Data Loading...

TUGAS-klasifikasi-AMFIBI-DAN-REPTIL-WPS-Office_1 (1) Flipbook PDF

TUGAS-klasifikasi-AMFIBI-DAN-REPTIL-WPS-Office_1 (1)


185 Views
118 Downloads
FLIP PDF 872.87KB

DOWNLOAD FLIP

REPORT DMCA

TUGAS AMFIBI DAN REPTIL "MATA KULIAH BIOSISTEMATIK "

MUH IRZAL NUR K 1816041013 PENDIDIKAN IPA REGULER

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR TAHUN 2020

A. Amfibi 1. Bangkong bertanduk

A. Klasifikasi ilmiah Kerajaan:Animalia Filum:Chordata Kelas:Amphibia Ordo:Anura Famili:Megophryidae Genus:Megophrys Spesies:M. montana Nama binomial Megophrys montana B. Deskripsi Bangkong bertanduk atau katak bertanduk adalah sejenis kodok dari suku Megophryidae. Nama ilmiahnya adalah Megophrys montana Kuhl & van Hasselt, 1822. Namanya dalam bahasa Inggris adalah horned frog. Bangkong/kodok Bertanduk adalah spesies Katak yang bertubuh pendek agak gendut, kepala besar dengan runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung moncong. Sepasang runcingan kulit yang lain, yang lebih kecil, terdapat di ujung-ujung rahang.

Ukuran tubuh umumnya sedang sampai besar, 60–95 mm; katak jantan lebih kecil daripada betinanya. Dorsal (bagian punggung) berkulit halus, coklat pucat kemerahan sampai coklat tua, dengan sepasang lipatan kulit di punggung, mulai dari bagian tengkuk hingga ke pinggang. Sering dengan sepasang bintil hitam kecil di pundak. Kadang-kadang terdapat sepasang lipatan kulit yang lebih samar dan lebih pendek di masing-masing sisi lateral tubuh, di belakang tangan hingga ke pinggang. Kaki dan tangan lebih kekuningan, dengan lipatan-lipatan kulit melintang bertepi hitam, membentuk coret-coret hitam. Warna hitam juga terdapat di sekitar dan di belakang mata. Iris mata berwarna kemerahan. Ventral (sisi bawah tubuh) abu-abu keputihan, dengan bintil-bintil agak kasar. Bagian depan kecoklatan kotor, dengan bercak-bercak dan bintik-bintik hitam yang kurang lebih simetris di dagu, leher, tangan dan kaki. Selaput renang di kaki sangat pendek. Penyamaran yang sempurna dari warna dan bentuk tubuh katak ini di lantai hutan, menyebabkan bangkong bertanduk sulit dikenali di siang hari. Katak ini kerap bersembunyi di bawah serasah hutan, dan baru pada malam hari aktif menjelajahi lantai hutan hingga ke pinggiran sungai. Berudu katak bertanduk memiliki mulut serupa corong, biasanya ditemukan di bagian sungai yang menggenang atau yang kurang berarus. M. montana menyebar terbatas di Jawa, dan Sumatra Barat . Di Jawa, terutama didapati di pegunungan, di atas 800 m dpl.

2. Bangkong Serasah

A. Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Amphibia Ordo: Anura Famili: Megophryidae Genus: Leptobrachium Spesies: L. hasseltii Nama binomial Leptobrachium hasseltii B. Deskripsi Bangkong serasah atau katak serasah adalah sejenis kodok dari suku Megophryidae. Nama ilmiahnya adalah Leptobrachium hasseltii Tschudi, 1838. Nama lainnya dalam bahasa Inggris adalah Hasselt’s litter frog; dinamai demikian sebagai penghargaan kepada J.C. van Hasselt, seorang ahli dan naturalis yang bekerja di Hindia Belanda (Indonesia pada masa penjajahan Belanda). Bangkong yang bertubuh sedang, antara 50–70 mm. Jantan umumnya lebih kecil daripada yang betina. Gendut pendek dengan kepala bulat dan besar, lebih besar daripada tubuhnya; mata besar dan melotot.

