Data Loading...
Kerajaan Maritim Flipbook PDF
Kerajaan Maritim
138 Views
110 Downloads
FLIP PDF 5.01MB
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
Kerajaan Maritim di Nusantara
1
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
DAFTAR ISI Kerajaan Maritim Hindu-Buddha Buddha ................................................................ .......................................................... 3 Kerajaan Sriwijaya ................................................................................................ ................................ ............................................. 4 Kerajaan Majapahit ................................................................................................ ................................ .......................................... 13 Kerajaan Maritim Islam ................................................................................................ ................................ ....................................... 27 Kerajaan Samudra Pasai ................................................................................................ .................................. 28 Kesultanan Aceh ................................................................................................ ................................ .............................................. 37 Kesultanan Demak ................................................................................................ ................................ ........................................... 45 Kesultanan Banten ................................................................................................ ................................ ........................................... 54 Daftar Pustaka............................................................................ .....................................................................................................................53 .........................................53
Kerajaan Maritim di Nusantara
2
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
KERAJAAN MARITIM Kerajaan Maritim Hindu-Buddha Hindu
Kerajaan Maritim di Nusantara
3
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
Kerajaan Maritim Hindu Buddha
Kerajaan Sriwijaya
“
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak maritim, sebuah kerajaan besar yang berkuasa di laut atau biasanya disebut sebagai kerajaan maritim pertama dan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Kekuasaan Maritim Sriwijaya memiliki peran penting terhadap pelayaran dan perdagangan di Indonesia (Yadi, 2016: 6).
S
riwijaya sebagai kerajaan maritim pertama di Nusantara yang kekuasaanya melebihi wilayah laut Nusantara sekarang bahkan mencapai seluruh wilayah laut
Asia Tenggara hingga ke Madagaskar (Robert, 2008: 104). Kekuasaan maritim Sriwijaya yang sangat luas memudahkan hubungan antar antar bangsa dalam kegiatan perdagangan dengan bangsa lain di Nusantara termasuk dengan para pedagang muslim. Pada Awalnya nama kerajaan Sriwijaya sendiri tidak dikenal atau belum dikenal sepopuler kerajaan-kerajaan kerajaan besar lainnya seperti kerajaan Majapahit. Nama Sriwijaya sendiri selanjutnya menjadi perdebatan oleh para kalangan peneliti sejarah, seperti yang diungkapkan oleh H. Kern, ia menyatakan bahwa kata Sriwijaya yang tertulis di Prasasti Kota Kapur bukan nama sebuah kerajaan melainkan nama seorang raja raja (Coedes, 1989: 5). Menurut G. Coedes dalam tulisannya yang fenomenal berjudul “Le Royaume de Crivijaya” (Kerajaan Sriwijaya), yang menyatakan bahwa kata Sriwijaya yang ada dalam Prasasti Kota Kapur adalah nama sebuah kerajaan yang terletak di wilayah Sumatera Sum bagian Selatan. Kata Sriwijaya dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kota Kapur dari pulau Bangka. Berdasarkan telaah prasasti tersebut H. Kern pada tahun 1913, mengidentifikasikan kata Sriwijaya adalah nama seorang raja. Namun pada tahun 1918, G. Coedes dengan menggunakan sumber-sumber sumber prasasti dan berita Cina berhasil menjelaskan bahwa kata Sriwijaya yang terdapat di dalam prasasti Kota Kapur adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan, dengan pusatnya di Palembang. Kerajaan ini di dalam beri berita Cina dikenal dengan sebutan She-li-fo-she, she, menurut G. Coedes bahwa nama Shi-li-foShi -she adalah sebuah kerajaan di Pantai Timur Sumatera Selatan, di tepi Sungai Musi, dekat Palembang, juga pernah dikemukakan oleh Samuel Beal (1884) hanya disaat itu orang belum belum mengenal nama Sriwijaya (Djoened, 1990: 53). Kerajaan Maritim di Nusantara
4
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di tepi sungai atau perairan, ini memunculkan alasan yang kuat bahwasannya Kerajaan Sriwijaya memang memiliki kemampuan dan penguasaan wilayah di laut (maritim) yang sangat luas dengan ditopang kekuatan tentara maritim yang besar bes (Boechari, 1993: 1-3).
Perdagangan dan pelayaran Nusantara masa kuno khususnya tentang bagian Barat kepulauan Indonesia, merupakan fokus dari salah satu penelitian Wolters (Wolters, 2011: 1). Ia telah mengumpulkan data mengenai pola dan sifat perdagangan yang merupakan latar belakang dari munculnya kekuasaan maritim kerajaan Sriwijaya pada abad ke ke-7 Masehi, di mana sesuai yang tercantum informasi pada isi Prasasti Kedukan Bukit (ditemukan di Palembang) lembang) yang tertanggal pada tahun 682 Masehi (Wolters, 2011: 34). Sebagai akibat perdagangan dan pelayaran ini sejumlah pelabuhan telah tumbuh disepanjang jalan maritim yang terbentang Barat ke Timur. Jalan lintas Barat ke Timur, pulang – pergi dalam sejarah arah perkembangan navigasi merupakan arah yang lebih dahulu dikenal dari pada arah Utara sampai Selatan, khususnya apabila pelayaran harus dilakukan di laut bebas yang jauh dari daratan, sehingga pengetahuan astronomi merupakan satu satu-satunya cara untuk menentukan ntukan lokasi kapal di tengah laut (Styawati, 1978: 96). Dengan demikian dapat dipahami bahwa jalur dagang antara Asia Tenggara dan India serta daerah daerah-daerah lain yang terletak di sebelah Barat lebih dahulu dikenal dari pada jalan yang menuju ke Utara (Cina). Perkembangan kekuasaan Sriwijaya semakin lama semakin luas sehingga kekuasaanya mencapai wilayah-wilayah wilayah wilayah jalur pelayaran dan perdagangan terutama wilayah yang dianggap sangat strategis bagi jalur pelayaran pedagang asing seperti Selat Bangka, Selat Malaka aka danjalur pelayaran disepanjang pesisir pantai Timur Sumatera (Styawati, 1978: 90). Dengan kondisi yang demikian, Sriwijaya memiliki peranan yang sangat penting bagi pelayaran perdagangan pada masa itu.
Kerajaan Maritim di Nusantara
5
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Sistem Pemerintahan Sriwijaya adalah Kerajaan yang yang berbentuk kedatuan (Kelompok datu) dan didalam kedatuan dan di dalam kedatuan itu terdapat suatu sistem birokrasi. Selain lain itu, mungkin . kerajaan inii dibagi menjadi sejumlah mandala (semacam propinsi) yang masing masing-masing dipen’ntah oleh seorang datu. Pada Pada sebuah kota yang telah matang, seperti Kota Sriwijaya, tentunya tinggal kelas” kelas penguasa atau para bitokrat kedatuan Ninie Susanti, arkeolog Universitas Indonesia, sepakat bahwa Sriwijaya tak pernah menyebut dirinya kerajaan, tetapi kadatuan yang berasal erasal dari kata datu artinya orang yang dituakan. Menurut ahli epigrafi, Boechari, secara harfiah, kadatuan yang sepadan dengan karatwan (Jawa Kuno) berarti tempat datu, yaitu puri, istana, atau keraton (Putri,2019). Pada struktur bitokrasi kedatuan ini telah tampak napas kemaritiman Sriwijaya Sriwijaya, Mengenai kata ”datu" (datu), (datu Coedes
misalnya jabatan kapten bahan (pahavam).
menginterpretasikan
sebagai
Pada saat telaah ini data yang dipakai sebagai
kedatuan
acuan adalah Prasasti Telaga Batu dan situs situs-
”gubernur
propinsi
dan
sebagai ”kantor dan' datu”.1nterpretasi
situs arkeologis yang sezaman
Coedes ini dapat diterima oleh de
merupakan
Casparis,
(Utomo,2011:83).
sebab
kedatuan
kerajaan sebagai keseluruhan.
adalah
daerah
lungguh Kadatu Kadatuan
yang diduga para.datu Sriwijaya
dikelilingi oleh kawasan yang disebut vanua, terdiri dari beberapa desa beserta lahannya
(Vanua,2019).. Inilah zona pertanian, kerajinan, dan perdagangan yang padat penduduk. Kata vanua dijumpai dalam tiga prasasti yang menyebut "vanua Sriwijaya" Sriwijaya" (Prasasti Kedukan Bukit), biara “di vanua ini” (kepingan prasasti e), dan "smaryyada vanua ini" (Prasasti Sabokingking [SKK] atau Telaga Batu), secara berturut-turut.Seluruh berturut eluruh kawasan vanua beserta kadatuan, pasar, biara, taman, dan desa-desanya desa dianggap sebagai pusat urban Sriwijaya. Zona inilah yang kemungkinan besar dinamakan nagara atau pura di tempat tempat-tempat lain di Asia Tenggara. Kadatuan dan vanua itu dikelilingi pula oleh apa yang disebut dalam Prasasti SKK dengan samaryyāda. Ini merujuk pada desa-desa desa desa lokal yang ada di kawasan sekitar Sriwijaya. Menurut bukti epigrafis, kadatuan-kadatuan kadatuan kadatuan itu dipimpin para datu yang tinggal di desa-desa mereka sendiri. Seseorang yang menjadi datu harus berasal dari kalangan putra raja atau. bangsawan. Setelah bawah datu ada seorang pembesar yang bergelar parwanda yang bertugas sebagai ketua hulubalang dan bertanggung ggung jawab dalam hal ketentraman. ketent Pada tingkatan sosial dan pemerintahan ntahan terdapat empat kelas putra-putra putra raja (Utomo,2011:84)... Putra raja yang paling utama dikenal sebagai yuvaraja dan berperan sebagai putra mahkota atau raja muda. Kerajaan Maritim di Nusantara
6
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Tingkatan di bawahnya ialah pratIyuvaraja yang dapat naik ke tingkat di atasnya sebagai yuvaraja apabila yuvaraja berhalangan atau mangkat. Tingkatan berikutnya adalah rajakumara yang dapat menggantikan dua tingkat di atasnya. Namun, Dada tingkat yang keempat dengan gelar rajaputra tidak berhak menuntut takhta mahkota karena mereka adalah anak raja dari istri kedua atau selir. Pada organisasi sosial dan dan politik, tampak jelas bentuk dua tingkatan yang utama. Tingkatan pertama adalah tingkat datu yang di dalamnya terdapat kaum kerabat datu, putra, dan putn datu. Kedudukan status dalam tingkatan bergantung pada kedw seseorang dalam tingkatan itu. Tingkatan kedua terdiri dari berbagai golongan kedatuan senapati, nayaka, pratyaya, hajipratyaya, dan dandanayaka. Senapati adalah kepala hulubalang dan mungkin memiliki fungsi serta kekuasaan seperti seorang panglima perang. Nayaka adalah ketua bendahara yang bertugas ugas mengurusi Perbendahahraan kedatuan, haji pratyaya adalah tumenggung kedatuan, dan dandanéyaka adalah hakim.
Gambar Sistem pemerintahan Kadatuan Sriwijaya (Sumber : https://historia.id/kuno/articles/sistem-politik-yang-membuat-sriwijaya https://historia.id/kuno/articles/sistem sriwijaya-bertahanlebih-dari-lima-abad-Pzj1G)
Kehiduapan Sosial Sriwijaya terletak geografis yang strategis sehingga perkembangan perdagangan internasional di Sriwijaya sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakatnya berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan emampuan berkomunikasi masyarakat Sriwijaya. Kemungkinan bahasa Kerajaan Maritim di Nusantara
7
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa
Barat,
Bangka,
Jambi
dan
Semenanjung Malaysia.Perdagangan internasional
ini
juga
membuat
kecenderungan gan masyarakat menjadi terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya India. Budaya India yang masuk berupa penggunaan nama-nama nama khas India, adat istiadat, dan juga agama HinduHindu Buddha. I-tsing tsing menerangkan bahwa banyak pendeta yang datang ke ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab kitab suci agama Buddha. Guru besar yang sangat terkenal di massa itu adalah Sakyakirti yang mengarang buku Hastadandasastra. Penduduk Sriwijaya juga bersifat terbuka dalam menerima berbagai keb kebudayaan yang datang. Salah satunya adalah mengadopsi kebudayaan India, seperti nama nama-nama India, adat istiadat, serta tradisi dalam agama Hindu. Oleh karena itu, Sriwijaya pernah menjadi pusat pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara. Letak Kerajaan Sriwijaya ijaya yang sangat strategis berada di jalur lalu lintas perdagangan internasional juga telah mendorong masyarakat untuk berkembang maju dalam aspek perekonomiannya. Dari berbagai temuan prasasti dan peninggalan arkeologis, Sriwijaya sejak abad ke-7 telah menjadi enjadi wilayah yang cukup padat dan telah mengenal berbagai bidang keahlian. Berdasarkan sumber-sumber sumber keterangan dan bukti-bukti bukti yang didapatkan, diduga mata pencaharian masyarakat Sriwijaya pada sektor pelayaran, perniagaan, dan perdanganan. Sriwijaya pernah rnah menjadi pusat pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I Tsang yang mengatakan bahwa pada abad ke-8 ke 8 di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Buddha di bawah bimbingan pendeta Buddha terkenal Sakyakirti. ti. Di samping itu, pemuda-pemuda pemuda pemuda Sriwijaya juga mempelajaru agama Buddha dan ilmu lainnya di India seperti tertera dalam Prasasti Nalanda Sriwijaya menjadi pusat studi agama Budha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara. Raja Balaputradewa menjalin menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala dari India Raja Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajardan mahasiswa yang sedang belajar di Nalanda.
Kerajaan Maritim di Nusantara
8
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Sriwijaya
menjadi adi
salah
satu
pusat
pendidikan
di
Asia
Tenggara
(Sudrajat,2012:14).. Hal ini dibuktikan bahwa banyak mahasiswa asing yang juga belajar di Sriwijaya. Mahasiswa yang ingin belajar ke India, biasanya mampir ke Sriwijaya terlebih dahulu ahulu untuk belajar Bahasa Sanskerta. Para mahasiswa tersebut umumnya berasal dari Asia Timur.Bukti tentang cerita di atas adalah berita II-tsing, yang menyebutkan bahwa di Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar (mahasiswa) agamaa Budha. Salah seorang pendeta Budha yang terkenal adalah Sakyakirti. Buddha merupakan agama yang tidak mengenal kasta, sehingga dapat menyebar dengan merata tanpa memandang suatu kalangan atau pun kasta tertentu. Agama Buddha dipercaya menyebar ke seluruh luruh
dunia
lewat
perantara
dua
hal,
yaitu
Perdagangan
dan
Dharmaduta
(Saraswati,2006:19). Jadi Kerajaan Sriwijaya pada aspek sosialnya tidak mengenal Sistem Kasta karena menganut agama. Kehidupan Ekonomi Secara arkeologis, temuan-temuan temuan serpihan kapal yang ang ditemukan di sekitar Palembang dan perairan Bangka mengindikasikan pelayaran perdagangan sriwijaya pada abad ke-77 memang sangat ramai disetiap jalur pelayaran nusantara (Sholeh,2017). Pada dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagan perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkih, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya Sriwijaya sekaya raja rajaraja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar Tiongkok untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India (Sucipto,2009:28). Karena alasan itulah Sriwijaya Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi
dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya.
Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan Kerajaan Maritim di Nusantara
9
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M (Halimi,2008:121). Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-88 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yangg membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 13 masehi. Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan tarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz Abdul Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih Shih shih dengan rajanya Shih Shih-li-t-'o-pa-mo (Srii Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Tiongkok, berupa ts'engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab) (Natawidjaja,1985:28).Pada masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) hunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan mereka. Kebudayaan Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 ke 7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan an dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Kerajaan Maritim di Nusantara
10
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara. Meskipun disebut memiliki me kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatra. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak membangun monumen monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Candi candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatra antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari dari batu andesit, candi di Sumatra terbuat dari bata merah. Beberapa arca-arca arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, dan arca-arca arca arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor, Perakdan Chaiya,dan arca Maitreya dari Komering, Sumatra Selatan. Semua arca arca-arca ini menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam langga Syailendra Jawa (sekitar abad ke-88 sampai ke ke-9). Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatra dalam perjalanan perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya (Nana,2008). Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan Dharma dengan baik. Mereka menganalisis dan mempelajari semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual ritual ritual mereka tidaklah berbeda sama Kerajaan Maritim di Nusantara
11
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara sekali [dengan engan yang ada di India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya inaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.
”
Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang Menjel akhir abad ke-10, 10, Atiśa, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhāloka menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri Malayagiri di Suvarnadvipa (Coedes,1996). Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Ligor, Thailand (Collins,2005:9). Raja-raja raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-77 hingga abad ke-9, ke 9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.
Kerajaan Maritim di Nusantara
12
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
Kerajaan Maritim Hindu Buddha
Kerajaan Majapahit
“
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan (Ricklefs,1991:56). Kerajaan adalah
pada
kemampuannya
Majapahit
menyinergikan
tradisi
pelayaran-perniagaan perniagaan sungai dan tradisi agraris dengan potensi kemaritiman yang telah dikuasainya dikuasainya melalui tradisi kemaritiman Kediri (Suryo dan Darmanto, 2014:8).
M
ajapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, kenapa bisa dikatakan demikian, karena bila dilihat dari peninggalan Majapahit yang keseluruhanya berada di Jawa Timur
khususnya di Trowulan Mojokerto Majapahit.
Kota Trowulan
yang menjadi bukti kongkrit
yang sekarang
adanya kerajaan
ini bisa membuktikaan bahwa posisi
Trowulan sendiri sangatlah strategis yang dapat diakses baik melalui jalan darat maupun jalan air, dan letak Trowulan yang berada di daerah yang relatif datar dan dekat dengan pusat
kerajaan
terdahulu
seperti
Kediri,
Singhasari,
Jenggala,
dan
Panjalu sehingga sangat memungkinkan terjadinya kontak antara daerah daerah-daerah tersebut, baik untuk kepentingan perdagangan, sosial budaya, maupun politik. Dan kota ini letaknya tidak terlalu jauh dari kota pelabuhan seperti Surabaya, Gresik, Tuban, dan Pasuruan13. Kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1528 M14
ini,
mencapai
puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389 (Purwadi,2010:107). Majapahit menjadi imperium adidaya pada abad ke ke-13. M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (1991:19), misalnya, menyebut Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Sejarah Majapahit disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama diawali dengan pembukaan hutan Tarik oleh Raden Raden Wijaya yang terletak di Delta Sungai Brantas, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293 (Adrisijanti.2012:30). Sebelum berdirinya
Majapahit,
Singhasari
telah
menjadi
kerajaan
(Mukarom,2009:33). Hal ini menjadi perhatian perhatian Kubilai Khan, Kerajaan Maritim di Nusantara
paling kuat di Jawa penguasa
di Tiongkok 13
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara (Buswort,1998:170). Ia
mengirim
Kertanagara, penguasa kerajaan membayar
upeti
utusan
ke
Singhasari
Singhasari yang
yang
terakhir
menuntut menolak
upeti. untuk
dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya
dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. (Purwadi,2010:66). Sistem Pemerintahan Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa dan Kamboja. Hal itu terbukti sekitar tahun 1370 – 1381, Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Dinast Ming. Raja kerajaan Majapahit sebagai negarawan ulung juga sebagai politikus politikus-politikus yang handal. Hal ini dibuktikan oleh Raden Wiajaya, Hayam Wuruk, dan Maha Patih Gajahmada dalam usahanya mewujudkan kerajaan besar, tangguh dan berwibawa. Struktur pemerintahan erintahan di pusat pemerintahan Majapahit : 1) Raja 2) Yuaraja atau Kumaraja (Raja Muda) 3) Rakryan Mahamantri Katrini a) Mahamantri i-hino b) Mahamantri i –hulu hulu c) Mahamantri i-sirikan sirikan 4) Rakryan Mahamantri ri Pakirakiran a) Rakryan Mahapatih (Panglima/Hamangkubhumi) b) Rakryan Tumenggung enggung (panglima Kerajaan) c) Rakryan Demung (Pengatur Rumah Tangga Kerajaan) d) Rakryan Kemuruhan (Penghubung dan tugas-tugas tugas tugas protokoler) dan e) Rakryan Rangga (Pembantu Panglima) 5) Dharmadyaka yang diduduki oleh 2 orang, masing-masing masing masing dharmadyaka dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut Upapat. Pada masa hayam Wuruk ada 7 Upapati. Selain pejabat-pejabat pejabat yang telah disebutkan dibawah raja ada sejumlah raja daerah (paduka bharata) yang masing-masing masing memerintah suatu daerah. Disamping raja-raja raja raja daerah adapula pejabat-pejabat pejabat sipil maupun militer. Dari susunan pemerintahannya kita dapat melihat bahwa sistem pemerintahan dan kehidupan politik kerjaan Majapahit sudah sangat teratur.
Kerajaan Maritim di Nusantara
14
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara N Provinsi o 1 Kahuripan (atau Janggala, sekarang Surabaya) 2 Daha (bekas ibukota dari Kediri) 3 Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari) 4 Wengker (sekarang Ponorogo) 5 Matahun (sekarang Bojonegoro) 6 Wirabhumi (Blambangan) 7 Paguhan
Gelar
Penguasa
Hubungan dengan Raja ibu suri
Bhre Kahuripan
Tribhuwanatunggad ewi
Bhre Daha Bhre Tumapel
Rajadewi Maharajasa Kertawardhana
bibi sekaligus mertua ayah
Bhre Wengker
Wijayarajasa
Bhre Matahun
Rajasawardhana
Bhre Wirabhumi
Bhre Wirabhumi1
paman sekaligus ayah mertua suami dari Putri Lasem, sepupu raja anak
Bhre Paguhan
Singhawardhana
saudara laki laki-laki ipar
ibu
8 Kabalan Bhre Kabalan Kusumawardhani2 anak perempuan 9 Pawanuan Bhre Pawanuan Surawardhani keponakan perempuan 1 Lasem (kota pesisir di Bhre Lasem Rajasaduhita sepupu 0 Jawa Tengah) Indudewi 1 Pajang (sekarang Bhre Pajang Rajasaduhita Iswari saudara perempuan 1 Surakarta) 1 Mataram (sekarang Bhre Mataram Wikramawardhana2 keponakan laku laku-laki 2 Yogyakarta) Catatan: 1 Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja. 2 Kusumawardhani (putri raja) menikah menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta. Sumber : (Nastiti,2007)
Kerajaan Maritim di Nusantara
15
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Kehidupan Sosial
Berbagai unsur agama yang berbeda tersebut hidup dalam suatu kerajaan di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit it dan di bawah hukum negara (dharma)) dan hidup rukun dan damai dengan penuh toleransi antara umat berbagai agama. Dalam hal lain Raja Hayam Wuruk senantiasa mengadakan hubungan bertentangga dengan baik dengan kerajaan kerajaankerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa dan Kamboja. Ka Menurut Prasati Brumbung, rumbung, dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat kepada Rakyan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai nilai-nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh o sistem Kerajaan Majapahit apahit (Kaelan, 2014:22-24). Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan lapisan lapisan masyarakat yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalam literatur istana. Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha,, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit.Kerajaan Kerajaan Majapahit kebanyakan masyarakatnya menganut agama Hindu Sehingga masyarakatnya menganut Sistem Kasta. jenis kasta yang pernah ada di wilayah Majapahit antara lain (Budaya Jawa,2018) 18) : 1) Brahmana Kasta jenis ini adalah yang tertinggi di seluruh wilayah Majapahit. Di duduki oleh para rohaniawan yang umumnya juga sekaligus menjadi seorang budayawan. Mereka hidup di hutan, gunung, lembah, dan gua yang jauh dari keramaian dan hiruk pikuk perebutan akses dan penguasaan atas materi duniawi. Seluruh lapisan masyarakat yang ada dibawahnya sangat menghormati dan melindungi kaum rohaniawan ini (Brahmana, Resi, Mpu). Mereka inilah yang dianggap sebagai warga kelas satu alias golongan tertinggi ddan paling mulia, karena tugasnya membimbing semua orang (sebagai guru) pada kebenaran. Kerajaan Maritim di Nusantara
16
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara 2) Ksatria Setelah Brahmana, berikutnya ada golongan Ksatria yang menjadi abdi negara. Mereka ini adalah orang-orang orang yang tidak memiliki kekayaan pribadi, mereka mengabdi pada negara dan hidup dari negara (dalam arti dibiayai kebutuhan sandang, pangan dan papan). Termasuk dari golongan ini adalah raja dan keluarganya, para menteri dan pembesar kerajaan, para raja bawahan atau adipati, juga termasuk didalamnya adalah kalanga kalangan perwira tentara kerajaan. Mereka ini jika perang dan berhasil membawa harta pampasan perang, kekayaan itu bukan untuk dimiliki sendiri tapi untuk diserahkan kepada negara. Dan jika ada ksatria yang diketahui memiliki rumah pribadi yang megah, maka dia ak akan disebut ksatria panten, yaitu ksatria yang harus dihindari atau dikucilkan. Masyarakat tidak boleh melayani orang seperti itu, dan negara harus bersih dari orang yang mempunyai pamrih pribadi. 3) Waisya Golongan ketiga ini merupakan kaum petani, seniman, tukang tukang bangunan/arsitek, dan nelayan. Kaum ini lebih rendah dibandingkan dua golongan di atas, sebab kaum ini dianggap sudah punya keterikatan pada materi keduniawian. Alasannya karena mereka sudah punya rumah, punya tanah dan pekarangan, punya sawah ladang atau kapal layar, punya ternak, atau dengan kata lain ada kepemilikan pribadi atas aset kekayaan yang notabene adalah manifestasi dari hasrat keduniawian. Meskipun demikian merekalah yang menjamin ketersediaan pangan dan kebutuhan hidup lainnya bagi seluruh seluruh warga. Untuk itulah, mereka tetap menjadi kelas yang cukup terhormat. 4) Sudra Dibawah golongan Waisya ada kaum Sudra, yaitu para saudagar, rentenir, para tuan tanah, atau mereka yang memiliki kekayaan berlebihan. Mereka ini tidak boleh berbicara tentang agama. gama. Mereka tidak boleh membahas kitab suci. Menurut pandangan yang berlaku pada waktu itu, maka menumpuk kekayaan adalah manifestasi nafsu atau hasrat keinginan duniawi. Dan golongan Sudra ini dilarang berbicara tentang agama, sebab mental dagang dan mencari cari keuntungan mereka itu akan merusak agama, karena mereka ini akan menjual ayat ayatayat agama demi keuntungan pribadinya. Sebenarnya ebenarnya ajaran Islam sudah masuk ke wilayah Nusantara, khususnya di pulau Jawa sejak abad ke-77 atau 8 Masehi, tapi agama ini tidak bisa berkembang. Salah satu alasannya adalah pada waktu itu, pada masa awal kedatangannya, yang menyebarkan agama Islam adalah para saudagar. Pada mata penduduk pribumi, saat itu profesi berdagang tidak cukup dipandang sebagai pekerjaan yang baik. Karena itulah itulah agama Islam baru berkembang pesat dan bisa diterima secara luas oleh penduduk Nusantara pada abad ke ke-14, ketika yang Kerajaan Maritim di Nusantara
17
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara datang menyebarkannya adalah para tokoh intelektual dan ulama yang punya wawasan luas dalam ilmu dan budaya, suci dari hasrat keinginan keinginan duniawi, yang tinggi tingkat spiritualnya, yang mereka ini kemudian dikenal sebagai para para Wali, termasuklah Wali Songo. Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut sebagai pancama (warna kelima), yaitu: a. Candala merupakan anak an dari perkawinan campuran antara laki-laki laki (golongan sudra) dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana, waisya, dan waisya). Sehingga sang anak mempunyai status yang lebih rendah dari ayahnya. b. Mleccha adalah semua bangsa di luar Arya tanpa memandang memandang bahasa dan warna kulit, yaitu para pedagang-pedagang pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak menganut agama Hindu. c. Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya adalah para penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan melakukan tatayi, maka raja dapat menjatuhi hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar rumah orang, meracuni sesama, mananung, mengamuk, merusak, dan memfitnah kehormatan perempuan. Pada aspek kedudukan dalam masyarakat Majapahit, wanita memp mempunyai status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. Dalam undang-undang undan undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakap-cakap bercakap cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita. Kehidupan Ekonomi Majapahit
merupakan
negara
agraris
dan
sekaligus sekaligus
negara
perdagangan
(Ricklefs,1991:56). Kerajaan Majapahit adalah pada kemampuannya menyinergikan tradisi pelayaran-perniagaan perniagaan sungai dan tradisi agraris dengan potensi kemaritiman yang telah dikuasainya melalui lui tradisi kemaritiman Kediri (Suryo (Suryo dan Darmanto Darmanto, 2014:8). Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 ke 8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman Kerajaan Maritim di Nusantara
18
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari sehari di pasar Majapahit. Perann ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal (Millet,2003:107). ( ,2003:107). Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 meny menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan pekerjaan pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-Yuan, Ta Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, ak, timah putih, timah hitam, dan tembaga (Poesponegoro (Poesponegoro & Notosusanto (1990 : 434-435).. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan asan emas, perak, dan permata. Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infra infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan pelabuhan pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah rempah rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit (Millet,2003:107). Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, S Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen semi permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri Kerajaan Maritim di Nusantara
19
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa. Kebudayaan Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah wilayah wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas (Millet,2003). (Millet keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun.
Agama
Buddha,
Siwa,
dan
Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, m, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau
abdi
istana
muslim
saat
itu
(Ricklefs,1991:19). Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya (Schoppert,1997:33). ( hoppert,1997:33). Cand Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar, gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali. Pada bisang sastra, majapahit mempunyai karya Sastra : Hasil sastra zaman Majapa Majapahit dapat kita bedakan menjadi :
Kerajaan Maritim di Nusantara
20
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Sastra Zaman Majapahit Awal 1) Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca 2) Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular 3) Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular 4) Kitab Kunjarakarna 5) Kitab Parhayajna Sastra Zaman Majapahit Akhir 1) Hasil sastra zaman Majapahit akhir ditulis dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan yang ditulis dalam bentuk gancaran (prosa). rosa). Hasil sastra terpenting antara lain : 2) Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja raja raja Singasari dan Majapahit 3) Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa Bubat 4) Kitab Sarandaka, isinya tentang pemberontakan sora 5) Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan pemberont Ranggalawe 6) Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja 7) Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan penumpasan raja raksasa bernama Maya aya Denawa 8) Kitab Usana Bali, isinya tentanng kekacauan di Pulau Bali.
