Data Loading...
Perbedaan Antara Atsariy & Salafi Wahabi (Tafwidh, Allah Di Atas Arasy & Allah Punya Tangan) Flipbook PDF
11010
112 Views
34 Downloads
FLIP PDF 649.19KB
Halaman 1 dari 34
Halaman 2 dari 34
Halaman 3 dari 34
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Mengenal Madzhab Atsariy Penulis : Muhammad Ajib, Lc., MA 39 hlm
Judul Buku
Mengenal Madzhab Atsariy Penulis
Muhammad Ajib, Lc., MA Editor
Aufa Adnan asy-Syaafi’iy Setting & Lay out
Fayyad & Fawwaz Desain Cover
Syihabuddin, Lc Penerbit Rumah Fiqih Publishing Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940 Jakarta Cet Pertama 6 Agustus 2021
Halaman 4 dari 34
Daftar Isi
Daftar Isi ...................................................................................... 4
Muqoddimah................................................ 5 D. Perbedaan Antara Madzhab Atsariy & Salafi Wahabi.................... 7
1. Apakah Tafwidh Makna atau Tafwidh Kaifiyah? .. 9 2. Apakah Allah Ada Di Atas Arsy? ......................... 15 3. Apakah Allah Memiliki Tangan? ......................... 22 Referensi .................................................................................... 27 Muhammad Ajib, Lc., MA .............................................................. 30
Halaman 5 dari 34
Muqoddimah
احلمد هلل القدمي األول اآلخر الباقي بال.بسم هللا الرمحن الرحيم وأشهد أن سيدان. أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له.هناية اللهم صل وسلم.ونبينا حممدا عبده ورسوله ال نيب وال رسول بعده وابرك على سيدان حممد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم إبحسان : أما بعد.إىل يوم القيامة Segala puji bagi Allah subhaanahu wa ta’aala yang memiliki sifat-sifat sempurna yang tak terbatas kesempurnaannya. Dialah tuhan yang qadim dan yang disucikan dari sifat huduts serta musyabahatil khalqi. Dialah tuhan yang wajib dan berhak untuk disembah. Dialah tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Dialah tuhan yang menghendaki terjadinya segala sesuatu. Tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali hanya Allah subhaanahu wa ta’aala. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi yang mengajarkan tauhid kepada umatnya. Beliau adalah orang yang
Halaman 6 dari 34
paling tahu tentang Allah subhaanahu wa ta’aala. Mempelajari sejarah madzhab dalam ilmu akidah tentu saja dapat membantu kita dalam memahami akidah para ulama salaf. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah yang mewakili akidah ulama salaf itu dapat diklasifikasikan menjadi 3 madzhab. 3 madzhab tersebut yang mewakili akidah ulama salaf diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Madzhab Asy’ari ()األشعري 2. Madzhab Maturidi ()املاتريدي 3. Madzhab Atsariy ()األثري Pada pembahasan kali ini, kita akan mengenal lebih dekat tentang madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah yang ketiga atau yang terakhir yaitu madzhab al-Atsariy.
Halaman 7 dari 34
D. Perbedaan Antara Madzhab Atsariy & Salafi Wahabi Tidak bisa dipungkiri bahwasanya kita hidup di zaman di mana ada sekelompok kaum muslimin yang mengaku-ngaku menisbatkan diri pada manhaj akidah ulama salaf. Akan tetapi hakikatnya ternyata mereka sama sekali tidak bermanhaj akidah ulama salaf. Siapa lagi kalo bukan kelompok Salafi Wahabi. Mereka adalah pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah ta’aala (w. 1206 H).1 Kerancuan akidah yang mereka yakini dalam mengaku bermanhaj akidah ulama salaf telah dibongkar dan dibantah habis oleh para ulama dari kalangan madzhab Asy’ariyah, Maturidiyah & Atsariyah. Memang harus kita akui bahwa banyak diantara kaum muslimin yang terjebak bahkan terjerumus ikut dengan pemahaman akidah Salafi Wahabi. Hal ini terjadi sebab memang agak ”sulit” untuk membedakan akidah mereka dengan akidah ulama salaf. Akidah Salafi Wahabi ini memang sekilas mirip Nama Salafi Wahabi ini diakui sendiri oleh Syaikh Bin Bazz dalam fatwanya: جمموع. هـ1206 الوهابية منسوبة إىل الشيخ اإلمام حممد بن عبد الوهاب رمحه هللا املتوىف سنة 1
)230 /9( فتاوى ابن ابز
Halaman 8 dari 34
sekali dengan akidah ulama salaf. Namun hakikatnya ternyata jauh sekali alias tidak sama dengan akidah ulama salaf. Perbedaannya sangat tipis sekali sampaisampai sulit dibedakan oleh sebagian orang kecuali bagi yang diberi kemudahan oleh Allah ta’aala untuk memahaminya. Oleh sebab itu saking tipisnya banyak yang tertipu dengan ajaran akidah Salafi Wahabi. Dan jangan dianggap sepele masalah perbedaan yang tipis ini, Sebab nanti bisa menjadi sangat fatal akibatnya. Karena bisa terjerumus pada pemahaman akidah Tajsim. Pada pembahasan kali ini kami mencoba membandingkan akidah madzhab ulama salaf dengan akidah Salafi Wahabi. Sebagaimana telah dimaklumi bahwa akidah ulama salaf itu diwakili oleh madzhab Asy’ariy, Maturidi dan Atsariy. Namun dalam pembahasan kali ini kita cukupkan dengan madzhab Atsariy saja yaitu akidahnya Imam Ahmad bin Hanbal. Apalagi banyak Salafi Wahabi yang menisbatkan diri atau mengaku-ngaku ikut akidahnya Imam Ahmad bin Hanbal padahal faktanya ternyata tidak mengikutinya. Nah, Setidaknya ada 9 masalah yang membedakan antara akidah madzhab Atsariy dengan kelompok Salafi Wahabi. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Apakah tafwidh makna atau tafwidh kaifiyah? 2. Apakah Allah ada di atas Arasy? 3. Apakah Allah memiliki tangan?