Dorsal (bagian punggung) berwarna coklat abu-abu kebiruan atau keunguan (fase gelap), atau keemasan (fase terang). Terdapat bercak-bercak bulat telur berwarna gelap yang terletak simetris, tepi luar bercak berwarna keemasan. Coreng hitam berjalan dari ujung moncong hingga mata, dan dilanjutkan di bawah lipatan supratimpanik hingga ke pundak. Iris berwarna gelap kehitaman. Ventral (sisi bawah tubuh) abu-abu hingga kehitaman di perut, berbintikbintik putih. Tangan dan kaki bercoret-coret gelap. Selaput renang hanya terdapat di kaki, pendek. Bangkong ini hanya didapati di hutan, kebanyakan di pegunungan, terutama di tempat yang tidak jauh dari sungai. Aktif di malam hari (nokturnal), bangkong serasah tidur di siang hari atau bersembunyi di balik serasah hutan. Dengan kaki yang pendek, kodok ini melompat pendekpendek dan sering pula merayap perlahan-lahan di kayu atau batu dengan tubuh diangkat.

Kodok jantan berbunyi-bunyi di malam hari di atas tumpukan serasah, tepian sungai, atau bebatuan di dekat aliran air. Terkadang sambil membersihkan sisi belakang tubuhnya. Suaranya parau lemah, wuaak.. wak..wak..wak.. bersahut-sahutan. Sebelumnya, L. hasseltii diduga menyebar luas di Dangkalan Sunda hingga ke Semenanjung Malaya, Sumatra dan Borneo. Akan tetapi kini diketahui menyebar terbatas hanya di Jawa, Madura, Bali hingga Kangean. Leptobrachium di ketiga wilayah yang pertama dipastikan berjenis lain, seperti L. pullum dan L. hendricksonii (Malaysia) dan L. abbotti, L. gunungensis dan L. montanum (Borneo). Sementara populasi di Sumatra masih perlu ditetapkan. (Iskandar, 1998)

3. Bangkong sungai

A. Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Amphibia Ordo: Anura Famili: Bufonidae Genus: Bufo Spesies: B. asper Nama binomial Bufo asper B. Deskripsi Bangkong sungai adalah nama sejenis kodok dari suku Bufonidae. Nama ilmiahnya adalah Bufo asper Gravenhorst, 1829. Kodok ini juga dikenal dengan nama lain: kodok buduk sungai, kodok puru besar, atau kodok batu. Dalam bahasa Inggris disebut Java toad, river toad atau Malayan giant toad. Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm.Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki.

Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan; kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi. Tidak seperti bangkong kolong, bangkong sungai dapat melompat jauh dengan kakinya yang relatif panjang. Kodok ini sering berpura-pura mati apabila ditangkap. Bila dipegang dan diletakkan terlentang di atas tempat yang datar dan rata, kodok ini akan tetap tidak bergerak sampai beberapa saat; untuk kemudian tiba-tiba membalikkan badan dan melompat seketika bila situasi dirasanya sudah aman. Kodok jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama. Bunyi: wok.. kak, berat dan berulang agak lambat. Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga ke Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Di Jawa tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di Jawa Timur. Pada masa lalu, kulit bangkong yang dikeringkan kerap digunakan oleh pencuri Melayu. Asap yang dihasilkan dari kulit yang dibakar dipercaya dapat membius penghuni rumah agar tertidur nyenyak, sehingga pencurian dapat berjalan lancar (Taylor, 1962)

4. Bangkong kolong

A. Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Amphibia Ordo: Anura Famili: Bufonidae Genus: Bufo Spesies: B. melanostictus Nama binomial Bufo melanostictus B. Deskripsi Bangkong kolong atau kodok rumah memiliki nama ilmiah Bufo melanostictus Schneider, 1799. Kodok ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti kodok buduk (Jkt.), kodok berut/kerok (Jw.), kodok brama (Jw., yang berwarna kemerahan), dan Asian black-spined toad (Ingg.). Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Tiongkok selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia,

hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong kolong juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat. Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk. Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman. Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabuabuan. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman. Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan. Bangkong kolong paling sering ditemukan di sekitar rumah. Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh. Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil; sampai 6-7 ekor. Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama. Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi. Bunyinya: rrrk, ..rrrk, atau ...oorekorek-orek-orekk ! riuh rendah. Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam. Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina.Tampaknya kodok ini

memiliki asosiasi yang erat dengan lingkungan hidup manusia. Dari waktu ke waktu, bangkong kolong terus memperluas daerah sebarannya mengikuti aktivitas manusia. Iskandar (1998) mencatat bahwa kodok ini tak pernah terdapat di dalam hutan hujan tropis

