Data Loading...
kelas12_smk_teknik-survei-dan-pemetaan_iskandar.pdf Flipbook PDF
kelas12_smk_teknik-survei-dan-pemetaan_iskandar.pdf
211 Views
18 Downloads
FLIP PDF 6.3MB
Iskandar Muda
TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 3 SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang
TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 3
Untuk SMK Penulis
: Iskandar Muda
Perancang Kulit
: TIM
Ukuran Buku
:
MUD t
18,2 x 25,7 cm
MUDA, Iskandar. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 3 untuk SMK oleh Iskandar Muda ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. x, 175 hlm Daftar Pustaka : Lampiran. A Glosarium : Lampiran. B Daftar Tabel : Lampiran. C Daftar Gambar : Lampiran. D ISBN : 978-979-060-151-2 ISBN : 978-979-060-154-3
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, Direktur Pembinaan SMK
ii
PENGANTAR PENULIS Penulis mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya buku teks “Teknik Survei dan Pemetaan” dapat diselesaikan dengan baik. Buku teks “Teknik Survei dan Pemetaan” ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dibuat, silabus mata kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Sipil dan D3 Teknik Sipil FPTK UPI serta referensi-referensi yang dibuat oleh penulis dalam dan luar negeri. Tahap-tahap pembangunan dalam bidang teknik sipil dikenal dengan istilah SIDCOM (survey, investigation, design, construction, operation and mantainance). Ilmu Ukur Tanah termasuk dalam tahap studi penyuluhan (survey) untuk memperoleh informasi spasial (keruangan) berupa informasi kerangka dasar horizontal, vertikal dan titik-titik detail yang produk akhirnya berupa peta situasi. Buku teks ini dibuat juga sebagai bentuk partisipasi pada Program Hibah Penulisan Buku Teks 2006 yang dikoordinir oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Penulis mengucapkan terima kasih : 1. Kepada Yth. Prof.Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, 2. Kepada Yth. Drs. Sabri, selaku Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, atas perhatian dan bantuannya pada proposal buku teks yang penulis buat. Sesuai dengan pepatah “Tiada Gading yang Tak Retak”, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proposal buku teks ini, baik substansial maupun redaksional. Oleh sebab itu saran-saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca agar buku teks yang penulis buat dapat terwujud dengan lebih baik di masa depan. Semoga proposal buku teks ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan penulis khususnya serta memperkaya khasanah buku teks bidang teknik sipil di perguruan tinggi (akademi dan universitas). Semoga Allah SWT juga mencatat kegiatan ini sebagai bagian dari ibadah kepada-Nya. Amin.
Bandung, 26 Juni 2008 Penulis,
Dr.Ir.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT NIP. 131 930 250
ii
iii
DAFTAR ISI JILID 1 Pengantar Direktur Pembinaan SMK Pengantar Penulis Daftar Isi Deskripsi Konsep Peta Kompetensi
1. Pengantar Survei dan Pemetaan 1.1. Plan Surveying dan Geodetic Surveying 1.2. Pekerjaan Survei dan Pemetaan 1.3. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 1.4. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal 1.5. Pengukuran Titik-Titik Detail 2. Macam-Macam Kesalahan dan Cara Mengatasinya 2.1. Kesalahan-Kesalahan pada Survei dan Pemetaan 2.2. Kesalahan Sistematis 2.3. Kesalahan Acak 2.4. Kesalahan Besar
i ii iv xvi xvii
1
1 5 6 11 18
25
25 46 50 50
3. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
60
3.1. Pengertian 3.2. Pengukuran Sipat Datar Optis 3.3. Pengukuran Trigonometris 3.4. Pengukuran Barometris
60 60 78 81
4. Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 90 4.1. Tujuan dan Sasaran Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 4.2. Peralatan, Bahan dan Formulir Ukuran Sipat Datar Kerangka
90
Dasar Vertikal 4.3. Prosedur Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 4.4. Pengolahan Data Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 4.5. Penggambaran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal
91 95 103 104
5. Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 120 5.1. Proyeksi Peta 5.2. Aturan Kuadran 5.3. Sistem Koordinat 5.4. Menentukan Sudut Jurusan
120 136 137 139
JILID 2 6. Macam Besaran Sudut 6.1. Macam Besaran Sudut 6.2. Besaran Sudut dari Lapangan 6.3. Konversi Besaran Sudut 6.4. Pengukuran Sudut
144 144 144 145 160
7. Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka 189 7.1. Mengukur Jarak dengan Alat Sederhana 7.2. Pengertian Azimuth 7.3. Tujuan Pengikatan ke Muka 7.4. Prosedur Pengikatan Ke muka 7.5. Pengolahan Data Pengikatan Kemuka 8. Cara Pengikatan ke Belakang Metoda Collins
8.1. Tujuan Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 8.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode Collins 8.3. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metode Collins 8.4. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Collins
189 192 197 199 203
208
210
211 216 228
iv
9. Cara Pengikatan ke Belakang Metoda Cassini 233 9.1. Tujuan Pengikatan ke Belakang Metode Cassini 9.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode Cassini 9.3. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metode Cassini 9.4. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Cassini 10. Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal 10.1. Tujuan Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horizontal 10.2. Jenis-Jenis Poligon 10.3. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengukuran Poligon 10.4. Pengolahan Data Pengukuran Poligon 10.5. Penggambaran Poligon 11. Pengukuran Luas
234
235 240 247
252
252 254 264 272 275 306
11.1. Metode-Metode Pengukuran Luas 306 11.2. Prosedur Pengukuran Luas dengan Perangkat Lunak AutoCAD 331
JILID 3 12. Pengukuran Titik-titik Detail Metoda Tachymetri 337 12.1.Tujuan Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri 12.2.Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengukuran Tachymetri
337 351
12.3. Pengolahan Data Pengukuran Tachymetri 359 12.4. Penggambaran Hasil Pengukuran Tachymetri 360
13. Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
378
13.1. Pengertian Garis Kontur 13.2. Sifat Garis Kontur 13.3. Interval Kontur dan Indeks Kontur 13.4. Kemiringan Tanah dan Kontur Gradient 13.5. Kegunaan Garis Kontur 13.6. Penentuan dan Pengukuran Titik Detail untuk Pembuatan Garis Kontur 13.7. Interpolasi Garis Kontur 13.8. Perhitungan Garis Kontur 13.9. Prinsip Dasar Penentuan Volume 13.10. Perubahan Letak Garis Kontur di Tepi Pantai 13.11. Bentuk-Bentuk Lembah dan Pegunungan dalam Garis Kontur 13.12.Cara Menentukan Posisi, Cross Bearing dan Metode Penggambaran 13.13 Pengenalan Surfer 14. Perhitungan Galian dan Timbunan
378 379 381 382 382
384 386 387 387 388 390
392 393
408
14.1. Tujuan Perhitungan Galian dan Timbunan 408 14.2. Galian dan Timbunan 409 14.3. Metode-Metode Perhitungan Galian dan Timbunan 409 14.4. Pengolahan Data Galian dan Timbunan 421 14.5. Perhitungan Galian dan Timbunan 422 14.6. Penggambaran Galian dan Timbunan 430 15. Pemetaan Digital 15.1. Pengertian Pemetaan Digital 15.2. Keunggulan Pemetaan Digital Dibandingkan Pemetaan Konvensional 15.3. Bagian-Bagian Pemetaan Digital 15.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pemetaan Digital 15.5. Pencetakan Peta dengan Kaidah Kartografi
435 435
435 436 440 463
v
16. Sistem Informasi Geografis 16.1. Pengertian Dasar Sistem Informasi Geografis 16.2. Keuntungan SIG 16.3. Komponen Utama SIG 16.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pembangunan SIG 16.5. Jenis-Jenis Analisis Spasial dengan Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya pada Berbagai Sektor Pembangunan Lampiran Daftar Pustaka ........... Glosarium ............................... Daftar Tabel ............................ Daftar Gambar ........................
469
469 469 474 479
488
A B C D
vi
DESKRIPSI Buku Teknik Survei dan Pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu ukur tanah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada Ilmu Ukur tanah untuk kepentingan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi dan operasional pekerjaan teknik sipil. Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu ukur tanah, aplikasi teori kesalahan pada pengukuran dan pemetaan, metode pengukuran kerangka dasar vertikal dan horisontal, metode pengukuran titik detail, perhitungan luas, galian dan timbunan, pemetaan digital dan sistem informasi geografis. Buku ini tidak hanya menyajikan teori semata, akan tetapi buku ini dilengkapi dengan penduan untuk melakukan praktikum pekerjaan dasar survei. Sehingga, diharapkan peserta diklat mampu mengoperasikan alat ukur waterpass dan theodolite, dapat melakukan pengukuran sipat datar, polygon dan tachymetry serta pembuatan peta situasi.
vii
PETA KOMPETENSI Program diklat Tingkat Alokasi Waktu Kompetensi
No 1
: : : :
Pekerjaan Dasar Survei x (sepuluh) 120 Jam pelajaran Melaksanakan Dasar-dasar Pekerjaan Survei
Sub Kompetensi Pengantar survei dan pemetaan
a. b.
c. d. e. 2
Teori Kesalahan
a.
b. c. d. e. f. 3
Pengukuran kerangka dasar vertikal
a. b. c.
4
Pengukuran sipat dasar kerangka dasar vertikal
a.
b.
c.
d.
Pembelajaran Pengetahuan Keterampilan Memahami ruang lingkup plan Menggambarkan diagram alur ruang lingkup pekerjaan surveying dan geodetic survei dan pemetaan Memahami ruang lingkup pekerjaan survey dan pemetaan Memahami pengukuran kerangka dasar vertikal Memahami Pengukuran kerangka dasar horisontal Memahami Pengukuran titiktitik detail Mengidentifikasi kesalahankesalahan pada pekerjaan survey dan pemetaan Mengidentifikasi kesalahan sistematis (systematic error) Mengidentifikasi Kesalahan Acak (random error) Mengidentifikasi Kesalahan Besar (random error) Mengeliminasi Kesalahan Sistematis Mengeliminasi Kesalahan Acak Dapat melakukan Memahami penggunaan sipat pengukuran kerangka dasar datar kerangka dasar vertikal vertikal dengan Memahami penggunaan menggunakan sipat datar, trigonometris trigonometris dan Memahami penggunaan barometris. barometris Dapat melakukan Memahami tujuan dan pengukuran kerangka dasar sasaran pengukuran sipat vertikal dengan datar kerangka dasar vertikal menggunakan sipat datar Mempersiapkan peralatan, kemudian mengolah data bahan dan formulir dan menggambarkannya. pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal Memahami prosedur pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal Dapat mengolah data sipat datar kerangka dasar vertikal Dapat menggambaran sipat datar kerangka dasar vertikal
viii
No 5
Sub Kompetensi Proyeksi peta, aturan kuadran dan sistem koordinat
a.
b. c. d. e.
6
Macam besaran sudut
a. b. c. d.
Pembelajaran Pengetahuan Keterampilan Membuat Proyeksi peta Memahami pengertian berdasarkan aturan kuadran proyeksi peta, aturan kuadran dan sisten koordinat dan sistem koordinat Memahami jenis-jenis proyeksi peta dan aplikasinya Memahami aturan kuadran geometrik dan trigonometrik Memahami sistem koordinat ruang dan bidang Memahami orientasi survei dan pemetaan serta aturan kuadran geometrik Mengaplikasikan besaran Mengetahui macam besaran sudut dilapangan untuk sudut pengolahan data. Memahami besaran sudut dari lapangan Dapat melakukan konversi besaran sudut Memahami besaran sudut untuk pengolahan data
7
Jarak, azimuth dan pengikatan kemuka
a. Memahami pengertian jarak pada survey dan pemetaan b. Memahami azimuth dan sudut jurusan c. Memahami tujuan pengikatan ke muka d. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengikatan ke muka e. Memahami pengolahan data pengikatan ke muka f. Memahami penggambaran pengikatan ke muka
Mengukur jarak baik dengan alat sederhana maupun dengan pengikatan ke muka.
8
Cara pengikatan ke belakang metode collins
a. Tujuan Pengikatan ke Belakang Metode Collins b. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode Collins c. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metoda Collins d. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Collins
Mencari koordinat dengan metode Collins.
9
Cara pengikatan ke belakang metode Cassini
a. Memahami tujuan pengikatan ke belakang metode cassini b. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengikatan ke belakang metode cassini c. Memahami pengolahan data pengikatan ke belakang metoda cassini d. Memahami penggambaran pengikatan ke belakang metode cassini
Mencari koordinat dengan metode Cassini.
ix
No 10
Sub Kompetensi Pengukuran poligon kerangka dasar horisontal
a. b. c. d.
e. f. 11
Pengukuran luas
a. b.
c.
d.
12
Pengukuran titik-titik detail
a.
b.
c. d.
Pembelajaran Pengetahuan Keterampilan Dapat melakukan Memahami tujuan pengukuran kerangka dasar pengukuran poligon horisontal (poligon). Memahami kerangka dasar horisontal Mengetahui jenis-jenis poligon Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengukuran poligon Memahami pengolahan data pengukuran poligon Memahami penggambaran poligon Menghitung luas Menyebutkan metode-metode bedasarkan hasil dilapangan pengukuran luas dengan metoda saruss, Memahami prosedur planimeter dan autocad. pengukuran luas dengan metode sarrus Memahami prosedur pengukuran luas dengan planimeter Memahami prosedur pengukuran luas dengan autocad Melakukan pengukuran titikMemahami tujuan titik dtail metode tachymetri. pengukuran titik-titik detail metode tachymetri Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengukuran tachymetri Memahami pengolahan data pengukuran tachymetri Memahami penggambaran hasil pengukuran tachymetri
13
Garis kontur, sifat dan interpolasinya
a. Memahami pengertian garis kontur b. Menyebutkan sifat-sifat garis kontur c. Mengetahui cara penarikan garis kontur d. Mengetahui prosedur penggambaran garis kontur e. Memahami penggunaan perangkat lunak surfer
Membuat garis kontur berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.
14
Perhitungan galian dan timbunan
a. Memahami tujuan perhitungan galian dan timbunan b. Memahami metode-metode perhitungan galian dan timbunan c. Memahami pengolahan data galian dan timbunan d. Mengetahui cara penggambaran galian dan timbunan
Menghitung galian dan timbunan.
x
No 15
Sub Kompetensi Pemetaan digital
a. b.
c.
d. 16
Sisitem informasi geografik
a. b.
c.
d.
Pembelajaran Pengetahuan Memahami pengertian pemetaan digital Mengetahui keunggulan pemetaan digital dibandingkan pemetaan konvensional Memahami perangkat keras dan perangkat lunak pemetaan digital Memahami pencetakan peta dengan kaidah kartografi Memahami pengertian sistem informasi geografik Memahami keunggulan sistem informasi geografik dibandingkan pemetaan digital perangkat keras dan perangkat lunak sistem informasi geografik Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pembangunan sistem informasi geografik Memahami jenis-jenis analisis spasial dengan sistem informasi geografik dan aplikasinya pada berbagai sektor pembangunan
Keterampilan
337
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
12. Pengukuran Titik-titik Detail Metode Tachymetri Metode
12. 1. Tujuan pengukuran titiktitik detail metode tachymetri
offset
menggunakan
peralatan
sederhana, seperti pita ukur, jalon, meja ukur,
mistar,
busur
sebagainya.
derajat,
dan
Metode
lain
tachymetri
Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan
menggunakan peralatan dengan teknologi
selain pengukuran kerangka dasar vertikal
lensa
yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan
Pengukuran metode tachymetri mempunyai
pengukuran kerangka dasar horizontal yang
keunggulan
menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga
kecepatan dibandingkan metode offset.
perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail
Pengukuran
untuk menghasilkan titik-titik detail yang
tachymetri ini relatif cepat dan mudah
tersebar
karena yang diperoleh dari lapangan adalah
di
permukaan
menggambarkan
bumi
situasi
yang daerah
pengukuran. Pengukuran sesudah
optis
pembacaan
hal
tiitk-titik
rambu,
digital.
ketepatan
detail
sudut
dan
metode
horizontal
(azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith titik-titik
detail
pengukuran
dilakukan
kerangka
dasar
atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh
dari
adalah
horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik
ketinggian Z.
rendah
elektronis
dalam
vertikal dan pengukuran kerangka dasar
detail
dan
mempunyai
orde
dibandingkan
ketelitian
orde
lebih
posisi
pengukuran planimetris
tachymetri X,
Y,
dan
12.1.1 Sejarah Tachymetri
pengukuran
kerangka dasar.
“Metode Stadia” yang disebut “Tachymetri” di Eropa, adalah cara yang cepat dan
Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital.
efisien dalam mengukur jarak yang cukup teliti
untuk
sipat
datar
trigonometri,
beberapa poligon dan penentuan lokasi detail-detail fotografi. Lebih lanjut, di dalam
Dalam pengukuran titik-titik detail pada
metode ini cukup dibentuk regu 2 atau 3
prinsipnya adalah menentukan koordinat
orang,
dan tinggi titik –titik detail dari titik-titik ikat.
dengan transit dan pita biasanya diperlukan
Pengukuran titik-titik detail pada dasarnya
3 atau 4 orang.
dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu offset dan tachymetri.
sedangkan
pada
pengukuran
Stadia berasal dari kata Yunani untuk satuan
panjang
yang
asal-mulanya
338
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
diterapkan dalam pengukuran jarak-jarak
cara
untuk pertandingan atletik – dari sinilah
mengukur arah dan sekaligus mengukur
muncul kata “stadium (stadio) ” dalam
jarak, yaitu Teodolite Kompas atau BTM
pengertian modern. Kata ini menyatakan
(Boussole Tranche Montage). Pada alat-
600 satuan Yunani (sama dengan “feet”),
alat tersebut arah-arah garis di lapangan
atau 606 ft 9 in dalam ketentuan Amerika
diukur dengan jarum kompas sedangkan
sekarang.
untuk
Istilah stadia sekarang dipakai untuk benang silang dan rambu yang dipakai dalam pengukuran, maupun metodenya sendiri. Pembacaan optis (stadia) dapat dilakukan
ini
diperlukan
jarak
alat
digunakan
yang
benang
dapat
silang
diafragma pengukur jarak yang terdapat pada teropongnya. Salah satu theodolite kompas yang banyak digunakan misalnya theodolite WILD TO.
dengan transit, theodolite, alidade dan alat
Tergantung dengan jaraknya, dengan cara
sipat datar.
ini titik-titik detail dapat diukur dari titik
Peralatan
stasiun
menggabungkan
kota
theodolite,
yang
baru,
EDM,
dan
kemampuan mencatat-menghitung hingga reduksi jarak lereng secara otomatis dan sudut
vertikal.
Yang
dihasilkan
elevasi, bahkan koordinat. Jadi peralatan baru tadi dapat memperkecil regu lapangan mengambil
alih
tachymetri.
Namun
pengukuran
tachymetri
banyak
proyek
demikian,
prinsip
dan
yang diikatkan pada titik kerangka dasar. 12.1.3 Pengukuran
tachymetri
untuk
titik bidik horizontal
adalah
pembacaan jarak horizontal dan selisih
dan
kerangka dasar atau dari titik-titik penolong
metodenya
memberikan konsepsi-konsepsi dasar dan sangat mungkin dipakai terus menerus.
Selain benang silang tengah, diafragma transit atau theodolite untuk tachymetri mempunyai
dua
benang
horizontal
tambahan yang ditempatkan sama jauh dari tengah (gambar 22). Interval antara benang – benang stadia itu pada kebanyakan instrumen memberikan perpotongan vertikal 1 ft pada rambu yang dipasang sejauh 100 ft ( 1 m pada jarak 100 m ). Jadi jarak ke
12.1.2 Pengenalan Tachymetri
rambu yang dibagi secara desimal dalam
Pengukuran titik-titik detail dengan metode
feet, persepuluhan dan perseratusan dapat
Tachymetri ini adalah cara yang paling
langsung dibaca sampai foot terdekat. Ini
banyak digunakan dalam praktek, terutama
sudah cukup seksama untuk menentukan
untuk pemetaan daerah yang luas dan
detail-detail
untuk detail-detail yang bentuknya tidak
jembatan, dan jalan yang akan digambar
beraturan. Untuk dapat memetakan dengan
pada peta dengan skala lebih kecil daripada
fotografi,
seperti;
sungai,
339
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
1 in = 100 ft, dan kadang-kadang untuk
f =
skala lebih besar misalnya; 1 in = 50 ft.
jarak pumpun lensa (sebuah tatapan untuk
gabungan
lensa
objektif
tertentu). Dapat ditentukan dengan
f1
f
d
2
C c i
m
b
d
f
A
b'
R a
a'
B
f
D
Prinsip tachymetri; teropong pumpunan luar
Gambar 321. Prinsip tachymetri
Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi
pumpunan pada objek yang jauh dan
yang sepihak adalah sebanding. Pada
mengukur jarak antara pusat lensa
gambar
menggambarkan
objektif
teropong pumpunan-luar, berkas sinar dari
simpul
titik
pumpun = focal length).
A
321,
dan
yang
B
melewati
pusat
lensa
membentuk sepasang segitiga sebangun
f1 =
(sebenarnya dengan
adalah
diafragma),
titik (jarak
jarak bayangan atau jarak dari pusat
AmB dan amb. Dimana ; AB = R adalah
(titik simpul) lensa obyektif ke bidang
perpotongan rambu (internal stadia) dan ab
benang
adalah
terpumpun pada suatu titik tertentu.
selang
antara
benang-benang
stadia.
silang
sewaktu
teropong
F2 = jarak obyek atau jarak dari pusat (titik simpul) dengan titik tertentu sewaktu
Simbol-simbol baku yang dipakai dalam pengukuran tachymetri :
teropong terpumpun pada suatu titik itu. Bila f2 tak terhingga atau amat besar, maka f1 = f.
340
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
i. = selang antara benang – benang
adalah 4,27 ft, jarak dari instrumen ke
Stadia.
rambu adalah 427 + 1 = 428 ft.
f/i .= faktor penggali, biasanya 100 (stadia interval factor). c
pumpunan luar jenis lama, karena dengan
= jarak dari pusat instrumen (sumbu I) ke pusat lensa obyektif. Harga c sedikit
beragam
sewaktu
lensa
obyektif bergerak masuk atau keluar untuk
pembidikan
Yang telah dijelaskan adalah teropong
berbeda,
tetapi
biasa dianggap tetapan.
gambar
sederhana
dapat
ditunjukkan
hubungan-hubungan yang benar. Lensa obyektif teropong pumpunan dalam (jenis yang dipakai sekarang pada instrumen ukur tanah) mempunyai kedudukan terpasang tetap sedangkan lensa pumpunan negatif
C = c + f. C disebut tetapan stadia, walaupun sedikit berubah karena c d. = jarak dari titik pumpun di depan teropong ke rambu.
dapat digerakkan antara lensa obyektif dan bidang benang silang untuk mengubah arah berkas sinar. Hasilnya, tetapan stadia menjadi demikian kecil sehingga dapat
D = C + d = jarak dari pusat instrumen ke
dianggap nol.
permukaan rambu Benang Dari gambar 321, didapat :
d R = f i.
stadia
yang
menghilang
dulu
dipakai pada beberapa instrumen lama
f atau d = R i
untuk
menghindari
kekacauan
dengan
benang tengah horizontal. Diafragma dari kaca yang modern dibuat dengan garis-
f +C dan D = R i
garis stadia pendek dan benang tenaga yang penuh (gambar 2) memberikan hasil
Benang-benang silang jarak optis tetap
yang sama secara lebih berhasil guna.
pada transit, theodolite, alat sipat datar dan
Faktor
dengan cermat diatur letaknya oleh pabrik
pertama
instrumennya agar faktor pengali f/i. Sama
walaupun harga tepatnya dari pabrik yang
dengan 100. Tetapan stadia C berkisar dari
ditempel di sebelah dalam kotak pembawa
kira-kira 0,75 sampai 1,25 ft untuk teropong-
tak akan berubah kecuali benang silang,
teropong pumpunan luar yang berbeda,
diafragma, atau lensa-lensa diganti atau
tetapi biasanya dianggap sama dengan 1 ft.
diatur pada model-model lama.
Satu-satunya
Untuk
variabel
di
ruas
kanan
persamaan adalah R yaitu perpotongan R
pengali
harus
kali
instrumen
menentukan
ditentukan yang
faktor
pada
dipakai,
pengali,
perpotongan rambu R dibaca untuk bidikan horizontal berjarak diketahui sebesar D.
341
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Kemudian, pada bentuk lain persamaan
Pada gambar, sebuah transit dipasang
faktor pengali adalah f/i.= (D-C)/R.
pada suatu titik dan rambu dipegang pada
Sebagai contoh:
titik tertentu. Dengan benang silang tengah
Pada jarak 300,0 ft interval rambu terbaca
dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi
3,01. Harga-harga untuk f dan c terukur
t sama dengan tinggi theodolite ke tanah.
sebesar 0,65 dan 0,45 ft berturut-turut;
sudut
karenanya, C =1,1 ft. Kemudian f/i. = (300,0
terbaca sebesar D. Perhatikan bahwa
–1,1)/3,01
dalam
menentukan
=
99,3. f/i.
Ketelitian
Meningkat
dalam
vertikalnya
pekerjaan
(sudut
kemiringan)
tachymetri
tinggi
dengan
instrumen adalah tinggi garis bidik diukur
mengambil harga pukul rata dari beberapa
dari titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di
garis yang jarak terukurnya berkisar dari r
atas datum seperti dalam sipat datar)
100–500 ft dengan kenaikan tiap kali 100 ft. 12.1.4 Pengukuran
tachymetri
untuk
m = sudut miring. Beda tinggi
sin 2m + i – t; t = BT
bidikan miring Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring direduksi menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal.
Gambar 322. Sipat datar optis luas
= D HAB = 50 ´ (BA – BB) .
Jarak datar = dAB = 100´(BA – BB) cos2m
342
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel-tabel, diagram, mistar hitung khusus,
horizontal dan vertikal berturut-turut adalah
dan kalkulator elektronik telah dipakai oleh
99,45 dan 7,42 ft. Selanjutnya…
para
H = (99,45 x 5,28) + 1 = 526 ft
juru
ukur
penyelesaiannya.
untuk Dalam
memperoleh Apendiks
E
V =(7,42 x 5,28)-0,08 =39,18+0,08 = 39,3 ft
memuat jarak-jarak horizontal dan vertikal
Elevasi titik O adalah
untuk perpotongan rambu 1 ft dan sudut-
Elevasi O = 268,2 + 5,6 + 39,3 – 5,6
sudut vertikal dari 0 sampai 16q, 74q sampai 90q,
dan
90q
sampai
106q
untuk
= 307,5 ft Rumus lengkap untuk menentukan selisih elevasi antara M dan O adalah
pembacaan-pembacaan dari zenit). Sebuah tabel tak dikenal harus selalu diselidiki dengan memasukkan harga-harga
Elevo- elevM = t.i. + V – pembacaan rambu
di dalamnya yang akan memberikan hasil
Keuntungan bidikan dengan pembacaan
yang telah diketahui. Sebagai contoh; sudut-
sebesar t.i agar terbaca sudut vertikal,
sudut 1, 10 dan 15q dapat dipakai untuk
sudah jelas. Karena pembacaan rambu dan
mengecek Misalnya
hasil-hasil sebuah
sudut
memakai
tabel.
t.i berlawanan tanda, bila harga mutlaknya
vertikal
15q00’
sama akan saling menghilangkan dan
(sudut zenit 75q), perpotongan rambu 1,00 ft dan tetapan stadia 1ft, diperoleh hasil-hasil
dapat dihapuskan dari hitungan elevasi. Jika t.i tak dapat terlihat karena terhalang, sembarang pembacaan rambu dapat dibidik
sebagai berikut.
dan persamaan sebelumnya dapat dipakai. Dari tabel E-1:
Memasang benang silang tengah pada
H = 93,30 x 1,00 +1 = 94,3 atau 94 ft
tanda satu foot penuh sedikit di atas atau di
Contoh :
bawah t.i menyederhanakan hitungannya.
untuk sudut sebesar 4q16’, elevasi M adalah
Penentuan beda elevasi dengan tachymetri
268,2 ft ; t.i. = EM = 5,6; perpotongan rambu
dapat dibandingkan dengan sipat datar
AB = R = 5,28 ft; sudut vertikal a ke titik D
memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan
5,6 ft pada rambu adalah +4q16’; dan C = 1
pembacaan rambu sesuai bidikan minus.
ft. Hitunglah jarak H, beda elevasi V dan
Padanya ditindihkan sebuah jarak vertikal
elevasi titik O.
yang dapat plus atau minus, tandanya
Penyelesaian :
tergantung pada sudut kemiringan. Pada
Untuk sudut 14q16’(sudut zenith 85q44’) dan
bidikan-bidikan penting ke arah titik-titik dan
perpotongan
patok-patok kontrol, galat-galat instrumental
rambu
1
ft,
jarak-jarak
akan dikurangi dengan prosedur lapangan
343
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
yang baik menggunakan prinsip timbal balik
Rambu-rambu tachymetri biasa berbentuk
yaitu,
satu
membaca
sudut–sudut
vertikal
batang,
lipatan
atau
potongan-
dengan kedudukan teropong biasa dan luar
potongan dengan panjang 10 atau 12 ft.
biasa.
kalau
Pembacaan langsung pada rambu dengan garis bidik horizontal (seperti pada sipat datar), bukan sudut vertikal, dikerjakan bila keadaan
memungkinkan
untuk
menyederhanakan reduksi catatan-catatan. Tinjauan pada suatu tabel menunjukkan bahwa untuk sudut-sudut vertikal di bawah kira-kira 4q, selisih antara jarak mirng dan jarak horizontal dapat diabaikan kecuali pada bidikan jauh (dimana galat pembacaan jarak juga lebih besar).
dibuat
lebih
panjang
dapat
meningkatkan jarak bidik tetapi makin berat dan
sulit
ditangani.
Seringkali
bagian
bawah satu atau dua dari rambu 12 ft akan terhalang oleh rumput atau semak, tinggal sepanjang hanya 10 ft yang kelihatan. Panjang
bidikan
maksimum
dengan
demikian adalah kira-kira 1000 ft. Pada bidikan yang lebih jauh, setengah interval (perpotongan
antara
benang
tengan
dengan benang stadia atas atau bawah) dapat dibaca dan dilipatgandakan untuk dipakai
dalam
persamaan
reduksi
Dengan demikian teropong boleh miring
tachymetri yang baku. Bila ada benang
beberapa derajat untuk pembacaan jarak
perempatan antara benang tengah dengan
optis setelah membuat bidikan depan yang
benang stadia atas, secara teoritis dapat
datar untuk memperoleh sudut vertikal.
ditaksir jarak sejauh hampir 4000 ft. Pada bidikan pendek, mungkin sampai 200 ft, rambu sipat datar biasa seperti jenis
12.1.5 Rambu tachymetri Berbagai jenis tanda dipakai pada rambu tachymetri tetapi semua mempunyai bentukbentuk geometrik yang menyolok dirancang agar jelas pada jarak jauh. Kebanyakan rambu tachymetri telah dibagi menjadi feet dan persepuluhan (perseratusan diperoleh dengan interpolasi), tetapi pembagian skala sistem metrik sedang menjadi makin umum. Warna-warna
berbeda
membantu
membedakan angka-angka dan pembagian skala.
philania sudah cukup memuaskan. 12.1.6 Busur Beaman Busur beaman adalah sebuah alat yang ditempatkan pada beberapa transit dan alidade hitungan
untuk
memudahkan
tachymetri.
Alat
hitunganini
dapat
merupakan bagian dari lingkaran vertikal atau sebuah piringan tersendiri. Skala-skala H dan V busur itu dibagi dalam persen. Skala V menunjukkan selisih elevasi tiap 100 f jarak lereng, sedangakn skala H
344
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
memberikan koreksi tiap 100 ft untuk
Instrumen-instrumen lain mempunyai busur
dikurangkan dari jarak tachymetri. Karena V
serupa disebut lingkaran stadia dengan
berbanding lurus dengan ½ sin 2D dan
skala V yang sama, tetapi skala H tidak
D,
memberikan koreksi presentase melainkan
2
koreksi untuk H tergantung pada sin
selang-selang pembagian skala makin rapat bila sudut vertikal meningkat. Oleh karena itu nonius tidak dapat dipakai disini, dan
sebuah pengali (multiplier) 12.1.7 Tachymetri swa-reduksi
pembacaan tepat hanya dapat dilakukan
Tachymetri swa-reduksi dan alidade telah
dengan memasang busur pada pembacaan
dikembangkan dimana garis-garis lengkung
angka bulat.
stadia nampak bergerak memisah atau
Penunjuk skala V (indeks) terpasang agar terbaca 50 (mungkin 30 atau 100 pada beberapa
instrumen)
bila
teropong
horizontal untuk menghindari harga-harga minus. Pembacaan lebih besar dari pada 50 diperoleh untuk bidikan-bidikan di atas
saling mendekat sewaktu teropong diberi elevasi atau junam. Sebenarnya garis-garis itu digoreskan pada sebuah piringan kaca yang berputar mengelilingi sebuah rambu (terletak di luar teropong) sewaktu teropong dibidikkan ke sasaran.
horizon, lebih kecil dari 50 di bawahnya.
