasan kalian berpura-pura menjadi kekasih? Apa kau pernah memikirakn konsekuensinya?” Chanyeol mengangkat kedua alis karena Yongmin datang ke studio dan secara tiba-tiba membahas hal tersebut. 162

“Jawab aku Park Chanyeol!” Chanyeol menghela kecil. “Aku dan Arata nyaris tertangkap basah oleh paparazzi. Aku tidak tahu bagaimana ceritanya Baekhyun pun berada di sana, di rumah Arata bersama Minako, sepupu Arata. Saat itu aku buntu.” Chanyeol mendengus lebih keras. “Aku tidak merasa mempunyai pilihan lain selain menjadikan Baekhyun kambing hitam untuk menutupi hubunganku dengan Arata dari media. Kau tentu tahu itu bukanlah hal yang bagus untuk karir kami.” Yongmin membeo tak percaya. “Baekhyun tidak sepenuhnya rugi atas skandal ini, dia dan agensinya justru memanfaakanku lebih jauh.” Tangan Chanyeol terkepal, mengingat kembali kemarahannya kepada Baekhyun. “Tidak akan ada masalah selama dia setidak tahu malu itu.” “Apa katamu?” Yongmin nyaris mengorek lubang telinga. “Tidak akan ada masalah katamu? Bagaimana dengan komentarkomentar kebencian yang Baekhyun dapat dari para penggemarmu?” Chanyeol mengangkat bahu. “Bukankah itu konsekuensinya? Kembali pada ucapanku, dia tidak sepenuhnya dirugikan. Dia dan agensinya bermain kotor dengan memanfaatkan hubungan kami.” “Lalu bagaimana dengan ini, penggemar fanatikmu menyewa gerombolan gangster untuk menghancurkan usaha rumah makan Ayahnya Baekhyun bahkan menghajar dan menusuknya dengan pisau! Apa kau tahu itu terjadi seminggu yang lalu dan Ayahnya Baekhyun nyaris meregang nyawa karena kejadian itu! Kau masih berpikir itu adalah konsekuensi yang pantas Baekhyun dapatkan? Tidakkah kau merasa buruk akan hal ini?” 163

Chanyeol tidak tahu ada cerita semacam itu. Yang ia tahu dirinya telah meledak-ledak dan menggunakan seluruh perbendaharaan kata untuk meluapkan emosinya terhadap Baekhyun malam itu. Dengan sangat kasar dan tak manusiawi. Tanpa tahu wanita itu telah mengalami sebuah kemalangan.

*** Chanyeol tidak merasa baik. Suasana hatinya bahkan memburuk. Untuk itu ia memilih melewatkan latihan bersama member, tidak bermaksud untuk melupakan profesionalitas, ia rasa perlu waktu untuk mengembalikan segala hal. Ia merasa buruk, bahkan lebih buruk. Yang bisa dilakukannya saat ini hanya berlari mengenakan sepatu dan jaket olahraga, pekatnya malam menjadi saksi sudah berapa lama pria itu mengelilingi taman di sekitar sungai Han ditemani keringat yang mengucur deras. Tanpa berkeinginan berhenti membakar kalori, Chanyeol tak mengindahkan rasa lelah, ia tidak peduli. Napasnya kian berderu, keringatnya mulai membuat basah jaket yang di pakai. Tidakkah... tidakkah kau merasa buruk kepada Ayahku karena mengatakan hal-hal menyakitkan itu? Mata Chanyeol memicing tajam, kakinya semakin gencar berlari. Ayahnya Baekhyun nyaris meregang nyawa karena kejadian itu! Apa kau tidak merasa buruk akan hal itu? Ya. Di mana hati nuranimu Park Chanyeol?” 164

Pria itu sepenuhnya berhenti, ia menunduk seraya meremas rambut. Inginnya berteriak keras karena merasa bodoh dan keterlaluan. Namun ia hanya sanggup menggeram dengan napas yang terengah hebat. Chanyeol menatap paving block itu dengan nanar sebelum renungannya akan segala sesuatu tergganggu oleh suara tangis seorang perempuan. Pria itu refleks mengusap tengkuk, merasa sedikit ngeri seraya menyapukan atensi. Ia lantas mundur beberapa langkah, di sekitarnya tidak ada siapapun kecuali orang-orang yang juga tampak sedang berolahraga malam di beberapa area yang sedikit berjarak. Tangis itu kembali terdengar. Yang ada dalam otak Chanyeol adalah sesosok wanita yang gemar bergelantungan di atas pohon dan memakai baju putih, ia lantas menggeleng, merasa sedikit berlebihan ketika otaknya menambahkan bahwa punggung wanita itu bolong. Chanyeol kembali mengusap tengkuk, nyaris menyerah dan berniat menyelamatkan diri dari hal-hal berbau mistis jika saja ia tidak dikaruniai mata besar. Di sudut pilar jembatan raksasa itu terlihat seseorang yang tengah duduk menghadap hamparan sungai. Chanyeol mendengus lega karena skenario mistis dalam benaknya terpatahkan. Ia hendak berbalik dan kembali menuntaskan olahraga malam jika saja telinganya yang lebar tidak cukup peka. “Park Chanyeol homoseksual itu! Aku akan mengiris kemaluannya seperti sosis darah yang dijual oleh bibi Kim di kampung halaman.” Wanita itu tersedu-sedu dari kejauhan lalu terlihat menandaskan satu kaleng bir penuh.

165

“Pria keji! Mulutmu yang kejam itu akan ku lumuri dengan saus kimchi buatan Ayah! Kau brengsek! Tak punya hati!” Chanyeol menggaruk tengkuk, mulanya sangsi untuk mendekat namun ia tahu tidak akan ada kesempatan di lain waktu. Tidak perlu indera ke enam untuk siapa wanita yang kini tanpa henti mengutuknya dengan racauan parau. Chanyeol bahkan mulai bertanya-tanya mengapa semesta gemar sekali mempertemukan mereka dalam ketidak sengajaan? Kakinya yang lebar mulai melangkah dan mendekat. “Lihat saja! Aku akan menjambak rambut dan menendang selangkanganmu dengan keras.” “Kau bisa melakukannya sekarang.” Baekhyun setengah mabuk lalu menoleh, memastikan dengan seksama sosok pria yang baru saja duduk di sampingnya. Ia mengerjap kecil karena efek alkohol yang membuatnya kesulitan mengenali siapa pria yang kini menatapnya? “Kau bahkan dipersilahkan untuk menamparku seperti sebelumnya. Aku akan menerimanya.” “Oh? Ini Park Chanyeol?” Mata Baekhyun sayu lantas tangannya terulur memainkan kedua telinga lebar Chanyeol yang menarik perhatian. “Hey! Kau pria jahat!” Chanyeol bergeming membiarkan wanita itu meracau. “Apa aku seburuk itu di matamu? Aku hanya memegang telingamu seperti ini, apa kau akan menyebutku wanita murahan lagi? Aku tidak! Aku tidak murahan! Ayah tidak pernah lupa mengingatkanku bahwa ada harga diri yang harus aku jaga. Tapi Kau...” Baekhyun beralih pada rambut Chanyeol dan meremasnya tanpa tenaga. “Kau bilang harga diriku sudah tidak berlaku!” Dan wanita itu kesulitan mengontrol diri, ia meraung 166

dan menangis dengan kencang. “Sudah cukup mereka mengataiku dangkal, atau manusia purba dinosaurus dan sebagainya! Bahkan ada yang rela membuat pesta megah jika aku mati. Mereka ingin aku mati!” Baekhyun semakin tersedusedu. Saat ini kesedihannya meluap. “Jika aku mati bagaimana dengan Ayah! Pria tua itu sering lupa memakai krim pegalinu, jika aku mati siapa yang akan mengingatkannya? Oh pria tua yang malang, perutnya berlubang! Dia diserang dan aku menunggu selama lima jam di depan ruang operasi!” Baekhyun kian meraung, menumpahkan segala hal seraya menunduk dan menempelkan dahinya pada dada Chanyeol. “Aku bersalah.” Pada akhirnya Chanyeol bersuara. Ia bergeming dan tak punya cukup nyali untuk menghadapi dunia dengan segala kesalah pahamannya, “Aku sudah keterlaluan. Untuk itu maafkan aku.” Baekhyun menggeleng pelan seraya memukul lengan Chanyeol berulang kali. “Brengsek! Bajingan tidak berhati. Sehebat apa kau sanggup menghinaku seperti itu?” Baekhyun kembali meraung hebat dan mengetukkan dahinya pada dada Chanyeol. “Aku bersalah, Byun Baekhyun. Maafkan aku.” Sebenarnya sebesar apa kesulitan yang Baekhyun alami hingga kini sosok yang terlihat bermental baja dari luar itu begitu meledak-ledak? “Aku tidak pernah ingin berada dalam situasi rumit seperti ini. Kau menyeretku sangat jauh tanpa berpikir apakah aku sanggup?” Chanyueol menunduk hingga mulutnya menempel pada puncak kepala Baekhyun. “Benar. Aku bersalah.” Dari segala kekesalan yang meledak, Chanyeol ingat Baekhyun tidak sekalipun menyalahkan dirinya atau 167

menghakimi Chanyeol dari berbagai aspek meskipun pria itu sadar ia pantas dihakimi atas kesalahannya. Lalu mengapa Baekhyun tidak menyinggungnya? Apakah ini kepribadiannya yang tersembunyi? “Ahh wangimu enak.” Baekhyun lantas kembali meracau tak jelas seraya mengendus bau tubuh Chanyeol yang sejatinya tengah berkeringat. Badan Chanyeol mematung dan menegang ketika ia berpikir untuk tidak menahan kepala Baekhyun yang semakin masuk dan menelusup ke dalam dadanya. “Tapi kau pria jahat!” Baekhyun merutuk kembali. “Tapi... wangimu enak. Boleh ku buka bajumu? Whoa! Tubuhmu sangat berotot!” “Err—tidak, tidak... kau sedang mabuk. Sebaiknya kita pulang. Aku akan mengantarmu.” “Benarkah? Ah betul! Jika ada wartawan yang melihat mereka akan merilis berita tentang ku dengan judul berlebihan seperti ‘Byun Baekhyun mabuk berat. Dia mungkin frustasi karena album grupnya tidak laku’” Baekhyun lantas terkekeh renyah. Chanyeol menggeleng kecil lalu mulai merangkul Baekhyun untuk bangkit. “Atau... mereka akan memberi judul seperti ini ‘Byun Baekhyun menunjukkan tanda-tanda gangguan jiwa karena mempunyai banyak haters’. Oho!!! Aku tidak peduli kepada para pembenci! Aku hanya akan berkarya, menghasilkan banyak uang dan membelikan Ayahku rumah yang bagus—apa Chanyeol tahu sebelum aku terkenal atap rumahku selalu bocor jika hujan datang.” Baekhyun melingkarkan lengan pada leher Chanyeol dan mulai berjalan sempoyongan dituntun oleh pria itu. “Jika hujan, aku dan Ayah kebasahan.” Wanita itu lantas menunduk 168

dan merengut hebat, matanya kembali berkaca-kaca dan kemudian ia meraung untuk ke sekian kali. “Lalu kami terserang flu dan demam bersamaan.” Chanyeol meringis kecil. Segala racauan Baekhyun tak luput dari pendengaran. Tidak menyahut bukan berarti tidak merasa prihatin, namun pria itu harus berkonsentrasi pada banyak hal saat ini, merangkul dan menuntun Baekhyun untuk berjalan, menyapukan atensi ke segala arah demi menghindari siapapun yang akan mengenali ke duanya, juga melangkah berat menuju tempat di mana mobilnya terparkir. “—lalu kucing itu ku beri nama Mimi, aku turun ke selokan itu untuk menyelamtkan Mimi yang nyaris hanyut.” Chanyeol mengangguki setiap racauan Baekhyun yang tidak berkesinambungan. Ia lantas mendengus lega setelah membuka pintu mobil dan memastikan Baekhyun sudah duduk di kursi penumpang. “Mau mendengar cerita lucu saat aku dan grupku gagal tampil di acara musik?” Chanyeol memasang sabuk pengaman lalu berniat menyalakan mesin mobil. Ia kemudian berjengit karena Baekhyun secara tiba-tiba naik ke atas pangkuan. “Astaga!” Chanyeol bergumam diiringi desis kecil. Ia tidak banyak mengeluarkan keluhan mengingat wanita mungil yang kini duduk di pangkuannya tengah mabuk. “Chanyeolie sangat wangi.” Gumam Baekhyun lalu mengendus leher Chanyeol yang telah terkontaminasi oleh keringat. “Bisakah kau turun?” Karena Chanyeol harus menjalankan mobil. Akan sangat konyol jika ia mengemudi sembari memangku Baekhyun yang tengah mabuk.

169

Baekhyun menarik diri lalu menatap Chanyeol dengan sayu. “Hmm jika ku lihat-lihat, Chanyeolie lebih manis dan lucu dibanding Sianku.” Sianku? “Anak nakal itu, dia selalu marah-marah jika aku menepuk bokongnya.” Menepuk bokong? Baekhyun lantas menangkup wajah Chanyeol lalu menghujani wajah pria itu dengan kecupan gemas. “Beruntunglah kau sangat manis. Jadi aku maafkan. Aku tidak marah pada Chanyeollie. Aku marah pada diriku sendiri karena... karena aku tidak berdaya dan diharuskan kalah oleh keadaan.” Chanyeol menahan napas dan kesabaran, jauh di dalam lubuk hatinya pria itu ingin sekali murka atas tingkah laku Baekhyun, namun posisinya sebagai orang yang paling bersalah menahan segala amarah. Ia lantas memicing menatap Baekhyun yang kini semakin menunduk dalam kesedihan. Pengaruh alkohol memang sanggup mendatangkan kejujuran dan Baekhyun tengah memperlihatkan apa yang selama ini disembunyikannya dari setiap orang. Tangan Chanyeol terulur lalu mengangkat dagu Baekhyun. Lantas ia terkejut mendapati wanita itu menangis kecil, tanpa racauan, tanpa merutuk. Hanya isak pilu dalam diam yang sanggup membuat Chanyeol menerka satu hal tentang karakter Baekhyun yang sesungguhnya. Tentu, terlepas dari segala hal memuakkan yang pernah diperbuat, Baekhyun tetap menyandang gelar sebagai makhluk Tuhan yang rapuh dan perasa. Dia wanita, dan apa yang telah Chanyeol lakukan terhadap wanita itu?

170

“O-oh! Tidak! Jangan muntah di sini!” Dan keadaan berubah menjadi tegang. Chanyeol panik melihat Baekhyun memegangi perut dan terlihat mual. Ia kesulitan bergerak karena wanita itu masih duduk di pangkuan lalu merasa tidak ada pilihan lain selain meraih topi di atas dashboard sebelum ia gunakan untuk menampung muntahan Baekhyun. Pria itu mengernyit lalu menepuk punggung Baekhyun berulang kali hingga wanita itu selesai dengan urusannya. Chanyeol kemudian membuka kaca dan membuang topi mahalnya, juga menetralisir aroma di dalam mobilnya yang menyebalkan. Baekhyun menyeka mulut dengan ujung lengan jaket yang Chanyeol kenakan sebelum akhirnya ia tumbang sepenuhnya di pelukan pria itu. “Hmm Chanyeolie punya bahu lebar... ini nyaman...” Chanyeol menahan diri untuk tidak mengerang kesal, sekali lagi hari ini ia akan membiarkan Baekhyun bertingkah laku sesuka hati mengingat Chanyeol bersalah kepadanya. Seraya menjernihkan pikiran, Chanyeol pun tengah memikirkan siasat bagaimana caranya membawa Baekhyun pulang ketika kini tubuhnya dipeluk dengan erat oleh si mungil yang memeluknya serupa anak koala. “Apa jadinya jika yang kau temui bukan aku melainkan pria dewasa yang menyukai payudara?” Chanyeol sedikit membenarkan posisi kala kedua gundukan sintal di dada Baekhyun menekan rusuknya dengan cukup rapat. Dan wanita itu duduk tepat di atas selangkangannya. “Berterima kasihlah karena aku adalah homoseksual.” Gumam Chanyeol lalu memutuskan menghubungi Yongmin untuk meneruskan pesan kepada manajer Baekhyun. 171

172

Chapter 9 Baekhyun merenungi segala hal setelah terbangun dalam keadaan pening. Ia terus meremas rambut dan bertanya-tanya, sebenarnya berapa banyak kaleng bir yang ia habiskan semalam? Heechul tidak banyak membantu selain memberitahu bahwa Park Chanyeol yang menghubungi wanita itu semalam. “Kenapa kau senang sekali mabuk di pangkuan Park Chanyeol?” Baekhyun mengingat semuanya, ia bahkan tak berhenti merutuk atas ulahnya yang memalukan. Janjinya menjauhi alkohol masih hanya sebatas niat tak tulus, buktinya kini ia kembali harus berurusan dengan Park Chanyeol disaat tak mampu mentolerir kadar alkohol di dalam tubuh. “Bilang saja kau iri karena tidak bisa dipangku oleh kekasihmu saat mabuk.” Baekhyun lantas mencebi. Heechul memang tidak mempunyai kekasih. Beekhyun tidak tahu apa alasan tepat Heechul memilih melajang selama tahunan, wajahnya bukan tipikal yang akan dijauhi laki-laki karena merasa geli. Harus Baekhyun akui bahwa sang manajer mempunyai modal visual yang bisa menjadi bekal untuk menggaet lawan jenis. Meskipun bagi Baekhyun ia tidak terkalahkan jika itu tentang visual. Baekhyun menganut paham bahwa kata-kata orang tua selalu benar. Dan ayahnya yang kerap menyebutnya wanita paling cantik di dunia adalah apa yang ia yakini sampai saat ini. “Berhenti membual! Habiskah sarapanmu dan bergegas!” Heechul mengingatkan Baekhyun pada jadwal padat yang akan dilalui hari ini.

173

Dalam diam Baekhyun menyantap pancake rendah kalori lalu mulai memikirkan satu hal ketika mengingat lagi pertemuannya dengan Chanyeol semalam. Aku bersalah, maafkan aku. Apa yang Chanyeol ucapkan semalam terdengar tulus. Baekhyun lantas mengernyit dan mengetukkan garpu pada meja makan. “Kenapa melamun? Apa ada yang mengganggu pikiranmu. Baekhyun menggeleng. “Hanya saja kepalaku masih terasa pening.” “Aku akan memesan sup pereda mabuk, jangan kacaukan jadwalmu hari ini.” Baekhyun mencebi lalu kembali menyantap sarapannya. Sepertinya aku harus melakukan sesuatu...

~oOo~ Tentang seorang penggemar fanatik yang menyerang Baekhyun dengan benda tajam hingga membuat wanita itu harus mendapatkan pertolongan medis beberapa waktu lalu masih menjadi perbincangan hangat di beberapa media. Bahkan Chanyeol turut diberondongi pertanyaan setiap kali bertemu dengan wartawan mengingat ia juga berada di sana saat kejadian itu berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan tentang kejadian yang sama tidak hanya ia dapatkan di tempat umum kala di mana para wartawan mengejarnya, pria itu pun harus membuka mulut dan berbicara dengan hati-hati saat pembawa acara sebuah variety yang kini menjadikannya bintang tamu mempertanyakan hal yang sama. 174

“Aku sangat mengecam keras tindakan-tindakan mereka yang di luar nalar. Membuat artis menjadi sangat tidak nyaman bahkan sampai melukai itu sungguh sesuatu yang tidak terpuji.” Chanyeol lantas menatap kamera dan matanya memicing serius. Ia ingat apa yang menimpa ayah Baekhyun karena ulah penggemarnya yang obsesif. “Jadi siapapun dan di mana pun kalian, tolong berhenti. Berhenti membuat jarak yang rapat, beri kami ruang. Kami akan sangat kecewa jika kalian mengatasnamakan kami para artis untuk mendapatkan pembelaan diri atas tindakan kalian yang di luar batas kewajaran.” Pria itu lantas beralih dan kembali menghadap pembawa acara variety setelah dengan tegas mengingatkan siapa pun yang telah melukai ayah Baekhyun. Program itu sudah pasti diputar di seluruh penjuru Korea, karena itu Chanyeol sengaja memanfaatkan situasi demi menghindari hal-hal yang sama terjadi lagi. “Aku secara pribadi sangat menghargai dan menyanyangi para penggemarku yang dewasa dan tertib di segala situasi, dan dengan kejadian yang baru-baru ini terjadi aku sangat menyayangkan hal tersebut.” Chanyeol tahu apa yang kini ia ucapkan akan mengundang berbagai reaksi dari publik. Ia tidak peduli jika harus mendapatkan kritikan dari setiap orang karena terlalu berani membahas masalah sensitif di muka umum, karena tidak ada yang sanggup membuatnya merasa buruk selain fakta bahwa ada orang lain yang terluka karena eksistensinya sebagai idola yang digandrungi dan menciptakan sebuah obsesi bagi beberapa penggemar. Chanyeol merasa bersalah, bahkan ia masih merasa begitu buruk.

175

~oOo~ Hershe menjadi salah satu pemenang di ajang musik tahunan sebagai grup wanita terbaik. Digawangi oleh Sohee sebagai leader, mereka berasal dari salah satu agensi raksasa yang menaungi banyak artis terkenal. Untuk itu mereka dituntut untuk selalu tampil maksimal tanpa sebuah kesalahan. Tuntutan itu pun yang membuat grup beranggotakan delapan orang itu tak permah absen memenuhi ruang latihan. Mereka bergerak mengikuti iringan musik, menari sesuai koreografi lagu selama dua jam terakhir, ditemani lelah yang bergelayut di wajah. Sohee terlihat fokus dengan gerakan di depan kaca besar lalu ia menggeram untuk ke sekian kali kala dilihatnya tarian beberapa member tidak singkron. “Stop! Stop!!!” Wanita itu berseru seraya memejamkan matanya dengan geram. Ia berbalik lalu menatap tajam salah satu member. “Apa kau bodoh? Kenapa gerakanmu selalu salah?! Huh?!” “E-eonnie...” Sohee yang mereka kenal tidak pernah berteriak selantang itu. “Ulang!” Tanpa berpikir panjang mereka kembali mengulang gerakan meski hasil yang didapat lagi-lagi tak memuaskan Sohee. Wanita itu murka lalu melempar botol air mineral ke sembarang arah sebelum meninggalkan ruang latihan dengan perasaan geram.

176

Sejujurnya para member telah bekerja keras menciptakan gerakan yang sesuai namun semuanya dianggap tidak becus karena suasana hati Sohee sedang tidak bagus. Mereka saling melempar pandang dengan keheranan sementara Sohee mengurai langkah menuju kantor CEO. Wanita itu merangsek pintu masuk meskipun sekretaris sudah mengatakan bahwa sang CEO sedang melakukan diskusi dengan salah satu trainee yang akan melakukan debut dalam waktu dekat. Sohee mendengus jengah mendapati Choi Seunghyun duduk bersebelahan dengan seorang trainee wanita, tidak terlalu terkejut mengingat pria itu adalah bajingan yang senang bermain wanita. “Keluar kau!” Sohee mendesis kecil pada tarinee wanita yang semula berbincang dengan Seunghyun. Setelah hanya tersisa mereka berdua, Sohee lantas menatap Seunghyun dengan tajam. “Kenapa kau menbiarkan aetikel Baekhyun bertahan di semua portal berita? Aku bahkan tidak menemukan satu pun berita tentangku! Apa yang kau lakukan sehingga tidak sebecus ini!” Sohee menjerit frustasi. Fakta bahwa Baekhyun semakin populer dan dekat dengan dua member Excellent Soul membuatnya berang. “Selalu Byun Baekhyun dan Byun Baekhyun! Mana janjimu yang akan membuatku menjadi artis paling terkenal?!” Sohee ingat dengan jelas ia diiming-imingi kesuksesan sebelum menanda tangani kontrak bahkan rela menjadi budak seks CEO agensinya tersebut. Namun hasil yang kini didapat sedikit melenceng dari harapan. “Apa maksudmu? Apa kau lupa aku mendebutkanmu dan membuat kau menjadi salah satu anggota girl group paling 177

populer?!” Seunghyun mengernyit, ia merasa sudah melakukan segala cara untuk membuat Sohee tetap berada di puncak kepopularitasan. Sohee memutar mata dengan jengah. Seunghyun memang telah memberikannya kepopularitasan namun kini terasa percuma jika Byun Baekhyun semakin mengudara. “Masalahnya kau tidak becus mempertahankan kepopularitasanku! Dengar, aku ingin namaku selalu berada di atas Byun Baekhyun! Lakukan apapun untuk menghancurkannya. Apapun!” Seunghyun berdecak lalu mendekat. “Kau menyalahkanku karena kini kau kalah bersaing dengan Byun Baekhyun?” Tanyanya dengan desis kecil lalu mencengkram dagu Sohee. “Aku sudah melakukan segala hal bahkan mendebutkan orang tidak berbakat sepertimu dengan member lain yang jauh lebih layak. Ingatlah satu hal, kau hanya pelacur yang merangkak padaku demi kepopularitasan. Tidak ada yang bisa menolongmu waktu itu kecuali tubuhmu itu. Berhenti merengek ini dan itu karena aku sudah muak.” Seunghyun lantas menepis dagu Sohee dan berbalik sebelum meneguk minumannya yang tersisa. Tangan Sohee terkepal erat, suasana hatinya tidak membaik dan ia benar-bebar murka saat ini. “Baik, jika cara mainmu seperti itu. Pelacur ini akan memastikan kau dan siapapun yang meremehkanku hancur! Aku tidak main-main, aku bisa menjatuhkanmu dalam hitungan detik Choi Seunghyun.” Seunghyun mengedikkan bahu. “Apa yang bisa kau lakuka ketika aku menyimpan seluruh bukti kongkrit hubungan kita selama ini? Kau akan berdalih dengan alibi pelecehan?” Seunghyun lantas terkekeh renyah. “Kau hanya akan merusak citramu bahkan karirmu akan redup dalam hitungan detik!” 178

Kornea Sohee melebar seketika, ia mulai terintimidasi dan membayangkan skenario terburuk tentang karir dan masa depan. “Brengsek!!!” Makinya dengan lantang lalu keluar dari ruangan sang CEO dengan amarah yang tak lagi dapat ia bendung.

~oOo~ Diam-diam Baekhyun mengosongkan jadwal hanya untuk berangkat ke Jepang. Mulanya Heechul sempat mengeluh namun Baekhyun berjanji akan pulang secepatnya begitu urusannya selesai. Keinginannya terpenuhi meskipun Baekhyun tetap harus berada dalam pengawasan, dan kini ia mencebi kecil pada Woozi yang melempar cengiran. “Ini pertama kalinya aku keluar negeri. Whoa, Jepang sangat indah.” “Woozi-a... belikan Noona latte.” “Baik, Noona.” Woozi lantas mencari coffee shop yang tersedia di area bandara. Baekhyun menunggu seraya menyilangkan kaki, ia menutup penampilannya dengan baik mengingat namanya mulai dikenal. Sejujurnya Baekhyun merasa sedikit tidak percaya karena keberangkatannya menuju Jepang sempat diberondongi oleh beberapa orang yang mengaku sebagai penggemar. Meskipun tidak banyak namun itu adalah hal baru bagi Baekhyun, itu bahkan kali pertama baginya memberikan tanda tangan kepada penggemar di area bandar udara. Dulu Baekhyun adalah orang asing, adapun namanya dikenal karena sensasi semata. Namun kini ia merasa keadaan sedikit berbalik. Dan diam-diam Baekhyun mensyukuri itu. “Minako?” 179

“Astaga, Baekhyun! Kenapa kau susah sekali dihubungi? Bagaimana keadaanmu? Aku sudah melihat beritanya, apakah itu semua benar?” “Aku baik. Aku sibuk menyelesaikan syuting dramaku. Tentang berita itu aku butuh waktu untuk menjelaskan dan sekarang aku sedang butuh bantuanmu.” “Katakan apa itu? Aku siap membantumu.” Baekhyun sedikit merasa gusar, ia memijit pelipis sebelum menghela kecil. “Aku berada di Jepang sekarang. Bisakah kau mengatur pertemuan antara aku dengan Arata, sepupumu?” Minako sempat bungkam selama beberapa saat sebelum Baekhyun dapat mendengarnya menghela kecil. “Apa ini ada hubungannya denganmu dan Park Chanyeol itu?” “Ya, kurasa. Aku perlu meluruskan sesuatu dengannya. Bisakah kau membantuku? Hanya kau yang dapat kuandalkan saat ini.” Baekhyun memohon dengan tulus. “Baiklah, baiklah. Aku akan mengatur pertemuan kalian besok.” “Oh! Terima kasih banyak, Minako. Aku sangat bersyukur kau dapat membantuku.” “Sekarang di mana kau? Haruskah kita bertemu?” “Aku sedang menuju hotel.” Baekhyun bangkit setelah melihat Woozi menenteng satu cup latte pesanannya. Wanita itu lantas melangkah keluar dari area bandara. “Sampai jumpa besok.” Baekhyun memutus sambungan telepon dan berharap urusannya esok hari dipermudah oleh Tuhan.

~oOo~ 180

Chanyeol menyelesaikan agenda terakhirnya bersama member lain tepat pukul sembilan malam. Mereka kini berada di luar kota setelah di jadwalkan mengisi sebuah iklan. Para member kembali ke hotel dengan wajah lelah, Chanyeol turun dari minivan menyusul yang lain. Tangannya tak berhenti menari di atas layar ponsel, mengirim pesan pada Arata meskipun kekasihnya itu masih belum menunjukkan tandatanda akan memberikan sebuah maaf. Pria itu lantas memilih berjalan di barisan akhir, ia bahkan sengaja menghindari semua orang ketika memutuskan menekan speed dial, mencoba menelepon Arata untuk ke sekian kalinya. Ponsel itu menempel di telinga, masih setia menunggu jawaban di dering ke sekian. Chanyeol lantas menghela pelan karena tak mendapatkan hasil yang diinginkan. Pria itu masih berdiri di depan gedung hotel dan berniat menyusul member lain sebelum sebuah insiden kecil menambah daftar lelah. “Maaf aku tidak—” Chanyeol memiringkan wajah, menunggu wanita yang menabraknya di depan pintu lobi itu melanjutkan kalimat. Lalu kernyit di dahi Chanyeol mengemuka karena mendapati wanita yang memakai topi dan masker wajah itu melotot, terlihat ketakutan seolah tengah melihat hantu. “Sayang, apa yang terjadi?” Chanyeol menoleh pada suara ketiga, lalu alis Chanyeol otomatis bertaut. “Choi Sajangnim?” Siapa yang tidak mengenal CEO agensi hiburan terbesar di Korea Selatan? Chanyeol bahkan pernah terlibat kerja sama dengan para aktris dari agensi tersebut dan cukup mengenal Choi Seunghyun. 181

“O-oh, Park Chanyeol.” Seunghyun terlihat terkejut lalu perlahan melirik Sohee yang menunduk di balik topi dan masker. “Sedang apa di sini?” “Saya dan member ada project iklan di sini. Kebetulan kami menginap di hotel ini.” Lalu Chanyeol melirik wanita yang Seunghyun gandeng dan bertanya-tanya siapa wanita itu? Lalu mengapa mereka terlihat panik dan terkejut saat melihat dirinya? “Oh, Excellent Soul grup besar pasti kalian sibuk.” Seunghyun menepuk bahu Chanyeol. “Kalau begitu kami permisi.” Ia tampak terburu-buru karena cemas identitas Sohee akan diketahui. “Sajangnim?” Langkah Seunghyun kembali diinterupsi saat ia hendak berjalan menuju mobil. “Tidak jadi masuk?” Chanyeol bertanya-tanya mengapa mereka mengurungkan niat untuk masuk ke lobi hotel. “Oh... ya, aku lupa ada urusan penting.” Alasan klise dan Chanyeol hanya mengangguk kecil, sejujurnya ia enggan berprasangka namun gelagat Seunghyun mengundang curiga, terlebih pria itu terlihat menyembunyikan identitas wanita yang ia bawa.

~oOo~ Baekhyun menghela napas kecil sebelum mengetuk pintu ruang artis yang disediakan oleh staf sebuah project drama Jepang. Baekhyun tidak sendiri, sebelumnya ia bersama Minako namun meminta temannya itu untuk memberi ruang karena apa yang akan ia bahas dengan Arata bersifat pribadi. Minako 182

memghormati keinginan Baekhyun dan menunggu mereka di luar. “Masuk.” Baekhyun menarik napas panjang untuk ke sekian kali lalu memutar knop pintu. Baekhyun melihatnya seorang diri di sana, di dalam ruangan itu. Mackenyu Arata, aktor top Jepang itu berbalik lalu menatap Baekhyun beberapa saat. “Hai...” Baekhyun menyapanya dengan canggung. “Minako mungkin sudah memberitahumu aku akan datang. Dan... terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk menemuimu.” Arata tak menyahut hingga Baekhyun berinisiatif mendekat. “Boleh aku duduk?” Arata mengangguk. “Oh, ada apa dengan kantung mata ini.” Baekhyun berseru lalu meneliti wajah Arata. Ia kemudian berdeham kecil ketika sadar atas tindakannya yang refleks. “Maaf, tapi... whoa, kulitmu benar-benar bagus.” Baekhyun kembali bereceloteh seraya menelit wajah Arata untuk kedua kali. “Ada perlu apa?” Arata merasa pantas bersikap dingin mengingat wanita yang kini menatapnya dengan binar kagum itu adalah alasan keretaka hubungannya dengan Chanyeol. Baekhyun menghela kecil lalu menunduk. “Ku mohon jangan salah paham. Aku dan Chanyeol tidak benar-benar memiliki hubungan istimewa. Dia adalah homoseksual sejati dan dia... mencintaimu.” Kening Arata mengkerut.

183

“Maksud kedatanganku kemari karena aku ingin meluruskan kesalah pahaman. Homo itu—tidak maksudku Chanyeol menciumku karena ingin menyembunyikan hubungan kalian dari paparazzi yang mengikutiku saat itu. Dia ingin melindungimu.” “Tapi kenapa harus menciummu?” “Benar! Dia memang sinting—“ Baekhyun refleks menutup mulut. “Kurasa dia tidak mempunyai pilihan lain dan merasa buntu saat itu. Oh, percayalah kami tidak memiliki hubungan khusus selain untuk kebutuhan media semata. Dia sangat mencintaimu.” Baekhyun lantas meraih tangan Arata dan menggenggamnya erat. “Percaya padaku dia tidak suka payudara.” Arata memalingkan wajah, sejak awal cara Baekhyun berbicara terkesan begitu ajaib. Ia seidkit terhibur dan merasa Baekhyun cukup menyenangkan. “Oh, ayolah percayalah padaku, tampan. Hentikan kesalah pahaman ini.” Baekhyun menangkup tangan Arata dan memohon kecil. Arata menatapnya serius. “Kenapa kau melakukan ini? Kenapa repot-repot datang ke Jepang hanya untuk menjelaskan semuanya?” Baekhyun menghela kecil. “Chanyeol tampak begitu takut kehilanganmu, dia mungkin tidak siap akan komentar semua orang tentang hubungan kalian meski bagiku cinta tetaplah cinta. Jadi aku ingin memberitahumu bahwa dia mengambil langkah ini untuk melindungi hubungan kalian.” Arata menggigit bibir lalu menunduk kecil. “Aku tahu dia mencintaiku.”

184

Sejujurnya Arata telah merenunginya sejak kemarin, ia tahu Chanyeol tidak akan mengkhianatinya. Pria itu hanya merasa kesal. “Benar. Dia mencintaimu.” Lalu Baekhyun melempar senyum bulan sabit yang biasanya ia gunakan sebagai jurus untuk mendapatkan perhatian. Arata balas tersenyum kecil. “Terima kasih.” “Ahh kau manis sekali.” Baekhyun berseru. “Jadi, apa skincare yang kau gunakan? Oh, aku mempunyai banyak keluhan tentang kulit wajahku yang sensitif seperti pantat bayi. Beritahu aku apa skincare mu!!” Baekhyun benar-benar ajaib dan sanggup membuat wajah ketus Arata berubah seratus delapan puluh derajat.

~oOo~ “Baekhyun datang dan menjelaskan segalanya.” “Jadi kau lebih memilih mendengarkannya daripada kekasihmu sendiri?” “Ahh jadi kau tidak senang aku memaafkanmu?” “Tentu saja aku senang.” Chanyeol bahkan sangat bahagia. Ia hanya merasa penasaran bagaimana bisa Baekhyun berhasil membujuk Arata? “Kalau begitu kau harus menemui Baekhyun dan traktir dia minum. Kau tahu, aku rasa aku menyukainya. Dia sangat lucu.” “Jadi kau sudah berpindah ke lain hati?” Chanyeol dengan nada menohok. Arata tertawa di seberang sana. “Bukan itu maksudku, sayang. Aku dan Baekhyun sekarang berteman. Dia 185

menyenangkan. Aku tidak tahu mengapa orang-orang membencinya.” Chanyeol yang membagi fokus pada jalanan itu lantas merenung beberapa saat. Apa yang Arata ucapkan sedikit menohoknya. Sejak awal ia selalu bersikap sinis kepada Baekhyun, dan ia tidak menyangka wanita itu rela menemui Arata untuk meluruskan kesalah pahaman yang semuala menyeruak. “Pokoknya kau harus menemuinya dan traktir dia minum. Jangan lupa sampaikan salamku.” Setelah mengucapkan kalimat cinta dan rindu Chanyeol lantas memutus sambungan telepon. Merasa perlu menuruti apa yang Arata inginkan, pria itu lantas menghentikan mobil di depan minimarket untuk membeli beberapa kaleng bir.

*** Baekhyun tidur seharian setelah pulang dari Jepang. Ia memanfaatkan waktu sebelum memulai kembali jadwal keartisannya esok hari. Wanita itu lantas menyeret langkah dengan malas setelah mendengar seseorang menekan bel apartemen dengan intens. “Siapa?” Baekhyun mengucek mata lalu melompat terkejut setelah membuka pintu. Ia lantas melirik segala arah dengan waspada. “Tidak ada paparazzi.” Baekhyun lantas menghela lega. “Lagipula sedang apa kau di sini?” Chanyeol mengangkat kantung plastik. “Bir?”

186

“Kenapa mendadak sok akrab? Ahh apa kau sengaja memancingku untuk mabuk agar kau bisa memegang payudaraku lagi?” Chanyeol menyentakkan kepala lalu masuk ke dalam apartemen Baekhyun tanpa permisi. “Lagipula ukuranmu tidak sebesar yang kau bicarakan.” “Hey! Punyaku besar!” Chanyeol duduk di atas sofa lalu menelisik setiap penjuru apartemen Baekhyun hingga atensinya berhenti pada bingkai foto raksasa berisi potret Baekhyun yang tengah berpose elegan. “Arata memberitahuku.” Chanyeol membuka kaleng bir lalu menyerahkannya pada Baekhyun. “Ahh, jadi kau ke sini untuk berterima kasih?” Baekhyun melompat duduk di samping Chanyeol lalu menyandarkan kepala pada bahu pria. “Oh, padahal hanya Jepang-Korea tapi aku merasa sangat lelah meskipun sudah tidur beberapa jam.” Keluhnya lalu meneguk bir yang Chanyeol beri. “Tapi untuk apa kau melakukannya?” Chanyeol menoleh hingga aroma wangi rambut Baekhyun menempel di hidung. “Hmm anggap saja aku memang jelmaan malaikat.” Baekhyun terkekeh. “Tidak perlu berterima kasih, tampan. Ratu sensasi ini hanya sedang senggang.” Chanyeol mengangkat bahu lalu tersenyum kecil di baik kaleng bir. “Haruskah aku befoto?” “Aku akan melemparmu ke jurang jika kau memasukanku ke dalam foto.” Baekhyun mencebi karena telah lebih dulu diperingatkan, ia lantas memotret diri bersama kaleng bir, berbagai pose centil dan aneh berhasil ia potret sebelum mengunggahnya ke laman media sosial. “Ngomong-ngomong 187

Arata sangat manis dan menyenangkan. Aku menyukainya.” Baekhyun berbicara dengan enteng lalu merasa ngeri mendapati Chanyeol memicing kecil. “Oh, tenang saja kawan. Aku tidak akan merebutnya darimu. Lagipula aku suka laki-laki yang gagah dan tinggi dan memiliki kejantanan yang perkasa.” “Hey! Haruskah kau menjelaskannya seperti itu?!” Chanyeol bersungut-sungut. “Memangnya kenapa? Aku hanya jujur. Arata itu tipikal pria manis dan lembut. Dia lebih cocok jadi suadaraku. Ugh! Kenapa kau cemburu, budak cinta!” Chanyeol mencubit pipi Baekhyun dan berniat menggunting bibirnya yang tak berhenti mencebi dan meledek jika saja bel pintu tidak terdengar. Mereka lantas beradu pandang, Baekhyun yang tengah membalas Chanyeol dengan menarik kedua telinga pria itu pun mendadak panik. “Siapa yang datang?” Baekhyun lantas pergi memeriksa sebelum ia lari terbirit-birit. “Ada Ayah!!! Ayahku di depan! Sembunyi! Kau harus sembunyi! Aku akan dihabisi jika ketahuan memasukkan pria ke dalam apartemen!” Baekhyun berseru panik lalu menggiring Chanyeol untuk masuk ke dalam kamarnya. Setelah selesai ia sedikit membereskan meja dan kaleng bir sebelum berlari membuka pintu. “Ayah!!!” Tuan Byun mengernyit. “Kenapa kau terkejut melihat Ayah?” Baekhyun membantu membawa barang bawaan sang ayah lalu menggeleng kecil. “Kenapa tidak memberitahuku akan datang? Bagaimana dengan perutmu? Bukankah dokter menyarankan untuk beristirahat saja?”

188

“Tidak apa-apa, kebetulan paman Kim mengantar bunga ke kota. Ayah menumpang kendaraannya karena sangat merindukan putri Ayah yang cantik.” Baekhyun merengut kecil lalu memeluk ayahnya. “Aku hanya cemas, aku pun merindukan Ayah.” “Apa semuanya baik-baik saja?” “Hn tentu. Apa yang Ayah bawa?” Baekhyun lantas meringis melihat Ayahnya membongkar wadah demi wadah berisi makanan dan stok untuk disimpan di lemari es. “Kau harus memakannya sampai habis.” “Tapi aku diet.” Tuan Byun mengecam kecil dan Baekhyun merengut. “Siapa yang peduli kau kurus atau gemuk? Kau tetap putri Ayah yang cantik.” Baekhyun meremat ujung dress, merasa bersalah karena sang ayah tidak tahu bahwa segala hal tentang dirinya tak luput dari penilaian semua orang termasuk para pembenci. “Ayah bisa meminta bibi untuk mengantarkan semua ini, kau harus beristirahat total. Kenapa tidak mendengarkan saran dokter.” Tuan Byun terengah kecil setelah duduk di atas sofa. “Kemarilah...” Baekhyun menurut lalu duduk di samping ayahnya. Pria paruh baya itu merogoh saku baju lalu memberikan selembar catatan. “Apa ini?” “Heechul menceritakan segalanya kepada Ayah.” Baekhyun meneliti sebuah alamat yang tertulis di catatan tersebut. “Apa maksudnya? Menceritakan apa?” “Kau nyaris terancam bahaya karena mendapatkan informasi palsu tentang Ibumu.” 189

Baekhyun refleks menoleh ayahnya dengan cepat. “Kau tahu hati Ayah sangat terluka mendengarnya. Ayah tidak ingin sesuatu terjadi padamu.” “Aku hanya...” “Ayah menyayangimu lebih dari apapun, jika kau bersikeras ingin bertemu dengan wanita itu Ayah akan mengalah, jadi berhenti menempatkan dirimu dalam bahaya.” Baekhyun menunduk dalam, matanya memburam hingga ia kesulitan membaca alamat yang tertulis di catatan yang mulai ia remas. “Itu adalah alamat yang selama ini kau cari, kau bisa mendatanginya. Tapi Ayah mohon sekali lagi, berhenti menempatkan dirimu dalam bahaya.” “Maafkan aku. Mencari dan berharap bertemu dengan wanita yang jelas-jelas sudah meninggalkan kita berdua adalah salah. Maafkan aku, Ayah.” Namun bagaimana pun Baekhyun tetaplah seorang anak yang merasa penasaran sehangat apa pelukan seorang ibu? Tuan Byun menghela kecil lalu memeluk putrinya. “Paman Kim menunggu Ayah di bawah. Ayah harus pergi sekarang.” “Ayah tidak menginap?” “Tentu tidak, nak. Asal bertemu denganmu Ayah sudah senang, lagipula kasihan paman Kim jika dia pulang sendirian.” “Berjanjilah kau akan beristirahat dengan cukup.” Baekhyun lantas memakaikan jaket ayahnya. Tuan Byun tersenyum lalu mengusap puncak kepala putrinya dengan sayang. Ia diantar hingga ambang pintu lalu melambai kecil pada Baekhyun yang menunggunya masuk ke dalam lift.

190

Baekhyun kembali ke dalam lalu duduk dan merenung di atas sofa, kepalan tangannya terbuka lalu ia kembali menyibak catatan yang ia remas. Sebuah alamat dengan jelas tertulis di sana. Semudah itu. Baekhyun menghabiskan nyaris seumur hidup untuk mencari keberadaan wanita itu. Untuk bertanya mengapa dia meninggalkannya dengan ayahnya? Dan kini ia hanya dapat termangu seraya menatap catatan itu tanpa sadar Chanyeol sudah kembali dari persembunyian dan kini duduk di sampingnya. Baekhyun kemudian menoleh lalu tersenyum kecil. “Sepetinya aku mabuk. Birnya sangat kuat. Bagaimana? Apa sekarang kau senang karena ku sudah mabuk. Mau menyentuh payudaraku?” Baekhyun terkekeh kecil, memanipulasi keadaan namun Chanyeol tidak terperdaya. Pria itu dengan jelas mendengar apa yang Baekhyun bicarakan dengan ayahnya tanpa berniat menguping. Baekhyun masih melempar cengiran konyol sementara Chanyeol menatapnya tanpa henti. “Oh, aku rasa aku perlu mencuci wajah.” Namun tangannya telah lebih dulu di tarik oleh Chanyeol dan ia terjerambab masuk ke dalam pelukan pria itu. “Apa aku pernah memberitahumu kenapa aku sempat sinis dan membencimu?” Baekhyun bergeming lalu mengusakkan wajah di bahu lebar Chanyeol. “Karena aku kerap memakai celana pendek hingga mencapai pantat? Atau karena payudaraku selalu menyembul jika aku tampil di tv? Ahh, atau karena aku sering memposting bokongku dalam jarak dekat? Mereka bilang urat

191

malu ku putus, mereka membenciku karena itu. Apa kau juga sama?” “Tidak. Aku membencimu karena kau selalu terlihat palsu, senyum dan tawa lebarmu di depan semua orang palsu. Dan aku membencimu karena hal itu.” Baekhyun bergeming seketika, ia bahkan tak cukup kosa kata untuk menyahuti ucapan Chanyeol. Hening meraja rela, dan di detik berikutnya Chanyeol merasakan bahunya basah, ada isak kecil mengemuka. Baekhyun memilih tegar dengan caranya yang luar biasa, namun pada akhirnya ia tetaplah seorang wanita, tangisnya bisa pecah tanpa sebuah aba-aba. “Aku... aku mencari wanita itu sepanjang hidupku. Aku bahkan... aku menebalkan muka dan menari dengan baju yang kekurangan bahan hanya karena agar aku bisa terkenal, aku menerima usul Kris untuk menerapkan imej murahan, sematamata agar aku dikenal dan dengan begitu wanita itu akan dengan mudah mencariku.” Meskipun hingga saat ini Baekhyun tidak pernah dicari atau ditemui oleh sosok yang melahirkannya ke dunia. Chanyeol menarik diri lalu merebut catatan kecil dari tangan Baekhyun, ia menelisik alamat itu dengan seksama lalu berpikir bahwa ia pantas membayar hutang budi karena berkat Baekhyun hubungannya dengan Arata membaik. “Apa yang akan kau lakukan dengan ini?” Baekhyun menyeka pipinya yang basah lalu menarik ingus. Ia menutup wajah lalu menggeleng. “Aku tidak tahu. Bukankah seharusnya aku bersemangat? Aku telah mencarinya selama ini dengan susah payah lalu aku mendapatkanya dengan mudah. Tidak tahu rasanya akan membuatku gelisah dan resah.

192

Bagaimana jika dia tidak mau mengakuiku? Bagaimana... jika wanita itu menolakku mentah-mentah?” “Kita tidak akan tahu hasilnya jika tidak mencoba.” Baekhyun lantas menatap Chanyeol dengan serius. “Jadi... maksudmu...” “Aku tidak bisa mengosongkan jadwal tapi besok aku sedikit senggang. Segera setelah mengunggah demo lagu di studio aku akan menemuimu. Kita pergi bersama.” “Huh? Pergi bersama?” “Aku akan mengantarmu ke alamat ini.” Chanyeol menuduh catatan di tangan. “Syukurlah alamatnya masih di Korea.” Meskipun setahu Chanyeol, alamat itu berlokasi cukup jauh di luar kota Seoul. “Tapi...” Baekhyun menatap Chanyeol keheranan. Ketus dan galaknya Park Chanyeol sedikit berkurang. Itu karena Arata menitip pesan agar ia bersikap baik terhadap wanita itu. “Terserah.” Chanyeol mengangkat bahu lalu memakai mantelnya. Baekhyun mengikuti pria itu hingga pintu depan. Chanyeol berbalik dan menatap Baekhyun untuk ke sekian kali. Berpikir untuk beberapa hal, bahkan masih cukup sangsi bahwa wanita yang kerap tampil berani di depan kamera, bahkan diketahuinya acuh terhadap pembenci dan selalu terlihat percaya diri di segala situasi menyimpan sebuah masalah yang sulit untuk dihadapi, menyembunyikan kesedihannya seorang diri. Pria itu berdecak kecil sebelum mencubit pipi si mungil. “Bodoh sekali.” Baekhyun menghentakkan kaki lalu tak tinggal diam, ia berjinjit untuk balas mencubit kedua pipi Chanyeol. “Kau pikir aku akan membiarkamu terus-menaerus mencubitku?” Wanita 193

itu berseru seraya kesulitan menggapai wajah Chanyeol karena tinggi pria itu yang tak masuk akal. Chanyeol menyentakkan kepala, menghindari pembalasan Baekhyun lalu menyentil dahi wanita itu. “Akh!!” Baekhyun mengaduh lalu memicingkan mata karena dahinya merasa kesakitan. “Pikirkan tentang itu. Besok aku jemput.” Chanyeol mengusap pelan area dahi Baekhyun yang ia sentil lalu berbalik dan sepenuhnya keluar dari apartemen wanita itu. Baekhyun masih berdiri di sana, menatap pintu apartemennya dengan seksama, mengusap pipi yang sedikit ngilu, lalu menggeleng kecil. Entah berasal dari mana rasa tidak nyaman itu muncul. Ia terganggu dan sedikit merasa resah. Kenapa kau tiba-tiba bersikap baik padaku? Sejujurnya Baekhyun lebih baik jika dijahati. Ia terbiasa dibenci, kebaikan yang datang tak jarang tanpa sebuah tujuan meski Baekhyun tidak menyimpan kecurigaan terhadap Park Chanyeol. Ia hanya merasa tidak nyaman, telah lama berpikir bahwa pria itu membencinya dan itu lebih baik. Karena Baekhyun terbiasa dibenci, ia hanya tidak ahli dalam menghadapi kebaikan yang berikan oleh seseorang.

