Data Loading...
Syahruddin tk khatib bandaro Flipbook PDF
Syahruddin tk khatib bandaro
126 Views
18 Downloads
FLIP PDF 287.85KB
KIPRAH SYAHRUDDIN TUANKU KATIB BANDARO DALAM BIDANG KEAGAMAAN DARI NAGARI PAINGAN KECAMATAN SUNGGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN ( 1967 -2013 ) Siska Frandinata1 Liza Husnita2 Livia Ersi3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT This thesis talks about how Tuanku Syahruddin Katib Bandaro in developing Syattariyah ideology in Pariaman especially in Korong Paingan Guguak Kuranji Hilir Village. This study needs to do, because we can see his way in develop Syattariyah ideology. To easier this study, i wrote formulate the problem as follow : How Syahruddin Tuanku Katib Bandaro role in developingislamic ways in general and developing Syattariyah ideology in korong Paingan Guguak Kuranji Village Sunggai Limau Regency. Problem statement in this study is how Tuanku Syahruddin Katib Bandaro role in developing Syattariyah ideology in Korong Paingan Guguak Kuranji Hilir Village, Sungai Limau regency. The aim of this study is to see how Tuanku Syahruddin Katib Bandaro Basa role in developing Syattariyah ideology. Study method that used is suitable with history method through these steps : First, Heuristik is collecting soure data in interview in litaratom form, Second, soure critique, is to trip the souries those had been collected througt internal and external critique. Third, interpretation is explaning facts by connecting the each fact that suitable with historical event that fourth Historiography is presenting the result of study in thesis form. From the result of this study we know that Tuankun Syahruddin Katib Bandaro in developing Islamic way and developing Syattariyah ideology has important role in developing Islamic way and Syattariyah ideology by doing speech and retitation to congregation by buil Mata Air Mosque that located in Kampung Tangah, Korong Paingan, Guguak Kuranji Hilir village as a worshiping place, speech and religion activity. Trough this Tuanku Syahruddin developing Syattariyah ideology.
Keyword : Profile, Scholars, Tarekat Syattariyah, Function
1
Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat Dosen. Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Dosen. Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 2
PENDAHULUAN Keberhasilan Islam dalam menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat menjadikan Islam sebagai agama yang besar. Perkembangan dan penyiaran agama Islam itu paling dinamis dan cepat jika dibandingkan dengan agama lainnya. Ulama merupakan panutan umat Islam yang memegang peranan penting dalam menyiarkan agama Islam. Semua ini karena bagi masyarakat seorang ulama memiliki keungulan yang tidak mereka miliki, seperti pengetahuan agama yang mendalam disertai sifat-sifat yang mulia, bijaksana, takwa, dan semua sifat-sifat baik Salah satu tokoh yang menjadi kategori untuk penulisan biografi adalah tokoh agama Islam mengingat perkembangan Islam di daerah manapun tidak terlepas dari peranan Ulama maupun tokohtokoh agama. Ulama, Tuangku, Syeikh maupun tokoh agama lainya memiliki peran dan pengaruhnya dalam masyarakat, karena Ulama adalah orang memiliki pengetahuan agama Islam yang luas dan berfungsi sebagai pengayon, panutan dan pembimbing di tengah-tengah masyarakat. Peranan Ulama atau Syech dalam menyiarkan agama cukup besar diantaranya melalui tarekat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Azyumardi Azra bahwa Islam datang ke Nusantara dibawa oleh orang-orang sufi, mereka menyebarkan Islam melalui Tarekat, Penyebaran agama Islam melalui Tarekat sangat kental dan besar pengaruhnya dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, salah satunya daerah yang berada di Minangkabau Sumatera Barat. Salah satu nagari yang masih menggunakan ajaran Tarekat adalah Nagari Paingan Koto Tinggi Kecamatan Sunggai Limau Kabupaten Padang Pariaman. Tuanku Syahruddin merupakan seorang Ulama di Nagari Paingan Koto Tinggi Kabupaten Padang Pariaman beliau lahir pada tanggal 3 Juli 1933, ia menjadi panutan bagi masyarakat Paingan Koto Tinggi. Tuanku Syahruddin memberikan pengajian dan ceramah rutin setiap mingunnya di Nagari Paingan Koto Tinggi, Nagari Kamumuan, dan Nagari Pasar Ampalam Sunggai Limau. Dalam memberikan ceramah atau pengajian Tuanku Syahruddin membawakanya dengan santai sehinga para jama’ah senang dan tidak bosan selama beliau memberikan pengajian. Selain sebagai seorang Ulama, Tuanku Syahruddin adalah tokoh penyebar aliran Tarekat Syattariah (Guru Tarekat Syattariyah), dimana Tarekat Syattariyah pertama berkembang di Minangkabau yakni di wilayah Pariaman (Ulakan Tapakih) pada tahun 1011 H, 1990 M yang dipegang oleh Syekh Burhanuddin. Tarekat Syattariyah yang merupakan salah satu jenis tarekat terpenting dalam proses Islamisasi di Indonesia.