Pada gambar dibawah garis-garis atas dan
Ilmu
dalam
bawah (dua garis luar) melengkung untuk
pemakaian busur beaman disederhanakan
menyesuaikan dengan keragaman dalam
dengan memasang skala V pada sebuah
fungsi trigonometri cos2D dan dipakai untuk
angka bulat dan membiarkan benang silang
pengukuran
tengah terletak di tempat dekat t.i. Skala H
menentukan
Kemudian umumnya tak akan terbaca pada
melengkung untuk menggambarkan fungsi
angka bulat dan harga-harganya harus
sin D cos D. Sebuah garis vertikal, tanda
diinterpolasi. Ini penting karena hitungannya
silang
tetap sederhana.
pendek merupakan tanda pada piringan
Elevasi sebuah titik B yang dibidik dengan
gelas
transit terpasang di titik A didapat dengan
terumpun
rumus :
lengkung.
Elev B = elev A + t.i. + (pembacaan busur
Sebuah tetapan faktor pengali 100 dipakai
– 50) ( perpotongan rambu) – pembacaan
untuk jarak horizontal. Faktor 20, 50, atau
rambu dengan benang tengah
100 diterapkan pada pengukuran beda
hitung
yang
diperlukan
jarak.
tengah,
kedua
Dua
selisih
dan
yang
serentak
garis
dalam
elevasi
dan
garis-garis
terpasang dengan
stadia
tetap,
garis-garis
tinggi. Harganya tergantung pada sudut
345
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
lereng dan ditunjukkan oleh garis-garis
pada langkah 7 pembacaan-pembacaan
pendek ditempatkan antara kurva-kurva
skala-H dan skala-V dicatat.
elevasi.
Sewaktu membaca jarak optis setelah
Tachymetri diagram lainnya pada dasarnya bekerja atas bekerja atas prinsip yang sama:
Sudut
vertikal
secara
otomatis
dipampas oleh pisahan garis stadia yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis horizontal tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal lainnya pada diafragma kedua yang dapat bergerak,
yang
perubahan alidade
sudut
planset
bekerja vertikal. memakai
atas
dasar
Kebanyakan suatu
jenis
benang bawah ditempatkan pada sebuah tanda foot bulat, benang tengah tidak tepat pada t.i. atau pembagian skala terbaca untuk sudut vertikal. Ini biasanya tidak menyebabkan galat yang berarti dalam proses reduksi kecuali pada bidikan-bidikan panjang dan sudut-sudut vertikal curam. Bila rambu tidak tegak lurus tentu saja akan menyebabkan galat-galat yang berarti dan untuk mengatasi masalah ini dipakai nivo rambu. Urutan pembacaan yang paling sesuai
prosedur reduksi tachymetri.
untuk Sebuah rambu topo khusus yang berkaki dapat dipanjangkan dengan angka nol terpasang pada t.i. biasanya dianjurkan
tachymetri
yang
melibatkan sudut vertikal adalah sebagai berikut : a. Bagi
untuk dipakai agar instrumen tachymetri sepenuhnya swa-baca.
pekerjaan
dua
rambu
dengan
benang
vertikal. b. Dengan benang tengah kira-kira t.i. letakkan benang bawah pada tanda
12.1.8 Prosedur Lapangan
sebuah foot bulat, atau desimeter pada Prosedur yang benar menghemat waktu dan mengurangi
sejumlah
kesalahan
dalam
semua pekerjaan ukur tanah. Prosedur
ini
menyebabkan
pemegang
dua atau tiga petugas rambu di tanah di
mana
titik-titik
c.
Baca benang atas, dan di luar kepala kurangkan pembacaan benang bawah
instrumen dapat membuat sibuk sekaligus
terbuka
rambu metrik.
yang
akan
ditetapkan lokasinya terpisah jauh. Urutan yang sama dapat dipakai bila menggunakan
untuk memperoleh perpotongan rambu, catat perpotongan rambu. d. Gerakan benang tengah ke t.i. dengan memakai
sekrup
penggerak
halus
vertikal. e. Perintahkan pemegang rambu untuk
busur Beaman, tetapi pada langkah 4 skala
pindah
titik
ke
berikutnya
V ditepatkan pada sebuah angka bulat, dan
tenggara yang benar.
dengan
346
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
f.
Baca dan catatlah sudut horizontalnya.
daripada
Baca dan catatlah sudut vertikalnya.
pembuatan sketsa oleh pencatat.
pencatatan
pengukuran
dan
12.1.11 Sipat Datar Tachymetri 12.1.9 Poligon Tachymetri Metode tachymetri dapat dipakai untuk Dalam poligon transit-optis, jarak, sudut horizontal dan sudut vertikal diukur pada setiap
titik.
Reduksi
catatan
sewaktu
pengukuran berjalan menghasilkan elevasi untuk dibawa dari patok ke patok. Harga jarak optis rata-rata dan selisih elevasi diperoleh dari bidikan depan dan belakang pada tiap garis. Pengecekan elevasi harus diadakan dengan jalan kembali ke titik awal atau tititk tetap duga didekatnya untuk poligon terbuka. Walaupun tidak seteliti poligon dengan pita, sebuah regu yang
sipat
datar
trigonometris.
TI
(
tinggi
instrumen di atas datum) ditentukan dengan membidik pada stasiun yang diketahui elevasinya,
atau
dengan
memasang
instrumen pada titik semacam itu dan mengukur tinggi sumbu II di atasnya dengan
rambu
tachymetri.
Selanjutnya
elevasi titik sembarang dapat dicari dengan hitungan dari perpotongan rambu dan sudut vertikal. Jika dikehendaki dapat dilakukan untai sipat datar untuk menetapkan dan mengecek elevasi dua titik atau lebih.
terdiri atas tiga anggota seorang pemegang instrumen, pencatat, dan petugas rambu-
12.1.12 Kesaksamaan (Precision)
merupakan kebiasaan. Seorang petugas
Sebuah perbandingan galat (ratio or error)
rambu dapat mempercepat pekerjaan bila
1/300 sampai 1/500 dapat diperoleh untuk
banyak detail tersebar luas.
poligon
Sudut-sudut horizontal juga harus dicek
dengan kecermatan biasa dan pembacaan
kesalahan penutupnya. Bila ada kesalahan
baik bidikan depan dan bidikan belakang.
penutup sudut harus diratakan, 'Y dan 'X
Ketelitian dapat lebih baik jika bidikan-
dihitung dan keseksamaan poligon dicek.
pendek
yang
pada
dilaksanakan
poligon
panjang
dengan prosedur-prosedur khusus. Galatgalat dalam pekerjaan tachymetri biasanya
12.1.10 Topografi Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset. Di wilayah-wilayah
bidikan
transit-optis
perkotaan,
pembacaan
sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih cepat
bukan karena sudut-sudut tidak benar tetapi karena pembacaan rambu yang kurang benar. Galat 1 menit pada pembacaan rambu
sebuah
sudut
vertikal
tidak
memberikan pengaruh yang berarti pada jarak
horizontal.
Galat
1
menit
tadi
347
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
x
menyebabkan selisih elevasi kurang dari 0,1 ft pada bidikan 300 ft untuk sudut-sudut vertikal ukuran biasa.
arah nivo teropong. b. Galat-galat pribadi x
Bila jarak optis ditentukan sampai foot terdekat
(kasus
Garis bidik transit tidak sejajar garis
umum),
sudut-sudut
Rambu tak dipegang tegak (hindari dengan pemakaian nivo rambu).
x
horizontal ke titik-titik topografi hanya perlu dibaca sampai batas 5 atau 6 menit untuk
Salah pembacaan rambu karena bidikan jauh.
x
memperoleh kesaksamaan yang sebanding pada bidikan 300 ft. Jarak optis yang
Kelalaian
mendatarkan
untuk
pembacaan busur vertikal.
diberikan sampai foot terdekat dianggap benar sampai batas kira-kira ½ ft. Dengan galat jarak memanjang ½ ft itu, arahnya dapat menyimpang sebesar 5 menit (mudah dihitung dengan 1 menit = 0.00029). Bila dipakai transit Amerika, karenanya sudutsudut dapat dibaca tanpa nonius, hanya dengan
mengira
kedudukan
Kebanyakan
galat
dalam
pekerjaan
tachymetri dapat dihilangkan dengan: a. Menggunakan instrumen dengan benar b. Membatasi panjang bidikan c.
Memakai rambu dan nivo yang baik
d. Mengambil harga rata-rata pembacaan dalam arah ke depan dan ke belakang.
penunjuk
Galat garis bidik tidak dapat dibetulkan
nonius. Ketelitian sipat datar trigonometris dengan jarak optis tergantung pada panjang bidikan dan ukuran sudut vertiak yang diperlukan.
dengan prosedur lapangan instrumen harus diatur. 12.1.14 Kesalahan – kesalahan besar
12.1.13 Sumber-sumber galat dalam pekerjaan tachymetri
Beberapa kesalahan yang biasa terjadi dalam pekerjaan tachymetri adalah :
Galat-galat yang terjadi pada pekerjaan
a. Galat indeks diterapkan dengan tanda
dengan transit dan theodolitee, juga terjadi pada pekerjaan tachymetri.
yang salah. b. Kekacauan tanda plus dan minus pada sudut-sudut vertikal.
Sumber-sumber galat adalah : a. Galat-galat instrumental x
Benang tachymetri yang jaraknya tidak benar.
x
Galat indeks.
x
Pembagian skala rambu yang tidak benar.
c.
Kesalahan aritmetik dalam menghitung perpotongan rambu.
d. Pemakaian faktor pengali yang tidak benar. e. Mengayunkan rambu (rambu harus selalu dipegang tegak lurus).
348
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
c. 12.1.15 Pengukuran untuk pembuatan
Keseluruhan data ini dicatat dalam satu buku ukur.
peta topografi cara tachymetri 12.1.16 Tata cara pengukuran detail cara Salah
satu
unsur
penting
pada
peta
tachymetri menggunakan
topografi adalah unsur ketinggian yang
theodolite berkompas
biasanya disajikan dalam bentuk
garis
kontur.
cara
Pengukuran detil cara tachymetri dimulai
tachymetry, selain diperoleh unsur jarak,
dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat
juga diperoleh beda tinggi. Bila theodolite
dan penempatan rambu di titik bidik.
yang digunakan untuk pengukuran cara
Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai
tachymetry juga dilengkapi dengan kompas,
dengan perekaman data di tempat alat
maka sekaligus bisa dilakukan pengukuran
berdiri,
untuk
pengamatan azimuth dan pencatatan data
Menggunakan
pengukuran
pengukuran
detil
topografi
dan
pengukuran untuk pembuatan kerangka
pembidikan
ke
rambu
ukur,
di rambu BT, BA, BB serta sudut miring m.
peta pembantu pada pengukuran dengan kawasan yang luas secara efektif dan
a. Tempatkan alat
di atas
titik
kerangka dasar atau titik kerangka
efisien. a. Alat
ukur
ukur
pengukuran
yang
digunakan
pada
penolong dan atur sehingga alat siap
untuk
pembuatan
peta
untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini.
topografi cara tachimetry menggunakan theodolite berkompas adalah: theodolite
b. Dirikan rambu di atas titik bidik dan
berkompas lengkap dengan statif dan
tegakkan rambu dengan bantuan nivo
unting-unting,
kotak.
rambu
ukur
yang
dilengkapi dengan nivo kotak dan pita ukur untuk mengukur tinggi alat.
c.
Arahkan
teropong
sehingga
ke
bayangan
rambu tegak
ukur garis
b. Data yang harus diamati dari tempat
diafragma berimpit dengan garis tengah
berdiri alat ke titik bidik menggunakan
rambu. Kemudian kencangkan kunci
peralatan ini meliputi: azimuth magnet,
gerakan mendatar teropong.
benang atas, tengah dan bawah pada
d. Kendorkan
kunci
rambu yang berdiri di atas titik bidik,
sehingga
jarum
sudut miring, dan tinggi alat ukur di atas
Setelah
titik tempat berdiri alat.
bergerak, baca
jarum
jarum
magnet
bergerak
bebas.
setimbang dan
tidak
catat azimuth
magnetis dari tempat alat ke titik bidik.
349
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
e. Kencangkan teropong,
kunci
gerakan
kemudian
baca
tegak bacaan
a. Kesalahan pengukur, misalnya: 1. Pengaturan alat tidak sempurna
benang tengah, atas dan bawah serta
(temporary adjustment).
catat
2. Salah taksir dalam pemacaan
dalam
buku
ukur.
Bila
memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat,
sehingga
beda
tinggi
yang
3. Salah catat, dll. nya. b. Kesalahan akibat faktor alam, misalnya:
diperoleh sudah merupakan beda tinggi
1. Deklinasi magnet.
antara titik kerangka tempat berdiri alat
2. Refraksi lokal.
dan titik detil yang dibidik.
f. Titik detil yang harus diukur meliputi semua
titik
alam
maupun
buatan
manusia yang mempengaruhi bentuk topografi peta daerah pengukuran. 12.1.17 Kesalahan tachymetri berkompas
pengukuran dengan
12.1.18 Pengukuran Tachymetri Untuk Pembuatan Peta Topografi Cara Polar. Posisi horizontal dan vertikal titik detil
cara
theodolite
Kesalahan
alat,
misalnya:
diperoleh
dari
pengukuran
cara
polar
langsung diikatkan ke titik kerangka dasar pemetaan atau titik (kerangka) penolong yang juga diikatkan langsung dengan cara polar ke titik kerangka dasar pemetaan.
1. Jarum kompas tidak benar-benar lurus
Unsur yang diukur:
2. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi). 3. Garis skala 0° - 180° atau 180° - 0° tidak sejajar garis bidik. 4. Letak teropong eksentris. 5. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.
a. Azimuth magnetis titik ikat ke titik detail b. Bacaan benang atas, tengah, dan bawah c. Sudut miring, dan d. Tinggi alat di atas titik ikat.
350
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
b.
Gambar 323. Pengukuran sipat datar luas
A dan B adalah titik kerangka dasar
Berdasar skema pada gambar, maka:
pemetaan,
a. Titik 1 dan 2 diukur dan diikatkan
H adalah titik penolong,
langsung dari titik kerangka dasar A,
1, 2 ... adalah titik detil,
b. Titik H, diukur dan diikatkan langsung
Um adalah arah utara magnet di tempat
dari titik kerangka dasar B,
pengukuran.
c.
Titik 3 dan 4 diukur dan diikatkan
langsung dari titik penolong H. 12.1.19 Pengukuran tachymetri untuk pembuatan peta topografi cara poligon
kompas.
Gambar 324. Tripod pengukuran vertikal
351
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Letak
titik
berjauhan,
kerangka sehingga
dasar
pemetaan
diperlukan
1. Azimuth,
titik
2. Bacaan benang tengah, atas dan
penolong yang banyak. Titik-titik penolong
bawah,
ini diukur dengan cara poligon kompas yang
3. Sudut miring, dan
titik awal dan titik akhirnya adalah titik
4. Tinggi alat.
kerangka dasar pemetaan. Unsur jarak dan beda tinggi titik-titik penolong ini diukur
12.1.21 Tata cara hitungan dan penggambaran poligon kompas:
dengan menggunakan cara tachymetri. Posisi horizontal dan vertikal titik detil diukur
a. Hitung koreksi Boussole di K3 = AzG.
dengan cara polar dari titik-titik penolong. Berdasarkan skema pada gambar, maka:
K31 - AzM K31 b. Hitung koreksi Boussole di K4 = AzG. K42 - AzM K42
a. Titik K1, K3, K5, K2, K4 dan K6 adalah titik-titik kerangka dasar pemetaan,
c.
boussole di K3 dan K4
b. Titik H1, H2, H3, H4 dan H5 adalah titik-
d. Hitung jarak dan azimuth geografis
titik penolong c.
setiap sisi poligon.
Titik a, b, c, ... adalah titik detil.
Pengukuran poligon kompas K3, H1, H2, H3,
e. Hitung koordinat H1, ... H5 dengan cara BOWDITH atau TRANSIT.
H4 , H5, K4 dilakukan untuk memperoleh posisi
horizontal
Koreksi Boussole C = Rerata koreksi
dan
vertikal
titik-titik
penolong, sehingga ada dua hitungan:
f.
Plot
poligon
berdasarkan
koordinat
definitif.
a. Hitungan poligon dan b. Hitungan beda tinggi. 12.1.20 Tata cara pengukuran poligon kompas: a. Pengukuran koreksi Boussole di titik K3 dan K4, b. Pengukuran cara melompat (spring station) K3, H2, H4dan K4. c.
Pada setiap titik pengukuran dilakukan pengukuran:
12. 2 Peralatan, bahan dan prosedur pengukuran titik titik detail metode tachymetri 12.2.1 Peralatan yang dibutuhkan : 1. Pesawat Theodolite Alat
pengukur
Theodolitee
dapat
mengukur sudut-sudut yang mendatar dan
tegak.
Alat
pengukur
sudut
theodolitee dibagi dalam 3 bagian yaitu : a. Bagian bawah, terdiri atas tiga sekrup
penyetel
SK
yang
352
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
menyangga suatu tabung dan pelat
Jika dilihat dari cara pengukuran dan
yang berbentuk lingkaran. Pada tepi
konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolitee
lingkaran ini dibuat skala lms yang
di bagi dalam dua jenis, yaitu
dinamakan limbus.
a. Theodolitee
yaitu
jenis
b. Bagian tengah, terdiri atas suatu
theodolitee yang pelat lingkaran skala
sumbu yang dimasukkan kedalam
mendatar dijadikan satu dengan tabung
tabung bagian bawah. Sumbu ini
yang letaknya diatas tiga sekerup. Pelat
sumbu tegak atau sumbu kesatu S1.
nonius dan pelat skala mendatar dapat
Diatas sumbu S1 diletakkan lagi
diletakkan menjadi satu dengan sekerup
suatu
berbentuk
kl, sedangkan pergeseran kecil dari
lingkaran dan mempunyai jari-jari
nonius terhadap skala lingkaran, dapat
kurang dari jari-jari pelat bagian
digunakan sekerup fl. Dua sekerup kl
bawah. Pada dua tempat di tepi
dan fl merupakan satu pasang ; sekerup
lingkaran di buat pembaca nomor
fl dapat menggerakkan pelat nonius bila
yang
sekerup kl telah dikeraskan.
pelat
yang
berbentuk
alat
pembaca
b. Theodolitee
nonius.
c.
reiterasi,
repetisi,
yaitu
jenis
Diatas nonius ini ditempatkan dua kaki
theodolitee yang pelatnya dengan skala
yang penyangga sumbu mendatar.
lingkaran
Suatu nivo diletakkan di atas pelat
sedemikian rupa sehingga pelat dapat
nonius untuk membuat sumbu kesatu
berputar sendiri dengan tabung pada
tegak lurus.
sekerup penyetel sebagai sumbu putar.
Bagian
atas,
terdiri
dari
Perbedaan
sumbu
mendatar
jenis
ditempatkan
repetisi
dengan
mendatar atau sumbu kedua yang
reiterasi adalah jenis repetisi memiliki
diletakkan
penyangga
sekerup k2 dan f2 yang berguna pada
sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua
penukuran sudut mendatar dengan cara
diatas
kaki
ditempatkan suatu teropong mempunyai
difragma
dan
repetisi.
tp yang dengan
3
Selain
menggunakan
Theodolite,
demikian mempunyi garis bidik gb. Pada
pengukuran
sumbu kedua diletakkan pelat yang
tachymetri dapat menggunakan Topcond
berbentuk lingkaran dilengkapi dengan skala lingkaran tegak ini ditempatkkan dua nonius pada kaki penyangga sumbu kedua.
titik-titik
detail
metode
353
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
atas digantungkan pada seutas tali. Unting-unting
berguna
untuk
memproyeksikan suatu titik pada pita ukur
di
permukaan
tanah
atau
sebaliknya.
Gambar 325. Theodolite Topcon
2. Statif
Gambar 327. Unting-unting
Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran
ketinggiannya.
Statip
saat
didirikan harus rata karena jika tidak rata dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran
4. Patok Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk memberi tanda batas jalon, dimana titik setelah diukur dan akan diperlukan lagi pada
waktu
ditanam
lain.
didalam
Patok tanah
biasanya dan
yang
menonjol antara 5 cm-10 cm, dengan maksud agar tidak lepas dan tidak mudah dicabut. Patok terbuat dari dua macam bahan yaitu kayu dan besi atau beton. x Patok kayu Patok kayu yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur sangkar dengan ukuran r 50 mm x 50 mm, dan bagian atasnya diberi cat. x Patok beton atau besi
Gambar 326. Statif
Patok yang terbuat dari beton atau 3. Unting-unting
besi biasanya merupakan patok tetap
Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan
yang
berbentuk
kerucut
dengan ujung bawah lancip dan di ujung
yang akan masih pada waktu lain.
354
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Gambar 330. Rambu ukur
7. Payung Payung ini berfungsi sebagai pelindung dari panas dan hujan untuk alat ukur itu Gambar 328. Jalon di atas patok
sendiri. Karena bila alat ukur sering kepanasan atau kehujanan, lambat laun
5. Pita ukur (meteran) Rambu ukur dapat terbuat dari kayu,
alat tersebut pasti mudah rusak (seperti;
campuran alumunium yang diberi skala
jamuran, dll).
pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm, panjang
antara
3m-5m
pembacaan
dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter.
Gambar 331. Payung
12.2.2 Bahan yang Digunakan : 1. Formulir ukur Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat kondisi di lapangandan hasil Gambar 329. Pita ukur
perhitungan-perhitungan/ pengukuran di lapangan. (terlampir)
6. Rambu Ukur Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm, panjang
antara
3m-5m
pembacaan
dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. Gambar 332. Formulir Ukur
355
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
2. Peta wilayah studi Peta digunakan agar mengetahui di daerah
mana
akan
melakukan
pengukuran. 3. Cat dan kuas digunakan untuk menandai dimana kita mengukur
dan
dimana
pula
meletakan rambu ukur. Tanda ini tidak boleh selesai
hilang karena
sebelum akan
Gambar 334. Benang
kita
perhitungan
mempengaruhi
perhitungan dalam pengukuran.
x
Paku Paku terbuat dari baja (besi) dengan ukuran ± 10 mm. Digunakan sebagai tanda apabila cat mudah hilang dan patok kayu tidak dapat digunakan, dikarenakan rute (jalan) yang digunakan terbuat dari aspal.
12.2.3 Formulir Pengukuran Formulir
pengukuran
digunakan
untuk
mencatat kondisi di lapangan dan hasil perhitungan-perhitungan/
pengukuran
di
lapangan. (terlampir) 12.2.4 Prosedur pengukuran : Gambar 333. Cat dan Kuas
4. Alat tulis Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengkuran di lapangan. x
Benang Benang berfungsi sebagai:
Pengukuran
metode
tachymetri
menggunakan alat theodolite, baik yang bekerja secara optis maupun elektronis digital yang sering dinamakan dengan Total Station. Alat theodolite didirikan di atas patok yang telah diketahui koordinat dan
a. menentukan garis lurus b. menentukan garis datar c.
menentukan pasangan yang kurus
ketinggiannya hasil pengukuran kerangka dasar. Patok tersebut mewakili titik-titik ikat pengukuran.
d. mekuruskan plesteran e. menggantungkan unting-unting
Rambu ukur atau target diletakkan di atas titik-titik detail yang akan disajikan di atas
356
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
peta. Titik-titik detail dapat berupa unsur
vertikal berupa sudut miring atau
alam atau unsur buatan manusia. Unsur
sudut
alam misalnya adalah perubahan slope
tersebut. Jika sudut vertikal yang
(kemiringan) tanah yang dijadikan titik-titik
dibaca relatif kecil antara 0o – 5o
tinggi (spot heights) sebagai acuan untuk
maka
penarikan dan interpolasi garis kontur.
tersebut
Unsur buatan manusia misalnya adalah
(miring) dan jika berada di sekitar
pojok-pojok bangunan.
sudut 90o maka dapat dipastikan
terbaca
buatlah
titik ikat pada awal pengukuran
sudut
inklinasi
semua
data
sebanyak-banyaknya
sedemikian rupa sehingga informasi
(patok pertama). gelembung
dari
nivo
berikutnya,
6. Selanjutnya tachymetri
atas target tersebut, kemudian baca
datar
benang bawah dari rambu ukur
7. yang
menunjukan azimuth magnetis dari titik detail satu dan baca pula sudut
dengan
dan
pengukuran
polygon
koordinat dan tinggi titik-titik detail.
bantuan sekrup kasar dan halus
horizontal
dipindahkan
data
sedemikian rupa sehingga diperoleh
dengan
pergerakan vertikal.
pengolahan
pengolahan data pengukuran sipat
benang atas, benang tengah, dan
satu
lakukan
detail lainnya.
diarahkan teropong titik detail satu
detail
selanjutnya
pengukuran tachymetri ke titik-titik
biasa
yang telah didirikan rambu ukur di
planimetris
5. Pindahkan alat theodolite ke titik ikat
atau ke kiri saja. teropong
baik
secara lengkap di atas peta.
kaki kiap ke dalam dan keluar saja dan satu sekrup kaki kiap ke kanan
lapangan
maupun ketinggian dapat disajikan
dengan prinsip pergerakan 2 sekrup
sudut
adalah
sudut
diatas. Dalam membuat titik detail
theodolite pada titik (patok) sebagai
4. Bacalah
dipastikan
dan lakukan hal yang sama seperti
pengukuran poligon, dirikan alat
titik
detail
rambu ukur ke titik detail berikutnya
pada pengukuran sipat datar dan
pada
titik
tersebut kemudian kita pindahkan
yang telah ada yang digunakan
posisi
dapat
Setelah
1. Dengan menggunakan patok-patok
3. Pada
pada
sudut tersebut adalah sudut zenith.
a. Urutan pengaturan serta pemakaian :
2. Ketengahkan
zenith
Pengukuran
tachymetri
selesai.
Hasil yang diperoleh dari prakek pengukuran tachymetri di lapangan adalah koordinat planimetris X,Y, dan ketinggian Z titik-titik detail yang
357
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
diukur
sebagai
pengukuran
situasi
untuk
daerah
pembacaan
satuan
menit
atau
keperluan
satuan centigrade per kolom, atau
penggambaran titik detail dan garis-
ada yang mempunyai harga 2 menit
garis kontur dalam pemetaan.
(2c) per kolom. 5. Sistim pembacaan lingkaran vertikal
b. Pembacaan sudut mendatar :
ada 2 macam yaitu:
1. Terlebih dahulu kunci boussole atau pengencang magnet kita lepaskan, kemudian
akan
terlihat
skala
pembacaan bergerak; sementara bergerak kita tunggu sampai skala pembacaan diam, kemudian kita kunci lagi. 2. pembacaan dengan
bersifat
koinsidensi
mempergunkan
tromol
Sistim sudut zenith.
Sistim sudut miring.
6. Sudut miring yang harganya negatif, pembacaan dilakukan dari kanan ke kiri, sedangkan untuk harga positif pembacaan dari kiri ke kanan. 7. Perlu diyakinkan harga sudut miring positif atau negatif. d. Pembacaan Rambu
mikrometer.
1. Untuk pembacaan jarak, benang c. Keterangan:
atas kita tempatkan di 1 m atau 2 m
1. Pada pembacaan sudut miring perlu diperhatikan
tanda
positif
atau
negatif, sebab tidak setiap angka mempunyai
tanda
positif
atau
negatif.
Kemudian baca benang bawah dan tengah. 2. Untuk pembacaan sudut miring, arahkan
2. Pada pembacaan sudut miring di dekat 0o (0gr) perlu diperhatikan tanda positif atau negatif, sebab tandanya tidak terlihat, sehingga meragukan sipembaca. 3. Perlu
diperhatikan
tersebut:
Sistim centisimal (grade).
Sistim sexagesimal (derajat). diperhatikan,
pembacaan
skala
tromol
bahwa untuk
benang
tengah
dari
teropong ke tinggi alatnya, sebelum pembacaan dilakukan, gelembung nivo vertikal harus diketengahkan dahulu. (Tinggi
sistim
pembacaan dari pos alat ukur tanah
4. Perlu
pada satuan meter dari rambu.
dicatat).
alat
harus
diukur
dan
358
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
12.2.5 Penurunan Rumus Titik Detail Tachymetri
BT
Secara umum rumus yang digunakan dalam tachymetri adalah sebagai berikut :
1. BA' BT COSi
BA' BT BA BT
( BA BT ) COSi
BA' BT
BA' ( BA BT ) COSi BT
2. BT BB' COSi
BT BB' BT BB
( BT BB) COSi
BT BB '
BB' BT ( BT BB) COSi
3. BA’
= (BA – BT) . COS i + BT
BB’
= BT – (BT – BB) . COS i
(BA’ –BB’) = (BA – BT+ BT– BB) . COSi
i
O
O'
Gambar 335. Segitiga O BT O’
7. Sini
O' BT d AB
dAbx
= dAB . COS i . 100 = (BA – BB) . COS i . COS i . 100
d AB Sini
8. 'HAB = Tinggi alat + O’BT – BT 'HAB = Tinggi alat + dAB . Sin i – BT o Tinggi alat +(BA – BB) . Cos i . Sin i . 100– BT
'HAB = Tinggi alat + (BA – BB) . Sin 2i
= (BA – BB) . COS i
4. dAbx
O' BT
. ½ i 100 – BT 'HAB = Tinggi alat + (BA- BB) i Sin 2i i 50 – BT
dABx = (BA – BB) . COS2 i . 100 Jadi :
5. dABx
= dAB . COS i . 100
dABx = (BA – BB) . COS i . COS i . 100
dABx = (BA – BB) . COS2 i . 100
XA dan YA = Hasil pengolahan data polygon. = Hasil pengolahan data tachymetry. DAB
Catatan : Tinggi alat = Hasil pengolahan data sipat datar
6. Catatan :
dABx
TB = Tinggi alat + 'HAB
= Hasil pembacaan sudut horizontal (azimuth) theodolitee
'HAB
= Hasil pengolahan data Tachymetri
359
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
1 BA i Z
Z
BT i
Z Z
BB
d AB
? HAB
O' i
O
Ta
A
B
dABX
Titik Nadir
Gambar 336. Pengukuran titik detail tachymetri
12. 3. Pengolahan Data Pengukuran Tachymetri Data yang diambil dari lapangan semakin
Data yang diperoleh dari lapangan harus
banyak semakin baik. Data yang diperoleh di
diolah untuk menghilangkan kesalahan
tempat alat berdiri meliputi azimuth magnetis,
sistematis dan acak yang terjadi serta
sudut vertikal inklinasi (miring) atau zenith dan
membuang
tinggi alat. Data yang diperoleh dari tempat
mungkin timbul. Pengolahan data sipat
berdiri rambu atau target adalah bacaan
datar kerangka dasar vertical dan polygon
benang diafragma (benang atas, benang
kerangka dasar horizontal dapat diolah
tengah, dan benang bawah) atau jarak
secara manual dengan bantuan mesin
langsung. Pada alat theodolite dengan fasilitas
hitung atau secara tabelaris menggunakan
total station koordinat dan ketinggian tinggi
bantuan computer.
titik-titik detail dapat langsung diperoleh dan direkam ke dalam memori penyimpanan.
kesalahan
besar
yang
360
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Titik kontrol vertikal dan horizontal dapat
12. 4. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri
diperoleh dengan cara: a. Penentuan benchmark yang ada dari lapangan
Sebelum hasil praktek pengukuran digunakan untuk
keperluan
pembuatan
hasil
pengukuran
sebelumnya.
peta
b. Hasil pengamatan diatas peta, untuk
(penggambaran) maka data dari lapangan
koordinat dari hasil interpolasi grid-grid
diolah terlebih dahulu. Dari hasil pengukuran
peta.
Tachymetri diperoleh data mentah yang harus
diolah
sesuai
dengan
metoda
pengukuran yang dilakukan.
Sedangkan untuk tinggi definitif diperoleh dari hasil interpolasi garis-garis kontur yang ada diatas peta. Koordinat definitif
Data yang telah diolah kemudian disajikan di
kemudian dibuat gambarnya baik secara
atas kertas (2 dimensi) dalam bentuk peta
manual
yang disebut sebagai pekerjaan pemetaan
komputer
yang
informasi luas wilayah pengukuran. Tinggi
menghasilkan
informasi
spasial
titik-titik
(keruangan) berupa peta. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri hampir
sama
pengukuran vertikal
dengan
sipat
dan
datar
penggambaran kerangka
penggambaran
dasar
pengukuran
poligon kerangka dasar horizontal. Informasi yang diperoleh dari pengolahan data sipat datar kerangka dasar vertical adalah tinggi
definitif
titik-titik
ikat,
sedangkan
informasi yang diperoleh dari pengolahan data kerangka dasar horizontal adalah koordinat titik-titik ikat. Titik awal dan akhir pengukuran juga diberikan sebagai kontrol vertikal dan horizontal.
maupun
digital
sehingga
ikat
memanjang
dapat
digambar
sehingga
menggunakan diperoleh
pada
dapat
arah
diperoleh
turun naiknya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran.