Halaman 9 dari 34
4. Apakah Allah turun ke langit dunia? 5. Apakah Allah berupa jism? 6. Apakah melihat Allah dengan kaifiyah dan jihah? 7. Apakah mentakwil sifat Allah dilarang? 8. Apakah ilmu kalam dilarang? 9. Apakah Asy’ariy Ahlussunnah?
&
Maturidi
termasuk
Langsung saja mari kita bahas beberapa poin perbedaan antara madzhab Atsariy dengan kelompok Salafi Wahabi. 1. Apakah Tafwidh Makna atau Tafwidh Kaifiyah? Para ulama salaf dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat atau hadits-hadits mutasyabihat umumnya menempuh dengan cara dua metode. Pertama disebut dengan Tafwidh dan yang kedua disebut dengan Takwil. Mari kita fokus terlebih dahulu pada metode yang pertama yaitu metode Tafwidh. Nah pertanyaannya adalah apakah yang dipahami oleh para ulama salaf itu Tafwidh Makna atau Tafwidh Kaifiyah? Mari kita mulai terlebih dahulu dengan pendapat dari madzhab Atsariy terkait masalah ini. Pertama: al-Imam Ibnu Qudamah al-Atsariy rahimahullahu ta’aala (w. 620 H) mengatakan dalam kitab Lum’atul I’tiqad bahwa:
Halaman 10 dari 34
وما:قال اإلمام أبو عبد هللا أمحد بن حممد بن حنبل رضي هللا عنه ملعة.أشبه هذه األحاديث نؤمن هبا ونصدق هبا بال كيف وال معىن )6 :االعتقاد (ص Imam Ahmad bin Hanbal radhiyallahu anhu pernah berkata: Hadits-hadits yang serupa dengan hadits mutasyabihat maka kami beriman dengannya serta membenarkannya tanpa menentukan kaifiyah dan tanpa makna.2 Kedua: al-Imam Ibnu Hamdan al-Hanbali al-Atsariy rahimahullahu ta’aala (w. 695 H) mengatakan dalam kitabnya Nihayatul Mubtadi’in Fii Ushuliddiin bahwa:
أحاديث الصفات متر كما:قال اإلمام أمحد بن حنبل رضي هللا عنه وكل ما يعقل ويتصور فهو.جاءت من غري حبث عن معانيها وجيب أن نصف هللا تعاىل مبا وصف. وهو حمال،تكييف وتشبيه به نفسه أو وصف به رسوله صلى هللا عليه وسلم وإمراره كما جاء )33 : هناية املبتدئني يف أصول الدين (ص.وإن مل يعقل معناه Dan telah berkata al-Imam Ahmad bin Hanbal radhiyallahu anhu: Hadits-hadits mutasyabihat dibiarkan seperti lafadz yang warid tanpa menentukan maknanya. Apapun yang kita pikirkan dan kita gambarkan dalam benak kita itu merupakan bentuk takyif dan tasybih. Dan itu mustahil bagi Allah ta’aala. Dan wajib bagi kita mensifati Allah ta’aala Ibnu Qudamah, Lum’atul I’tiqad, Wizaratu as-Syu’un alIslamiyah wa al-Awqaf wa ad-Da’wah wa al-Irsyad: Saudi, Hal. 6. 2
Halaman 11 dari 34
dengan sifat-sifat yang telah Allah tetapkan baginya atau yang telah ditetapkan oleh rasulnya kepadanya serta membiarkannya seperti lafadz aslinya meskipun tanpa diketahui maknanya.3 Ketiga: al-Imam Mar’iy al-Karmiy al-Hanbali alAtsariy rahimahullahu ta’aala (w. 1033 H) mengatakan dalam kitabnya Aqawilu ats-Tsiqaat Fii Ta’wili al-Asma’ wa as-Shifat wa al-Aayaat alMuhkamaat wa al-Mutasyabihaat bahwa:
ويفوض. أن هذه األحاديث وحنوها تروى كما جاءت،واعلم أقاويل الثقات يف أتويل األمساء والصفات.معناها إىل هللا تعاىل )117 :واآلايت احملكمات واملتشاهبات (ص Ketahuilah, Sesungguhnya hadits-hadits mutasyabihat ini dan yang semisalnya diriwayatkan sebagaimana riwayat itu datang. Dan maknanya diserahkan kepada Allah ta’aala.4 Keempat: al-Imam Utsman Ibnu Qa’id an-Najdi alAtsariy rahimahullahu ta’aala (w. 1097 H) mengatkan dalam kitabnya Najaatu al-Khalaf Fii I’tiqadi as-Salaf bahwa:
فما جاء يف الكتاب والسنة وجب على كل مؤمن اإلميان به وإن مل )14 : جناة اخللف يف اعتقاد السلف (ص.يفهم معناه Ibnu Hamdan, Nihayatul Mubtadi’in Fii Ushuliddiin, Maktabatu ar-Rusyd, Hal. 33. 4 Mar’iy al-Karmiy, Aqawilu ats-Tsiqaat Fii Ta’wili al-Asma’ wa as-Shifat wa al-Aayaat al-Muhkamaat wa al-Mutasyabihaat, Mu’assasah ar-Risalah, Bairut, Hal. 117. 3
Halaman 12 dari 34
Sifat apapun yang disebutkan dalam al-Quran dan as-Sunnah maka wajib beriman dengan sifat tersebut meskipun tidak bisa dipahami maknanya.5 Kelima: al-Imam Syamsuddin as-Safarini al-Atsariy rahimahullahu ta’aala (w. 1188 H) mengatakan dalam kitab Lawami’u al-Anwar al-Bahiyah wa Sawati’u al-Asrar al-Atsariyah bahwa:
