Data Loading...

Kerajaan Maritim Flipbook PDF

Kerajaan Maritim


121 Views
45 Downloads
FLIP PDF 4.79MB

DOWNLOAD FLIP

REPORT DMCA

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

Kerajaan Maritim di Nusantara

1

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

DAFTAR ISI Kerajaan Maritim Hindu-Buddha Buddha ................................................................ .......................................................... 3 Kerajaan Sriwijaya ................................................................................................ ................................ ............................................. 4 Kerajaan Majapahit ................................................................................................ ................................ .......................................... 12 Kerajaan Maritim Islam ................................................................................................ ................................ ....................................... 20 Kerajaan Samudra Pasai ................................................................................................ .................................. 21 Kesultanan Aceh ................................................................................................ ................................ .............................................. 29 Kesultanan Demak ................................................................................................ ................................ ........................................... 37 Kesultanan Banten ................................................................................................ ................................ ........................................... 45 Daftar Pustaka.......................................................................................................................53

Kerajaan Maritim di Nusantara

2

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

KERAJAAN MARITIM Kerajaan Maritim Hindu-Buddha Hindu

Kerajaan Maritim di Nusantara

3

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

Kerajaan Maritim Hindu Buddha

Kerajaan Sriwijaya



Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak maritim, sebuah kerajaan besar yang berkuasa di laut atau biasanya disebut sebagai kerajaan maritim pertama dan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Kekuasaan Maritim Sriwijaya memiliki peran penting terhadap pelayaran dan perdagangan di Indonesia (Yadi, 2016: 6).

S

riwijaya sebagai kerajaan maritim pertama di Nusantara yang kekuasaanya melebihi wilayah laut Nusantara sekarang bahkan mencapai seluruh wilayah laut

Asia Tenggara hingga ke Madagaskar (Robert, 2008: 104). Kekuasaan maritim Sriwijaya yang sangat luas memudahkan dahkan hubungan antar bangsa dalam kegiatan perdagangan dengan bangsa lain di Nusantara termasuk dengan para pedagang muslim. Pada Awalnya nama kerajaan Sriwijaya sendiri tidak dikenal atau belum dikenal sepopuler kerajaan-kerajaan kerajaan besar lainnya seperti kerajaan Majapahit. Nama Sriwijaya sendiri selanjutnya menjadi perdebatan oleh para kalangan peneliti sejarah, seperti yang diungkapkan oleh H. Kern, ia menyatakan bahwa kata Sriwijaya yang tertulis di Prasasti Kota Kapur bukan nama sebuah kerajaan melainkan melainkan nama seorang raja (Coedes, 1989: 5). Menurut G. Coedes dalam tulisannya yang fenomenal berjudul “Le Royaume de Crivijaya” (Kerajaan Sriwijaya), yang menyatakan bahwa kata Sriwijaya yang ada dalam Prasasti Kota Kapur adalah nama sebuah kerajaan yang terletak etak di wilayah Sumatera bagian Selatan. Selatan Kata Sriwijaya dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kota Kapur dari pulau Bangka. Berdasarkan telaah prasasti tersebut H. Kern pada tahun 1913, mengidentifikasikan kata Sriwijaya adalah nama seorang raja. Namun pada pada tahun 1918, G. Coedes dengan menggunakan sumber-sumber sumber prasasti dan berita Cina berhasil menjelaskan bahwa kata Sriwijaya yang terdapat di dalam prasasti Kota Kapur adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan, dengan pusatnya di Palembang. Kerajaan ini di dalam berita Cina dikenal dengan sebutan She-li-fo-she, she, menurut G. Coedes bahwa nama Shi-li-foShi -she adalah sebuah kerajaan di Pantai Timur Sumatera Selatan, di tepi Sungai Musi, dekat Palembang, juga pernah dikemukakan oleh Samuel Beal (1884) hanya disaat itu orang belum mengenal nama Sriwijaya (Djoened, 1990: 53). Kerajaan Maritim di Nusantara

4

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di tepi sungai atau perairan, ini memunculkan alasan yang kuat bahwasannya Kerajaan Sriwijaya memang memiliki kemampuan dan penguasaan wilayah di laut (maritim) ritim) yang sangat luas dengan ditopang kekuatan tentara maritim yang besar bes (Boechari, 1993: 1-3).

Perdagangan dan pelayaran Nusantara masa kuno khususnya tentang bagian Barat kepulauan Indonesia, merupakan fokus dari salah satu penelitian Wolters (Wo (Wolters, 2011: 1). Ia telah mengumpulkan data mengenai pola dan sifat perdagangan yang merupakan latar belakang dari munculnya kekuasaan maritim kerajaan Sriwijaya pada abad ke ke-7 Masehi, di mana sesuai yang tercantum informasi pada isi Prasasti Kedukan Bukit (ditemukan di Palembang) yang tertanggal pada tahun 682 Masehi (Wolters, 2011: 34). Sebagai akibat perdagangan dan pelayaran ini sejumlah pelabuhan telah tumbuh disepanjang jalan maritim yang terbentang Barat ke Timur. Jalan lintas Barat ke Timur, pulang – pergi dalam sejarah perkembangan navigasi merupakan arah yang lebih dahulu dikenal dari pada arah Utara sampai Selatan, khususnya apabila pelayaran harus dilakukan di laut bebas yang jauh dari daratan, sehingga pengetahuan astronomi merupakan satu satu-satunya cara untuk menentukan lokasi kapal di tengah laut (Styawati, 1978: 96). Dengan demikian dapat dipahami bahwa jalur dagang antara Asia Tenggara dan India serta daerah daerah-daerah lain yang terletak di sebelah Barat lebih dahulu dikenal dari pada jalan yang men menuju ke Utara (Cina). Perkembangan kekuasaan Sriwijaya semakin lama semakin luas sehingga kekuasaanya mencapai wilayah-wilayah wilayah wilayah jalur pelayaran dan perdagangan terutama wilayah yang dianggap sangat strategis bagi jalur pelayaran pedagang asing seperti Selat Bangka, Selat Malaka danjalur pelayaran disepanjang pesisir pantai Timur Sumatera (Styawati, 1978: 90). Dengan kondisi yang demikian, Sriwijaya memiliki peranan yang sangat penting bagi pelayaran perdagangan pada masa itu.

Kerajaan Maritim di Nusantara

5

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Sistem Pemerintahan Sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya adalah Monarki. dimana seorang Raja atau penguasa menjadi kepala negara sampai akhir hayatnya. jadi Raja akan digantikan ketika sudah meninggal dunia.Penguasa Sriwijaya disebut Dapunta Hyang (Maharaja). ada lagi yang disebut yuvarāja atau Putra Mahkota, pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Rajakumara lah yang

akan

menggantikan

posisi

Maharaja jika sudah tiba waktunya. Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur

birokrasi

langsung,

karena

yang raja

bersifat berperan

penting dalam pengawasan terhadap tempat-tempat tempat

yang

dianggap

strategis.

dapat

memberikan

Raja aja

penghargaan terhadap penguasa daerah yang setia dan sebaliknya dapat menjatuhi hukumanterhadap

penguasa

daerah

yang

tidak

setia

kepada

kerajaan.

Sejumlah peninggalan prasasti kerajaan Sriwijaya menyebutkan bahwa kerajaan ini pemerintahan

memperluas wilayah dengan jalan ekspansi militer.

kerajaan Sriwijaya adalah

Adapun birokrasinya memperhatikan betul pelaksanaan

Monarki. Monarki adalah

berbagai

seorang

atau

ketenangan dalam negeri. Beberapa prasasti juga memuat

penguasa menjadi kepala

keterangan mengenai penguasa daerah yang tunduk pada

negara

Sriwijaya tidak diberi keleluasaan memerintah.

Sistem

Raja

sampai

hayatnya.

akhir

aturan

dalam

menjamin

ketertiban

dan

Sistem pemerintahan yang dianut oleh Sriwijaya menjadikan mereka kerajaan maritim yang besar dengan

wilayah yang luas. Pengaruh Sriwijaya juga dikenal cukup kuat tak hanya pada kerajaan yang bertetangga tetapi juga dengan gan kerajaan jauh yang ada di China, India dan Vietnam. Sistem pemerintahan tersebut tak hanya memiliki pengaruh besar di masa silam tetapi hingga saat ini. Keberhasilan pemerintah Sriwijaya mempersatukan banyak wilayah di nusantara menjadi roh bagi persatuan dan kesatuan Indonesia. Sriwijaya juga menjadi ilham bagi Indonesia dalam mengembangkan diri sebagai poros maritim dunia. Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial (Sucipto,2009:30). Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat

Kerajaan Maritim di Nusantara

6

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi (Kulke,1993). (K Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwi Sriwijaya yang di dalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri.[butuh rujukan] Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.[butuh rujukan] Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya) (Casparis,1956). ( . Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam bermacam macam jabatan dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya. Adapun, Adapun, jabatan dan pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati), senopati (komandan pasukan), dan dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga Tuha an watak wuruh (pengawas kelompok pekerja),[b] Adyaksi nijawarna/wasikarana nijawarna/wasikarana (pandai besi/ pembuat senjata pisau), kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat), puwaham (nakhoda kapal), waniyaga (peniaga), pratisra (pemimpin kelompok kerja), marsi haji (tukang cuci), dan hulun haji (budak raja). Menurut kronik Tiongkok Hsin Tang-shu, Tang shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua. Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua). Sosial-Ekonomi Sriwijaya terletak geografis yang strategis sehingga perkembangan perdagangan internasional di Sriwijaya sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakatnya berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi masyarakat Sriwijaya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaysia.Perdagangan internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat masyarakat menjadi terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya Kerajaan Maritim di Nusantara

7

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara asing, salah satunya India. Budaya India yang masuk berupa penggunaan nama nama-nama khas India, adat istiadat, dan juga agama Hindu-Buddha. I-tsing tsing menerangkan bahwa banyak pendeta yang datang ke Sriwijaya ya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab kitab suci agama Buddha. Guru besar yang sangat terkenal di massa itu adalah Sakyakirti yang mengarang buku Hastadandasastra. Penduduk Sriwijaya juga bersifat terbuka dalam menerima berbagai kebudayaan yyang datang. Salah satunya adalah mengadopsi kebudayaan India, seperti nama nama-nama India, adat istiadat, serta tradisi dalam agama Hindu. Oleh karena itu, Sriwijaya pernah menjadi pusat pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara. Letak Kerajaan Sriwijaya yang yang sangat strategis berada di jalur lalu lintas perdagangan internasional juga telah mendorong masyarakat untuk berkembang maju dalam aspek perekonomiannya. Dari berbagai temuan prasasti dan peninggalan arkeologis, Sriwijaya sejak abad ke-7 telah menjadi wilayah layah yang cukup padat dan telah mengenal berbagai bidang keahlian. Berdasarkan sumber-sumber sumber keterangan dan bukti-bukti bukti yang didapatkan, diduga mata pencaharian masyarakat Sriwijaya pada sektor pelayaran, perniagaan, dan perdanganan. Sriwijaya pernah menjadi adi pusat pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I Tsang yang mengatakan bahwa pada abad ke-8 ke 8 di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Buddha di bawah bimbingan pendeta Buddha terkenal Sakyakirti. Di samping mping itu, pemuda-pemuda pemuda pemuda Sriwijaya juga mempelajaru agama Buddha dan ilmu lainnya di India seperti tertera dalam Prasasti Nalanda Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkih, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja rajaraja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar Tiongkok untuk dapat dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya

Kerajaan Maritim di Nusantara

8

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India (Sucipto,2009:28). Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi engawasi

dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya.

Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan an dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M (Halimi,2008:121). Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-88 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, ra, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 13 masehi. Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz Abdul Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali kee Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih Shih shih dengan rajanya Shih Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Tiongkok, berupa ts'engchii (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab) (Natawidjaja,1985:28).Pada

Kerajaan Maritim di Nusantara

9

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan mereka. Kebudayaan Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 ke 7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual ual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk

rakyatnya.

Prasasti

Telaga

Batu

menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan eperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, ke bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti prasas Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara. Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatra. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi candi Budha yang berasal dari dari masa Sriwijaya di Sumatra antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatra terbuat dari bata merah. Beberapa arca-arca arca bersifat Budhisme, Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, dan arca-arca arca arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor, Perakdan Chaiya,dan arca Maitreya dari Komering, Sumatra Selatan. Semua arca arca-arca ini menampilkan keanggunan dan langgam langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau Kerajaan Maritim di Nusantara

10

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 ke 8 sampai ke ke-9). Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatra dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang seorang pendeta terkenal di Sriwijaya (Nana,2008). Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan Dharma dengan baik. Mereka menganalisis dan mempelajari semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual ritua ritual mereka tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada di India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.



Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Maha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, ke 10, Atiśa, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhāloka menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani udamani Warmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di Suvarnadvipa (Coedes,1996). Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand (Collins,2005:9). Raja-raja raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-77 hingga abad ke-9, ke 9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.

Kerajaan Maritim di Nusantara

11

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

Kerajaan Maritim Hindu Buddha

Kerajaan Majapahit



Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan (Ricklefs,1991:56). Kerajaan adalah

pada

kemampuannya

Majapahit

menyinergikan

tradisi

pelayaran-perniagaan perniagaan sungai dan tradisi agraris dengan potensi kemaritiman yang telah dikuasainya melalui tradisi kemaritiman Kediri (Suryo dan Darmanto, 2014:8).

M

ajapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, kenapa bisa dikatakan demikian, karena bila dilihat dari peninggalan Majapahit yang keseluruhanya berada di Jawa Timur

khususnya di Trowulan Mojokerto Majapahit.

yang menjadi bukti kongkrit

Kota Trowulan yang sekarang

adanya kerajaan

ini bisa membuktikaan bahwa posisi

Trowulan sendiri sangatlah strategis yang dapat diakses baik melalui jalan darat maupun jalan air, dan letak Trowulan yang berada di daerah yang relatif datar dan dekat dengan pusat

kerajaan

terdahulu

seperti

Kediri,

Singhasari,

Jenggala,

dan

Panjalu sehingga sangat memungkinkan terjadinya kontak antara daerah daerah-daerah tersebut, baik untuk kepentingan perdagangan, sosial budaya, maupun politik. Dan kota ini letaknya tidak terlalu jauh dari kota pelabuhan seperti Surabaya, Gresik, Tuban, dan Pasuruan13. Kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1528 M14

ini,

mencapai

puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389 (Purwadi,2010:107). Majapahit menjadi imperium adidaya pada abad ke ke-13. M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (1991:19), (1991:19), misalnya, menyebut Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Sejarah Majapahit disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama diawal diawali dengan pembukaan hutan Tarik oleh Raden Wijaya yang terletak di Delta Sungai Brantas, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293 (Adrisijanti.2012:30). Sebelum berdirinya

Majapahit,

Singhasari

telah

menjadi

kerajaan

(Mukarom,2009:33). Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, Kerajaan Maritim di Nusantara

paling kuat ddi Jawa penguasa

di Tiongkok 12

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara (Buswort,1998:170). Ia

mengirim

Kertanagara, penguasa kerajaan membayar

upeti

utusan

ke

Singhasari

Singhasari yang

yang

terakhir

menuntut menolak

upeti. untuk

dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya

dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. (Purwadi,2010:66). Sistem Pemerintahan Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa dan Kamboja. Hal itu terbukti sekitar tahun 1370 – 1381, Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Ming. Raja kerajaan Majapahit sebagai negarawan ulung juga sebagai politikus politikus-politikus yang handal. Hal ini dibuktikan oleh Raden Wiajaya, Hayam Wuruk, dan Maha Patih Gajahmada dalam usahanya mewujudkan kerajaan kerajaan besar, tangguh dan berwibawa. Struktur pemerintahan di pusat pemerintahan Majapahit : 1) Raja 2) Yuaraja atau Kumaraja (Raja Muda) 3) Rakryan Mahamantri Katrini a) Mahamantri i-hino b) Mahamantri i –hulu hulu c) Mahamantri i-sirikan sirikan 4) Rakryan Mahamantri ri Pakirakiran a) Rakryan an Mahapatih (Panglima/Hamangkubhumi) b) Rakryan Tumenggung (panglima Kerajaan) c) Rakryan Demung (Pengatur Rumah Tangga Kerajaan) d) Rakryan Kemuruhan (Penghubung dan tugas-tugas tugas tugas protokoler) dan e) Rakryan Rangga (Pembantu Panglima) 5) Dharmadyaka yang diduduki oleh 2 orang, masing-masing masing dharmadyaka dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut Upapat. Pada masa hayam Wuruk ada 7 Upapati. Selain pejabat-pejabat pejabat yang telah disebutkan dibawah raja ada sejumlah raja daerah (paduka bharata) yang masing-masing masing memerintah memeri suatu daerah. Disamping raja-raja raja daerah adapula pejabat-pejabat pejabat sipil maupun militer. Dari susunan pemerintahannya kita dapat melihat bahwa sistem pemerintahan dan kehidupan politik kerjaan Majapahit sudah sangat teratur.

Kerajaan Maritim di Nusantara

13

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara N Provinsi o 1 Kahuripan (atau Janggala, sekarang Surabaya) 2 Daha (bekas ibukota dari Kediri) 3 Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari) 4 Wengker (sekarang Ponorogo) 5 Matahun (sekarang Bojonegoro) 6 Wirabhumi (Blambangan) 7 Paguhan

Gelar

Penguasa

Hubungan dengan Raja ibu suri

Bhre Kahuripan

Tribhuwanatunggad ewi

Bhre Daha Bhre Tumapel

Rajadewi Maharajasa Kertawardhana

bibi sekaligus mertua ayah

Bhre Wengker

Wijayarajasa

Bhre Matahun

Rajasawardhana

Bhre Wirabhumi

Bhre Wirabhumi1

paman sekaligus ayah mertua suami dari Putri Lasem, sepupu raja anak

Bhre Paguhan

Singhawardhana

saudara laki laki-laki ipar

ibu

8 Kabalan Bhre Kabalan Kusumawardhani2 anak perempuan 9 Pawanuan Bhre Pawanuan Surawardhani keponakan perempuan 1 Lasem (kota pesisir di Bhre Lasem Rajasaduhita sepupu 0 Jawa Tengah) Indudewi 1 Pajang (sekarang Bhre Pajang Rajasaduhita Iswari saudara perempuan 1 Surakarta) 1 Mataram (sekarang Bhre Mataram Wikramawardhana2 keponakan laku laku-laki 2 Yogyakarta) Catatan: 1 Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja. 2 Kusumawardhani (putri raja) menikah menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta. Sumber : (Nastiti,2007)

Kerajaan Maritim di Nusantara

14

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Sosial-Ekonomi

Majapahit

merupakan

negara

agraris

dan

sekaligus

negara

perdagangan

(Ricklefs,1991:56). Kerajaan Majapahit adalah pada kemampuannya menyinergikan tradisi pelayaran-perniagaan perniagaan sungai dan tradisi agraris dengan potensi kemaritiman yang telah dikuasainya melalui lui tradisi kemaritiman Kediri (Suryo (Suryo dan Darmanto Darmanto, 2014:8). Pajak dan denda dibayarkan bayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 ke 8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari sehari hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal (Millet,2003:107). ( ,2003:107). Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit. Kerajaan Maritim di Nusantara

15

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Menurut catatan Wang Ta-Yuan, Ta Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspo ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga (Poesponegoro ( onegoro & Notosusanto (1990 : 434-435).. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. Kemakmuran Majapahit hit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. pemer Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah rempah rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah rempah yang melewati Jawa merupakan merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit (Millet,2003:107). Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang oran asing terutama yang menetap semi-permanen permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa. Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan lapisan lapisan masyarakat yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalam literatur istana. Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan golongan terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit. Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu: mengajar; belajar; melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain; membagi dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup; dan bersatu dengan Brahman (Tuhan).. Mereka juga mempunyai pengaruh di dalam pemerintahan, yang berada pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang pendeta tinggi, yaitu pendeta dari Kerajaan Maritim di Nusantara

16

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara agama Siwa (Saiwadharmadhyaksa) dan agama Buddha (Buddhadarmadyaksa). Saiwadyaksa mengepalai

tempat

suci ci (pahyangan) dan

tempat pemukiman empu (kalagyan).

Buddhadyaksa mengepalai tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wihara). Menteri berhaji mengepalai para ulama (karesyan) dan para pertapa (tapaswi). Semua rohaniawan menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut sebagai wikuhaji. Para rohaniawan biasanya tinggal di sekitar bangunan agama, yaitu: mandala, dharma, sima, wihara, dan sebagainya.Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris tahta (raja) kerajaan terdahulu, yang mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintahan. Keluarga raja dapat dikatakan merupakan keturunan dari kerajaan Singasari Singasari-Majapahit yang dapat dilihat dari silsilah keluarganya dan keluarga-keluarga keluarga keluarga kerabat raja tersebar ke seluruh pelosok negeri, karena mereka melakukan sistem poligami secara secara meluas yang disebut sebagai wargahaji atau sakaparek. Semua anggota keluarga raja masing-masing masing masing diberi nama atas gelar, umur, dan fungsi mereka di dalam masyarakat. Pemberian nama pribadi dan nama gelar terhadap para putri dan putra raja didasarkan atas atas nama daerah kerajaan yang akan mereka kuasai sebagai wakil raja.Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan. Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang, penggara sawah, dan beternak.Kemudian kasta yang paling rendah dalam dalam catur warna adalah kaum sudra yang mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada golongan brahmana.Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut sebagai pancama (warna kelima), yaitu: a. Candala dala merupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki laki laki (golongan sudra) dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana, waisya, dan waisya). Sehingga sang anak mempunyai status yang lebih rendah dari ayahnya. b. Mleccha adalah semua bangsa di luar luar Arya tanpa memandang bahasa dan warna kulit, yaitu para pedagang-pedagang pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak menganut agama Hindu. c. Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya adalah para penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja dapat menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar rumah orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk, merusak, dan memfitnah kehormatan perempuan. Pada aspek kedudukan dalam masyarakat Majapahit, Majapahit, wanita mempunyai status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam urusan Kerajaan Maritim di Nusantara

17

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. me Dalam undang-undang undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakap-cakap bercakap cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita. Kebudayaan Nagarakretagama menyebutkan budaya budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah ilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah wilayah wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas (Millet,2003). keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun.