5. Bangkong tuli

A. Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Amphibia Ordo: Anura Famili: Ranidae Genus: Limnonectes Spesies: L. kuhlii Nama binomial Limnonectes kuhlii B. Deskripsi Bangkong tuli adalah nama sejenis kodok yang pendek gempal, penghuni sungai-sungai kecil. Di Jawa Barat kadang-kadang disebut bancet hutan atau bangkong surat (Sd.). Nama ilmiahnya adalah Limnonectes kuhlii dan dalam bahasa Inggris disebut Kuhl’s Creek Frog, untuk

menghormati Heinrich Kuhl, seorang naturalis Belanda yang bekerja dan meninggal di Hindia Belanda pada awal abad-19. Kodok yang gemuk berotot, panjang tubuh dari moncong ke anus (SVL, snout-to-vent length) sampai dengan 80 mm pada kodok jantan, dan sekitar 70 mm pada yang betina. Kepala lebar dengan pelipis berotot, tangan dan kaki pendek berotot. Timpanum (gendang telinga) tidak jelas atau tidak tampak. Jari kaki berselaput renang penuh hingga ke ujung, jari tangan tanpa selaput renang. Kulit di punggung (dorsal) sangat berkerut-merut, sebagian membentuk pola serupa bintang; paha, betis dan pantat sering dengan bintil-bintil yang agak besar. Lipatan supratimpanik terlihat jelas. Warna punggung bervariasi dari polos kecoklatan atau kehitaman, sampai berbercak-bercak kecoklatan atau kehitaman dengan belang-belang pada kaki. Bangkong tuli menyukai hidup di aliran air yang tenang, di anak-anak sungai dan saliran yang tidak seberapa airnya, terutama pada genangan-genangan bercampur serasah daun-daunan. Juga di genangan di antara batu-batu tepi sungai atau rawa-rawa dangkal. Iskandar (1998) menyebutkan bahwa jenis ini endemik di wilayah pegunungan di Jawa, meskipun sebelumnya pernah dianggap menyebar luas di Asia. Menurutnya, populasi-populasi di luar Jawa kini telah dipisahkan ke dalam beberapa belas jenis yang lain. Untuk pendapat yang lain, lihat pada IUCN Red List of Threatened Species.

Di Jawa, bangkong tuli terutama tercatat dari gunung-gunung seperti G. Salak (Ciapus), G. Gede (Cibodas, Cibeureum), G. Halimun (Nirmala, Citalahab), Bandung (Pengalengan), G. Tangkubanperahu, G. Malabar, Peg. Ijen dan Peg. Tengger. Juga dari kawasan G. Tilu, Kuningan.

B. Reptil 1. Kameleon besar malagasi

A. Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Divisi: Chordata Kelas: Reptilia Memesan: Squamata Suborder: Iguania Keluarga: Chamaeleonidae Marga: Furcifer Jenis: F. oustaleti Nama binomial Furcifer oustaleti B. Deskripsi F. oustaleti terjadi di berbagai habitat, bahkan di antara vegetasi yang terdegradasi di desadesa, tetapi relatif jarang di hutan primer .Dengan panjang total maksimum (termasuk ekor) 68,5 cm (27 in), F. oustaleti dianggap sebagai spesies bunglon terbesar, tetapi klaim itu kadangkadang diperebutkan oleh bunglon Parson Calumma parsonii karena Parsons cenderung lebih banyak. berat dibangun tetapi sedikit lebih pendek.

Makanan F. oustaleti termasuk invertebrata seperti serangga besar serta beberapa vertebrata seperti burung kecil dan reptil. Ini juga salah satu dari beberapa spesies bunglon yang diketahui mengonsumsi buah. F. oustaleti diketahui secara teratur mengonsumsi buah Grangeria porosa , Chassalia princei , dan Malleastrum gracile , dan akan melakukannya bahkan selama musim hujan, menunjukkan bahwa buah tidak dikonsumsi hanya untuk mendapatkan air.