Sesuai dengan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan dalam pembatasan masalah, maka yang akan diungkap dalam perumusan masalah adalah: a. Bagaimana Latar belakang kehidupan Tuanku Syahruddin Katib Bandaro. b. Bagaimana Kiprah Tuanku Syahruddin sebagai seorang Ulama yang menyebarkan aliran Tarekat Syatariyah di Nagari Paingan Koto Tinggi Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman. Tujuan penelitian mendeskripsikan tentang :
ini
adalah
untuk
a. Mendeskripsikan latar belakang kehidupan Tuanku Syahruddin Katib Bandaro. b. Mendeskripsikan Kiprah Tuanku Syahruddin sebagai seorang Ulama yang menyebarkan aliran Tarekat Syatariyah di Nagari Paingan Koto Tinggi Kecamatan Sunggai Limau Kabupaten Padang Pariaman. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan maka penelitian ini diharapkan berguna untuk : a. Bagi peneliti dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam penulisan sejarah, khususnya dalam sejarah lokal mengenai “tokoh sejarah lokal”. b. Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama belajar di perguruan tinggi. c. Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai landasan atau acuan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam. d. Bagi peneliti penulisan Biografi ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan memperkenalkan tokoh-tokoh agama yang selama ini tidak begitu dikenal padahal mempunyai jasa dan kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan agama Islam. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Poppy Andriyani, yang berjudul Biografi Samik Ibrahim Sosok Ulama Kambang Pesisir Selatan Tahun (1908-1978). Merupakan kajian biografi tematis dengan mengangkat tokoh Ulama Samik Ibrahim. Kajian dalam skripsi ini mengambarkan tentang perjuangan seorang Ulama di Nagari Kambang Pesisir Selatan. Dalam penulisan ini penulis membahas permasalahan tentang bagaimana perjuangan Samik Ibrahim sebagai seorang Ulama di Nagari Kambang Pesisir Selatan. Skripsi Beni, yang berjudul biografi Tuanku Saliah (1940-1947), dalam penelitian ini penulis
membahas dua permasalahan yaitu Bagaimanakah Riwayat Hidup dan Perjuangan Tuanku Saliah dalam menggiatkan pemurnian ajaran Islam di Nagari Sungai Sariak. Tulisan lainnya yang Relevan yaitu Edma Derianova dengan judul Biografi Tuanku Abdul Razak Ulama Tarekat Syattariyah di Pakandangan Kabupaten Padang Pariaman (1995-2000). Studi ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana latar belakang kehidupan Tuanku Abdul Razak dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh Tuanku Abdul Razak dalam mengembangkan dan mempertahankan ajaran Tarekat Syattaritah. Sedangkan peneliti membahas Tuanku Syahruddin Katib Bandaro sebagai seorang Ulama dan penyebar aliran Tarekat Syattariyah di Nagari Paingan, Kecamatan Sunggai Limau. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah metode sejarah, yang berjudul : “ Kiprah Syahruddin Tuanku Katib Bandaro Dalam Bidang Keagamaan dari Nagari Paingan Koto Tinggi Kabupaten Padang Pariaman Tahun 1967 – 2013 “. Metode sejarah meliputi : Pertama, Heuristik yang merupakan tahap pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai sumber yang mendukung penelitian ini, baik sumber primer maupun sekunder. Kedua, Kritik Sumber, merupakan tahapan untuk melakukan pengolahan data atau analisis data sejarah yang dapat di kelompokan dalam dua bagian yakni, kritik ekstern penulis melakukan pengujian otensitas (keaslian) materi data yang di peroleh dengan cara melakukan pengidentifikasian bahan-bahan yang ada, serta menguji keaslian isi informasi dari wawancara dengan cara mengajukan pertanyaan yang sama kepada orang yang berbeda. Ketiga, Interpretasi yang berarti menafsirkan atau memberikan makna kepada fakta-fakta (facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences). Keempat, yaitu Historiografi yakni penyajian data dan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau Skripsi yaitu penulisan kembali dari data-data dan sumber-sumber yang telah diuji kebenaranya. Setelah mengumpulkan data yang sudah bisa dipertangungjawabkan peneliti mulai menyajikan data dan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau Skripsi. Penelitian ini dilakukan di Paingan, karena di sinilah Tuanku Syahruddin melakukan tugasnya sebagai Ulama dalam mengembangkan ajaran Islam kepada masyarakat. informan penelitianya adalah : Tuanku Syahruddin Katib Bandaro, Keluarga Tuanku Syahruddin Katib Bandaro, Kerabat dekat Tuanku Syahruddin Katib Bandaro, Jama’ah Tarekat Syattariyah Tuanku Syahruddin Katib Bandaro dan Masyarakat Umum yang