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Gambar 337.Theodolitee O BT O’
361
Gambar 338. siteplan pengukuran titik-titik detail Tachymetri Gedung PKM
Jalan
Garis Kontur
Rute Pengukuran
Titik Detail
Tiang Listrik
Pohon
Pohon
LEGENDA
SKALA 1 : 100
TACHYMETRI
SITE PLAN PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL
DIPERIKSA
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
MATA PELAJARAN
INSTITUSI
CATATAN
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
362
363
DIPERIKSA KONTUR TEMPAT PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL TACHYMETRI
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
MATA PELAJARAN
INSTITUSI
CATATAN
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Gambar 339. Kontur tempat pengukuran titik detail tachymetri
GOR
DIREKSI KEET
PKM
FPBS
Gambar 340. Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 1 SKALA 1 : 100
PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL TACHYMETRI DENGAN GARIS KONTUR
Gedung PKM
Jalan
Garis Kontur
Rute Pengukuran
Titik Detail
Tiang Listrik
Pohon
Pohon
LEGENDA
N
DIPERIKSA
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
MATA PELAJARAN
INSTITUSI
CATATAN
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
364
Gambar 341. Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 2 SKALA 1 : 100
PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL TACHYMETRI DENGAN GARIS KONTUR
Garis Kontur
Rute Pengukuran
Titik Detail
LEGENDA
N
DIPERIKSA
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
MATA PELAJARAN
INSTITUSI
CATATAN
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
365
366
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 30. Formulir pengukuran titik detail
P E N G U K U R A N S IT U A S I D E T A IL L abo ratorium Ilm u U ku r T anah Juru san T ekn ik B an gunan
N o.L em bar
P eng u ku ran
C uaca
M end ung
A lat U k ur
T .0 W ild 138 402
T ach ym etri
L okasi
G edu ng O lah R aga
D iuk ur O leh T ingg i A lat/ P atok
T itik U kur D ari
K elom pok 8
Ke
S ketsa :
T ang gal
B acaan S u dut o ' ''
Instruktur B enang
Jarak (m )
T engah H o rizon tal
V ertikal
d ari
M iring
D atar
B eda T inggi
A tas B aw ah
+
-
T inggi A tas L aut (m )
K et
367
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 31. Formulir pengukuran titik detail posisi 1
PENGUKURAN SITUASI DETAIL No.Lembar
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan Tachymetri
Pengukuran Lokasi
Gedung Olah Raga
Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok
Titik Ukur Dari 1
Kelompok 8
Tanggal
Bacaan Sudut o ' ''
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild 138402
Instruktur Benang
Jarak (m)
Tengah Miring
Datar
Bawah
Vertikal
313°34'
92°22'
1.314
2
44°14'
92°00'20''
1.1285
3
2°30'
87°
1.234
4
13°12'
87°
1.307
5
20°54'
86°30'
1.2565
6
132°40'
98°12'
0.6795
7
152°59'
96°18'
0.609
8
190°47'
96°18'
0.0865
9
212°3'
92°16'
1.16
1.22
10
252°7'
92°18'
1.245
1.345
1.42
1.336 1.292 1.3 0.957 1.72 0.748 1.472 1.142 1.35 1.163 0.719 0.64 0.7 0.518 0.97 0.76 1.1 1.145
Sketsa : 2
3 4
1
5
10
6 9
8
Beda Tinggi
Atas
Horizontal
Ke 1
dari
Cuaca
7
+
-
Tinggi Atas Laut (m)
Ket
368
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 32. Formulir pengukuran titik detail posisi 2
PENGUKURAN SITUASI DETAIL Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan
No.Lembar
Pengukuran
Cuaca
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild 138402
Tachymetri
Lokasi
Gedung Olah Raga
Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok
Titik Ukur Dari 2
Kelompok 8
Tanggal
Instruktur
Bacaan Sudut o ' ''
Benang
Jarak (m)
Tengah Miring
Datar
Beda Tinggi
Atas Bawah
Horizontal
Vertikal
71°4'
93°3'
0.597
2
91°30'
93°4'
0.484
0.55
3
134°9'
90°33'
1.006
1.056
4
172°45'
90°35'
1.5
1.1
5
212°30'
92°15'
0.634
0.688
6
242°56'
91°8'
0.915
7
245°5'
91°20'
0.938
Ke 1
1.30
dari
0.658 0.535 0.418 0.955 1 0.58 0.98 0.85 1.035 0.84
8
272°56'
91°20'
1.223
9
291°9'
88°19'
1.12
1.16
10
1°43'
91°18'
1.111
1.126
1.266 1.18 1.08 1.095
Sketsa :
10 9 1
8 2
6 7
5
3 4
+
-
Tinggi Atas Laut (m)
Ket
369
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 33. Formulir pengukuran titik detail posisi 3
PENGUKURAN SITUASI DETAIL Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan
No.Lembar
Pengukuran
Cuaca
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild 138402
Tachymetri
Lokasi
Gedung Olah Raga
Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok
Titik Ukur Dari 3
Kelompok 8
Tanggal
Instruktur Jarak (m)
Bacaan Sudut o ' ''
Benang Tengah
Miring
Datar
Vertikal
84°47'
92°80'
0.75
2
140°23'
94°8'
0.753
3
150°55'
94°8'
0.688
1.28
0.8 0.7 0.78 0.725 0.725 0.65
4
194°37'
94°5'
5
221°36'
6
0.547
0.625
91°28'
0.51
0.61
234°51'
89°2'
1.29
7
244°9'
89°2'
0.839
0.908
8
262°17'
89°2'
1.117
1.203
9
282°57'
88°19'
1.808
10
44°57'
88°19'
1.499
0.522 0.41 1.38 1.2 0.77 1.03 1.85 1.765 1.95 1.048
Sketsa : 1 2 3 4 5 6 7 10 9 8
Beda Tinggi
Atas Bawah
Horizontal
Ke 1
dari
+
-
Tinggi Atas Laut (m)
Ket
370
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 34. Formulir pengukuran titik detail posisi 4
PENGUKURAN SITUASI DETAIL Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan
No.Lembar
Pengukuran
Cuaca
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild 138402
Tachymetri
Lokasi
Gedung Olah Raga
Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok
Titik Ukur Dari 4
Kelompok 8
Tanggal
Instruktur
Bacaan Sudut o ' ''
Jarak (m)
Benang Tengah
Miring
Datar
Vertikal
150°2'
93°8'
0.853
2
172°49'
92°18'
0.56
3
204°29'
92°12'
0.843
1.25
0.905 0.805 0.608 0.502 0.878 0.808
4
340°
92°12'
2.145
2.18
5
342°14'
89°18'
1.437
1.514
6
354°27'
89°19'
1.288
7
1°3'
89°19'
1.565
2.11 1.36 1.39 1.185 1.645 1.485 8
12°29'
89°18'
1.051
9
41°31'
89°19'
1.22
10
91°43'
89°18'
1.401
1.092 1.01 1.35 1.09 1.413 1.388
Sketsa :
5 4
6 7 8 9 10 1 2
3
Beda Tinggi
Atas Bawah
Horizontal
Ke 1
dari
+
-
Tinggi Atas Laut (m)
Ket
371
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 35. Formulir pengukuran titik detail posisi 5
PENGUKURAN SITUASI DETAIL No.Lembar
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan Tachymetri
Pengukuran Lokasi
Gedung Olah Raga
Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok
Titik Ukur Dari 5
Kelompok 8
Tanggal
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild 138402
Instruktur Benang
Jarak (m)
Bacaan Sudut o ' ''
Tengah Miring
Datar
Bawah
Vertikal
190°24'
94°17'
0.810
2
241°49'
94°15'
1.263
1.55
3
341°51'
94°25'
0.85
0.876
4
3°8'
94°25'
0.528
0.57
5
20°20'
90°5'
0.9
0.98
6
32°44'
90°5'
0.692
7
60°37'
90°5'
0.881
8
70°18'
90°3'
0.925
9
91°7'
90°4'
1.005
113°16'
90°7'
1.442
1.30
0.86 0.76 0.975 0.823 0.485 0.82 0.763 0.62 0.938 0.823 0.51 0.34 1.15 0.86
10
1.468 1.416
4
Sketsa :
5
3
6 7
2 9
1 10
8
Beda Tinggi
Atas
Horizontal
Ke 1
dari
Cuaca
+
-
Tinggi Atas Laut (m)
Ket
372
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 36. Formulir pengukuran titik detail posisi 6
PENGUKURAN SITUASI DETAIL No.Lembar
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan Tachymetri
Pengukuran Lokasi
Gedung Olah Raga
Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok
Titik Ukur Dari 6
Kelompok 8
Tanggal
Bacaan Sudut o ' ''
Alat Ukur
T.0 Wild 138402
Benang
Jarak (m)
Tengah Miring
Datar
90°1'
1.07
2
121°12'
90°2'
1.24
3
133°9'
89°6'
1.39
1.105 1.034 1.34 1.14 1.495 1.285
4
142°54'
89°6'
1.077
1.15
5
221°31'
89°9'
1.205
1.255
6
351°52'
89°10'
1.222
7
304°42'
89°10'
1.405
8
312°42'
89°17'
1.84
9
300°2'
89°18'
1.51
10
322°20'
89°15'
1.554
1.003 1.155 1.262 1.182 1.138 1.672 1.898 1.782 1.555 1.465 1.586 1.5225
Sketsa :
10
9
1
8
2 4
7
5 6
3
Beda Tinggi
Atas Bawah
Vertikal
90°1'
1.30
Mendung
Instruktur
Horizontal
Ke 1
dari
Cuaca
+
-
Tinggi Atas Laut (m)
Ket
373
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 37. Formulir pengukuran titik detail posisi 7
PENGUKURAN SITUASI DETAIL No.Lembar
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan Tachymetri
Pengukuran Lokasi
Gedung Olah Raga
Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok
Titik Ukur Dari 7
Kelompok 8
Tanggal
Bacaan Sudut o ' ''
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild 138402
Instruktur Benang
Jarak (m)
Tengah Miring
Datar
Bawah
Vertikal
260°36'
89°19'
0.697
2
321°36'
96°8'
0.59
3
331°36'
92°19'
0.653
4
342°15'
92°20'
0.734
0.782
5
11°9'
91°12'
0.387
0.437
6
31°52'
91°12'
0.467
7
54°15'
91°0'
0.815
8
112°18'
91°0'
1.45
9
180°14'
91°0'
1.609
10
194°19'
93°2'
1.727
1.30
0.723 0.67 0.625 0.555 0.705 0.6 0.685 0.337 0.515 0.418 0.85 0.78 1.482 1.418 1.652 1.565 1.769 1.685
Sketsa :
2
3
4
5
6 7
1 8 10 9
Beda Tinggi
Atas
Horizontal
Ke 1
dari
Cuaca
+
-
Tinggi Atas Laut (m)
Ket
374
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Tabel 38. Formulir pengukuran titik detail posisi 8
PENGUKURAN SITUASI DETAIL Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan
No.Lembar
Pengukuran
Cuaca
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild 138402
Tachymetri
Lokasi
Gedung Olah Raga
Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok
Titik Ukur Dari 8
Kelompok 8
Tanggal
Bacaan Sudut o ' ''
Instruktur Benang
Jarak (m)
Tengah Miring
Datar
Bawah
Vertikal
351°7'
89°14'
1.371
2
30°5'
89°16'
0.879
3
40°37'
89°16'
1.125
4
60°23'
89°16'
1.328
1.363
5
94°44'
91°16'
1.599
1.632
6
141°56'
91°16'
1.975
7
162°19'
91°25'
2.219
1.31
1.33 1.213 0.946 0.811 1.17 1.08 1.293 1.565 2.02 1.93 2.305 2.132 1.363
8
183°23'
96°28'
1.268
9
194°10'
96°29'
1.031
1.082
10
203°48'
96°29'
1.796
1.826
1.173 0.98 1.765
Sketsa :
8
7
9
6
10
5
1 4 3
Beda Tinggi
Atas
Horizontal
Ke 1
dari
2
+
-
Tinggi Atas Laut (m)
Ket
375
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Model DiagramModel Alir IlmuDiagram Ukur TanahAlir Pertemuan ke-12 Pengukuran Titik-Titik Detail Detail Metode Tachymetri Pengukuran titik-titik Metode Tachymetri
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Orde-1
Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal Orde-1
Pengukuran Titik-Titik Detail Orde-2
Metode Offset
Metode Tachymetri
Peralatan : - Teknologi lensa optis - Elektronis digital
Peralatan sederhana - Pita ukur - Jalon - Meja ukur - Mistar - Busur derajat
Keunggulan : - Kecepatan - Ketepatan
Theodolite
Elektronis Digital Total Station
Optis
X, Y, Z (Titik-titik detail)
- Azimuth Magnetis - Sudut Vertikal (Inklinasi/Zenith) - Benang Atas, Tengah, Bawah - Tinggi Alat
Dij = (BA-BA).100.(cos i)^2 dHij = Talat + (BA-BB).50.sin 2i-BT
Unsur Alam : Perubahan slope
Xj = Xi + Dij . Sin Aij Yj = Yi + Dij . Cos Aij Hj = Hi + dHij
Gambar 342. Diagram alir Pengukuran titik-titik detail metode tachymetri
Unsur Buatan : Pojok-pojok bangunan
376
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 12 mengenai pengukuran titik detail (tachymetri), maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail untuk
menghasilkan
titik-titik detail yang tersebar di
permukaan bumi yang
menggambarkan situasi daerah pengukuran. 2. Pengukuran titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail mempunyai orde ketelitian lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka dasar. 3. Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital. Pengukuran titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara yang paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. 4. Pengukuran tiitk-titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y, dan ketinggian Z. 5. Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. 6. Penentuan beda elevasi dengan tachymetri dapat dibandingkan dengan sipat datar memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan pembacaan rambu sesuai bidikan minus. 7. Menggunakan pengukuran cara tachymetry, selain diperoleh unsur jarak, juga diperoleh beda tinggi. 8. Pengukuran metode tachymetri menggunakan alat theodolite, baik yang bekerja secara optis maupun elektronis digital yang sering dinamakan dengan Total Station. 9. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri dapat dengan manual ataupun dengan komputerisasi (AutoCAD). 10. Data yang diambil dari lapangan semakin banyak semakin baik.
377
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Soal Latihan Jawblah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini ! 1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran Tachymetri ? 2. Jelaskan tujuan pengukuran titik-titik detail metode tachymetri! 3. Sebutkan perbedaan dari pengukuran tachymetri untuk titik bidik horizontal dengan pengukuran tachymetri untuk bidikan miring? 4. Sebutkan peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pengukuran titik-titik detail metode tachymetri! Jelaskan! 5. Diketahui : Xa = 100,64 ; Ya = 100,46 ; Ta = +800 Target B
Tinggi
Benang
Benang
Benang
Alat
Atas
Tengah
Bawah
1.54
1.654
1.543
1.432
Azimuth
Inklinasi
DA o
47 47’47’’
01 01’01’’
C
1.52
1.726
1.585
1.444
100 27’57’’
02o02’02’’
D
1.55
1.744
1.663
1.583
179o09’09’’
-1o01’01’’
E
1.58
1.932
1.745
1.558
269o36’36’’
-2o02’02’’
F
1.52
1.832
1.738
1.644
358o23’24’’
-3o02’01’’
Ditanyakan : Koordinat dan Tinggi titik B, C, D, E, dan F ?
o
I o
378
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
13. Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya 13.1 Pengertian garis kontur
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk
Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang
menghubungkan
titik
dengan
ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah.
memberikan
informasi
slope
(kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang
atau
melintang
permukaan
tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill)
permukaan
tanah
asli
terhadap
ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis
kontur
membuat perpotongan
dapat
proyeksi bidang
dibentuk tegak
dengan
garis-garis
mendatar
dengan
permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
+ 41 m + 40 m + 39 m
Kontur ( Khayal )
Gambar 343. Pembentukan garis kontur dengan mendatar dengan permukaan bumi.
membuat proyeksi tegak garis perpotongan bidang
379
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Garis-garis kontur merupakan cara yang
baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk
banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk
permukaan
permukaan tanah dan ketinggian pada peta,
hachures dan shading.
karena memberikan ketelitian yang lebih
Bentuk
tanah
garis
yaitu
kontur
dengan
dalam
3
cara
dimensi
Alam Peta
Gbr.3
Gambar 344. Penggambaran kontur
g.
13.2 Sifat garis kontur
Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.
h. Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut : a.
Berbentuk kurva tertutup.
b.
Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai Penyajian
interval
Tidak bercabang.
tergantung
pada
c.
Tidak berpotongan.
disajikan, jika datar maka interval garis
d.
Menjorok ke arah hulu jika melewati
kontur tergantung pada skala peta yang
sungai.
disajikan, jika datar maka interval garis
Menjorok ke arah jalan menurun jika
kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan
melewati permukaan jalan.
nilai skala peta , jika berbukit maka
e.
f.
Tidak
tergambar
bangunan.
jika
i.
melewati
interval
garis
garis
skala
kontur
peta
adalah
kontur yang
1/500
dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis
380
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
kontur adalah 1/200 dikalikan dengan
j.
Garis kontur berharga lebih rendah
nilai skala peta.
mengelilingi garis kontur yang lebih
Penyajian indeks garis kontur pada
tinggi.
daerah datar adalah setiap selisih 3
m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk
garis kontur, pada daerah berbukit
huruf "U" menandakan punggungan
setiap selisih 4 garis kontur sedangkan
gunung.
pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur. k.
l.
Satu
garis
n.
Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf
kontur
mewakili
satu
"V"
menandakan
lembah/jurang
ketinggian tertentu..
Gambar 345. Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
Gambar 346. Garis kontur pada daerah sangat curam.
suatu
381
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 347. Garis kontur pada curah dan punggung bukit.
Gambar 348. Garis kontur pada bukit dan cekung
Rumus untuk menentukan interval kontur
13.3 Interval kontur dan indeks kontur
pada suatu peta tofografi adalah : I = (25 / jumlah cm dalam 1 km) meter, atau
Interval kontur adalah jarak tegak antara
I = n log n tan a, dengan n = (0.01 s + 1)1/2
dua garis kontur yang berdekatan dan
meter.
merupakan
Atau :
jarak
antara
dua
bidang
mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta tofografi
interval
kontur
dibuat
sama,
§ · 25 ¸ meter ¨ jumlah cm dalam 1 km ¸ © ¹
i= ¨
berbanding terbalik dengan skala peta.
i = n. log n. tan
D
banyak informasi yang tersajikan, interval
dimana : n =
0.01S 1
kontur semakin kecil. Indeks kontur adalah
D
garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan
dipetakan
setiap kelipatan interval kontur tertentu.
S = Angka skala
Semakin besar skala peta, jadi semakin
= kemiringan rata – rata daerah yang
382
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Tabel 39. Bentuk muka tanah dan interval kontur.
Skala 1 : 1000 dan Lebih besar 1 : 1 000 s/d 1 : 10 000 1 : 10 000 dan lebih kecil
Bentuk Muka Tanah Datar Bergelombang Berbukit Datar Bergelombang Berbukit Datar Bergelombang
Interval Kontur
13.4 Kemiringan tanah dan kontur gradient
0.2 - 0.5 m 0.5 - 1.0 m 1.0 - 2.0 m 0.5 - 1.5 m 1.0 - 2.0 m
Kemiringan tanah D adalah sudut miring antara dua titik.
§ DhAB · ¸ © sAB ¹
2.0 - 3.0 m
D = tan-1 ¨
1.0 - 3.0 m 2.0 - 5.0 m
Dimana :
D = Kemiringan tanah
5.0 - 10.0 m
Berbukit Bergunung
D = arc tan
0.0 - 50.0 m
'h S
Gambar 349. Kemiringan tanah dan kontur gradient
Pada gambar diatas titik-titik A, B, C, dan D harus dipillih untuk menggambarkan
13.5 Kegunaan garis kontur
garis kontur. Dengan demikian kita dapat menginterpolasi secara linear ketinggian
Selain menunjukan bentuk ketinggian
titik-titik
detail
gradient
E
yang
diukur.
Kontur
permukaan tanah, garis kontur juga dapat
adalah
sudut
antara
digunakan untuk:
permukaan tanah dan bidang mendatar
a.
Menentukan
profil
tanah
memanjang,
longitudinal
(profil
sections)
antara dua tempat. (Gambar 350) b. Menghitung luas daerah genangan dan
volume
(gambar 351)
suatu
bendungan
383
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
c.
Menentukan jalan
atau
route/trace saluran
suatu yang
mempunyai kemiringan tertentu
d. Menentukan kemungkinan dua titik di
lahan sama tinggi dan saling
terlihat (gambar 353.)
(gambar 352)
Gambar 350. Potongan memanjang dari potongan garis kontur
Gambar 351. Bentuk, luas dan volume daerah genangan berdasarkan garis kontur.
Gambar 352. Rute dengan kelandaian tertentu
384
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 353. Titik dengan ketinggian sama berdasarkan garis kontur.
x
kerapatan titik detil ditentukan oleh
13.6 Penentuan dan pengukuran titik detail untuk pembuatan garis kontur x
skala peta dan ketelitian (interval) kontur yang diinginkan. x
Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti informasi yang tersajikan dalam peta.
Dalam batas ketelitian teknis tertentu,
Pengukuran
titik-titik
detail
untuk
penarikan garis kontur suatu peta dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Gambar 354. Garis kontur dan titik ketinggian.
385
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
a.
Pengukuran tidak langsung
dilakukan dengan cara tachymetry pada
Titik-titik detail yang tidak harus sama tinggi,
semua
medan
dipilih mengikuti pola tertentu yaitu: pola
menggunakan
kotak-kotak (spot level) dan profil (grid) dan
ataupun sipat datar profil pada daerah yang
pola radial. Dengan pola-pola tersebut garis
relatif datar. Pola radial digunakan untuk
kontur dapat dibuat dengan cara interpolasi
pemetaan topografi pada daerah yang luas
dan pengukuran titik-titik detailnya dapat
dan permukaan tanahnya tidak beraturan.
sipat
Gambar 355. Pengukuran kontur pola spot level dan pola grid.
Gambar 356. Pengukuran kontur pola radial.
dan datar
dapat
pula
memanjang
386
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
b.
Pengukuran langsung
Titik
detail
ketinggian
dicari
yang
pengukuran garis kontur cara langsung,
yang
sama
mempunyai
dan
ditentukan
garis-garis
kontur
merupakan
garis
penghubung titik-titik yang diamati dengan
posisinya dalam peta dan diukur pada
ketinggian yang sama,
ketinggian tertentu. cara pengukurannya
pengukuran garis kontur cara tidak langsung
bisa menggunakan cara tachymetry, atau
umumnya titik-titik detail itu pada titik
kombinasi antara sipat datar memanjang
sembarang tidak sama.
dan pengukuran polygon. Cara
pengukuran
sedangkan pada
Bila titik-titik detail yang diperoleh belum
langsung
sulit
mewujudkan titik-titik dengan ketinggian
dibanding dengan cara tidak langsung,
yang sama, posisi titik dengan ketinggian
namun ada jenis kebutuhan tertentu yang
tertentu dicari, berada diantara 2 titik tinggi
harus
tersebut
menggunakan
lebih
cara
pengukuran
kontur cara langsung, misalnya pengukuran dan pemasanngan tanda batas daerah genangan.
dan
diperoleh
dengan
prinsip
perhitungan 2 buah segitiga sebangun. Data yang harus dimiliki untuk melakukan interpolasi garis kontur adalah jarak antara 2 titik tinggi di atas peta, tinggi definitif kedua titik tinggi dan titik garis kontur yang akan ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik garis kontur yang melewati garis hubung antara 2 titik tinggi. Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap posisi titik pertama atau kedua. Titik hasil
Gambar 357. Pengukuran kontur cara langsung
interpolasi
tersebut
kemudian
kita
hubungkan untuk membentuk garis kontur
13.7 Interpolasi garis kontur
yang kita inginkan. maka perlu dilakukan interpolasi linear untuk mendapatkan titik-
Penarikan
garis
kontur
perolehan
posisi
titik-titik
berdasarkan tinggi
(spots
titik yang sama tinggi. Interpolasi linear bisa dilakukan dengan cara : taksiran, hitungan
height) maka akan semakin mudah dan
dan grafis.
halus penarikan garis konturnya.
a. Cara taksiran (visual)
Penarikan garis kontur diperoleh dengan
Titik-titik dengan ketinggian yang sama,
cara
sedangkan
perhitungan
interpolasi,
pada
pada
pengukuran
dan
387
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
diinterprestasikan langsung diantara titik-titik
planimeter dengan interval h. Volume total
yang diketahui ketinggiannya.
6V dapat dihitung.
Rumus umum :
hª
¦V = 3 ««A A 0
N
«¬
º 4 ¦ A2r1 2 ¦A2r » ….(i) » r 0 r 0 »¼ r
n2 2
r
n2 2
atau
Gambar 358. Interpolasi kontur cara taksiran
¦V b. Cara hitungan (Numeris) Cara ini pada dasarnya juga menggunakan dua
titik
yang
ketinggiannya, dikerjakan
diketahui hitungan
secara
posisi
numeris
¦V
(eksak)
menggunakan perbandingan linear. c.
atau
dan
interpolasinya
n1 r ª º r n 2 1 h« 2 A0 AN 2 ¦ Ar ¦ Ar1.Ar »....(ii) « » 3 r 0 r 1 «¬ »¼
n 1 r º ª 2 h« A0 AN 2 ¦ Ar »............(iii) » 2« r 0 »¼ «¬
Rumus (i) disebut rumus prisma dan digunakan apabila n = genap
Cara grafis
Cara grafis dilakukan dengan bantuan garisgaris sejajar yang dibuat pada kertas
Rumus (ii) disebut rumus piramida dan digunakan apabila n = ganjil
transparan (kalkir atau kodatrace). Garis-
Rumus (iii) disebut rumus rata-rata awal
garis sejajar dibuat dengan interval yang
dan akhir dan digunakan apabila n =
sama disesuaikan dengan tinggi garis kontur
ganjil
yang akan dicari.
13.9 Prinsip dasar penentuan volume
13.8 Perhitungan garis kontur
Garis-garis kontur pada peta topografi dapat
Dalam pengerjaan teknik sipil, antara lain
digunakan untuk menghitung volume, baik
diperlukan perhitungan volume tanah, baik
volume bahan galian (gunung kapur, bukit,
untuk pekerjaan galian maupun pekerjaan
dan lain-lain).
timbunan.
Luas yang dikelilingi oleh masing-masing garis
kontur
diukur
luasnya
dengan
Dibawah
ini
secara
singkat
diuraikan prinsip dasar yang digunakan untuk bentuk-bentuk tanah yang sederhana. Pada
dasarnya
volume
tanah
dihitung
388
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
dengan cara menjumlahkan volume setiap bagian yang dibatasi oleh dua bidang. Pada gambar bidang dimaksud merupakan bidang mendatar. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung volume. Disini
hanya
akan
diberikan
metode
vr = h A0 A1 .......... .......... .......... .......... (vi ) 2 Contoh lain penggunaan garis kontur untuk perhitungan volume dalam pekerjaan teknik sipil yaitu perhitungan volume dari galian atau timbunaan.
menggunakan rumus prisma dan rumus
Volume tanah yang digali didalam daerah
piramida.
ABCD yang dibatasi oleh permukaan tanah
Prisma adalah suatu benda yang dibatasi oleh dua bidang sejajar pada bagian-bagian atas dan bawahnya serta dibatasi oleh beberapa
bidang
datar
asli dan bidang permukaan rencana (dasar saluran), dapat dihitung dengan rumus:
¦V
h ^ A0 A1 A1 A2 2
¦V
2h A0 4 A1 A2 6
disekelilingnya.
Apabila bidang-bidang datar disekelilingnya sesuai dengan sisi bidang atas atau bawah
¦V
disebut piramida. Volume prisma :
^
`
h A0 A0 .A1 A1 A1 A1.A2 A2 3
`
VR = h A0 4 Am A1 .......... .......... .......... .(iv ) 6
Keterangan :
Volume piramida:
Ai : diukur dengan planimeter atau dihitung
VR = h A0 A0 A1 A1 ...........................(V ) 3
H : jarak antara dua profil yang berdekatan.
dengan cara koordinat.
Didalam peta topografi, garis-garis batas bidang datar A0, Am dan A1 ditunjukan oleh garis-garis kontur sedangkan h merupakan
13.10 Perubahan letak garis kontur di tepi pantai
interval konturnya. Jadi apabila h dibuat kecil, garis kontur ditarik dari data-data ketinggian tanah yang cukup rapat serta pengukuran
luas
bidang-bidang
yang
dibatasi oleh garis kontur diukur hingga v mendekati volume sebenarnya.
Cara perhitungan tersebut di atas sedang digunakan oleh GSI (Geography Survey Institute Jepang, di Thailand) untuk ukuran yang sangat kasar. secara
detail,
ada
Tetapi, kalau dilihat beberapa
masalah
perhitungan, seperti : Rumus lain yang dapat digunakan adalah rumus rata-rata awal dan akhir yaitu:
a. Di daerah yang akan hilang akibat kenaikan muka air laut sebesar T meter,
389
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
kehilangan terhitung sebagai jumlah
penyelidikan
nilai
kehilangan akibat pasang laut dan
yang
sekarang
berada.
kehilangannya bukan hanya di daerah
lapangan
mengenai
banjir.
antara batas pantai dan garis kontur 1m
Jika tinggi tanah yang sekarang kena banjir
sekarang, tetapi antara batas pantai
berada di antara batas pantai dan tinggi B
sekarang dan garis kontur 1+T meter
m, maka daerah yang akan kena banjir
(contoh di Makassar 1.64 m).
terletak di daerah antara garis kontur 1+T m
b. Di daerah yang akan lebih sering terkena sekarang,
banjir
dari
kehilangan
pada
kondisi
bisa
diukur
berdasarkan data yang terdapat melalui
dan garis kontur 1 +T+B m sekarang. Di daerah sini, kehilangan akan terjadi secara sebagian dari nilai total, yang dihitung terkait tinggi tanah setempat.
Gambar 359. Letak garis pantai dan garis kontur 1m
Gambar 360. Perubahan garis pantai dan garis kontur sesudah kenaikan muka air laut
390
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Col
13.11 Bentuk-bentuk lembah dan pegunungan dalam garis kontur
Daerah rendah antara dua buah ketinggian.
Jalan menuju puncak umumnya berada di
Hampir sama dengan col, tetapi daerah
atas
punggung
sedangkan
(lihat
disisinya
Saddle
garis
titik-titik
rendahnya
luas
dan
ketinggian
terdapat
lembah
mengapit tidak terlalu tinggi.
yang
umumnya berisi sungai (lihat garis gelap).
Pass
Plateau
Celah memanjang yang membelah suatu
Daerah dataran tinggi yang luas
daerah ketinggian.
gambar 361. Garis kontur lembah, punggungan dan perbukitan yang memanjang.
391
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 362. Plateau.
Gambar 363. Saddle
Gambar 364. Pass
392
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Deviasi Barat sudut kompas - sudut =
13.12 Cara menentukan posisi, cross bearing dan metode penggambaran
sudut peta. c.
Setelah
mengukur
utara
kompas,
sesuaikan garis bujur dengan utara 1. Hitung deviasi pada peta:
kompas kurang lebih deviasi.
A=B+(CxD) Keterangan : A = deklinasi magnetis pada saat tertentu
4. Membuat cross bearing 1. Hitung sudut dari dua kenampakan
B = deklinasi pada tahun pembuatan peta
alam atau lebih yang dapat kita kenali di
C = selisih tahun pembuatan.
alam dan di peta.
D = variasi magnetis.
2. Buat garis sudut dengan menghitung deviasi sehingga menjadi sudut peta
Contoh: Diketahui bahwa: - Deklinasi magnetis tahun 1943 (pada saat peta dibuat) adalah: 0° 30'(=B).
pada kertas transparan 3. Letakkan di atas peta sesuai dengan kedudukannya. 4. Tumpuklah.
