Terjemah Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah KH. Hasyim Asy'ari versi LTMNU Pusat Flipbook PDF

Terjemah Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah KH. Hasyim Asy'ari versi LTMNU Pusat
Author:  A

62 downloads 157 Views 1MB Size

Recommend Stories


El Dornier Wal
El Dornier Wal Ilustración 1. Portada con la pintura del Plus Ultra posado sobre el mar y siendo observado por unos pescadores www.ejercitodelaire.m

KH ES C. La isla Azul
KH 77 07 218 ES C La isla Azul ENV60600_childrenBOOK_ES.indd cov1 15/05/07 16:03:01 La presente publicación es obra de la DG de Medio Ambiente. S

Story Transcript

Risalah Ahlussunah wal Jama’ah :

Analisis tentang Hadits Kematian, Tanda-tanda Kiamat, dan Pemahaman Tentang Sunah & Bid’ah

Judul asli : Risalah ahl al-Sunah wa al-Jamaah : fi hadits al-mauta wa asyrath al-sa’at wa bayan mafhum al-sunah wa al-bid’ah. Penulis : Hadzrat al-Syeikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari Judul Edisi Indonesia : Risalah Ahlussunah wal Jama’ah : Analisis Tentang Hadits Kematian, Tanda-tanda Kiamat, dan Pemahaman Tentang Sunah dan Bid’ah Jakarta 2011, LTM-PBNU vi + 214 hlm ; 11 x 14,5 cm Penerjemah : Ngabdurrohman al-Jawi Ditashih oleh : KH. Abdul Manan A. Ghani Editor : H. Syaifullah Amin Dan Team Santri Ciganjur Setting & lay Out Mustiko Dwipoyono Diterbitkan oleh : LTM PBNU dan Pesantren Ciganjur

ii

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

DAFTAR ISI • •

Mukadimah…....................................................................1 PASAL I Sunah dan Bid’ah…...........................................................3



PASAL II Masyarakat Nusantara Berpegang Pada Madzhab Ahlussunah Wal Jama’ah. Munculnya Berbagai Bid’ah di Nusantara & Macam-Macam Ahli Bid’ah Masa Kini.......................12



PASAL III Khithah Kaum Salaf Shaleh & Penjelasan Tentang Sawadul A’dzam di Masa Sekarang & Pentingnya Menganut Salah Satu Empat Madzhab…...................................................23



PASAL IV Wajib Taqlid Bagi Orang yang Tidak Mampu Ijtihad........28



PASAL V Berhati-hati Dalam Mengambil Ilmu Agama, dan Berhatihati Terhadap Fitnah Ahli Bid’ah & Orang-orang Munafiq, Serta Para Imam yang Menyesatkan…...........................31



PASAL VI Hadits dan Atsar Tentang dicabutnya Ilmu, dan Mewabahnya Kebodohan, dan Peringatan Nabi, Bahwa Akhir Zaman Adalah Banyak Kejelekan, dan Mengenai Umatnya yang Akan Mengikuti Bid’ah, serta Keberadaan Agama

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

iii

yang Hanya Dipegang oleh Segelintir Orang...................37 •

PASAL VII Dosa Orang yang Mengajak Pada Kesesatan atau Orang yang Memberi Contoh yang Buruk.................................44



PASAL VIII Terpecahnya Umat Islam Menjadi Tujuh Puluh Tiga Golongan, Menjelaskan Teologi Kelompok Sesat, & Golongan yang Selamat Yaitu Ahlussunah wal Jama’ah..................48



PASAL IX Tanda–Tanda Hari Kiamat…...........................................52



PASAL X Orang yang Meninggal Dunia Mampu Mendengar, Berbicara, & Mengetahui Orang yang Memandikan, Mengkafani, & Memakamkan Jenazahnya, & Tentang Kembalinya Ruh Kedalam Jasad Setelah Mati…................................72



PENUTUP…...................................................................83



Mukadimah Qanun Asasi Rais Akbar Jam’iyah Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari…........................................84



Khitah Nahdlatul Ulama................................................112



Pedoman Berpolitik Warga NU....................................125



Dalil – Dalil Tentang Tahlilan…...................................128



Acara Lailatul Ijtima’…................................................134



Shalawat Badar..............................................................136



Muqadimah Pembacaan Maulid Diba’i dan Berjanzi...137



Doa Sayyidul Istighfar...................................................138

iv

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah



Doa Setelah Akad Nikah...............................................139



Shighat Ijab Kabul.........................................................140



Khutbah Nikah..............................................................143



Doa Setelah Sholat Wardu.............................................147



Whirid Setelah Sholat Fardu.........................................156



Talqin Mayit..................................................................161



Istighatsah......................................................................167



Bacaan Ratib al-Hadad..................................................176



Doa Tahilil.....................................................................180



Tahlil..............................................................................189



Tabarak..........................................................................193



al-Waqiah.......................................................................199



al-Rahman......................................................................204



Yasin..............................................................................212



Hadlarah........................................................................215

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

v

‫‪MUQADDIMAH‬‬

‫من الرَّ ِحي ِْم‬ ‫ِبسْ ِم ِ‬ ‫هللا الرَّ حْ ِ‬ ‫ل ُ‬ ‫صالَةُ‬ ‫ش ْكرً ا َع َلى َن َوالِهِ‪َ ،‬وال َّ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلِ ِ‬ ‫َوال َّسالَ ُم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َواَلِهِ‪.‬‬ ‫َو َبعْ ُد‪َ ،‬ف َ‬ ‫هذا ِك َتابٌ اَ ْودَ عْ � ُ‬ ‫�ت ِف ْي ِه َش ْي ًئا ِمنْ‬ ‫َّاعةِ‪َ ،‬و َش ْي ًئا‬ ‫َح ِد ْي ِ‬ ‫�راطِ الس َ‬ ‫ث ْال َم ْو َتى َواَ ْش� َ‬ ‫ان ال ُّس َّن ِة َو ْا ِلب ْد َعةِ‪َ ،‬و َش ْي ًئا‬ ‫م َِن ْال َكالَ ِم َع َلى َب َي ِ‬ ‫هللا‬ ‫م َِن ْاالَ َحا ِد ْي ِ‬ ‫ث ِب َقصْ ِد ال َّناصِ َحةِ‪َ ،‬و ِا َلى ِ‬ ‫ال‪ ،‬اَنْ َي ْن َف َع ِب ِه َن ْفسِ ى‬ ‫ْال َك ِري ِْم اَ ُم ُّد اَ ُكفَّ ْاالِ ْب ِت َه ِ‬ ‫َّال‪َ ،‬واَنْ َيجْ َع َل عِ ْلمِى‬ ‫َواَ ْم َثالِى م َِن ْال ُجه ِ‬ ‫َخالِصًا ل َِوجْ ِه ِه ْال َك ِري ِْم‪ِ ،‬ا َّن ُه َجوَّ ا ٌد َرؤُ ْوفٌ‬ ‫َر ِح ْي ٌم‪َ ،‬و َ‬ ‫هذا اَ َوانُ ال ُّشر ُْو ِع فِى ْال َم ْقص ُْو ِد‬ ‫ِب َع ْو ِن ْال َملِكِ ْال َمعْ ب ُْودِ‪.‬‬ ‫‪1‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

Segala puji bagi Allah syukur atas karunianya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. dan keluarganya. Selanjutnya, dalam kitab ini saya muatkan sedikit hadits-hadits tentang kematian, tanda-tanda kiamat, dan sedikit penjelasan tentang sunah dan bid’ah, dan beberapa hadits-haditsnya, supaya bisa menjadi nasehat. Dan kepada Allah aku tengadahkan tanganku agar diberikan kemanfaatan atas kitab ini untuk diriku dan orang-orang yang sepadan denganku dari kaum awam. Dan semoga Allah menjadikan ilmuku ikhlas karena-Nya. Dan sesungguhnya Dia-lah yang maha pemurah, pengasih dan penyayang. Dan kitab ini adalah wahana untuk memulai atas maksud tersebut di atas dengan pertolongan Allah s.w.t. Raja yang selalu disembah.

2

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

PASAL I Sunah & Bid’ah

Lafadz sunah (‫)سنَّة‬ ُ ketika dibaca dlammah huruf sin dan ditasydid huruf nunnya, sebagaimana pendapat Abu al-Baqa dalam kitab “kuliyyat”, secara bahasa adalah : suatu jalan walaupun tidak diridlai. Dan secara syara’ adalah : jalan yang diridlai (Allah) yang ditempuh dalam agama, yaitu yang ditempuh oleh Rasulullah s.a.w. dan yang lainya, yang faham terhadap agama, dari kalangan para sahabat. Karena ada hadits Rasulullah s.a.w.

ْ‫َع َل ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِى َو ُس َّن ِة ْال ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن ِمن‬ ْ‫َبعْ ِدى‬

Artinya : Hendaklah kalian berpegang pada sunahku dan sunah Khulafa’ al-Rasyidin setelahku. Dan secara urf (tradisi), sunah adalah : suatu ajaran yang diikuti secara konsisten oleh para pengikut, baik nabi maupun wali. Dan istilah sunny adalah nisbat kepada sunnah. Bid’ah, sebagaimana pendapat syeikh Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

3

Zaruq dalam kitab “Uddatul Murid”, secara syari’at adalah memperbaharui perkara dalam agama yang menyerupai ajaran agama itu sendiri, padahal bukan bagian dari agama. Baik bentuk maupun hakikatnya. Sebagaimana sabda Nabi s.a.w.

َ َ‫َمنْ اَحْ د‬ ‫ْس ِم ْن ُه َفه َُو َر ٌّد‬ َ ‫ث فِى اَمْ ِر َنا َه َذا َلي‬

Artinya : Barang siapa yang membuat-buat dalam agama kami ini (yang) bukan bagian daripadanya, maka hal tersebut ditolak.(HR. Bukhari, Muslim) Dan juga sabda Nabi s.a.w.

‫َو ُك ُّل مُحْ دَ َث ٍة ِب ْد َع ٌة‬

Artinya : Dan setiap hal yang dibuat-buat (dalam agama) adalah bid’ah. (HR. Nisa’i, Ibnu Majah). Para ulama telah menjelaskan bahwa pengertian kedua hadits di atas adalah dikembalikan pada masalah hukum meyakini sesuatu (amalan) yang tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah, sebagai bisa mendekatkan diri kepada Allah s.w.t. bukan mutlak semua pembaharuan (dalam agama). Karena mungkin saja pembaharuan tersebut terdapat landasan ushulnya dalam agama, atau terdapat contoh furui’yah-nya, maka diqiyaskanlah terhadapnya. Syeikh Zaruq berkata: sebagai pertimbangannya adalah tiga hal berikut. 4

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

1. Supaya diteliti perkara yang baru tersebut. Jika di dalamnya terdapat prinsip-prinsip syari’at dan ada landasan asalnya, maka bukanlah bid’ah. Jika berbagai aspeknya (hal baru tersebut) tidaklah demikian, maka hal tersebut adalah perkara bathil dan sesat. Dan jika hal baru tersebut terjadi kesamaran dalilnya, maka harus diteliti secara seksama lalu diberi status sesuai dengan unsur yang dominan di dalamnya. 2. Mempertimbangkan kaidah para imam dan ulama terdahulu dari Ahlussunah wal Jama’ah. Jika hal baru tersebut segala aspeknya bertentangan maka ditolak. Dan jika sesuai dengan landasan ushulnya, maka hal baru tersebut bisa diterima. Jika masih terjadi perselisihan antara mana yang ushul dan yang furu’, maka dikembalikan pada dalil ushul. Ada kaidah bahwa :

‫اِنَّ َما َع ِم َل ِب ِه ال َّس َلفُ َو َت ِب َع ُه ُم‬ َ ‫ْا‬ ‫لخ َلفُ الَ َيصِ ُّح اَنْ َي ُك ْو َن ِب ْد َع ًة‬ ‫ َو َما َت َر ُك ْوهُ ِب ُك ِّل َوجْ ٍه‬.‫َوالَ َم ْذم ُْومًا‬ َ‫َواضِ ٍح الَ َيصِ ُّح اَنْ َي ُك ْو َن ُس َّن ًة َوال‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

5

.‫َمحْ م ُْو ًدا‬

Artinnya : Sesungguhnya suatu amalan yang dipraktikkan oleh ulama’ salaf dan diikuti oleh ulama khalaf tidak bisa disebut bid’ah dan tidak bisa dikatakan terela. Dan setiap sesuatu yang ditinggalkan oleh mereka dari berbagai jalan yang jelas, tidak bisa disebut sunah dan tidak bisa dikatakan terpuji. Dan setiap suatu ajaran yang hukumnya ditetapkan oleh ulama’ salaf akan tetapi tidak pernah mereka praktikkan, maka menurut Imam Malik : adalah bid’ah. Karena mereka tidak meninggalkan sesuatu kecuali adalah permasalahan mengenai (amalan tersebut). Menurut Imam Syafi’i tidak termasuk bid’ah walaupun tidak dipraktikkan para ulama’ salaf. Karena mungkin saja mereka tidak mempraktikkannya karena ada suatu udzur atau karena mereka mengamalkan sesuatu yang lebih afdzal. Para ulama juga berbeda pendapat tentang amalan yang tidak ada dalil sunahnya, akan tetapi tidak ada tasyabuh di dalamnya. Maka Imam Malik berkata : adalah bid’ah. Dan menurut Imam Syafi’i tidak termasuk 6

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

bid’ah, dengan bersandar pada Hadits

ٌ‫َما َت َر ْك ُت ُه َل ُك ْم َفه َُو َع ْفو‬

Artinya : Apa yang Aku tinggalkan pada kalian (tanpa penjelasan), maka hal tersebut sesuatu yang dimaafkan. Syeikh Zaruq berkata : berdasarkan prinsip inilah para ulama berbeda pendapat. (misalnya) dalam masalah membuat kalangan (dzikir), dzikir dengan suara keras, (dzikir) berjamaah, dan berdoa. Karena ada beberapa hadits yang menganjurkannya, tetapi tidak dipraktikkan oleh ulama’ salaf. Lalu, setiap orang yang menyetujui (perbuatan-perbuatan tersebut) tidak bisa dikatakan bid’ah bagi penentangnya. Sebab hal itu adalah hasil ijtihad. Setiap orang tidak bisa mengatakan bathil bagi orang yang tidak mengikuti praktik-praktiknya. Sebab kalau tidak, maka semua umat ini akan saling membid’ahkan (satu dengan yang lain). Telah kita ketahui bahwa hukum Allah yang dihasilkan dari ijtihad furu’iyah adalah sama benarnya. Sedangkan Rasulullah bersabda : Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

7

‫ُصلِّ َينَّ اَ َح ٌد اَ ْل َعصْ َر ِاالَّ فِى َبنِى‬ َ ‫الَ ي‬ ‫ْض َة‬ َ ‫قُ َري‬

Artinya : Janganlah ada seorangpun yang shalat ashar kecuali di Bani Quraidlah. (HR. Bukhari) Dan ternyata telah datang waktu ashar ketika mereka di tengah perjalanan. Maka sebagian sahabat berkata, Rasulullah memerintah kita untuk bergegas dan mereka shalat di jalan. Dan sebaian yang lain berkata, Rasulullah memerintah kita untuk menunaikan shalat di tempat (Bani Quraidlah) sebagai mana bunyi hadist tersebut. Lalu mereka mengakhirkan shalat ashar. Dan ternyata Rasulullah tidak mencela seorangpun di antara mereka. Hadits di atas menunjukkan atas sahnya beribadah atas dasar tingkat pemahamannya masing-masing. Selama tidak atas dorongan hawa nafsu. 3. Hendaklah setiap perbuatan ditakar dengan pertimbangan hukum. Yang perinciannya ada enam, yaitu wajib, sunah, haram, makruh, khilaf aula, dan mubah. Setiap hal yang termasuk dalam salah satu kategori 8

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

hukum di atas, berarti bisa diidentifikasi dengan status hukum tersebut, sementara yang tidak bisa maka dianggap bid’ah. Dan banyak ulama’ yang menggunakan metode penetapan hukum menggunakan takaran ini. Wallahu a’lam. Syeikh Zaruq berkata bahwa bid’ah dibagi menjadi tiga macam : 1. Bid’ah Sharihah Yaitu setiap suatu amalan yang ditetapkan tanpa landasan syar’i baik dari aspek wajib, sunah, mubah, dan lainnya. Dan hal ini bisa memadamkan sunah dan membathilkan yang haq. Ini adalah seburuk-buruk bid’ah walaupun misalnya, disandarkan kepada seribu dalil ushul dan furu’, maka, hal ini tidak menjadi pertimbagan sama sekali. 2. Bid’ah Idhafi Bid’ah yang disandarkan pada praktik tertentu walaupun terbebas dari unsur bid’ah, maka tidak boleh memperdebatkan apakah praktik tersebut tergolong sunah atau bukan bid’ah. 3. Bid’ah Khilafi Yaitu bid’ah yang memiliki dua sandaran Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

9

utama yang sama-sama kuat argumentasinya. Jika dilihat dari satu aspek tergolong bid’ah, tetapi dari aspek yang lain tergolong kelompok sunah. Sebagaimana contoh dalam hal ini membuat kalangan dzikir dan dzikir berjamaah. Berkata al-Alamah waliyudin al-Syabsyiri dalam “Syarah al-Arba’in al-Nawawi”, menjelaskan atas hadits Nabi s.a.w.

َ َ‫َمنْ اَحْ د‬ ‫ث َحدَ ًثا اَ ْو اَ َوى مُحْ د ًِثا َف َع َل ْي ِه َلعْ َن ُة‬ ‫هللا‬ ِ

Artinya : Barang siapa menciptakan perkara baru (dalam agama) atau membantu orang lain menciptakan hal baru, maka dia mendapatkan laknat Allah. (HR. Bukhari) Yang termasuk dalam kategori hadits tersebut di atas adalah akad fasid, berhukum kepada orang bodoh dan dzalim dan setiap sesuatu yang tidak mencocoki syara’. Dan tidak termasuk dalam kategori di atas adalah pembaharuan yang tidak keluar dari dalil syara’, sebagaimana masalah ijtihadiyah, di mana korelasinya dengan dalil syara’ adalah dzan. Begitu juga menulis mushaf, merumuskan madzhab-madzhab, menulis Ilmu Nahwu dan hisab. Oleh karena itu Syeikh Ibnu 10

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Abdussalam kategori:

membagi

bid’ah

menjadi

lima

1. Bid’ah yang wajib Seperti belajar Ilmu Nahwu, belajar ilmu Ghorib al-Qur’an dan sunah yang bisa membantu pemahaman agama. 2. Bid’ah yang Haram Seperti Madzhab Qadariyah, Jabariyah, dan Mujasimah. 3. Bid’ah yang Sunah Seperti membangun pesantren dan madrasah dan tiap-tiap hal baik yang belum pernah ada di masa generasi awal. 4. Bid’ah yang Makruh Menghiasi masjid secara berlebihan dan menyobek-nyobek mushaf. 5. Bid’ah yang Mubah Seperti berjabat tangan setelah shalat,dan melonggarkan baju, dan lain-lain. Begitu juga menggunakan alat tasbih, melafadzkan niat shalat, tahlil bagi mayit, ziarah kubur dan lain-lain bukan termasuk bid’ah. Sedangkan pertunjukan pasar malam dan sepak bola adalah sejelek-jelek bid’ah. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

11

PASAL II • Masyarakat Nusantara yang Berpegang pada Madzhab Ahlussunah wal Jama’ah. • Munculnya Berbagai Bid’ah di Nusantara • Macam-macam Ahli Bid’ah Masa Kini Umat Islam Nusantara pada mulanya adalah satu madzhab, dan memiliki metode pengambilan hukum yang sama. Dalam fiqih mengambil Imam Syafi’i, dalam teologi mengambil dari Imam Abu Hasan al-Asy’ari, dan dalam Tashawuf mengambil Imam Ghazali dan Juned alBaghdadi. Pada tahun 1330 H, muncul berbagai aliran dan pendapat yang saling bertentangan. Sebagian dari mereka terdapat kaum salaf yang berpegang pada para ulama salaf dan menganut madzhab yang jelas, memegangi kitab-kitab mu’tabar, mencintai keluarga Nabi, para wali, dan orang-orang shaleh dan meminta barakah kepada 12

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

mereka baik ketika masih hidup ataupun setelah meninggal, mengamalkan ziarah kubur, talqin mayit, shadaqah kepada mayit, meyakini syafaat Nabi, manfaat doa dan tawasul, dan lain-lain. Ada juga yang mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla dan mengambil pembaharuan Muhammad bin Abdul Wahab al-Najdi, Ahmad bin Taimiyah, Ibnu Qayim al-Jauzi, dan Ibnu Abdul Hadi. Mereka megharamkan yang disunahkan kaum muslimin, yaitu perjalanan ziarah ke makam Nabi s.a.w. dan selalu menyalahi pendapat kelompok lainnya. Berkata Ibnu Taimiyah dalam “Fatawi” bahwa orang yang ziarah ke makam Nabi dengan meyakininya sebagai suatu ketaatan maka hal itu adalah haram secara pasti. Berkata Syeikh Muhammad Bahith alHanafi al-Muthi’i dalam kitab “Tathhir al-Fu’ad min danas al-I’tiqad”, bahwa kelompok ini telah banyak menguji kaum muslimin baik salaf maupun khalaf dengan banyak fitnah, mereka sebenarnya aib dalam Islam, dan sebagai organ Islam yang rusak dan harus diamputasi, mereka bagaikan orang yang terjangkit penyakit lepra yang harus dijauhi, mereka adalah kaum yang mempermainkan agama. Mereka menghina para ulama salaf dan khalaf, Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

13

bahwa, menurut mereka, para ulama tersebut bukanlah orang yang maksum sehingga tidak patut diikuti. Baik yang hidup maupun yang mati. Mereka mencederai kehormatan ulama dan menyebarkan faham yang membingungkan di hadapan orang-orang bodoh dengan tujuan membutakannya dan agar menimbulkan kerusakan di muka bumi. Mereka berkata dusta kepada Allah dan mengira telah melakukakan amar makruf nahi munkar. Padahal Allah menyaksikan mereka sebagai pembohong. Dan menurut saya mereka adalah ahli bid’ah dan mengikuti hawa nafsu. Berkata Qadli Iyad dalam “al-Syifa”, mayoritas mereka melakukan kerusakan dalam hal agama, tetapi terkadang juga dalam hal keduniaan dengan menciptakan konflik pemikiran yang sebenarnya untuk tujuan kekayaan belaka. Berkata al-Alamah Mula Ali al-Qari dalam “Syarah”-nya, bahwa karena alasan seperti inilah Allah s.w.t. mengharamkan khamr dan judi, sebagaimana dalam firman-Nya :

َ ‫ِا َّن َما ي ُِر ْي ُد ال َّشي‬ ‫لعدَ َو َة‬ َ ‫ْطانُ اَنْ ي ُْوق َِع َب ْي َن ُك ُم ْا‬ َ ‫ضا َء فِى ْا‬ ‫لخمْ ِر َو ْال َم ْيسِ ِر‬ َ ‫َو ْال َب ْغ‬ Artinya : Sesungguhnya syetan itu bermaksud

14

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi. (QS. Al-Ma’idah : 91) Ada juga kelompok Rafidzah yang selalu mencela Abu Bakar dan Umar r.a. dan lainnya. Tetapi fanatik kepada sahabat Ali bin Abi Thalib dan Ahli Bayt r.a. Berkata Sayid Muhammad dalam kitab “Syarah Qamus”, bahwa sebagian kaum Rafidzah ada yang menjadi kafir, semoga Allah menjauhkan kita darinya. Berkata Qadli Iyadh dalam kitab “Syifa”, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫ْن م َُغ َّف ِل َرضِ َي هللا َع ْن ُه َقا َل‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد‬ ِ ‫هللا ب‬ : ‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ َقا َل َرس ُْو ُل‬: ‫ الَ َت َّتخ ُِذ ْو ُه ْم َغرْ ضًا‬،‫هللا هللا فِى اَصْ َح ِابى‬ ْ‫ َو َمن‬،‫ َف َمنْ اَ َح َّب ُه ْم َف ِب ُحبِّىْ اَ َح َّب ُه ْم‬، ْ‫ِمنْ َبعْ ِدى‬ ‫ َو َمنْ اَ َذا ُه ْم‬،‫ض ُه ْم‬ َ ‫ض ُه ْم َف ِبب ُْغضِ يْ اَب َْغ‬ َ ‫اَب َْغ‬ ْ‫َف َق ْد اَ َذا ِنيْ َو َمنْ اَ َذا ِنيْ َف َق ْد اَ َذى هللاُ َو َمن‬ ُ ِ‫هللا ي ُْوش‬ .ُ‫ك اَنْ َيا ْء ُخ َذه‬ َ ‫اَ َذى‬ Artinya : Takutlah kepada Allah (untuk

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

15

mencela) para sahabatku, janganlah kalian mencela sahabatku sepeninggalku. Barang siapa mencintai mereka maka aku mencintainya dengan sepenuh cintaku, barangsiapa membenci mereka maka aku akan membencinya dengan kebencianku. Barang siapa mencela mereka, sama dengan mencelaku. Barang siapa mencelaku sama dengan mencela Allah. Barang siapa mencela Allah maka Allah akan menyiksanya. (HR. Tirmidzi, Ahmad). Rasulullah juga bersabda :

‫الَ َت ُسب ُّْوا اَصْ َح ِابيْ َف َمنْ َس َّب ُه ْم َف َع َل ْي ِه َلعْ َن ُة‬ ِ ُ‫اس اَجْ َم ِعي َْن َوالَ َي ْق َب ُل هللا‬ ِ ‫هللا َو ْال َمالَ ِئ َك ِة َوال َّن‬ .ً‫صرْ ًفا َوالَ َع ْدال‬ َ ‫ِم ْن ُه‬ Artinya : Jangan kalian mencela para sahabatku, barang siapa mencelanya maka baginya laknat Allah, para Malaikat dan segenap manusia, dan Allah tidak akan menerima amal kebaikannya. Rasulullah juga bersabda:

‫الَ َت ُسب ُّْوا اَصْ َح ِابيْ َف ِا َّن ُه َس َي ِج ْي ُئ َق ْو ًم فِى‬ َّ ‫أخ ِِر‬ ‫صلُّ ْوا‬ َ ‫ان َي ُسب ُّْو َن اَصْ َح ِابى َفالَ ُت‬ ِ ‫الز َم‬ 16

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

َ‫صلُّ ْوا َم َع ُه ْم َوالَ ُت َنا ِكح ُْو ُه ْم َوال‬ َ ‫َع َلي ِْه ْم َوالَ ُت‬ ‫ُت َجالِس ُْو ُه ْم َو ِانْ َم َرض ُْوا َفالَ َتع ُْو ُد ْو ُه ْم‬ Artinya : Janganlah kalian menghina para sahabatku. Sesungguhnya Akan ada di akhir zaman orang-orang yang suka mencela para sahabatku. Jangan kalian menshalati mereka ketika mati, jangan shalat bersama mereka, jangan menikahkan anak-anak kalian dengan anak mereka, dan jangan duduk bersama mereka, dan jika mereka sakit janganlah kalian menjenguknya. Rasulullah s.a.w. bersabda :

ُ‫َمنْ َسبَّ اَصْ َح ِابى َفاضْ ِرب ُْوه‬

Artinya : Barang siapa mencaci sahabatku maka pukullah dia. Nabi s.a.w. memberitahukan bahwa menyakiti para sahabat adalah sama halnya dengan menyakiti Nabi itu sendiri. Dan menyakiti Nabi adalah haram hukumnya. Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫الَ ُت ْؤ ُذ ْو ِنىْ فِى اَصْ َح ِابى َو َمنْ اَ َذا ُه ْم َف َق ْد‬ ْ‫اَ َذا ِنى‬ Artinya : Janganlah kalin menyakiti aku

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

17

(dengan) mencaci sahabatku, barang siapa menyakiti mereka sama dengan menyakiti aku. Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫الَ ُت ْؤ ُذ ْو ِنىْ فِى َعائ َِس َة‬

Artinya : Janganlah kalian menyakiti aku dengan menyakiti A’isyah.

‫ِبضْ َع ٌة ِم ِّنى ي ُْؤ ِذ ْي ِنىْ َما َأذا َها‬

Artinya : (Fathimah ) adalah darah dagingku, siapapun yang menyakitinya sama dengan menyakitiku. Ada juga kelompok Ibahiyun yang mengatakan bahwa : jika seorang hamba telah mencapai puncak mahabbah, telah bersih hatinya dari sifat ghaflah (lalai), dan memilih keimanan atas kekafiran, maka ia telah terbebas dari semua perintah dan larangan dalam agama. Dan Allah tidak akan memasukkannya ke dalam neraka karena melakukan dosa besar. Sebagian yang berkata : bahwa orang (sebagaimana di atas) telah terbebas dari kewajiban ibadah dzahirah, tetapi bentuk ibadahnya adalah tafakur dan memperbaiki akhlaq bathin. Berkata Sayid Muhammad dalam “Syarh Ihya”, bahwa keyakinan seperti ini adalah kufur, zindiq, dan sesat. Kelompok ini telah ada sejak dahulu, mereka adalah orang bodoh dan sesat 18

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

dan tidak memiliki pemimpin yang cukup ilmu agamanya. Ada juga kelompok yang meyakini reinkarnasi dan bahwa sengsara dan nikmat adalah tergantung pada bersih dan tidaknya jasad seseorang. Berkata Syihab al-Khafaji dalam “Syarah Syifa” bahwa golongan ini telah dikafirkan oleh para ulama karena mereka telah berbohong kepada Allah, Rasul, dan Kitabnya. Ada juga kelompok yang berpendapat dengan khulul dan Ittihad. Mereka adalah orangorang bodoh yang mengaku-ngaku sebagai shufi. Mereka berkata : bahwa Allah adalah wujud yang mutlak, dan yang lain pada dasarnya tidak ada. Bahkan dikatakan “manusia adalah makhluk yang wujud.” Itu artinya wujud manusia adalah bergantung pada wujud mutlak yaitu Allah. Berkata al-Alamah Amir dalam “Hasyiah Abdussalam”, bahwa hal ini adalah kekafiran yang nyata. Dan tidak ada konsep hulul dan Ittihad sekalipun ada sebagian ulama yang mengalaminya sebagaimana yang terjadi dalam konsep wahdatul wujud yang mengatakan “tidak ada dalam jubah kecuali Allah”, dimaksudkan sebagai tidak ada dalam jubah bahkan seluruh alam raya kecuali Allah (saja yang wujud). Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

19

Dalam kitab “Lawaqih al-Anwar” ada dikatakan : bahwa kesempurnaan ma’rifat adalah mengetahui sifat kehambaan dan sifat ke-Tuhanan. Karena seseorang yang tidak mengakui wujud hamba adalah bukan termasuk ahli ma’rifat. Tetapi kondisi yang ia alami hanyalah kondisi “ketidaksadaran” yang tidak bisa diikuti. Maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan Wahdatul wujud dan Ittihad menurut golongan tersebut bukanlah sebagaimana yang tampak. Akan tetapi sesungguhnya mereka adalah penyembah berhala, dengan berkata : “tiadalah kami menyembahnya kecuali supaya dekat kepada Allah sedekat-dekatnya”. Hanya saja meereka tidak mengatakan sesembahannya sebagai berhala. Lalu bagaimana mungkin mereka dikatakan ahli ma’rifat. Sesungguhnya menfokuskan pem-bahasan terhadap kelompok ini adalah karena bahaya mereka terhadap umat Islam lebih besar daripada kelompok kafir dan ahli bid’ah lainnya. Karena juga umat Islam yang awam banyak mengagungkan mereka dan mengikuti dakwahnya. Al-Ashmu’i meriwayatkan dari al-Khalil dari Abi Amr bin al-‘Ala’ ia berkata: bahwa kebanyakan orang Iraq yang zindik adalah 20

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

kebodohan mereka terhadap bahasa Arab. Mereka dengan keyakinannya tentang hulul dan Ittihad adalah kafir. Qadli Iyadh dalam “al-Syifa” berkata : bahwa setiap ungkapan yang jelas-jelas menafikan sifat ketuhanan dan keesaan, adalah kafir. Sebagaimana ungkapan kaum Dahriyah, Majusi, dan orang-orang yang menyukutukan Allah dengan menyembah berhala, malaikat, syetan, matahari, bintang, api, dan atau seseorang selain Allah. Begitu juga halnya dengan faham hulul dan reinkarnasi, dan juga orang yang mengesakan Allah tetapi menganggapnya sebagai tidak maha hidup dan tidak azali, baru dan berbentuk fisik, atau menuduh Allah beranak dan beristri, dan juga diperanakkan, memiliki rekanan pada masa azali, atau mengatur alam semesta bersama sekutunya. Semua yang tersebut di atas adalah kufur secara ijma’. Begitu juga (kafir) orang yang me-ngaku telah duduk bersama Allah, dan mi’raj kepadanya, berdialog dengannya atau Allah telah masuk ke jasad seseorang, sebagai dikatakan kelompok yang mengaku-ngaku tashawuf, kelompok Kebatinan dan kalangan Nashrani. Begitu juga kami pastikan kekafirannya atas orang yang mengatakan langgengnya alam semesta, mengakui reinkarnasi, Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

21

dan juga orang yang mengakui ketuhanan tetapi mengingkari kenabian secara umum ataupun mengingkari Nabi kita Muhammad s.a.w. dan begitu juga (kafir hukumnya) orang yang mengatakan bahwa Nabi kita bukanlah Nabi yang diutus di Mekkah dulu. Dan juga orang yang mengakui kenabian seseorang bersamaan dengan kenabian Muhammad s.a.w. atau setelahnya. Dan juga orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi. Juga (kafir hukumnya) pengakuan orang-orang ekstrim dari kalangan ahli tasawuf bahwa dia mendapatkan wahyu walaupun tidak mengaku sebagai nabi. Dikatakan dalam kitab “al-Anwar” bahwa dipastikan atas kekafirannya orang yang mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang menyesatkan umat, dan juga orang yang mengkafirkan para sahabat. Dan juga orang yang melakukan pekerjaan yang tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang kafir, seperti sujud kepada salib dan api, berjalan kegereja bersama jamaah gereja, memakai baju pastur dan lain-lain. Begitu juga orang yang mengingkari keberadaan Mekkah, Ka’bah, dan Masjidil Haram.

22

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

PASAL III • Khithah Kaum Salaf Shaleh • Penjelasan Tentang Sawadul A’dzam di Masa Sekarang • Pentingnya Menganut Salah Satu Empat Madzhab Apabila anda memahami semua yang telah disebutkan di atas, bahwa kebenaran adalah apa yang dipegang kaum salaf shaleh, merekalah yang disebut sawadul a’dzam. Mereka mengikuti ulama Mekkah dan Madinah dan ulama’ al-Azhar yang menjadi panutan golongan ahli haq. Jumlah mereka banyak dan tak terhitung, sebagaimana banyaknya bintang di langit dan tersebar di seluruh dunia.



Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫ َو َي ُد‬،ٍ‫ضالَ َلة‬ َ ‫هللا الَ َيجْ َم ُع ا ُ َّم ِتىْ َع َلى‬ َ َّ‫اِن‬ َّ َّ .‫ار‬ ِ َ ‫لج َم‬ َ ‫هللا َع َلى ْا‬ ِ ‫ َمنْ َشذ َشذ ِا َلى ال َّن‬، ‫اع ِة‬ )‫(رواه الترمذى‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

23

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku atas kesesatan, pertolongan Allah akan diberikan kepada jamaah, dan orang keluar dari jamaah maka akan berada dalam neraka seorang diri. (HR. Tirmidzi)



Ibnu Majah menambahi redaksi Hadits

،‫ْك ِبالسَّوَّ ا ِد ْاالَعْ َظ ِم‬ َ ‫َفا َِذا َو َق َع ْاالِ ْخ ِتالَفُ َف َع َلي‬ .ِ‫لح ِّق َواَهْ لِه‬ َ ‫َم َع ْا‬

Artinya : Jika terjadi perbedaan pendapat, hendaklah kalian berpegang kepada al-sawadul a’dzam bersama-sama faham yang benar dan para penngikutnya. Dalam redaksi kitab “Jami’ Shaghir” disebutkan

‫�ار ا ُ َّم ِتىْ اَنْ َتجْ َتم َِع َع َلى‬ َ �‫هللا َق ْد اَ َج‬ َ َّ‫اِن‬ .ٍ‫ضالَ َلة‬ َ

Artinya : Sesungguhnya Allah telah melindungi umatku untuk berkumpul atas kesesatan. (HR. Ibnu Abi Ashim) Mayoritas para ulama adalah pengikut madzhab empat. Maka Imam Bukhari adalah bermadzhab Syafi’i, beliau mengambil hadits dari al-Khumaidi, al-Za’farani, dan al-Karabisi. Begitu 24

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

juga Ibnu Khuzaimah dan al-Nisa’i. sedangkan Imam Junaid al-Baghdadi bermadzhab Sufyan Tsauri, Imam al-Syibli bermadzhab Maliki, Imam al-Muhasibi bermadzhab Syafi’i, Imam al-Jariri bermadzhab Hanafi, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani bermadzhab Hanbali, dan al-Syadili bermadzhab Maliki. Jadi bertaqlid pada salah satu madzhab tertentu menjamin pada hakikat kebenaran, dan lebih dekat pada ketelitian, dan lebih mudah mendapatkan ajaran. Inilah yang telah dianut oleh para ulama salaf shaleh r.a.. Maka kami anjurkan bagi saudara kami umat Islam yang awam, supaya bertaqwa kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan tidak mati kecuali dalam Islam. Hendaklan menjalin tali persaudaraan di antara mereka, terus menyambung silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga, kerabat maupun saudara. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang muda. Kami melarang mereka untuk saling bermusuhan, terpecah belah. Kami anjurkan mereka untuk menjalin tali persaudaraan, tolong menolong dalam kebaikan, dan berpegang dengan tali Allah dan tidak terpisah-pisah, mengikuti al-Kitab dan al-Sunah sebagaimana para ulama’. Seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

25

adalah para ulama’ yang bersepakat untuk tidak keluar dari ajaran madzhab mereka. Jikalau ada yang keluar dari jamaah ini maka Rasulullah telah bersabda : ”barang siapa keluar dari jamaah, maka akan sendirian dalam neraka.” (ِ‫)منْ َشذ َّ َشذ َّ اِلَى النَّار‬ َ dan supaya selalu dalam jamaah yang mengikuti jalannya para salaf shaleh. Rasulallah s.a.w. bersabda :

‫ اَلسَّمْ َع‬، َّ‫ْس اَ َم َرن َِى هللاُ ِب ِهن‬ ٍ ‫اَ َنا أم َُر ُك ْم ِب َخم‬ َّ ‫َو‬ َّ‫ َفاِن‬،‫اع َة‬ َ ‫لج َم‬ َ ‫لهجْ َر َة َو ْا‬ َ ‫الط‬ ِ ‫اع َة َو ْال ِج َهادَ َو ْا‬ ‫اع َة قُيْدَ شِ ب ٍْر َف َق ْد َخ َل َع ِر ْب َق َة‬ َ ‫لج َم‬ َ ‫ار َق ْا‬ َ ‫َمنْ َف‬ .ِ‫ْاالِسْ الَ ِم َعنْ ُع ُن ِقه‬ Artinya : Aku perintahkan kalian melakuukan lima hal yang telah diperintahkan oleh Allah kepadaku: mendengarkan dan mengikuti pemimpin, berjihad, hijrah, dan berada dalam jalan jamaah. Barang siapa yang memisahkan diri dari jamaah meskipun sedikit, berarti ia telah melepaskan ikatan islam dari lehernya.



Umar bin al-Khathab berkata :

َّ‫ َفاِن‬،ِ‫اع ِة َو ِايَّا ُك ْم َو ْال ِفرْ َقة‬ َ ‫لج َم‬ َ ْ‫َع َل ْي ُك ْم ِبا‬

26

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫ْن‬ ِ ‫ْاالِسْ َني‬ ‫َفاْل ُيالَ ِزم‬

َ ‫ال َّشي‬ ‫ َوه َُو َم َع‬،ِ‫ان َم َع ْا َلوا ِحد‬ َ ‫ْط‬ ‫لج َّن َة‬ َ ‫ َو َمنْ اَ َرادَ ِب ُحب ُْو َب ِة ْا‬،‫اَب َْع ُد‬ .‫اعة‬ َ ‫لج َم‬ َ ‫ْا‬

Artinya : Tetaplah dalam jamaah, jauilah perpecahan, sesungguhnya syetan itu bersama orang yang bersendiri, dan syetan akan lebih jauh karena berdua, barang siapa yang menginginkan surga hendaklah selalu dalam jamaah.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

27

PASAL IV Wajib Taqlid Bagi Orang yang Tidak Mampu Ijtihad

Menurut para ulama’, setiap orang yang tidak mampu berijtihad wajib mengikuti pendapat ulama’ ahli ijtihad. Hal ini wajib dilakukan sekalipun mereka mampu mempelajari sejumlah ilmu yang menjadi instrumen ijtihad. Dengan mengikuti pendapat salah seorang imam mujtahid, mereka akan terbebas dari hukum taklif. Hal ini sesuai firman Allah :

ِّ ‫َفاسْ أَلُ ْوا اَهْ َل‬ ‫الذ ْك ِر ِانْ ُك ْن ُت ْم الَ َتعْ َلم ُْو َن‬

Artinya : Maka bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kalian tidak mengetahui. (QS. al-Nahl : 43) Maka wajiblah bertanya bagi orang yang tidak mengetahui, dan hal yang demikian ini disebut taqlid kepada orang alim. Ayat di atas adalah umum bagi setiap orang, sehingga perintahnyapun umum pula, yakni setiap hal yang belum diketahui.

28

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Sesungguhnya orang awam pada generasi sahabat dan tabi’in selalu meminta fatwa kepada para ulama’ (dari kalangan sahabat) tentang permasalahan agama. Dan para ulama’ akan segera merespon pertanyaan-pertanyaan tersebut tanpa harus menjelaskan secara detail dalil-dalilnya. Kondisi yang demikian tidak pernah dilarang oleh para sahabat, sehingga terjadilah ijma’ bahwa orang awam harus mengikuti para ulama’. Karena pemahaman orang awam atas alKitab dan al-Sunah tidak bisa dijadikan pijakan jika tidak mencocoki pemahaman para ulama’. Karena banyak juga para ahli bid’ah yang sesat mendasarkan pemahamannya terhadap al-Kitab dan al-Sunah, tetapi mereka tidak mendapat kebenaran sama sekali. Orang awam tidak harus selalu mengikuti madzhab tertentu pada tiap kondisi yang dia jalani. Seperti orang yang mengikuti madzhab Syafi’i, tidak harus baginya mengikuti secara terus menerus, tetapi dibolehkan berpindah ke madzhab yang lain. Orang awam yang tidak memiliki kemampuan nalar, tidak pernah membaca kitab tentang cabang-cabang masalah (fiqhiyah), maka pengakuan bermadzhabnya tidak bisa dijadikan Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

29

dalil (untuk ia menghukumi suatu masalah). Telah ada yang mengatakan bahwa : orang awam yang mengikuti suatu madzhab maka wajib ia mengikutinya secara terus menerus, karena itulah cara yang benar. Dan bagi orang yang taqlid dibolehkan mengikuti madzhab yang lain. seperti ia taqlid kepada seorang imam dalam shalat dzuhur lalu taqlid kepada imam yang lain dalam shalat ashar. Jika seorang Madzhab Syafi’i mengira bahwa shalatnya sah dalam madzhab tersebut, lalu setelah shalat ternyata tidak sah menerut Madzhab Syafi’i, tetapi sah menurut Madzhab yang lain, maka dia boleh berpindah madzhab dan shalatnya tetap menjadi sah.

30

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

PASAL V • Berhati-hati Dalam Mengambil Ilmu Agama • Berhati-hati Terhadap Fitnah Ahli Bid’ah & Orang-orang Munafiq • Serta Para Imam yang Menyesatkan

Suatu keharusan berhati-hati dalam mencari ilmu, dan tidak mengambilnya dari orang yang bukan ahlinya. Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Imam Malik r.a.