bertempat tinggal di Paingan, Kecamatan Sunggai Limau. PEMBAHASAN Masa Kecil dan Lingkungan Keluarga Tuanku Syahruddin Khatib Bandaro merupakan anak pertama dari empat orang bersaudara seibu dan sebapak. Adek-adeknya yang bernama Rozali, Samsuwirman, Kamiruddin, dan Safna Wartati. Masa kecil seorang Ulama dipengaruhui dalam kehidupan selanjutnya, karena pada masa kecil itu peranan orang tua sangat menentukan dalam rangka mempersiapkan masa depanya Dia ini lahir di Paingan pada tanggal 30 Juli 1923 ayahnya yang bernama Na’ansah (almarhum) dan ibunya yang bernama Dahniar (almarhum). Dari kecil ia gemar mempelajari ilmu agama seperti membaca Al-Quran, menulis huruf melayu, membaca hapalan sholat, Sikap tindakan Tuanku Syahruddin Khatib Bandaro membuat dia menjadi panutan dan Suritauladan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Masa Remaja Masa remaja di usianya bukanlah masa bersenang-senang Tuanku Syahruddin Katib Bandaro, tidak seperti remaja seusianya yang bisa bermain bebas. Namun masa remaja tersebut diisi dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti ke sawah, keladang dan mengikuti ayahnya pergi mengaji dan sesekali pergi menghadiri wirid-wirid yang diadakan di rumah-rumah dan di surau-surau. Kepribadian dan kepahaman yang dimilikinya, tak pelak cerana datang silih berganti, tidak mudah bagi Tuanku Syahruddin menerima cerana yang datang, karena pernikahan baginya secara tersirat, merupakan persoalan dan urusan kaum mulai dari mencari pasangan, membuat persetujuan, pertunangan sampai pada acara perhelatan, karena perkawinan bukan sekedar usaaha membentuk keluarga, oleh sepasang manusia atau insan, tetapi segala urusan dalam keluarga telah menjadi urusan bersama. Namun bagi Tuanku Syahruddin, itu soal sikap, prinsip diri tetapi menjadi keputusan pribadinya, yang penting perkawinannya sah menurut syarak dan agama yang benar. Masa Dewasa Usia 27 tahun Tuanku Syahruddin Khatib Bandaro membuat keputusan untuk menerima cerana, pihak keluarga seorang Dara yang berasal dari Paingan yang bernama Nurhayati, Usia perkawinan Tunku Syahruddin dengan Nurhayati bertahan lama karena kecocokan dalam rumah
tangga, bahkan sampai sekarang masih hidup bersama. Pendidikan Tuanku Syahruddin Katib Bandaro pernah mendapatkan pendidikan formal di Sekolah Rakyat (SR) Pakandangan, Sekolah Agama Alawiyah merupakan sekolah keagamaan yang berkembang pada masa pendudukan Jepang di Pakandangan. Sekolah ini melakukan proses belajar-mengajar di Sekolah Rakyat (SR). Pendidikan non formal yang diperoleh dari kedua orang tuanya hanya berupa pendidikan dasar keagamaan. Tuanku Syahruddin belajar Sholat dan mengaji dengan orang tuanya. Selain itu Tuanku Syahruddin juga pernah mendapatkan pendidikan melalui Surau, sebagaimana laki-laki di Minangkabau hanya sebentar tinggal di rumah ibunya, yaitu sampai umur 6 tahun. Selepas itu harus tidur di Surau bersama-sama dengan temanteman sambil mengaji Al-Qur’an, hal ini juga menjadi bagian dari kehidupan Tuanku Syahruddin. Kehidupan Bermasyarakat
Dalam pelaksaan Tarekat Tuanku Syahruddin terhadap jama’ah mempunyai sikap yang tegas dalam melakukan Tarekat dan apabila dalam melakukan pengajian muridnya tidak melakukanya dengan sunguh-sunguh maka sikap beliau agak tegas. Tapi itu semua tergantung kepada Jama’ahnya semua, dan apabila kita melakukannya dengan sunguh-sunguh maka dia juga akan bersifat ramah tamah. Karna dalam Dalam kehidupan bekeluarga dan kehidupan bermasyarakat Tuanku Syahruddin dikenal sebagai seorang Ulama yang taat beribadah, sikap seperti itu sudah lama bertahan pada diri Tuanku Syahruddin tujuan mereka adalah untuk meningkatkan ilmu tentang agama Islam di Paingan khususnya agama yang dianut oleh masyarakat Korong Paingan Nagari Guguak Kuranji Hilir Kecamatan Sunggai Limau Kabupaten Padang Pariaman. Sejarah Tarekat Syattariyah Tarekat Syattariyah adalah tarekat yang tertua dan pertama kali berkembang di Minangkabau tepatnya di Ulakan Tapakis Pariaman, yang dibawa oleh Syekh Burhanuddin Ulakan (1646-1699). Sumatera Barat, atau lebih tepatnya dataran tinggi Minangkabau, telah menjadi wilayah penganut Syattariyah.