بل.فمذهب السلف يف آايت الصفات أهنا ال تؤول وال تفسر لوامع.جيب اإلميان هبا وتفويض معناها املراد منها إىل هللا تعاىل )219 /1( األنوار البهية Madzhab ulama salaf dalam masalah ayat mutasyabihat adalah tidak ditakwil dan tidak ditafsirkan. Akan tetapi wajib mengimaninya serta menyerahkan makna aslinya kepada Allah ta’aala.6 Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan ternyata madzhab Atsariy meyakini bahwa yang dimaksud dengan metode Tafwidh adalah Tafwidh Makna. Bukan Tafwidh Kaifiyah. Nah, Berikutnya mari kita simak beberapa pendapat dari kelompok Salafi Wahabi terkait masalah ini. Pertama: Syaikh Bin Baaz rahimahullah (w. 1420 H) mengatakan dalam kitabnya Majmu’ Fatawa Bin Baaz bahwa: Utsman Ibnu Qa’id, Najaatu al-Khalaf Fii I’tiqadi as-Salaf, Daru ‘Ammar, Urdun, Hal. 14. 6 As-Safarini, Lawami’ul Anwar al-Bahiyah , Mu’assasah alKhafiqin: Damaskus, Jilid 1, Hal. 200-240. 5
Halaman 13 dari 34
وليس التفويض.فالواجب تفويض علم الكيفية ال علم املعاين بل هو مذهب مبتدع خمالف ملا عليه السلف.مذهب السلف )55 /3( جمموع فتاوى ابن ابز.الصاحل Maka yang wajib adalah menyerahkan kaifiyah bukan menyerahkan maknanya. Sebab menyerahkan maknanya kepada Allah ta’aala adalah bukan termasuk madzhab salaf. Bahkan ini adalah madzhabnya ahli bid’ah yang menyelisihi salafusshalih.7 Kedua: Syaikh al-Utsaimin rahimahullah (w. 1421 H) mengatakan dalam kitabnya Majmu’ Fatawa wa Rasaa’il al-Utsaimin bahwa:
وليس مراده،ال نكيف هذه الصفات ألن تكييفها ممتنع ملا سبق وكل شيء اثبت فال بد.أنه ال كيفية لصفاته ألن صفاته اثبتة حقا ال شك أن. لكن كيفية صفات هللا غري معلومة لنا.له من كيفية ألن.الذين يقولون إن مذهب أهل السنة هو التفويض أهنم أخطأوا جمموع فتاوى.مذهب أهل السنة هو إثبات املعىن وتفويض الكيفية )73 /8( ورسائل العثيمني Kami tidak mentakyif sifat-sifat Allah ta’aala. Sebab kaifiyah ini sesuatu yang mustahil. Namun bukan berarti sifat Allah ta’aala tidak memiliki kaifiyah. Sebab segala sesuatu pasti ada kaifiyahnya. Namun kaifiyah sifat Allah tidak diketahui oleh kita. Bin Baaz, Majmu’ Fatawa Ibn Baaz, Saudi Arabia, Jilid 3, Hal. 55. 7
Halaman 14 dari 34
Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mengatakan bahwa madzhab ahlussunah adalah Tafwidh maka mereka salah. Sesungguhnya madzhab ahlussunnah adalah menetapkan makna dan menyerahkan kaifiyahnya.8 Ketiga: Syaikh al-Albani rahimahullah (w. 1420 H) dalam kitabnya Mausu’ah al-Albani Fii al-Aqidah mengatakan bahwa:
أن السلف كانوا يفهمون آايت الصفات ويفسروهنا ويعينون املعىن موسوعة األلباين يف.املراد منها على ما يليق به تبارك وتعاىل )50 /6( العقيدة Sesungguhnya para ulama salaf itu paham terhadap ayat-ayat sifat dan menafsirkannya serta mengetahui maknanya sesuai yang layak bagi Allah tabaaraka wa ta’aala.9 Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan ternyata Salafi Wahabi meyakini bahwa yang dimaksud dengan metode Tafwidh adalah Tafwidh Kaifiyah. Bukan Tafwidh Makna. Artinya mereka menetapkan adanya kaifiyah namun tidak tahu seperti apa kaifiyahnya. Lalu apa bedanya antara Tafwidh Makna dengan Tafwidh Kaifiyah? Agar
lebih
mudah
memahami
perbedaan
al-Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasaa’il al-Utsaimin, Darul Wathan, Jilid 8, Hal. 73. 9 Al-Albani, Mausu’ah al-Albani Fii al-Aqidah, Markaz anNu’man: Yaman, Jilid 6, Hal. 50. 8
Halaman 15 dari 34
keduanya maka bisa kita lihat dari beberapa kaidah dasar dari masing masing keduanya. Tafwidh Makna maksudnya adalah: 1. Menetapkan sifat bagi Allah subhanahu wa ta’aala dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah. (Itsbat Sifat Kama Warodat/Imroruha Kama Jaa'at). 2. Tidak menentukan makna & kaifiyah. (Bila Makna Wala Kaif). 3. Meniadakan makna dzohir. (Nafyu al-Ma'na adz-Dzohir al-Mutabaadir Ilaa adz-Dzihni). 4. Makna hakikatnya diserahkan kepada Allah subhanahu wa ta’aala. (Tafwidh Makna). Adapun Tafwid Kaifiyah maksudnya adalah: 1. Menetapkan sifat bagi Allah subhanahu wa ta’aala dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah. (Itsbat Sifat Kama Warodat/Imroruha Kama Jaa'at). 2. Menentukan makna & kaifiyah. 3. Menetapkan makna dzohir. 4. Hakikat kaifiyahnya diserahkan kepada Allah subhanahu wa ta’aala. (Tafwidh Kaifiyah). Dari keterangan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa akidah Salafi Wahabi yang dalam hal ini diwakili oleh Syaikh Bin Baaz, Syaikh al-Utsaimin dan Syaikh al-Albani rahimahumullah ta’aala ternyata berbeda sangat jauh pendapatnya dengan pemahaman akidah ulama salaf madzhab Atsariy. 2. Apakah Allah Ada Di Atas Arsy?