Agama

Buddha,

Siwa,

dan

Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk duk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau

abdi

istana

muslim

saat

itu

(Ricklefs,1991:19). Walaupun batu atu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya (Schoppert,1997:33). ( hoppert,1997:33). Candi Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar, gapura paduraksaa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali. Pada bisang sastra, majapahit mempunyai karya Sastra : Hasil sastra zaman Majapa Majapahit dapat kita bedakan menjadi : Kerajaan Maritim di Nusantara

18

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Sastra Zaman Majapahit Awal 1) Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca 2) Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular 3) Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular 4) Kitab Kunjarakarna 5) Kitab Parhayajna Sastra Zaman Majapahit Akhir 1) Hasil sastra zaman Majapahit akhir ditulis dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan yang ditulis dalam bentuk gancaran (prosa). Hasil sastra terpenting antara lain : 2) Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja raja raja Singasari dan Majapahit 3) Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa Bubat 4) Kitab Sarandaka, isinya tentang pemberontakan sora 5) Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe 6) Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja 7) Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan penumpasan raja raksasa bernama Maya Denawa 8) Kitab Usana Bali, isinya tentanng kekacauan di Pulau Bali.

Kerajaan Maritim di Nusantara

19

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

KERAJAAN MARITIM Kerajaan Maritim Islam

Kerajaan Maritim di Nusantara

20

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

Kerajaan Maritim Islam

Kerajaan Samudra Pasai



Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara yang didirikan oleh Marah Silu -- kemudian bergelar Sultan Malik Al-Salih Al -- pada 1267. ini berada di wilayah yang kini masuk dalam wilayah Lhokseumawe, Aceh Utara. Diperkirakan Dip kemunculan kerajaan aan ini adalah sekitar abad 13.

P

ada akhir abad ke--13 13 Masehi, ketika kerajaan Samudera Pasai secara pasti mulai berdiri, kerajaan Islam di luar Nusantara justru mengalami kemunduran yang luar

biasa. Dinasti Umayyah Andalus sedang terdesak ke selatan, Dinasti Fatimiah sedang mengalami kemunduran, dan perang salib masih berlangsung. Kemudian menyusul Baghdad pada tahun 1258 dihancurkan oleh Hulagu. Oleh karena itu, munculnya kekuasaan Samudera Pasai sebenarnya merupakan akibat arus balik peranan pedagang Muslim. Muslim.Kehancuran Baghdad, para pedagang muslim mengalihkan aktivitas perdagangannya kearah Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Keadaan ini menjadikan Gujarat sebagai pelabuhan yang lebih ramai dan Asia Tenggara sebagai lintasan dagang yang lebih penting dari sebelumnya. Hal ini terjadi Sejak abad ke-13 ke 13 sampai 14 Masehi. (Abdullah, 1960 : 39). 39).Sehingga Muncullah Kerajaan Samudra Pasai. Samudera Pasai adalah kerajaan

Islam slam

pertama

di

Nusantara yang didirikan oleh Marah Silu -- kemudian bergelar Sultan Malik Al-Salih -- pada 1267. ini berada di wilayah yang kini

masuk

Lhokseumawe,

dalam Aceh

wilayah Utara.

Diperkirakan kemunculan kerajaan ini adalah sekitar abad 13. Berdirinya Berd kerajaan ini tidak terlepas dari keberadaan pedagang Muslim yang awalnya bertransaksi di pesisir yang sudah ada sejak abad 7. Letak kerajaan ini lebih kurang dari 15 Km di sebelah Kerajaan Maritim di Nusantara

21

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara timur Lhokseumawe, Nanggroe Aceh dan tumbuh diperkirakan antara 1270 dan 1275 atau pada pertengahan abad 13 (Tjandrasasmita,2011:21). Berdasarkan Hikayat Raja Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser al (Hill,1960). Marah rah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1297 M.Pada M.Pada Hikayat Rajaraja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama nama nama tersebut tidak dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).Sultan (Samudera).Sultan pertamanya bernama Malikush Shaleh (w. 696 H/1297 M). Sultan Malikush Shaleh berdasarkan Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Raja Pasai dulunya bernama Merah Selu yakni seorang seorang kepala Gampong Samudra (Poesponegoro & Notosusanto,2008:22). Bukti berdirinya kerajaan ini tidak terlepas dari penemuan nisan kubur di wilayah Samudra Pasai. Dari nisan ini, diperoleh informasi mengenai raja pertama Samudra Pasai yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, diperkirakan bertepatan dengan angka tahun masehi 1297. Sistem pemerintahan Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, tetapi telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti ke kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik (Kong,2000). Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud rmaksud teluk yang airnya berputar-putar berputar putar kemungkinan berkaitan dengan ini. Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, az Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seor seorang anaknya Kerajaan Maritim di Nusantara

22

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin al Malik az-Zahir, Zahir, Lid Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh. Pusat Kesultanan

pemerintahan Pasai

antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Menurut

Pasai), ibn

Aceh

Utara.

Batuthah

yang

menghabiskan waktunya sekitar sek dua

minggu

di

Pasai,

menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak

memiliki

benteng

pertahanan dari batu, tetapi telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta erta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan

Sultan-Sultan Sultan Kerajaan Samudra Pasai

terletaknya

menambahkan,

1.

1267 – 1297 → Marah Silu Sultan Malik as-Saleh 2. 1297 – 1326 → Sultan Muhammad Malik az-Zahir 3. 1326 – 1345 → Sultan Mahmud Malik az azZahir 4. 1345 – 1383 → Sultan Ahmad Malik az azZahir 5. 1383 – 1405 → Sultan Zain al al-Abidin Malik az-Zahir 6. 1405 – 1412 → Sultanah Nahrasiyah 7. 1405 – 1412 → Sultann Sallah ad ad-Din 8. 1412 – 1455 → Sultan Abu Zaid Malik az azZahir 9. 1455 – 1477 → Sultan Mahmud Malik az azZahir II 10. 1477 – 1500 → Sultan Zain al al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir Zahir II Sultan Zain al alAbidin II 11. 1501 – 1513 → Sultan Abd-Allah Allah Malik az azZahir 12. 1513 – 1521 → Sultan Zain al al-Abidin III

walau

muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik (Kong,2000). Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putarr kemungkinan berkaitan dengan ini. Struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak anakanak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, az Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az az-Zahir, kawasan Kerajaan Maritim di Nusantara

23

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin al Malik az-Zahir, Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaann bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh Pada Bidang politik, samudra pasai melakukan hubungan persahabatan dengan Malaka, alaka, bahkan mengikat hubungan pernikahan. Dikabarkan pada masa kepemimpinan Sultan Malikussaleh pernah datang rombongan utusan Syarif Mekkah yang dipimpin Syekh Ismail al-Zarfy. Zarfy. Ia menyebut Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam yang telah memiliki berbagaii lembaga kenegaraan yang teratur, disamping pula angkatan laut dan darat yang kuat. Beberapa lembaga terkait juga disebutkannya, seperti: a. Lembaga Kabinet, yang menjadi ketuanya adalah Sri Kaya Khiatuddin b. Lembaga Mahkamah Agung, yang menjadi Mufti Besarnya Besarnya (Syaikhul Islam) bernama Syekh Ali bin Ali al-Makarany al c. Lembaga Kementerian Luar Negeri yang menjadi menterinya adalah Bawa Kaya Ali Hisamuddin al-Malabary Malabary Wilayah kerajaan ini semakin meluas, manakala Sultan Malikussahir, raja kedua (memerintah 1297-1326), 1326), memasukkan kerajaan Perlak sebagai bawahan Samudra Pasai (Hasjmy,1983:48-49).. Ketika tampuk pemerintahan berada di tangan Sultan Ahmad Malikuzzahir, pernah datang seorang pengembara Muslim Marokko bernama Ibnu Batuttah mengunjungi Pasai. Ia berangkat berangkat dari kerajaan Delhi menuju Tiongkok pada tahun 1345. Di tengah perjalanan inilah setelah mengunjungi Sri Lanka, ia mendatangi Pasai. Ia menceritakan kebaikan raja dan melihat percampuran budaya Persia dan Gujarat dalam Istana Pasai (Zainuddin,1961:119-12 120). Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah pimpinan Sultan Zain al al-Abidin Malik azZahir tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Pada kronik Tiongkok ia juga dikenal dengan nama Tsai-nu-li-a-pi--ting-ki, ki, dan disebutkan ia tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah. Armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal mengunjungi Pasai berturut turut dalam tahun 1405, 1408 dan 1412. Berdasarkan laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke arah timur berbatasan dengan Kerajaan Aru, sebelah utara de dengan laut, sebelah barat berbatasan dengan dua kerajaan, Nakur dan Lide. Sedangkan jika terus ke Kerajaan Maritim di Nusantara

24

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara arah barat berjumpa dengan kerajaan Lambri (Lamuri) yang disebutkan waktu itu berjarak 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam kunjungan tersebut Cheng Ho juga menyam menyampaikan hadiah dari Kaisar Tiongkok, Lonceng Cakra Donya (Kong,2000). Sekitar tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang dikenal dengan Ha Ha-li-zhihan namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai untuk menyampaikan aikan berita tersebut. Muculnya Samudra Pasai ke panggung politik Asia Tenggara erat kaitannya dengan kondisi politik Sriwijaya yang ketika mendekati abad 13 sudah mulai melemah pengaruhnya. Daerah-daerah daerah yang semula berada dalam kuasanya, perlahan mulai memisahkan memisahkan diri. Situasi tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang Muslim, tidak hanya untuk membentuk kampung niaga, namun juga menyelenggrakan pemerintahan yakni dengan mengangkat Meurah Silu, kepala Gampong Samudra, menjadi raja pertama Samudra Pasai den dengan gelar Sultan Malikussaleh (Tjandrasasmita,2000:19). Sosial-Ekonomi Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad abad pertama Masehi. Catatan Marco Polo mangenai perdagangan internasional dari kawasan ini ialah: timah, gading gajah, kulit penyu, kapur barus, cengkeh, pala dan Iain-lain Iain (Said,1981:86). Sejak abad ke-77 dan ke-8 ke Masehi para pedagang muslim im dari Arabia, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri negeri Timur Tengah lainnya mulai memegang peran penting, turut serta dalam jaringan pelayaran dan perdagangan internasional yang waktu itu jaraknya lebih jauh, yaitu dari Teluk Aden, Teluk Persi, melalui Samudra Samud India-Selat Selat Malaka sampai Lautan Cina. Perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan melalui Selat Malaka sejak abad abad-abad tersebut disebabkan pula oleh upaya-upaya upaya upaya perkembangan kekuasaan di Asia Barat di bawah Banu Umayyah (660-749), 749), di Asia Timur di bawah Dinasti Tang (618--907), dan di Asia Tenggara di bawah kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14 ke M). Samudra Pasai dikenal sebagai Pelabuhan lada. Lada adalah salah satu produk ekspor utama dari pelabuhan Samudra Pasai, yang diminati oleh para pedagang dari In India (Gujarat dan Bengal), dan China (Cortesao, 1944: xxx). Samudra Pasai menghasilkan sekitar delapan ribu hingga sepuluh ribu bahar lada per tahun, ketika panen lada mencapai lima belas ribu bahar per tahun. Ini tampaknya menunjukkan bahwa lada dibudidayakan dibudidayakan secara intensif di Sumatra utara pada awal abad ke-16. ke 16. Daerah penghasil lada termasuk Pidie (Pedir). Awal abad ke-16 16 adalah awal dari kedatangan orang Eropa. Armada Portugis mendarat di pantai Kerajaan Maritim di Nusantara

25

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Pidie pada 1509 pada masa pemerintahan Sultan Pidie yaitu Sultan Ma'arif. Itu adalah kedatangan pertama Portugis di kepulauan Indonesia, dan tujuannya adalah untuk menemukan lada (Inagurasi, gurasi, 2017). 2017) Produk alami selain lada adalah garam, termasuk bahan makanan utama selain

nasi

dan

ikan.