Tarekat Syattariyah secara umum adalah kaji yang harus disampaikan oleh seorang Ulama melalui jalan Allah untuk mengetahui dan mempelajari sifat-sifatnya yang tidak bisa dibaca oleh semua orang Aliran Tarekat Syattariyah mulai masuk dan berkembang di Paingan di bawa oleh seorang Ulama yang berjasa semasa hidupnya yaitu Buya Ungku Abdul Manan/ Tuanku Mudo (Kamumuan), dan kemudian Tuanku Syahruddin Katib Bandaro sebagai murid teladan Buya Ungku Abdul Manan juga mempelajari aliran Tarekat Syattariyah bersama dengan gurunya Buya Ungku Abdul Manan. Dia belajar tentang Ilmu Tarekat Syattariyah dan juga sering menggantikan Buya Ungku Abdul Manan untuk memberikan pengajian kepada para jama’ah yang mengikuti aliran atau ajaran Tarekat Syattariyah. Setelah Buya Ungku Abdul Manan meninggal, jama’ah Tarekat Syattariyah meminta agar Tuanku Syahruddin Katib Bandaro yang mengatikan posisi Buya Ungku Abdul Manan sebagai guru Tarekat Syattariyah dan sekaligus memberikan pengajian kepada para Jama’ah setiap minggunya. Mendirikan Surau Semakin banyaknya pengikut ajaran Tarekat Syattariyah yang dikembangkan oleh Tuanku Syahruddin Katib Bandaro menyebabkan dia membangun sebuah Surau sebagai lembaga pendidikan tradisional yang juga merupakan basis utama dalam upaya pengembangan ajaran Tarekat di Paingan, dengan dibangunnya Surau, Tuanku Syahruddin Katib Bandaro lebih leluasa dan lebih mudah dalam memberikan pengajian Tarekat dengan jumlah jamaah atau pengikut yang semakin meningkat. Desa Padang Jambu yang merupakan salah satu Jorong yang terdapat di Nagari Paingan menjadi tempat yang dipilih untuk membangun Surau Nagari Paingan. Pada saat Tuanku Syahruddin kembali dari Kiambang, dia diperbolehkan menghuni Surau Nagari tersebut dan disanalah awalnya Tuanku Syahruddin mengajar Tarekat dan mengaji. Surau Nagari tersebut diberi nama “Surau Mata Air”. Menurut wawancara yang telah dilakukan, nama Mata Air diambil menjadi nama Surau karena konon katanya pada saat pembangunan surau tersebut dilakukan, banyak ditemukan mata air. Tarekat Syattaritah yang ada di Paingan ini merupakan cabang dan ajaran Syattariyah di wilayah Pariaman (Ulakan Tapakis Pariaman) yang di pegang oleh Syech Burhanuddin yang samasama mengandung ajaran Tarekat Syattariyah, dan antara Tarekat Syattariyah yang ada di Ulakan dengan Tarekat Syattariyah yang ada di Paingan saling berhubungan di buktikan dengan adanya