Halaman 16 dari 34
Ulama salaf dari kalangan Asy’ariy, Maturidi dan Atsariy meyakini serta beriman terhadap ayat tentang sifat ”istawa” bagi Allah subhanahu wa ta’aala. Begitu pula kelompok Salafi Wahabi meyakini serta beriman terhadap ayat tersebut. Ayat tentang sifat ”istawa” diantaranya dalam surat Thaha ayat 5:
ِ {الر مْحَ ُن َعلَى ال َمع مر })5: (طه.استَ َوى َّ ش م Pertanyaannya adalah apakah dengan ayat ini para ulama meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’aala bertempat atau berlokasi ada di atas Arsy? Mari kita mulai terlebih dahulu dengan pendapat dari madzhab Atsariy terkait masalah ini. Pertama: al-Imam Abu Bakr al-Khalal al-Atsariy (w. 311 H) mengatakan dalam kitabnya al-Aqidah Riwayatu Abi Bakr al-Khallal bahwa:
وكان اإلمام أمحد بن حنبل يقول يف معىن االستواء هو العلو فهو. ومل يزل هللا تعاىل عاليا رفيعا قبل أن خيلق عرشه.واالرتفاع وإمنا خص هللا العرش ملعىن. والعايل على كل شيء،فوق كل شيء فامتدح. والعرش أفضل األشياء وأرفعها.فيه خمالف لسائر األشياء وال جيوز أن يقال.هللا نفسه أبنه على العرش استوى أي عليه عال وهللا. تعاىل هللا عن ذلك علوا كبريا،استوى مبماسة وال مبالقاة : العقيدة رواية أيب بكر اخلالل (ص.تعاىل مل يلحقه تغري وال تبدل )108
Halaman 17 dari 34
Imam Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan bahwa makna istiwa adalah al-‘Uluw (maha tinggi kedudukannya) dan al-Irtifa’ (maha agung kedudukannya). Allah subhanahu wa ta’aala senantiasa maha tinggi dan maha agung sebelum diciptakannya Arsy. Allah di atas segala sesuatu dan maha tinggi atas segala sesuatu. Sesungguhnya Allah mengkhususkan penyebutan Arsy untuk suatu makna yang berbeda dengan segala sesuatu. Arsy itu makhluk paling utama dan paling tinggi, maka Allah memuji dirinya bahwa Dia istawa di atas Arsy dengan makna maha tinggi kedudukannya. Maka tidak boleh dikatakan bahwa Allah istawa bermakna menyentuh Arsy atau berpapasan dengan Arsy. Maha suci Allah dari hal itu. Allah itu tidak berubah-ubah dan tidak berganti-ganti.10 Kedua: al-Imam Ibnu Qudamah al-Atsariy rahimahullahu ta’aala (w. 620 H) mengatakan dalam kitab Lum’atul I’tiqad bahwa:
ومن.وكل ما ختيل يف الذهن أو خطر ابلبال فإن هللا تعاىل خبالفه نؤمن هبا ونصدق.} {الرمحن على العرش استوى:ذلك قوله تعاىل ملعة االعتقاد. وال نعلم كيف كنه ذلك.هبا بال كيف وال معىن )12-7 :(ص Apapun yang terlintas dan terbesit dalam pikiran kita maka sesungguhnya Allah ta’aala tidak seperti itu. Misalnya seperti firman Allah “ar-Rahmanu ‘alal Abu Bakr al-Khallal, al-Aqidah Riwayatu Abi Bakr al-Khallal, Daru Qutaibah, Damaskus, Hal. 108. 10
Halaman 18 dari 34
Arsyi istawa”. Kami mengimaninya, kami membenarkannya tanpa menentukan kaifiyah dan tanpa menentukan makna. Kami tidak tahu bagaimana makna sifat (istawa) tersebut.11 Ketiga: al-Imam Ibnu Hamdan al-Hanbali al-Atsariy rahimahullahu ta’aala (w. 695 H) mengatakan dalam kitabnya Nihayatul Mubtadi’in Fii Ushuliddiin bahwa:
وال حتله احلوادث.وأن هللا تعاىل ليس جبوهر وال عرض وال جسم وال نتأول، وأنه استوى على العرش بال كيف.وال حيل يف حادث . بل نكل علمه إىل هللا تعاىل.ذلك وال نفسره وال نكيفه وال نعطله حنن نؤمن أبن هللا على العرش كيف شاء بال حد وال:وقال أْحد ومن قال إنه بذاته يف كل مكان.صفة يبلغها واصف أو حيده حاد )30 : هناية املبتدئني يف أصول الدين (ص.أو يف مكان فكافر Sesungguhnya Allah ta’aala itu bukan berupa jauhar, ‘aradh dan jism. Tidak ada makhluk yang bertempat di Dzatnya dan juga Dia tidak bertempat pada makhluk. Sesungguhnya Allah istawa di atas Arsy tanpa kaifiyah. Kami tidak mentakwil, tidak menafsirkan tidak membagaimanakan dan juga tidak meniadakan sifat istawa. Akan tetapi kami serahkan ilmunya (maknanya) kepada Allah ta’aala. Imam Ahmad berkata: Kami beriman bahwa Allah istawa di atas Arsy seperti yang dikehendakinya tanpa ada batas dan tanpa dibatasi oleh pembatas. Ibnu Qudamah, Lum’atul I’tiqad, Wizaratu as-Syu’un alIslamiyah wa al-Awqaf wa ad-Da’wah wa al-Irsyad: Saudi, Hal. 7 - 12. 11
Halaman 19 dari 34