Biasanya, mangsa diperoleh dengan lidah yang panjang dan berotot, sementara buah ditangkap langsung dengan rahangnya, tetapi kadang-kadang pengecualian terhadap aturan ini telah dicatat. Namun dalam satu kasus yang tidak biasa, spesies ini tercatat menggenggam buah yang mengandung ranting dengan kaki zygodactyl dan mendekatkan mereka untuk dikonsumsi. Di antara reptil, tingkat manipulasi makanan dengan kaki depan ini hanya didokumentasikan pada beberapa spesies kadal pemantau dan Chamaeleo namaquensis . Yang terakhir ini juga dikenal memakan tanaman. Nama generiknya , Furcifer , berasal dari akar bahasa Latin furci yang berarti "bercabang" dan mengacu pada bentuk kaki binatang itu.Nama spesifiknya , oustaleti , adalah bentuk Latin dari nama belakang ahli biologi Prancis Jean-Frédéric Émile Oustalet , yang nama spesiesnya dinamai demikian.

2. Kameleon india

A. Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Divisi: Chordata Kelas: Reptilia Memesan: Squamata Suborder: Iguania Keluarga: Chamaeleonidae Marga: Chamaeleo Jenis: C. zeylanicus Nama binomial Chamaeleo zeylanicus B. Deskripsi

Mereka ditemukan di India, selatan Sungai Gangga dan Chainnsa Jenis lokalitas: Sri Lanka , dibatasi oleh Mertens pada tahun 1969. Kepala memiliki kasing bertulang, dihiasi dengan lambang atau umbi. Sebuah pemisahan antara mata, septum interorbital, hadir. Giginya adalah acrodont ; gigi dikompresi, berbentuk segitiga, dan kurang lebih trikuspid. Langit-langit tidak bergigi. Matanya besar, ditutupi oleh kelopak mata yang tebal dan ditindik dengan celah sentral kecil untuk pupil. Tidak ada tympanum atau telinga eksternal. Tubuh dikompresi, dan lehernya sangat pendek. Vertebra adalah procoelian; tulang rusuk perut ada. Anggota tubuhnya panjang, mengangkat tubuh. Digit diatur dalam bundel dua dan tiga; di tangan, bundel dalam terdiri dari tiga, bagian luar dari dua digit; itu adalah kebalikan dari kaki. Ekor mudah disentuh. Kepala dan tubuh ditutupi dengan butiran atau tuberkel. Casque jauh lebih tinggi dari posterior, dengan lekukan parietal yang melengkung kuat; jarak antara komisura mulut dan ekstremitas kasus sama dengan atau hampir sama dengan jarak antara ujung moncong dan ujung ekstremitas mandibula; tidak ada pelengkap rostral yang terjadi; ada lambang lateral yang kuat, tidak mencapai ujung lambang parietal, hadir; indikasi lobus oksipital dermal ditemukan di setiap sisi, tidak mencapai puncak parietal. Tidak ada tuberkel yang membesar terjadi pada tubuh; ada lambang punggung bergerigi lemah; serangkaian tuberkel berbentuk kerucut membentuk lambang yang sangat berbeda di sepanjang tenggorokan dan perut. Jantan memiliki proses tarsal atau memacu, ekor lebih panjang dari kepala dan tubuh. Puncak gular-ventral dan komisura mulut berwarna putih. [4Dari moncong ke ventilasi, panjangnya mencapai 7, dengan ekor yang dapat diatur 8 in.

3. Kameleon jackson

A. Klasifikasi ilmiahsunting Kerajaan: Animalia Divisi: Chordata Kelas: Reptilia Memesan: Squamata Suborder: Iguania Keluarga: Chamaeleonidae Marga: Trioceros Jenis: T. jacksonii Nama binomial Trioceros jacksonii B. Deskripsi Bunglon Jackson dideskripsikan oleh ahli zoologi Belgia - Inggris George Albert Boulenger pada tahun 1896.Nama generiknya , Trioceros , diambil dari bahasa Yunani τρί- ( tri- ) yang berarti "tiga" dan κέρας ( kéras ) yang berarti "tanduk". Ini mengacu pada tiga tanduk yang ditemukan di kepala jantan. Nama spesifiknya , jacksonii , adalah bentuk Latin dari penjelajah Inggris dan nama belakang ornitologis Frederick John Jackson , yang menjabat sebagai Gubernur Kenya pertama pada saat