silsilah Tarekat. Tuanku Syahruddin tertarik untuk belajar aliran Tarekat Syattariyah ini karna dia juga ingin memperdalam ilmu agamanya dan juga ingin menyebarkan ajaran ini kepada masyarakat terutama masyarakat Paingan. Di surau inilah Tuanku Syahruddin aktif memberi pengajian Tarekat pada pengikutnya yang semakin hari semakin bertambah, bahkan sudah mulai berdatangan dari berbagai daerah. Selain dijadikan sebagai tempat mengaji al-qur’an oleh masyarakat Paingan. Pengajaran al-qur’an ini dilakukan oleh Tuanku Syahruddin secara individual dengan metode pengajaran yang sangat sederhana. Ini merupakan metode pengajaran alqur’an yang sampai sekarang masih dilakukan oleh Syakuiyah, yang dahulu masa kecil juga pernah belajar mengaji dengan Tuanku Syahruddin. Walaupun zaman sekarang sistem pengajaran alqur’an sudah sangat modern yaitu melalui TPA/TPSA. Jaringan Tarekat Syattariyah Setelah bertahun-tahun mendalami ilmu agama dan ajaran Tarekat Syattariyah dengan Syekh Ismail di Surau Kiambang, Tuanku Syahruddin dinobatkan menjadi Tuanku, begitu juga halnya dengan murid-murid yang lainya. Tuanku Syahruddin mendapatkan kepercayaan dari gurunya Syekh H. Ismail Kiambang untuk mengajarkan apa yang telah didapatnya dari proses pembelajaran selama ini. Semua murid yang telah menamatkan kaji, kembali kedaerahnya masingmasing mendapat izin dan aktif dalam menyebarkan ajaran Tarekat Syattariyah. Kegiatan yang dilakukan Tuanku Syahruddin Katib Bandaro dalam rangka memperluas ajaran tarekat pada awalnya yaitu mulai mensosialisasikan Islam dan ajaran tarekat dengan membentuk jama’ah pengajian dirumahnya, kemudian berkembang dari rumah-kerumah hingga dari surau ke surau. Tuanku Syahruddin Katib Bandaro mengajar dan memberi pengajian tanpa dipungut bayaran atau mengharapkan imbalan apapun karena Allah SWT. Pengajian yang dilakukan bersifat umum, tidak membedakan tua, pemuda-pemudi, serta orang-orang yang datang dari berbagai daerah. Kendati demikian, sebagai sebuah organisasi tarekat dibangun di atas landasan sistem dan hubungan yang erat dan khas antara seseorang guru (murshid) dengan muridnya. Cara Penyampaian Dakwah Setelah bertahun-tahun mendalami ilmu agama dan ajaran Tarekat Syattariyah dengan Syekh Ismail di Surau Kiambang, Tuanku Syahruddin dinobatkan menjadi Tuanku, begitu juga halnya dengan murid-murid yang lainya.