‫الَ َتحْ م ِِل ْالع ِْل َم َعنْ اَهْ ِل ْا ِلبدَ ِع َوالَ َتحْ م ِْل ُه‬ َّ ‫َعمَّنْ َل ْم َيعْ رفْ ِب‬ ُ‫ب َوالَ َعمَّنْ َي ْكذِب‬ ِ ‫الط َل‬ ِ ‫ان الَ َي ْكذِبُ فِى‬ ِ ‫فِى َح ِد ْي‬ َ ‫اس َو ِانْ َك‬ ِ ‫ث ال َّن‬ .‫صلَّى هللا َع َل ْي ِه َو َسلَّ ِم‬ ِ ‫َح ِد ْي‬ ِ ‫ث َرس ُْو ِل‬ َ ‫هللا‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

31

Artinya : Janganlah kamu menuntut ilmu dari orang ahli bid’ah, maupun dari orang yang tidak selektif mendapatkannya, jangan pula menuntut ilmu dari orang yang berbohong sekalipun tidak sampai mendustakan hadits Rasulallah s.a.w. Ibnu Sirin meriwayatkan bahwa :

ُ ‫ َفا ْن‬، ٌ‫هذ ْالع ِْل ُم ِديْن‬ َ ‫ظر ُْوا َعمَّنْ َتا ْء ُخ ُذ ْو َن‬ .‫ِد ْي َن ُك ْم‬

Artinya : Ilmu itu sebenarnya adalah agama, lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian. Imam Dailami meriwayatkan dari Ibnu Umar Bahwa :

ُ ‫ َفا ْن‬، ٌ‫صالَةُ ِديْن‬ ْ‫ظر ُْوا َعمَّن‬ َّ ‫ َوال‬، ٌ‫اَ ْلع ِْل ُم ِديْن‬ َ ‫َتأْ ُخ ُذ ْو َن‬ ‫صلُّ ْو َن ه ِذ ِه‬ َ ‫ْف ُت‬ َ ‫ َو َكي‬،‫هذ ْالع ِْل َم‬ َ‫ َفال‬،ِ‫ َف ِا َّن ُك ْم ُتسْ أَلُ ْو َن َي ْو َم ْال ِق َيا َمة‬،ِ‫صالَة‬ َّ ‫ال‬ ْ ‫َترْ وُ ْوهُ ِاالَّ َعمَّنْ َت َح َّق َق‬ ‫ت اَهْ لِ َي ُت ُه ِباَنْ َي ُك ْو َن‬ ِّ ‫م َِن ْا َلع ُد ْو ِل‬ ‫ت ْال ُم ْت ِق ِني َْن‬ ِ ‫الث َقا‬ Artinya : Ilmu itu sebenarnya adalah agama, shalat juga pada hakikatnya adalah agama, perhatikan dari siapa kalian memperoleh ilmu itu, dan bagaimana 32

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

kalian menunaikan shalat, karena kelak kalian akan ditanya (tentang semua itu), janganlah menimba ilmu kecuali dari ahlinya, yakni seorang yang adil dan tsiqah dan bertaqwa kepada Allah. Imam Muslim telah meriwayatkan dalam kitab “Shahih”, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫َس َي ُك ْونُ فِى أخ ِِر ا ُ َّم ِتىْ ا ُ َناسٌ ي َُح ِّد ُث ْو َنا ُك ْم‬ .‫َما َل ْم َتسْ َمع ُْوا اَ ْن ُت ْم َوالَ اَ َباؤُ ُك ْم َف ِايَّا ُك ْم َو ِايَّا ُه ْم‬ Artinya : Akan ada pada generasi akhir umatku orang-orang yang menceritakan sesuatu kepada kalian tentang sesuatu yang tidak pernah kalian dengar begitu juga orang-orang tua kalian, berhati-hatilah kalian dan waspadalah. Dalam “Shahih”nya Imam Muslim juga meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w. bersabda :

َّ ‫َي ُك ْونُ فِى أخ ِِر‬ ‫ان دَ جَّ الُ ْو َن َك َّذاب ُْو َن‬ ِ ‫الز َم‬ ‫ث ِب َما َل ْم َتسْ َمع ُْوا اَ ْن ُت ْم‬ ِ ‫َيأْ ُت ْو َن ُك ْم ِمنْ اَالَ َحا ِد ْي‬ َ‫َوالَ اَ َباؤُ ُك ْم َف ِايَّا ُك ْم َو ِايَّا ُه ْم الَ يُضِ لُّ ْو َن ُك ْم َوال‬ ‫ُي ْف ِت ُن ْو َن ُك ْم‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

33

Artinya : Pada akhir zaman nanti akan ada dajjal-dajjal tukang bohong mereka memberi tahu kalian tentang sesuatu yang tidak pernah kalian dan orang tua kalian dengar, berhati-hatilah dan waspadailah, jangan sampai mereka menyesatkan dan menfitnah kalian. Disebutkan dalam “Shahih” Muslim dari Amr bin al-‘Ash r.a. ia berkata :

‫اِنَّ فِى ْال َبحْ ِر َش َياطِ ي َْن َمسْ ج ُْو َن ًة اَ ْو َث َق َها‬ ُ ِ‫ان ي ُْوش‬ ‫اس‬ َ ‫ُس َل ْي َم‬ ِ ‫ك اَنْ َت ْخ َر َج َف َت ْق َرأَ َع َلى ال َّن‬ ‫قُرْ أ ًنا‬

Artinyan : Sungguh dalam lautan terdapat syetan yang dipenjarakan oleh Nabi Sulaiman, mereka hampir saja bebas lalu akan membacakan al-Qur’an (palsu) kepada manusia. Imam Nawawi menjelaskan, bahwa yang dimaksud adalah bukan al-Qur’an yang sesungguhnya, dikatakan sebagai al-Qur’an untuk menipu orang-orang awam. Imam al-Thabrani meriwayatkan dari Abu Darda’ bahwa :

‫ف َما اَ َخ��افُ َع َلى ا ُ َّمتِى ْاالَ ِئ َّم ُة‬ َ ‫اِنَّ اَ ْخ� َ�و‬ ‫ْالمُضِ لّ ْو َن‬

34

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Artinya : Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umatku adalah keberadaan pemimpin yang menyesatkan. Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar r.a. bahwa :

‫ف َما اَ َخافُ َع َلى ا ُ َّمتِى ُك ُّل ُم َناف ٍِق‬ َ ‫اِنَّ اَ ْخ َو‬ ‫ان‬ ِ ‫َعلِي ِْم اللِّ َس‬

Artinya : Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umatku adalah keberadaan orangorang munafik yang fasih lidahnya. Al-Munawi berkata, “begitu banyak orang yang fasih lidahnya, tetapi kosong hati dan amalnya. Ia menukil secuil ilmu untuk mencari sesuap nasi, bahkan jadikan untuk kesombongan, dia mengajak manusia menuju Allah, tetapi ia sendiri berpaling dariNya. Imam al-Tabrani meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa : “sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan umatku yang mukmin atau musyrik, adapun yang mukmin akan dilindungi oleh imannya, sementara yang musyrik akan dikendalikan oleh kekafirannya. tetapi yang aku khawatirkan adalah orang-orang munafik yang fasih lidahnya, dia akan berbicara yang sesuai apa Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

35

yang kalian ketahui, tetapi melakukan perbuatan yang kalian ingkari.” Ziyad bin Hudair berkata : “umar berkata kepadaku, ‘tahukah kamu apa yang menyebabkan Islam hancur ?’ aku menjawab, tidak. Umar berkata, yang menghancurkan islam adalah kesalahan orang alim, perdebatan orang-orang munafik, dan hukum dari pemimpin yang menyesatkan.

36

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

PASAL VI • Hadits dan atsar dicabutnya ilmu, dan mewabahnya kebodohan, dan • Peringatan Nabi, bahwa akhir zaman adalah banyak kejelekan, Mengenai umatnya yang akan mengikuti bid’ah. • Keberadaan agama yang hanya dipegang oleh segelintir orang

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam “Fath alBari” berkata : Allah akan mewafatkan para ulama’ dan mengambil ilmu bersamanya, lalu akan terjadi peristiwa di mana sebagian orang menyerang sebagian yang lainnya, dan para sesepuh hanyalah orang yang lemah di antara mereka. Abu Umamah r.a. meriwayatkan, bahwa ketika haji wada’ Rasulullah berdiri di atas unta berwarna kecoklatan lalu bersabda :

‫ض‬ َ ‫َيااَ ُّي َهاال َّناسُ ُخ ُذ ْوا م َِن ْالع ِْل ِم َق ْب َل اَنْ ُي ْق َب‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

37

‫اب‬ َ ‫ اَالَ اَنَّ ِذ َه‬،‫ض‬ ِ ْ‫َو َق ْب َل اَنْ يُرْ َف َع م َِن ْاالَر‬ : ‫ َف َسأ َ َل ُه أَعْ َر ِابيٌّ َف َقا َل‬،ِ‫اب َح َم َل ِته‬ َ ‫ْالع ِْل ِم ِذ َه‬ ‫ ؟ َو َبي َْن‬،‫ْف يُرْ َف ُع ْالع ِْل َم ِم َّنا‬ ِ ‫ارس ُْو َل‬ َ ‫هللا َكي‬ َ ‫َي‬ ٍ ْ‫صاحِفُ َو َل ْم َي َت َعلَّقُ ْوا ِم ْن َها ِب َحر‬ ‫ف‬ َ ‫اَ ْظ َه ِر َنا ْال َم‬ .‫ِف ْي َما َجا َء ُه ْم ِب ِه اَ ْن ِب َياؤُ ُه ْم‬

Artinya : Wahai sekalian manusia, belajarlah sebelum ilmu itu dicabut dari bumi, ingatlah hilangnya ilmu adalah bersamaan dengan wafatnya ulama. Lalu ada seorang Baduwi bertanya, ya Rasul bagaimana bisa ilmu dicabut dari kita, sedangkan di antara kita terdapat mushaf yang tidak pernah berubah sedikitpun semenjak ditrunkan kepada para nabi ? Ibnu Mas’ud berkata : umat ini akan selalu dalam kebaikan selama masih berpegang pada ajaran para sahabat, dan jika mereka berpegang kepada orang-orang bodoh, dan terpecah belah, maka akan binasa. Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab “Shahih” dari Abu Hurairah dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda :

‫َّاع ُة َح َّتى َتأْ ُخ َذ ا ُ َّم ِتىْ ِبأ َ ْخ ِذ‬ َ ‫الَ َتقُ ْو ُم الس‬ 38

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

،‫اع‬ ٍ ‫ْالقُر ُْو ِن َق ْب َل َها شِ بْرً ا ِبشِ ب ٍْر َوذ َِراعًا ِبذ َِر‬ ‫ َف َقا َل‬،‫س َوالرُّ ْو ِم ؟‬ ٍ ‫ار‬ ِ ‫َف ِق ْي َل َيا َرس ُْو َل هللا َك َف‬ .‫َو َمنْ ال َّناسُ ِاالَّ ُه ْم ؟‬

Artinya : Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti perilaku umat sebelumnya sedikit demi sedikit, lalu Rasul ditanya, apakah seperti orang Persia dan Rumawi ?, Rasul menjawab, siapa lagi kalau bukan mereka?. Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri dari Nabi s.a.w. beliau bersabda :

‫ان َق ْب َل ُك ْم شِ بْرً ا شِ بْرً ا‬ َ ‫َل َت ْت َب َعنَّ ُس َن َن َمنْ َك‬ ‫َوذ َِراعًا ذ َِراعًا َح َّتى َل ْو دَ َخلُ ْوا فِى ِحجْ ِر‬ ‫هللا اَ ْل َيه ُْو ُد‬ ِ ‫ارس ُْو َل‬ َ ‫ضبٍّ َت ِبعْ ُتم ُْو ُه ْم قُ ْل َنا َي‬ َ ‫ارى َقا َل َف َمنْ ؟‬ َ ‫ص‬ َ ‫َوال َّن‬

Artinya : Niscaya kalian akan mengikuti sedikit demi sedikit kebiasaan umat sebelum kalian, sampai andai kata mereka masuk ke lubang biawakpun kalian juga akan tetap mengikutinya, kami bertanya, wahai Rasul, apakah itu Yahudi dan Nashrani ?, Rasulullah menjawab, siapa lagi ? Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

39

Al-Thabari meriwayatkan dari Mas’ud dari Nabi s.a.w. beliau bersabda :

Ibnu

‫اِنَّ اَوَّ َل ه ِذ ِه ْاال ُ َّم ِة ِخ َيا ُر ُه ْم َواَخ َِر َها شِ َرا ُر ُه ْم‬ ‫هللا َو ْال َي ْو ِم‬ ِ ‫ َف َمنْ ي ُْؤمِنُ ِبا‬،‫م ُْخ َتلِ ِفي َْن ُم َت َفرِّ ِقي َْن‬ ْ ‫اس‬ ِ ‫ْاالَخ ِِر َف ْل َتأ ِت ِه َم ْي َت ُت ُه َوه َُو َياءْ تِى ِا َلى ال َّن‬ ‫َما ُيحِبُّ اَنْ ي ُْؤ َتى ِا َل ْي ِه‬

Artinya : Sesungguhnya generasi awal umat ini adalah orang-orang pilihan, dan generasi akhir adalah orang-orang yang buruk, mereka saling berselisih dan terpecah belah. Oleh karena itu barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir semoga saja segera dijemput ajalnya. Dia akan memperlakukan manusia sesuai dengan yang ia sukai dari mereka. Hisyam bin Urwah pernah mendengar ayahnya berkata bahwa : “persoalan Bani Israel akan lurus-lurus saja sampai banyak anak yang terlahir dari budak perempuan. Mereka akan mengatakan sesuatu yang baru berdasarkan pendapat mereka sendiri, mereka juga akan menyesatkan orangorang Bani Israel itu sendiri. Peganglah ajaranajaran Sunah, karena itu adalah pilar agama.” Ibnu Wahab telah meriwayatkan dari Ibnu Syihab al-Zuhri, ia berkata : “sesungguhnya orang40

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫‪orang Yahudi dan Nashrani kehilangan ilmu yang‬‬ ‫‪berada dalam genggaman mereka ketika mulai‬‬ ‫‪berani berfikiran bebas dan mempraktikkannya.‬‬ ‫‪Al-Bukhari dalam “Shahih”nya me‬‬‫‪riwayatkan dari Urwah sebagai berikut :‬‬

‫ْن ُع َمرْ َف َس ِمعْ ُت ُه َيقُ ْو ُل‬ ‫َح َّج َع َل ْي َنا َع ْب ُد ِ‬ ‫هللا ب ِ‬ ‫َس ِمعْ ُ‬ ‫ت ال َّن ِبيَّ صلى هللا عليه وسلم َيقُ ْو ُل اِنَّ‬ ‫هللا الَ َي ْن ِز ُع ْالع ِْل َم َبعْ دَ اَنْ اَعْ َطا ُكم ُْوهُ ِا ْنت َِزاعًا‬ ‫َ‬ ‫ْض ْال ُع َل َما ِء ِبع ِْلم ِِه ْم‬ ‫َو َل ِكنْ َي ْن َت ِز ُع ُه ِم ْن ُه ْم َم َع َقب ِ‬ ‫َف َي ْب َقى َناسٌ ُجهَّا ٌل يُسْ َت ْف َت ْو َن َف ُي ْف ُت ْو َن ِب َر ْأ ِي ِه ْم‬ ‫َفيُضِ لُّ ْو َن َو َيضِ لُّ ْو َن‪َ ،‬ف َح َّد ْث ُ‬ ‫ت ِب َها َعا ِئ َش َة‬ ‫َز ْو َج ال َّن ِبيّ صلى هللا عليه وسلم‪ُ ،‬ث َّم اَنَّ‬ ‫ْن ُع َم َر َح َّج َبعْ دَ َف َقا َل ْ‬ ‫ت ‪َ :‬يااب َْن‬ ‫َعبْدَ ِ‬ ‫هللا ب ِ‬ ‫هللا َفااسْ َت ْش ِب ْ‬ ‫ت لِىْ ِم ْن ُه‬ ‫ا ُ ْختِى ِا ْن َطل ِْق ِا َلى َع ْب ِد ِ‬ ‫الَّ ِذىْ َح َّد ْث َت ِنىْ َع ْنهُ‪َ ،‬ف ِج ْئ ُت ُه َف َسأ َ ْل ُت ُه َف َح َّد َث ِنىْ‬ ‫ِب ِه َك َنحْ ِو َما َح َّد َث ِنىْ َفأ َ َتي ُ‬ ‫ْت َعا ِئ َش َة َفأ َ ْخ َبرْ ُت َها‬ ‫َف َقا َل ْ‬ ‫ْن ُع َم َر‬ ‫هللا َل َق ْد َحف َِظ َع ْب ُد ِ‬ ‫ت َو ِ‬ ‫هللا ب ِ‬ ‫‪41‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

Artinya : Abdullah bin Umar singgah kepada kami ketika musim haji, lalu aku mendengar ia berkata, ‘aku telah mendengar Nabi s.a.w. bersabda, sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu secara mendadak setelah memberikannya kepada manusia. Namun Allah akan mencabut ilmu dengan cara mencabut nyawa para ulama’. Lalu tersisalah orang-orang bodoh yang ketika dimintai fatwa mereka berfatwa dengan pendapatnya sendiri yang ternyata sesat dan menyesatkan. Lalu saya (Urwah) beritahukan hal itu kepada A’isyah r.a.. Pada tahun berikutnya Abdullah bin Umar menunaikan Haji lagi, maka A’isyah berkata kepadaku, ‘wahai keponakanku pergilah menjumpai Abdullah, tanyakan padanya tentang hadits yang telah kau beritahukan kepadaku. Lalu aku menjumpai Abdullah dan menanyakan riwayat hadits tersebut. Abdullah tetap meriwayatkan hadits sebagaimana yang dulu ia beritahukan kepadaku. Lalu aku mendatangi A’isyah untuk memberitahukan hal tersebut, lalu ia berkata, “Abdullah benar-benar memiliki hafalan yang baik.” Dalam kitab “Fath al-Bari” dari Masyruq dari Ibnu Mas’ud ia berkata : “tidak akan datang sebuah masa kecuali lebih buruk dari sebelumnya. Ingatlah bukanlah aku maksudkan membandingkan pemimpin yang satu dengan yang lainnya, dan orang awam yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi para ulama’ dan ahli fiqh 42

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

di antara kalian akan meninggal dunia, lalu kalian tidak mendapatkan gantinya. Lalu datanglah orang-orang yang berfatwa dengan pendapatnya sendiri. Mereka itulah orang yang akan mencoreng dan menghancurkan Islam.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

43

PASAL VII Dosa Orang yang Mengajak pada Kesesatan atau Orang yang Memberi Contoh yang Buruk Allah s.w.t. berfirman :

ْ‫ار ُه ْم َكا ِم َل ًة َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َو ِمن‬ َ ‫لِ َيحْ ِملُ ْوا اَ ْو َز‬ ‫ارالَّ ِذي َْن يُضِ لُّ ْو َن ُه ْم‬ ِ ‫اَ ْو َز‬

Artinya : Supaya mereka memikul dosadosanya dengan sepenuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa orang-orang yang mereka sesatkan. (QS. al-Nahl: 25) Abu Dawud dan al-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda

‫ان َل ُه م َِن ْاالَجْ ِر م ِْث َل‬ َ ‫َمنْ دَ َعا ِا َلى ُه ًدى َك‬ ‫اُج ُْو ِر َمنْ َت ِب َع ُه الَ ُي ْن َقصُ َذال َِك ِمنْ اُج ُْو ِر ِه ْم‬ ‫ان َع َل ْي ِه م َِن‬ َ ‫ضالَ َل ٍة َك‬ َ ‫ َو َمنْ دَ َعا ِا َلى‬،‫َش ْي ًئا‬ ْ‫ْاالِ ْث ِم م ِْث َل اَ َث ِام َمنْ َت ِب َع ُه الَ ُي ْن َقصُ َذال َِك ِمن‬ ‫اَ َثام ِِه ْم َش ْي ًئا‬ 44

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Artinya : Barang siapa mengajak pada kebenaran, maka dia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya. Dan barang siapa mengajak pada kesesatan, maka dia mendapatkan dosanya dan dosa orang yang mengikutinya. Imam Muslim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Hilal dari Jarir bin Abdullah alBajili r.a. sebagai berikut :

ْ‫ َمن‬،‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫َقا َل َرس ُْو ُل‬ ‫َسنَّ فِى ْاالِسْ الَ ِم ُس َّن ًة َح َس َن ًة َف َل ُه اَجْ ُر َها َواَجْ ُر‬ ْ‫ص ِمن‬ َ ُ‫َمنْ َع ِم َل ِب َها َبعْ دَ هُ ِمنْ َغي ِْر اَنْ َي ْنق‬ ‫ َو َمنْ َسنَّ فِى ْاالِسْ الَ ِم ُس َّن ًة‬،‫اُج ُْو ِر ِه ْم َش ْي ًئا‬ ‫ان َع َل ْي ِه ِو ْز ُر َها َو ِو ْز ُر َمنْ َع ِم َل ِب َها‬ َ ‫َس ِّي َئ ًة َك‬ ‫ار ِه ْم َش ْي ًئا‬ ِ ‫َبعْ دَ هُ ِمنْ َغي ِْر اَنْ َي ْنقُصَّ ِمنْ اَ ْو َز‬ Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda, barang siapa menciptakan kebaikan, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikuti setelahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala tersebut. Dan barang siapa berbuat kejelekan, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikuti setelahnya tanpa dikurangi sedikitpun.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

45

Berkata Imam Mujahid dalam menafsirkan Hadits dan ayat di atas : “yaitu orang tersebut menanggung dosanya sendiri dan dosa orangorang yang mengikutinya, Dan tidak dikurangi sedikitpun. Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Amr bin ‘Auf, bahwa Nabi s.a.w. bersabda :

ْ ‫َمنْ اَحْ َيى ُس َّن ًة ِمنْ ُس َّن ِتىْ َق ْد ا ُ ِم ْي َت‬ ْ‫ت َبعْ ِدى‬ ْ‫ان َل ُه م َِن ْاالَجْ ِر م ِْث َل َمنْ َع ِم َل ِب َها ِمن‬ َ ‫َك‬ ،‫َغي ِْر اَنْ َي ْنقُصَّ َذال َِك ِمنْ اُج ُْو ِر ِه ْم َش ْي ًئا‬ َ ْ‫ضالَ َل ٍة الَ َتر‬ َ ‫َو َمنْ ِا ْب َتدَ َع ِب ْد َع َة‬ ُ‫ضى هللا‬ ‫ان َع َل ْي ِه م ِْث َل اَ َث ِام َمنْ َع ِم َل ِب َها‬ َ ‫َو َرس ُْولُ ُه َك‬ ‫اس َش ْي ًئا‬ ِ ‫ار ال َّن‬ ِ ‫الَ ُي ْن َقصُّ َذال َِك ِمنْ اَ ْو َز‬

Artinya : Barang siapa sepeninggalku menghidupkan kembali sunahku yang telah mati, niscaya dia akan memperoleh pahala sebagaimana pahala orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi sedikitpun. Barang siapa yang menciptakan bid’ah yang sesat yang tidak diridlai oleh Allah dan Rasulnya, maka bagi dia dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya, tanpa dikurangi sedikitpun.

46

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :

ُ ‫اَ ْل ُم َت َم ِّس‬ ‫ك ِب ُس َّن ِتىْ عِ ْندَ َف َسا ِد ا ُ َّمتِى َل ُه اَجْ ُر‬ ‫مِا َئ ِة َش ِه ْي ٍد‬

Artinya : Orang yang berpegang pada sunahku pada saat umat dalam kondisi rusak, maka akan mendapatkan pahala seratus orang yang mati syahid.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

47

PASAL VIII • Terpecahnya Umat Islam Menjadi Tujuh Puluh Tiga Golongan • Menjelaskan Teologi Kelompok Sesat. • Golongan yang Selamat Yaitu Ahlussunah wal Jama’ah Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah sebagai berikut :

،‫ت ْال َيه ُْو ُد َع َلى ِاحْ دَ ى َو َس ْب ِعي َْن ِفرْ َق ًة‬ ِ ‫ِا ْف َت َر َق‬ ‫ْن َو َس ْب ِعي َْن‬ ِ ‫َو َت َفرَّ َق‬ َ ‫ص‬ َ ‫ت ال َّن‬ ِ ‫ارى َع َلى ْاث َني‬ ْ ‫ َو َت َفرَّ َق‬،‫ِفرْ َق ًة‬ ‫ث َو َس ْب ِعي َْن‬ ِ َ‫ت ا ُ َّم ِتىْ َع َلى َثال‬ ْ‫ َقالُ ْوا َو َمن‬،‫ار ِاالَّ َواحِدَ ًة‬ ِ ‫ِفرْ َق ًة ُكلُّ َها فِى ال َّن‬ ‫ ُه ُم الَّ ِذي َْن َع َلى الَّ ِذىْ اَ َنا‬، ‫هللا‬ ِ ‫ارس ُْو َل‬ َ ‫ُه ْم َي‬ ْ‫َع َل ْي ِه َواَصْ َح ِابى‬ 48

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Artinya : Kaum yahudi akan terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, dan kaum nashrani akan terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya, “siapakah mereka itu ya Rasulullah ?, Rasul menjawab, “mereka itu adalah orang-orang yang menganut ajaranku dan ajaran para sahabatku. Berkata Syihab al-Khafaji dalam kitab “Nasim al-Riyadh”, bahwa golongan yang selamat adalah Ahlussunah wal Jama’ah. Dalam kitab “Hasyiah Syanwani ‘ala Mukhtashar Abi Jamrah”, dijelaskan bahwa : Ahlussunah wal Jama’ah adalah kelompok alAsy’ari dan para Imam Ulama’, karena Allah telah menjadikan mereka sebagai hujjah atas makhluknya. Dan orang-orang awam berpegang kepadanya. Mereka inilah yang dimaksud dalam hadits “ umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan.” Berkata imam abu manshur bin thahir al-tamimi dalam menjelaskan hadits ini, bahwa “Rasulullah dalam keterangan haditsnya tidak bermaksud menerangkan kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam hal fiqh, tetapi yang beliau maksudkan adalah mencela terhadap orangRisalah Ahlussunah Wal Jama’ah

49

orang yang menyalahi kebenaran dalam hal teologi, tentang taqdir baik dan buruk, syarat kenabian dan kerasulan, dan tentang mempercayai para sahabat, dan sebagainya. Karena orang yang berbeda pendapat dalam hal teologi ini telah mengkafirkan antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu hadits tersebut di atas harus dipahami sebagai perbedaan pendapat dalam pendapat Ilmu Tauhid. Pada akhir masa sahabat telah terjadi perbedaan teologi yang dipelopori oleh Ma’bad al-Juhani dan para pengikutnya. Tetapi para sahabat, seperti Abdullah bin Umar, Jabir, dan Anas menghindari hal tersebut. Kemudian setelah kejadian tersebut, muncullah perbedaan teologi sedikit demi sedikit, hingga sempurnalah jumlah golongan umat islam tujuh puluh dua golongan. Dan yang ketujuh puluh tiga adalah golongan Ahlussunah wal Jama’ah, yaitu kelompok yang selamat. Jika ditanyakan, “apakah ketujuh puluh dua golongan tersebut dapat diketahui ?, maka jawabnya adalah : bahwa kita dapat mengetahui cikal bakal perpecahan tersebut, masing-masing kelompok masih terbagi ke dalam beberapa sekte, sekalipun kita tidak mengetahui secara rinci namanama sekte tersebut. 50

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Adapun cikal bakal sekte-sekte tersebut adalah : al-Haruriyah, al-Qadariyah, Jahmiyah, Murji’ah, Rafidlah, dan Jabariyah. Sebagian ulama’ ada yang berpendapat, bahwa cikal bakal kelompokkelompok sesat adalah kelompok tersebut di atas. lalu tiap-tiap kelompok di atas terpecah menjadi 12 kelompok, maka genaplah seluruhnya menjadi 72 golongan. Berkata Ibnu Ruslan, “ada pendapat yang mengatakan bahwa rincian sekte tersebut adalah 20 dari Rafidlah, 20 dari Khawarij, 20 dari Qadariyah, 7 dari Murji’ah, dan satu golongan dari Najariyah, walaupun mereka terbagi menjadi beberapa kelompok tetapi dihitung sebagai satu kelompok. Dan satu dari Haruriyah, dan satu kelompok dari Jahmiyah, 3 dari kelompok Karamiyah. Jumlah semuanya adalah 72 golongan.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

51

PASAL IX Tanda–Tanda Hari Kiamat

Tanda – tanda hari kiamat cukup banyak, antara lain : hilangnya tolong menolong dalam agama, sebagaimana sabda Nabi s.a.w.

ْ ‫َّاب ُر ِفي ِْه ْم َع َلى‬ ِ ‫اس َز َمانٌ اَلص‬ ِ ‫َيأ ِتىْ َع َلى ال َّن‬ ‫لج ْم ِر‬ َ ‫ض َع َلى ْا‬ ِ ‫ِد ْي ِن ِه َكا ْال َق ِاب‬ Artinya : Akan datang pada manusia, masa

di mana orang yang sabar terhadap ajaran agamanya bagaikan orang yang memegang bara api. (HR. Tirmidzi) Tanda kiamat yang lain adalah :

َّ ‫َي ُك ْونُ فِى اَخ ِِر‬ ‫ان ُعبَّا ٌد ُجهَّا ٌل َوقُرَّ ا ٌء‬ ِ ‫الز َم‬ ‫َف َس َق ٌة‬

Artinya : Akan ada di akhir zaman, ahli ibadah yang bodoh, dan banyak penghafal al-Qur’an yang fasik. (HR. al-Hakim, Abu Naim)

‫َّاع ُة َح َّتى َي َت َبا َهى ال َّناسُ فِى‬ َ ‫الَ َيقُ ْو ُم الس‬ ‫ْال َم َسا ِج ِد‬

52

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi hingga orang-orang saling membanggakan masjid masingmasing. (HR. Ahmad, Abu Dawud) Tanda-tanda kiamat yang lain adalah : terputusnya silaturrahim, orang terpercaya dianggap khianat, orang khianat justru dipercaya, penjelasan tentang ini telah ada dalam riwayat Thabrani dari Anas bin Malik. Tanda kiamat yang lain adalah ukuran bulan tsabit mengembang, bulan tsabit terlihat kembali pada malam berikutnya, sehingga orang akan mengatakan telah terjadi dua malam untuk satu bentuk bulan tsabit yang sama. Tanda kiamat yang lain adalah sebagaimana terdapat dalam hadits berikut :

‫َي ْذ َهبُ الصَّالِح ُْو َن ْاالَوَّ ُل َف �اْالَوَّ ُل َو َي ْب َقى‬ ‫َح َثا َل ٌة َك َح َثا َل ِة ال َّش ِعي ِْر اَ ِو ال َّت َم ِر‬ Artinya : Orang-orang shaleh dari generasi

awal akan meninggal dunia, dan yang tersisa hanya orang-orang berperangai buruk, mirip tersisanya buah kurma yang disortir. (HR. Bhuhari, Ahmad)

ُّ ‫َّاع ُة َح َّتى َي ُك ْو َن‬ ،‫الزهْ ُد ِر َوا َي ًة‬ َ ‫الَ َتقُ ْو ُم الس‬ ‫ص ُّنعًا‬ َ ‫َو ْا َلو َر ُع َت‬

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

53

Artinya : Kiamat tidak akan terjadi sampai sifat zuhud hanya menjadi riwayat, dan wira’i hanya sebagai kepura-puraan. (HR. Abu Naim)

ً ‫اَنْ َي ُك ْو َن ْا َلو َل ُد َغي‬ ‫ْظا َواَنْ َي ُك ْو َن ْال َم َط ُر‬ ً ‫َقي‬ ‫ْض اللَّ َئا ُم َف ْيضًا‬ َ ‫ْظا َواَنْ َي ِفي‬

Artinya : Munculnya anak yang suka marahmarah, hujan turun dimusim panas, dan banyak sekali orang yang berperangai buruk. (HR. Thabrani)

‫َّاع ُة َح َّتى َيس ُْودَ ُك� ُّل َق ِب ْي َل ٍة‬ َ ‫الَ َت �قُ� ْ�و ُم الس‬ َ‫ان َزعِ ْي ُم ْال َق ْو ِم اَرْ َذ َل ُه ْم َو َساد‬ َ ‫ُم َنا ِفقُ ْو َها َو َك‬ .‫ْال َق ِب ْي َل َة َفاسِ قُ ْو ُه ْم‬

Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi sampai semua kabilah dipimpin oleh orang munafik, dan pemimpin kaum adalah yang paling hina di antara mereka, dan yang memimpin kabilah adalah orang-orang fasik(HR. Tirmidzi, Thabrani) Tanda- tanda kiamat yang lain adalah ketika sudah banyak mihrab yang dihias dan banyak hati yang rusak. Juga tanda kiamat yang lain adalah, ketika terjadi transaksi dagang dimana-mana sehingga 54

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

para istri membantu suaminya dalam berdagang, dan banyak persaksian palsu, amanat dijadikan harta rampasan, dan zakat dijadikan hutang, begitu juga ketika seoranglaki-laki sudah tunduk pada istrinya dan berani kepada ibunya, merendahkan temannya, dan mengusir ayahnya, dan banyak terjadi kegaduhan dalam masjid. Begitu juga tanda-tanda kiamat adalah munculnya biduan dari kalangan budak, menyebarnya alat-alat musik, minuman keras, dan generasi akhir umat ini telah melaknat generasi awal. Tanda-tanda kiamat yang lain adalah :

‫َّاع ُة َح َّتى َت َر ْو َنا اُم ُْورً ا عِ َظامًا‬ َ ‫الَ َتقُ ْو ُم الس‬ ‫ َي َت َفا َق َم َشأْ ُن َها فِى‬،‫َل ْم ي َُح ِّد ُث ْو ِب َها اَ ْنفُ َس ُك ْم‬ ‫ان َن ِب ُّي ُك ْم َذ َك َر َل ُك ْم‬ َ ‫اَ ْنفُسِ ُك ْم َو َتسْ أَلُ ْو َن َه ْل َك‬ ْ‫ َو َح َّتى َت َروُ ا ْال ِج َبا َل َت ُز ْو َل َعن‬،‫ِم ْن َها ذ ِْكرً ا‬ .‫اَ َما ِك ِن َها‬

Artinya : Hari kiamat tidak akan datang sampai kalianmenyaksikan peristiwa-peristiwa besar yang sebelumnya tidak pernah kalian perbincangkan, namun pertiwa tersebut semakin mengusik kalian sehingga membuat kalian bertanya, “apakah nabi Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

55

pernah menjelaskan permasalahan tersebut ?” bahkan kalian juga akan melihat gunung-gunung begeser dari tempatnya. (HR. Ahmad, Thabrani)

‫َّاع َة‬ َ ‫ا َِذا وُ سِ دَ ْاالَ ْم ُر ِا َلى َغي ِْر اَهْ لِ ِه َفا ْن َتظِ ِر الس‬

Artinya : Apabila suatu urusan telah diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat. (HR. al-Buhari, Ahmad, dan Tabrani)

‫الَ َت ْذ َهبُ ال ُّد ْن َيا َح َّتى َيمُرَّ الرَّ ُج ُل َع َلى ْال َقب ِْر‬ ُ ‫َف َت َمرَّ َغ َع َل ْي ِه َو َيقُ ْو ُل َيا َل ْي َتنِى ُك ْن‬ ‫ان‬ َ ‫ت َم َك‬ ‫ِب َه َذا ْال َقب ِْر‬ َ ‫صاح‬ َ Artinya : Dunia tidak akan sirna sampai ada

seorang yang lewat di atas makam sambil berkata, “andai saja aku bisa menggantikan tempat orang yang ada dalam makam ini.” (HR. Muslim)

‫َّاع ُة َح َّتى ُت ْو َج ُد ْال َمرْ اَةُ َن َهارً ا‬ َ ‫الَ َتقُ ْو ُم الس‬ َّ ‫َت ْن ِك ُح اَىْ َت َجا َم َع َو َس َط‬ ‫ْق الَ ُي ْن ِك ُر َذال َِك‬ ِ ‫الط ِري‬ .‫اَ َح ٌد‬

Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi hingga terdapat seorang perempuan yang mesum di siang hari, yakni, berzina di jalanan tanpa ada seorangpun yang mengingkarinya. (HR. al-Hakim) 56

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫ِف‬ َ ‫َّاع ُة َح َّتى َت َت َنا َك َر ْالقُلُ ْوبُ َو َت ْخ َتل‬ َ ‫الَ َتقُ ْو ُم الس‬ ‫ب َو ْاال ُ ِّم‬ ِ َ‫ِف ْاالِ ْخ َوانُ م َِن ْاال‬ َ ‫او ْي ُل َو َي ْخ َتل‬ ِ ‫ْاالَ َق‬ ‫ْن‬ ِ ‫فِى ال ِّدي‬

Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi sampai hati manusia saling mengingkari, (mempertanyakan perbedaan pendapat informasi simpang siur) dan berbeda agama antara ayah, ibu dan teman. (HR. Dailami)

Di antara tanda-tanda kiamat adalah ketika didirikan menara-menara di masjid, namun Allah tidak pernah disembah di dalamnya, keinginan manusia hanya urusan perut, kemulian terdapat pada harta benda, kiblatnya adalah perempuanperempuan, dan agamanya adalah uang. Tanda-tanda kiamat yang lain adalah, ketika malam dan siang terus terganti sementara al-Qur’an yang berada dalam hati kaum muslimin hanya diperlakukan seperti baju, segala sesuatu diwarnai dengan ketamakan, dan jika mereka melakukan sesuatu yang dilarang Allah dia berkata, “semoga Allah mengampuniku atas dosa yang aku perbuat.” Juga tanda-tanda kiamat adalah ketika islam dipelajari hanya sebagai aksesoris seperti hiasan pada baju, hingga seseorang tidak lagi Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

57

mengetahui apa itu puasa, shalat, haji dan sedekah, dan yang tersisa hanya orang-orang lanjut usia yang berkata, “kami pernah menjumpai ayahayah kami mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah, sehingga kamipun ikut mengucapkannya.” Dan akhirnya la Ilaha Illallah tidak pernah lagi diucapkan dimuka bumi. Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫َّاع ُة َح َّتى َي ْظ َه َر ْال َفحْ شُ َو ْالب ُْخ ُل‬ َ ‫الَ َتقُ ْو ُم الس‬ َ ‫ َوي ُْؤ َمنُ ْا‬، ُ‫ َوي َُخوَّ نُ ْاالَ ِميْن‬، ُ ِ‫ َو َي ْهل‬، ُ‫لخائِن‬ ‫ك‬ ُ ‫ َو َت ْظ َه ُر ال ُّتح ُْو‬، ‫ْالوُ ع ُْو ُل‬ ‫ارس ُْو ُل‬ َ ‫ َي‬: ‫ َقالُ ْوا‬،‫ت‬ ُ ‫هللا َو َما ال ُّتح ُْو‬ ‫ اَ ْلوُ ع ُْو ُل‬: ‫ َقا َل‬،‫ت َو ْالوُ ع ُْو ُل ؟‬ ِ َّ ‫ت‬ ُ ‫ َوال ُّتح ُْو‬،‫اس َواَ ْش َراف ِِه ْم‬ ‫الذي َْن‬ ِ ‫وُ ج ُْوهُ ال َّن‬ َ ْ‫َكا ُن ْوا َتح‬ .‫اس‬ ِ ‫ت اَ ْقدَ ِام ال َّن‬

Artinya : Hari kiamat tidak akan datang sampai muncul banyak perbuatan keji dan sifat kikir, orang yang amanah akan dianggap khianat, dan orang yang khianat justru akan dipercaya, banyak “wu’ul” yang akan meninggal dunia, dan banyak muncul “tuhut.” Para sahabat bertanya, apakah yang dimaksud dengan wu’ul dan tuhut, ya Rasul ?, Rasulullah menjawab, wu’ul 58

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

adalah orang-orang yang mulya dan terhormat, dan tuhut adalah orang-orang yang hina. (HR. al-Thabrani) Rasulullah s.a.w. bersabda :

،‫ُج َس ْبع ُْو َن َك َّذابًا‬ َ ‫َّاع ُة َح َّتى َت ْخر‬ َ ‫الَ َتقُ ْو ُم الس‬ ُ ‫قُ ْل‬ ‫ َيأْ ُت ْو َن ُك ْم ِب ُس َّن ٍة َل ْم‬: ‫ َقا َل‬، ‫ َو َما اَ َيا ُت ُه ْم ؟‬: ‫ت‬ ‫ َفا َِذا‬، ‫ ي َُغ ِّير ُْو َن ِب َها ُس َّن َت ُك ْم‬، ‫َت ُك ْو ُن ْوا َع َل ْي َها‬ ‫َرأَ ْي ُتم ُْو ُه ْم َفاجْ َت ِنب ُْو ُه ْم‬

Artinya : Hari kiamat tidak akan datang sampai muncul 70 orang pembohong. Aku bertanya : seperti apakah ciri-cirinya ?, Rasul s.a.w. menjawab : mereka akan datang kepada kalian dengan membawa sebuah tindakan yang belum pernah kalian praktikkan, mereka akan mengganti sunah kalian dengan sunah yang dibawanya. Jika kalian melihat mereka, maka jauhilah. (HR. Bukhari) Di antara tanda kiamat adalah, ketika sudah banyak perkataan dan sedikit perbuatan, persahabatan hanya di bibir saja, dan hatinya saling berselisih, banyak memutuskan tali persaudaran, orang telah banyak memamerkan ilmunya tetapi tidak mengamalkannya, Maka pada saat seperti itu Allah melaknat mereka dan membutakan matanya. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

59

Berkata al-Baihaqi dan ulama’ lainnya, bahwa tanda-tanda tersebut di atas adalah tandatanda kecil atas akan munculnya kiamat, sedangkan tanda-tanda yang besar adalah sebagai berikut.