- Variasi magnet pertahun: 2'(=D) 5. Merencanakan rute Pertanyaan: Berapa deviasi bila pada peta tersebut digunakan pada tahun 1988 (=A) Perhitungannya: A = B + (CxD) = 0° 30' + {(88-43)x 2'} = 0° 30' + 90' =120' =2º0' 2. Mengukur sudut a. Mengukur dari peta : Sudut peta –
1. Pilihlah jalur perjalanan yang mudah denganmemperhatikan sistem kontur. 2. Bayangkan kemiringan lereng dengan memperhatikan kerapatan kontur (makin rapatmakin terjal). 3. Hitung jarak datar (perhatikan kemiringan lereng). 4. Hitung waktu tempuh dengan prinsip : - jalan datar 1 jam untuk kemiringan lebih 4 km - kemiringan 1 jam tiap kenaikkan 100m
deviasi (jika deviasi ke Timur) =
Metode penggambaran:
sudut Sudut peta + deviasi kompas.
1. Tarik garis transis yang dikehendaki
(jika deviasi ke Barat)=sudut kompas b. Mengukur dari kompas: deviasi timur sudut kompas + deviasi = sudut peta.
diatas peta, bisa berupa garis lurus maupun mengikuti rute perjalanan. 2. Beri tanda (huruf atau angka) pada titik awal dan akhir.
393
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
3. Buat grafik pada milimeter blok. untuk
5. Pindahkan setiap angka beda tinggi dan
sumbu x dipakai sekala horizontal dan
jarak sebenarnya tadi sebanyak-
sumbu y sekala vertikal.
banyaknya pada grafik.
4. Ukur pada peta jarak sebenarnya (jarak pada peta x angka penyebut skala peta)
6. Hubungkan setiap titik pada grafik (lihat gambar).
dan ketinggian (beda tinggi) pada jarak yang diukur tadi.
gambar 365. menggambar penampang.
vertikal dan horisontal ini memiliki titik-titik
13.13 Pengenalan surver
perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian
Surfer adalah salah satu perangkat lunak
atau
yang digunakan untuk pembuatan peta
proses pembentukan rangkaian nilai Z yang
kontur dan pemodelan tiga dimensi yang
teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari
berdasarkan pada grid. Perangkat lunak ini
proses gridding ini adalah file grid yang
melakukan plotting data tabular XYZ tak
tersimpan pada file .grd.
beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis
kedalaman.
Gridding
merupakan
1. Sistem operasi dan perangkat keras Surfer tidak mensyaratkan perangkat keras ataupun sistem operasi yang tinggi. Oleh karena itu surfer relatif mudah dalam aplikasinya. Surfer bekerja pada sistem operasi Windows 9x dan Windows NT.
394
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Berikut adalah spesifikasi minimal untuk
Untuk memulai salah satu lembar kerja
aplikasi Surfer:
tersebut
x
Tersedia ruang untuk program minimal
menu File - New. Surfer akan menampilkan
4 MB.
kotak dialog berikut:
x
dapat
dilakukan
menggunakan
Menggunakan sistem operasi Windows 3.1 Surface plot
9.x atau Windows NT. x
RAM minimal 4 MB.
x
Monitor VGA atau SVGA.
Surface plot adalah lembar kerja yang digunakan untuk membuat peta atau file grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja
2. Pemasangan program surfer (instal) x Masukkan master program Surfer
ini
berada
pada
kondisi
lembar
yang
plot
ini
masih
kosong.
Pada
peta
pada CD ROM atau media lain.
dibentuk
dan
Buka melalui eksplorer dan klik
disajikan. Lembar plot digunakan untuk
dobel pada Setup.
mengolah dan membentuk peta dalam dua
diolah untuk selanjutnya
lokasi
dimensional, seperti peta kontur, dan peta
pemasangan. Jawab drive yang
tiga dimensional seperti bentukan muka
diinginkan.
tiga dimensi.
x Surfer
menanyakan
Jawab
pertanyaan
selanjutnya dengan Yes.
Lembar plot ini menyerupai lembar layout di mana
3. Lembar Kerja Surfer Lembar kerja Surfer terdiri
dari
tiga
bagian, yaitu: x Surface plot, x Worksheet, x Editor.
Gambar 366. Kotak dialog persiapan Surfer
operator
melakukan
pengaturan
ukuran, teks, posisi obyek, garis, dan berbagai properti lain. Pada lembar ini pula diatur ukuran kertas kerja yang nanti akan digunakan sebagai media pencetakan peta.
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 367.Peta tiga dimensi
Gambar 368. Peta kontur dalam bentuk dua dimensi
395
396
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
3.2 Worksheet Worksheet merupakan lembar kerja yang digunakan untuk melakukan input data XYZ. Data XYZ adalah modal utama dalam pembuatan peta pada surfer. Dari data XYZ ini dibentuk file grid yang selanjutnya diinterpolasikan menjadi peta-peta kontur
Lembar worksheet memiliki antarmuka yang hampir mirip dengan lembar kerja MS Excel. Worksheet pada Surfer terdiri dari sel-sel
yang
merupakan
perpotongan
baris dan kolom. Data yang dimasukkan dari worksheet ini akan disimpan dalam file .dat.
atau peta tiga dimensi.
Gambar 369. Lembar worksheet.
Gambar 370. Data XYZ dalam koordinat kartesian.
397
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 371. Data XYZ dalam koordinat decimal degrees.
3.3 Editor Jendela
jendela editor dapat dikopi dan ditempel editor
adalah
tempat
yang
digunakan untuk membuat atau mengolah file teks ASCII. Teks yang dibuat dalam
dalam
jendela
plot.
memungkinkan kelompok dipasangkan
Kemampuan
penggunaan
teks
yang
pada
ini
sebuah
sama
untuk
berbagai
peta.
Gambar 372. Jendela editor menampilkan hasil perhitungan volume.
398
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Jendela
editor
menangkap
juga
hasil
digunakan
untuk
perhitungan
volume.
serta teks. Simbolisasi yang ada pada peta
ini
memungkinkan
peta
yang
Sekelompok teks hasil perhitungan volume
dihasilkan surfer dapat dengan mudah
file grid akan ditampilkan dalam sebuah
dibaca dan lebih komunikatif.
jendela
6. Editing peta kontur
editor.
Jendela
tersebut
dapat
disimpan menjadi sebuah file ASCII dengan ekstensi .txt. 4.
Editing
peta kontur dimaksudkan untuk
mendapatkan
GS Scripter
bentuk
peta
kontur
yang
sesuai dengan syarat-syarat pemetaan
GS Scripter adalah makro yang dapat
tertentu ataupun sesuai dengan keinginan
digunakan
pembuat
otomasi
untuk dalam
membuat
peta.
Beberapa
hal
yang
Dengan
berkaitan dengan hal ini misalnya adalah
menggunakan GS Scripter ini tugas-tugas
penetapan nilai kontur interval (Interval
yang
dapat
Contour), labelling garis indeks, kerapatan
diringkas menjadi sebuah makro. Makro dari
label, pengubahan warna garis indeks,
GS Scripter ini mirip dengan interpreter
pengaturan blok warna kelas ketinggian
bahasa BASIC. Makro disimpan dalam
lahan, dan lain-lain.
dilakukan
surfer.
sistem
secara
manual
ekstensi .bas.
Gambar berikut adalah contoh penggunaan
5. Simbolisasi peta
kontur interval yang berbeda dari sebuah
Simbolisasi digunakan untuk memberikan
peta
keterangan pada peta yang dibentuk pada lembar plot. Simbolisasi yang digunakan berupa simbol point, garis, ataupun area,
Gambar 373. Jendela GS scripter.
kontur
yang
sama.
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 374. Simbolisasi pada peta kontur dalam surfer.
Gambar 375. Peta kontur dengan kontur interval I.
399
400
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 376. Peta kontur dengan interval 3
Secara umum, pengaturan kontur interval
7. Overlay peta kontur
mengikuti aturan berikut:
Overlay peta kontur dimaksudkan adalah
Kontur Interval = 1/2000 x skala peta dasar Jadi jika menggunakan dasar dengan skala 1 : 50.000 maka seharusnya kontur interval peta adalah 25 meter. Beda tinggi antar garis kontur tersebut terpaut 25 meter.
Seandai
peta
dasar
tersebut
diperbesar menjadi skala 1: 25.000, maka kontur intervalnya pun juga harus diubah menjadi 12,5 meter.
menampakkan sebuah peta kontur dengan sebuah data raster, atau sebuah peta kontur dengan model tiga dimensi. Overlay ini memudahkan analisis sebuah wilayah dalam kaitannya dengan kontur atau bentuk morfologi lahan setempat.
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 377. Gambar peta kontur dan model 3D.
Gambar 378. Overlay peta kontur dengan model 3D.
401
402
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
8. Penggunaan peta dasar
Proses kedua ini sering disebut dengan
Peta dasar yang digunakan pada Surfer
istilah
dapat berasal dari peta-peta lain ataupun
menghasilkan sebuah file grid. File grid
data citra seperti foto udara ataupun citra
digunakan sebagai dasar pembuatan peta
satelit. Peta dasar tersebut dinamakan Base
kontur dan model tiga dimensi. Berikut
Map.
adalah diagram alur secara garis besar
grid-ding.
Proses
gridding
pekerjaan dalam Surfer.
Gambar 379. Base map foto udara
9. Alur Kerja surfer Pembuatan peta kontur ataupun model tiga
dimensi
dalam
Surfer
diawali
pembuatan data tabular XYZ. Dapat juga digunakan data DEM (Digital Elevation Models) sebagai pengganti data XYZ tersebut.
Data
XYZ
selanjutnya
diinterpolasikan dalam sebuah file grid.
Gambar 380. Alur garis besar pekerjaan pada surfer.
403
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Dan bagan di atas dapat diketahui bahwa
Desktop
sebuah data pengukuran lapangan akan
pertama kali saat masuk pada program
terlebih dahulu dimasukkan menjadi data
Surfer. Pada saat masuk pertama kali, kita
XYZ. Selanjutnya melalui proses gridding
akan menemukan lembar plot kosong.
data tersebut dapat diinterpolasi menjadi peta kontur ataupun model tiga dimensional. Dalam proses analisis, kedua bentuk hasil interpolasi, yaitu peta kontur dan model tiga dimensi, dapat dianalisis secara terpisah ataupun
bersama-sama
melalui
proses
di
atas
adalah
antarmuka
Obyek-obyek tertentu seperti lingkaran, segi empat, titik, dan berbagai simbol dapat dibuat secara langsung pada lembar plot tersebut. Digitasi secara langsung tersebut menggunakan
fasilitas
ikon-ikon
yang
tersedia pada baris toolbar (gambar 382).
overlay.
Gambar 381. Lembar plot surfer.
10. Memulai Surfer
Lembar kerja lain dari surfer adalah
Jika program surfer telah terpasang, maka
worksheet. Lembar kerja ini merupakan
surfer
untuk
tempat input data XYZ. Lembar kerja ini
bekerja. Untuk memulai pekerjaan dengan
mirip dengan lembar kerja MS Excel. Data
surfer
yang berasal dari worksheet ini adalah data
dapat
segera
dilakukan
digunakan
dengan
masuk
pada
program tersebut melalui langkah berikut:
XYZ yang pada proses selanjutnya akan
x
Klik start.
digunakan
x
Pilih program.
pembuatan kontur.
x
Pilih Goden Software.
x
Pilih Surfer 32.
sebagai
dasar
interpolasi
404
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Gambar 382. Obyek melalui digitasi
Pencetakan hasil dapat dilakukan melalui surfer secara langsung. Hasil cetakan dari surfer berupa hardcopy dalam sebuah kertas dengan ukuran yang sesuai dengan skala peta. Hasil
pengolahan
dalam
surfer
dapat
diekspor ke dalam bentuk atau format lain. Surfer akan mengekspor peta ke dalam bentuk vektor dengan format .DXF, serta format raster dalam banyak tipe seperti .JPG, .BMP, .GIF, .TIFF, dan lain-lain.
405
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Model Diagram Alir IlmuDiagram Ukur Tanah Pertemuan Model Alir ke-13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Garis Kontur
Garis khayal di lapangan yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama
Garis kontinyu di atas peta yang memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian yang sama
Tujuan : Untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah
Irisan profil memanjang dan melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek
Informasi slope (kemiringan tanah rata-rata)
Perhitungan galian dan timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis proyek atau bangunan
Sifat-Sifat Garis Kontur : (1) Berbentuk kurva tertutup (2) Tidak bercabang (3) Tidak berpotongan (4) Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai (5) Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan (6) Tidak tergambar jika melewati bangunan (7) Garis kontur yang rapat menunjukkan keadaan permukaan tanah yang terjal (8) Garis kontur yang jarang menunjukkan keadaan permukaan tanah yang landai (9) Penyajian interval garis kontur bergantung pada skala peta yang disajikan ; * Datar : 1/1.000 x nilai skala peta * Bukit : 1/500 x nilai skala peta * Gunung : 1/200 x nilai skala peta (10) Indeks garis kontur (pemberian teks nilai kontur) * Datar : berselisih setiap 3 garis kontur * Bukit : berselisih setiap 4 garis kontur * Gunung : berselisih setiap 5 garis kontur
Input : Posisi Spot Heights (Titik-Titik Tinggi)
Interpolasi Garis Kontur (Prinsip Segitiga Sebangun) dj = di ( Tj - To) / ( Ti - To)
Gambar 383. Model diagram alir garis kontur, sifat dan interpolasinya
Input : * Tinggi Spot Heights * Jarak antar spot heights di atas kertas
406
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Rangkuman Berdasarkan uraian materi bab 13 mengenai garis kontur, sifat, dan interpolasinya, maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Garis kontur adalah garis khayal yang mengubungkan titik – titik dengan ketinggian yang sama. Tujuan pembuatan garis kontur di atas peta adalah untuk memperlihatkan naik – turunnya keadaan permukaan tanah. 2. Aplikasi dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope ( kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek ( bangunan ) dan perhitungan galian serta timbunan ( cut and fill ). 3. Sifat – sifat garis kontur : a. Berbentuk kurva tertutup, tidak bercabang dan tidak berpotongan. b. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai, menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan dan tidak tergambar jika melewati bangunan. c.
Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal, garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai dan satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..
d. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta , jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai skala peta. e. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur. f.
Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung. Dan rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang.
4. Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Interpolasi garis kontur menggunakan prinsip segitiga sebangun yaitu :dj = di (Tj – To ) / ( Ti – To )
407
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
Soal latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini ! 1. Apa yang dimaksud dengan garis kontur ? 2. Apa tujuan pembuatan garis kontur dan sebutkan aplikasi dari garis kontur ? 3. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat garis kontur? 4. Sebutkkan dan lengkapi dengan gambar kegunaan garis kontur ? 5. Apa yang dimaksud dengan Interval kontur dan Indeks kontur? 6. Sebutkan bentuk muka tanah dengan interval konturnya ? 7. Apa yang dimaksud dengan interpolasi garis kontur? 8. Jelaskan bagaimana cara menginterpolasi garis kontur ? 9. Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur ? 10. Hal –hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan garis kontur ?
408
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
14. Perhitungan Galian Timbunan
`
Galian dan timbunan atau yang lebih di
letak permukaan tanah asli dan permukaan
kenal oleh orang-orang lapangan adalah Cut
tanah rencana yang disebabkan topografi
and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting
daerah yang berbeda-beda.
baik
pada
pekerjaan
pembuatan
jalan,
bendungan, bangunan, dan reklamasi.
Sekalipun
permukaan
tanah
asli
sama
dengan permukaan tanah rencana, akan
Galian dan timbunan dapat diperoleh dari
tetapi tanah asli tersebut belum tentu
peta situasi yang dilengkapi dengan garis -
memenuhi
garis kontur atau diperoleh langsung dari
Dalam hal ini galian dan timbunan perlu
lapangan melalui pengukuran sipat datar
diperhitungkan secara seksama sehingga
profil
biaya pekerjaan konstruksi dapat dibuat
melintang
sepanjang
koridor
jalur
syarat
daya
dukung
tanah.
lebih ekonomis.
proyek atau bangunan. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi dengan metode penggamba ran profil melintang sepanjang jalur proyek atau
14.1 Tujuan perhitungan galian dan timbunan
metode grid-grid (griding) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan
Mengingat pentingnya pekerjaan galian dan
menghitung
kontur
timbunan, apalagi untuk proyek berskala
ditempat
besar dapat berdampak langsung terhadap
terhadap
selisih
tinggi
ketinggian
perpotongan
garis
garis
proyek
kontur
dengan
garis
biaya total pekerjaan. Maka, perlu dilakukan
proyek.
perhitungan galian dan timbunan.
Feet kubik, yard kubik dan meter kubik
Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian
dipakai dalam hitungan pengukuran tanah,
dan timbunan sebagai berikut :
walaupun yard kubik adalah satuan yang paling umum dalam pekerjaan tanah 1yd³ = 27 ft³, 1 m³ = 35,315 ft³. Namum biasanya di indonesia di gunakan meter kubik sebagai satuan dalam menentukan jumlah volume. Pada suatu proyek konstruksi, pekerjaan galian dan timbunan tanah (cut and fill) hampir tidak pernah dapat dihindarkan. Hal tersebut diakibatkan adanya perbedaan.
1. Meminimalkan galian
dan
penggunaan timbunan
volume
pada
tanah,
sehingga pekerjaan pemindahan tanah dan pekerjaan stabilitas tanah dasar dapat dikurangi, waktu penyelesaian proyek dapat dipercepat, dan biaya pembangunan mungkin.
dapat
se-efisien
409
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
2. Untuk menentukan peralatan (alat- alat berat) yang digunakan pada pekerjaan galian
maupun
timbunan,
informasi grafis beserta luas dan nilai galian timbunannya.
dengan
mempertimbangkan kemampuan daya operasional alat tersebut.
14.3 Metode-metode perhitungan galian dan timbunan Pengukuran
14.2 Galian dan timbunan
volume
langsung
jarang
dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena Galian dan timbunan berdimensi volume (meter
kubik).
Volume
dapat
diperoleh
secara teoritis melalui perkalian luas dengan panjang.
Galian
dan
timbunan
untuk
keperluan teknik sipil dan perencanaan diperoleh melalui perolehan luas rata-rata galian atau timbunan di dua buah profil melintang
yang
dikalikan
dengan
jarak
sulit untuk menerapakan dengan sebenarbenarnya sebuah satuan tehadap material yang terlibat. Sebagai gantinya dilakukan pengukuran
Untuk
dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diinginkan. Namun sebelum membahas lebih lanjut marilah
tersebut.
dimaksud
untuk kepentingan pembuatan jalan raya,
langsung.
memperolehnya dilakukan pengukuran garis
mendatar antara kedua profil melintang
Galian dan timbunan banyak digunakan
tidak
baik
itu
kita
ketahui
dengan tampang
tentang
apa
yang
tampang/penampang memanjang,
maupun
tampang melintang serta kegunaanya.
saluran irigasi, dan aplikasi lain, seperti
Penampang
pembangunan ka vling untuk perumahan.
tegak. Bila pada peta topografi bisa dilihat
Teknologi pengukuran dan pemetaan yang digunakan saat ini sudah sangat demikian berkembang. diperoleh
Survei
secara
lapangan cepat
dapat
dan
tepat
menggunakan perlatan Total Station atau
merupakan
gambar
irisan
bentuk proyeksi tegak model bangunan, maka pada gambar penampang bisa dilihat model potongan tegak bangunan dalam arah memanjang ataupun melintang tegak lurus arah potongan memanjang.
GPS (Global Positioning System) dan diikuti
Bisa dipahami bahwa gambar penampang
oleh sistem perekaman data yang dapat
merupakan gambaran dua dimensi dengan
langsung diolah oleh komputer dan dengan
elemen unsur jarak (datar) dan ketinggian.
menggunakan berbagai macam perangkat
Unsur-unsur rupa bumi alamiah ataupun
lunak
unsur-unsur buatan manusia yang ada dan
CAD
dapat
langsung
disajikan
yang akan dibuat disajikan dalam gambar
410
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
penampang.
Pada
gambar
penampang
dibuat dan disajikan rencana dan rancangan bangunan
dalam
horizontal
pada
arah
tegak.
gambar
Skala
penam pang
Pengukuran
penampang
bisa
dilakukan
P
umumnya lebih kecil dibanding skala tegak.
dengan mode teristris, fotografis ataupun
pengukuran
penampang
dengan
cara
pada
kondisi
langsung
bisa
jenis
medannya,
FP
Tergantung
dan
FP
teristris.
pekerjaan
dilakukan
ataupun
FP
ekstra
tidak
langsung menggunakan alat sipat datar, theodolite
atau
alat
sounding
untuk
Gambar 385. Tongkat sounding
pengukuran pada daerah berair yang dalam. Penampang memanjang
d
Penampang memanjang umumnya dikaitkan dengan rencana dan rancangan memanjang suatu rute jalan, rel, sungai atau saluran perahu pengukuran
irigasi misalnya. Irisan tegak penampang
"
memanjang mengikuti sumbu rute. a
Pada rencana jalan, potongan memanjang b
umumnya bisa diukur langsung dengan cara Gambar 384. Sipat datar melintang
sipat datar kecuali pada lokasi perpotongan dengan sungai, yaitu potongan memanjang jalan
merupakan
potongan
melintang
sungai,
potongan
sungai. Pada
perencanaan
memanjang umumnya tidak diukur langsung tetapi diturunkan dari data ukuran potongan melintang.
411
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
Skala jarak horizontal gambar penampang
ditambah daerah penguasaan bangunan
memanjang mengikuti skala peta rencana
atau hingga sejauh jarak tertentu di kanan
rute
tegak
dan kiri rute agar bentuk dan kandungan
(ketinggian) dibuat pada skala 1 : 100 atau
elemen rupa bumi cukup tersajikan untuk
1 : 200. Gambar potongan memanjang
informasi perencanaan.
sedangkan
gambar
skala
suatu rute umumnya digambar pada satu lembar bersama-sama dengan peta.
Gambar 386. Potongan tipikal jalan
Cara pengukuran penampang melintang
l
bisa
Penampang melintang
menggunakan
alat
sipat
datar,
theodolite atau menggunakan echo sounder Penampang melintang merupakan gambar
untuk sounding pada tempat berair yang
irisan tegak arah tegak lurus potongan
dalam.
memanjang.
Pada
Gambar penampang melintang secara rinci
sungai bisa dipahami bahwa sumbu sungai
menyajikan
unsur
unsur
tidak selalu merupakan b agian terdalam
rancangan
sehingga
sebagai
sungai. Data lain yang harus disajikan pada
alamiah
dan
digunakan
pengukuran
potongan
dasar hitungan kuantitas pekerjaan.
potongan
melintang
sungai
melintang
adalah
ketinggian muka air terendah dan ketinggian penampang digunakan
melintang sebagai
juga
data
umum
muka air tertinggi atau banjir.
penggambaran Pada perencanaan rute juga dikenal gambar
peta totografi sepanjang rute.
penampang melintang baku - PMB (typical Penampang melintang selebar
rencana
umumnya
melintang
diukur
bangunan
cross section), yaitu bakuan rancangan
412
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
melintang
yang
rancangan
arah
misalnya,
menunjukkan
perkerasan
menunjukkan melintang.
jalan,
penimbunan
serta
PMB
tebal
cara
struktur
struktur
penggalian
sarana
jalan
dan
drainase
kanan/kiri jalan (side ditch) bila diperlukan. Tergantung dari jenis tanah maka akan ada beberapa tipe potongan normal.
potongan normal adalah ketinggian rencana arah vertikal. Berdasarkan tipe potongan normal yang digunakan, dibuat gambar sehingga
kelihatan
bentuk gambar konstruksi selengkapnya sesuai keadaan muka tanah setempat. Gambar
konstruksi
(stak ing out) Sebelum memulai perhitungan galian dan timbunan,
pekerjaan
pematokan
(stake
diawali out).
dengan
Pematokan
bertujuan untuk menandai wilayah mana saja
yang
akan
terkena
galian
dan
timbunan, atau bagian-bagian di lapangan
Ketinggian sumbu pada permukaan tipe
konstruksi melintang
Pematokan dan prosedur pematokan
pada
potongan
yang menjadi bakal proyek. Pematokan untuk jalan dilakukan sepanjang sumbu alignment horizontal biasanya selalu setiap setiap
kelipatan 100
m
jarak
genap,
pada
misalnya
perencanaan
pendahuluan, setiap 50 m pada detailed design
dan
tiap
25
m
pada
saat
pelaksanaan konstruksi.
melintang ini harus dipatok di lapangan untuk dikerjakan dan digunakan sebagai
Pada bagian lurus, bila tidak ada halangan
dasar hitungan volume pekerjaan.
maka pematokan bisa dilakukan langsung dengan menarik meteran mendatar.
Dalam perhitungan Galian dan timbunan sebaiknya terlebih dahulu di buat rencana pekerjaan
misalnya
rencana
pembuatan
atau pengembangan jalan.
Gambar 387. Contoh penampang galian dan timbunan
413
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
Misal stasion awal proyek berada pada sta 12 + 357.50, maka patok pertama untuk pematokan tiap 50 meter adalah : sta 12 + 400.00 yang berjarak 42.50 meter dari sta 12 + 357.50. Patok-patok berikutnya pada bagian lurus adalah sta 12 + 450.00, 12 + 500.00 dst. Cara pematokan sepanjang bagian tangent dan sepanjang lengkung lingkaran biasa dilakukan
menggunakan
theodolite,
Gambar 391. Jalon
pita
ukur, jalon, patok dan atau paku untuk menandai dan membuat titik pengikatan patok stasion. Prose dur pematokan: 1. Alat yang digunakan: sipat datar dengan sepasang rambu, pita ukur, mistar, kuas.
Gambar 392. Rambu ukur
2. Dirikan sipat datar di lokasi pematokan dan bidikkan ke titik rujukan ketinggian. Gambar 389. Meteran gulung
Gambar 390. Pesawat theodolite EDM
Gambar 393. Stake out pada bidang datar
414
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya diolah. Ada tiga sistem utama yang dipakai: metode tampang melintang, metode luas satuan atau lubang galian sumbang dan metode luas garis tinggi. 1. Metode tampang (irisan) melintang (cross section method) Gambar 394. Stake out pada bidang yang berbeda
Metode tampang melintang dipakai hampir khusus untuk menghitung volume pada
ketinggian
proyek-proyek konstruksi yang memanjang misalnya jalan raya, jalan baja, dan kanal (saluran). Dalam prosedur ini, setelah sumbu diberi pancang,
profil
tanah
yang
disebut
penampang melintang dibuat (tegak lurus pada sumbu, biasanya dengan selang 50 atau 100 ft. Pembuatan tampang melintang terdiri
atas
pengukuran
elevasi-elevasi
tanah dan jaraknya yang bersangkutan secara
orthogonal
kekiri
dan
kekanan
sumbu, titik tinggi dan rendah, dan lokasiGambar 395. Stake out beberapa titik sekaligus
3. Hitung ketinggian garis bidik dan hitung bacaan rambu pada suatu titik rencana. 4. Pasang tanda ketinggian pada patok pengikat sumbu di kanan dan kiri rute
pekerjaan dimulai
pekerjaan galian dengan
untuk menentukan dengan teliti profil tanah. Pekerjaan
i ni
dapat
dilaksanakan
di
lapangan memakai sebuah alat sipat datar, rambu sipat datar dan pita ukur tanah. a. Metode potongan melintang rata-rata
sesuai rencana. Setelah
lokasi dimana perubahan lereng terjadi
stake dan
out
selesai,
timbunan
mengolah
data
dapat yang
Luas potongan melintang A1 dan A2 pada kedua
ujung
menganggap
diukur bahwa
dan perubahan
dengan luas
potongan melintang antara kedua ujung itu
415
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
⎛ L + L2 ⎞ V = A0 ⎜ 1 ⎟ ⎝ 2 ⎠
sebanding dengan jaraknya, luas A1 dan A2 tersebut dirata -rata. Akhirnya volume tanah dapat diperoleh dengan mengalikan luas rata -rata tersebut dengan jarak L dengan kedua ujung. ⎛ A + A2 ⎞ V = ⎜ 1 ⎟L 2 ⎝ ⎠
Keterangan : V
= Volume
A1
= Luas penampang kesatu
A2
= Luas penampang kedua
L
= Panjang dari luas tampang ke satu ke luas tampang dua
Gambar 397. Volume cara jarak rata-rata
Pada daerah datar di mana perubahan profil-profil
melintang
dan
memanjang
biasanya kecil sekali, harga jarak rata -rata adalah titik pengukuran (L).
⎛ L1 + L 2 ⎞ V = A⎜ ⎟ = AL ⎝ 2 ⎠ c. Volume prisma dan piramid kotak Rumus volume prisma yaitu: Gambar 396. Volume cara potongan melintang
V =
rata-rata
b. Metode jarak rata-rata Jarak L1 dan L2 sebelum dan sesudah potongan
A1 dan A2 di rata - rata dan untuk
menghitung volume tanahnya, har ga ratarata ini dikalikan dengan luas potongan lintang Ao.
h ( A1 + 4 Am + A2 ) 6
Di mana: h
= tinggi prisma
A1 = luas bidang atas prisma A2 = luas bidang bawah prisma Am = luas bidang yang melalui tengahtengah tinggi h
416
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
Gambar 398. Volume cara prisma
Rumus volume piramid kotak yaitu:
V =
(
h A1 + A1 A2 + A2 3
)
Gambar 400. Volume cara dasar sama bujur sangkar
Cara dasar ketinggian sama areal segitiga: V = A/3( h1 + 2S h2 + 3S h3 + 4S h4 + 5S h5 + 6S h 6 + 7S h 7 + 8S h 8) .
Dimana : h1 = ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume. Gambar 399. Volume cara piramida kotak
d. Cara ketinggian sama
Pelaksanaan hitungan menggunakan cara sama dengan cara bujur sangkar.
Cara dasar ketinggian sama areal bujur sangkar . V = A/4( h1 + 2 S h2 + 3 S h 3 + 4 S h4) Dimana : h1 = ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume
Gambar 401. Volume cara dasar sama– segitiga
417
14 Perhitungan Galian dan Timbunan
e. Cara Garis Kontur
V = h/3{ Ao + An + 2S Ar + S( Ar-1Ar)1/2 r pada 2SAr berselang ; 1 Polyline. 3. Pada perintah "Specify start point", tempatkan pointer pada titik awal salah satu sisi jalan arteri, klik tombol OK pointer. 4. Selanjutnya pindahkan ke titik 2, 3, dan seterusnya, klik OK pada setiap titik. Setelah langkah-langkah di atas, di layar akan tergambar ruas jalan yang baru saja didigitasi (jalan arteri sisi kanan jalan). Oleh karena kedua sisi jalan paralel, untuk sisi lainnya dapat di-offset dari sisi yang baru digambar.
3.
Pilih objek garis jalan pada saat muncul "Select object to offset".
4. Pada prompt "Specify through point", tempatkan pointer digitizer tepat pada sisi kid jalan, lalu klik OK. 5. Tepat di posisi tersebut mestinya akan tergambar sisi kiri jalan yang paralel dengan sisi kanannya. Untuk mengakhiri perintah offset, tekanlah Enter. Dua sisi jalan telah tergambar. Sekarang akan kita coba untuk menggambar ruas jalan lokal yang menyambung ke jalan arteri tersebut. Caranya:
462
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
1.
Aktifkan layer "Jalan_Lokal".
file peta hasil scanner maka akan
2.
Klik menu Draw > Polyline.
muncul di layar di CAD itu sendiri
3. Pada prompt "Specify start point", untuk
4.
-
Namun harus jadi catatan bahwa peta
menyambung tepat ke ruas jalan arteri,
hasil
gunakan osnap "nearest".
sesuai
Teruskan digitasi jalan lokal tersebut
mengetik
dengan
langkah sebagai berikut:
menelusurinya.
Sisi
jalan
sebelahnya boleh di-offset. 15.4.4.9
Penjiplakan
scanner
itu
ukuran
harus
asli
perintah
diskalakan
dipeta, dengan
dengan langkah-
1. Command ; Sc
digitasi
dengan
2. Select obyek : Peta hasil scanner
autocad
3. Select obyek ; spesify base point 4. Spesify scale factor or (Reference) ; R
Untuk lebih memahami perangkat ini dari
5. Spesify reference length (1)
dasar printah-perintah yang sering dipakai
6. Spesify new length
dalam digitasi peta diantaranya: Line/Polyline, extension atau perpanjangan garis
atau
move,distant
obyek,
Hatch,
layer,
copy,
dan lainnya yang sering
dipakai dalam digitasi peta. Namun tidak semua perintah yang ada dalam menu Gambar Asli
toolbar sering dipakai dalam digitasi ini.