Pengaruh Kerajaan Maritim Hindu-Buddha Hindu Buddha di Indonesia 1. Wilayah Nusantara Wilayah Indonesia saat ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh kehadiran kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, Buddha, yaitu Singasari, Sriwijaya, dan Majapahit. Pada masa Sriwijaya, wilayah kekuasaannya meliputi daerah Malayu di sekitar Jambi, daerah yang saat ini menjadi enjadi Pulau Bangka, daerah Lampung Selatan, serta usaha Sriwijaya untuk menaklukan Pulau Jawa. Peradaban Majapahit yang lebih maju dalam perniagaan dan seni serta wilayah kekuasaan yang luas, mengantarkannya menjadi salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Asia Tenggara. Kerajaan maritim Hindu-Buddha Hindu Buddha memiliki pengaruh yang luas karena tidak terbatas hanya di daratan saja, sehingga dapat melakukan penjelajahan mengarungi lautan untuk menyebarluaskan pengaruh di bidang politik, ekonomi, dan budaya.Pada akhirnya, wilayah-wilayah wilayah wilayah kerajaan yang terbentuk pada masa itu Kerajaan Maritim di Nusantara
21
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara membentuk wawasan tentang wilayah Nusantara yang sebagian besar menjadi negara Indonesia.
2. Bidang Arsitektur Salah satu pengaruh yang masih bertahan hingga saat ini adalah arsitektur pada bangunan gunan di masa lalu yang banyak digunakan oleh bangunan masa kini. Beberapa bagian bangunan yang terpengaruh adalah pembagian bangunan dan halaman, atap bangunan, dan gapura. Pertama adalah bagian bangunan. Candi terdiri dari tiga bagian utama yaitu bhurlo bhurloka (dunia manusia), bhuvarloka (dunia orang-orang orang orang yang tersucikan), dan svarloka (dunia para dewa). Konsep ini kemudian diadaptasi dan saat ini dapat kamu lihat pada rumah rumah-rumah tradisional Bali. Biasanya rumah tradisional Bali memiliki halaman yang luas ddan dibagi ke dalam tiga bagian tersebut. Bangunan rumahnya terdiri dari bagian utama (bagian atas bangunan), madya (badan bangunan), dan nista (kaki bangunan). Selain itu, pembagian tersebut juga dapat dilihat pada halaman rumah yang dibagi menjadi tiga, yyaitu jaba (halaman depan), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (halaman belakang/dalam).
Pembagian
bagian-bagian bagian
rumah
pada
rumah
tradisional
Bali.
(Sumber:
clipartxtras.com). Kerajaan Maritim di Nusantara
22
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara 3. Teknologi Perkapalan Teknologi perkapalan semakin maju sejak masa Hindu-Buddha Hindu uddha khususnya Sriwijaya. Ciri khasnya antara lain adalah badan (lambung) kapal berbentuk seperti huruf V.
Macam-macam macam bagian lambung kapal. Bentuk pertama (atas) adalah bentuk lambung kapal V. (Sumber: maratimeworld.web.id). Ciri khas lainnya adalah bentuk haluan dan buritan yang simetris, tidak ada sekat sekatsekat kedap air di bagian lambungnya, tidak menggunakan paku besi dalam pembuatannya, serta kemudi berganda di kiri dan kanan buritan. Biasanya, kapal-kapal kapal kapal ini dibuat dengan teknik menyambung satu papan apan dengan papan lainnya, kemudian mengikatnya dengan tali ijuk.
Kerajaan Maritim di Nusantara
23
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara 4. Bahasa dan Sistem Aksara Pada datangnya
masa pengaruh
Hindu---Buddha
maka
dipergunakan bahasa dari India,
terutama
bahasa
Sanskerta dan Pali. Pada masa awal Hindu Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dari India, Bahasa Sanskerta hanya
digunakan
oleh
kaum pendeta. Walaupun demikian, tidak
berarti
bahwa bahasa Nusantara menjadi
tersisih
dan
punah. Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Melayu Kuno tetap dipakai, bahkan bahkan nantinya diperkaya dengan istilah istilah-istilah dari bahasa Sanskerta. Dalam bidang aksara, penduduk Nusantara mulai melek aksara dengan dikenalnya
aksara
Pallawa
dan
Nagari
(atau
disebut
juga
Siddham).
Dalam
perkembangannya, para empu Nusantara menciptakan aksara baru yang disebut aksara Kawi (ada juga yang menyebutnya aksara Jawa Kuno). Bahasa lain yang digunakan oleh masyarakat pada masa itu adalah Bahasa Pali. Pada akhirnya, Sanskerta-lah lah yang banyak memengaruhi Bahasa Indonesia. Berikut beberapa kata yangg telah diserap atau sering digunakan dalam Bahasa Indonesia: a. durhaka dari kata drohaka. b. Bahagia dari kata bhagya. c. Manusia dari kata manusya. d. Tirta berarti air. e. Eka, dwi, tri berarti satu, dua, tiga.
5. Bidang Pemerintahan Sebelum unsur kebudayaan dan agama hindu-buddha buddha masuk, masyarakat dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih oleh anggota masyarakat. Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui tentang adat istiadat dan upacara pemujaan roh Kerajaan Maritim di Nusantara
24
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara nenek moyangnya dengan baik. Ia juga di anggap anggap sebagai wakil nenek moyangnya. Ia harus dapat melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya. Karena itulah larangan dan perintahnya dipatuhi oleh warganya. Setelah masuknya unsur kebudayaan dan agama hindu-buddha hindu buddha terjadi perubahan. Kedudukan kepala suku diganti oleh raja seperti halnya di india. Raja memiliki kekuasaan yang sangat besar. Kedudukan raja tidak lagi dipilih oleh rakyatnya, tetapi akan diturunkan secara turun temurun. Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan dianggap sebagai puncak dari segala hal dalam negaranya. 6. Bidang Sosial Pengaruh hindu-buddha buddha dalam bidang social ditandai dengan munculnya perbedaan yang tegas antara kelompok masyarakat. Dalam masyarakat hindu, perbedaan ini disebut dengan system kasta. System ini dibedakan masyarakat berdasarkan fungsinya. Golongan brahmana (pendeta) menduduki golongan pertama. Ksatria (bangsawan, prajurid) menduduki kedudukan ke dua. Waisya ( pedagang dan petani) menduduki golongan ketiga, sedangkan sudra ( rakyat biasa ) menduduki golongan terendah atau ke empat. Adanya pembagian masyarakat berdasarkan kasta berdampak pada perbedaan hak-hak hak hak antara golongan golongan-golongan kasta yang berlainan, terutama dalam hal pewarisan harta, pemberian sanksi dan kedudukan dalam pemerintah. 7. Sistem pendidikan Sriwijaya merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang telah menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan, khususnya ialah pendidikan Buddha. Aktifitas pendidikan ini diadakan melalui kerjasama antara kerajaan-kerajaan kerajaan kerajaan di india. Hubungan bilateral dalam bidang ang pendidikan ini dibuktikan dengan melalui prasasti nalanda dan catatan II-Tsing. Pada mas berikutnya, hamper disetiap kerajaan terdapat asrama asrama-asrama sebagai tempat untuk belajar ilmu keagamaan. Asrama ini biasanya tterletak disekitar komplek canti. Selain in belajar ilmu agama, para calon rahib dan juga biksu belajar pula filsafat, ketatanegaraan, dan kebatinan. Bahkan istilah guru yang digunakan oleh maysarakat Indonesia sekarang berasal dari bahaa sansekerta, yang artinya kaum cendikia. 8. Kehidupan Ekonomi Pada masa Hindu-Budha Budha kegiatan perdagangan di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu perdagangan maritim dan agraris. Pada masa lalu di era kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Indonesia adalah negara besar yang disegani di kawasan Asia, bahkan mungkinn di seluruh dunia. Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 1030 M) telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan jalur pelayaran dan Kerajaan Maritim di Nusantara
25
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara jalur perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah wilayah wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan gkalan kekuatan lautnya. Sayang, Sriwijaya hanya negara maritim tidak sekaligus sebagai agraris, maka ia tak bertahan lama. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa kota pelabuhan harus ditopang oleh hasil pertanian yang menjadi komoditas unggulan dari wilayah pedalaman. Ketangguhan agraria dan maritim adalah pilar-pilar pilar pilar utama untuk kejayaan Nusantara. Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293 (12931478). Pada masa Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara negara-negara asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China. Perdagangan maritim dilakukan oleh kerajaan yang berada di pesisir seperti Kerajaan Sriwijaya. ya. Perdagangan agraris biasa dilakukan kerajaan yang berada di pedalaman seperti Kerajaan Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Kuno, Kediri, dan Singasari. Kerajaan agraris sangat bergantung pada sungai besar sebagai alat transportasi. Sungai Mahakam, Candrabaga, ndrabaga, Bengawan Solo, dan Brantas merupakan sungai-sungai sungai sungai utama di wilayah Kepulauan Indonesia yang berperan penting dalam kegiatan perdagangan agraris. Awalnya, pedagang- pedagang dari India yang singgah di Indonesia membawa barang-barang seperti berbagai gai jenis rempah-rempah, rempah rempah, seperti lada dan cengkih, serta hasil hasilhasil kerajinan dan berbagai jenis binatang khas yang unik. ke Cina. Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional, hubungan dagang antara Indonesia –India – Cina pun berkembang disebutkan kan bahwa pada abad ke-5 ke 5 Masehi, bangsa Indonesia telah mampu turut serta dalam perdagangan maritim internasional Asia.Tenaga kerja, Tenaga kerja berasal dari rakyat. Dalam hal ini, rakyat merupakan abdinya yang harus menaati semua perintahnya. Hal ini dikarenakan arenakan pada masa itu, kekuasaan raja merupakan kekuasaan tertinggi dan mutlak sebab raja dianggap sebagai penjelmaan dewadi bumi dan memerintah atas nama dewa. Oleh karena itu, rakyat dituntut untuk bersikap setia kepada raja. Pengaruh pada masa kini yakni yakni Perekonomian Indonesia menerapkan ekonomi kemaritiman pada saat ini. Dari berbagai belahan penjuru Nusantara tersebar banyak pelabuhan besar dan banyak peninggalan budaya yang melukiskan kegagahan nenek moyang orang Indonesia sebagai pelaut. Sejarah pun telah menyebutkan bahwa bersatunya Nusantara adalah karena kebesaran armada maritim. Indonesia merupakan negara maritim. Sebagai negara maritim pastinya banyak warga negara Indonesia yang menyambung hidup dari hasil laut Indonesia karena kekayaan laut indonesia yang amat sangat membantu warga indonesia untuk menyambung hidup. Kerajaan Maritim di Nusantara
26
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
KERAJAAN MARITIM Kerajaan Maritim Islam
Kerajaan Maritim di Nusantara
27
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
Kerajaan Maritim Islam
Kerajaan Samudra Pasai
“
Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara yang didirikan oleh Marah Silu -- kemudian bergelar Sultan Malik Al-Salih Al -- pada 1267. ini berada di wilayah yang kini masuk dalam wilayah Lhokseumawe, Aceh Utara. Diperkirakan kemunculan kerajaan keraj ini adalah sekitar abad 13.
P
ada akhir abad ke--13 13 Masehi, ketika kerajaan Samudera Pasai secara pasti mulai berdiri, kerajaan Islam di luar Nusantara justru mengalami kemunduran yang luar
biasa. Dinasti Umayyah Andalus sedang terdesak ke selatan, Dinasti Fatimiah sedang mengalami kemunduran, dan perang salib masih berlangsung. Kemudian menyusul Baghdad pada tahun 1258 dihancurkan oleh Hulagu. Oleh karena itu, munculnya kekuasaan Samudera Pasai sebenarnya merupakan an akibat arus balik peranan pedagang Muslim. Muslim.Kehancuran Baghdad, para pedagang muslim mengalihkan aktivitas perdagangannya kearah Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Keadaan ini menjadikan Gujarat sebagai pelabuhan yang lebih ramai dan Asia Tenggara ra sebagai lintasan dagang yang lebih penting dari sebelumnya. Hal ini terjadi Sejak abad ke-13 ke 13 sampai 14 Masehi. (Abdullah, 1960 : 39). 39).Sehingga Muncullah Kerajaan Samudra Pasai. Samudera Pasai adalah kerajaan
Islam
pertama
di
Nusantara yang didirikan oleh ol Marah Silu -- kemudian bergelar Sultan Malik Al-Salih -- pada 1267. ini berada di wilayah yang kini
masuk
Lhokseumawe,
dalam Aceh
wilayah Utara.
Diperkirakan kemunculan kerajaan ini adalah sekitar abad 13. Berdirinya kerajaan ini tidak terlepas dari keberadaan keberadaan pedagang Muslim yang awalnya bertransaksi di pesisir yang sudah ada sejak abad 7. Letak kerajaan ini lebih kurang dari 15 Km di sebelah Kerajaan Maritim di Nusantara
28
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara timur Lhokseumawe, Nanggroe Aceh dan tumbuh diperkirakan antara 1270 dan 1275 atau pada pertengahan abad 13 (Tjandrasasmita,2011:21). (Tja Berdasarkan Hikayat Raja Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser al (Hill,1960). Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan wasan yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1297 M.Pada M.Pada Hikayat Rajaraja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang ang berbeda, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama nama nama tersebut tidak dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).Sultan (Samudera).Sultan pertamanya bernama Malikush Shaleh (w. 696 H/1297 M). Sultan Malikush Shaleh berdasarkan Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Raja Pasai dulunya bernama Merah Selu yakni seorang kepala Gampong Samudra (Poesponegoro & Notosusanto,2008:22). Bukti berdirinya kerajaan ini tidak terlepas dari penemuan nisan kubur di wilayah Samudra Pasai. Dari nisan ini, diperoleh informasi mengenai raja pertama Samudra Pasai yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, diperkirakan bertepatan bertepatan dengan angka tahun masehi 1297. Sistem pemerintahan Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, tetapi telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik (Kong,2000). Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putar berputar kemungkinan mungkinan berkaitan dengan ini. Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, az Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya Kerajaan Maritim di Nusantara
29
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara yaitu Sultan Mansur di Samudera. Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin al Malik az-Zahir, Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan aan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkann Sultan Pasai terbunuh. Pusat Kesultanan
pemerintahan Pasai
antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Menurut
Pasai), ibn
Aceh
Utara.
Batuthah
yang
menghabiskan waktunya sekitar dua
minggu
di
Pasai,
menyebutkan bahwa wa kerajaan ini tidak
memiliki
benteng
pertahanan dari batu, tetapi telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ara ke laut. Ma Huan
Sultan-Sultan Sultan Kerajaan Samudra Pasai
terletaknya
menambahkan,
1.