Kami akan menutup hadits-hadits di atas dengan hadits riwayat dari Muslim dalam kitab “Shahih” dari Khudzaifah ibnu Usaid alGhifari r.a. berikut ini :

َّ ‫ا‬ ُ‫ِط َل َع ال َّن ِّب ُي صلى هللا عليه وسلم َو َنحْ ن‬ ‫ َقالُ ْوا َن ْذ ُك ُر‬،‫ َما َت َذا َكر ُْو َن ؟‬: ‫ َف َقا َل‬،ُ‫َن َت َذا َكر‬ ‫ ِا َّن َها َلنْ َتقُ ْو َم َح َّتى َت َر ْو َن‬: ‫ َقا َل‬،‫َّاع َة‬ َ ‫الس‬ ٍ ‫َق ْب َل َها َع َش َر أ َيا‬ ،‫ َوال َّدجَّ ا َل‬،‫ان‬ َ ‫ َف َذ َك َر ال ُّد َخ‬، ‫ت‬ ُ ‫ َو‬،‫َوال َّدا َّب َة‬ ،‫س ِمنْ َم ْغ ِر ِب َها‬ ِ ‫طلُ ْو ُع ال َّش ْم‬ ‫ْن َمرْ َي َم صلى هللا عليه‬ َ ‫َو ُن � ُز ْو ُل عِ ي‬ ِ ‫ْسى ب‬ ،ٍ‫ َو َثالَ َث َة ُخس ُْوف‬،‫ َو َيأْج ُْو َج َو َمأْج ُْو َج‬،‫وسلم‬ ٌ‫ب َو ُخسُف‬ ِ ‫ُخسُفٌ ِباْل َم ْش ِر ِق َو ُخسُفٌ ِب ْال َم ْغ ِر‬ ‫ َوأ ِخ ُر َذال َِك َنا ٌر َت ْخ ُر ُج‬،ِ‫لج ِزي َْر ِة ْا َلع َرب‬ َ ْ‫ِبا‬ ‫اس ِا َلى َم ْخ َش ِر ِه ْم‬ َ ‫م َِن ْال َي َم ِن َت ْط َر ُد ال َّن‬

60

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Artinya : Nabi s.a.w. muncul ketika kami sedang berdiskusi. beliau bersabda : apa yang kalian diskusikan ?, mereka menjawab, ‘kami sedang mendiskusikan kiamat’, lalu beliau bersabda : kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda-tandanya. Yaitu keluarnya kabut besar, dajal, dabbah, matahari terbit dari barat, munculnya Isa bin Maryam, terjadi tiga gerhana, gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab, serta munculnya api Yaman yang menggiring manusia ke Padang Mahsyar. (HR. Muslim) Mengenai masalah “dukhan”, al-Alamah alKhazin telah menjelaskan dalam tafsirnya riwayat dari Khudzaifah r.a. ia berkata, “ya Rasulullah apakah “dukhan” itu ?, Rasul menjawab: “pada hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (QS. Al-Dukhan :10) kabut tesebut akan memenuhi bumi dari barat sampai timur selama 40 hari 40 malam, orang yang beriman akan menderita semacam asma, sedangkan orang kafir seperti orang mabuk. Kabut tersebut akan keluar dari lubang hidung, telinga, dan dubur mereka.” Sedangkan “Dajjal” sebagaimana dalam riwayat Muslim dari Hisyam bin Urwah ia berkata :

ُ ْ‫َس ِمع‬ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ت َر ُس� ْ�و َل‬ ‫َّاع ِة‬ َ ‫ َما َبي َْن َخ ْل ِق أدَ َم ِا َلى ِق َي ِام الس‬: ‫َيقُ ْو ُل‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

61

. ‫ َمعْ َناهُ اَ ْك َب ُر ِف ْت َن ًة‬، ‫ال‬ ِ َّ‫َخ ْل ٌق اَ ْك َب َر م َِن ال َّدج‬

Artinya : Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : rentang waktu antara penciptaan Adam dan hari kiamat, tidak ada makhluk yang lebih besar dari Dajjal. Makna Dajjal adalah tukang fitnah. (HR. Muslim) Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. sebagai berikut :

‫اَنَّ ال َّنبِّيَّ صلى هللا عليه وسلم َذ َك َر ال َّدجَّ ا َل‬ ‫ْن ْال ُيم َْن َكا َ َّن َها ُع ُن َب َة‬ ِ ‫ ِا َّن ُه اَعْ َو َر ْا َلعي‬: ‫َف َقا َل‬ ‫ًطا ِف َي ٍة‬ Artinya : Nabi s.a.w. menuturkan tentang Dajjal, bahwa dia juling matanya sebelah kanan, mirip seperti buah anggur yang menonjol dari dompolnya. (HR. Bukhari)

‫ َقا َل َرس ُْو ُل‬: ‫س رضي هللا عنه َقا َل‬ ٍ ‫َعنْ اَ َن‬ َّ‫ َما ِمنْ َن ِبيٍّ ِاال‬، ‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ اَالَ ِا َّن ُه‬، ‫اب‬ َ ‫ار ْال َك َّذ‬ َ ‫َو َق ْد اَ ْن َذ َر ا ُ َّم َت ُه ْاالَعْ َو‬ ٌ‫ َم ْك ُت ْوب‬، ‫ْس ِبأَعْ َو َر‬ َ ‫ َواِنَّ َر َّب ُك ْم َلي‬، ‫اَعْ َو ٌر‬ .ٌ‫َبي َْن َع ْي َن ْي ِه َكا ِفر‬ 62

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Artinya : Dari Anas r.a. berkata, Nabi s.a.w. bersabda : tidak ada seorang nabipun kecuali telah memperingatkan umatnya tentang “si juling yang pembohong.” Ingatlah sesungguhnya ia adalah juling, pada dahinya tertulis lafadz “kafir.” (HR. Bukhari) Al-Baghawi meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid, bahwa : fitnah dajjal yang paling besar adalah ketika ia mendatangi seorang baduwi, lantas berkata : “bagaimana jika aku hidupkan untamu yang mati ?, Baduwi menjawab, “boleh,” lalu ada syetan yang menyamar menjadi unta yang gemuk dan besar kantong susunya. Dajjal juga mendatangi orang yang keluarganya telah meninggal dunia. Lalu berkata, “bagaimana kalau keluargamu aku hidupkan kembali ?”, dan tidakkah aku ini tuhanmu ?”. orang tersebut menjawab, “boleh”. Lalu datanglah Syetan menyerupai saudaranya yang meninggal dunia. Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah ia berkata : “tidak ada seorangpun yang bertanya kepada Raulullah s.a.w. tentang dajjal sebagaimana yang aku tanyakan. Sabda Rasul : “ia tidak akan menimpakan madlarat padamu.” Aku bertanya, “ sungguh banyak orang mengatakan bahwa dajjal akan membawa segunung roti dan air.” Lalu Nabi bersabda : “itu lebih mudah bagi Allah dari yang ia lakukan.” Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

63

Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Bakar as-Shidiq sebagai berikut :

ْ ‫َحدَ َث َنا َرس‬ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ُ��و ُل‬ ‫ض ْال َم ْش ِر ِق ُي َقا ُل َل َها‬ ِ ْ‫ َي ْخ ُر ُج ِبأَر‬، ‫اَل َّدجَّ ا َل‬ ُ‫ان وُ ج ُْو ُه ُه ُم ْال َم َجان‬ َ ‫ َي ْت َب ُع ُه اَ ْق َوا ٌم َك‬، ْ‫اسان‬ َ ‫ُخ َر‬ َ ‫ْالم‬ .‫ُطرَّ َق ُة‬

Artinya : Rasulullah s.a.w. telah memberitahu kami tentang dajjal, ia muncul dari kawasan timur bernama Khurasan diikuti oleh kaum yang dahinya lebar. (HR. Tirmidzi) Sahabat Anas meriwayatkan dari Rasulullah s.a.w. bahwa dajjal akan diikuti oleh 70.000 penduduk Isfahan yang memakai busana motif bergaris-garis. (HR. Muslim) Imam Nawawi menukil pendapat Qadhi Iyadh bahwa : Hadits-hadits di atas yang menjelaskan tentang Dajjal adalah argumentasi bagi Madzhab yang benar tentang keberadaan dajjal. Ia adalah makhluk yang dengannya Allah menguji para hambanya. Allah memberikan kekuatan padanya untuk bisa menghidupkan orang yang mati. Ia mampu mendatangkan kemewahan dunia, ia mampu menyuruh langit untuk turun hujan 64

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

dan menyuruh bumi menumbuhkan tanaman. Dan semua itu sebenarnya adalah takdir Allah. Kemudian setelah itu Allah melemahkannya, tetapi tidak ada satu orangpun yang mampu membunuhnya kecuali Isa bin Maryam, kemudian Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman. Demikiam inilah Madzhabnya kelompol Ahlussunah wal Jama’ah, para ahli hadits dan madzhabnya para ulama ahli fiqh. Berbeda dengan kelompok Khawarij, Jahmiyah dan sebagian Mu’tazilah. Adapun hewan “Dabbah”, maka telah meriwayatkan al-Khazin dari Tsa’labah dari Khudzaifah bin al-Yaman. Sebagai berikut : “Rasulullah telah menyebutkan masalah keluarnya “Dabbah” di akhir zaman nanti. Aku bertanya, ‘dari manakah keluarnya ?, Rasul s.a.w. menjawab, “dari masjid yang paling besar. Lantas ketika Isa sedang thawaf di Ka’bah bersama kaum muslimin, terjadilah gempa dan bukit Shafa tergeser dari tempat Sa’i. dari bukit itu kemudian keluar hewan dengan kepala mengkilat dan berbulu halus. Binatang itu tidak bisa dikejar oleh siapapun saking cepatnya. Dia akan meracuni semua orang baik mukmin maupun kafir. Orang mukmin yang mati terkena racun tersebut akan tertulis di wajahnya lafadz “Mukmin” sementara yang kafir akan Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

65

tertulis “Kafir.” Adapun mengenai matahari terbit dari barat terdapat riwayat Imam Bukhari dari Abu Dzar al-Ghifari sebagai berikut: “Ketika matahari terbenam Nabi s.a.w. bersabda kepadaku. Tahukah kamu kemana matahari pergi ?, Aku menjawab, “Allah dan Rasulnya lebih tahu. Nabi menjawab, “Sesungguhnya matahari pergi untuk bersujud di bawah Arsy, guna meminta izin kepada Allah untuk kembali terbit, maka Allah mengijinkan. Sampai akhirnya matahari pergi untuk bersujud dan tidak diterima sujudnya, dan ditolak ijinnya untuk terbit kembali. Lalu Allah berfirman, “Kembalilah ke tempat di mana kamu datang !, Akhirnya mataharipun terbit dari barat. Dan itulah yang dimaksudkan oleh Surat Yasin ayat 38.” Dalam “Fath al-Bari” dijelaskan, “yang dimaksud dengan sujud adalah sujudnya malaikat yang mewakili matahari, atau mungkin juga suhud dengan isyarah.” Al-Nawawi berkata : “sujudnya matahari adalah kondisi khusus yang diciptakan oleh Allah s.w.t. untuk benda-benda langit.” Adapun turunnya Isa bin Maryam dan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, Imam Muslim telah meriwayatkan dari Nuwas bin Sam’an r.a. ia berkata, “Pada suatu pagi, Rasulullah s.a.w. menceritakan 66

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

perihal Dajjal. Sesekali beliau menyebut sebagai sesuatu yang hina, namun juga harus diwaspadai. Dan kami mengira makhluk tersebut berada di antara kumpulan orang di kebun kurma. Dan ketika kami pergi ke kebun kurma kami bisa melihatnya. Rasulullah ketika itu bertanya, “Ada apa dengan kalian ?”, Kami menjawab : “Ya Rasul, pada suatu pagi engkau menyebut perihal Dajjal, sesekali engkau menganggapnya sebagai sesuatu yang hina, namun terkadang engkau menganggapnya sebagai yang harus diwaspadai. Rasulullah menjawab, “Aku tidak terlalu menghawatirkan munculnya Dajjal ketika aku masih berada di tengah-tengah kalian, karena aku yang akan menjadi juru debat kalian. Tetapi ketika ia muncul, sedang aku tidak lagi berada di tengah-tengah kalian, maka setiap orang harus menyelamatkan dirinya masingmasing. Dan setiap orang mukmin bisa menjadikan Allah sebagai tamengnya. Sesungguhnya Dajjal itu seorang pemuda berambut keriting dan matanya menonjol seperti buah anggur yang keluar dari dompolnya seperti Abdul Uzza bin Qathan. Barang siapa yang menjumpainya bacalah surat al-Kahfi. Dajjal akan muncul dari daerah antara Syam dan Iraq, dia akan membuat kerusakan dari semua arah kanan dan kirinya. Teguhlah wahai hamba Allah. Kami bertanya, “Ya Rasulullah berapa lama Dajjal Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

67

akan tinggal di bumi ?” Rasul menjawab : “Selama 40 hari. Di mana sehari sama dengan setahun, sehari sama dengan sebulan, sehari sama dengan seminggu, dan berikutnya sama dengan hari-hari biasa.” Kami kembali bertanya, “Ya Rasul apakah sehari yang bagai setahun itu kita cukup shalat satu hari saja ?,” Rasul menjawab, “Tidak, hendaklah kalian mengira-ngira sendiri.” Kami bertanya lagi, “Ya Rasul bagaiman gambaran kecepatannya ?.” Rasulullah menjawab, “Seperti air hujan yang diikuti tiupan angin, dia akan mendatangi setiap orang dan mengajaknya untuk mengikutinya, lalu dia akan menurunkan hujan, dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, dan semua itu terwujud. Dan Hewan-hewan ternak menjadi gemuk. Dajjal juga mendatangi orang-orang yang akhirnya tidak mau mengikutinya, akhirnya mereka mengalami paceklik dan jatuh miskin. Kemudian Dajjal berjalan melewati reruntuhan bangunan sambil berkata, “Keluarkan harta simpananmu.” Maka keluarlah banyak kekayaan yang semuanya mengikuti Dajjal seperti segerombolan lebah. Lalu Dajjal akan memanggil seorang pemuda untuk dia penggal menjadi dua bagian, lalu dia hidupkan kembali. Setelah demikian datanglah Isa al-Masih a.s. dari arah Menara Putih Damaskus, ia memakai baju rangkap dua yang berbau wangi 68

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Za’faran. Ia meletakkan kedua tangannya di atas sayap Malaikat, jika ia merunduk atau mengangkat kepala, maka meneteslah keringat yang bagai mutiara. Ia akan membunuh setiap orang kafir. Ia terus berjalan mencari Dajjal, dan sampai akhirnya ia menemukannya di pintu gunung Ludd dan dibunuhlah Dajjal di tempat tersebut. Setelah itu Isa menghampiri suatu kaum yang dilindungi dari fitnah Dajjal, Isa mengusap wajah mereka dan memberitahukan tentang derajat mereka di surga. Lalu Allah memberikan wahyu kepada Isa, “sesungguhnya aku akan mendatangkan hambanku yang tidak bisa dibunuh oleh siapapun, maka ajaklah para sahabatmu naik ke bukit Tursina.” Setelah demikian muncullah Ya’juj Ma’juj dari dataran tinggi, ketika rombongan melewati lautan, maka mereka meminum semua air laut, lalu Nabi Isa dan para sahabatnya terkepung, dan saat itu satu kepala sapi lebih berharga daripada 100 dinar. Lalu Isa dan para pengikutnya berdoa agar Allah mengirim ulat ke tubuh Ya’juj Ma’juj agar mereka mati. Lalu Isa dan para sahabatnya turun dari bukit Tursina dan tidak menemukan sebidang tanahpun kecuali penuh dengan bangkai Ya’juj Ma’juj. Kemudian Isa berdoa, lalu Allah mengirim burung Unta untuk mengangkat bangkai-bangkai tersebut untuk dilempar ketempat Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

69

yang dikehendaki Allah. Lalu turunlah hujan lebat untuk mencuci seluruh permukaan bumi. Allah kemudian berfirman, “Wahai bumi tumbuhkan buah-buahan dan kembalikan berkahmu.” Maka tumbuhlah buah delima yang besar-besar, susu unta yang melimpah sampai-sampai susu seekor unta bisa mencukupi segerombolan manusia, susu seekor sapi bisa mencukupi satu kabilah dan susu seekor kambing bisa mencukupi satu kampung. Ketika umat manusia dalam kondisi sangat makmur yang demikian, tiba-tiba Allah mengirim aroma wangi dari bawah ketiak mereka dan setiap orang mukmin akan meninggal dunia ketika mencium bau tersebut. Setelah itu yang tersisa tinggallah orang-orang buruk yang suka mencabuli perempuan di tempat umum seperti keledai. Dan kepada mereka inilah kiamat akan digelar.” Adapun tanda kiamat berupa “Api yang keluar dari Yaman.” Menurut pendapat para ulama’ bahwa, manusia akan digiring secara massal sebanyak empat kali: dua di antaranya di dunia, yaitu ketika Rasulullah s.a.w. mengusir orang Yahudi dari Madinah ke Syam. Dan ketika api menggiring manusia dan semua makhluk hidup ke sebuah tempat menjelang datangnya kiamat. Peristiwa ini terjadi menjelang ditiupnya sangkakala yang pertama. Dan yang hidup waktu 70

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

itu tinggallah orang-orang kafir. Adapun di akhirat, manusia akan digiring ke padang Mahsyar dan selanjutnya digiring ke surga atau ke neraka.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

71

PASAL X • Orang yang Meninggal Dunia Mampu Mendengar, Berbicara • Mengetahui Orang yang Memandikan, Mengkafani, & Memakamkan Jenazahnya • Kembalinya Ruh Kedalam Jasad Setelah Mati. Tentang jenazah yang mempu mendengar, Imam al-Bukhari telah meriwayatkan dari Anas dari Nabi s.a.w. sebagai berikut :

‫ب‬ َ ‫ْا َلع ْب ُد ا َِذا وُ ضِ َع فِى َقب ِْر ِه َو ُتوُ لِّ َي َو َذ َه‬ ُ‫اَصْ َحا ُب ُه َح َّتى ِا َّن ُه َل َيسْ َم ُع َقرْ َع ن َِعال ِِه ْم اَ َتاه‬ َ ‫ان َفأ َ ْق َعدَ اهُ َف َيقُ ْوالَ ِن َل ُه َما ُك ْن‬ ‫ت َتقُ ْو ُل فِى‬ ِ ‫َم َل َك‬ َ ،‫هذا الرَّ ج ُِل م َُح َّم ٍد صلى هللا عليه وسلم‬ ‫هللا َو َرس ُْولُ ُه َف ُي َقا ُل‬ ِ ‫َف َيقُ ْو ُل اَ ْش َه ُد اَ َّن ُه َع ْب ُد‬ ُ ‫ا ُ ْن‬ َ ‫ظرْ ِا َلى َم ْق َعد‬ ُ‫ اَبْدَ َل َك هللا‬،‫ار‬ ِ ‫ِك م َِن ال َّن‬ 72

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫ َقا َل ال َّن ِبيُّ صلى هللا‬،ِ‫لج َّنة‬ َ ‫ِب ِه َم ْق َع ًدا م َِن ْا‬ ‫ َواَمَّا ْال َكا ِف ُر اَ ِو‬.‫ َف َرأَ ُه َما َج ِم ْيعًا‬،‫عليه وسلم‬ ُ ‫ْال ُم َناف ُِق َف َيقُ ْو ُل الَ اَ ْد ِريْ ُك ْن‬ ‫ت اَقُ ْو ُل َما َيقُ ْو ُل‬ َ ‫ْت َوالَ َت َلي‬ َ ‫ال َّناسُ َف ُي َقا ُل الَ دَ َري‬ ُ‫ْت ُث َّم يُضْ َرب‬ ْ ‫ِبم‬ ‫ضرْ َب ًة َبي َْن أ ُ ُذ َن ْي ِه َف َيصِ ْي ُح‬ َ ‫ِط َر َق ٍة ِمنْ َح ِد ْي ٍد‬ َّ َّ‫صي َْح ًة َيسْ َم ُع َها َمنْ َيلِ ْي ِه ِاال‬ .‫ْن‬ َ ِ ‫الث َق َلي‬ Artinya : Apabila seorang mayat telah diletakkan dalam kubur, dan orang-orang telah meninggalkannya, maka dua malaikat mendatanginya dan bertanya : bagaimana pendapatmu mengenai Muhammad ? ia menjawab, aku bersaksi ia adalah hamba Allah dan Rasulnya. Maka malaikat berkata, lihatlah tempatmu di neraka telah diganti dengan surge. Maka orang itupun bisa melihat surga dan neraka. Adapun orang kafir dan munafik, maka dia akan menjawab, “aku tidak tahu.” Dulu aku berpendapat sebagaimana pendapat orang-orang. Maka dikatakan kepadanya, “kamu tidak tahu dan tidak mau mengikuti orang-orang yang tahu.” Kemudian dipukullah dia dengan palu dan menjerit yang bisa didengar oleh penghuni kubur di sekitarnya.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

73

َ ‫لج َن‬ ‫ازةُ َواحْ َت َم َل َها الرِّ َجا ُل َع َلى‬ ِ ‫ا َِذا وُ ضِ َع‬ َ ‫ت ْا‬ ْ ‫صال َِح ًة َقا َل‬ ْ ‫اَعْ َناق ِِه ْم َف ِانْ َكا َن‬ ، ‫ت َق ِّدم ُْونِى‬ َ ‫ت‬ ْ ‫صال َِح ٍة َقا َل‬ ْ ‫َو ِانْ َكا َن‬ ‫ت َي َاو ْي َل َها اَي َْن‬ َ ‫ت َغي َْر‬ َّ‫ْئ ِاال‬ َ ‫ َيسْ َم ُع‬،‫َت ْذ َهب ُْو َن ِب َها‬ ٍ ‫ص ْو َت َها ُك ُّل َشي‬ .‫صع َِق‬ َ ‫ان َو َل ْو َسم َِع ُه‬ َ ‫ْاالِ ْن َس‬ Artinya : Ketika jenazah mau diantarkan ke kubur, jika ia seorang yang shaleh akan berkata : Segera bawa aku ke pemakaman. Dan jika ia bukan orang shaleh, ia akan berkata : Celakalah aku, mau kau bawa ke mana diriku. Suara tersebut bisa didengar oleh semua makhluk kecuali manusia, dan jika manusia mendengarnya maka akan pingsan. (HR. Bukhari) Thabrani dalam “al-Ausath” meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Nabi s.a.w. bersabda :

َ ‫اِنَّ ْال َمي‬ ‫ِّت َيعْ ِرفُ َمنْ َي ْغسِ لُ ُه َو َمنْ َي ْك ِف ُن ُه‬ ‫َو َمنْ ي ُْدلِ ْي ِه فِى َح َف َر ِت ِه‬

Artinya : Sesungguhnya mayit mengetahui siapa yang memandikannya, mengkafaninya, membopongnya, dan yang memasukkannya ke liang lahat. 74

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Sa’id bin Zubair berkata : “Sesungguhnya orang yang telah meninggal dunia tahu atas kondisi keluarganya yang masih hidup, jika kerabatnya baik, dia akan merasa bahagia, jika mereka buruk, maka akan merasa sedih.” Ibnu Munabbih berkata : “Sesungguhnya Allah membangun istana di langit ketujuh bernama istana Baidha’ untuk mengumpulkan ruh orangorang mukmin. Jika ada penduduk bumi yang meninggal dunia, maka dia akan disambut para ruh dan ditanya tentang berita penduduk bumi, sebagaimana pertanyaan untuk keluarga yang baru datang dari bepergian.” Adapun tentang kembalinya ruh ke dalam jasad orang yang meninggal, terdapat riwayat dari Bara’ bin ‘Azib: “Kami keluar bersama Nabi s.a.w. lalu kami duduk dengan tenang seolah-olah di kepala kami terdapat burung yang hinggap, lalu Nabi mengangkat pandangannya dan kemudian menunduk. Kemudia bersabda, “sesungguhnya jika seorang mukmin berada dalam kubur, maka dia dihampiri malaikat dengan duduk di dekat kepalanya sembari berkata, ‘Keluarlah wahai jiwa yang tenang menuju ampunan dan ridha Allah.’ Maka ruh orang itu keluar mengalir bagaikan air hujan, dan para malaikat turun dari surga dengan wajah berseri dan membawa kain kafan Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

75

dan ramuan pengawet dari surga. Mereka duduk di sekitar mayat itu secara berderet sejauh mata memandang, jika malaikat mencabut ruh tersebut, maka dia tidak akan membiarkanruh itu berada di tangannya walau hanya sekejap. Itulah yang dimaksud dengan ayat, ]‫م ال َيُفَ ر ِّ ُطوْ َن‬ ْ ‫[ت َ َو َفتْ ُه ر ُ ُس ُل َنا و َ ُه‬ “dia diwafatkan oleh malaikatku dan aku tidak melalaikan kewajibannya.”(QS. al-An’am : 61) Rasulullah bersabda: “Ruh orang mukmin keluar dengan aroma paling harum yang pernah dijumpai, dan para malaikat akan naik ke langit dengan membawa ruh tersebut melewati ruh para umat terdahulu, mereka bertanya, ‘ruh siapakah itu ?’ dijawab, ‘ini adalah ruh si polan.’ Sampai akhirnya para malaikat sampai di pintu langit dunia, lalu dibukakan pintu untuk mereka. Dan mereka digiring oleh malaikat Muqarrabin yang berada di tiap-tiap lapis langit sampai berhenti di langit ketujuh. Maka Allah berfirman, ‘Tulislah orang ini dalam “Iliyyin.” Setelah itu dikatakan pada Malaikat, ‘Kembalikan lagi dia ke bumi, karena sesungguhnya aku telah berjanji kepada mereka bahwa aku telah menciptakan dari unsur bumi, aku akan mengembalikan mereka padanya, dan akan membangkitkan mereka darinya.’ Akhirnya malaikat mengembalikan ruh tersebut ke bumi 76

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

untuk di tempatkan ke dalam jasadnya, lalu ada dua malaikat yang menghampirinya. Keduanya sangat galak. Mereka menghardik dan menyuruhnya untuk duduk. Lalu keduanya bertanya, “Siapakah Tuhanmu dan apa agamamu ?.” Ruh itu menjawab, “Allah Tuhanku dan Islam agamaku.” Lalu ditanya lagi, “Bagaimana pendapatmu tentang lakilaki yang diiutus untuk kalian ?” dia menjawab “Dia adalah utusan Allah.” Ditanya lagi, “Apa yang membuatmu mengetahui hal itu ?” Dia menjawab, “Telah datang kepada kami berbagai bukti dari Tuhan kami maka kamipun mengimani dan membenarkannya.” Kemudian Rasul s.a.w. bersabda, “Itulah yang dimaksud dengan firman Allah s.w.t. “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat.” (QS. Ibrahim : 27) Rasulullah s.a.w. bersabda : “Lalu ada penyeru dari langit, ‘Sungguh hambaku telah berkata benar.’ Maka Malaikat memberinya pakaian dan menggelarkan permadani dari surga. Diapun bisa melihat tempatnya di surga. Amal kebaikannya menjelma menjadi seorang laki-laki tampan nan wangi dan berkata, ‘Berbahagialah kamu atas apa yang telah disiapkan Allah s.w.t. berbahagialah kamu karena mendapatkan ridha Allah s.w.t. dan tempat tinggal yang kekal. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

77

Lalu ruh itu bertanya : “Semoga Allah juga membuatmu bahagia, Siapakah dirimu sebenarnya? karena wajahmu merupakan wajah yang menyambut kami dengan baik, lelaki itu menjawab, “Inilah hari dan sesuatu yang telah lama dijanjikan untukmu. Aku adalah amal shalehmu. Demi Allah aku telah menyaksikanmu sangat cepat melakukan ketaatan kepada Allah dan enggan melakukan kemaksiatan, oleh karena itulah Allah memberikan balasan yang baik untukmu. Kemudian ruh itu berdoa, “Ya Allah segerakanlah kiamat agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.” Namun jika ia orang yang durhaka, maka malaikat akan berkata, “Keluarlah wahai jiwa yang buruk, hadapilah murka dan siksa Allah. Lalu ada malaikat yang turun dengan muka seram sambil membawa kain kafan. Rasulullah bersabda : “Maka ruh orang itu dipisahkan dari jasadnya sampai terputus urat nadinya seperti besi bercabang yang ditarik dari kumpulan bulu yang basah. Ruh itu diambil oleh para malaikat dengan bau yang sangat busuk, dia akan melewati gerombolan arwah yang berada antara langit dan bumi. Para malaikat berkata, “Ruh siapa yang sangat busuk ini ?” Maka dijawab, “ Ini adalah ruh fulan.” Sampai akhirnya berhenti di langit dunia dan tidak dibukakan pintu 78

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

oleh malaikat penjaganya. Lalu Allah berfirman, “Kembalikanlah dia ke bumi sesungguhnya aku telah berjanji bahwa mereka telah aku ciptakan dari unsur bumi dan akan aku bangkitkan darinya.” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Maka ruh itu kemudian dilempar dari atas langit.” Lalu beliau membaca ayat berikut ini :

‫هلل َف َكأ َ َّن َما َخرَّ م َِن ال َّس َما ِء‬ ِ ‫َو َمنْ ُي ْش ِركْ ِبا‬

Artinya : Barang siapa mempersekutukan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit. (QS. al-Haj : 31). Orang itupun akhirnya dikembalikan ke bumi dan ruhnya dikembalikan lagi ke dalam jasadnya, lalu dia didatangi dua malaikat yang sangat bengis dan mneyuruhnya untuk duduk, lalu bertanya, “Siapakah Tuhanmu, dan apakah agamamu ?” orang tersebut akan menjawab, “Aku tidak tahu, aku mendengar orang-orang mengatakan hal tersebut.” Lalu malaikat berkata, “Kamu memang tidak mengetahuinya.” Lalu dia dihimpit liang kuburnya sampai tulang rusuknya berantakan, lalu amalnya menjelma menjadi lakilaki yang buruk rupa, berbau busuk dan berpakaian jelek, dan berkata, ‘Terimalah adzab dari Allah.’ Orang tersebut lalu bertanya, “Siapakah engkau ?” wajahmu seperti wajah orang yang membawa Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

79

keburukan.” Laki-laki tersebut menjawab, ‘Aku adalah amal burukmu, demi Allah aku telah menyaksikan dirimu sangat malas melakukan ketaatan kepada Allah dan gemar melakukan maksiat. Lalu Allah mendatangkan malaikat yang bisu lagi tuli dengan membawa besi yang mampu membuat gunung menjadi debu, lantas orang tersebut dipukuli hingga menjerit-jerit sampai bisa didengar oleh makhluk kecuali jin dan manusia, kemudian ruh orang tersebut dikembalikan ke dalam jasadnya untuk menerima pukulan berikutnya. Berkata Imam Haramain dan al-Faqih Ibnu al-‘Arabi dan Imam Saifuddin al-Amidi,

ُ ‫ِا َّت َف َق َس َلفُ ْاال ُ َّم � ِة َق ْب َل‬ ِ‫ظه ُْو ِر ْالم َُخالِف‬ ُ َ‫َواَ ْك َث ُر ُه ْم َبعْ د‬ ‫ت ِاحْ َيا ِء‬ ِ ‫ظه ُْو ِر ِه َع َلى ا ِْث َبا‬ ،‫ْن َل ُه ْم‬ ِ ‫ َو َمسْ أ َ َل ُة ْال َم َل َكي‬،‫ْال َم ْو َتى فِى قُب ُْو ِر ِه ْم‬ .‫ب ْال َقب ِْر ل ِْلمُجْ ِر ِمي َْن َو ْال َكاف ِِري َْن‬ ِ ‫ت َع َذا‬ ِ ‫َوا ِْث َبا‬

Artinya : Telah bersepakat ulama salaf, sebelum munculnya perbedaan pendapat, bahwa orang yang meninggal dunia akan kembali dihidupkan di dalam 80

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

kuburmya, juga tentang pertanyaan dua orang malaikat, dan siksa kubur bagi orang-orang yang berbuat dosa. Sedangkan firman Allah s.w.t. ‫[ وَا َ ْح َي ْي َت َنا‬ ]‫ي‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ث‬ ‫ا‬ “dan engkau telah menghidupkan kami dua ْ ِ ْ‫َ َ ن‬ kali.”(al-Ghafir : 11) maksudnya adalah, kehidupan di alam kubur dan kehidupan di alam Mahsyar. Ketahuilah bahwa sesungguhnya hadits tentang Malaikat Maut, dan derajat di akhirat, adalah perkara yang bersifat mutasyabihat yang tidak ada analisis rasional di dalamnya. Manusia benar-benar diuji untuk mempercayainya. Telah sepakat kelompok Ahlussunah bahwa orang yang meninggal dunia mampu mengambil manfaat dari amalan orang yang masih hidup. Hal ini setidak-tidaknya dalam dua hal : pertama, Shadaqah Jariyah, dan kedua, Doa orangorang muslim, dan lain-lain. Tetapi para ulama berbeda pendapat mengenai bentuk ibadah fisik. Seperti puasa, shalat, bacaan al-Qur’an, dan alunan dzikir. Mayoritas para ulama’ berpendapat, bahwa pahala dari semua hal-hal di atas bisa sampai kepada mayit. Sedangkan para ahli bid’ah mengatakan, bahwa pahala tersebut tidak bisa sampai kepada mayit. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

81

Pendapat yang terakhir ini mendasarkan pada al-Qur’an dan Sunah sebagai berikut :

‫ان ِاالَّ َما َس َعى‬ ِ ِ‫ْس ل‬ َ ‫َواَنْ َلي‬ ِ ‫ال ْن َس‬

Artinya : Dan sesungguhnya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang diusahakannya. (QS. al-Najm : 39) Namun demikian ayat di atas tidak menafikan kemungkinan seseorang mendapatkan manfaat dari usaha orang lain. Yang dinafikan oleh Allah dalam ayat itu adalah kemungkinan untuk memiliki sesuatu yang tidak dia upayakan. Karena seseorang (dalam ibadah) dapat menghadiahkana pahalanya untuk dirinya atau untuk orang lain. Karena Allah s.w.t. tidak berfirman dengan َ ‫[اِن ُّ ُه ال‬ ]‫“ يَنْ َت ِف ُع اِال َّ َما َس َعى‬sesungguhnya seseorang tidak bisa mengambil manfaat kecuali apa yang telah dia usahakan.

82

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

PENUTUP

َ ‫َو‬ ‫ب‬ ِ ‫ َوهللاُ اَعْ َل ْم ِباالص ََّوا‬، ‫ب‬ ِ ‫هذا اَ ِخ ُر ْال ِك َتا‬ ‫ َوه َُو َحسْ ِبى‬، ‫ب‬ ِ َ ‫ َو ِا َل ْي ِه ْال َمرْ ِج ُع َو ْال َمأ‬، ‫هللا‬ ِ ‫ َوالَ َح ْو َل َوالَ قُوَّ َة ِاالَّ ِبا‬، ‫َو ِنعْ َم ْا َلو ِكيْل‬ ‫صلَّى هللاُ َع َلى َس ِّي ِد َنا‬ َ ‫ َو‬، ‫ْا َلعلِيِّ ْا َلعظِ ي ِْم‬ ،‫م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَلِ ِه َواَصْ َح ِاب ِه َوال َّت ِاب ِعي َْن‬ ‫ْن‬ ٍ ‫َو َت ِاب ِع ال َّت ِاب ِعي َْن َل ُه ْم ِب ِاحْ َس‬ ِ ‫ان ِا َلى َي ْو ِم ال ِّدي‬ .‫لعا َل ِمي َْن‬ ِ ِ‫لح ْم ُد هل‬ َ ‫ل َربِّ ْا‬ َ ‫ َو ْا‬، Demikian akhir pembahasan kitab ini, Allahlah yang mengetahui kebenarannya, dan hanya kepadanya tempat kembali yang abadi, Dialah Dzat yang mencukupiku dan sebagai wakil yang terbaik, tiada daya upaya kecuali dari Allah s.w.t. yang maha tinggi dan maha agung. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad s.a.w. kepada keluarga, dan sahabatnnya, serta generasi tabi’in, dan pengikut para tabi’in sampai hari kiamat. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. ][ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

83

Mukadimah Qanun Asasi Rais Akbar Jam’iyah Nahdlatul Ulama

KH.M.Hasyim Asy’ari

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Qur’an kepada hambanya agar menjadi pemberi peringatan kepada sekalian umat dan menganugerahinya hikmat serta ilmu tentang sesuatu yang Ia kehendaki. Dan barangsiapa dianugerahi hikmah, maka benar-benar mendapat keberuntungan yang melimpah. Allah ta’ala berfirman:

‫اك َشا ِه ًدا َو ُم َب ِّشرً ا‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها ال َّن ِبيُّ إِ َّنا أَرْ َس ْل َن‬ ‫ َودَ اعِ يًا إِ َلى اللَّـ ِه ِبإِ ْذ ِن ِه َوسِ َراجً ا‬.‫َو َن ِذيرً ا‬ ‫ُّم ِنيرً ا‬ Artinya: “Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. ” (Q.S. Al Ahzab:45-46) 84

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

ٰ ِ‫ا ُ ْد ُع إ‬ ‫ك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظ ِة‬ َ ‫يل َر ِّب‬ ِ ‫لى َس ِب‬ َّ‫ِي أَحْ َسنُ ۚ إِن‬ َ ‫ْال َح َس َن ِة ۖ َو َجاد ِْلهُم ِبالَّتِي ه‬ ‫ض َّل َعن َس ِبيلِ ِه ۖ َوه َُو‬ َ ‫َّك ه َُو أَعْ َل ُم ِب َمن‬ َ ‫َرب‬ ‫ِين‬ َ ‫أَعْ َل ُم ِب ْال ُم ْه َتد‬

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ” (Q.S. An Nahl:125)

َّ َ ‫الطا ُغ‬ ‫وت أَنْ َيعْ ُب ُد ْو َها‬ ‫ِين اجْ َت َنبُوا‬ َ ‫َوالَّذ‬ ٰ ‫َوأَ َناب ُْوا إِ َلى اللَّـ ِه َل ُه ُم ْال ُب ْش‬ ‫رى ۚ َف َب ِّشرْ عِ َبا ِد‬ ‫ِين َيسْ َت ِمع ُْو َن ْال َق ْو َل َف َي َّت ِبع ُْو َن‬ َ ‫﴾ الَّذ‬٧١﴿ ‫ِك‬ َ ‫ِين َهدَ ا ُه ُم اللَّـ ُه ۖ َوأ ُ ْول ٰـئ‬ َ ‫ِك الَّذ‬ َ ‫أَحْ َس َن ُه ۚ أ ُ ْول ٰـئ‬ ﴾٨١﴿ ‫ب‬ ِ ‫ُه ْم أ ُ ْولُو أْالَ ْل َبا‬

Artinya : “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

85

sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal. ” (Az Zumar:17-18)

ْ‫َوقُ ِل ْال َحمْ ُد لِلَّـ ِه الَّذِي َل ْم َي َّتخ ِْذ َو َل ًدا َو َل ْم َي ُكن‬ ٌ ‫لَّ ُه َش ِري‬ ‫ك فِي ْالم ُْلكِ َو َل ْم َي ُكنْ لَّ ُه َولِيٌّ م َِّن‬ ُّ ﴾١١١﴿ ‫الذ ِّل ۖ َو َكبِّرْ هُ َت ْك ِبيرً ا‬

Artinya : Dan Katakanlah: “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. ” (Q.S. Bani Israel :111)

َ‫َوأَنَّ َه ٰـ َذا صِ َراطِ ي مُسْ َتقِيمًا َفا َّت ِبعُوهُ ۖ َولا‬ ‫َت َّت ِبعُوا ال ُّس ُب َل َف َت َفرَّ َق ِب ُك ْم َعن َس ِبيلِ ِه ۚ ٰ َذلِ ُك ْم‬ ‫ون‬ َ ُ‫َوصَّا ُكم ِب ِه َل َعلَّ ُك ْم َت َّتق‬

Artinya: “Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari 86

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-An’am 153)

‫ِين آ َم ُنوا أَطِ يعُوا اللَّـ َه َوأَطِ يعُوا‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬ َ ‫الرَّ سُو َل َوأُولِي أْالَ ْم ِر مِن ُك ْم ۖ َفإِن َت َن‬ ‫ازعْ ُت ْم‬ ‫ُول إِن‬ ِ ‫فِي َشيْ ٍء َف ُر ُّدوهُ إِ َلى اللَّـ ِه َوالرَّ س‬ ‫ون ِباللَّـ ِه َو ْال َي ْو ِم آْالخ ِِر ۚ ٰ َذل َِك َخ ْي ٌر‬ َ ‫ُكن ُت ْم ُت ْؤ ِم ُن‬ ‫َوأَحْ َسنُ َتأْ ِويل‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An Nisa’: 59)

‫ُون الرَّ سُو َل ال َّن ِبيَّ أْالُمِّيَّ الَّذِي‬ َ ‫ِين َي َّت ِبع‬ َ ‫الَّذ‬ ‫يل‬ ِ ‫َي ِج ُدو َن ُه َم ْك ُتوبًا عِ ندَ ُه ْم فِي ال َّت ْو َرا ِة َو إْالِن ِج‬ ‫َيأْ ُم ُرهُم ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َي ْن َها ُه ْم َع ِن ْالمُن َك ِر‬ َّ ‫َو ُي ِح ُّل َل ُه ُم‬ َ ‫ت َوي َُحرِّ ُم َع َلي ِْه ُم ْال َخ َبائ‬ ‫ِث‬ ِ ‫الط ِّي َبا‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

87

ْ ‫ض ُع َع ْن ُه ْم إِصْ َر ُه ْم َو أْالَ ْغلاَ َل الَّتِي َكا َن‬ ‫ت‬ َ ‫َو َي‬ ُ‫صرُوه‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا ِب ِه َو َع َّزرُوهُ َو َن‬ َ ‫َع َلي ِْه ْم ۚ َفالَّذ‬ ُ ‫ِك ُه ُم‬ َ ‫نز َل َم َع ُه ۙ أُو َل ٰـئ‬ َ ‫َوا َّت َبعُوا ال ُّن‬ ِ ‫ور الَّذِي أ‬ ‫ُون‬ َ ‫ْال ُم ْفلِح‬ Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggubelenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. “ (Q.S. Al A’raf: 157).