194

Chapter 10 “Eonnie apa kau baik-baik saja?” Sohee tidak menyahut saat salah satu member bertanya karena merasa penasaran atas sikap Sohee yang terlihat tak biasa. Wanita itu tampak berjalan kesana dan kemari dengan gelisah, terlihat tak tenang. Member lain ikut merasa penasaran dan menanyakan hal yang sama. “Oh ya, Eonnie... apa kemarin kau pergi ke Daegu?” Sohee lantas berbalik, korneanya melebar seraya menatap salah satu member. Seingatnya tidak ada yang tahu bahwa ia dan Seunghyun pergi ke Daegu kemarin. “A-apa maksudmu?” “Kau tahu, sepupuku tinggal di sana dan dia mengatakan melihatmu kemar—" “Tidak! Omong kosong apa yang kau katakan?!” Kecam Sohee seraya melotot dan meninggikan suara. “Eonnie...” member lain membeo mendapati reaksi Sohee yang di luar prediksi. “Jangan berkata omong kosong! Aku tidak akan membiarkanmu jika sampai orang lain mendengar kata-katamu barusan!” Sejujurnya Sohee mulai cemas jika hubungannya dengan samg CEO diketahui oleh orang-orang, untuk itu ia membuat semua orang keheranan dengan reaksinya yang berlebihan. Wanita itu lantas berlalu dengan hentakkan kaki intens, tampak marah kepada semua orang. “Sial! Sial!” Ia merutuk kesal. Niatnya kembali berhubungan intim dengan Seunghyun pasca bertengkar tempo hari adalah sebentuk siasat untuk 195

mengendalikan pria itu sepenuhnya. Sohee tidak hanya butuh menjadi pemeran utama sebuah drama, ia masih belum cukup hanya sekedar menjadi leader grup nasional yang diidolakan, wanita itu ingin berada paling atas dari semua orang, ia berpikir layak mendapatkan kesuksesan dan dikenal sebagai satusatunya selebriti yang pantas mendapat semua sanjungan, maka ia merasa wajar marah dan berang jika Byun Baekhyun yang dianggapnya sebagai rival sekaligus musuh mulai naik pijakan untuk merebut tempatnya sebagai idol populer. Sohee tidak akan membiarkan hal itu terjadi, untuk itu ia kembali merayu Seunghyun agar pria itu mau melakukan segala cara agar meredupkan nama Baekhyun yang kini mulai menarik perhatian tanpa embel-embel ratu sensasi. “Sial!!!” Untuk ke sekian kalinya Sohee merutuk. Bagaimana bisa ada orang lain yang melihatnya bersama Seunghyun ketika bahkan pikirannya belum tenang karena kemarin ia nyaris tertangkap basah oleh Park Chanyeol di depan gedung hotel. Bagaimana jika sebenarnya pria itu mengenali dirinya? Bagaimana jika Park Chanyeol berbicara yang tidak-tidak kepada wartawan? Berbagai skenario buruk terlintas dalam benak Sohee. Dan ia tidak membiarkan siapapun tahu hubungan gelapnya dengan sang CEO agensi. Membayangkan karirnya hancur adalah hal yang ia takuti. Aku harus melakulan sesuatu. Wanita ittu bertekad menjaga karirnya yang berada di puncak. Park Chanyeol, jangan sampai kau membuka mulutmu. Ketakutan menyeruak hingga membuat Sohee berpikir di luar nalar, meskipun tidak yakin Chanyeol mengenalinya 196

kemarin namun ia telah menanamkan sugesti buruk karena perasaan cemas yang kini mendera.

~oOo~ “Kenapa diam saja?” Baekhyun menggaruk tengkuk, sejujurnya tidak menyangka Park Chanyeol akan benar-benar datang dan menjemputnya di basement apartemen. Wanita itu lantas masuk ke dalam mobil lalu menghadap dan menatap Chanyeol. “Kau yakin?” Chanyeol menaikkan sebelah alis. “Itu pertanyaan untukmu. Aku hanya menemani. Jika kau ragu bisa keluar dan menangis sepanjang hidupmu karena tidak kunjung bertemu dengan Ibumu.” “Kenapa kau berkata seolah aku ini cengeng?” Belum apa-apa Baekhyun sudah dibuat bersungut-sungut. “Kau tidak?” “Tidak!” “Oh, jadi yang kemarin membasahi bajuku dengan ingus adalah hantu.” Chanyeol mengangguk paham. “Hey!” “Apa?” Chanyeol mencubit sebelah pipi Baekhyun hingga melebar. Baekhyun mendengus lalu duduk dengan tegak dan memangku tangan. “Bukankah kau sibuk menggarap lagu?” Chanyeol mengedikkan bahu. “Jadi, haruskah kita berangkat sekarang?” Terdengar helaan napas kecil dari hidung Baekhyun. “Aku sudah mencari tahu alamat itu dan lokasinya—” 197

“Cukup jauh.” Chanyeol menyela. “Jika kita berangkat sekarang maka akan sampai di sana malam hari.” “Bagaimana dengan jadwalmu? Konyol sekali idol populer sepertimu mengabaikan jadwal keartisan hanya karena mengantarku ke luar kota.” “Apa kau sedang memujiku?” Baekhyun tersadar lalu memalingkan wajah. Dan untuk pertama kalinya ia mendengar Chanyeol tertawa kecil. “Baiklah. Kita berangkat sekarang.” “Tunggu!” Chanyeol berdecak. “Kau masih ragu?” Baekhyun menggeleng lalu mengeluarkan ponsel. “Aku harus berfoto terlebih dahulu, penggemarku harus tahu bahwa hari ini aku tidak mempunyai jadwal.” Lalu Baekhyun berfoto dengan berbagai pose bahkan Chanyeol dibuat mengernyit saat wanita itu menjulurkan lidah di depan kamera. “Hmm, Baekhyun-ssi, kenapa kau sangat cantik?” Chanyeol lantas menyentakkan kepala sebelum menyalakan mesin mobil. “Untung saja kau homoseksual, jika tidak kau mungkin sudah terjerat oleh pesona dan kecantikanku.” “Ya. Dan aku sangat lega bahwa aku homoseksual.” “Apa maksudnya itu? Kenapa kau tidak terima aku cantik?” Chanyeol mengorek telinga seraya fokus megemudi setelah keluar dari basement apartemen. Mereka memulai perjalanan menuju luar kota yang jaraknya cukup jauh bahkan bisa ditempuh melalui jalur udara. Chanyeol bisa saja memilih memesan dua tiket pesawat namun hubungannya dengan Arata sudah membaik, ia tidak ingin membuat kekasihnya itu kembali berprasangka jika 198

menemukan artikel yang mengatakan dirinya menghabiskan waktu berlibur bersama Baekhyun. Media dan segala pemberitaannya yang berlebihan. “Oh, ada komentar yang masuk—Aku tidak mengerti kenapa Park Chanyeol ingin berkencan dengan wanita ular ini?— ha!!” Baekhyun berdecak. “Benar aku memang ular dan aku akan mematuk mulut kalian hingga bengkak menyerupai bolu kukus!” Chanyeol terkeleh tanpa ia sadari. “Apa yang kau lakukan?” Ia lantas bertanya karena Baekhyun terlihat mengetik sesuatu. “Tentu saja membalas komentar ini— oh ada banyak sekali komentar yang masuk— Byun Bacon seperti namanya dia sangat kurus dan tipis, memprihatinkan— ck! Tapi payudaraku besar kau sialan! Apa lagi ini— Wanita Ini selalu memakai pakaian minim dan terlihat murahan, kenapa kau tidak coba pergi ke hutan belantara dan menjadi pengantin Tarzan?— aku terlihat seksi dengan pakaian minim kenapa kau iri? Ke laut saja!” Baekhyun masih bersemangat membalas komentar para haters sementara Chanyeol menggeleng kecil atas tingkahnya. “Benar-benar! Apa mereka tidak mempunyai pekerjaan lain selain menulis kalimat-kalimat kebencian ini?” “Kenapa tidak kau diamkan saja? Daripada membuat jarimu keriting?” “Jika aku diam maka harga diriku akan semakin terinjak, meskipun seseorang mengatakan harga diriku sudah tidak berlaku.” “Hey, bukankah aku sudah meminta maaf.” Baekhyun mencebi kecil. “Luka apapun tidak dapat terobati dalam sekejap oleh kata maaf.” Ia lantas bergumam dan kembali membalas komentar netizen.

199

Chanyeol meremat kemudi, tanpa sanggup menyahut ia memilih fokus pada jalanan yang dilalui. Atmosfer yang mencuat berubah. Hanya ada hening selama seperempat perjalanan. Baekhyun tak lagi menyelami media sosial, ia memilih menatap pemandangan luar yang dilalui oleh mobil yang kini melaju di bawah guyuran hujan. “Ini sebabnya aku tidak pernah percaya dengan ramalan cuaca.” Gumam si mungil lalu memejamkan mata. Chanyeol telah lama mematikan air conditioner, lalu ia menepikan mobil sejenak. Satu hal yang membuat mata Baekhyun kembali terbuka. “Hm? Ada apa?” “Aku tidak fokus mengemudi jika ada suara petir.” Baekhyun mengucek sebelah mata lalu menatap Chanyeol yang tampak resah meratapi langit hujan. Pria itu mengamatinya dengan raut cemas. “Park?” “Ya?” Chanyeol beralih sejenak lalu kembali menatap langit hujan dengan resah, sesekali beringsut kecil karena suara petir dari kejauhan. Mata Baekhyun memicing lalu perlahan tangannya terulur manyalakan audio mobil, memaksimalkan volume musik yang mengalun hingga menyamarkan suara hujan dan petir di luar sana. Chanyeol menoleh lalu mengerjapkan mata. “Hanya sedikit bosan di sini, biasanya musik adalah penangkal bosan yang cukup jitu.” Baekhyun berdalih, berpurapura tidak menyadari kecemasan Chanyeol akan bunyi petir yang nyaring. “Kurasa jalanan cukup licin saat hujan. Kita bisa diam sebentar sampai hujannya reda.” 200

Chanyeol mengangguk lalu menunduk dan memejamkan mata. “Apa kau tidak haus?” Baekhyun bahkan memberinya botol air mineral kala merasa cemas masih bergelayut di wajah Chanyeol. Pria itu mengangguk dan meneguk air yang Baekhyun beri. Cukup lama keduanya meratapi hujan, bahkan beberapa lagu telah selesai diputar. “Apa kau tahu alamat itu adalah sebuah kota wisata?” “Benarkah?” Chanyeol mengangguk. “Aku tidak tahu banyak tentang luar kota Seoul selain kampung halamanku.” Baekhyun mencebi. “Kita akan bertemu dengan banyak turis dan wisatawan di sana.” “Err—bukankah itu sedikit—” “Tenang saja, kita sampai di sana malam. Tidak akan ada yang menyadari kedatangan kita.” Ucapan Chanyeol terdengar masuk akal dan Baekhyun kembali menatap partikel air yang menetes di atas kap mobil. Hela kecil lolos, sejujurnya Baekhyun hanya berbekal kesiapan lima puluh persen, sisanya cukup nekat. Baekhyun tidak ingat kapan terakhir kali bertemu dengan sang ibu, namun ayahnya pernah mengatakan bahwa saat itu ia menginjak usia dua tahun saat ibunya memutuskan untuk meninggalkan mereka. Puluhan tahun bukan waktu yang sebentar, Baekhyun pernah memilih untuk benci dan menganggap wanita itu bukan bagian dari hidupnya, namun bukankah darah lebih kental daripada air? 201

Baekhyun tidak bisa begitu saja membuang fakta bahwa alasan ia terlahir ke dunia adalah karena wanita itu. Paling tidak ia harus bertanya, untuk sekali ini. Baekhyun tidak akan menuntut lebih, karena ia terbiasa hidup tanpa sosok itu, terbiasa dicemooh karena tidak mempunyai ibu. Baekhyun hanya ingin tahu kenapa wanita pergi meninggalkannya juga ayahnya? Lamunan Baekhyun buyar kala mobil itu kembali bergerak, ia menoleh dan menyadari hujan telah reda. Sejak awal Baekhyun memang sulit beradaptasi dengan cuaca dingin, apalagi Korea tidak jarang mengalami suhu yang ekstrim. Sisa-sisa hujan nyatanya tak pernah absen meninggalkan gigil yang menusuk, bahkan penghangat udara sedikit tidak berpengaruh. Baekhyun mengangkat kaki dan duduk memeluk lutut. “Bukankah ini masih setengah perjalanan?” Chanyeol mengangguk lalu melirik sejenak. “Ya. Ini masih jauh—lagipula siapa yang menyuruhmu memakai pakaian tipis?” “Salahkan saja laporan cuaca. Mereka bilang hari ini cuacanya akan cerah. Para pembual itu!” Chanyeol berdecak lalu menepi sejenak. Ia membuka hoodie lalu memberikannya pada Baekhyun. “Aku akan melemparmu ke jurang jika kau memuntahinya lagi.” “Ah manis sekali. Jadi kau meminjamkan hoodie pada kekasihmu ini?” “Kekasih palsu.” “Ya. Ya. Lagipula kau bukan seleraku.” “Aku juga tidak berselera padamu.” “Hey!” Baekhyun berdecak kesal. Di saat para lelaki menganggapnya ideal untuk dijadikan pacar. “Dasar kau homoseksual!” 202

“Terserahmu! Mau apa kau?” Lalu mereka beradu mulut bahkan saling menarik pipi satu sama lain, Baekhyun beralih menjambak rambut Chanyeol karena merasa ngilu dahinya menjadi sasaran sentilan pria itu. Mereka selesai bertengkar kecil lalu Chanyeol kembali menyalakan mesin mobil. “Ahh, kau harus mendengar ini.” Ia lantas memutar audio, sebuah instrumen. “Huh?” Baekhyun mendengarkan dengan seksama lalu matanya melebar. “Hey, bukankah ini lagu yang waktu itu?” Jika tidak salah Baekhyun masih mengingat sedikit liriknya. Lantas wanita itu mulai bergumam kecil dan membuka mulut, menyanyi sepenuhnya diiringi alunan musik sebuah lagu yang kala itu pernah ia dengar di studio Chanyeol. Suaranya memenuhi atmosfer, Chanyeol mengangkat sudut bibir seraya mengetukkan jarinya pada kemudi, mengikuti alur musik. “Ahh aku lupa lirik bagian ini.. na na na... lagunya sangat bagus! Kau sangat jenius! Apa ini sudah selesai dibuat.” “Ya. Aku mengubah beberapa part atas saranmu.” “Keren!” Baekhyun mengacungkan jempol lalu kembali bersenandung tanpa sebuah lirik. “Ini masih versi demo. Versi aslinya akan dirilis bersama penyanyinya. Sejujurnya lagu ini untuk sebuah soundtrack drama, tapi aku belum menemukan penyanyi yang tepat untuk menjiwai lagu ini.” “Whoa!!! Jadi lagu ini untuk mengisi soundtrack drama? Pantas saja aku merasa seperti berada dalam satu adegan sedih saat menyanyikan beberapa part di lagu ini. Kau memang homoseksual yang jenius.” Chanyeol kembali menarik pipi Baekhyun. “Kenapa kau senang sekali mencemoohku?” 203

“Hey! Siapa yang mencemooh? Faktanya kau memang homoseksual dan aku tidak memasukkan unsur ledekan di sana. Sudah ku bilang cinta tetaplah cinta, tidak peduli siapa dan kepada siapa merasakannya. Kenapa kau sensitif sekali? Ugh! Aku tidak akan memujimu lagi!!!” Yang seharusnya merasa kesal Chanyeol namun keadaan berbalik. Baekhyun merengut seraya memangku tangan. Pria itu menggeleng kecil lalu melanjutkan perjalanan yang tersisa.

*** Nyatanya hawa dingin itu masih terasa, Baekhyun meringkuk kecil di balik hoodie Chanyeol yang ia kenakan. Ia tertidur selama sisa perjalanan dan kini mulai merasakan guncangan kecil di lengan. Wanita itu bangun lalu mengucek sebelah tangan, ia melirik Chanyeol yang sesaat lalu membangunkannya. “Ku rasa ini alamatnya.” Chanyeol menunjuk pada sebuah restoran seafood di pinggir laut. Baekhyun mengalihkan pandangan, selain karena debur ombak yang ia dengar dari kejauhan. “Ku rasa... Ibumu pemilik restoran ini.” Baekhyun menelan saliva lalu perasaannya mulai, matanya tak berhenti menatap pintu restoran seafood tersebut. “Bagaimana?” Chanyeol bertanya untuk memastikan niat Baekhyun. Wanita itu diam selama beberapa saat lalu menatap Chanyeol. “Haruskah kita masuk dan memesan sesuatu?”

204

Paling tidak mereka harus mengisi perut karena telah menempuh perjalanan panjang. Lalu Baekhyun mengangguk terbata. Ia memasang masker dan topi begitu pun Chanyeol. Dan apa yang mereka lakukan adalah tindakan yang benar. Suasana restoran cukup ramai dan Chanyeol sengaja memilih kursi di sudut ruangan. “Selamat malam. Apa yang ingin kalian pesan?” Baekhyun mengangkat wajah. Di balik masker yang dikenakan, ia itu menatap wanita paruh baya yang mendatangi mejanya. Mata Baekhyun mengerjap pelan, lalu tubuhnya bergetar. Kini ia menyimpulkan satu hal, dari mana mata sipitnya itu diwariskan. Chanyeol membagi atensi sebelum mengendalikan keadaan. Ia menjawab pemilik rumah makan dan memesan beberapa menu untuk makan malam. Baekhyun mengusap dada lalu menatap Chanyeol tak percaya. “Apakah dia... yang baru saja berdiri di hadapanku adalah...” ia kehabisan kota kota. Mengapa rasanya sangat asing? Apa karena mereka tidak bertemu selama puluhan tahun? Apakah perasaan asing yang kini Baekhyun rasakan adalah sebuah benteng. “Ya. Ku pikir beliau orangnya.” Baekhyun mulai dan mengetukkan jari di atas meja. “Dia... dia sangat cantik.” Cicit Baekhyun nyaris tanpa suara. Setelah beberapa saat, pesanan mereka tiba. Baekhyun mengamati seluruh ruangan. Restoran seafood itu tidak kecil, namun juga tidak besar. Dilihat dari keadaan 205

terlihat cukup. Lalu atensi Baekhyun berhenti pada sosok wanita yang sejak tadi sibuk melayani pengunjung. “Kau tidak makan?” Chanyeol menyuap lebih dulu makanannya. Baekhyun kembali duduk dengan tegak lalu menatap menu pesanan itu seksama. “Bagaimana?” “Huh?” Chanyeol membeo dengan mulut penuh. “Bagaimana rasanya?” Chanyeol lantas paham situasinya. Pria itu meneguk air putih untuk melancarkan makanan yang masuk ke dalam perut. “Masakan ini enak.... masakan Ibumu enak.” Baekhyun menggigit bibir, saat-saat mendebarkan mencicipi masakan yang dibuat langsung oleh ibunya untuk pertama kali. Wanita itu lantas menyendok sup kerang dan menyesapnya pelan. Chanyeol memperhatikannya dengan seksama seraya memangku tangan. “Ini... lezat.” Baekhyun menunduk dalam, menahan emosi yang hendak tumpah ruah lalu memilih menyuap satu persatu makanan yang tersaji di depan mata. “Ini sangat lezat.” Gumamnya dengan mulut penuh, mengabaikan fakta bahwa ia telah menghindari mengkonsumsi kalori berlebih pada malam hari. Tatapan Chanyeol berubah nanar. Wanita yang kini perhatian dengan seksama itu amat sangat berbeda dengan sosoknya yang kerap tampil menyebalkan di layar televisi. Dia Byun Baekhyun yang begitu berbeda. Baekhyun dengan semangat menyantap makanan itu hingga ia tersedak berkali-kali. “Bisakah kau pelan-pelan saja?” 206

Baekhyun menggeleng, membiarkan mulutnya penuh seolah tiada lagi hari esok. Wanita itu kembali tersedak sebelum menyerah dan menunduk dalam. Matanya memanas tanpa bisa ia bendung. “Ini lezat.” Baekhyun ingat kerap dicemooh karena tidak permah dibuatkan bekal sekolah oleh ibunya. Semua itu dilakukan oleh ayahnya. “Nak, mau tambah minumnya?” Baekhyun berjengit seketika. Ia memalingkan wajah dan mengundang sedikit reaksi keheranan dari pemilik rumah makan. “Dia hanya tersedak. Tidak apa-apa, terima kasih.” Chanyeol menengahi hanya untuk membuat wanita paruh baya itu menjauh. Pria itu hanya tidak tahu kapan tangis Baekhyun akan pecah. “Bisakah kita pulang?” Baekhyun masih belum berani menatap Chanyeol, karena tidak ada sahutan wanita itu terpaksan mengangkat wajah. Chanyeol menatapnya tanpa sebuah ekspresi yang berarti. “Apa aku membuatmu tertekan karena mengajakmu ke sini?” Baekhyun menggeleng, mulai merasa bersalah karena menyepelekan niat baik Chanyeol. “Kau akan tetap seperti itu? Aku tidak masalah kita bisa pulang sekarang jika kau ingin.” Baekhyun menggeleng keras malu menengadah, mencoba menahan air mata yang meronta untuk keluar. Chanyeol merogoh dompet lalu memberikan kartu kredit. “Kau yang pergi membayar.”

207

Baekhyun seketika melotot, lalu melirik meja kasir di mana wanita paruh baya itu sedang melayani pengunjung. Ia kembali melirik Chanyeol dan menatapnya ragu. Ia hanya mendapatka ekspresi datar seperti biasa. Dan Baekhyun pikir Chanyeol bersungguh-sungguh saat ini. Merasa tidak ada pilihan lain, Baekhyun mengambil alat pembayaran digital itu dari tangan Chanyeol lalu mulai bangkit dengan ragu. Wanita itu kembali menoleh pada Chanyeol ketika nyaris sampai di meja kasir. Dan anggukan kepala Chanyeol sedikit membantu. “B-bibi... jadi berapa totalnya?” “Meja berapa?” Wanita itu mengangkat wajah lalu mematung untuk beberapa detik. Matanya mengerjap beberapa kali setelah menelisik wajah Baekhyun yang kini sepenuhnya terpampang. “Meja tiga.” Baekhyun menyahut dan balas menatap wanita itu dengan kekuatan yang ia bangun dengan susah payah. Wanita paruh baya itu lantas menunduk dan mulai menghitung. “Ibu!” Atensi Baekhyun beralih pada seorang gadis berseragam sekolah menengah yang berseru sebelum memeluk wanita paruh baya di depannya. Ia lantas menunduk dalam, cemas jika identitasnya akan diketahui karena biasanya idol kerap dikenali oleh para pelajar. “Oh, putriku yang cantik. Apa lesmu sudah selesai?” Gadis itu mengangguk lalu memeluk ibunya. “Aku lapar dan lelah.” “Pilihlah kursi, Ibu akan menyiapkan makanan kesukaanmu.”

208

Gadis itu tersenyum lalu mencium pipi ibunya sebelum memilih sebuah meja. Segala hal tak luput dari perhatian Baekhyun, ia mulai menebak banyak hal, lantas sebelum pertahanan dirinya sirna, wanita itu dengan cepat memberikan kartu kredit dan menyelesaikan pembayaran. Ia berbalik dan menatap Chanyeol dari kejauhan. Pria itu cukup peka dan bangkit dari kursi, memakai kembali masker dan membawa Baekhyun keluar dari sana. “Tunggu!” Langkah mereka yang telah berada di luar kini terhenti, keduanya berbalik dan Baekhyun beringsut kecil pada Chanyeol kala wanita paruh baya yang menginterupsi langkah mereka mulai mendekat. “Ada perlu apa kau ke sini?” Baekhyun menatap Chanyeol perlahan, mencoba bertanya padanya apa arti pertanyaan itu. “Dengar...” wanita paruh baya itu mengusap wajah lalu berkacak pinggang. “Aku sudah bahagia. Aku mempunyai keluarga utuh sekarang. Ku mohon jangan datang kemari, jangan rusak kebahagiaanku. Hiduplah dengan Ayahmu seperti yang selama ini kalian jalani.” Chanyeol dapat merasakan Baekhyun meremas lengannya sebagai bentuk pertahanan diri. Bahkan ia merasakan wanita itu bergetar hebat. “Benar. Akan sangat konyol jika aku tidak mengenalmu ketika bahkan aku yang melahirkanmu. Kau hilir mudik di televisi, menjadi artis meskipun tidak ada sedikit pun prestasi yang kau toreh. Jadi... jadi jangan membuatku malu dan anggap tidak ada apapun di antara kita.”

209

Baekhyun menggigit bibir dengan kuat hingga ia menemukan aroma karat. Bahkan kini ada jutaan belati yang tertancap di ulu hati. “A-aku—” “Ku mohon jangan temui aku lagi. Jangan rusak kebahagiaanku dengan keluargaku.” Mata Baekhyun memanas dan pertahan dirinya nyaris roboh. Ia hendak membuka mulut namun Chanyeol telah lebih dulu memegang kedua bahunya dengan erat. “Kita pulang sekarang.” Tukas pria itu dengan suara parau. Baekhyun menatapnya dengan nanar sehingga Chanyeol mampu membaca setiap luka yang terpancar. “Aku pikir kau salah orang, Byun Baekhyun. Jika benar wanita ini adalah Ibu kandungmu dan orang yang telah melahirkanmu, dia tidak akan mungkin mengatakan hal-hal menyakitkan seperti itu.” Chanyeol lalu menatap ibu kandung Baekhyun dengan tajam. “Bahkan jika anak singa mulai belajar memangsa dan membunuh, dia tetap menjadi kebanggaan dan diakui oleh induknya.” Mendengar hal tersebut, wanita paruh baya itu bereaksi. Ekspresi wajahnya kini berubah menjadi tak karuan. Baekhyun meremas tangan Chanyeol untuk ke sekian kali lalu balas menatap pria itu. “Kita pulang sekarang.” Chanyeol bahkan harus menuntun Baekhyun kerena merasa wanita itu lemas tak bertenaga. Mereka sampai di mobil. Masih belum ada satu patah yang keluar meskpun kini kendaraan mereka bergerak menjauhi area restoran. 210

Chanyeol memutar kemudi memasuki area pantai lalu berhenti menghadap laut malam yang dihiasi debur ombak. Pria itu melepas sabuk pengaman lalu mengambil kotak tisu utuh di kursi belakang, meletakkan tumpukam tisu itu di atas pangkuan Baekhyun sebelum memutuskan keluar dan membiarkan Baekhyun seorang diri di dalam mobil. Pria itu menghela napas pelan setelah duduk di atas kap mobil menghadap hamparan laut malam. Kerasnya debur ombak tidak membantu, telinganya yang lebar masih dapat mendengar tangis Baekhyun yang pecah dengan keras di dalam sana. Wanita itu bertingkah seolah dirinya kuat dan tangguh, mengelabuhi semua orang dengan tawa centil, menutup rapat kesedihan, bertingkah menyebalkan dan mendatangkan salah paham dan kebencian. Byun Baekhyun menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng meskipun itu bertolak belakang dengan apa yang dirasakan. “Konyol, Byun.” Gumam Chanyeol masih setia mendengar suara tangis kencang dan pilu. Bagaimana bisa ada wanita sepertimu? Tentang Baekhyun, semua orang hanya akan terkoneksi pada satu hal. Wanita itu ratu sensasi dan tidak mempunyai prestasi, bahkan ada yang dengan lantang mengatakan wanita itu hanya menjual tubuh dan wajah camtik untuk eksistensinya di dunia hiburan. Tak ayal pembencinya menjamur bahkan sanggup menandingi setengah populasi Korea. Mereka terlalu benci untuk merasa ingin tahu bahwa Byun Baekhyun mempunyai luka yang mendalam. Dan Chanyeol mulai tidak paham dengan cara kerja semesta, bahkan ibunya saja dibuat membenci Baekhyun. Tangis itu tak lagi terdengar. Chanyeol benar-benar memastikan Baekhyun menumpahkan seluruh emosinya lalu 211

mulai membuka pintu mobil. Ia tidak kaget mendapati tisu berserakan di dalam mobilnya. Pria itu bahkan membiarkan Baekhyun meratapi sisa-sisa kesedihan di balik lamunannya menatap pemandangan luar. Chanyeol mendekat lalu memasangkan sabuk pengaman. Posisi tubuhnya masih condong ke arah Baekhyun ketika wanita itu berbalik dan wajah keduanya berada dalam jarak dekat. Dapat Chanyeol lihat matanya sembab, pipi, hidung dan bibirnya memerah. Matang. Tatapannya sendu, tersimpan banyak kesedihan yang sanggup membuat Chanyeol terenyuh dalam diam. Tanpa sadar pria itu mengulurkan tangan dan menyeka jejak air mata di pipi wanita itu. Baekhyun kembali terisak kecil, matanya kembali basah, melempar tatapan sedih seolah tengah mengadu betapa tidak adilnya semesta. Chanyeol menggeleng kecil lalu mengusap pipi basah itu dengan ibu jari. Baekhyun terisak dan menunduk, tidak banyak kosa kata yang tersisa. Ia sepenuhnya bisu setelah mendengar kata-kata menyakitkan dari ibu kandung yang selama ini ia cari. “Kenapa kau hanya diam saja saat wanita itu menyakitimu?” Chanyeol membiarkan si mungil tenggelam dalam pelukan. Baekhyun menggeleng lalu menarik diri. “Ba-bagaimana bisa aku menjawabnya?” Ia tersedu dan terisak keras. “Bagaimana bisa aku mengatakan bahwa aku putrinya yang selama ini mencarinya dengan susah payah ketika... ketika dia sudah mempunyai keluarga yang baru! Bagaimana bisa... aku merusak kebahagiaan mereka? Apa.. apa yang akan dirasakan oleh putrinya jika tahu bahwa... bahwa Ibunya mempunyai putri 212

lain. Bagaimana bisa aku membiarkan gadis itu terluka dan merasa kasih sayang ibunya terbagi?” Baekhyun menggeleng keras. Ia tidak pernah ingin membayangkan kesulitannya dirasakan oleh orang lain. Chanyeol memejamkan mata. Segala persepsi dan dugaan tentang Byun Baekhyun benar-benar meleset seratus depalan puluh derajat. “Bodoh!” Rutuk Chanyeol, kehilagan perbendaharaan kata saat menyadari bahwa Baekhyun mempunyai hati yang lembut. “Wanita bodoh!” Baekhyun tersedu lalu menuduk dalam. Terisak dalam diam dan menahan diri untuk tidak terluka lebih jauh meski rasa sakit di dasar hatinya kian membuka banyak celah dan rongga. Tangan Chanyeol terulur, mengangkat dagu Baekhyun lalu memberinya kekuatan di balik sebuah tatapan. Chanyeol tidak yakin atas apa yang ia rasakan namun hatinya cukup terenyuh melihat wanita itu tersedu-sedu dengan tatapan terluka. Mereka mengunci tatap satu sama lain, hening menjadi saksi bawah dua pasang mata itu mulai menciptakan atmosfer yang tak biasa. Baekhyun memejamkan mata sementara mulutnya yang setengah terbuka mulai terbungkam oleh sebuah ciuman. Ada banyak sirine peringatan di dalam otak agar keduanya kembali mendapatkan kewarasan namun nyatanya kecupan itu berlanjut menjadi sebuah lumatan erat. Bahkan Baekhyun tidak ingat sejak kapan lengannya mengalung pada leher Chanyeol atau bahkan seberapa cepat pria itu merengkuh tubuh mungilnya hingga ia berakhir di atas pangkuan yang nyaman.

213

Ciuman mereka berlanjut bahkan setelah hoodie yang Baekhyun kenakan dipaksa untuk terlepas karena suhu di dalam sana mulai memanas. “Tidak.” Cicit Baekhyun setengah sadar bahwa apa yang mereka lakukan mulai melewati batas. Ia menahan dada Chanyeol lalu mereka berdua terengah setelah pagutan sensual itu usai. Baekhyun menatap Chanyeol dengan bola mata yang nyaris keluar sebelum wanita itu turun dari pangkuan. Lantas Chanyeol mulai mendapatkan kembali kewarasan, ia mengusap wajah dengan keras lalu menatap Baekhyun yang kini terlihat marah. “Maaf... aku...” terang saja Chanyeol kehilangan kosa kata ketika bahkan ia sendiri masih belum menemukan jawaban atas tindakannya yang tak masuk akal. Baekhyun memalingkan wajah, enggan menatap Chanyeol lebih lama. Ia lantas menggigit bibirnya yang sedikit membengkak karena Chanyeol hisap cukup intens. Demi Tuhan! Apa yang salah dengan pria itu? Kenapa Chanyeol mencium Baekhyun? Chanyeol akui ia mungkin sudah hilang akal. Pria itu mengklaim dirinya sebagai orang sinting saat ini. Baekhyun mulai sedikit resah terlebih atmosfer yang menguar sudah sewajarnya dibalut oleh kecanggungan. “Baekhyun, aku—” “Bisakah kita pulang sekarang? Aku muak berada di kota ini.” Baekhyun menyela dengan cepat. Suasana hatinya tidak membaik, dan Chanyeol membuatnya kian merasa kesal dan marah. Chanyeol nyaris memukul kemudi, ia marah sekaligus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. 214

Apa yang telah kau lakukan, Park? Kenapa kau mencium Baekhyun, bajingan?! Ya. Tepatnya kenapa Chanyeol tidak bisa menahan diri untuk tidak membungkam mulut Baekhyun yang memerah karena mengeluarkan banyak tangis. Mengapa Chanyeol seakan lemah melihat wanita itu hancur seraya tersedu-sedu dengan pilu? Bagaimana bisa Baekhyun membuat Chanyeol ikut hanyut dalam kesedihannya? Tidak ada lagi yang bersuara, Chanyeol sepenuhnya fokus pada jalan dan kemudi ditemani rasa bersalah, sementara Baekhyun enggan mengalihkan pandangan kemana pun, ia sibuk meratapi nasib, mencoba menerima rasa sakit di hati, bahkan kini ia turut andil menetralkan debar jantungnya yang menggila. Demi Tuhan! Kenapa dia menciumku? Kenapa aku membalas ciumannya? Kenapa kita berciuman?!

~oOo~ Chanyeol tidak terkejut mendapati belasan potretnya bersama Baekhyun saat di restoran seafood kemarin tersebar di internet. Ia telah lama menerima risiko sebagai seorang public figure yang diburu oleh paparazzi. Tidak ada celah untuk sebuah privasi. Pria itu menanggapi sangat ragam judul berita yang dimuat oleh berbagai media tentang kebersamaannya bersama Baekhyun. Baekhyun. Byun Baekhyun. 215

Duduk Chanyeol berubah seidkit menegak kala sekelebat kejadian kemarin memutari benak. Pria itu masih mencari jawaban pasti atas tindakannya yang tidak masuk akal. Bahkan ia tak jarang berdecak frustasi karena otaknya berakhir buntu tanpa sebuah kepastian. From: Arata Coba tebak aku di mana? Dahi Chanyeol mengernyit mendapat pesan singkat dari Arata. From: Arata Aku di Korea. Aku di apartemenmu, dan aku sedang merebahkan diri di kasurmu. Kapan jadwalmu selesai? Aku merindukanmu, tampan. Tanpa bisa ditahan, sudut bibir Chanyeol terangkat. “Hyung, kita mulai lagi.” Chanyeol lantas menoleh pada Kai yang memberinya instruksi untuk kembali berlatih. “Baekhyun Noona?” Chanyeol urung bangkit setelah mendengar Sian berbicara melalui sambungan telepon. “Aku sedang latihan. Apa ini? Kau merindukanku?” Sian melirik sejenak pada Chanyeol lalu mengangkat tangan, memberi isyarat bahwa ia bercanda kepada Baekhyun. Lalu Sian kembali mendengarkan Baekhyun di seberang sana. “Oh ya, aku tahu tempat itu. Latihanku selesia dalam satu jam. Aku akan menemuimu di sana.”

216

Setelah Sian menutup telepon, member Excellent Soul yang lain berseru heboh dan bertanya perihal hubungannya dengan Baekhyun. Terkecuali Chanyeol yang hanya diam tak bereaksi. “Hyung! Kenapa kau diam saja? Sian berniat merebut kekasihmu!” Jason menggoda Chanyeol. Sian berdecak. “Chanyeol tahu aku dan Baekhyun berteman.” Nyatanya Chanyeol memang tahu Sian dan Baekhyun dekat berkat drama yang mereka bintangi. Tapi Chanyeol sedikit bertanya-tanya, apa mereka sedekat itu hingga bahkan Baekhyun menghubungi Sian dan mengajak bertemu? Chanyeol memilih mengabaikan beberapa hal, ia mengangkat bahu lantas menyelesaikan sesi latihan. Satu jam berlalu, beberapa member sudah tak terlihat. Hanya tersisa Chanyeol, Sian dan Alex. Mereka berencana pulang bersama dengan menumpang mobil Chanyeol. “Ahh melelahkan.” Gumam Alex seraya menyandarkan punggung di kursi belakang, sementara Chanyeol dan Sian di depan. “Whoa, ada apa dengan Byun Baekhyun? Dia tidak memposting apapun sejak kemarin.” Yang alex tahu wanita itu cukup aktif di media sosial dengan unggahan-unggahan fotonya yang aneh. Chanyeol melirik melalui kaca spion sementara Sian memejamkan mata. “Dari mana kau tahu Baekhyun tidak memposting sesuatu?” Alex menggaruk tengkuk. “Aku mengikuti sns nya, tapi nahas followersku berkurang dan bahkan ada yang terang217

terangan tidak ingin menjadi penggemarku lagi karena hal itu. Yang benar saja? Apa haters Baekhyun sebanyak itu?” Tanpa diduga Sian terkekeh kecil. “Kenapa kau tertawa?” Chanyeol bertanya seraya fokus pada jalanan. Sian menggeleng. “Hanya saja lucu membayangkan wanita itu marah-marah karena komentar para hatersnya.” Chanyeol sedikit bereaksi, ia ingat dan menyaksikan secara langsung bagaimana Bakehyun kesalnya Baekhyun saat membalas komentar-komentar kebencian yang ia dapat kemarin. “Apa kalian sangat dekat?” Pada akhirnya Chanyeol bertanya karena merasa Sian cukup jauh mengenal Baekhyun. Sian mengulas senyum simpul dan melirik Chanyeol. “Wanita itu sering menepuk bokongku berulang kali, dan kurasa karena itu kita layak disebut sangat cukup dekat.. Kenapa? Kau cemburu?” Chanyeol mengibaskan tangan. Sian terkekeh renyah. Alex sibuk menyelam di jejaring sosial. Chanyeol tak lagi bersuara, namun bertanya-tanya akan satu hal. Menepuk bokong berulang kali? Kau memang wanita mesum, Byun Baekhyun! Terang saja, Chanyeol bahkan masih ingat ketika tangannya dipaksa meyentuh payudara wanita itu oleh si pemiliknya sendiri, belum lagi kalimat-kalimatnya yang provokatif bahkan sikapnya yang cukup berani. Oh sial! Berkacalah, bajingan! Kau bahkan berani menciumnya! Chanyeol membatin geram. Alasannya hanya satu hal, Arata menuggunya di apartemen. Kekasihnya, sosok yang begitu ia cintai, namun 218

Chanyeol telah bermain api. Ia mulai mengubur rahasia itu seorang diri, perihal orientasis seksual Chanyeol yakin ia masih mendedikasikan diri menyukasi sesama jenis. Lalu kenapa kau mencium wanita itu, brengsek?! Ya, kenapa? Iba bukan jawaban yang tepat. Karena Chanyeol yakin Baekhyun tidak akan tinggal diam jika ia menggunakan alasan iba atas lumatan sensual yang ia beri kemarin malam. Tangannya diam-diam terkepal. Demi Tuhan! Apa yang salah denganmu, Park Chanyeol. Beberapa saat berlalu, Alex sudah lama turun di depan sebuah gedung apartemen, lantas giliran Sian yang turun dari mobil Chanyeol setelah memakai topi dan masker, pria itu turun di depan sebuah kafe tempat di mana Baekhyun mengajaknya bertemu. Chanyeol menyempatkan diri melirik beberapa sudut kafe yang nampak dari luar, ia tidak berharap apapun meski sedikit mencari keberadaan Baekhyun. “Berhati-hatilah, paparazzi akhir-akhir ini sedikit keterlaluan.” Chanyeol mengingatkan Sian agar temannya itu menjaga sikap. “Ayolah, semua orang tahu Ahn Sian dan Byun Baekhyun menjalin pertemanan sejak terlibat project drama.” Sian mengangkat bahu. “Tapi dia kekasihku. Jangan berbuat sesuatu yang bisa menggiring opini publik.” “Pulanglah Chanyeol, aku tidak berniat mengajakmu masuk meskipun kau adalah kekasihnya.” Chanyeol menghela kecil lalu menutup kaca mobil. Membiarkan Sian masuk ke dalam kafe itu lalu menggaruk tengkuk. 219

Tapi dia kekasihku... “Apa masalahmu, Park Chanyeol?” Gumam pria itu lalu kembali manjalankan kendaraannya. Ia yakin jika pulang ke apartemen dan bertemu dengan Arata maka segalanya akan membaik.

~oOo~ “Oppa, boleh minta tanda tanganmu?” Sian menunduk kecil seraya membubuhkan tanda tangan di atas buku yang diserahkan oleh salah satu penggemar yang tak diduga mengenalinya. Pria itu lantas menunduk kecil setelah memberikan fan service, ia menelurusi sisi lain kafe sebelum menemukan sosok Baekhyun yang duduk di sudut ruangan. Wanita itu memakai pakaian santai tanpa baju-baju jahanam yang kerap dipakainya di beberapa program televisi “Sian!!!” Baekhyun berseru seraya merengut lucu. Sian menggeleng kecil lalu mengusak puncak kepala Baekhyun. “Nah, dalam rangka apa pertemuan ini? Aku tidak ingin masuk ke dalam artikel sebagai orang ke tiga.” “Berlebihan sekali. Aku merindukan Sianku, apa tidak boleh?” Sian memundurkan tubuh lalu menatap Baekhyun dengan curiga hingga wanita itu menyerah dan mengangkat tangan. “Aku ingin minum dan mabuk, tapi manajer-nim pasti akan membunuhku jika aku mengemudi dalam pengaruh alkohol, juga—” “No alcohol.” 220

“Aku belum selesai berbicara!” Baekhyun melayangkan protes. Sian mengangkat bahu. “Maka aku akan pulang.” “Sian menyebalkan!” Sebelah alis Sian terangkat. “Baik, baik. Tidak ada alkohol tapi aku ingin pergi ke karaoke.” Sian melirik jam tangan, menyesuaikan jadwal padat esok hari. “Satu jam.” “Yes!” Baekhyun berseru lalu menyerahkan kunci mobil pada Sian. “Tapi, tapi... karaoke itu harus ditemani bir." "Itu hanya akal-akalanmu saja agar kau meminum alkohol bukan?” Baekhyun menggeleng seraya mengerjapkan mata serupa anak kecil yang tidak paham apa yang diucapkan oleh orang dewasa secara keseluruhan. “Hm...” “Ayolah Sian!!!” Baekhyun memohon seraya menangkup kedua tangan. Siana menyentakkan kepala lalu bangkit dari kursi yang sesaat lalu ia duduki. “Baiklah.” “Sian terbaik!” Baekhyun berseru lalu mengekori Sian keluar. Mereka masuk ke dalam mobil lalu mulai memilih tempat karaoke yang memungkinkan bagi keduanya. Sebelum sampai di tempat tujuan mereka menyempatkan diri membeli beberapa kaleng bir. Setelahnya mereka mulai memasuki ruang karaoke dan Baekhyun berseru senang. “Sian harus menyanyi untukku.” “Kenapa harus aku?” Sian melempar protes keras. 221

Baekhyun mengangkat bahu lalu melempar cengiran jenaka. “Sian! Sian! Sian!” Jika Baekhyun sudah bertingkah laku seperti anak kecil yang menuntut ayahnya menceritakan sebuah dongeng, lalu Sian bisa apa? Pria itu mengalah lalu memilih sebuah lagu. Baekhyun bertepuk tangan lalu meneguk kaleng bir. Senyumnya terulas kala suara Sian mulai menggema memenuhi sudut ruangan. Kepalanya bergerak mengikuti alunan musik, tangannya melambai ke sana dan kemari. Satu rahasia kecil yang Baekhyun simpan hari ini ialah suasana hati. Nyatanya perasaannya tak kunjung membaik setelah bertemu dengan ibu kandungnya. Siapa bilang tawa lepasnya hari ini di depan kru program televisi itu sungguhan? Baekhyun memanipulasi semua orang, nyaris tidak ada yang baik-baik saja sejak saat ia diperingati untuk tidak memghancurkan keluarga bahagia ibu kandungnya. Baekhyun hancur, ia terluka. Maka pengalihan segala hal buruk itu tertuju pada kaleng bir ke tiga yang ia teguk tanpa pengawasan Sian yang masih melontarkan nyanyian ke dua setelah mendapatkan pujian dan tepuk tangan meriah. Baekhyun menatap pria itu dengan senyum bangga. “Sianku sangat pandai bernyanyi!” Serunya heboh lalu bertepuk tangan. “Sian tampan dan pandai menyanyi, kita harus menyanyi bersama!” Baekhyun lantas bangkit dan merasakan pening yang tiba-tiba saja menyerang, ia nyaris limbung namun Sian telah lebih dulu menangkap pinggangnya. “Hey, kau baik-baik saja? Ada apa denganmu?”

222

Baekhyun menggeleng lalu menarik diri dan merebut mic dari tangan Sian. “Aku juga mau menyanyi.” Tukasnya dengan nada mabuk. Wanita itu memang mempunyai toleransi rendah terhadap alkohol. “Ugh!” Sian mengernyit menyadari Baekhyun mabuk saat ini. Si mungil itu memilih lagu heboh, badannya mulai bergerak mengikuti irama lagi. “Yeay! Menyanyilah bersamaku!” Serunya seraya menari kian heboh. Sian membeo kecil lalu memijit pelipis, faktanya ia melewati tiga menit terakhir dengan memperhatikan Baekhyun yang menyanyi dan menari dalam keadaan mabuk. Merasa tidak ingin membuat kekacauan, Sian bangkit dan merebut mic dari Baekhyun, wanita itu mulai bertingkah di luar nalar dan Sian bertekad mengantarnya pulang. “Aku tidak mau pulang!” “Kau harus pulang, kau mabuk.” Baekhyun meronta lalu memukul dada Sian berkali-kali. “Tidak mau!” Seru Baekhyun dengan penolakan keras. “Kita harus pulang, Baekhyun.” “Kenapa kau selalu mengaturku?!” Baekhyun menepis tangan Sian lalu mulai bersungut-sungut. “Kenapa... kenapa kau selalu bersikap sesuka hati?! Aku bilang aku tidak siap bertemu dengan wanita itu! Apa hakmu mengajakku ke sana, Park Chanyeol?!!” Baekhyun semakin meraung seraya mencengkram kerah Sian lalu menunduk dan memukul dadanya dengan lemah. “Kau tidak membiarkanku mempersiapkan diri! Kau menyeretku ke sana, bertemu dengan wanita yang nyatanya tidak sudi mengakuiku sebagai putrinya! Demi Tuhan! Apa hakmu melakukan semua itu, Park Chanyeol?! Kita hanya berpura-pura! 223

Kenapa kau bertingkah seperti kekasihku yang sesungguhnya? Kau bahkan menciumku, brengsek! Brengsek!” Baekhyun meraung keras lalu terengah dan tubuhnya mulai terasa ringan. “Kenapa kau menciumku?! Aku wanita... kenapa homoseksual sepertimu menciumku dua kali?” Wanita itu pada akhirnya kehilangan kesadaran dan berakhir di pelukan Sian yang kini mematung, kornea matanya melebar dan ia tengah diliputi perasaan syok? Terkejut luar biasa atas apa yang Baekhyun katakan. Faktanya banyak yang terkuak dalam keadaan tak sepenuhnya sadar. Dan Sian nyaris tidak mempercayai segalanya jika itu bukan dari mulut Baekhyun.

224

Chapter 11 Sohee duduk di sana, di dalam kafe dengan penampilan serba tertutup untuk menghindari diri dari setiap orang yang mungkin akan mengenali dan mempertanyakan keberadaan dirinya di sana. Wanita itu berpangku tangan seraya mengetukkan jari, memilih membiarkan minumannya berembun dan menekan kesabaran akan kedatangan seseorang yang ia tunggu sejak tadi. “Noona, maaf aku terlambat.” Sohee merasa cukup lega namun kekesalannya tak menguap begitu saja, ia menatap pria di hadapannya dengan tajam. “Kenapa kau sangat lama?” Geramnya. “Kau akan senang dan melupakan kekesalanmu jika tahu apa yang tidak sengaja ku dapatkan!” Tubuh Sohee menegak lalu tangannya mulai bertumpu di atas meja. “Katakan.” Pria itu tersenyum lebar lalu mulai mengambil kamera dari dalam tasnya. “Seperti yang Noona perintahkan, aku mengikuti Park Chanyeol seharian, tidak ada kegiatan yang mencurigakan untuk dijadikan senjata untuk menghancurkan pria itu dan—“ “Lalu kenapa kau bilang aku akan merasa senang?!” Sohee nyaris bersungut-sungut pada pria yang berprofesi sebagai paparazzi sekaligus penggemar garis keras yang kini duduk di seberangnya. “Tenanglah...” pria itu lantas menunjukkan beberapa potret yang berhasil ia abadikan setelah mengikuti Chanyeol hingga apartemennya.

225

Sohee menelitinya dengan seksama namun tidak menemukan hal janggal atas potret Chanyeol dan seorang pria di depan pintu apartemen tersebut. “Lalu apa istimewanya fotofoto ini, brengsek?!” “Apa kau tidak tahu siapa pria yang Chanyeol rangkul itu?” Mata Sohee memicing kecil, ia merasa tidak yakin karena wajah pria yang lebih pendek dari Chanyeol itu tidak terlihat jelas, wanita itu lantas menggeleng. “Memangnya dia siapa?” “Dia Mackenyu Arata! Kau tahu? Dia aktor Jepang yang terkenal itu. Dan pria itu saat ini tengah berada di apartemen Park Chanyeol.” Sohee masih tidak menemukan di mana letak isitmewa informasi tersebut. “Lantas?” “Begini...” pria itu sedikit menurunkan volume suara seraya melirik segala arah dengan waspada. “Dulu. Dulu sekali, ada sebuah rumor di kalangan para haters Excellent Soul yang mengatakan bahwa Park Chanyeol itu adalah seorang homoseksual! Tapi kabar itu hanya sekedar kabar burung yang dianggap sebagai tuduhan miring dari para pembenci saja, kekuatan penggemar Park Chanyeol cukup kuat hingga rumor itu tidak lagi muncul ke permukaan dan tidak ada lagi yang membahasnya hingga sekarang.” Sohee masih cukup terkejut dengan informasi tersebut, ia hanya sanggup menutup mulutnya yang menganga. “Apa itu sungguhan?” “Ya! Tentu saja, aku tanu rumor itu sempat ramai karena dulu aku menjadi anggota dari situs para pembenci idol pria. Dan rumor tentang Park Chanyeol itulah yang saat itu sempat hangat dibicarakan.” “Lalu atas dasar apa rumor itu muncul?” 226

“Sesungguhnya haters itu lebih banyak tahu dan lebih sering mengikuti jadwal para idola yang mereka benci, jadi ada beberapa orang yang merasa janggal dengan intensitas keberangkatan Park Chanyeol menuju Jepang yang terbilang sangat sering tanpa jadwal keartisan. Lalu seseorang lain membagikan pengalamannya bertemu dengan Park Chanyeol di Jepang, dia mengatakan Park Chanyeol saat itu tengah menghabiskan waktu dengan seorang pria di sebuah pemandian air hangat. Karena tidak adanya bukti kuat, jadi rumor itu hanya sebatas rumor.” Sohee mengetukkan jemari lalu otaknya berputar. Informasi yang ia dapatkan tidak cukup kuat untuk dijadikan sebuah perisai. Ia masih belum merasa tenang setelah Park Chanyeol nyaris mengetahui hubungannya dengan Seunghyun saat mereka bertemu di depan hotel saat itu, segala hal masih terasa begitu abu-abu, Sohee bahkan tidak yakin Chanyeol mengenalinya saat itu namun ia merasa sangat cemas dan takut tanpa alasan kuat. Untuk itu Sohee meminta paparazzi profesional yang kebetulan adalah penggemar fanatiknya untuk membuntuti dan mengorek informasi tentang Park Chanyeol. “Ahh dan... satu lagi. Kau tidak akan percaya ini!” “Apa?” Sohee harap itu adalah secercah harapan. “Alasan aku datang terlambat menemuimu adalah karena aku menemui temanku terlebih dahulu. Dia adalah seorang pemilik rumah karaoke di pusat Gangnam. Apa kau tahu apa yang dia berikan padaku?” “Jangan bertele-tele! Katakan padaku!” “Baik-baik, kau harus melihat ini dan memakai earphone nya.”