1267 – 1297 → Marah Silu Sultan Malik as-Saleh 2. 1297 – 1326 → Sultan Muhammad Malik az-Zahir 3. 1326 – 1345 → Sultan Mahmud Malik az azZahir 4. 1345 – 1383 → Sultan Ahmad Malik az azZahir 5. 1383 – 1405 → Sultan Zain al al-Abidin Malik az-Zahir 6. 1405 – 1412 → Sultanah Nahrasiyah 7. 1405 – 1412 → Sultan Sallah ad ad-Din 8. 1412 – 1455 → Sultan Abu Zaid Malik azZahir 9. 1455 – 1477 → Sultan Mahmud Malik az azZahir II 10. 1477 – 1500 → Sultan Zain al al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir Zahir II Sultan Zain al alAbidin II 11. 1501 – 1513 → Sultan Abd-Allah Allah Malik az azZahir 12. 1513 – 1521 → Sultan Zain al al-Abidin III
walau
muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik (Kong,2000). Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putar putar kemungkinan berkaitan dengan ini. Struktur tur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak anakanak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, az Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az az-Zahir, kawasan Kerajaan Maritim di Nusantara
30
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin al Malik az-Zahir, Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh Pada Bidang politik, samudra pasai melakukan hubungan persahabatan dengan Malaka, bahkan mengikat hubungan pernikahan. pernikaha Dikabarkan pada masa kepemimpinan Sultan Malikussaleh pernah datang rombongan utusan Syarif Mekkah yang dipimpin Syekh Ismail al-Zarfy. Zarfy. Ia menyebut Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam yang telah memiliki berbagai lembaga kenegaraan yang teratur, disamping disamping pula angkatan laut dan darat yang kuat. Beberapa lembaga terkait juga disebutkannya, seperti: a. Lembaga Kabinet, yang menjadi ketuanya adalah Sri Kaya Khiatuddin b. Lembaga Mahkamah Agung, yang menjadi Mufti Besarnya (Syaikhul Islam) bernama Syekh Ali binn Ali al-Makarany al c. Lembaga Kementerian Luar Negeri yang menjadi menterinya adalah Bawa Kaya Ali Hisamuddin al-Malabary Malabary Wilayah kerajaan ini semakin meluas, manakala Sultan Malikussahir, raja kedua (memerintah 1297-1326), 1326), memasukkan kerajaan Perlak sebagai bawahan Samudra Pasai (Hasjmy,1983:48-49).. Ketika tampuk pemerintahan berada di tangan Sultan Ahmad Malikuzzahir, pernah datang seorang pengembara Muslim Marokko bernama Ibnu Batuttah mengunjungi Pasai. Ia berangkat dari kerajaan Delhi menuju Tiongkok pad pada tahun 1345. Di tengah perjalanan inilah setelah mengunjungi Sri Lanka, ia mendatangi Pasai. Ia menceritakan kebaikan raja dan melihat percampuran budaya Persia dan Gujarat dalam Istana Pasai (Zainuddin,1961:119-120) 120). Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah bawah pimpinan Sultan Zain al al-Abidin Malik azZahir tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Pada kronik Tiongkok ia juga dikenal dengan nama Tsai-nu-li-a-pi--ting-ki, ki, dan disebutkan ia tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah. Armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal mengunjungi Pasai berturut turut dalam tahun 1405, 1408 dan 1412. Berdasarkan laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke arah timur berbatasan dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat berbatasan dengan dua dua kerajaan, Nakur dan Lide. Sedangkan jika terus ke Kerajaan Maritim di Nusantara
31
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara arah barat berjumpa dengan kerajaan Lambri (Lamuri) yang disebutkan waktu itu berjarak 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam kunjungan tersebut Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari Kaisar Tiongkok, Lonceng Cakra Donya (Kong,2000). Sekitar tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang dikenal dengan Ha Ha-li-zhihan namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai untuk menyampaikan berita tersebut. Muculnya Samudra Pasai ke panggung politik Asia Tenggara erat kaitannya dengan kondisi politik Sriwijaya yang ketika mendekati abad 13 sudah mulai melemah pengaruhnya. Daerah-daerah daerah yang semula berada dalam kuasanya, perlahan mulai memisahkan diri. Situasi tersebut dimanfaatkan atkan oleh para pedagang Muslim, tidak hanya untuk membentuk kampung niaga, namun juga menyelenggrakan pemerintahan yakni dengan mengangkat Meurah Silu, kepala Gampong Samudra, menjadi raja pertama Samudra Pasai den dengan gelar Sultan Malikussaleh (Tjandrasasmita,2000:19). mita,2000:19). Kehidupan Sosial Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai, walau pengaruh Hindu dan Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires,telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang akrab ini dipererat oleh adanya pernikahan antara putri Pasai Pasai dengan raja Malaka sebagaimana diceritakan dalam Sulalatus Salatin. Adanya syariat dan hukum Islam sebagai acuan dalam proses kehidupan masyarakat Samudra Pasai maka keseharian mereka berjalan dengan harmonis. Bahkan karena dianggap memiliki banyak kesamaan samaan dengan kehidupan di Arab, daerah ini diberi julukan Kota Serambi Mekah dan nama itu dikenal hingga sekarang. Kemajuan dalam bidang ekonomi membawa dampak pada kehidupan sosial, masyarakatt Samudra Pasai menjadi makmur dan dan di samping itu juga kehidupa kehidupan masyarakatnya diwarnai dengan semangat kebersamaan dan hidup saling menghormati sesuai dengan syariat Islam. Hubungan antara Sultan dengan rakyat terjalin baik. Sultan biasa melakukan musyawarah dan bertukar pikiran dengan para ulama, dan Sultan juga san sangat hormat pada para tamu yang datang, bahkan tidak jarang memberikan tanda mata kepada para tamu. Samudra Pasai mengembangkan sikap keterbukaan dan kebersamaan. Hal ini dapat dibuktikan pada saat Ibnu Batutah singgah di Samudra Pasai dan Ibnu Battuta berc bercerita kalau Sultan al-Malik al-Zahir Zahir memberikan kehormatan kepadanya dengan melengkapi persediaan Kerajaan Maritim di Nusantara
32
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara makanan pada sebuah jung. Sang sultan malahan juga mengirim seorang pejabat istananya untuk memberikan pelayanan yang baik pada acara-acara acara acara makan di kapal. Sang sultan, kata Ibnu Battuta, banyak melakukan perang demi keyakinan agama. Sultan juga dikisahkan selalu ingin berdiskusi tentang masalah keagamaan dengan para ulama (Putri,2018) (Putri,2018). Kehidupan Ekonomi Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisa dipisahkan dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad abad pertama Masehi. Catatan Marco Polo mangenai perdagangan internasional dari kawasan ini ialah: timah, gading ggajah, kulit penyu, kapur barus, cengkeh, pala dan Iain-lain Iain (Said,1981:86). Sejak abad ke-77 dan ke-8 ke 8 Masehi para pedagang muslim dari Arabia, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri negeri Timur Tengah lainnya mulai memegang peran penting, turut serta dalam jaringann pelayaran dan perdagangan internasional yang waktu itu jaraknya lebih jauh, yaitu dari Teluk Aden, Teluk Persi, melalui Samudra India-Selat India Selat Malaka sampai Lautan Cina. Perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan melalui Selat Malaka sejak abad abad-abad tersebut rsebut disebabkan pula oleh upaya-upaya upaya upaya perkembangan kekuasaan di Asia Barat di bawah Banu Umayyah (660-749), 749), di Asia Timur di bawah Dinasti Tang (618(618-907), dan di Asia Tenggara di bawah kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14 ke M). Samudra
Pasai
dikenal
sebagai
Pelabuhan lada. Lada adalah salah satu produk ekspor utama
dari
pelabuhan
Samudra Pasai, yang diminati oleh para pedagang dari India (Gujarat dan Bengal), dan China (Cortesao, 1944: xxx). Samudra Pasai menghasilkan sekitar delapan ribu hingga sepuluh ribu bahar har lada per tahun, ketika panen lada mencapai lima belas ribu bahar per tahun. Ini tampaknya menunjukkan bahwa lada dibudidayakan secara intensif di Sumatra utara pada awal abad ke ke-16. Daerah penghasil lada termasuk Pidie (Pedir). Awal abad ke-16 ke adalah awal wal dari kedatangan orang Eropa. Armada Portugis mendarat di pantai Pidie pada 1509 pada masa pemerintahan Sultan Pidie yaitu Sultan Ma'arif. Itu adalah kedatangan pertama Portugis di kepulauan Indonesia, dan tujuannya adalah untuk menemukan lada (Inagurasi, 2017). Produk alami selain lada adalah garam, termasuk bahan makanan utama selain nasi dan ikan. Garam adalah komoditas komoditas makanan yang telah dikenal sejak lama tetapi sangat Kerajaan Maritim di Nusantara
33
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara sedikit yang telah diidentifikasi dalam catatan sejarah. Pengetahuan tentang cara membuat garam memang dimiliki oleh orang-orang orang orang yang tinggal di daerah pesisir (pesisir). Namun, dari komoditas pangan, garam aram dan beras, terjalin hubungan dagang antara wilayah pesisir dan pedalaman. Bagi penduduk pedalaman (gunung) mereka tidak bisa hidup tanpa garam yang datang dari pantai dan sebaliknya untuk penduduk pantai mereka tidak bisa hidup tanpa beras dari pedalaman. man. Tidak hanya kapal dagang sarat dengan lada atau keramik, tetapi muatan kapal pasti memiliki garam. Selama perjalanan dibutuhkan garam untuk memasok makanan bagi pelaut. Selain itu garam juga penting untuk mengawetkan ikan. Garam dikenal sebagai komoditas tas perdagangan di daerah pesisir seperti pantai di Jawa Timur seperti Juwana dan Gresik. Jual beli garam pada umumnya menggunakan unit pengukur gantang. Gantang adalah ukuran berat setara dengan satu atau dua galon (Reid, 2011b: 33-34; 33 33-34; 34; Leur, 1967: 443). Ada dua hal yang perlu diperhatikan dari kegiatan perdagangan, yaitu media perdagangan pertama dan yang kedua adalah satuan dosis perdagangan. Transaksi perdagangan dapat dilakukan secara tunai menggunakan media pertukaran dalam bentuk timah dan keping ng emas dari China yang tidak meleleh (Reid, 2010: 13). Selain itu ada mata uang yang dikeluarkan oleh Kerajaan Samudra Pasai dalam bentuk mata uang yang terbuat dari emas bulat (koin) yang disebut deureuham. Selain pembayaran tunai, perdagangan lada juga dilakukan melalui pertukaran dengan komoditas lain seperti kain dan beras (beras). Misalnya, lada di Samudra Pasai dibeli oleh pedagang dari Bengal dan ditukar dengan kain (Roelofsz, 1962: 89). Antara Samudra Pasai dan Jawa (Gresik) ada jaringan perdaganga perdagangan. Kapal-kapal kapal dari Jawa berlayar ke Samudera Pasai untuk memuat beras, kemudian dalam perjalanan kembali dari Samudra Pasai ke Jawa mereka memuat lada (Roelofsz, 1962: 19, 32, 90). Penjelasan tersebut memberikan petunjuk bahwa penjualan dan pembelian lada di Samudra Pasai dilakukan dengan cara pertukaran, lada ditukar dengan beras. Kedua, perdagangan menggunakan beberapa jenis pengukuran, sebagai satuan pengukuran untuk perdagangan komoditas pada waktu itu. Membeli dan menjual komoditas perdagangan tentu saja menggunakan satuan ukuran. Jual beli lada di Samudra Pasai, menggunakan ukuran yang disebut bahar. Bahar adalah ukuran berat yang sering digunakan untuk komoditas rempah-rempah rempah di Indonesia. Portugis sering menggunakan bobot ini. Satu bahar setara dengan gan tiga pikul atau enam karung atau lima ratus pound. Namun, berat bahar bervariasi di beberapa tempat (Leur, 1967: 369, 391, 443). Kesultanan Samudra Pasai telah menggunakan mata uang seperti uang kecil yang disebut ceitis, ada yang terbuat dari emas yang yang disebut dramas. Apabila dibandingkan dengan mata uang portugis yakni crusado, 9 dramas sama dengan 1 crusado yang juga sama dengan Kerajaan Maritim di Nusantara
34
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara 500 cash. Mata uang emas dibuat dari serbukan emas dan perak. Bahkan kesultanan samudra pasai menghasilkan komoditas perdagangan perdagangan ekspor seperti lada,sutra, kapur barus, dan banyak komoditas lainnya yang diperoleh dari pengumpulan berbagai barang dagangan dari berbagai daerah. Pendapatan Kerajaan samudra pasai berasal dari barang barang-barang eksporimpor. Pada bidang keagamaan Ibnu Batutah memberikan kehadiran para ulama dari persia, suriah (Syria) dan Isfahan. Ibnu Batutah menceritakan bagaimana taatnya sultan samudra pasai pada Islam yang bermazhab Syafii, dan ia selalu di kelilingi Ulama. Kebudayaan Pasai merupakan kerajaan besar, besar, pusat perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili Singkili untuk menuliskan buku-bukunya. buku bukunya. Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al alManzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran ran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu. Berikut ini terdapat beberapa peninggalan kerajaan samudera pasai, antara lain: 1) Stempel Kerajaan Samudra Pasai : Stempel ini ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamata Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini diduga milik Sultan Muhammad Malikul Tahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan Islam. 2) Cakra Donya : Cakra Donya merupakan lonceng yang berbentuk stupa. Lonceng ini dibuat negeri Cina pada ada tahun 1409 M. Lonceng tersebut berukuran tinggi 125cm dan lebarnya 75cm. 3) Naskah Surat Sultan Zainal Abidin : Surat ini merupakan tulisan dari Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518 Masehi, naskah ini ditujukan kepada Kapitan Moran
Kerajaan Maritim di Nusantara
35
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara 4) Makam : ditemukan ukan beberapa makam raja, salah satunya makam dari Sultan Malik Al Saleh dan terdapat juga makam raja-raja raja lainnya
Kerajaan Maritim di Nusantara
36
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
Kerajaan Maritim Islam
Kesultanan Aceh
“
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatra dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Syah
S
alah satu dari sederetan nama kerajaan Islam terbesar di Indonesia ialah kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini berdiri pada tanggal 12 Zulqaidah tahun 916 H
/1511 M. bersamaan dengan jatuhnya Malakake tangan Portugis (Yahya,1986:6). Sebenarnya tatkala orang-orang orang Portugis mulai menginjakkan kakidi Malaka awal abad ke ke-16, Aceh masih merupakan rupakan kerajaan taklukan kerajaan Pedie, yang terletak di Sumatera Utara , akan tetapi berkat jasa Sultan Ali Mughivat Syah Aceh akhirnya mampu meiepaskan diri dari pengaruh Pedie dan menjadi kerajaan yang berdaulat penuh,dan bahkanpada babak berikutnya Acehlah cehlah yang kemudian menjadi sentral kekuasaan di wilayah Sumatera Utara tersebut: Pasai, Daya termasuk pula Pedie yang dulunya menjadi kerajaan atasan Aceh (Poesponegoro & Notosusanto,2008:316). Karena keberhasilannya, meiepaskan Aceh dari pengaruh Pedie. Pedie.maka Sultan Ali Mughiyah Syah yangjugaterkenal dengan sebutan Sultan Ibrahim menjadi penguasa pertama (1514-1528 1528 M.) sekaligus sebagai pendiri kerajaan Aceh Darussalam (Harun,1996:11). Kerajaan Aceh Darussalam merupakan kerajaan yang berdiri di Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sekarang. Aceh Darussalam dapat tumbuh besar dikarenakan letak geografisnya yang strategis, yakni di bibir pantai utara Aceh yang menjadi jalur dagang internasional. Selain itu, kerajaan ini juga dikenal karena daerah kekuasaannya kekuasaannya yang amat luas, hampir meliputi seluruh Sumatra dan sebagian Semenanjung Melayu. Banyak peristiwa besar yang terjadi dalam bentangan kisah kerajaan ini. Aceh menjadi pesaing terkuat Portugis yang telah menguasai Malaka pada 1511. Portugis mengalami mengalami kesulitan untuk mengembangkan sayap pengaruhnya karena selalu mendapat ancaman dari Aceh Darussalam.