‫يل اللَّـ ِه َولِلَّـ ِه‬ ِ ‫َو َما َل ُك ْم أَلاَّ ُتن ِفقُوا فِي َس ِب‬ ُ ‫ِير‬ ‫ض ۚ لاَ َيسْ َت ِوي‬ ِ ‫اث ال َّس َم َاوا‬ َ ‫م‬ ِ ْ‫ت َو أْالَر‬ ‫ِك‬ َ ‫مِن ُكم مَّنْ أَن َف َق مِن َقب ِْل ْال َف ْت ِح َو َقا َت َل ۚ أُو َل ٰـئ‬ 88

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

ً �‫أَعْ َظ ُم دَ َر َج‬ ‫ِين أَن َفقُوا مِن َبعْ ُد‬ َ ‫�ة م َِّن الَّذ‬ ‫َو َقا َتلُوا ۚ َو ُك اًّل َو َعدَ اللَّـ ُه ْالحُسْ َن ٰى ۚ َواللَّـ ُه‬ ‫ون َخ ِبي ٌر‬ َ ُ‫ِب َما َتعْ َمل‬

Artinya : “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hasyr:10)

‫َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ إِ َّنا َخ َل ْق َنا ُكم مِّن َذ َك ٍر َوأُن َث ٰى‬ ُ ‫َو َج َع ْل َنا ُك ْم‬ َّ‫ارفُوا ۚ إِن‬ َ ‫شعُوبًا َو َق َبا ِئ َل لِ َت َع‬ ‫أَ ْك َر َم ُك ْم عِ ندَ اللَّـ ِه أَ ْت َقا ُك ْم ۚ إِنَّ اللَّـ َه َعلِي ٌم َخ ِبي‬

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. “ (Q.S. Al-Hujurat:13) Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

89

ۗ ‫ِا َّن َما َي ْخ َشى اللَّـ َه ِمنْ عِ َبا ِد ِه ْال ُع َل َما ُء‬

Artinya: ”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Q.S. AlFathir : 28)

‫صدَ قُوا َما َعا َه ُدوا‬ َ ‫ِين ِر َجا ٌل‬ َ ‫م َِن ْالم ُْؤ ِمن‬ ٰ ‫اللَّـ َه َع َل ْي ِه ۖ َف ِم ْنهُم َمن َق‬ ‫ضى َنحْ َب ُه َو ِم ْنهُم‬ ‫َمن َين َتظِ ُر ۖ َو َما َب َّدلُوا َت ْب ِديْل‬

Artinya: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggununggu dan mereka tidak merobah (janjinya)” (Q.S. Al Ahzab : 23)

‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا اللَّـ َه َو ُكو ُنوا َم َع‬ َ ‫َيأ َ ُّي َها الَّذ‬ ‫الصَّا ِد ِقي َْن‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. At Taubah:119)

ٰ ‫اك َع‬ ‫ْس‬ َ ‫لى أَنْ ُت ْش ِر َك ِبيْ َما َلي‬ َ َ‫َوإِن َجا َهد‬

90

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫صا ِح ْب ُه َما فِي‬ َ ‫َل َك ِب ِه عِ ْل ٌم َفلاَ ُتطِ عْ ُه َما ۖ َو‬ َّ‫اب إِ َلي‬ َ ‫ال ُّد ْن َيا َمعْ رُو ًفا ۖ َوا َّت ِبعْ َس ِبي َل َمنْ أَ َن‬ ‫ون‬ َ ُ‫ۚ ُث َّم إِ َليَّ َمرْ ِج ُع ُك ْم َفأ ُ َن ِّب ُئ ُكم ِب َما ُكن ُت ْم َتعْ َمل‬

Artinya: “Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu.” (Q.S. Luqman:15)

ۖ ‫َو َما أَرْ َس ْل َنا َق ْب َل َك إِلاَّ ِر َجالاً ُّنوحِي إِ َلي ِْه ْم‬ ِّ ‫َفاسْ أَلُوا أَهْ َل‬ ‫ُون‬ َ ‫الذ ْك ِر إِن ُكن ُت ْم لاَ َتعْ َلم‬

Artinya : “Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui. “ (Q.S. Al-Anbiya’ : 7)

‫ْس َل َك ِب ِه عِ ْل ٌم ۚ إِنَّ السَّمْ َع‬ َ ‫َولاَ َت ْقفُ َما َلي‬ ‫ان َع ْن ُه‬ َ ‫ِك َك‬ َ ‫ص َر َو ْالفُ َؤادَ ُك ُّل أُو َل ٰـئ‬ َ ‫َو ْال َب‬ ‫َمسْ ُئول‬

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Bani Israel : 36) Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

91

ٌ ‫اب ِم ْن ُه آ َي‬ َ َ‫ه َُو الَّذِي أ‬ ‫ات‬ َ ‫ْك ْال ِك َت‬ َ ‫نز َل َع َلي‬ ٌ ‫ب َوأ ُ َخ ُر ُم َت َش ِاب َه‬ ٌ ‫مُّحْ َك َم‬ ‫ات‬ ِ ‫ات هُنَّ أ ُ ُّم ْال ِك َتا‬ ‫ُون َما‬ َ ‫وب ِه ْم َز ْي ٌغ َف َي َّت ِبع‬ َ ‫ۖ َفأَمَّا الَّذ‬ ِ ُ‫ِين فِي قُل‬ ‫َت َشا َب َه ِم ْن ُه ا ْبت َِغا َء ْال ِف ْت َن ِة َوا ْبت َِغا َء َتأْ ِويلِ ِه ۗ َو َما‬ ‫ون فِي ْالع ِْل ِم‬ َ ‫َيعْ َل ُم َتأْ ِوي َل ُه إِلاَّ اللَّـ ُه ۗ َوالرَّ اسِ ُخ‬ ‫ون آ َم َّنا ِب ِه ُك ٌّل مِّنْ عِ ن ِد َر ِّب َنا ۗ َو َما َي َّذ َّك ُر‬ َ ُ‫َيقُول‬ ‫ب‬ ِ ‫إِلاَّ أُولُو أْالَ ْل َبا‬ Artinya : “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. adapun orangorang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imron : 7) 92

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫َل ُه‬ ‫َما‬

‫َو َمن ُي َشاق ِِق الرَّ سُو َل مِن َبعْ ِد َما َت َبي ََّن‬ ‫ِين ُن َولِّ ِه‬ َ ‫يل ْالم ُْؤ ِمن‬ ِ ‫ْالهُدَ ٰى َو َي َّت ِبعْ َغي َْر َس ِب‬ ْ ‫َت َولَّ ٰى َو ُنصْ لِ ِه َج َه َّن َم ۖ َو َسا َء‬ ‫ت َمصِ يرً ا‬

Artinya : “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang Telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Q.S. An Nisa’ : 115)

ۖ ‫ِين َظ َلمُوا مِن ُك ْم َخاص ًَّة‬ َ ‫ِف ْت َن ًة لاَّ ُتصِ ي َبنَّ الَّذ‬ ‫ب‬ ِ ‫َواعْ َلمُوا أَنَّ اللَّـ َه َشدِي ُد ْال ِع َقا‬

Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (Q.S. Al Anfal:25)

‫ِين َظ َلمُوا َف َت َم َّس ُك ُم ال َّنا ُر‬ َ ‫َولاَ َترْ َك ُنوا إِ َلى الَّذ‬ َ‫ون اللَّـ ِه ِمنْ أَ ْولِ َيا َء ُث َّم لا‬ ِ ‫َو َما َل ُكم مِّن ُد‬ ‫ُون‬ َ ‫نصر‬ َ ‫ُت‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

93

Artinya : “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Q.S. Hud : 113)

‫ِين آ َم ُنوا قُوا أَنفُ َس ُك ْم َوأَهْ لِي ُك ْم َنارً ا‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬ ‫ارةُ َع َل ْي َها َملاَ ِئ َك ٌة‬ َ ‫َوقُو ُد َها ال َّناسُ َو ْالح َِج‬ ٌ َ‫غِ لا‬ ‫ُون اللَّـ َه َما أَ َم َر ُه ْم‬ َ ‫ظ شِ دَ ا ٌد لاَّ َيعْ ص‬ ‫ُون‬ َ ‫ون َما ي ُْؤ َمر‬ َ ُ‫َو َي ْف َعل‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At Tahrim:6)

َ‫ِين َقالُوا َس ِمعْ َنا َو ُه ْم لا‬ َ ‫َولاَ َت ُكو ُنوا َكالَّذ‬ ‫ُون‬ َ ‫َيسْ َمع‬

Artinya: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang Berkata “Kami 94

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan.” (Q.S. Al Anfal:21)

‫ِين‬ ُّ ‫إِنَّ َشرَّ ال َّد َوابِّ عِ ندَ اللَّـ ِه ال‬ َ ‫ص ُّم ْال ُب ْك ُم الَّذ‬ ‫ون‬ َ ُ‫لاَ َيعْ ِقل‬

Artinya : “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orangorang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apaapapun. “(Q.S. Al Anfal:22)

‫ُون‬ َ ‫ُون إِ َلى ْال َخي ِْر َو َيأْ ُمر‬ َ ‫َو ْل َت ُكن مِّن ُك ْم أُم ٌَّة َي ْدع‬ ‫ِك‬ َ ‫ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْالمُن َك ِر ۚ َوأُو َل ٰـئ‬ ‫ُون‬ َ ‫ُه ُم ْال ُم ْفلِح‬

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imron:104)

‫ِين آ َم ُنوا لاَ ُت ِحلُّوا َش َعائ َِر اللَّـ ِه‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬ َ‫ي َولاَ ْال َقلاَ ئِد‬ َ ‫َولاَ ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َولاَ ْال َه ْد‬ َ ‫ِّين ْال َبي‬ ‫ون َفضْ لاً مِّن‬ َ ‫ْت ْال َح َرا َم َي ْب َت ُغ‬ َ ‫َولاَ آم‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

95

ۚ ‫رَّ ب ِِّه ْم َو ِرضْ َوا ًنا ۚ َوإِ َذا َح َل ْل ُت ْم َفاصْ َطا ُدوا‬ ‫ص ُّدو ُك ْم َع ِن‬ َ ‫َولاَ َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم أَن‬ ‫ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام أَن َتعْ َت ُدوا ۘ َو َت َع َاو ُنوا َع َلى‬ ‫ْال ِبرِّ َوال َّت ْق َو ٰى ۖ َولاَ َت َع َاو ُنوا َع َلى إْالِ ْث ِم‬ ‫ان ۚ َوا َّتقُوا اللَّـ َه ۖ إِنَّ اللَّـ َه َشدِي ُد‬ ِ ‫َو ْالع ُْد َو‬ ‫ب‬ ِ ‫ْال ِع َقا‬

Artinya : “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al Maidah:2)

‫ص ِابرُوا‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا اصْ ِبرُوا َو‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬ ُ ‫َو َر ِاب‬ ‫ُون‬ َ ‫طوا َوا َّتقُوا اللَّـ َه َل َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. “(Q.S. Ali Imran:200).

ۚ ‫َواعْ َتصِ مُوا ِب َحب ِْل اللَّـ ِه َجمِيعًا َولاَ َت َفرَّ قُوا‬

96

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

َ ‫َو ْاذ ُكرُوا ِنعْ َم‬ ‫ت اللَّـ ِه َع َل ْي ُك ْم إِ ْذ ُكن ُت ْم أَعْ دَ ا ًء‬ ‫وب ُك ْم َفأَصْ َبحْ ُتم ِب ِنعْ َم ِت ِه إِ ْخ َوا ًنا‬ َ َّ‫َفأَل‬ ِ ُ‫ف َبي َْن قُل‬ ‫ار َفأَن َق َذ ُكم ِّم ْن َها‬ ِ ‫َو ُٰكن ُت ْم َع َل ٰى َش َفا ُح ْف َر ٍة م َِّن ال َّن‬ ‫ون‬ َ ‫ۗ َك َذل َِك ُي َبيِّنُ اللَّـ ُه َل ُك ْم آ َيا ِت ِه َل َعلَّ ُك ْم َت ْه َت ُد‬

Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran: 103)

َ ‫َوأَطِ يعُوا اللَّـ َه َو َرسُو َل ُه َولاَ َت َن‬ ‫ازعُوا َف َت ْف َشلُوا‬ ‫ب ِري ُح ُك ْم ۖ َواصْ ِبرُوا ۚ إِنَّ اللَّـ َه َم َع‬ َ ‫َو َت ْذ َه‬ ‫ين‬ َ ‫َّاب ِر‬ ِ ‫الص‬ Artinya : “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfal : 46) Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

97

‫ون إِ ْخ َوةٌ َفأَصْ لِحُوا َبي َْن أَ َخ َو ْي ُك ْم‬ َ ‫إِ َّن َما ْالم ُْؤ ِم ُن‬ ‫ُون‬ َ ‫ۚ َوا َّتقُوا اللَّـ َه َل َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم‬

Artinya : “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. al-Hujarat : 10)

‫َو َل ْو أَ َّنا َك َت ْب َنا َع َلي ِْه ْم أَ ِن ا ْق ُتلُوا أَنفُ َس ُك ْم أَ ِو‬ ْ ‫ار ُكم مَّا َف َعلُوهُ إِلاَّ َقلِي ٌل ِّم ْن ُه ْم‬ ِ ‫اخ ُرجُوا مِن ِد َي‬ ُ ‫ُوع‬ ‫ان َخيْرً ا‬ َ ‫ون ِب ِه َل َك‬ َ ‫ظ‬ َ ‫ۖ َو َل ْو أَ َّن ُه ْم َف َعلُوا َما ي‬ ‫ َوإِ ًذا آَّل َت ْي َناهُم مِّن لَّ ُد َّنا‬. ‫لَّ ُه ْم َوأَ َش َّد َت ْث ِبي ًتا‬ ً ‫ َو َل َهدَ ْي َنا ُه ْم صِ َر‬. ‫أَجْ رً ا َعظِ يمًا‬ ‫اطا مُّسْ َتقِيمًا‬ Artinya : “dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). Dan kalau demikian, pasti kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi kami, Dan pasti kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.“(Q.S. an-Nisa’ : 66-68)

َّ‫ِين َجا َه ُدوا فِي َنا َل َن ْه ِد َي َّن ُه ْم ُس ُب َل َنا ۚ َوإِن‬ َ ‫َوالَّذ‬

98

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫اللَّـ َه َل َم َع ْالمُحْ سِ نِي‬

Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. “ (Q.S. al-Ankabut : 69)

‫ون َع َلى ال َّن ِبيِّ ۚ َيا‬ َ ُّ‫ُصل‬ َ ‫نَّ اللَّـ َه َو َملاَ ِئ َك َت ُه ي‬ ‫صلُّوا َع َل ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا‬ َ ‫أَ ُّي َها الَّذ‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikatmalaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. alAhzab : 56)

‫صلاَ َة‬ َّ ‫ِين اسْ َت َجابُوا ل َِرب ِِّه ْم َوأَ َقامُوا ال‬ َ ‫َوالَّذ‬ ُ ‫َوأَ ْم� ُر ُه� ْم‬ ‫�ور ٰى َب ْي َن ُه ْم َو ِممَّا َر َز ْق َنا ُه ْم‬ َ �‫ش‬ ‫ون‬ َ ُ‫يُن ِفق‬

Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.” (Q.S. al-Syuro : 38) Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

99

‫ِك‬ َ ‫ِن إِ اًّل َولاَ ِذم ًَّة ۚ َوأُو َل ٰـئ‬ َ ‫لاَ َيرْ قُب‬ ٍ ‫ُون فِي م ُْؤم‬ ‫ون‬ َ ‫ُه ُم ْالمُعْ َت ُد‬

Artinya : “dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. “ (Q.S. al-Taubah : 10) Amma Ba’du

Sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal persatuan dan kekompakan adalah merupakan yang yang tidak seorangpun tidak mengetahui manfaatnya. Betapa tidak. Rasulullah SAW benar-benar telah bersabda yang artinya : “Tangan Allah bersama jama’ah. Apabila diantara jama’ah itu ada yang memencil sendiri, maka syaitanpun akan menerkamnya seperti halnya serigala menerkam kambing.” “Allah rela kamu sekalian menyembahnya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.” Kami sekalian berpegang teguh kepada tali (agama) Allah seluruhnya dan tidak bercerai-berai; 100

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Kamu saling memperbaiki dengan orang yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kamu:   Dan Allah membenci bagi kamu;   Saling membantah;   Banyak tanya, dan   Menyia-nyiakan harta benda “Jangalah kamu saling dengki, saling menjerumuskan, saling bermusuhan, saling membenci dan janganlah sebagian kamu menjual atas kerugian jualan sebagian yang lain dan jadilah kamu, hamba-hamba Allah, bersaudara.” Suatu umat bagaikan jasad lainnya. Orang-orangnya ibarat anggota-anggota tubuhnya Setiap anggota punya tugas dan perannya. Seperti dimaklumi, manusia tidak dapat bemasyarakat, bercampur dengan yang lain; sebab seorangpun tak mungkin sendirian memenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya. Dia mau tidak mau dipaksa bermasyarakat, berkumpul yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak kebutuhan dan ancaman bahaya dari padanya. Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain, saling bantu menangani satu perkara dan seia sekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat bagi menciptakan persaudaraan dan kasih sayang. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

101

Berapa banyak negara-negara yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri menjadi maju, pemerintah ditegakkan, jalan-jalan menjadi lancar. Perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat-manfaat lain dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh. Rasulullah SAW telah mempersaudara-kan sahabat-sahabatnya sehingga mereka (saling kasih, saling menyayangi dan saling menjaga hubungan) tidak ubahnya satu jasad; apabila salah satu anggota tubuh mengeluh sakit, seluruh jasad ikut merasa demam dan itdak dapat tidur. Itulah sebabnya mereka menang atas musuh mereka, kendati jumlah mereka sedikit. Mereka tundukkan raja-raja, mereka taklukkan negara-negara. Mereka buka kota-kota. Mereka bentangkan payung-payung kemakmuran. Mereka bangun kerajaan-kerajaan. Dan mereka lancarkan jalan-jalan. Allah s.w.t. berfirman

ٰ ‫ْئ َس َببًا‬ ٍ ‫َوأ َت ْي َناهُ ِمنْ ُك ِّل َشي‬

Artinya : Dan aku telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu. 102

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Benarlah kata penyair yang mengatakan dengan bagusnya: “Berhimpunlah akan-anakku bila Kegentingan dating melanda Jangan cerai-berai sendiri-sendiri Cawan-cawan enggan pecah bila bersama Ketika bercerai Satu-satu pecah berderai.” Sayidina Ali berkata: “Dengan perpecahan tak ada satu kebaikan dikaruniakan Allah kepada seseorang baik dari orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang datang belakangan.” Sebab satu kamu apabila hati-hati mereka berselisih dan hawa nafsu mereka mempermainkan mereka, maka mereka tidak akan melihat sesuatu tempat pun bagi kemaslahatan bersama. Mereka bukanlah bangsa yang bersatu, tapi hanya individuindividu yang berkumpul dalam arti jasmani belaka. Hati dan keinginan-keinginan mereka saling berselisih. Engkau mengira mereka menjadi satu, padahal hati mereka berbeda-beda. Mereka telah menjadi seperti kata orang “kambing-kambing yang berpencaran di padang terbuka. Berbagai binatang buas telah mengepungnya. Kalau sementara mereka tetap Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

103

selamat, mungkin karena binatang buas belum sampai kepada mereka (dan pasti suatu saat akan sampai kepada mereka), atau karena saling berebut, telah menyebabkan binatang-binatang buas itu saling berkelahi sendiri antara mereka. Lalu sebagian mengalahkan yang lain. Dan yang menangpun akan menjadi perampas, yang kalah menjadi pencuri. Si kambingpun jatuh antara si perampas dan si pencuri. Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab kehinaan dan kenistaan, Betapa banyak keluarga-keluarga besar, semula hidup dalam keadaan makmur rumahrumah penuh dengan penghuni, sampai satu ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar, meracuni hati mereka dan syaitanpun melakukan peranannya. Mereka kucarkacir tak karuan. Dan rumah-rumah mereka runtuh berantakan. Sahabat Ali bin Abithalib karamallahu wajhah berkata dengan fasihnya: “Kebenaran dapat menjadi lemah karena perselisihan dan perpecahan dan kebathilan 104

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

sebaliknya dapat menjadi kuat dengan persatuan dan kekompakan.” Pendek kata siapa yang melihat pada cermin sejarah, membuka lembaran yang tidak sedikit dari ikhwal bangsa-bangsa dan pasang surut zaman serta apa saja yang terjadi pada mereka hingga pada saat-saat kepunahannya, akan mengetahui bahwa kekayaan yang pernah menggelimang mereka, kebanggaan yang pernah mereka sandang, dan kemuliaan yang pernah mereka jadikan perhiasan mereka, tidak lain adalah karena berkat apa yang secara kukuh mereka pegang, yaitu mereka bersatu, dalam cita-cita seia sekata, searah setujuan, dan pikiran-pikiran mereka seiriang. Maka inilah faktor paling kuat yang mengangkat martabat dan kedaulatan mereka, dan benteng paling kokoh bagi menjaga kekuatan dan keselamatan ajaran mereka. Musuh-musuh mereka tak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka, malahan menundukkan kepada, menghormati mereka karena wibawa mereka. Dan merekapun mencapai tujuan-tujuan mereka dengan gemilang. Itulah bangsa yang mentarinya dijadikan Allah tak pernah terbenam senantiasa memancar gemilang. Dan musuh-musuh mereka tak dapat mencapai sinarnya. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

105

Wahai ulama dan para pemimpin yang beraqwa di kalangan ahlussunah wal jama’ah dan keluarga mazhab imam empat; anda sekalian telah menimba ilmu-ilmu dari orang-orang sebelum anda, orang-orang sebelum anda menimba dari orang-orang sebelum mereka, dengan jalan sanad yang bersambung sampai kepada anda sekalian. Dan anda menjadi selalu meneliti dari siapa anda menimba ilmu agama anda itu. Maka dengan demikian, anda sekalian penjaga-penjaga ilmu dan pintu gergang ilmuilmu itu, rumah-rumah tidak dimasuki kecuali dari pintu-pintu. Siapa yang memasukinya tidak lewat pintunya, disebut pencuri. Sementara itu, segolongan orang yang terjun ke dalam lautan fitnah; memilih bid’ah dan bukan sunah-sunah rasul dan kebanyakan orang mukmin yang benar hanya terpaku. Maka para ahli bid’ah itu seenaknya memutar balikkan kebenaran, memungkarkan makruf dan memakrufkan kemungkaran. Mereka mengajak kepada kitab Allah, padahal sedikitpun mereka tidak bertolak dari sana. Mereka tidak berhenti sampai disitu, malahan mereka mendirikan perkumpulan pada 106

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

perilaku mereka tersebut. Maka kesesatanpun semakin jauh. Orang-orang yang malang pada memasuki perkumpuan itu. Mereka tidak mendengar sabda Rasulullah SAW.

ُ ‫َفاا ْن‬ ‫ظر ُْوا َعمَّنْ َتأْ ُخ ُذ ْو َن ِد ْي َن ُك ْم‬

Artinya : “Maka lihat dan telitilah dari siapa kamu menerima ajaran agamamu itu” “Sesungguhnya menjelang hari kiamat, muncul banyak pendusta.” “Jangalah kau menangisi agama ini bila ia berada dalam kekuasaan ahlinya. Tangisilah agama ini bila ia berada di dalam kekuasaan bukan ahlinya.” Tepat sekali sahabat Umar bin Khattab Radhiallahu ‘anhu ketika berkata “Agama Islam hancur oleh perbuatan orang-orang munafik dengan al Qur’an.” Anda sekalian adalah orang-orang yang lurus yang dapat menghilangkan kepalsuan ahli kebathilan, penafsiran orang-orang bodoh dan penyelewengan orang-orang yang over acting; dengan hujjah Allah, tuhan semesta alam, yang diwujudkan melalui lisan orang-orang yang dikehendaki. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

107

Dan anda sekalian, kelompok yang disebut dalam sabda Rasululllah SAW: “Anda sekelompok dari umatku yang tak pernah tergerser selalu berdiri tegak di atas kebenaran tak dapat dicederai oleh orang yang melawan mereka, hingga datang putusan Allah.” Marilah anda semua dan segenap pengikut anda dari golongan para fakir miskin, para hartawan, rakyat jelata dan orang-orang kuat, berbondong-bondonglah masuk jam’iyah yang diberi nama “Jam’iyah Nahdlatul Ulama ini.” Masuklah dengan penuh kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu, dan dengan ikatan jiwa raga. Ini adalah jam’iyah yang lurus, bersifat memperbaiki dan menyantuni. Ia manis terasa di mulut orang-orang yang baik dan bengkal (jiwa kolot) di tenggorokan orang-orang yang tidak baik. Dalam hal ini hendaklah anda anda sekalian saling mengingatkan dengan kerjasama yang baik, dengan petunjuk yang memuaskan dan ajakan memikat serta hujjah yang tak terbantah. Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ahbid’ah terberantas dari semua orang.

108

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Rasulullah SAW bersabda : “Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku dicaci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat malaikat dan semua orang.” Allah SWT telah berfirman:

‫َو َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ْا ِلبرِّ َوال َّت ْق ٰوى‬ Artinya : Dan saling tolong-menolonglah kamu

dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa kepada Allah. Sayyidina Ali karamallahu wajhah berkata: ”Tak seorangpun (betapapun lama ijtihadnya dalam amal) mencapai hakikat taat kepada Allah yang semestinya. Namun termasuk hak-hak Allah yang wajib atas hamba-hambanya adalah nasihat dengan sekuat tenaga dan saling bantu dalam menegakkan kebenaran diantara mereka.” Tak seorangpun (betapapun tinggi kedudukannya dalam kebenaran, dan betapapun luhur derajat keutamaannya dalam agama) dapat melampui kondisi membutuhkan pertolongan untuk memikul hak Allah yang dibebankan kepadanya. Dan tak seorangpun (betapa kerdil jiwanya dan pandangan-pandangan mata merendahkannya) melam-paui kondisi dibutuhkan bantuannya dan dibantu untuk itu.” Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

109

Artinya tak seorangpun betapa tinggi kedudukannya dan hebat dalam bidang agama dan kebenaran yang dapat lepas tidak membutuhkan bantuan dalam pelaksanaannya kewajibannya terhadap Allah, dan tak seorangpun betapa rendahnya, tidak dibutuhhkan bantuannya atau diberi bantuan dalam melaksanakan kewajibannya itu. Tolong menolong atau saling bantu pangkal keterlibatan umat-umat. Sebab kalau tidak ada tolong menolong. Niscaya semangat dan kemauan akan lumpuh karena mereka tidak mampu mengejar cita-cita. Barang siapa mau tolong menolong dalam persoalan dunia dan akhiratnya, maka akan sempurnalah kebahagiaannya, nyaman dan sentosa hidupnya. Sayidina Ahmad bin Abdillah as Saqaf berkata: “Jam’iyah ini adalah perhimpunan yang telah menampakkan tanda-tanda menggembirakan, daerah-daerah menyatu, bangunan-bangunannya telah berdiri tegak, lalu kemana kamu akan pergi? Kemana?. “Wahai orang-orang yang berpaling, jadilah kamu orang-orang yang pertama, kalau tidak, orang-orang yang meyusul (termasuk 110

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

jam’iyah ini). jangan sampai ketinggalan, nanti suara penggoncang akan menyerumu dengan goncangan-goncangan : “Mereka  (orang-orang munafik itu) puas bahwa mereka ada bersama orang-orang yang ketinggalan (tidak masuk ikut serta memperjuangkan agama Allah). Hati mereka telah dikunci mati, maka merekapun tidak bisa mengerti.” “Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” Ya Tuhan kami, janganlah engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau memberi hidayat kepada kami. Anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisimu; sesungguhnya engkau maha penganugerah. “Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosadosa kami, hapuskanlah dari diri-diri kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami apa yang engkau janjikan kepada kami melalui utusanutusanmu dan jangan hinakan kami dari hari kiamat. Sesungguhnya engkau tidak pernah menyalahi janji.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

111

KHITTHAH NAHDLATUL ULAMA 1. Muqaddimah Nahdlatul Ulama didirikan atas dasar kesadaran dan keinsafan bahwa setiap manusia hanya bisa memenuhi kebutuhannya bila bersedia untuk hidup bermasyarakat. Dengan bermasyarakat, manusia berusaha mewujudkan kebahagiaan dan menolak bahaya terhadapnya. Persatuan, ikatan batin, saling Bantu membantu dan keseiasekataan merupakan prasyarat dari tumbuhnya persaudaraan (ukhuwwah) dan kasih sayang yang menjadi landasan bagi terciptanya tata kemasyarakatan yang baik dan harmonis. Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah din’iyyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344/31 Januari 1926 dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah dan menganut salah satu madzhab empat, masing-masing Imam Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam 112

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Muhammad bin Idris as-Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal, serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan-kegiatannya yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketiggian harkat dan martabat manusia. Nahdlatul Ulama dengan demikian merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertakwa kepada Allah s.w.t. cerdas, terampil, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera. Nahdlatul Ulama mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. Inilah yang kemudian disebut sebagai Khitthah Nahdlatul Ulama. 2. Pengertian Khitthah Nahdlatul Ulama a. Khitthah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

113

b. Landasan tersebut adalah faham Islam ahlussunnah wal jamaah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan. c. Khitthah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmahnya dari masa ke masa. 3. Dasar-dasar Faham Keagamaan Nahdlatul Ulama a. Nahdlatul Ulama mendasarkan faham keagamaannya kepada sumber ajaran islam : alQur’an, as-Sunnah, al-Ijma dan al-Qiyas. b. Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya tersebut di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham Ahlussunnah wal Jamaah dan menggunakan jalan pendekatan (madzhab) : 1). Di bidang akidah, Nahdlatul Ulama mengikuti faham ahlussunnah wal jamaah yang dipelopori oleh imam abu hasan alasy’ari, dan imam abu manshur al-maturidi. 2). Di bidang fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (madzhab) salah 114

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

satu dari madzhab abu Hanifah an-Nu’man, imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris as-Syafii, dan Imam Ahmad bin Hanbal. 3. Di bidang tasawwuf mengikuti antara lain Imam al-Junaid al-Baghdadi, dan Imam alGhazali serta imam-imam yang lain. c. Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki oleh manusia. Faham keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilainilai tersebut. 4. Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama Dasar-dasar pendirian faham keagamaan Nahdlatul Ulama tersebut menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada : a.

Sikap Tawasuth dan I’tidal.

Sikap tengah yang berintikan pada prinsip hidup yang menjungjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

115

Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersikap tatharruf (ekstrim). b.

Sikap Tasamuh

Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’, atau menjadi masalah khilafiyah; serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan. c.

Sikap Tawazun

Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah kepada Allah s.w.t., khidmah kepada sesama manusia, serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang. d.

Amar Makruf Nahi Mungkar

Selalu memiliki kepekaan untuk untuk mendorong perbuatan baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak da mencegah semua hal yang menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilali kehidupan.

116

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

5. Perilaku yang Dibentuk oleh Dasar Keagamaan dan Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama Dasar-dasar keagamaan (angka 3) dan sikap kemasyarakatan tersebut (angka 4) membentuk perilaku warga Nahdlatul Ulama, baik dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi yang : a. Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam. b. Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepenting pribadi. c. Menjunjung tinggi sifat keihlasan dalam berkhidmah dan berjuang. d. Menjunjung tinggi persaudaraan (alukhuwwah), persatuan (al-Ittihad), serta kasih mengasihi. e. Meluhurkan kemuliaan moral (al-akhlak alkarimah), serta menjunjung tinggi kejujuran (assidqu), dalam berfikir, bersikap dan bertindak. f. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa dan negara. g. Menjunjung tinggi nilai-nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah s.w.t.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

117

h. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya. i. Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia. j. Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu dan mempercepat perkembangan masyarakat. k. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. 6. Ikhtiar-ikhtiar yang Dilakukan Nahdlatul Ulama Sejak berdirinya, Nahdlatul Ulama memilih beberapa bidang utama kegiatannya sebagai ikhtiar mewujudkan cita-cita dan tujuan berdirinya, baik tujuan yang bersifat keagamaan dan kemasyarakatan. Ikhtiar-ikhtiar tersebut adalah : a. Peningkatan Silaturrahim/Komunikasi/ Interrelasi Antar Ulama. (Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : mengadakan perhoeboengan di antara oelama-oelama jang beradzhab). b. Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan/ pengkajian/pendidikan. 118

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : memeriksa kitab-kitab sebeloemnja dipakai oentoek mengadjar, soepaja diketahoei apakah itoe daripada kitab-kitab Ahli Soennah wal Djamaah atoe kitab-kitab ahli bid’ah; memperbanjak madrasah-madrasah jang bedasar agama Islam). c. Peningkatan kegiatan penyiaran Islam, membangun sarana-sarana peribadatan dan pelayanan sosial. (Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : Menjiarkan agama Islam dengan djalan apa sadja jang halal; memperhatikan hal-hal jang berhoeboengan dengan Masdjid-masdjid, Soeraoesoeraoe dan Pondok-pondok, begitoe joega dengan ihwalnya anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin). d. Peningkatan taraf dan kwalitas hidup masyarakat melalui kegiatan yang terarah. (Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : Mendirikan badan-badan oentoek memajoekan oeroesan pertanian, perniagaan, dan peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara’ agama Islam). Kegiatan-kegiatan yang dipilih Nahdlatul Ulama pada awal berdiri dan khidmahnya Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

119

menunjukkan pandangan dasar yang peka terhadap pentingnya terus menerus dibina hubungan dan komunikasi antar para ulama sebagai pemimpin masyarakat serta adanya keprihatinan atas nasib manusia yang terjerat oleh keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan. Sejak semula Nahdlatul Ulama melihat masalah ini sebagai bidang garapan yang harus dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan nyata. Pilihan akan ikhtiar yang dilakukan mendasari kgiatan nandlatul ulama dari masa ke masa dengan tujuan untuk melakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan masyarakat, terutama dengan mendorong swadaya masyarakat sendiri. Nahdlatul Ulama sejak semula meyakini bahwa persatuan dan kesatuan para ulama dan pengikutnya, masalah pendidikan, dakwah islamiyah, kegiatan sosial serta perekonomian adalah masalah yang tidak bisa dipisahkan untuk merubah masyarakat yang terbelakang, bodoh dan miskin menjadi masyarakat yang maju, sejahtera dan berakhlak mulia. Pilihan kegiatan Nahdlatul Ulama tersebut sekaligus menumbuhkan sikap partisipatif terhadap setiap usaha yang bertujuan membawa masyarakat kepada kehidupan yang maslahat. 120

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Setiap kegiatan Nahdlatul Ulama untuk kemaslahatan manusia dipandang sebagai perwujudan amal ibadah yang didasarkan pada faham keagamaaan yang dianutnya. 7. Fungsi Organisasi dan Kepemimpinan Ulama di dalamnya. Dalam rangka melaksanakan iktiarikhtiarnya Nahdlatul Ulama membentuk organisasi yang mempunyai struktur tertentu yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan koordinasi bagi tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditentukan, baik tujuan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan. Karena pada dasarnya Nahdlatul Ulama adalah Jam’iyah Din’iyah yang membawakan faham keagamaan, maka ulama sebagai mata rantai pembawa faham Islam Ahlussunnah wal Jamaah, selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas dan pembimbing utama jalannya organisasi. Untuk melaksanakan kegiatankegiatannya, Nahdlatul Ulama menempatkan tenaga-tenaga yang sesuai dengan bidangnya untuk menanganinya.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

121

8. Nahdlatul Ulama dan Kehidupan Berbangsa Sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan bangsa indonesia, nahdlatul ulama senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan nasional bangsa Indonesia. Nahdlatul Ulama secara sadar mengambil posisi yang aktif dalam proses perjuangan mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, serta ikut aktif dalam menyusun UUD 1945 dan perumusan Pancasila sebagai dasar Negara. Keberadaan Nahdlatul Ulama yang senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan bangsa, menempatkan Nahdlatul Ulama dan segenap warganya untuk senantiasa aktif mengambil bagian dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah s.w.t. Karenanya setiap warga Nahdlatul Ulama harus menjadi warga negara yang senantiasa menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945. Sebagai organisasi keagamaan, Nahdlatul Ulama merupakan bagian tak terpisahkan dari umat islam indonesia yang senantiasa memegang teguh prinsip persaudaraan (ukhuwwah) toleransi (tasamuh), kebersamaan dan hidup berdampingan baik dengan sesama umat Islam maupun dengan 122

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

sesama warga negara yang mempunyai keyakinan / agama lain untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita persatuan persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh dan dinamis. Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan, Nahdlatul Ulama senantiasa berusaha secara sadar untuk menciptakan warga negara yang menyadari akan hak dan kewajibannya terhadap bangsa dan negara. Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah secara organisatoris tidak terikat dengan organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan manapun juga. Setiap warga Nahdlatul Ulama adalah warga negara yang mempunyai hak-hak politik yang dilindungi oleh undang-undang. Di dalam hal warga Nahdlatul Ulama menggunakan hak-hak politiknya harus dilakukan secara bertanggung jawab, sehingga dengan demikian dapat ditumbuhkan sikap hidup yang demokratis, konstitusional, taat hukum dan mampu mengembangkkan mekanisme musyawarah dan mufakat dalam memecahkan permasalahan yang di hadapi bersama. 9. Khatimah Khitthah Nahdlatul Ulama ini merupakan landasan dan patokan-patokan dasar yang perwujudannya dengan ijin Allah s.w.t. terutama Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

123

tergantung kepada semangat pemimpin dan warga nahdlatul ulama. Jamiyyah Nahdlatul Ulama hanya akan memperoleh dan mencapai cita-citanya jika pemimpin dan warganya benar-benar meresapi dan mengamalkan Khitthah Nahdlatul Ulama ini. Hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashir

124

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

PEDOMAN BERPOLITIK WARGA NU 1. Berpolitik bagi warga Nahdlatul Ulama mengandung arti keterlibatan warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. 2. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah politik yang berwawasan kebangsaan dan menuju integritas bangsa dengan langkah-langkah yang senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur lahir dan batin dan dilakukan sebagai amal ibadah menuju kebahagian di dunia dan akhirat. 3. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah pengembangan nilai-nilai kemerdekaan yang hakiki dan demokratis, mendididk kedewasaan bangsa untuk menyadari hak, kewajiban dan tanggung jawab untuk mencapai kemaslahatan bersama 4. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan moral, etika dan budaya yang berketuhanan yang maha esa, berperikemanusiaan Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

125

yang adil dan beradab, menjunjung tinggi persatuan indonesia, ber-kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 5. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral agama, konstitusional, adil, sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang disepakati, serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam memecahkan masalah bersama. 6. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama dilakukan untuk memperkokoh konsensus-konsensus nasional, dan dilaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan akhlak karimah sebagai pengamalan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. 7. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama, dengan dalih apapun, tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kepentingan bersama dan memecah belah persatuan. 8. Perbedaan pandangan di antara aspirasiaspirasi politik warga harus tetap berjalan dalam suasana persaudaraan, tawadlu’ dan saling menghargai satu sama lain, sehingga di dalam politik itu tetap terjaga persatuan dan kesatuan di lingkungan Nahdlatul Ulama. 126

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

9. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama menuntut adanya komunikasi kemasyarakatan secara timbal balik dalam pembangunan nasional untuk menciptakan iklim yang memungkinkan perkembangan organisasi kemasyarakatan yang lebih mandiri dan mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana masyarakat untuk berserikat, menyatukan aspirasi serta berpartisipasi dalam pembangunan.

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

127

DALIL – DALIL TENTANG TAHLILAN

Tahlilan adalah berakar dari kata hallala ( َ‫)هلَّل‬ َ yuhallilu ( ُ‫ )ي ُ َهلِّل‬tahlilan (ً ‫ )ت َ ْه ِل ْيال‬yang artinya adalah membaca “Laila illallah.” Kemudian istilah ini menjadi tradisi bagi umat Islam dalam membaca kalimat dan doa- doa tertentu yang diambil dari ayat al- Qur’an, dengan harapan pahalanya dihadiahkan untuk orang yang meninggal dunia. Biasanya tahlilah ini dilakukan selama 7 hari dari meninggalnya seseorang, kemudian hari ke 40, 100, dan pada hari ke 1000 nya. Begitu juga tahlilan sering dilakukan secara rutin pada malam jum’at dan malam-malam tertentu lainnya. Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas ulama’ boleh dan pahalanya bisa sampai kepada mayit tersebut. Berikut ini adalah dalildalilnya:

‫َعنْ َس ِّي ِد َنا َمعْ َق ْل ِبنْ َي َسارْ َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه‬ 128

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫صلَّى هللا َع َل ْي ِه َو َسلَّم َقا َل‬ َ ‫اَنَّ َرسُو َل هللا‬ ‫قرؤُ َها َر ُج ٌل ي ُِر ْي ُد‬ َ ‫ يس َق ْلبُ ْالقُرْ انْ الَ َي‬: ‫ار ْاالَخ َِرة ِاالَّ َغ َف َر هللاُ َل ُه ِا ْق َرؤُ َها‬ َ ‫هللا َوال َّد‬ َ ,‫اج ْه‬ َ ‫ ِابْنُ َم‬,‫(ر َواهُ اَب ُْو دَ اوُ ْد‬ َ ‫َع َلى َم ْو َتا ُك ْم‬ ْ‫ ِابْنُ اَ ِبى‬, ْ‫ اَ ْل َب َغ ِوى‬,‫ اَ ْل َح ِكيْم‬,‫ اَحْ َم ْد‬,‫اَل ِّن َسائِى‬ َّ َ‫ ا‬,‫َش ْي َب ْة‬ ) ْ‫ َوابْنُ ِح َبان‬, ْ‫ اَ ْل َب ْي َه ِقى‬, ْ‫لطب َْرا ِنى‬

Artinya: Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda : surat Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosadosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian. (H.R. Abu Dawud, dll) Berikut ini adalah Pendapat para ulama’ tentang sampainya pahala bacaan ayat-ayat alQur’an kepada mayit. Pendapat ulama’ Madzhab Syafi’iyah 1. Imam Syafi’i Imam Syafi’i berkata

,‫ُقرا َء عِ ندَ هُ شيْئٌ م َِن ْالقرْ أن‬ َ ‫َويُسْ َت َحبُّ اَنْ ي‬ Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

129

‫ان َح َس ًنا‬ َ ‫َو ِانْ َختم ُْوا ْالقرْ أن عِ ْندَ هُ َك‬

Artinya : bahwa, disunahkan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit, dan jika sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik.1

2. Imam al-Hafidz Jalaludin as-Suyuthi Imam as-Suyuthi menjelaskan bahwa, jumhur ulama’ salaf telah berpendapat dengan pendapat yang mengatakan “sampainya pahala bacaan terhadap mayit.” 3. Imam Nawawi Imam Nawawi berkata, “Disunahkan bagi orang yang ziarah kubur untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdo’a untuk mayit.”2 4. Imam al-Qurthubi Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan bahwa, dalil yang dijadikan acuan oleh ulama’ kita tentang sampainya pahala kepada mayit adalah bahwa, Rasulallah s.a.w. pernah membelah pelepah kurma untuk ditancapkan di atas kubur dua sahabatnya sembari bersabda: Semoga ini dapat meringankan keduanya di alam kubur sebelum pelepah ini menjadi kering. 1. Nawawi “Majmu’”,juz.5,hal.294. 2. ibid 130

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Imam al-Qurtubi kemudian berpendapat, jika pelepah kurma saja dapat meringankan beban si mayit, lalu bagaimanakah dengan bacaan-bacaan al-Qur’an dari sanak saudara dan teman-temannya ? Tentu saja bacaan-bacaan al-Qur’an dan lainlainnya akan lebih bermanfaat bagi si mayit.3 Pendapat Ulama Madzhab Hanafiyah 1. Imam Badr al-Aini Alamah Badr al-Aini berkata dalam kitabnya “Kanzu Daqaiq” : bisa sampai (pahalanya) kepada mayit segala sesuatu kebaikan, mulai dari shalat, puasa, haji, shadaqah, dzikir, dan lain sebagainya.4 2. Imam az-Zaila’i Beliau berkata: bahwa pendapat Ahlussunah wal Jama’ah adalah membolehkan seseorang menghadiahkan pahala amal baiknya kepada mayit.5 Pendapat ulama’ dari madzhab Malikiyah 1. Imam al-Alamah Ibnu al-Haj Beliau berkata dalam kitabnya “almadkhal” : jikalau seseorang membaca al-Qur’an di 3. Yusuf al-Khathar, al-Mausu’ah,hal.295 4. Saukani “Nailul Authar”,juz.4,hal.125 5. Ibid. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

131

rumahnya lalu menghadiahkan pahalanya kepada ahli kubur maka, pahala tersebut pasti sampai kepada mayit.6 2. Abul Walid Ibnu Rusyd Beliau berkata :

‫ت‬ ِ ‫اب ق َِرأ ِت ِه ل ِْل َم ِّي‬ َ ‫قرأَ الرَّ ُج ُل َواَهْ دَ ى َثو‬ َ ‫َواِن‬ َ ‫َج‬ ُ‫ت اَجْ ُره‬ ِ ‫ص َل ل ِْل َم ِّي‬ َ ‫از ذال َِك َو َح‬

Artinya : Seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada mayit tersebut.7 Pendapat ulama’ madzhab Hanbaliyah 1. Syeikh Taqiyudin ibnu Taimiyah Beliau berkata: Barang siapa yang berpendapat bahwa, seseorang tidak mendapat pahala kecuali dengan amalanya sendiri, maka orang tersebut telah menghancurkan dan menyalahi ijma’.8 2. Syeikh Ibnu Qayyim al-Jauzi 6. Yusuf al-Khathar, ibid,hal.302. 7. Ibnu Rusyd “Kitab an Nawazil.” 8. Is’aful Muslimin wal Muslimat”,hal.50-53 132

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

Beliau berkata dalam kitabnya “Kitab arRuh” : telah dituturkan dari kalangan ulama’ salaf, mereka semua berwasiat supaya mereka dibacakan ayat-ayat al-Qur’an, setelah mereka meninggal dunia. 3. Imam al-Khalal Imam al-Khalal meriwayatkan dari Abu Ali al-Hasan bin al-Haitsam al-Bazar, bahwa saya melihat Imam Ahmad bin Hanbal shalat di kuburan lalu berdoa. Imam al-Khalal juga meriwayatkan dari Imam as-Syi’bi bahwa :

َ ‫�ر‬ ‫ت‬ ِ ‫ َكا َن‬: ‫الخالَ ْل َع ِن ال ِّشعْ بى قا َل‬ َ �‫َوذ َك‬ ُ ‫ات َل ُه ُم ْال َمي‬ َ ‫نصا ُر اِذا َم‬ ْ ‫ِّت ا‬ ‫ِختلفوا ِا َلى‬ َ َ‫ْاال‬ ‫قر ْأو َن عِ ندَ هُ ْالقرْ أن‬ َ ‫قب ِْر ِه َي‬ Artinya : Imam Khalal menuturkan riwayat dari Syi’bi : bahwa sahabat Anshar ketika di antara mereka meninggal dunia maka mereka membacakan alQur’an untuk mayit tersebut di pemakamannya.9 Demikianlah pendapat para ulama terkemuka dalam Islam. 9. Yusuf al-Khathar, ibid,hal.307. Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

133

ACARA LAILATUL IJTIMA’ Lailatul Ijtima’ adalah forum pertemuan yang diadakan oleh NU maupun Banom-banom, Lembaga dan Lajnahnya, yang dilakukan sebulan sekali pada pertengahan bulan Qamariyah. Pertemuan ini mulai ditradisikan oleh NU sejak tahun 1930 M, sampai sekarang. Yang biasanya di dalamnya diisi dengan acara sebagai berikut : 1. Shalat isya’ berjama’ah 2. Dzikir ba’da shalat maktubah 3. Shalat sunah ba’diyah isya’ 4. Pembukaan 5. Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an 6. Pembacaan surat Yasin dan Tahlil 7. Taushiyah 8. Doa 9. Mushafahah Referensi : 1. Yusuf al-Khathar, al-Mausu’ah al-usufiyah 2. Sulaeman Fadeli & Muhammad Subhan, Altologi NU

134

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫َو َك ْم اَ ْغ َني َ‬ ‫ْت َذا ْالعُمْ ِر‬

‫َو َك ْم اَ ْو َلي َ‬ ‫ْت َذا ْال َف ْق ِر‬ ‫هلل‬ ‫ِبأَهْ ِل ْال َب ْد ِر َي��اأَ ْ‬

‫أَ َت ْي َنا َطا ل ِِبى الرِّ ْف ِق‬

‫َو ُج َّل ْا َ‬ ‫لخي ِْر َوالسَّعْ ِد‬ ‫�ل ْال�� َب ْ‬ ‫هلل‬ ‫��د ِر َي��اأَ ْ‬ ‫ِب��أَهْ � ِ‬ ‫َب ِل اجْ َع ْل َنا َع َلى َّ‬ ‫الط ْي َب ْة‬ ‫هلل‬ ‫ِبأَهْ ِل ْال َب ْد ِر َي��اأَ ْ‬ ‫اجا ِتيْ‬ ‫ِب َني ِْل َج ِمي ِْع َح َ‬ ‫هلل‬ ‫ِبأ َ هْ ِل ْال َب ْد ِر َياأَ ْ‬ ‫ب ِم َّنا‬ ‫ِب َني ِْل َم َطالِ ِ‬