227

Korena Sohee melebar saat mendapati Byun Baekhyun di dalam video kamera pengawas di salah satu ruangan karaoke. “Sian sunbae?” “Ya. Betul sekali.” “Tunggu-tunggu. Apa yang mereka—“ kalimat Sohee terputus setelah audio di dalam rekaman terdengar jelas juga pada sosok Sian yang merangku dan memeluk Baekhyun di dalam video tersebut. Segala hal yang terlontar dari mulut Baekhyun terdengar sepenuhnya oleh Sohee, matanya melotot hebat dan mulutnya menganga tak percaya. “I-ini...” “Ya, pelacur itu ternyata hanya berpura-pura berkencan dengan Park Chanyeol. Noona, aku membayar mahal untuk video itu, untuk itu kau seharusnya bangga padaku.” “Ya! Ya, aku sangat bangga padamu.” Sohee menggenggam erat tangan pria di depannya untum menarik perhatian meski jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa tidak sudi dan jijik. Sohee lantas kembali memutar ulang video Baekhyun bersama Sian, bahkan mengulang untuk ke sekian kali hanya untuk mengulan kebahagiaan yang sama. Lalu segala hal mulai terskenario di dalam otaknya, Sohee mulai menghubungkan segala informasi menjadi sebuah perisai yang masuk akal. Pelacur! Kali ini akan aku akan menghancurkanmu! Dan kau Park Chanyeol, kau tidak akan bisa membuka mulutmu. Sesungguhnya Sohee telah lama memendam ambisi untuk mengalahkan pamor dan ketenaran Excellent Soul yang sulit dilampaui, mereka adalah grup pria terbaik dan terfavorit di berbagai kalangan, hal itu membuat Sohee iri dan berambisi untuk meraih kepopuleran di atas mereka meski tidak pernah terwujud dan hanya sebatas nomor dua. 228

Tidak. Tapi tidak kali ini. Sohee ingin menjadi nomor satu. Dan siapa sangka kini ia mempunyai celah dan mendapat dua keuntungan sekaligus, sungguh membahagiakan membayangkan akan seheboh apa lini internet dan media untuk beberapa waktu ke depan. Park Chanyeol, Byun Baekhyun, bersiaplah untuk kehancuran kalian! ~oOo~ Heechul tidak banyak bertanya kali ini. Bukan karena merasa terbiasa melihat Baekhyun bangun tidur setelah semalaman mabuk berat. Ia hanya memberi ruang ketika mata sembab Baekhyun kemarin kembali terngiang dalam benak. Tentang apa yang membuatnya bersedih meski tidak ditunjukan secara gamblang, Heechul masih bertanya-tanya karena yang muncul di artikel adalah sederet foto-foto kebersamaan artisnya dengan Park Chanyeol di sebuah daerah pesisir. Tebakan Heechul, Baekhyun terlibat masalah dengan kekasihnya. Bukankah hanya cinta yang sanggup menenggelamkan senyum menjadi segaris kesedihan yang tak terukur? Heechul enggan bertanya. Karena jika dugaannya terbukti maka hal itu akan sia-sia. Ia bukan spesialisasi patah hati. “Kau diharuskan tepat waktu untuk script reading film layar lebar pertamamu.” Heechul memberi arahan sementara artisnya tengah dirias oleh makeover andalan. Baekhyun terpejam, tidak menyahut dan menciptakan keheningan. 229

“Oh ya, aku dihubungi oleh salah satu PD drama. Mereka bilang ingin bertemu denganmu.” “Untuk apa?” Baekhyun terdengar lesu. “Ku pikir Park Chanyeol merekomendasikan lagu ciptaannya untuk dinyanyikan olehmu.” Baekhyun terperanjat hingga membuat riasan matanya sedikit kacau. “Apa maksudnya?” “PD-nim itu ingin kau menyanyikan soundtrack drama mereka atas rekomendasi Park Chanyeol. Kenapa kau begitu terkejut? Wajar saja jika dia merekomendasikan kekasihnya.” “Dia pasti sudah sinting!” Baekhyun tak repot-repot menjaga citra diri di depan makeover yang kini kembali membenarkan riasan mata. “Kenapa harus aku?” “Hey, bukankah itu bagus? Ini akan menjadi soundtrack drama pertamamu.” Masalahnya Heechul tidak akan repot-repot menghitung berapa jumlah komentar pedas yang akan membanjiri notifikasi akun media sosial Baekhyun. Melihat reaksi Baekhyun, Heechul semakin yakin bahwa artisnya itu tengah bertengkar dengan sang kekasih. “Bagaimana penampilanku? Bukankah belahan dadanya kurang bawah?” “Baekhyun, payudaramu nyaris keluar dan melompat dan kau merasa itu kurang?” Baekhyun mengangkat bahu. “Apa salahnya ketika tubuhku seksi dan sekelas model Valentio! “Tapi kau hanya akan pergi ke tempat pembacaan naskah, bukan ke diskotik!” “Dasar tidak tahu mode! Pokoknya aku ingin memakai baju dengan belahan dada rendah, lalu celana atau rok mini di

230

atas lutut! Ikat rambutmu tinggi-tinggi, beritahu mereka bahwa Byun Baekhyun memiliki leher jenjang dan indah. Heechul melotot gemas sebelum mendiskusikan permintaan konyol Baekhyun dengan stylist.

~oOo~ Dan benar saja, bukan Byun Baekhyun jika tidak menjadi pusat perhatian. Selama pembacaan naskah berlangsung, beberapa aktor yang terlibat tidak bisa berkonsetrasi dan lebih banyak mencuri pandang kepadanya. Atau pada beberapa staf wanita yang berdecak iri pada lekuk tubuh yang Baekhyun perlihatkan di balik pakaian santai serba mininya hari ini. Pembacaan naskah itu berlangsung dengan lancar ada akhirnya. Baekhyun menyelesaikan jadwal pertamanya hari ini dengan pujian dari sutradara film yang akan ia bintangi. “Aku sangat menantikan bekerja sama denganmu, Byun Baekhyun.” “Ah, saya sangat merasa terhormat bergabung dengan sutradara legendaris seperti Anda Mohon kerja samanya.” Baekhyun lantas membungkukkan badannya dengan sopan. “Oh, tidak perlu formal kepadaku.” “Benarkah? Baiklah Oppa.” Baekhyun tersenyum jenaka dan mengundang tawa kecil sang sutradara. “Kalau begitu aku akan menemui pemain lain.” Baekhyun mengangguk lalu bergegas menjauh setelah melihat Heechul memberi sinyal untuk jadwal selanjutnya. “Apa kau yakin tidak akan ada masalah jika aku yang mengisi soundtrack drama itu?” 231

Baekhyun bukan bermaksud berkecil hati, jika tentang sebuah bakat dan penampilan ia selalu merasa yakin dan percaya. Dengus kecil lolos jika itu tidak berkaitan dengan Park Chanyeol. Sejak hari di mana mereka berbagi saliva laknat, keduanya masih belum bertemu satu sama lain. Baekhyun masih bertanya-tanya tentang kejadian itu dan perasaannya kembali tak menentu, untuk itu ia merasa sedikit ragu menerima tawaran untuk menjadi pengisi soundtrack atas rekomendasi Chanyeol yang tak lain adalah pencipta lagunya. “Mengapa tidak? Ini adalah kesempatan yang bagus bagimu.” Heechul terdengar yakin seraya memasang sabuk pengaman lalu ia menatap Baekhyun dengan serius. “Dengar, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Tapi berkonsentrasilah.” Baekhyun menyandarkan punggung lalu memijat dahi, ia balas menatap Heechul dan berpikir untuk menanyakan satu hal. “Ngomong-ngomong...” Heechul menunggunya untuk melanjutkan kalimat. Baekhyun kembali mencondongkan tubuh lalu menautkan ke sepuluh jari. “Aku membaca sebuah komik. Jadi... pria itu adalah seorang homoseksual sejati. Dia tidak suka payudara, caranya menatap wanita seperti seorang algojo yang akan mengeksekusi mati.” Baekhyun seolah bergidik. “Lalu suatu hari dia melakukan hal yang tidak terduga. Dia mencium seorang wanita tanpa alasan yang jelas. Menurutmu apakah dia sudah sangat sinting atau apapun—bisa kau jelaskan apa yang salah dengannya?” Heechul menepuk dahi. “Jangan bilang kau kehilangan fokusmu sejak kemarin adalah karena sebuah komik?” Baekhyun mengerjap beberapa kali sebelum meringis canggung. Tidak menyangka bahwa Heechul akan termakan oleh 232

kebohongannya. Lalu ia mulai melempar wajah datar. “Ya. Semacam itu.” Heechul menggeram kecil dan menahan diri untuk tidak menjambak rambut Baekhyun. “Tidak ada jaminan, kita tidak bisa menduga-duga hanya dengan satu kejadian yang bertentangan dengan orientasi seksualnya. Siapa yang tahu dia mencium wanita karena bahkan tidak mempunyai alasan sedikit pun dan hanya ingin mencoba atau memuaskan rasa penasaran—hmm jika begitu maka dia adalah seseorang yang bajingan.” Baekhyun bungkam seketika, lalu ia mulai berpikir rasional. Apa yang Heechul katakan benar-benar masuk akal, lantas untuk apa ia merasa begitu gelisah hanya karena ciuman itu? “Apa yang terjadi?” Baekhyun tersentak kecil lalu menggeleng keras saat Heechul melempar tatapan penuh curiga. “Ya, hallo?” “Ini aku.” Baekhyun mencengkram ponsel yang sesaat lalu menempel di telinga. Nyatanya suara wanita paruh baya itu membekas karena kata-katanya yang menyakitkan belum lama ini. Baekhyun mengesampingkan tanya dari mana wanita paruh baya itu tahu nomornya? Bakehyun hanya merasa penasaran untuk apa dia menghubunginya? “Besok adalah hari ulang tahunmu. Datanglah aku akan membuatkanmu sup rumput laut.” Baekhyun menelan saliva, apa yang terjadi? Ia masih mengingat betul apa yang wanita itu katakan, Baekhyun bahkan masih merasakan efeknya hingga saat ini. Lalu 233

ada apa? Mengapa wanita paruh baya itu tiba-tiba menghubunginya dan bersikap baik? Meski masih cukup merass penasaran, nyatanya kalimat yang ia dengar seperti sebuah hal yang ajaib. Aku akan membuatkanmu sup rumput laut. Sup rumput laut yang dibuat oleh ibu, bukankah Baekhyun selalu melewatkannya setiap tahun sejak ia kecil? Apakah Tuhan tengah memberinya kesempatan saat ini? Wanita itu menggigit bibir, tanpa sadar sudut bibirnya terangkat dan ia merasa cukup girang. Apa Ibu berubah pikiran dan merasa bersalah telah berkata seperti itu padaku? Senyumnya semakin lebar dan ia bertekad akan datang. “Eonnie... apa jadwalku padat selama dua hari ke depan?” “Lihat siapa yang berbicara. Jangan hanya kau akan membintangi film dari sutradara terkenal dan kau merasa sudah seperti artis papan atas dengan segudang jadwal?” Dan Heechul mulai lagi. Baekhyun mencebi lalu menyandarkan punggung. “Aku memang artis papan atas! Dua tiga tahun ke depan aku akan membintangi drama dengan Lee Min Ho!” “Dalam mimpimu!” “Dasar penyihir! Kau lihat saja, aku akan memecatmu begitu aku naik daun!” Heechul tertawa keras. “Naik daun... ya, ya, itu cocok denganmu karena kau siluman ulat bulu!” “Kim Heechul!” Baekhyun kesal. Diam-diam Heechul terkekeh geli lalu berdeham kecil. “Kau hanya mempunyai jadwal untuk menghadiri even brand kosmetik besok lusa.” “Bagus. Kalau begitu pesankan aku tiket kereta besok.” 234

Heechul menoleh sejenak lalu kembali fokus pada kemudi. “Kau mau kemana?” Baekhyun tersenyum lebar. “Aku akan mencicipi sup rumput laut terlezat di negeri ini.” Senyum yang terulas sampai pada kedua bola mata. Heechul tahu, jika Baekhyun sudah seperti itu maka dia tengah dalam suasana hati yang baik.

~oOo~ Baekhyun berdandan dengan sangat cantik bahkan terkesan sangat manis. Ia tidak memakai pakaian laknat yang kerap kekurangan bahan, wanita itu berpakaian santai dan sederhana namun tak gagal memberi kesan luar biasa. Setelah berjanji pada Heechul akan menjaga diri selama di luar kota, Baekhyun lantas menghabiskan waktu beberapa jam perjalanan kereta. Sempat tertidur lama di kereta, wanita itu akhirnya terbangun tepat sebelum sampai di salah satu subway kota tujuan. Ia menutup penampilannya dengan baik. Topi hitam dan masker adalah teman terbaik bagi selebriti agar terhindar dari orang-orang yang peka terhadap sekitar. Baekhyun lantas berjalan keluar stasiun, ia memegang koper besar berisi ragam hadiah yang akan ia persembahkan kepada sang ibu. Telah sejak lama Baekhyun bercita-cita membelikan banyak hal untuk sang ibu dengan uang hasil jerih payahnya. Baekhyun akan sangat bangga kepada dirinya sendiri. Mengabaikan beban koper yang ia seret karena terlalu banyak 235

hadiah yang dibawa, wanita itu lantas menghentikan taksi dan memberikan alamat yang dituju kepada sang sopir. Senyumnya kian merekah membayangkan akan mendapatkan sambutan hangat alih-alih kata-kata menyakitkan seperti pertama kali mereka bertemu. Ia sampai di rumah makan yang sama yang ia datangi bersama Chanyeol beberapa hari lalu, sedikit mengerjapkan mata melihat penampilan rumah makan itu sedikit berbeda, ada beberapa oranmen khas, seperti hiasan pesta ulang tahun di setiap sudut saat kakinya melangkah masuk. Bahkan ada banyak kado di sudut ruangan. Baekhyun membuka topi dan masker dan melirik ke segala arah lalu atensinya berhenti pada wanita paruh baya yang mendekat. “Kau sudah datang?” Baekhyun menatap wanita itu beberapa saat lalu mengikis jarak dan memeluknya erat. Ia lantas menarik diri karena tidak mendapat sambutan yang diinginkan, lalu merasa wajar mungkin ibunya masih sedikit canggung. “Aku membawakan hadiah untuk... Ibu.” Baekhyun sedikit ragu mengingat itu kali pertama ia menyebut seorang wanita dengan panggilan seperti itu. Baekhyun lalu mendorong dua koper yang ia bawa. Wanita paruh baya di hadapannya melirik sejenak lalu mengangguk. “Apa kau sudah makan? Aku sudah menyiapkan sup rumput lautnya.” Baekhyun mengerjap kecil, tidak melontarkan banyak protes dan memilih menyantap apa yang ibunya sajikan. Suapan pertama benar-benar berharga. Air mata Baekhyun meniti karena bahagia. Perasaannya benar-benar berbunga-bunga. 236

“Ibu, kenapa rumah makannya dihias seperti ini? Apa ada pesta? Bahkan tidak ada pelanggan yang datang.” Baekhyun pikir rumah makannya sengaja tidak beroperasi hari ini. Lalu senyum Baekhyun terulas. Apa Ibu menyiapakan semua ini untukku? Baekhyun ingin berjingkrak kegirangan. Pertanyaannya masih menggantung tanpa jawaban, malah Baekhyun melihat ibunya sedikit cemas dan terus menoleh ke arah luar seolah tengah menunggu seseorang. Lalu Baekhyun kembali merasa penasaran karena kali ini ibunya terlihat lega dan tersenyum lebar. Pintu rumah makan itu dibuka oleh segerombolan gadis berseragam sekolah. Baekhyun sontak tersentak lalu menunduk karena suasana ramai yang tiba-tiba memenuhi ruangan. Apa yang terjadi? “Putriku yang sangat cantik, selamat ulang tahun.” Lalu Baekhyun refleks mengangkat wajah dan melihat ibunya memeluk dan mencium gadis yang ia jumpai terakhir kali di sini. “Ibu! Apa ini semua untukku?” “Sera, selamat ulang tahun!!” Baekhyun adalah orang asing ketika mereka semua merangkul Sera dan menyanyikan lagu ulang tahun kepada gadis yang Baekhyun tahu adalah putri ibunya. “Terima kasih, Ibu! Aku senang sekali!” Lalu Sera berjingkrak bersama teman-teman sekolahnya. “Semua kado itu untuk putri Ibu yang sangat berharga di dunia.” Lantas aku apa? “Dan Ibu masih mempunyai kejutan lain untukmu.”

237

Lantas semua orang mulai menyadari kehadiran wanita asing di sudut ruangan yang tengah menyantap makanan seraya menunduk. “Ibu itu siapa?” Tanya Sera. Baekhyun menunduk dalam, ia kembali bertanya untuk apa kehadirannya di sana. “Hey, putriku adalah penggemar beratmu. Aku ingin kau... setidaknya mengucapkan selamat kepadanya.” Baekhyun mengangkat wajah secara perlahan, lalu menatap wanita paruh baya itu dengan mata memanas. Deham kecil lolos. Wanita paruh baya itu merasa sedikit bersalah karena niatnya menghubungi Baekhyun adalah untuk menyenangkan Sera di hari ulang tahunnya. “Bukankah itu... Byun Baekhyun?” “Whoa!” “Baekhyun Eonnie!!” Sera menutup mulut lalu berhambur dan mendekat, merasa tidak percaya atas apa yang kini dilihatnya. “I-ibu, apa ini benar-benar Byun Baekhyun Eonnie? Ladiesire?!” “Ya, sayang. Apa kau senang?” “Bagaimana bisa? Eonnie!” Sera menangkup tangan Baekhyun. “Aku adalah penggemarmu!” “Whoa! Dia benar-benar Byun Baekhyun.” Teman-teman Sera mulai heboh bahkan beberapa dari mereka sudah mulai mengeluarkan ponsel dan merekam. Sekali lagi Baekhyun menatap wanita yang ia yakini sebagai ibu kandung meski kini keyakinannya goyah. Baekhyun menarik diri lalu berlalu dari sana dengan langkah intens. Matanya memanas dan di dadanya semakin terasa sesak. “Tunggu!” 238

Baekhyun berbalik lalu menatap wanita paruh baya itu dengan mata basah. “Maaf berbohong tentang sup rumput laut dan hari ulang tahunmu. Aku... memintamu datang karena putriku adalah penggemar beratmu, hari ini dia ulang tahun. Ku harap kau tidak salah paham atau berbesar kepala.” “Lantas aku siapa bagimu?” Baekhyun menohoknya dengan suara bergetar. “Aku tidak pernah meminta ingin dilahirkan dari rahimmu.” “Kau...” “Kenapa kau membenciku? Kenapa kau sangat kejam? Ibu macam apa kau—“ “Jaga mulutmu! Aku adalah Ibu bagi Sera bukan untukmu.” Baekhyun memalingkan wajah lalu air matanya lolos. “Baik. Memang... tidak seharusnya aku menghabiskan sisa hidupku hanya untuk tahu seperti apa sosok wanita yang telah melahirkanku ke dunia. Silahkan membenciku dan Ayahku seumur hidupmu, nyonya. Aku dan Ayahku akan hidup tanpa lagi merasa penasaran apa kau baik-baik saja di suatu tempat? Seperti katamu, aku akan menggangapmu tidak ada. Selamat tinggal, nyonya.” Tangis Baekhyun pecah di dalam taksi yang ia tumpangi. Sang sopir merasa penasaran namun sungkan untuk bertanya. Untuk itu isak pilunya dibiarkan terurai selama perjalanan. Mengisi malam yang kian pekat, menemani puluhan klakson mobil di jalanan.

239

~oOo~ Sejak dua jam terakhir, Chanyeol dan Arata berpelukan erat di atas sofa. Si jangkung sesekali mengecup puncak kepala yang lebih mungil dan keduanya bercumbu kecil seolah hari esok tidak berlaku. “Aku akan merindukanmu.” Arata terkekeh kecil lalu mengecup lengan Chanyeol yang melingkar di lehernya. “Ini tidak seperti kita tidak akan bertemu dalam waktu yang lama. Bukankah kau si idol yang rajin bepergian ke Jepang?” Chanyeol mengangguk lalu menyesap aroma bahu Arata. “Benar. Aku akan mengunjungimu sesering mungkin.” Lalu ia memeluk kekasihnya dengan erat seraya memejamkan mata. Meski gelagat Chanyeol terasa normal dan wajar namun nyatanya Arata menyimpan sedikit kejanggalan atas sikap Chanyeol selama ia berada di apartemennya untuk beberapa hari terakhir. Arata melamun sejenak seraya meremas kecil lengan Chanyeol lalu berbalik menatap Chanyeol dengan kedua alis yang sedikit bertaut. Chanyeol lantas ikut bertanya-tanya. “Kenapa?” Lalu niatnya meraup bibir Arata ditahan oleh kekasihnya tersebut. “Apa yang terjadi?” “Huh?” Chanyeol menaikkan kedua alis. Tidak menaruh sedikit pun prasangka. “Kau... aneh.” Arata lantas bangkit dan memilih duduk dengan normal di samping Chanyeol. “Aneh? Apa maksudmu?” Chanyeol merasa tidak mengerti di samping satu perasaan yang membiarkan dugaan Arata adalah benar. 240

Arata bingung untuk menjawab. Tidak ada yang salah dengan sikap Chanyeol selama mereka menghabiskan waktu di apartemen pria itu selama dua hari terakhir namun justru Arata hal itu terasa janggal. Chanyeol dan sikapnya terkesan berlebihan, terasa dipaksakan. Atau seperti dibuat untuk menutupi sesuatu yang tidak Arata pahami. Arata menggeleng lalu suasana hatinya terusik. Chanyeol mendekat lalu meraih tangannya. “Sayang? Apa yang terjadi?” Arata menatapnya dengan serius lalu mendengus kecil. “Apa kau... entah.” Ia menggeleng membuat Chanyeol bertambah bingung. Arata mengulurkan tangan lalu membelai wajah Chanyeol. “Cium aku.” Tanpa sebuah aba-aba, Chanyeol mengikis jarak dan mencium bibir Arata. Arata membalas lumatan menuntut itu seidkit kewalahan hingga dahinya mengernyit. Ada apa dengan dirinya? Atau ada apa dengan Park Chanyeol? Mengapa Arata merasa ciuman mereka sejak dua hari terakhir tidak meninggalkan banyak kesan seperi yang sebelumnya. Arata menarik diri setelah menuntut lepas dari ciuman yang hanya meninggalkan kesan tak berarti. Lalu Arata mengernyit kala Chanyeol bangkit setelah mendengarnya menghela kecil. Dan Arata melihatnya menciptakan sebuah jarak. Bukankah benar ada yang salah dengan Park Chanyeol? Pria itu bertumpu pada meja pantry lalu menunduk dalam. Diam-diam mengutuk diri karena gagal bernegosiasi dengan keadaan. Faktanya Chanyeol meradang karena kehadiran 241

Arata dan kebersamaan yang mereka jalin selama dua hari, juga kemesraan yang terjalin dengan kesungguhan masih tidak bisa membuat pikirannya jernih. Ia bahkan semakin tidak waras karena menanamkan satu nama lain di atas kesungguhannya mencintai Arata selama dua tahun. Jangan berulah, Byun Baekhyun. Chanyeol tidak bertanya-tanya mengapa ia kesulitan melupakan kejadian konyol bersama wanita itu, daripada itu ia bahkan lebih memiliha mencari jawaban atas dirinya sendiri. Mengapa aku menciummu malam itu, Byun? Chanyeol berdecak keras lalu mengusap wajah, lalu sadar Arata memeluknya dari belakang. “Apa ada masalah dengan studiomu?” Arata mencoba berpikir rasional. Setahunya suasana hati Chanyeol yang bergejolak hanya sanggup dipengaruhi oleh hobinya. “Bagaimana dengan demo lagu yanh terakhir kali kau dengarkan padaku? Apa semuanya berjalan lancar?” Chanyeol nyaris mendengus keras karena sebuah lagu. Ia ingat lagu yang tengah dibahas telah ia percayakan kepada Baekhyun. Pada akhirnya wanita itu lagi. Chanyeol terusik. Chanyeol enggan memikirkannya lebih jauh disamping merasa harus tahu jawaban pasti mengapa ia mencium wanita itu dan sulit melupakannya ketika bahkan Arata yang ia cintai berada di sini. Jangan berulah. Ku mohon, Byun Baekhyun. Lantas untuk apa harapan itu? Itu seperti Chanyeol akan runtuh jika kecemasannya menjadi kenyataan. “Ponselmu berbunyi.” Arata menyadarkan Chanyeol lalu membiarkan pria itu menjawab panggilan. 242

Chanyeol menyempatkan diri mengernyit pada nomor asing yang terpampang lalu memutuskan untuk menggeser tombol hijau. “Hallo?” “Apakah ini Park Chanyeol sunbae-nim?” Chanyeol kembali bertanya-tanya. “Dengan siapa aku berbicara?” Lalu Chanyeol mendengar tawa kecil di seberang sana. “Astaga, ternyata nomornya benar. Aku Han Sohee. Hershe.” Chanyeol menaikkan sebelah alis. Nama yang diperkenalkan serta satu nama grup wanita yang tak asing di telinga membuatnya semakin bertanya-tanga. Ia tahu Sohee meski tidak mengenalnya secara langsung. Chanyeol bahkan ingat Excellent Soul dan Hershe kerap bertemu dalam berbagai acara dan penghargaan musik. “Ya? Ada perlu apa?” “Hmm... bagaimana kau aku berbicara? Kurasa kita harus bertemu dan berbicara langsung. Secara empat mata.” Chanyeol diam beberapa saat. “Kau dan aku? Bertemu berdua? Untuk apa?” Ada hal penting apa sebenarnya? Sohee kembali terkekeh di seberang sana. “Well, kurasa akan lebih baik bagimu untuk tidak melibatkan banyak orang ketika saat ini kau sedang dengan seorang pria di apartemenmu.” Chanyeol dengan cepat bereaksi. “Apa maksudmu?” Nada berbicaranya bahkan mendadak defensif. Ia melirik Arata yang terheran-heran lalu menjauh dan berdiri di balkon. “Ayolah sunbae, bukankah usulku tepat? Kita harus bertemu dan berbicara empat mata. Kecuali jika kau ingin melibatkan media dan—“ “Aku akan menemuimu.” 243

Perihal skenario terburuk masib belum berani Chanyeol bayangkan. Ia hanya perlu tahu dari mana wanita itu tahu keberadaan Arata di apartemennya? Lalu sejauh mana wanita itu tahu? Dan bagaimana bisa? Chanyeol mencengkram ponselnya dengan kepala tangan setelah memutus sambungan telepon lalu kembali ke dalam. “Siapa yang menelepon?” “Majukan jadwal penerbanganmu menjadi malam ini.” “Huh?” Lalu Arata terheran-heran atas kepanikan yang terlihat jelas di wajah Chanyeol. “Apa yang terjadi, sayang?” Chanyeol memejamkan mata. Ia panik, dan hal pertama yang terlintas dalam benak adalah mengirim Arata pulang ke Jepang. Demi Tuhan, bagaimana bisa ada yang tahu keberadaan Arata di sini? “Aku akan mengantarmu ke bandara sekarang.” Chanyeol memegang kedua bahu Arata lalu menunduk dalam dan mencoba mengontrol diri. “Hey, apa yang terjadi?” Arata merasa cemas dan ikut panik melihat Chanyeol yang ia kenal selalu bersikap tenang kini sedikit kalangkabut. “Ku mohon... kau akan pulang malam ini. Aku akan memberitahumu nanti. Apa kau bisa mengerti?” Arata lantas mengangguk tanpa berkeinginan menuntut penjelasan lebih jauh. Karena suatu waktu ia akan luluh dan membiarkan Chanyeol tenang. Lalu Arata berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk.

244

*** Chanyeol jelas bertanggung jawab mengantar Arata ke bandara, meski tidak sampai ke terminal keberangkatan untuk menghindar dari beberapa kemungkinan, paling tidak ia mulai sedikit merasa lega untuk satu hal. Pria itu lantas mempercepat laju kendaraan menuju tempat yang telah ditentukan oleh Sohee untuk bertemu. Sampai sejauh ini Chanyeol masih bertanya-tanya dari mana wanita itu tahu? Apa Chanyeol dimata-matai? Untuk saat ini Chanyeol harus berwaspada. Ia turun dari mobil setelah sampai. Penampilanny tertutup sempurna dan ia segera mencari meja berpenghuni di salah satu kafe di sudut kota. Chanyeol mendapat sinyal dari seorang wanita yang memakai masker lalu mendekat dan duduk. Semula ia tidak menaruh banyak tanya, namun setelah diamati lebih jauh, di mana ia pernah melihat wanita dengan wajah tertutupi masker yang sama persis seperti yang kini terpampang di hadapannya? Sohee membuka masker lalu tersenyum lebar. “Selamat malam, sunbae. Whoa aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini.” Diam-diam ia mengangkat sudut bibir dan mulai menyusun siasat untuk menjebak Chanyeol agar dugaannya terbukti. “Apa maumu?” Chanyeol enggan berbasa-basi, fakta bahwa senyum Sohee palsu cukup memberinya banyak petunjuk bahwa wanita itu bukan wanita baik-baik. “Oh...” Sohee terkekeh anggun di balik punggung tangan. “Ku pikir member Excellent Soul mempunyai kepribadian yang 245

sama, Sian sunbae juga tidak suka berbasa-basi, oh dia bahkan sedikit lebih ketus.” “Apa kau tidak akan menjawabku?” Chanyeol nyaris memutar bola mata. “Apa maumu?” Pertanyaan itu seharusnya tidak transparan, namun Sohee menangkap satu hal hal yang bersifat spesifik. Bukankah Chanyeol tengah bernegosiasi? Sudut bibir Sohee kembali terangkat. “Hmmm...” ia menyadarkan punggung lalu memainkan nail art. “Ternyata tahu rahasia besar seseorang tidaklah nyaman.” Dan Sohee kembali menatap Chanyeol. “Apalagi rahasia besar idol populer sepertimu, sunbae.” Chanyeol bereaksi kecil pada senyum jahat yang Sohee lemparkan. Lalu tangannya terkepal. “Berani sekali kau mematamataiku. Pikirmu siapa dirimu?!” Tentu Chanyeol merasa meradang mengingat ia tidak sedikitpun mengenal Sohee atau bahkan sebaliknya. Atau bahkan motifnya? Apa untungnya mengusik kehidupan seseorang yang tidak ia kenal secara langsung? “Oh, tenanglah.” Sohee terkekeh lagi. “Aku tidak akan membocorkan rahasiamu yang memalukan.” Ia terus menekan keadaan untuk membenarkan kenyataan. Untuk tahu bahwa Park Chanyeol memang mempunyai rahasia itu. “Lalu apa maumu? Jangan berani mengusik hidupku.” Chanyeol benar-benar kalut dan panik. Jika tentang Arata, ia memang sanggup kehilangan akal dan pikiran yang rasional. “Tentu saja aku tidak akan mengusik hidupmu atau membeberkan rahasia memalukanmu.” Sohee lantas menutup mulut seolah merasa bersalah dengan ucapannya sebelum ia

246

tersenyum jahat bak penyihir. “Tapi, bukankah kau tahu selalu ada harga yang dibayar mahal untuk menutupi sesuatu hal?” Chanyeol mendengus berat, lalu menunduk dan menautkan kedua tangan. “Ya. Dan apa maumu?!” Ia mulai terdengar kehabisan kesabaran. Sohee menegakkan posisi duduk lalu menatap Chanyeol dengan serius. “Sederhana saja, kau hanya harus mengkonfirmasi di hadapan para wartawan bahwa hubunganmu dengan Byun Baekhyun tidaklah benar. Katakan bahwa Byun Baekhyun menginginkan hubungan palsu denganmu demi mendongkrak sebuah ketenaran. Pastikan segalanya diatur oleh Byun Baekhyun dan kau adalah korban yang mendapat ancaman serius dari wanita itu jika tidak mematuhi keinginannya.” Chanyeol nyaris mengorek lubang telinga. “Huh?” Sohee mengangkat bahu. “Hanya itu yang perlu kau lakukan jika ingin rahasiamu aman di tanganku.” “Apa kau gila?” Hanya itu yang sanggup keluar dari mulut Chanyeol di samping perasaan terkejut dan satu tanya mengapa Sohee menargetkan Byun Baekhyun? Dan apa sorot mata penuh kebencian itu? “Kenapa kau ingin aku melakukan hal itu?” “Apa aku salah? Bukankah benar bahwa kalian hanya berpura-pura dan menipu banyak orang?” Chanyeol benar-benar mengusap wajah. Mengapa kini keadaanya menjadi kacau? “Kecuali jika kau ingin aku menghubungi seorang wartawan kenalanku dan memberitahu dia bahwa kau...” Sohee menggantung kalimat demi melihat reaksi Chanyeol. Dan benar saja pria itu terlihat semakin panik dan cemas. Jadi benar bahwa kau homoseksual, sunbae?

247

Seharusnya Chanyeol menimang banyak opsi, karena keputusannya akan sangat berdampak besar, namun kini ia tidak mempunyai pilihan kedua ketika Arata dan hubungannya dengan pria itu adalah prioritas yang harus ia jaga. Bukankah Chanyeol sangat takut kehilangan Arata? Bukankah Arata sangat berarti bagi hidupnya? Lalu dengus lelah lolos, Chanyeol terlihat pasrah dan menunduk dalam. “Jauhi kehidupanku. Berhenti mengusikku sampai di sini dan aku akan memenuhi keinginanmu.” Chanyeol memutuskannya dengan cepat. Karena Arata ia mengesampingkan satu tanya. Bagaimana dengan Byun Baekhyun?

~oOo~ Matanya sembab. Baekhyun tidak ingat berapa lama ia menangisi keadaan, ia bahkan tidak menghitung durasi perjalanan kereta setelah memutuskan pulang ke Seoul dengan perasaan hampa dan juga terluka. Rasa lelah menuntunnya keluar dari taksi setelah sampai di depan gedung apartemen. Baekhyun benar-benar enggan memikirkan hal lain ketika kepalanya nyaris pecah, untuk itu si mungil tidak sedikit pun peduli dengan keadaan sekitar hingga tidak sadar ada begitu banyak orang yang kini memadati halaman gedung apartemen. Baekhyun baru mulai menyadari keadaan ketika mendengar begitu banyak kegaduhan. Ada juga yang menyerukan namanya dengan nada marah. “Itu Byun Baekhyun!” 248

Yang bersangkutan mematung lalu mengerjap, ia berdiri sekian meter dari kumpulan para reporter dan juga penggemar. Ada apa? Baekhyun tidak mengerti situasi namun sinyal otak memberitahunya untuk berbalik dan lari. Maka wanita itu mundur, menghindari setiap orang dan melarikan diri. Dari belakang sama terdengar begitu banyak makian. Demi Tuhan, ada apa? Baekhyun masih berlari mengabaikan rasa lelah, ia sempat tersandung dan tersungkur ke atas permukaan aspal beberapa kali hingga celana di bagian lututnya robek dan kulitnya terluka, telapak tangannya lecet, napasnya tersengal ketika menghentikan sebuah taksi di depan mata. Si mungil baru dapat bernapas lega setelah taksi itu melaju setelah nyaris berhasil dicekal oleh para wartawan yang mengejarnya. “Astaga! Di mana kau saat ini?!” Terdengar seruan Heechul di seberang sana setelah Baekhyun menggeser tombol hijau di layar ponselnya yang menyala. “Eonnie, apa yang terjadi? Kenapa aku dikejar-kejar oleh wartawan?” “Pertama-tama kau harus bersembunyi terlebih dahulu di tempat aman, aku akan menjemputmu secepatnya. Ingat, jauhi tempat-tempat ramai—astaga aku tidak percaya situasinya sekacau ini!” Baekhyun mengerjap kecil karena benar-benar buta akan situasi. Wanita itu mengusap wajahnya dengan kentara sebelum membuka laman headline news ini ponselnya. Hor News 1 249

Park Chanyeol dan sepasang kekasih sungguhan!

Byun

Baekhyun

bukanlah

Chanyeol Excellent Soul memberikan pernyataan mengejutkan tentang hubungannya dengan Baekhyun Ladiesire. Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu mengaku bahwa hubungannya dengan Baekhyun hanya sekedar siasat agar member Ladisire itu mendapat ketenaran. Hubungan mereka tidak benar-benar nyata, Chanyeol mengaku mendapat ancaman keras dari Baekhyun jika ia tidak menuruti kemauan wanita berusia dua puluh enam tahun tersebut. Kata hingga kata berikutnya sanggup membuat saliva Baekhyun berubah menjadi pahit dalam hitungan detik. Wanita itu melebarkan kedua atensi, mulutnya kelu ketika memutar video berisi pernyataan Chanyeol di depan awak media. User404: Aku sudah dapat menebaknya dari awal, tidak mungkin Park Chanyeol berselera kepada pelacur satu itu! User505: Chanyeol yang malang. Pria setampan itu harus berurusan dengan wanita ular bernama Byun Baekhyun. Hey, Baekhyun, bukankah kau malu topengmu terbongkar? Mati saja lah! User101:

250

Jadi pelacur itu benar-benar tidak mempunyai sedikit pun prestasi dan mengharapkan ketenaran? Apa otak tololmu itu adalah warisan, Byun Baekhyun-ssi? User202: Mari kita buat petisi agar wanita sundal itu diusir dari negara ini. Aku sangat muak melihatnya bertingkah jenaka di tv ketika kenyataannya dia adalah penjahat kelas kakap! User303: Baekhyun-a... aku dengar kau dan Ayahmu ditinggalkan oleh Ibumu sejak kau kecil, tidakkah kau berpikir hal itu terjadi karena kau pembawa sial? Ibumu saja enggan mengakuimu, bagaimana nasib Ayahmu? Bukankah saat ini pria tua itu adalah orang tua paling malang di dunia? Daripada menyusahkan semua orang lebih baik kau telah saja racun di suatu tempat, tidak perlu repot-repot membuat klarifikasi, kami semua lebih senang mendapatkan berita kematianmu yang mengenaskan! Masih terdapat ratusan komentar kebencian yang enggan Baekhyun tuntaskan ketika tangannya sudah sangat bergetar. Tidak, bahkan bahunya bergetar hebat, Baekhyun menggigil lalu menunduk dalam, ada sesak hebat di balik tulang rusuk. Sebuah nama terpampang di layar ponsel, lalu ibu jari yang kehilangan tenaga itu berusaha keras menggeser tombol hijau. “Di mana kau saat ini?” “S-sian...” Baekhyun menarik sebuah tangis kecil. “Aku tidak mengulang pertanyaanku, Byun Baekhyun.” 251

“A-aku...” Baekhyun terbata, napasnya tersendat. “Aku...” “Byun Baekhyun! Jawab aku!” “Noona... Noona di dalam taksi.” “Hidupkan speakermu.” Baekhyun mengerjap lemah lalu menuruti perintah Sian. “Ahjussi, tolong antarkan kekasihku ke apartemen Yeouido.” “Baik, tuan.” Sang sopir taksi itu menyahut demgan suara sedikit keras. Baekhyun mematikan mode speaker lalu kembali menempelkan ponsel di telinga. “Aku akan menjemputmu di depan gedung, aku akan menunggumu.” Baekhyun tidak mempunyai tempat untuk berlindung, pikirannya buntu hingga ia pasrah dan menurut pada Sian untuk saat ini. Tiga puluh menit berlalu, Baekhyun disambut oleh Sian, ia mematung kala pria itu memakaikan mantel tebal juga topi dan masker hitam untuk menutupi identitas dari setiap orang. Baekhyun kehilangan banyak tenaga hingga ia sepenuhnya bergelayut pada lengan Sian. Wanita itu menunduk dan berjalan beriringan menuju sebuah unit pribadi milik member Excellent Soul tersebut. Sian sibuk menekan sandi aparteman sebelum menuntun Baekhyun masuk ke dalam. Ia membantu wanita itu membuka mantel, topi dan masker, lalu terkejut mendapatkan memarmemar kecil di wajahnya yang memerah dan juga sembab. Baekhyun menatap Sian cukup lama hingga pandangannya buram oleh air mata yang mengendap. “A-aku... tidak melakukan itu.”

252

Sian mengangguk, ia mengikis jarak dan memeluk wanita itu. “Aku... itu, itu tidak benar. Noona tidak melakukan itu.” Baekhyun dengan napas tersengal. Nadanya terdengar nelangsa. Lalu Sian mulai mendengar tangis keras yang memilukan. Di atas sofa itu Sian memberikan pertolongan pertama pada luka memar di lutut dan wajah Baekhyun. Si mungil tidak bereaksi sedikit pun pada cairan antiseptik, perih itu telah sepenuhnya bermuara di satu titik di bagian terdalam hatinya. Maka dari itu Baekhyun merasa cukup kebas. Sian menyelesaikan tugasnya lalu melirik ponsel Baekhyun yang sejak tadi tidak berhenti berdering dan bergetar, ia tidak tahu ada berapa banyak pesan dan panggilan yang masuk. Untuk itu Sian memutuskan untuk mematikan ponsel Baekhyun sepenuhnya. “Aku akan menyiapkan makanan untukmu.” “Aku tidak lapar.” Baekhyun menyahut dan memalingkan wajah. Mulai merasa tidak percaya diri dengan wajahnya yang memerah dan sembab karena terlalu banyak menumpahkan tangis. Sian masih berlutut di hadapan Baekhyun, menatap wanita itu lamat-lamat. “Kalau begitu aku akan siapkan pakaian bersih, kau bisa memakai kamarku dan beristirahat di sana.” Sian bangkit dan berniat menyimpan kotak obat sebelum langkahnya dicekal, Baekhyun memeluknya dari belakang. Sian berbalik, menangkup wajah Baekhyun dan memeluknya dengan erat. “Semuanya akan baik-baik saja. Percaya padaku.” Tangis Baekhyun kembali pecah. “Aku... aku merasa buruk terhadap Ayahku. Bagaimana jika Ayahku tahu bahwa saat 253

ini putrinya menjadi bahan gunjingan semua orang? Dia akan sangat terluka!” Dapat Sian saksikan bagaimana kacaunya Baekhyun saat ini. Betapa nelangsanya wanita itu. Sian merasa buruk, hati kecilnya terluka melihat Baekhyun terpukul hebat oleh keadaan. Kotak obat itu sepenuhnya tergeletak, Sian tahu Baekhyun telah banyak kehilangan tenaga untuk sekedar menopang beban tubuh, lalu pria itu merangkul dan menggendongnya menuju kamar, membantu membaringkan tubuhnya di atas ranjang sebelum menarik selimut hingga menutupi setengah badannya. “Istirahatlah.” Sian menyempatkan diri mengecup dahi Baekhyun dengan lembut sebelum kemudian meninggalkan kamar. Sejak awal tangan Sian telah banyak terkepal, ia merasa marah dan malu dan merasa buruk atas tindakan Park Chanyeol. “Pecundang itu!” Desisnya dengan geram. Sian tidak sepenuhnya tahu cerita di balik hubungan palsu Chanyeol dan Baekhyun, namun menilik betapa terpukulnya Baekhyun, Sian dapat menyimpulkan satu hal, bahwa Park Chanyeol lah yang bermasalah di sini. Sian meraih kunci mobil, setelah memastikan Baekhyun terlelap, ia lantas memutuskan untuk menemui Chanyeol.

~oOo~ Chanyeol tengah berlatih keras dengan sebagian member. Beberapa orang memilih menelan bulat-bulat rasa penasaran setelah mendapati fakta bahwa Chanyeol lebih 254

banyak memicingkan mata hingga merilis aura kelam yang cukup seram. Semua orang tentu tahu situasinya saat ini, bahkan mereka tahu bahwa Chanyeol menghabiskan banyak waktu di kantor agensi sebelum pria itu datang ke studio latihan. Keringat Chanyeol mengucur deras, yang lain memilih beristirahat sejenak namun pria itu tidak berhenti menarikan sebuah koreografi hingga bajunya basah oleh keringat. Samar Chanyeol mendengar member lain menyambut kedatangan seseorang, lalu di detik berikutnya bahunya dicengkram sebelum sebuah pukulan bersarang di wajahnya. Chanyeol terhuyung sementara member lain terperanjat atas tindakan Sian. “Hey, ada apa ini?!” Alex berseru mencoba melerai Sian yang kini mencengkram kerah Chanyeol dan kembali melayangkan sebuah pukulan. Member lain tidak tinggal diam, mereka mencoba menenangkan Sian dan melerai baku hantam kecil yang terjadi bersama Chanyeol. “Apa masalahmu, huh?” Chanyeol menyeka darah segar di sudut bibir. “Lepas!” Sian berontak ketika tiga member lain mencoba menahannya. “Kau bertanya apa masalahku? Tidakkah kau lebih keji dari seekor binatang, huh?” Mata Chanyeol memicing, emosinya tersulut dan ia nyaris melayangkan pukulan kepada Sian jika tidak lebih dilu ditahan oleh Kai. “Ada apa dengan kalian?!” Jason selaku leader grup mencoba menengahi.

255

“Pecundang ini...” Sian menunjuk pada Chanyeol. “Kalian semua tentu tahu hal konyol apa yang dia katakan tentang Byun Baekhyun di depan media.” Chanyeol bereaksi lalu mendengus jengah. “Ah, jadi kau sedang memainkan peranmu sebagai pahlawan kesiangan? Kenapa? Kau menyukai wanita itu?” “Ya! Aku menyukainya!” Sian menjawab dengan lantang, sanggup membuat mulut Chanyeol kelu dalam sepersekian detik. “Apa masalahmu, Park? Pernahkah kau berpikir dampak hebat apa yang akan terjadi karena perbuatanmu? Huh?! Berhenti menjadi pecundang! Aku tahu kau yang bermasalah di sini, lalu kau menumpahkan semua masalah kepada Baekhyun, kau pikir sehebat apa Baekhyun ketika dia hanyalah seorang wanita?!” Tatapan Chanyeol perlahan melunak, bahunya turun secara perlahan. Lalu tangis pilu Bakehyun tempo hari terngiang di dalam otak. Semua orang lantas menatap Chanyeol dengan intens, seolah sependapat dengan ucapan Sian. Chanyeol balas menatap member satu per satu dan berakhir pada Sian. “Dengar ini, aku akan melakukan apapun untuk Baekhyun, dan kau tetaplah menjadi pengecut. Saat di mana kau mengatakan kepada semua orang bahwa Baekhyun bukanlah kekasihmu maka saat itu dia adalah wanitaku. Aku tidak akan segan memerangimu jika kau berani melangkah dan mendekat padanya!” Sian mendesis bahaya, apa yang ia ucapkan terdengar biasa namun meninggalkan kesan kuat. Chanyeol telah lama kelu, ia hanya tengah mengorek sebanyak apa hal buruk yang telah dilakukan, sebanyak apa ia menempatkan Baekhyun dalam kesulitan, sedahsyat apa dampak buruk yang akan diterima oleh wanita itu. 256

Kenapa, Park? Tepatnya kenapa Chanyeol melakukan semua itu tanpa pernah berpikir akan merasa buruk terhadap Baekhyun? Kenapa Chanyeol menyepelekan sesuatu yang tidak pernah ia duga akan menohoknya dengan keras? Lalu beberapa pertanyaan terakhir yang kini memutari benak. Bagaimana dengan Baekhyun? Bagaimana dengan wanita itu saat ini? Chanyeol mengepalkan tangan. Tepatnya mengapa ada sesak yang mengendap ketika membayangkan wanita itu tengah menangis keras di suatu tempat?

257

Chapter 12 Lagi-lagi skandal besar menyeret nama Baekhyun, orangorang terdekat mulai merasa kewalahan bahkan jengah. Langkah kaki terurai intens, stiletto itu mengetuk lantai dengan keras seperti memberitahu bahwa pemiliknya tangah tergesa-gesa. Lalu kedua tanganya menguak pintu dobel dengan sedikit tenaga, memberi kesan bahwa ia teramat jengkel saat ini. Luhan menatap sang presiden direktur yang tak lain adalah Kris dengan kedua mata memicing. “Staf drama membatalkan syuting bahkan akan mempertimbangkan untuk mengganti peranku dengan artis lain! Apa-apaan semua ini? Mengapa kau membiarkan Byun Baekhyun menghancurkan segalanya?!” Luhan meraung kesal. Kris memijit pelipis, seharian ini ia telah dipusingkan dengan nilai saham yang anjlok karena berita mengenai hubungan palsu Baekhyun dan Chanyeol. “Aku tidak ingin karirku terancam, aku muak jika harus terus-menerus terkena imbas dari masalah yang tak hentihentinya dibuat oleh artis kesayanganmu! Bukan hanya nasib peranku yang terancam, kau bahkan membiarkan jadwal perilisan album duo Hani dan Hyena batal! Demi Tuhan! Aku muak!” Kemarahan Luhan selama ini terpendam, pada akhirnya mencuat ke permukaan. Telah sejak lama Luhan merasa dianaktirikan, selama ini ia hanya sanggu menelan pahit atas kerja keras yang tidak terbayar. Luhan tidak sekali pun iri dengan pencapaian Baekhyun namun saat ini adalah puncak dari segala kesabaran yang ia tekan hingga ke dasar. Luhan manusia biasa yang akan merasa jengah. 258

“Biarkan aku memikirkan solusi.” “Solusi yang kau berikan akan percuma! Kecuali jika kau memutus kontrak dengan kami! Bubarkan Ladiesire dan biarkan aku dan yang lain berkarir tanpa bayang-bayang si populer Baekhyun!” Luhan terdengar sangat murka. “Tidakkah kau merasa buruk terhadapku, Hani dan juga Hyena? Kenapa Baekhyun harus menjadi seistimewa itu di agensi ini?!” Kris berdecak keras karena merasa sangat buntu, niatnya meraup keuntungan dari hubungan Baekhyun dan Chanyeol nyatanya berbalik petaka. Ia bingung memutuskan solusi terbaik untuk memecahkan skandal besar yang saat ini menggrogoti nama baik agensi. Jika dihitung lebih teliti, keuntungan dan kerugian yang Kris dapat nyaris seimbang dan itu didapatkan dari pamor Baekhyun. Artisnya yang lain bersih meski menghasilkan lebih sedikit dari yang sanggup Baekhyun beri. Namun saat ini Kris tidak menjadikan hal itu sebagai tolak ukur, ia merintis karir sebagai raja di dunia hiburan dengan kerja keras juga, ia tetap tidak ingin membiarkan agensi kecintaannya perlahan turun pamor bahkan sampai gulung tikar karena terus mendulang sensasi. “Luhan, aku akan memikirkannya secara matang. Untuk saat ini selesaikan jadwal dengan beberapa kontrakmu yang terikat. Heechul akan mengaturnya.” Emosi Luhan perlahan menurun, napasnya mulai terurai dengan lega meskipun ia memutuskan untuk meninggalkan ruangan Kris dengan bantingan pintu yang cukup keras. Di sana Kris mengurut dahinya dengan kentara, meski beragam opsi untuk kelangsungan masa depan agensi terngiang di dalam otak, ia tetap merasa bingung dan bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya sekarang? 259

~oOo~ “Katakan padaku, apa yang terjadi? Apa benar Baekhyun melakukan semua itu?” Chanyeol mematung beberapa saat ketika Arata memberondonginya dengan sejumlah pertanyaan di seberang sana. Pria itu terpejam kalut seraya memijat pangkal hidung dan mendengus kecil untuk ke sekian kali. “Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Semua baik-baik saja.” Maksud Chanyeol adalah hubungan mereka, karena ia tidak yakin di luar hal itu semuanya benar-benar baik-baik saja. “Lalu bagaimana dengan Baekhyun? Aku sangat syok karena dia melakukan hal seperti itu, ku pikir dia benar-benar baik dan tulus.” Chanyeol mencengkram ponselnya dengan kepalan tangan yang bergetar. Tidak ada yang salah dengan Baekhyun. Hati kecil Chanyeol meratap. Tidak ada yang salah dengannya. Chanyeol hanya terlahir sebagai pria egois dan jahat, pria itu bahkan tidak yakin bahwa ia murni seorang manusia yang mempunyai hati hingga ia tega membiarkan semua orang menyalah pahami Baekhyun. Sejumlah netizen berbondong-bondong memenuhi kolom komentar akun sosial media Byun Baekhyun dengan ungkapan kebencian. 260

Tidak hanya itu, beberapa oknum yang diduga sebagai penggemar fanatik Park Chanyeol diduga membobol apartemen Byun Baekhyun dan melakukan tindakan barbar seperti menghancurkan beberapa properti milik anggota girlgroup Ladiesire tersebut. Chanyeol refleks menoleh pada layar televisi yang kini tengah menyiarkan sebuah berita. Suara Arata mulai terdengar samar di telinganya, kini pria itu hanya fokus menatap layar televisi. Hingga saat ini wartawan masih belum dapat menghubungi bahkan mengetahui keberadaan Byun Baekhyun. Kris Wu selaku CEO dari agensi yang menaungi idol sensasional itu belum memberikan pernyataan resmi terkait skandal yang melibatkan artisnya. Chanyeol tidak tahu sejak kapan sambungan teleponnya dengan Arata terputus, pria itu sepenuhnya terhuyung ke atas sofa dan mengusap wajahnya dengan kasar. Apa yang telah kau lakukan, Park Chanyeol? Pria itu nyaris menggeram, sejak awal wajah Baekhyun tidak pernah absen berkelebat dalam pandangan. Mengapa sulit baginya menghilangkan bayangan wanita itu dari atensi? Chanyeol menggeleng keras hingga rasa bersalah itu kian mencuat. Di mana kau?