Tuanku Syahruddin mendapatkan kepercayaan dari gurunya Syekh H. Ismail Kiambang untuk mengajarkan apa yang telah didapatnya dari proses pembelajaran selama ini. Tuanku Syahruddin Katib Bandaro menjadikan kesenian salawat dulang ini sebagai sarana, media dan sebagai teknik dalam penyampaian ajaran untuk mengembangkan ajaran Tarekat Syattariyah. Melewati jaringan inilah Tarekat Syattariyah terus mengalami perkembangan yang pesat diberbagai daerah di Sumatera Barat bahkan luar Sumatera Barat. Semua murid-murid Buya Mata Air tersebut mengembangkan ajaran yang sesuai dengan ajaran yang didapat dari Tuanku Syahruddin. Hubungan antara jaringan ini juga dapat dilihat ketika menentukan dan menetapkan awal Puasa dan Idul Fitri. Dimana ajaran Tarekat Syattariyah dengan melihat bulan. Semua muridmurid Buya Mata Air yang tersebar diberbagai daerah turut serta melakukan hal tersebut. Sebagian murid-muridnya yang bersal dari Nagari sekitar Padang Pariaman senantiasa berkumpul pada hari melihat bulan tersebut di Surau Mata Air bahkan di tepi pantai untuk langsung menyaksikan bulan dengan mata telanjang Karena dengan melihat bulan dengan mata telanjang inilah bisa menentukan kapan jatuhnya awal bulan suci ramadhan di daerahnya, dan sampai sekarangpun aturan seperti itu masih dipakai oleh masyarakat Kecamatan Sunggai Limau khususnya murid-murid Buya Mata Air. Pengajaran Kitab-kitab Syahruddin Katib Bandaro
Klasik
Tuanku
Kitab-kitab yang menjadi koleksi Tuanku Syahruddin Katib Bandaro yang didapat dari gurugurunya terdahulu yakni, Tafsir, Fiqih, Usul Fiqih, Nahwu dan Syaraf, Tauhid, Tasawuf, Etika dan Hadis, Tarekat (sejarah nabi) dan Aqidah. Kitabkitab klasik ini meliputi teks yang sangat pendek sampai dengan teks yang terdiri dari berjilid-jilid tebal mengenai hadis, tafsir, fiqih dan tasawuf. Sebagai seorang tokoh ulama Tarekat Syattariyah yang sangat berpengaruh di Paingan, Tuanku Syahruddin Katib Bandaro tidak memiliki karya-karya (kitab-kitab) yang ditulisnya dan disusun sendiri. Selama ini dia hanya menggunakan kitab-kitab klasik yang diperoleh dari guru-guru tua terdahulu. Menurut informasi yang penulis dapatkan hal ini disebabkan karena kitab-kitab klasik yang diperoleh dari guru-guru nya terdahulu berjumlah sangat banyak dan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan pengajaran kitab-kitab tersebut. Oleh karena itu dia tidak membuat kitab sendiri dan lebih fokus untuk membahas kitab yang telah diturunkan oleh gurunya. Melalui karya-karya inilah proses pengembangan ajaran Tarekat
Syattariyah masih berkembang dan mapu dipertahankan di Paingan sampai saat sekarang ini.