Siapa yang mengatakan bahwa Allah ada di setiap tempat atau ada di suatu tempat maka dia telah kafir.12 Keempat: al-Imam Ibnu Balban al-Ba’li al-Atsariy rahimahullahu ta’aala (w. 1083 H) mengatakan dalam kitabnya Qala’idu al-Iqyan Fii Ikhtashari Aqidati Ibni Hamdan bahwa:
ُ وال حتلُّه.وجيب اجلزم أبن هللا تعاىل ليس جبوهر وال جسم وال عرض فمن اعتقد أو قال إن.حيل ىف حادث وال ينحصر فيه ُّ احلوادث وال بل جيب اجلزم أبنه.هللا بذاته ىف كل مكان أو يف مكان فكافر مث خلق، فاهلل تعاىل كان وال مكان.سبحانه وتعاىل ابئن من خلقه قالئد العقيان يف اختصار. وهو كما كان قبل خلق املكان،املكان )98 :عقيدة ابن ْحدان (ص Dan wajib hukumnya meyakini bahwa Allah ta’aala bukan jauhar, bukan jism dan bukan ‘aradh. Tidak ada makhluk yang bertempat di Dzatnya dan juga Dia tidak bertempat pada makhluknya juga tidak diliputi oleh makhluknya. Barangsiapa meyakini bahwa Dzat Allah ta’aala berada di setiap tempat atau di suatu tempat maka dia telah kafir. Hendaklah seseorang meyakini bahwa Allah subhaanahu wa ta’aala tidak menyatu dengan makhluknya. Allah itu ada sebelum adanya tempat. Lalu Allah menciptakan tempat dan Dia tetap seperti dahulu sebelum adanya
Ibnu Hamdan, Nihayatul Mubtadi’in Fii Ushuliddiin, Maktabatu ar-Rusyd, Hal. 30. 12
Halaman 20 dari 34
tempat.13 Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan ternyata madzhab Atsariy meyakini bahwa Allah istawa di atas Arys tanpa diketahui makna hakikatnya, Artinya madzhab Atsariy menafikan makna dzohir ayat yaitu bersemayam atau bertempat. Madzhab Atsariy juga meyakini bahwa Allah tidak bertempat atau berlokasi di atas Arasy. Sebab Arasy itu adalah makhluk. Dan Allah tidak butuh pada makhluknya. Nah, Berikutnya mari kita simak beberapa pendapat dari kelompok Salafi Wahabi terkait masalah ini. Pertama: Syaikh Bin Baaz rahimahullah (w. 1420 H) dalam kitabnya Majmu’ Fatawa Bin Baaz mengatakan bahwa:
وأنه يف العلو سبحانه وتعاىل فوق السماوات وفوق مجيع اخلالئق ال يشابه، قد استوى عليه استواء يليق جبالله وعظمته،وفوق العرش /2( جمموع فتاوى ابن ابز.خلقه يف شيء من صفاته جل وعال )57 Sesungguhnya Allah berada di arah tinggi di atas langit dan di atas seluruh makhluk yaitu di atas Arasy. Allah bersemayam di atas Arasy dengan bersemayam yang sesuai dengan keagungannya. Dan tidak menyerupai makhluknya dalam sifatIbnu Balban, Qala’idu al-Iqyan Fii Ikhtashari Aqidati Ibni Hamdan, Daru al-Minhaj, Damaskus, Hal. 98. 13
Halaman 21 dari 34
sifatnya.14 Kedua: Syaikh al-Utsaimin rahimahullah (w. 1421 H) dalam kitabnya Majmu’ Fatawa wa Rasaa’il alUtsaimin mengatakan bahwa:
{خلق السماوات واألرض يف ستة أايم مث استوى على:ونؤمن أبنه علوا، علوه عليه بذاته، واستواؤه على العرش. }العرش يدبر األمر جمموع فتاوى. ال يعلم كيفيته إال هو، يليق جبالله وعظمته،خاصا )232 /3( ورسائل العثيمني Kami beriman bahwa Allah mencipakan langit dan bumi selama enam hari lalu Allah bersemayam di atas Arasy mengatur urusannya. Bersemayam di atas Arasy maksudnya Allah berada di ketinggian di atas Arasy dengan Dzatnya. Sesuai dengan keagungannya dan tidak diketahui kaifiyahnya kecuali hanya dia.15 Ketiga: Syaikh al-Albani rahimahullah (w. 1420 H) dalam kitabnya Mausu’ah al-Albani Fii al-Aqidah mengatakan bahwa:
موسوعة.فهو سبحانه فوق خملوقاته مستو على عرشه اجمليد بذاته )160 /6( األلباين يف العقيدة Allah subhanahu wa ta’aala berada di atas seluruh makhluknya dan bersemayam di atas Arasy dengan Bin Baaz, Majmu’ Fatawa Ibn Baaz, Saudi Arabia, Jilid 2, Hal. 57. 15 al-Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasaa’il al-Utsaimin, Darul Wathan, Jilid 3, Hal. 232. 14
Halaman 22 dari 34
Dzatnya.16 Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan ternyata Salafi Wahabi meyakini bahwa yang dimaksud dengan Allah istawa di atas Arsy adalah Allah benarbenar berada di atas Arasy. 3. Apakah Allah Memiliki Tangan? Ulama salaf dari kalangan Asy’ariy, Maturidi dan Atsariy meyakini serta beriman terhadap ayat tentang sifat ”Yad” bagi Allah subhanahu wa ta’aala. Begitu pula kelompok Salafi Wahabi meyakini serta beriman terhadap ayat tersebut. Ayat tentang sifat ”Yad” diantaranya dalam surat al-Fath ayat 10:
َِّ {ي ُد )]10 :اّلل فَ مو َق أَيم ِدي ِه مم} [الفتح َ Pertanyaannya adalah apakah dengan ayat ini para ulama meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’aala memiliki tangan dalam artian tangan sebenarnya? Mari kita mulai terlebih dahulu dengan pendapat dari madzhab Atsariy terkait masalah ini. Pertama: al-Imam Abu Bakr al-Khalal al-Atsariy (w. 311 H) mengatakan dalam kitabnya al-Aqidah Riwayatu Abi Bakr al-Khallal bahwa:
ومها صفة له. إن هلل تعاىل يدين:كان اإلمام أمحد بن حنبل يقول ليستا جبارحتني وليستا مبركبتني وال جسم وال جنس من،يف ذاته Al-Albani, Mausu’ah al-Albani Fii al-Aqidah, Markaz anNu’man: Yaman, Jilid 6, Hal. 160. 16
Halaman 23 dari 34
.األجسام وال من جنس احملدود والرتكيب واألبعاض واجلوارح )104 :العقيدة رواية أيب بكر اخلالل (ص Imam Ahmad Bin Hanbal pernah mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’aala memiliki sifat “Yadain”. Keduanya adalah sifat bagi Allah dalam dzatnya. “Yadain” bukan bermakna jarihah/anggota tubuh. “Yadain” bukan pula sesuatu yang tersusun dari beberapa bagian. “Yadain” bukan berbentuk seperti jism, “Yadain” bukan sesuatu yang memiliki batas ujung, susunan-susunan, bagian-bagian dan anggota tubuh.17 Kedua: al-Imam Mar’iy al-Karmiy al-Hanbali alAtsariy rahimahullahu ta’aala (w. 1033 H) mengatakan dalam kitabnya Aqawilu ats-Tsiqaat Fii Ta’wili al-Asma’ wa as-Shifat wa al-Aayaat alMuhkamaat wa al-Mutasyabihaat bahwa:
ومذهب السلف واحلنابلة أن املراد من اآلايت املتشاهبات إثبات وجب إثبات تلك الصفة على."صفتني ذاتيتني تسميان "يدين ال مبعىن العضو واجلارحة واجلسمية والبعضية،وجه يليق به سبحانه أقاويل الثقات يف أتويل. تعاىل هللا عن ذلك.والكمية والكيفية )150 :األمساء والصفات واآلايت احملكمات واملتشاهبات (ص Madzhab salaf dan madzhab Hanabilah Atsariyah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah menetapkan sifat dzat yaitu sifat Abu Bakr al-Khallal, al-Aqidah Riwayatu Abi Bakr al-Khallal, Daru Qutaibah, Damaskus, Hal. 104. 17
Halaman 24 dari 34
“Yadain”. Wajib hukumnya menetapkan sifat tersebut sesuai dengan keagungan Allah ta’aala. Lafadz “Yadain” bukan bermakna jarihah/anggota tubuh, bukan pula jism/badan, bukan pula bagian sesuatu, bukan pula ukuran dan bukan pula bermakna bentuk. Maha suci Allah dari semua hal itu.18 Ketiga: al-Imam Abdul Baqi al-Ba’li al-Hanbali alAtsariy rahimahullahu ta’aala (w. 1071 H) mengatakan dalam kitabnya al-‘Ain wa al-Atsar Fii ‘Aqaidi Ahli al-Atsar bahwa:
العني واألثر.إثبات األمساء والصفات مع نفي التشبيه واألدوات )36 :يف عقائد أهل األثر (ص Menetapkan asma’ dan sifat bagi Allah ta’aala disertai dengan menafikan/meniadakan tasybih dan meniadakan alat (anggota tubuh).19 Keempat: al-Imam Syamsuddin as-Safarini alAtsariy rahimahullahu ta’aala (w. 1188 H) mengatakan dalam kitab Lawami’u al-Anwar alBahiyah wa Sawati’u al-Asrar al-Atsariyah bahwa:
وجب إثبات تلك الصفة على وجه يليق جبالل هللا وعظمته ال مبعىن . تعاىل هللا عن ذلك، واجلسمية والبعضية والكمية،العضو واجلارحة Mar’iy al-Karmiy, Aqawilu ats-Tsiqaat Fii Ta’wili al-Asma’ wa as-Shifat wa al-Aayaat al-Muhkamaat wa al-Mutasyabihaat, Mu’assasah ar-Risalah, Bairut, Hal. 150. 19 Abdul Baqi al-Ba’li, al-‘Ain wa al-Atsar Fii ‘Aqaidi Ahli al-Atsar, Darul Ma’mun Litturats, Hal. 36. 18
Halaman 25 dari 34
)232 /1( لوامع األنوار البهية Wajib hukumnya menetapkan sifat tersebut sesuai dengan keagungan Allah ta’aala. Lafadz “Yad” bukan bermakna jarihah/anggota tubuh, bukan pula jism/badan, bukan pula bagian sesuatu dan bukan pula bermakna ukuran. Maha suci Allah dari semua hal itu.20 Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan ternyata madzhab Atsariy meyakini bahwa yang dimaksud dengan lafadz “Yad” dalam al-Quran bukanlah bermakna tangan anggota tubuh. Artinya madzhab Atsariy menafikan makna dzohir ayat yaitu tangan. Nah, Berikutnya mari kita simak beberapa pendapat dari kelompok Salafi Wahabi terkait masalah ini. Pertama: Syaikh Bin Baaz rahimahullah (w. 1420 H) dalam kitabnya Majmu’ Fatawa Bin Baaz mengatakan bahwa:
وأفيدك أن ما نعتقده يف إثبات صفة اليد هلل تبارك وتعاىل وغريها يف الصفات اليت وصف هللا هبا نفسه يف كتابه العزيز أو وصفه هبا رسوله حممد صلى هللا عليه وسلم يف سنته املطهرة هو إثباهتا هلل تبارك وتعاىل إثباات حقيقيا على ما يليق جبالل هللا سبحانه من غري جمموع فتاوى ابن.حتريف وال تعطيل ومن غري تكييف وال متثيل
As-Safarini, Lawami’ul Anwar al-Bahiyah , Mu’assasah alKhafiqin: Damaskus, Jilid 1, Hal. 232. 20
Halaman 26 dari 34
)84 /3( ابز Saya beritahu kepadamu bahwa kami meyakini sifat tangan bagi Allah ta’aala yang telah dia sifatkan dalam al-Quran atau yang disifatkan oleh Rasulnya dalam haditsnya. Yaitu menetapkan sifat tangan secara hakiki yang sesuai dengan keagungan Allah ta’aala tanpa tahrif, tanpa ta’thil, tanpa mengetahui bentuk hakikatnya dan tanpa penyerupaan.21 Kedua: Syaikh al-Utsaimin rahimahullah (w. 1421 H) dalam kitabnya Majmu’ Fatawa wa Rasaa’il alUtsaimin mengatakan bahwa:
فهي على حقيقتها. } {يد هللا فوق أيديهم:أما قوله تعاىل وهو سبحانه، وذلك ألن يد هللا تعاىل صفة من صفاته.وظاهرها جمموع فتاوى.فوقهم على العرش استوى فكانت يده فوق أيديهم )263 /1( ورسائل العثيمني Adapun makna firman Allah “Tangan Allah diatas tangan mereka” adalah tangan hakiki sesuai dzohir lafadznya. Sebab tangan Allah adalah sifat baginya yang mana Dia berada di atas Arasy maka tanganya Allah ya berada di atas tangan mereka.22 Ketiga: Syaikh al-Albani rahimahullah (w. 1420 H) dalam kitabnya Mausu’ah al-Albani Fii al-Aqidah mengatakan bahwa: Bin Baaz, Majmu’ Fatawa Ibn Baaz, Saudi Arabia, Jilid 3, Hal. 84. 22 al-Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasaa’il al-Utsaimin, Darul Wathan, Jilid 1, Hal. 263. 21
Halaman 27 dari 34
يؤخذ منها املعىن.} {يد هللا فوق أيديهم:ابب معىن قوله تعاىل )288 /6( موسوعة األلباين يف العقيدة.الظاهر دون تكييف Bab tentang firman Allah “Tangan Allah diatas tangan mereka”. Disimpulkan dari ayat ini bahwa makna tangan sesuai dzahir lafadznya tanpa diketahui kaifiyah.23 Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan ternyata Salafi Wahabi meyakini bahwa yang dimaksud dengan lafadz “Yad” adalah tangan secara hakiki dan mereka menyerahkan kaifiyahnya/bentuknya kepada Allah ta’aala.
Referensi Al Qur’an Al-Kariim
Al Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah. Al Jami’ As Shahih (Shahih Bukhari). Daru Tuq An Najat. Kairo, 1422 H An Nisaburi, Muslim bin Al hajjaj Al Qusyairi. Shahih Muslim. Daru Ihya At Turats. Beirut. 1424 H At Tirmidzi, Abu Isa bin Saurah bin Musa bin Ad Dhahak. Sunan Tirmidzi. Syirkatu maktabah Al halabiy. Kairo, Mesir. 1975 As Sajistani, Abu Daud bin Sulaiman bin Al Asy’at. Al-Albani, Mausu’ah al-Albani Fii al-Aqidah, Markaz anNu’man: Yaman, Jilid 6, Hal. 50. 23
Halaman 28 dari 34
Sunan Abi Daud. Daru Risalah Al Alamiyyah. Kairo, Mesir. 2009 Al Quzuwainiy, Ibnu majah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu majah. Daru Risalah Al Alamiyyah. Kairo, Mesir. 2009 Abu Hanifah, al-Fiqhu al-Abshat , Maktabah alFurqan al-Imarat al-Arabiyah. Ibnu Asakir, Tabyin Kadzibi al-Muftari , Darul Kitab al-Arabi: Bairut. Abdul Qahir bin Thahir al-Baghdadi, al-Farqu Bainal Firoq, Darul Aafaq al-Jadidah: Bairut. Al-Ghazali, Ihyaa’ Ulumiddiin, Darul Ma’rifah: Bairut. An nawawi , Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf. Al Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab. Darul Ihya Arabiy. Beirut. 1932 Ibnu Qudamah, Lum’atul I’tiqad , Wizaratu asySyu’uun al-Islamiyah wal-Awqaf. Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fatawa al-Haditsiyah, Darul Fikr. Ibnu Ruslan, az-Zubad Fii al-Fiqhi asy-Syafi’iy, Darul Ma’rifah: Bairut. Al-Bajuri, Tuhfatul Murid Syarh Jauharatu atTauhid , Darul Kutub al-Ilmiyah. Tajuddin as-Subki, Thabaqat asy-Syafi’iyah alKubra, Jilid 3, Hal 365. Asad Hamzah Abdul Qadir, Nailul Maraam Syarh Aqidatil Awwam, Darul Asyairah: Yaman.
Halaman 29 dari 34
Hisyam al-Kamil Hamid Musa, Fathul ‘Allaam Syarh Mandzumah Aqidatil Awwam, Darul Manar: Kairo. An-Nawawi, Tahdzibul Asma’ wa al-Lughaat , Darul Kutub al-Ilmiyah. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarh Shahih al-Bukhari , Darul Kutub al-Ilmiyah.