261

Lalu Chanyeol mengutuk diri karena merasa tidak mempunyai hak untuk tahu keberadaan wanita itu setelah menghancurkan hidupnya berkeping-keping. Sungguh, tidakkah ada yang lebih jahat dan keji darimu, Park Chanyeol? Ya. Sejauh yang ia ingat Baekhyun tidak mempunyai secuil salah terhadap dirinya. Kenapa kau bertindak sejauh ini, Park Chanyeol? Kenapa kau melibatkannya dalam masalah besar? Kenapa kau menjadikannya kambing hitam? Apa yang salah dengan otakmu? Chanyeol kian merasa resah. Apakah itu rasa bersalah atau memang ada yang tidak beres dengan perasaannya?

~oOo~ Heechul dengan cepat mengetahui keberadaan Baekhyun setelah mendapatkan kabar dari Sian. Mulanya sedikit terkejut karena tidak menduga bahwa artisnya berada di apartemen Sian si idol populer. “Terima kasih, Sian. Karena sudah menampung Baekhyun.” Terhitung dua puluh empat jam Baekhyun bersembunyi di apartemen Sian. Dan kini Heechul tengah bersiap membawa Baekhyun pulang mengingat ia tidak ingin mengambil risiko lebih jauh jika membiarkan Baekhyun tetap berada di apartemen Sian. “Bukankah lebih baik Baekhyun tetap berada di sini?” Heechul mengernyit kecil. 262

Melihatnya, Sian sempat menghela kecil sebelum menghidupkan televisi. Lalu berita tentang pembobolan apartemen Baekhyun masih disiarkan oleh beberapa stasiun televisi. Heechul membeo, pun Baekhyun yang kini menancapkan atensinya terhadap layar televisi. “Bagaimana bisa...” Heechul mendesi geram. Baekhyun tidak bereaksi lebih, ia hanya merasa harus siap menghadapi hal-hal mengejutkan lainnya mulai saat ini. Berita lain datang dari Kris Wu. CEO muda yang memimpin agensi tempat di mana Byun Baekhyun bernaung akhirnya merilis pernyataan resmi dan mengejutkan. Dalam pernyataannya di depan awak media, Kris memberitahu bahwa agensi telah memutus kontrak dengan Byun Baekhyun, juga memberikan pernyataan bahwa wanita itu bukan lagi anggota Ladiesire. Heechul refleks bangkit dari sofa, kedua bola matanya nyaris keluar dan napasnya memburu dengan cepat. “B-bagaimana mungkin!!!” Seingatnya Kris belum merundingkan segala hal dengan Byun Baekhyun. “Apa-apaan pemutusan kontrak secara sepihak ini?!” Sian sama terkejutnya lalu perlahan ia menoleh pada Baekhyun yang juga terlihat terkejut. “Kita harus bergegas! Kau harus menemui Kris secepatnya!” Heechul memakaikan mantel dan scarf pada Baekhyun. “Untuk apa?” Lalu kepanikan Heechul diinterupsi oleh nada suara Baekhyun yang terdengar datar. 263

“Tentu untuk menyelamatkan karirmu! Kau tidak bisa menatapku dengan tenang seperti itu seolah tidak terjadi apaapa!” “Kenapa tidak kita biarkan saja? Eonnie, dia memutus kontrakku, jadi kau bukan lagi manajerku.” Baekhyun memalingkan wajah, enggan melihat raut wajah Heechul yang tampak kecewa. “Semudah itu?!” Heechul membeo lalu mundur satu langkah, menatap Baekhyun dengan tidak percaya. “Kau lupa sudah menghabiskan waktu tahunan dengan kerja keras untuk bisa menjadi seorang idola?!” Suara Heechul meninggi. Baekhyun bergeming, diam-diam matanya memanas. “Kau lupa kita sudah melalui banyak masalah bersamasama? Kau lupa aku yang membasmi komentar-kometar kebencian yang ditujukan padamu di akun sosial media? Kau lupa hanya makan satu buah apel selama satu minggu agar mendapatkan porsi tubuh yang layak untuk seleksi debut?!” “Pergilah. Aku akan mengurus diriku sendiri mulai saat ini. Kau mempunyai tanggung jawab lain. Ada Luhan, Hani dan Hyena yang saat ini menjadi prioritasmu.” Lalu Baekhyun memberanikan diri menatap Heechul untuk yang terakhir kali. “Aku bukan lagi artismu. Tugasmu saat ini adalah memastikan ketiga member diurus dengan baik.” Heechul berdecak remeh seraya berkacak pinggang, kekecewaannya terhadap Baekhyun melahirkan amarah yang tidak repot-repot ia tutupi. Lantas wanita itu berbalik dan berlalu dengan bantingan pintu keras. Napas Baekhyun mulai terdengar tercekat di telinga Sian. Sejak tadi pria itu hanya sanggup membeo dan melempar tatapan iba.

264

Baekhyun menoleh dan menatap Sian. “Boleh ku pinjam kamarmu untuk satu hari lagi? Aku perlu menenangkan pikiranku.” Sian mengangguk tanpa sanggup bersuara karena telah lebih dulu tercubit oleh setiap luka yang terpancar di kedua mata Baekhyun yang kehilangan keceriaan. Baekhyun nakal dan centil yang Sian kenal kini memamerkan punggung sempit dan bergetar. Sian menatapnya hingga wanita itu sepenuhnya masuk ke dalam kamar. Ia tidak yakin akan keheningan yang merajai setiap sudut ruangan, karena bisa saja di dalam kamar itu Baekhyun tengah meredam tangisnya di bawah bantal. Sebenarnya salah siapa? Sudah jelas Baekhyun bukanlah antagonis yang tengah menuai sebuah karma dari semesta. Lalu mengapa hidupnya terus menerus direnteti oleh kesulitan yang tidak berkesudahan?

~oOo~ Meskipun berita tentang Byun Baekhyun masih tersebar dan diberitakan oleh berbagai media dan stasiun televisi, namun hal itu tidak membuat pihak panitia acara musik membatalkan penampilan dari mereka yang terlibat. Ladiesire dan Excellent Soul masih menjadi line up untuk mengisi acara musik yang disiarkan secara langsung oleh salah satu stasiun televisi. Meskipun Ladiesire kini hanya beranggotakan tiga orang, namun Excellent Soul masih berformasi lengkap mengingat skandal besar yang masih hangat dibicarakan tidak terlalu 265

berpengaruh terhadap karir Chanyeol sebagai salah satu idola populer yang dicintai banyak penggemar. Di dalam ruang tunggu, anggota Ladiesire tengah bersiap untuk tampil setelah nyaris selesai dengan riasan wajah. Itu adalah penampilan perdana mereka di sebuah stasiun televisi yang terjadwal sejak jauh-jauh hari. Seharusnya mereka berformasi lengkap, namun jelas saat ini agensi dengan tegas memberitahu semua orang bahwa Baekhyun bukan lagi bagian dari Ladiesire. Heechul yang kini mendampingi tiga member tidak banyak berbicara seperti biasa. Dan hal itu tidak luput dari perhatian Luhan. “Aku sangat gugup.” Hyena berseru kecil sambil sesekali meneliti riasan wajah. “Oh, kau hanya tidak tahu jantungku berdetak dengan kencang. Ya Tuhan, semoga penampilan bagus.” Hani menimpali. “Kenapa tidak?” Luhan bersuara. “Hanya karena sekarang kita bertiga itu tidak akan mempengaruhi penampilan. Kita juga bisa tampil bagus tanpa harus merasa cemas karena sudah kekurangan anggota. Ayolah, itu tidak seperti kita butuh satu orang untuk menyempurnakan penampilan di saat kita samasama berbakat.” Wanita itu sempat melirik Heechul yang semula sibuk mengatur jadwal artis-artisnya di beberapa catatan khusus. Yang Heechul dengar adalah nada sinis yang Luhan lontarkan. Lalu wanita itu mengangkat bahu. “Luhan benar.” Semua member lalu menatap Heechul. “Kalian tidak perlu mencemaskan apapun karena kalian juga berbakat.” Luhan menaikkan sebelah alis tanpa mengalihkan atensinya dari Heechul.

266

“Kau benar, Luhan. Tapi ku harap kau berhenti merasa iri terhadap Baekhyun. Karena dia tidak lagi menjadi penghalang atas karirmu.” “Apa yang kau maksud dengan ‘iri’ ? Aku? Iri terhadap Baekhyun?” Luhan terdengar geram. Heechul mengangkat bahu. “Bukankah itu sebabnya kau berusaha keras meyakinkan kami bahwa kalian akan tampil dengan maksimal meskipun tanpa Baekhyun?” “Aku percaya diri. Tidak bisakah kau membedakan?” “Well, itu bagus.” Heechul menatap member satu per satu. “Kalian memang harus percaya diri, atau bahkan menebalkan muka seperti Baekhyun setiap kali meminta kepada semua orang untuk memperlakukan kalian dengan baik. Oh, wanita konyol! Kenapa dia harus memohon kepada setiap orang di industri ini agar mereka mau melirik dan merangkul kalian?” Heechul bergumam lalu kembali menatap semua orang dengan tegas. “Membenci Baekhyun hanya karena kau merasa dibedakan tidaklah benar. Dia tidak menikmati apapun sejauh ini.” Terakhir tatapan Heechul berakhir pada Luhan. Lalu ia memutuskan untuk bangkit dan meninggalkan ruang tunggu yang mulai diliputi oleh atmosfer yang tidak sedikit pun menyenangkan. Kaki Luhan bergetar kecil dan ia mulai memberanikan diri menatap Hani dan Hyena yang juga terlihat tak menentu.

~oOo~ Baekhyun memastikan diri bahwa saat ini ia tertinggal seorang diri, setelah tahu bahwa Sian telah berlalu dari apartemen, ia mulai menutup penampilan dan bergegas meninggalkan catatan di ata meja makan pantry. Wanita itu memakai pakaian tertutup, wajahnya dibungkus masker yang hanya menyisakan kedua mata. Topi 267

hitam dan mantel tebal itu menunjang penampilan agar tidak mengundang perhatian. Ia berjalan dengan pasti di lobi apartemen sebelum benar-benar keluar dan berjalan menuju halte bus terdekat. Bukankah Baekhyun harus menentukan dulu akan ke mana ia melangkah? Ia memang buntu dan tak tentu arah, namun menyusahkan Sian dengan tetap berada di apartemen pria itu hanya menunggu waktu sebelum para wartawan curiga. Jadi Baekhyun memutuskan untuk pergi meski kini ia merasa cukup bingung hendak ke mana. Lalu satu nama dengan terlintas dalam benak. Paling tidak Baekhyun merasa harus menjaga harga dirinya yang tersisa setelah diinjak semena-mena. Ia tidak hidup untuk membiarkan dirinya yang berharga bagi sang ayah itu menjadi benalu dan memuakkan selamanya. Orang-orang perlu tahu bahwa Baekhyun tidak semenyebalkan itu. Lalu ia memutuskan naik bis menuju tempat yang telah mantap ia kunjungi dengan harapan bahwa pria itu ada di sana dan cukup siap menghadapi Baekhyun yang telah berusaha matimatian menahan diri selama beberapa hari terakhir. Dari dalam bus, pandangan Baekhyun lurus. Kedua tangannya bertaut dengan gelisah, matanya memanas untuk ke sekian kali namun wanita itu memilih bertahan meski telah cukup lama merasa dikhianati. Sebanarnya tidak ada alasan tepat mengapa kini hatinya merasa tercubit, ia hanya benci mengingat fakta bahwa ia menerima kebaikan dari pria itu tanpa menaruh curiga. Setelah turun dari bis, Baekhyun hanya perlu berjalan beberapa blok sebelum ia memutuskan untuk kembali memutar 268

badan setelah mendapati beberapa penggemar yang setia menunggu idola mereka di depan studio. Kau memang perlu menjelaskan segalanya dengan detail kepada semua orang, Park Chanyeol. Tak lama kemudian para penggemar itu mulai merasa lelah menunggu, satu persatu dari mereka mundur dan berlalu hingga halaman luas studio pribadi Park Chanyeol itu kosong tak lagi berpenghuni. Baekhyun yang telah menunggu dua jam di tempat tersembunyi itu keluar. Cuaca tengah benar-benar beraliansi dengan titik terendah dan Baekhyun berdiri cukup lama sambil menatap bangunan itu di depan mata. Kini ia merasa percuma karena sudah pasti studio itu kosong dan Park Chanyeol akan memilih tempat aman untuk menghindar dari kejaran semua orang. Bakehyun menghela kecil, kepalanya menunduk dan terpejam. Wanita itu lantas berbalik sebelum lengannya dicekal dan ia ditarik dengan langkah cepat menuju sebuah tempat. Ia tidak memerlukan indera ke enam untuk tahu sosok tinggi tegap yang memakai mantel dan topi hitam itu adalah pria yang begitu ingin ia maki dengan lantang. Lalu mengapa Baekhyun hanya diam ketika bahkan kini telah berhenti di suatu tempat yang cukup aman untuk berinteraksi. Tatapannya beradu dan melemah, panas menjalar di sekitar kornea mata, ia bukan lagi si wanita tangguh yang kerap memerangi ketidakadilan, kini ia benar-bebar lumpuh. Sementara Chanyeol menatapnya dengan datar. Tidak sedikit pun memperlihatkan reaksi atas apa yang sebenarnya kini ia rasakan. “Aku... dikeluarkan dari grup, dan...” napas Baekhyun tercekat. “A-agensi mengakhiri kontrakku secara sepihak.” 269

Bodohnya, Baekhyun merasa harus memberikan Chanyeol kesempatan terakhir untuk sebuah alasan masuk akal atas tindakannya yang keji. Lalu mengapa pria itu hanya diam bahkan tak memberikan reaksi. Kornea Baekhyun melebar. Ia merasa Chanyeol sudah sepantasnya bereaksi. “Tidakkah kau berniat memberiku alasan?” “Untuk apa?” Baekhyun mulai merasa matanya basah. “Aku tidak harus memberikan alasan apapun ketika bahkan kau bukan siapa-siapa.” “Benarkah?” Baekhyun meragukan kebenaran, lalu ia mendekat dan menatap Chanyeol dari dekat. Tangannya terulur lalu mencengkram kerah pria itu. “Lalu mengapa kau menyeretku ke sini?” Benar. Untuk apa Chanyeol menariknya ke tempat itu? Baekhyun tidak mendapati jawaban. Ia menunduk sebelum memukul dada Chanyeol berulang kali dengan kepalan tangan lemah. “Paling tidak... paling tidak berikan aku alasan yang tepat mengapa aku diperlakukan seperti sampah olehmu dan bahkan semua orang.” Baekhyun mulai terisak kecil. “Mengapa kalian semua membenciku?” Wajah mungil itu basah, liquid bening yang mengalir deras membasahi pori-pori. Mulut Chanyeol masih terkatup rapat, ia hanya sanggup bereaksi ketika kepalan tangan Baekhyun di kerahnya melemah. “Aku akan mendengarkanmu, hum?? Tolong, beri aku penjelasan.”

270

Baekhyun tidak ingin memutuskan untuk membenci sepenuhnya tanpa sebuah alasan yang benar-benar tepat. Apa yang tengah coba Baekhyun lakukan benar-benar tak masuk akal. Apakah wanita itu tengah bernegosiasi dengan kesulitan yang Chanyeol hadapi di saat kesulitan yang kini dihadapinya jauh lebih besar? Tangan Chanyeol terkepal. Mengapa wanita itu harus membuatnya semakin merasa menjadi pecundang? Apa yang telah Chanyeol lakukan hingga membuat wanita tangguh itu tak lagi berani mengangkat dagu dan memilih menyimpan tangis di balik tundukan kepala? Baekhyun tak kunjung mendapat jawaban bahkan sebuah penjelasan yang mungkin bisa ia pertimbangkan untuk memaklumi keputusan Chanyeol yang beresiko besar terhadap masa depannya. Getaran ponsel di dalam saku mantel itu membuat tangan Baekhyun bergerak, ia melirik sejenak layar ponsel lalu kembali menatap Chanyeol seraya menggeser tombol hijau dan menghidupkan speaker mode. “Putri Ayah yang cantik?” Baekhyun memejamkan mata, bibirnya bergetar dan hanya sanggup ia gigit kuat-kuat. “Nak? Tolong jawab Ayah. Apa kau baik-baik saja? Bibi Jung datang ke rumah dan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal. Dia bilang melihatmu di berita, apa benar apartemenmu diserang lagi oleh orang-orang? Apa yang terjadi, putriku?” Baekhyun menunduk dalam, lalu menelan tangisnya bulat-bulat sebelum berdeham kecil. “Oh ya?” Lalu Baekhyun kembali menatap Chanyeol. “Itulah kenapa aku tidak pernah ingin membelikan Ayah televisi di rumah, selalu ada saja berita271

berita tak masuk akal. Ayah jangan cemas, apartemenku baikbaik saja, aku bahkan sedang menikmati waktu istirahat di ranjangku saat ini. Oh, sangat nyaman!” Tangan Chanyeol kian terkepal, ia memang tengah menghadapi si pelakon seni sejati. Dilihatnya wanita itu sanggup menciptakan suara riang setelah sebelumnya menangis dengan hebat. “Lalu ada apa dengan suaramu? Apa kau menangis?” “Astaga, tuan Byun.” Baekhyun menyempurnakan sandiwaranya dengan terkekeh kecil. “Aku terserang flu karena jadwalku sejak kemarin lebih banyak di luar ruangan.” “Kau sakit flu? Haruskah Ayah membawakanmu ramuan tradisional lagi?” Baekhyun tercekat kecil, menatap Chanyeol adalah sebentuk kekuatan. Mengapa bisa seperti itu ketika bahkan pria itu adalah alasan utama akan tangisnya yang pecah sesaat lalu. Lantas Chanyeol bertahan dan menunggu sejauh mana wanita itu sanggup bersandiwara. “Ayahku yang paling tampan di dunia, Heechul Eonnie sudah meresepkan obat. Aku sudah meminumnya dan besok aku akan membaik.” “Kau harus menjaga kesehatanmu. Putri Ayah yang cantik dan baik hati. Ayah menyayangimu.” Lalu Baekhyun berada di ujung pertahanan, ia tak lantas menjawab dan memilih meredam tangis di balik telapak tangan. “Y-ya... aku pun menyayangi Ayah—oh! Aku lupa besok ada jadwal yang sangat pagi. Ayah, aku akan tidur sekarang.” “Baiklah, nak. Pastikan kau makan dengan baik dan jaga dirimu. Selalu ingat pesan Ayah—”

272

“Kau adalah putri Ayah yang berharga, tidak peduli dunia mengutuk dan mengasingkanmu, tetaplah bersinar dan menjadi kebanggaan Ayah.” Baekhyun menghafalnya di luar kepala. Terdengar kekehan kecil sang ayah di seberang sana. Satu hal yang sukses membuat tangis yang Baekhyun redam sedari tadi semakin menjadi-jadi. Sambungan telepon itu terputus. Baekhyun terserang syok hingga tak sanggup mengendalikan diri, ia terpukul hebat hingga kepalanya berputar dan penglihatannya memburam. Sebelum benar-benar jatuh ke atas permukaan paving block, tubuhnya telah berhasil Chanyeol tahan. Pria itu terkejut setengah mati, panik mulai menjalar dan ia bergegas menggendong Baekhyun yang kini tak sadarkan diri menuju mobil yang terparkir tak jauh dari sana.

*** Mereka sama-sama tidak mempunyai tempat untuk bersembunyi atau melarikan diri. Seperti yang telah diberitakan, apartemen Baekhyun menjadi sasaran amukan para penggemar Chanyeol, dan tempat tinggal pria itu pun tak luput dari kejaran para wartawan yang memburu sebuah penjelasan. Merasa tidak mempunyai pilihan lain akan wanita yang kini tak sadarkan diri di sampingnya, Chanyeol memilih rumah orang tuanya ketika rumah sakit atau bahkan gedung agensi yang semula menaungi Baekhyun bukanlah pilihan yang tepat. Ia bahkan tidak mempunyai kontak orang terdekat Baekhyun. “Aku akan menjelaskan semuanya. Pertama, Ibu bantu aku siapkan kamar.” Nyonya Park yang semula menghadang dengan raut wajah cemas akan sosok wanita yang terkulai di gendongan 273

Chanyeol perlahan melunak, wanita paruh baya itu bergegas setelah mendapati putranya yang terlihat panik. Chanyeol mendengus keras setelah membaringkan Baekhyun di atas ranjang, ia lalu terhuyung jatuh ke kursi, mengusap wajahnya dengan keras lalu menatap Baekhyun dengan kedua alis bertaut. Aku akan mendengarkanmu, hum?? Tolong, beri aku penjelasan. Kata-kata Baekhyun terngiang dalam benak. Bukankah seharusnya Chanyeol menjawabnya dengan lantang bahwa ia melakukan semua itu karena begitu mencintai Arata? Lantas mengapa Chanyeol tidak kunjung mengatakannya? Mengapa ia ragu dan cemas jika jawaban itu tidak sepenuhnya benar? Namun jika tetap tidak ada jawaban maupun penjelasan, maka Chanyeol adalah seorang penjahat yang menghancurkan hidup Baekhyun tanpa sebuah alasan. Pria itu jelas merasa begitu kesulitan saat ini. Ia bimbang dan ragu terhadap dirinya sendiri, lalu kejadian itu kembali terngiang dalam pandangan. Saat di mana ia merangkul dan mencium Baekhyun tanpa bekal penjelasan yang pasti. Sebetulnya apa yang membuat Chanyeol memutuskan untuk melupakan Arata sejenak dan memilih mencurahkan segala hal kepada Baekhyun pada malam itu? Apa yang salah dengan Park Chanyeol? Kenapa aku menciummu, Baekhyun? Ponsel Chanyeol bergetar di dalam saku, lalu ia menghela kecil saat nama Arata terpampang di layar. “Aku memikirkannya sampai saat ini. Ku pikir Baekhyun tidak akan berbuat hal seperti itu, aku langsung dapat menilainya 274

sejak pertama kali kami bertemu. Dia wanita yang baik dan tulus. Dan Chanyeol, aku mengenalmu. Sangat mengenalmu.” Chanyeol memejamkan mata lalu memijat pangkal hidung. Perasaannya mulai tak menentu ketika ia mencoba menebak apa yang akan Arata katakan. “Sayang, apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?” Tangan Chanyeol terulur lalu menelusuri jemari Baekhyun yang terlihat kurus. “Aku penjahatnya.” Di seberang sana Arata bungkam untuk beberapa saat. “Aku mencintaimu. Aku memilih menghancurkan hidupnya daripada harus kehilanganmu.” “Tidak. Ku pikir kau tidak lagi mencintaiku sedalam itu.” Chanyeol menggeleng pelan. Ia tidak ingin mendengar persepsi apapun dari Arata, bukan karena merasa akan menjadi tertuduh, Chanyeol hanya takut jika apa yang Arata duga tidak sanggup ia bantah. “Park Chanyeol yang aku kenal tidak pernah terdengar kalut seperti ini. Kau... sedang merasa bersalah. Kau... memikirkannya bukan?” Chanyeol menggeleng seolah Arata mampu melihatnya. Lalu ia beralih, kembali menatap Baekhyun yang masih tak sadarkan diri. “Aku mencintaimu.” “Aku mulai ragu. Tidak. Maksudku, aku berpikir banyak hal tentang perasaanmu sejak beberapa hari terakhir atau sejak saat kita menghabiskan waktu bersama di apartemenmu. Chanyeol, pelukanmu tidak sehangat dulu.” “Jangan berspekulasi.” “Aku bisa menilai dari nada suaramu saat ini. Semua memang tidak masuk akal ketika aku ingat bahwa kau menyeret Baekhyun ke dalam hubungan kita.” 275

“Itu karena aku ingin melindungimu, melindungi kita.” “Sebenarnya apa yang salah dengan kita?” Chanyeol bungkam dalam sekejap. Bola matanya bermain arah karena pertanyaan Arata benar-benar menggali sebuah ketakutan. “Apa kau setakut itu jika dunia mengutukmu?” “Sayang, ini tentang kita. Bukan tentangku saja.” “Aku tidak ingin menjadi alasan hancurnya hidup seseorang! Hentikan obsesimu, Park Chanyeol!” “Bagaimana bisa kau mengatakan ini obsesi semata?! Aku mencintaimu!” “Dan itu tidak lagi berlaku sekarang! Kau goyah, tanyakan pada dirimu sendiri, di mana kau melatakkan hatimu saat ini?” “Aku diancam!” “Hentikan, Park Chanyeol!” Arata murka di seberang sana. “Berhenti menjadikan Baekhyun sebagai kambing hitam!” “Bukan Baekhyun! Aku diancam oleh seseorang! Dia tahu tentang hubungan kita dan mengancam akan memberitahu semua orang! Aku tidak bisa berpikir jernih ketika hubungan kita menjadi taruhan di sini.” Arata bungkam di seberang sana. Chanyeol sudah merasa cukup frustasi menghadapi situasi. “Jika kau ragu terhadapku maka aku akan membuktikan padamu bahwa perasaanku masih sama. Aku masih ingin memperjuangkan hubungan kita. Aku akan mengaku di depan semua orang bahwa aku menjalin hubungan serius dengan sesama jenis selama dua tahun! Kau bisa puas ketika aku sudah membuktikan ucapanku!” “Jangan berpikir untuk mengorbankan apapun mulai sekarang, ada hidup seseorang yang telah kau hancurkan!” 276

Chanyeol mendengus keras setelah Arata memutus sambungan telepon secara sepihak, ia menuduk dalam akibat rasa pening di balik batok kepala, lalu terperanjat kecil karena mendapati Baekhyun telah terjaga. Hanya satu tanya yang terlintas, apakah Baekhyun mendengar semuanya? Mereka bersitatap cukup lama hingga membiarkan hening membalut atmosfir. “Siapa yang mengancammu?” Chanyeol bangkit lalu mengibaskan tangan. “Istirhatlah. Kau ada di rumah Ibuku, jadi kau aman sekarang.” Baekhyun ikut bangkit, mengerahkan sisa tenaga lalu menahan langkah Chanyeol dengan kedua tangan yang melingkar di perut pria itu. Kaki Chanyeol berhenti, tubuhnya menegang. Waktu berjalan lambat, bagaimana Baekhyun memeluknya dari belakang, mengusakkan sebuah tangis di punggungnya yang lebar. Mata Chanyeol terpejam, ia menunduk kalut. Lagi-lagi hanya hening yang menguar memenuhi sudut ruangan. “Saat ini segalanya terasa begitu sulit untuk dihadapi. Jangan membuatnya semakin rumit. Jangan... jangan melakukan hal yang lebih konyol. Aku bisa menanggung segalanya, aku terbiasa menghadapi situasi seperti ini. Jadi... urungkan niatmu untuk mengaku di depan semua orang. Aku... aku akan membantu meyakinkan Arata bahwa kau benar-benar mencinta—” Ucapan Baekhyun terputus ketika Chanyeol melepas kedua tangannya yang melingkar di perut dan berbalik menatapnya dengan intens.

277

Baekhyun menggeleng kecil. “Dunia tidak semudah itu, semesta bisa sangat kejam untukmu dan Arata. Kalian akan kesulitan jadi ku mohon jangan melakukan hal yang lebih konyol. Tidak semua oreng akan sanggup menerima pengakuanmu nantinya, bahkan mungkin tidak akan ada yang sudi.” “Kenapa kau menangis?” Baekhyun menggeleng dan memalingkan wajah. “Kenapa kau menangis?” Chanyeol mengulang pertanyaan seraya menangkup dagu Baekhyun, menatap mata basah wanita itu dengan perasaan tak menentu. “Hanya membayangkan kau mengalami kesulitan sepertiku membuatku merasa tidak sanggup.” “Kenapa?” Chanyeol jelas menuntut sebuah penjelasan mutlak. Baekhyun menggeleng. “Aku bertanya. Kenapa? Kenapa kau bersedih untukku?” “Aku tidak tahu. Aku tidak yakin. Mungkin... mungkin kau bisa menemukan jawabannya jika kau bertanya pada dirimu sendiri kenapa kau menciumku waktu itu.” Baekhyun terbata dengan suara parau. Kedua alis Chanyeol refleks bertaut. Benar. Chanyeol bahkan masih dipusingkan oleh pertanyaan itu pada dirinya sendiri. Lantas ia memilih menjauhi dugaan, ia memilih yakin bahwa perasaannya masih tetap sama. Bahwa hanya ada Arata di dalam hidupnya. “Bisakah kau berhenti menjadi pahlawan kesiangan?” Baekhyun bereaksi, ia refleks mundur satu langkah dan menatap Chanyeol dengan sejuta tanya. “Lupakan tentang kejadian itu. Kau hanya membuang waktu dan pikiran ketika hal itu tidak sedikit pun berarti untukku. Apa yang kau harapkan?” Kalimat itu meluncur mulus 278

dari mulut Chanyeol, enggan melihat atau bahkan menyelam ke dalam iris mata Baekhyun yang perlahan memancarkan sebuah reaksi. “Berhenti berperan sebagai orang penting dalam hidupku atau bahkan hubunganku dengan Arata! Bisakah kau?” “Aku hanya... aku tidak...” Baekhyun terbata, mencoba mencari sebuah celah untuk membela diri ketika ia tahu bahwa ia tidak sedikit pun bersalah. “Aku bisa mengurus hubunganku dengan Arata tanpa perlu arahanmu. Hanya berpikirlah dengan jernih dan sadar siapa dirimu.” Ada kepalan tangan yang tersimpan di balik saku mantel Chanyeol. Ia sadar lagi-lagi menoreh sebuah luka di kedua mata jernih itu. “Lupakan tentang ciuman itu. Aku yang tidak waras berpikir kau akan terhibur dengan hal itu.” Chanyeol dengan kalimat pedas dan menohoknya berakhir, pria itu berbalik namun langkahnya urung terangkai. “Ah, jadi ciuman itu hanya untuk hiburan semata.” Tangan Chanyeol semakin terkepal di dalam saku. Ada apa dengan dirinya? “Aku bisa paham jika aku amat sangat menyedihkan waktu itu. Benar. Siapa yang lebih malang daripada seorang anak yang tidak diakui oleh ibunya sendiri?” Baekhyun menyeka cairan bening di ekor matanya. “Tapi, Park Chanyeol. Kau tidak menghibur sama sekali. Kau dan ciumanmu hanya memperburuk situasi, aku nyaris kelimpungan karena terus menerus berpikir dan tidak ingin menjadikannya sebagai kesalahartian. Aku terus menerus merasa bersalah kepada Arata karena kekasih hatinya menciumku, aku... aku merasa buruk sejak saat itu. Jika... jika aku tahu itu hanya sebuah penghibur tanpa arti, maka aku tidak akan berpikir dengan keras tentang apa yang kau rasakan padaku.” 279

Mata Chanyeol terpejam erat, tangannya kian terkepal dan ia menghela panjang sebelum sepenuhnya meninggalkan Baekhyun di sana. Chanyeol hanya tidak yakin perasaannya akan baik-baik saja jika ia tetap di sana dan membiarkan Baekhyun menyelam lebih dalam pada sebuah kesalahpahaman.

*** Baekhyun jelas tidak merasa baik-baik saja, ia tidak dapat terpejam setelah beberapa jam terlibat perbicangan serius dengan Park Chanyeol. Sesekali Baekhyun bertanya-tanya mengapa Chanyeol membawanya ke rumah ibunya? Atau membiarkannya berlindung di sana? Kamar siapa yang saat ini Baekhyun huni? Wanita itu mulai merasa tidak nyaman. Merasa tidak mempunyai hak untuk berada di sana ketika ia sepenuhnya sadar siapa dirinya untuk Park Chanyeol. Ia mulai bangkit dan berpikir untuk pergi dari sana setelah mengingat bahwa tidak alasan pasti untuknya tertahan di rumah orang tua pria itu. Jam di dinding merujuk pada tengah malam. Baekhyun menghela kecil sebelum memutuskan keluar dari kamar itu. Sunyi menguar begitu ia sampai di ruang keluarga, Baekhyun sempat melirik pada lemari hias berisi banyak potret keluarga. Hanya butuh sekilas bagi Baekhyun untuk menatap potret Chanyeol semasa kecil dan ia enggan membuang-buang waktu. Baekhyun tebak penghuni rumah itu sudah terlelap, dan ia merasa mendapatkan celah untuk pergi tanpa membuat keributan. 280

Wanita itu mengeratkan mantel setelah berhasil keluar dari rumah orang tua Chanyeol. Ia sempat membungkukkan badan menghadap kamera pengawas di depan gerbang lalu sepenuhnya meninggalkan area tersebut. Langkahnya terseret lunglai menuju halte bus terdekat, tidak banyak yang tersisa selain kehidupan malam kota Seoul yang tak pernah redup. Bus yang mengangkutnya sesaat lalu berjalan menelusuri jalanan lenggang. Baekhyun menyandarkan kepala pada jendela lalu menatap nanar beberapa layar billboard yang terpajang di beberapa titik ibukota, menampilkan sosoknya yang kini terlibat sebuah skandal. Bahkan para jurnalis tidak memberi satu detik pun bagi Baekhyun untuk lolos dari perhatian publik. Tidak tahukah mereka bahwa Baekhyun sangat lelah? Tidak tahukah semua orang bahwa Baekhyun kesulitan dan tidak tahu harus kemana melangkah? Lantas Baekhyun ingat bahwa seseorang pernah mengundangnya untuk mampir, wanita itu mulai mengingat dengan jelas alamat yang diberikan padanya lalu dengus leganya lolos setelah mengingat keseluruhan alamat. Lalu bus itu berhenti di sebuah halte. Baekhyun hanya perlu berjalan sedikit sebelum memasuki kawasan apartemen mewah hunian para selebriti papan atas. Masker wajah menutup identitas Baekhyun dari umum, wanita itu berjalan tanpa memedulikan siapapun selain dirinya sendiri. Lantas elevator itu membawanya menuju lantai yang dimaksud. Tak lama kemudian Baekhyun berdiri di depan

281

sebuah pintu unit bernomor. Meski sempat ragu namun Baekhyun tetap tidak memiliki pilihan lain selain menekan bel. Dan pintu itu dibuka oleh si penghuni. Baekhyun membuka masker dan mereka bersitatap beberapa saat. Wanita itu sedikit tersentak kala dirinya disambut oleh sebuah pelukan. “Kita masuk terlebih dahulu.” Tiffany tidak banyak bertanya dan itu membuat Baekhyun merasa sedikit nyaman dan merasa tidak salah memilih tempat tinggal seniornya itu sebagai pelarian. “Aku bingung harus ke mana...” “Tentu saja! Aku melihat beritanya, mereka yang merusak apartemenmu benar-benar tidak mempunyai otak.” “Sunbae, maafkan aku jika kau tidak berkenan aku datang ke sini.” “Panggil aku Eonnie. Dan apa? Aku tidak berkenan? Tidak, sayang. Aku justru berpikir keras tentangmu sejak kemarin.” Mereka cukup dekat setelah terlibat project drama tempo hari. Bahkan mereka sempat bertukar kontak meski tidak sering berbagi pesan karena kesibukan masing-masing. “Aku akan menyiapkan kamar, setelah itu kau bisa mandi dan beristirahat.” “Eonnie...” Tiffany urung beranjak lalu menatap Baekhyun yang tampak lelah. Wanita itu terenyuh sebelum memutuskan untuk memeluk Baekhyun. “Oh... tidak apa-apa, kau bisa bercerita nanti.” Baekhyun menahan tangis lalu mengangguk kecil dan membiarkan Tiffany beranjak untuk mempersiapkan kamar. 282

~oOo~ Paginya Chanyeol mendengar kabar dari sang ibu bahwa Baekhyun tak lagi berada di rumahnya. Kamar yang dihuni kosong. Pria yang kini tengah berdiskusi dengan pihak agensi terkait kegiatannya di masa mendatang itu kehilangan konsentrasi. Ada beberapa poin penting yang ia lewati terkait skandal yang baru-baru ini melibatkan namanya. Chanyeol dengan jelas menerima banyak sanksi, beberapa jadwal keartisannya dibatalkan menyusul pernyataan tentang hubungannya dengan Baekhyun di depan awak media. Agensi bahkan memberikan peringatan tegas bagi pria berusia dua puluh tujuh tahun tersebut. Chanyeol dipanggil berkali-kali ke ruangan direktur hanya untuk mendengar beragam petuah dan kecaman atas tindakannya yang berpotensi membuat nama baik agensi tercoreng. Ia merenungi segala hal, juga merasa muak dengan keadaan. “Para penggemar telah sepakat dan menandatangani petisi agar agensi menindaklanjuti kasus pengancaman yang Byun Baekhyun lakukan terhadapmu. Mereka meminta agar Baekhyun dituntut secara hukum atas perbuatannya.” Adalah apa yang membuat Chanyeol bereaksi dengan cepat, kedua alisnya bertaut lantas menatap sang direktur dengan tatapan bengis. “Apa maksudnya?” 283

“Baekhyun akan dituntut secara hukum karena sudah mengancammu hingga menimbulkan pembohongan publik. Itu adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh agensi.” Chanyeol dengan jelas meradang, hingga membuat ditektur agensinya kebingungan. “Jangan pernah berani untuk melakukannya. Aku bisa mengurus semuanya. Jangan... jangan menyentuh Baekhyun.” Chanyeol terdengar memelas, tidak berdaya untuk memulai sebuah penjelasan. “Kau adalah artis kami. Agensi wajib melindungimu dari ancaman atau bahaya.” “Aku tegaskan! Jangan berani menyentuh Baekhyun. Kalian hanya akan memperkeruh suasana! Jika kalian bersikukuh menuntutnya maka aku pun layak untuk masuk penjara karean terlibat dalam kebohongan itu!” Ada wajah-wajah bingung yang bergelayut. Chanyeol tidak sepenuhnya karena itu adalah tentang skandalnya juga. Chanyeol bangkit dan meninggalkan kantor direktur dengan langkah gerah. Tangannya terkepal erat dan lagi-lagi ia mengutuk diri karena sadar bahwa semua kerumitan yang terjadi adalah ulahnya. “Cari Byun Baekhyun.” Chanyeol menempelkan ponsel di telinga, memberi perintah kepada seseorang di seberang sana. “Cari sampai dia ditemukan.” Demi Tuhan, tentang Baekhyun, Chanyeol merasa begitu panik dan cemas saat ini. Di mana kau?

284

~oOo~ “Tidak bisakah kau memikirkannya kembali? Baekhyun sudah sangat bekerja keras dan memberikan yang terbaik selama ini.” Kris masih belum menyahuti permohonan Heechul di samping pikirannya yang benar-benar buntu sejak beberapa hari terakhir. “Kau tidak bisa lebih kejam dari ini, Sajangnim! Baekhyun tidak pernah sekali pun membantah instruksimu dan sekarang mau membuangnya seperti sampah!” Kris menggebrak meja lalu menatap Heechul dengan kecaman. “Keputusan ini sudah dibuat! Aku tidak ingin mengambil lebih banyak risiko jika terus mempertahankan troublemaker di agensi ini!” “Oh ya, mungkin kau lupa bahwa troublemaker itu adalah mesin uang yang kau peras!” Heechul tidak mau kalah, bahkan pasrah jika harus kehilangan pekerjaannya. “Berhenti menjadi biadab! Berperilakulah sebagai seorang manusia.” Heechul teramat murka bahkan menanggalkan sopan santun dan berlalu tanpa permisi. “Persetan dengan semua orang!” Rutuknya dengan kesal. Ia bahkan tidak lagi dapat menahan diri dan membentak Youngmin setelah tersambung pada telepon. “Katakan padaku di mana Park Chanyeol?!” “Di-dia... ada keperluan apa kau?” “Aku tidak akan memakannya! Aku hanya ingin bertemu dan berbicara dengannya empat mata! Kenapa? Kau keberatan?!” Di seberang sana Youngmin terdengar terbata dan kesulitan menjawab Heechul. “Cepat katakan!” “Park Chanyeol sedang syuting iklan.” 285

“Kirimkan alamatnya sekarang!” Heechul lantas mematikan sambungan telepon lalu masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya meninggalkan gedung agensi. Tujuannya kini hanya satu, yakni sebuah alamat yang baru saja dikirimkan oleh Youngmin melalui pesan singkat.

*** Heechul keluar dari dalam mobil setelah memantapkan keteguhan. Ia harus melakukan segala ketika rasa tidak rela akan nasib Baekhyun yang menggantung terpapar di depan mata. Dengus kecil lolos kerena kembali mempertanyakan di mana keberadaan wanita itu? Jika tidak banyak aral yang melintang, mungkin saat ini Baekhyun adalah selebriti yang paling sibuk hilir mudik mengisi jadwal keartisan. Sekali lagi fakta memukul Heechul secara telak. Baekhyun tidak lagi berada di sana, tidak lagi berperan sebagai artis konyol dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Si bodoh yang gemar memamerkan belahan dada dan juga berkelahi dengan netizen. Heechul mencemaskannya. Meski tidak pernah secara gamblang mengungkapkan namun Heechul tahu bahwa ia peduli terhadap Baekhyun. Maka tujuannya kali ini benar-benar mantap. Heechul mulai mencari keberadaan Chanyeol ketika salah seorang staf di lokasi syuting menyatakan bahwa Chanyeol tengah berada di ruang tunggu. Bisa dibilang Heechul dikenal oleh beberapa staf berbaggai acara di dunia hiburan, ia kerap hilir mudik mengawal 286

Baekhyun yang sejatinya tidak pernah absen mengisi jadwal di beberapa acara. Lantas ada beberapa orang yang menyapanya karena merasa kenal, dan Heechul menyahut sekenanya. “Apa maumu?!” Heechul tersentak ketika kakinya menginjak lorong sepi menunju ruang tunggu artis. Siapa yang berbicara dengan bentakan keras tersebut? “Aku sudah jelas memperingatimu untuk berhenti mengusik hidupku! Bukankah aku sudah melakukan apa yang kau minta?!” “Sayangnya aku belum puas jika tuntutan penggemarmu agar Byun Baekhyun dipenjara belum terpenuhi.” Heechul mulai bereaksi saat nama artisnya menyentuh indera pendengaran. Lalu ia tersentak melihat Chanyeol dengan kasarnya mencengkram kerah Sohee. “Apa yang inginkan kali ini, huh? Aku tidak akan tinggal diam jika kau mengusik Baekhyun lebih jauh.” Heechul sengaja berdiri sembunyi tanpa sebuah pergerakan yang mencurigakan. “Oh brengsek! Kau tidak berhak mengaturku! Pikirkan saja nasibmu! Ingat ini, jika kau tidak segera menuntut Baekhyun maka aku tidak akan ragu untuk memberitahu para wartawan kenalanku bahwa kau adalah homoseksual dan mempunyai kekasih sesama jenis. Siapa jika tidak aku lupa—ahh Mackenyu Arata? Dia kekasihmu bukan?” “Kau!!!!” Chanyeol terlihat geram dan menunjuk tepat di depan wajah Sohee. Heechul tak lagi dapat menahan diri, wanita itu keluar dari persembunyian lalu melangkah ditemani sebuah amarah yang memuncak. 287

Mereka yang semula terlibat perdebatan sengit kini menyadari kehadiran orang lain. Mata bulat Chanyeol melebar sementara Sohee sama paniknya. Heechul menatap keduanya dengan sengit sebelum berhenti pada Sohee dan menampar wanita itu dengan keras. “Akh! Apa yang—” Lalu tamparan ke dua. “Berani sekal—” Tamparan ke tiga kembali bersarang. “Berani sekali kau menyentuh Byun Baekhyun, wanita jalang!!!” Raung Heechul sebelum kembali menampar Sohee dengan keras. “Apa yang kau lakukan?!” Sohee dengan lantang menyuarakan kemarahan. “Pertanyaan itu harusnya ditujukan kepadamu. Apa yang kau lakukan, huh? Kenapa kau melakukan hal sekeji ini, Han Sohee?!” Yang disebut namanya merasa murka dan hendak melayangkan tamparan sebagai balasan kepada Heechul namun wanita itu dengan sigap menahan tangannya. “Kau pikir kau akan terliat polos dan tak bersalah di depan media selamanya, huh? Semua orang bahkan tidak tahu bahwa kau bermasalah sejak masa trainingmu!” Kornea Sohee melebar. “Lihat apa kau? Benar, Baekhyun memberitahuku semuanya, dimulai dari kau mengkonsumsi obat-obatan terlarang sampai menggoda direktur agensi untuk segera mendebutkanmu! Nyatanya kau gagal hanya menyisakan titel sebagai seorang penggoda lalu meluapkan amarahmu terhadap

288

Baekhyun dan mengkhianati kerja keras semua orang! Demi Tuhan, apakah ada yang lebih buruk darimu?!” “Kau!!” Chanyeol mengecam keras sebuah fakta masa lalu yang terkuak. “Kau bahkan tidak puas dan kembali mengusik Byun Baekhyun hingga menghancurkan karirnya saat ini! Jika cara mainmu sekotor itu maka aku bisa membalasmu lebih. Kita lihat sejauh apa kau sanggup mengusik hidup Baekhyun. Hanya menunggu giliran sampai kau melihat namamu dalam artikel skandal besar!” Sohee mulai bereaksi lain, ia terlihat defensif dan ketakutan. Heechul lantas melirik Chanyeol yang tak henti-hentinya merasa terkejut. “Dan kau pecundang tidak tahu malu! Orang pertama yang aku bunuh jika terjadi apa-apa kepada Baekhyun adalah kau!” Lalu Heechul menilai Chanyeol dari bawah ke atas. “Pecundang tetaplah pecundang! Aku merasa buruk terhadap wanita yang melahirkanmu!” Tangan Chanyeol terkepal namun ia tak mempunyai upaya untuk menyuarakan keberatan karena dirinya adalah tersangka utama di sini. Lalu wajah Baekhyun terngiang dalam pandangan, tingkah konyolnya, keberaniannya, kesedihannya, tangis pilunya. Chanyeol menggeleng frustasi. Perlahan ada perih yang menjalar menembus ulu hati. Mengapa Chanyeol merasa begitu buruk tentang penderitaan Byun Baekhyun ketika ia yakin itu semua tidak sepenuhnya tentang rasa bersalah? Di mana kau?

289

Chanyeol ingin bertemu dengan wanita itu, ingin mengulang malam kemarin, waktu di mana wanita itu memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Aku akan menjelaskannya padamu. Aku akan mengatakannya padamu, dan aku akan menjawab kebingunganmu.

~oOo~ Terhitung dua hari sejak Baekhyun berdiam diri di kediaman Tiffany. Ia merasa sulit melangkah dan hanya mengisi hari-harinya dengan merenungi banyak hal seorang diri. Tuan rumah tidak berada di sana karena Baekhyun tahu Tiffany adalah selebriti papan atas dengan segudang jadwal dan wanita itu telah meninggalkan apartemen sejak kemarin untuk memenuhi kontrak kerja di luar kota. Kamar itu sedikit lembab karena Baekhyun kerap tidak memberikan akses pada sinar matahari untuk menembus lembaran gorden lembut yang sesekali tersapu angin. Selain suara pembawa acara berita yang terpampang di layar televisi, semuanya seola mati. Sampai saat ini wartawan masih memburu keberadaan Byun Baekhyun. Sementara Park Chanyeol yang ditemui di lokasi syuting tidak menggubris keberadaan para jurnalis dan memilih bungkam. Berita lain datang dari sebuah situs penggemar Park Chanyeol, mereka berramai-ramai menandatangani sebuah petisi yang berisi tuntutan agar pihak agensi memperkarakan skandal pengancaman Byun Baekhyun ke jalur hukum. Mereka mengaku tidak tenang sampai 290

Baekhyun benar-benar dihukum atas perbuatannya yang merugikan. Sosok kurus dan putih pucat itu meringkuk nelangsa. Kerjapan matanya lemah dan lagi-lagi hatinya tercubit tanpa sebuah obat. Meratapi kemalangan yang akhir-akhir ini menyerang pertahanan diri. Dosa apa yang dilakukannya di kehidupan sebelumnya hingga kini ia harus menghadapi begitu banyak kesulitan? Ada banyak hal yang kini berkelebat dalam pandangan; Ayahnya dengan tutur kata yang lembut, Heechul dengan omelannya yang sakti, Sian dengan protes keras karena tidak terima bokongnya ditepuk seperti anak kecil. Lantas masa lalu yang sejak awal terasa begitu sulit, skandal besar, kebencian yang dilontarkan oleh banyak orang, dan bahkan pria itu. Park Chanyeol dengan wajah ketusnya, Park Chanyeol dengan kebaikannya yang tulus, Baekhyun ingat pria itu pernah menjadi benteng pertahanan untuk bertumpu kala dirinya tidak diterima sebagai seorang anak, lalu Park Chanyeol dengan kekejamannya, Park Chanyeol dengan sikapnya yang penuh tanda tanya, dan Park Chanyeol dengan rasa cintanya yang besar terhadap Arata. Baekhyun meremas dada, berharap sesak yang merambat dari ulu hati itu berkurang meski yang ia dapat tetaplah luka yang kian menganga. Sejauh yang Baekhyun ingat, ia tidak pernah berbuat jahat. Lalu mengapa semua orang membencinya? Mengapa tidak ada tempat bagi Baekhyun? Ayah... aku kesulitan... Wanita itu merasa tertekan oleh kenyataan. Ia perlahan bangkit. Kaki telanjangnya menginjak ubin dingin yang

291

menyakiti telapak hingga merambat ke pembuluh darah. Langkahnya lemah hingga menyentuh ambang pintu. Baekhyun menatap sekeliling dengan tatapan penuh arti, membelai permukaan sofa yang lembut, menatap deretan gedung pencakar langit yang menjadi objek pemandangan yang dapat dilihat dari ruang tamu. Lalu dengus lemah lolos. Kakinya kembali melangkah, kini ia atensinya mencari sebuah benda ketika otaknya tak dapat lagi mencuci setiap skenario buruk tentang masa depan yang akan sukit dijalani. Dan tangannya bergetar kecil karena sepertinya Tiffany bukanlah seseorang yang ahli di dapur. Baekhyun tidak menemukan benda tajam yang ia cari. Wanita itu mulai merasa frustasi, ia menggeram keras lalu menyisir segala tempat untuk mencari sesuatu yang sanggu merenggut eksistensinya saat ini. Tangis pilu pecah karena ragam kejadian yang menyayat hati akhir-akhir terus membayangi, ia terhuyung lantas merangkak menuju tempat penyimpanan alat kebersihan. Tangan kurus itu bergetar, meraih sebuah botol berisi cairan karbol. Ia membuka tutupnya dengan susah payah lalu enggan memikirkan apapun selain mengakhiri hidupnya yang menyedihkan. Bahkan ia menepis jauh-jauh bayangan wajah sang ayah ketika menenggak cairan permbersih itu. Kedua alisnya bertaut, matanya memerah basah, tenggorokannya terbakar dan botol itu sepenuhnya lepas dari genggaman setelah ia berhasil menelan isinya. Wanita ringkih itu perlahan tergeletak di atas lantai, ia menggeliat seraya meremas lehernya dengan kentara lalu hela kecil meronta di ambang kematian. 292

293

Chapter 13 Youngmin setengah berlari menuju ruangan tempat di mana para member sedang berlatih. Lalu ia tersengal hebat, wajahnya yang tampak panik dan ketakutan mengundang tanya dari semua orang. Pandangan Youngmin berhenti pada Chanyeol dan membuat pria itu semakin bertanya-tanya. Tanpa menunggu lama Youngmin memutar saluran televisi yang menggantung di sudut ruangan. Pihak kepolisian masih belum memberikan pernyataan resmi terkait keadaan Byun Baekhyun yang diduga ditemukan tak bernyawa di kediaman aktris Tiffany Hwang. Sejumlah spekulasi muncul di berbagai media. Banyak yang menduga bahwa Byun Baekhyun telah melakukan percobaan bunuh diri karena merasa depresi atas skandal yang melibatkannya akhir-akhir ini. Sian menjatuhkan botol minuman, berharap apa yang ia lihat dan dengar adalah salah. Member lain sama-sama syok dan terkejut, tidak ada satu pun yang bersuara selain detak jantung semua orang menggila. Lantas Chanyeol mulai meraba apa yang ia pijak, nahas karena kakinya kebas. Ia tidak merasakan apapun selain terpaku di tempat. Bahunya mulai bergerak turun dan naik seiring dengan frekuensi detak jantung yang di luar kendali. Tak lama kemudian ia merasakan pukulan keras di wajah. Tidak perlu indera ke enam untuk tahu siapa pelakunya. 294

Mata Chanyeol memerah basah lalu melirik Sian yang tampak murka dan kembali menerjangnya dengan pukulan keras. “Ulahmu. Semua salahmu, pembunuh!!!” Desis Sian yang hendak kembali melayangkan pukulan jika member lain tidak lebih dulu melerai. Chanyeol kelu, ia tidak sanggup bersuara. Hanya merasakan lututnya yang melemas dan mulai merengkak dan mencoba untuk bangun. Ia sampai di ambang pintu, menyempatkan diri menyeka cairan bening di ekor mata lalu berlari dengan sisa tenaga. Syok hebat membuatnya limbung beberapa kali, bahkan petugas keamanan yang berjaga di lobi harus membantunya bangkit dan berjalan. Chanyeol menepis tangan semua orang, ia memukul dadanya beberapa kali berharap rasa sesak itu menghilang. Sampai di dalam mobil, Chanyeol menginjak pedal gas. Memaksa siapapun untuk memberitahunya di mana keberadaan Baekhyun. Titik cerah didapatnya dari Youngmin, pesan singkat itu menuntun kendaraannya yang menggila menuju sebuah tempat. Tanpa mengindahkan penampilannya yang dapat dikenali oleh semua orang, pria itu berlari di lobi rumah sakit lalu memaksa resepsionis memberitahu di mana Baekhyun. “Byun Baekhyun! Katakan padaku di mana Byun Baekhyun?!” Beberapa orang tersentak oleh suaranya yang membentak. Sang resepsionis pun terkejut karena beberapa hal termasuk siapa yang kini berbicara dengannya. Siapa yang tidak mengenal Park Chanyeol?