Diperbesar 1.5 X
Diperkecil 0.5 X
Memulai dengan AutoCAD -
Untuk mengoperasikan perangkat lunak CAD untuk pertama kalinya buka file dan pilihlah perintah New
-
Gambar 432. Perbesaran dan perkecilan
-
Maka penjiplakan digitasi dapat dimulai dengan perintah langkah-langkah:
Karena dalam digitasi peta merupakan
1. Command : Pl (polyline)
kegiatan
2. Spesify start point :
menjiplak
peta
atau
memperbarui peta yang ada dengan penambahan-penambahan obyek yang
Current line – width is 0.000 3. Spesify
next
point
ada. Dengan terlebih dahulu peta yang
(Arc/Halfwidth/length/
ada discanner maka peta dapat dibuka
klik di obyek yang akan di digitasi
dalam aplikasi CAD dengan mengklik perintah toolbar yang ada dibagian atas yaitu perintah Insert selanjutnya klik perintah Raster Image selanjut browser
or
undo/Width):
4. Spesify next point or (Arc/Halfwidth/length/ undo/Width) : digitasi dapat dimulai
463
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Contoh aplikasi dari perintah- perintah di
harus
atas
legenda dipeta itu, misal :
Misalkan kita mempunyai peta yang akan
Jalan Arteri
didigitasi dengan ukuran kertas/gambar A4,
Jalan kolektor : Magenta
maka hal yang pertama kali kita harus
Langkah-langkah perintah layer:
mengetahui ukuran kertas A4 itu sendiri
-
menentukan
Layer/tema
tiap-tiap
: Red
Klik perintah “format” yang terdapat di
yang tak lain 21x29.7 cm, setelah disanner
toolbar bagian atas ; Klik perintah layer
pertama kali turuti contoh langkah-langkah
maka akan
yang dijelaskan diatas
warna apa yang akan kita pakai dalam
muncul
perintah-perintah
digitasi tersebut
Untuk selanjutnya langkah kedua 1. Command ; Sc
Secara garis besar langkah-langkah diatas
2. Select obyek : Peta hasil scanner
mewakili
3. Select obyek ; spesify base point
untuk sebagai pengetahuan, untuk lebih
4. Spesify scale factor or (Reference) ; R
mendalaminya
5. Spesify reference length (1) ; contoh
referensi-referensi
23546
pelaksanaan
kita
pemetaan
Digital
dapat
membaca
mengenai
pemetaan
digital.
6. Spesify new length ; ukuran A4 yang diwakili cukup oleh salah satu panjang
15.5 Pencetakan peta dengan kaidah Kartografi
kertas itu, misal 21 Langkah
selanjutnya langkah penggambaran
1. Command : Pl (polyline)
15.5.1 Sekilas kartografi
2. Spesify start point :
Dalam pembuatan peta (Pemetaan Digital),
Current line – width is 0.000 3. Spesify
next
(Arc/Halfwidth/length/
dikenal
point
or
undo/Width):
klik di obyek yang akan di digitasi 4. Spesify
next
point
“mengaturnya” Kartogarfi.
ilmu yang
Selain
dan
seni
disebut unsur
ilmu
yang
sebagai yang
menyangkut hal-hal yang matematis, unsur or
(Arc/Halfwidth/length/undo/Width)
adanya
:
seni juga ikut memegang peran, agar selain formatif, peta juga nampak Indah
digitasi dapat dimulai. Sebagai wawasan dasar, berikut bebarapa Mengorganisasi Layer Agar
dalam
penjiplakan
hal pokok tentang tata aturan kartografi peta
tidak
mengalami kesulitan untuk pertama kali kita
serta
beberapa
diperhatikan.
istilah
yang
perlu
464
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
1. Muka peta dan Informasi tepi
menggunakan sistem koordinat tertentu.
Satu lembar peta terdiri atas muka peta
Di Indonesia, sistem proyeksi peta yang
dan informasi tepi. Muka peta adalah
pernah
area, pada umumnya persegi, yang
Lambert
Connical
memuat
misalnya
pada
detail
peta,
sedangkan
digunakan
adalah
LCO
(
Orthomorphic)
peta-peta
zaman
informasi tepi adalah segala bentuk
penjajahan Belanda, UTM (Universal
informasi yang ditampilkan di luar muka
Transverse Mercator) misalnya peta
peta
Topografi/ Peta Dasar Nasional skala
Informasi tepi lazimnya terdiri atas judul peta, lokasi daerah pemetaan, nomor lembar peta, skala peta, petunjuk arah utara peta, indeks lembar, legenda, keterangan dan catatan, serta koordinat
Bakosurtanal
Koordinasi
Survei
Nasional),
dan
dan TM3
(Badan Pemetaan
(Transverse
Mercator 3º) yakni pada peta-peta skala besar dari BPN (Badan Pertahanan
4. Penyajian Detail
2. Skala Peta Informasi skala peta dapat ditampilkan secara numeris (angka perbandingan jarak di peta dengan jarak dilapangan) dan atau dalam bentuk skala grafis, yakni skala yang digambarkan dengan penggalan garis dan
nilai
panjang
sebenarnya di lapangan. Skala numeris mudah
dibaca
(tanpa
harus
mengukur) namun jika peta diperkecil atau diperbesar ( misalnya dengan fotocopy), informasi skalanya menjadi tidak
dan
Nasional).
peta.
lebih
kecil
benar.
Hal
tersebut
berbeda
dengan skala grafis, yang informasinya tetap benar saat peta diperkecil maupun
Penyajian detail merupakan hal penting yang menyangkut teknik dan seni menyampaikan informasi, selain tentu saja harus memperhatikan akurasinya. Sajian detail yang banyak tidak selalu berkonotasi baik, karena peta akan nampak informatif.
terlalu Pada
dan
peta
tidak digital,
pengelolaan informasi ini dapat dikelola lebih baik, karena setiap kelompok informasi dapat disimpan pada layer berbeda dan secara instan dapat di atur
informasi
mana
yang
harus
ditampilkan dan mana yang harus “disembunyikan”.
diperbesar.
padat
Dalam
teknik
penyajian, ini dikenal beberapa kaidah 3. Proyeksi Peta dan Sistem Koordinat Sistem koordinat yang digunakan dapat berupa
koordinat
lokal
atau
berikut ini.
465
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
a. Generalisai Generalisai
adalah
b. Penonjolan Detail (Emphasizing) pemilihan
dan
Detail
tertentu
seringkali
perlu
penyederhanaan bentuk detail sesuai
ditonjolkan
dengan skala peta. Detail yang terlalu
misalnya pada peta parawisata, jalan
kecil untuk ditampilkan dibuang dan
cenderung ditampilkan lebih besar/lebar
bentuk
rumit
dari skala yang sebenarnya, demikian
Kelokan-kelokan
pula bangunan-bangunan parawisata
yang
disederhanakan.
terlalu
sungai atau jalan yang bisa ditampilkan pada peta skala 1: 5.000 misalnya, akan menjadi terlalu rumit untuk ditampilkan pada peta skala 1:25.000, jika tidak dilakukan generalisasi.
agar
lebih
informatif,
akan digambarkan lebih besar. c. Eksagerasi Eksagerasi adalah pergeseran posisi detail yang terjadi karena pengaruh generalisasi atau emphasizing.
466
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Model Alir Model Diagram Alir IlmuDiagram Ukur Tanah Pertemuan ke-15 Pemetaan Digital (Digital Mapping) Pemetaan Digital Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT Penginderaan Satelit
Foto Udara
Pengukuran Terestris
Peta Geologi, Peta Hidrologi, Peta Topografi, Peta Situasi, Peta Gempa, Peta Tata Guna Lahan, Peta Jaringan Prasarana dan Sarana
Peta-Peta Tematik
Peta-Peta Berbagai Macam Skala
Pekerjaan Teknik Sipil
Perubahan di lapangan sangat cepat (terutama di perkotaan)
Tingkat Akurasi dan Resolusi
Demand : Sistem Pemetaan yang cepat, tepat, murah dan mudah untuk revisi
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berbasis komputer
Perkembangan Software CAD (Computer Aided Design)
Pemetaan Digital
Proses Konversi (Digitalisasi)
Peta Analog
Hardware
Software
Peta Digital
Brainware
Manpower
467
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Model Diagram Alir Model Ilmu UkurDiagram Tanah Pertemuan Alir ke-15 (Lanjutan) Pemetaan Digital (Digital Mapping) Pemetaan Digital Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT Keyboard Digitizer
Input System
Scanner
Numerical Processor Processing System Random Acces Memory
Hardware
Hard Disk Compact Disk
Storage System
Flash Disk
Softcopy Hardcopy
Output System
Screen Features
Otomatisasi Peta Pemetaan Digital Skala peta tidak berperan
Absolute Coordinate Input
Relative Coordinate Input
CAD Software
Software
Polar Coordinate Input
Programmer
Computer Engineer Brainware
System Analyst Geodetic Engineer
Data Input Operator Manpower Data Output Operator
Gambar 433. Model digram alir pemetaan digital
468
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Rangkuman Berdasarkan uraian materi bab 15 mengenai pemetaan digital (digital mapping), maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Peta adalah sarana informasi (spasial) mengenai lingkungan. Pemetaan adalah suatu proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia nyata), baik bentuk permukaan buminya maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala peta, system proyeksi peta, serta symbol-symbol dari unsur muka bumi yang disajikan. 2. Pemetaan digital adalah suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam format digital yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan pembuatnya baik dalam jumlah atau skala peta yang dihasilkan. Format digital terdiri dari 2 macam, yaitu: a. Raster b. Vektor 3. Di bawah ini terdapat beberapa keunggulan dan kekurangan pemetaan digital dengan konvensional, yaitu: Pemetaan digital
Pemetaan Konvensional
Penyimpanan
Skala dan standar berbeda
Pemanggilan Kembali
Cek manual
Pemutahiran
Mahal dan memakan waktu
Analisa Overlay
Memakan waktu dan tenaga
Analisa Spasial
Rumit
Penayangan
mahal
4. Pemetaan digital terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, tenaga kerja, dan perangkat intelegensia. Terdapat beberapa tahapan dalam pemetaan digital, yaitu: a. Membangun basis geografi, - Resolusi peta dan akurasi yang tersaji pada basis lahan geografi - Tampilan untuk topografi kajian. b. Informasi sistem geologi terdiri dari batas batuan, nama batuan, sesar, kekar, dan morfologi, c. seluruh data yang dibutuhkan dimasukkan kedalam bentuk digital.
469
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Soal Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Apa yang dimaksud dengan pemetaan digital ? 2. Metode PTD menggunakan variabel-variabel pembentuk tanah yang dapat diperoleh secara digital (misalnya remote sensing, digital elevation model, peta-peta tanah) untuk mengoptimasi survai tanah di lapangan. Tujuan PTD adalah : 3. Jelaskan pengertian dari Pemetaan Digital ( Digital Mapping) ! 4. Sebutkan dan jelaskan peralatan-peralatan dan bahan serta prosedur yang harus dipenuhi dalam Pemetaan Digital ! 5. Jelaskan manfaat dan kerugian (dampak) yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan sistem Pemetaan Digital (Digital Mapping) ! 6. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penggunaan perangkat lunak pada Pemetaan Digital ! 7. Jelaskan apa hubungan antara Pemetaan Digital (Digital Mapping) dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) !
469
16 Sistem Informasi Geografis
16. Sistem Informasi Geografis Geographic Information System (GIS) atau
16.1 Pengertian dasar sistem informasi geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan
Geografi berasal dari gabungan kata Geo dan graphy. Geo berarti bumi, sedangkan graphy berarti proses penulisan, sehingga geography berarti penulisan tentang bumi.
untuk
memasukkan,
memangggil
menyimpan,
kembali,
menganalisis
dan
mengolah,
menghasilkan
data
bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan
Sedang, sistem informasi adalah suatu
dalam
jaringan perangkat keras dan lunak yang
penggunaan lahan, sumber daya alam,
dapat menjalankan operasi-operasi dimulai
lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan
dari
pelayanan
perencanaan
pengumpulan
pengamatan
data,
kemudian
dan untuk
perencanaan
dan
umum
pengelolaan
lainnya.
Dengan
menggunakan CAD
menyimpan dan analisis data, termasuk penggunaan informasi yang diturunkan ke
Geographic Information System (GIS) atau
beberapa proses pengambilan keputusan.
Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai
Fungsi sistem informasi adalah sebagai
suatu sistem yang berorientasi operasi
sarana untuk meningkatkan kemampuan
secara manual, yang berkaitan dengan
seseorang dalam mengambil keputusan.
operasi pengumpulan, penyimpanan dan
Jadi SIG atau GIS merupakan suatu sistem
manipulasi data yang bereferensi geografi
berbasis komputer yang mampu mengaitkan
secara konvensional
data base grafis (dalam hal ini adalah peta) dengan data base atributnya yang sesuai.
16.2 Keuntungan sistem informasi geografis
Sistem Informasi Geogafis merupakan suatu kemajuan baru dari kelanjutan pengguna
x
Penanganan
Komputer grafik Auto CAD (Computer Aided
menjadi
Design).
baku
Sistem
Informasi
Geogafis
merupakan kombinasi antara CAD dengan
x
data base yang dikaitkan dengan suatu pengenal
unik
yang
identifier (ID) tertentu.
sering
dinamakan
Revisi
data
geospatial
lebih baik dalam format
dan
pemutakhiran
data
menjadi lebih mudah x
Data geospatial dan informasi lebih mudah
dicari,
direpresentasikan
dianalisis
dan
470
16 Sistem Informasi Geografis
x
Menjadi produk bernilai tambah
bidang komputer sehingga muncul CADD
x
Data geospatial dapat dipertukarkan
(Computer Aided Design and Drafting) yang
x
Produktivitas staf meningkat dan
sebagian besar ditujukan untuk pembuatan
lebih efisien
peta.
x
Penghematan waktu dan biaya
x
Keputusan
yang
akan
diambil
menjadi lebih baik Tabel 46. Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS dengan manual/pemetaan Digital
Peta
GIS
Pekerjaan Manual
Penyimpanan
Pemanggilan Kembali
Database
Skala dan
Digital dan
standar
terpadu
berbeda
Pencarian
Cek
dengan
manual
Gambar 434. Contoh:
penggunaan
komputer
dalam pembuatan peta
Komputer Pemutahiran
Sistematis
Mahal dan memakan waktu
Analisa
Sangat
Memakan
Overlay
cepat
waktu dan tenaga
Analisa
Mudah
Rumit
Murah dan
mahal
Spasial Penayangan
cepat Yang Melatar belakangi berkembangnya penggunaan SIG, diawali oleh kelompok survei dan pemetaan, ilmu komputer dan geografi kuantitatif. Dan lebih berkembang lagi dengan didukungnya perkembangan di
Gambar 435. Contoh: penggunaan komputer dalam pembuatan peta
471
16 Sistem Informasi Geografis
Kemudian menyusul berkembang CAM/FAM
Sumber-sumber data geospatial adalah peta
(Computer
Aided
digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik
Automatic
Mapping)
Mapping/Facilitate yang
mulai
dapat
dan dokumen lain yang berhubungan.
dimanfaatkan untuk keperluan manajemen utilitas selain pembuatan peta.
Gambar 436. Komputer sebagai fasilitas pembuat peta
- Alasan pengunaan SIG. - Penanganan data geospatial sangat buruk - Peta dan statistik sangat cepat kadaluwarsa - Data dan informasi sering tidak akurat - Tidak ada pelayanan penyediaan data
Gambar 438. Contoh: Peta udara daerah propinsi aceh
- Tidak ada pertukaran data Data geospatial dibedakan menjadi data grafis (atau disebut juga data geometris) dan data atribut (data tematik), lihat Gambar Data grafis mempunyai tiga elemen : Titik (node) bila padanya berawal atau berakhir suatu garis, atau padanya bertemu/ berpotongan beberapa garis Gambar 437. Foto udara suatu kawasan
472
16 Sistem Informasi Geografis
Garis (arc) bila dua titik saling dihubungkan
(updating) yang efisien, menganalisis hasil
membentuk
yang dikeluarkan untuk kegunaan yang
objek
linear.
Setiap
garis
mempunyai awal node dan akhir node,dan luasan (poligon) bila suatu garis tertutup yang berawal dan berakhir pada node yang sama, dalam bentuk vector ataupun raster
diinginkan dan merencanakan aplikasi. Beberapa contoh pembaruan peta di daerah Nangroe
Aceh
Darussalam
sebelum
bencana Tsunami
yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.
Gambar 439.
Data grafis mempunyai tiga elemen: titik (node), garis (arc) dan luasan (poligon)
Gambar 440. Peta pemuktahiran pasca bencana tsunami
Disamping SIG mempunyai keunggulan di lain pihak SIG juga mempunyai kelemahan
Fungsi pengguna adalah untuk memilih
atau
informasi
yang
membuat
kesalahan dalam SIG/Error Propagation), ini
standar,
membuat
pemutakhiran
disebabkan orang biasanya menganggap
diperlukan, jadwal
kesalahan-kesalahan (Akumulasi
473
16 Sistem Informasi Geografis
data digital berkualitas lebih tinggi dari pada
-
Umur data
data konvensional atau data yang terdapat
-
Cakupan area
dalam rekaman analog. Hal ini disebabkan.
-
Komponen pengamatan
-
Kerelevanan
-
Format
-
Assesibilitas
-
Pengambilan data
-
Pra-pengolahan
-
Pengolahan spesifik
-
Analisis data
-
Aplikasi/modeling
-
Penyajian
-
Biaya
-
Pengambilan keputusan, dan
-
Pelaksanaan akhir dilapangan
-
Pemakai
berpandangan
bahwa
jika
menggunakan teknologi yang sudah berkembang maka kualitas data juga berkembang; -
Data dijital mempunyai kisaran produk yang jauh lebih besar dibandingkan data analog;
Bila
kita
tidak
terlalu
peduli
tentang
keakuratan data spasial (biasanya pada skala kecil), biasanya akan menyebabkan: -
Pemilihan lokasi yang salah
-
Identifikasi pola yang salah
Sumber-sumber
-
Turunan data yang salah
semuanya dapat dengan mudah diperbaiki,
-
Kegagalan
mendapatkan
hubungan
yang sebenarnya -
Diperoleh
kesalahan disebabkan;
keputusan
yang
kesalahan
dalam
SIG
proses
ini
ini
tidak
biasanya
digitasi,
proses
tidak
tumpang tindih, proses konversi vektor ke
memuaskan dan menghabiskan biaya
raster atau sebaliknya, derajat kedetilan
yang besar
pengukuran (mungkin tidak akurat) yang dilakukan
pada
kenampakan
spasial
Kesalahan- kesalahan dalam SIG (Error
sebenarnya,
Propagation), sumber kesalahan dalam SIG
(dispersi) kesalahan posisi dari unsur-unsur
dijumpai pada setiap tahap (akumulasi
data posisi, diduga dari standar deviasi
kesalahan) kesahan dapat dibagi dalam tiga
misalnya
aspek
menunjukan
diantaranya,
kesalahan
umum,
kesalahan variasi alami atau pengukuran awal,
kesalahan
menyebabkan
peluang
pengolahan. total
standar
kepenyebaran
deviasi
sempitnya
rendah
penyebaran
kesalahan posisi (presisi tinggi).
Ini
kesalahan
akhirnya menjadi makin besar, sumber kesalahan umum diantaranya:
mengacu
Kesalahan
dari
variasi
pengukuran awal : -
Keakuratan posisi
-
Keakuratan isi
alami
atau
474
16 Sistem Informasi Geografis
-
Variasi sumber data
Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat
keras
(hardware),
perangkat
•
Pemasukan data
lunak
•
Pengamatan bias
penyusunan pemasukkan data, pengolahan,
•
Variasi alami
analisis,
Kesalahan yang muncul karena pengolahan
(software)
dan
pemodelan
prosedur
untuk
(modelling),
dan
penayangan data geospatial 1. Komponen perangkat keras
-
Kesalahan numerik ala komputer
-
Kesalahan karena analisis topologi
Komponen dasar perangkat keras SIG
-
Persoalan klasifikasi dan generalisasi;
dapat
metodologi,
fungsinya antara lain:
definisi
kelas
interval,
dikelompokan
sesuai
dengan
interpolasi a. Peralatan pemasukan data, misalnya
16.3 Komponen utama SIG
papan
digitasi
(digitizer),
Penyiam
(scanner), keyboard, disket dan lain-lain. Komponen
utama
SIG
adalah
sistem
komputer, data geospatial dan pengguna
b. Peralatan penyimpanan dan pengolahan data,
perlengkapannya papan
Harware dan Sofware untuk pemasukan, penyimpanan, pengolahan, analisa, tampilan data, dsb
yaitu
ketik
komputer seperti
(keyboard),
:
dan monitor,
unit
pusat
pengolahan (CPU / central processing unit), cakram keras (hard-disk), floppy disk,dan c. Peralatan untuk mencetak hasil seperti printer dan plotter
Peta, foto udara, citra satelit, data statistik dll.
Desain standar, pemutahiran updating analisis dan penerapan
Gambar 441. akomponen utama SIG
Gambar 442. Perangkat keras
475
16 Sistem Informasi Geografis
Gambar 443. Perangkat keras keyboard
Gambar 446. Perangkat keras monitor
Gambar 447. Perangkat keras mouse
2. Komponen perangkat lunak Komponen perangkat lunak yang sudah tersedia di pasaran sangat bervariasi, oleh karena itu perangkat lunak yang tepat dari suatu SIG sukar ditentukan. Memilih suatu perangkat lunak akan sangat ditentukan Gambar 444. Perangkat keras CPU
oleh banyak faktor. Namun secara umum SIG mempunyai komponen fungsi seperti yang dijelaskan di atas, perlu dibedakan dari SIG, sistem informasi lain yang berorientasi grafis seperti CAD (Computer Aided Design) yang umumnya tidak mempunyai komponen
Gambar 445. Perangkat keras Scanner
analisis
(terutama
topologi),
(Cowen,
1990;Newell dan Theriault, 1990), walaupun sistem seperti ini berangsur-angsur berubah dengan
ditambahi
perangkat
analisis
476
16 Sistem Informasi Geografis
tersebut sehingga mengarah kebentuk SIG.
cukup
Komponen piranti lunak baik dari sisi macam
perangkat keras dan lunak.
dan kemampuannya sering berbeda satu sama lain, tergantung selera masing-masing pembuatnya, pengguna
yang
harus
terpenting
bagi
memilih
sesuai
dapat
dengan kebutuhan. Hal ini akan ditentukan oleh bentuk data dan sumbernya serta kemampuan
analisis
yang
diinginkan.
Bentuk dan sumber data perlu mendapat perhatian yang serius, karena biaya dalam SIG
sering
didominasi
oleh
proses
pemasukan data. a.
Bentuk kegiatan persiapan
mencakup
dua unsur utama (a). Konversi data kedalam format yang diminta perangkat lunak, baik dari data analog maupun dari data digital lain, dan (b) Identifikasi dan spesifikasi lokasi obyek Tahap
dalam data
ini
bertujuan
mengkonversi data dari bentuk yang ada menjadi
bentuk
yang
dapat
dipakai
dari
pada
pengadaan
Untuk menyusun suatu basis data awal yang lengkap akan dibutuhkan waktu yang lama, terutama didaerah yang luas dan masalahnya sangat kompleks akan membutuhkan waktu beberapa bulan hingga kemungkinan beberapa tahun. Tingkat kekomplekskan permasalahan akan
sangat
mempengaruhi
jumlah
waktu yang diperlukan, oleh karena itu bila waktu yang tersedia relatif singkat maka
Persiapan dan Pemasukan Data
sumber.
besar
tujuan
SIG
harus
di
buat
sederhana. Hal yang penting mendapat perhatian bermanfaat
bahwa secara
agar
SIG
dapat
langsung,
sesuai
produk yang di rancang maka suatu proyek SIG harus menyediakan biaya mulai
dari
persiapan
awal
untuk
pengumpulan data hingga proses akhir untuk
dapat
berbentuk
menghasilkan
tampilan
informasi
produk sesuai
yang di inginkan.
dalam SIG. Namun pemasukan data
Dengan berbagai alasan yang di uraikan
sering merupakan masalah yang khusus
diatas, metode pemasukan data dan
dan
kualitas
kadang-kadang
merupakan
data
baku
sebaiknya
penghalang utama dalam penerapan
dipertimbangkan secara hati-hati sejak
suatu SIG. Dengan alasan-alasan seperti
awal.
mahalnya pembelian perangkat keras
sebaiknya dievaluasi beberapa hal yang
dan lunak, tetapi dalam kenyataannya
berkaitan dengan data tersebut, seperti
sering terjadi bahwa pembentukan basis
pengolahan yang akan dilakukan, tingkat
data (database) memerlukan biaya yang
keakuratan, dan bentuk keluaran data
Sebelum
data
dimasukan
yang diinginkan. Hal diatas menunjukan
477
16 Sistem Informasi Geografis
betapa
pentingnya
membangun
dan
kepercayaan pemakai dan manfaat dari
sistem keamanan data. Dalam hal ini
Manajemen,
Penyimpanan
prosedur
dan
berbeda.
termasuk fungsi untuk menyimpan data
beberapa
penghilangan
dan
pemanggilan kembali data. Metode yang melaksanakan
fungsi-
fungsi ini mempengaruhi efisiensi sistem pengoperasian semua fungsi. Ada
beberapa variasi
dibedakan
sistem manajemen data. c.
Manipulasi dan Analisis Data Fungsi
manipulasi
dan
grafis yang menentukan informasi yang dapat dibangkitkan dari SIG. Hal yang harus diantisipasi adalah bahwa SIG
metode
yang
tidak
hanya
akan
mengotomatiskan
aktivitas
kebentuk yang dapat dibaca komputer.
merubah cara kerja organisasi.
Cara data distrukturkan dan di-file-kan berkaitan satu sama lain (organisasi
tempat
data),
demikian
dimana
data
kecepatan
operasi
seperti
bentuk
penyimpanannya.
juga
kendala
digali,
dengan
penarikan dan Jika
analisis
merupakan ciri utama sistem pemetaan
dipakai untuk mengorganisasikan data
bank
antara
identifikasi dan evaluasi prosedur setiap
spasial dan atribut. Fungsi-fungsi yang umum terdapat disini adalah pemasukan,
Perlu
jangka panjang dan sebaiknya dilakukan
teknik
memperbaiki dan memperbaharui data
untuk
harus
pemakai jangka pendek dan pemakai
dan menggali data. Penyimpanan data ini
perbaikan,
data
yang berbeda akan dibuat jalur yang
Komponen manajemen data dalam SIG
mencakup
penyelamatan
dibuat spesifik sehingga untuk pemakai
Pemanggilan Data
dipakai
penggunaannya,
Manajemen data dapat dikaitkan dengan
kualitas data.
juga
susah
hingga dikatakan sebagai mudah rusak.
upaya tambahan dalam meningkatkan
b.
buruk,
data, media
pelaksanaan
penyimpanan dan pemanggilan berjalan baik maka pemakai biasanya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.Namun sebaliknya bila pemakain mengalami kendala maka sistem dianggap lambat
Metode
tertentu,
tetapi
pengambilan
juga
akan
keputusan
kemudian dapat berubah dari pemilihan alternatif terbaik dengan mencari dan mengevaluasi perbaikan yang diusulkan. Untuk
mengantisifasi
cara-cara
data
dalam SIG dapat di analisis, diperlukan pemahaman mengenai pemakai yang terlibat, karena hal ini akan menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan, demikian juga tingkat penampilan produk yang mereka kehendaki .
478
16 Sistem Informasi Geografis
d. Pembuatan Produk SIG Bentuk
produk
suatu
baik
dalam
bervariasi keakuratan,
SIG hal
dan
pemakainya.
dapat kualitas,
kemudahan
Tetapi
produk
yang
dihasilkan SIG sering dianggap kurang memenuhi
syarat
kualitas
secara
kartografi, hal ini disebabkan karena kemampuan SIG tidak diarahkan untuk menghasilkan kenampakan produk yang menyamai hasil pekerjaan perangkat lunak
khusus
kartografi.
Untuk
meningkatkan kualitas produk secara
Gambar 448. Peta
arahan
komoditas
pengembangan
pertanian
kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat
kartografis, dapat dirancang agar hasil SIG dapat dikonsversi ke perangkat lunak kartografi, yang sudah mempunyai kemampuan tinggi untuk menghasilkan produk
yang
lebih
menitik
bertakan
pertimbangan kartografi. 16.4.1 Sumber data dan Alat pemasukan Data Sistem informasi geografi berkaitan erat dengan data dan informasi yang bereferensi geografis. Data dan informasi tersebut umumnya diperoleh dari berbagai sumber antara lain : peta-peta yang telah ada, foto udara, citra satelit, citra radar, atau mungkin hasil pengukuran lapang bahkan suatu bank-data atau SIG yang telah ada. Beberapa
peta
yang
sering
digunakan
dalam pemasukan data SIG, misal:
Gambar 449. Peta citra radar Tanjung Perak, Surabaya
479
16 Sistem Informasi Geografis
Gambar 452. NK10 Set holder dan prisma canister Gambar 450. Peta hasil foto udara daerah Nangroe Aceh Darussalam pasca Tsunami
16.4 Peralatan, bahan dan prosedur pembangunan SIG
Contoh alat-alat yang biasa digunakan dalam SIG diantaranya:
Gambar 453. NK12 Set holder dan prisma
Gambar 451. NPS360 for robotic total station
Gambar 454. NK19 set
480
16 Sistem Informasi Geografis
Alat-alat Global Prosescing System yang biasa dipakai diantaranya :
Gambar 458. GPS type NK 12 croth single prism holder offset : 0 mm
Gambar 455. GPS type NL 10
Gambar 459. GPS type CPH 1 A leica single prism holder offset : 0 mm
Gambar 456. GPS type NL 14 fixed adapter
Struktur data yang telah ada dalam suatu SIG perlu mendapat perhatian, terutama pada saat akan menggabungkan data baru yang berasal dari sumber lain. Perbedaan format data antara yang sudah ada dalam komputer dengan yang akan dimasukan akan
menjadi
masalah.
Untuk
mempersamakan format data diperlukan kesepakatan, atau koordinasikan. Walaupun Gambar 457. GPS type NJ 10 with optical plummet
memberikan
berbagai
piranti
pilihan-pilihan
lunak
telah
format
atau
bentuk transformasinya yang cukup baik.
481
16 Sistem Informasi Geografis
Produsen
data
yang
bersifat
umum
diperlukan mempunyai format umum yang dapat diterima piranti lunak secara luas, karena jika tidak hal ini akan menjadi masalah yang cukup serius. Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang baik secara regional, nasional maupun internasional untuk memungkinkan lalu-lintas informasi dapat berjalan sangat cepat. Dalam hal ini persoalan tidak lagi ditekankan pada proses penyediaan produksi daja tetapi sudah lebih
Gambar 460. Peta digitasi kota Bandung tentang perkiraan daerah rawan banjir
mengarah ke pengelolaan informasi secara efisien dan efektif. Alat pemasukan data tambahan yang sudah merupakan bagian suatu SIG adalah papan pendigitasi atau digitizer dan alat penyiam atau scanner. Pemasukan data dengan digitizer biasanya menghasilkan data yang berbentuk vektor (polygon). Peta garis pada media
kertas
yang
dikenal
secara
konvensional biasanya dialihkan menjadi digital
atau
sedangkan
digitasi scanner
menggunakan
alat
menghasilkan
data
Gambar 461.
Peta hasil analisa SPM (suspended particular matter)
yang berbentuk raster. Berikut beberapa contoh hasil digitasi peta yang terlebih dahulu discanner.
Gambar 462. Peta prakiraan awal musim kemarau tahun 2007 di daerah Jawa
482
16 Sistem Informasi Geografis
16.4.2 Pemasukan data spasial
kelompok koordinat X dan Y (atau Z). pemasukan data dari foto udara dengan alat
Metode untuk memasukan data dalam suatu
seperti stereo plotter menjadi peta digital,
SIG sangat beragam, hal ini tergantung dari
pada dasarnya mirip dengan cara ini kecuali
banyak faktor seperti sumber data, format
perekaman unsur elevasi (dimensi ketiga)
data yang akan dimasukan, ketersediaan
dimana koordinat Z diperlukan.
sarana keras pemasukan data, ragam cara Ukuran digitizer yang tersedia dipasaran
memasukan data spasial :
beragam, mulai dari meja yang berukuran 1. Dengan digitasi manual atau semimanual
kecil (27x27 cm) hingga berukuran besar (1x1.5 m). beberapa model digitizer tersebut
2. Dengan key-board (prosedur koordinat geometri)
juga mendukung pendigitasian bahan film gambar atau material yang transparan.
3. Dengan digitasi fotogrametrik Resolusi atau keakuratan koordinat yang
4. Dengan scanner
akan terekam oleh digitizer beragam, dan
5. Dengan digitasi melalui layar
ditentukan
6. Dengan konversi data digital lain
oleh
spesifikasi
teknis
kemampuan alat masing-masing. Secara
7. Dengan pengetikan (key-entry) 8. Dengan bantuan satelit posisi global
umum, meja yang ukuran besar akan mempunyai resolusi yang tinggi sekitar
(GPS-Global Positioning System)
0.025 mm, dan keakuratan absolutnya, Untuk lebih memahami cara memasukan
secara umum 3 kali dari resolusi baku.
data spasial untuk lebih menguntungkan
Kualitas
akan
stabilits, perulangan perekaman kelurusan-
sedikit
dijelaskan
secara
garis
meja
digitizer
ditentukan
oleh
besarnya:
kelengkungan garis, resolusi dan akurasi.