‫َو َك ْم َعا َفي َ‬ ‫لو ْز ِر‬ ‫ْت َذا ْا ِ‬ ‫ضا َق ْ‬ ‫ت َع َلى ْال َق ْل ِ‬ ‫َل َق ْد َ‬ ‫ب‬ ‫ض َمعْ َرحْ ِ‬ ‫ب َج ِمي َْع ْاالَرْ ِ‬ ‫َفاا ْن ُج م َِن ْال َبالَ الصَّعْ ِ‬ ‫هلل‬ ‫ب ِبأَهْ ِل ْال َب ْد ِر َيا أَ ْ‬

‫َف َوسِّعْ ِم ْن َح َة ْاالَ ْي ِديْ‬ ‫َفالَ َترْ ُد ْد َم َع ْا َ‬ ‫لخ ْي َب ْة‬ ‫أَ َي� َ‬ ‫�اذ ْالع ِِّز َو ْال َه ْي َب ْة‬ ‫َو ِانْ َترْ ُد ْد َف َمنْ َنأْتِى‬ ‫ت‬ ‫أَ َيا َجالِى ْال ُملِمَّا ِ‬ ‫ِا َل ِهى ْ‬ ‫اغ ِفرْ َوا ْك ِر ْم َنا‬

‫��س��ا َء ِة َع َّنا‬ ‫���ع َم َ‬ ‫َودَ ْف ِ‬ ‫ِا َل ِهى اَ ْن� َ‬ ‫�ت ُذ ْو لُ ْطفِ‬ ‫َو َك � ْم ِمنْ ُكرْ َب ٍة َت ْنفِى‬ ‫ص ِّل َع َلى ال َّن ِبيِّ ْال َبرِّ‬ ‫َو َ‬ ‫أل َس���اد ِة‬ ‫ُغ��رٍّ‬ ‫َو ِ‬ ‫‪135‬‬

‫��ل ْال�� َب ْ‬ ‫هلل‬ ‫��د ِر َي���اأَ ْ‬ ‫ِب��أَهْ ِ‬ ‫َو ُُذ ْو َفضْ ٍل َو ُذ ْو َع ْط ٍ‬ ‫ف‬ ‫��ل ْال�� َب ْ‬ ‫هلل‬ ‫��د ِر َي���اأَ ْ‬ ‫ِب��أَهْ ِ‬ ‫ِبالَ َع� ٍّد َوالَ َحصْ ٍر‬ ‫هلل‬ ‫�ل ْال � َب� ْ�د ِر َيا أَ ْ‬ ‫ِب��أَهْ � ِ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪SHALAWAT BADAR‬‬

‫هلل‬ ‫َ‬ ‫�ل ْال � َب� ْ�د ِر َي��اأَ ْ‬ ‫هللا ِب��أَهْ � ِ‬ ‫هللا َسالَ ُم ْ‬ ‫صالَ ةُ ْ‬

‫هللا َع َلى ٰط َه َرس ْ‬ ‫هللا‬ ‫َ‬ ‫ُ��و ِل ْ‬ ‫هللا َس�لاَ ُم ْ‬ ‫ص�لاَةُ ْ‬

‫هللا َع َلى ۤ‬ ‫هللا‬ ‫يس َح ِب ْي ِ‬ ‫َتو َس َّْل َنا ِب ِبسْ ِم‬ ‫ب ْ‬ ‫ْ‬ ‫هللا‬ ‫ل َو ِبا ْال َها دِى َرس ُْو ِل ْ‬ ‫َو ُك � ِّل م َُجا ِه ٍد هلِ ْ‬ ‫ِا َل ِهى َسلِّم ْاألُم ْ‬ ‫هلل‬ ‫َّ��ة ِبأ َ هْ ِل ْا ل َب ْد ِر َياأَ ْ‬ ‫ِ‬ ‫َو ِمنْ َه ِّم َو ِمنْ‬

‫ت َوال ِّن ْق َم ْة‬ ‫ِ��ن ْاألَ َف���ا ِ‬ ‫ُغم َّْة م َ‬

‫ِا َل ِهى َنجِّ َنا ْ‬ ‫هلل‬ ‫�ل ْال � َب� ْ�د ِر َي��اأَ ْ‬ ‫واكشِ فْ ِب��أَهْ � ِ‬

‫َم َكائِدَ ْالعِدَ ا َو ْا ُ‬ ‫لطفْ َج ِمي َْع اَ ِذ َي� ِة َواصْ رفْ‬ ‫��ل ْال�� َب ْ‬ ‫هلل‬ ‫��د ِر َي���اأَ ْ‬ ‫س ْال ُك َر َبا ِب��أَهْ ِ‬ ‫ِا َل ِهى َن ِّف ِ‬ ‫لعاصِ ي َْن َو ْا َلع ْط َبا‬ ‫َو ُك��� ِّ‬ ‫ل َبلِ َّي ٍة َو َو َب��ا م َِن ْا َ‬

‫َف َك ْم ِمنْ َرحْ َم ٍة َح َ َ ْ‬ ‫هلل‬ ‫صلت ِبأَهْ ِل ْال َب ْد ِر َياأَ ْ‬ ‫َو َك ْم ِمنْ ِنعْ َم ٍة َو َ‬ ‫ص َل ْ‬ ‫ت‬ ‫ص َل ْت َو َك ْم ِمنْ ِذلَّ ٍة َف َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪136‬‬

‫‪MUQADIMAH PEMBACAAN‬‬ ‫‪MAULID DIBA’I & BARJANZI‬‬ ‫ص ِّ‬ ‫ص ِّل َع َل ْي ِه َو َسلِّمْ‬ ‫ل َع َلى م َُحم َّْد َيا َربِّ َ‬ ‫َيا َربِّ َ‬ ‫ص ْه ِباْ ل َفضِ ْي َلةْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ‬ ‫َيا َربِّ َبل ْغ ُه ْا َلوسِ ْي َل ة َيا َربِّ خ َّ‬

‫ض َع ِن ال ُّسالَ َل ْة‬ ‫ض َع ِن الص ََّحا َب ْة َيا َربِّ َوارْ َ‬ ‫َيا َربِّ َوارْ َ‬ ‫ض َع ِن ْال َم َش ِاي ْخ َيا َربِّ َفارْ َح ْم َوالِ ِد ْي َنا‬ ‫َيا َربِّ َوارْ َ‬

‫َيا َربِّ َوارْ َحمْ َنا َج ِم ْيعًا َيا َربِّ َوارْ َح ْم ُك َّل مُسْ لِ ْم‬ ‫َيا َربِّ َو ْ‬ ‫اغفِرْ لِ ُك ِّل م ُْذنِبْ َيا َربِّ الَ َت ْق َطعْ َر َجا َنا‬ ‫َيا َربِّ َيا َسامِعْ ُد َعا َنا َيا َربِّ َبلِّ ْغ َنا َن ُز ْو ُر ْه‬ ‫َيا َربِّ َت ْغ َ‬ ‫شا َنا ِب ُن ْو ِر ْه َيا َربِّ ِح ْف َظا َنكْ َواَ َما َنكْ‬ ‫ج َنا َنكْ َيا َربِّ اَ ِجرْ َنا مِنْ َع َذ ِابكْ‬ ‫َيا َربِّ َواسْ ِك َّنا ِ‬ ‫َيا َربِّ َواصْ لِحْ ُك َّل مُصْ لِحْ َيا َربِّ َو ْ‬ ‫اكفِ ُك َّل م ُْؤ ِذيْ‬

‫ص ِّل َع َل ْي ِه َو َسلِّ ْم‬ ‫َيا َربِّ َن ْخ ِت ْم ِبا ْال ُم َش َّفعْ َيا َربِّ َ‬

‫‪137‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َل ُه َما ْال ِك َفا َي َة َو َّ‬ ‫الزادَ ‪َ ،‬واحْ َف ْظ ُه َما ِمنْ‬ ‫ْا َ‬ ‫لخ ْل ِق اَجْ َم ِعي َْن ‪َ ،‬وأَ ِخ ْي ُر دَ عْ ٰو ُه ْم أَ ِن‬ ‫هلل َربِّ ْا َلعا َل ِمي َْن ‪.‬‬ ‫ِ‬

‫َم َك ِاي ِد‬ ‫لح ْم ُد‬ ‫ْا َ‬

‫‪DOA SAYYIDUL ISTIGHFAR‬‬

‫ت َربِّى الَا ِٰل َه ِاالَّ اَ ْن َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم اَ ْن َ‬ ‫ت َخ َل ْق َتنِى َواَ َنا‬ ‫ِك َمااسْ َت َطعْ ُ‬ ‫ت‬ ‫ِك َو َوعْ د َ‬ ‫َع ْب ُد َك َواَ َنا َع ٰلى َع ْهد َ‬ ‫ص َنعْ ُ‬ ‫ِك‬ ‫ت اَب ُْو ُء َل َك ِب ِنعْ َمت َ‬ ‫اَع ُْو ُذ ِب َك ِمنْ َشرِّ َما َ‬ ‫َع َليَّ َواَب ُْو ُء ِب َذ ْن ِبى َف ْ‬ ‫ااغ ِفرْ لِى َف ِا َّن ُه الَ َي ْغ ِف ُر‬ ‫ُّ‬ ‫ب ِاالَّ اَ ْن َ‬ ‫ت‪.‬‬ ‫الذ ُن ْو َ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪138‬‬

‫‪DOA SETELAH AKAD NIKAH‬‬

‫ار َك هللاُ َل ُه َما فِى َع ْق ِد ِه َما ‪ ،‬اَللّ ُه َّم اَلِّفْ‬ ‫َب َ‬ ‫ت َبي َْن ِّ‬ ‫َب ْي َن ُه َما َك َما اَلَّ ْف َ‬ ‫ْن َو ْال َما ِء ‪،‬‬ ‫الطي ِ‬ ‫َواَلِّفْ َب ْي َن ُه َما َك َما اَلَّ ْف َ‬ ‫ت َبي َْن ٰأدَ َم َو َح َوا َء ‪،‬‬ ‫َواَلِّفْ َب ْي َن ُه َما َك َما اَلَّ ْف َ‬ ‫ار َة‬ ‫ت َبي َْن ِاب َْرا ِه ْي َم َو َس َ‬ ‫‪َ ،‬واَلِّ��فْ َب ْي َن ُه َما َك َما اَلَّ ْف َ‬ ‫ف‬ ‫ت َبي َْن ي ُْوس ُْو َ‬ ‫َو ُز َلي َْخا ‪َ ،‬واَلِّ��فْ َب ْي َن ُه َما َك َما اَلَّ ْف َ‬ ‫ت َبي َْن‬ ‫�ف َب ْي َن ُه َما َك َما‬ ‫ص�فُ� ْ�و َرا َء ‪َ ،‬واَلِّ� َ‬ ‫م ُْو ٰسى َو َ‬ ‫اَلَّ ْف َ‬ ‫ت َبي َْن م َُح َّم ٍد َو َخ ِدي َْج َة ْال ُكب ْٰرى َو َعائ َِس َة‬ ‫الرِّ ٰ‬ ‫ضى ‪َ ،‬واَلِّفْ َب ْي َن ُه َما َك َما اَلَّ ْف َ‬ ‫ت َبي َْن َعلِى‬ ‫لو َّدادَ‬ ‫َو َفاطِ َم َة ‪ ،‬اَللّ ُه َّم اَلِّفْ َب ْي َن ُه َما ْال َم َح َّب َة َو ْا ِ‬ ‫ت‬ ‫‪َ ،‬وارْ ُز ْق ُه َما ال َّنسْ َل الصَّال َِح م َِن ْال َب َنا ِ‬ ‫َو ْاالَ ْوالَدَ ‪َ ،‬ح َّتى َي َر ْو َن ْاالَسْ َب َ‬ ‫اط َو ْاالَحْ َفادَ ‪،‬‬ ‫لحالَ ِل َما َي ُك ْونُ‬ ‫َو َوسِّعْ َع َلي ِْه َما م َِن الرِّ ْز ِق ْا َ‬ ‫‪139‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

SHIGHAT IJAB KABUL Keterangan :

Ijab adalah : Ucapan wali atau wakil wali dari pengantin perempuan dalam akad nikah. Qabul adalah : Jawaban akad nikah yang diucapkan oleh pengantin laki-laki.

‫��ك‬ ْ‫صِ َغ ْة ِاي َْجاب‬ َ �‫ ا ُ َزوِّ ُج‬...... ‫ َيا‬: ْ‫َع ٰلى َما اَ َم َر هللاُ ُسب َْحا َن ُه َو َت َع ٰالى ِب ِه ِمن‬ ٍ ‫ِا ْم َساكٍ ِب َمعْ ر ُْو‬ . ‫ان‬ ٍ ‫ْح ِب ِاحْ َس‬ ٍ ‫ف اَ ْو َتسْ ِري‬ ‫ت‬ ِ ‫ ِب ْن‬...... ‫اَ ْن َكحْ ُت َك َو َزوَّ جْ ُت َك‬... ‫ بن‬... ‫َيا‬ .ً‫ م َُؤجَّ ال‬/ ً‫ َحاال‬...... ‫ ِب َمه ٍْر‬...... ُ ‫ َق ِب ْل‬: ‫صِ َغ ْة َقب ُْول‬ ‫اح َها َو َت ْز ِوي َْج َها‬ َ ‫ت ِن َك‬ / ً‫ ِب َمه ِْر ْال َم ْذ ُك ْو ِر َحاال‬/‫ ِب ٰذل َِك‬/ ‫لِ َن ْفسِ ى‬ .ً‫م َُؤجَّ ال‬

140

Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah

‫اسلُ ْوا َف ِا ِّنى ُم َبا ٍه ِب ُك ُم ْاال ُ َم َم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬ ‫َو َت َن َ‬ ‫‪َ .‬و َق ْد َح َّ‬ ‫ث َع َل ْي ِه ْال َم َّنانُ ِب َق ْولِ ِه َوا ْن ِكحُوا‬ ‫الصالِ ِحي َْن ‪.‬‬ ‫ْاالَ ٰي ٰامى ِم ْن ُك ْم َو َ‬ ‫ار ٌ‬ ‫ك َم ْيم ُْونٌ َواجْ ِت َما ٌع َع ٰلى‬ ‫َو ٰه َذا َع ْق ٌد ُم َب َ‬ ‫ُحص ُْو ِل َخي ٍْر َي ُك ْونُ ‪ِ ،‬انْ َشا َءهللاُ الَّذِى ا َِذا‬ ‫اَ َرادَ َش ْي ًئا اَنْ َيقُ ْو َل َل ُه ُكنْ َف َي ُك ْونُ ‪ .‬اَقُ ْو ُل‬ ‫لعظِ ْي َم لِى َو َل ُك ْم‬ ‫هللا ْا َ‬ ‫َق ْولِى ٰه َذا ‪َ ،‬واسْ َت ْغ ِف ُر َ‬ ‫َول َِوالِدَ يَّ َو َوالِ ِد ْي ُك ْم َولِ َم َش ِايخِى َو َم َش ِاي ِخ ُك ْم‬ ‫َول َِسائ ِِر ْالمُسْ لِ ِمي َْن َفاسْ َت ْغ ِفر ُْوهُ ِا َّن� ُه ه َُو‬ ‫ْا َلغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم ‪.‬‬ ‫لعظِ يْم ‪]bersama-sama[ )3( ...‬‬ ‫هللا ْا َ‬ ‫اَسْ َت ْغ ِف ُر َ‬ ‫اَ ْشه ُد اَنْ الَ ِا َل� َه ِاالَّ هللاُ َواَ ْشه ُد اَنَّ م َُح َّم ًد‬ ‫هللا ‪]bersama-sama[ )3( ...‬‬ ‫َرس ُْو ُل ِ‬ ‫‪141‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َواَ ْش ُك ُرهُ اَنْ َج َع َل ُك ْم ُ‬ ‫شع ُْوبًا َو َق َبا ِئ َل ِباال َّت َناس ُِل‬ ‫الَّذِى ه َُو اَصْ ُل ُك ِّل ِنعْ َم ٍة ‪َ ،‬واَ ْش ٰه ُد اَنْ الَا ِٰل َه‬ ‫ِاالَّ هللاُ ُم ْب ِد ُع ن َِظ ِام ْا َلعا َل ِم َع ٰلى اَ ْك َم ِل ِح ْك َم ٍة‬ ‫ار َك هللاُ َربُّ ْا َلعا َل ِمي َْن ‪،‬‬ ‫‪ ،‬الَا ِٰل َه ِاالَّ ه َُو َت َب َ‬ ‫هللا َح ِبيْبُ‬ ‫َواَ ْش ٰه ُد اَنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َرس ُْو ُل ِ‬ ‫ِّب ِا َليَّ ِمنْ‬ ‫الرَّ حْ ٰم ِن َومُجْ َت َباهُ ‪ْ ،‬ال َقا ِئ ُل ُحب َ‬ ‫ُد ْن َيا ُك ْم ال ِّن َسا ُء َو ِّ‬ ‫الطيْبُ َو ُج ِع َل ْ‬ ‫ت قُرَّ ةُ َع ْي ِنيْ‬ ‫اب َم ِن‬ ‫فِى ال َّ‬ ‫صالَ ِة ‪َ .‬و َقا َل َيا َمعْ َش َر ال َّش َب َ‬ ‫اع ِم ْن ُك ُم ْال َبآ َء َة َف ْل َي َت َزوَّ جْ ‪َ .‬ف ُ‬ ‫ط ْو ٰبى لِ َمنْ‬ ‫اسْ َت َط َ‬ ‫صلىَّ هللاُ َع َل ْي ِه‬ ‫اَ َقرَّ ِب ٰذل َِك َعي َْن َرس ُْو ِل ِ‬ ‫هللا َ‬ ‫صحْ ِب ِه َوال َّت ِاب ِعي َْن ‪.‬‬ ‫َو َع ٰلى ٰالِ ِه َو َ‬ ‫اح م َِن ال ُّس َن ِن ْال َمرْ ُغ ْو َب ِة‬ ‫اَمَّا َبعْ ُد ‪َ :‬فاِنَّ ال ِّن َك َ‬ ‫الَّتِى َع َل ْي َها َمدَ ا ُر ْاالِسْ ِت َقا َم ِة ا ِْذ َمنْ َت َزوَّ َج‬ ‫َف َق ْد َك ُم َل ِنصْ فُ ِد ْي ِن ِه ‪َ ،‬ك َما اَ ْخ َب َر ِب ٰذل َِك‬ ‫لح ِبيْبُ ْال َم ْبع ُْو ُ‬ ‫ث ِمنْ ِت َها َم ِة ‪َ ،‬و َقا َل َت َنا َكح ُْوا‬ ‫ْا َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪142‬‬

‫‪KHUTHBAH NIKAH‬‬

‫هلل الَّذِى َخ َل َق م َِن ْال َما ِء َب َشرً ا ‪َ ،‬ف َج َع َل ُه‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ‬ ‫َن َسبًا َوصِ هْرً ا ‪َ ،‬خ َل َق ٰأدَ َم ُث َّم َخ َل َق َز ْو َج ُه‬ ‫َح َوا َء ِمنْ ضِ ْل ِع ِمنْ اَضْ الَعِ ِه ْاليُسْ ٰرى ‪،‬‬ ‫ت ْال َمالَ ِئ َك ُة َم ْه َيااَدَ ُم َح َّتى‬ ‫َف َلمَّا َس َك َن ِا َل ْي َها َقا َل ِ‬ ‫ي َل َها َمهْرً ا ‪َ ،‬قا َل َو َما َم ْه ُر َها ؟ َقالُ ْوا‬ ‫ُت َؤ ِّد َ‬ ‫صلِّ َي َع ٰلى م َُح َّم ٍد َخا َت ِم ال َّن ِب ِّيي َْن َو ِا َم ِام‬ ‫اَنْ ُت َ‬ ‫ب ْا ٰال ِميْنُ‬ ‫ْالمُرْ َسلِي َْن ‪َ ،‬ف َو َّفى ْال َمه َْر َو َخ َط َ‬ ‫ِجب ِْر ْي ُل َع َل ْي ِه ال َّسالَ ُم َو َزوَّ َج َها َل ُه َع ٰلى َذال َِك‬ ‫ْال َم َل ُ‬ ‫ك ْالقُ ُّد ْوسُ ال َّسالَ ُم ‪َ ،‬و َش ِهدَ ِاسْ َرا ِف ْي ُل‬ ‫ار ال َّسالَ ِم ‪،‬‬ ‫َو ِم ْي َكا ِئ ُل َو َبعْ ضُ ْال ُم َقرَّ ِبي َْن ِبدَ ِ‬ ‫ب ال ِّس ِني َْن‬ ‫ار ٰذل َِك ُس َّن َة اَ ْوالَ ِد ِه َع ٰلى َت َعاقُ ِ‬ ‫ص َ‬ ‫َف َ‬ ‫‪ ،‬اَحْ َم ُدهُ اَنْ َخ َل َق َل ُك ْم ِمنْ اَ ْنفُسِ ُك ْم اَ ْز َواجً ا‬ ‫لِ َتسْ ُك ُن ْو ِا َل ْي َها َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم َم َو َّد ًة َو َرحْ َم ًة ‪،‬‬ ‫‪143‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ك اَ ْن َ‬ ‫ت ال َّس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم َر َّب َنا‬ ‫َر َّب َنا َت َق َّب ْل ِم َّنا ِا َّن َ‬ ‫ٰأ ِت َنا فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِى ْاالَخ َِر ِة َح َس َن ًة‬ ‫صلَّى هللاُ َع ٰلى َس ِّي ِد َنا‬ ‫ار ‪َ ،‬و َ‬ ‫َو ِق َنا َع َذ َ‬ ‫اب ال َّن ِ‬ ‫ان‬ ‫صحْ ِب ِه َو َسلَّ َم ‪ُ ،‬سب َْح َ‬ ‫م َُح َّم ٍد َو َع ٰلى ٰألِ ِه َو َ‬ ‫ِّك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا َيصِ فُ ْو َن َو َسالَ ٌم َع ٰلى‬ ‫َرب َ‬ ‫لعا َل ِمي َْن ‪َ ،‬و ُتبْ‬ ‫لح ْم ُد ِ‬ ‫هلل َربِّ ْا َ‬ ‫ْالمُرْ َسلِي َْن َو ْا َ‬ ‫َع َل ْي َنا ِا َّن َك اَ ْن َ‬ ‫ت ال َّتوَّ ابُ الرَّ ِح ْي ُم‪.‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪144‬‬

‫ب ْاالَخ َِر ِة‬ ‫َواَ ِجرْ َنا ِمنْ خ ِْزيِ ال ُّد ْن َيا َو َع َذا ِ‬ ‫اع ُه‬ ‫لح َّق َح ًّقا َوارْ ُز ْق َنا ا ِّت َب َ‬ ‫‪َ ،‬ر َّب َنا ٰأ ِر َن��ا ْا َ‬ ‫َو ٰأ ِر َنا ْال َباطِ َل َباطِ الً َوارْ ُز ْق َناَاجْ ِت َنا َب ُه ‪َ ،‬ر َّب َنا‬ ‫الَ ُت ِزعْ قُلُ ْو َب َنا َبعْ دَ ا ِْذ ٰهدَ ْي َت َنا َو َهبْ َل َنا ِمنْ‬ ‫َل ُد ْن َك َرحْ َم ًة ِا َّن َك اَ ْن َ‬ ‫ت ْا َلوهَّابُ ‪َ ،‬ر َّب َنا َهبْ‬ ‫َل َنا ِمنْ اَ ْز َو ِج َنا َو ُذرِّ ٰي ِت َنا قُرَّ َة اَعْ ي ُِن َواجْ َع ْل َنا‬ ‫ل ِْل ُم َّت ِقي َْن ِا َمامًا ‪َ ،‬ر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنفُ َس َنا َو ِانْ َل ْم‬ ‫َت ْغ ِفرْ َل َنا َو َترْ َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا َ‬ ‫لخاسِ ِري َْن ‪،‬‬ ‫َر َّب َنا اجْ َع ْل َنا ُم ِق ْي ِمي َْن الص َّٰلو َة َو ِمنْ ُذرِّ ٰي ِت َنا‬ ‫َر َّب َنا َو َت َق َّب ْل ُد َعا َئ َنا ‪َ ،‬ر َّب َنا ْ‬ ‫اغ ِفرْ َل َنا َول َِوالِدَ ْي َنا‬ ‫َول ِْلم ُْؤ ِم ِني َْن َي ْو َم َيقُ ْو ُم ْالح َِسابُ ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم اَصْ لِحْ‬ ‫أِل ُ َّم ِة َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم ارْ َح ْم أِل ُ َّم ِة َس ِّي ِد َنا‬ ‫م َُح َّم ٍد ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم انصر أِل ُ َّم ِة َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ‪،‬‬ ‫اَللَّ ُه َّم َفرِّ جْ َعنْ ا ُ َّم ِة َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم‬ ‫اجْ َع ْل َنا َو ُذرِّ َيا ِت َنا ِمنْ َخي ِْر ا ُ َّم ِة َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ‪،‬‬ ‫‪145‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ت ْأالَحْ َيا ِء‬ ‫ت َو ْالم ُْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫ت ‪ ،‬اَللّ ُه َّم اَعِ َّنا َع ٰلى ِذ ْك ِر َك‬ ‫ِم ْن ُه ْم َو ْاالَمْ َوا ِ‬ ‫َو ُ‬ ‫ِك ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم ِا َّنا َنسْ أَلُ َك‬ ‫ش ْك ِر َك َوحُسْ ِن عِ َبادَ ت َ‬ ‫لج َس ِد َو ِز َيادَ ًة‬ ‫ْن َو َعا ِف َي ًة فِى ْا َ‬ ‫َسالَ َم ًة فِى ال ِّدي ِ‬ ‫فِى ْالع ِْل ِم َو َب َر َك ًة فِى الرِّ ْز ِق َو َت ْو َب ًة َق ْب َل‬ ‫ت َو َم ْغف َِر ًة َبعْ دَ‬ ‫ْال َم ْو ِ‬ ‫ت َو َرحْ َم ًة عِ ْندَ ْال َم ْو ِ‬ ‫ت‬ ‫ت ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم َهوِّ نْ َع َل ْي َنا فِى َس َك َر ِة ْال َم ْو ِ‬ ‫ْال َم ْو ِ‬ ‫ب‪،‬‬ ‫لع ْف َو عِ ْندَ ْالح َِسا ِ‬ ‫ار َو ْا َ‬ ‫َوال َّن َجا َة م َِن ال َّن ِ‬ ‫اف‬ ‫اَللَّ ُه َّم ِا َّنا َنسْ أَلُ َك ْاله ُٰدى َوال ُّت ٰقى َو ْا َلع َّف َ‬ ‫ك عِ ْلمًا َنا ِفعًا َو ِر ْز ًقا‬ ‫َو ْالغ ِٰنى ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم ِا َّنا َنسْ أَلُ َ‬ ‫َواسِ عًا َو َع َمالً ُم َت َق َّبالً ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم ِا َّنا َنع ُْو ُذ ِب َك‬ ‫ب الَ َي ْخ َش ُع َو ِمنْ‬ ‫ِمنْ عِ ْل ٍم الَ َي ْن َف ُع َو ِمنْ َق ْل ٍ‬ ‫س الَ َت ْش َب ُع َو ِمنْ ُد َعا ٍء الَ يُسْ َم ُع َو ِمنْ‬ ‫َن ْف ٍ‬ ‫ِك َيااَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن‬ ‫َع َم ٍل الَ َُيرْ َف ُع ِب َرحْ َمت َ‬ ‫‪ ،‬اَللَّ ُه َّم اَحْ سِ نْ َعا ِق َب َت َنا فِى ْاال ُ ُم� ْ�و ِر ُكلِّ َها‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪146‬‬

‫‪DOA SETELAH SHALAT‬‬ ‫‪FARDLU‬‬

‫هلل َربِّ ْا َلعا َل ِمي َْن ‪َ ،‬حمْ ًدا ي َُوافِى‬ ‫لح ْم ُد ِ‬ ‫ْا َ‬ ‫لح ْم ُد‬ ‫ار َّب َنا َل َك ْا َ‬ ‫ن َِع َم ُه َو ُي َكا ِف ُئ َم ِزيْدَ هُ ‪َ ،‬ي َ‬ ‫�ك ال ُّش ْك ُر َك َما َي ْن َب ِغيْ ل َِجالَ ِل َوجْ ِه َك‬ ‫َو َل� َ‬ ‫ص ِّل‬ ‫ِك ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫ْال َك ِري ِْم َول َِعظِ ي ِْم س ُْل َطان َ‬ ‫َو َسلِّ ْم َع ٰلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع ٰلى ٰأ ِل َس ِّي ِد َنا‬ ‫ال‬ ‫م َُح َّم ٍد َ‬ ‫صالَ ًة ُت ْن ِج ْي َنا ِب َها ِمنْ َج ِمي ِْع ْاالَهْ َو ِ‬ ‫ت‬ ‫َو ْا ٰال َفا ِ‬ ‫اجا ِ‬ ‫لح َ‬ ‫ت َو َت ْقضِ ى َل َنا ِب َها َج ِمي َْع ْا َ‬ ‫ت َو َترْ َف ُع َنا‬ ‫َو ُت َط ِّه ُر َنا ِب َها ِمنْ َج ِمي ِْع ال َّس ِّي َئا ِ‬ ‫ت َو ُت َبلِّ ُغ َنا ِب َها‬ ‫ِب َها عِ ْندَ َك اَعْ ٰلى ال َّد َر َجا ِ‬ ‫ت ِمنْ َج ِمي ِْع ْا َ‬ ‫اَ ْق ٰ‬ ‫ت فِى‬ ‫لخي َْرا ِ‬ ‫صى ْا َلغا َيا ِ‬ ‫ت ‪َ ،‬ر َّب َنا ْ‬ ‫اغ ِفرْ َل َنا‬ ‫ت َو َبعْ دَ ْال َم َما ِ‬ ‫لح َيا ِ‬ ‫ْا َ‬ ‫َول َِوالِدَ ْي َنا َوارْ َحمْ ُه َما َك َما َر َّب َيا َنا صِ َغارً ا‬ ‫َولِ َم َش ِاي ِخ َنا َولِم َُعلِّ ِم ْي َن َاول َِج ِمي ِْع ْالمُسْ لِ ِمي َْن‬ ‫‪147‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َو َك َر ِم ِه ‪َ ،‬ج َز هللاُ َع َّنا َسيِّدَ َنا َو َن ِب َّي َنا‬ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َماه َُو‬ ‫م َُح َّم ًدا َ‬ ‫اَهْ لُ ُه‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪148‬‬

‫هللا ب ُْك َر ًة‬ ‫ان ِ‬ ‫لحمْ ُد ِ‬ ‫هلل َكشِ يْرً ا َو ُسب َْح َ‬ ‫َو ْا َ‬ ‫ْك‬ ‫َواَصِ ْيالً ‪ ،‬الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬ ‫لحمْ ُد يُحْ ِييْ َو ُي ِمي ُ‬ ‫َل ُه َل ُه ْالم ُْل ُ‬ ‫ْت‬ ‫ك َو َل ُه ْا َ‬ ‫ٰ‬ ‫ْئ َق ِد ْي ٌر ‪َ ،‬والَ َح ْو َل‬ ‫َوه َُو َعلى ُك ِّل َشي ٍ‬ ‫لعلِيِّ ْا َلعظِ ي ِْم‬ ‫َوالَقُوَّ َة ِاالَّ ِبا ِ‬ ‫هللا ْا َ‬

‫لعظِ يْم (‪)3‬‬ ‫هللا ْا َ‬ ‫‪2222‬اَسْ ًت ْغ ِف ُر َ‬

‫ض ُل ِّ‬ ‫الذ ْك ِر َفاعْ َل ْم اَ َّن ُه – الَا ِٰل َه ِاالَّ‬ ‫‪2323‬اَ ْف َ‬ ‫هللاُ – (‪)100/33‬‬ ‫صلَّى‬ ‫‪2424‬الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ م َُح َّم ٌد َرس ُْو ُل ِ‬ ‫هللا َ‬ ‫لح ُّ ِق َع َل ْي َها‬ ‫هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ‪َ ،‬كلِ َم ُة ْا َ‬ ‫ت َو َع َل ْي َها ُنب َْع ُ‬ ‫َنحْ ٰي َو َع َل ْي َها َنم ُْو ُ‬ ‫ث ِانْ‬ ‫هللا‬ ‫َشا َءهللاُ َت َع ٰالى م َِن ْا ٰال ِم ِني َْن ِب َرحْ َم ِة ِ‬

‫‪149‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َت َشا ُء َو ُتع ُِّز َمنْ َت َشا ُء َو ُت ِذ ُّل َمنْ َت َشا ُء‬ ‫ٰ‬ ‫ِك ْا َ‬ ‫ْئ َق ِد ْي ٌر‬ ‫ِب َيد َ‬ ‫لخ ْي ُر ِا َّن َك َعلى ُك ِّل َشي ٍ‬ ‫ار‬ ‫ار َو ُت ْولِ ُج ال َّن َه َ‬ ‫‪ُ ،‬ت ْولِ ُج اللَّ ْي َل فِى ال َّن َه ِ‬ ‫ت‬ ‫لحيَّ م َِن ْال َم ِّي ِ‬ ‫فِى اللَّي ِْل َو ُت ْخ ِر ُج ْا َ‬ ‫َو ُت ْخ ِر ُج ْال َمي َ‬ ‫لحيِّ َو َترْ ُز ُق‬ ‫ِّت م َِن ْا َ‬ ‫َمنْ َت َشا ُء ِب َغي ِْر ح َِسابْ ‪.‬‬ ‫‪1919‬ا ِٰل َه َنا َيا َر َّب َنا اَ ْن َ‬ ‫ان‬ ‫ت َم ْوالَ َنا – ُسب َْح َ‬ ‫هللا َو ِب َحمْ ِد ِه‬ ‫ان ِ‬ ‫هللا – (‪ُ ، )33‬سب َْح َ‬ ‫دَ ا ِئمًا اَ َب ًدا‬ ‫لح ْم ُد هلل َربِّ‬ ‫لحمْ ُد هلل ‪ْ ، )33( ...‬ا َ‬ ‫‪ْ 2020‬ا َ‬ ‫ال َو ِنعْ َم ٍة‬ ‫ْا َ‬ ‫لعا َل ِمي َْن َع ٰلى ُك ِّل َح ٍ‬ ‫‪2121‬اهللَ ُ اَ ْك َب ُر ‪ ، )33( ...‬اهللَ ُ اَ ْك َب ُر َك ِبيْرً ا‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪150‬‬

‫َبي َْن اَ َح ٍد ِمنْ ُر ُسلِ ِه ‪َ ،‬و َقالُ ْوا َس ِمعْ َنا‬ ‫ْك ْال َمصِ ْي ُر‬ ‫َواَ َطعْ َنا ُغ ْف َرا َن َك َر َّب َنا َو ِا َلي َ‬ ‫‪ ،‬الَ ُي َكلِّفُ هللاُ َن ْفسًا ِاالَّ وُ سْ َع َها ‪َ ،‬ل َها‬ ‫ت َو َع َل ْي َها َما ْاك َت َس َب ْ‬ ‫َما َك َس َب ْ‬ ‫ت ‪َ ،‬ر َّب َنا‬ ‫الَ ُت َؤاخ ِْذ َنا ِانْ َنسِ ْي َنا اَ ْو اَ ْخ َطأْ َنا ‪،‬‬ ‫َر َّب َنا َوالَ َتحْ ِم ْل َع َل ْي َنا ِاصْ رً ا َك َما‬ ‫َح َم ْل َت ُه َع َلى الَّ ِذي َْن ِمنْ َق ْبلِ َنا ‪َ ،‬ر َّب َنا‬ ‫َوالَ ُت َحم ِّْل َنا َما الَ َطا َق َة َل َنا ِب ِه ‪.‬‬ ‫‪َ 1818‬ش ِهدَ هللاُ اَ َّن ُه الَا ِٰل َه ِاالَّه َُو َو ْال َمالَ ِئ َك ُة‬ ‫َوا ُ ْولُو ْالع ِْل ِم َقا ِئمًا ِبا ْال ِقسْ طِ الَا ِٰل َه ِاالَّه َُو‬ ‫هللا‬ ‫لح ِك ْي ُم ‪ ،‬اِنَّ ال ِّدي َْن عِ ْندَ ِ‬ ‫ْا َلع ِز ْي ُز ْا َ‬ ‫ْاالِسْ الَ ُم قُ ِل اللّ ُه َّم َمال َِك ْالم ُْلكِ ُت ْؤتِى‬ ‫ْالم ُْل َك َمنْ َت َشا ُء َو َت ْن َز ُع ْالم ُْل َك ِممَّنْ‬ ‫‪151‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪َ ،‬يعْ َل ُم َما َبي َْن اَ ْي ِدي ِْه ْم َو َما َخ ْل َف ُه ْم ‪،‬‬ ‫َوالَ ُي ِحي ُ‬ ‫ْئ ِمنْ عِ ْل ِم ِه ِاالَّ‬ ‫ْط ْو َن ِب َشي ٍ‬ ‫ت‬ ‫ِب َما َشا َء ‪َ ،‬وسِ َع ُكرْ سِ ُّي ُه الس َّٰم َوا ِ‬ ‫ض ‪َ ،‬والَ َيؤُ ُدهُ ِح ْف ُ‬ ‫َو ْاالَرْ َ‬ ‫ظ ُه َما َوه َُو‬ ‫ْا َلعلِيُّ ْا َلعظِ ْي ُم ‪.‬‬ ‫ض‪،‬‬ ‫هلل َما فِى الس َّٰم َوا ِ‬ ‫‪ِ 1616‬‬ ‫ت َو َما فِى ْاالَرْ ِ‬ ‫َو ِانْ ُت ْب ُد ْوا َما فِى اَ ْنفُسِ ُك ْم اَ ْو ُت ْخفُ ْوهُ‬ ‫ي َُحاسِ ْب ُك ْم ِب ِه هللا ‪َ ،‬ف َي ْغ ِف ُر لِ َمنْ َي َشا ُء‬ ‫َوي َُع ِّذبُ َمنْ َي َشا ُء ‪َ ،‬وهللاُ َع َلى ُك ِّل‬ ‫ْئ َق ِديْر‪.‬‬ ‫َشي ٍ‬ ‫‪ٰ 1717‬أ َم َن الرَّ س ُْو ُل ِب َما ا ُ ْن ِز َل ِا َل ْي ِه ِمنْ‬ ‫هللا‬ ‫َر ِّب ِه َو ْالم ُْؤ ِم ُن ْو َن ‪ُ ،‬ك ٌّل ٰأ َم َن ِبا ِ‬ ‫َو َمالَ ِئ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُسلِهِ‪ ،‬الَ ُن َفرِّ ُق‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪152‬‬

‫اس ‪)1( ...‬‬ ‫‪1212‬س ُْو َرةُ ال َّن ِ‬ ‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫‪ِ 1313‬بسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫قُ ْل أَع ُ‬ ‫اس‬ ‫اس ﴿‪َ ﴾١‬ملِكِ ال َّن ِ‬ ‫ُوذ ِب َربِّ ال َّن ِ‬ ‫اس‬ ‫اس ﴿‪ ﴾٣‬مِن َشرِّ ْال َوسْ َو ِ‬ ‫﴿‪ ﴾٢‬إِ َل ٰـ ِه ال َّن ِ‬ ‫اس ﴿‪ ﴾٤‬الَّذِي ي َُوسْ ِوسُ فِي ُ‬ ‫ور‬ ‫ْال َخ َّن ِ‬ ‫ص ُد ِ‬ ‫اس ﴿‪﴾٦‬‬ ‫اس ﴿‪ ﴾٥‬م َِن ْال ِج َّن ِة َوال َّن ِ‬ ‫ال َّن ِ‬ ‫‪ٰ 1414‬ا َي ُة ْال ُكرْ سِ ى‬ ‫‪َ 1515‬وا ِٰل ُه ُك ْم ا ِٰل ٌه َواح ِْد ‪ ،‬الَا ِٰل َه ِاالَّ ه َُو‬ ‫الرَّ حْ ٰم ِن الرَّ ِحيْم ‪ ،‬اهللَ ُ الَا ِٰل َه ِاالَّ ه َُو‬ ‫ْال َحيُّ ْال َقي ُّْو ُم ‪ ،‬الَ َتأْ ُخ ُذهُ ِّس َن ُة َوالَ َن ْو ُم ‪،‬‬ ‫ت َو َما فِى ْاالَرْ ض‬ ‫َل ُه َما فِى الس َّٰم َوا ِ‬ ‫‪َ ،‬منْ َذاالَّذِى َي ْش َف ُع عِ ْندَ هُ ِاالَّ ِبا ِْذ ِن ِه‬ ‫‪153‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫أ ِميْن‬ ‫ص ‪)3( ...‬‬ ‫‪7 .7‬س ُْو َرةُ ْاالِ ْخالَ ِ‬ ‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫‪ِ 8 .8‬بسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫ص َم ُد ﴿‪﴾٢‬‬ ‫‪9 .9‬قُ ْل ه َُو للاهَّ ُ أَ َح ٌد ﴿‪ ﴾١‬للاهَّ ُ ال َّ‬ ‫َل ْم َيل ِْد َو َل ْم يُو َل ْد ﴿‪َ ﴾٣‬و َل ْم َي ُكن لَّ ُه ُكفُ ًوا‬ ‫أَ َح ٌد ﴿‪)3( ... ﴾٤‬‬ ‫‪1010‬س ُْو َرةُ ْال َف َل ْق ‪)1( ...‬‬ ‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫‪ِ 1111‬بسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫قُ ْل أَع ُ‬ ‫ُوذ ِب َربِّ ْال َف َل ِق ﴿‪ ﴾١‬مِن َشرِّ َما‬ ‫ب‬ ‫َخ َل َق ﴿‪َ ﴾٢‬ومِن َشرِّ َغاسِ ٍق إِ َذا َو َق َ‬ ‫ت فِي ْال ُع َق ِد ﴿‪﴾٤‬‬ ‫﴿‪َ ﴾٣‬ومِن َشرِّ ال َّن َّفا َثا ِ‬ ‫َومِن َشرِّ َحاسِ ٍد إِ َذا َح َسدَ ﴿‪﴾٥‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪154‬‬

‫َيع ُْو ُد ال َّسالَ ُم َف َح ِّي َنا َر َّب َنا ِبال َّسالَ ِم‬ ‫ار ْك َ‬ ‫ت‬ ‫ارال َّسالَ ِم َت َب َ‬ ‫لج َّن َة دَ َ‬ ‫َواَ ْدخ ِْل َنا ْا َ‬ ‫َر َّب َنا َو َت َعا َلي َ‬ ‫لجالَ ِل َو ْاالِ ْك َر ِام‬ ‫ْت َي َاذ ْا َ‬ ‫‪5 .5‬اَللَّ ُه َّم الَ َمان َِع لِ َما اَعْ َطي َ‬ ‫ْت َولاَ مُعْ طِ َي‬ ‫ْت َولاَ‬ ‫ضي َ‬ ‫لِ َما َم َنعْ َ‬ ‫ت َولاَ َرا َّد لِ َما َق َ‬ ‫لج ُّد‬ ‫لج ِّد ِم ْن َك ْا َ‬ ‫َي ْن َف ُع َذ ْا َ‬ ‫‪6 .6‬س ُْو َرةُ ْال َفات َِح ِة‬ ‫للاهَّ‬ ‫ل‬ ‫ِيم ﴿‪ْ ﴾١‬ال َحمْ ُد لِهَّ ِ‬ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫ِيم ﴿‪﴾٣‬‬ ‫َربِّ ْال َعا َلم َ‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾٢‬الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫َّاك‬ ‫َّاك َنعْ ُب ُد َوإِي َ‬ ‫ين ﴿‪ ﴾٤‬إِي َ‬ ‫َمالِكِ َي ْو ِم ال ِّد ِ‬ ‫َنسْ َتعِينُ ﴿‪ ﴾٥‬اهْ ِد َنا الص َِّر َ‬ ‫اط ْالمُسْ َتقِي َم‬ ‫﴿‪ ﴾٦‬صِ َر َ‬ ‫ِين أَ ْن َعم َ‬ ‫ْت َع َلي ِْه ْم َغي ِْر‬ ‫اط الَّذ َ‬ ‫ين ﴿‪.﴾٧‬‬ ‫ْال َم ْغضُو ِ‬ ‫ب َع َلي ِْه ْم َولاَ الضَّالِّ َ‬ ‫‪155‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪WIRID SETELAH SHALAT‬‬ ‫‪FARDLU‬‬