Garam

adalah

komoditas makanan yang telah dikenal sejak lama tetapi sangat sedikit yang telah diidentifikasi dalam catatan sejarah. Pengetahuan tentang tentang cara membuat garam memang dimiliki oleh orang-orang orang yang tinggal di daerah pesisir (pesisir). Namun, dari komoditas pangan, garam dan beras, terjalin hubungan dagang antara wilayah pesisir dan pedalaman. Bagi penduduk pedalaman (gunung) mereka tidak bisa bisa hidup tanpa garam yang datang dari pantai dan sebaliknya untuk penduduk pantai mereka tidak bisa hidup tanpa beras dari pedalaman. Tidak hanya kapal dagang sarat dengan lada atau keramik, tetapi muatan kapal pasti memiliki garam. Selama perjalanan dibutuhkan dibutuhkan garam untuk memasok makanan bagi pelaut. Selain itu garam juga penting untuk mengawetkan ikan. Garam dikenal sebagai komoditas perdagangan di daerah pesisir seperti pantai di Jawa Timur seperti Juwana dan Gresik. Jual beli garam pada umumnya menggunakan menggunakan unit pengukur gantang. Gantang adalah ukuran berat setara dengan satu atau dua galon (Reid, 2011b: 33-34; 33 33-34; 34; Leur, 1967: 443). Ada dua hal yang perlu diperhatikan dari kegiatan perdagangan, yaitu media perdagangan pertama dan yang kedua adalah satuan satuan dosis perdagangan. Transaksi perdagangan dapat dilakukan secara tunai menggunakan media pertukaran dalam bentuk timah dan keping emas dari China yang tidak meleleh (Reid, 2010: 13). Selain itu ada mata uang yang dikeluarkan oleh Kerajaan Samudra Pasai dalam dalam bentuk mata uang yang terbuat dari emas bulat (koin) yang disebut deureuham. Selain pembayaran tunai, perdagangan lada juga dilakukan melalui pertukaran dengan komoditas lain seperti kain dan beras (beras). Misalnya, lada di Samudra Pasai dibeli oleh pedagang dari Bengal dan ditukar dengan kain (Roelofsz, 1962: 89). Antara Samudra Pasai dan Jawa (Gresik) ada jaringan perdagangan. Kapal-kapal kapal dari Jawa berlayar ke Samudera Pasai untuk memuat beras, kemudian dalam perjalanan kembali dari Samudra Pasai ke Jawa mereka memuat lada (Roelofsz, 1962: 19, 32, 90). Penjelasan tersebut memberikan petunjuk bahwa penjualan dan pembelian lada di Samudra Pasai dilakukan dengan cara pertukaran, lada ditukar dengan beras.

Kerajaan Maritim di Nusantara

26

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Kedua, perdagangan menggunakan beberapa jenis pengukuran, pengukuran, sebagai satuan pengukuran untuk perdagangan komoditas pada waktu itu. Membeli dan menjual komoditas perdagangan tentu saja menggunakan satuan ukuran. Jual beli lada di Samudra Pasai, menggunakan ukuran yang disebut bahar. Bahar adalah ukuran berat berat yang sering digunakan untuk komoditas rempah-rempah rempah di Indonesia. Portugis sering menggunakan bobot ini. Satu bahar setara dengan tiga pikul atau enam karung atau lima ratus pound. Namun, berat bahar bervariasi di beberapa tempat (Leur, 1967: 369, 391, 443). 4 Kesultanan Samudra Pasai telah menggunakan mata uang seperti uang kecil yang disebut ceitis, ada yang terbuat dari emas yang disebut dramas. Apabila dibandingkan dengan mata uang portugis yakni crusado, 9 dramas sama dengan 1 crusado yang juga sama de dengan 500 cash. Mata uang emas dibuat dari serbukan emas dan perak. Bahkan kesultanan samudra pasai menghasilkan komoditas perdagangan ekspor seperti lada,sutra, kapur barus, dan banyak komoditas lainnya yang diperoleh dari pengumpulan berbagai barang dagan dagangan dari berbagai daerah. Pendapatan Kerajaan samudra pasai berasal dari barang barang-barang eksporimpor. Pada bidang keagamaan Ibnu Batutah memberikan kehadiran para ulama dari persia, suriah (Syria) dan Isfahan. Ibnu Batutah menceritakan bagaimana taatnya su sultan samudra pasai pada Islam yang bermazhab Syafii, dan ia selalu di kelilingi Ulama. Kebudayaan Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan ol oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili Singkili untuk menuliskan buku-bukunya. buku bukunya. Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al alManzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu. Berikut ini terdapat beberapa peninggalan kerajaan samudera pasai, antara lain: Kerajaan Maritim di Nusantara

27

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara 1) Stempel Kerajaan Samudra Pasai : Stempel ini ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamata Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini diduga milik Sultan Muhammad Malikul Tahir oleh Tim peneliti peneliti Sejarah Kerajaan Islam. 2) Cakra Donya : Cakra Donya merupakan lonceng yang berbentuk stupa. Lonceng ini dibuat negeri Cina pada tahun 1409 M. Lonceng tersebut berukuran tinggi 125cm dan lebarnya 75cm. 3) Naskah Surat Sultan Zainal Abidin : Surat ini merupakan merupakan tulisan dari Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518 Masehi, naskah ini ditujukan kepada Kapitan Moran 4) Makam : ditemukan beberapa makam raja, salah satunya makam dari Sultan Malik Al Saleh dan terdapat juga makam raja-raja raja lainnya

Kerajaan Maritim di Nusantara

28

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

Kerajaan Maritim Islam

Kesultanan Aceh



Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatra dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Syah

S

alah satu dari sederetan nama kerajaan Islam terbesar di Indonesia ialah kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini berdiri pada tanggal 12 Zulqaidah tahun 916 H

/1511 M. bersamaan dengan jatuhnya Malakake tangan tangan Portugis (Yahya,1986:6). Sebenarnya tatkala orang-orang orang Portugis mulai menginjakkan kakidi Malaka awal abad ke ke-16, Aceh masih merupakan kerajaan taklukan kerajaan Pedie, yang terletak di Sumatera Utara , akan tetapi berkat jasa Sultan Ali Mughivat Syah Syah Aceh akhirnya mampu meiepaskan diri dari pengaruh Pedie dan menjadi kerajaan yang berdaulat penuh,dan bahkanpada babak berikutnya Acehlah yang kemudian menjadi sentral kekuasaan di wilayah Sumatera Utara tersebut: Pasai, Daya termasuk pula Pedie yang dulunya dulunya menjadi kerajaan atasan Aceh (Poesponegoro & Notosusanto,2008:316). Karena keberhasilannya, meiepaskan Aceh dari pengaruh Pedie.maka Sultan Ali Mughiyah Syah yangjugaterkenal dengan sebutan Sultan Ibrahim menjadi penguasa pertama (1514-1528 M.) sekaligus gus sebagai pendiri kerajaan Aceh Darussalam (Harun,1996:11). Kerajaan Aceh Darussalam merupakan kerajaan yang berdiri di Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sekarang. Aceh Darussalam dapat tumbuh besar dikarenakan letak geografisnya yang strategis, strategis, yakni di bibir pantai utara Aceh yang menjadi jalur dagang internasional. Selain itu, kerajaan ini juga dikenal karena daerah kekuasaannya yang amat luas, hampir meliputi seluruh Sumatra dan sebagian Semenanjung Melayu. Banyak peristiwa besar yang terjadi jadi dalam bentangan kisah kerajaan ini. Aceh menjadi pesaing terkuat Portugis yang telah menguasai Malaka pada 1511. Portugis mengalami kesulitan untuk mengembangkan sayap pengaruhnya karena selalu mendapat ancaman dari Aceh Darussalam.

Kerajaan Maritim di Nusantara

29

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Sistem Pemerintahan Sultan Aceh atau Sultanah Aceh merupakan penguasa / raja dari Kesultanan Aceh. Sultan awalnya berkedudukan di Gampông Pande, Bandar Aceh Darussalam kemudian pindah ke Dalam Darud Dunia di daerah sekitar pendopo Gubernur Aceh sekarang. Dari awal al hingga tahun 1873 ibu kota berada tetap di Bandar Aceh Darussalam, yang selanjutnya akibat Perang dengan Belanda pindah ke Keumala, sebuah daerah di pedalaman Pidie. Sultan/Sultanah

diangkat

maupun

diturunkan atas persetujuan oleh tiga Panglima Sagoe dann Teuku Kadi Malikul Adil (Mufti Agung kerajaan). Sultan baru sah jika telah membayar "Jiname Aceh" (mas kawin Aceh), yaitu emas murni 32 kati, uang tunai seribu enam ratus ringgit, beberapa puluh ekor kerbau dan beberapa gunca padi. Daerah yang langsung berada erada dalam kekuasaan Sultan (Daerah Bibeueh) sejak Sultanah Zakiatuddin Inayat Syah adalah daerah Dalam Darud Dunia, Masjid Raya, Meuraxa, Lueng Bata, Pagarayée, Lamsayun, Peulanggahan, Gampông Jawa dan Gampông Pande. Lambang kekuasaan tertinggi yang dipegang Sultan dilambangkan dengan dua cara yaitu keris dan cap. Tanpa keris tidak ada pegawai yang dapat mengaku bertugas melaksanakan perintah Sultan. Tanpa cap tidak ada peraturan yang mempunyai kekuatan hukum (Lombard,2008:104). Perangkat pemerintahan Sultan kadang mengalami perbedaan tiap masanya. Berikut adalah badan pemerintahan masa Sultanah di Aceh: 1) Balai Rong Sari, yaitu lembaga yang dipimpin oleh Sultan sendiri, yang aggotanya terdiri dari Hulubalang Empat dan Ulama Tujuh. Lembaga ini bertugas m membuat rencana dan penelitian. 2) Balai Majlis Mahkamah Rakyat, yaitu lembaga yang dipimpin oleh Kadli Malikul Adil, yang beranggotakan tujuh puluh tiga orang; kira-kira kira kira semacam Dewan Perwakilan Rakyat sekarang. 3) Balai Gading, yaitu Lembaga yang dipimpin Wazir Mu'adhdham Orang Kaya Laksamana Seri Perdana Menteri; kira-kira kira kira Dewan Menteri atau Kabinet kalau sekarang, termasuk sembilan anggota Majlis Mahkamah Rakyat yang diangkat.