295

Chanyeol melesat setelah mendapatkan informasi lalu bertemu dengan beberapa wartawan yang berseteru dnegan pihak kepolisian yang bertugas mengamankan tempat, ia bahkan melihat Heechul yang menangis keras lalu ada seniornya Tiffany Hwang yang juga terlihat sendu dan syok. Semua orang sempat bertanya-tanya apa yang terjadi namun rasa penasaran mereka terbayar oleh keterkejutan karena beberapa layar televisi yang di beberapa sudut ruang tunggu tengah menampilkan berita yang sama. Dan keberadaan Chanyeol di sana mengundang banyak dugaan. Heechul menatapnya dengan berang, tidak ingin membuat keadaan semakin keruh, ia lantas masuk ke dalam ruangan tempat di mana tubuh Baekhyun terbujur di sana. Chanyeol menyusul masuk, dan tidak siap akan kenyataan. nyatnya memaksa kakinya untuk melangkah. Jantungnya kembali berdetak kencang menyaksikan bagaimana tubuh mungil itu terbaring tanpa sebuah kejelasan. Chanyeol melangkah ragu sebelum akhirnya limbung dan berlutut di hadapan brangkar. Tangannya bergetar, lalu terulur meraih pergelangan tangan Baekhyun yang tampak kurus. “Bukankah... b-bukankah kau ingin mendengar penjelasanku? Jadi... jadi bangunlah... aku di sini, a-aku akan menjelaskannya padamu.” Chanyeol terbata, ada tangis yang ia tahan karena mendapati telapak tangan yang ia genggam itu dingin. Caranya menangkup tangan Baekhyun seperti tengah bernegosiasi dengan iblis ketika pikirnya Tuhan tak akan memberinya kesempatan. Tidak ada yang memberinya penjelasan terkait kondisi Baekhyun saat ini. Apakah wanita itu masih hidup? 296

Chanyeol perlahan bangkit dan menangkup wajah pucat itu. “Tidak. Tidak. Aku bersalah. Ini salahku, bangunlah. Ku mohon bangunlah.” Chanyeol tidak pernah merasa seterluka itu. Berkali-kali mencoba menahan tangis namun pada akhirnya ia menyerah dan membiarkan pipinya basah. Skenario terburuk adalah kehilangan Baekhyun untuk selama-lamanya. Chanyeol benci membayangkan hal itu, pertahan dirinya diuji. Pemandangan menyedihkan itu tak luput dari perhatian Heechul dan juga dokter yang baru saja kembali dengan beberapa hasil laboratorium. “Detoksifikasi racun di dalam tubuhnya memerlukan waktu yang lama. Saat ini kami perlu menanganinya lebih serius.” Chanyeol menunduk dalam, lalu matanya terpejam. Pernyataan sang dokter mempertegas satu hal, bahwa Tuhan masih berbaik hati mempertahankan nyawa di dalam raga Baekhyun. Pria itu menangis dalam diam lalu mengeratkan genggaman tangan. Menunduk dan menyematkan kecupan di dahi Baekhyun berulang kali.

*** Kabar meninggalnya Baekhyun yang masih menghebohkan lini massa media dan masyarakat dibantah keras oleh Heechul yang telah memberanikan diri memberi pernyataan resmi di depan awak media. Bahkan demi sebuah keamanan, 297

wanita itu menyamarkan aksi nekat Baekhyun sebagai kecelakaan. Heechul tidak ingin memperburuk keadaan jika nantinya Baekhyun kan semakin menjadi sasaran empuk para pembenci. Di satu sisi Heechul merasa terpukul dan bersalah karena telah membiarkan Baekhyun melalui kesulitannya seorang diri. Ia bahkan tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri saat ini. Proses pemulihan Baekhyun berlangsung secara tertutup. Pihak kepolisian secara tegas memberikan ultimatum kepada staf rumah sakit untuk tidak membiarkan para wartawan masuk dan berkeliaran. Beberapa orang terdekat datang untuk memastikan keadaan Baekhyun, termasuk Kris dan juga Sian. Orang-orang sibuk itu dituntut memenuhi jadwal, alhasil Sian terpaksa kembali tanpa bisa menunggu Baekhyun hingga siuman. Sedangkan Kris mempunyai jadwal penerbangan yang tidak bisa ditunda, namun dengan jelas ia meminta Heechul menjaga Baekhyun. Tiffany membatalkan jadwal dan bersikukuh akan menunggu Baekhyun sadar, salah satu orang yang diterpa rasa syok berat mengingat Baekhyun berniat mengakhiri hidup di kediamannya. Ayah Baekhyun diketahui sedang berada dalam perjalanan. Dan Heechul semakin bingung, ia kehilangan kosa kata dan tidak tahu harus menjelaskan apa terhadap pria paruh baya itu. Lalu satu-satunya pria yang paling keras kepala adalah Park Chanyeol. Sejak awal ia enggan mematuhi perintah dokter. Pria itu bertahan tanpa beranjak dari samping Baekhyun yang telah menerima banyak penangangan serius termasuk prosedur detoksifikasi. 298

“Permisi...” Heechul dan Tiffany yang kini duduk di depan ruang ICU itu mendongak dan menatap seorang pria asing. Tidak cukup asing. Mereka yakin pernah melihat pria itu. “Saya Mackenyu Arata.” Lalu Heechul terlempar pada satu memori, tepatnya saat Chayeol terlibat perdebatan sengit dengan Sohee. Wajah Heechul berubah masam, tidak bermkasud kekanakkan namun pria mungil yang kini terlihat cemas itu adalah alasan dibalik perbuatan keji Park Chanyeol terhadap Baekhyun. “Ya? Ada perlu apa?” Arata memberanikan diri menatap lawan bicara yang sejak awal melempar wajah yang tidak bersahabat. “Apa Baekhyun baik-baik saja? Aku temannya.” Suara Arata memang terdengar kalut dan bergetar. Bahkan wajahnya menampakan kepanikan mendalam. Pria itu syok saat membaca artikel, ia bahkan bergegas memesan tiket pesawat dan terbang dari Jepang ke Korea demi memastikan keadaan Baekhyun. Sejujurnya ia cemas. Satu titik terdalam di dasar hatinya ialah tulus menganggap Baekhyun sebagai teman. “Jika boleh aku ingin menjenguknya.” Heechul menatap Arata dengan lekat lalu menghela kecil dan bangkit seraya menuntun pria itu sampai di depan pintu ruang ICU. “Ada seseorang di dalam.” Arata mengangguk sebelum kemudian memutar knop.

299

Hal pertama yang ia lihat adalah Chanyeol. Duduk di samping brangkar seraya menggenggam tangan Bakehyun yang tersambung pada selang infus. Anehnya Arata tidak terkejut, justru Chanyeol yang kini menatapnya dengan mata yang melebar. Si jangkung bangkit lalu menepis jarak dan memeluk Arata. Tepukan di punggung adalah sebentuk penenang, Arata tahu sebesar apa perasaan syok yang kini menghantam Chanyeol. “Semuanya salahku. Dia seperti ini karena salahku.” Arata menggeleng pelan namun masih enggan bersuara. “Dia memilih mengakhiri hidupnya karena salahku. Ini salahku.” “Baekhyun mungkin keberatan jika kau menyalahkan dirimu sendiri.” Lalu Arata mendapati satu hal. Yakni tangis Chanyeol yang membasahi bahu. Bagaimana bisa pria itu melakukannya? Bagaiamna mungkin Park Chanyeol yang ia kenal tangguh kini menjelma menjadi sosok rapuh dengan tangis yang lolos dengan pilu? Dan Arata melirik pada Baekhyun yang kini masih setia memejamkan mata. Baekhyun, Park Chanyeol tidak pernah sekali pun menumpahkan kesedihan mendalam untukku. Tapi kini dia menangis untukmu. Bisa kau jelaskan, ada apa dengan Park Chanyeolku? “Apa kau sudah makan?” Chanyeol menggeleng, lalu mengusakkan wajah di bahu Arata. 300

“Bagaimana bisa aku makan ketika dia masih belum menunjukkan tanda -tanda akan bangun.” “Apa kau begitu mencemaskannya?” Lalu Chanyeol sadar dan menarik diri. “Arata... aku...” Arata merasa Chanyeol hendak menjelaskan banyak hal agar tidak terjadi kesalahpahaman namun pria itu kehilangan kosa kata dan membuat Arata sedikit kecewa, Park Chanyeolnya memang tidak lagi sama. Tangan Arata terulur membelai wajah Chanyeol lalu ia menepis jarak dan menyematkan kecupan lembut di bibir. “Aku akan menunggu di luar.” Chanyeol tidak menyahut, hanya menatap punggung sempit Arata tanpa mampu menjelaskan banyak hal. Pria itu lantas kembali duduk tanpa tahu bahwa Baekhyun telah terjaga sejak ia dan Arata saling mendekap. Wanita itu menahan rasa kecewa atas apa yang dilihatnya lalu kembali memejamkan mata.

*** Chanyeol hanya memberi jeda, ia beranjak sejenak dari samping Baekhyun untuk membasuh wajah, berniat menepis rasa kantuk. Dan ketika kembali ia harus menahan diri untuk kembali masuk karena mendapati seorang pria paruh baya yang kini mendekap Baekhyun. Tentang wanita itu, beban Chanyeol terangkat mendapatinya telah siuman. “Maafkan aku... aku... aku tidak berpikir panjang. Aku egois, aku jahat terhadapmu Ayah.” Tangis Baekhyun pecah, suaranya lemah. “Kenapa kau menyembunyikan kesulitanmu seorang diri? Kenapa kau membuat Ayah merasa tidak berguna, nak.” 301

Baekhyun menggeleng pelan lalu menyesali perbuatannya. Benar. Bagaimana bisa ia berpikir untuk mengakhiri hidup tanpa memikirkan ayahnya? “Maafkan aku. Demi Tuhan, maafkan aku, Ayah.” Baekhyun tersedu-sedu dan terkulai lemah di pelukan ayahnya. “Maafkan aku.” Lalu semua orang berbondong-bondong masuk dan memastikan Baekhyun yang kini terjaga. Chanyeol sempat mematung di ambang pintu lalu pandangannya bertemu dengan Baekhyun. Dan wanita yang semula tersedu-sedu di pelukan sang ayah refleks memasang benteng pertahanan. Chanyeol dengan jelas mengartikan perubahan ekspresi wajah Baekhyun. Ya. Wanita itu dengan tegas menolak kehadirannya. “Aku tidak ingin dia ada di sini.” Baekhyun dengan suara lemah menunjuk pelan pada eksistensi Chanyeol di ambang pintu. “Aku tidak mau dekat-dekat dengannya.” Suara Baekhyun meninggi meski tenaganya masih tak seberapa. Chanyeol kelu, ia hendak melangkah namun Baekhyun segera memberi peringatan keras. “Hey, tenang, nak. Apa yang terjadi?” Tuan Byun menuntut sebuah penjelasan pada putrinya yang terlihat marah besar. “Tunggu apa lagi!” Baekhyun melotot galak pada Heechul. “Biarkan dia enyah dari hadapanku.” Heechul merasa bimbang, ia tahu dengan jelas bahwa Chanyeol memusuhi semua orang yang berusaha mendekati Baekhyun kala wanita itu tak sadarkan diri, Chanyeol menjaga 302

wanita itu untuk dirinya sendiri dan kini Heechul merasa sedikit ragu untuk mengusirnya meskipun hal tersebut tidak sedikit pun mengurangi rasa geramnya terhadap pria itu. “Pergilah.” Pada akhirnya Tiffany ikut berkontribusi mendinginkan suasana. “Tapi, aku... Baekhyun... aku—“ “Pergi dari sini!” Nada bicara Baekhyun terdengar bergetar. “Kau tidak dengar? Kita pergi dari sini.” Arata datang dari belakang dan menggenggam lengan Chanyeol. Ia menyempatkan diri melirik Baekhyun dan tersenyum tipis. “Maaf jika kehadiran kami membuatmu tidak nyaman, Baekhyun. Aku berharap yang terbaik untuk kesehatanmu.” Chanyeol tidak sedikit pun melemahkan atensi pada Baekhyun yang kini balas menatapnya dengan ragam emosi. Hingga pada akhirnya Chanyeol menyerah dan pasrah saat Arata menuntunnya untuk menjauh dari sana. “Kontrol emosimu, bersikap biasa saja. Ada banyak wartawan di luar gedung rumah sakit.” Chanyeol tidak menyahut dan hanya sanggup menunduk karena didera oleh perasaan yang tidak menyenangkan setelah mendapati penolakan keras dari Baekhyun. Satu hal yang kian membuat Chanyeol sadar di mana letak kesalahannya, juga hal keji apa yang telah ia lakukan terhadap Baekhyun.

~oOo~ Media berbondong-bondong memburu kabar terbaru tentang Byun Baekhyun setelah berita kematian yang disebar 303

oleh pihak yang tak bertanggung jawab menyeruak dengan cepat. Maka dengan alasan keamanan, Heechul berinisiatif memindahkan Baekhyun ke rumah sakit lain untuk menghindari gangguan dari para wartawan yang sejatinya masih sering berkeliaran di sekitar kamar inapnya. Tepat pada pukul tengah malam, di mana aktifitas rumah sakit tengah senggang, Baekhyun dipindahkan dengan menggunakan ambulans melalui lantai basement. Heechul dan ayah Baekhyun dengan senantiasa mengawal dan menjaga. Tiffany tidak lagi berada di sana, ia sempat pamit karena mempunyai jadwal terbang ke luar negeri. Baekhyun tertidur sesampainya di rumah sakit tujuan, wanita itu kembali mencubit hati Heechul oleh rasa bersalah. Diliriknya oleh Heechul, tuan Byun sedang beristirahat di atas sofa, lalu ia kembali menancapkan atensinya pada Baekhyun. “Luhan, Hani dan Hyena tengah dalam acara ketika berita tentangmu muncul di media. Mereka menghubungi. Luhan menangis, dia pingsan saat mendengar kabar kau meninggal.” Heechul menggenggam tangan Baekhyun dan mengusapnya. “Apakah sangat sulit membagi penderitaanmu selama ini padaku? Kau membuatku merasa buruk. Aku... aku nyaris tidak lagi mendapat alasan untuk tetap hidup saat mendengar kabar tentangmu kemarin. Ku mohon, Baekhyun... jangan melakukan hal nekat seperti itu lagi.” Mereka sudah bersama-sama dari nol. Heechul adalah saksi perjuangan Baekhyun dalam menggapai impiannya, kerja kerasnya, dan segala kesulitan tak mudah untuk dilalui ketika dua tahun silam Baekhyun divonis mengalami gangguan depresi ringan.

304

Salahnya Heechul menganggap sepele mengingat Baekhyun selalu terlihat normal dari luar, wanita itu ceria, tidak pernah menunjukkan sedikit pun kesedihan, bertingkah konyol hingga membuat Heechul kini sadar bahwa wanita itu telah banyak berkamuflase di balik kesulitan yang dia pendam sendirian. “Kau sudah bertahan sejauh ini, lalu kenapa kau menyerah? Oh, maafkan aku.” Heechul benar-benar merasa buruk. Akan apa jadinya jika kemarin Tuhan berkehendak lain dan memilih merenggut Baekhyun? Heechul mengusap wajah, berusaha menahan kesedihan yang nyaris tumpah lalu ia mulai membulatkan tekad untuk tidak meninggalkan Baekhyun seorang diri. Akan ia pastikan Baekhyun terlindungi, jauh dari orang-orang yang berusaha melukai.

~oOo~ Hanya Sian yang Heechul beri akses untuk mengetahui keberadaan Baekhyun mengingat pria itu menjalin pertemanan yang cukup dekat dengan Baekhyun. Sesaat setelah menyelesaikan syuting program tv, Sian bergegas menuju lokas rumah sakit yang diinfokan oleh Heechul melalui sambungan telepon. Dan pria itu sudah berada di sana, duduk di samping brangkar dan setia menunggu Baekhyun terjaga. Sejujurnya Sian masih merasa begitu syok mengingat apa yang terjadi kepada Baekhyun. Selama ini ia telah salah menilai wanita itu. Pikirnya Baekhyun benar-benar si tangguh yang acuh, namun Sian melupakan satu hal, Baekhyun tetaplah seorang 305

wanita yang mana perasaannya jauh lebih sensitif, setangguh dan sekuat apapun pembawaan yang ditunjukkan terhadap orang-orang. Kelopak mata Baekhyun bergerak pelan, satu hal yang membuat Sian bersiaga dan menegakkan posisi duduk. Lantas pandangan keduanya bertemu. Baekhyun dengan mata sayunya, ia tersenyum kecil lalu mengulurkan tangan yang dengan sigap digenggam dan dikecup berulang oleh Sian. “Kenapa Sianku terlihat kurus? Apa kau makan dengan baik?” Suara Baekhyun serak, tubuhnya masih terasa lemas dan ia hanya sanggup berbaring. “Siapa yang seharusnya mencemaskan siapa...” Sian nyaris merutuk karena Baekhyun tetaplah Baekhyun; yang akan memilih mendahulukan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Baekhyun tersenyum maklum. Lalu merentangkan tangan. “Bantu Noona bangun. Noona sangat ingin memeluk Sian.” Sian terenyuh lalu menyanggupi keinginan Baekhyun sebelum tubuh mungil nan ringkuh itu tenggelam dalam pelukannya. “Kenapa kau pergi dari apartemenku diam-diam? Kenapa... dan kenapa kau melakukan hal bodoh itu?” Baekhyun tidak menyahut, bahkan ia sendiri sedikit trauma ketika mengingat sempat terjebak di persimpangan hidup dan mati. “Cukup maki atau pukuli saja aku jika kau merasa dunia dan orang-orang tidak lagi berguna.” “Noona mengerti. Maafkan Noona.”

306

Sian mengeratkan pelukan dan menenggelamkan wajah di bahu sempit Baekhyun. “Aku bersumpah tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi apa-apa kepadamu kemarin.” “Maafkan Noona.” “Bisakah kau berjanji akan menepis pemikiranpemikiranmu yang dangkal? Memilih mati bukanlah solusi.” Dan Sian yang mulai terdengar geram sedikit membuat sudut bibir Baekhyun terangkat. “Noona bersalah. Jadi maafkan aku...” Sian mendengus lalu menarik diri dan menangkup wajah Baekhyun. “Lihat wajah pucat ini, oh... hatiku terluka.” Baekhyun tersenyum lebar sebelum mengusak rambut Sian dengan gemas. “Apakah kau tidak ada jadwal?” “Ada banyak, ini dan itu. Tapi kau juga penting.” “Whoa...” Baekhyun berbinar. “Berjanjilah kau tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi.” Bahkan sampai saat ini Baekhyun pun merasa bingung, bagaimana bisa ia kalut dan membiarkan dirinya kehilangan kontrol? “Puncaknya aku merasa begitu buntu dan sedih melihat beberapa berita yang memuat namaku, lalu orang-orang yang mengutukku. Demi Tuhan, Sian... apakah yang lain masih mempunyai alasan untuk tetap hidup jika mereka berada di posisiku?” “Aku akan memerangi siapapun yang menjahatimu. Jadi mulai saat ini singkirkan pikiran-pikiran tidak berguna.” “Sian sangat baik hati.” Baekhyun berujar bangga lalu melempar senyum kecil. 307

“Noona...” “Hum?” “Malam itu kau mabuk.” Lalu Sian kembali duduk menghadap Baekhyun. Baekhyun masih melempar tanda tanya. “Malam itu?” “Ya?” “Saat di mana kita pergi berkaraoke. Kau meminum semua birnya dan mabuk.” Seketika Baekhyun meringis. “Apa parah?” Sian mengangguk dan semakin membuat Baekhyun mengutuk diri di dalam hati. “Kau bahkan membeberkan rahasiamu karena terlalu mabuk.” Baekhyun menatap Sian seketika. “Rahasia?” Sian mengangguk. “Kau bilang bahwa hubunganmu dengannya hanyalah pura-pura semata. “ Baekhyun refleks menelan saliva dan menatap Sian dengan seksama. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kau mau mempercayaiku?” Bisakah Baekhyun percaya pada Sian untuk memulai menguak rahasia di balik skandal-skandal yang akhir-akhir menggemparkan media? Baekhyun semakin lekat menatap Sian, begitu pun sebaliknya. “Sian...” “Aku di sini, dan aku akan mendengarkanmu.” Baekhyun mulai memutar kosa kata, lantas setelah yakin ia mulai menjelaskan secara perlahan terhadap Sian. Apa yang telontar dari mulut Baekhyun mulai terangkai dalam satu skenario utuh di benak Sian. Pria itu kembali merasa

308

keliru, karena ia merasa mengenal orang-orang di sekitarnya dengan baik namun hasilnya nihil. Dan hal itu mau tak mau membuatnya menggali lebih dalam tentang dirinya, tentang hubungannya dengan semua orang terdekat, termasuk dengan Park Chanyeol. Sejujurnya Sian merasa syok mendengar fakta tentang Chanyeol, ia tidak sama sekali menyangka dan menduga bahwa pria dengan jutaan penggemar itu memiliki orientasi seksual yang menyimpang bahkan menjalin hubungan dengan aktor Jepang selama dua tahun. Kini Sian tahu mengapa Chanyeol rajin hilir mudik ke negeri sakura meskipun tanpa jadwal keartisan yang jelas.

~oOo~ Bukan apartemen pribadi Chanyeol. Artaa justru memboyong pria itu menuju hotel untuk menghindar dari media dan penggemar yang ternyata sangat gencar memburu kekasihnya itu. Arata keluar mengurus beberapa keperluan dan menghubungi manajer Chanyeol untuk mendiskusikan keadaan, perkenalan Youngmin dan dirinya cukup singkat, Arata memberitahu bahwa Chanyeol berada di hotel dan butuh waktu untuk memulai jadwal keartisan yang sejatinya sudah sangat menunggu dituntaskan. Arata kembali ke hotel setelah meninggalkan Chanyeol sekian jam, ia mengurai langkah di lobi menuju elevator dengan sedikit waspada. Sengaja menggunaka masker wajah untuk menghindari orang-orang yang mungkin akan mengenalinya mengingat ia adalah aktor Jepang yang tengah naik daun. 309

“Ya, aku sangat kesal. Kenapa Byun Baekhyun tidak mati sungguhan?” Arata refleks bereaksi pada wanita yang kini berada di dalam elevator yang sama dengannya. “Mereka memang pandai bersandiwara. Baekhyun jelasjelas bunuh diri, kenapa mereka menyebutnya sebagai kecelakaan? Oh ya, aku seharusnya mengancam Park Chanyeol lebih jauh, pria homoseksual itu seharusnya mengatakan kepada media bahwa Baekhyun wanita gila dengan begitu Baekhyun akan merasa sangat frustasi, wanita jalang itu seharusnya terjun dari atas gedung!” Kedua alis Arata bertaut. Aku diancam oleh seseorang Lalu kata-kata Chanyeol terngiang dalam bayangan. “Hn, sebentar lagi aku sampai.” Pintu elevator itu terbuka, nyatanya Arata berhenti di lantai yang sama. Ia berpura-pura sibuk dengan barang bawaan di tangan dan diam-diam memperhatikan wanita itu, memperlambat langkah kaki dan bersikap seolah acuh kala wanita itu menelisik keadaan sekitar dengan waspada. Arata jelas tahu wanita itu tengah waswas terhadap keadaan sekitar. Lalu korneanya melebar mendapati seorang pria menyambut wanita itu dengan ciuman sensual di ambang salah satu pintu kamar. Arata tidak percaya dengan apa yang ia lihat, lantas pria itu bergegas masuk ke dalam kamar yang ia pesan untuk dirinya dan juga Chanyeol. Kekasihnya itu tengah tidur setelah menghabiskan semalam suntuk tanpa terpejam. Park Chanyeol sekacau itu dan sesungguhnya Arata tidak siap jika pria itu berubah. “B-baekhyun...” 310

Arata mematung, dengan jelas menyaksikan Chanyeol menggumamkan nama wanita itu dalam tidurnya. “Jangan... jangan pergi, aku... aku tidak ingin kau mati.” Lalu Arata mengulum bibir, perlahan berlutut dan menatap Chanyeol dengan sorot kecewa. Tangannya terulur lalu mengusap puncak kepala kekasihnya tersebut. “Jangan pergi, Baekhyun...” Tangan Arata ditarik lalu digenggam dengan erat, memberi satu isyarat bahwa apa yang Chanyeol gumamkan dalam tidurnya berasal dari sebuah tekad dan keinginan yang mendasar. Kau... menginginkan wanita itu? Dan Arata menatapnya dengan sendu. Bukankah kita saling mencintai untuk waktu yang lama? Jadi... bagaimana bisa hatimu berubah? Chanyeol tersentak dan terlempar dari mimpi buruk lalu terengah dan menatap Arata yang kini berlutut di hadapannya. “Kita harus berbicara.” Arata lantas menuntun Chanyeol untuk duduk di sofa. Kemudian mereka duduk bersebelahan dan bungkam satu sama lain untuk beberapa saat. “Aku bertemu dengan orang yang mengancammu sesaat yang lalu di dalam elevator.” Chanyeol bereaksi seraya melempar wajah terkejut sekaligus bingung. “Huh?” “Aku mendengarnya berbicara dengan seseorang di telepon, dia menyebut namamu, Baekhyun, dan ancaman yang ditujukan padamu.” “Tunggu... bagaimana bisa?”

311

“Dia seorang wanita muda dan menginap di salah satu kamar di lantai ini. Kau tahu... aku melihatnya bersama pria dan mereka... terlihat mesra.” Sohee? Chanyeol membatin lalu menatap Arata. “Siapa wanita itu? Aku pikir aku merasa tidak asing dengan wajahnya” “Tunjukkan padaku di mana wanita itu? Chanyeol tidak bermaksud jahat. Membalas kejahatan dengan kejahatan memang tidak dibenarkan. Tapi ia bisa memanfaatkan situasi saat ini. Chanyeol bisa lepas dari ancaman, dengan begitu hidupnya akan berhenti diusik, hubungannya dengan Arata atau bahkan Byun Baekhyun. Jika apa yang Arata katakan benar maka firasat Chanyeol kuat, bahwa Sohee bermasalah. Lalu Arata menunjuk kamar yang dimasuki oleh Sohee setelah menuntun Chanyeol keluar. “Kau tunggu di dalam.” Arata tidak banyak bertanya dan memilih menuruti perkataan Chanyeol, membiarkan pria itu seorang diri. Langkah yang Chanyeol urai begitu intens, lantas cukup lama berdiri di depan pintu sebelum mengetuknya dua kali. “Room service.” Chanyeol kembali mengetuk pintu, kali ini sedikit ragu meski tidak menyurutkan ambisi di dalam diri. “Room Serv—” “Saya tidak memesa—” Pintu itu terbuka setelah diketuk secara intens, menampilkan seorang pria dewasa yang hanya bertelanjang dada, membuat Chanyeol yang berdiri di hadapannya terkesiap, bahkan sangat terkejut karena ia mengenali pria itu. 312

“Choi Seunghyun Sajangnim???” Kedua alis Chanyeol bertaut lalu ia ikut menengok ke dalam kamar saat Seunghyun menoleh dengan wajah waswas. Dan jutaan skenario berputar dalam otak Chanyeol. Ia memutar kembali memori dan merangkainya menjadi satu dugaan yang nyata. Pria itu ingat pernah bertemu dengan Seunghyun di depan hotel bersama seorang wanita yang memakai masker, saat itu ekspresi wajah Seunghyun sama panik dan terkejutnya seperti saat ini, bahkan pria itu urung masuk ke dalam hotel dan memilih pergi bersama wanitanya. Dia seorang wanita muda dan menginap di salah satu kamar di lantai ini. Kau tahu... aku melihatnya bersama pria dan mereka... terlihat mesra. Chanyeol kembali menatap Seunghyun dengan curiga. Choi Seunghyun dan.... Sohee??? “A-apa yang kau lakukan di sini?” Seunghyun mencoba bersikap normal meski nada suaranya terdengar bergetar. Chanyeol menggaruk alis lalu terkekeh kecil. “Aku melihat juniorku masuk ke dalam kamar ini. Aku berniat menyapa tapi... yang keluar justru kau, Choi Sajangnim.” Seunghyun bungkam seribu bahasa, tidak tahu harus beralibi apa karena kini ia tenga tertangkap basah. “Jadi, Choi Seunghyun Sajangnim...” Chanyeol mendekat lalu merendahkan pita suara. “Bagaimana ceritanya bos agensi raksasa berbagi kamar hotel dengan artisnya sendiri?” Chanyeol terdengar mengintimidasi dan berbahaya. Seunghyun menelan saliva lalu membalas tatapan Chanyeol. “Apa maumu?”

313

Chanyeol sedikit takjub karena Seunghyun tidak pandai berbasa-basi. “Pertama aku akan masuk.” Lalu ia menerobos masuk ke dalam dan membuat sedikit kegaduhan. Ternyata Arata tidak membual. Nyatanya di dalam sana ia mendapati Sohee yang hanya mengenakan pakaian tidur transparan, dilihatnya wanita itu syok bukan main. Chanyeol menikmati ekspresi wajahnya saat ini, lalu pria itu duduk di sofa, mengangkat dagu, menyilangkan kaki. Ia yang memegang kendali bukan? “Ba-bagaimana bisa...” Sohee terdengar geram dan melotot pada Seunghyun. Lalu ia mulai panik dan cemas. “Jadi, katakan padaku apa yang kau mau?” Seunghyun memang malas berbasa-basi, ia hanya perlu menghindari masalah. Dan bernegosiasi adalah kuncinya. Chanyeol menatap Sohee dengan tajam lalu menyeringai, merendahkan dan membuat wanita itu mati kutu. Ada banyak hal yang Chanyeol pikirkan, ia mulai berambisi untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan. Sejujurnya Chanyeol tidak yakin ia bisa membongkar aib seseorang meski tentang Seunghyun dan Sohee saat ini sanggup menjadi sebuah skandal besar di industri hiburan, Chanyeol berpikir ulang, jika hanya untuk memanfaatkan kesempatan dirasanya wajar karena saat ini ia perlu untuk diselamatkan. Chanyeol hanya harus menyelamatkan diri, memperbaiki kesalahan dan melindungi orang-orang terdekatnya dari ancaman. Dan pria itu mulai bernegosiasi. Ada beberapa poin penting yang ia sampaikan dan tegaskan, meski syarat yang diajukan memberatkan Seunghyun namun nyatanya bos agensi itu tidak berkutik dengan ancaman Chanyeol, bahkan Sohee telah

314

berlutut dan bersujud, memohon agar Chanyeol menutup mulut dan menyelamatkan karirnya. Seunghyun setuju dengan syarat yang diajukan meski ia bisa saja mengancam balik Chanyeol namun akan lebih beresiko jika aibnya terbongkar, Seunghyun enggan memikirkan skenario buruk tentang masa depan agensi yang ia dirikan dari nol hingga menjadi salah satu rumah artis terbesar di negeri ginseng. Baik Seunghyun maupun Sohee hanya sanggup menatap punggung Chanyeol dengan lesu, kecerobohan mereka jelas membawa malapetaka dan kini keduanya hanya meratapi keadaan di bawah ancaman Chanyeol yang mematikan.

*** “Bagaimana?” Arata menyambut Chanyeol dengan sebuah harapan. Chanyeol memeluk kekasihnya lalu mendengus lega. “Semua akan baik-baik saja mulai saat ini. Mereka tidak akan berani mengancamku dan mengusik hidup kita.” “Mereka?” Arata bertanya-tanya di samping ikut merasa lega. “Dia adalah Han Sohee. Wanita yang kau lihat tadi adalah salah satu member grup wanita, kau tahu Hershe?” “Oh... aku ingat sekarang!” Arata berseru. “Lalu pria itu???” “Dan dia adalah bos agensi yang menaungi Hershe. Aku tebak mereka mempunyai hubungan gelap. Ya Tuhan, aku tidak tau harus merasa senang atau tidak. Apakah aku jahat telah mengancam mereka demi menyelamatkan diri?”

315

Arata menggeleng lalu membelai wajah Chanyeol. “Mereka yang lebih dulu bermain api, mereka penjahat. Tidak ada yang salah dengan menyelamatkan diri.” “Bukankah semua akan baik-baik saja sekarang?” “Ya. Tentu.” Jawaban Arata membuat dengus lega Chanyeol kembali lolos, dan dalam benaknya kini berputar satu nama. “Arata...” Pria mungil itu lalu menarik diri dan menatap Chanyeol dengan serius kala nada suara pria itu juga terdengar tidak mainmain. “Ya?” Hati kecil Arata mulai merasa cemas. “Aku menghancurkan hidup seseorang yang sama sekali tidak berbuat jahat sedikit pun padaku.” Arata mengerti, ia paham situasinya. Ia bahkan merasa buruk terhadap Baekhyun. “Apa yang kau rasakan saat ini?” Chanyeol memalingkan wajah namun Arata menuntutnya untuk memberikan jawaban. “Chanyeol, aku merasa digantung. Hatiku bimbang, kini aku merasa... tidak memiliki alasan khusus berada di sini.” Chanyeol menatap Arata lalu muncul perasaan bersalah dan ia menunduk dalam. “Aku perlu kepastian. Jika... jika ada yang berubah tentang perasaanmu cukup beritahu aku, aku paham bahwa cinta tidak selalu sama.” Dan menurut Arata makna kalimat ‘Tak ada yang abadi’ berperan penting di sini. “Aku... aku pun tidak mengerti. Aku masih mencari jawaban atas apa yang aku rasakan. Arata, aku merasa frustasi memikirkannya.”

316

Arata menatapnya cukup lama lalu mengangguk paham. “Kau perlu waktu? Aku akan memberimu sebanyak yang kau butuhkan. Beritahu aku setelah kau yakin.” Tangan Chanyeol terulur membelai wajah Arata. “Maafkan aku...” Arata terlanjur kecewa. Ia hanya mempunyai sedikit kemungkina bahwa perasaan Chanyeol masih sama. “Temui dia...” Chanyeol refleks bereaksi. “Hum?” “Temui dia. Wanita yang membuat perasaanmu bimbang. Tanyakan padanya apa yang salah denganmu.” Chanyeol menggeleng. “Kau tentu tahu itu bukan ide yang bagus. Kau di sana saat wanita itu mengusir dan menolak kehadiranku mentah-mentah.” “Dia hanya kesal. Aku yakin akan hal itu. Dia sama sepertiku, butuh kepastian. Aku tidak tahu sejauh apa yang kalian berdua lalui maka dari itu temuilah dia. Bicarakan apa yang sepantasnya kalian berdua bicarakan. Aku yakin tentang perasaanmu wanita itu memegang jawabannya.” “Arata...” Chanyeol tercubit mendengar nada kecewa Arata yang tidak repot-repot pria itu tutupi. “Aku akan kembali ke Jepang hari ini, memberimu waktu dan menunggu jawabanmu.” Chanyeol menunduk dalam, merasa tidak mempunyai hak untuk menahan Arata karena ia tidak yakin dengan perasaannya sendiri saat ini.

~oOo~ “Mereka bilang Baekhyun telah dipindahkan ke rumah sakit lain.” 317

Chanyeol mengernyit atas informasi yang diberikan oleh Youngmin. “Dan mereka enggan memberitahu ke rumah sakit mana Baekhyun dipindahkan dengan alasan keamanan.” Dengus kecil lolos. Chanyeol memijit pangkal hidung lalu menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Di mana kau? “Bagaimana sekarang?” Tangan Youngmin bertahan di atas kemudi. “Manajernya. Kau tanyakan kepada manajernya.” Youngmin meringis seraya bergidik. “Apa kau tidak tahu bahwa Heechul telah memusuhiku karena aku adalah manajermu? Dia marah besar padaku, dia mengatakan aku tidak becus mengurus artisku. Dia bahkan mengatakan bahwa dia ingin menelanmu hidup-hidup.” Chanyeol kembali mendengus keras. Semakin jelas dan nyata akan fakta bahwa Baekhyun kini sulit dijangkau, semakin membuatnya merasa begitu terobsesi untuk dapat menemui wanita itu. Chanyeol merasa gila hanya dengan memikirkannya. Chanyeol ingin bertemu dan memastikan keadaannya. “Hyung... ku mohon...” Youngmin memasang wajah datar, ia benci jika Chanyeol sudah memelas seperti itu. “Masih ada banyak hal yang harus aku selesaikan dengan Baekhyun. Aku tidak bisa menjadi pecundang selamanya.” “Chanyeol, aku mengerti. Tapi jangan berfokus hanya pada satu hal. Kau memang perlu menyelesaikan masalahmu dengan Baekhyun tapi kau tidak boleh melupakan tanggung jawabmu. Hari ini waktunya begitu mepet, kau ada jadwal terbang ke Milan nanti malam.” 318

“Aku tahu. Aku hanya ingin menemuinya sebentar.” Aku perlu memastikan segalanya... aku tidak bisa membuat Arata menunggu terlalu lama... Pada akhirnya Youngmin menyerah. Ia mendengus keras sebelum menekan speed dial di ponselnya, menghubungi seorang pro yang dapat menemukan di mana keberadaan Baekhyun.

*** “Katakan yang perlu-perlunya saja, waktu kita tidak banyak.” Youngmin memperingatkan untuk ke sekian kali setelah berhasil mendapatkan info tentang lokasi rumah sakit yang kini menangani kesehatan Baekhyun. “Aku paham.” “Oh ya, ngomong-ngomong soal Baekhyun, aku cukup terkejut—bahkan bukan hanya aku tetapi mungkin seluruh penduduk Korea. Kau tahu? Sejak kemarin semua artikel yang memuat nama Baekhyun baik tentang predebut atau tentang skandalnya baru-baru ini menghilang. Semua situs berita online bersih dari segala artikel tentangnya. Bahkan beberapa situs memblokir otomatis pengguna yang menulis komentar jahat.” “Oh, ya?” Chanyeol menyahut seadanya meskipun diam-diam merasa cukup takjub dengan hasil kerja Choi Seunghyun karena kini satu syarat yang Chanyeol ajukan kepada pria dewasa itu telah terpenuhi. Harus Chanyeol akui bahwa Seunghyun mempunyai kekuatan penuh dalam bermain media. Untuk itu Chanyeol 319

memanfaatkan hal tersebut untuk mulai memperbaiki satu kondisi. Aku akan pastikan bahwa tidak akan ada lagi yang berkomentar jahat kepadamu, Baekhyun. “Kita sudah sampai.” Dan Chanyeol segera menutup wajah dengan masker, memakai topi hitam dan mengenakan stelan yang cukup tertutup. Penampilan adalah nomor satu bagi seorang selebriti agar tidak dikenali dengan mudah. Pria itu lantas mengurai langkah di lobi setelah mendapat info bangsal dan nomor kamar tempat di mana Baekhyun mendapatkan perawatan. Langkahnya semakin terasa berat hingga mendekati ambang pintu. Pria ittu berdiri cukup lama, mendengarkan perbincangan kecil di dalam sana lalu memberanikan diri untuk menggeser satu-satunya akses untuk masuk. Di dalam sana ada canda tawa yang diinterupsi oleh kehadiran Chanyeol. Lalu ia bertanya-tanya mengapa Sian ada di sana? Bagaimana bisa Sian tahu di mana Baekhyun sedangkan Chanyeol tidak? Lalu mengapa Baekhyun terlihat nyaman duduk di samping Sian? Sedekat apa mereka? Di dalam sana Sian dan Baekhyun melempar ekspresi yang berbeda. Sian menatap Chanyeol dengan datar sementara Baekhyun kembali terlihat marah seperti terakhir kali. “Apa yang kau lakukan di sini?” Sian bertanya dengan nada sinis. Jelas, ia keberatan dengan kehadiran Chanyeol.

320

Sementara Chanyeol tidak menggubris, ia hanya menatap Baekhyun tanpa sepatah kata. Baekhyun memalingkan wajah lalu memejamkan, tangannya terkepal erat. “Sian... bisakah kau susul Ayah? Dia bilang pergi ke kafetaria. Pria tua itu selalu salah jalan. Aku cemas dia tersesat.” Sian menatap Baekhyun dengan seksama lalu pandangannya beralih pada Chanyeol. Pria itu mendengus sebelum mengangguk, memberikan ruang kepada Baekhyun dan Chanyeol, mengingat mungkin ada beberapa hal yang harus mereka selesaikan. Setelah Sian pergi, Chanyeol sepenuhnya mendekat, mengamati Baekhyun yang terlihat tidak sudi menatapnya. Chanyeol duduk di samping brangkar lalu meraih tangan Baekhyun meski hasilnya pahit karena wanita itu menepisnya dengan kasar. “Bagaimana keadaanmu?” Baekhyun tidak menyahut, dan Chanyeol sadar ia telah membuat kesalahan fatal. Bagaimana bisa ia membuat wanita setulus Baekhyun murka dan enggan meliriknya sama sekali? “Hey...” “Jangan sentuh aku!” Baekhyun melayangkan protes lalu menatap Chanyeol dengan tajam. Pria itu mengangguk paham. “Kau boleh membenciku karena aku pantas. Kau boleh mengutukku sebanyak yang kau mau, aku akan menerimaya. Tapi, Baekhyun... jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi, kau mengerti?” Baekhyun bereaksi dan matanya semakin memicing tajam. “Apa pedulimu, huh?”

321

Chanyeol menunduk lalu kembali memberanikan diri menatap Baekhyun. “Maafkan aku.” Baekhyun mendecih remeh. “Aku bersalah padamu. Maafkan aku.” Baekhyun enggan bereaksi. Bukankah pengertiannya selama ini sudah cukup meskipun tidak dianggap sama sekali. “Jika hanya ingin mengatakan omong kosong lebih baik kau pergi. Aku muak berada di dekatmu.” Lalu hati Chanyeol tercubit. Mengapa bisa? “Kau tahu, aku memikirkanmu sejak kemarin. Aku... aku takut terjadi apa-apa denganmu. Aku tidak bisa tenang—” “Aku sudah bilang pergilah jika hanya ingin mengatakan omong kosong! Aku muak padamu.” “Arata memintaku untuk bertanya padamu, apa yang salah denganku?” Baekhyun bereaksi lalu menahan amarah di ujung lidah. Mengapa Chanyeol menyeret nama Arata di sini? “Aku enggan menjawab pertanyaannya meskipun aku tahu apa yang salah denganku. Baekhyun... aku bersamanya dua tahun, lalu hari ini dia pulang dengan rasa kecewa karena aku kesulitan mengenyahkanmu dari pikiranku. Aku hanya... ku mohon... jawab aku. Apa yang salah denganku?” Tangan Baekhyun semakin terkepal. “Jangan konyol, kau pikir siapa dirimu? Berhenti merasa penting. Aku tidak peduli denganmu.” “Arata mungkin sedang menunggu jawabanku, dan kurasa dia akan berlapang dada jika memang hatiku telah berubah.” “Berhenti mengatakan omong kosong!” Baekhyun meninggikan suara. “Aku muak padamu! Kau tidak lebih dari seorang pecundang. Enyahlah!” 322

“Jadi menurutmu tidak ada yang salah denganku?” Baekhyun memalingkan wajah. Chanyeol mengangguk. “Dia bilang... akan menunggu jawabanku sampai aku yakin di mana aku meletakkan hati dan perasaanku saat ini, dan jika menurutmu tidak ada yang salah denganku maka aku akan pergi dan memberitahu Arata bahwa tidak ada yang harus dia cemaskan, bahwa aku masih Park Chanyeol yang mencintainya.” Baekhyun menggigit bibir. “Ya. Pergilah. Lagipula siapa kau berani mempertanyakan perasaanmu padaku? Itu bukan urusanku, aku sudah memulainya dengan Sian.” Mulut Baekhyun terkatup seketika. Chanyeol mematung, mencerna lebih jauh apa yang Baekhyun katakan. Mengapa jantungnya berdetak kencang dan meninggalkan jejak nyeri? “Aku sadar, aku dan Sian lebih dekat dari yang semua orang kira. Kami berdua jatuh cinta.” “Tapi Baekhyun... sebelum sampai di sini, aku menghubungi Arata dan mengatakan padanya untuk tidak menunggu karena dugaannya benar, bahwa hati dan perasaanku berubah, karena aku jatuh padamu.” Baekhyun menggigit bibirnya kuat-kuat bahkan menemukan aroma karat. Mata Chanyeol memerah. “Jika... jika hanya aku yang konyol di sini maka maafkan aku. Sian adalah temanku, dia orang yang tepat untukmu.” Pria itu bangkit, menyempatkan menyeka ekor mata sebelum pamit. “Aku berharap untuk kesembuhanmu, Baekhyun. Sekali lagi maafkan aku. Dan... sebelum aku pergi apakah aku boleh memelukmu?”

323

Baekhyun tidak menyahut dan Chanyeol menyimpulkan satu hal bahwa itu adalah penolakan keras. Lantas pria itu berbalik, berjalan dengan lesu dan meninggalkan ruangan tersebut. Apa ini yang tengah Arata rasakan? Apakah sesakit ini?

324

Chapter 14 Insdustri hiburan tak luput dari sisi gelap. Para petinggi biasanya bermain kotor dengan uang, menutup skandal besar, membungkam para jurnalis bahkan menciptakan suatu keadaan yang berpotensi menguntungkan.. Namun nahas, Seunghyun tengah mengalami kesialan. Bukan karena berbagai bisnis ilegal yang ia geluti bocor ke media, namun kini tentang kehidupan pribadinya. Seunghyun enggan memikirkan skenario terburuk jika sampai hubungan gelapnya dengan Sohee diketahui oleh istri dan keluarga besar. Ia tidak akan risau dengan teramat sangat jika aibnya itu tidak diketahui oleh Park Chanyeol, terlebih pria muda itu berasal dari agensi rival. Seunghyun memang telah bernegosiasi dengan Park Chanyeol, namun sebagai pelaku bisnis yang bergelut selama belasan tahun, Seunghyun sadar ia tidak bisa mempercayai siapa pun mengingat industri hiburan mempunyai sisi gelap yang amat menakutkan. Ia tidak ingin mengambil risiko jika suatu waktu ada sebuah artikel yang memuat namanya dengan Sohee dalam sebuah skandal besar. Seunghyun tidak bisa tenang meskipun Chanyeol sepakat bungkam, membayangkan karirnya hancur sebagai bos besar agensi raksasa membuat pria itu kelabakan. Dan tentu, ia harus melakukan sesuatu untuk mengusur kekhawatiran yang kian menjalar. “Lakukan dengan bersih. Aku tidak ingin kau meninggalkan sedikit pun jejak.” 325

“Baik, Sajangnim.” Pria bertopi hitam dan mengenakan jaket kulit berwarna senada itu lantas menyeringai mendapati gepokan uang di dalam koper yang menjadi alat pembayaran atas transaksi mematikannya bersama Seunghyun. Tugas Seunghyun beri terbilang umum baginya yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran. “Aku akan menginfokan bocoran jadwal Park Chanyeol. Dan habisi dia saat ada kesempatan.” “Baik.” Seunghyun lantas mengibaskan tangan, memberi isyarat kepada pembunuh bayaran itu untuk bergegas. Ia kemudian menyesap cairan fermentasi anggur dengan khidmat, menatap hamparan kota Seoul dengan kedua iris tajam sang pembunuh. Seunghyun tidak pernah mengambil keputusan ekstrim seperti yang kali ini ia lakukan, ia hanya tertekan dan tidak memikirkan cara lain agar terlepas dari kegelisahan. Pikirnya menghilangkan satu nyawa untuk tetap menjaga reputasi dan masa depannya bukan perkara yang rumit. Seunghyun hanya perlu menyelamatkan diri. Karena bertahan di industri hiburan adalah tentang menyelamatkan diri dari berbagai situasi yang berpotensi merugikan.

~oOo~ Milan adalah kota yang saat ini Chanyeol tuju menyusul jadwal untuk menghadiri pekan busana atas undangan resmi dari salah satu brand yang Chanyeol promosikan di Korea. Selain menghadiri acara fashion week, Chanyeol pun dijadwalkan untuk sesi pemotretan suatu majalah bersama salah satu member Excellent Soul lainnya yaitu Kai. 326

Mereka berhasil memukau para penggemar mancanegara dengan penampilan luar biasa di pekan busana, keduanya disandingkan dengan beberapa selebiriti dunia, beberapa telah Chanyeol dan Kai kenal dan banyak bertemu di berbagai acara fashion. “Whoa, ternyata penggemar kita di Italy sangat banyak.” Kai tak henti-hentinya berdecak kagum. Acara telah lama usai, mereka kini tengah menuju hotel tempat menginap sebelum melanjutkan agenda pemotretan esok hari. Chanyeol tidak banyak berbicara, semua orang tahu suasana hatinya terganggu sejak beberapa hari terakhir. Pria itu hanya menebar senyum di depan media dan kembali muram setelah jauh dari jangkauan kamera. “Oh, Sian mengirim pesan. Whoa, dia berfoto dengan Baekhyun.” Chanyeol tidak bereaksi meskipun nama itu sempat membuat jantungnya berdenyut keras. “Syukurlah dia baik-baik saja, aku ngeri membayangkan rekan seprofesi kita harus meninggal di usia muda. Bukankah Baekhyun sangat cantik meskipun gemar membuat skandal.” Kai masih berceloteh seraya memainkan ponsel. “Lalu hyung, bagaimana hubunganmu dengan Baekhyun?” Kai bungkam seketika saat Chanyeol bereaksi dan memberikan tatapan galak. Seharusnya Kai ingat bahwa Byun Baekhyun berperan besar dalam suasana hati Chanyeol yang memburuk akhir-akhir ini meskipun ia tidak tahu banyak hal tentang permasalahan keduanya. “Aku... bolehkan aku bertanya sesuatu?” Kai menoleh lalu mengangguk pada Chanyeol.