‫هللا ْا َلعظِ ْي َم لِى َوال َِولِدَ يَّ‬ ‫‪1 .1‬اَسْ َت ْغ ِف ُر َ‬ ‫ب ْال ُحقُ ْو ِق ْا َلوا ِج َب ِة َع َليَّ‬ ‫َولاِ َصْ َحا ِ‬ ‫َولِ َم َش ِاي ِخ َنا َولاِ ِ ْخ َوا ِن َنا َول َِج ِمي ِْع‬ ‫ت َو ْالم ُْؤ ِم ِني َْن‬ ‫ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫ت‬ ‫ت اَلاْ َحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ َم َوا ِ‬ ‫َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫َواَ ُت ْوبُ ِا َل ْيهِ‪)3( ....‬‬ ‫ْك َل ْه َل ُه‬ ‫‪2 .2‬الَا ِٰل َه ِاالَّهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬ ‫لح ْم ُد يُحْ ِيى َو ُي ِمي ُ‬ ‫ْالم ُْل ُ‬ ‫ْت َوه َُو‬ ‫ك َو َل ُه ْا َ‬ ‫ٰ‬ ‫ْئ َق ِد ْي ٌر ‪)10 / 3 ( ...‬‬ ‫َعلى ُك ِّل َشي ٍ‬ ‫ار ‪)7/3 ( ...‬‬ ‫‪3 .3‬اَللّ ُه َّم اَ ِجرْ َنا م َِن ال َّن ِ‬ ‫‪4 .4‬اَللّ ُه َّم اَ ْن َ‬ ‫ْك‬ ‫ك ال َّسالَ ُم َو ِا َلي َ‬ ‫ت ال َّسالَ ُم َو ِم ْن َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪156‬‬

‫عِ َبادِى َو ْاد ُخلِى َج َّنتِى ‪ ،‬اَللّ ُه َّم ْ‬ ‫اغ ِفرْ أِلَهْ ِل‬ ‫ت َواجْ َع ْل‬ ‫ْالقُب ُْو ِر م َِن ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫اَللَّ ُه َّم فِى قُب ُْو ِر ِه ُم ال ِّ‬ ‫ض َيا َء َوال ُّن ْو َر َو ْالفُسْ َح َة‬ ‫َوال ُّسر ُْو َر َو ْال َبه َْج َة َو ْال ُحب ُْو َر َو ْال َم ْغف َِر َة َع َلى‬ ‫اَهْ ِل ْالقُب ُْو ِر ِا َّن َك َمالِ ٌ‬ ‫ك َربٌّ َغفُ ْو ٌر َر ِح ْي ٌم‬ ‫ك اَللّ ُه َّم َو َت ِح َّي ُت ُه ْم ِف ْي َها‬ ‫دَ عْ َوا ُه ْم ِف ْي َها ُسب َْحا َن َ‬ ‫ل َربِّ‬ ‫لحمْ ُد هلِ ِ‬ ‫َسالَ ٌم َوأ ِخ� ُر دَ عْ َوا ُه ْم أَ ِن ْا َ‬ ‫ْا َلعا َل ِمي َْن‪.‬‬

‫‪157‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫هللا‬ ‫ُيه ِْوالَ َك [كِ ] َف ِا َّن ُه َما َخ ْل ٌق ِمنْ َخ ْل ِق ِ‬ ‫ِّك [كِ ]‬ ‫ك [كِ ] َمنْ َرب َ‬ ‫َت َعا َلى ‪َ ،‬فإِ َذا َس��أَالَ َ‬ ‫ُك [كِ ] َو َما ِد ْي ُن َك‬ ‫ُّك [كِ ] َو َما ِا َمام َ‬ ‫َو َمنْ َن ِبي َ‬ ‫[كِ ] َو َما ِق ْب َل ُت َك [كِ ] َو َما ا ِْخ َوا ُن َك [كِ ] ‪،‬‬ ‫َفقُ ْل اهللَ ُ َربِّيْ َوم َُح َّم ٌد َّن ِبيِّيْ َو ْالقُرْ أنُ ِا َما ِميْ‬ ‫َو ْال َكعْ َب ُة ِق ْب َل ِتيْ َو ْاالِسْ الَ ُم ِد ْي ِنيْ َو ْالم ُْؤ ِم ُن ْو َن‬ ‫َو ْالمُسْ لِم ُْو َن ُكلُّ ُه ْم ا ِْخ َوا ِنيْ ‪.‬‬ ‫ت [تِ] َو َع َلى َذال َِك ُح ِّيي َ‬ ‫َع َلى َذال َِك ُخلِ ْق َ‬ ‫ْت‬ ‫[تِ] َو َع َلى َذال َِك م َّ‬ ‫ُت [تِ] َو َع َلى َذال َِك‬ ‫ُتب َْع ُ‬ ‫ث [ ُتب َْع ِثي َْن ] ِانْ َشأاهللَ ُ َت َعا َلى َواَ ْن َ‬ ‫ت م َِن‬ ‫ْاألَ ِم ِني َْن ‪َ ،‬ث َّب َت َك هللاُ َت َعا َلى ِبا ْال َق ْو ِل َّ‬ ‫ت‪،‬‬ ‫الث ِاب ِ‬ ‫اَللّ ُه َّم َث ِّب ْت ُه [ َها] ِباْل َق ْو ِل َّ‬ ‫ت ُي َثب ُ‬ ‫ِّت هللاُ الَّ ِذي َْن‬ ‫الث ِاب ِ‬ ‫أ َم ُن ْوا ِبا ْال َق ْو ِل َّ‬ ‫لحيو ِة ال ُّد ْن َيا َوفِى‬ ‫الث ِاب ِ‬ ‫ت فِى ْا َ‬ ‫ْاألخ َِر ِة ‪َ ،‬يا أَ َّي ُت َها ال َّن ْفسُ ْالم ْ‬ ‫ُط َم ِئ َّن ُة ِارْ ِجعِى‬ ‫ِا َلى َربِّكِ َراضِ َي ًة َمرْ ضِ َّي ُة َف ْاد ُخلِى فِى‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪158‬‬

‫ان َح ٌّق ‪َ ،‬واَنَّ ْال َبعْ َ‬ ‫ث َح ٌّق ‪َ ،‬واَنَّ‬ ‫َواَنَّ ْال ِمي َْز َ‬ ‫الص َِّر َ‬ ‫لح ْش َر َح ٌّق ‪َ ،‬واَنَّ‬ ‫اط َح ٌّق ‪َ ،‬واَنَّ ْا َ‬ ‫لج َّن َة ل ِْلم ُْؤ ِم ِني َْن َح ٌّق ‪،‬‬ ‫ر ُْؤ َي َة ِ‬ ‫هللا َت َع ٰالى فِى ْا َ‬ ‫هللا َيب َْع ُ‬ ‫ث‬ ‫َّاع َة ٰا ِت َي ٌة الَ َري َ‬ ‫َواَنَّ الس َ‬ ‫ْب ِف ْي َها َواَنَّ َ‬ ‫ك َرضِ ي َ‬ ‫هلل َر ًّبا ‪،‬‬ ‫ْت ِبا ِ‬ ‫َمنْ فِى ْالقُب ُْىو ِر َواَ َّن َ‬ ‫صلّى هللاُ َع َل ْي ِه‬ ‫َو ِباْالِسْ الَ ِم ِد ْي ًنا ‪َ ،‬و ِبم َُح َّم ٍد َ‬ ‫َو َسلَّ َم َرس ُْوالً َو َن ِب ًّيا ‪ٰ ،‬ه َذا اَوَّ ُل َم ْن ِز ٍل ِمنْ‬ ‫ٰ‬ ‫از ِل‬ ‫از ِل ْاالَخ َِر ِة ‪َ ،‬وأ ِخ ُر َم ْن ِز ٍل ِمنْ َم َن ِ‬ ‫َم َن ِ‬ ‫ال ُّد ْن َيا ْال َفا ِن َي ِة ‪َ ،‬ك َما َقا َل هللاُ َت َع ٰالى فِى مُحْ َك ِم‬ ‫لح ِكي ِْم ‪ِ :‬م ْن َها َخ َل ْق َنا ُك ْم َو ِف ْي َها‬ ‫ِك َت ِاب ِه ْا َلع ِزي ِْز ْا َ‬ ‫ار ًة أ ُ ْخ َرى ‪.‬‬ ‫ُن ِع ْي ُد ُك ْم َو ِم ْن َها ُن ْخ ِر ُج ُك ْم َت َ‬ ‫ان‬ ‫اَ أْ ۤل َن َيأْ ِتي َ‬ ‫ان ْال َك ِر ْي َم ِ‬ ‫ْك [كِ ] ْال َم َل َك ِ‬ ‫اك [كِ ]‬ ‫ان ‪َ ،‬فالَ ُي ْف ِز َع َ‬ ‫ْالم َُو َّكالَ ِن ْالم َُحاسِ َب ِ‬ ‫اك [كِ ] َوالَ‬ ‫اك [كِ ] َوالَ ي َُروِّ َع َ‬ ‫َوالَ يُرْ ِه َب َ‬ ‫‪159‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫الجالَ ِل‬ ‫ِّك ُذ ْو َ‬ ‫ان ‪َ ،‬و َي ْب َقى َوجْ ُه َرب َ‬ ‫َع َل ْي َها َف ٍ‬ ‫�را ْم ‪ِ .‬ا َّن َك َمي ٌ‬ ‫ِّت َو ِا َّن ُه ْم َم ِّي ُت ْو َن ‪ُ ،‬ث َّم‬ ‫َو ْاالِ ْك� َ‬ ‫ِا َّن ُك ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة عِ ْندَ َر ِّب ُك ْم َت ْخ َتصِ م ُْو َن‪،‬‬ ‫لعهْدَ الَّذِى‬ ‫هللا ب َْن اَ َم ِة ِ‬ ‫َيا َعبْدَ ِ‬ ‫هللا ْاذ ُك ُر ْا َ‬ ‫َخ َرجْ َ‬ ‫ار ْاألخ َِر ِة ‪.....‬‬ ‫ار ال ُّد ْن َيا ِا َلى دَ ِ‬ ‫ت ِمنْ دَ ِ‬ ‫‪[jika mayitnya seorang laki-laki ].‬‬

‫هللا ِب ْن َ‬ ‫ت َح َوا َء ْاذ ُك ِريْ ْا َلعهْدَ الَّتِى‬ ‫َيا اَ َم َة ِ‬ ‫َخ َرجْ َ‬ ‫ار ْاألخ َِر ِة ‪...‬‬ ‫ار ال ُّد ْن َيا ِا َلى دَ ِ‬ ‫ت ِمنْ دَ ِ‬ ‫‪[ jika mayitnya seorang perempuan ].‬‬

‫َوه َُو َش َهادَ ةٌ اَنْ الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ م َُح َّم ٌد َرس ُْو ُل‬ ‫ار َح ٌّق ‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫لج َّن َة َح ٌّق ‪َ ،‬واَنَّ ال َّن َ‬ ‫هللا َواَنَّ ْا َ‬ ‫َواَنَّ ْال َم ْو َ‬ ‫ت َح ٌّق ‪َ ،‬واَنَّ ْال َقب َْر َح ٌّق ‪َ ،‬واَنَّ‬ ‫ُم ْن َكرً ا َو َن ِكيْرً ا َح ٌق ‪َ ،‬واَنَّ الس َُّؤا َل َح ٌّق ‪،‬‬ ‫اب َح ٌّق ‪،‬‬ ‫اب َح ٌّق ‪َ ،‬واَنَّ ْالح َِس َ‬ ‫لج َو َ‬ ‫َواَنَّ ْا َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪160‬‬

‫‪TALQIN MAYIT‬‬

‫هللا الرَّ حْ ٰم ِن الرَّ ِحيْم‪ .‬الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ م َُح َّم ٌد‬ ‫ِبسْ ِم ِ‬ ‫ْك‬ ‫الرَّ س ُْو ُل ِ‬ ‫هللا ‪ ،‬الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬ ‫لحمْ ُد يُحْ يِ َو ُي ِمي ُ‬ ‫َلهْ ‪َ ،‬ل ُه ْالم ُْل ُ‬ ‫ْت َوه َُو‬ ‫ك َو َل ُه ْا َ‬ ‫َحيٌّ دَ ا ِئ ٌم َقا ِئ ٌم َقا ِد ٌر َعا ِد ٌل م ُِر ْي ٌد الَ َي َنا ُم َوالَ‬ ‫ت َوالَ َيفُ ْو ُ‬ ‫َيم ُْو ُ‬ ‫ت َوالَ َيح ُْو ُل َوالَ َي ُز ْو ُل اَ َب ًدا‬ ‫الجالَ ِل َو ْاالِ ْك َر ِام ِب َي ِد ِه ْا َ‬ ‫لخ ْي ُر َوه َُو‬ ‫اَ َب ًدا ُذ ْو َ‬ ‫ْئ َق ِد ْي ٌر ‪،‬‬ ‫َع َلى ُك ِّل َشي ٍ‬ ‫ت َو ِا َّن َما‬ ‫س َذا ِئ َق ُة ْال َم ْو ِ‬ ‫َقا َل هللاُ َت َع ٰالى ُك ُّل َن ْف ٍ‬ ‫ُت َو َّف ْو َن اُج ُْو َر ُك ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َف َمنْ ُزحْ ِز َح‬ ‫لج َّن َة َف َق ْد َف َ‬ ‫از ‪َ ،‬و َما‬ ‫ار َوا ُ ْد ِخ � َل ْا َ‬ ‫َع ِن ال َّن ِ‬ ‫لحيوةُ ال ُّد ْن َيا ِاالَّ َم َتا ُع ْال ُغر ُْو ِر ‪َ ،‬ما عِ ْندَ ُك ْم‬ ‫ْا َ‬ ‫ك ِاالَّ‬ ‫ْئ َهالِ ٌ‬ ‫َي ْن َف ُد ‪َ ،‬و َما عِ ْندَ ِ‬ ‫هللا َب ٍ‬ ‫اق ‪ُ .‬ك ُّل َشي ٍ‬ ‫َوجْ َه ُه ‪َ ،‬ل ُه ْال ُح ْك ُم َو ِا َل ْي ِه ُترْ َجع ُْو َن ‪ُ ،‬ك ُّل َمنْ‬ ‫‪161‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َفم َِن هللا‪)8( ...‬‬ ‫هللا َما َشا َء َهللُ الَ َح ْو َل َوالَقُوَّ َة ِاالَّ‬ ‫‪ِ 2626‬بسْ ِم ِ‬ ‫لعظِ ي ِْم ‪)3( ...‬‬ ‫ِبا ِ‬ ‫لعلِيِّ ْا َ‬ ‫هللا ْا َ‬ ‫‪َ 2727‬سأ َ ْل ُت َك َي َ‬ ‫اغ َّفا ُر َع ْف ًوا َو َت ْو َب ًة ‪َ .‬و ِبا ْال َقه ِْر‬ ‫َيا َق َها ُر ُخ ْذ َمنْ َت َح َّيالَ ‪)3( ...‬‬ ‫ش ال َّش ِد ْي ُد ُخ ْذ‬ ‫‪َ 2828‬ي َ‬ ‫اجبَّا ُر َيا َقهَّا ُر َي َاذ ْال َب ْط ِ‬ ‫َح َّق َنا َو َح َّق ْالمُسْ لِ ِمي َْن ِممَّنْ َظ َل َم َنا‬ ‫َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو َت َع َّدى َع َل ْي َنا َو َع ٰلى‬ ‫ْالمُسْ لِ ِمي َْن ‪)3( ...‬‬ ‫‪ْ 2929‬ال َفات َِح ْة ‪.........‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪162‬‬

‫َع ٰلى ْال َق ْو ِم ْال َكاف ِِري َْن ‪)3( ...‬‬ ‫لحيِّ ْال َقي ُّْو ِم الَّذِى‬ ‫ص ْن ُت ُك ْم ِبا ْا َ‬ ‫‪َ 2121‬ح َ‬ ‫ت اَ َب ًدا َودَ َفعْ ُ‬ ‫الَ َيم ُْو ُ‬ ‫ت َع ْن ُك ُم الس ُّْو َء‬ ‫ف اَ ْل ٍ‬ ‫ِبا َ ْل ٍ‬ ‫هللا‬ ‫ف الَ َح ْو َل َوالَ قُوَّ َة ِاالَّ ِبا ِ‬ ‫ْا َلعلِيِّ ْا َلعظِ يْم ‪)3( ...‬‬ ‫هلل الَّذِى اَ ْن َع َم َع َل ْي َنا َو َه ٰدا َنا‬ ‫‪2222‬اَ ْل َحمْ ُد ِ‬ ‫ٰ‬ ‫ْن ْاالِسْ الَ ِم ‪)3( ...‬‬ ‫َعلى ِدي ِ‬ ‫لخي َْر ِاالَّ‬ ‫هللا َما َشا َء َهللُ الَ َيس ُْو ُق ْا َ‬ ‫‪ِ 2323‬بسْ ِم ِ‬ ‫هللا ‪)8( ...‬‬ ‫هللا َما َشا َء َهللُ الَ َيصْ ِرفُ الس ُّْو َء‬ ‫‪ِ 2424‬بسْ ِم ِ‬ ‫ِاالَّ هللا ‪)8( ...‬‬ ‫ان ِمنْ ِنعْ َم ٍة‬ ‫‪ِ 2525‬بسْ ِم ِ‬ ‫هللا َما َشا َء َهللُ َما َك َ‬ ‫‪163‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫(‪)100/40/11/7/3‬‬ ‫صالَ ًة‬ ‫ص ِّل َع ٰلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َ‬ ‫‪1717‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫ال‬ ‫ُت ْن ِج ْي َنا ِب َها ِمنْ َج ِمي ِْع ْاالَهْ َو ِ‬ ‫ت َو َت ْقضِ ى َل َنا ِب َها َج ِمي َْع‬ ‫َو ْا ٰال َفا ِ‬ ‫ت َو ُت َط ِّه ُر َنا ِب َها ِمنْ َج ِمي ِْع‬ ‫اجا ِ‬ ‫لح َ‬ ‫ْا َ‬ ‫ت َو َترْ َف ُع َنا ِب َها عِ ْندَ َك اَعْ ٰلى‬ ‫ال َّس ِّي َئا ِ‬ ‫ت َو ُت َبلِّ ُغ َنا ِب َها اَ ْق ٰ‬ ‫ت‬ ‫صى ْا َلغا َيا ِ‬ ‫ال َّد َر َجا ِ‬ ‫ِمنْ َج ِمي ِْع ْا َ‬ ‫ت َو َبعْ دَ‬ ‫لح َيا ِ‬ ‫لخي َْرا ِ‬ ‫ت فِى ْا َ‬ ‫ْال َم َماتِ‪.‬‬ ‫‪َ 1818‬يا َب ِد ْي ُع ‪)8000/129( ...‬‬ ‫س‬ ‫‪1919‬سورة ٰي ٓ‬ ‫ار َّب َنا‬ ‫‪2020‬اهللَ ُ اَ ْك َبرُ‪ ،‬اهللَ ُ اَ ْك َب ُر ‪ ،‬اهللَ ُ اَ ْك َب ُر ‪َ ،‬ي َ‬ ‫َوا ِٰل َه َنا َو َسيِّدَ َنا اَ ْن َ‬ ‫ت َم ْوالَ َنا َفا ْانصُرْ َنا‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪164‬‬

‫ص ِّل َع ٰلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َق ْد‬ ‫‪1313‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫ضا َق ْ‬ ‫هللا‬ ‫ت َح ْي َلتِى اَ ْد ِر ْك ِنيْ َيا َرس ُْو َل ِ‬ ‫َ‬ ‫‪)100( ...‬‬ ‫ص َل َو ْ‬ ‫اري َّْة ‪/40/11/7/3( ...‬‬ ‫‪َ 1414‬‬ ‫ات َن ِ‬

‫‪)4444/100‬‬ ‫صالَ ًة َكا ِم َل ًة َو َسلِّ ْم َسالَمًا‬ ‫ص ِّل َ‬ ‫‪1515‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫َتا ًّما َع ٰلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ِدنِالَّذِى َت ْن َح ُّل ِب ِه‬ ‫ْال ُع َق ُد َو َت ْن َف ِر ُج ِب ِه ْالقُ َربُ َو ُت ْق ٰ‬ ‫ضى ِب ِه‬ ‫لح َوا ِئ ُج َو ُت َنا ُل ِب ِه الرَّ َغائِبُ َوحُسْ نُ‬ ‫ْا َ‬ ‫ْا َ‬ ‫لخ َوات ِِم َويُسْ َتسْ َقى ْا َ‬ ‫لغ َما ُم ِب َوجْ ِه ِه‬ ‫صحْ ِب ِه فِى ُك ِّل‬ ‫ْال َك ِري ِْم َو َع ٰلى ألِ ِه َو َ‬ ‫س ِب َعدَ ِد ُك ِّل َمعْ لُ ْو ٍم َل َك‪.‬‬ ‫َلمْ َح ٍة َو َن َف ٍ‬ ‫ص َل َو ْ‬ ‫ات‬ ‫‪َ 1616‬‬

‫‪165‬‬

‫ُم ْن ِج َي ْ‬ ‫ات‬

‫‪...‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع ٰلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد‬ ‫‪5 .5‬اَل ٰلّ ُه َّم َ‬ ‫أل َس ِّي ِد َنا م َُحم َّْد ‪)100( ...‬‬ ‫َو َع ٰلى ِ‬ ‫‪َ 6 .6‬يااهللَ ُ َيا َق ِد ْي ُم‪)100( ...‬‬ ‫‪َ 7 .7‬يا َس ِم ْي ُع َيا َبصِ ْي ُر ‪)100( ...‬‬ ‫‪َ 8 .8‬يا ُم ْبدِئُ َيا َخال ِْق ‪)100( ...‬‬ ‫‪َ 9 .9‬يا َح ِفي ُ‬ ‫ْظ َيا َنصِ ْي ُر َيا َو ِك ْي ُل َيا اهللَ ُ ‪...‬‬ ‫(‪)100‬‬ ‫ِك اَسْ َت ِغي ُ‬ ‫ْث ‪...‬‬ ‫احيُّ َيا َقي ُّْو ُم ِب َرحْ َمت َ‬ ‫‪َ 1010‬ي َ‬ ‫(‪)100‬‬

‫‪َ 1111‬يا َلطِ يْفُ ‪)129( ...‬‬ ‫ارا‬ ‫ان َغ َّف َ‬ ‫هللا ْا َلعظِ يْم ِا َّن ُه َك َ‬ ‫‪1212‬اَسْ َت ْغ ِف ُر َ‬ ‫‪)100( ...‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪166‬‬

‫‪ISTIGHATSAH‬‬

‫‪1 .1‬اَ ْل َفات َِح ْة ‪)3( ...‬‬ ‫للاهَّ‬ ‫ِيم ﴿‪ْ ﴾١‬ال َح ْم ُد‬ ‫‪ِ 2 .2‬بسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾٢‬الرَّ حْ َم ٰـ ِن‬ ‫لِهَّ ِ‬ ‫ل َربِّ ْال َعا َلم َ‬

‫ين ﴿‪﴾٤‬‬ ‫ِيم ﴿‪َ ﴾٣‬مالِكِ َي ْو ِم ال ِّد ِ‬ ‫الرَّ ح ِ‬ ‫َّاك َنسْ َتعِينُ ﴿‪ ﴾٥‬اهْ ِد َنا‬ ‫َّاك َنعْ ُب ُد َوإِي َ‬ ‫إِي َ‬ ‫اط ْالمُسْ َتقِي َم ﴿‪ ﴾٦‬صِ َر َ‬ ‫الص َِّر َ‬ ‫اط‬ ‫ِين أَ ْن َعم َ‬ ‫ب‬ ‫ْت َع َلي ِْه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو ِ‬ ‫الَّذ َ‬ ‫ين ﴿‪ ﴾٧‬أ ِميْن‬ ‫َع َلي ِْه ْم َولاَ الضَّالِّ َ‬ ‫لعظِ يْم ‪)100( ...‬‬ ‫هللا ْا َ‬ ‫‪3 .3‬اَسْ َت ْغ ِف ُر َ‬ ‫لعلِيِّ‬ ‫‪4 .4‬الَ َح ْو َل َوالَ قُوَّ َة ِاالَّ ِبا ِ‬ ‫هللا ْا َ‬ ‫ْا َلعظِ ي ِْم ‪)100( ...‬‬ ‫‪167‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫اع َل ِوىْ َواُص ُْولِ ِه َوفُر ُْوعِ ِه‬ ‫ْن َعلِيْ َب َ‬ ‫ب ِ‬ ‫أل َبا َع َل ِوىْ ‪...‬الفاتحة‬ ‫َو َج ِمي ِْع السَّادَ ِة ِ‬

‫‪3232‬أَ ْل َفا ت َِح ُة ل َِج ِمي ِْع السَّادَ ِة الص ُّْو ِف َّي ِة‬ ‫ض ِا َلى‬ ‫ار ِق ْاالَرْ ِ‬ ‫اَ ْي َن َما َكا ُن ْوا ِمنْ َم َش ِ‬ ‫ار ِب َها ‪...‬الفاتحة‬ ‫َم َغ ِ‬

‫ب الرَّ ا ِتبْ َس ِّي ِد َنا‬ ‫ِصا ِح ِ‬ ‫‪3333‬أَ ْل َفات َِح ُة ل َ‬ ‫ْن َع َل ِوى اَ ْل َح َّد ْاد‬ ‫لح ِب ْي ِ‬ ‫ب َع ْب ِد ِ‬ ‫ْا َ‬ ‫هللا ب ِ‬ ‫اع َل ِوى‪...‬الفاتحة‬ ‫َب َ‬ ‫اك‬ ‫ض َ‬ ‫‪ .283434‬اَل ٰلّ ُه َّم ِا َّنا َنسْ أَلُ َك ِر َ‬ ‫ار‬ ‫لج َّن َة َو َنع ُْو ُذ ِب َك ِمنْ َس َخطِ َ‬ ‫َو ْا َ‬ ‫ك َوال َّن ِ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪168‬‬

‫‪2727‬قُ ْل أَع ُ‬ ‫اس ﴿‪َ ﴾١‬ملِكِ‬ ‫ُوذ ِب َربِّ ال َّن ِ‬ ‫اس ﴿‪ ﴾٣‬مِن‬ ‫اس ﴿‪ ﴾٢‬إِ َل ٰـ ِه ال َّن ِ‬ ‫ال َّن ِ‬ ‫اس ﴿‪ ﴾٤‬الَّذِي‬ ‫اس ْال َخ َّن ِ‬ ‫َشرِّ ْال َوسْ َو ِ‬ ‫ي َُوسْ ِوسُ فِي ُ‬ ‫اس ﴿‪ ﴾٥‬م َِن‬ ‫ور ال َّن ِ‬ ‫ص ُد ِ‬ ‫اس ﴿‪﴾٦‬‬ ‫ْال ِج َّن ِة َوال َّن ِ‬ ‫‪2828‬س ُْو َرةُ ْال َف َل ِق‬ ‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫‪ِ 2929‬بسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫‪3030‬قُ ْل أَع ُ‬ ‫ُوذ ِب َربِّ ْال َف َل ِق ﴿‪ ﴾١‬مِن َشرِّ َما‬ ‫ب‬ ‫َخ َل َق ﴿‪َ ﴾٢‬ومِن َشرِّ َغاسِ ٍق إِ َذا َو َق َ‬ ‫ت فِي ْال ُع َق ِد‬ ‫﴿‪َ ﴾٣‬ومِن َشرِّ ال َّن َّفا َثا ِ‬ ‫﴿‪َ ﴾٤‬ومِن َشرِّ َحاسِ ٍد إِ َذا َح َسدَ ﴿‪﴾٥‬‬

‫‪3131‬أَ ْل َفات َِح ُة ل َِس ِّي ِد َنا ْال َف ِق ْي ِه ْال ُم َق َّد ِم م َُح َّم ِد‬ ‫‪169‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َّ‬ ‫ت‬ ‫ْاالَ ْك َر ِمي َْن َواَ ْز َوا ِج ِه‬ ‫الطاه َِرا ِ‬ ‫ت ْالم ُْؤ ِم ِني َْن َوال َّت ِاب ِعي َْن َل ُه ْم‬ ‫أ ُ َّم َها ِ‬ ‫ْن َو َع َل ْي َنا َم َع ُه ْم‬ ‫ِب ِاحْ َس ٍ‬ ‫ان ِا َلى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬ ‫ِك َيااَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن‬ ‫َو ِفي ِْه ْم ِب َرحْ َمت َ‬ ‫ص ‪)3( ...‬‬ ‫‪2222‬س ُْو َرةُ ْاالِ ْخالَ ِ‬ ‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫‪ِ 2323‬بسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫ص َم ُد ﴿‪﴾٢‬‬ ‫‪2424‬قُ ْل ه َُو للاهَّ ُ أَ َح ٌد ﴿‪ ﴾١‬للاهَّ ُ ال َّ‬ ‫َل ْم َيل ِْد َو َل ْم يُو َل ْد ﴿‪َ ﴾٣‬و َل ْم َي ُكن لَّ ُه ُكفُ ًوا‬ ‫أَ َح ٌد ﴿‪)3( ...﴾٤‬‬ ‫اس‬ ‫‪2525‬س ُْو َرةُ ال َّن ِ‬ ‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫‪ِ 2626‬بسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪170‬‬

‫اعلِيُّ َيا َك ِب ْي ُر َيا َعلِ ْي ُم َيا َق ِد ْي ُر َيا‬ ‫‪َ 1818‬ي َ‬ ‫َس ِم ْي ُع َيا َبصِ ْي ُر َيا َلطِ يْفُ َيا َخ ِب ْي ُر‬ ‫‪)3( ...‬‬ ‫ف ْا َلغ ِّم َيا َمنْ‬ ‫ار َج ْال َه ِّم َيا َكاشِ َ‬ ‫‪َ 1919‬يا َف ِ‬ ‫ل َِع ْب ِد ِه َي ْغ ِف ُر َو َيرْ َح ُم ‪)3( ...‬‬ ‫هللا‬ ‫هللا َربَّ ْال َب َرا َيا اَسْ َت ْغ ِف ُر َ‬ ‫‪2020‬أَسْ َت ْغ ِف ُر َ‬ ‫م َِن ْا َ‬ ‫لخ َطا َيا ‪)4( ...‬‬ ‫‪2121‬الَاِل َه ِاالَّ هللاُ ‪ )50/25/5( ...‬الَاِل َه‬ ‫ِاالَّ هللاُ م َُح َّم ٌد َرس ُْو ُل ِ‬ ‫هللا َ‬ ‫صلَّى هللاُ‬ ‫ف َو َكرَّ َم َو َمجَّ دَ‬ ‫َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َو َش َر َ‬ ‫َو َع َّظ َم َو َرضِ َي هللاُ َت َعا َلى َعنْ اَهْ ِل‬ ‫َّ‬ ‫َب ْي ِت ِه َّ‬ ‫الطاه ِِري َْن َواَصْ َح ِاب ِه‬ ‫الطي ِِّبي َْن‬ ‫‪171‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫هللا‬ ‫هللا َو ْال َي ْو ِم ْاالَخ ِِر ُت ْب َنا ِا َلى ِ‬ ‫‪1212‬أ َم َّنا ِبا ِ‬ ‫َباطِ ًنا َو َظا ِهرً ا ‪)3( ...‬‬ ‫ان‬ ‫ار َّب َنا َواعْ فُ َع َّنا َوامْ ُح الَّ ِذيْ َك َ‬ ‫‪َ 1313‬ي َ‬ ‫ِم َّنا ‪)3( ...‬‬ ‫ْن‬ ‫‪َ 1414‬ي َاذ ْا َ‬ ‫لجالَ ِل َو ْاالِ ْك َر ِام أَ ِم ْت َنا َع َلى ِدي ِ‬ ‫ْاالِسْ الَ ِم ‪)7( ...‬‬ ‫هلل َر ًّبا ‪َ ،‬و ِباْالِسْ الَ ِم ِد ْي ًنا ‪،‬‬ ‫‪َ 1515‬رضِ ْي َنا ِبا ِ‬ ‫َو ِبم َُح َّم ٍد َن ِب ًّيا ‪...‬‬

‫‪َ 1616‬يا َق ِويُّ َيا َم ِتي َْن ا ِْكفِ َشرَّ َّ‬ ‫الظالِ ِمي َْن‬ ‫‪)3( ...‬‬ ‫ف‬ ‫ص َر َ‬ ‫‪1717‬أَصْ َل َح هللاُ اُم ُْو َر ْالمُسْ لِ ِمي َْن َ‬ ‫هللاُ َشرَّ ْالم ُْؤ ِذي َْن ‪)3( ...‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪172‬‬

‫ال َّتوَّ ابُ الرَّ ِح ْي ُم ‪)3( ...‬‬ ‫ص ِّل‬ ‫ص ِّل َع َلى م َُح َّم ٍد اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫‪7 .7‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫َع َل ْي ِه َو َسلِّ ْم ‪)3( ...‬‬ ‫ت ِمنْ َشرِّ‬ ‫هللا ال َّتامَّا ِ‬ ‫‪8 .8‬أَع ُْو ُذ ِب َكلِ َما ِ‬ ‫ت ِ‬ ‫َما َخ َل َق ‪)3( ...‬‬ ‫هللا الَّ ِذيْ الَ َيضُرُّ َم َع اسْ ِم ِه َش ْي ٌئ‬ ‫‪ِ 9 .9‬بسْ ِم ِ‬ ‫ض َوالَ فِى ال َّس َما ِء َوه َُو‬ ‫فِى ْاالَرْ ِ‬ ‫ال َّس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم ‪)3( ...‬‬ ‫هللا َر ًّبا ‪َ ،‬و ِباْالِسْ الَ ِم ِد ْي ًنا ‪،‬‬ ‫‪َ 1010‬رضِ ْي َنا ِبا ِ‬ ‫َو ِبم َُح َّم ٍد َن ِب ًّيا ‪)3( ...‬‬ ‫هلل َو ْا َ‬ ‫لخ ْي ُر َوال َّشرُّ‬ ‫لحمْ ُد ِ‬ ‫‪ِ 1111‬بسْ ِم ِ‬ ‫هللا َو ْا َ‬ ‫هللا ‪)3( ...‬‬ ‫ِب َمشِ ْي َئ ِة ِ‬ ‫‪173‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ْك ْال َمصِ ْيرُ‪،‬‬ ‫ُغ ْف َرا َن َك َر َّب َنا َو ِا َلي َ‬ ‫الَ ُي َكلِّفُ هللاُ َن ْفسًا ِاالَّ وُ سْ َع َها‪َ ،‬ل َها َما‬ ‫ت ‪َ ،‬ر َّب َنا الَ‬ ‫ت َو َع َل ْي َها َماا ْك َت َس َب ْ‬ ‫َك َس َب ْ‬ ‫ُت َؤاخ ِْذ َنا ِانْ َنسِ ْي َنا اَ ْو اَ ْخ َطأْ َنا َر َّب َنا والَ‬ ‫َتحْ ِم ْل َع َل ْي َنا ِاصْ رً ا َك َما َح َم ْل َت ُه َع َلى‬ ‫الَّ ِذي َْن ِمنْ َق ْبلِ َنا َر َّب َنا َوالَ ُت َحم ِّْل َنا َما الَ‬ ‫َطا َق َة َل َنا ِب ِه ‪َ ،‬واعْ فُ َع َّنا َو ْ‬ ‫اغ ِفرْ َل َنا‬ ‫َوارْ َح ْم َنا اَ ْن َ‬ ‫ت َم ْوالَ َنا َفا ْانصُرْ َنا َع َلى‬ ‫ْال َق ْو ِم ْال َكاف ِِري َْن‪.‬‬ ‫ْك َلهُ‪َ ،‬ل ُه‬ ‫‪5 .5‬الَاِل َه ِاالَّ هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬ ‫ْالم ُْل ُ‬ ‫ْئ‬ ‫ك َو َل ُه ْا َ‬ ‫لح ْم ُد َوه َُو َع َلى ُك ِّل َشي ٍ‬ ‫َق ِد ْي ٌر ‪)3( ...‬‬ ‫‪َ 6 .6‬ربِّ ْ‬ ‫اغ ِفرْ َل َنا َو ُتبْ َع َل ْي َنا ِا َّن َك اَ ْن َ‬ ‫ت‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪174‬‬

‫الرَّ حْ ٰم ِن الرَّ ِحيْم ‪ ،‬اهللَ ُ الَا ِٰل َه ِاالَّ ه َُو‬ ‫ْال َحيُّ ْال َقي ُّْو ُم ‪ ،‬الَ َتأْ ُخ ُذهُ ِّس َن ُة َوالَ َن ْو ُم ‪،‬‬ ‫ت َو َما فِى ْاالَرْ ض‬ ‫َل ُه َما فِى الس َّٰم َوا ِ‬ ‫‪َ ،‬منْ َذاالَّذِى َي ْش َف ُع عِ ْندَ هُ ِاالَّ ِبا ِْذ ِن ِه‬ ‫‪َ ،‬يعْ َل ُم َما َبي َْن اَ ْي ِدي ِْه ْم َو َما َخ ْل َف ُه ْم ‪،‬‬ ‫َوالَ ُي ِحي ُ‬ ‫ْئ ِمنْ عِ ْل ِم ِه ِاالَّ‬ ‫ْط ْو َن ِب َشي ٍ‬ ‫ت‬ ‫ِب َما َشا َء ‪َ ،‬وسِ َع ُكرْ سِ ُّي ُه الس َّٰم َوا ِ‬ ‫ض ‪َ ،‬والَ َيؤُ ُدهُ ِح ْف ُ‬ ‫َو ْاالَرْ َ‬ ‫ظ ُه َما َوه َُو‬ ‫ْا َلعلِيُّ ْا َلعظِ ْي ُم ‪.‬‬ ‫‪4 .4‬أ َم َن الرَّ س ُْو ُل ِب َما أ ُ ْن ِز َل ِا َل ْي ِه ِمنْ َر ِّب ِه‬ ‫هللا َومالَ ِئ َك ِت ِه‬ ‫َو ْالم ُْؤ ِم ُن ْو َن‪ُ ،‬ك ٌّل أ َم َن ِبا ِ‬ ‫َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُسلِهِ‪ ،‬الَ ُن َفرِّ ُق َبي َْن اَ َح ٍد‬ ‫مِن ُر ُسلِ ِه ‪َ ،‬و َقالُ ْوا َس ِمعْ َنا َوأَ َطعْ َنا‬ ‫‪175‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪BACAAN RATIB AL-HADDAD‬‬

‫من الرَّ ِحي ِْم‬ ‫ِبسْ ِم ِ‬ ‫هللا الرَّ حْ ِ‬ ‫‪1 .1‬س ُْو َرةُ ْال َفات َِح ِة‬ ‫للاهَّ‬ ‫ل‬ ‫ِيم ﴿‪ْ ﴾١‬ال َح ْم ُد لِهَّ ِ‬ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫ِيم ﴿‪﴾٣‬‬ ‫َربِّ ْال َعا َلم َ‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾٢‬الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫َّاك‬ ‫َّاك َنعْ ُب ُد َوإِي َ‬ ‫ين ﴿‪ ﴾٤‬إِي َ‬ ‫َمالِكِ َي ْو ِم ال ِّد ِ‬ ‫َنسْ َتعِينُ ﴿‪ ﴾٥‬اهْ ِد َنا الص َِّر َ‬ ‫اط ْالمُسْ َتقِي َم‬ ‫﴿‪ ﴾٦‬صِ َر َ‬ ‫ِين أَ ْن َعمْ َ‬ ‫ت َع َلي ِْه ْم َغي ِْر‬ ‫اط الَّذ َ‬ ‫ين ﴿‪﴾٧‬‬ ‫ْال َم ْغضُو ِ‬ ‫ب َع َلي ِْه ْم َولاَ الضَّالِّ َ‬ ‫‪2 .2‬أ َي ُة ْال ُكرْ سِ ى‬ ‫‪َ 3 .3‬وا ِٰل ُه ُك ْم ا ِٰل ٌه َواح ِْد ‪ ،‬الَا ِٰل َه ِاالَّ ه َُو‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪176‬‬

‫ت ‪ِ ...‬منْ اَهْ ِل الَا ِٰل َه ِاالَّهللاُ م َُح َّم ٌد‬ ‫‪ِ ...‬بنْ ‪ِ /‬ب ْن ِ‬ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلّ ْم ‪ ،‬اَللّ ُه َّم‬ ‫َرس ُْو ُل ِ‬ ‫هللا َ‬ ‫اَ ْن ِز ِل الرَّ حْ َم َة َو ْال َم ْغف َِر َة َع ٰلى َسائ ِِر ر ُْو ِح‬ ‫ت‬ ‫َج ِمي ِْع اَهْ ِل ْالقُب ُْو ِر م َِن ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫ت‬ ‫ت ِارْ َفعْ َل ُه ُم ال َّد َر َجا ِ‬ ‫َو ْالم ُْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫ت‬ ‫ت َو َك ِّفرْ َع ْن ُه ُم ال َّسيِّأ َ ِ‬ ‫لح َس َنا ِ‬ ‫ض ِّعفْ َل ُه ُم ْا َ‬ ‫َو َ‬ ‫ت‬ ‫لج َّن َة َم َع ْا ٰال َبا ِء َو ْال ِج َّدا ِ‬ ‫َواَ ْدخ ِْل َنا َو ِايَّا ُه ُم ْا َ‬ ‫ت ‪ٰ ،‬ياأ َّي ُت َهاال َّن ْفسُ ْالم ْ‬ ‫ُط َم ِئ َّنة ِارْ ِجعِى‬ ‫َو ْاال ُ َّم َها ِ‬ ‫ا ِٰلى َربِّكِ َراضِ َي ًة َمرْ ضِ يَّة َف ْاد ُخلِى فِى‬ ‫عِ َبادِى َو ْاد ُخلِى َج َّنتِى ‪ ،‬أ ِميْن‪.‬‬ ‫َر َّب َنا ٰا ِت َنا فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِى ْاالَخ َِر ِة َح َس َن ًة‬ ‫صلَّى هللاُ َع ٰلى َس ِّي ِد َنا‬ ‫ار ‪َ ،‬و َ‬ ‫َو ِق َنا َع َذ َ‬ ‫اب ال َّن ِ‬ ‫ان‬ ‫صحْ ِب ِه َو َسلَّ ْم ‪ُ ،‬سب َْح َ‬ ‫م َُح َّم ٍد َو َع ٰلى ٰالِ ِه َو َ‬ ‫ِّك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا َيصِ فُ ْو َن َو َسالَ ٌم َع ٰلى‬ ‫َرب َ‬ ‫لعا َل ِمي َْن ‪ ،‬أ ِميْن‪.‬‬ ‫لح ْم ُد ِ‬ ‫هلل َربِّ ْا َ‬ ‫ْالمُرْ َسلِي َْن َو ْا َ‬ ‫‪177‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َو َتابع ال َّتاب ِعي َْن َل ُه ْم ب ِاحْ َس ٰ‬ ‫ْن‬ ‫ان اِلى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ُ ٰ‬ ‫اح ْاالَرْ َب َع ِة ْاالَ ِئ َّم ِة ْالمُجْ َت ِه ِدي َْن‬ ‫‪ ،‬ث َّم اِلى اَرْ َو ِ‬ ‫ْن َو ْال ُع َل َما ِء ْا َلعا ِملِي َْن‬ ‫َو ُم َقلِّ ِد ِه ْم فِى ال ِّدي ِ‬ ‫َو ْالفُ َق َها ِء َو ْالم َُح ِّد ِثي َْن َو ْالقُرَّ ِأ َو ْال ُم َفس ِِّري َْن‬ ‫َوالسَّادَ ِة الص ُّْو ِف َي ِة َو ْالم َُح ِّق ِقي َْن َواَ ْولِ َيا ِء‬ ‫ْال َك ْو ِن اَجْ َم ِعي َْن ‪ُ ،‬حص ُْوصًا َس ِّي ِد َنا َو َم ْوالَ َنا‬ ‫ْخ َع ْب ُد ْال َقا ِدرْ‬ ‫َ‬ ‫الج ْيالَنِى َر ِح َم ُه هللاُ‬ ‫ال َشي ِ‬ ‫ُ ٰ‬ ‫ٰ‬ ‫اح َج ِمي ِْع اَهْ ِل ْالقُب ُْو ِر‬ ‫َت َعالى ‪ ،‬ث َّم اِلى اَرْ َو ِ‬ ‫ت َو ْالم ُْؤ ِم ِني َْن‬ ‫م َِن ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫ار ِب َها‬ ‫َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫ار ِق ْاالَرْ ِ‬ ‫ض َو َم َغ ِ‬ ‫ت ِمنْ َم َش ِ‬ ‫‪َ ،‬برِّ َها َو َبحْ ِر َها ‪ُ ،‬حص ُْوصًا ٰا َبا َئ َنا َوا ُ َّم َها ِت َنا‬ ‫َواَجْ دَ ا ِد َنا َو َج َّدا ِت َنا ‪َ ،‬و َن ُخصُّ ُخص ُْوصًا َم ِن‬ ‫اجْ َت َمعْ َنا ٰه ُه َنا ِب َس َب ِب ِه َولاِ َجْ لِ ِه ‪ ،‬اَللّ ُه َّم ْ‬ ‫اغ ِفرْ‬ ‫َل ُه ْم َوارْ َح ْم ُه ْم َو َعاف ِِه ْم َواعْ فُ َع ْن ُه ْم ‪ ،‬اَللّ ُه َّم‬ ‫اَ ْن ِز ِل الرَّ حْ َم َة َو ْال َم ْغف َِر َة َع ٰلى اَهْ ِل ْالقُب ُْو ِر‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪178‬‬