Kerajaan Maritim di Nusantara

30

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara 4) Balai Furdhah, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal ekonomi, yang dipimpin oleh seorang rang wazir yang bergelar Menteri Seri Paduka; kira-kira kira kira Departemen Perdagangan. 5) Balai Laksamana, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal angkatan perang, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Laksamana Amirul Harb; kira kira-kira Departemen Pertahanan. 6) Balai alai

Majlis

Mahkamah,

yaitu

lembaga

yang

mengurus

hal

ihwal

kehakiman/pengadilan, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Seri Raja Panglima Wazir Mizan; kira-kira kira Departemen Kehakiman. 7) Balai Baitul Mal, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal keuanga keuangan dan perbendaharaan negara, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Orang Kaya Seri Maharaja Bendahara Raja Wazir Dirham; kira-kira kira kira Departemen Keuangan. Selain itu terdapat berbagai pejabat tinggi Kesultanan di antaranya 1) Syahbandar, mengurus masalah masala perdagangan di pelabuhan 2) Teuku Kadhi Malikul Adil, semacam hakim tinggi. 3) Wazir Seri Maharaja Mangkubumi, yaitu pejabat yang mengurus segala Hulubalang; kira-kira kira Menteri Dalam Negeri. 4) Wazir Seri Maharaja Gurah, yaitu pejabat yang mengurus urusan hasil hasil-hasil dan pengembangan hutan; kira-kira kira Menteri Kehutanan. 5) Teuku Keurukon Katibul Muluk, yaitu pejabat yang mengurus urusan sekretariat negara termasuk penulis resmi surat kesultanan, dengan gelar lengkapnya Wazir Rama Setia Kerukoen Katibul Muluk; kira-kira kira Sekretaris Negara. Pada waktu Kerajaan Aceh sudah ada beberapa kerajaan seperti Peureulak, Pasée, Pidie, Teunom, Daya, dan lain-lain lain lain yang sudah berdiri. Disamping kerajaan ini terdapat daerah bebas lain yang diperintah oleh raja-raja raja raja kecil. Pada masa Sult Sultan Iskandar Muda semua daerah tersebut diintegrasikan dengan Kesultanan Aceh dan diberi nama Nanggroe, disamakan dengan tiga daerah inti Kesultanan yang disebut Aceh Besar. Setiap daerah dipimpin oleh Ulèëbalang. Pada masa Sultanah Zakiatuddin Inayat Syah (1088 - 1098 H = 1678 - 1688 M) dengan Kadi Malikul Adil (Mufti Agung) Tgk. Syaikh Abdurrauf As As-Sinkily dilakukan reformasi pembagian wilayah. Kerajaan Aceh dibagi tiga federasi dan daerah otonom. Bentuk federasi dinamakan Sagoe dan kepalanya disebut Panglima Panglima Sagoe. Berikut pembagian tiga segi (Lhée Sagoe): 1) Sagoe XXII Mukim, yang Kepala Sagoenya bergelar Sri Muda Perkasa Panglima Polem Wazirul Azmi. Kecuali menjadi kepala wilayahnya, juga diangkat menjadi Wazirud Daulah (Menteri Negara). Kerajaan Maritim di Nusantara

31

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara 2) Sagoe XXV Mukim, yang yang Kepala Sagoenya bergelar Sri Setia Ulama Kadli Malikul 'Alam. Kecuali menjadi Kepala Wilayahnya, juga diangkat menjadi Ketua Majelis Ulama Kerajaan. 3) Sagoe XXVI Mukim, yang Kepala Sagoenya bergelar Sri Imeum Muda Panglima Wazirul Uzza. Kecuali menjadi Kepala Wilayahnya, juga diangkat menjadi Wazirul Harb (Menteri Urusan Peperangan). Dalam setiap Sagoe terdapat Gampong. Setiap gampong memiliki sebuah Meunasah. Kemudian gampong itu membentuk Mukim yang terdapat satu Masjid untuk melakukan shalat jumat sesuai uai mazhab Syafi'ie (Lombard,2008). Kecuali dari 3 wilayah Sagoe ini, semua daerah memiliki hak otonom yang luas. Ulèëbalang yang diberi hak mengurus daerah otonom non Lhée Sagoe, secara teori adalah pejabat sultan yang diberikan Sarakata pengangkatan dengan dengan Cap Sikureueng. Namun fakta di lapangan mereka adalah merdeka. Memang Sultan Aceh tidak dapat mengontrol semua Ulèëbalang yang telah menjadi pejabat di pedalaman. Dengan lemahnya pengontrolan ini sehingga mereka lambat laun tidak mau tunduk lagi dan mengindahkan mengindahkan kekuasaan Sultan. Mereka mulai berdagang dengan pedagang asing di pelabuhan mereka sendiri. Saudagar Saudagarsaudagar yang terlibat dalam perdagangan luar negeri ini tidak mau menyetorkannya kepada petugas Sultan, tetapi menyetorkannya kepada Ulèëbalang langsung (Hurgronje Hurgronje,1980:434). Pada Masa Pemerintahannya, Pemerintahannya, Aceh terus melaju ke arah sukses yang semakin gemilang; baik dibidang konsolidasi politik, ekonomi atau ekspansi (perluasan vvilayah). Dalam menjalankan ekspansinya, disamping bermotifkan politis, ekonomi ekonomi juga tidak bisa dipungkiri adanya motif agama. Hal ini dapat dilihat ketika kerajaan yang baru keluar dari embrionya itu mengadakan penyerbuan ke Pedie vang telah bekerja sama dengan Portugis (non-Muslim) (Poesponegoro & Notosusanto,2008:317) . Sepeninggal ninggal Sultan Ali Mughiyat Syah, jalannya pemerintahan dilanjutkan oleh Sultan Alauddin Ri'ayat Syah. Pada masanya ekspansi terus dilaksanakan sebagaimana pendahulunya. Untuk meluaskan wilayahnya ke Barus ia mengutus suami saudara perempuannya yang kemudian an oleh Sultan diangkat sebagai Sultan Barus. Setelah Sultan Alauddin Ri'ayat meninggal dunia, ia diganti oleh salah seorang putranya yang bernama Husein. Padahal sebelumnya dua orang putranya yang lain masing masingmasing telah diangkat sebagai Sultan Aru dan Sultan Sultan Pariaman dengan sebutan Sultan Ghari dan Sultan Mughal sehingga tampilnya Sultan Husein menggantikan ayahnya itu menimbulkan rasa cemburu dan tidak suka saudara-saudaranya saudara saudaranya yang berkedudukan di Aru

Kerajaan Maritim di Nusantara

32

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara ataupun di Pariaman. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Sultan yang berkedudukan di Barus (Poesponegoro & Notosusanto,2008:318).

Berdasarkan sumber Cina yakni berita Cina dari Cau-Ju-Kua Cau Kua , hikayat hikayat-hikayat dan juga

legenda bahkan berita Portugis (Tome pires)dan juga terdapat pada kitab

Negarakertagama bahwa hwa sebelum adanya kerajaan Aceh terbentuk atau berdiri sudah ada kerajaa-kerajaan kerajaan yang telah ada. Bahwa Kerajaan Aceh sudah berdiri dengan pimpinan Sultan Ali Mughyat Syah yang di ubah oleh orang Portugis menjadi Raja Ibrahim yang berhasil melepaskan diri dari kerajaan Piedie pada tahun 1520 (Poesponegoro onegoro & Notosusanto,2008 Notosusanto,2008). Iskandar Muda (1602-1635) (1602 1635) menjadi raja terbesar kerajaan ini. keahliannya memimpin negeri membuat rakyat Aceh makmur sejahtera. Perdagangan internasional yang tertata baik membawa pengaruh ngaruh bagi pembangungan infrastruktur Aceh Darussalam, salah satu yang paling menonjol adalah aspek pendidikan. Pada masanya, Aceh dikenal sebagai salah satu pusat keilmuan internasional. Dalam Bustanussalatin dijelaskan banyak ulama Timur Tengah yang datang ang untuk mengajar di Aceh. Pelajar yang ada di kerajaan ini, bukan hanya dari Aceh dan sekitarnya, melainkan ada pula yang dari Patani, Padang dan Jawa. Munculnya Aceh sebagai pusat intelektual regional maupun internasional tidak terlepas dari peran ulamanya. anya. Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani. as Sumatrani. Keduanya merupakan sosok sufi yang banyak mempunyai pengikut. Puisi-puisi Puisi puisi sufi Hamzah Fansuri memiliki kandungan spiritual yang tinggi sehingga ia termasuk dalam penyair terbesar Nusantara. Syamsuddin as-Su Sumatrani matrani dikenal sebagai penasehat kerajaan semasa Iskandar Muda. Nuruddin ar-Raniri Raniri dan Abdurrauf merupakan sosok ulama yang memiliki pengaruh yang besar pula bagi perkembangan Aceh pasca Iskandar Muda. Julukan kiblat intelektual dunia amat berkaitan dengann peran serta ulama tersebut. Kaderisasi ulama di Aceh tetap berkesinambungan sampai masa kini. Pada masa Iskandar Muda, banyak hal-hal hal hal populis yang mendapat perhatian serius pihak kerajaan. Pernah ada beberapa kebijakan unik yang berlaku di masa ini. Seb Sebagaimana diketahui, penghinatan kepada kerajaan adalah kesalahan terbesar yang wajib dijatuhi hukuman berat. Sang raja memiliki cara unik dalam mengeliminir upaya pejabat kerajaan yang berseberangan dengan pandangannya. Begitu mengetahui ada yang seperti ddemikian, selama tiga hari sekali orang itu akan dipanggi untuk bertugas sebagai “penjaga malam" (peronda) dengan tanpa membawa senjata. Hukuman serupa juga dijatuhkan kepada pencuri harta rampasan perang.

Kerajaan Maritim di Nusantara

33

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Sosial-Ekonomi Perdagangan Aceh, termasuk yang terbaik terbaik di Nusantara. Tenggelamnya wibawa Malaka yang dikuasai Portugis memiliki berkah tersendiri bagi melebarnya pasar pasar-pasar di pesisir. Barang-barang barang dagangan banyak dipasok dari wilayah kerajaan. Pejabat kerajaan memiliki langkah tersendiri, guna menjaga agar distribusi barang jangan sampai terputus yang mengakibatkan kekosongan stok, utamanya bagi komoditas unggulan seperti rempah rempahrempah. Pada masa Iskandar Muda, petugas kerajaan sering mengadakan tinjauan lapangan untuk memastikan agar kebutuhan barangg dagang pokok dapat terus diproduksi.

Secara

mendatangi

para

mereeka petani

dan

melakukan sistem bagi hasil yang menguntungkan kedua belah pihak. Tidak berhenti sampai di situ, pihak kerajaan

juga

mengatur

barang

tersebut hingga ke pasar internasional di pesisir pantai Aceh. Sebagai contoh, ketika panen beras datang, petugas kerajaan mengawasinya dengan ketat. Hasil penen kemudian digudangkan dan disimpan sampai akhir musim panen. Setelah persediaan beras disishkan untuk konsumsi kerajaan dan rakyat, barulah barulah sisanya dilempar ke pasar untuk dijual. Ketika musim paceklik tiba, Iskandar Muda melakukan monopoli beras. Regulasi beras ini efektif menjadikan Aceh sebagai salah satu lumbung padi terkemuka di zamannya. Beras menjadi komoditas lain yang laku di luar wilayah. Penghasilan lain juga didapatkan dari pajak maritim. Agustin de B seorang anggota armada dagang Prancis yang pernah mengunjungi Aceh pada 1620 1621, menceritakan tentang pajak kelautan ini. Bagian terbesar dari berbagai pajak perniagaan masuk ke kas kerajaan dengan legalisasi cap raja atau bukti pembayaran pajak. Pajak yang masuk sekitar 50 – 60 real ketika waktu keluar pajaknya harus dibayar separuhnya. Pajak yang terbesar didapat dari saudagar Inggris Berbagai bentuk model perpajakan diatur dalam da kitab undang-undang undang Adat Aceh. Dalam kitab ini juga dibukukan mengenai peraturan bahwa orang asing yang meninggal di Aceh dan tidak mempunyai ahli waris, maka kekayaannya jatuh ke tangan kerajaan. Bentuk Kerajaan Maritim di Nusantara