327

“Sebelumnya aku memohon maaf, aku tidak bermkasud kasar dan tidak menghargaimu, tapi Kai... tentang kakak sepupumu yang dulu adalah homoseksual... kau ingat pernah bercerita tentang itu sebelum kita debut.” Kai menaikkan sebelah alis, melempar ekspresi penuh tanda tanya sebelum mengangguk paham. “Lalu?” Chanyeol berpikir keras. “Bagaimana bisa dia pada akhirnya sembuh dan menikah dengan seorang wanita?” “Hyung, kenapa tiba-tiba membahas hal ini?” “Oh, apa aku keterlaluan. Maaf, Kai... aku tidak bermaksud. Aku pikir kau sangat dekat dengan kakak sepupumu itu jadi, aku hanya... kau tahu aku hanya bertanya. Aku selalu merasa penasaran tentang hal-hal yang tidak biasa.” Kai terkekeh lalu mengibaskan tangan. “Homoseksual adalah hal yang biasa saat ini, lagipula kenapa kau terdengar begitu gugup, hyung?” Chanyeol mengangkat bahu “Hmm... aku tidak tahu apa yang membuatnya sanggup melalui kesulitan sebagai seorang homoseksual hingga pada akhirnya dia bertemu istrinya, dia bercerita banyak tentang perubahan besar setelah bertemu dan mengenal wanita itu. Dia juga bilang bahwa perasaan itu muncul karena mereka selalu terlibat kontak fisik secara tidak sengaja, kakak sepupuku adalah pria yang polos, dia berhubungan dengan beberapa pria lain namun tidak sekalipun melewati batas, hanya melakukan kontak fisik sewajarnya, lalu dia berkata ada perasaan aneh setelah dia terlibat kontak fisik secara intens dengan lawan jenis, dia merasa mengalami sesuatu yang baru.” Chanyeol mendengarkannya dengan seksama dan mencerna dengan baik untuk mencari tahu apa yang salah dengan dirinya. 328

“Apakah kakak sepupuku itu biseksual? Aku pun tidak mengerti, dia berhubunga dengan beberapa pria tapi pada akhirnya menikahi seorang wanita dan mempunyai anak.” “Biseksual?” “Ya. Suatu kondisi di mana kita mempunyai ketertarikan kepada lawan jenis dan sesama jenis, jadi kita bisa menyukai laki-laki dan perempuan.” “Aku tahu tentang hal itu, maksduku... kenapa kau berpikir kakak sepupumu itu biseksual?” “Hyung, homoseksual itu sulit sembuh jika penyebabnya bukan karena pengaruh lingkungan. Bahkan akan sangat sulit jika si pelaku homoseksual itu sudah melakukan hubungan badan dengan sesama jenisnya. Aku tahu banyak hal tentang ini karena kakak sepupu narasumber utama di sini. Mungkin hanya beberapa persen yang terlepas dari penyimpangan orientasi seksual tersebut dan hidup sebagai seorang pria normal penyuka payudara tanpa dilabeli sebagai seorang biseksual.” “Nah... maksudku, yang kau sebut beberapa persen itu... menurutmu apa yang membuat mereka bisa lepas dari orientasi seksual yang menyimpang itu?” “Oh, pembahasan kita mulai menarik.” Kai terkekeh tanpa menyimpan sedikit pun kecurigaan. “Aku tidak tahu pasti, mungkin mereka hidup di lingkungan yang kejam di mana mereka tidak diberi tempat untuk menghirup udara bebas, lalu mereka terdorong untuk menjadi salah satu dari mereka yang tergolong dalam kaum mayoritas. Pertama karena motivasi, dan kedua, mungkin karena... cinta? Hmm, aku tidak sedang berpuitis tapi kau tahu cinta itu magis. Tentang kekuatan yang dimiliki cinta kita tidak bisa menyelaminya hingga ke dasar. Dan akan merasa setuju jika seseorang yang mempunyai penyimpangan orientasi seksual bisa sembuh karena cinta itu tadi.” 329

Cinta? Chanyeol mematung cukup lama, menatap Jongin dengan ragam emosi yang berpendar di kedua mata. “Tapi Kai...” “Kenapa? Kenapa?” Jongin tertawa karena merasa aneh dengan sikap Chanyeol saat ini. Bukankah dia tengah berhadapan si ketus dan pendiam Park Chanyeol? “Katakan itu sembuh karena cinta, bagaimana kau menjelaskan jika sebelumnya si homoseksual ini juga tengah menjalin cinta, merasakan cinta, dan memberi cinta kepada pasangan sesama jenisnya?” Kai adalah seorang pakar cinta, semua member tahu akan fakta tersebut. “Sama seperti kau mempunyai hobi terhadap satu hal, hobi itu tabu menurut kebanyakan orang meskipun kau tetap memilih mencintai hobi tersebut, lalu setelah sekian lama kau menyadari bahwa kau bisa berpaling dan kau berpaling, mulai menempatkan perhatian pada hobi lain yang ternyata dilakoni oleh banyak orang, kau termotivasi, terdorong untuk melakoni hobi yang sama dengan orang lain. Nah, tanpa kau sadari situ hatimu ikut serta, hyung... pengaruh lingkungan juga berlaku di sini.” Yang Chanyeol tahu ia hidup sebagai seorang homoseksual di antara mereka tidak sedikit pun mempunyai masalah dengan orientasi seksual. Chanyeol tidak normal yang berbaur di antara mereka yang normal. Ia bahkan kerap bertanya-tanya bagaimana rasanya jadi mereka yang menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis, pergi berkencan di muka umum, menjadi pasangan yang terlihat normal. Saat itu obsesinya terhadap Arata tidak dapat diganggu 330

gugat, untuk itu Chanyeol tidak mempermasalahkan sejuta tanya yang mengendap di dalam otak tentang mereka yang menjalin hubungan dengan normal. Lalu Chanyeol ingat bertemu dengan Baekhyun, terlibat masalah dengan wanita itu, bertengkar setiap kali bertemu, menjalin hubungan palsu hingga melakukan banyak kontak fisik. Puncaknya saat Chanyeol menciumnya malam itu, saat di mana Baekhyun tengah membagi kesedihannya. Dan segala hal terasa salah dan aneh. Chanyeol kehilangan jam tidur akibat didera oleh perasaan gelisah, tak kunjung mendapatkan jawaban yang pasti, kesulitan menemukan alasan yang jelas atas tindakannya yang di luar nalar. “Ayolah, manusia secara alami merasakan jatuh cinta. Tapi cinta tidak selalu bertahan untuk satu hati, ada kalanya hati kita dipaksa untuk berpaling. Itu bukan kejahatan, mengapa jatuh cinta disebut sebagai kejahatan?” “Oke cukup. Aku mengerti.” Selain karena memang sudah menangkap sebuah kesimpulan, Chanyeol pun merasa sedikit jengah karena Kai mulai terdengat puitis dan berlebihan. “Apa ingin dilanjut cerita tentang kakak sepupuku?” “Tidak.” “Ugh, kenapa?” “Karena kita sudah sampai.” Chanyeol lantas keluar lebih dulu disusul oleh Kai yang menggerutu kecil di belakangnya.

~oOo~ “Ayah mendengar pembicaraanmu dengan pemuda itu kemarin.” 331

Baekhyun bereaksi lalu menatap ayahnya dengan intens. “Chanyeol maksud Ayah?” “Jadi namanya Chanyeol.” Gumam tuan Byun seraya mengupas sebuah apel. “Apa kalian dekat?” Baekhyun tidak lantas menyahut, ia meratap jauh ke depan. “Aku tidak tahu, Ayah. Apa aku dekat dengannya?” “Apa dia berbuat salah padamu?” Baekhyun menatap ayahnya kembali. “Kau terdengar marah padanya.” Namun Baekhyun enggan memberitahu pria paruh baya itu bahwa Chanyeol adalah alasan mengapa kini hidupnya kesulitan. “Dan dia terdengar menyesal.” “Apa maksud Ayah?” Tuan Byun menyuapi putrinya dengan potongan apel yang telah dikupas. “Sebagai sesama pria, Ayah bisa tahu penyesalan terbesar dalam hidup seseorang. Ayah pernah merasakannya, saat itu tidak ada lagi yang berarti selain sebuah pengampunan. Dan saat penyesalanmu tidak digubris maka itu adalah saat-saat di mana kau merasa hancur sehancurhancurnya.” Baekhyun bereaksi dengan cepat, jantungnya berdenyut keras. “Nak, jika masih ada celah di dalam hatimu maka berilah dia pengampunan. Ayah tidak akan bertanya apa masalahmu dengan pemuda itu, tapi Ayah tidak bisa membiarkan putri Ayah mengabaikan penyesalan terdalam seseorang begitu saja. Memaafkan memang sulit di saat luka itu jelas bersarang di dasar hati, tapi bukankah dengan memberi kesempatan akan sedikit

332

membuat kita merasa menjadi manusia yang bijak? Kau putri Ayah yang paham letak sebuah keadilan. Ayah mempercayaimu.” “Tapi, Ayah... masalahnya... aku... jatuh cinta.” Tuan Byun refleks menatap putrinya, diam untuk beberapa saat lalu tersenyum maklum. “Jatuh cinta bukan sebuah masalah. Justru adalah titik terang. Ayah yakin hati terdalammu berkebalikan dengan apa yang mulutmu ucapkan.” Tuan Byun membelai wajah putrinya. “Kita tidak mungkin bersama.” Baekhyun mencicit nyeri, ia menunduk dan mencoba untuk menumpahkan kesedihan. “Dia mencintai orang lain.” “Benarkah? Kau sudah bertanya padanya?” Baekhyun menggeleng. “Dia malah mempertanyakan perasaannya sendiri kepadaku.” Tapi Baekhyun... sebelum sampai di sini, aku menghubungi Arata dan mengatakan padanya untuk tidak menunggu karena dugaannya benar, bahwa hati dan perasaanku berubah, karena aku jatuh padamu. “Bukankah seharusnya kau bertanya?” “Tidak.” “Kenapa? Apa karena kau telah berbohong?” Selidik tuan Byun. Baekhyun ingat telah mengkambing hitamkan Sian. “Itu satu-satunya cara agar dia berhenti mengatakan omong kosong.” Dan Baekhyun berjanji akan meminta maaf kepada Sian. Tuan Byun mengusap rambut putrinya. “Menurun dari siapa sifat keras kepala ini?” Ia lantas terkekeh dan bangkit. “Siapa yang tahu bahwa sebenarnya apa yang dia katakan berasal dari hati? Berbahagialah, nak. Apapun yang terjadi,

333

keputusan apapun yang kau buat Ayah akan mendukung dan selalu berada di sampingmu.” Perbincangan itu berakhir, tuan Byun tidak lagi bertanya dan membiarkan Baekhyun dengan sifat keras kepalanya, dan Baekhyun memilih membaringkan diri, membelakangi ayahnya lalu merenungi kesedihan diam-diam.

~oOo~ Sohee lagi-lagi absen berlatih bersama member Hershe yang lainnya. Wanita itu memang akan bertindak semena-mena jika suasana hatinya sedang dilanda oleh sesuatu yang buruk. “Manajermu melapor bahwa kau melewatkan latihan lagi dan lagi.” Seunghyun jelas pantas menegur Sohee, ia tidak ingin performa Hershe menurun dan berakibat fatal pada nilai nilai saham, terlebih Sohee adalah salah member populer yang dipuja banyak orang. “Bagaimana bisa aku melakukan aktifitas seperti biasa ketika masa depanku sedang terancam? Aibku, aib kita berada dalam genggaman Chanyeol! Aku tidak bisa tenang! Aku bahkan kehilangan tidurku! Lalu bagaimana busa aku menghadiri kelas latihan dengan suasana hati seburuk ini?!” Seunghyun mendengus kasar. “Maka dari itu dengarkan ini baik-baik! Kau tidak perlu cemas, karena—” “Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk tidak cemas sementara karirku di sini tengah di ambang kehancuran!” “Aku sudah membereskan semuanya! Tenanglah!” Sohee memiringkan kepala lalu melempar berjuta tanya.

334

Seunghyun menghela pelan lalu memijit pangkal hidung. “Aku sudah membayar seorang pro untuk membereskan Park Chanyeol.” Sohee berjengit kecil lalu menatap Seunghyun tak percaya. “A-apa maksudmu?” “Dengar... untuk bertahan di industri ini kita perlu mengotori tangan. Kecuali jika kau ingin karir yang kau bangun dari nol hancur dalam sekejap.” Sohee menutup mulut lalu menggeleng pelan. “Kau... apa maksudmu... kau...” “Ya. Kita perlu melenyapkannya. Itu satu-satunya cara.” Seunghyun kembali merasa ngeri jika skandalnya dengan Sohee muncul ke permukaan. “Tapi... bagaimana bisa...” “Kau hanya perlu duduk manis. Aku akan membereskan semuanya.” Lalu Seunghyun mendekat dan merengkul Sohee, memberitahu rincian rencana yang sudah matang ia siapkan. “Dan mulai sekarang kau tidak perlu merisaukan apapun lagi. Fokus pada karirmu dan grup.” Sohee masih menatap Seunghyun dengan terkejut, lalu perlahan ia luluh dan berhasil ditenangkan oleh sebuah pelukan mesra. “Bukankah sekarang semuanya akan baik-baik saja?” “Ya. Kita aman.” Sohee mendengus pelan, meskipun merasa cukup ngeri dengan keputusan ekstrim Seunghyun namun ia tidak mempunyai pilihan lain selain merasa lega.

335

~oOo~ Chanyeol dan Kai menutup agenda dengan sesi pomotretan yang berlokasi di pusat kota Milan. Lalu mereka dijadwalkan pulang ke Korea untuk kembali memenuhi jadwal individu yang cukup padat. Sesampainya di Korea, mereka berdua disambut oleh para penggemar yang setia menunggu dan menyambut di bandara. Keduanya mendapatkan banyak perhatian karena gaya berbusana yang layak diapresiasi. Tentang Chanyeol dan Kai atau bahkan member Excellent Soul yang lain kerap menjadi fashion icon dan tidak pernah gagal memikat semua orang dengan gaya berpakain mereka, terutama di bandara. Selebriti Korea memang kerap menyita perhatian dengan gaya berbusana mereka di bandara, dan Chanyeol termasuk salah satu idol yang kerap mendapat perhatian lebih untuk hal tersebut. Pria itu tahu bagaimana memadu padankan stelan hingga terasa begitu pas dengan postur tubuh. Menjadi brand ambassador beberapa merk pakaian mewah, membuat Chanyeol tidak kehilangan kesempatan untuk memamerkan koleksi mahalnya dalam berbusana. Di samping ia adalah salah satu idol dengan bayaran tertinggi sepanjang tahun. Tak hanya menjadi anggota grup pria populer, Chanyeol juga mendapatkan royalti dari setiap lagu yang diciptakan oleh tangan dinginnya, lalu penghasilannya sebagai seorang produser musik dan pemilik studio rekaman. Karena itu bulan lalu Chanyeol mengisi daftar teratas dalam sebuah majalah dengan julukan idol terkaya dan bergaya hidup mewah. 336

Secara finansial Chanyeol terbilang berkecukupan, hal yang membuatnya sukses adalah reputasinya sebagai selebriti yang terbilang bersih dan jarang terkena masalah atau bahkan skandal, hal itu bertahan cukup lama sebelum kemudian karirnya diterpa oleh badai akhir-akhir ini. Senyum yang kerap ia pamerkan di depan para penggemar yang menunggu di terminal kedatangan bandar udara tidak selebar dulu, satu hal yang membuat para pecintanya merasa begitu terluka dan terusik oleh raut wajah Chanyeol yang mengisyratkan bahwa idola kaum wanita itu tidak baik-baik. Bahkan beberapa artikel di media online berbondong-bonding memberitakan perubahan Chanyeol signifikan. Jika pria itu kerap mendapat julukan idol dengan sikap yang hangat dan murah senyum di hadapan para penggemar, namun kini Chanyeol menjelma menjadi pria tertutup dan dingin di hadapan semua orang. Hal itu membuat para penggemarnya cemas dan mulai mengait-ngaitkan perubahan Chanyeol dengan skandal yang baru-baru ini menimpa idol berusia dua puluh tujuh tahun tersebut. Rasa cinta penggemar selalu tak terhingga, mereka yang menjemput kedatangan idolanya di bandara kini berbondong-bondong membawa slogan dan banner berisi dukungan terhadap Chanyeol. Sebentuk perhatian itu pun tak luput dari perhatian sang idola. Seraya berjalan dari terminal kedatangan, Chanyeol mengamati para pengemarnya dengan serius, lalu diam-diam merasa terharu. Meski tidak mengulas senyum lebar, namun Chanyeol tak lupa melambaikan tangan kepada mereka sebagai bentuk rasa syukur atas dukungan yang diberi. Kekuatan terbesar Chanyeol salah satunya berasal dari dukungan para panggemar. Untuk itu perasaannya kini sedikit 337

membaik meskipun tak dipungkiri bahwa sesuatu di balik tulang rusuknya tidak sedikit pun terobati. Chanyeol dan Kai terpaksa berpisah dan masuk ke dalam mobil yang berbeda, Kai masih harus pergi ke gedung agensi untuk mengurus suatu hal yang tidak dapat ditunda sementara Chanyeol mengendarai mobil pribadi menuju apartemen untuk beristirahat sebelum memulai jadwal lain esok hari. SUV itu mulai melaju menjauhi area bandara, Chanyeol terlalu fokus pada rasa lelah dan berkeinginan untuk tidur seharian tanpa tahu dan menyadari bahwa jejaknya diikuti sebuah mobil lain yang dikendarai oleh seorang pria dewasa berpakaian serba hitam.

~oOo~ Heechul mengamati Baekhyun yang kini tengah bersiap untuk pulang setelah diperbolehkan oleh dokter. Baekhyun tidak sembuh dari sebuah penyakit atau pulih dari daya tahan tubuh yang menurun, untuk itu tidak ada sedikit pun raut sumringah di wajahnya yang kini terlihat semakin kurus dan pucat. Siapa pun akan merasa buruk jika pulih dari sesuatu yang nyaris merenggut sebuah nyawa. Dapat Heechul rasakan bahwa Baekhyun terlihat begitu terpukul dan merasa bersalah terhadap orang-orang di sekitarnya. “Kenapa kau cemberut? Apa kau kesal karena Sian tidak jadi menjemputmu?” Heechul mencoba mencairkan suasana. Baekhyun bereaksi lalu mengernyit. “Kenapa aku harus kesal hanya karena Sian tidak menjemputku?” 338

Heechul berdecak. “Sepertinya ada yang lupa bahwa beberapa hari di sini dilalui dengan tampil mesra seperti sepasang pengantin baru.” Baekhyun kembali bereaksi, kini terliha sedikit keras. “Apa maksudmu?” Baekhyun tidak bertanya-tanya pada dirinya sendiri kapan hal itu terjadi, namun perlahan ia mulia sadar bahwa ia dan Sian memang selalu lengket. “Itu tidak seperti yang kau pikirkan.” Baekhyun berani melakukan kontak fisik dengan Sian hanya karena ia menganggap pria itu sebagai saudara laki-laki. “Aku menganggapnya seperti adikku sendiri. Sian itu lucu.” Heechul tahu dan paham. Ia hanya ingin mendapati respon Baekhyun, sesuai dengan harapannya suara Baekhyun meninggi dan dipenuhi energi. Baekhyun mencebi kecil lalu kembali merapikan penampilan sebelum benar-benar keluar dari rumah sakit. Mereka masih menunggu tuan Byun yang sedari tadi pergi ke toilet. Untuk itu Heechul merasa mendapat ruang untuk bertanya suatu hal. “Err—Baekhyun...” Yang dipanggil masih sibuk meratap wajah pucat di depan cermin rias. “Aku melihat Chanyeol kemarin saat dia datang ke sini.” Satu nama yang sanggup membuat Baekhyun bereaksi dalam hitungan detik. Ia menatap lurus ke depan dan mulai menebak apa yang akan Heechul katakan. “Untuk apa dia datang?” Baekhyun tidak menyahut dan menelan salivanya diamdiam. 339

Melihat reaksi Baekhyun, Heechul mulai menebak hingga mendengus kecil. “Oh, sudah pasti bajingan itu mengatakan omong kosong.” Ia masih sangat kesal dengan kelakuan Chanyeol, memuakkan. “Bagus jika kau tidak terpengaruh. Dia pikir kau akan luluh hanya karena Sohee mengancamnya. Benarbenar pecundang!” Baekhyun menoleh secepat kilat lalu kedua alisnya bertaut dalam, menatap Heechul dengan kedua kornea yang melebar hingga membuat Heechul keheranan. “Sohee? Han Sohee?” Heechul mengerjap beberapa kali lalu mengambil sebuah kesimpulan atas raut tanda tanya yang Baekhyun lemparkan saat ini. “Tidak.” Baekhyun meraih lengan Heechul dan menahan wanita itu. “Ada apa dengan Han Sohee?” Heechul mengutuk diri karena tidak menelaah keadaan lebih jauh. Jadi Park Chanyeol tidak mengatakan segalanya kepada Baekhyun? “A-aku dengar dia diancam oleh seseorang, aku... aku bahkan berpikir itu adalah omong kosong dan... dan yakin bahwa dia sepenuhnya bajingan yang menghancurkan hidupku. T-tapi... Han Sohee? Jelaskan padaku! Apa ini?” Suara Baekhyun meninggi dan Heechul tidak bisa lari dan berdalih saat ini. “Waktu itu aku mencarinya untuk memberikan pelajaran tapi aku justru melihatnya bertengkar hebat dan Sohee.” Alis Baekhyun semakin bertaut. Ia bahkan bertanyatanya sejak kapan Chanyeol dekat dengan Sohee? “Kurasa mereka tidak akrab satu sama lain sebelumnya, didengar dari pembicaraan mereka sudah jelas bahwa keduanya

340

terlibat masalah. Aku mendengarnya dengan jelas, Sohee mengatakan bahwa Chanyeol adalah...” Baekhyun dengan cepat menatap Heechul dengan kedua mata yang melebar. “Kau tahu?” Heechul membeo. “Kau tahu dia homoseksual?” Ia lantas mendengus keras karena tidak mendapatkan jawaban. “Oh wanita ular itu mengancam akan memberitahu semua orang tentang orientasi seksual Chanyeol jika pria itu tidak menjeboskanmu ke penjara.” Ketakutan terbesar Chanyeol adalah menghancurkan hidup Arata jika seluruh dunia tahu bahwa mereka adalah pasangan sesama jenis. Sejak awal Chanyeol tidak keberatan kalau pun karirnya hancur, tapi nasib Arata adalah yang dia prioritaskan sejauh ini. Baekhyun menggeleng tak percaya. Park Chanyeol mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Kenapa Baekhyun tidak ingat bahwa Chanyeol menunda seluruh jadwal padatnya hari itu hanya untuk menemani dan bertemu dengan ibu kandung Baekhyun? “Dan aku baru ingat Chanyeol bereaksi dengan keras. Aku melihatnya dengan jelas, dia mencengkram kerah Sohee dan marah besar.” Seingat Baekhyun Chanyeol adalah pria yang merangkul dan memeluknya saat ibu kandung Baekhyun enggan mengakui Baekhyun sebagai anak. Chanyeol bukan pria kasar yang akan berani bermain tangan kepada seorang wanita. Apa Chanyeol semarah itu? Heechul terlihat sedikit resah, jika menilik lebih dalam, Heechul dapat melihat Chanyeol tertekan saat itu. Apa ini? 341

Mengapa Heechul merasa tidak nyaman?

*** Apartemen Heechul adalah tempat tujuan Baekhyun untuk pulang mengingat apartemennya tidak diketahui keadaannya bagaimana hingga saat ini. Lalu Baekhyun meminta Heechul mengantarkan ayahnya menuju terminal bus luar kota. Awalnya tuan Byun bersikeras tidak ingin pulang dan hanya ingin merawat Baekhyun hingga putrinya itu pulih meskipun Baekhyun merasa sudah baik-baik saja dan kesehatannya telah pulih. Namun pada akhirnya tuan Byun menyerah dan meninggalkan Baekhyun dengan segala petuah yang membuat wanita itu sempat merasakan gemas. Heechul dan sang ayah telah lama meninggalkan apartemen. Jika kau mencoba bunuh diri lagi, maka aku akan membunuhmu. Omelan Heechul terngiang dan membuat sudut bibit Baekhyun terangkat hambar. Tubuh mungil itu meringuk di atas ranjang yang dingin lalu diam-diam membuka memori terdalam di mana ingatannya tentang seseorang terpendam di sana. Sebelum aku pergi, bolehkan aku memelukmu? Kalimat terakhir yang pria itu katakan nyatanya melahirkan sengatan perih di balik tulang rusuk. Aku telah memulainya dengan Sian... dan kami jatuh cinta. Baekhyun memejamkan mata lalu meremas permukaan sprei dengan kentara. Segala hal semakin terasa salah dan bermuara di satu titik kesalahpahaman yang mengerikan. 342

...aku memberitahu Arata bahwa hatiku berubah. Aku jatuh padamu. Dan Baekhyun semakin tenggelam dalam kesengsaraan. Ia merenungi kesalah pahaman lalu menyesal karena telah bertingkah paling benar. Dering ponsel menyelamatkannya sejenak dari penyesalan, kernyit kecil menghias dahi sebelum memutuskan menggeser tombol hijau. “Park Chanyeol sedang diincar oleh seseorang. Dia akan dibunuh malam ini di depan gedung apartmennya.” Lalu panggilan itu terputus secara sepihak. Sejak awal Baekhyun hanya memikirkan satu nama. Park Chanyeol. Lalu telepon misterius itu memperburuk keadaan. Baekhyun bisa saja menganggap itu adalah panggilan dari oknum-oknum tak bertanggung jawab namun nyatanya wanita itu kalut. Dia akan dibunuh... Dia akan dibunuh... Baekhyun menggeleng keras, skenario terburuknya adalah sebuah kehilangan yang menakutkan. Kemudian tanpa pikir panjang, Baekhyun bergegas keluar dari apartemen Heechul. Menghentikan sebuah taksi dan meminta sang sopir untuk mempercepat laju kendaraan.

~oOo~ Sohee tersenyum jahat setelah memutus sambungan telepon. Sejujurnya, iblis telah menyentuh jiwanya sejak lama, wanita itu mulai merasa tidak puas jika hanya merasa lega. 343

Ia pun perlu memastikan Baekhyun tidak lagi bereksistensi dan mengancam popularitasnya mengingat saat ini telah banyak yang berpindah haluan dari pembenci menjadi toleransi setelah kabar meninggalnya Baekhyun berhembus kencang di media sosial. Banyak yang memberi dukungan pada Baekhyun, dan Sohee merasa gerah karena hanya menemukan sedikit orang yang masih berdedikasi sebagai pembenci, Sohee merasa kesal melihat kolom komentar media sosial Baekhyun dibanjiri oleh dukungan dan pujian. Baginya Baekhyun terlalu rendah untuk mengalahkan pamor Sohee yang setinggi langit. “Jadi kita lihat, apa setelah ini kau bisa bertingkah dan merebut simpati semua orang?” Wanita itu lantas menginjak pedal gas menuju tempat yang akan menjadi saksi bagaimana pembunuh bayaran yang diperintah Seunghyun juga pembunuh bayaran yang diperintahnya sendiri menghabisi Baekhyun dan Chanyeol di tempat yang sama. . “Kalian pantas mendapatkannya. Park Chanyeol kau akan bungkam selamanya dan Byun Baekhyun, kau hanya tidak pantas untuk hidup.” Lalu Sohee tertawa keras di dalam mobil. Merasa akan mendapatkan tontonan yang menarik.

~oOo~ Chanyeol hanya perlu lima menit sebelum sampai di area apartemen. Matahari telah kembali ke peraduan ketika ia benarbenar sampai depan gedung pencakar langit 344

Chanyeol memberanikan diri pulang ke apartemen pribadi setelah mendapat laporan bahwa telah dilakukan pengamanan oleh pihak apartemen dengan menertibkan jurnalis-jurnalis dan para penggemar yang akhir-akhir ini berkeliaran di sekitar apartemen dan mengganggu ketenangan penghuni lain. Chanyeol keluar dari mobil, sedikit berlama-lama karena harus mengambil beberapa barang bawaan di kursi belakang yang sengaja ia borong dari Italy. Selain petugas keamanan yang berjaga di depan pintu masuk lobi, tidak banyak yang berkeliaran di sekitar gedung apartemen selain seorang pria yang memakai baju serba hitam, memakai masker dan topi berwarna senada yang kini mengurai langkah ke arahnya. Di balik tangan yang terkantongi saku jaket, ada sebilah pisau tajam yang siap menghujam area vital di perut Chanyeol. Selangkah lebih dekat dan nyaris memuluskan rencana, namun pembunuh bayaran itu harus menelan pahit, ia memutar tubuh dan menggagalkan segala hal ketika seorang wanita berlari, menerobos dengan cepat dan memeluk incarannya dengan erat.

345

Chapter 15 “Nona, saya sudah sangat cepat. Jika menambah kecepatan lagi maka saya akan melanggar aturan lalu lintas.” Keluh sang sopir taksi karena Baekhyun terus menerus memintanya mempercepat laju kendaraan. Tidakkah semua orang tahu bahwa Baekhyun mempunyai alasan? Wanita itu semakin panik dan dilanda kecemasan ketika bayangan-bayangan buruk akan masa depan semakin mendera isi kepala. Inginnya mengutuk jarak yang cukup jauh ditempuh namun ia tidak berdaya selain satu cara yang terlintas dalam upaya. “Paman, apa kau tidak mengenal aku?” “Siapa yang tidak mengenalmu? Aku bahka saat ini ketakutan, pikirku kau adalah hantu mengingat berita yang beredar kau... meninggal karena... bunuh diri.” Baekhyun meringis kecil. “Aku bukan hantu. Tidak ada hantu secantik diriku.” Lalu Baekhyun mencondongkan tubuh. “Benar, nona sangat cantik dilihat secara langsung.” “Aku akan memberimu tanda tangan dan foto dan menaikkan dua kali lipat total biaya perjalanan jika paman mempercepat laju kendaraan. Sang sopir sempar berpikir kerasa sebelum merasa tergiur dengan ucapan Baekhyun, pria paruh baya itu lantas mendengus kecil sebelum menambah laju kendaraan. Nyatanya sisa perjalanan mereka berlangsung singkat.

346

Baekhyun membayar dua kali lipat sesuai janji dan meminta sang sopir untuk datang ke apartemen Heechul untuk sesi tanda tangan da berfoto bersama. “Maaf, paman. Sekarang aku sedang buru-buru.” Wanita itu lantas keluar dari taksi dan berlari memasuki pelataran gedung apartemen. Ia mulai mengawasi tempat sekitar, cukup sepi selain suara kehidupan malam dari kejauhan. Lalu pada akhirnya atensi Baekhyun terbelalak ketika nyaris sampai depan akses utama apartemen. Dilihatnya Chanyeol di sana tengah sibuk mengambil beberapa barang di kursi belakang mobil, lalu seorang pria lain yang mendekat ke arahnya. Jantung Baekhyun berdenyut nyeri, lalu ia berlari mengandalkan tenaga yang tidak seberapa. Napasnya tersengal dengan cepat dan pada akhirnya ia masih lebih cepat dari siapa pun yang jahat di dunia itu. Wanita itu tersengal sebelum meraih lengan Chanyeol dan memeluknya dengan erat. “Kau aman... kau aman...” Baekhyun tersengal hebat, memejamkan mata, memeluk tubuh besar Chanyeol dengan susah payah lalu menenggelamkan wajah di dada pria itu. “Kau aman. Dia sudah pergi, kau aman...” Semula Chanyeol merasa cukup terkejut dan berpikir bahwa ada seorang penggemar mesum yang berusaha melakukan kontak fisik. Namun jelas, aroma stroberi yang menguar di rambut wanita yang kini memeluknya seraya meracau dengan suara bergetar adalah apa yang membuat Chanyeol reflek menarik diri dan menangkup wajahnya. Baekhyun menggeleng keras lalu tangisnya pecah.

347

“Kau aman. Kau tidak akan terbunuh. Kau tidak boleh mati.” Apa yang terjadi? Chanyeol kebingungan, ia terkejut dan kehilangan kosa kata di samping merasa tercubit melihat wajah Baekhyun yang memucat dan terlihat lebih kurus. “Hey, apa yang terjadi? Kenapa...? Baekhyun? Ada apa?” Baekhyun enggan menjawab dan memilih memeluk Chanyeol kembali. Seraya keheranan, Chanyeol melempar kunci mobil pada petugas keamanan untuk dibawa ke lantai basement. “Apa yang terjadi? Baekhyun?” Chanyeol masih sabar menunggu jawaban meski hanya bungkam yang ia dapat. Dua insan yang berpelukan di depan gedung pencakar langit itu nyatany diawasi kedua manik pembunuh dari dalam mobil berjarak belasan meter. Dan setelah mendapat instruksi untuk menghabisi maka ia menginjak pedal gas dengan cepat, sasarannya adalah sepasang pria dan wanita yang kini masih berpelukan di depan mata. Bunyi decitan rem sampai di telinga Chanyeol yang lebar, pria itu mengernyit dan merasa silau oleh kehadiran sebuah mobil yang melaju. Mulanya Chanyeol tidak menaruh curiga namun deru mobil yang semakin mendekat dan melaju secepat kilat membuat instingnya bekerja, nahasnya Chanyeol sedikit terlambat untuk menghindar, meskipun tidak sepenuhnya mendapat hantaman dari badan mobil namun baik tubuhnya maupun tubuh Baekhyun yang dipeluknya erat sempat bereaksi keras hingga keduanya terpental dan bergulingan d atas permukaan paving block. 348

Chanyeol meringis kecil saat punggungnya menghantam material keras, lalu ia terperangah karena hanya ia sendiri yang masih terjaga. Tentang Baekhyun, wanita itu telah tak sadarkan diri di pelukan Chanyeol. “Hey!” Chanyeol menepuk wajah mungil itu beberapa kali, berharap ia terbangun. “Baekhyun?!” Insiden tabrak lari itu tak luput dari perhatian petugas keamanan apartemen yang berjaga, lalu mereka mulai berlari panik dan mendekat. “Tuan, apa kau baik-baik saja?” Suasana mulai sedikit heboh, Chanyeol kesulitan untuk bangkit karena Baekhyun terkulai di pelukannya. Ia mulai memeriksa keadaan Baekhyun dan mendengus lega karena tidak mendapati sedikit pun luka. Lalu Chanyeol mulai memikirkan beberapa hal terkait skandal yang menimpanya juga Baekhyun akhir-akhir. Dan rumah sakit bukan pilihan yang tepat, Chanyeol enggan diusik lagi oleh para wartawan. “Tolong bantu saya.” Maksud ucapan Chanyeol yang dibarengi nada panik itu adalah untuk Baekhyun yang kini pingsan. Lalu Chanyeol bangkit seraya menggendong Baekhyun menuju elevator di lantai basement untuk menghindari perhatian orang-orang. Setelah meminta tolong pada petugas keamanan untuk tidak membeberkan apa yang terjadi beberapa saat lalu, Chanyeol lantas membiarkan elevator untuk membawanya naik. Pria itu bergegas memasukkan sandi apartrmen, meskipun merasa begitu kesulitan, namun pada akhirnya ia berhasil. 349

Memboyong Baekhyun menuju kamar utama lantas semakin merasa panik bukan main. Pria itu bergegas menuju pantry, menyiapkan air hangat dan selembar anduk kecil. Chanyeol tentu merasa syok dan terkejut atas apa yang terjadi. Bagaimana bisa ada orang yang berniat mencelakainya? Ia lalu kembali ke kamar, menelisik wajah Baekhyun yang sedikit memar dan kotor di beberapa area karena sempat bergulingan di atas paving block. Chanyeol nyaris menggeram karena bukan ide bagus jika harus memanggil seorang dokter. Kemudian ia memilih membersihkan wajah dan tangan Baekhyun terlebih dahulu seraya mencoba memutar otak agar wanita itu mendapatkan penanganan medis. “Youngmin hyung? Di mana kau?” “Aku sedang di kantor dengan Kai. Apa kau perlu sesuatu?” Lalu Chanyeol memijit pangkal hidung dan melirik Baekhyun dengan cemas. “Kau ingat pernah bilang bahwa kau mempunyai seorang teman yang berprofesi sebagai dokter?” “Ya. Tentu. Ada apa? Kau sakit? Apa aku harus menjemputmu?” Youngmin terdengar cemas di seberang sana. “Tidak. Tidak, aku—” Kalimat Chanyeol terputus, atensinya telah lebih dulu tertancap kuat pada Baekhyun yang sesaat lalu terjaga. Mereka bersitatap untuk beberapa saat sebelum Chanyeol memutus sambungan telepon secara sepihak. “Hey...” pria itu melempar ponsel lalu berlutut dan membelai wajah Baekhyun. “Apa kau baik-baik saja?” Chanyeol terdengar bergetar di samping merasa lega karena bebannya sedikit terangkat.

350

Baekhyun tak urung menjawab, hanya menatap pria itu dengan lekat. “Apa ada yang sakit? Katakan padaku bagian mana yang sakit?” Baekhyun kelu, matanya telah lebih dulu memanas, dan basah. Chanyeol sedikit mundur lalu panik mendapati Baekhyun menangis. “A-apa yang terjadi? Apa aku berbuat salah? Aku hanya ingin memastikan kondisimu saja, aku... tidak bermaksud apa-apa.” Pria itu mengangkat tangan, seperti seorang penjahat yang tertangkap basah. Baekhyun menggeleng lalu bangkit dari posisi tidur sebelum memeluk Chanyeol dalam hitungan detik, memeluknya erat. “Pria itu nyaris membunuhmu!” Baekhyun meraung kecil. “Dia... dia nyaris berhasil nencelakainya tadi! Bagaimana jadinya jika... jika kau...” “Tunggu...” Chanyeol menarik diri lalu menangkup wajah Baekhyun.”Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” Baekhyun menyeka air mata. “Ada.. seseorang meneleponku dan mengatakan bahwa kau diincar oleh seorang pembunuh, ada seseorang yang berniat membunuhmu! Dan aku melihatnya tadi, kau nyaris... dia nyaris...” Baekhyun kembali meraung kecil seraya terisak dengan pilu. Lalu segala hal mulai Chanyeol cerna dengan baik. Ia memang tidak melihat sosok yang berniat mencelakainya namun pria itu kembali mengungat insiden tabrak lari yang dialaminya bersama Baekhyun. Benarkah ada yang berusaha mencelakainya?

351

Namun pertanyaan itu sedikit tidak penting, saat ini Chanyeol hanya perlu tahu caranya menghentikan tangis Baekhyun yang menjadi-jadi. “Oh...” Chanyeol merangkul lalu memeluknya. “Aku tidak apa-apa. Tidak perlu cemas. Aku baik-baik saja, aku aman sekarang.” “Tapi... tapi dia mencoba membunuhmu di depan mataku.” “Dan kau datang untuk menggagalkan rencananya. Bukankah begitu?” Baekhyun mendongak lalu mengangguk. “Aku takut. Bagaimana jadinya jika kau...” Chanyeol menggeleng. “Aku aman sekarang. Berhenti menangis.” Ia lantas menyeka wajah Baekhyun. “Aku akan berhati-hati mulai sekarang.” Mungkinkah ini ulah seseorang? Chanyeol seketika ingat satu nama. “Tidak apa-apa. Aku aman.” Baekhyun menggeleng lalu mengusakkan wajah di dada Chanyeol. “Aku berbohong.” Chanyeol lalu menarik diri dan bertanya-tanya. “Berbohong tentang apa?” “Aku... tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Sian.” Chanyeol memasang wajah berpikir lalu mengangguk. “Huh?” Baekhyun membeo kecil. “Hanya itu?” “Aku tahu kau berbohong.” Sahut Chanyeol dengan nada polos. Baekhyun mengernyit lalu memundurkan tubuh. “Kenapa tidak bilang?”

352

“Karena kemarin kau sedang marah, jadi aku memaklumi setiap omong kosong yang keluar dari mulutmu.” “Omong kosong?” Baekhyun bereaksi keras lalu menjambak rambut Chanyeol hingga pria itu meringis. “Hey, itu sakit!” “Kau pikir kemarahanku hanya omong kosong?!” “Ti-tidak. Bukan seperti itu. Baekhyun, lepaskan rambutku!” Chanyeol mulai mengaduh karena Baekhyun semakin bertingkah barbar. Rambut Chanyeol menjadi sasaran amukan, wajahnya dicubit dengan kesal dan membuat pria itu tidak mempunyai pilihan lain selain memberontak. Lantas dalam satu kali tepisan, Chanyeol sepenuhnya mengambil kendali, mencengkram kedua tangan Baekhyun dan menindih tubuhnya hingga jarak wajah keduanya hanya berjarak hembusan napas. Baekhyun terengah, menatap Chanyeol dengan kedua mata terbuka lebar. Keduanya bersitatap cukup lama sebelum Chanyeol membebaskan tangan Baekhyun dari cengkraman. Pria itu lantas menatapnya dengan serius, menyentuh rahang Baekhyun, menyapu lembut pipinya yang bersemu merah. “Kenapa?” Baekhyun bertanya karena ditatap sedemikian intens, lalu kedua tangannya berlari dan mengalung mesra di leher Chanyeol. “Jangan melakukan hal bodoh itu lagi. Kau tahu, aku belum pulih dari perasaan syok.” Baekhyun meringis kecil. Mengapa ia sangat konyol hingga melahirkan trauma bagi orang-orang sekitar karena keputusan ekstrimnya beberapa waktu lalu?

353

“Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika Tuhan berkehendak lain padamu. Aku... oh, membuatku frustasi.” “Kenapa repot-repot memikirkanku? Bukankah kau mencintai Arata.” Chanyeol menatapnya lekat lalu menghela kecil. “Hubungan kami sudah berakhir. Aku tahu ada yang tidak beres denganku.” “Itu sangat lucu ketika homoseksual mengatakan dia bermasalah karena menyukai wanita.” Baekhyun tak bisa menahan kekehan. “Siapa yang kau sebut menyukai siapa?” Baekhyun bungkam seketika lalu memalingkan wajah, bahkan tangannya tidak lagi melingkar di leher Chanyeol. Si pria menggeleng kecil lalu terkekeh. “Kenapa akhirakhir ini kau begitu pemarah.” Lalu ia memutuskan mengusakkan hidung pada pipi Baekhyun. “Oh, ayolah jangan merajuk.” Chanyeol terkekeh lalu mencapit kedua pipi Baekhyun dengan ibu jari dan telunjuk. “Kau tidak menyukaiku?” Baekhyun berhasil membuat Chanyeol bungkam oleh pertanyaan yang sebenarnya masih ia cari jawabannya. Melihat reaksi Chanyeol, Baekhyun mulai menelaah situasi, dan ia merasa telah salah menanyakan hal tersebut. “Baekhyun...” Baekhyun menggeleng lalu memeluk Chanyeol dengan erat. “Tidak apa-apa... kau dan aku hanya perlu kita. Katakan apapun...” Chanyeol meraih tangan Baekhyun dan mengecupnya. “Aku tidak yakin sepenuhnya dengan perasaanku di samping tidak cukup sanggup membayangkan kehilanganmu, itu terjadi 354

kemarin, saat melihatmu terbujur di atas brangkar, hatiku seolah hancur. Aku seperti tidak mempunyai alasan masuk akal untuk tetap hidup, maaf jika aku membuatmu bingung... aku hanya butuh bimbingan untuk menelaah lebih jauh tentang apa yang ku rasakan. Aku asing dengan perasaan ini.” Tentu. Chanyeol mendedikasikan diri dengan tidak menaruh minat kepada lawan jenis selama ini, lalu Baekhyun datang dan mengubah segalanya. Baekhyun menatapnya lekat. “Aku akan membimbingmu. Katakan apapun jika kau merasa kesulitan, aku akan mengajarimu.” Baekhyun paham Chanyeol asing dengan perasaannya. Untuk itu Baekhyun tidak akan menghakimi. “Akh!” Tiba-tiba Chanyeol meringis, membuat Baekhyun bertanya-tanya seketika. “Hey, ada apa?” “Aku tidak tahu, tapi tubuhku mulai terasa sakit. Punggungku juga.” Chanyeol menggeliat kecil karena rasa ngilu di sekujur tubuh. “Apa sangat sakit?” Chanyeol lalu mengernyit dan meraba beberapa bagian tubuh termasuk punggung. Ia merasa ada yang tidak beres sebelum memutuskan bangkit dan membuka baju. Kornea Baekhyun yang melebar bukan karena aksi Chanyeol yang tanpa permisi, namun ia terkejut karena beberapa bagian tubuh Chanyeol dihiasi luka memar kebiruan. Kulit putihnya begitu kontras dengan bercak merah kebiruan. “Apa... bagaimana bisa tubuhmu?”

355

Chanyeol memeriksa keadaan tubuhnya di depan cermin lalu ingat bahwa ia terbentur keras ketika bergulingan pada insiden tabrak lari beberapa saat lalu. Ia lalu menatap Baekhyun. “Periksa tubuhmu.” Baekhyun membeo lalu menunduk dan meneliti tubuhnya. Tanpa pikir panjang ia membuka kaos lengan di hadapan Chanyeol hingga membuat pria itu memalingkan wajah dengan seketika. “A-apa yang kau lakukan?” Baekhyun mengerjap kecil, menatap Chanyeol dengan polos. “Kenapa denganmu?” “Kau yang kenapa? Kenapa membuka baju di depanku?” “Aku membukanya di depanmu karena ku pikir kau homose—tunggu! Dasar kau cabul mesum! Kenapa aku harus membuka pakaiaku di hadapanmu?!” “Itu masalahnya!” Mereka berdua sama-sama menggeram, Baekhyun sadar dan berpikir Chanyeol telah mengalami perubahan ekstrim sebagai seorang laki-laki normal, dan Chanyeol tidak habis pikir dengan tingkah laku Baekhyun yang tidak berubah sedikit pun. “Tubuhku baik-baik saja.” Baekhyun meneliti beberapa bagian tubuh dan tidak menemukan luka memar atau bercak kebiruan seperti yang Chanyeol alami. Dan pria itu mendengus lega. “Bagus. Sekarang pakai kembali bajumu.” Baekhyun kembali membeo kecil lalu menatap Chanyeol yang masih memalingkan wajah. Lalu terbesit niat usil untuk mengerjai pria yang kini memamerkan punggunh tegap dan perut rata berotot tersebut. “Hn. Baiklah.” Baekhyun bergumam, lalu terkekeh diamdiam. Ia kemudian bangkit dari ranjang dengan hanya 356

mengenakan bra lalu berdiri di belakang Chanyeol. “Aku sudah selesai.” Chanyeol mendengus kecil lalu berbalik dan mendapat sambutan pelukan, sesuatu yang aneh menyengat seluruh tubuh lalu ia sadar bahwa kini kulit perutnya bergesekan dengan perut Baekhyun. “Ya Tuhan! Pakai bajumu!” Baekhyun menggeleng lalu mengeratkan lingkaran lengan di leher Chanyeol. Ia nyaris terjungkal karena terlalu banyak berjinjit akibat perbedaan tinggi badan dan Chanyeol refleks meraih pinggang rampingnya untuk menghindari sesuatu yang fatal. “Baekhyun, pakai bajumu.” “Kenapa aku harus? Kau saja tidak pakai baju.” “Tapi... aku...” “Ahh, hangat sekali.” Baekhyun bergumam lalu mengusakkan wajah di dada bidang Chanyeol. “Bolehkah aku meminta sesuatu?” Perlahan Chanyeol luluh lalu mulai merengkuh tubuh mungil itu dan menggendong sebelum memangkunya di atas ranjang. Baekhyun berseru riang, masih setia melingkarkan lengan di leher Chanyeol dengan mesra. “Boleh. Katakan, apa itu?” Baekhyun menatapnya lalu menangkup wajahnya. “Aku menghabiskan waktu beberapa hari di rumah sakit dan itu sangat membosankan.” “Lalu...” Chanyeol merapikan anak rambut Baekhyun dengan telaten. “Aku tidur sendiri dan aku merasa begitu kedinginan.”

357

“Memangnya selama ini kau tidur dengan siapa?” Tanya Chanyeol dengan curiga. “Aku tidur sendiri selama ini tapi kau tahu rasanya cukup berbeda jika tidur di rumah sakit. Aku merasa begitu kesepian.” “Baik. Lalu apa intinya?” Baekhyun mengusakkan hidungnya dengan hidung Chanyeol. Sebuah aksi yang membuat pria itu menyimpulkan karakter Baekhyun yang selama ini tidak terekspos. Wanita itu bisa bertingkah manja dan membuat Chanyeol tidak percaya. “Tidur bersamaku.” Dan ucapannya yang sembrono tidak sesuai dengan tingkah lakunya yang manja serupa balita. Chanyeol menganga. “Whoa... itu sangat ekstrim, Byun.” “Kau tidak mau tidur denganku?” Baekhyun merengut dan memasang wajah sedih Chanyeol menyentakkan kepala sebelum membaringkan tubuh si mungil yang hanya berbalut bra. Baekhyun tersenyum girang lalu merentangkan kedua tangan, tak lama kemudian ia menyambut tubuh besar itu ke dalam pelukan. Chanyeol menindihnya lalu mengecup pipi Baekhyun secara bergantian. “Apa sangat sakit?” Baekhyun bersedih untuk luka memar keburuan di beberapa titik tubuh kekar Chanyeol. Prianya menggeleng lalu menyematkan kecupan lembut di dahi. Baekhyun membelai bercak-bercak kebiruan itu seraya meringis lalu menyambut cumbuan mesra yang Chanyeol sematkan di lehernya.