‫َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد فِى ُك ِّل َو ْق ٍ‬ ‫ْن ‪َ ،‬و‬ ‫ت َو ِحي ٍ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد فِى ْال َمالَ ِء‬ ‫َ‬ ‫ٰ ٰ‬ ‫ْن ‪ ،‬اَللّ ُه َّم َت َق َّب ْل َواَ ْوصِ ْل‬ ‫ْاالَعْ لى اِلى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬ ‫ْ‬ ‫أن ْا َلعظِ ي ِْم ‪،‬‬ ‫َواهْ ِد َث َو َ‬ ‫اب َما َق َرأ َناهُ م َِن ْالقُرْ ِ‬ ‫َو َما َهلَّ ْل َناهُ ‪َ ،‬و َما َسبَّحْ َناهُ ‪َ ،‬و َما اسْ َت ْغ َفرْ َناهُ‬ ‫صلَّ ْي َناهُ َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َ‬ ‫‪َ ،‬و َما َ‬ ‫صلَّى هللاُ‬ ‫اركِ ‪ٰ ،‬ه ِدي ًَّة‬ ‫ِس ْال ُم َب َ‬ ‫َع َل ْي ِه َو َسلّ ْم فِى ٰه َذا ْال َمجْ ل ِ‬ ‫از َل ًة‪َ ،‬و َب َر َك ًة َشا ِم َل ًة‬ ‫َواصِ َل ًة ‪َ ،‬و َرحْ َم ًة َن ِ‬ ‫صدَ َق ًة ُم َت َق َّب َل ًة ‪ُ ،‬ن َق ِّد ُم ٰذل َِك َو َن ْه ِد ْي ِه ا ِٰلى‬ ‫‪َ ،‬و َ‬ ‫َحضْ َر ِة َس ِّي ِد َنا َو َح ِبي ِْب َنا َو َش ِف ْي ِع َنا َوقُرَّ ِة اَعْ ُي ِن َنا‬ ‫ّ ُ ٰ‬ ‫م َُح َّم ٍد َ َّ‬ ‫اح‬ ‫صلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلم ‪ ،‬ث َّم اِلى اَرْ َو ِ‬ ‫ٰا َبا ِئ ِه َوا ِْخ َوا ِن ِه م َِن ْاالَ ْن ِب َيا ِء َو ْالمُرْ َسلِي َْن‬ ‫ص َل َو ُ‬ ‫هللا َو َسالَ ُم ُه َع َل ْي ِه َو َع َلي ِْه ْم اَجْ َم ِعي َْن‬ ‫ات ِ‬ ‫َ‬ ‫ٰ‬ ‫ب ُك ٍّل ‪،‬‬ ‫أل ُكلٍّ‪َ ،‬واَصْ َحا ِ‬ ‫اح ِ‬ ‫‪َ ،‬و اِلى اَرْ َو ِ‬ ‫َوال ُّش َهدَ ِأ َوالصَّالِ ِحي َْن َو ْال َق َرا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َْن‬ ‫‪179‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪DOA TAHLIL‬‬

‫ص ِّل َع َلى‬ ‫ِبسْ ِم ِ‬ ‫هللا الرَّ حْ ٰم ِن الرَّ ِحي ِْم ‪ ،‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫َس ِّي ِد َنا َو َح ِبي ِْب َنا َو َش ِف ْي ِع َنا َو ُد ْخ ِر َنا َو َم ْوالَ َنا‬ ‫م َُحم َّْد ‪َ ،‬س ِّي ِد ْاالَوَّ لِي َْن َو ْاالَخ ِِري َْن ‪َ ،‬و َسلِّ ْم‬ ‫ار َك َو َت َع ٰالى َعنْ ُك ِّل َسادَ ِت َنا‬ ‫َو َرضِ َي هللاُ َت َب َ‬ ‫ٰ‬ ‫صلّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ ْم‬ ‫اَصْ َحا ِ‬ ‫ب َرس ُْو ِل ِ‬ ‫هللا َ‬ ‫اَجْ َم ِعي َْن ‪.‬‬ ‫لعا َل ِمي َْن ‪َ ،‬ح ْم ًدا ي َُوافِى‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ‬ ‫هلل َربِّ ْا َ‬ ‫لحمْ ُد‬ ‫ار َّب َنا َل َك ْا َ‬ ‫ن َِع َم ُه َو ُي َكافِى َم ِزيْدَ هُ ‪َ ،‬ي َ‬ ‫ك ْال َك ِري ِْم َو َعظِ ي ِْم‬ ‫َك َما َي ْن َبغِى ل َِجالَ ِل َوجْ ِه َ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى َس ِّي ِد َنا‬ ‫ِك ‪ ،‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫س ُْل َطان َ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى‬ ‫م َُح َّم ٍد فِى ْاالَوَّ لِي َْن ‪َ ،‬و َ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم‬ ‫َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد فِى ْاالَخ ِِري َْن ‪َ ،‬و َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪180‬‬

‫ك َس ِّي ِد َنا مُحَّ َم ٍد َو َع َلى‬ ‫ص ِّل َع َلى َح ِبي ِْب َ‬ ‫اَللّ ُه َّم َ‬ ‫�اركْ َو َسلِّ ْم اَجْ َم ِعي َْن‪....‬‬ ‫ٰالِ ِه َو َ‬ ‫صحْ ِب ِه َو َب� ِ‬ ‫الفاتحة‪.‬‬

‫‪181‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ( َحيٌّ َب ْ‬ ‫اق )‬ ‫الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ‪.......................‬‬ ‫الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ‪ ،‬الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ‪ ، )2( ...‬الَا ِٰل َه‬ ‫هللا‪.‬‬ ‫ِاالَّ هللاُ م َُح َّم ٌد َرس ُْو ُل ِ‬ ‫ص ِّل َع َل ْي ِه‬ ‫ص ِّل َع ٰلى م َُحم َّْد اَللّ ُه َّم َ‬ ‫اَللّ ُه َّم َ‬ ‫َو َسلِّ ْم ‪)2( ...‬‬ ‫ص ِّل َع َل ْي ِه‬ ‫اربِّ َ‬ ‫ص ِّل َع ٰلى م َُحم َّْد َي َ‬ ‫اَللّ ُه َّم َ‬ ‫َو َسلِّ ْم ‪)1( ...‬‬ ‫هللا ْا َلعظِ يْم ‪...‬‬ ‫ان ِ‬ ‫ان ِ‬ ‫هللا َو ِب َح ْم ِد ِه ُسب َْح َ‬ ‫ُسب َْح َ‬ ‫هللا‬ ‫ان ِ‬ ‫ان ِ‬ ‫هللا َو ِب َح ْم ِد ِه ُسب َْح َ‬ ‫(‪ُ ، )7‬سب َْح َ‬ ‫ْا َلعظِ يْم ‪.‬‬ ‫ك َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو ٰ‬ ‫على‬ ‫ص ِّل َع َلى َح ِبي ِْب َ‬ ‫اَللّ ُه َّم َ‬ ‫صحْ ِب ِه َو َسلِّ ْم ‪)2( ...‬‬ ‫ٰالِ ِه َو َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪182‬‬

‫ِك ُكلَّ َما َذ َك َر َك َّ‬ ‫الذا ِكر ُْو َن َو َغ َف َل َعنْ‬ ‫َكلِ َمات َ‬ ‫ذ ِْك ِر َك ْا َلغا ِفلُ ْو َن‪.‬‬ ‫ار َك َو َت َع ٰالى َعنْ َسادَ ِت َنا‬ ‫َو َسلِّ ْم َو َرضِ َي هللاُ َت َب َ‬ ‫اَصْ َحا ِ‬ ‫ب َرس ُْو ِل ِ‬ ‫هللا اَجْ َم ِعي َْن ‪َ ،‬حسْ ُب َنا هللاُ‬ ‫هللا‬ ‫َو ِنعْ َم ْا َلو ِك ْي ُل َوالَ َح ْو َل َوالَ قُوَّ َة ِاالَّ ِبا ِ‬ ‫لعظِ ي ِْم‪.‬‬ ‫ْا َلعلِيِّ ْا َ‬ ‫لعظِ ْي َم ‪ ، )3( ...‬اَسْ َت ْغ ِف ُر‬ ‫هللا ْا َ‬ ‫اَسْ َت ْغ ِف ُر َ‬ ‫لحيُّ ْال َقي ُّْو ُم‬ ‫هللا ْا َلعظِ ْي َم الَّ ِذيْ الَا ِٰل َه ِاالَّ ه َُو ْا َ‬ ‫َ‬ ‫َواَ ُت ْوبُ ِا َل ْي ِه ‪.‬‬ ‫ْت ِّ‬ ‫َن َوي ُ‬ ‫ض ُل‬ ‫الذ ْك َر َت َقرُّ بًا ا ِٰلى ِ‬ ‫هللا َت َع ٰالى ‪ ،‬اَ ْف َ‬ ‫ِّ‬ ‫الذ ْك ِر َفاعْ َل ْم اَ َّن ُه ‪:‬‬ ‫الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ( َحيٌّ َم ْوج ُْو ُد )‬ ‫الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ( َحيٌّ َمعْ ب ٌْو ُد )‬ ‫‪183‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫صلُّ ْوا َع َل ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا ‪.‬‬ ‫َ‬ ‫صالَ ِة َع َلى اَسْ َع ِد‬ ‫ض َل ال َّ‬ ‫ص ِّل اَ ْف َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫ِك ُن ْو ِر ْاله ُٰدى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع َلى‬ ‫َم ْخلُ ْو َقات َ‬ ‫ِك َومِدَ دَ‬ ‫صحْ ِب ِه َو َسلِّ ْم َعدَ دَ َمعْ لُ ْو َمات َ‬ ‫ٰالِ ِه َو َ‬ ‫ِك ُكلَّ َما َذ َك َر َك َّ‬ ‫الذا ِكر ُْو َن َو َغ َف َل َعنْ‬ ‫َكلِ َمات َ‬ ‫ذ ِْك ِر َك ْا َلغا ِفلُ ْو َن‪.‬‬ ‫صالَ ِة َع َلى اَسْ َع ِد‬ ‫ض َل ال َّ‬ ‫ص ِّل اَ ْف َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫س الض ُّٰحى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد‬ ‫َم ْخلُ ْو َقات َ‬ ‫ِك َشمْ ِ‬ ‫ِك‬ ‫صحْ ِب ِه َو َسلِّ ْم َعدَ دَ َمعْ لُ ْو َمات َ‬ ‫َو َع َلى ٰالِ ِه َو َ‬ ‫ِك ُكلَّ َما َذ َك َر َك َّ‬ ‫الذا ِكر ُْو َن َو َغ َف َل‬ ‫َومِدَ دَ َكلِ َمات َ‬ ‫َعنْ ذ ِْك ِر َك ْا َلغا ِفلُ ْو َن‪.‬‬ ‫صالَ ِة َع َلى اَسْ َع ِد‬ ‫ض َل ال َّ‬ ‫ص ِّل اَ ْف َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫ِك َب ْد ِر ال ُّد ٰجى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع َلى‬ ‫َم ْخلُ ْو َقات َ‬ ‫ِك َومِدَ دَ‬ ‫صحْ ِب ِه َو َسلِّ ْم َعدَ دَ َمعْ لُ ْو َمات َ‬ ‫ٰالِ ِه َو َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪184‬‬

‫َّنسِ ي َنا أَ ْو أَ ْخ َطأْ َنا ۚ َر َّب َنا َولاَ َتحْ ِم ْل َع َل ْي َنا‬ ‫ِين مِن َق ْبلِ َنا ۚ َر َّب َنا‬ ‫إِصْ رً ا َك َما َح َم ْل َت ُه َع َلى الَّذ َ‬ ‫َولاَ ُت َحم ِّْل َنا َما لاَ َطا َق َة َل َنا ِب ِه ۖ َواعْ فُ َع َّنا‬ ‫َو ْ‬ ‫اغ ِفرْ َل َنا َوارْ َح ْم َنا ۚ أَ َ‬ ‫نت َم ْولاَ َنا َفانصُرْ َنا‬ ‫ين ﴿‪﴾٦٨٢‬‬ ‫َع َلى ْال َق ْو ِم ْال َكاف ِِر َ‬ ‫َواعْ فُ َع َّنا َو ْ‬ ‫اغف َِر َل َنا َوارْ َح ْم َنا ‪)7/3( ...‬‬ ‫‪َ ،‬و ْاعفُ َع َّنا َو ْ‬ ‫اغف َِر َل َنا َوارْ َح ْم َنا ‪ ،‬اَ ْن َ‬ ‫ت‬ ‫َم ْوالَ َنا َفا ْنصُرْ َنا َع َلى ْال َق ْو ِم ْال َكاف ِِري َْن ‪.‬‬ ‫ِارْ َح ْم َنا َيااَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن ‪، ) 7/3( ...‬‬ ‫هللا‬ ‫ِارْ َح ْم َنا َيااَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن َو َرحْ َم ُة ِ‬ ‫ت ِا َّن ُه َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫َو َب َر َكا ُت ُه َع َل ْي ُك ْم اَهْ َل ْال َب ْي ِ‬ ‫س اَهْ َل‬ ‫ِب َع ْن ُك ُم الرِّ جْ َ‬ ‫‪ِ ،‬ا َّن َما ي ُِر ْي ُد هللاُ لِي ُْذه َ‬ ‫ت َوي َ‬ ‫هللا َو َمالَ ِئ َك َت ُه‬ ‫ْال َب ْي ِ‬ ‫ُط ِّه ُر ُك ْم َت ْط ِهيْرً ا ‪ ،‬اِنَّ َ‬ ‫ُصلُّ ْو َن َع َلى ال َّن ِبيِّ ‪َ ،‬يااَ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا‬ ‫ي َ‬ ‫‪185‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ِين آ َم ُنوا ي ُْخ ِر ُجهُم‬ ‫َعلِي ٌم ﴿‪ ﴾٦٥٢‬للاهَّ ُ َولِيُّ الَّذ َ‬ ‫م َِّن ُّ‬ ‫ِين َك َفرُوا‬ ‫الظلُ َما ِ‬ ‫ور ۖ َوالَّذ َ‬ ‫ت إِ َلى ال ُّن ِ‬ ‫أَ ْولِ َياؤُ ُه ُم َّ‬ ‫الطا ُغ ُ‬ ‫ور‬ ‫وت ي ُْخ ِرجُو َنهُم م َِّن ال ُّن ِ‬ ‫ت ۗ أُو َل ٰـئ َ َ‬ ‫إِ َلى ُّ‬ ‫ار ۖ ُه ْم‬ ‫الظلُ َما ِ‬ ‫ِك أصْ َحابُ ال َّن ِ‬ ‫ون ﴿‪﴾٧٥٢‬‬ ‫فِي َها َخالِ ُد َ‬ ‫ض ۗ َوإِن‬ ‫ل َما فِي ال َّس َم َاوا ِ‬ ‫لِّهَّ ِ‬ ‫ت َو َما فِي أْالَرْ ِ‬ ‫ُت ْب ُدوا َما فِي أَنفُسِ ُك ْم أَ ْو ُت ْخفُوهُ ي َُحاسِ ْب ُكم ِب ِه‬ ‫للاهَّ ُ ۖ َف َي ْغ ِف ُر لِ َمن َي َشا ُء َوي َُع ِّذبُ َمن َي َشا ُء ۗ َوللاهَّ ُ‬ ‫َع َل ٰى ُك ِّل َشيْ ٍء َقدِي ٌر ﴿‪ ﴾٤٨٢‬آ َم َن الرَّ سُو ُل‬ ‫ُ‬ ‫ون ۚ ُك ٌّل‬ ‫نز َل إِ َل ْي ِه مِن رَّ ِّب ِه َو ْالم ُْؤ ِم ُن َ‬ ‫ِب َما أ ِ‬ ‫آ َم َن ِباللهَّ ِ َو َملاَ ِئ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُسلِ ِه لاَ ُن َفرِّ ُق‬ ‫َبي َْن أَ َح ٍد مِّن رُّ ُسلِ ِه ۚ َو َقالُوا َس ِمعْ َنا َوأَ َطعْ َنا‬ ‫ْك ْال َمصِ ي ُر ﴿‪ ﴾٥٨٢‬لاَ‬ ‫ۖ ُغ ْف َرا َن َك َر َّب َنا َوإِ َلي َ‬ ‫ُي َكلِّفُ للاهَّ ُ َن ْفسًا إِلاَّ وُ سْ َع َها ۚ َل َها َما َك َس َب ْ‬ ‫ت‬ ‫َو َع َل ْي َها َما ا ْك َت َس َب ْ‬ ‫ت ۗ َر َّب َنا لاَ ُت َؤاخ ِْذ َنا إِن‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪186‬‬

‫ُون‬ ‫ون ِب ْال َغ ْي ِ‬ ‫ب َو ُيقِيم َ‬ ‫ِين ي ُْؤ ِم ُن َ‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾٢‬الَّذ َ‬ ‫لِّ ْل ُم َّتق َ‬ ‫ِين‬ ‫ال َّ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾٣‬والَّذ َ‬ ‫صلاَ َة َو ِممَّا َر َز ْق َنا ُه ْم يُن ِفقُ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫نز َل مِن َق ْبل َِك‬ ‫نز َل إِ َلي َ‬ ‫ي ُْؤ ِم ُن َ‬ ‫ْك َو َما أ ِ‬ ‫ون ِب َما أ ِ‬ ‫ِك َع َل ٰى‬ ‫ون ﴿‪ ﴾٤‬أُو َل ٰـئ َ‬ ‫َو ِب آْالخ َِر ِة ُه ْم يُو ِق ُن َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾٥‬‬ ‫ِك ُه ُم ْال ُم ْفلِح َ‬ ‫ُه ًدى مِّن رَّ ب ِِّه ْم ۖ َوأُو َل ٰـئ َ‬ ‫للاهَّ ُ لاَ إِ َل ٰـ َه إِلاَّ ه َُو ْال َحيُّ ْال َقيُّو ُم ۚ لاَ َتأْ ُخ ُذهُ‬ ‫ت َو َما فِي‬ ‫سِ َن ٌة َولاَ َن ْو ٌم ۚ لَّ ُه َما فِي ال َّس َم َاوا ِ‬ ‫ض ۗ َمن َذا الَّذِي َي ْش َف ُع عِ ندَ هُ إِلاَّ ِبإِ ْذ ِن ِه ۚ‬ ‫أْالَرْ ِ‬ ‫ِيه ْم َو َما َخ ْل َف ُه ْم ۖ َولاَ ُيح ُ‬ ‫ون‬ ‫ِيط َ‬ ‫َيعْ َل ُم َما َبي َْن أَ ْيد ِ‬ ‫ِب َشيْ ٍء ِّمنْ عِ ْل ِم ِه إِلاَّ ِب َما َشا َء ۚ َوسِ َع ُكرْ سِ ُّي ُه‬ ‫ض ۖ َولاَ َي ُئو ُدهُ ِح ْف ُ‬ ‫ظ ُه َما‬ ‫ال َّس َم َاوا ِ‬ ‫ت َو أْالَرْ َ‬ ‫�را َه‬ ‫ۚ َو ُه� َ�و ْال َعلِيُّ ْال َعظِ ي ُم ﴿‪ ﴾٥٥٢‬لاَ إِ ْك� َ‬ ‫ين ۖ َقد َّت َبي ََّن الرُّ ْش ُد م َِن ْال َغيِّ ۚ َف َمن‬ ‫فِي ال ِّد ِ‬ ‫َي ْكفُرْ ِب َّ‬ ‫ْس َك‬ ‫الطا ُغو ِ‬ ‫ت َوي ُْؤمِن ِباللهَّ ِ َف َق ِد اسْ َتم َ‬ ‫ِصا َم َل َها ۗ َوللاهَّ ُ َسمِي ٌع‬ ‫ِب ْالعُرْ َو ِة ْالوُ ْث َق ٰى لاَ انف َ‬ ‫‪187‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫قُ ْل أَع ُ‬ ‫اس ﴿‪﴾٢‬‬ ‫اس ﴿‪َ ﴾١‬ملِكِ ال َّن ِ‬ ‫ُوذ ِب َربِّ ال َّن ِ‬ ‫اس‬ ‫اس ْال َخ َّن ِ‬ ‫اس ﴿‪ ﴾٣‬مِن َشرِّ ْال َوسْ َو ِ‬ ‫إِ َل ٰـ ِه ال َّن ِ‬ ‫﴿‪ ﴾٤‬الَّذِي ي َُوسْ ِوسُ فِي ُ‬ ‫اس ﴿‪﴾٥‬‬ ‫ور ال َّن ِ‬ ‫ص ُد ِ‬ ‫اس ﴿‪﴾٦‬‬ ‫م َِن ْال ِج َّن ِة َوال َّن ِ‬ ‫لحمْ ُد‬ ‫الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ه َُو هللاُ اَ ْك َب ُر َو ِ‬ ‫هلل ْا َ‬ ‫للاهَّ‬ ‫ل َربِّ‬ ‫ِيم ﴿‪ْ ﴾١‬ال َحمْ ُد لِهَّ ِ‬ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫ِيم ﴿‪َ ﴾٣‬مالِكِ‬ ‫ْال َعا َلم َ‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾٢‬الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫َّاك َنسْ َتعِينُ‬ ‫َّاك َنعْ ُب ُد َوإِي َ‬ ‫ين ﴿‪ ﴾٤‬إِي َ‬ ‫َي ْو ِم ال ِّد ِ‬ ‫اط ْالمُسْ َتقِي َم ﴿‪ ﴾٦‬صِ َر َ‬ ‫﴿‪ ﴾٥‬اهْ ِد َنا الص َِّر َ‬ ‫اط‬ ‫ِين أَ ْن َعمْ َ‬ ‫ب َع َلي ِْه ْم‬ ‫ت َع َلي ِْه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو ِ‬ ‫الَّذ َ‬ ‫ين ﴿‪﴾٧‬‬ ‫َولاَ الضَّالِّ َ‬ ‫هللا الرَّ حْ ٰم ِن الرَّ ِحي ِْم ‪،‬‬ ‫ِبسْ ِم ِ‬ ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ ُه ًدى‬ ‫الم ﴿‪ٰ‌َ ﴾١‬ذل َِك ْال ِك َتابُ لاَ َري َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪188‬‬

‫‪TAHLIL‬‬

‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫ص َم ُد ﴿‪َ ﴾٢‬ل ْم َيل ِْد‬ ‫قُ ْل ه َُو للاهَّ ُ أَ َح ٌد ﴿‪ ﴾١‬للاهَّ ُ ال َّ‬ ‫َو َل ْم يُو َل ْد ﴿‪َ ﴾٣‬و َل ْم َي ُكن لَّ ُه ُكفُ ًوا أَ َح ٌد ﴿‪﴾٤‬‬ ‫‪)7/3( ...‬‬ ‫لح ْم ُد‬ ‫الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ه َُو هللاُ اَ ْك َب ُر َو ِ‬ ‫هلل ْا َ‬ ‫للاهَّ‬ ‫ِيم‬ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ٰـ ِن الرَّ ح ِ‬ ‫قُ ْل أَع ُ‬ ‫ُوذ ِب َربِّ ْال َف َل ِق ﴿‪ ﴾١‬مِن َشرِّ َما َخ َل َق‬ ‫ب ﴿‪َ ﴾٣‬ومِن‬ ‫﴿‪َ ﴾٢‬ومِن َشرِّ َغاسِ ٍق إِ َذا َو َق َ‬ ‫ت فِي ْال ُع َق ِد ﴿‪َ ﴾٤‬ومِن َشرِّ َحاسِ ٍد‬ ‫َشرِّ ال َّن َّفا َثا ِ‬ ‫إِ َذا َح َسدَ ﴿‪﴾٥‬‬ ‫لح ْم ُد‬ ‫الَا ِٰل َه ِاالَّ هللاُ ه َُو هللاُ اَ ْك َب ُر َو ِ‬ ‫هلل ْا َ‬ ‫‪189‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫قُ ْل إِ َّن َما ْالع ِْل ُم عِ ندَ للاهَّ ِ َوإِ َّن َما أَ َنا َنذِي ٌر م ُِّبينٌ‬ ‫﴿‪َ ﴾26‬ف َلمَّا َرأَ ْوهُ ُز ْل َف ًة سِ ي َئ ْ‬ ‫ِين‬ ‫ت وُ جُوهُ الَّذ َ‬ ‫ُون‬ ‫َك َفرُوا َوقِي َل َه ٰـ َذا الَّذِي ُكن ُتم ِب ِه َت َّدع َ‬ ‫ِي‬ ‫﴿‪ ﴾27‬قُ ْل أَ َرأَ ْي ُت ْم إِنْ أَهْ َل َكن َِي للاهَّ ُ َو َمن َّمع َ‬ ‫ين ِمنْ َع َذا ٍ‬ ‫ب‬ ‫أَ ْو َر ِح َم َنا َف َمن ُي ِجي ُر ْال َكاف ِِر َ‬ ‫أَل ٍِيم ﴿‪ ﴾28‬قُ ْل ه َُو الرَّ حْ َم ٰـنُ آ َم َّنا ِب ِه َو َع َل ْي ِه‬ ‫ين‬ ‫ُون َمنْ ه َُو فِي َ‬ ‫َت َو َّك ْل َنا ۖ َف َس َتعْ َلم َ‬ ‫ضلاَ ٍل م ُِّب ٍ‬ ‫﴿‪ ﴾29‬قُ ْل أَ َرأَ ْي ُت ْم إِنْ أَصْ َب َح َماؤُ ُك ْم َغ ْورً ا‬ ‫ْ‬ ‫ِين ﴿‪﴾30‬‬ ‫َف َمن َيأتِي ُكم ِب َما ٍء َّمع ٍ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪190‬‬

‫ِير‬ ‫ُون َكي َ‬ ‫يُرْ سِ َل َع َل ْي ُك ْم َحاصِ بًا ۖ َف َس َتعْ َلم َ‬ ‫ْف َنذ ِ‬ ‫ان‬ ‫ْف َك َ‬ ‫ِين مِن َق ْبل ِِه ْم َف َكي َ‬ ‫ب الَّذ َ‬ ‫﴿‪َ ﴾17‬و َل َق ْد َك َّذ َ‬ ‫َنكِير ﴿‪ ﴾18‬أَ َو َل ْم َي َر ْوا إِ َلى َّ‬ ‫الطي ِْر َف ْو َق ُه ْم‬ ‫ِ‬ ‫لاَّ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫صافا ٍ‬ ‫ت َو َيق ِبضْ َن ۚ َما يُمْ سِ كهُنَّ إِ الرَّ حْ َم ٰـنُ‬ ‫َ‬ ‫ۚ إِ َّن ُه ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َبصِ ي ٌر ﴿‪ ﴾19‬أَمَّنْ َه ٰـ َذا الَّذِي‬ ‫ه َُو جُن ٌد لَّ ُك ْم َين ُ‬ ‫ون الرَّ حْ َم ٰـ ِن ۚ إِ ِن‬ ‫ص ُر ُكم مِّن ُد ِ‬ ‫ُور ﴿‪ ﴾20‬أَمَّنْ َه ٰـ َذا‬ ‫ْال َكا ِفر َ‬ ‫ُون إِلاَّ فِي ُغر ٍ‬ ‫الَّذِي َيرْ ُزقُ ُك ْم إِنْ أَمْ َس َك ِر ْز َق ُه ۚ َبل لَّجُّ وا‬ ‫ور ﴿‪ ﴾21‬أَ َف َمن َي ْمشِ ي ُم ِك ًّبا‬ ‫فِي ُع ُتوٍّ َو ُنفُ ٍ‬ ‫َع َل ٰى َوجْ ِه ِه أَهْ دَ ٰى أَمَّن َيمْ شِ ي َس ِو ًّيا َع َل ٰى‬ ‫صِ َراطٍ مُّسْ َتق ٍِيم ﴿‪ ﴾٢٢‬قُ ْل ه َُو الَّذِي أَن َشأ َ ُك ْم‬ ‫ار َو أْالَ ْفئِدَ َة ۖ َقلِيلاً‬ ‫ْص َ‬ ‫َو َج َع َل َل ُك ُم ال َّسم َْع َو أْالَب َ‬ ‫ُون ﴿‪ ﴾23‬قُ ْل ه َُو الَّذِي َذ َرأَ ُك ْم فِي‬ ‫مَّا َت ْش ُكر َ‬ ‫ون‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾24‬و َيقُولُ َ‬ ‫ض َوإِ َل ْي ِه ُتحْ َشر َ‬ ‫أْالَرْ ِ‬ ‫ِين ﴿‪﴾25‬‬ ‫صا ِدق َ‬ ‫َم َت ٰى َه ٰـ َذا ْال َوعْ ُد إِن ُكن ُت ْم َ‬ ‫‪191‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َتفُو ُر ﴿‪َ ﴾٧‬ت َكا ُد َت َم َّي ُز م َِن ْال َغ ْيظِ ۖ ُكلَّ َما أ ُ ْلق َِي‬ ‫فِي َها َف ْو ٌج َسأ َ َل ُه ْم َخ َز َن ُت َها أَ َل ْم َيأْ ِت ُك ْم َنذِي ٌر ﴿‪﴾٨‬‬ ‫َقالُوا َب َل ٰى َق ْد َجا َء َنا َنذِي ٌر َف َك َّذ ْب َنا َوقُ ْل َنا َما َن َّز َل‬ ‫ير‬ ‫للاهَّ ُ مِن َشيْ ٍء إِنْ أَن ُت ْم إِلاَّ فِي َ‬ ‫ضلاَ ٍل َك ِب ٍ‬ ‫﴿‪َ ﴾٩‬و َقالُوا َل ْو ُك َّنا َنسْ َم ُع أَ ْو َنعْ ِق ُل َما ُك َّنا فِي‬ ‫ِير ﴿‪َ ﴾10‬فاعْ َت َرفُوا ِب َذ ِنب ِه ْم‬ ‫أَصْ َحا ِ‬ ‫ب ال َّسع ِ‬ ‫ِين‬ ‫َفسُحْ ًقا أِّلَصْ َحا ِ‬ ‫ِير ﴿‪ ﴾١١‬إِنَّ الَّذ َ‬ ‫ب ال َّسع ِ‬ ‫ب َلهُم م َّْغف َِرةٌ َوأَجْ ٌر‬ ‫َي ْخ َش ْو َن َر َّبهُم ِب ْال َغ ْي ِ‬ ‫هۖ‬ ‫َك ِبي ٌر ﴿‪َ ﴾12‬وأَسِ رُّ وا َق ْو َل ُك ْم أَ ِو اجْ َهرُوا ِب ِ‬ ‫ور ﴿‪ ﴾13‬أَلاَ َيعْ َل ُم َمنْ‬ ‫ت ال ُّ‬ ‫إِ َّن ُه َعلِي ٌم ِب َذا ِ‬ ‫ص ُد ِ‬ ‫َخ َل َق َوه َُو اللَّطِ يفُ ْال َخ ِبي ُر ﴿‪ ﴾14‬ه َُو الَّذِي‬ ‫ض َذلُولاً َفا ْم ُ‬ ‫شوا فِي َم َناك ِِب َها‬ ‫َج َع َل َل ُك ُم أْالَرْ َ‬ ‫َو ُكلُوا مِن رِّ ْز ِق ِه ۖ َوإِ َل ْي ِه ال ُّن ُ‬ ‫شو ُر ﴿‪ ﴾15‬أَأَمِن ُتم‬ ‫ض َفإِ َذا‬ ‫ف ِب ُك ُم أْالَرْ َ‬ ‫مَّن فِي ال َّس َما ِء أَن َي ْخسِ َ‬ ‫ِي َتمُو ُر ﴿‪ ﴾16‬أَ ْم أَمِن ُتم مَّن فِي ال َّس َما ِء أَن‬ ‫ه َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪192‬‬

‫‪SURAT TABARAK‬‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬ ‫ار َك الَّذِي ِب َي ِد ِه ْالم ُْل ُ‬ ‫ك َوه َُو َع َل ٰى ُك ِّل‬ ‫َت َب َ‬ ‫َشيْ ٍء َقدِي ٌر ﴿‪ ﴾١‬الَّذِي َخ َل َق ْال َم ْو َ‬ ‫ت َو ْال َح َيا َة‬ ‫لِ َي ْبلُ َو ُك ْم أَ ُّي ُك ْم أَحْ َسنُ َع َمل ۚ َوه َُو ْال َع ِزي ُز‬ ‫ْال َغفُو ُر ﴿‪ ﴾٢‬الَّذِي َخ َل َق َسب َْع َس َم َاوا ٍ‬ ‫ت طِ َبا ًقا‬ ‫ۖ مَّا َت َر ٰى فِي َخ ْل ِق الرَّ حْ َم ٰـ ِن مِن َت َفاوُ ٍ‬ ‫تۖ‬ ‫ص َر َه ْل َت َر ٰى مِن فُ ُ‬ ‫ور ﴿‪ُ ﴾٣‬ث َّم‬ ‫َفارْ ِج ِع ْال َب َ‬ ‫ط ٍ‬ ‫ص ُر‬ ‫ْك ْال َب َ‬ ‫ْن َين َقلِبْ إِ َلي َ‬ ‫ارْ ِج ِع ْال َب َ‬ ‫ص َر َكرَّ َتي ِ‬ ‫َخاسِ ًئا َوه َُو َحسِ ي ٌر ﴿‪َ ﴾٤‬و َل َق ْد َز َّي َّنا ال َّس َما َء‬ ‫ين‬ ‫ص ِاب َ‬ ‫ال ُّد ْن َيا ِب َم َ‬ ‫يح َو َج َع ْل َنا َها ُرجُومًا لِّل َّش َياطِ ِ‬ ‫ِين‬ ‫ِير ﴿‪َ ﴾٥‬ولِلَّذ َ‬ ‫ۖ َوأَعْ َت ْد َنا َل ُه ْم َع َذ َ‬ ‫اب ال َّسع ِ‬ ‫س ْال َمصِ ي ُر‬ ‫َك َفرُوا ِب َرب ِِّه ْم َع َذابُ َج َه َّن َم ۖ َو ِب ْئ َ‬ ‫ِي‬ ‫﴿‪ ﴾٦‬إِ َذا أ ُ ْلقُوا فِي َها َس ِمعُوا َل َها َش ِهي ًقا َوه َ‬ ‫‪193‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ِيم ﴿‪ ﴾94‬إِنَّ‬ ‫ِيم ﴿‪َ ﴾93‬و َتصْ لِ َي ُة َجح ٍ‬ ‫مِّنْ َحم ٍ‬ ‫ِّك‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾95‬ف َسبِّحْ ِباسْ ِم َرب َ‬ ‫َه ٰـ َذا َله َُو َح ُّق ْال َيق ِ‬ ‫ْال َعظِ ِيم ﴿‪﴾96‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪194‬‬

‫ُ‬ ‫ُوم ﴿‪َ ﴾75‬وإِ َّن � ُه َل َق َس ٌم‬ ‫أ ْقسِ ُم ِب َم َواق ِِع ال ُّنج ِ‬ ‫ُون َعظِ ي ٌم ﴿‪ ﴾76‬إِ َّن ُه َلقُرْ آنٌ َك ِري ٌم‬ ‫لَّ ْو َتعْ َلم َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾78‬لاَّ َي َم ُّس ُه إِلاَّ‬ ‫﴿‪ ﴾77‬فِي ِك َتا ٍ‬ ‫ب َّم ْك ُن ٍ‬ ‫ْالم َ‬ ‫ِين‬ ‫نزي ٌل مِّن رَّ بِّ ْال َعا َلم َ‬ ‫ُط َّهر َ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾79‬ت ِ‬ ‫ون ﴿‪﴾81‬‬ ‫﴿‪ ﴾80‬أَ َف ِب َه ٰـ َذا ْال َحدِي ِ‬ ‫ث أَن ُتم م ُّْد ِه ُن َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾82‬‬ ‫ون ِر ْز َق ُك ْم أَ َّن ُك ْم ُت َك ِّذب َ‬ ‫َو َتجْ َعلُ َ‬ ‫ت ْالح ُْلقُو َم ﴿‪َ ﴾83‬وأَن ُت ْم حِي َن ِئ ٍذ‬ ‫َف َل ْولاَ إِ َذا َب َل َغ ِ‬ ‫َت ُ‬ ‫�ربُ إِ َل ْي ِه مِن ُك ْم‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾84‬و َنحْ نُ أَ ْق� َ‬ ‫نظر َ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾85‬ف َل ْولاَ إِن ُكن ُت ْم‬ ‫َو َل ٰـكِن لاَّ ُت ْبصِ ر َ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾86‬ترْ ِجعُو َن َها إِن ُكن ُت ْم‬ ‫َغي َْر َمدِين َ‬ ‫ين‬ ‫ان م َِن ْال ُم َقرَّ ِب َ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾87‬فأَمَّا إِن َك َ‬ ‫صا ِدق َ‬ ‫َ‬ ‫﴿‪َ ﴾٨٨‬ف َر ْو ٌح َو َري َْحانٌ َو َج َّن ُ‬ ‫ِيم ﴿‪﴾89‬‬ ‫ت َنع ٍ‬ ‫ِين ﴿‪﴾90‬‬ ‫ان ِمنْ أَصْ َحا ِ‬ ‫َوأَمَّا إِن َك َ‬ ‫ب ْال َيم ِ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾91‬وأَمَّا‬ ‫َف َسلاَ ٌم لَّ َك ِمنْ أَصْ َحا ِ‬ ‫ب ْال َيم ِ‬ ‫ين ﴿‪َ ﴾92‬ف ُن ُز ٌل‬ ‫ين الضَّالِّ َ‬ ‫ان م َِن ْال ُم َك ِّذ ِب َ‬ ‫إِن َك َ‬ ‫‪195‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ون ﴿‪َ ﴾59‬نحْ نُ َق َّدرْ َنا َب ْي َن ُك ُم ْال َم ْو َ‬ ‫ت‬ ‫ْال َخالِقُ َ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾60‬ع َل ٰى أَن ُّن َب ِّد َل‬ ‫َو َما َنحْ نُ ِب َمسْ بُوق َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾61‬‬ ‫أَمْ َثا َل ُك ْم َو ُننشِ َئ ُك ْم فِي َما لاَ َتعْ َلم َ‬ ‫ُون‬ ‫َو َل َق ْد َعلِمْ ُت ُم ال َّن ْشأ َ َة أْالُو َل ٰى َف َل ْولاَ َت َذ َّكر َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾63‬أَأَن ُت ْم‬ ‫﴿‪ ﴾62‬أَ َف َرأَ ْي ُتم مَّا َتحْ ر ُُث َ‬ ‫َت ْز َرعُو َن ُه أَ ْم َنحْ نُ َّ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾64‬ل ْو‬ ‫ارع َ‬ ‫الز ِ‬ ‫َن َشا ُء َل َج َع ْل َناهُ ح َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾65‬‬ ‫ُطامًا َف َظ ْل ُت ْم َت َف َّكه َ‬ ‫ُون‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾٦٦‬ب ْل َنحْ نُ َمحْ رُوم َ‬ ‫إِ َّنا َلم ُْغ َرم َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾68‬‬ ‫﴿‪ ﴾67‬أَ َف َرأَ ْي ُت ُم ْال َما َء الَّذِي َت ْش َرب َ‬ ‫َ‬ ‫أَأَن ُت ْم أَ َ‬ ‫ون‬ ‫ُنزلُ َ‬ ‫نز ْل ُتمُوهُ م َِن ْالم ُْز ِن أ ْم َنحْ نُ ْالم ِ‬ ‫ُون‬ ‫﴿‪َ ﴾69‬ل ْو َن َشا ُء َج َع ْل َناهُ أ ُ َجاجً ا َف َل ْولاَ َت ْش ُكر َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾71‬‬ ‫ار الَّتِي ُت��ور َ‬ ‫﴿‪ ﴾70‬أَ َف َرأَ ْي ُت ُم ال َّن َ‬ ‫ون‬ ‫أَأَن ُت ْم أَن َشأْ ُت ْم َش َج َر َت َها أَ ْم َنحْ نُ ْالمُنشِ ُئ َ‬ ‫ين‬ ‫﴿‪َ ﴾72‬نحْ نُ َج َع ْل َنا َها َت ْذك َِر ًة َو َم َتاعًا لِّ ْل ُم ْق ِو َ‬ ‫ِّك ْال َعظِ ِيم ﴿‪َ ﴾74‬فلاَ‬ ‫﴿‪َ ﴾73‬ف َسبِّحْ ِباسْ ِم َرب َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪196‬‬