1.
Dengan digitasi manual atau semi-
Pertimbangan lain adalah orientasi kursor,
manual atau semi otomatik
suhu,
kelembaban,
drift,
dan
kalibrsi
elektronik (Cameron, 1982 dalam Marble, et Metode yang paling umum dipakai untuk
al, 1984),
mengkonversi peta cetak ke bentuk digital adalah digitasi.
dengan Dengan
menggunakan memakai
papan
Proses
papan
beberapa tahap yaitu:
pendigitasi, semua kenampakan obyek yang akan dimasukan harus direkam satu persatu atau bahkan titik pertitik sebagai suatu
pendigitasian
a. Penyiapan didigitasi
peta
peta-peta
terdiri
yang
dari
akan
483
16 Sistem Informasi Geografis
b. Perekam
koordinat-koordinat
peta
3.
Pemasukan
( digitasi aktual) c.
Pengeditan
dan
perbaikan
data
peta basis-data, dan
dengan data spasial. data
dengan
prosedur
lain.
Disini
kenampakan
geometri dalam peta merupakan kunci pemasukan data kekomputer. Algoritma matematik
dipakai
ini
membutuhkan
tenaga
kerja
banyak, seperti halnya dijitsi manual. Pada
dengan
instrument
fotogrametri
seperti
stereoplotter analitik. Digitasi fotogrametrik
Prosedur koordinat geometri relatif berbeda prosedur
mendelineasi peta baru dari foto udara.
cara ini, meja pendigitasian digantilkan
Koordinat Gometri
dari
digitasi
Teknik digitasi fotogrametrik dipakai untuk
Teknik
d. Pemasukan data atribut yang sesuai
Pemasukan
dengan
Fotogrametrik
sebelum penyimpanan dalam bentuk
2.
Data
untuk
menghitung
koordinat, yang selanjutnya disimpan dan dipakai untuk menghasilkan kenampakan citra dilayar. Piranti lunak yang umum dikenal untuk fungsi ini adalah COGO, suatu istilah yang merupakan singkatan untuk teknik koordinat geometri. Pendekatan ini memerlukan definisi titik asli melalui digitasi atau pemasukan nilai koordinat.
kebanyakan dipakai untuk merekam secara cepat,
seperti
planimetrik
dan
stereofoto-plotter.
kenampakan data
elevasi
Data
elevasi
digital melalui dapat
disimpan baik dalam bentuk garis kontinyu dengan interval tertentu atau bentuk titiktitik. 4.
Pemasukan data dengan alat penyiam (scanner)
Pendigitasian
secara
manual
yang
memerlukan waktu dan dana yang sangat banyak, mendorong berkembangnya digitasi secara otomatis, yaitu dengan penyiam
Arah dan jarak unsur geometri yang lain
(scanner). Cara ini menggunkan prinsip
dipetakan dengan memasukan data survei
yang sama dengan teknik laser optikal atau
lapang,
elektronik untuk “menyapu” citra atau peta
dan
dapat
menghasilkan
data
kartografi yang sangat akurat, lebih akurat
yang
ada
dan
dari teknik-teknik digitasi konvensional /
tersebut ke format digital, yang terdapat
manual.
dalam
bentuk
mengkonversi
data
gambar
raster.prosedurnya
adalah sebagai berikut garis-garis dari peta asli direkam sebagai suatu seri piksel-piksel kecil yang membentuk citra binary (ada, misalnya garis atau simbol; tidak ada,
484
16 Sistem Informasi Geografis
misalnya tidak ada garis atau simbol ; gelap
secara manual, misalnya untuk mencari
atau putih).
sungai
Proses penyiaman walaupun cepat, juga mempunyai kelemahan khususnya untuk data-data
yang
kompleks
sehingga
membutuhkan persiapan yang menyeluruh, diantaranya peta harus bersih, tidak boleh ada
obyek
yang
meragukan
.
untuk
yang
tidak
terlihat
pada
peta.
Dengan menyiam peta dan selanjutnya ditumpang-tidihkan dengan inderaja maka kenampakan
sungai
pada
peta
dapat
dilengkapi. 6. Pemasukan data dengan konversi data digital lain
keperluan tersebut sering juga peta harus
Data yang sudah terdapat dalam bentuk
digambar kembali.
digital merupakan salah satu sumber utama
Dikenal dua macam penyiam yaitu penyiam type datar (flat-bed scanner) yang terdiri dari bebarapa model antara lain type datar (flatbed), dan type yang dapat dipegang (handheld scanner), dan penyiam type tabung (drum-scanner type) terdiri atas
5. Pemasukan Data dengan digitasi layar
Pemasukan data melalui layar ini mirip dengan pendekatan pemasukan koordinat konsepnya
didasarkan
perhitungan matematis. Beberapa SIG yang ada
sekarang
mempunyai
kemampuan
digitasi layar tersebut. Prosedur kerja ini memberikan
kemudahan
hasil penyiaman. Umumnya setiap piranti lunak SIG dapat mengkonversi data tersebut minimal kedalam bentuk data baku yang dikenali
hampir
semua
piranti
lunak
7. Pemasukan data melalui papan ketik Pemasukan
Komputer (Screen-digitizing)
karena
seperti data penginderaan jauh dan data
misalnya data dalam format BMP, TIFF.
model type sheetfed salah satunya.
geometri
data digital di masa yang akan datang
yang
menguntungkan bila digunakan pada data penginderaan jauh, karena dapat dilakukan delineasi di atas layar secara langsung.
data
menggunakan
dengan
cara
papan ketik (key-board)
relative mirip dengan prosedur koordinat geometri, hanya saja dalam prosedur ini lebih ditekankan pada pemasukan data atribur (data non-garfik) dan anotasi peta. Data
ini
langsung
diterima
komputer
sebagai bagian dari SIG. data ini juga dapat dimasukan belakangan ke dalam basis data SIG
setelah
di
edit
keperluan SIG. anotasi
sesuai
dengan
peta biasanya
dimasukan dengan bentuk ketikan (key Penerapan metoda digitasi layar ini dalam
entry) dan diletakan pada citra (gambar) di
penginderaan jauh, dapat digunakan untuk
komputer melalui perintah-perintah yang
mendeteksi kenampakan obyek tertentu
bersifat
interaktif.
Perkembangan
485
16 Sistem Informasi Geografis
pemasukan data melalui papan ketik ini
-
pada periode pertengahan 1990-an sudah mulai
berkurang
semakin
khususnya
berkembangnya
dengan
Ketelitian tidak bergantung pada skala peta
-
penggunaan
Kemampuan untuk mendigitasi objekobjek di lapangan yang berukuran kecil
mouse.
yang umumnya tidak nampak pada peta, atau tidak dapat diidentifikasi
8. Pemasukan data dari GPS (Global
pada foto udara atau citra satelit
Positioning System) Pemasukan data melalui system satelit
Kelemahan
yang
global (GPS) sangat berkembang akhir-
pemasukan
data
akhir ini disebabkan makin murahnya GPS
diantaranya:
ditemukan pada
pada prosedur
dalam bentuk portable. Pemasukan data ini umumnya lebih berorientasi lokasi secara
-
Sarananya
(alat
penerima)
spesifik. Informasi yang terekam biasanya
membutuhkan ruang terbuka dan tidak
disajikan dalam bentuk koordinat lokasi dan
boleh ada penghalang untuk penerima
elevasi (ketinggian). Data GPS ini, yang
sinyal dari satelit
berbentuk titik biasanya diolah
dengan
-
Data
yang
direkam
pada
daerah
mengkonversikan data tersebut menjadi
tertutup seperti di bawah pohon (hutan)
bentuk
atau yang berbukit, akan menghasilkan
segmen
seperti
data
kontur
topografi sebelum diproses lebih lanjut dalam SIG. fungsi data GPS yang sering dipakai adalah untuk keperluan koreksi geometri data yang sudah ada dalam SIG yang
selanjutnya
dimanfaatkan
untuk
melihat hubungan data secara lengkap, misalnya
untuk
korelasi
data
analisis
tumpang-tindih perhitungan volume. GPS sebagai sarana perekam data posisi atau
lokasi
atau
pendigitasian
titik,
mempunyai beberapa keuntungan antara lain: -
Ketidak
bergantungannya
ketersediaan peta
pada
deviasi data yang besar.
486
16 Sistem Informasi Geografis
Tabel 47. Pendigitasian Konvensional dibanding pendigitasian GPS
Kendala utama pada GPS adalah ketidak mudahan
Konvensinal -
GPS
Ketelitian
-Ketelitian
tergantung skala
tidak
dalam
pemrosesannya.
Walaupun penangkapan dan pengumpulan data relatif mudah tetapi jika hasil analisis
bergantung skala
yang diinginkan berkualitas tinggi maka proses perhitungannya juga sulit, sehingga -
Cocok
untuk
-
Cocok
untuk
pengkoleksian
pengkoleksian
data secara besar-
secara selektif
dat
Kecepatan
-
pendigitasian dikontrol
yang
dibutuhkan
harus
mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada sekedar operator biasa.
besaran
-
operator
Sebagai tambahan dalam SIG ini, maka
Kecepatan
tidak
pendigitasian oleh
pengguna
ada
salahnya
penulis
dikontrol
oleh
membandingkan Digitasi secara manual
kecepatan
dan
(semi-otomatis) dengan Penyiam.
kondisi lalu-lintas
Pendigitasian -
Cocok untuk objek-
-Dapat juga digunakan
objek yang dapat
untuk objek-objek kecil
terlihat pada peta
data
melalui
proses
penyiaman telah banyak di lakukan oleh instansi di negara-negara maju, sedangkan
maupun pada peta
di
Indonesia
foto udara
penggunaan meja pendigitasian. Walaupun pemasukan
masih
dengan
lebih
dominan
penyiam
dapat
mempercepat sampai 5-10 kali, tetapi bagi -
Digitizer 2 dimensi
-Digitizer 3 dimensi
pengguna yang kebutuhan data maupun kemampuannya kecil, maka alat ini belum
-
Pendigitasian point- mode
-Pendigitasian metode
dengan penentuan
static singkat, stop-andgo
atau
pseudo
tentu
mempunyai
nilai
lebih
secara
ekonomi. Dalam keadaan tertentu agar penyiaman berjalan dengan baik serta menampilkan
kinematik
semua objek, kadang-kadang peta tersebut -
Pendigitasian stream-mode
-Pendigitasian metode
dengan penentuan
kinematik GPS
di gambar lagi (re-drafting). Kalau hal seperti
ini
penggambaran
terjadi, kembali
maka ini
proses
merupakan
salah satu kelemahan utama dalam proses pendigitasian otomatis ini. Untuk instansi yang bertujuan menghasilkan data spasial
487
16 Sistem Informasi Geografis
(peta) dalam jumlah besar, maka biaya
sederhana, dan tidak mempunyai informasi
total proses penggambaran kembali ini
ekstra seperti: simbol-simbol grafik atau
tidak akan membebani biaya total digitasi,
teks. Peta yang terdiri dari bermacam-
dalam hal ini ada 3 alasan utama, yaitu:
macam garis berwarna dan mempunyai
1. Penggambaran kembali secara manual di lakukan oleh juru gambar tingkat bawah, sehingga pembiayaannya akan rendah
karena
tidak
membutuhkan
garis
yang
pengerjaannya
banyak,
selain
juga
akan
rumit
membutuhkan memori komputer yang lebih besar. Selain itu dalam pekerjaan ini akan diperlukan proses perbesaran kelompok
keahlian khusus. 2. Pelaksanaan digitasi akan dilakukan lebih cepat jika peta telah bersih dan konsisten. Berdasarkan pengalaman, dibutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan pengeditan atau perbaikan
3. Jika peta yang akan didigitasi lebih sederhana dari informasi yang tersedia bentuk
obyek tertentu (terutama jiak ditentukan resolusi yang diperlukan) sehingga volume produksi juga akan berpengaruh dalam proses
ini.
peta
maka
Umumnya
jika
terdapat
pekerjaan dalam jumlah besar maka biaya peralatan
digitasi peta yang rumit.
dalam
jumlah
juga
mudah
diperhitungkan.
Sehingga pemanfaatan penyiam juga dapat efektif jika volume data yang dihasilkan besar.
diperlukan
Digitasi secara manual cenderung lebih
(dilakukan pemilihan data ), karena hal
mahal bila peta yang digunakan mempunyai
ini
dibandingkan
jumlah unit (polygon) sedikit dan tidak
bersamaan
dalam bentuk yang mudah di siam. Peta-
penggambaran
lebih
pengeditan
objek
efisien dilakukan
peta yang mengandung banyak informasi
dengan proses digitasi Karena sistem penyiaman bersifat otomatis, maka akan dibutuhkan staf ahli yang khusus. Hal ini disebabkan untuk perawatan alatnya yang relatif kompleks dan juga karena piranti lunaknya lebih canggih, dan
tambahan, yang memerlukan interprestasi atau yang memerlukan penyesuaian saat pengkodean,
atau
mengandung
sedikit
obyek, umumnya tidak terlalu penting untuk disiam, karena tidak efisien.
lebih banyak tahapan yang perlu diketahui.
Dengan kenyataannya bahwa kedua pilihan
Peralatan juga pada umumnya lebih mahal
pemasukan
di bandingkan meja digitizer biasa.
masih
Penyiaman dapat bekerja dengan baik jika
pemasukan data yang lain sebagai alternatif
peta-peta
sangat
yang
dipakai
sangat
bersih,
data
yang
mengandung
diperlukan.
masing-masing
masalah,
Dari
sisi
teknik
teknik
488
16 Sistem Informasi Geografis
pendigitasian dengan penyiam, diharapkan
-
Garis merupakan deretan titik yang
dapat segera ditemukan peralatan yang
sambung menyambung, berdimensi satu
semakin mampu dan harganya semakin
seperti jalan, sungai, akan tetapi sudah
murah,
mempunyai
sehingga
penyiaman
dapat
sifat
tambahan
yaitu
memberikan nilai tambah. Pada era 1990-
mempunyai arah dan ukuran panjang,
an kemunculan alat scanner yang makin
akan
murah
luasan.
dan
baik,
membuat
teknologi
pemasukan data ini semakin penting.
-
tetapi
tetap
tidak
mempunyai
Area dinyatakan dalam bentuk poligon, merupakan cara penyajian dasar yang
16.5 Jenis-jenis analisis spasial dengan SIG dan aplikasinya pada berbagai sektor pembangunan
berdimensi
dua,
sehingga
dapat
menggambarkan luas area. Kelebihan kemampuan penampilan dengan
dengan
SIG dari peta adalah dalam mendekati
bermacam-macam-macam data, akan tetapi
keadaan alam sebenarnya yang berdimensi
sesuai
tiga,
Walaupun
SIG
dengan
dapat
tujuan
bekerja
spesifikasi
dari
karena
SIG
dapat
menampilkan
penggunaan suatu SIG, maka macam data
gabungan berbagai data sedemikian rupa
yang
sehingga mirip keadaan sebenarnya yang
utama
adalah
data
berbentuk
selebaran spasial obyek pada umumnya
bersifat tiga dimensi.
yaitu peta. Sebagai cara penyajian data secara keruangan yang telah lama dikenal
16.5.1 Jenis data
dalam komunikasi grafis, peta harus dibuat
penyajian
secara
-
Titik merupakan cara penyajian yang tidak berdimensi, dan hanya menyajikan lokasi
dalam
Penyajiannya
bentuk
menitik
koordinat.
beratkan
pada
lokasi obyek, yang tidak berkait dengan ukuran panjang maupun luas dari obyek
suatu
data horizontal
berdasarkan simbol . Ada tiga cara dasar
sebagai berikut:
dalam
lapisan data vertikal dan lapisan
kartografis
penyajian data spasial , yaitu dalam bentuk
spasial
penyusunan
pemodelan yang berdasar atas
dengan dasar cara penyajian kartografi, prosedur
manajemen
-
Lapisan
data
vertikal
terdiri
dari
seperangkat
hubungan
antara
kenampakan
geografis
dengan
berdasarkan
atribut
pemisahan (tema)nya.
Berbagai
obyek
dapat
dikelompokan menjadi suatu lapisan tunggal pemakai.
sesuai
dengan Pada
kebutuhan prinsipnya
489
16 Sistem Informasi Geografis
pengelompokkan disesuaikan dengan
dan sekarang yang sangat penting. Karena
kemiripan berbagai type obyek. Contoh
data tematik ini spesifik, maka lapisan data
pengelompokkan berdasarkan temanya
ini juga merupakan lapisan yang terpisah
adalah : x
x
Jalan raya dan jalur kereta api
Sistem pelapisan data dapat disusun secara
dikombinassikan
vertikal, dimana data tersebut mempunyai
sebagai
suatu
lapisan transportasi
tingkat kepentingan atau kedetailan yang
Titik mata air, sungai, dan danau
berbeda, tetapi terdapat pada lokasi yang
dikombinasikan
sama.pembagian
sebagai
suatu
Lapisan
pemilikan
tanah
dan
penguasaaan tanah dapat si buat sebagai satu lapisan kadastral
lapisan dipisahkan berdasarkan bentuknya seperti: titik, garis, dan area atau dengan memberikan identitas yang berbeda pada satu lapisan yang sama. Pembagian tema dapat juga dilakukan berdasarkan waktu. Misalnya untuk data penggunaan lahan tahun 2000, tahun 2005 dan tahun 2007. data
bersifat
temporal
ini
dipergunakan untuk studi yang bersifat pemantauan. Untuk beberapa hal yang bersifat temporal ini relatif sulit diperoleh jika organisasi yang berwenang mempunyai administrasi
penyimpanaan
ini
data
bertingkat Pelapisan data berdasarkan waktu biasanya terdapat pada tema yang bersifat dinamik
Adakalanya data yang ada pada setiap
Lapisan
demikian
adakalanya mempermudah pengkajian yang
lapisan hidrologi x
yang
yang
kurang baik atau adanya pertimbangan tertentu. Pada saat ini peranan foto udara merupakan arsip permukaan bumi masa lalu
seperti penggunaan lahan, daya dukung wilayah, pencemaran lingkungan dan lain sebagainya. Pelapisan berdasarkan tema juga dapat dilakukan berdasarkan tingkat prioritasnya.
Pembuatan
peta
dengan
klasifikasi tingkat prioritas ini diperlukan khususnya untuk produk analisis sehingga memudahkan pengambilan keputusan
490
16 Sistem Informasi Geografis
BW BV
AZ BU
PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANDUNG
KABUPATEN PURWAKARTA
BT BS
on Cibin
g
BR
PROPINSI JAWA BARAT
BQ
U
AY BP BO BN
CIKALONG WETAN
CIPENDEY
WADUK CIRATA
BM
SKALA
REPEH RAPIH KERTA RAHARJA
BL
5
3
1 : 100000
1
0
1
3
5 Km
AX BK BJ BI
KABUPATEN SUBANG
BH CISARUA
BG
AW BF
Cim
al
a
PARONGPONG
BE
LEMBANG
NGAMPRAH
BD BC BB
KABUPATEN CIANJUR
PADALARANG
AV BA
CIMAHI UTARA
AZ AY
CIMENYAN CIMAHI TENGAH
AX
CILENGKRANG
AW
AU AV AU
CIMAHI SELATAN
BATUJAJAR
KODYA BANDUNG
AT AS
KABUPATEN SUMEDANG CILENYI
WADUK SAGULING
AR
MARGAASIH
AT AQ AP
CILILIN
CIPONGKOR
AO
RANCAEKEK
MARGAHAYU DAYEUH KOLOT
AN CICALENGKA
AM
BOJONGSOANG Cita
AL
SINDANGKERTA
Ciw id ey
AS
AK
rik
KATAPANG CIKANCUNG
Ciatrum
AJ GUNUNG HALU
AI
PAMENGPEUK
AH
AR AG
BALEENDAH CIPARAY
SOREANG
AF AE
BANUARAN ARUM SARI Ciinguk
AC
AQ AB AA
Cik
Z Y X
AP W
AM
AL
PASAR JAMBU
ng
CIWIDEY
EBUN PACET
KABUPATEN GARUT
SITU PATENGAN PANGALENGAN
KETERANGAN
KERTASARI Waduk
< 1500 mm/thn
SITU CILENCA 1
Batas
SUN DA
L
A
U
T
J
A
W
(1500 - 2000) mm/thn
Sungai
2
a. Kabupaten b. Kecamatan
(2000 - 2500) mm/thn
(2000 - 2500) mm/thn
Ibu Kota a. Kabupaten b. Kecamatan
A
(3000 - 3500) mm/thn Jalan Tol Rencana Tol Jalan Negara Jalan Pronpinsi Jalan Kabupaten Jalan Desa Jalan Kereta Api
AT
AN
aju
KABUPATEN CIANJUR
V U T S R Q P O N M L K J I H G F E D C B A
SEL
AO
PASEH
MAJALAYA
AD
DKI
(3500 - 4000) mm/thn > 4000 mm/thn
SUMBER PETA RUPA BUMI BAKUSURTANAL TAHUN 2004
JAWA TENGAH
S
A
M
U
D
R
A
H
I
N
D
I
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung
A
Kabupaten Bandung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Gambar 463. Peta kedalaman tanah efektif di daerah jawa barat Bandung
BW BV
AZ
BU
PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANDUNG
KABUPATEN PURWAKARTA
BT BS
bin Ci
on
g
BR
PROPINSI JAWA BARAT
BQ
AY
U
BP BO BN
CIKALON G W ETAN
CIPENDEY
W AD UK CIRA TA
BM
SKALA
REPEH RAPIH KERTA RAHARJA
BL
AX
5
3
1
1 : 100000 0
1
3
5 Km
BK BJ BI
KABUPATEN SUBANG
BH CISARUA
BG
AW BF
C
im
al
a
PARON GPON G
BE
LEMBANG
N GAMPRAH
BD BC BB
AV
KABUPATEN CIANJUR
PA DALARAN G
BA
CIMAH I UTARA
AZ CIM EN YAN
AY
CIMA HI TEN GAH
AX
CILENG KRAN G
AW
AU
AV AU
CIM AH I SELA TAN
BA TUJAJAR
KODYA BANDUNG
AT AS
KABUPATEN SUMEDANG CILENY I
W AD UK SA GULING
AR
AT
M ARGA ASIH
AQ AP
CILILIN
CIPONG KOR
AO
RA NCA EKEK
MA RGAH AYU DA YEU H KOLOT
AN CICALENGKA
AM
BOJON GSO ANG Cita
AL
rik
id
ey
SINDA NG KERTA
w
AS
Ci
AK
K ATAPANG CIK ANCU NG
C iatrum
AJ G UN UNG HALU
AI
PAM EN GPEUK
AH
AR
AG
BALEEND AH CIPARA Y
SOREANG
AF AE
BA NUA RAN
M AJALAYA
AD guk Ciin
AQ
AB AA
Cik
Z Y X
-
AM
AL
KABUPATEN GARUT
SITU PATEN GAN PA NGA LENG AN
KETERAN GAN
KER TASARI W aduk SITU CILENCA
DA
L
A
U
T
J
A
W
-
1 2
Batas
a. K abupaten b. K ecamatan
(2000 - 2500) mm/thn
(2000 - 2500) mm/thn
Ibu K ota a. K abupaten b. K ecamatan
A
(3000 - 3500) mm/thn Jalan Tol Rencana Tol Jalan Negara Jalan Pronpinsi Jalan Kabupaten Jalan Desa Jalan Kereta Api
-
DKI
S
A
M
U
D
R
A
H
I
N
D
I
(3500 - 4000) mm/thn > 4000 mm/thn
SUMBER PETA RUPA BUMI BAKU SURTAN AL TA HUN 2004
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung
-
A
K abupaten Bandung
2 3 4 5 6
53
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
Gambar 464. Peta curah hujan di daerah Jawa Barat-Bandung
-
< 1500 mm/thn (1500 - 2000) mm/thn
Sungai
JAWA TEN GA H
1
-
EB UN PA CET
SUN
-
AN
PASA R JAM BU
ng
CIW ID EY
V U T S R Q P O N M L K J I H G F E D C B A
SEL AT
-
aju
KABUPATEN CIANJUR
AP W
AO
PASEH
A RU M SA RI
AC
-
66
67
68
69
70
491
16 Sistem Informasi Geografis
-
Pemisahan data secara Horizontal perlu
administrasi
dilakukan apabila suatu peta yang
pembuatan peta pemerintahan ataupun
dibuat dianggap terlalu besar sehingga
dapat juga
harus dipecah-pecah menjadi bebrapa bagian. Proses pemecahan tersebut dilakukan
berdasarkan ukuran area
atau disebut dengan istilah “TILE“. Ukuran dan bentuk pemecahan yang dianjurkan
tergantung
keterbatasan
piranti
lunak
pada dan
khususnya
pada
pemetaan didasarkan atas pembagian manajemen
disuatu
perusahaaan
perkebunan atau kehutanan. Pemisahan data
berdasarkan
tile
dapat
meningkatkan kinerja system karena membuat proses penarikan data yang efisien :
persyaratan dari pengguna.
Gambar 465. Peta pemisahan data vertikal dipakai untuk penunjukan kawasan hutan dan perairan Indonesia
-
Secara umum batas tile ditentukan
sudah ada, yang biasanya berukuran kertas
sehingga dapat menghasilakan system
A1 (± 60 x 80 cm ), dapat dipakai sebagai
basis-data
patokan
yang
stabil
dan
meningkatkan penggunaan dan kinerja system. Pada umumnya batas-batas grid
dipakai
Adakalanya horizontal
dalam
pemecahan.
pembagian dibuat
secara
berdasarkan
Dalam beberapa sistem, pemakai harus membuat dan mengatur tile-tile sebagai cakupan
area
menggabungkan
yang
terpisah,
tile-tile
tersebut
dan untuk
492
16 Sistem Informasi Geografis
biasanya pencarian data lebih cepat jika penyusunan pemisahan sesuai dengan ciriciri umum data yang bersangkutan.
Gambar 466. Peta vegetasi Indonesia (tahun 2004)
Untuk
kasus
Indonesia,
peta
ukuran
nasional,
peta
seperti
tofografi
(peta
standar) yang menghubungkan area jika diperlukan. Pendekatan yang lebih canggih adalah
menyediakan
perangkat
lunak
khusus yang membuat dan mengatur tile secara otomatis sehingga dapat bergabung tanpa peranan operator. Manajemen otomatis ini adalah sutu operasi basis data yang menyediakan layanan dan analog
sebagai
perpustakaan
peta.
Walaupun demikian pembuatan peta yang bersifat
perpustakaan
membutuhkan pengelolaannya produksinya.
manajemen maupun
Gambar 467. Peta perubahan penutupan lahan pulau Kalimantan
otomatis
ini
khusus
baik
penyimpanan dapat melewati batas system
perangkat
dan dalam hal ini area harus dapat dibagi
Pada
beberapa
hal
ukuran
tile
untuk
sehingga dapat disimpan pada tile-tile kecil.
493
16 Sistem Informasi Geografis
Selain
karena
hambatan
volume
Kekuatan SIG terletak pada kemampuan
penyimpanan dalam praktek pendekatan ini
analisis yang bersifat memadukan data
sering
alat
spasial dan atribut sekaligus. Hal ini juga
pemasukan data seperti digitizer berukuran
yang membedakan dari sistem pemetaan
kecil (misalnya A3). Dengan dibaginya sejak
otomatis
awal
komputer piranti lunak AutoCAD. Berbagai
dipakai
maka
khususnya
pada
tahap
jika
akhir
proses
penggabungan perlu dilakukan kembali.
dan
penggambaran
dengan
orientasi pengolahan informasi pengolahan informasi spasial yang terdiri atas:
16.5.2 Berbagai fungsi analisis dalam SIG -
Pemetaan otomatis
Perkembangan teknik SIG telah mampu
-
Pemetaan tematik
menghasilkan berbagai fungsi analisis yang
-
Pemodelan tumpang-tindih
canggih. Fungsi – fungsi analisis yang
-
Statistik spasial
dimaksudkan
fungsi
-
Analisis spasial
memanfaatkan data yang telah dimasukan
-
Penambangan spasial
ke dalam SIG dan telah mendapatkan
-
Konversi
disini
adalah
-
menjadi
data
-
Integrasi basis pengetahuan dalam pencarian
fungsi tersebut antara lain: -
peta
tabulasi
berbagai manipulasi persiapan dan bukan fungsi untuk keperluan produk. Fungsi-
data
Fungsi pengolahan dan analisis data
Tidak semua SIG mempunyai fungsi-fungsi
atribut atau spasial
di atas. Adakalanya suatu piranti lunak
Fungsi integrasi analisis data spasial
mengembangkan kekuatannya di bagian
atau atribut
tertentu saja misalnya dalam analisis atau
Cara suatu fungsi SIG diimplementasikan
hanya pada disain produk, dan lain-lain.
umumnya tergantung pada beberapa faktor
Untuk
seperti model data (data raster dan data
kelompok
vektor), piranti keras, dan ketersediaan
mengelompokan
kriteria.
Kelengkapan
diantaranya:
penting
dan
memerlukan
khusus
yang
perlu
seksama.
faktor-faktor
ini
persyaratan
dievaluasi
secara
1. fungsi
menyederhanakan analisis
berbagai
ini,
Aranoff
menjadi
4
pemanggilan
/
(1993)
kelompok
klasifikasi
pengukuran data 2. fungsi tumpang tindih 3. fungsi tetangga, dan 4. fungsi jaringan atau keterkaitan
/
494
16 Sistem Informasi Geografis
untuk lebih jelasnya 4 kelompok di atas
kawasan hutan ideal, yang diolah dan
diuraikan supaya lebih jelas
selanjutnya dibandingkan
1. Fungsi pemanggilan, Klasifikasi dan
Fungsi pemanggilan data untuk pembuatan
Pengukuran Data
peta
tematik
banyak
baik
Dalam kelompok operasi ini pemakaian
penyajian
fungsi yang menggunakan data spasial dan
dimensi
data
Untuk
sederhana bentuk operasi ini sering dipakai
atribut
sebagai salah satu kekuatan dan dipakai
diidentifikasi atau dibuat terlebih dahulu,
khususnya untuk penyajian data dengan unit
sedangkan untuk data spasialnya tetap
ruang tetap atau batas spasial tetap, atau
berada pada posisi semula. Dengan kata
aplikasi untuk keperluan pemantauan tema
lain
tertentu.
atribut
di
menjalankan
buat
berbeda.
fungsinya
akibat
data
penerapan
fungsi-fungsi
dengan
dilakukan
atau
3
simbol
geometrik
dimensi.
Pada
2
SIG
tersebut ini tidak akan ada perubahan lokasi secara spasial dan tidak terbentuk ruang
baru
kecuali
yang
bersifat
penyederhanaan lokasi (tetapi lokasi asli masih ada).
Operasi
disini
memakai
data
atribut
sebagai landasan analisis utama. Salah satu
hasil
yang
jelas
adalah
untuk
Gambar 468. Peta infrastruktur di daerah Nangreo Aceh Darussalam
penyajian data tematik. 2. Operasi Pemanggilan Data
3. Kasifikasi dan Generalisasi
Operasi ini termasuk memilih, mencari,
Dalam suatu analisis peta kelas-kelas baru
memanipulasi dan menghasilkan data tanpa
dapat di buat dari kelas-kelas yang telah
perlu memodifikasi lokasi geografik obyek
ada
atau
keperluan analisis lebih lanjut. Prosedur
membuat
identitas
spasial
baru
sebelumnya
dan
untuk
telah dimasukan ke dalam bank data (basis-
anggota
data). Pembuatan peta tertentu dengan
kriteria tertentu atau sebagai klasifikasi.
tema terbatas dari peta yang telah ada
Beberapa
dalam
merupakan
sediakan dalam setiap SIG. Dalam kasus
contoh operasi ini. Misalnya melihat peta
lapisan data tunggal, klasifikasi termasuk
sebelumnya,
kelompok
bentuk
obyek
untuk
Operasi ini hanya bekerja dengan data yang
arsip
mengidentifikasi
dipakai
obyek
fungsi
menjadi
berdasarkan
klasifikasi
di
495
16 Sistem Informasi Geografis
penetapan sebagai
kelas
dalam
atribut.
setiap
Misalnya
poligon
klasifikasi
diterapkan kepenutupan lahan, dan nama kelas dapat berupa lahan hutan, daerah perkotaan,
daerah
pertanian
dan
4.