358

Jemari lentik itu lalu menelusuri bagian belakang tubuh Chanyeol, mengusap otot-otot seksi hingga ia berhenti di area tengkuk dan meremas rambut Chanyeol kala cumbuan yang didapatnya mulai merambat menuju tulang selangka. Chanyeol menarik diri lalu menatap wanitanya dengan serius. Baekhyun membalasnya lalu wanita itu membelai wajah Chanyeol dengan lembut dan memberi sentuhan sensual di bibirnya yang tebal. “Cium aku.” Ucap Baekhyun dengan nada mutlak. Chanyeol terhipnotis lalu menunduk dan menyematkan kecupan lembut di awal pertemuan bibirnya dan juga bibir Baekhyun. Lantas mereka bergerak aktif dan saling memberikan lumatan-lumatan adiktif. Chanyeol bertanya-tanya bagaimana bisa bibir Baekhyun terasa manis dan membuatnya berkeinginan untuk meraup dan mengunyahnya di dalam mulut. Kemudian pria itu mulai menyukai bagaimana Baekhyun menyentuh tubuhnya dengan jemari lentik andalan. Ciuman itu berlangsung lama, keduanya masih belum tahu bagaiamana cara menghentikan peperangan sebelum kemudian Baekhyun menyerah dan meminta Chanyeol memberikannya ruang untuk bernapas. Pautan bibir itu terlepas dan Chanyeol tidak mengerti mengapa ia merasa bangga melihat bibir Baekhyun yang memerah bengkak karena ulahnya. “Baekhyun?” Chanyeol mulai merasa sedikit aneh karena Baekhyun tersengal dan hanya menatapnya dengan sayu. “Kau baik? A-apa aku melukaimu? Hum?” 359

Baekhyun hanya perlu menetralkan deru napas, tidak bermaksud membuat Chanyeol cemas dan kalangkabut. “Hey, aku tidak apa-apa.” Baekhyun menenangkan Chanyeol yang sudah sewajarnya merasa asing mengingat pria itu tidak ahli berhubungan dengan seorang wanita. “Kau yakin? Kau tidak terluka?” “Tidak, sayang.” Baekhyun membelai wajah prianya dengan lembut. “Apa kau merasa kesulitan?” Tanpa pikir panjang, Chanyeol mengangguk polos. Baekhyun tersenyum gemas lalu mengecup bibirnya sekilas. “Tidak apa-apa, aku akan membimbingmu. Kita lalui bersama.” Chanyeol meraih jemari Baekhyun dan mengecupnya berulang kali. “Aku akan mengajarimu bagaimana caranya menyukai payudara.” “Err—” Chanyeol meringis membuat tawa Baekhyun pecah seketika. “Mau pegang?” Baekhyun menunjuk dadanya yang terbalut bra. Chanyeol mengikuti arahan lalu menunduk mendapati dua gundukan sintal yang nyaris tumpah dari wadah. “Baekhyun, kenapa kau frontal sekali? Tidakkah kau merasa canggung?” “Hmmm... aku juga tidak mengerti kenapa aku tidak canggung terhadapmu ketika aku tidak akan segan memukul selangkangan pria mana pun yang berani menatap dadaku lebih dari lima detik.” “Kau melalukannya?” Chanyeol berseru heboh. “Ya. Aku pernah membuat seorang paman mesum pingsan karena ku tendang selangkangannya dengan keras.” 360

Chanyeol meringis lalu menarik diri. “Hey! Mau ke mana?” Chanyeol merasa ngeri dan memilih membaringkan tubuh di samping Baekhyun. Lantas ada apa dengan jarak yang pria itu ciptakan? “Sayang...” Chanyeol menggeleng dan membelakangi Baekhyun. “Park Chanyeol, kembali dan peluk aku atau ku buat selangkanganmu bernasib sama dengan paman mesum itu.” Dan Chanyeol kalah telak. Pria itu menyerah dan berbalik sebelum mengikis jarak, merengkuh tubuh Baekhyun dan memeluknya erat. “Hmm, pria pintar.” Baekhyun mengusak rambut pirang Chanyeol dan menghadiahi kecupan sensual di lehernya. “Jadi, mau pegang atau tidak?” “Tidak. Baekhyun kenapa aku harus memegang payudaramu?” “Hmm... tidak ada alasan pasti, aku hanya ingin melihat reaksimu.” “Bukankah payudara itu sesuatu yang berharga, kenapa kau mengobralnya padaku?” “Mulutmu itu, Park!” Baekhyun lupa bahwa ia berhadapan dengan pria yang tak segan-segan mengutarakan apa yang ada di pikiran tanpa repot-repot menyaring segala hal. “Aku tidak mengobral! Kenapa aku terkesan murahan dengan pertanyaanmu? Oh, Ya Tuhan.” Baekhyun kesal. “Apa kau marah?” “Tentu saja! Kenapa aku harus mengobral payudaraku?” “Maafkan aku. Baiklah biar ku pegang.” Baekhyun menggeram kesal seraya memukul permukaan ranjang dengan gemas. 361

“Aku hanya mengatakan hal-hal konyol itu padamu saja. Aku mungkin akan merasa sangat benci jika mengatakannya pada pria lain.” “Benarkah?” Mengapa Chanyeol merasa tersanjung? Baekhyun mengusakkan wajah di dada Chanyeol. Lagipula ia tidak sedang berhadapan dengan pemuda yang baru menginjak satu tingkat fase dewasa, lantas mengapa Chanyeol terkesan begitu alami dan polos? “Sayang?” Chanyeol membujuk Baekhyun dengan hatihati. Tidak ada sahutan. Merajuknya Baekhyun adalah hal yang Chanyeol catat dengan baik. “Baiklah, buka bramu.” “Tidak mau, kenapa aku harus mengobral payudaraku kepadamu?” “Siapa yang bilang mengobral? Aku hanya ingin menyentuhnya, aku penasaran dengan teksturnya.” Mengapa Baekhyun merajuk hanya karena Chanyeol keberatan menyentuh payudaranya? Dan mengapa hal itu terasa begitu menggemaskan di mata Chanyeol? “Tidak mau.” Baekhyun berseru di perpotongan leher Chanyeol. Hingga beberapa saat kemudian Chanyeol berinisiatif, tangannya terulur meraba punggung Baekhyun sebelum menemukan pengait bra di sana. Mulanya ia kesulitan namun pada akhir pengait bra itu berhasil ia lepas. Chanyeol menuduk kecil lalu mengecup bahu sempit Baekhyun dengan sensual sebelum melempar bra yang sudah sepenuhnya berhasil ia buka. 362

“Sayang...” Baekhyun mendongak lalu menatap Chanyeol sebelum meringis karena merasakan sebuah telapak tangan hinggap di salah satu payudaranya. “Whoa... terakhir kali menyentuhnya terhalang oleh bajumu. Aku tidak tahu teksturnya selembut ini.” Lalu Chanyeol meremas kecil, menganggap payudara Baekhyun tidak ada bedanya dengan squishy. “H-hey... kenapa diremas?” Baekhyun bereaksi, menggeliat kecil. “A-apa sakit?” “Tidak. Hanya sedikit aneh.” “Aneh?” Lalu Chanyeol meremasnya lagi. “Ahh...” Baekhyun memejamkan mata seraya menggigit bibir. Dan Chanyeol menyukasi reaksinya. “Berhenti meremasnya...” “Kenapa? Kau tidak suka?” “A-aku suka... ohh..” Lalu Baekhyun memeluk Chanyeol, melarikan sengatan aneh di sekujur tubuh. “Haruskah aku berhenti?” Baekhyun mengangguk dan Chanyeol menghadiahinya dengan kecupan lembut di puncak kepala. “Bolehkah aku menghisapnya?” “Meng—hisapnya?” Chanyeol mengangguk. “Seperti apa rasanya?” Baekhyun membeo kecil. “Aku tidak tahu rasanya seperti apa... apakah kau benar-benar ingin menghisapnya?” “Apa boleh?” “Jika kau... merasa begitu penasaran maka... silahkan.”

363

Lalu Chanyeol bergerak turun hingga kini kepalanya menghadap pada dada besar Baekhyun. Pria itu tanpa sadar menelan saliva, mengamati gundukan sintal berukuran luar biasa. Perlahan kepalanya bergerak maju, lalu mulutnya terbuka sebelum kembali terbungkam oleh ujung payudara berwarna merah muda menggoda. Hangat. Baekhyun merasakan bagaimana payudaranya dihisap di dalam sana. Tubuhnya bergetar, matanya terpejam dan ia tidak mempunyai pilihan lain selain meremas rambut Chanyeol seraya melenguh kecil. “Ohh sayang...” Chanyeol mulai merasa asyik, ujung payudara Baekhyun yang mengeras memberinya kemudahan untuk melumat dan menghisapnya dengan gemas. “P-park Chanyeol... hmm...” Tangan Chanyeol yang lain tak tinggal diam, ia memilih meraba lalu meremas payudara Baekhyun yang satunya lagi. Tubuh Baekhyun semakin menggelepar, tersengat nikmat dan ia suka saat bagaimana Chanyeol mendedikasikan diri sebagai seorang bayi yang konsisten. “Park... ohh...” Chanyeol menarik diri setelah puas menjelma menjadi balita yang butuh asupan gizi. Ia bergerak naik sebelum mencium bibir Baekhyun yang memerah. Lalu mereka berpelukan dengan mesra. Wajah Baekhyun yang memerah adalah sebuah hiburan, untuk itu Chanyeol mengusaknya dengan gemas. “Jadi, bagaimana rasanya?” Baekhyun bertanya seraya menatap prianya. “Itu luar biasa.” “Benarkah?” 364

“Ya. Aku bahkan berniat tidur sembari menghisapnya sampai pagi.” “Oh, seperti bayi? Bayi besar kepala.” Chanyeol terkekeh dan menghadiahi Baekhyun kecupan di pipi sebagai pengantar rasa kantuk menuju dunia mimpi.

~oOo~ “Apa kau sudah gila?! Aku mencarimu sampai ke ujung dunia seperti orang gila!” Baekhyun menjauhkan ponsel dari telinga seraya meringis karena omelan Heechul di seberang sana. “Maaf, ponselku mati dan aku tidak sempat mengisi daya.” Heechul mendengus keras di seberang sana. “Apa saja yang kau lakukan di sana?” “Menyelesaikan urusanku dengannya.” “Apa ini? Kau terdengar bahagia?” Baekhyun terkekeh kecil. “Aku akan menghubungimu lagi nanti.” “Segera setelah kau pulih aku akan mengatur agendamu. Aku akan mengatur kejelasan kontrak kerja dengan beberapa perusahaan yang sebelumnya sudah disepakati meskipun ada beberapa dari mereka yang memilih mundur dan tidak ingin mengontrakmu lebih jauh.” “Biarkan saja. Mereka akan rugi karena memutus kontrak kerja dengan artis papan atas sepertiku.” Chanyeol tersedak kopi setelah mendengar celotehan Baekhyun dengan manajernya di seberang sana.

365

“Eonnie tidak perlu mengemis kepada mereka, aku bukan artis kaleng-kaleng. Jika mereka berniat membatalkan kontrak kerja sama biarkan saja.” “....” “Hm, baiklah. Aku akan menghubungimu lagi nanti.” Lalu Baekhyun memutus sambungan telepon dan menatap Chanyeol yang duduk di seberangnya. “Lihat apa kau?” Chanyeol menggeleng lalu kembali menyesap kopinya. “Bagaimana dengan agenda rekaman untuk mengisi soundtrack drama?” “Heechul Eonni sedang mengurusnya. Ngomongngomong...” Baekhyun bangkit dari kursi sebelum duduk di pangkuan Chanyeol. “Kenapa mau memilihku sebagai penyanyinya?” “Aku tidak tahu, mungkin karena aku sudah tidak waras?” “Hey!” Baekhyun berseru kesal dan hanya dibalas dengan kekehan renyah. Chanyeol meneliti penampilan wanitanya yang tenggelam dalam kaos besar miliknya lalu mengecup pipinya dengan mesra. “Karena lagu itu sangat cocok denganmu. Karakter suara dan vokalmu benar-benar mewakili apa yang aku tulis dalam lagu itu.” “Tapi kau tahu... aku belum bisa muncul ke publik setelah apa yang terjadi.” “Itu adalah hal yang wajar. Kau hanya harus berhati-hati. Semuanya akan kembali normal, percaya padaku.” “Benarkah?” Chanyeol mengangguk lalu menyampirkan anak rambut Baekhyun ke belakang telinga. “Baekhyun, haruskah aku membuat pernyataan resmi tentang kebohongan yang aku buat 366

tentangmu di hadapan media beberapa waktu lalu. Itu pasti membuatmu sangat sulit.” “Nah, itu tidak perlu. Jika kau melalukannya maka situasi akan kembali memanas. Aku sudah bisa mengatasinya secara perlahan.” “Apa mereka membatalkan kontrak kerja sama denganmu?” Baekhyun mengangguk lalu menyesap kopi milik Chanyeol. “Eonnie bilang ada lebih dari sepuluh kontrak kerja yang dibatalkan oleh pihak perusahaan masing-masing.” “Maafkan aku.” Baekhyun menggeleng. “Haruskah kita membuat kesepakatan untuk tidak menyalahkan diri sendiri. Aku lelah, Chanyeol. Aku hanya ingin hidup dengan tenang.” “Aku mengerti, tapi... aku membuatmu mengalami kerugian bahkan meliputi finansial.” “Aku baik-baik saja...” Baekhyun menangkup wajah Chanyeol lalu mengernyit. “Tunggu... kenapa wajahmu sangat kecil?” Lalu Baekhyuun menangkup wajahnya sendiri dan berseru tak terima. “Kenapa wajahmu lebih kecil dari wajahku?” “Err—sayang... apa itu penting saat ini?” “Tentu! Oh harga diriku terluka sebagai seorang idol wanita yang memiliki wajah kecil.” Chanyeol menggaruk tengkuk lalu menjawab sebuah telepon yang masuk. “Ya? Kau sudah mendapatkannya?” Sementara Chanyeol mendengar penjelasan seseorang di seberang sana, Baekhyun justru sibuk mengukur wajah Chanyeol dan membandingkannya dengan dirinya. “Berdasarkan rekaman cctv, ada dua pelaku berbeda yang terekam. Aku sudah mengirim videonya padamu, dan saat ini kedua timku sedang mengejar para pelakunya.” 367

“Aku berharap yang terbaik, hyung. Tolong bantu aku.” “Tenang saja. Aku tidak akan tinggal diam jika seseorang berusaha mencelakaimu.” “Aku sangat berterima kasih.” Lalu Chanyeol memutus sambungan telepon dan menatap jauh ke depan. “Ada apa?” Chanyeol melirik Baekhyun dan menatapnya. “Kejadian semalam benar-benar ulah seseorang. Aku tidak tahu siapa tapi menurut temanku yang bekerja di kepolisian, ada dua pelaku berbeda yang mengincarku tadi malam.” Baekhyun menutup mulut dengan terkejut. “Sayang... apa kau ingat siapa yang menelepon dan memberitahumu bahwa ada seseorang yang akan membunuhku?” Baekhyun menggeleng. “Orang itu memakai nomor asing. Suaranya bahkan tidak terdengar jelas, aku tidak tahu dia lakilaki atau perempuan. Ketika aku menghubunginya lagi, nomor asing itu tidak terdaftar di jaringan.” Chanyeol kembali merenung, dahinya berlipat tanda ia tengah berpikir dengan keras. Apa ini perbuatanmu, Choi Seunghyun? “Apa ada seseorang yang kau curigai.” “Ya. Aku mencurigai seseorang.” Baekhyun terkejut dan bertanya-tanya. Siapa orang yang Chanyeol curigai? “Berhati-hatilah. Aku semakin tidak tenang.” Chanyeol mengangguk dan perasaannya tak kunjung membaik karena diliputi oleh rasa penasaran tentang siapa dalang di balik kejadian terencana tadi malam? 368

*** “Whoa, jadi kau mempunyai studio juga di sini?” Baekhyun membeo ketika Chanyeol mengajaknya masuk ke studio mini di dalam apartemen pria itu. “Ini luar biasa.” Lalu wanita itu berseru heboh melihat beberapa monitor dan ruang rekaman. “Mau berlatih?” “Huh?” “Nyanyikan lagu untuk soundtrack drama itu. Aku akan memproduserimu.” “Memangnya kau tidak mempunyai agenda hari ini?” Lalu Chanyeol meringis. “Tidak. Agensi membatalkan beberapa agenda menyusul skandal tentang kita dirlis oleh media. Aku tidak diharuskan tampil di tv untuk beberapa waktu ke depan. Aku hanya diperbolehkan mengisi jadwal pemotretan saja tidak untuk pertunjukkan langsung.” Ekspresi wajah Baekhyun berubah. Ia paham betul posisi Chanyeol karena mereka melalui kesulitan yang sama. Chanyeol menangkap wajah sendu Baekhyun lalu menggeleng pelan. “Ini tidak seberapa. Segera setelah berita itu mereda aku akan tampil lagi di tv karena grup akan segera comeback untuk perilisan album musim dingin.” “Kenapa aku merasa sulit sekali bernapas di industri hiburan ini? Kau tahu... aku debut dari agensi kecil mata duitan, kerja kerasku dan member selama beberapa tahun tidak terbayar dengan maksimal setelah kami pertama kali muncul ke publik. Reaksi semua orang benar-benar menyakitkan hanya karena kami mengusung konsep seksi, tak ada yang bisa kami lakukan karena Sajangnim terus mendesak kami untuk 369

memamerkan lekuk tubuh. Saat itu aku dan member merasa sangat kesulitan ketika grup lain diakui dan diterima dengan hangat. Aku hanya bisa meratap dan menerima begitu banyak kebencian.” Chanyeol seketika merangkul dan memeluknya. “Pangku aku.” Chanyeol menurut dan memangku wanitanya dalam hitungan detik. “Lalu perlahan ada angin segar. Beberapa perusahaan berbagai produk mulai melirikku setelah kau, Park Chanyeol-ssi mengkritikku dengan pedas di salah satu program televisi yang kau bintangi.” “Whoa...” Chanyeol membeo, terlihat tidak merasa bersalah dan membuat Bakehyun gemas dan kesal. “Tidak hanya kontrak iklan dan pemotretan yang membanjiri agenda kerjaku saat itu tapi komentar-komentar pedas dari penggemarmu memenuhi kolom komentar media sosialku. Astaga kenapa para penggemarmu begitu membenciku?” Chanyeol menggeleng dan merasa tidak nyaman dengan fakta tersebut. “Sejak saat itu orang-orang semakin mengenalku meskipun dengan cara yang tidak menyenangkan sama sekali. Jika kau menelusuri mesin pencarian, di sana ada kata kunci ‘Baekhyun lumba-lumba’ karena aku melakukan salto menyerupai hewan pintar itu, lalu ‘Baekhyun Dinosaurus’ karena manajerku salah mengartikan bahasa, lalu—bisakah kau berhenti tertawa?” Chanyeol memang sudah terbahak-bahak sejak Baekhyun membawa hewan lumba-lumba. “Dengarkan aku...” Baekhyun kesal lalu merengek. 370

“Baiklah, baiklah... lalu bagaimana?” “Wajahku saat terjatuh di atas panggung—kau ingat yang satu itu?” “Ya. Aku di sana, melihatmu terpleset.” “Berhenti tertawa!” Baekhyun memukul bahu Chanyeol dengan gemas. “Karena kejadian memalukan itu wajahku masuk menjadi konten di sebuah situs komedi daring!” Chanyeol semakin terbahak seraya bertepuk tangan. “Park Chanyeol!!!” “Kenapa? Kau sangat lucu.” “Tapi itu memalukan! Hatersku semakin mendapat celah untuk mengejek!” Baekhyun meraung lalu menenggelamkan wajah di leher Chanyeol. “Tapi kau semakin populer sekarang. Orang-orang mengenalmu.” “Karena itu pula aku menjadi anak emas yang Kris banggakan dan membuat member lain merasa dianak tirikan. Demi Tuhan, itu adalah hal yang paling sulit ketika aku berlatih dengan mereka, aku seperti orang asing yang ingin mereka jauhi. Luhan bahkan sangat marah padaku, aku kesulitan menangani kesalahpahaman di antara para member. Mereka menganggapku sebagai penghalang. Menjadi populer seorang diri membuatku merasa dikucilkan.” “Nah, sebenarnya itu bukan masalah jika membermu punya pemikiran yang luas. Kau tahu hal itu pun terjadi di grup ku.” “Benarkah?” Baekhyun sedikit terkejut. “Ya. Sian adalah member paling populer dan paling aktif di antara kami. Sian mengisi slot drama, bermain musikal, mendapat jatah debut solo, bahkan akhir-akhir ini dia disibukkan oleh dua project film layar lebar.” 371

“Whoa!!! Sian hebat!!” Baekhyun berseru dan berbinar, gestur yang diperlihatkan serupa seorang penggemar yang bangga karena idolanya menoreh banyak prestasi. Chanyeol bereaksi keras lalu memicing tajam, rahangnya mengeras dan ia tidak suka binar kagum yang terpancar di kedua bola mata Baekhyun. “Apa maksudmu?” “Huh?” Baekhyun membeo lalu mengerjap mendapati amarah berkelebat di wajah Chanyeol. “A-aku...” “Apa maksudmu?” Chanyeol menarik diri, bahkan enggan memangku Baekhyun lagi. “Sayang... aku...” “Terserahmu!” Chanyeol lantas pergi meninggalkan Baekhyun di dalam studio. Si mungil mengerjap beberapa kali, semula ia tidak paham situasinya namun perlahan ia menduga satu hal. “Astaga... apa dia cemburu?” Lalu Baekhyun bergegas menyusul Chanyeol yang kini terlihat diam di ruang tengah, duduk di atas sofa dengan rahang terkatup rapat. “Hey...” Baekhyun merasa harus berhati-hati mengingat aura Chanyeol terasa begitu menyeramkan. “Sayang...” si mungil meraih tangannya, menggenggam lalu mengecupnya berulang kali. Chanyeol bungkam dan terlihat ketus. Satu hal yang membuat Baekhyun harus mati-matian menahan gemas. “Maksudku tidak seperti itu...” Chanyeol bereaksi dan melirik wanitanya. “Oh, baiklah... maafkan aku. Kalau pun Sian sehebat itu yang ku mau hanya dirimu. Aku hanya menginginkanmu.” Chanyeol memalingkan wajah.

372

Baekhyun mencebi karena bujukannya tidak mempan, lalu wanita itu berinisiatif duduk di atas pangkuan prianya. “Kau tidak percaya? Haruskah aku membuktikannya padamu?” Chanyeol menatapnya dengan lekat. “Maka buktikan. Pastikan aku satu-satunya pria yang kau inginkan.” Dan Baekhyun mulai tertantang. Ia tersenyum seraya melingkarkan lengan pada leher Chanyeol dan mencium bibirnya dengan mesra. Baekhyun pikir ia tidak akan mendapatkan respon namun Chanyeol tidak sepasif yang ia pikir. Pria itu membalas ciumannya dengan ganas hingga melarikan segala sengatan aneh pada sebuah sentuhan dan remasan di punggung sempit Baekhyun. Si mungil menarik diri, membuat Chanyeol protes dalam diam. Wanita itu kantas berdiri dan menanggalkan kaos besar milik Chanyeol yang ia pakai sejak malam. Hanya terpampang tubuh setengah telanjang yang membuat mata Chanyeol membulat. “Apa yang kau pikirkan?” Baekhyun menggoda Chanyeol lalu mundur teratur. “Haruskah aku menarikan lagu andalan Ladiesire?” Chanyeol memasang wajah berpikir. “Tari pel lantai?” “Astaga!” Baekhyun tergelak. Ia hanya mengenakan Gstring dan memutar tubuh untuk memulai sebuah tarian. “Err—Baek...” Chanyeol meringis kala Baekhyun memulai tarian yang membuat grupnya dicekal oleh seluruh stasiun televisi Korea. Chanyeol bertanya-tanya siapa koroegrafi yang membuat Baekhyun harus berbaring dan mengangkang di atas lantai? “Sayang... itu...”

373

Baekhyun tidak menggubris Chanyeol, ia bergumam dengan lagu seraya menari dengan sensual. “Kenapa? Aku tidak pernah punya kesempatan untuk memperlihatkan korografi ini secara langsung kepada orang-orang.” “Tapi... kau sedikit... anu...” Chanyeol memijit pangkal hidung. Sekarang ia mengerti mengapa Ladiesire dicap sebagai girlgroup vulgar. “Bukankah kau merasa tersanjung menjadi orang pertama yang meliha penampilanku?” “Baekhyun, tariannya benar-benar buruk.” Chanyeol mendengus keras. Baekhyun berhenti bergerak, lalu melempar rengutan kesal. “Bangunlah, kau bisa terserang flu bergulingan di atas lantai tanpa memakai baju.” Baekhyun mencebi namun tetap menurut. “Kemarilah.” Chanyeol memajukan jemari memberi isyarat untuk mendekat. Baekhyun menghentakkan kaki sebelum kemudian mendekat dan duduk di atas pangkuan Chanyeol. “Padahal aku berlatih tarian itu selama satu tahun.” Baekhyun merengut sedih. “Apakah itu benar-benar buruk?” “Ya. Sangat buruk. Jangan pernah menunjukkannya kepada orang lain. Apalagi tanpa memakai baju seperti ini. Astaga! Apa kau penari striptis?!” Kesal Chanyeol pada akhirnya. “Tidak! Ini pertama kalinya aku menunjukkannya. Hanya padamu! Apa?! Penari striptis? Mulutmu itu memang harus ku beri pasta cabai!” Baekhyun berseru kesal karena Chanyeol memang terlahir sebagai kritikus pedas. Chanyeol menggeleng frutasi. “Sepertinya aku harus membasuh kepalaku. Pakai kembali bajumu sekarang.” 374

“Kenapa kita tidak mandi bersama?” “A-apa maksudmu? Jangan macam-macam.” “Kenapa aku macam-macam? Anggap saja ini sebagai survei. Kita akan tahu sejauh mana kau sembuh.” Chanyeol bungkam seketika, dahinya mengernyit lalu ia mulai berpikir panjang, melalui gejolak dan perang batin yang hebat sebelum membuat keputusan yang gila. “Aku peringatkan jangan macam-macam.” Mengingat Baekhyun adalah tipikal wanita sinting yang akan meraih tangan Chanyeol dan meletakkannya di atas payudaranya seperti waktu itu. “Hey! Kau membuatnya terdengar seperti aku ini adalah penjahat kelamin!” “Kau memang wanita cabul dan mesum.” “Park Chanyeol!” Seru Baekhyun dengan kesal lalu mengekori prianya menuju kamar mandi. “Whoa!!!” Lalu rasa kesalnya menguap karena disuguhi interior kamar mandi yang mewah, terdapat sebuah bathtub yang menghadap langsung pada pemukiman kota Seoul dari ketinggian lantai apartemen. “Aku mau berendam! Aku mau berendam!” Baekhyun berjingkrak seperti anak kecil sementara Chanyeol menyiapkan air. “Whoa!!!” Si mungil kembali berseru setelah bathtub itu siap. Rasa antusias membuat kewarasannya semakin sulit dikontrol, wanita itu menanggalkan G-string dan masuk ke dalam bathtub tanpa peduli bahwa tindakannya sanggup membuat Chanyeol terkena serangan jantung dalam sekejap. “Tunggu apa? Buka bajumu!” Chanyeol refleks menyilangkan tangan di kedua dada. Mengapa ia merasa sangat ngeri dengan tingkah laku Baekhyun?

375

“Oh! Baiklah aku tidak akan melihat.” Lalu Baekhyun menutup mata dengan kedua tangan. “Cepatlah, airnya benarbenar sejuk.” Chanyeol nyaris menggeram, mengapa ia bertingkah sejauh ini? Lalu mengapa Baekhyun sanggup mengontrol pikirannya untuk menurut? “Apa sudah?” “Belum.” Sahut Chanyeol seraya menanggalkan pakaian sebelum masuk ke dalam bathtub yang sama dan membasahi rambutnya. Perlahan Baekhyun membuka mata dan disuguhi oleh tatapan Chanyeol di hadapannya. Wanita itu mengerjap kecil lalu tersenyum lebar. “Apa kau telanjang bulat?” Chanyeol kembali memijit pangkal hidung atas pertanyaan frontal tersebut. “Orang gila mana yang mandi dengan mengenakan pakaian?” “Jadi kau telanjang? Whoa!!!” Baekhyun lalu mendekat namun kepalanya ditahan oleh telunjuk Chanyeol, membuatnya kesulitan meraih bahu tegap pria itu. “Sayang...” Baekhyun merengek, ia hanya ingin memeluk prianya. Apa yang salah? “Jangan macam-macam. Nikmati saja pemandangannya— oh ada pesawat terbang!” Chanyeol menunjuk dan berhasil mengelabuhi Baekhyun. Wanita itu menoleh lalu menggeram kesal karena tertipu. “Jika kau tidak suka kita mandi bersama, baiklah aku selesai.” Baekhyun hendak bangkit namun Chanyeol menahan lengannya. Di samping tidak ingin membuat wanitanya merajuk,

376

Chanyeol juga sedikit canggung saat membayangkan Baekhyun yang kini bertelanjang berdiri di hadapan wajahnya. “Aku suka.” Lalu Chanyeol mengikis jarak dan memeluk Baekhyun sebelum wanita itu benar-benar murka. “Benarkah? Kau tidak menganggapku wanita striptis lagi bukan?” “Tentu tidak. Lagipula kau seperti ini hanya padaku saja. Bukan begitu?” Lalu Baekhyun mengangguk dengan lucu. “Kalau begitu pangku aku.” “Huh?” “Aku ingin dipangku sekarang.” “Tapi kita tidak memakai baju... itu akan seidkit—kau tahu di bawah sana...” Baekhyun mengibaskan tangan, terlalu acuh terhadap segala hal sebelum memutuskan bergerak dan duduk di pangkuan Chanyeol. “Hey!” Chanyeol berseru heboh. Niat Baekhyun sejak awal adalah memancing, ia tidak bertingkah seperti seorang wanita nakal tanpa sebuah tujuan, ia perlu membimbing dan membuktikan bahwa Chanyeol bisa benar-benar lepas dari orientasi seksual yang menyimpang dan menjelama menjadi pria normal seutuhnya. Tapi mengapa kini tubuh Baekhyun merasa begitu tersengat saat tubuh bagian bawahnya dengan Chanyeol bersentuha bahkan bergesek satu sama lain. Baekhyun menggeleng kecil lalu memeluk Chanyeol dengan erat. Sejak awal Chanyeol memang merasa situasinya berbeda. Ia merasakan sebuah sengatan, sesuatu yang baru dan asing yang mengundang rasa penasaran. 377

“Kau baik?” Tanya Chanyeol dengan suara parau. Baekhyun menggeleng. “Kau tegang.” Gumamnya seraya menenggelamkan wajah di leher Chanyeol. Tidak perlu merasa membutuhkan indera ke enam untuk tahu bahwa di bawah sana Chanyeol sangat tegang. “Aku lega, itu berarti kau teridentifikasi normal.” “Nah. Bukankah kau sudah mendapatkan jawabanya? Jadi bagaimana jika sekarang kau turun dan mandi secara manusiawi?” “Kau salah, aku masih harus membuktikanya lebih jauh.” Suara Baekhyun mulai terdengar berbisik dibarengi belaian sensual di dada bidang Chanyeol. Ia mendongak, sengaja mempertontoka leher jenjangnya yang basah di depan wajah Chanyeol sebelum senyum miringnya tercetak karena sebuah serangan. Chanyeo mencumbu leher mulus itu, mencium dan menghisapnya hingga melahirkan bercak merah yang mengesankan. Lalu dengan satu gerakan, Chanyeol memangaku tubuh mungil itu seperti anak koala, kaki Baekhyun seketika melingkar di pinggul Chanyeol ketika pria itu bangkit dan turun dari bathtub. Sebuah ciuman terjalin dengan mesra. Chanyeol tidak memikirkan sebuah ranjang yang letaknya cukup jauh di dalam kamar, ia memilih menyapu meja rias di dalam kamar mandi sebelum membiarkan Baekhyun duduk dengan kedua kaki yang terbuka. Chanyeol dikuasai sebuah hasrat dan Baekhyun tak henti-hentinya menggoda dengan sentuhan adiktif. Pria itu tidak banyak menyimpan tanya tentang jati diri Baekhyun, namun ia menemukan sebuah jawaban setelah 378

mengikis jarak, mengangkat kedua kaki wanita itu, mencari celah yang pas dan melesakkan kejantanannya yang mengacung keras tanpa sebuah toleransi. “Akhh!!” Wanita itu menjerit hebat. Tubuhnya menggelepar karena dirangsek tanpa sebuah pemanasan. Baekhyun menggeleng keras, sementara kuku tangannya telah menancap di punggung Chanyeol, sebentuk pelarian atas sakit luar biasa yang menyerang tubuh bagian bawahnya. “Akhh!! Nggh!!” Nyatanya pengalaman pertama Chanyeol membuat pria itu cukup bringas. Ia tidak mengindahkan desah keras dan lenguhan Baekhyun yang menjadi-jadi, hanya fokus pada kesan pertama yang membuat tubuhnya disengat oleh kenikmatan tiada tara. “P-park Chanyeol! Akhh!! Akh!!! Sakit! Hnggh pelanpelan, sayang... ouh!!” Chanyeol menggeram cukup hebat lalu memangku Baekhyun dan menghujam kembali tubuh bawahnya dengan keras. Si mungil terombang-ambing seraya mendesa hebat, di bawah sana merasakn perih luar biasa namun di saat yang bersamaan merasakan sengatan adiktif yang membuatnya enggan melempar protes. “Akh, Byun Baekhyun!” Chanyeol lantas membiarkan tangan Baekhyun bertumpu pada meja, mencumbu punggung telanjangnya dengan sensual sebelum kembali melesakkan kejantannya dari belakang, menghujam tubuh wanitanya dengan keras seolah hendak menguras seluruh tenaga yang tersisa. Nasib Baekhyun bergantung pada belas kasih, tubuhnya benar-bebar dihujam dengan keras dan bringas. Dan sialnya Baekhyun mulai menyukai permainan bersifat cabul itu. 379

“Nggh!! Ouh!! Park! Oh!! Park!!!” Si mungil menegang hebat, tubuhnya melengkung dan ia harus rela dihujam semakin cepat di saat-saat orgasme karena Chanyeol bertekad mencapai puncaknya secara bersamaan. Ereksi Chanyeol pada akhirnyya membludak dan menemukan titik ujung, pria itu mendesah keras, meremas bokong Baekhyun seraya memuntahkan puncaknya di dalam tubuh Baekhyun. Tubuh keduanya menggelepar di depan cermin rias, lalu Chanyeol menarik diri dan menggendong Baekhyun yang nyaris terhuyung menuju kamar. Si mungil dibaringkan di atas ranjang lalu tubuh telanjang itu diselimuti. Chanyeol berjalan menuju lemari, berniat mengambil salah satu kaos untuk dikenakan namun rengekan manja Baekhyun menginterupsi segalanya. “Ya, sayang... sebentar, aku di sini...” Pada akhirnya Chanyeol ikut berbaring dan membiarkan wanitanya mengusak wajah di dadanya yang bidang. “Sakit...” cicit Baekhyun seraya mendongak. Chanyeol mengangguk dan menghadiahi sebuah kecupan di bibir. “Tapi nikmat.” Lalu Chanyeol tertawa renyah. Bukankah Byun Baekhyun seajaib itu? “Berapa panjang kemaluanmu? Aku merasakan ujungnya merangsek dinding rahimku, dan whoa, ukurannya sangat besar, bukankah sebesar lenganku?” Lalu Baekhyun mengangkat tangan dan menelitinya dengan bijak. Chanyeol membeo sempurna. “A-aku tidak mengukur panjangnya, mungkin sekitar sepulun inci?”

380

Lalu Baekhyun menyerang pria itu dengan pukulan barbar. “Punyamu setara monster dan kau menyentaknya dengan keras ketika kau sadar tadi itu pertama bagiku?!” “A-ampun! Sayang...” Chanyeol mengaduh dan melindungi diri dari serangan wanitanya. “Dasar kau pria mesum! Aku tidak mau melakukannya lagi!” “Hey! Kenapa tidak? Lalu bagaimana dengan nasibku!! Aku sudah membuktikan bahwa aku pria normal saat ini, aku menyukai payudaramu, aku sangat suka menyentuhmu, bahkan ingin sekali bercinta lagi denganmu. Bukankah aku layak mendapatkan penghargaan?” “Kau memang pria mesum! Kenapa bersikap sok polos sejak pertama?!” Baekhyun tidak habis pikir, mengapa ia terperdaya oleh sikap Chanyeol yang lugu? Karena demi apapun, lima belas menit ke belakang adalah Park Chanyeol terbringas yang pernah Baekhyun kenal.

381

Chapter 16 Baekhyun masih bertelanjang bulat sejak terakhir kali Chanyeol meninggalkannya untuk mengisi agenda keartisan. Chanyeol ingat sempat pamit untuk melakukan syuting iklan, dan kini ia telah kembali dan bertanya-tanya apakah Baekhyun menghabiskan dua belas jam dengan bergulung di bawah selimut dan bertelanjang sepanjang hari? Chanyeol menghela kecil lalu menyematkan kecupan di dahi Baekhyun hingga membuat tidur wanita itu terganggu. “Oh, kau sudah pulang?” Chanyeol mengangguk lalu mengusak pipi Baekhyun dengan ibu jari. “Apa kau tidur sepanjang hari?” “Ya. Aku sangat lelah, seorang pria mesum menjajah tubuhku selama berjam-jam.” Chanyeol merasa tersindir, namun menganggap gerutuan Baekhyun itu lucu. “Paling tidak bangun dan makan sesuatu, sayang...” Baekhyun menggeleng kecil. “Bagaimana syutingnya?” “Cukup melelahkan. Salah satu member sedang tidak sehat, jadi kami harus mengulang take beberapa kali.” Ucapan Chanyeol tidak sempat Baekhyun respon karena wanita itu telah lebih dulu menjawab panggilan telepon. “Oh, Sian!!! Noona merindukanmu! Bagaimana harimu?” “Kau di mana?” “Aku? Aku sedang di apartemen kekasihku. Kenapa?” Sian bungkam beberapa saat di seberang sana. “Kau kembali kepada Chanyeol?” “Kami sudah meluruskan salah paham, jadi Sian tidak perlu cemas.” 382

Chanyeol memutar bola mata, cukup jengah dengan pola pikir Baekhyun yang naif. “Kau yakin dia tidak akan membuatmu menangis lagi?” “Hn! Tentu saj—akh!” Baekhyun melotot pada Chanyeol karena pria itu mengganggunya dengan cara menghisap payudaranya dengan kuat. “Noona? Apa yang terjadi?” “Oh tidak, tidak apa-ap—nggh!!” Baekhyun tidak tahu sejak kapan kakinya terbuka lebar dan sejak kapan Chanyeol memposisikan diri di tengah selangkangannya yang terekspos. Wanita itu menggigit bibir, menahan lenguhan kala area kewanitaannya dicumbu dan dibelai oleh lidah Chanyeol dengan sensual. “Noona?” “Y-ya, Noona mendengarkanmu.” “Aku mendapatkan honor dari iklan, kita harus pergi makan dan minum bir. Aku akan mentraktirmu.” “Whoa! B-benarkah?nghh!!” Kepala Baekhyun terlempar keras ke belakang ia meremas rambut Chanyeol kala cumbuan yang diberinya semakin menjadi-jadi. “Tentu saja benar, aku akan membelikanmu banyak makanan, jam berapa kita bertemu?” “Hmm.. jam— hnggh!! Jam.. berapa menurutmu?!” Baekhyun menggigit bibirnya semakin kuat, kini ia telah disetubuhi oleh Chanyeol yang entah sejak kapan menanggalkan pakaiannya. Sial! Baekhyun bahkan masih sempat menggilai hentakan pinggulnya yang menggila. “Bagaimana kalau jam tiga sore. Ada jadwal film bagus di bioskop, kau mau?” 383

“Ya! Ya—akh! Sian saja yang mengaturnya, sampai bertemu besok, tampan!” Lalu Baekhyun melempar ponsel setelah memutus sambungan telepon. Wanita itu menggeram keras sebelum memberontak, mendorong tubuh Chanyeol dan mengambil alih permainan, duduk di antara selangkangan prianya lalu bergerak naik turun dengan cepat. “Ouh!! Akhh!! Namun Chanyeol ditakdirkan menjadi seorang dominan, ia kembali merebut kekuasaan, menampar bokong Baekhyun dan menghujam kejantannya dengan keras. “Kau pikir akan ada ampun setelah dengan lancangnya kau berteleponan dengan pria lain di hadapan kekasihmu sendiri, huh??!” “Akh! Nggh!! Park Chanyeol, lebih cepat!” Baekhyun merutuk di sela-sela desahannya yang menggila. “Lebih cepat, sayang! Ya!! Seperti itu—nggh!!” Chanyeol menyeringai, sisi liar Baekhyun yang ia gali semakin membuainya dengan teramat sangat, jika Bakehyun sudah meracau kenikmatan maka di pikiran Chanyeol hanya terbesit cara menyetubuhinya dengan keras dan brutal. Desahan seksinya adalah pemandu sorak, sebentuk penyemangat. Chanyeol benar-benar dibuat menggila hingga hentakan terakhir dan lelehan sperma yang tumpah dari sarangnya. Tubuh Baekhyun menggelepar hebat setelah dibiarkan meraih puncak kenikmatan sebanyak tiga kali dalam hitungan waktu yang terbilang singkat. Nyatanya Chanyeol memang sanggup sebrengsek itu. Dan Baekhyun gila dibuatnya. Baekhyun menyukainya. Baekhyun jatuh cinta kepadanya.

384

Ia jatuh ke dalam pelukan erat dan posesif itu, membuatnya merasa berharga dan dicintai. Dan bagaimana bisa Chanyeol secandu itu dengan cepat? Pria itu yakin bahwa ia mendedikasikan diri sebagai seorang penyuka sesama jenis untuk beberapa tahun ke belakang. Chanyeol tidak mengerti bagaimana bisa Baekhyun menghancurkannya dalam waktu yang singkat? Bagaimana bisa wanita itu membuatnya menggila dan melupakan cinta lamanya? Tentang seks, semua orang akan sangat terbuai. Namun yang Chanyeol dapatkan bukan sekedar pemuas nafsu birahi, Baekhyun memberinya lebih dan Chanyeol merasa cukup berarti untuk wanita itu. Ia merasa diterima apa adanya. “Besok aku akan kencan dengan Sian.” Chanyeol melirik kekasihnya lalu menatapnya dengan intens. “Apa kau begitu menyukai bocah itu?” Hubungan Chanyeol dan Sian masih belum membaik sejak mereka terlibat baku hantam tempo hari. Chanyeol akui semua memang salahnya, ia bahkan telah mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Sian mengingat apa yang mereka perlihatkan di depan orang-orang hanyalah sandiwara. Keduanya hanya enggan membuat para penggemar berspekulasi bahkan mencurigai hubungan mereka yang sedikit renggang. “Tentu saja! Sian itu lucu dan tampan—maksudku aku menyukainya karena menganggapnya seperti adikku sendiri. Sian sangat manis.”

385

Chanyeol mendengus lalu tidur membelakangi Baekhyun. Ia mencoba menahan diri untuk tidak bereaski berlebihan seperti kemarin hanya karena perasaan cemburu. “Sayang...” Chanyeol tidak menyahut dan memilih memejamkan mata sebelum ia merakan kecupan lembut di pipi punggungnya. “Bukankah aku sudah membuktikan padamu bahwa kau satu-satunya pria yang aku inginkan?” Hela kecil lolos. Tentu Chanyeol kalah telak. Baekhyun benar-benar sudah membuktikannya. “Sian menyukaimu.” “Hanya orang bodoh yang tidak menyukai wanita secantik diriku.” Chanyeol mencebi lalu berbalik. “Aku bersungguhsungguh. Sian menganggapmu lebih dari seorang teman.” Baekhyun menggeleng kecil lalu membelai wajah kekasihnya. “Aku bisa mengendalikan situasi. Sian hanya perlu pengertian. Aku akan mempertegas secara perlahan. Dia akan mengerti, karena Sianku itu sangat manis.” “Bisakah kau berhenti menyebutnya seperti itu? Itu menggelikan.” “Oh, kenapa? Kau ingin ku sebut seperti itu juga? Chanyeolku yang manis, tampan dan bringas.” “Hey!” Chanyeol mencubit pipi wanitanya. Baekhyun tersenyum lebar lalu memeluk Chanyeol dengan erat. “Kau tahu kenapa aku hanya tidur seharian ini?” “Hum?” “Itu karena tadi rasanya masih sangat sakit. Aku kesulitan berdiri.” Chanyeol bereaksi. “Benarkah? Apa sekarang masih sakit?”

386

“Kau tahu? Seperti jarimu yang utuh lalu diiris menggunakan pisau tumpul.” Chanyeol meringis lalu segera memeluk Baekhyun. “Maaf jika aku menyakitimu. Aku... aku tidak bisa menahan diri.” “Nah, tidak apa-apa. Tapi izinkan aku berkencan dengan Sian besok.” “Tapi kau bahkan belum berkencan sekali pun denganku.” Chanyeol benar, lalu Baekhyun mulai menelaah lebih jauh ucapannya. “Apakah kita akan mempunyai kesempatan untuk melakukannya? Kau tahu... di luar sana situasi belum membaik. Para penggemarmu, media, dan agensi. Ku pikir kita hanya sanggup memanfaatkan waktu ketika sedang berdua seperti ini. Aku... aku ragu kita sanggup mengekspos hubungan ini kepada mereka.” Chanyeol memahami kekhawatiran Baekhyun. Dan apa yang wanita itu katakan tidak sedikit pun meleset. Hubungan percintaan idol group menjadi hal yang paling sensitif untuk dikemukakan. Para penggemar menjadi alasan setiap pasangan memilih bungkam dan menyimpan hubungan asmara mereka. Reaksi beragam adalah hal yang cukup berpengaruh terhadap kelangsungan karir sang idol. Untuk itu banyak yang memilih menyimpan rapat-rapat kehidupan pribadi mereka ketika di luaran sana selalu ada banyak yang memberikan respon kurang baik. Yang semua orang tahu, hubungan Chanyeol dan Baekhyun adalah pura-pura, jalinan asmara mereka diketahui tidak pernah terjalin sungguhan dan terkahir keduanya menjadi

387

bulan-bulanan karena dianggap melakukan pembohongan publik. Chanyeol yang dianggap sebagai korban masih bisa terselamatkan oleh para penggemar yang memberikan banyak dukungan, namun Baekhyun telah sepenuhnya masuk daftar hitam karena dianggap menjadi dalang atas hubungan palsu yang dijalaninya bersama Chanyeol. Untuk itu Chanyeol kini merenungi banyak hal termasuk penyesalannya yang mendalam. “Kau melamun lagi?” Tanya Baekhyun. Chanyeol menatapnya dengan lekat, seolah ingin mengatakan banyak hal namun tertahan di ujung lidah. “Baekhyun... bagaimana jika kita memberitahu semua orang bahwa saat ini benar-benar menjalin hubungan? Aku akan mengaku di depan media bahwa aku berbohong dan korban sebenarnya adalah dirimu. “Nah, itu tidak perlu. Aku sudah mengatakannya padamu bahwa hal itu hanya akan memperkeruh keadaan. Ku mohon jangan... aku bisa mengatasi mereka semua.” “Tapi... aku merasa begitu jahat dan pengecut. Aku seperti bersembunyi di balik kebohongan yang ku buat.” “Kau berbohong karena ingin melindungi Arata. Bukan begitu? Aku mulai paham dan mengerti akan dirimu. Tidak apaapa... kau harus menjaga nama baikmu, karirmu dan para penggemarmu.” Chanyeol menunduk dalam, nyatanya kalimat penenang yang Baekhyun lontarkan kian membuatnya merasa bersalah. “Aku merasa buruk jika mengingat bahwa kau banyak diperlakukan tidak adil. Aku ingin mengatasi situasi itu, aku ingin membuat semua orang tahu bahwa mereka tidak mempunyai alasan kuat untuk membencimu.” 388

“Sayang... itu sudah menjadi sifat alami manusia. Membenci tanpa alasan yang jelas memang sudah melekat dalam diri manusia. Aku enggan menghakimi siapa pun, aku pun enggan memikirkannya lebih jauh. Aku hanya ingin menjalani hidupku sendiri, memberi banyak cinta kepada orang-orang di sekitarku, lalu bahagia. Hanya itu.” Sesederhana itu. Ketika Chanyeol pernah sekali menghakimi wanita itu dengan segala tuduhan menohok. “Apa kau membenciku?” Baekhyun bereaksi pada pertanyaan itu. “Kenapa aku harus membencimu—tidak... aku memang pernah merasa sangat kesal dan marah padamu sampai-sampai aku berpikir untuk membencimu, tapi... aku sulit untuk mempunyai perasaan seperti itu. Pada akhirnya aku hanya harus memahami setiap orang dan tindakan yang mereka lakukan.” “Baekhyun... aku malu saat ini. Aku malu terhadapmu. Sungguh, maafkan aku.” “Aku mengerti. Aku bisa mengatasinya. Aku memang pernah merasa hidupku tidak ada artinya lagi hingga membuat keputusan ekstrim.” Baekhyun menyinggung apa yang pernah ia lakukan saat mempertaruhkan hidup di atas kesulitan yang tak lagi sanggup ia atasi. “Tapi itu adalah kesalahan fatal yang aku buat. Aku merasa ngeri jika mengingatnya. Mulai saat ini aku akan lebih menghargai hidupku. Demi orang-orang yang aku sayangi. Demi dirimu.” “Apakah aku pantas untuk itu?” “Kenapa tidak?” Baekhyun tersenyum lalu mengusakkan hidungnya dengan hidung Chanyeol. “Bukankah kita sudah memulainya?” “Aku berjanji akan menebus kesalahanku. Aku bahkan akan menyerahkan seluruh hidupku padamu. Aku akan 389

membayar kesedihanmu yang tumpah, aku... aku akan menebus nyawa yang pernah kau pertaruhkan. Jadi kumohon ampuni aku.” Chanyeol terdengar begitu putus asa. Melihat prianya kalang kabut dan frustasi, Baekhyun secara otomatis mengikutin insting, merangkul Chanyeol dan memeluknya erat. “Aku akan merasa jatuh dan terluka jika melihatmu seperti ini. Jadi berhenti menghakimi dirimu sendiri, kita bisa melaluinya bersama. Aku akan bersamamu.” “Apakah aku jahat jika merasa beruntung melepas Arata demi dirimu?” Karena demi apapun Chanyeol merasa telah membuat keputusan yang tepat. Ia memilih wanita yang luar biasa. “Tentang Arata... aku merasa buruk padanya.” “Hey... tidak, tidak...” Chanyeol membujuk kala sisi baik semakin mencuat dari dalam diri Baekhyun. “Tapi aku merebutmu darinya. Aku benar-benar buruk.” “Tidak. Sayang... dengarkan aku...” Baekhyun melempar ekspresi sedihnya yang kentara. Dan benar, ia merasa buruk terhadap Arata. “Dia baik-baik saja. Kau tahu apa yang dia katakan setelah aku memberitahunya bahwa aku jatuh cinta padamu?” Baekhyun menggeleng lalu mengipasi matanya yang memanas. “Dia... dia bilang dia bisa mengerti kenapa aku bisa jatuh padamu. Aku tidak tahu, dia terdengar baik-baik saja. Anehnya lagi aku tahu dia merasa lega. Aku mengenalnya dengan baik, dia selalu jujur dengan kata-katanya.” Kesedihan Baekhyun tidak menyusut meski Chanyeol mencoba keras untuk menenangkannya. “Aku ingin bertemu dengannya.” 390

Dan Chanyeol mengerti mengapa Baekhyun merasa begitu tidak nyaman, wanita itu memiliki hati yang lembut. Segala hal tentangnya memang di luar dugaan, dan Chanyeol yakin orang-orang yang menyalahpahaminya akan merasa menyesal di kemudian hari.

~oOo~ “Pulang tepat waktu. Jangan terlalu menempel. Pastikan Sian tidak menyentuhmu, tidak memegang tanganmu. Dan—” Chanyeol menyela dengan cepat saat Baekhyun hendak melemparkan protes. “Jangan menepuk bokongnya!” “Hey! Itu tidak adil!” “Jadi kenapa menepuk bokong pria lain ketika kau mempunyai kekasih disebut sebagai keadilan?” “Aku hanya senang menepuk bokongnya, dia sangat manis dan menggemaskan! Aku ingin menepuk bokong Sian!” “Byun Baekhyun...” Si mungil merengut seraya memangku tangan. “Jika kau keberatan maka aku akan memutar kemudi dan kita kembali ke apartemen.” “Baiklah! Baiklah!” Baekhyun menyerah dengan rasa kesal. Jika tidak mengingat perjuangan mereka bisa keluar dari apartemen dan mengendap-endap menuju lantai basement. Chanyeol menghentikan mobil di dekat gerbang masuk menuju stasiun bawah tanah, ia tidak mengantar Baekhyun langsung menuju tempat pertemuannya dengan Sian untuk menghindari beberapa kemungkinan buruk.

391

Pria itu lantas dengan telaten memakaikan masker pada Baekhyun setelah menyempatkan diri mengecup bibirnya dengan lembut. “Kau harus berhati-hati.” Baekhyun mengangguk lalu memeluk Chanyeol dengan erat. “Aku akan menghubungimu.” Lalu si mungil memakai topi hitam sebelum turun dari SUV mahal yang ia tumpangi.