‫ُوم‬ ‫ال َما أَصْ َحابُ ال ِّش َم ِ‬ ‫ال ِّش َم ِ‬ ‫ال ﴿‪ ﴾41‬فِي َسم ٍ‬ ‫ُوم ﴿‪ ﴾43‬لاَّ‬ ‫ِيم ﴿‪َ ﴾42‬وظِ ٍّل مِّن َيحْ م ٍ‬ ‫َو َحم ٍ‬ ‫ار ٍد َولاَ َك ِر ٍيم ﴿‪ ﴾٤٤‬إِ َّن ُه ْم َكا ُنوا َق ْب َل َذ‌ٰل َِك‬ ‫َب ِ‬ ‫ث‬ ‫ون َع َلى ْالحِن ِ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾45‬و َكا ُنوا يُصِ رُّ َ‬ ‫ُم ْت َرف َ‬ ‫ون أَئ َِذا ِم ْت َنا َو ُك َّنا‬ ‫ْال َعظِ ِيم ﴿‪َ ﴾46‬و َكا ُنوا َيقُولُ َ‬ ‫ُت َرابًا َوعِ َظامًا أَإِ َّنا َل َم ْبع ُ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾47‬أَ َوآ َباؤُ َنا‬ ‫ُوث َ‬ ‫ين‬ ‫ِين َو آْالخ ِِر َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾48‬قُ ْل إِنَّ أْالَوَّ ل َ‬ ‫أْالَوَّ لُ َ‬ ‫وم‬ ‫ُون إِ َل ٰى مِي َقا ِ‬ ‫﴿‪َ ﴾49‬ل َمجْ مُوع َ‬ ‫ت َي ْو ٍم مَّعْ لُ ٍ‬ ‫ُون‬ ‫ون ْال ُم َك ِّذب َ‬ ‫﴿‪ُ ﴾50‬ث َّم إِ َّن ُك ْم أَ ُّي َها الضَّالُّ َ‬ ‫وم ﴿‪﴾25‬‬ ‫﴿‪ ﴾51‬آَل ِكلُ َ‬ ‫ون مِن َش َج ٍر مِّن َز ُّق ٍ‬ ‫ون ِم ْن َها ْالب ُ‬ ‫ُون‬ ‫ارب َ‬ ‫ُط َ‬ ‫َف َمالِ ُئ َ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾53‬ف َش ِ‬ ‫ْ‬ ‫ُون ُ‬ ‫ب‬ ‫شرْ َ‬ ‫ارب َ‬ ‫ِيم ﴿‪َ ﴾54‬ف َش ِ‬ ‫َع َل ْي ِه م َِن ال َحم ِ‬ ‫ين ﴿‪﴾56‬‬ ‫ْال ِه ِيم ﴿‪َ ﴾٥٥‬ه ٰـ َذا ُن ُزلُ ُه ْم َي ْو َم ال ِّد ِ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾57‬أَ َف َرأَ ْي ُتم‬ ‫ص ِّدقُ َ‬ ‫َنحْ نُ َخ َل ْق َنا ُك ْم َف َل ْولاَ ُت َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾58‬أَأَن ُت ْم َت ْخلُقُو َن ُه أَ ْم َنحْ نُ‬ ‫مَّا ُت ْم ُن َ‬ ‫‪197‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ُون َع ْن َها َولاَ‬ ‫ُص َّدع َ‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾18‬لاَّ ي َ‬ ‫مِّن َّمع ٍ‬ ‫ُون ﴿‪﴾20‬‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾19‬و َفا ِك َه ٍة ِّممَّا َي َت َخ َّير َ‬ ‫ُنزفُ َ‬ ‫ي ِ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾21‬وحُو ٌر‬ ‫َو َلحْ ِم َطي ٍْر ِّممَّا َي ْش َته َ‬ ‫ون ﴿‪﴾23‬‬ ‫عِ ينٌ ﴿‪َ ﴾٢٢‬كأ َ ْم َث ِ‬ ‫ال اللُّ ْؤلُ ِؤ ْال َم ْك ُن ِ‬ ‫ُون‬ ‫ون ﴿‪ ﴾24‬لاَ َيسْ َمع َ‬ ‫َج َزا ًء ِب َما َكا ُنوا َيعْ َملُ َ‬ ‫فِي َها َل ْغ ًوا َولاَ َتأْثِيمًا ﴿‪ ﴾25‬إِلاَّ قِيلاً َسلاَ مًا‬ ‫ِين َما أَصْ َحابُ‬ ‫َسلاَ مًا ﴿‪َ ﴾26‬وأَصْ َحابُ ْال َيم ِ‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾27‬فِي سِ � ْ�د ٍر م َّْخضُو ٍد ﴿‪﴾28‬‬ ‫ْال َيم ِ‬ ‫َو َط ْل ٍح مَّنضُو ٍد ﴿‪َ ﴾29‬وظِ ٍّل مَّمْ ُدو ٍد ﴿‪﴾30‬‬ ‫َو َما ٍء مَّسْ ُكو ٍ‬ ‫ِير ٍة ﴿‪﴾32‬‬ ‫ب ﴿‪َ ﴾31‬و َفا ِك َه ٍة َكث َ‬ ‫لاَّ َم ْق ُ‬ ‫ُش‬ ‫وع ٍة َولاَ َممْ ُن َ‬ ‫ط َ‬ ‫وع ٍة ﴿‪َ ﴾٣٣‬وفُر ٍ‬ ‫وع ٍة ﴿‪ ﴾34‬إِ َّنا أَن َشأْ َناهُنَّ إِن َشا ًء ﴿‪﴾35‬‬ ‫مَّرْ فُ َ‬ ‫َف َج َع ْل َناهُنَّ أَ ْب َكارً ا ﴿‪ُ ﴾36‬ع ُربًا أَ ْت َرابًا ﴿‪﴾37‬‬ ‫ِين‬ ‫أِّلَصْ َحا ِ‬ ‫ِين ﴿‪ُ ﴾38‬ثلَّ ٌة م َِّن أْالَوَّ ل َ‬ ‫ب ْال َيم ِ‬ ‫ين ﴿‪َ ﴾40‬وأَصْ َحابُ‬ ‫﴿‪َ ﴾39‬و ُثلَّ ٌة م َِّن آْالخ ِِر َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪198‬‬

‫‪SURAT AL-WAQI’AH‬‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫ْس ل َِو ْق َع ِت َها َكا ِذ َب ٌة‬ ‫إِ َذا َو َق َع ِ‬ ‫ت ْال َواق َِع ُة ﴿‪َ ﴾١‬لي َ‬ ‫ت أْالَرْ ضُ‬ ‫ِض ٌة رَّ اف َِع ٌة ﴿‪ ﴾٣‬إِ َذا رُجَّ ِ‬ ‫﴿‪َ ﴾٢‬خاف َ‬ ‫ت ْال ِج َبا ُل َب ًّسا ﴿‪َ ﴾٥‬ف َكا َن ْ‬ ‫ت‬ ‫َر ًّجا ﴿‪َ ﴾٤‬و ُب َّس ِ‬ ‫َه َبا ًء مُّن َب ًّثا ﴿‪َ ﴾٦‬و ُكن ُت ْم أَ ْز َواجً ا َثلاَ َث ًة ﴿‪﴾٧‬‬ ‫َفأَصْ َحابُ ْال َم ْي َم َن ِة َما أَصْ َحابُ ْال َم ْي َم َن ِة ﴿‪﴾٨‬‬ ‫َوأَصْ َحابُ ْال َم ْشأ َ َم ِة َما أَصْ َحابُ ْال َم ْشأ َ َم ِة‬ ‫ِك‬ ‫ون ﴿‪ ﴾10‬أُو َل ٰـئ َ‬ ‫َّابقُ َ‬ ‫َّابقُ َ‬ ‫ون الس ِ‬ ‫﴿‪َ ﴾٩‬والس ِ‬ ‫ِيم ﴿‪﴾12‬‬ ‫ُون ﴿‪ ﴾١١‬فِي َج َّنا ِ‬ ‫ْال ُم َقرَّ ب َ‬ ‫ت ال َّنع ِ‬ ‫ين‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾13‬و َقلِي ٌل م َِّن آْالخ ِِر َ‬ ‫ُثلَّ ٌة م َِّن أْالَوَّ ل َ‬ ‫ِين‬ ‫﴿‪َ ﴾14‬ع َل ٰى ُسر ٍُر م َّْوضُو َن ٍة ﴿‪ُّ ﴾15‬م َّت ِكئ َ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾16‬ي ُ‬ ‫طوفُ َع َلي ِْه ْم ِو ْلدَ انٌ‬ ‫َع َل ْي َها ُم َت َق ِابل َ‬ ‫ْ‬ ‫ون ﴿‪ِ ﴾17‬بأ َ ْك َوا ٍ َ‬ ‫ار َ‬ ‫س‬ ‫م َُّخلَّ ُد َ‬ ‫يق َو َكأ ٍ‬ ‫ب َوأ َب ِ‬ ‫‪199‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ِيه َما‬ ‫ان ﴿‪ ﴾67‬ف ِ‬ ‫﴿‪َ ﴾66‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َفا ِك َه ٌة َو َن ْخ ٌل َو ُر َّم��انٌ ﴿‪َ ﴾68‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء‬ ‫ِيهنَّ َخي َْر ٌ‬ ‫ات ح َِسانٌ‬ ‫ان ﴿‪ ﴾69‬ف ِ‬ ‫َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان ﴿‪﴾71‬‬ ‫﴿‪َ ﴾70‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ُور ٌ‬ ‫ات فِي ْال ِخ َي ِام ﴿‪َ ﴾72‬ف ِبأَيِّ‬ ‫حُو ٌر َّم ْقص َ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾73‬ل ْم َي ْطم ِْثهُنَّ إِنسٌ‬ ‫آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َق ْب َل ُه ْم َولاَ َجانٌّ ﴿‪َ ﴾74‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫ِين َع َل ٰى َر ْف َر ٍ‬ ‫ف ُخضْ ٍر‬ ‫ان ﴿‪ُ ﴾75‬م َّت ِكئ َ‬ ‫ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾76‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫َو َع ْب َق ِريٍّ ح َِس ٍ‬ ‫ِّك ذِي ْال َجلاَ ِل‬ ‫ار َك اسْ ُم َرب َ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾77‬ت َب َ‬ ‫ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َو إْالِ ْك َر ِام ﴿‪﴾78‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪200‬‬

‫ِيه َما‬ ‫ان ﴿‪ ﴾49‬ف ِ‬ ‫﴿‪َ ﴾48‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾50‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫ان َتجْ ِر َي ِ‬ ‫َع ْي َن ِ‬ ‫ان‬ ‫ان ﴿‪ ﴾51‬ف ِ‬ ‫ِيه َما مِن ُك ِّل َفا ِك َه ٍة َز ْو َج ِ‬ ‫ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان ﴿‪﴾53‬‬ ‫﴿‪َ ﴾52‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫قۚ‬ ‫ُم َّت ِكئ َ‬ ‫ُش َب َطا ِئ ُن َها ِمنْ إِسْ َتب َْر ٍ‬ ‫ِين َع َل ٰى فُر ٍ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾54‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫ْن دَ ٍ‬ ‫َو َج َنى ْال َج َّن َتي ِ‬ ‫ات َّ‬ ‫ِيهنَّ َقاصِ َر ُ‬ ‫الطرْ فِ َل ْم‬ ‫ان ﴿‪ ﴾٥٥‬ف ِ‬ ‫ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َي ْطم ِْثهُنَّ إِنسٌ َق ْب َل ُه ْم َولاَ َجانٌّ ﴿‪َ ﴾56‬ف ِبأَيِّ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾57‬كأ َ َّنهُنَّ ْال َياقُ ُ‬ ‫وت‬ ‫آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان‬ ‫َو ْال َمرْ َجانُ ﴿‪َ ﴾58‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان إِلاَّ إْالِحْ َسانُ‬ ‫﴿‪َ ﴾59‬ه ْل َج َزا ُء إْالِحْ َس ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾61‬ومِن‬ ‫﴿‪َ ﴾60‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾62‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫ُدون ِِه َما َج َّن َت ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾64‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء‬ ‫ان ﴿‪ ﴾63‬م ُْد َها َّم َت ِ‬ ‫ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان َنض َ‬ ‫ان‬ ‫ان ﴿‪ ﴾65‬ف ِ‬ ‫َّاخ َت ِ‬ ‫ِيه َما َع ْي َن ِ‬ ‫َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫‪201‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫َ‬ ‫ض َفانفُ ُذوا ۚ لاَ‬ ‫ار ال َّس َم َاوا ِ‬ ‫ت َو أْالَرْ ِ‬ ‫أ ْق َط ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾٣٣‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫َتنفُ ُذ َ‬ ‫ون إِلاَّ ِبس ُْل َط ٍ‬ ‫ُت َك ِّذ َبان ﴿‪ ﴾34‬يُرْ َس ُل َع َل ْي ُك َما ُ ٌ‬ ‫ار‬ ‫ش َواظ مِّن َّن ٍ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾35‬ف ِبأيِّ آلاَ ِء‬ ‫َو ُن َحاسٌ َفلاَ َتن َتصِ َر ِ‬ ‫ت ال َّس َما ُء‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾36‬فإِ َذا ان َش َّق ِ‬ ‫َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َف َكا َن ْ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾37‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء‬ ‫ت َورْ دَ ًة َكال ِّد َه ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾38‬ف َي ْو َم ِئ ٍذ لاَّ يُسْ أ َ ُل َعن‬ ‫َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َذ ِنب ِه إِنسٌ َولاَ َجانٌّ ﴿‪َ ﴾39‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫ُون ِبسِ ي َما ُه ْم‬ ‫ان ﴿‪ ﴾40‬يُعْ َرفُ ْالمُجْ ِرم َ‬ ‫ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َفي ُْؤ َخ ُذ ِبال َّن َواصِ ي َو أْالَ ْقدَ ِام ﴿‪َ ﴾41‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾42‬ه ٰـ ِذ ِه َج َه َّن ُم الَّتِي ُي َك ِّذبُ‬ ‫َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾43‬ي ُ‬ ‫ون َب ْي َن َها َو َبي َْن‬ ‫طوفُ َ‬ ‫ِب َها ْالمُجْ ِرم َ‬ ‫ان‬ ‫ِيم ٍ‬ ‫آن ﴿‪َ ﴾٤٤‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َحم ٍ‬ ‫ان ﴿‪﴾46‬‬ ‫﴿‪َ ﴾45‬ولِ َمنْ َخ َ‬ ‫اف َم َقا َم َر ِّب ِه َج َّن َت ِ‬ ‫ان‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾47‬ذ َوا َتا أَ ْف َن ٍ‬ ‫َف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪202‬‬

‫ْن ﴿‪َ ﴾17‬ف ِبأَيِّ‬ ‫ْن َو َربُّ ْال َم ْغ ِر َبي ِ‬ ‫َربُّ ْال َم ْش ِر َقي ِ‬ ‫ْن‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾18‬م َر َج ْال َبحْ َري ِ‬ ‫آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾19‬ب ْي َن ُه َما َب��رْ َز ٌخ لاَّ َي ْب ِغ َي ِ‬ ‫َي ْل َت ِق َي ِ‬ ‫ان ﴿‪﴾12‬‬ ‫﴿‪َ ﴾20‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َي ْخ ُر ُج ِم ْن ُه َما اللُّ ْؤلُؤُ َو ْال َمرْ َجانُ ﴿‪َ ﴾22‬ف ِبأَيِّ‬ ‫ار‬ ‫آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾23‬و َل� ُه ْال َج َو ِ‬ ‫ْالمُن َش ُ‬ ‫آت فِي ْال َبحْ ِر َك أْالَعْ لاَ ِم ﴿‪َ ﴾24‬ف ِبأَيِّ‬ ‫ان ﴿‪ُ ﴾25‬ك ُّل َمنْ َع َل ْي َها‬ ‫آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ِّك ُذو ْال َجلاَ ِل‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾26‬و َي ْب َق ٰى َوجْ ُه َرب َ‬ ‫َف ٍ‬ ‫ان‬ ‫َو إْالِ ْك َر ِام ﴿‪َ ﴾27‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ضۚ‬ ‫﴿‪َ ﴾28‬يسْ أَلُ ُه َمن فِي ال َّس َم َاوا ِ‬ ‫ت َو أْالَرْ ِ‬ ‫ُك َّل َي ْو ٍم ه َُو فِي َشأْ ٍن ﴿‪َ ﴾29‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾30‬س َن ْف ُر ُغ َل ُك ْم أَ ُّي َه َّ‬ ‫الث َقلاَ ِن ﴿‪﴾31‬‬ ‫ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾32‬يا َمعْ َش َر‬ ‫َف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫نس إِ ِن اسْ َت َطعْ ُت ْم أَن َتنفُ ُذوا ِمنْ‬ ‫ْال ِجنِّ َو إْالِ ِ‬ ‫‪203‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪SURAT AR-RAHMAN‬‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬ ‫ان‬ ‫نس َ‬ ‫آن ﴿‪َ ﴾٢‬خ َل َق إْالِ َ‬ ‫الرَّ حْ َم ٰـنُ ﴿‪َ ﴾١‬علَّ َم ْالقُرْ َ‬ ‫ان ﴿‪ ﴾٤‬ال َّشمْسُ َو ْال َق َم ُر‬ ‫﴿‪َ ﴾٣‬علَّ َم ُه ْال َب َي َ‬ ‫ان‬ ‫ِبحُسْ َب ٍ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾٥‬وال َّنجْ ُم َوال َّش َج ُر َيسْ جُدَ ِ‬ ‫��ع ْالم َ‬ ‫ان‬ ‫ِيز َ‬ ‫ض َ‬ ‫﴿‪َ ﴾٦‬وال َّس َما َء َر َف َع َها َو َو َ‬ ‫﴿‪ ﴾٧‬أَلاَّ َت ْط َغ ْوا فِي ْالم َ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾٨‬وأَقِيمُوا‬ ‫ِيز ِ‬ ‫ْال َو ْز َن ِب ْال ِقسْ طِ َولاَ ُت ْخسِ رُوا ْالم َ‬ ‫ان ﴿‪﴾٩‬‬ ‫ِيز َ‬ ‫ض َع َها ل أِْلَ َن ِام ﴿‪ ﴾10‬فِي َها َفا ِك َه ٌة‬ ‫ض َو َ‬ ‫َو أْالَرْ َ‬ ‫َوال َّن ْخ ُل َذ ُ‬ ‫ات أْالَ ْك َم ِام ﴿‪َ ﴾11‬و ْال َحبُّ ُذو‬ ‫ْال َعصْ فِ َوالرَّ ي َْحانُ ﴿‪َ ﴾12‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما‬ ‫ال‬ ‫ص ْل َ‬ ‫ان مِن َ‬ ‫نس َ‬ ‫ان ﴿‪َ ﴾13‬خ َل َق إْالِ َ‬ ‫ص ٍ‬ ‫ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫َّار ٍج مِّن‬ ‫ار ﴿‪َ ﴾14‬و َخ َل َق ْال َجانَّ مِن م ِ‬ ‫َك ْال َف َّخ ِ‬ ‫ان ﴿‪﴾16‬‬ ‫َّن ٍ‬ ‫ار ﴿‪َ ﴾15‬ف ِبأَيِّ آلاَ ِء َر ِّب ُك َما ُت َك ِّذ َب ِ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪204‬‬

‫ُون َنصْ َر ُه ْم َو ُه ْم َل ُه ْم جُن ٌد‬ ‫﴿‪ ﴾74‬لاَ َيسْ َتطِ يع َ‬ ‫نك َق ْولُ ُه ْم ۘ إِ َّنا‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾75‬فلاَ َيحْ ُز َ‬ ‫ضر َ‬ ‫مُّحْ َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾76‬أَ َو َل ْم‬ ‫ون َو َما يُعْ لِ ُن َ‬ ‫َنعْ َل ُم َما يُسِ رُّ َ‬ ‫نسانُ أَ َّنا َخ َل ْق َناهُ مِن ُّن ْط َف ٍة َفإِ َذا ه َُو‬ ‫َي َر إْالِ َ‬ ‫ب َل َنا َمثَلاً َو َنسِ َي‬ ‫ض َر َ‬ ‫َخصِ ي ٌم م ُِّبينٌ ﴿‪َ ﴾77‬و َ‬ ‫َخ ْل َق ُه ۖ َقا َل َمن يُحْ ِيي ْالع َ‬ ‫ِي َرمِي ٌم‬ ‫ِظا َم َوه َ‬ ‫﴿‪ ﴾87‬قُ ْل يُحْ ِيي َها الَّذِي أَن َشأ َ َها أَوَّ َل َمرَّ ٍة‬ ‫ۖ َوه َُو ِب ُك ِّل َخ ْل ٍق َعلِي ٌم ﴿‪ ﴾79‬الَّذِي َج َع َل‬ ‫ض ِر َنارً ا َفإِ َذا أَن ُتم ِّم ْن ُه‬ ‫َل ُكم م َِّن ال َّش َج ِر أْالَ ْخ َ‬ ‫ت‬ ‫ْس الَّذِي َخ َل َق ال َّس َم َاوا ِ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾80‬أَ َو َلي َ‬ ‫ُتو ِق ُد َ‬ ‫ض ِب َقاد ٍِر َع َل ٰى أَن َي ْخلُ َق م ِْث َلهُم ۚ َب َل ٰى‬ ‫َو أْالَرْ َ‬ ‫َوه َُو ْال َخلاَّ ُق ْال َعلِي ُم ﴿‪ ﴾81‬إِ َّن َما أَ ْم ُرهُ إِ َذا‬ ‫أَ َرادَ َش ْي ًئا أَن َيقُو َل َل ُه ُكن َف َي ُكونُ ﴿‪﴾82‬‬ ‫ان الَّذِي ِب َي ِد ِه َم َل ُك ُ‬ ‫وت ُك ِّل َشيْ ٍء َوإِ َل ْي ِه‬ ‫َف ُسب َْح َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾83‬‬ ‫ُترْ َجع َ‬ ‫‪205‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ُون ﴿‪ْ ﴾64‬ال َي ْو َم َن ْخ ِت ُم َع َل ٰى أَ ْف َواه ِِه ْم‬ ‫َت ْكفُر َ‬ ‫ِيه ْم َو َت ْش َه ُد أَرْ ُجلُهُم ِب َما َكا ُنوا‬ ‫َو ُت َكلِّ ُم َنا أَ ْيد ِ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾65‬و َل ْو َن َشا ُء َل َط َمسْ َنا َع َل ٰى‬ ‫َي ْكسِ ب َ‬ ‫أَعْ ُين ِِه ْم َفاسْ َت َبقُوا الص َِّر َ‬ ‫ُون‬ ‫اط َفأ َ َّن ٰى ُي ْبصِ ر َ‬ ‫﴿‪َ ﴾٦٦‬و َل ْو َن َشا ُء َل َم َس ْخ َنا ُه ْم َع َل ٰى َم َكا َنت ِِه ْم‬ ‫ُون ﴿‪﴾67‬‬ ‫َف َما اسْ َت َطاعُوا مُضِ ًّيا َولاَ َيرْ ِجع َ‬ ‫ون‬ ‫َو َمن ُّن َع ِّمرْ هُ ُن َن ِّكسْ ُه فِي ْال َخ ْل ِق ۖ أَ َفلاَ َيعْ ِقلُ َ‬ ‫﴿‪َ ﴾68‬و َما َعلَّ ْم َناهُ ال ِّشعْ َر َو َما َين َبغِي َل ُه ۚ إِنْ‬ ‫ه َُو إِلاَّ ذ ِْك ٌر َوقُرْ آنٌ م ُِّبينٌ ﴿‪ ﴾69‬لِّيُنذ َِر َمن‬ ‫ين ﴿‪﴾70‬‬ ‫ان َح ًّيا َو َيح َِّق ْال َق ْو ُل َع َلى ْال َكاف ِِر َ‬ ‫َك َ‬ ‫أَ َو َل ْم َي َر ْوا أَ َّنا َخ َل ْق َنا َلهُم ِّممَّا َع ِم َل ْ‬ ‫ت أَ ْيدِي َنا‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾71‬و َذلَّ ْل َنا َها َل ُه ْم‬ ‫أَ ْن َعامًا َف ُه ْم َل َها َمالِ ُك َ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾72‬و َل ُه ْم‬ ‫َف ِم ْن َها َر ُكو ُب ُه ْم َو ِم ْن َها َيأْ ُكلُ َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾73‬‬ ‫اربُ ۖ أَ َفلاَ َي ْش ُكر َ‬ ‫فِي َها َم َنا ِف ُع َو َم َش ِ‬ ‫ُون‬ ‫ُنصر َ‬ ‫ون اللَّـ ِه آلِ َه ًة لَّ َعلَّ ُه ْم ي َ‬ ‫َوا َّت َخ ُذوا مِن ُد ِ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪206‬‬

‫صدَ َق‬ ‫مَّرْ َق ِد َنا ۜ ۗ َه ٰـ َذا َما َو َعدَ الرَّ حْ َم ٰـنُ َو َ‬ ‫ت إِلاَّ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾52‬إِن َكا َن ْ‬ ‫صي َْح ًة‬ ‫َ‬ ‫ْالمُرْ َسلُ َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾53‬‬ ‫ضر َ‬ ‫َواحِدَ ًة َفإِ َذا ُه ْم َجمِي ٌع لَّدَ ْي َنا مُحْ َ‬ ‫َف ْال َي ْو َم لاَ ُت ْظ َل ُم َن ْفسٌ َش ْي ًئا َولاَ ُتجْ َز ْو َن إِلاَّ َما‬ ‫اب ْال َج َّن ِة ْال َي ْو َم‬ ‫ون ﴿‪ ﴾54‬إِنَّ أَصْ َح َ‬ ‫ُكن ُت ْم َتعْ َملُ َ‬ ‫فِي ُ‬ ‫ُون ﴿‪ُ ﴾٥٥‬ه ْم َوأَ ْز َوا ُج ُه ْم فِي‬ ‫ش ُغ ٍل َفا ِكه َ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾56‬ل ُه ْم فِي َها‬ ‫ظِ لاَ ٍل َع َلى أْالَ َرائِكِ ُم َّت ِك ُئ َ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾57‬سلاَ ٌم َق ْولاً‬ ‫َفا ِك َه ٌة َو َلهُم مَّا َي َّدع َ‬ ‫ِيم ﴿‪َ ﴾58‬وا ْم َتا ُزوا ْال َي ْو َم أَ ُّي َها‬ ‫مِّن رَّ بٍّ رَّ ح ٍ‬ ‫ُون ﴿‪ ﴾59‬أَ َل ْم أَعْ َه ْد إِ َل ْي ُك ْم َيا َبنِي آدَ َم‬ ‫ْالمُجْ ِرم َ‬ ‫أَن لاَّ َتعْ ُب ُدوا ال َّشي َ‬ ‫ان ۖ إِ َّن ُه َل ُك ْم َع ُد ٌّو م ُِّبينٌ‬ ‫ْط َ‬ ‫﴿‪َ ﴾60‬وأَن اعْ ُب ُدونِي ۚ َه ٰـ َذا صِ َر ٌ‬ ‫اط مُّسْ َتقِي ٌم‬ ‫ِ‬ ‫اً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ض َّل مِن ُك ْم ِج ِبل َك ِثيرً ا ۖ أ َف َل ْم‬ ‫﴿‪َ ﴾61‬و َل َق ْد أ َ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾62‬ه ٰـ ِذ ِه َج َه َّن ُم الَّتِي ُكن ُت ْم‬ ‫َت ُكو ُنوا َتعْ ِقلُ َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾63‬اصْ َل ْو َها ْال َي ْو َم ِب َما ُكن ُت ْم‬ ‫وع ُد َ‬ ‫ُت َ‬ ‫‪207‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ص ِر َ‬ ‫يخ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾42‬وإِن َّن َشأْ ُن ْغ ِر ْق ُه ْم َفلاَ َ‬ ‫َيرْ َكب َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾43‬إِلاَّ َرحْ َم ًة ِّم َّنا‬ ‫َل ُه ْم َولاَ ُه ْم يُن َق ُذ َ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾٤٤‬وإِ َذا قِي َل َل ُه ُم ا َّتقُوا‬ ‫َو َم َتاعًا إِ َل ٰى ح ٍ‬ ‫ُون‬ ‫َما َبي َْن أَ ْيدِي ُك ْم َو َما َخ ْل َف ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم َ‬ ‫ْ‬ ‫ت َرب ِِّه ْم إِلاَّ‬ ‫ِيهم مِّنْ آ َي ٍة مِّنْ آ َيا ِ‬ ‫﴿‪َ ﴾45‬و َما َتأت ِ‬ ‫ين ﴿‪َ ﴾46‬وإِ َذا قِي َل َل ُه ْم‬ ‫َكا ُنوا َع ْن َها مُعْ ِرضِ َ‬ ‫ِين َك َفرُوا‬ ‫أَن ِفقُوا ِممَّا َر َز َق ُك ُم اللَّـ ُه َقا َل الَّذ َ‬ ‫ِين آ َم ُنوا أَ ُن ْط ِع ُم َمن لَّ ْو َي َشا ُء اللَّـ ُه أَ ْط َع َم ُه‬ ‫لِلَّذ َ‬ ‫ون‬ ‫ين ﴿‪َ ﴾47‬و َيقُولُ َ‬ ‫إِنْ أَن ُت ْم إِلاَّ فِي َ‬ ‫ضلاَ ٍل م ُِّب ٍ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾48‬ما‬ ‫صا ِدق َ‬ ‫َم َت ٰى َه ٰـ َذا ْال َوعْ ُد إِن ُكن ُت ْم َ‬ ‫َي ُ‬ ‫صي َْح ًة َواحِدَ ًة َتأْ ُخ ُذ ُه ْم َو ُه ْم‬ ‫ُون إِلاَّ َ‬ ‫نظر َ‬ ‫َي ِخ ِّ‬ ‫ُون َت ْوصِ َي ًة‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾49‬فلاَ َيسْ َتطِ يع َ‬ ‫صم َ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾50‬و ُنف َِخ فِي‬ ‫َولاَ إِ َل ٰى أَهْ ل ِِه ْم َيرْ ِجع َ‬ ‫ث إِ َل ٰى َرب ِِّه ْم‬ ‫ُّور َفإِ َذا هُم م َِّن أْالَجْ ��دَ ا ِ‬ ‫الص ِ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾51‬قالُوا َيا َو ْي َل َنا َمن َب َع َث َنا مِن‬ ‫َينسِ لُ َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪208‬‬

‫َوآ َي ٌة لَّ ُه ُم أْالَرْ ضُ ْال َم ْي َت ُة أَحْ َي ْي َنا َها َوأَ ْخ َرجْ َنا‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾٣٣‬و َج َع ْل َنا فِي َها‬ ‫ِم ْن َها َح ًّبا َف ِم ْن ُه َيأْ ُكلُ َ‬ ‫ِيل َوأَعْ َنا ٍ‬ ‫َج َّنا ٍ‬ ‫ب َو َفجَّ رْ َنا فِي َها م َِن‬ ‫ت مِّن َّنخ ٍ‬ ‫ُون ﴿‪ ﴾34‬لِ َيأْ ُكلُوا مِن َث َم ِر ِه َو َما َع ِم َل ْت ُه‬ ‫ْال ُعي ِ‬ ‫ان الَّذِي‬ ‫ُون ﴿‪ُ ﴾35‬سب َْح َ‬ ‫ِيه ْم ۖ أَ َفلاَ َي ْش ُكر َ‬ ‫أَ ْيد ِ‬ ‫اج ُكلَّ َها ِممَّا ُت ِنب ُ‬ ‫ت أْالَرْ ضُ َو ِمنْ‬ ‫َخ َل َق أْالَ ْز َو َ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾36‬وآ َي ٌة لَّ ُه ُم‬ ‫أَنفُسِ ِه ْم َو ِممَّا لاَ َيعْ َلم َ‬ ‫ار َفإِ َذا هُم م ْ‬ ‫ُون‬ ‫ُّظلِم َ‬ ‫اللَّ ْي ُل َنسْ َل ُخ ِم ْن ُه ال َّن َه َ‬ ‫﴿‪َ ﴾37‬وال َّشمْسُ َتجْ ِري لِمُسْ َت َقرٍّ لَّ َها ۚ ٰ َذل َِك‬ ‫يز ْال َعل ِِيم ﴿‪َ ﴾38‬و ْال َق َم َر َق َّدرْ َناهُ‬ ‫َت ْقدِي ُر ْال َع ِز ِ‬ ‫از َل َح َّت ٰى َعادَ َك ْالعُرْ ج ِ ْ‬ ‫ِيم ﴿‪﴾39‬‬ ‫َم َن ِ‬ ‫ُون ال َقد ِ‬ ‫لاَ ال َّشمْسُ َين َبغِي َل َها أَن ُت ْد ِر َك ْال َق َم َر َولاَ‬ ‫ُون‬ ‫ار ۚ َو ُك ٌّل فِي َف َلكٍ َيسْ َبح َ‬ ‫اللَّ ْي ُل َس ِاب ُق ال َّن َه ِ‬ ‫﴿‪﴾40‬وآ َي ٌة لَّ ُه ْم أَ َّنا َح َم ْل َنا ُذرِّ َّي َت ُه ْم فِي ْالفُ ْلكِ‬ ‫َ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾41‬و َخ َل ْق َنا َلهُم مِّن م ِّْثلِ ِه َما‬ ‫ْال َم ْشح ِ‬ ‫‪209‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫ون ﴿‪َ ﴾21‬و َما ل َِي لاَ أَعْ ُب ُد الَّذِي‬ ‫َوهُم ُّم ْه َت ُد َ‬ ‫ُون ﴿‪ ﴾٢٢‬أَأَ َّتخ ُِذ مِن‬ ‫َف َط َرنِي َوإِ َل ْي ِه ُترْ َجع َ‬ ‫ُدو ِن ِه آلِ َه ًة إِن ي ُِر ْد ِن الرَّ حْ َم ٰـنُ ِبضُرٍّ لاَّ ُت ْغ ِن‬ ‫ون ﴿‪ ﴾23‬إِ ِّني‬ ‫َع ِّني َش َف َ‬ ‫اع ُت ُه ْم َش ْي ًئا َولاَ يُنق ُِذ ِ‬ ‫ين ﴿‪ ﴾24‬إِ ِّني آ َم ُ‬ ‫نت ِب َر ِّب ُك ْم‬ ‫إِ ًذا لَّفِي َ‬ ‫ضلاَ ٍل م ُِّب ٍ‬ ‫ُون ﴿‪ ﴾25‬قِي َل ْاد ُخ ِل ْال َج َّن َة ۖ َقا َل َيا‬ ‫َفاسْ َمع ِ‬ ‫َلي َ‬ ‫ُون ﴿‪ِ ﴾26‬ب َما َغ َف َر لِي َربِّي‬ ‫ْت َق ْومِي َيعْ َلم َ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾27‬و َما أَ َ‬ ‫نز ْل َنا‬ ‫َو َج َع َلنِي م َِن ْالم ُْك َرم َ‬ ‫َع َل ٰى َق ْو ِم ِه مِن َبعْ ِد ِه مِن جُن ٍد م َِّن ال َّس َما ِء‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾28‬إِن َكا َن ْ‬ ‫صي َْح ًة‬ ‫ت إِلاَّ َ‬ ‫ُنزل َ‬ ‫َو َما ُك َّنا م ِ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾29‬يا َحسْ َر ًة َع َلى‬ ‫َواحِدَ ًة َفإِ َذا ُه ْم َخا ِم ُد َ‬ ‫ْ‬ ‫ُول إِلاَّ َكا ُنوا ِب ِه‬ ‫ِيهم مِّن رَّ س ٍ‬ ‫ْال ِع َبا ِد ۚ َما َيأت ِ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾30‬أَ َل ْم َي َر ْوا َك ْم أَهْ َل ْك َنا َق ْب َلهُم‬ ‫َيسْ َته ِْز ُئ َ‬ ‫ُون ﴿‪﴾31‬‬ ‫ُون أَ َّن ُه ْم إِ َلي ِْه ْم لاَ َيرْ ِجع َ‬ ‫م َِّن ْالقُر ِ‬ ‫ُون ﴿‪﴾32‬‬ ‫ضر َ‬ ‫َوإِن ُك ٌّل لَّمَّا َجمِي ٌع لَّدَ ْي َنا مُحْ َ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪210‬‬

‫ار ُه ْم‬ ‫ُنحْ ِيي ْال َم ْو َت ٰى َو َن ْك ُتبُ َما َق َّدمُوا َوآ َث َ‬ ‫ين‬ ‫ۚ َو ُك � َّل َش��يْ ٍء أَحْ َ‬ ‫��ام م ُِّب ٍ‬ ‫ص ْي َناهُ فِي إِ َم ٍ‬ ‫اب ْال َقرْ َي ِة‬ ‫﴿‪﴾12‬واضْ ِربْ َلهُم مَّثَلاً أَصْ َح َ‬ ‫َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾13‬إِ ْذ أَرْ َس ْل َنا‬ ‫إِ ْذ َجا َء َها ْالمُرْ َسلُ َ‬ ‫ْن َف َك َّذبُو ُه َما َف َع َّز ْز َنا ِب َثالِ ٍ‬ ‫ث َف َقالُوا‬ ‫إِ َلي ِْه ُم ْاث َني ِ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾14‬قالُوا َما أَن ُت ْم إِلاَّ‬ ‫إِ َّنا إِ َل ْي ُكم مُّرْ َسلُ َ‬ ‫َب َش ٌر م ِّْثلُ َنا َو َما أَ َ‬ ‫نز َل الرَّ حْ َم ٰـنُ مِن َشيْ ٍء إِنْ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾15‬قالُوا َر ُّب َنا َيعْ َل ُم إِ َّنا‬ ‫أَن ُت ْم إِلاَّ َت ْك ِذب َ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾16‬و َما َع َل ْي َنا إِلاَّ ْال َبلاَ ُغ‬ ‫إِ َل ْي ُك ْم َلمُرْ َسلُ َ‬ ‫ْالم ُِبينُ ﴿‪َ ﴾17‬قالُوا إِ َّنا َت َطيَّرْ َنا ِب ُك ْم ۖ َلئِن لَّ ْم‬ ‫َتن َتهُوا َل َنرْ ُج َم َّن ُك ْم َو َل َي َم َّس َّن ُكم ِّم َّنا َع َذابٌ أَلِي ٌم‬ ‫﴿‪َ ﴾18‬قالُوا َطا ِئ ُر ُكم م ََّع ُك ْم ۚ أَئِن ُذ ِّكرْ ُتم ۚ َب ْل‬ ‫صى‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾19‬و َجا َء ِمنْ أَ ْق َ‬ ‫أَن ُت ْم َق ْو ٌم مُّسْ ِرفُ َ‬ ‫ْال َمدِي َن ِة َر ُج ٌل َيسْ َع ٰى َقا َل َيا َق ْو ِم ا َّت ِبعُوا‬ ‫ِين ﴿‪ ﴾20‬ا َّت ِبعُوا َمن لاَّ َيسْ أَلُ ُك ْم أَجْ رً ا‬ ‫ْالمُرْ َسل َ‬ ‫‪211‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪SURAT YASIN‬‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬ ‫يس ﴿‪َ ﴾١‬و ْالقُرْ ِ ْ‬ ‫ِيم ﴿‪ ﴾٢‬إِ َّن َك َلم َِن‬ ‫آن ال َحك ِ‬ ‫ِين ﴿‪َ ﴾٣‬ع َل ٰى صِ َراطٍ مُّسْ َتق ٍِيم ﴿‪﴾٤‬‬ ‫ْالمُرْ َسل َ‬ ‫ِيم ﴿‪ ﴾٥‬لِ ُتنذ َِر َق ْومًا‬ ‫نزي َل ْال َع ِز ِ‬ ‫َت ِ‬ ‫يز الرَّ ح ِ‬ ‫ون ﴿‪َ ﴾٦‬ل َق ْد َح َّق‬ ‫مَّا أُنذ َِر آ َباؤُ ُه ْم َف ُه ْم َغا ِفلُ َ‬ ‫ون ﴿‪﴾٧‬‬ ‫ْال َق ْو ُل َع َل ٰى أَ ْك َث ِر ِه ْم َف ُه ْم لاَ ي ُْؤ ِم ُن َ‬ ‫إِ َّنا َج َع ْل َنا فِي أَعْ َناق ِِه ْم أَ ْغ�َل�اَلاً َف ِه َي إِ َلى‬ ‫َ‬ ‫ْن‬ ‫ان َفهُم ُّم ْق َمح َ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾٨‬و َج َع ْل َنا مِن َبي ِ‬ ‫أْال ْذ َق ِ‬ ‫ِيه ْم َس ًّدا َو ِمنْ َخ ْلف ِِه ْم َس ًّدا َفأ َ ْغ َش ْي َنا ُه ْم َف ُه ْم‬ ‫أَ ْيد ِ‬ ‫ُون ﴿‪َ ﴾٩‬و َس َوا ٌء َع َلي ِْه ْم أَأَ َنذرْ َت ُه ْم‬ ‫لاَ ُي ْبصِ ر َ‬ ‫ون ﴿‪ ﴾10‬إِ َّن َما ُتن ِذ ُر‬ ‫أَ ْم َل ْم ُتن ِذرْ ُه ْم لاَ ي ُْؤ ِم ُن َ‬ ‫َم ِن ا َّت َب َع ِّ‬ ‫بۖ‬ ‫الذ ْك َر َو َخشِ َي الرَّ حْ َم ٰـ َن ِب ْال َغ ْي ِ‬ ‫َف َب ِّشرْ هُ ِب َم ْغف َِر ٍة َوأَجْ ٍر َك ِر ٍيم ﴿‪ ﴾١١‬إِ َّنا َنحْ نُ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪212‬‬

‫ُ ٰ‬ ‫اح َج ِمي ِْع اَهْ ِل ْالقُب ُْو ِر‬ ‫‪ .5‬ث َّم اِلى اَرْ َو ِ‬ ‫ت َو ْالم ُْؤ ِم ِني َْن‬ ‫م َِن ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫ٰ‬ ‫اح ٰا َبا ِئ َنا‬ ‫َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫ت ُخص ُْوصًا اِلى اَرْ َو ِ‬ ‫َوا ُ َّم َها ِت َنا َواَجْ دَ ا ِد َنا َو َج َّدا ِت َنا َو ُحص ُْوصًا‬ ‫ٰ‬ ‫هلل َل ُه ُم‬ ‫اح ‪ِ ...‬بنْ ‪ِ /‬ب ْن ِ‬ ‫ت ‪َ ...‬شيْئٌ ِ‬ ‫اِلى اَرْ َو ِ‬ ‫ْال َفات َِح ْة‪...‬‬

‫‪213‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫��ع�� ِة ْاألَ ِئ � َّم � ِة‬ ‫�ر ِة أَرْ َب َ‬ ‫‪ُ .3‬ث � َّم ا ِٰل��ى َح��ضْ � َ‬ ‫ْالمُجْ َت ِه ِدي َْن َو ُم َقلِّ ِدي ِْه ْم َو ْال ُع َل َما ِء ْا َلعا ِملِي َْن‬ ‫َو ْالفُ َق َها ِء َو ْالم َُح ِّد ِثي َْن َو ْالقُرَّ ا ِء َو ْال ُم َفس ِِّري َْن‬ ‫َو َسائ ِِر السَّادَ ِة الص ُّْو ِف َّي ِة ْالم َُح ِّق ِقي َْن َوا ِٰلى‬ ‫اح َسادَ ا ِة ْاالَ ْولِ َيا ِء ال ِّتسْ َع ِة َش ْي ٌئ هلل َل ُه ُم‬ ‫اَرْ َو ِ‬ ‫ْال َفات َِح ْة‪...‬‬ ‫ُ ٰ‬ ‫اح َسادَ ا ِت َنا ْال َم َش ِاي ِخ‬ ‫‪ .4‬ث َّم اِل��ى اَرْ َو ِ‬ ‫ْض ِة ْال ُع َل َما ِء‬ ‫الم َُؤسِّسِ ي َْن ل َِج ْم ِع َّي ِة َنه َ‬ ‫ٰ‬ ‫ْخ م َُحم َّْد َهاشِ ْم‬ ‫ُحص ُْوصًا اِلى ر ُْو ِح ال َّشي ِ‬ ‫هللا‬ ‫ْخ َع ْب ُد ْا َلوهَّابْ َحسْ بُ ِ‬ ‫اَ ْش َع ِرى َوال َّشي ِ‬ ‫ٰ‬ ‫اح‬ ‫ْخ ِب ْش ِرى َش ْمس ُْو ِرى َواِلى اَرْ َو ِ‬ ‫َوال َّشي ِ‬ ‫َج ِمي ِْع َم َش ِاي ِخ َنا َوم َُعلِّ ِم ْي َنا َواَ َسات َِذا ِت َنا‬ ‫َواُص ُْول ِِه ْم َوفُر ُْوعِ ِه ْم َو ْاألَ ِخ ِذي َْن ِم ْن ُه ْم َش ْي ٌئ‬ ‫هلل َل ُه ُم ْال َفات َِح ْة‪...‬‬ ‫ِ‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

‫‪214‬‬

‫‪HADLARAH‬‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬ ‫‪ِ .1‬ا َلى َحضْ َر ِة ال َّن ِبيِّ ْالمُصْ َط ٰفى َرس ُْو ِل‬ ‫صلّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلّ ْم َو َع ٰلى ٰألِ ِه‬ ‫ِ‬ ‫هللا م َُح َّم ٍد َ‬ ‫َو ْ‬ ‫هلل َل ُه ُم‬ ‫أز َوا ِج � ِه َو ُذرِّ َي ِت ِه أَجْ َم ِعي َْن َشيْئٌ ِ‬ ‫ْال َفات َِح ْة‪...‬‬ ‫ُ ٰ َ‬ ‫اح ا ِْخ َوا ِن ِه م َِن ْاألَ ْن ِب َيا ِء‬ ‫‪ .2‬ث َّم اِلى أرْ َو ِ‬ ‫َو ْالمُرْ َسلِي َْن َو ْال َمالَ ِئ َك ِة ْال ُم َقرَّ ِبي َْن َوأَرْ َب َع ِة‬ ‫ْال ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن َسادَ ِت َنا َو َم َوالِ ْي َنا أَ ِبى َب ْك ٍر‬ ‫ان َو َعلِيْ َو َع ٰلى َب ِق َّي ِة الص ََّحا َب ِة‬ ‫َو ُع َم َر َوع ُْث َم َ‬ ‫هللا أَجْ َم ِعي َْن َوال َّت ِاب ِعي َْن َل ُه ْم َو َمنْ‬ ‫َرس ُْو ِل ِ‬ ‫َتب َع ُه ْم ب ِاحْ َس ٍ ٰ‬ ‫هلل َل ُه ُم‬ ‫ْن َشيْئٌ ِ‬ ‫ان اِلى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْالفات َِحة ‪...‬‬ ‫‪215‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah‬‬

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.