itu. Kata bahasa Inggris bunglon (juga chamaeleon) berasal dari bahasa Latin chamaeleō , peminjaman Ancientαμαιλέων Yunani Kuno ( khamailéōn ), senyawa χαμαί ( khamaí ) "di tanah" dan λέων ( lénn ) "singa". Kata Yunaninya adalah suatu calque yang menerjemahkan Akkadian nēš qaqqari , "ground lion Bunglon Jackson kadang-kadang disebut bunglon bertanduk tiga karena jantan memiliki tiga tanduk cokelat: satu di hidung (tanduk rostral) dan satu di atas setiap punggungan orbital superior di atas mata (tanduk preokular), agak mirip dengan genus dinosaurus ceratopsid Triceratops . Betina umumnya tidak memiliki tanduk, atau sebaliknya memiliki jejak tanduk rostral (dalam subspesies T. j. Jacksonii dan T. j. Merumontanus ). Pewarnaan biasanya hijau terang, dengan beberapa hewan memiliki jejak biru dan kuning, tetapi seperti semua bunglon, mereka berubah warna dengan cepat tergantung pada suasana hati, kesehatan, dan suhu. Ini adalah bunglon berukuran kecil hingga sedang. Jantan dewasa mencapai panjang total (termasuk ekor) hingga 38 cm (15 in) dan betina hingga 25 cm (10 in), tetapi panjang yang lebih khas adalah 15 hingga 25 cm (6 hingga 10 in). Mereka memiliki punggung berbentuk gigi gergaji dan tidak ada lambang gular. Mereka mencapai kematangan seksual setelah lima bulan. Umurnya bervariasi, dengan laki-laki umumnya hidup lebih lama dari perempuan. Subspesies terbesar bunglon Jackson adalah T. j. xantholophus , yang telah dikembangbiakkan sejak tahun 1980-an.

4. Kameleon meller

A. Klasifikasi ilmiahsunting Kerajaan: Animalia Divisi: Chordata Kelas: Reptilia Memesan: Squamata Suborder: Iguania Keluarga: Chamaeleonidae Marga: Trioceros Jenis: T. melleri Nama binomial Trioceros melleri B. DeskripsI Bunglon Meller mendapatkan nama umum dan nama spesifiknya dari "Dr. Meller" yang disebutkan oleh ahli biologi dan takson John Gray di bagian tentang habitat spesies dalam deskripsi 1865-nya. "Dr. Meller" tempat Gray mendedikasikan spesies ini adalah ahli botani Charles James Meller (1836-1869) yang bekerja di daerah yang sekarang adalah Malawi. T.

melleri relatif umum di lebat savana dan interior pegunungan dari Afrika Timur dan dapat ditemukan di Malawi , utara Mozambik , dan Tanzania . Bunglon terbesar dari daratan Afrika, jantan besar T. melleri biasanya mencapai 24 inci (61 cm) panjangnya, tetapi spesimen sangat besar konon mencapai lebih dari 30 inci (76 cm) panjangnya dan memiliki berat 21 oz (600 g) ).Betina umumnya lebih kecil dari jantan, dan memiliki lambang punggung dan medial yang kurang berkembang. Kepala spesies ini relatif kecil dalam kaitannya dengan bagian tubuhnya yang lain dan memiliki bentuk yang lebih panjang dibandingkan dengan bunglon lain dalam genusnya . T. melleri bertubuh kekar dan memiliki ekor yang relatif gemuk sepertiga panjang tubuhnya. Lambang bergigi rendah memanjang dari tepat di belakang kasing kepala melalui bagian proksimal ekor, dan lambang medial yang tajam mengalir dari mata kadal ke ujung moncongnya, yang menghasilkan satu tanduk kecil. Bunglon ini memiliki lobus oksipital yang sangat besar . Ia memiliki sisik heterogen yang bentuk dan ukurannya bervariasi untuk berbagai bagian tubuhnya dan sisik granular besar yang didistribusikan secara homogen pada batang dan anggota badan. Ada barisan longitudinal dari skala granular besar di wilayah gular bunglon, salah satu karakteristiknya yang paling khas. Bintik-bintik dan pita vertikal lebar di sayap bunglon memiliki warna mulai dari cokelat, hijau tua,kuning atau bahkan hitam. Warna dasar makhluk itu adalah hutan hijau tua dengan garis-garis putih, tetapi seperti banyak bunglon, ia dapat berubah warna tergantung pada berbagai keadaan. Jika diberi makan atau ditangani, mereka mungkin menampilkan titik-titik hitam dan putih. Ketika berjemur di bawah sinar matahari, sisi tubuh mereka ke arah sinar matahari dapat berubah menjadi hijau gelap atau hitam, sedangkan sisanya tetap lebih ringan. Bunglon Meller memiliki pola warna yang terkait dengan stres. Kegembiraan atau stres ringan ditunjukkan dengan bercak gelap yang menutupi warna normal reptil. Bintik-bintik hijau gelap ini berubah menjadi bintik hitam saat bunglon semakin marah. Stres yang parah mengubah bunglon pertama menjadi abu-abu, diikuti oleh putih murni yang dihiasi garis-garis kuning. Bunglon Meller yang sakit dapat berbintik-bintik coklat, abu-abu, merah muda, atau putih. Sebuah gravid hewan hitam, cream, dan abu-abu berwarna dan akan menggembung