34

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara penghasilan lain juga didapat melalui peraturan Hak Tawan Karang. Hak ini terjadi apabila ditemukan kapal orang asing yang karam atau masih dapat diselamtkan ke darat, barang barangbarangnya menjadi milik kerajaan. Hibah dari pedagang asing yang akan berniaga di Aceh bagi raja juga merupakan pendapatan besar lainya. Hibah ini biasanya berupa emas dan barang berharga lainnya (Abdullah,Tanpa Tahun:59-60). Tahun:59 Kebudayaaan a. Arsitektur Peninggalan Aceh tidak terlalu banyak dalam bangunan zaman Kesultanan yang tersisa di Aceh. Istana Dalam Darud Donya telah terbakar padaa masa perang Aceh Belanda. Kini, bagian inti dari Istana Dalam Darud Donya yang merupakan tempat kediaman

Sultan

Aceh

telah

berubah

menjadi Pendapa Gubernur Aceh dan "asrama keraton" TNI AD. Perlu dicatat bahwa pada masa Kesultanan bangunan batu

dilarangg

karena

ditakutkan

akan

menjadi benteng melawan Sultan. Selain itu, Masjid Raya Baiturrahman saat ini bukanlah arsitektur yang sebenarnya dikarenakan yang asli telah terbakar pada masa Perang Aceh Belanda. Peninggalan arsitektur pada masa kesultanan yang yang masih bisa dilihat sampai saat ini antara lain Benteng Indra Patra, Masjid Tua Indrapuri, Komplek Kandang XII (Komplek Pemakaman Keluarga Kesultanan Aceh), Pinto Khop, Leusong dan Gunongan dipusat Kota Banda Aceh. Taman Ghairah yang disebut Ar Raniry dalam dalam Bustanus Salatin sudah tidak berjejak lagi (Lombard,2008). b. Kesusasteraan Sebagaimana daerah lain di Sumatra, beberapa cerita maupun legenda disusun dalam bentuk hikayat. Hikayat yang terkenal di antaranya adalah Hikayat Malem Dagang yang berceritakan tokoh koh heroik Malem Dagang berlatar penyerbuan Malaka oleh angkatan laut Aceh. Ada lagi yang lain yaitu Hikayat Malem Diwa, Hikayat Banta Beuransah, Gajah Tujoh Ulee, Cham Nadiman, Hikayat Pocut Muhammad, Hikayat Prang Gompeuni, Hikayat Habib Hadat, Kisah Abdullah ullah Hadat dan Hikayat Prang Sabi.

Kerajaan Maritim di Nusantara

35

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Salah satu karya kesusateraan yang paling terkenal adalah Bustanus Salatin (Taman Para Sultan) karya Syaikh Nuruddin ArAr Raniry disamping Tajus Salatin (1603), Sulalatus Salatin (1612), dan Hikayat Aceh (1606-1636). Selain Ar--Raniry terdapat pula penyair Aceh yang agung

yaitu

Hamzah

Fansuri

dengan karyanya antara lain Asrar al-Arifin Arifin (Rahasia Orang yang Bijaksana),

Syarab

al-Asyikin Asyikin

(Minuman

Segala Orang yang Berahi), Zinat al-Muwahhidin al Muwahhidin (Perhiasan Sekalian Orang yang Mengesakan), gesakan), Syair Si Burung Pingai, Syair Si Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir, Syair Dagang dan Syair Perahu.

Kerajaan Maritim di Nusantara

36

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

Kerajaan Maritim Islam

Kesultanan Demak



Demak merupakan pewaris terdepan dari kejayaan Majapahit dan menjadi sentral penyebaran Islam awal di pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah sekitar abad 15 dibantu oleh beberapa orang ulama yang kemudian dikenal sebagai Wali Songo.

D

emak merupakan pewaris terdepan dari kejayaan Majapahit dan menjadi sentral penyebaran Islam awal awal di pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah

sekitar abad 15 dibantu oleh beberapa orang ulama yang kemudian dikenal sebagai Wali Songo. Pola dakwah mereka yang akomodatif dengan tradisi, serta memberikan solusi bagi persoalan-persoalan aktual masyarakat kala itu, menyebabkan dakwah mereka kian meluas, yang berarti pula ikut melebarkan pengaruh Demak di pedalaman Jawa. Wawasan terbuka (inklusif) dalam syiar Islam memang menjadi strategi jitu kesuksesan dakwah para wali. Proses Islamisasi hingga hingga mencapai bentuk kekuasaan politik baru terjadi setelah pusat kekuatan Majapahit sendiri menunjukkan kelemahan-kelemahan. kelemahan kelemahan. Raja Hayam Wuruk pada 1389 mulai menggoncangkan kekuasaan pusat Majapahit. Kekuatan Majapahit semakin rapuh akibat pemberontakan dan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga raja raja-raja sendiri.Akhirnya kekacauan akibat perang Paregreg (1401-1406) (1401 1406) mengantarkan Majapahit pada keruntuhannya.Akibatnya hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah mulai mengendor.Daerah jajahan yang jauh dari dari pengawasan kekuasaan pusat mulai melepaskan diri dari Majapahit (Daliman,2012:24). Keadaan ini memberikan kondisi yang baik bagi perubahan sosial dan orientasi terhadap nilai-nilai nilai nilai baru yang lebih mampu memberi pegangan hidup. Dalam keadaan inilah sedikit sedikit demi sedikit agama Islam memasuki daerah wilayah Majapahit. Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak,kerajaan Islam pertama di Jawa,dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama (Yatim,2008:210). Sehingga pada daerah Jawa muncul kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Kerajaan Demak.

Kerajaan Maritim di Nusantara

37

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Sistem Pemerintahan Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi, yaitu pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten.Cepatnya kota demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari dari andil masjid Agung Demak. Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh Jawa. Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak terpisahkan terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang soal--soal keagamaan. Raja-raja raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut : 1) Raden Fatah Pada awal al abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya ijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), oja), masih kerabat Raja Champa. Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Pelembang, Arya Damar. Nah di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina. Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup up di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit. Raden Patah memiliki adik laki-laki laki laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M. Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, jin, seorang panglima muslim. Kerajaan Maritim di Nusantara

38

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda pemuda pemuda lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa. Menurut cerita ta rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah. al Raden

Fatah

memerintah

Demak

dari

tahun

1500-1518 1518

M.

Di

bawah

pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. agraris Barang dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang Barang barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai. Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng menjadi pelabuhan transito (penghubung). Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah daerah di luar pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan. Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan. Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan jaan Demak. Ia menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak. Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 1511 M, hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum Kerajaan Maritim di Nusantara

39

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor. 2) Adipati Unus Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah h Demak dari tahun 1518-1521 1518 1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana. Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan. Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang orang Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M. 3) Sultan Trenggana Sulltan Trenggana gana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 1521 1546 M. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota ta Jakarta. Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Kerajaan Maritim di Nusantara

40

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sul Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun. Pada masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit. Sosial-Ekonomi Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun untuk pertanian. Pada zaman dahulu Distrik Demak terletak di pantai selat yang memisahkan Pegunungan Muria dari Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik, sehingga kapal--kapal kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas itu untuk berlayar ke Rembang.. Tetapi sudah sejak abad ke-17 ke 17 jalan pintas itu tidak lagi dapat dilayari setiap saat (Graaf,.1985:44). Banyak produk budaya hasil pembauran Islam dan Jawa yang semula dijadikan alat dakwah, kini menjadi kekayaan kebudayaan bangsa ini. salah satunya adalah Gapura. Bangunan kembar ada di sisi kiri kanan jalan, merupakan salah satu buah kecerdasan Sunan Kalijaga, salah satu anggota Wali Songo. Gapura berasal dari dari bahasa Arab "ghafura” yang berarti “ampunan”. Awalnya, bangunan ini dibangun sebagai pintu pertunjukan wayang. Seorang yang akan menonton pertujukkan wayang, harapanya setelah melewati bangunan ini lalu mendapat ampunan Tuhan. dengan cara simpatik ini, orang menjadi tidak takut dan semakin mantab menjadi Muslim (Purwadi,2005:29). Ekonomi kerajaan banyak disokong dari aspek kemaritiman. Hal ini terjadi setelah Trenggono, raja Demak kedua, melakukan serangkaian penguatan pengaruh politik di Jawa. Upaya ini ni membawa angin segar bagi perluasan dakwah Islam bahkan hingga menyentuh sebrang lautan, yakni sampai ke Kalimantan Selatan. Perlahan wilayah pantai Jawa berada dibawah kontrol Demak. Tercatat beberapa pelabuhan besar seperti Sunda Kelapa, Cirebon, Gresikk dan daerah sekitar sungai Serayu menyatakan kesetiaan pada Demak (Abdullah,2011 :69). Kesultanan demak memiliki pelabuhan Niaga yang terletak di Bonang dan Bandar Tuntang (Achmad,2017:119). Karena letak kerajaan Demak yang strategis secara geografis dan ekologis maka Demak merupakan lokasi tempat yang paling menguntungkan. Karena jaraknya yang 30 km, dari pantai. Dan demak terletak di tepi pantai selat muria. Selat muria Kerajaan Maritim di Nusantara

41

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara tersebutlah yang memisahkan pulau jawa dan pegunungan muria. Sampai abad 17 selat mu muria ini masih dapat dilewati oleh kapal-kapal kapal kapal besar. Akibannya perkembangan demka sangatlah pesat dan demak merupakan pusat penimbunan beras hasil dari daerah-daerah daerah daerah sebelah selat muria. Demak juga memiliki hubungan dengan pedalaman jawa batar. Dapat di ppastikan para masyarakat di demak mata pencaharianya mayoritas perdagangan. Masyarakat Kerajaan Demak memiliki kehidupan ekonomi yang baik karena Demak sendiri merupakan Kerajaan maritim yang berfungsi sebagai penghubung perekonomian antar pulau. Selain ituu Demak juga merupakan

Kerajaan Agraris yang terkenal subur dan

menghasilkan beras sebagai komoditi utamanya. Demak melakukan kegiatan ekspor ke Malaka, adapun bahan baku yang diekspor adalah beras, lilin, dan madu. Karena banyak kapal yang berlalu lalang sehingga memberikan keuntungan yang besar bagi Demak dalam hal perekonomian. Kebudayaan Peninggalan Kerajaan Demak Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan mengenai keberadaan kerajaan ini di saat lalu telah cukup banyak didapatkan. patkan. Mengenai beberapa bukti lain yang berbentuk peninggalan bersejarah seperti bangunan atau benda-benda benda tertentu juga masihlah terpelihara sampai saat ini. Beberapa bangunan atau benda peninggalan kerajaan Demak itu misalnya Masjid Agung Demak, Soko Guru, uru, Pintu Bledeg, Bedug serta Kentongan, situs Kolam Wudlu, dan maksurah yang berupa pahatan atau ukiran indah. 1) Masjid Agung Demak Peninggalan

Kerajaan

Demak yang paling dikenal yaitu Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masihlah berdiri kokoh sampai sekarang

ini

walau

telah

mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga menjadi salah satu bukti kalau kerajaan Demak pada saat silam sudah menjadi

Kerajaan Maritim di Nusantara

42

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara pusat pengajaran serta penyebaran Islam di Jawa. Bila Anda tertarik untuk untuk melihat keunikan arsitektur serta nilai-nilai nilai filosofisnya, datanglah ke masjid ini. Letaknya ada di Desa Kauman, Demak – Jawa Tengah. 2) Pintu Bledek Dalam bahasa Indonesia, Bledek bermakna petir, oleh karenanya, pintu bledek dapat diartikan sebagai pintu ntu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 serta menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak. Berdasar pada cerita yang beredar, pintu ini dinamakan pintu bledek tidak lain karena Ki Ageng Selo memanglah membuatnya dari petir yang menyambar. mbar. Sekarang ini, pintu bledek sudah tidak lagi dipakai sebagai pintu masjid. Pintu bledek di museumkan karena telah mulai lapuk serta tua. Ia menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak serta saat ini disimpan di dalam Masjid Agung Demak. 3) Soko Tatal serta ta Soko Guru Soko Guru yaitu tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai penyangga

tegak

kokohnya

bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang dipakai masjid ini, serta berdasar pada cerita seluruh soko guru itu dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan memperoleh tugas untuk membuat semua tiang itu sendiri, hanya saja ketika ia baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan terpaksa sekali kemudian menyambungkan semua tatal atau potongan potongan-potongan kayu sisa isa pembuatan 3 soko guru dengan kemampuan spiritualnya serta mengubahnya menjadi soko tatal dengan kata lain soko guru yang terbuat dari tatal. 4) Bedug serta Kentongan Bedug serta kentongan yang ada di Masjid Agung Demak juga adalah peninggalan Kerajaan Demak ak yang bersejarah dan tidak boleh dilupakan. Kedua alat ini dipakai pada saat Kerajaan Maritim di Nusantara

43

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara silam sebagai alat untuk memanggil masyarakat sekitar mesjid supaya segera datang melaksanakan sholat 5 saat setelah adzan

dikumandangkan.