Kerajaan Maritim di Nusantara
37
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Sistem Pemerintahan Sultan Aceh atau Sultanah Aceh merupakan penguasa / raja dari Kesultanan Aceh. Sultan awalnya berkedudukan di Gampông Pande, Bandar dar Aceh Darussalam kemudian pindah ke Dalam Darud Dunia di daerah sekitar pendopo Gubernur Aceh sekarang. Dari awal hingga tahun 1873 ibu kota berada tetap di Bandar Aceh Darussalam, yang selanjutnya akibat Perang dengan Belanda pindah ke Keumala, sebuah daerah di pedalaman Pidie. Sultan/Sultanah
diangkat
maupun
diturunkan atas persetujuan oleh tiga Panglima Sagoe dan Teuku Kadi Malikul Adil (Mufti Agung kerajaan). Sultan baru sah jika telah membayar "Jiname Aceh" (mas kawin Aceh), yaitu emas murni 32 kati, kati, uang tunai seribu enam ratus ringgit, beberapa puluh ekor kerbau dan beberapa gunca padi. Daerah yang langsung berada dalam kekuasaan Sultan (Daerah Bibeueh) sejak Sultanah Zakiatuddin Inayat Syah adalah daerah Dalam Darud Dunia, Masjid Raya, Meuraxa, Lu Lueng Bata, Pagarayée, Lamsayun, Peulanggahan, Gampông Jawa dan Gampông Pande. Lambang kekuasaan tertinggi yang dipegang Sultan dilambangkan dengan dua cara yaitu keris dan cap. Tanpa keris tidak ada pegawai yang dapat mengaku bertugas melaksanakan perintah Sultan. Tanpa cap tidak ada peraturan yang mempunyai kekuatan hukum (Lombard,2008:104). Perangkat pemerintahan Sultan kadang mengalami perbedaan tiap masanya. Berikut adalah badan pemerintahan masa Sultanah di Aceh: 1) Balai Rong Sari, yaitu lembaga yang dipimpin dipimpin oleh Sultan sendiri, yang aggotanya terdiri dari Hulubalang Empat dan Ulama Tujuh. Lembaga ini bertugas membuat rencana dan penelitian. 2) Balai Majlis Mahkamah Rakyat, yaitu lembaga yang dipimpin oleh Kadli Malikul Adil, yang beranggotakan tujuh puluh tiga orang; kira-kira kira semacam Dewan Perwakilan Rakyat sekarang. 3) Balai Gading, yaitu Lembaga yang dipimpin Wazir Mu'adhdham Orang Kaya Laksamana Seri Perdana Menteri; kira-kira kira kira Dewan Menteri atau Kabinet kalau sekarang, termasuk sembilan anggota Majlis Mahkamah Mahkamah Rakyat yang diangkat.
Kerajaan Maritim di Nusantara
38
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara 4) Balai Furdhah, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal ekonomi, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Menteri Seri Paduka; kira-kira kira kira Departemen Perdagangan. 5) Balai Laksamana, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal angkatan pperang, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Laksamana Amirul Harb; kira kira-kira Departemen Pertahanan. 6) Balai
Majlis
Mahkamah,
yaitu
lembaga
yang
mengurus
hal
ihwal
kehakiman/pengadilan, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Seri Raja Panglima ma Wazir Mizan; kira-kira kira Departemen Kehakiman. 7) Balai Baitul Mal, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal keuangan dan perbendaharaan negara, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Orang Kaya Seri Maharaja Bendahara Raja Wazir Dirham; kira-kira kira Departemen temen Keuangan. Selain itu terdapat berbagai pejabat tinggi Kesultanan di antaranya 1) Syahbandar, mengurus masalah perdagangan di pelabuhan 2) Teuku Kadhi Malikul Adil, semacam hakim tinggi. 3) Wazir Seri Maharaja Mangkubumi, yaitu pejabat yang mengurus segala Hul Hulubalang; kira-kira kira Menteri Dalam Negeri. 4) Wazir Seri Maharaja Gurah, yaitu pejabat yang mengurus urusan hasil hasil-hasil dan pengembangan hutan; kira-kira kira Menteri Kehutanan. 5) Teuku Keurukon Katibul Muluk, yaitu pejabat yang mengurus urusan sekretariat negara termasuk asuk penulis resmi surat kesultanan, dengan gelar lengkapnya Wazir Rama Setia Kerukoen Katibul Muluk; kira-kira kira Sekretaris Negara. Pada waktu Kerajaan Aceh sudah ada beberapa kerajaan seperti Peureulak, Pasée, Pidie, Teunom, Daya, dan lain-lain lain yang sudah berdiri. Disamping kerajaan ini terdapat daerah bebas lain yang diperintah oleh raja-raja raja raja kecil. Pada masa Sultan Iskandar Muda semua daerah tersebut diintegrasikan dengan Kesultanan Aceh dan diberi nama Nanggroe, disamakan dengan tiga daerah inti Kesultanan Kesultanan yang disebut Aceh Besar. Setiap daerah dipimpin oleh Ulèëbalang. Pada masa Sultanah Zakiatuddin Inayat Syah (1088 - 1098 H = 1678 - 1688 M) dengan Kadi Malikul Adil (Mufti Agung) Tgk. Syaikh Abdurrauf As As-Sinkily dilakukan reformasi pembagian wilayah. Kerajaan Kerajaan Aceh dibagi tiga federasi dan daerah otonom. Bentuk federasi dinamakan Sagoe dan kepalanya disebut Panglima Sagoe. Berikut pembagian tiga segi (Lhée Sagoe): 1) Sagoe XXII Mukim, yang Kepala Sagoenya bergelar Sri Muda Perkasa Panglima Polem Wazirul Azmi. Kecuali menjadi kepala wilayahnya, juga diangkat menjadi Wazirud Daulah (Menteri Negara). Kerajaan Maritim di Nusantara
39
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara 2) Sagoe XXV Mukim, yang Kepala Sagoenya bergelar Sri Setia Ulama Kadli Malikul 'Alam. Kecuali menjadi Kepala Wilayahnya, juga diangkat menjadi Ketua Majelis Ulama Kerajaan. 3) Sagoe XXVI Mukim, yang Kepala Sagoenya bergelar Sri Imeum Muda Panglima Wazirul Uzza. Kecuali menjadi Kepala Wilayahnya, juga diangkat menjadi Wazirul Harb (Menteri Urusan Peperangan). Dalam setiap Sagoe terdapat Gampong. Setiap gampong memiliki sebuah Meunasah. Kemudian gampong itu membentuk Mukim yang terdapat satu Masjid untuk melakukan shalat jumat sesuai mazhab Syafi'ie (Lombard,2008). Kecuali dari 3 wilayah Sagoe ini, semua daerah memiliki hak otonom yang luas. Ulèëbalang yang diberi hak mengurus mengurus daerah otonom non Lhée Sagoe, secara teori adalah pejabat sultan yang diberikan Sarakata pengangkatan dengan Cap Sikureueng. Namun fakta di lapangan mereka adalah merdeka. Memang Sultan Aceh tidak dapat mengontrol semua Ulèëbalang yang telah menjadi pejabat di pedalaman. Dengan lemahnya pengontrolan ini sehingga mereka lambat laun tidak mau tunduk lagi dan mengindahkan kekuasaan Sultan. Mereka mulai berdagang dengan pedagang asing di pelabuhan mereka sendiri. Saudagar Saudagarsaudagar yang terlibat dalam perdagangan perdagangan luar negeri ini tidak mau menyetorkannya kepada petugas Sultan, tetapi menyetorkannya kepada Ulèëbalang langsung (Hurgronje (Hurgronje,1980:434). Pada Masa Pemerintahannya, Pemerintahannya, Aceh terus melaju ke arah sukses yang semakin gemilang; baik dibidang konsolidasi politik, politik, ekonomi atau ekspansi (perluasan vvilayah). Dalam menjalankan ekspansinya, disamping bermotifkan politis, ekonomi juga tidak bisa dipungkiri adanya motif agama. Hal ini dapat dilihat ketika kerajaan yang baru keluar dari embrionya itu mengadakan penyerbuan penyerbuan ke Pedie vang telah bekerja sama dengan Portugis (non-Muslim) (Poesponegoro & Notosusanto,2008:317) . Sepeninggal Sultan Ali Mughiyat Syah, jalannya pemerintahan dilanjutkan oleh Sultan Alauddin Ri'ayat Syah. Pada masanya ekspansi terus dilaksanakan sebagaimana pendahulunya. Untuk meluaskan wilayahnya ke Barus ia mengutus suami saudara perempuannya yang kemudian oleh Sultan diangkat sebagai Sultan Barus. Setelah Sultan Alauddin Ri'ayat meninggal dunia, ia diganti oleh salah seorang putranya yang bernama ama Husein. Padahal sebelumnya dua orang putranya yang lain masing masingmasing telah diangkat sebagai Sultan Aru dan Sultan Pariaman dengan sebutan Sultan Ghari dan Sultan Mughal sehingga tampilnya Sultan Husein menggantikan ayahnya itu menimbulkan rasa cemburu dan tidak suka saudara-saudaranya saudara saudaranya yang berkedudukan di Aru
Kerajaan Maritim di Nusantara
40
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara ataupun di Pariaman. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Sultan yang berkedudukan di Barus (Poesponegoro & Notosusanto,2008:318). Berdasarkan sumber Cina yakni berita Cina dari Cau-Ju-Kua Cau Kua , hika hikayat-hikayat dan juga
legenda bahkan berita Portugis (Tome pires)dan juga terdapat pada kitab
Negarakertagama bahwa sebelum adanya kerajaan Aceh terbentuk atau berdiri sudah ada kerajaa-kerajaan kerajaan yang telah ada. Bahwa Kerajaan Aceh sudah berdiri dengan pimp pimpinan Sultan Ali Mughyat Syah yang di ubah oleh orang Portugis menjadi Raja Ibrahim yang berhasil melepaskan diri dari kerajaan Piedie pada tahun 1520 (Poesponegoro onegoro & Notosusanto,2008 Notosusanto,2008). Iskandar Muda (1602-1635) (1602 1635) menjadi raja terbesar kerajaan ini. keahliannya memimpin negeri membuat rakyat Aceh makmur sejahtera. Perdagangan internasional yang tertata baik membawa pengaruh bagi pembangungan infrastruktur Aceh Darussalam, salah satu yang paling ling menonjol adalah aspek pendidikan. Pada masanya, Aceh dikenal sebagai salah satu pusat keilmuan internasional. Dalam Bustanussalatin dijelaskan banyak ulama Timur Tengah yang datang untuk mengajar di Aceh. Pelajar yang ada di kerajaan ini, bukan hanya dari Aceh dan sekitarnya, melainkan ada pula yang dari Patani, Padang dan Jawa. Munculnya Aceh sebagai pusat intelektual regional maupun internasional tidak terlepas dari peran ulamanya. Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani. as Sumatrani. Keduanya merupakan sosok sufi yang banyak mempunyai pengikut. Puisi-puisi Puisi puisi sufi Hamzah Fansuri memiliki kandungan spiritual yang tinggi sehingga ia termasuk dalam penyair terbesar Nusantara. Syamsuddin as-Sumatrani Sumatrani dikenal sebagai penasehat kerajaan semasa Iskandar Muda. Nuruddin ar-Raniri Raniri dan Abdurrauf merupakan sosok ulama yang memiliki pengaruh yang besar pula bagi perkembangan Aceh pasca Iskandar Muda. Julukan kiblat intelektual dunia amat berkaitan dengan peran serta ulama tersebut. Kaderisasi ulama di Aceh tetap berkesinambungan gan sampai masa kini. Pada masa Iskandar Muda, banyak hal-hal hal hal populis yang mendapat perhatian serius pihak kerajaan. Pernah ada beberapa kebijakan unik yang berlaku di masa ini. Sebagaimana diketahui, penghinatan kepada kerajaan adalah kesalahan terbesar yang wajib dijatuhi hukuman berat. Sang raja memiliki cara unik dalam mengeliminir upaya pejabat kerajaan yang berseberangan dengan pandangannya. Begitu mengetahui ada yang seperti demikian, selama tiga hari sekali orang itu akan dipanggi untuk bertugas sebagai sebagai “penjaga malam" (peronda) dengan tanpa membawa senjata. Hukuman serupa juga dijatuhkan kepada pencuri harta rampasan perang.
Kerajaan Maritim di Nusantara
41
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Kehidupan Sosial Kehidupan sosial di kerajaan Aceh pada saat itu muncul dua golongan yang saling berebut untuk menjadi golongan ngan yang berpengaruh di Aceh. Dua golongan itu ialah golongan Teuku dan golongan Teungku. Yang mana golongan Teuku ini merupakan golongan dari orang-orang orang bangsawan yang memegang kekuasaan sipil. Sedangkan golongan Teungku merupakan golongan dari para ulama’ ulama’ yang memiliki peran penting di dalam bidang agama. Di dalam golongan para ulama’ yang memegang kekuasaan atas dasar agama, masih ada dua persaingan yaitu persaingan antara aliran Syiah dengan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah. Pada saat kepemimpinan Sulta Sultan Iskandar Muda, aliran yang berkembang dengan pesat adalah aliran syi’ah. Adapun tokoh pada aliran ini adalah Hamzah Fansuri dan selanjutnya dilanjutkan oleh Syamsuddin Pasai. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran ahlussunnah waljama’ah menjadi berkembang pesat. Adapun tokoh pada aliran ini adalah Nurruddin Ar Raniri yang mana tokoh ini berhasil menuliskan sejarah Aceh dengan judul Bustanussalatin. Selain daalam bidang sosialnya, dalam bidang budaya dapat diketahui dengan adanya Bangunan Masjid peninggalan galan Sultan Iskandar Muda sebagai bukti. Di dalamnya ada bangunan masjid Baiturrohman. Kehidupan Ekonomi Perdagangan Aceh, termasuk yang terbaik di Nusantara. Tenggelamnya wibawa Malaka yang dikuasai Portugis memiliki berkah tersendiri bagi melebarnya pas pasar-pasar di pesisir. Barang-barang barang dagangan banyak dipasok dari wilayah kerajaan. Pejabat kerajaan memiliki langkah tersendiri, guna menjaga agar distribusi barang jangan sampai terputus yang mengakibatkan kekosongan stok, utamanya bagi komoditas unggulan seperti rempahrempah. Pada masa Iskandar Muda, petugas kerajaan sering mengadakan tinjauan lapangan untuk memastikan agar kebutuhan barang dagang pokok dapat terus diproduksi. mendatangi
Secara para
mereeka petani
dan
melakukan sistem bagi hasil yang menguntungkan nguntungkan kedua belah pihak. Tidak berhenti sampai di situ, pihak
Kerajaan Maritim di Nusantara
42
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara kerajaan juga mengatur barang tersebut hingga ke pasar internasional di pesisir pantai Aceh. Sebagai contoh, ketika panen beras datang, petugas kerajaan mengawasinya dengan ketat. Hasil penen enen kemudian digudangkan dan disimpan sampai akhir musim panen. Setelah persediaan beras disishkan untuk konsumsi kerajaan dan rakyat, barulah sisanya dilempar ke pasar untuk dijual. Ketika musim paceklik tiba, Iskandar Muda melakukan monopoli beras. Regulasi lasi beras ini efektif menjadikan Aceh sebagai salah satu lumbung padi terkemuka di zamannya. Beras menjadi komoditas lain yang laku di luar wilayah. Penghasilan lain juga didapatkan dari pajak maritim. Agustin de B seorang anggota armada dagang Prancis yang ang pernah mengunjungi Aceh pada 1620 1621, menceritakan tentang pajak kelautan ini. Bagian terbesar dari berbagai pajak perniagaan masuk ke kas kerajaan dengan legalisasi cap raja atau bukti pembayaran pajak. Pajak yang masuk sekitar 50 – 60 real ketika waktu aktu keluar pajaknya harus dibayar separuhnya. Pajak yang terbesar didapat dari saudagar Inggris Berbagai bentuk model perpajakan diatur dalam kitab undang-undang undang undang Adat Aceh. Dalam kitab ini juga dibukukan mengenai peraturan bahwa orang asing yang meninggal di Aceh dan tidak mempunyai ahli waris, maka kekayaannya jatuh ke tangan kerajaan. Bentuk penghasilan lain juga didapat melalui peraturan Hak Tawan Karang. Hak ini terjadi apabila ditemukan kapal orang asing yang karam atau masih dapat diselamtkan diselamtkan ke darat, barang barangbarangnya menjadi milik kerajaan. Hibah dari pedagang asing yang akan berniaga di Aceh bagi raja juga merupakan pendapatan besar lainya. Hibah ini biasanya berupa emas dan barang berharga lainnya (Abdullah,Tanpa Tahun:59-60). Tahun:59 Kebudayaaan a. Arsitektur Peninggalan Aceh tidak terlalu banyak dalam bangunan zaman Kesultanan yang tersisa di Aceh. Istana Dalam Darud Donya telah terbakar pada masa perang Aceh Belanda. Kini, bagian inti dari Istana Dalam Darud Donya yang merupakan tempat kediaman
Sultan
Aceh
telah
berubah
menjadi Pendapa Gubernur Aceh dan "asrama keraton" TNI AD. Perlu dicatat bahwa pada masa Kesultanan bangunan batu
dilarang
karena
Kerajaan Maritim di Nusantara
ditakutkan
akan
43
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara menjadi benteng melawan Sultan. Selain itu, Masjid Raya Baiturrahman saat ini bukan bukanlah arsitektur yang sebenarnya dikarenakan yang asli telah terbakar pada masa Perang Aceh Belanda. Peninggalan arsitektur pada masa kesultanan yang masih bisa dilihat sampai saat ini antara lain Benteng Indra Patra, Masjid Tua Indrapuri, Komplek Kandang XII (Komplek Pemakaman Keluarga Kesultanan Aceh), Pinto Khop, Leusong dan Gunongan dipusat Kota Banda Aceh. Taman Ghairah yang disebut Ar Raniry dalam Bustanus Salatin sudah tidak berjejak lagi (Lombard,2008). b. Kesusasteraan Sebagaimana daerah lain di Sumatra, Sumatra, beberapa cerita maupun legenda disusun dalam bentuk hikayat. Hikayat yang terkenal di antaranya adalah Hikayat Malem Dagang yang berceritakan tokoh heroik Malem Dagang berlatar penyerbuan Malaka oleh angkatan laut Aceh. Ada lagi yang lain yaitu Hikayat Malem Diwa, Hikayat Banta Beuransah, Gajah Tujoh Ulee, Cham Nadiman, Hikayat Pocut Muhammad, Hikayat Prang Gompeuni, Hikayat Habib Hadat, Kisah Abdullah Hadat dan Hikayat Prang Sabi. Salah satu karya kesusateraan yang paling terkenal adalah Bustanus Sala Salatin (Taman Para Sultan) karya Syaikh Nuruddin ArAr Raniry disamping Tajus Salatin (1603), Sulalatus Salatin (1612), dan Hikayat Aceh (1606-1636). Selain Ar--Raniry terdapat pula penyair Aceh yang agung
yaitu
Hamzah
Fansuri
dengan karyanya antara lain Asrar al-Arifin Arifin (Rahasia Orang yang Bijaksana),
Syarab
al-Asyikin Asyikin
(Minuman
Segala Orang yang Berahi), Zinat al-Muwahhidin al Muwahhidin (Perhiasan Sekalian Orang yang Mengesakan), Syair Si Burung Pingai, Syair Si Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir, Syair Dagang dan Syair Perahu.