Halaman 30 dari 34
Muhammad Ajib, Lc., MA HP
082110869833
WEB
www.rumahfiqih.com/ajib
EMAIL
[email protected]
T/TGL LAHIR
Martapura, 29 Juli 1990
ALAMAT
Tambun, Bekasi Timur
PENDIDIKAN S-1
S-2
: Universitas Islam Muhammad Ibnu Suud Kerajaan Saudi Arabia - Fakultas Syariah Jurusan Perbandingan Mazhab : Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta Konsentrasi Ilmu Syariah
Muhammad Ajib, Lc., MA, lahir di Martapura, Sumatera Selatan, 29 Juli 1990. Beliau adalah putra pertama dari pasangan Bapak Muhammad Ali dan Ibu Siti Muaddah. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya (SDN 11 Terukis) di desa kelahirannya, Martapura, Sumatera Selatan, ia melanjutkan studi di MTsN Martapura, Sumatera Selatan selama 1 tahun dan pindah ke MTsN Bawu Batealit Jepara, Jawa Tengah. Kemudian setelah lulus dari MTsN Bawu Batealit Jepara beliau lanjut studi di Madrasah Aliyah Wali Songo Pecangaan, Jepara. Selain itu juga beliau belajar di Pondok Pesantren Tsamrotul Hidayah yang diasuh oleh KH. Musta’in Syafiiy rahimahullah. Di muka | daftar isi
Halaman 31 dari 34
pesantren ini, beliau belajar kurang lebih selama 3 tahun. Setelah lulus dari MA (Madrasah Aliyah) setingkat SMA, beliau kemudian pindah ke Jakarta dan melanjutkan studi strata satu (S-1) di program Bahasa Arab (i’dad dan takmili) serta fakultas Syariah jurusan Perbandingan Madzhab di LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam Arab) (th. 2008-2015) yang merupakan cabang dari Univ. Islam Muhammad bin Saud Kerajaan Saudi Arabia (KSA) untuk wilayah Asia Tenggara. Setelah lulus dari LIPIA pada tahun 2015 kemudian melanjutkan lagi studi pendidikan strata dua (S-2) di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta, fakultas Syariah dan selesai lulus pada tahun 2017. Berikut ini beberapa karya tulis beliau yang telah dipublikasikan dalam format PDF dan bisa didownload secara gratis di website rumahfiqih.com, diantaranya: 1. Buku “Mengenal Lebih Dekat Madzhab Syafiiy” 2. Buku “Ternyata Isbal Haram, Kata Siapa?”. 3. Buku “Dalil Shahih Sifat Shalat Nabi SAW Ala Madzhab Syafiiy”. 4. Buku “Hukum Transfer Pahala Bacaan alQuran”. 5. Buku “Maulid Nabi SAW Antara Sunnah & Bid’ah”. 6. Buku “Masalah Khilafiyah 4 Madzhab Terpopuler”. 7. Buku “Bermadzhab Adalah Tradisi Ulama Salaf”.
Halaman 32 dari 34
8. Buku “Praktek Shalat Praktis Versi Madzhab Syafiiy”. 9. Buku “Fiqih Hibah & Waris”. 10.Buku “Asuransi Syariah”. 11.Buku “Fiqih Wudhu Versi Madzhab Syafiiy”. 12.Buku “Fiqih Puasa Dalam Madzhab Syafiiy”. 13.Buku “Fiqih Umrah”. 14.Buku “Fiqih Qurban Perspektif Madzhab Syafiiy”. 15.Buku “Shalat Lihurmatil Waqti”. 16.Buku “10 Persamaan & Perbedaan Tata Cara Shalat Antara Madzhab Syafi’iy & Madzhab Hanbali”. 17.Buku “33 Macam Jenis Shalat Sunnah”. 18.Buku “Klasifikasi Shalat Sunnah”. 19.Buku “Ibu Hamil & Menyusui Bolehkah Bayar Fidyah Saja”. 20.Buku “Fiqih Aqiqah Perspektif Madzhab Syafiiy”. 21.Buku “Mengenal Ahli Waris” 22.Buku “Mengetahui Bagian Pasti Ahli Waris” 23.Buku “Mengetahui Syarat Bagian Pasti Ahli Waris” 24.Buku “Mengetahui Konsep Hijab Ahli Waris” 25.Buku “Praktek Cara Menghitung Warisan” Saat ini beliau masih tergabung dalam Tim Asatidz di Rumah Fiqih Indonesia (www.rumahfiqih.com), yang berlokasi di Kuningan Jakarta Selatan. Rumah Fiqih adalah sebuah institusi nirlaba yang bertujuan melahirkan para kader ulama di masa mendatang, dengan misi mengkaji Ilmu Fiqih perbandingan yang original, mendalam, serta seimbang antara
Halaman 33 dari 34
madzhab-madzhab yang ada. Selain aktif menulis, juga menghadiri undangan dari berbagai majelis taklim baik di masjid, perkantoran ataupun di perumahan di Jakarta, Bekasi dan sekitarnya. Secara rutin juga menjadi narasumber pada acara YAS’ALUNAK di Share Channel tv. Selain itu, beliau juga tercatat sebagai dewan pengajar di sekolahfiqih.com. Beliau saat ini tinggal bersama istri tercinta Asmaul Husna, S.Sy., M.Ag. di daerah Tambun, Bekasi. Untuk menghubungi penulis, bisa melalui media Whatsapp di 082110869833 atau bisa juga menghubungi beliau melalui email pribadinya: [email protected].
Halaman 34 dari 34
RUMAH FIQIH adalah sebuah institusi non-profit yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan pelayanan konsultasi hukum-hukum agama Islam. Didirikan dan bernaung di bawah Yayasan DaarulUluum Al-Islamiyah yang berkedudukan di Jakarta, Indonesia. RUMAH FIQIH adalah ladang amal shalih untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Rumah Fiqih Indonesia bisa diakses di rumahfiqih.com