Kentongan

berbentuk mirip tapal kuda mempunyai filosofi kalau jika kentongan itu dipukul, maka warga sekitar harus segera datang untuk melakukan sholat 5 waktu secepat orang naik kuda. 5) Situs Kolam Wudlu Situs kolam wudlu dibuat bersamaan berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs ini dulunya dipakai akai sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir yang berkunjung ke Masjid untuk melakukan sholat. Tetapi, sekarang ini situs itu telah tak dipakai lagi untuk berwudlu dan hanya bisa dilihat sebagai benda peninggalan sejarah. 6) Maksurah Maksurah yaitu dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid Demak. Maksurah itu dibuat sekitaran tahun 1866 Masehi, tepatnya ketika Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Mengenai tulisan dalam kaligrafi itu bermakna mengenai ke-Esa-an an Allah.

Kerajaan Maritim di Nusantara

44

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

Kerajaan Maritim Islam

Kesultanan Banten



Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa,

B

anten merupakan kerajaan yang berdiri berkat dakwah Sunan Gunung Jati di ujung barat pantai utara Jawa pada sekitar 1525. Selain mengajarkan Islam,

Sunan Gunung Jati melatih penduduk setempat untuk berdagang. Pada tahun 1524 atau 1525 Nurullah dari Pasei, yang kelak menjadi Sunan Gunungjati, telah berlayar dari Demak ke Banten, untuk meletakkan dasar bagi pengembangan agama Islam dan bagi perdagangan orang-orang orang Islam. Nurullah sudah menunaikan rukun ke-5, 5, naik haji ke Mekkah; sebelum ia datang di keraton raja Demak (Graaf,1985:134). Sebagai haji yang saleh dan sebagai musafir yang mengenal percaturan dunia ia mendapat sambutan hangat di keraton itu. La mendapat salah seorang saudara perempuan raja raja Demak sebagai istri. Dapat diduga bahwa ia telah berpengaruh terhadap iparnya, seorang keturunan Cina yang baru beberapa puluh tahun masuk Islam. Pasei, kota pelabuhan Sumatera Utara tempat asal Nurullah, sudah lebih dari dua abad beragama Islam. Ada alasan alasan untuk menduga bahwa gelar sultan yang dipakai Tranggana dari Demak, dan sepak terjangnya sebagai pelindung agama, banyak berkaitan dengan ajaran-ajaran ajaran dan pandangan-pandangan pandangan pandangan agama Islam yang harus meliputi segala aspek hidup. Raja Pajajaran memberi keluasan aktivitas dakwah dan raja pun tertarik untuk mengenal Islam. Guna mengintensifkan syiar Islam, pada tahun 1527, Sunan Gunung Jati menetap di pelabuhan Sunda. Dari sini perluasan agama semakin menyebar di pelabuhan Jawa Barat lainnya termasuk beberapa beberapa wilayah Pajajaran. Ketika Sunan Gunung Jati memutuskan kembali ke Cirebon, estafet dakwahnya diteruskan oleh anaknnya, Maulana Hasanuddin, yang menikah dengan putri Demak kemudian diangkat menjadi Panembahan Banten pada 1552. Di masanya, Islam semakin luas tersebar hingga ke Lampung dan Sumatra Selatan (Yatim,217-218). Kerajaan Maritim di Nusantara

45

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Sistem Pemerintahan Setelah Banten muncul sebagai kerajaan yang mandiri, penguasanya menggunakan gelar Sultan, sementara dalam lingkaran istana terdapat gelar Pangeran Ratu, Pangeran Adipati, pati, Pangeran Gusti, dan Pangeran Anom yang disandang oleh para pewaris. Pada pemerintahan Banten terdapat seseorang dengan gelar Mangkubumi, Kadi, Patih serta Syahbandar yang memiliki peran dalam administrasi pemerintahan. Sementara pada masyarakat Bantenn terdapat kelompok bangsawan yang digelari dengan tubagus (Ratu Bagus), ratu atau sayyid, dan golongan khusus lainnya yang mendapat kedudukan istimewa adalah terdiri atas kaum ulama, pamong praja, serta kaum jawara. Pusat pemerintahan Banten berada antara dua buah sungai yaitu Ci Banten dan Ci Karangantu. Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar, alun alun-alun dan Istana Surosowan yang dikelilingi oleh tembok beserta parit, sementara di sebelah utara dari istana dibangun Masjid Agung Banten dengan menara menara berbentuk mercusuar yang kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai menara pengawas untuk melihat kedatangan kapal di Banten. Berdasarkan Sejarah Banten, lokasi pasar utama di Banten berada antara Masjid Agung Banten dan Ci Banten, yang dikenal dengan dengan nama Kapalembangan. Sementara pada kawasan alun-alun alun terdapat paseban yang digunakan oleh Sultan Banten sebagai tempat untuk menyampaikan maklumat kepada rakyatnya. Secara keseluruhan rancangan kota Banten berbentuk segi empat yang dipengaruhi oleh konsep kons Hindu-Buddha Buddha atau representasi yang dikenal dengan nama mandala (Atsushi Ota,2006). Ota, ). Selain itu pada kawasan kota terdapat beberapa kampung yang mewakili etnis tertentu, seperti Kampung Pekojan (Persia) dan Kampung Pecinan. Kesultanan Banten telah menerapkan cukai atas kapal-kapal kapal yang singgah ke Banten, pemungutan cukai ini dilakukan oleh Syahbandar yang berada di kawasan yang dinamakan Pabean. Salah seorang syahbandar yang terkenal pada masa Sultan Ageng bernama Syahbandar Kaytsu. Adapun Raja-Raja yang memerintah kerajaan Banten adalah : 1) Sultan Hasanuddin Sejarah Kerajaan BantenWaktu terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, Banten dan juga Cirebon ingin melepaskan diri dari Demak sehingga akhirnya kedua wilayah tersebut menjadi wilayah yang berdaulat. berdaulat. Selepas dari Demak, Sultan Hasanuddin diangkat menjadi raja Banten pertama dan memerintah selama 18 tahun dari tahun 1552 sampai dengan 1570 M. Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, Lampung berhasil dikuasai yang Kerajaan Maritim di Nusantara

46

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara merupakan wilayah penghasil rempah rempah lada dan Selat Sunda sebagai jalur lalu lintas perdagangan. Dalam pemerintahannya, Sultan Hasanuddin membangun pelabuhan Banten sehingga banyak dikunjungi pedagang banyak bangsa seperti pedagang dari Gujarat, Persia dan juga Venesia yang ingin menghindari menghindari Selat Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis. Banten semakin berkembang dan menjadi bandar perdagangan serta pusat penyebaran dari agama Islam. Sultan Hasanuddin kemudian wafat tahun 1570 dan diganti oleh putranya yakni Maulana Yusuf. 2) Maulana Yusuf Maulana Yusuf memerintah Banten dari tahun 1570 sampai dengan 1580 M. Pada tahun 1579, Maulana Yusuf berhasil menaklukan Kerajaan Pajajaran di Pakuan, Bogor dan juga menyingkirkan Raja Pajajaran yakni Prabu Sedah sehingga membuat banyak rakyat Pajajaran yang mengungsi ke pegunungan dan sampai sekarang dikenal dengan Suku Badui di Rangkasbitung, Banten. 3) Maulana Muhammad Maulana Yusuf yang wafat lalu digantikan oleh putranya yakni Maulana Muhammad yang naik tahta saat usianya masih 9 tahun sehingga pemerintahan pemerintahan dijalankan oleh Mangkubimu Jayanegara sampai Maulana Muhammad beranjak dewasa dan memerintah tahun 1580 sampai dengan 1596. Sesudah 16 tahun kemudian, Sultan Maulana Muhammad menyerang Kesultanan Palembang yang didirikan Ki Gendeng Sure, bangsawan Dem Demak. Kerajaan Banten yang juga merupakan keturunan dari Demak juga merasa memiliki hak atas Palembang, namun Banten kalah dan Sultan Maulana Muhammad tewas di dalam pertempuran tersebut. 4) Pangeran Ratu [Abdul Mufakhir] Pangeran Ratu yang saat itu masih berumur berumur 5 bulan akhirnya menjadi Sultan Banten ke-44 tahun 1596 sampai dengan 1651. Sementara menunggu Pangeran dewasa, pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Ranamanggala. Pada waktu tersebut, Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Banten tanggal tanggal 22 Juni 1596. Pangeran Ratu lalu mendapat gelar Kanjeng Ratu Banten dan saat wafat ia digantikan oleh anaknya yakni Sultan Ageng Tirtayasa. 5) Sultan Ageng Tirtayasa Sejarah Kerajaan BantenSultan Ageng Tirtayasa lalu memerintah Banten tahun 1651 sampai dengan 1682 M. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah akhirnya Banten mencapai puncak kejayaan dan Sultan Ageng Tirtayasa juga berusaha untuk memperluas wilayah kerajaannya. Tahun 1671 M, Sultan Ageng Tirtayasa lalu mengangkat putranya untuk Kerajaan Maritim di Nusantara