Kerajaan Maritim di Nusantara
44
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
Kerajaan Maritim Islam
Kesultanan Demak
“
Demak merupakan pewaris terdepan dari kejayaan Majapahit dan menjadi sentral penyebaran Islam awal di pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah sekitar abad 15 dibantu oleh beberapa orang ulama yang kemudian dikenal sebagai Wali Songo.
D
emak merupakan pewaris terdepan dari kejayaan Majapahit dan menjadi sentral penyebaran Islam awal di pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah
sekitar abad 15 dibantu oleh beberapa orang ulama yang kemudian dikenal sebagai Wali Songo. Pola dakwah mereka yang akomodatif dengan tradisi, serta memberikan solusi bagi persoalan-persoalan persoalan aktual masyarakat kala itu, menyebabkan dakwah mereka kian meluas, yang berarti pula ikut melebarkan pengaruh Demak di pedalaman Jawa. Wawasan terbuka (inklusif) dalam syiar Islam memang menjadi strategi jitu kesuksesan dakwah para wali. Proses Islamisasi hingga mencapai bentuk kekuasaan politik baru terjadi setelah pusat kekuatan Majapahit sendiri menunjukkan kelemahan-kelemahan. kelemahan kelemahan. Raja Hayam Wuruk pada 1389 mulai menggoncangkan oncangkan kekuasaan pusat Majapahit. Kekuatan Majapahit semakin rapuh akibat pemberontakan dan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga raja raja-raja sendiri.Akhirnya kekacauan akibat perang Paregreg (1401-1406) (1401 1406) mengantarkan Majapahit pada keruntuhannya.Akibatnya nya hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah mulai mengendor.Daerah jajahan yang jauh dari pengawasan kekuasaan pusat mulai melepaskan diri dari Majapahit (Daliman,2012:24). Keadaan ini memberikan kondisi yang baik bagi perubahan sosial dan orientasi terhadap nilai-nilai nilai baru yang lebih mampu memberi pegangan hidup. Dalam keadaan inilah sedikit demi sedikit agama Islam memasuki daerah wilayah Majapahit. Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak,kerajaan Islam pertama tama di Jawa,dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama (Yatim,2008:210). Sehingga pada daerah Jawa muncul kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Kerajaan Demak.
Kerajaan Maritim di Nusantara
45
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Sistem Pemerintahan Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi, yaitu pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten.Cepatnya kota demak berkembang berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak. Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh seluruh Jawa. Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang soal--soal keagamaan. Raja-raja raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut : 1) Raden Fatah Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri ri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. S Saat itu, Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), masih kerabat Raja Champa. Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya Damar. Nah di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina. Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden patah memperoleh peroleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit. Raden Patah memiliki adik laki-laki laki laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M. Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, Tai jin, seorang panglima muslim. Kerajaan Maritim di Nusantara
46
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda pemuda pemuda lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi bupati ati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah. al Raden
Fatah
memerintah
Demak
dari
tahun
1500 1518 1500-1518
M.
Di
bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. agraris maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang Barang barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai. Pada masa pemerintahan Raden Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng menjadi pelabuhan transito (penghubung). Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah daerah di luar pulau pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan. Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan. Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit hit tercermin dalam kerajaan Demak. Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah memerintahkan memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum Kerajaan Maritim di Nusantara
47
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor. 2) Adipati Unus Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 1518 1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera ra mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana. Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan. Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang orang Portugis. Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M. 3) Sultan Trenggana Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 1521 1546 M. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuann untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa tiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta. Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, sepe seperti Maduin, Kerajaan Maritim di Nusantara
48
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana be berkuasa selama 42 tahun. Pada masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu set setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit. Kehidupan Sosial Struktur sosial masyarakat tidak mengalami perubahan ketika Kesultanan Demak Bintara berdiri. Lapisan apisan sosial tertinggi masyarakat Muslim tetap diduduki oleh kelompok ruhaniawan-keagamaan keagamaan yang dalam terminologi Islam di sebut “ulama”. Golongan ini dikenal dengan beragam gelar, seperti susuhunan, raja pandhita, pandhita, panembahan, kyayi ageng, kyayi anom, kyayi, dan ki ageng. Meski istilahnya sedikit berbeda, tapi secara substansi, semua menunjukan satu satu golongan atau kelas sosial yang sama, yaitu kelompok ruhaniawan-keagamaan (Suntoyo,2018:408). (Suntoyo,2018:408) Setelah golongan para ulama ini, dalam stratifikasi masyarakat Islam di Demak juga terdapat golongan “satria” yang posisinya juga sebagai penguasa negara, sep seperti sultan, sunan, adipati, pangeran, arya, tumenggung, raden, mas, ki mas, dan lain lain-lain. Selanjutnya barulah golongan masyarakat biasa yang tersusun berdasarkan stratifikasi, seperti nelayan, petani, pengerajin, pedagang, dan tukang, berada di kelas menengah. menengah. Disusul kemudian oleh golongan buruh, dan yang terendah adalah budak belian. Bahkan, hingga akhir era Kesultanan Demak, historiografi Jawa masih menyebutkan keberadaan golongan-golongan golongan sosial masyarakat rendahan yang sudah terbentuk sejak era Majapahit, ahit, seperti golongan domba, kewel, dapur, kilalan, dan potet. Artinya, golongan tersebut belum naik status sosialnya sebagai golongan rendahan, meskipun sudah dikenal beberapa di antara mereka yang cukup dihormati seperti Syeikh Domba, Syeikh Kewel, dan sebagainya. Kehidupan Ekonomi Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun untuk pertanian. Pada zaman dahulu Distrik Demak terletak di pantai selat yang memisahkan Pegunungan Muria dari Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik, sehingga kapal--kapal kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas itu
Kerajaan Maritim di Nusantara
49
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara untuk berlayar ke Rembang.. Tetapi sudah sejak abad ke-17 ke 17 jalan pintas itu tidak lagi dapat dilayari setiap saat (Graaf,.1985:44). Banyak produk budaya hasil pembauran Islam dan Jawa yang semula dijadikan alat dakwah, kini menjadi kekayaan kebudayaan bangsa ini. salah satunya adalah Gapura. Bangunan kembar ada di sisi kiri kanan jalan, merupakan salah satu buah kecerdasan Sunan Kalijaga, salah satu anggotaa Wali Songo. Gapura berasal dari bahasa Arab "ghafura” yang berarti “ampunan”. Awalnya, bangunan ini dibangun sebagai pintu pertunjukan wayang. Seorang yang akan menonton pertujukkan wayang, harapanya setelah melewati bangunan ini lalu mendapat ampunan Tuhan. han. dengan cara simpatik ini, orang menjadi tidak takut dan semakin mantab menjadi Muslim (Purwadi,2005:29). Ekonomi kerajaan banyak disokong dari aspek kemaritiman. Hal ini terjadi setelah Trenggono, raja Demak kedua, melakukan serangkaian penguatan pengaruh pengaruh politik di Jawa. Upaya ini membawa angin segar bagi perluasan dakwah Islam bahkan hingga menyentuh sebrang lautan, yakni sampai ke Kalimantan Selatan. Perlahan wilayah pantai Jawa berada dibawah kontrol Demak. Tercatat beberapa pelabuhan besar seperti seperti Sunda Kelapa, Cirebon, Gresik dan daerah sekitar sungai Serayu menyatakan kesetiaan pada Demak (Abdullah,2011 :69). Kesultanan demak memiliki pelabuhan Niaga yang terletak di Bonang dan Bandar Tuntang (Achmad,2017:119). Karena letak kerajaan Demak yang strategis secara geografis dan ekologis maka Demak merupakan lokasi tempat yang paling menguntungkan. Karena jaraknya yang 30 km, dari pantai. Dan demak terletak di tepi pantai selat muria. Selat muria tersebutlah yang memisahkan pulau jawa dan pegunungan muria. Sampai abad 17 selat muria ini masih dapat dilewati oleh kapal-kapal kapal kapal besar. Akibannya perkembangan demka sangatlah pesat dan demak merupakan pusat penimbunan beras hasil dari daerah-daerah daerah daerah sebelah selat muria. Demak juga memiliki hubungan dengan pedalaman pedalaman jawa batar. Dapat di pastikan para masyarakat di demak mata pencaharianya mayoritas perdagangan. Masyarakat Kerajaan Demak memiliki kehidupan ekonomi yang baik karena Demak sendiri merupakan Kerajaan maritim yang berfungsi sebagai penghubung perek perekonomian antar pulau. Selain itu Demak juga merupakan
Kerajaan Agraris yang terkenal subur dan
menghasilkan beras sebagai komoditi utamanya. Demak melakukan kegiatan ekspor ke Malaka, adapun bahan baku yang diekspor adalah beras, lilin, dan madu. Karena ba banyak kapal yang berlalu lalang sehingga memberikan keuntungan yang besar bagi Demak dalam hal perekonomian.
Kerajaan Maritim di Nusantara
50
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Kebudayaan Peninggalan Kerajaan Demak Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan mengenai keberadaan kerajaan ini di saat saat lalu telah cukup banyak didapatkan. Mengenai beberapa bukti lain yang berbentuk peninggalan bersejarah seperti bangunan atau benda-benda benda tertentu juga masihlah terpelihara sampai saat ini. Beberapa bangunan atau benda peninggalan kerajaan Demak itu misalnya misalnya Masjid Agung Demak, Soko Guru, Pintu Bledeg, Bedug serta Kentongan, situs Kolam Wudlu, dan maksurah yang berupa pahatan atau ukiran indah. 1) Masjid Agung Demak Peninggalan
Kerajaan
Demak yang paling dikenal yaitu Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masihlah berdiri kokoh sampai sekarang
ini
walau
telah
mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga menjadi salah satu bukti kalau kerajaan Demak pada saat silam sudah menjadi pusat pengajaran serta penyebaran Islam di Jawa. Bila Anda tertarik untuk melihat keunikan arsitektur serta nilai-nilai nilai filosofisnya, datanglah ke masjid ini. Letaknya ada di Desa Kauman, Demak – Jawa Tengah. 2) Pintu Bledek Dalam bahasa Indonesia, Bledek bermakna petir, oleh karenanya, pin pintu bledek dapat diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 serta menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak. Berdasar pada cerita yang beredar, pintu ini dinamakan pintu bledek tidak lain karena Ki Ageng Selo memanglah lah membuatnya dari petir yang menyambar. Sekarang ini, pintu bledek sudah tidak lagi
Kerajaan Maritim di Nusantara
51
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara dipakai sebagai pintu masjid. Pintu bledek di museumkan karena telah mulai lapuk serta tua. Ia menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak serta saat ini disimpan di dalam Masjid Agung Demak. 3) Soko Tatal serta Soko Guru Soko Guru yaitu tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai penyangga
tegak
kokohnya
bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang dipakai masjid ini, serta berdasar pada cerita seluruh sokoo guru itu dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan memperoleh tugas untuk membuat semua tiang itu sendiri, hanya saja ketika ia baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan terpaksa sekali kemudian menyambungkan semua tatal atau potongan potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kemampuan spiritualnya serta mengubahnya menjadi soko tatal dengan kata lain soko guru yang terbuat dari tatal. 4) Bedug serta Kentongan Bedug serta kentongan yang ada di Masjid
Agung
peninggalan
Demak
Kerajaan
juga Demak
adalah yang
bersejarah dan tidak boleh dilupakan. Kedua alat ini dipakai pada saat silam sebagai alat untuk memanggil masyarakat sekitar mesjid supaya segera datang melaksanakan sholat 5 saat setelah adzan dikumandangkan. Kentongan entongan berbentuk mirip tapal kuda mempunyai filosofi kalau jika kentongan itu dipukul, maka warga sekitar harus segera datang untuk melakukan sholat 5 waktu secepat orang naik kuda. 5) Situs Kolam Wudlu Situs kolam wudlu dibuat bersamaan berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs ini dulunya dipakai sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir yang berkunjung ke Masjid untuk melakukan sholat. Tetapi, sekarang ini situs itu telah tak dipakai lagi untuk berwudlu dan hanya bisa dilihat sebagai benda peninggalan peninggal sejarah. Kerajaan Maritim di Nusantara
52
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara 6) Maksurah Maksurah yaitu dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid Demak. Maksurah itu dibuat sekitaran tahun 1866 Masehi, tepatnya ketika Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Mengenai tulisan dalam kalig kaligrafi itu bermakna mengenai ke-Esa-an an Allah.