Fungsi-fungsi Pengukuran
Setiap SIG menyediakan beberapa fungsifungsi
pengukuran,
yang
dapat
dikelompokan diantaranya: -
untuk menghitung titik
-
perhitungan jarak antar obyek
Dalam fungsi ini, proses klasifikasi termasuk
-
panjang garis
melihat atribut untuk lapisan data tunggal
-
penentuan keliling dan luas poligon
dan memasukan atribut tambahan, sebagai
-
volume dan ruang
kelas nama baru. Dalam SIG raster, nilai
-
ukuran serta pola sekelompok sel
seterusnya.
yang mempunyai identitas sama.
numerik (digital) biasanya dipakai untuk menunjukan kelas-kelas. Suatu sel dapat dihubungkan dengan nilai 1 yang berarti lahan
pertanian,
nilai
kehutanan,dan
2
untuk
daerah
seterusnya.
Proses
klasifikasi disini termasuk menentukan nilainilai numerik ke sel-sel (recording) dan menulis nilai baru ini kedalam bank data baru.
Nilai-nilai
ini
selanjutnya
dapat
ditampilkan dalam bentuk tema baru. Fungsi klasifikasi
Fungsi-fungsi
jumlah material yang digali dan dipakai (Cut and fill) untuk pembuatan jalan. Fungsifungsi
pengukuran
yang dapat di gali dan ditimbun, adakalanya
lunak
SIG
kompleks.
pola-pola baru. Poa-pola baru ini misalnya yang
mempunyai kejahatan tinggi, daerah hutan yang siap tebang atau daerah pertanian yang
paling
siap
dialihkan
permukiman. Melalui
menjadi
perubahan kriteria
adakalanya suatu pola dapat ditemukan. Fungsi kalsifikasi yang lain adalah untuk mempermudah
proses
seperti
antara lapisan data yang berlainan.
keperluan
rekayasa seperti penentuan volume ruang
penting adalah untuk membantu mengenali
perkotaan
untuk
tersedia secara spesifik pada perangkat
penting karena dapat
daerah
sering
keperluan rekayasa, misalnya penentuan
melakukan
berupa
juga
dikaitkan dengan data digital terain untuk
menentukan pola. Salah satu fungsi yang
dapat
pengukuran
korelasi
sehingga
operator
dapat
perhitungan
yang
sangat
Jarak merupakan jarak terpendek antara dua obyek yang dibentuk oleh garis lurus yang
dapat
dihitung
dengan
formula
phytagoras. Perhitungan jarak ini dalam SIG dilakukan dengan menggunakan data sistem koordinat. Perhitungan luas oleh piranti
lunak
menggunakan
berbasis data
vektor
sistem
juga
koordinat.
Asumsi yang dipakai adalah menempatkan berbagai kombinasi titik sehingga terdiri dari
496
16 Sistem Informasi Geografis
beberapa trapesium. Trapesium adalah bentuk kuadrilateral (abcd), dengan dua sisi yang
pararel
dikalikan
dengan
tinggi.
Dengan cara ini maka sistem koordinat dapat mengenali sisi X dan Y. Dari operasi ini muncul beberapa metode salah satunya -
tumpang-tindih
Operasi-operasi ciri-ciri
dalam
SIG
umumnya dilakukan salah satu dari 5 cara
mengevaluasi
tetangga
yang
mengelilingi suatu lokasi yang spesifik. Contoh operasi tetangga yang khas adalah memperhitungkan jarak pemukiman yang
pemadam
sejauh
5
Km
kebakaran.
dari
stasiun
Setiap
fungsi
tetangga memerlukan paling sedikit tiga parameter utama : satu target lokasi atau
yang dikenal yaitu:
lebih a. Pemanfaatan fungsi logika dan fungsi
spesifikasi
pada
(Intersection), pilihan (and dan or),
tersebut
bersyarat (If, then, else)
lingkungan
sekeliling
target, dan fungsi yang akan di terapkan
Boolan, seperti gabungan (union), irisan
perbedaan (difference) dan pernyataan
x
unsur-unsur
dalam
lingkungan
Fungsi penelusuran (Search) Fungsi penelusuran (pencarian) adalah
b. Pemanfaatan fungsi relasional, seperti
c.
tetangga
lingkungan
menyebar
Operasi tumpang-tindih
Operasi
Berbagai Operasi Tetangga
-
fungsi yang paling banyak dioperasikan
ukuran lebih besar, lebih kecil, sama
pada
besar, dan kombinasinya.
menetapkan nilai tertentu untuk obyek
Pemanfaatan fungsi aritmatika seperti
tertentu dengan mengikuti ciri-ciri yang
penambahan, pengurangan, pengkalian
ditentukan
dan pembagian.
parameter utama yang didefinisikan
d. Pemanfaatan data atribut atau tabel dua dimensi atau tiga dimensi, dan e. Menyilangkan
dua
peta
operasi
tetangga.
lingkungannya.
Fungsi
Ada
ini
3
yaitu : a.Target
langsung
(variasi tabel 2-dimensi). Operasi-operasi ini umumnya merupakan
b.Tetangga, dan c. Fungsi
yang
menentukan
nilai
tetangga
bagian standar dari semua paket perangkat
Unsur-unsur target dan unsur-unsur
lunak SIG. Setiap tipe operasi mempunyai
tetangga umumnya disimpan dalam
kelebihan dan kekurangan tertentu karena
satu lapisan atau lebih
dalam pelaksanaannya operasi tersebut berkaitan dengan tipe variabel yang dipakai (nominal, ordinal, interval dan rasio)
497
16 Sistem Informasi Geografis
Tabel 48. Beberapa fungsi tetangga sederhana
Untuk memberikan gambaran yang lebih menyeluruh, dapat dinyatakan bahwa setiap
No
Fungsi
Uraian
1
Rata-rata
Nilai
atau
dari tetangga
Aplikasi rata-rata
3
Diversitas
Nilai
standar
-
Posisi Geografis
Suatu bentuk data keruangan atau lebih
Mayoritas/
Nilai yang paling
kerapatan
dikenal sebagai data spasial, posisi ini dapat
minoritas
sering
muncul
spesies
paling Dominasi
Maksimum/
Nilai maksimum
Minimum
atau
spesies
Lebih
Nilai
besar/kecil
perbandingan
disajikan dalam berbagai bentuk antara lain: dalam koordinat kartesian atau azimuth, dalam hubungan identifikasi ketetangga, dalam suatu hubungan lokasi linier, dalam
minimum
dari lingkungan
flora, dll
suatu ruang tertentu, dalam kode nama tempat tertentu, atau bereferensi ke obyek tertentu
dengan
6
informasi yang terdiri dari 4 komponen yaitu:
an,
jarang
5
pendapat
bentuk data geografis harus mempunyai
deviasi
atau
4
kejahata n,tingkat
kerapatan 2
Kerapatan
tetangga
Suatu SIG memerlukan sistem koordinat
Total
Hasil
yang berlaku bersama untuk suatu set data,
(penjumlah
penjumlahan
terutama untuk data yang akan digunakan
an)
pada beberapa
bersama. Untuk daerah studi yang sempit,
lokasi tetangga
sistem koordiant yang dipakai dapat bersifat lokal saja atau dalam hal ini koordinatnya bersifat relatif, tetapi untuk daerah yang Data Geografis
luas, maka harus dipakai suatu sistem
Obyek geografis mempunyai jumlah dimensi
koordinat yang berlaku secara nasional atau
berbeda-beda, tergantung dari obyek yang
internasional. Untuk daerah yang luas ini
bersangkutan.
obyek
posisi standar atau posisi absolut seperti
geografik dalam bentuk peta, penyajiannya
sistem koordinat UTM (Universal Transverse
berdimensi dua dalam bentuk utama titik,
Mercator) biasanya menggunakan skala 1:
garis, area yang diikatkan dengan koordinat.
50.000 atau lebih besar . Pada posisi ini
Geografis tertentu biasanya berupa peta
posisi geografis yang absolut sudah direkam
ditampilkan dalam media dua dimensi cetak
dengan
seperti
merekam posisi secara global seperti GPS
kertas
Cara
atau
dilengkapi legenda
penyajian
transfaransi
yang
(Global
bantuan
Positioning
satelit
yang
System).
mampu
Begitupun
pada pemakaian peta dengan skala peta
498
16 Sistem Informasi Geografis
atau resolusi spasial dari peta. Secara
menandai bahwa pada data terdapat
umum dapat dikatakan bahwa dari segi
harkat atau ranking seperti pertama,
ketepatan lokasi maupun kedetailan, peta
kedua
yang berskala lebih besar harus lebih teliti
dalam
dari skala yang lebih kecil
melakukan
-
menjelaskan
peranannya
mampu
baku tertentu, dimana interval tidak mempunyai
tidak
makna
yang
mengikat.
Contoh suhu 15ºC adalah lebih dingin
menunjukan posisinya akan tetapi lebih
dibanding suhu 30ºC dan seterusnya.
bersifat penjelasan mengenai obyek atau bersifat identitas, maka dari data ini sering
belum
maksimum) tertentu dan adanya interval
Data ini sering dikategorikan sebagai data karena
walaupun
median,
yang mempunyai selang (minimum dan
suatu obyek memerlukan banyak identitas.
spasial,
perhitungan
dapat
c. Data interval mengacu keobyek alam
skala bersifat dimensi jamak, disebabkan
non
berurutan.Dan
memungkinkan operasi matematis.
keberadaan
berbagai obyek sebagai data spasial, cirinya
bersifat
pengoperasiannya
persentil
Atribut Geografis
Berfungsi
yang
d. Data Ratio mempunyai ciri sama dengan interval tetapi mempunyai nilai awal
muncul ketidak tepatan yang tidak dapat
mutlak
dihindarkan. Data atribut dinyatakan menjadi
(nilai
nol).
Semua
operasi
matematik angka riil dapat dioperasikan
4 bentuk yaitu:
menggunakan data bentuk ini. a. Nominal karakter dari data ini hanya bersifat
membedakan
antara
satu
dengan yang lainnya, tanpa adanya urutan berdasarkan harkat, akan tetapi hanya
bersifat
membedakan
atau
keterangan identitas dengan kata-kat seperti
pinus,
hutan,
kebun
dan
lainnya.Operai yang dapat dilakukan dalam data ini hanya yang bersifat frekuensi, agregat namun tidak dapat megoperasikan matematik (menjumlah atau mengalikan) b. Bentuk data ordinal setingkat lebih spesifik dari yang pertama, karena selain bersifat membedakan biasanya
-
Waktu
Pengetahuan
mengenai
keadaan
sebenarnya pada waktu data diperoleh akan memberikan peluang yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas pemanfaatan data secara benar. Hal ini berkaitan dengan adanya
kecenderungan
data
berubah
dengan waktu yang disebut decay rate. Dalam hal ini penggunaan data berisiko bahwa data yang digunakan sebenarnya sudah berubah, hal ini penting karena waktu merupakan faktor penentu dinamika alam sendiri terutama bila faktor manusia sudah ikut terlibat. Oleh karena itu data yang
499
16 Sistem Informasi Geografis
berkaitan dengan penggunaan lahan sangat
Manajemen basis data
penting melibatkan faktor waktu tersebut. Data waktu dapat
dideskripsikan dalam
Suatu Basisdata terdiri dari satu file atau
pengertian
lebih yang distrukturkan sedemikian rupa
a. Ukuran lama, yang mengacu ke selang
dalam bentuk sistem pengelolaan basisdata (Database
waktu dari basis data yang ada b. Resolusi, selang waktu dikumpulkan atau agregasi waktu pengumpulan data, dan c. Frekuensi
dan
kecepatan
waktu
Management
System/DBMS),
dan diakses melalui jalur tersebut. Keuntungan
basis
pengelolaan
data
dan
basisdata
sistem
dibandingkan
pengumpulan data . Dari pengertian yang
basisdata dengan perpustakaan data secara
berbeda ini maka fungsi waktu dalam
tradisional antara lain adalah:
SIG
dapat
pendataan,
juga
dikaitkan
analisis,
dengan
penyajian
pembaharuan data, dan
dan
pengontrolan
kualitas.
-
Data disimpan disuatu tempat
-
Data dapat diverifikasi dan dimasuki dengan cepat
-
Tabel 49. Perbandingan bentuk data raster dan
dan memungkinkan penggabungan data
vektor
No
Analisis
Raster
Vektor
1
Pengumpulan
Cepat
Lambat
Data
Data terstrukturkan, terstandarisasikan
dari sumber yang berbeda -
Data tersedia bagi banyak pengguna
-
Data
dapat dipakai
untuk berbagai
2
Volume Data
Besar
Kecil
aplikasi
program
berbeda,
termasuk
3
Penampilan
Sedang
Baik
program
dimana
tujuannya
berbeda
dibandingkan
Grafik 4 5
Struktur Data
sederhana
Kompleks
Akurasi
Rendah
Tinggi
Buruk
Baik
Geometri 6
Analisis
Analisis
Baik
Sedang
Kerugian
penyimpanan
basisdata
dibandingkan dengan sistem penyimpanan
-
Pengguan
basisdata
memerlukan
keahlian
8
Generalisasi
Sederhana
Kompleks
9
Integrasi
Mudah
Sulit
dengan
-
Produk yang diperlukan relatif mahal
-
Pengguna harus beradaptasi dengan aliran data
Inderaja Tipe data
data
pertama kali digunakan.
ruangan
10
tujuan
data dasar tradisional antara lain adalah:
Jaringan 7
dengan
Kontinyu
Diskrit
-
Pengguna
harus
paham
organisasi data yang berbeda
dengan
500
16 Sistem Informasi Geografis
-
-
Data dapat mudah disalah gunakan
Fungsi
topografi
dipakai
untuk
(asumsi mudah diakses)
memperhitungkan
Data dapat mudah hilang sehingga perlu
Kebanyakan
fungsi-fungsi
sistem pengamanan sendiri (dan relatif
menggunakan
tetangga-tetangga
canggih)
menandai terain lokal. Parameter terain
nilai-nilai
tertentu. topografi untuk
yang paling sering dipakai adalah lereng
File (berkas) File ( berkas) terdiri dari berbagai catatan (record), dimana setiap record mempunyai ruang (field). Setiap record mempunyai data yang berisi topik tunggal atau lebih, masing-
dan
aspek,
yang
di
hitung
dengan
menggunakan elevasi data dari berbagai titik berdekatan. 16.5.3 Screening Digitizing
masing field terdiri atas satu kelompok data yang disusun dari satu kata atau lebih, atau terdiri dari kode yang diproses bersama. Key (kunci)
yang
digunakan
menerjemahkan memanggil
inforamsi
record
untuk membantu
dari
file,
Kunci
berasosiasi dengan satu ruang record atau
Screening
merupakan
proses
digitasi yang dilakukan di atas layar monitor dengan bantuan mouse. Screen digitizing itu sering disebut digitasi on screen dapat digunakan alternatif input data digital tanpa menggunakan alat digitizer. Tiga unsur spasial
lebih.
Digitizing
(feature)
yang
dapat
dibentuk
melalui digitasi on screen diantaranya point, Fungsi-fungsi Topografi
line, dan poligon
Topografi merupakan gambaran variabilitas
a. Digitasi Point (Titik)
permukaan
-
bumi,
biasanya
berasosiasi
dengan ciri-ciri bentuk permukaan seperti variasi
relief
suatu
daerah.
menu pulldown View I New Theme
Untuk
sehingga muncul /Option feature type
menggambarkan secara lebih sederhana dapat
digunkan
pengertian-pengertian
pilih Point lalu klik ikon Ok -
bentang lahan, seperti perbukitan, lembah,
dalam
SIG
dengan
besar titik elevasi yang menyebar di seluruh daerah yang digambarkan.
nama file
file
dan
lokasi
tersebut
pada
dialog yang muncul kemudian klik
data
elevasi digital. Data ini terdiri dari sejumlah
Tentukan
penyimpanan
dan dataran. Topografi suatu wilayah dapat digambarkan
Buka tampilan View 1 kemudian pilih
Ok. -
Pilih ikon Draw Point pada Tool palette kemudian tentukan posisi kursor mouse untuk menentukan point yang akan ditempatkan. Klik
501
16 Sistem Informasi Geografis
button kiri mouse apabila posisinya
konfirmasi
sudah pasti. Lakukan hal yang sama
(Save).
untuk
membuat
point-point
yang
lainnya. -
Setelah
point
selesai
dibuat.
-
option feature type pilih Polygon lalu
Pilih yes pada option untuk
klik Ok.
penyimpanan -
Pada tampilan View 1 menu pulldown
-
nama
dan
lokasi
Pilih kursor Draw Line pada Tools
button kiri pada saat kursor mouse berada pada posisi dimana kita akan
Ok.
memulai nama
file
Palette untuk memulai digitasi. Klil
option feature type pilih Line lalu klik
Tentukan
Tentukan
penyimpanan file, lalu klik Ok.
View I New Theme sehingga muncul
file
dan
lokasi
pembuatan
Polygon,
kemudian klik juga button kiri setiap
penyimpanan file, lalu klik Ok.
saat kursor mouse berada pada posisi
Pilih kursor Draw Line pada Tools
dimana
Palette untuk memulai digitasi. Klik
meletakan dan double klik untuk
button kiri pada saat kursor mouse
mengakhiri pembuatan garis di posisi
berada pada posisi dimana kita akan
verteks yang terakhir . lakukan hal
memulai pembuatan line, kemudian
yang sama untuk membuat Polygon
klik juga button kiri setiap saat kursor
yang lainnya.
mouse berada pada posisi dimana
-
Pada tampilan View 1 menu pulldown
Editing.
b. Digitasi Line (garis)
-
Digitasi Polygon (Area)
View I New Theme sehingga muncul
(save).
-
penyimpanan
Kemudian klik menu Theme I Stop
konfirmasi
-
c.
untuk
-
kita
mengiginkan
untuk
Untuk membuat Polygon berikutnya
kita mengiginkan untuk meletakan
yang berhimpitan atau berbatasan
dan double klik untuk mengakhiri
dengan Polygon-polygon yang sudah
pembuatan garis di posisi verteks
ada, gunakan ikon Draw line to
yang terakhir . Lakukan hal yang
append polygon. Dengan ikon ini kita
sama untuk membuat line yang
dapat mengawali pembuatan Polygon
lainnya.
dari sebuah titik (posisi kursor mouse)
Setelah line selesai dibuat, kemudian
melalui
klik menu pulldown Theme I Stop
polygon
Editing,
kita
Pilih
yes
pada
option
segmen
garis
(boundary)
yang sudah ad, kemudian
tinggal
memindah-mindahkan
kursor ini (disertai dengan mengklik
502
16 Sistem Informasi Geografis
button
kiri
mouse)
untuk
kemudian salah satu unsur yang
menghasilkan verteks-verteks yang
terpilih akan berubah menjadi warna
diperlukan. Pada posisi verteks yang
kuning.
terakhir di segmen garis (boundary) polygon kali
yang sudah ada, klik
button
kiri
maouse
dua
Setelah
poligon-poligon
selesai
-
pulldown
Theme I Stop Editing, Pilih yes pada
konfirmasi
option konfirmasi untuk penyimpanan
(Save).
terpilih
tersebut
Pilih
Theme yes
I
pada
untuk
Stop option
penyimpanan
e. Menigisi Field Area dan Perimeter Terdapat dua atribut penting yang khas dan hampir selalu muncul di dalam
Klik ikon tabel pada button view,
unsur-unsur spasial tipe poligon. Atribut
kemudian tabel dari feature akan
tersebut
muncul
perimeter
Klik menu pulldown Tabel I Start
tersebut merupakan bagian yang sangat
Editing
penting untuk proses analisis spasial.
untuk
memulai
mengedit
adalah
area
(keliling),
(luas)
kedua
dan atribut
tabel tersebut.
Nilai kedua atribut tersebut tidak di entry
Untuk menambah Field (kolom) baru
oleh
klik menu pulldown Field I Add Field
otomatis dihitung oleh komputer melalui
Isi name untuk membuat judul Field,
perangkat lunak SIG. Proses pemasukan
kemudian
atau penambahan secara otomatis field
tentukan
field
Type
pengguna,
melainkan
secara
:
“area” dan :”perimeter” kedalam tabel
huruf/karakter), dan Field Width-nya
atribut unsur spasial poligon dilakukan
(lebar kolom).
dengan langkah-langkah berikut:
Penulisan field di setiap record (baris)
-
(number
-
menu Editing,
Spasial
-
yang
Setelah selesai dibuat, kemudian klik
dibuat, kemudian klik menu pulldown
d. Menambah atribut pada unsur-unsur
-
record
record terisi. -
(Save).
-
Isi
menggunakan select sampai semua
untuk
mengakhiri verteks yang terakhir. -
-
:
angka,
string
dapat mulai dilakukan. Untuk melihat hubungan unsur-unsur
setiap
record
dengan
feature-nya
dapat
dilakukan dengan mengklik salah satu record
menggunakan
ikon
select,
Buka tabel atribut dari unsur spasial poligon yang bersangkutan dengan menekan button Open Theme Tabel
-
Klik menu pulldown Table I Start Editing.
503
16 Sistem Informasi Geografis
-
-
-
Tambah field baru melalui menu
bahwa informasi terbaik untuk lokasi yang
pulldown Edit I Add Field. Isi filed
tanpa pengamatan adalah nilai dari lokasi
name
area,
terdekat dari titik tersebut. Poligon thiessen
tipe”number”, width16, dan decimal
umumnya dipakai untuk analisis data iklim,
place-nya 3.Kemudian tekan button
seperti
Ok
pengamatan lokal tidak ada, maka data
Klik menu pulldown Field I calculate
stasiun terdekat akan dipakai.
sehingga muncul kotak dialog ‘Field
Poligon
calculator’. Pada item edit box [Area]
sekelompok
=
Area,
poligon berjarak sama ke titik-titik tetangga.
kemudian tekan button Ok. Maka
Dengan kata lain, setiap lokasi dalam suatu
komputer akan menghitung sekaligus
poligon adalah lebih dekat ke titik yang ada
mengisi nilai field Area.
dalam poligon tersebut di banding ketitik lain
dengan
ketikan
nama
[shape].
Return
Untuk membuat field Perimeter klik menu pulldown Edit I Add Field. Isi field nama dengan perimeter, tipe ‘number’,
width
16,
dan
decimal
place-nya 3. tekan button Ok. -
data
Thiessen titik
hujan.
Jika
dibangun
data
disekeliling
sehingga
batas-batas
Poligon Thiessen, dapat digunakan dalam hubungan mendapat nilai-nilai sekeliling titik dengan pengamatan suatu individu titik, metode
ini
kelemahan,
Klik menu pulldown Field I calculate
curah
mempunyai yang
beberapa
akan
diuraikan
diantaranya:
sehingga muncul kotak dialog ‘Field Calculator’.
Pada
item
edit
box
1. Pembagian
suatu
wilayah
menjadi
[perimeter] = ketikan [Shape]. Return
wilayah yang lebih kecil berdasarkan
length kemudian tekan button Ok.
poligon thiessen sangat tergantung dari
Komputer akan menghitung sekaligus
lokasi
mengisi nilai field perimeter
menghasilkan bentuk poligon yang
pengamatan.
Hal
ini
dapat
tidak mempunyai hubungan dengan kejadian
16.5.4 Poligon Thiessen Poligon Thiessen atau Voroni atau Dirichlet mendefinisikan
daerah-daerah
yang
mempengaruhi sesamanya oleh sekelompok titik-titik. Data dari stasiun penakar curah hujan merupakan contoh khas keadaan ini. Hal
ini
merupakan
pendekatan
pengembangan data titik yang diasumsikan
yang
sebenarnya.
Suatu
lokasi stasiun penangkar curah hujan dapat memnghasilkan poligon sempit memanjang, suatu pola yang tidak umum pada sebaran curah hujan, karena nilainya ditetapkan berdasarkan dugaan
dari
data
pengamatan.
Akibatnya pendugaan kesalahan tidak
504
16 Sistem Informasi Geografis
dapat
dilakukan
karena
Pendekatan
regresi
polinominal
dapat
pengamatannya hanya dari suatu titik
dilakukan dengan cepat tetapi beberapa
tunggal.
detail
2. Poligon Thiessen tidak menerapkan
akan
hilang.
Kriging
merupakan
metode yang fleksibel dan banyak dipakai
asumsi bahwa titik yang berdekatan
tetapi
lebih mirip dari titik yang berjauhan,
(Keckler, 1994). Pendekatan interpolasi ini
suatu asumsi yang biasa berlaku dalam
untuk perangkat lunak pemetaan 3 dimensi
analisis
seperti Surfer, sudah sangat maju dan
geografi.
Misalnya
poligon
untuk
data
besar
akan
lambat
yang diperoleh cenderung membentuk
mudah dilakukan
suatu poligon yang membulat dan tidak
Secara umum kualitas interpolasi sangat
selaras dengan fenomena alam yang
dipengaruhi
melibatkan asumsi adanya hambatan
diantaranya:
punggung gunung dan lain-lain. Interpolasi Interpolasi adalah prosedur untuk menduga nilai-nilai
yang
tidak
diketahui
dengan
menggunakan nilai-nilai yang diketahui pada lokasi yang
berdekatan.
Titik-titik yang
berdekatan (bertetangga) tersebut dapat
oleh
beberapa
x
Keakuratan pengukuran
x
Jumlah
dan
distribusi
faktor
titik
yang
diketahui yang diperhitungkan dalam fungsi matematik Interpolasi
model
sederhana
dengan
mendeteksi nilai lokasi yang tidak diketahui dari tetangga yang terdekat
berjarak teratur atau tidak, biasanya di
Pembuatan Kontur
gambarkan dalam bentuk lapisan
data
Garis-garis
raster.
tebal
menggambarkan relief permukaan sebagai
mempunyai nilai tertentu. Suatu fungsi linier
suatu gabungan garis yang menghubungkan
sederhana,
titik-titik yang bernilai sama.
Sel
yang
ditandai
yang
garis
diturunkan
dengan
menganalisis titik yang diketahui, digunakan untuk mendapatkan nilai-nilai yang hilang. Program-program
interpolasi
untuk
menduga nilai yang acak diketahui relatif banyak antara lain regresi polinominal, seri fourier, fungsi spline, pergerakan rata-rata, fungsi basis radial, dan kriging dan lain-lain. Semua program ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan
masing-masing.
kontur
dipakai
untuk
16 Sistem Informasi Geografis
Gambar 469. Garis interpolasi hasil program Surfer
Gambar 470. Garis kontur hasil interpolasi
505
506
16 Sistem Informasi Geografis
Dalam suatu peta topografi , contoh yang
Penjelasan Arcview
aplikatif,
berperan
Dasar-dasar penggunaan perangkat lunak
menghubungkan titik-titik yang berelevasi
dalam SIG, salah satunya ialah ArcView
sama. Garis kontur sering dipakai untuk
yang merupakan perangkat lunak desktop
menggambarkan berbagai data spasial yang
SIG dan pemetaan yang dikembangkan oleh
dapat
ESRI
garis-garis
dibuat
kontur
sebagai
suatu
bidang
( Enviromental System Research
permukaan seperti: tingkat kejahatan, nilai
Institute, Inc). Dengan ArcView kita dapat
perumahan, sifat bahan kimia, populasi
memilki
binatang liar, data iklim dan lain-lain.
melakukan
Perangkat
lunak
yang
sudah
ada
mempunyai kemampuan berbeda dalam menangani data yang bersifat ganda ini. Sehingga sering hasil ini dievaluasi dengan membandingkannya
dengan
cara
meng-explore,
(baik basis data spasial
secara geogarafis, dan sebagainya. Ha-hal umum dalam ArcView -
Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi dalam ArcView. Projec didalam ArcView ini merupakan file kerja yang
yang paling dekat dengan hasil manual. untuk
untuk
maupun non spasial), menganalisis data
manual), dimana hasil terbaik adalah produk
juga
visualisasi,
menjawab query
kartografer menggambarkan kontur (secara
Bagaimanapun
kemampuan-kemampuan
dapat
mengevalusi
digunakan
untuk
menyimpan,
mengelompokan
perangkat lunak yang membuat kontur maka
dan
mengorganisasikan semua komponen-
harus dibuat standar dengan hasil tersebut
komponen program
; View, theme,
Table, chart, layout dan script dalam satu kesatuan yang utuh -
Theme
merupakan
bangunan
system
ArcView
yang
,
dasar
merupkan
kumpulan dari bebrapa layer ArcView yang
membentuk
tertentu.
Sumber
suatu data
“Tematik”
yang
dapat
direpresentasikan sebagai theme adalah shapefile, coverage (ArcInfo), dan Citra Gambar 471. Interpolasi kontur cara taksiran
Salah satu Contoh penggunaan perangkat lunak dalam SIG : ArcView, ArcInfo, dan lainnya
MAPinfo,
raster. -
View
mengorganisasikan
theme.
Sebuah view merupakan representasi grafis
informasi
spasial
dan
dapat
507
16 Sistem Informasi Geografis
menampung
-
beberapa
“layer”
atau
Layout
digunakan
untuk
“theme” informasi spasial (titik, garis,
menggabungkan
poligon, dan citra raster)
(View, table, dan chart) kedalam suatu
Table
merupakan
representasi
data
dipersiapkan
sebuah table
hardcopy)
akan berisi informasi
Chart merupakan representasi
semua
dokumen
dokumen yang siap cetak (biasanya
ArcView dalam bentuk sebuah table,
deskriptif mengenai layer tertentu. -
-
-
Sript
untuk
merupakan
pembuatan
bahasa
(semi)
grafis
pemrograman sederhana (makro) yang
dari suatu resume table bentuk chart
digunakan untuk mengotomatisasi kerja
yang didukung oleh ArcView adalah line,
ArcView.
bar, colum, xy scatter, area dan pie.
Gambar 472. Mapinfo GIS
508
16 Sistem Informasi Geografis
Model DiagramModel Alir IlmuDiagram Ukur Tanah Pertemuan ke-16 Alir Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographical Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT ID (Identifier) di Centroid / di dalam poligon
Posisi X, Y
Informasi lain (z, ...)
Computer Aided Design (CAD)
Data Base Digital
Sistem Informasi Geografis : Suatu sistem berbasis komputer yang mampu mengaitkan data base grafis (peta) dengan data base atributnya yang sesuai melalui ID (Identifier) yang unik
Data Grafik
Struktur Data Raster
Data Base Management System (DBMS)
Data Atribut
Struktur Data Network
Struktur Data Vektor
* Kompleksitas Data - Raster : Simpel - Vektor : Rumit * Data Capture - Raster : Cepat - Vektor : Lambat * Akurasi - Raster : Kurang - Vektor : Baik * Resolusi - Raster : Terbatas - Vektor : Detail * Memori - Raster : Besar - Vektor : Kecil
Struktur Data Hirarki Struktur Data Relasional (Modus)
Implementasi Sistem (7)
Pemrograman (6)
Kategorisasi Data: - Jenis Data - Tingkat Ketelitian (3)
Pengumpulan Data Grafis & Atribut (2)
Gambar 473. Model diagram alir sistem informasi geografi
Umpan Balik (8)
Revisi (9)
Pembuatan Mode Fungsional (5)
Pembuatan Model Konseptual (4)
Identifikasi Kebutuhan Para Pengguna (1)
509
16 Sistem Informasi Geografis
Rangkuman Berdasarkan uraian materi bab 16 mengenai sistem informasi geografis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. SIG atau GIS merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mampu mengaitkan data base grafis (dalam hal ini adalah peta) dengan data base atributnya yang sesuai. Sistem Informasi Geogafis merupakan suatu kemajuan baru dari kelanjutan pengguna Komputer grafik Auto CAD (Computer Aided Design). Sistem Informasi Geogafis merupakan kombinasi antara CAD dengan data base yang dikaitkan dengan suatu pengenal unik yang sering dinamakan identifier (ID) tertentu. 2. Keuntungan menggunakan SIG a. Penanganan data geospatial menjadi lebih baik dalam format baku b. Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah c.
Data geospatial dan informasi lebih mudah dicari, dianalisis dan direpresentasikan
d. Menjadi produk bernilai tambah e. Data geospatial dapat dipertukarkan f.
Produktivitas staf meningkat dan lebih efisien
g. Penghematan waktu dan biaya h. Keputusan yang akan diambil menjadi lebih baik 3. Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS dengan manual/pemetaan Digital Peta
GIS
Pekerjaan Manual
Penyimpanan
Database Digital dan terpadu
Skala dan standar berbeda
Pemanggilan Kembali
Pencarian dengan Komputer
Cek manual
Pemutahiran
Sistematis
Mahal dan memakan waktu
Analisa Overlay
Sangat cepat
Memakan waktu dan tenaga
Analisa Spasial
Mudah
Rumit
Penayangan
Murah dan cepat
mahal
5. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis, pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial.
510
16 Sistem Informasi Geografis
Soal Latihan Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 1. Apa yang di maksud dengan SIG? 2. Coba jelaskan pengertian Geoprosessing? 3. Sebutkan cara pemasukan data spasial? 4. Ada beberapa tahapan dalam pendigitasian peta, coba sebutkan? 5. Dalam SIG ada beberapa fungsi analisis, jelaskan?