dengan telur. Dengan sangat hati-hati, T. melleri adalah satu dari sedikit spesies yang dapat ditampung dalam kelompok. Ini tidak selalu berhasil karena beberapa orang tidak akan akur. Pengamatan konstan diperlukan untuk memastikan keselamatan hewan. Lidah mereka yang panjang bisa mencapai 51 cm. Seperti kebanyakan bunglon, Meller adalah karnivora yang ketat memakan serangga, kadal kecil, laba-laba, jangkrik, cacing, dan ulat. Spesimen besar diketahui memakan burung kecil. Betina setiap tahun menghasilkan satu kopling hingga 80 butir . Bunglon Meller yang baru lahir memiliki panjang sekitar 4 inci (10 cm) dan harus diberi makan Drosophilidae dan jangkrik kecil selama tiga minggu pertama kehidupan mereka. Setelah itu, mereka menerima lalat rumah dan mangsa serangga yang lebih besar termasuk jangkrik, belalang , ulat sutra , dan kecoak . Mereka bisa hidup selama dua belas tahun.

5. Kameleon panther

A. Klasifikasi ilmoah Kerajaan: Animalia Filum : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Squamata Famili : Chamaeleonidae Genus : Furcifer Spesies : Furcifer pardalis

B. Deskripsi Kameleon macan pertama kali dideskripsikan oleh naturalis Prancis Georges Cuvier pada tahun 1829.Nama genusnya yakni Furcifer diambil dari kosakata dalam Bahasa Latin, kata dasar furci bermakna "bercabang dua" dan mengacu pada bentuk kaki hewan ini. Nama yang lebih specifik yaitu pardalis mermakna "pola warna pada hewan", yakni seperti "macan kumbang" atau "corak seperti macan kumbang". Istilah kameleon sendiri dalam bahasa Indonesia (juga chameleon (atau chamaeleon dalam bahasa Inggris) diambil dari bahasa Latin yaitu chamaeleō, yang diambil dari Yunani Kuno χαμαιλέων (khamailéōn), sebuah senyawa dari χαμαί (khamaí) "di atas tanah" dan λέων (léōn) "singa".

Kameleon macan ( Furcifer pardalissunting ) adalah spesies kameleon yang ditemukan di bagian timur dan utara Madagaskar di bioma hutan tropis. Selain itu, telah menyebar ke Réunion dan Mauritius . Kameleon macan jantan dapat tumbuh hingga 20 sentimeter (7,9 in) panjangnya, memiliki panjang khas sekitar 17 sentimeter (6,7 in). Betina lebih kecil, sekitar setengah ukuran. Dalam bentuk dimorfisme seksual, jantan lebih berwarna cerah daripada betina. Warna bervariasi menurut lokasi, dan pola warna kameleon yang berbeda biasanya disebut secara 'lokal', yang dinamai menurut lokasi geografis tempat hewan tersebut ditemukan