47

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara dijadikan raja ja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji. Sultan Haji ini memiliki jalinan baik dengan Belanda sehingga membuat Sultan Ageng Tirtayasa yang kecewa melihatnya lalu menarik jabatan raja pembantu Sultan Haji. Sultan Haji kemudian ingin mempertahankan pertahankan jabatan tersebut dengan cara meminta bantuan pada Belanda sehingga terpecahlah perang saudara dan Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap kemudian di penjara di Batavia sampai ia wafat pada tahun 1691 M. 6) Sultan Haji Sejarah Kerajaan BantenSultan Haji diberikan wewenang untuk mengatur urusan dalam negeri di Surosowan sedangkan untuk wilayah luar Surosowan masih di pegang oleh Sultan Ageng dan anaknya yakni Pangeran Purbaya. Pindahnya Sultan Ageng Tirtayasa lalu dimanfaatkan oleh Belanda dengan mendekati mendekati Sultan Haji agar bisa dihasut dan Belanda berhasil sampai selalu di undang dalam setiap upacara. Hubungan Belanda dan Sultan Haji yang semakin erat membuat Belanda berhasil merubah tingkah laku dari Sultan Haji seperti cara makan, cara berpakaian dan berbagai berbagai hal lainnya sehingga gaya hidup Sultan Haji lebih kebarat-baratan baratan dibandingkan memakai budaya bangsanya sendiri. Sultan Ageng yang prihatin lalu meminta guru spiritual bernama Syekh Yusuf agar bisa memerintahkan Sulan Haji untuk pergi ke Mekkah dan Sultan Sultan Ageng berharap supaya anaknya bisa berubah dan dewasa dalam memerintah Kerajaan Banten. Pada tahun 1674, Sultan menunaikan ibadah haji dengan rombongan dan selama Sultan pergi, kekuasaan dipegang sementara oleh adiknya yakni Pangeran Purbaya dan Sult Sultan pergi ke Mekkah selama 2 tahun sehingga ia dikenal dengan nama Sultan Haji tersebut. Namun ternyata sifatnya tidak berubah justru lebih mudah dipengaruhi Belanda sehingga akhirnya timbul konflik antara Sultan Ageng dengan Sultan Haji. Dalam perpecahan iini, VOC mendukung Sultan Haji dengan memberikan beberapa persyaratan yakni Banten harus menyerahkan Cirebon untuk VOC, monopoli lada di Banten dikuasai VOC dan Persia, India serta Cian harus disingkirkan sebab merupakan saingan dari VOC, Banten juga diharu diharuskan membayar 600.000 ringgit jika ingkar dengan janji dan pasukan Banten yang menguasai pantai serta pedalaman Priyangan juga harus ditarik. Perjanjian ini disetujui Sultan Haji dan dengan bantuan VOC, Sultan Haji menyerang Keraton Tirtayasa dan sebagai rasa rasa terima kasih, Sultan Haji memberikan ucapan selamat pada pergantian Gubernur Jenderal Belanda yang membuat hati Sultan Ageng Tirtayasa sangat sakit. Pada 27 Februari 1682, Sultan Ageng lalu memberikan perintah untuk menyerang Surosowan yakni dengan membakar mem kampung-kampung kampung dekat Keraton Surosowan sehingga membuat belanda yang tinggal disitu menjadi gentar. Kerajaan Maritim di Nusantara

48

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Sosial Ekonomi Pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyang siksakanda ng karesian yang menceritakan adanya istilah istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatannya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap. Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16.000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40.000 ribu hektare sawah baru dan ribuan hektare perkebunan kelapa kelapa ditanam. 30 000 000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunan tebu, yang didatangkan saudagar Tiongkok pada tahun 1620-an, 1620 an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan signifik (Atsushi Atsushi Ota,2006) Ota,2006). Tak dapat dimungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut (Claude Claude Guillot Guillot,1994:89). Relasi bisnis dan persahabatan Banten menjangkau kerajaankerajaan-kerajaan besar di Nusantara seperti Cirebon, Lampung, Goa, Ternate dan Aceh. Disamping itu, hubungan dagang dengan dunia internasional juga disambungkan, seperti dengan Persia (Iran), Hindusatan, usatan, Arab, Inggris, Prancis, Denmark, Jepang, Pegu (Myanmar), Filipina, Cina dan sebagainya. keunggulan Banten dari segi perdagangan tidak hanya tercatat dalam harian Belanda (dagregisters), tetapi ditemukan dalam pecahan keramik dan benda lainnya yang berasal dari Cina, Jepang maupun Eropa. Penguasaan Malaka oleh orang Portugis, Banten semakin mudah dalam pelayaran dan perdagangan internaszonal yang melalui Selat Sunda. Banten tidak hanya berfungsi sebagai pusat politik,. perekonomian dan perdagangan, tetapi juga pusat keagamaan dan kebudayaan. Pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin (m.1552 -1570) 1570) daserah Lampung masuk ke dalam kekuasaan Kesultanan Banten. Demikian pula Jayakarta-semula Jayakarta semula bernama Kalapa, sejak tahun 1527 berada di tangan Fadhillah Khan menjadi bagian dari Kesultanan Banten. Ketika Jayakarta berada di bawah pemerintahan Tubagus Angke, hubungan semakin dipererat dengan pernikahan antara Ratu Pembayun, putri Maulana Hasanuddin dan Tubagus Kerajaan Maritim di Nusantara

49

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara Angke. Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf (m.1570-1580) (m.1570 1580) Kesultanan Banten mengalami kemajuan dalam bidang pembangunan kota dan desa serta persawahan perladangan. Semasa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (16511682), Kesultanan Banten mengalami masa kejayaan. Di bawah pemerintahannya, Banten memiliki armada yang menakjubkan. Di samping itu, Banten sanggup menggaji para pekerja dari Eropa. Mengamankan jalur pelayaran. Mengirimkan armada lautnya ke Sukadana (Kerajaan Tanjungpura), serta menaklukkannya pada tahun 1661. Pada masa itu, Banten berusaha untuk keluar dari tekanan VOC yang sebelumnya memblokade kapal-kapal kapal kapal dagang ke arah Banten (Achmad,2017:227). Kerajaan Banten dibawah Sultan Ageng Tirtayasa (1651 (1651-1676) melakukan perombakan besar di bidang politik, sosio-budaya sosio budaya dan ekonomi. Ia sosok yang visioner er dalam pembangunan kerajaan. Keuntungan kerajaan digunakan untuk membangun keraton di Tirtayasa, membuat jalan dari Pontang ke Tirtayasa-bahkan Tirtayasa bahkan membuat persawahan di sepanjang jalan tersebut serta membangun pemukiman di sebelah utara Untung Jawa (Abdullah dkk,2011:43). Kebudayaan Selama 3 abad masa Banten berkuasa, Kerajaan ini meninggalkan beberapa peninggalan kerajaan di Pulau Jawa yang sebagian masih berdiri kokoh hingga sekarang dan sebagian lagi tinggal berupa reruntuhannya saja. 1) Masjid Agung Banten Sejarah Kerajaan BantenMasjid Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten sebagai kerajaan Islam Indonesia yang berada di Desa Banten

Lama,

Kecamatan

Kasemen dan masih

berdiri

sampai sekarang. Masjid ini di bangun tahun 1652 pada masa pemerintahan

putra

pertama

Sunan Gunung Jati yakni Sultan Maulana

Hasanuddin

dan

menjadi salah satu 10 masjid tertua di Indonesia yang masih

Kerajaan Maritim di Nusantara

50

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara berdiri sampai sekarang. Masjid ini mempunyai menara yang terlihat seperti mercusuar dan bagian atapnya seperti pagoda China, sedangkan sedangkan pada bagian kiri dan kanan masjid ada serambi serta kompleks pemakaman Sultan Banten dan juga keluarganya. Seni budaya bisa dilihat dari bangunan masjid Agung Banten [Tumpang Lima] dan juga beberapa bangunan gapura yang ada di Kaibon Banteng. Selain Selain itu, istana yang di bangun Jan Lukas Cardeel seseorang berkebangsaan Belanda yang merupakan pelarian dari Batavia dan memeluk agam Islam. Istana ini terlihat seperti istana Eropa dan situs peninggalan lainnya juga tersebar di beberapa kota lain seperti S Serang, Tangerang, Pandeglang dan juga Cilegon. 2) Istana Keraton Kaibon Istana Keraton Kaibon juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Banten yang dulu dipakai sebagai tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah, ibu Sultan Syaifudin. Bangunan ini sekarang sudah runtuh hancur dan hanya meninggalkan reruntuhan karena bentrokan yang sempat terjadi dari Kerajaan Banten dengan Belanda tahun 1832. 3) Istana Keraton Surosowan Istana Keraton Kaibon ju merupakan peninggalan dari Kerjaan Banten yang merupakan tempat tinggal dari Sultan Sultan Banten dan juga pusat pemerintahan. Istana yang dibangun pada tahun 1552 ini juga sudah hancur dan tertinggal reruntuhannya saja serta sebuah kolam pemandian untuk putri kerajaan. 4) Benteng Speelwijk Benteng Speelwijk merupakan poros pertahanan maritim pada pada jama kerajaan yang memiliki tinggi 3 meter dan di bangun pada tahun 1585. Benteng ini berguna untuk pertahanan dari serangan laut dan juga sebagai tempat mengawasi aktivitas pelayaran di sekitar Selat Sunda. Pada benteng ini terdapat mercusuar dan beberapa beberapa meriam di bagian dalam serta terowongan yang menghubungkan benteng dengan Istana Keraton Surosowan. 5) Danau Tasikardi Danau yang merupakan danau buatan ini terletak di sekitar Istana Keraton Kaibon yang dibuat pada tahun 1570 sampai dengan 1580 masa pemerintahan pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Danau ini memiliki lapisan ubin serta batu bata dengan luas 5 hektar namun sekarang ini semakin menyusut sebab tertimbun tanah sedimen di sekitar pinggir danau yang terbawa dari air hujan serta sungai di sekitar danau. Danau ini berguna sebagai sumber air utama keluarga kerajaan di Istana Keraton Kaibon dan juga sebagai saluran air irigasi sawah di sekitar Banten.

Kerajaan Maritim di Nusantara

51

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara 6) Vihara Avalokitesvara Kerajaan Banten memang merupakan kerajaan Islam, akan tetapi toleransi beragamnya sangat tinggi inggi sehingga Vihara tempat beribadah umat Budha ini juga bisa didirikan. Vihara ini masih berdiri sampai sekarang dengan utuh yang pada dinding vihara terdapat relief tentang legenda siluman ular putih. 7) Meriam Ki Amuk Dalam Benteng Speelwijk ada beberapa bua meriam dan meriam yang memiliki ukuran terbesar dinamakan dengan meriam ki amuk sebab meriam ini bisa menembak dengan jauh dan daya ledaknya juga besar. Meriam ini merupakan rampasan dari pemerintah Belanda saat perang. Baca Artikel terkait lainnya Sejarah Sejarah Candi Cetho, Candi Peninggalan Budha, dan Candi Peninggalan Agama Hindu.

Kerajaan Maritim di Nusantara

52

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

DAFTAR PUSTAKA Abdullah,T.2011. Indonesia Dalam Arus Sejarah 5. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeven Daliman A. 2012.Islamisasi sasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Kerajaan kerajaan Islam di Indonesia.Yogyakarta : Ombak . Achmad,S.W.2011. Sejarah Islam di Tanah Jawa : Mulai dari masuk hingga Perkembangannya.Yogyakarta: .Yogyakarta: Araska Graaf,D.H. 1985. Kerajaan-Kerajaan Kerajaan Islam di Jawa:Peralihan dari Majapahit ke Mataram.Jakarta .Jakarta : Pustaka Grafiti Tjandrasasmita, Uka.2000.Pertumbuhan Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Kota Kota Muslim di Indonesia dari Abad XIII sampai XVIII Masehi.Kudus: Masehi.Kudus: Penerbit Menara Kudus, Tjandrasasmita, Uka.2011.Indonesia Indonesia dalam Arus Sejarah : Kedatangan dan peradaban Islam. . Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeven Yatim, Badri.2006.Sejarah Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada Yatim Badri.2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyyah II.Jakarta II.Jakarta : PT Raja Grafindo Zainuddin, H.M.1961.Tarich Tarich Atjeh dan Nusantara.Medan: Nusantara Pustaka Iskandar Muda, Harun, Yahya.1985.Kerajaan Kerajaan Islam di Nusantara Abad XVI Sampai XVII.Yogyakarta: XVII Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera

Kerajaan Maritim di Nusantara

53

Sejarah Perminatan Kerajaan Maritim di Nusantara

Kerajaan Maritim di Nusantara

54