Tarekat Syattariyah dia merupakan orang yang memiliki sifat yang tegas dan disiplin terhadap murid Tarekatnya.
Pengaruh Terhadap Masyarakat Paingan Jema’ah dan Masyarakat Ajaran yang dikembangkan oleh Tuanku Syahruddin Katib Bandaro dan juga sosoknya yang humoris memberikan pengaruh dibidang sosial dan budaya masyarakat. Ini dikarenakan pengaruh dan kepercayaan masyarakat terhadap kharisma yang dimiliki oleh seorang Tuanku Syahruddin dapat membius pandangan pola pikir masyarakat dalam bertindak dan berprilaku dalam bidang apapun. Dalam masyarakat tradisional seseorang dapat menjadi ulama karena ia diterima masyarakat sebagai ulama, karena orang datang meminta nasehat kepadanya, atau mengirimkan anaknya supaya belajar kepada nya. Dalam masyarakat tradisonal, untuk menjadi seorang ulama tidak ada kriteria formal seperti persyaratan studi, ijazah dan sebagainya. Akan tetapi ada beberapa syarat non formal yang harus dipenuhi oleh seorang ulama yaitu : pengetahuannya, keshalehannya, keturunannya, jumlah muridnya dan cara pengabdiannya terhadap masyarakat. Semua syarat formal yang disebutkan di atas telah dimiliki oleh sosok seorang Tuanku Syahruddin dimana Tuanku Syahruddin memiliki pengetahuan agama yang sangat luas, berasal dari keturunan yang sebagian besar adalah ulama dimana ayahnya adalah seorang ulama dari daerah Pilubang. Tuanku Syahruddin Katib Bandaro juga mengajar dan memiliki murid yang jumlahnya tidak sedikit bahkan murid-muridnya tersebut ada yang berasal dari luar Sumatera Barat, dan selain itu Tuanku Syahruddin memiliki pengabdian terhadap masyarakat, dengan sifatnya yang humoris, menyenangi anak-anak dan terbuka tak heran jika Tuanku Syahruddin mampu membina hubungan baik dengan masyarakat Keluarga dan Teman Seorang Ulama mempunyai keluarga yang mampu membimbing anaknya menjadi seorang anak yang berguna bagi masyarakat khususnya masyarakat yang ada disekitarnya. Menurut anak Tuanku Syahruddin yang bernama Erni ia mengatakan bahwa dia merupakan sosok ayah yang mampu memimpin anaknya kearah yang lebih baik. Dia menuntun anaknya menjadi seseorang yang berguna untuk masyarakat dalam keadaan apapun mengharapkan anaknya menjadi orang baik. Tidak hanya sekedar menjadi seorang anak yang tidak bisa melakukan yang terbaik menjadi seorang anak Menurut teman dia H. Datuak Munir Dia sosok Ulama yang mementingkan masyarakat untuk melakukan kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. Sifat dia pantang menyerah untuk memajukan masyarakatnya. Dalam mengembngkan
Tuanku Syahruddin Katib Bandaro adalah seorang yang mempunyai jiwa besar yang mau menolong masyarakat yang merasa susah dalam kehidupan rumah tangganya Dalam pelaksaan Tarekat Tuanku Syahruddin terhadap jama’ah mempunyai sikap yang tegas dalam melakukan Tarekat dan apabila dalam melakukan pengajian muridnya tidak melakukanya dengan sunguhsunguh maka sikap beliau agak tegas. Tapi itu semua tergantung kepada Jama’ahnya semua, dan apabila kita melakukannya dengan sunguh-sunguh maka dia juga akan bersifat ramah tamah Dalam pelaksaan Tarekat Tuanku Syahruddin terhadap jama’ah mempunyai sikap yang tegas dalam melakukan Tarekat dan apabila dalam melakukan pengajian muridnya tidak melakukanya dengan sunguh-sunguh maka sikap beliau agak tegas. Tapi itu semua tergantung kepada Jama’ahnya semua, dan apabila kita melakukannya dengan sunguh-sunguh maka dia juga akan bersifat ramah tamah. Karna dalam KESIMPULAN 1. Tuanku Syahruddin Katib Bandaro adalah seorang Ulama dan Penyebar Tarekat Syattariyah di Korong Paingan Nagari Guguak Kuranji Hilir Kecamatan Sungai Limau. 