Kerajaan Maritim di Nusantara
53
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
Kerajaan Maritim Islam
Kesultanan Banten
“
Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa,
B
anten merupakan kerajaan yang berdiri berkat dakwah Sunan Gunung Jati di ujung barat pantai utara Jawa pada sekitar 1525. Selain mengajarkan Islam,
Sunan Gunung Jati melatih penduduk setempat untuk berdagang. Pada tahun 1524 atau 1525 Nurullah dari Pasei, yang kelak menjadi Sunan Gunungjati, telah berlayar dari Demak ke Banten, untuk meletakkan dasar bagi pengembangan agama Islam dan bagi perdagangan orang-orang orang Islam. Nurullah sudah menunaikan rukun ke-5, ke 5, naik haji ke Mekkah; sebelum ia datang di keraton raja Demak (Graaf,1985:134). Sebagai haji yang saleh dan sebagai musafir yang mengenal percaturan dunia ia mendapat sambutan hangat di keraton itu. L La mendapat salah seorang saudara perempuan raja Demak sebagai istri. Dapat diduga bahwa ia telah berpengaruh terhadap iparnya, seorang keturunan Cina yang baru beberapa puluh tahun masuk Islam. Pasei, kota pelabuhan Sumatera Utara tempat asal Nurullah, sud sudah lebih dari dua abad beragama Islam. Ada alasan untuk menduga bahwa gelar sultan yang dipakai Tranggana dari Demak, dan sepak terjangnya sebagai pelindung agama, banyak berkaitan dengan ajaran-ajaran ajaran dan pandangan-pandangan pandangan pandangan agama Islam yang harus meliput meliputi segala aspek hidup. Raja Pajajaran memberi keluasan aktivitas dakwah dan raja pun tertarik untuk mengenal Islam. Guna mengintensifkan syiar Islam, pada tahun 1527, Sunan Gunung Jati menetap di pelabuhan Sunda. Dari sini perluasan agama semakin menyebar ddi pelabuhan Jawa Barat lainnya termasuk beberapa wilayah Pajajaran. Ketika Sunan Gunung Jati memutuskan kembali ke Cirebon, estafet dakwahnya diteruskan oleh anaknnya, Maulana Hasanuddin, yang menikah dengan putri Demak kemudian diangkat menjadi Panembahan Banten pada 1552. Di masanya, Islam semakin luas tersebar hingga ke Lampung dan Sumatra Selatan (Yatim,217-218). Kerajaan Maritim di Nusantara
54
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Sistem Pemerintahan Setelah Banten muncul sebagai kerajaan yang mandiri, penguasanya menggunakan gelar Sultan, sementara dalam lingkaran istana istana terdapat gelar Pangeran Ratu, Pangeran Adipati, Pangeran Gusti, dan Pangeran Anom yang disandang oleh para pewaris. Pada pemerintahan Banten terdapat seseorang dengan gelar Mangkubumi, Kadi, Patih serta Syahbandar yang memiliki peran dalam administrasi pemerintahan. pemerintahan. Sementara pada masyarakat Banten terdapat kelompok bangsawan yang digelari dengan tubagus (Ratu Bagus), ratu atau sayyid, dan golongan khusus lainnya yang mendapat kedudukan istimewa adalah terdiri atas kaum ulama, pamong praja, serta kaum jawara. jaw Pusat pemerintahan Banten berada antara dua buah sungai yaitu Ci Banten dan Ci Karangantu. Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar, alun alun-alun dan Istana Surosowan yang dikelilingi oleh tembok beserta parit, sementara di sebelah utara dari iistana dibangun Masjid Agung Banten dengan menara berbentuk mercusuar yang kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai menara pengawas untuk melihat kedatangan kapal di Banten. Berdasarkan Sejarah Banten, lokasi pasar utama di Banten berada antara Masjid Agung gung Banten dan Ci Banten, yang dikenal dengan nama Kapalembangan. Sementara pada kawasan alun-alun alun terdapat paseban yang digunakan oleh Sultan Banten sebagai tempat untuk menyampaikan maklumat kepada rakyatnya. Secara keseluruhan rancangan kota Banten berbentuk bentuk segi empat yang dipengaruhi oleh konsep Hindu-Buddha Hindu Buddha atau representasi yang dikenal dengan nama mandala (Atsushi Ota,2006). Ota, ). Selain itu pada kawasan kota terdapat beberapa kampung yang mewakili etnis tertentu, seperti Kampung Pekojan (Persia) dan Kampung Pecinan. Kesultanan Banten telah menerapkan cukai atas kapal-kapal kapal kapal yang singgah ke Banten, pemungutan cukai ini dilakukan oleh Syahbandar yang berada di kawasan yang dinamakan Pabean. Salah seorang syahbandar yang terkenal pada masa Sultan Ageng berna bernama Syahbandar Kaytsu. Adapun Raja-Raja Raja yang memerintah kerajaan Banten adalah : 1) Sultan Hasanuddin Sejarah Kerajaan BantenWaktu terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, Banten dan juga Cirebon ingin melepaskan diri dari Demak sehingga akhirnya kedua w wilayah tersebut menjadi wilayah yang berdaulat. Selepas dari Demak, Sultan Hasanuddin diangkat menjadi raja Banten pertama dan memerintah selama 18 tahun dari tahun 1552 sampai dengan 1570 M. Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, Lampung berhasil dikuasa dikuasai yang Kerajaan Maritim di Nusantara
55
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara merupakan wilayah penghasil rempah lada dan Selat Sunda sebagai jalur lalu lintas perdagangan. Dalam pemerintahannya, Sultan Hasanuddin membangun pelabuhan Banten sehingga banyak dikunjungi pedagang banyak bangsa seperti pedagang dari Gujarat, Persi Persia dan juga Venesia yang ingin menghindari Selat Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis. Banten semakin berkembang dan menjadi bandar perdagangan serta pusat penyebaran dari agama Islam. Sultan Hasanuddin kemudian wafat tahun 1570 dan diganti oleh putr putranya yakni Maulana Yusuf. 2) Maulana Yusuf Maulana Yusuf memerintah Banten dari tahun 1570 sampai dengan 1580 M. Pada tahun 1579, Maulana Yusuf berhasil menaklukan Kerajaan Pajajaran di Pakuan, Bogor dan juga menyingkirkan Raja Pajajaran yakni Prabu Sedah sehingga membuat banyak rakyat Pajajaran yang mengungsi ke pegunungan dan sampai sekarang dikenal dengan Suku Badui di Rangkasbitung, Banten. 3) Maulana Muhammad Maulana Yusuf yang wafat lalu digantikan oleh putranya yakni Maulana Muhammad yang naik tahta saatt usianya masih 9 tahun sehingga pemerintahan dijalankan oleh Mangkubimu Jayanegara sampai Maulana Muhammad beranjak dewasa dan memerintah tahun 1580 sampai dengan 1596. Sesudah 16 tahun kemudian, Sultan Maulana Muhammad menyerang Kesultanan Palembang yang didirikan Ki Gendeng Sure, bangsawan Demak. Kerajaan Banten yang juga merupakan keturunan dari Demak juga merasa memiliki hak atas Palembang, namun Banten kalah dan Sultan Maulana Muhammad tewas di dalam pertempuran tersebut. 4) Pangeran Ratu [Abdul Mufakhir] Mufakhir Pangeran Ratu yang saat itu masih berumur 5 bulan akhirnya menjadi Sultan Banten ke-44 tahun 1596 sampai dengan 1651. Sementara menunggu Pangeran dewasa, pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Ranamanggala. Pada waktu tersebut, Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Banten tanggal 22 Juni 1596. Pangeran Ratu lalu mendapat gelar Kanjeng Ratu Banten dan saat wafat ia digantikan oleh anaknya yakni Sultan Ageng Tirtayasa. 5) Sultan Ageng Tirtayasa Sejarah Kerajaan BantenSultan Ageng Tirtayasa lalu memerintah Banten tahun 1651 sampai dengan 1682 M. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah akhirnya Banten mencapai puncak kejayaan dan Sultan Ageng Tirtayasa juga berusaha untuk memperluas wilayah kerajaannya. Tahun 1671 M, Sultan Ageng Tirtayasa lalu lalu mengangkat putranya untuk Kerajaan Maritim di Nusantara
56
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara dijadikan raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji. Sultan Haji ini memiliki jalinan baik dengan Belanda sehingga membuat Sultan Ageng Tirtayasa yang kecewa melihatnya lalu menarik jabatan raja pembantu Sultan Sultan Haji. Sultan Haji kemudian ingin mempertahankan jabatan tersebut dengan cara meminta bantuan pada Belanda sehingga terpecahlah perang saudara dan Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap kemudian di penjara di Batavia sampai ia wafat pada tahun 1691 M. 6) Sultan Haji Sejarah Kerajaan BantenSultan Haji diberikan wewenang untuk mengatur urusan dalam negeri di Surosowan sedangkan untuk wilayah luar Surosowan masih di pegang oleh Sultan Ageng dan anaknya yakni Pangeran Purbaya. Pindahnya Sultan Ageng Tirtayasa lalu dimanfaatkan oleh Belanda dengan mendekati Sultan Haji agar bisa dihasut dan Belanda berhasil sampai selalu di undang dalam setiap upacara. Hubungan Belanda dan Sultan Haji yang semakin erat membuat Belanda berhasil merubah tingkah laku dari Sultan Haji se seperti cara makan, cara berpakaian dan berbagai hal lainnya sehingga gaya hidup Sultan Haji lebih kebarat-baratan baratan dibandingkan memakai budaya bangsanya sendiri. Sultan Ageng yang prihatin lalu meminta guru spiritual bernama Syekh Yusuf agar bisa memerintahk memerintahkan Sulan Haji untuk pergi ke Mekkah dan Sultan Ageng berharap supaya anaknya bisa berubah dan dewasa dalam memerintah Kerajaan Banten. Pada tahun 1674, Sultan menunaikan ibadah haji dengan rombongan dan selama Sultan pergi, kekuasaan dipegang sementara oleh oleh adiknya yakni Pangeran Purbaya dan Sultan pergi ke Mekkah selama 2 tahun sehingga ia dikenal dengan nama Sultan Haji tersebut. Namun ternyata sifatnya tidak berubah justru lebih mudah dipengaruhi Belanda sehingga akhirnya timbul konflik antara Sultan Ageng Ageng dengan Sultan Haji. Dalam perpecahan ini, VOC mendukung Sultan Haji dengan memberikan beberapa persyaratan yakni Banten harus menyerahkan Cirebon untuk VOC, monopoli lada di Banten dikuasai VOC dan Persia, India serta Cian harus disingkirkan sebab merupakan merupakan saingan dari VOC, Banten juga diharuskan membayar 600.000 ringgit jika ingkar dengan janji dan pasukan Banten yang menguasai pantai serta pedalaman Priyangan juga harus ditarik. Perjanjian ini disetujui Sultan Haji dan dengan bantuan VOC, Sultan Haji menyerang Keraton Tirtayasa dan sebagai rasa terima kasih, Sultan Haji memberikan ucapan selamat pada pergantian Gubernur Jenderal Belanda yang membuat hati Sultan Ageng Tirtayasa sangat sakit. Pada 27 Februari 1682, Sultan Ageng lalu memberikan perintah uuntuk menyerang Surosowan yakni dengan membakar kampung-kampung kampung kampung dekat Keraton Surosowan sehingga membuat belanda yang tinggal disitu menjadi gentar. Kerajaan Maritim di Nusantara
57
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Kehidupan Sosial Pemerintahan Banten di Jawa Barat menggunakan aturan dan hukum Islam, sehingga kehidupan masyarakatnya asyarakatnya hidup secara teratur. Banyak orang India, Arab, Cina, Melayu dan Jawa yang menetap di Banten. Mereka berkumpul dan membuat perkampungan sesuai dengan
nama
asalnya,
misalnya
Pekojan
(perkampungan
orang
Arab),
Pecinan
(perkampungan orang Cina), Kampung Melayu, Kampung Jawa dan sebagainya. Di Banten terdapat orang keturunan Madura. Mereka adalah pelarian dari Madura yang meminta perlindungan ke Banten karena tidak mau tunduk kepada Mataram. Selama Hasanuddin berkuasa, Banten mengalami perkembangan yang pesat. Banten menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa. Pada masa inilah Banten melepaskan diri dari Demak, menjadi kerajaan merdeka. Maka dari tu, Hasanuddin lalu dianggap sebagai pendiri dan raja pertama Banten. Kekuasannya meliputi daerah Priangan (Jawa bagian barat), Lampung, hingga Sumatera Selatan. Di bawah pemerintahannya Banten berkembang pesat dan banyak dikunjungi pedagang-pedagang pedagang pedagang asing dari Gujarat, Persia, Cina, Usmani, Pegu (Myanmar), dan Keling. Hasanuddin mempelopori pembangunan pembangunan Istana Surosowan. Yang masih tersisa sekarang hanyalah benteng yang mengelilingi wilayah seluas 4 ha dan berbentuk presegi panjang. Ketinggian tembok benteng ini berkisah antara 0,5 hingga 2 meter dengan lebar sekitar 5 meter. Dahulu benteng ini dikelilingi dikelilingi parit pertahanan. Tembok benteng dan gerbangnya ini dibangun pada masa Maulana Yusuf. Bagian yang tersisa dari istana ini selain benteng, adalah tempat pemandian, kolam, dan taman. Sementara itu, para sultan Banten bertempat tinggal di Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya. Kaibon ini berlokasi tak jauh dari Surosowan. Sayang, pada tahun 1832 keraton ini dibongkar oleh Belanda. Selain keraton, di Banten pun terdapat Benteng Speelwijk yang direbut dari VOC oleh pasukan Banten ketika terjadi pepe peperangan antarkedua pihak tersebut. Istana atau keraton Surosowan ini berdekatan dengan Masjid Agung Banten. Di serambi kiri masjid ini terdapat makam sejumlah raja Banten beserta keluaraganya, di antaranya Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan dan Sultan Haji. Sedangkan di serambi sebelah kanan terdapat makam Maulana Muhammad. Di halaman masjid ini terletak gedung Tiamah. Tiamah ini dibangun oleh seorang arsitek Belanda yang menjadi muslim, Hendrik Lucasz Cardeel, yang diberi gelar Pangeran Wiraguna. Wiraguna. Tempat ini digunakan oeh para ulama untuk tempat diskusi keagamaan.