*** Kereta bawah tanah selalu menjadi opsi Baekhyun untuk bepergian tanpa cemas akan dipedulikan oleh orang lain. Wanita itu memilih berdiri menghadap pintu selama perjalanan berlangsung demi menghindari perhatian semua orang. Selama ini ia selalu aman dan tak pernah dikenali, beruntung kali ini pun sama. Hingga ia sampai di stasiun tujuan, tidak ada satupun yang menyadari. Baekhyun hanya perlu berjalan kaki menuju tempat di mana Sian tengah menunggu. Tidak banyak perhatian yang didapat pada sosok tinggi yang memakai stelan santai tanpa melupakan masker yang menutupi identitas. “Di sini sangat ramai.” “Noona tenang saja, tidak akan ada yang mengenali kita.” “Kau yakin?” Sian tidak yakin seratus persen namun tidak begitu mempermasalahkan. Mereka di sana untuk bermain dan menghabiskan waktu jadi tidak ada yang salah dengan hal itu. Nyatanya siapa pun butuh hiburan setelah melalui masalah pelik dalam hidup, dan Baekhyun terhibur, ia menikmati waktu dengan Sian tanpa melupakan banyak peringatan dari Chanyeol sejak mereka di dalam mobil. 392

Setelah menghabiskan waktu di zona permainan, mereka lalu menyempatkan diri membeli minuman. Sejujurnya sedari tadi sudah banyak orang yang menaruh perhatian pada keduanya, lalu Baekhyun mulai merasa tidak nyaman, ia tidak ingin meninggalkan kesan buruk pada Sian jika para penggemarnya tahu bahwa pria itu masih menjalin pertemanan dengan pembuat masalah seperti Baekhyun. Saat ini Beekhyun tercatat sebagai selebriti yang paling banyak terlibat masalah dan skandal, meskipun jika ditelaah lebih jauh tidak banyak masalah serius yang wanita itu ciptakan selain satu skandal kencan palsu dengan idol populer Park Chanyeol berikut kasus pengancaman di dalamnya. “Hallo?” Sian menoleh pada Baekhyun yang baru saja menerima panggilan telepon. “Aku akan menjemputmu. Kau di mana? Agendamu sudah ku atur ulang, ada beberapa kontrak kerja yang masih terikat dan tidak ada tanda-tanda pembatalan dari pihak mereka.” “Kau sudah mengatur ulang jadwalnya?” “Ya. Besok kita mulai lagi dari awal. Untuk saat ini kau akan tinggal di tempatku menunggu petugas yang bersangkutan menyelesaikan perbaikan apartemenmu.” “Tapi Chanyeol bilang dia aka berbagi tempat tinggal denganku.” “Nah, bagaimana jika para penggemar kalian tahu tentang itu? Kau lupa betapa barbarnya kelakuan penggemar kekasihmu itu?” “Oh...” Baekhyun mendengus kecil. “Baiklah, aku akan merundingkannya dulu dengan Chanyeol.” “Apa ini? Kau mulai merundingkann nasib masa depanmu dengan pria itu? Apakah kalian pasangan suami istri?” 393

Baekhyun tergelak kecil seraya memukuli Sian di sampingnya. “Berhenti merasa cemburu dan carilah seorang pria untuk dinikahi.” “Aku menunggu saat-saat di mana aku bisa menyumpal mulutmu dengan kaus kakiku.” Baekhyun menahan tawa, tidak ada yang lebih menghibur selain omelan seorang Kim Heechul. Sambungan telepon terputus, Baekhyun lantas menoleh pada Sian yang sejak awal mendengarkannya berbicara. “Apa kau dan Chanyeol memutuskan tinggal bersama?” “Hyung... Sian harus memanggil yang lebih tua darimu dengan sebutan Hyung.” Sian mengibaskan tangan, sejak kapan ia wajib memanggil Chanyeol dengan sebutan canggung seperti itu? “Kami belum memutuskan sampai sejauh itu, hanya saat ini situasi sedang mengambang. Apartemenku masih dalam perbaikan dan Chanyeol hanya merasa buruk jika membiarkan kekasihnya yang cantik dan seksi itu tidur di sembarang tempat.” Sian mendengus lalu menandaskan minuman di kaleng. “Dari semua orang kenapa harus Park Chanyeol?” “Karena wajahnya yang tampan benar-benar nyaman untuk dipandang.” “Aku member Excellent Soul paling tampan, posisiku adalah visual di grup.” “Noona percaya. Sian memang sangat tampan dan manis.” Baekhyun nyaris menepuk bokong Sian jika wajah galak Park Chanyeol tidak lebih terngiang dalam benak, tanpa sadar wanita itu mencebi. “Tapi kenapa selalu Park Chanyeol yang mendapatkan banyak perhatian?” 394

“Huh? Apa maksudmu? Tidak. Tidak seperti itu. Chanyeol bilang kau adalah member paling populer dan mendapatkan banyak perhatian dari orang-orang.” “Aku hanya menikmati hasil dari kerja keras. “Nah, lantas mengapa kau merasa tidak puas? Bukankah seharusnya Sian bersyukur alih-alih merasa kesal dengan pencapaian orang lain?” “Aku tidak kesal, aku bahkan tidak iri.” Lalu Sian menatap Baekhyun dengan serius. “Aku hanya merasa situasinya tidak adil. Kenapa harus Park Chanyeol ketika aku yang pertama kali bertemu dan mengenalmu dengan dekat?” “Oh... apa Sian menyukai Noona sebanyak itu?” Lalu Sian mengangguk dengan polos. Baekhyun tersenyum lebar sebelum menepuk bahu Sian. “Ada banyak hal yang tidak Sian tahu tentangku, tapi Chanyeol tahu dengan sangat mendalam. Aku pun tidak tahu mengapa aku membiarkan pria itu tahu banyak tentangku, lalu perlahan aku sadar itu adalah sebuah jalan untuk tahu bahwa dia menerimaku apa adanya.” “Aku pun sanggup menerimamu apa adanya.” Baekhyun tersenyum lembut, satu hal yang membuat Sian melunak. “Ini memang terdengar klise, tapi di luar sana masih banyak wanita yang lebih pantas untuk Sian.” Lalu Sian mendengus keras, ia menunduk lalu mengangguk paham. Sejak awal ia sudah tahu jawabannya. “Sian bisa menemukan wanita yang lebih baik, lalu jatuh cinta.” “Apa kau menganggap perasaanku padamu adalah sebuah lelucon?”

395

“Tentu tidak! Bagaimana mungkin Noona mempermainkan perasaanmu? Bukankah sejauh ini Noona sudah menjelaskan bahwa Sian itu berharga, Sian pantas mendapatkan pasangan yang layak.” “Noona layak untukku.” “Tapi Noona bersama Chanyeol. Kami jatuh cinta.” Pada akhirnya Baekhyun mempertegas satu hal. Sian bungkam lalu kembali menunduk dan mengangguk. “Apa kau sangat menyukainya?” “Sangat. Noona sangat menyukai Park Chanyeol.” Sian kembali mengangguk paham. “Jika kau yakin dia tidak akan membuatmu menderita lagi, maka aku akan menyerah mulai saat ini.” Baekhyun tersenyum bangga lalu menguap tengkuk Sian. “Kenapa Sianku sangat manis dan baik hati? Noona ingin memelukmu tapi di sini sangat ramai.” Ia lantas terkekeh. “Tapi, Noona...” “Hum? Apa itu?” “Kau masih mau bertemu dan bermain bersamaku bukan?” “Tentu saja! Hal paling menyenangkan adalah Chanyeol tidak keberatan akan hal itu. Akan sangat seru jika Sian dan Noona menghabiskan waktu jika ada kesempatan.” “Mungkin tidak dalam waktu dekat. ExSo akan comeback dan melakukan tour dunia.” “Benarkah?” Mengapa Chanyeol hanya membahas tentang comeback dan tidak dengan tour? “Ya. Grup dijadwalkan tour awal bulan depan. Amerika adalah negara pertama yang akan kami kunjungi.” “Whoa! Keren sekali!” 396

“Ya. Tapi mungkin itu akan sangat melelahkan. Kami akan menghabiskan sepanjang tahun dengan melalukan tour.” Itu artinya Baekhyun akan jarang bertemu dengan Chanyeol? Wanita itu mulai terlihat berbeda meski Sian tidak merasakan perubahannya. “Sian... aku harus bertemu dengan manajer untuk membahas aktifitasku di masa depan. Bisakah kau mengantarku?” “Benarkah? Baiklah, aku pun merasa tidak nyaman di sini.” Lalu mereka menggagalkan rencana menonton film dan memilih mengakhir pertemuan.

*** Baekhyun sedikit terkejut karena disambut oleh pelukan dari Luhan, Hani dan Hyena yang tidak ia ketahui tengah berada di apartemen Heechul. “Mereka hanya tahu kau ada di sini, jadi mereka langsung ke sini dari bandara setelah mengakhiri jadwal di Jepang selama dua minggu ke belakang.” “Oh ya? Lalu bagaimana dengan konsernya? Apa Kris memperlakukan kalian dengan baik? Kenapa kalian menangis?” Sejujurnya ia tengah menahan diri untuk tidak hanyut dalam kesedihan mengingat Luhan, Hani dan Hyena adalah orang-orang terdekatnya selama ini. Ada satu waktu di mana mereka berjuang bersama, bekerja keras, menumpahkan banyak keringat dan air mata untum sampai di titik meskipun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. 397

“Demi Tuhan, maafkan aku, Baekhyun.” Kata Luhan bersungguh-sungguh. “Aku merasa buruk padamu “Aku juga meminta maaf.” Hani menimpali dengan tangis yang kian pecah. Lalu Hyena enggan melepas pelukannya dari Baekhyun. “Aku salah karena berpikir kau tidak mengalami kesulitan yang sama. Aku sangat terpukul saat membaca artikel. Aku pikir... aku pikir aku akan kehilanganmu untuk selamanya.” Tangis Luhan semakin menjadi-jadi. “Sebagai seorang pemimpin, aku seharusnya lebih peka dengan kondisimu alih-alih merasa tidak mendapatkan keadilan. Heechul Eonni benar, aku terlalu sibuk merasa kesal selama ini. Sungguh maafkan aku.” Baekhyun menggeleng keras lalu memeluk Luhan dengan erat. “Jika ada yang harus meminta maaf maka itu aku. Maaf karena membiarkan kalian merasa tidak mendapatkan keadilan. Aku merenggut semua harapan kalian.” “Tidak. Kami sadar itu bukan kemauanmu, kami sadar seharusnya kami bekerja lebih keras untuk sampai di titik tertentu, apa yang kau peroleh karena kerja kerasmu satu tingkat lebih tinggi daripada kami.” Semua orang lantas mengingat dengan jelas. Baekhyun akan menjadi member yang pulang lebih akhir saat sesi latihan, Baekhyun akan membiarkan pita suaranya terganggu karena berlatih vokal dengan keras, Baekhyun adalah member yang menyimpan banyak vitamin dan kapsul penambah darah karena didiagnosa menderita anemia akibat jam tidur yang terganggu oleh sesi latihan tambahan, di saat member lain menyempatkan diri untuk beristirahat. Baekhyun adalah member yang mudah terserang sakit karena melakukan latihan di bidang lain seperti berakting.

398

Untuk semua kerja keras yang ia lakukan maka wajar jika ia mendapatkan pecapaian lebih dari anggota lain. Dan hal itu baru mereka sadari setelah mendapati fakta bahwa Baekhyun nyaris merenggang nyawa karena upaya bunuh diri. Demi apapun mereka terpukul, selama ini berpikir bahwa Baekhyun menikmati perannya, bahwa Baekhyun acuh terhadap setiap komentar jahat setiap orang padanya, dan pemikiran itu cukup fatal. Mereka lalai dan tidak bisa menjaga Baekhyun dengan baik. Bahkan ketika Baekhyun dikeluarkan dari grup mereka tidak melakukan penolakan dan berpikir itu adalah cara terbaik agar mereka bersinar. “Eonnie... tak bisakah kau kembali bersama kami? Ladiesire bukan Ladiesire jika itu tanpamu. Selam melakukan konser di Jepang kami hanya sanggup menangis karena para penggemar merasakan kesedihan atas kepergianmu dari grup. Atas berita-berita tentangmu yang bertebaran di media. Itu adalah konser pertama kita, tapi kau tidak di sana. Hatiku hancur” Baekhyun meantap Hyena dengan sendu lalu mengusap air mata yang berlinang. Tapi akan menjadi hal yang sangat tidak mungkin jika Baekhyun kembali menjadi anggota. Pernyataan resmi agensi telah mengemuka di media, dengan jelas menyebutkan bahwa Baekhyun bukan lagi bagian dari Ladiesire. Meskipun berat namun Baekhyun akan mencoba memberi pengertian kepada ke tiga member bahwa saat ini situasinya tidak akan lagi sama.

399

~oOo~ Chanyeol yang mendesak Baekhyun untuk pulang ke apartemennya membuat mereka berdua sempat terlibat perdebatan kecil melalui sambungan telepon. Lalu pada akhirnya Baekhyun kalah hanya karena Chanyeol mengancam akan memberitahu media tentang hubungan mereka. “Yang akan kerepotan dia sendiri! Kenapa mengancamku dengan sesuatu yang bahkan akan membuatnya lebih kesulitan?! Astaga aku tidak habis pikir dengan makhluk Tuhan yang paling tampan satu itu!” Baekhyun tak henti-hentinya menggerutu saat berhasil masuk ke dalam elevator setelah memastikan tidak ada gerak gerik yang mencurigakan atas kehadirannya di gedung apartemen Chanyeol. Tentu saja paparazzi yang saat ini dimaksud. Sebisa mungkin Baekhyun memastikan bahwa ia aman dan tidak diikuti oleh siapapun sebelum memasukan sandi apartemen yang Chanyeol beritahu. Lalu ia disambut oleh tatapan datar si tampan yang kini memangku tangan. Baekhyun mendengus kecil lalu melepas topi dan masker. “Sungguh. Heechul Eonnie berkata benar, bagaimana jika ada yang melihatku di sini, Park Chanyeol? Mengapa kau masih belum mengerti bahwa situasi belum mereda?” “Aku tidak peduli. Aku hanya tahu bahwa kau harus tinggal di sini sampai tempat tinggalmu selesai diperbaiki.” Si posesif yang baru Baekhyun sadari. “Lalu bagaimana jika ada yang melihatku? Kau akan berada dalam masalah.” “Berhenti mencemaskanku. Aku bukan anak kecil!” 400

Baekhyun memejamkan mata lalu tidak menyahut dan memilih menghentakkan kaki dan berjalan menuju kamar. “Kau bilang akan menghubungiku tapi nyatanya aku yang menghubungimu!” Baekhyun berbalik lalu menahan diri, mengapa Chanyeol yang posesif terkesan begitu menggemaskan disamping kesan menyebalkan yang tak luput Baekhyun rasakan. “Aku bertemu dengan member di apartemen Heechul Eonnie, kami membahas banyak hal dan meluruskan kesalah pahaman. Demi apapun, sayang... aku tidak pergi kemana pun setelah Sian mengantarku ke tempat Heechul Eonnie!” Chanyeol memangku tangan, matanya masih memicing curiga membuat Baekhyun kesal. “Baiklah. Sejujurnya aku percaya padamu.” Lalu Chanyeol mengedikkan bahu dan duduk di atas ranjang. “Kemarilah...” “Oh benar, kau memang perlu menjelaskan sesuatu.” Baekhyun lantas membuka mantel, bahkan menanggalkan pakaian utama hingga kini tubuhnya hanya terbalut bra dan celana dalam. “Jadi, mengapa kau tidak memberitahuku tentang tour dunia ExSo?” Kedua alis Chanyeol terangkat lalu ia mulai paham situasinya. “Sian memberitahumu?” Reaskinya diluar dugaan Baekhyun, selain kecupan sensual yang diberikan di area bahu Baekhyun yang mulus, pria itu tidak memberi banyak penjelasan. “Hanya itu?” “Lalu?” Chanyeol membuka pengait bra lalu sibuk meneliti kedua gundukan sintal yang terpampang di depan mata. “Aku mulai semakin menyuakai benda bulat ini.” Ucapnya seraya menangkup payudara Baekhyun dengan kedua tangan.

401

Chanyeol yakin telapak tangannya cukup lebar, namun mengapa hal itu tidak cukup untuk memuat payudara kekasihnya? “Kenapa payudaramu sangat besar?” “Hey, cabul!” “Kau memanggilku apa?” Chanyeol kesal dan mencubit kedua pipi Baekhyun. “Kita sedang membahas tour!!! Berhenti meremas payudaraku!” Baekhyun merengek kesal seraya menjambak rambut kekasihnya. “Hanya tour, itu tidak seperti kita akan berpisah selamanya.” “Sian bilang kalian akan menghabiskan sepanjang tahun dengan tour.” “Lalu?” Baekhyun membeo lama. “Tidakkah kau akan merindukanku?” “Tentu, aku akan sangat merindukanmu.” Lalu Chanyeol memanfaatkan celah untuk menghisap payudara kekasihnya yang kenyal. Baekhyun hendak melemparkan protes kerasa namun telah lebih dulu disengat oleh hisapan Chanyeol yang kuat. “Lalu bagaiamana caranya kita bertemu? Bukankah kita tidak akan bertemu untuk waktu yang lama?” “Tidak, hanya beberapa bulan. Mungkin? Sayang, haruskah kita bercinta sekarang? Celanaku sesak.” Baekhyun menepuk jidat lalu memukul bahu Chanyeol berulang kali. “Bukankah kau tahu rasanya rindu itu seperti apa? Aku yang tidak berpengalaman saja merasa tersiksa karena seharian tidak bertemu denganmu! Dan kau sekarang kau bilang bahwa beberapa bulan bukan masalah?” 402

Namun sepertinya Baekhyun salah berbicara. Ada apa dengan senyum Chanyeol yang penuh arti? “Jadi kau merindukanku hari ini?” “Y-ya. Tentu saja?” Lalu Baekhyun mulai waswas saat Chanyeol menindihnya di atas ranjang. “Err—Park...” Baekhyun tidak begitu yakin akan topik utama yang menjadi bahan obrolan mereka sejak awal, semua yang ia bicarakan seperti percuma karena kini terhitung sejak satu jam kepulangannya, Baekhyun sudah mencapai orgasme sebanyak empat kali. Tubuhnya dijajah oleh si tampan yang tidak pernah gagal membuai dan membuatnya menggelepar serupa ikan yang melompat ke daratan. “M-mesum!!! K-kau... manusia mesum!!!” Baekhyun terengah dibarengi desahan saat hentakan pinggul Chanyeol menggiring orgasme pria itu dengan keras. Wanita itu merasa lemas dan nyaris pingsan, meski nyatanya hal kecil seperti sebuah dekapan sanggup mengembalikan kewarasan.

~oOo~ Chanyeol mendapat kabar baik sekaligus memuakkan. Dua orang misterius yang terekam dalam cctv di depan apartemen yang diduga sebagai pembunuh bayaran berhasil tertangkap meskipun saat ini keduanya masih bungkam dan enggan menyebut siapa yang telah menyuruh mereka melakukan tindakan keji tersebut. Chanyeol menyerahkan kasus tersebut kepada sang pengacara dan meminta semua orang bungkam dan memastikan masalah tersebut tidak bocor ke media sebelum dalang dari semuanya terbongkar. 403

“Hari ini? Sekarang?” Chanyeol membeo kecil saat Youngmin memberitahu bahwa hari ini ia dijadwalkan memproduseri penyanyi yang ditetapkan sebagai pengisi soundtrack drama yang tak lain adalah Byun Baekhyun. Pria itu menggaruk pangkal alis, mengapa ia merekomendasikan lagu ciptaannya untuk dinyanyikan oleh Baekhyun jika tahu mereka akan terlibat dalam sebuah skandal yang menjadi perbincangan banyak orang? “Apa ini bisa dibatalkan?” “Pihak drama awalnya merundingkan hal itu. Mereka berpikir untuk membatalkan dan mengganti Baekhyun dengan penyanyi lain, tapi karena satu dan hal lain yang merepotkan, mereka akhirnya mengambil risiko dan tetap membiarkan Baekhyun untuk mengisi soundtrack.” Chanyeol ingat pagi tadi Baekhyun dijemput oleh manajernya. Mungkin untuk hal ini. “Oh, ini akan sulit.” Chanyeol tidak memikirkan reaksi orang-orang jika nanti ia dipertemukan dengan Baekhyun di hadapan umum, ia hanya memikirkan Baekhyun yang mungkin akan sedikit kesulitan beradaptasi mengingat situasi masih belum mereda dan masih banyak orang yang membahas skandal mereka berdua.

~oOo~ “Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?!” Baekhyun mengerang kesal karena lagi-lagi Heechul ceroboh. “Aku salah membaca agenda.” Heechul meringis lalu kembali memastikan bahwa hari ini Baekhyun benar-benar dijadwalkan untuk rekaman untuk soundtrack drama. 404

Baekhyun mulai bergerak gelisah, ia menggigit bibir dan mulai membayangkan pertemuannya dengan Chanyeol yang disaksikan oleh orang-orang. “Apa yang harus aku lakukan? Bukankah ini saat yang tepat untuk terjun dari Namsan tower?” Heechul memutar bola mata. “Bersikap biasa saja. Bukankah kau aktris drama?” Lalu Heechul menaik turunkan alis. Punggung Baekhyun secara otomatis bersandar pada jok. Ia mulai berpikir keras sebelum menenangkan diri. “Jadi maksudmu aku harus bersandiwara?” “Ya! Tentu saja. Bukankah kau harus berpura-pura tidak peduli agar orang-orang tidak curiga bahwa kalian sepasang kekasih menyebalkan?” Baekhyun menjentikkan jari. “Jenius! Aku akan menuruti ucapanmu. Hmm... astaga!” Lalu ia terkekeh. “Seperti apa nanti reaksinya?” Lantas mobil yang Heechul kendarai berhenti di depan sebuah studio. “Kau siap?” “Tidak! Astaga! Aku bertemu dengannya pagi ini, kita menyempatkan diri berpelukan dengan mesra lalu mengapa kini aku gugup bertemu dengannya? Ini seperti aku akan bertemu dengan orang asing. Astaga kepalaku sakit!” Raung Baekhyun seraya mengigiti kuku tangan. Heechul nyaris menjambak rambutnya jika kesabarannya tidak lebih dulu ditekan hingga ke dasar. “Kita harus bergegas. Jika terlambat maka akan berpengaruh pada agendamu yang lain.” Baekhyun memejamkan mata sebelum menarik napas panjang dan memutuskan untuk keluar dari mobil. Wanita itu 405

membangun kepercayaan diri meskipun kini harus menjadi pusat perhatian beberapa orang yang memang menaruh minta pada skandalnya akhir-akhir ini. Setelah melalu lobi,Baekhyun lantas dituntun oleh sang manajer menuju sebuah pintu. Jantungnya nyaris meledak dan ia penasaran bagaimana reaksi Chanyeol. Apa dia sudah di dalam? “Selamat pagi...” Baekhyun menyapa semua tiga orang yang berada di dalam studio rekaman. Satu wanita dan dua pria yang salah satunya adalah Chanyeol yang fokus menatap layar monitor. Semua orang tahu bahwa Baekhyun dan Chanyeol tidak akan pernah lepas dari gonjang-ganjing, dugaan dan selalu dikait-kaitkan. Namun dua orang yang tersisa mencoba bersikap profesional meskipun merasa penasaran dengan interkasi produser utama dan sang penyanyi yang akhir-akhir ini menghebohkan lini massa karena berbagai skandal. Chanyeol memutar kursi lalu menghadap Baekhyun yang masih berdiri canggung. “Kau terlambat tiga menit.” “H-huh?” Baekhyun mengerjap, ia tidak mengenal pria berwajah dingin dan ketus itu. Seingatnya tadi pagi mereka menyempatkan diri bercinta di meja makan. “Y-ya... tadi macet. Dan—” “Lebih baik kau pulang. Aku tidak bekerja sama dengan pemalas.” “Ya??” Baekhyun membeo lalu menatap dua orang di samping Chanyeol. Mereka meringis kecil ke arahnya. Chanyeol memijit pangkal hidung. “Aku tidak akan bekerja sama dengan orang yang tidak menghargai waktu.” Tukasnya dengan intonasi nada yang meyakinkan. 406

“Saya hanya terlambat tiga menit. Semua orang masih bisa menyelamatkan diri dari kiamat meskipun tertinggal tiga menit.” Chanyeol menggebrak meja. “Apa project ini lelucon bagimu? Aku menciptakan lagu ini bukan untuk dinyanyikan oleh manusia berpikiran payah sepertimu.” Baekhyun mengapalkan tangan, lalu melotot kesal. Ia tahu kekasihnya sedang bersandiwara namun kenapa ia merasa Chanyeol benar-benar marah? Oh, dia berakting dengan bagus. Tapi aku kesal sekarang. “Chan, kita beri kesempatan padanya.” Lalu kedua teman Chanyeol menengahi. Bagi mereka terlambat tiga menit bukan masalah meski keduanya tahu bahwa Park Chanyeol adalah si perfeksionis yang menghargai waktu. Chanyeol mendengus sebelum mengibaskan tangan. Memberi isyarat pada Baekhyun untuk masuk ke dalam ruang rekaman. Astaga dia pikir aku ayam? Oh, menyebalkan sekali aktingnya. Lantas Baekhyun masuk dan bersiap-siap. “Baekhyun-ssi... kau siap?” Baekhyun menyahut dan mngangkat jempol setelah memakai headphone. Ia lantas meneliti lembar demi lembar aransemen lagu dan mendalami lirik demi lirik. Diam-diam Baekhyun menunduk dan tersenyum kecil karena Chanyeol benar-benar mengubah lagu itu menjadi lebih baik. Oh, kekasihku yang cerdas! Musik dimainkan setelah produser utama memberi abaaba, lalu Baekhyun masuk dengan sebuah intro.

407

Wanita itu fokus menjaga pita suara, dan mencoba menstabilkan vokal hingga. Sejujurnya tidak ada masalah dengan bait kedua, Baekhyun cukup percaya diri mengikuti arahan asisten produser sebelum musik mati dan wanita itu menoleh pada tiga orang di luar ruang rekaman. Di seberang sana Chanyeol menautkan alis setelah menghentikan musik secara paksa. Lalu pria itu menatap Baekhyun dengan galak membuat wanita itu membeo dan mengerjap waswas. “Apa kau tidak bisa bernyanyi dengan benar?” “Ya?” Baekhyun kembali membeo, ia pikir tidak ada masalah dengan caranya bernyanyi. “Ulang dari bagian chorus.” Chanyeol memberi perintah dengan nada menohok. Bakehyun mengangguk pelan. Mulutnya sudah menyanyikan setengah bagian sebelum musik kembali mati. “Ulang! Perhatikan teknik vokalmu! Apa kau bahkan penyanyi?!” Bakehyun mengepalkan tangan. Ada apa dengan Park Chanyeol? Kenapa dia galak sekali? Baekhyun pikir kekasihnya itu sedang bersandiwara namun jika dilihat lagi, Chanyeol terlihat serius saat memberikan instruksi. “Ulang!... Lakukan di bagian itu!... Ulang!.... Ulang!” Baekhyun mengulang puluhan kali namun tetap tidak memberi Chanyeol kepuasan. Pria itu jelas tahu ada yang salah di bagian tertentu saat Baekhyun menyanyikannya. Namun wanita itu tetap mengulang hal yang sama. “Apa kau bodoh?”

408

Lalu semua orang membeo pada Chanyeol. Mereka tau pria itu adalah profesional musik, dikenal garang dalam memproduseri beberapa penyanyi jika jelas melakukan kesalahan. “Maaf?” Alis Baekhyun bertaut. “Mengapa kau sangat tidak becus?! Apa yang kau lakukan selama training di agensimu? Huh?!” Chanyeol membentak keras. Sepertinya Baekhyun benar-benar melakukan kesalahan dalam penempatan vokal, dapat ia lihat Chanyeol benar-benar berang. “Ini sudah berlangsung satu jam dan kau mengacaukan agenda semua orang dengan teknik vokalmu yang buruk! Apakah aku harus menjejalkan sesuatu ke dalam mulutmu agar kau bernyanyi dengan benar?” Baekhyun mematung dan beringsut di dalam sana. Kenapa galak sekali sih? Kesalnya dalam hati. Chanyeol melempar headphone lalu bangkit. “Kita break beberapa sebentar.” Tukasnya dengan geram lantas keluar dari studio. Semua orang merasa tegang, termasuk dua rekan Chanyeol yang baru pertama kali terlibat kerja sama dengan pria itu. “Dia benar-benar perfeksionis. Oh, tanganku bergetar. Cara dia membentak artis tidak mengenal canggung.” “Kau benar—oh, Baekhyun-ssi, kau bisa beristirahat sebentar.” Di dalam sana Baekhyun mengangguk, niatnya ingin mendalami kualitas vokal karena ia merasa benar-benar melakukan kesalahan hingga membuat produser utama murka tak terbantahkan, namun beberapa saat Baekhyun merasa kandung kemihnya penuh dan izin pergi ke toilet. 409

“Oh, ada apa dengan perangainya yang pemarah?” Baekhyun mendengus lalu berjalan di sebuah lorong, mencari keberadaan toilet. “Oh, aku di lobi bawah. Kau perlu sesuatu?” Suara Heechul tedengar di seberang sana setelah Baekhyun menempelkan ponsel di telinga. “Di mana letak toilet? Aku kesulit—” kalimat Baekhyun terputus setelah melintasi ujung lorong karena tangannya ditarik oleh seseorang. Wanita itu nyaris terpekik jika tidak lebih dulu mendapati Chanyeol yang kini menyeretnya ke sebuah ruangan kecil dan gelap. Apakah itu tempat penyimpanan alat kebersihan? “Eonni, aku sudah menemukan toiletnya.” Lalu Baekhyun memutus sambungan telepon. “Hey!” Ia meronta kecil saat lehernya diserang dan dicumbu oleh kekasihnya. “Kita di studio! Bagiamana jika ada yang melihat?” “Aku merindukanmu.” Gumam Chanyeol seraya merengkuh pinggang ramping Baekhyun dan meremas payudaranya. “Ngghh.. benarkah? Ku pikir aku tidak lupa beberapa menit lalu ada yang memarahiku dan mengatakan aku bodoh dan tidak bisa menyanyi.” Sudut bibir Chanyeol terangkat. “Berlutut.” “Huh?” Baekhyun membeo beberapa saat sebelum menurut mengingat Chanyeol memegang kekuasaan dan kendali sebagai seorang dominan yang perintahnya selalu terdengar mutlak. Lalu Baekhyun melotot dan menelan saliva saat Chanyeol menurunkan zipper. Kejantanannya yang besar itu meronta keluar dan mengacung. “Hisap.” 410

“Huh? “Hisap, sayang...” “Tapi ini besar! Apa kau tidak waras. Kita bahkan di studio!” “Byun Baekhyun...” Chanyeol memicingkan mata. Si mungil terintimidasi sebeleum mengenggam kejantanan Chanyeol dengan kedua tangan. Pria itu memejamkan mata lalu mendongak dan merasakan sapuan lembut lidah Baekhyun di bawah sana. “Hisap, sayang...” Baekhyun mencoba membuka mulut sebelum ia merasa penuh karena kejantanan itu masuk diantara bibir yang tipis. Chanyeol melenguh kecil, lalu tangannya berlari mencengkram rambut Baekhyun dan menggerakkan pinggulnya. Terdengar bunyi kecipak yang tertahan, Baekhyun menahan diri untuk tidak terbatuk kala ujung rudal Chanyeol menabrak tenggorokan. Prianya menggila, Chanyeol menaikkan tempo dan bercinta dengan mulut Baekhyun dengan nikmat. Baekhyun meronta karena pernapasannya terhalang, dan Chanyeol cukup peka. Ia menyegerakan diri menyentak kecil sebelum kemudian orgasme di dalam mulut kekasihnya. “Oww!!!” Baekhyun mengernyit karena rasanya aneh. “Apa ini?!” Ia merengek pada kekasihnya. Chanyeol tersenyum lebar lalu menarik Baekhyun dan menyeka sudut bibirnya yang dihias cairan putih kental. Meskipun rasanya aneh namun Baekhyun memilih menelannya sampai habis. “Apa ini yang kau maksud menjejalkan sesuatu ke dalam mulutku?!” Kesalnya kemudian.

411

Chanyeol menciumi pipinya dengan usalan gemas, lalu mengecup dahi. “Aku yakin sekarang kau akan menyanyi dengan bagus.” Baekhyun mencebi sebelum menyambut ciuman Chanyeol dengan mesra. “Lakukan dengan benar, karena kau adalah orang lain yang akan aku maki jika menyanyi dengan buruk di dalam studioku.” “Jadi semua omelan itu tadi adalah sungguhan?” Chanyeol tanpa ragu mengangguk. Satu hal yang membuat Baekhyun bertambah kesal bukan main. Wanita itu tempak geram dan mundur. “Kau menyebalkan!!! Tidur di sofa malam ini!” Serunya sebelum keluar dari ruangan kecil tempat penyimpanan alat kebersihan tersebut. “Tidur di sofa?” Itu artinya tidak ada bercinta. Chanyeol mematung dan membeo. “Err—sayang... aku tidak bermaksud...” serunya berharap Baekhyun mendengar. Lalu pria itu mengacak-acak rambutnya frustasi.

~oOo~ Chanyeol mendapatkan sebuah informasi yang akurat. Temanya di kepolisian membeberkan sebuah fakta yang berhasil didapat dari dua tersangka pembunuh bayaran yang terekam dalam cctv. “Tidak. Jangan dulu merilis berita apapun.” Chanyeol mencengkram ponselnya dengan geram setelah tahu siapa dalang di balik kecelakaan yang nayris merenggut nyawanya dan juga Baekhyun. “Beri aku waktu dua puluh empat jam. Setelah itu kau bebas merilis berita atau bahkan menangkap mereka.” Chanyeol tentu tidak akan membiarkan mereka lolos. 412

Sambungan telepon itu terputus lalu ia mempercepat laju kendaraan. “Choi Seunghyun, Han Sohee! Beraninya kalian berdua!” Desis Chanyeol seraya memukul kemudia berkali-kali. Lalu teleponnya kembali berdering. Kali ini emosinya sedikit mereda setelah melihat nama yang terpampang di layar ponsel. “Sayang?” “Ya? Aku sedang mengemudi.” “Oh ya? Aku hanya ingin memberitahu bahwa hari ini aku akan pulang terlambat.” Chanyeol memutar kemudi lalu mengangkat sebelah alis. “Apa jadwalmu padat?” “Ya, aku masih harus bertemu dengan beberapa perwakilan sponsor, dan bertemu dengan Tiffany Eonnie.” “Baiklah.” Baekhyun bungkam beberapa saat di seberang sana. “Apa terjadi sesuatu?” Nyatanya Chanyeol tidak menyangka Baekhyun akan sepeka itu. “Tidak, aku hanya sedikit pening.” “Apa kau sudah makan?” “Belum. Aku belum.” “Sempatkan waktu untuk makan. Aku tidak mau saat kita bercinta kau tidak bertenaga.” Chanyeol terhibur hanya karena kalimat frontal menggemaskan itu. “Jangan cemas. Aku akan menyiapkan stamina sebaik mungkin jika itu tentang bercinta denganmu.” “Mesum!” Lantas Chanyeol terkekeh. “Baekhyun... aku merindukamu. Entahlah rasanya ingin memelukmu saat ini juga.” “Mr. Park. Bukankah kita baru saja bertemu di studio? Oh jangan lupakan perbuatan cabulmu padaku tadi!” 413

Chanyeol tersenyum simpul. “Sepertinya aku semakin jatuh dan jatuh cinta padamu.” “Astaga! Aku tahu itu akan terjadi. Siapa yang bisa lari dari pesona seorang Byun Baekhyun?” Chanyeol mencebi lalu mengangguk kecil seolah Baekhyun dapat melihatnya. “Baiklah, aku akan menghubungimu lagi nanti.” “Ya, sayang...” Lalu sambungan telepon itu terputus. Emosi Chanyeol memang sedikit mereda oleh obrolan singkatnya dengan sang kekasih namun itu tidak melupakan fakta ke mana ia akan pergi saat ini. SUV itu telah melaju selama puluhan menit sebelum sampai di depan gedung sebuah agensi. “Katakan pada Choi Seunghyun bahwa Park Chanyeol ingin bertemu.” Resepsionis itu sedikit gelagapan karena ada idol populer yang kini berkunjung, ia bahkan mengesampingkan tanya mengapa Chanyeol terlihat menahan marah. “Sajangnim di lantai tiga. Beliau menunggu anda.” Chanyeol lantas bergegas memasuki elevator menuju lantai tiga, mendorong pintu ruangan bos utama setelah menjadi pusat perhatian beberapa orang yang melihatnya. Pria itu masuk dan menutup pintu dengan rapat, menatap Seunghyun dengan dingin sebelum duduk di sofa tamu. “Aku bisa saja membuat keributan di sini, aku tidak peduli karirku benar-benar hancur karena terus terlibat dalam skandal, tapi aku masih mempunyai sedikit nurani untuk tidak mempermalukanmu di depan karyawan-karyawanmu.”

414

Seunghyun sedikit terkejut akan kehadiran Chanyeol setelah ia mendapat kabar bahwa pembunuh bayaran yang ia sewa gagal menghabisi pemuda itu. “Apa maksudmu? Apa kau mempunyai kepentingan di sini?” Chanyeol refleks menatapnya dengan bengus lalu melempar gelas kosong pada dinding. “Apa yang kau lakukan?! Di mana sopan santunmu?!” “Kau masih berlagak dan mempertanyakan sopan santun, huh?” Chanyeol tak bisa menahan diri untuk tidak mencengkram kerah Seunghyun. “Berani sekali kau dan pelacurmu itu menyentuhku dan Baekhyun!” Seunghyun mulai curiga, lalu dugaannya semakin menguat jika Chanyeol sudah mengetahui niat jahatnya. Dan berpura-pura adalah satu-satunya jalan. “A-pa maksudmu? Bukankah aku sudah menuruti keinginanmu? Aku bahkan secara diam-diam mempromosikan Baekhyun kepada banyak perusahaan seperti yang kau mau!” “Berhenti bersandiwara, brengsek! Tunggu sampai kau dan Han Sohee didakwa atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadapku dan juga Baekhyun!” Seunghyun sudah tahu bahwa Sohee juga menyewa seseorang untuk menghabisi Baekhyun, sejujurnya ia memprotes keras tindakan Sohee tersebut dan kini ketakutannya terbukti, ia mulai panik dan skenario terburuk tentang masa depannya terngiang dalam benak. “Apa kau mempunyai bukti, huh?!” “Bukti? Dua orang pembunuh yang kalian bayar sudah bersaksi dan kini mendekam di jeruji besi!” Chanyeol menghempas kerah Seunghyun dengan kasar. “Tunggu giliranmu

415

dan Han Sohee. Akan ku pastikan kalian mendapat balasan yang setimpal!” “Tunggu! Tunggu!” Seunghyun tidak mempunyai pilihan lain selain berlutut, memohon ampun. “Ampuni aku! Jangan jebloskan aku ke penjara, aku... aku memimpin industri hiburan. Aku rajanya di sini! Kau tidak bisa menjebloskanku ke penjara!” Pada akhirnya Chanyeol benar-benar muak, ia tidak mengindahkan permohonan Seunghyun dan memilih meninggalkan kantor itu dengan amarah yang tumpah. “Hyung, rilis beritanya saat ini juga. Beberkan semua bukti ke media, tentang hubungan gelap mereka, tentang kejahatan mereka. Pastikan para penjahat itu dihukum.” “Kau tidak apa-apa?” “Ya. Aku sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi perkara ini.” “Baiklah. Sesuai instruksimu, aku akan mengadakan konferensi pers hari ini juga.” Chanyeol mendengus setelah kembali ke dalam mobil. Pria itu mempunyai masalah dengan rasa iba, tidak pernah sekali pun merenungkan keputusan besar, untuk itu tidak ada ampun terhadap siapa pun yang mencari masalah dan mengusik hidupnya.

~oOo~ Baekhyun pulang ke apartemen lebih lambat dari Chanyeol. Dapat ia lihat kekasihnya itu tengah sibuk menghubungi seseorang dengan ponselnya. Tentang hari ini, rekamannya berjalan lancar setelah mereka terlibat perbuatan cabul di ruang penyimpanan alat kebersihan, mengingatnya lagi cukup membuat Baekhyun 416

jengkel karena kini ia tahu kadar kemesuman Chanyeol sanggup menembus langit ke tujuh. Baekhyun masuk ke kamar untuk membersihkan diri, ia menutup agenda dengan membicarakan kegiatan keartisannya di masa mendatang. Chanyeol membantu membuka mantel yang Baekhyun kenakan. “Aku sudah bertemu dengan Tiffany Eonnie hari ini.” Baekhyun berbalik lalu mengalungkan tangan di leher kekasihnya. “Kau tahu... dia sebenarnya sudah bertunangan dengan bos agensinya.” Chanyeol sedikit tercengang, setahunya Tiffany Hwang bernaung di salah satu agensi berkualitas. “Benarkah?” “Ya... lalu dia mengatakan telah merekomendasikanku untuk bergabung dengan agensinya.” “Oh ya? Lalu?” Chanyeol terdengar antusias mengingat kini Baekhyun menjalani aktifitas keartisannya tanpa sebuah agensi atau manajemen yang tetap. “Aku tidak tahu.” Baekhyun menghela kecil. Seharusnya ia bersemangat namun Chanyeol mendapatinya lesu. Baekhyun menarik diri lalu menanggalkan pakaian dan membalut tubuh polosnya dengan bathrobe. “Apa ada masalah?” Chanyeol sudah sepantasnya bertanya, lalu ia menyusul Baekhyun duduk di sofa kamar. “Aku telah bekerja bersama Heechul Eonnie untuk waktu yang lama, dan jika aku memutuskan untuk menerima tawaran Tiffany maka itu terdengar seperti aku akan berhenti bekerja dengan Heechul Eonnie setelah apa yang dia lakukan untukku. Kau tahu? Heechul memutuskan berhenti dari agensi lamaku hanya untuk mengurusku secara individu. Hari ini dia tidak 417

banyak berbicara setelah Tiffany mengajakku bertemu, demi apapun aku merasa tidak nyaman.” Chanyeol mulai mengerti apa yang Baekhyun rasakan. Berada dalam situasi dengan dua pilihan sulit. “Aku membutuhkan Heechul Eonnie lebih dari apapun, kami sudah bersama-sama sejak lama.” Chanyeol membelai wajah kekasihnya. “Maka kau hanya harus mengatakannya.” “Hum??” Kedua alis Baekhyun terangkat. “Katakan padanya bahwa kau membutuhkannya lebih dari kau membutuhkan agensi. Kurasa dia bekerja dengan profesional.” “Ya. Tentu. Heechul Eonnie sangat bisa diandalkan.” Chanyeol mengangkat bahu. “Dan kau hanya harus menolak tawaran Tiffany.” “Apa tidak masalah?” “Kau hanya terlalu perasa. Tiffany akan mengerti. Hanya saja mungkin kegiatanmu di masa depan tidak akan terlalu terorganisir karena promosi dari agensi itu berpengaruh, artis tanpa sebuah manajemen harus sedikit berusaha lebih keras untuk mendapatkan promosi.” Baekhyun kembali merenung. Masalahnya di masa depan adalah finansial. Baekhyun butuh pekerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri. “Bukankah kau sudah sangat populer? Jadi jangan terlalu cemas, namamu sudah dikenal banyak orang. Jadi kau tidak akan kesulitan untuk mendapatkan kontrak kerja di masa depan.” Baekhyun menatap Chanyeol cukup lama. “Atau bahkan jika tidak ada satu pun yang memberimu kesempatan maka aku akan menanggungmu.” Lantas Baekhyun meringis. 418

“Aku bersungguh-sungguh. Aku akan menanggungmu, kita hidup bersama. Tidak akan ada bedanya, aku hidup untukmu dan orang-orang yang aku cintai.” “Aku lupa julukanmu di kalangan penggemar adalah Park Rich.” Lalu Chanyeol terpancing, ia tersenyum kecil. “Jadi jangan terlalu mencemaskan apapun.” “Itu terdengar seperti jika aku kehabisan uang maka kau akan meminjamkan padaku?” Baekhyun terkekeh. “Hmmm... aku bahkan akan memberimu sebanyak yang kau perlu.” “Whoa, kau keren Park Chanyeol.” “Hanya saja itu tergantung dari sejauh mana kau sanggup memuaskanku di atas ranjang.” Baekhyun secara reflek menjambak rambut kekasihnya. “Kau pikir aku wanita bayaran, huh?!” Chanyeol tertawa kecil. “Oh, jadi kau tidak suka bercinta denganku?” “Tentu saja aku suka!” Baekhyun berseru sebelum duduk di pangkuan kekasihnya. “Baekhyun...” “Ya, Park Chanyeol? Oh, kenapa kau sangat tampan?” Baekhyun bahkan masih kesal dengan wajah kecilnya yang menakjubkan. “Kulit putihmu ini tidak wajar!” “Jadi maksudmu aku mempunyai kelainan melanin?” “Astaga!” Baekhyun tergelak. “Tidak, sayang. Maksudku kulitmu sangat bagus.” Baekhyun meneliti kulit wajah Chanyeol. “Apa kau bahkan menggunakan produk kecantikan kulit?” “Aku selebriti, idol, member dan rapper ExSo, dan ya, tentu saja terkadang aku menggunakannya.”

419

“Whoa... totalitas tanpa batas. Kau keren, ya Tuhan aku jatuh cinta padamu.” Chanyeol mengulas senyum, siapa yang tidak bangga dipuji oleh wanita yang berarti baginya? “Ngomong-ngomong aku pernah melihat penampilanmu di atas stage, kau keren. Ajari aku rap! Aku selalu ingin mencoba menjadi seorang rapper hebat sepertimu.” “Benarkah?” Chanyeol memasang wajah penasaran. “Ya! Aku ingin bisa melakukan rap. Aku bahkan pernah berlatih beberapa kali.” “Itu keren. Aku ingin mendengarnya.” Chanyeol menantang. Namun kepercayaan diri Baekhyun layak terjun bebas karena berhadapan dengan seorang rapper hebat seperti Park Chanyeol. “Tidak. Aku tidak mau.” Chanyeol terkekeh. “Kenapa?” “Aku payah. Aku hanya berlatih beberapa kali dan tidak serius menekuninya.” “Tidak apa-apa, aku akan mendengarkan.” “Tidak mau.” “Baekhyun...” Si mungil mencebi lalu turun dari pangkuan kekasihnya. “Tapi jangan tertawa.” “Aku tidak akan tertawa.” “Hmmm...” Baekhyun bergumam panjang, ia menutup wajahnya karena malu sebelum membentuk kepercayaan diri dengan matang. “Yo!!” “Eyy!” Chanyeol mengangguk dan berseru karena Baekhyun memulainya dengan lantang. 420

“Yo! Park Chanyeol, yo!” “Aku?” Chanyeol menahan tawa. Baekhyun bergaya, seolah dia adalah rapper kelas dunia. “Chanyeollie! A dimple boy who has dangerous libido, yo! When he turn on he could make me scream like oogghh!!!” Dan Chanyeol tidak sanggup lagi menahan tawa. Ia terpingkal di atas sofa. “I’m not ready but he always do and catch me like a fish, yo!!! He put that big corn in and I’m popping like popcorn!” Pertunjukan itu diakhiri gaya swag khas. Chanyeol tertawa dan bertepuk tangan. “Whoa...” Pria itu masih terkekeh, terhibur bahkan terkagum. “Yo! Your skill is no joke, big sister!” “You call me big sis while yours is the biggest, yo! Bro!” Chanyeol kembali terpingkal. “What are you laughing at, bro? Just come and fuck me until the morning, Yo!” Baekhyun lantas menggoda kekasihnya, menanggalkan bathrobe lalu terlentang di atas ranjang. Chanyeol mengheleng frutasi sebelum melepas kaos dan menarik zipper. “Akhh! Besar!” Baekhyun mendesah keras karena Chanyeol terlalu peduli akan penetrasi. Pria itu mulai menyukai sensasi di mana batang kenjantannya kesulitan untuk menembus tubuh kekasihnya. “Ngghh!!!” Adalah untuk sebuah tamparan keras di kedua bokongnya. “Lebih dalam lagi! Ouh!! Aku suka!” Baekhyun tersenyum nakal lalu mendesah keras, menantang Chanyeol untuk berbuat lebih bringas selain daripada menyentak pinggulnya dalam tempo cepat.

421

“Kau suka?” Chanyeol menengadahkan wajah Baekhyun dari belakang lalu menarik tangannya untuk sebuah tumpuan. “Aakhh!! Ya! Ya!! Seperti itu, Park! Lebih keras!” Chanyeol tidak pernah merasa keberatan jika itu tentang memberikan kenikmatan. Ia memuja bagaimana Baekhyun melenguh seraya menggeliat, menyebut namanya, meminta lebih berulang kali. Chanyeol menggila oleh pujian yang Baekhyun serukan, oleh caranya menyeimbangi permainan. “Sedikit lagi!! Hnnggh! Park! Ouh sayang!” Peluh membasaih tubuh keduanya, Chanyeol memang bersungguh-sungguh saat mengatakan bahwa ia akan menyiapkan stamina khusus jika itu tentang bercinta dengan Baekhyun. Hal itu terbukti, pria itu menggiring Baekhyun ke berbagai sudut ruangan dengan gaya bercinta yang beragam. “Masukkan lebih dalam! Akhh!! “Kau suka? Kau suka jika aku menyentak kejanatanku seperti... ini?!” “Akh!!” Baekhyun mengangguk keras, napasnya yang tersengal membuat wanita itu kesulitan berbicara selain mengeluarkan desahan keras. Chanyeol merasa ingin meledak, tubuhnya yang memanas jelas sanggup mengantarkannya pada satu pencapaian yang diidam-idamkan sejak awal. Pria itu lantas membuka kaki Baekhyun dengan lebar, lalu menyentak keras hingga cairan kenikmatan itu tumpah hingga menyentuh dinding rahim kekasihnya. “Akhh!! Chanyeol mendongak dan mendesah panjang, matanya terpejam hilang dalam kenikmatan.

422

Dibanding dirinya, Baekhyun jauh lebih lelah dan terkapar meskipun tak dipungkiri bahwa pria itu memberinya kenikmatan yang tak bisa digambarkan. Baekhyun menjemput orgasme sebanyak lima kali, dihasilkna dari hentakan pinggul Chanyeol yang tak mengenal kompromi. Kecupan lembut dihadiahkan oleh Chanyeol di dahi Baekhyun lalu ia tersebyum penuh arti. “Kemarilah...” lalu pria itu merangku dan memeluknya setelah menyandarkan punggung pada headboard. “Jangan tidur. Aku mempunyai sesuatu yang menarik. Kau harus melihatnya.” “Aku lelah.” Baekhyun merengut lucu. “Hanya sebentar... kau harus melihat ini.” Lalu Chanyeol meraih remot dan menyalakan televisi. CEO agensi raksasa itu ditangkap di kantornya setelah pihak kepolisian mendapatkan bukti kuat atas keterlibatannya dalam rencana pembunuhan terhadap salah satu idol populer Korea Selatan, Park Chanyeol. Tidak hanya itu, media membeberkan sejumlah bukti adanya hubungan gelap yang dijalin oleh Choi Seunghyun dan artis dari agensinya sendiri yakni member grup populer Hershe, Han Sohee. Kabar mengejutkan ini mendapatkan banyak reaksi dari berbagai kalangan, bahkan hingga berita disiarkan, artikel tentang keduanya masih menjadi trending di berbagai portal berita online. Tersangka kedua, Han Sohee berhasil diamankan oleh pihak kepolisian setelah mencoba melarikan diri ke luar negeri. Saat ini tim kami sedang.... 423

“A-apa itu? Aku tidak tahu ada berita sepeti itu. Apa yang terjadi?” “Dua orang yang mencoba mencelakai kita berdua tempo hari adalah pembunuh bayaran yang disewa oleh Seunghyun dan Sohee.” Baekhyun masih merasa tidak percaya. “Bagaimana mungkin Sohee...” diam-diam ia merasa terpukul mengingat kedekatannya dengan Sohee sebelum mereka debut. “Tidak apa-apa, mereka pantas dihukum.” Chanyeol mencoba menenangkan Baekhyun yang tampak syok dengan berita yang kini menghebohkan seluruh penjuru Korea dan bahkan mancanegara. “Tidak ada yang perlu dicemaskan, kecuali... kecuali satu hal...” Baekhyun refleks menatap Chanyeol. “Apa maksudmu?” “Jadi, untuk memperkuat bukti aku membiarkan media untuk tahu bahwa saat kejadian kita sedang bersama, bahkan... kita berpelukan, dsn terekam oleh cctv.” Chanyeol menggaruk tengkuk dan meringis. Perasaan Baekhyun tidak nyaman, ia lalu mengganti saluran televisi. Setelah berita itu dirilis banyak penggemar yang menduga bahwa kebersamaan Park Chanyeol dan Byun Baekhyun bukan kebetulan semata. Mereka mencurigai keduanya kembali menjalin hubungan secara diam-diam. Baekhyun menggeleng kecil lalu mengganti saluran televisi yang lain.

424

Kabar kencan keduanya tak kalah mengguncang media. Setelah terlibat skandal berat beberapa waktu lalu, fans berspekulasi bahwa Park Chanyeol dan Byun Baekhyun mulai terlibat jalinan asmara sungguhan. Baekhyun meringis lalu melirik kekasihnya. Lalu ponsel keduanya berdering secara bersamaan. Mereka melempar pandang, tidak hanya panggilan telepon secara beruntun namun notifikasi pesan singkat dan media sosial terus berdatangan. Mereka tidak membutuhkan indera ke enam untuk tahu bahwa itu semua berasal dari kehebohan para penggemar dan wartawan yang mereka kenal secara dekat. “Matilah kita, Park Chanyeol!” Baekhyun menepuk dahi. Lalu Chanyeol mencumbu bahunya. “Nah, sebelum kita mati dan dihantui oleh paparazzi, sebaiknya kita menghabiskan malam ini dengan bercinta. Karena besok kita harus melawan media, bagaimana jika sekarang kita mulai saja ronde kedua, ketiga dan seterusnya?” Baekhyun menjambak rambut Chanyeol dengan gemas meski setelahnya tidak mempunyai pilihan lain selain melayani libido sang kekasih. Dan di dalam kamar itu hanya terdengar desah dan lenguhan keras hingga jarum jam menunjuk pada angka empat pagi.

END

425

Thank you for reading.

426

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.