2. Tuanku Syahruddin Katib Bandaro mempunyai peranan penting dalam mengembangkan Tarekat Syattariyah di Korong Paingan Nagari Guguak Kuranji Hilir. Dia menyebarkan agama Islam dan menyebarkan aliran Tarekat Syatariyah. Peranan dia ini sangat menentukan murid tarekatnya dalam menjalankan ibadah agama Islam. Tarekat Syattariyah adalah Tarekat yang tertua di Minangkabau. Tuanku Syahruddin Katib Bandaro pernah mendapatkan pendidikan formal di Sekolah Rakyat (SR) Pakandangan, sekolah agama Alawiyah merupakan sekolah keagamaan yang berkembang pada masa pendudukan Jepang di Pakandangan. Sekolah ini melakukan proses belajar-mengajar di Sekolah Rakyat (SR).
DAFTAR PUSTAKA A. ARSIP 1. SK Pengurus Muzakarah Ulama Syekh Ungku Imam Kamumuan XII Koto. 2. SK MUI Kabupaten Padang Pariaman. 3. Jadwal Muzakarah Alim Ulama Syekh Ungku Imam Kamumuan XII Koto. 4. Daftar hadir anggota Muzakarah Alim Ulama Ungku Imam Kamumuan XII Koto. 5. Nama- nama anggota yang mengikuti aliran tarekat Syatariyyah atau Ungku Imam Kamumuan XII Koto. 6. Sisilah Tarekat Syattariyah I,Tiqad Ahlus SunnahWal Jama’ah. B. BUKU 1. Arief Furchan. (2005). Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh. Yokyakarta : Pustaka Belajar. 2. Azyumardi Azra. (1995). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung : Mizan. 3. B.J.O Schrieke. (1972). Pergolakan Agama di Sumatera Barat. Leknas : Bhratara 4. Daliman A. (2002). Metode Penelitian Sejarah. Yokyakarta : Ombak. 5. Darno. (1995). Study Kasus Tarekat Syatariyah di Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulung Agung Propinsi Jawa Timur. Semarang: Citasindo Grafika. 6. John A Garraty. (1957). The Nature Of Biography. New York Alfred A knof. 7. Gottscshlk, Louis. (1989). Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press 8. Harry J. Benda. (1980). Bulan Sabit dan Matahari Terbit. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya. 9. Muhammad Iqbal, et al. (2010). Pemikiran Poliitik Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Groub. 10. Oman Fathurahman. (2008). Tarekat Syatariyah di Minangkabau. Depok : UI Pres
C. SKRIPSI 1. Roviani. (2002). “Biografi H, Dt Batutah biografi Syeikh Ahmad Yasin (19362004)”. Padang : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. 2. Poppy Andriyani. (2007). “Biografi Samik Ibrahim sosk Ulama Kambang Pesisir Selatan 1908-1978”. Padang : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. 3. Amerta. (2002). “Biogfari Buya Ardjun Marhaminy tokoh Muhamamdiyah Nagari Kajai”. Skripsi Padang : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. 4. Deki Bestari. (2003). “Biografi Buya Ahmad Dalwi Tunagku Labai Sinao Kabupaten Padang Pariaman”. Skripsi Padang : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.