Kerajaan Maritim di Nusantara
58
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Tak jauh dari Keraton Surosowan ini terdapat kelenteng Cina kuno. Kelenteng ini dibangun ketika pemerintahan awal Sultan Banten. Ini merupakan bukti bahwa ketika itu telah terjalin toleransi leransi antara orang Banten dengan etnis Cina. Selain Masjid Agung, di Banten pun terdapat satu masjid lagi yang tak kalah bersejarahnya. Masjid Kasunyatan namanya. Usianya bahkan lebih tua dari Masjid Agung. Salah satu pemimpin Masjid Kasunyatan ini adalahh Kyai Dukuh, guru Maulana Yusuf, raja Banten kedua. Kehidupan Ekonomi Pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyang siksakanda ng karesian yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatannya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap. Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. rtanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16.000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40.000 ribu hektare sawah baru dan ribuan hektare perkebunan kelapa ditanam. 30 000 000-an petani ditempatkan di atas tanah anah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunan tebu, yang didatangkan saudagar Tiongkok pada tahun 1620-an, 1620 an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan (Atsushi (Atsushi Ota,2006) Ota,2006). Tak dapat dimungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut (Claude Claude Guillot Guillot,1994:89). Relasi bisnis dan persahabatan Banten menjangkau kerajaankerajaan-kerajaan besar di Nusantara seperti Cirebon, Lampung, Goa, Ternate dan Aceh. Disamping itu, hubungan dagang dengan dunia internasional juga disambungkan, seperti dengan Persia (Iran), Hindusatan, Arab, ab, Inggris, Prancis, Denmark, Jepang, Pegu (Myanmar), Filipina, Cina dan sebagainya. keunggulan Banten dari segi perdagangan tidak hanya tercatat dalam harian Belanda (dagregisters), tetapi ditemukan dalam pecahan keramik dan benda lainnya yang berasal dari ri Cina, Jepang maupun Eropa. Penguasaan Malaka oleh orang Portugis, Banten semakin mudah dalam pelayaran dan perdagangan internaszonal yang melalui Selat Sunda. Banten tidak hanya berfungsi sebagai Kerajaan Maritim di Nusantara
59
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara pusat politik,. perekonomian dan perdagangan, tetapi juga juga pusat keagamaan dan kebudayaan. Pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin (m.1552 -1570) 1570) daserah Lampung masuk ke dalam kekuasaan Kesultanan Banten. Demikian pula Jayakarta-semula Jayakarta semula bernama Kalapa, sejak tahun 1527 berada di tangan Fadhillah Khan menjadi bagian bagian dari Kesultanan Banten. Ketika Jayakarta berada di bawah pemerintahan Tubagus Angke, hubungan semakin dipererat dengan pernikahan antara Ratu Pembayun, putri Maulana Hasanuddin dan Tubagus Angke. Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf (m.1570-1580) (m.1570 1580) Kes Kesultanan Banten mengalami kemajuan dalam bidang pembangunan kota dan desa serta persawahan perladangan. Semasa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (16511682), Kesultanan Banten mengalami masa kejayaan. Di bawah pemerintahannya, Banten memiliki armada yang menakjubkan. enakjubkan. Di samping itu, Banten sanggup menggaji para pekerja dari Eropa. Mengamankan jalur pelayaran. Mengirimkan armada lautnya ke Sukadana (Kerajaan Tanjungpura), serta menaklukkannya pada tahun 1661. Pada masa itu, Banten berusaha untuk keluar dari tekanan VOC yang sebelumnya memblokade kapal-kapal kapal kapal dagang ke arah Banten (Achmad,2017:227). Kerajaan Banten dibawah Sultan Ageng Tirtayasa (1651 (1651-1676) melakukan perombakan besar di bidang politik, sosio-budaya sosio budaya dan ekonomi. Ia sosok yang visioner dalam pembangunan angunan kerajaan. Keuntungan kerajaan digunakan untuk membangun keraton di Tirtayasa, membuat jalan dari Pontang ke Tirtayasa-bahkan Tirtayasa bahkan membuat persawahan di sepanjang jalan tersebut serta membangun pemukiman di sebelah utara Untung Jawa (Abdullah dkk,2011:43). Kebudayaan Selama 3 abad masa Banten berkuasa, Kerajaan ini meninggalkan beberapa peninggalan kerajaan di Pulau Jawa yang sebagian masih berdiri kokoh hingga sekarang dan sebagian lagi tinggal berupa reruntuhannya saja. 1) Masjid Agung Banten Sejarah Kerajaan jaan BantenMasjid Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten sebagai kerajaan Islam Indonesia yang berada di Desa Banten
Lama,
Kecamatan
Kasemen dan masih berdiri sampai sekarang. Masjid ini di bangun tahun 1652 pada masa
Kerajaan Maritim di Nusantara
60
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara pemerintahan putra pertama Sunan Gunung Jati yakni Sultan Maulana Hasanuddin dan menjadi salah satu 10 masjid tertua di Indonesia yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid ini mempunyai menara yang terlihat seperti mercusuar dan bagian atapnya seperti pagoda China, sedangkan pada bagian kiri dan kanan masjid ada serambi serta kompleks pemakaman Sultan Banten dan juga keluarganya. Seni budaya bisa dilihat dari bangunan masjid Agung Banten [Tumpang Lima] dan juga beberapa bangunan gapura yang ada di Kaibon Banteng. Selain itu, istana yang di bangun Jan Lukas Cardeel seseorang berkebangsaan Belanda yang merupakan pelarian dari Batavia dan memeluk agam Islam. Istana ini terlihat seperti istana Eropa dan situs peninggalan lainnya juga tersebar di beberapa kota lain seperti Serang, Tanger Tangerang, Pandeglang dan juga Cilegon. 2) Istana Keraton Kaibon Istana Keraton Kaibon juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Banten yang dulu dipakai sebagai tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah, ibu Sultan Syaifudin. Bangunan ini sekarang sudah runtuh hancur dan hanya hanya meninggalkan reruntuhan karena bentrokan yang sempat terjadi dari Kerajaan Banten dengan Belanda tahun 1832. 3) Istana Keraton Surosowan Istana Keraton Kaibon ju merupakan peninggalan dari Kerjaan Banten yang merupakan tempat tinggal dari Sultan Banten dan dan juga pusat pemerintahan. Istana yang dibangun pada tahun 1552 ini juga sudah hancur dan tertinggal reruntuhannya saja serta sebuah kolam pemandian untuk putri kerajaan. 4) Benteng Speelwijk Benteng Speelwijk merupakan poros pertahanan maritim pada jama kera kerajaan yang memiliki tinggi 3 meter dan di bangun pada tahun 1585. Benteng ini berguna untuk pertahanan dari serangan laut dan juga sebagai tempat mengawasi aktivitas pelayaran di sekitar Selat Sunda. Pada benteng ini terdapat mercusuar dan beberapa meriam ddi bagian dalam serta terowongan yang menghubungkan benteng dengan Istana Keraton Surosowan. 5) Danau Tasikardi Danau yang merupakan danau buatan ini terletak di sekitar Istana Keraton Kaibon yang dibuat pada tahun 1570 sampai dengan 1580 masa pemerintahan Sultan Sultan Maulana Yusuf. Danau ini memiliki lapisan ubin serta batu bata dengan luas 5 hektar namun sekarang ini semakin menyusut sebab tertimbun tanah sedimen di sekitar pinggir danau yang terbawa dari air hujan serta sungai di sekitar danau. Danau ini berguna sebagai sumber air utama keluarga
Kerajaan Maritim di Nusantara
61
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara kerajaan di Istana Keraton Kaibon dan juga sebagai saluran air irigasi sawah di sekitar Banten. 6) Vihara Avalokitesvara Kerajaan Banten memang merupakan kerajaan Islam, akan tetapi toleransi beragamnya sangat tinggi sehingga Vihara tempat beribadah umat Budha ini juga bisa didirikan. Vihara ini masih berdiri sampai sekarang dengan utuh yang pada dinding vihara terdapat relief tentang legenda siluman ular putih. 7) Meriam Ki Amuk Dalam Benteng Speelwijk ada beberapa bua meriam dan dan meriam yang memiliki ukuran terbesar dinamakan dengan meriam ki amuk sebab meriam ini bisa menembak dengan jauh dan daya ledaknya juga besar. Meriam ini merupakan rampasan dari pemerintah Belanda saat perang. Baca Artikel terkait lainnya Sejarah Candi Cetho, Cetho, Candi Peninggalan Budha, dan Candi Peninggalan Agama Hindu.
Pengaruh Kerajaan Maritim Islam di Indonesia 1. Aksara dan Sastra Huruf Arab-Melayu Melayu mulai dikenal pada masa kerajaan Islam Nusantara dan digunakan dalam surat, kaligrafi, dan karya sastra. Pengaruh Persia (banyak pedagang datang dari sana) cukup kuat pada bidang sastra seperti cerita tentang Amir Hamzah, Bayan Budiman, dan Cerita 1001 Malam. Ada empat macam seni sastra masa Islam yaitu: a. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa berisi cerita, peraturan, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, maupun biografis. Contohnya: Hikayat Raja-raja raja Pasai dan Hikayat Iskandar Zulkarnain. b. Babad adalah karya sastra kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan Madura yang berisi tentang sejarah dengan balutan mitos. Contohnya: Babad Tanah Jawi dan Babad Cirebon. c. Suluk yaitu kitab-kitab kitab tentang tasawuf. Contohnya: Suluk Sukarsa dan Suluk Wujil. d. Syair adalah sajak-sajak sajak yang terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya. Contohnya: syair pada nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh. 2. Sistem Pendidikan Pesantren Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa. Raden Patah juga mendirikan pondok pesantren. Penyiaran agama dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-lahan, lahan, daerah tersebut menjadi pusat keramaian dan perniagaan. Kerajaan Maritim di Nusantara
62
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara Raden patah memerintah Demak hingga tahun 1518, dan Demak menjadi ppusat penyebaran Islam di Jawa sejak pemerintahannya. Sehingga terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan, para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren. 3. Sistem Pemerintahan atau Politik Pada bidang politik masuknya budaya Islam, kerajaan yang bercorak Hindu Hindu-Buddha mulai runtuh dan peranannya mulai digantikan oleh kerajaan-kerajaan kerajaan kerajaan yang bercorak Islam. Pada masa Islam, kerajaan disebut dengan kesultanan, kesultanan, sehingga pemimpinnya disebut dengan sultan (raja dalam Bahasa Arab). Ia merupakan pemimpin tertinggi. Selain sultan, sebutan lain untuk seorang pemimpin adalah maulana, susuhan, dan panembahan. Pengkultusan dewa yang dimiliki seorang raja tidak lagi lagi terdapat di masa Islam. Pada masa Islam, seorang sultan memperkuat kedudukannya dengan mengaitkan dirinya melalui garis keturunan pada Nabi Muhammad SAW. Pada masa dalam Islam tidak ada sistem kasta, sehingga seorang sultan bukanlah seseorang yang harus harus ditaati, dan sultan juga bukan titisan dari Allah. Sultan hanyalah manusia biasa yang diberikan kelebihan-kelebihan, kelebihan kelebihan, sehingga pantas untuk memimpin suatu kerajaan. Pada saat melaksanakan pemerintahan, Sultan dibantu oleh Mangkubumi atau wazir. Mangkubumi disebut juga patih atau perdana menteri. Mangkubumi membawahi pejabatpejabat pusat. Ialah para menteri, kadi, senopati, laksamana dan syahbandar. Pemerintahan daerah diserahkan kepada para adipati atau bupati. Para bupati membawahi pejabat-pejabat daerah yang lebih kecil, sampai penguasa desa yang disebut lurah atau pesirah. Ketika mengambil suatu keputusan, baik itu yang berkaitan dengan agama dan pemerintahan, sultan biasanya berkonsultasi terlebih dahulu dengan para ulama, agar keputusan-keputusan tersebut but dapat diterima oleh rakyat dengan penuh rahmat. Salah satu kelompok ulama yang terkenal di Nusantara adalah Wali Songo (Wali Sanga atau Sembilan Wali).Anggota Wali Songo banyak yang menjadi penasihat bagi Kerajaan Demak. Pada hal pengangkatan raja di masa masa Islam, terdapat kesamaan dengan pengangkatan raja di dalam sistem pemerintahan agama Hindu Buddha. Sultan diangkat berdasarkan garis keturunan. Jika dilihat mampu dan berwibawa untuk memimpin, maka anak sultan akan mendapatkan takhta untuk memimpin kerajaan. ker 4. Bidang Kebudayaan Adat istiadat dan kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. lain lain. Dalam hal kesenian, banyak Kerajaan Maritim di Nusantara
63
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji barzanji dan sholawat. Kita juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah. Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan bangunan masjid, makam, istana. Wujud akulturasi dari masjid islam memiliki ciri sebagai berikut: Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun alun alun atau bahkan didirikan di tempat tempattempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat de dengan makam. Wujud Kebudayaan lainnya yakni Masjid Agung Demak mempunyai bangunan bangunanbangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang itopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja raja raja Kesultanan Demak dan para abdinya.
5. Bidang Sosial Setelah Islam Masuk Ke Nusantara terjadi Perubahan Sosial pada Masyarakat Nusantara. Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Maritim Islam telah berjalan teratur.Pemerintahan diatur dengan hukum Islam namun normanorma atau tradisi tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja. Cara pandang masyarakat pun berubah dari semula
Kerajaan Maritim di Nusantara
64
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara menghormati ati orang lain sesuai dengan kastanya, kini tidak lagi. Setiap orang diperlakukan sesuai dengan derajat keilmuan maupun kebijaksanaannya. Islam mengajari Ukhuwah (persaudaraan) dalam Islam meliputi seluruh golongan masyarakat, maka di sana tidak ada segolongan segolongan manusia lebih tinggi daripada segolongan yang lainnya. Tidak boleh harta, kedudukan, nasab atau status sosial atau apa pun menjadi penyebab sombongnya sebagian manusia atas sebagian yang lain. 6. Sistem Ekonomi Pada masa Islam, kehidupan perekonomian bergantung bergantung pada perdagangan. Kerajaan Islam yang terletak di dekat pantai. Lokasi yang strategis ini menjadikannya mudah menjadi tempat persinggahan pedagang yang saat itu menggunakan kapal laut. Hal ini juga memicu berdirinya bandar-bandar bandar atau pelabuhan tempat tempat transaksi perdagangan terjadi. Tempat tersebut tidak hanya disinggahi oleh pedagang pribumi, tapi juga oleh pedagang dari mancanegara. Pedagang dari mancanegara umumnya berasal dari Arab, Persia, Tiongkok, bahkan Eropa. Komoditas yang dijual saat itu terdiri t dari rempah-rempah, rempah, perhiasan, ataupun keramik. Uniknya, pedagang dari arab seringkali membentuk komunitas Arab yang dikenal dengan nama Kampung Arab. Sering dijumpai kampung ini terletak di daerah pesisir. Meski begitu, tak jarang kampung ini juga dibentuk di daerah yang jauh dari garis pantai dan cenderung dekat dengan pusat kota yang ramai.Contoh ramai Pengaruh Ekonomi
pada masa
kerajaan maritim islam yakni kerajaan demak. Kerajaan Demak pada masa kini adalah Demak memiliki pelabuhan di Bonang, yang dulu dulu dipakai dan dibangun sebagai pelabuhan naiga. Pelabuhan Bonang masih dipakai kini, yang menjadi salah satu warisan dari Kesultanan Demak.
Kerajaan Maritim di Nusantara
65
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
DAFTAR PUSTAKA Abdullah,T.2011. Indonesia Dalam Arus Sejarah 2. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeven Daliman A. 2012.Islamisasi Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Kerajaan kerajaan Islam di Indonesia.Yogyakarta : Ombak . Achmad,S.W.2011. Sejarah Islam di Tanah Jawa : Mulai dari masuk hingga Perkembangannya.Yogyakarta: .Yogyakarta: Araska Coedes, G & Damais,L.Ch.19989. Kedatuan Sriwijaya : Penelitian tentang Sriwijaya. Jakarta : PT.. Reka Viva Karya Graaf,D.H. 1985. Kerajaan-Kerajaan Kerajaan Islam di Jawa:Peralihan dari Majapahit ke Mataram.Jakarta .Jakarta : Pustaka Grafiti Sunyoto,A.2018.Atlas Atlas Wali Songo; Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. Tanggerang Selatan Selat : IIMaN Tjandrasasmita, Uka.2000.Pertumbuhan Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Kota Muslim di Indonesia dari Abad XIII sampai XVIII Masehi.Kudus: Masehi.Kudus: Penerbit Menara Kudus, Tjandrasasmita, Uka.2011.Indonesia Indonesia dalam Arus Sejarah : Kedatangan dan peradaban Islam. . Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeven Utomo,B.B.2011. Indonesia Dalam Arus Sejarah 2. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeven Yatim, Badri.2006.Sejarah Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada Yatim Badri.2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyyah II.Jakarta II.Jakarta : PT Raja Grafindo Zainuddin, H.M.1961.Tarich Tarich Atjeh dan Nusantara.Medan: Nusantara Pustaka Iskandar Muda, Harun, Yahya.1985.Kerajaan rajaan Islam di Nusantara Abad XVI Sampai XVII.Yogyakarta: XVII Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera
Kerajaan Maritim di Nusantara
66
Sejarah Perminatan
Kerajaan Maritim di Nusantara
Kerajaan Maritim di Nusantara
67