Lampiran : A
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1983). Ukur Tanah 2. Jurusan Teknik Sipil PEDC. Bandung Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi dan Geografis. Bogor. Budiono, M. dan kawan-kawan. 1999. Ilmu Ukur Tanah. Angkasa. Bandung. Darmaji, A. 2006. Aplikasi Pemetaan Digital dan Rekayasa Teknik Sipil dengan Autocad Development. ITB. Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Depdikbud. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003. Standar Kompetensi Nasional Bidang SURVEYING. Bagian Proyek Sistem Pengembangan. Jakarta. Gayo, Yusuf., dan kawan-kawan. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT. Pradjna Paramita. Jakarta. Gumilar, I. 2003. Penggunaan Computer Aided Design (CAD) pada Biro Arsitek. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI. Bandung. Gunarta, I.G.W.S. dan A.B. Sailendra. 2003. Penanganan Masalah Jalan Tembus Hutan secara Terintegrasi : Kajian terhadap Kebutuhan Kelembagaan Stakeholders. Jurnal Litbang Jalan Volume 20 No.3 Oktober. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Gunarso, P. dan kawan-kawan. 2004. Modul Pelatihan SIG. Pemkab Malinau
Hasanudin, M. dan kawan-kawan. 2004. Survai dengan GPS. Pradnya Paramita. Jakarta. Hendriatiningsih, S. 1990. Engineering Survey. Teknik geodesi FPTS ITB. Bandung. Hayati, S. 2003. Aplikasi Geographical Information System untuk Zonasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Kabupaten Bandung. Lembaga Penelitian UPI. Bandung. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. 2005. Struktur Kurikulum Program Studi Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI. Jurusan Diktekbang FPTK UPI. Bandung. Kusminingrum, N. dan G. Gunawan. 2003. Evaluasi dan Strategi Pengendalian Pencemaran Udara di Kota-Kota Besar di Indonesia. Jurnal Litbang Jalan Volume 20 No.1 Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Lanalyawati. 2004. Pengkajian Pengelolaan Lingkungan Jalan di Kawasan Hutan Lindung (Bedugul Bali). Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.2 Juli. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Marina, R. 2002. Aplikasi Geographical Information System untuk Evaluasi Kemampuan Lahan di Kabupaten Sumedang. Masri, RM. 2007. Kajian Perubahan Lingkungan Zona Buruk untuk Perumahan. SPS IPB. Bogor. Mira, S. 1988. Poligon. Teknik Geodesi FTSP ITB. Bandung.
A-1
Lampiran : A
Mira, S. R.M. 1988. Ukuran Tinggi Teliti. Teknik Geodesi FTSP ITB. Bandung. Melani, D. 2004. Aplikasi Geographical Information System untuk Zonasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Kabupaten Sumedang. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI. Bandung. Mulyani, S.Y.R dan Lanalyawati. 2004. Kajian Kebijakan dalam Pengelolaan Lingkungan Jalan di Kawasan Sensitif. Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.1 Maret. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Parhasta, E. 2002. Tutorial Arcview SIG Informatika. Bandung. Purwaamijaya, I.M. 2006. Ilmu Ukur Tanah untuk Teknik Sipil. FPTK UPI. Bandung. Purwaamijaya, I.M. 2005a. Analisis Kemampuan Lahan di KecamatanKecamatan yang Dilalui Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung Jawa Barat. Jurnal Permukiman ISSN : 02150778 Volume 21 No.3 Desember 2005. Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan. Bandung. Purwaamijaya, I.M. 2005b. Analisis Kemampuan Lahan sebagai Acuan Penyimpangan Gejala Konversi Lahan Sawah Beririgasi Menjadi Lahan Perumahan di Koridor Jalan SoekarnoHatta Kota Bandung. Jurnal Informasi Teknik ISSN : 0215-1928 No.28 – 2005. Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air. Balai Irigasi. Bekasi. Purwaamijaya, I.M. 2005c. Pola Perubahan Lingkungan yang Disebabkan oleh Prasarana dan Sarana Jalan (Studi Kasus : Jalan Soekarno-Hatta di Kota
Bandung Jawa Barat). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri A Pengukuran Tinggi. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri B Pengukuran Horisontal. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C Pemetaan Topografi. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Purworaharjo,U. 1982. Hitung proyeksi Geodesi (Proyeksi Peta). Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Staf
Ukur Tanah. 1982. Petunjuk Penggunaan Planimeter. Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi. Bandung.
Supratman, A.. 2002. Geometrik Jalan Raya. FPTK IKIP. Bandung. Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. 1992. Pengukuran Horizontal. Bandung.: FPTK IKIP. Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. (1992). Modul Ilmu Ukur Tanah. FPTK IKIP. Bandung. Susanto dan kawan-kawan. (1994). Modul : Pemindahan Tanah Mekanis. FPTK IKIP. Bandung. Wongsotjitro. 1980. Ilmu Kanisius .Yogyakarta.
Ukur
Tanah.
Yulianto, W. 2004. Aplikasi AUTOCAD 2002 untuk Pemetaan dan SIG. Gramedia. Jakarta.
A-2
Lampiran : B
GLOSARIUM Absis
:
Analog Astronomis
: :
Automatic level
:
Azimuth
:
Barometri
:
Benchmark
:
Bowditch
:
BPN CAD
: :
Cassini
:
Collins
:
Coordinate Set
:
Cosinus
:
Cross hair
:
Cross Section
:
Datum
:
Digital
:
Posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu X yang arahnya horizontal pada bidang datar. Sistem penyajian peta secara manual. Ilmu yang mempelajari posisi relatif benda-benda langit terhadap benda-benda langit lainnya. Sipat datar optis yang mirip dengan tipe kekar tetapi dilengkapi dengan alat kompensator untuk membuat garis bidik mendatar dengan sendirinya. Sudut yang dibentuk dari garis arah utara terhadap garis arah suatu titik yang besarnya diukur searah jarum jam. Alat atau metode untuk mengukur tekanan udara yang diaplikasikan untuk menghitung beda tinggi antara beberapa titik di atas permukaan bumi yang berkategori gunung (slope > 40 %). Titik ikat di lapangan yang ditandai oleh patok yang dibuat dari beton dan besi dan telah diketahui koordinatnya hasil pengukuran sebelumnya. Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang bobotnya adalah perbandingan antara jarak resultante terhadap total jarak resultante. Badan Pertanahan Nasional (Kantor Agraria / Pertanahan). Computer Aided Design. Penyajian gambar secara digital menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Metode pengikatan ke belakang (alat berdiri di atas titik yang ingin diketahui koordinatnya) yang menggunakan bantuan 2 titik penolong dan dua buah lingkaran. Metode pengikatan ke belakang (alat berdiri di atas titik yang ingin diketahui koordinatnya) yang menggunakan bantuan 1 titik penolong dan satu buah lingkaran. Pengaturan koordinat peta analog agar sesuai dengan koordinat pada sistem koordinat peta digital yang titik-titik ikat acuannya adalah titik-titik di peta analog yang memiliki nilai-nilai koordinat. Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi datar terhadap sisi miring. Benang silang diafragma yang tampak pada lensa objektif teropong sebagai acuan untuk membaca ketinggian garis bidik pada rambu ukur. Profil melintang. Penampang pada arah lebar yang menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek. Titik perpotongan antara ellipsoid referensi dengan geoid (datum relatif). Pusat ellipsoid referensi berimpit dengan pusat bumi (datum absolut). Sistem penyajian informasi (grafis atau teks) secara biner elektronis.
B-1
Lampiran : B
Digitizer
:
Distorsi
:
DGN Dumpy level
: :
Ellipsoid
:
Equator
:
Flattening
:
Fokus
:
Fotogrametri
:
Geodesi
:
Geodesic
:
Geoid
:
Geometri
:
Gradien
:
Grafis Greenwich
: :
Grid
:
Hexagesimal
:
Higragirum
:
Horisontal
:
Indeks
:
Alat yang digunakan untuk mengubah peta-peta analog menjadi peta-peta digital dengan menelusuri detail-detail peta satu persatu. Perubahan bentuk atau perubahan informasi geometrik yang disajikan pada bidang lengkung (bola/ellipsoidal) terhadap bentuk atau informasi geometrik yang disajikan pada bidang datar. Datum Geodesi Nasional, datum sistem koordinat nasional. Sipat datar optis tipe kekar, sumbu tegak menjadi satu dengan teropong. Bentuk 3 dimensi dari ellips yang diputar pada sumbu pendeknya dan merupakan bentuk matematis bumi. Spheroid persamaan kata ellipsoid. Garis khatulistiwa yaitu garis yang membagi bumi bagian utara dan bumi bagian selatan sama besar. Kegepengan. Nilai yang diperoleh dari pembagian selisih radius terpendek dengan radius terpanjang ellipsoida terhadap radius terpendek. Ketajaman penampakan objek pada teropong dan dapat diatur dengan tombol fokus. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari mengenai geometris foto-foto udara yang diperoleh dari pemotretan menggunakan pesawat terbang. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari dan menyajikan informasi bentuk permukaan bumi dengan memperhatikan kelengkungan bumi. Kurva terpendek yang menghubungkan dua titik pada permukaan ellipsoida. Bentuk tidak beraturan yang mewakili permukaan air laut di bumi dan memiliki energi potensial yang sama. Ilmu yang mempelajari bentuk matematis di atas permukaan bumi. Besarnya nilai perbandingan sisi muka terhadap sisi samping yang membentuk sudut tegak lurus (90o) Penyajian hasil pengukuran dengan gambar. Kota di Inggris yang dilewati oleh garis meridian (longitude/bujur) 0o. Bentuk empat persegi panjang yang merupakan referensi posisi absis dan ordinat yang diletakkan di muka peta yang panjang dan lebarnya bergantung pada unit posisi X dan Y yang ditetapkan oleh pembuat peta berdasarkan kaidah kartografi (pemetaan). Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan derajat, menit, second. Satu putaran = 360o. 1o=60’. 1’=60”. Hg, air raksa yang dipakai sebagai cairan penunjuk nilai tekanan udara pada alat barometer. Garis atau bidang yang tegak lurus terhadap garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi. Garis kontur yang penyajiannya lebih tebal atau lebih ditonjolkan dibandingkan garis-garis kontur lain setiap selang ketinggian tertentu.
B-2
Lampiran : B
Interpolasi
:
Intersection
:
Galat GIS
: :
GPS
:
Gravitasi
:
GRS-1980
:
Hardcopy
:
Hardware
:
Informasi Inklinasi
: :
Interpolasi
:
Jalon
:
Jurusan
:
Kalibrasi
:
Kartesian Kompas
: :
Kontrol
:
Kontur
:
Konvergensi Konversi
: :
Koordinat
:
Metode perhitungan ketinggian suatu titik di antara dua titik yang dihubungkan oleh garis lurus. Nama lain dari pengikatan ke muka, yaitu pengukuran titik tunggal dari dua buah titik yang telah diketahui koordinatnya dengan menempatkan alat theodolite di atas titik-titik yang telah diketahui koordinatnya. Selisih antara nilai pengamatan dengan nilai sesungguhnya. Geographical Information System. Suatu sistem informasi yang mampu mengaitkan database grafis dengan data base tekstualnya yang sesuai. Global Positioning System. Sistem penentuan posisi global menggunakan satelit buatan Angkatan Laut Amerika Serikat. Gaya tarik bumi yang mengarah ke pusat bumi dengan nilai + 9,8 m2/detik. GeodeticReference System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah geoid). Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk lembaran-lembaran peta yang dicetak dengan printer atau plotter. Perangkat keras computer yang terdiri CPU (Central Processing Unit), keyboard (papan ketik), printer, mouse. Sesuatu yang memiliki makna atau manfaat. Sudut vertical yang dibentuk dari garis bidik (dinamakan juga sudut miring). Suatu rumusan untuk mencari ketinggian suatu titik yang diapit oleh dua titik lain dengan konsep segitiga sebangun. Batang besi seperti lembing berwarna merah dan putih dengan panjang + 1,5 meter sebagai target bidikan arah horizontal. Sudut yang dihitung dari selisih absis dan ordinat dengan acuan sudut nolnya arah sumbu Y positif searah jarum jam. Suatu prosedur untuk mengeliminasi kesalahan sistematis pada peralatan pengukuran dengan menyetel ulang komponenkomponen dalam peralatan. Sistem koordinar siku-siku. Alat yang digunakan untuk menunjukkan arah suatu garis terhadap utara magnet yang dipengaruhi magnet bumi. Upaya mengendalikan data hasil pengukuran di lapangan agar Memenuhi syarat geometrik tertentu sehingga kesalahan hasil pengukuran di lapangan dapat memenuhi syarat yang ditetapkan dan kesalahan-kesalahan acaknya telah dikoreksi. Garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata (MSL). Garis di atas peta yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata dan kerapatannya bergantung pada ukuran lembar penyajian (skala peta). Serangkaian garis searah yang menuju suatu titik pertemuan. Proses mengubah suatu besaran (sudut/jarak) dari suatu sistem menjadi sistem yang lain. Posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan posisi nol sumbu Y.
B-3
Lampiran : B
Koreksi
:
Kuadran
:
Kuadrilateral
:
Latitude
:
Leveling head Logaritma Longitude
: : :
Long Section
:
Loxodrome
:
Mapinfo
:
MSL
:
Mistar
:
Meridian
:
Nivo
:
Normal
:
Oblique
:
Offset
:
Ordinat
:
Orientasi
:
Orthodrome Overlay
: :
Nilai yang dijumlahkan terhadap nilai pengamatan sehingga diperoleh nilai yang dianggap benar. Nilai koreksi = - kesalahan. Ruang-ruang yang membagi sudut satu putaran menjadi 4 ruang yang pusat pembagiannya adalah titik 0. Bentuk segiempat dan diagonalnya yang diukur sudut-sudut dan jarak-jaraknya untuk menentukan koordinat titik di lapangan. Nama lain garis parallel. Garis-garis khayal yang tegak lurus garis meridian dan melingkari bumi. Paralel nol berada di equator atau garis khatulistiwa. Bagian yang terdiri dari tribach dan trivet, disebut juga kiap. Nilai yang diperoleh dari kebalikan fungsi pangkat. Nama lain garis meridian. Garis-garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Meridian nol berada di Kota Greenwich, Inggris. Profil memanjang. Penampang pada arah memanjang yang menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek. Nama lain adalah Rhumbline. Garis (kurva) yang menghubungkan titik-titik dengan azimuth yang tetap. Desktop Mapping Software. Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta digital berinformasi yang dibuat dengan spesifikasi teknis perangkat keras untuk pemakai tunggal dan dibuat oleh perusahaan Mapinfo Corporation yang berdomisili di Kota New York Amerika Serikat. Mean Sea Level (permukaan air laut rata-rata yang diamati selama periode tertentu di pinggir pantai). Sebagai acuan titik nol pengukuran tinggi di darat. Papan penggaris berukuran 3 meter yang dapat dilipat dua sebagai target pembacaan diafragma teropong untuk mengukur tinggi garis bidik (benang atas, benang tengah, benang bawah). Garis-garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Meridian nol berada di Kota Greenwich, Inggris. Gelembung udara dan cairan yang berada pada tempat berbentuk bola atau silinder sebagai penunjuk bahwa teropong sipat datar atau theodolite telah sejajar dengan bidang yang memiliki energi potensial yang sama. Proyeksi peta yang sumbu putar buminya berimpit dengan garis normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder). Proyeksi peta yang sumbu putar buminya membentuk sudut tajam (< 90o) dengan garis normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder). Metode pengukuran menggunakan alat-alat sederhana (prisma, pita ukur, jalon). Posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu Y yang arahnya vertical pada bidang datar. Pengukuran untuk mengetahui posisi absolute dan posisi relative Objek-objek di atas permukaan bumi. Proyeksi garis geodesic pada bidang proyeksi. Suatu fungsi pada analisis pemetaan digital dan GIS yang Menumpangtindihkan tema-tema dengan jenis pengelompokkan yang berbeda.
B-4
Lampiran : B
Pantograph
:
Paralel
:
Pegas
:
Pesawat Phytagoras
: :
Planimeter Planimetris Point Set
: : :
Polar Polyeder
: :
Polygon
:
Profil
:
Proyeksi peta
:
Radian
:
RAM
:
Raster
:
Remote Sensing
:
Resiprocal
:
Reversible level
:
Rotasi
:
Alat yang digunakan untuk memperbesar atau memperkecil objek gambar. Garis-garis khayal yang tegak lurus garis meridian dan melingkari bumi. Paralel nol berada di equator atau garis khatulistiwa. Gulungan kawat berbentuk spiral yang dapat memanjang dan memendek karena gaya tekan atau tarik yang digunakan pada alat sipat datar. Istilah untuk alat ukur optis waterpass atau theodolite. Ilmuwan yang menemukan rumusan kuadrat garis terpanjang di suatu segitiga dengan salah satu sudutnya 90o adalah sama dengan perjumlahan kuadrat 2 sisi yang lain. Alat untuk menghitung koordinat secara konvensional. Bidang datar (2 dimensi) yang dinyatakan dalam sumbu X dan Y Pengaturan koordinat peta analog agar sesuai dengan koordinat pada sistem koordinat peta digital yang titik-titik ikat acuannya adalah titik-titik di peta analog yang identik dengan titik-titik di peta digital yang telah ada. Sistem koordinat kutub (sudut dan jarak). Sistem proyeksi dengan bidang perantara kerucut, sumbu putar bumi berimpit dengan garis normal kerucut, informasi geometric yang dipertahankan sama adalah sudut (conform) dan tangent. Serangkaian garis-garis yang membentuk kurva terbuka atau Tertutup untuk menentukan koordinat titik-titik di atas permukaan bumi. Potongan gambaran turun dan naiknya permukaan tanah baik memanjang atau melintang. Proses memindahkan informasi geometrik dari bidang lengkung (bola/ellipsoidal) ke bidang datar melalui bidang perantara (bidang datar, kerucut, silinder). Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut satu putaran = 2 ʌ ҏradian. ʌ = 22/7 = 3,14…… Random Acces Memory. Bagian dalam komputer yang digunakan sebagai tempat menyimpan dan memroses fungsifungsi matematis untuk sementara waktu. Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan unit-unit terkecil berbentuk bujur sangkar. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan resolusi. Penginderaan jauh. Pemetaan bentuk permukaan bumi menggunakan satelit buatan dengan ketinggian tertentu yang direkam secara digital dengan ukuran-ukuran kotak tertentu yang dinamakan pixel. Salah satu metode pengukuran beda tinggi dengan menggunakan 2 alat sipat datar dan rambunya yang dipisahkan oleh halangan alam berupa sungai atau lembah dan dilakukan bolak-balik untuk meningkatkan ketelitian hasil pengukuran. Sipat datar optis tipe reversi yang teropongnya dapat diputar pada sumbu mekanis dan disangga oleh bagian tengah yang mempunyai sumbu tegak. Perubahan posisi suatu objek karena diputar pada suatu sumbu putar tertentu.
B-5
Lampiran : B
Sarrus
:
Scanner
:
Sentisimal
:
Simetris Sinus
: :
Skala
:
Softcopy Software Stadia
: : :
Statif Tachymetri
: :
Tangen
:
Tilting level
:
TM-3
:
Topografi
:
Total Station
:
Trace
:
Transit
:
Transversal
:
Triangulasi
:
Triangulaterasi
:
Tribach Trigonometri
: :
Trilaterasi
:
Orang yang menemukan rumusan perhitungan luas dengan nilainilai koordinat batas kurva. Alat yang mengubah gambar-gambar atau peta-peta analog Menjadi gambar-gambar/peta-peta digital dengan cara mengkilas. Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan grid, centigrid, centicentigrid. Satu putaran = 400g, 1g=100c, 1c=100cc. Bagian yang dibagi sama besar oleh suatu garis diagonal. Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap sisi miring. Nilai perbandingan besaran jarak atau luas di atas kertas terhadap jarak dan luas di lapangan. Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk file-file digital. Perangkat lunak computer untuk berbagai macam kepentingan. Benang tipis berwarna hitam yang tampak di dalam teropong alat. Kaki tiga untuk menyangga alat waterpass atau theodolite optis. Metode pengukuran titik-titik detail menggunakan alat theodolite yang diikatkan pada pengukuran kerangka dasar vertikal dan horisontal. Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap sisi miring. Sipat datar optis tipe jungkit yang sumbu tegak dan teropong Dihubungkan dengan engsel dan sekrup pengungkit. Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator dengan faktor o Skala di meridian sentral adalah 0,9999 dan lebar zone = 3 . Peta yang menyajikan informasi di atas permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia dengan skala sedang dan kecil. Alat ukur theodolite yang dilengkapi dengan perangkat elekronis untuk menentukan koordinat dan ketinggian titik detail secara otomatis digital menggunakan gelombang elektromagnetis. Serangkaian garis yang merupakan garis tengah suatu bangunan (jalan, saluran, jalur lintasan). Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang bobotnya adalah perbandingan antara jarak proyeksi pada sumbu X atau Y terhadap total jarak proyeksi pada sumbu X atau Y. Proyeksi peta yang sumbu putar buminya tegak lurus (membentuk sudut 90o) dengan garis normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder). Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudutnya untuk Menentukan koordinat titik-titik di lapangan. Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudut dan jarak-jaraknya di lapangan untuk menentukan koordinat titik-titik di lapangan. Penyangga sumbu kesatu dan teropong. Bagian dari ilmu matematika yang diaplikasikan untuk Menghitung beda tinggi antara beberapa titik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan bukit (8%< slope < 40 %). Serangkaian segitiga yang diukur jarak-jaraknya untuk Menentukan koordinat titik-titik di lapangan.
B-6
Lampiran : B
Trivet
:
Unting-unting
:
UTM
:
Vektor
:
Vertikal Visual Waterpass
: : :
WGS-84
:
Zenith Zone
: :
Bagian terbawah dari alat sipat datar dan theodolite yang dapat dikuncikan pada statif. Bentuk silinder-kerucut terbuat dari kuningan yang digantung di bawah alat waterpass atau theodolite sebagai penunjuk arah titik nadir atau pusat bumi yang mewakili titik patok. Universal Transverse Mercator. Sistem proyeksi peta global yang memiliki lebar zona 6o sehingga jumlah zona UTM seluruh dunia adalah 60 zona. Bidang perantara yang digunakan adalah silinder dengan posisi transversal (sumbu putar bumi tegak lurus terhadap garis normal silinder), informasi geometrik yang dipertahankan sama adalah sudut (konform) dan secant. Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan garis, titik dan kurva. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan resolusi. Garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi. Penglihatan kasat mata. Alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi garis bidik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan datar (slope < 8 %). World Geodetic System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang Memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah geoid). Titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi. Kurva yang dibatasi oleh batas-batas dengan kriteria tertentu.
B-7
Lampiran : C
DAFTAR TABEL No 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15
16
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Teks Ketelitian posisi horizontal (x,y) titik triangulasi Tingkat Ketelitian Pengukuran Sipat Datar Tingkat Ketelitian Pengukuran Sipat Datar Ukuran kertas untuk penggambaran hasil pengukuran dan pemetaan Formulir pengukuran sipat datar Formulir pengukuran sipat datar Kelas proyeksi peta Aturan kuadran trigonometris Cara Sentisimal ke cara seksagesimal Cara Sentisimal ke cara radian Cara seksagesimal ke cara radian Cara radian ke cara sentisimal Cara seksagesimal ke cara radian Buku lapangan untuk pengukuran sudut dengan repitisi. Metode perhitungan perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi Arti dari perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi. Buku lapangan sudut vertikal. Daftar Logaritma Hitungan dengan cara logaritma Hitungan cara logaritma Ukuran Kertas Seri A Bacaan sudut Jarak Formulir pengukuran poligon 1 Formulir pengukuran poligon 2 Formulir pengukuran poligon 3 Contoh perhitungan garis bujur ganda format daftar planimeter tipe 1 format daftar planimeter tipe 2
Hal
No
Teks
14
30 31
60
32
95
33
Formulir pengukuran titik detail Formulir pengukuran titik detail posisi 1 Formulir pengukuran titik detail posisi 2 Formulir pengukuran titik detail posisi 3 Formulir pengukuran titik detail posisi 4 Formulir pengukuran titik detail posisi 5 Formulir pengukuran titik detail posisi 6 Formulir pengukuran titik detail posisi 7 Formulir pengukuran titik detail posisi 8 Bentuk muka tanah dan interval kontur. Tabel perhitungan galian dan timbunan Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan Keunggulan dan kekurangan pemetaan digital dengan konvensional Contoh keterangan warna gambar Keterangan koordinat Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS dengan manual/pemetaan Digital Pendigitasian Konvensional di banding pendigitasian GPS Beberapa fungsi tetangga sederhana Perbandingan Bentuk Data Raster dan Vektor
107 114 115 122 139 147 148 149 150
34 35 36 37 38 39 40 41
151 42 183 43 183 44 184 184 200
45 46
204 225 276 280 280 296 297 298
47 48 49
Hal 366 367 368 369 370 371 372 373 374 382 422
424
425
435 458 458
470 486 497 499
312 319 319
C-1
Lampiran : D
DAFTAR GAMBAR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Teks Anggapan bumi Ellipsoidal bumi Aplikasi pekerjaan pemetaan pada bidang teknik sipil Staking out Pengukuran sipat datar optis Alat sipat datar Pita ukur Rambu ukur Statif Barometris Pengukuran Trigonometris Pengukuran poligon Jaring-jaring segitiga Pengukuran pengikatan ke muka Pengukuran collins Pengukuran cassini Macam – macam sextant Alat pembuat sudut siku cermin Prisma bauernfiend Jalon Pita ukur Pengukuran titik detail tachymetri Diagram alir pengantar survei dan pemetaan Kesalahan pembacaan rambu Pengukuran sipat datar Prosedur Pemindahan Rambu Kesalahan Kemiringan Rambu Pengaruh kelengkungan bumi Kesalahan kasar sipat datar Kesalahan Sumbu Vertikal Pengaruh kesalahan kompas theodolite Sket perjalanan Gambar Kesalahan Hasil Survei Kesalahan karena penurunan alat Pembacaan pada rambu I Pembacaan pada rambu II
Hal 2 3 6 6 7 9 9 9 9 10 10 12 15 16 17 18 18 19 19 19 19 21 22 26 27 27 28 29 30 31 36 37 37 39 40 41
No
Teks
Hal
37 38 39 40 41 42 43 44
Kesalahan Skala Nol Rambu Bukan rambu standar Sipat Datar di Suatu Slag Rambu miring Kelengkungan bumi Kelengkungan bumi Refraksi atmosfir Model diagram alir teori kesalahan Pengukuran sipat datar optis Keterangan pengukuran sipat datar Cara tinggi garis bidik Cara kedua pesawat di tengahtengah Keterangan cara ketiga Cotoh pengukuran resiprokal Sipat datar tipe jungkit Contoh pengukuran resiprokal Dumpy level Tipe reversi Dua macam tilting level Bagian-bagian dari tilting level Instrumen sipat datar otomatis Bagian-bagian dari sipat datar otomatis Rambu ukur Contoh pengukuran trigonometris Gambar koreksi trigonometris Bagian-bagian barometer Barometer Pengukuran tunggal Pengukuran simultan Model diagram alir pengukuran kerangka dasar vertikal Proses pengukuran Arah pengukuran Alat sipat datar Rambu ukur Cara menggunakan rambu ukur di lapangan Statif Unting-unting Patok kayu dan beton/ besi Pita ukur Payung
42 43 47 54 55 55 56
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
57 61 63 63 65 65 67 67 68 72 73 74 75 76 76 78 79 80 81 82 84 85 87 91 91 92 92 93 93 93 94 94 94
D-1
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
Hal
77 78 79
Cat dan kuas Pengukuran sipat datar Pengukuran sipat datar rambu ganda Pengukuran sipat datar di luar slag rambu Pengukuran sipat datar dua rambu Pengukuran sipat datar menurun Pengukuran sipat datar menaik Pengukuran sipat datar tinggi bangunan Pembagian kertas seri A Pengukuran kerangka dasar vertikal Diagram alir pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya terhadap bidang datum Geometri elipsoid. Rhumbline atau loxodrome menghubungkan titik-titik Oorthodrome dan loxodrome pada proyeksi gnomonis dan proyeksi mercator. Proyeksi kerucut: bidang datum dan bidang proyeksi. Proyeksi polyeder: bidang datum dan bidang proyeksi. Lembar proyeksi peta polyeder di bagian lintang utara dan lintang selatan Konvergensi meridian pada proyeksi polyeder. Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi pada proyeksi UTM Proyeksi dari bidang datum ke bidang proyeksi. Pembagian zone global pada proyeksi UTM. Konvergensi meridian pada proyeksi UTM Sistem koordinat proyeksi peta UTM. Grafik faktor skala proyeksi peta UTM Peta kota Bandung Peta Geologi
95 98
104 105 106 107 108 109 110 111 112 113
Peta statistik Peta sungai Peta jaringan Peta dunia Sistem koordinat geografis Bumi sebagai spheroid. Sudut jurusan Aturan kuadran geometris Aturan kuadran trigonometris Model diagram alir sistem koordinat proyeksi peta dan aturan kuadran Pembacan derajat Pembacaan grade Pembacaan menit Pembacaan centigrade Sudut jurusan Sudut miring Cara pembacaan sudut mendatar dan sudut miring Arah sudut zenith (sudut miring). Theodolite T0 Wild Theodolite Metode untuk menentukan arah titik A. Metode untuk menentukan arah titik A dan titik B. Theodolite (tipe sumbu ganda) Theodolite (tipe sumbu tunggal) Sistem lensa teleskop Penyimpangan kromatik Penyimpangan speris Diafragma (benang silang) Tipe benang silang Pembidik Ramsden Teleskop pengfokus dalam Niveau tabung batangan Niveau tabung bundar. Hubungan antara gerakan gelembung dan inklinasi. Berbagai macam lingkaran graduasi. Vernir langsung. Pembacaan vernir langsung Pembacaan vernir mundur 20,7.
134 134 135 135 138 138 140 140 140
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
99 100 101 101 102 102 107 116 117 123 124 124 124 125 125
114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127
126 126 128 129 129 130 131 131 133 133
128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
141 155 155 155 155 156 156 156 157 158 159 160 160 162 162 162 164 164 164 164 165 165 166 166 167 168 168 168 168
D-2
Lampiran : D
No
Teks
142
Pembacaan berbagai macam vernir. Sistem optis theodolite untuk mikrometer skala. Pembacaan mikrometer skala Sistem optis mikrometer tipe berhimpit. Contoh pembacaan mikrometer tipe berhimpit. Sistem optis theodolite dengan pembacaan tipe berhimpit Alat penyipat datar speris. Alat penyipat datar dengan sentral bulat. Unting-unting Alat penegak optis Kesalahan sumbu kolimasi. Kesalahan sumbu horizontal Kesalahan sumbu vertikal. Kesalahan eksentris. Kesalahan luar. Penyetelan sekrup-sekrup penyipat datar Penyetelan benang silang (Inklinasi). Penyetelan benang silang (Penyetelan garis longitudinal). Penyetelan sumbu horizontal. Pengukuran sudut tunggal. Metode arah Metode sudut. Koreksi otomatis untuk sudut elevasi Metode pengukuran sudut vertikal (1). Metode observasi sudut vertikal (2). Metode observasi sudut vertikal (3). Diagram alir macam sistem besaran sudut Pengukuran Jarak Lokasi Patok Spedometer Pembagian kuadran azimuth Azimuth Matahari Pengikatan Kemuka Pengikatan ke muka
143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175
Hal
No
Teks
Hal
169
176 177 178
Pengikatan ke muka Pengikatan ke muka Model Diagram Alir Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka Kondisi alam yang dapat dilakukan cara pengikatan ke muka Kondisi alam yang dapat dilakukan cara pengikatan ke belakang Pengikatan ke muka Pengikatan ke belakang Tampak atas permukaan bumi Pengukuran yang terpisah sungai Alat Theodolite Rambu ukur Statif Unting-unting Contoh lokasi pengukuran Penentuan titik A,B,C dan P Pemasangan Theodolite di titik P Penentuan sudut mendatar Pemasangan statif Pengaturan pembidikan theodolite Penentuan titik penolong Collins Besar sudut Į dan ȕ Garis bantu metode Collins Penentuan koordinat H dari titik A Menentukan sudut Įah Menentukan rumus dah Penentuan koordinat H dari titik B Menentukan sudut D bh
202 203
169 169
179 170 170 170 171 171 172 172 172 174 174 175 175 176 177 177 178 179 182 183 183 185 185 185 186 189 190 191 193 196 198 199
180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208
Menentukan rumus dbh Penentuan koordinat P dari titik A Menentukan sudut Įap Menentukan sudut Ȗ Menentukan rumus dap Penentuan koordinat P dari titik B
205 208 208 209 209 210 210 211 212 212 212 212 213 213 213 214 214 215 216 217 217 217 218 218 218 219 219 219 219 220 220
D-3
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
Hal
209 210 211
Menentukan sudut Įbp Menentukan rumus dbp Cara Pengikatan ke belakang metode Collins Menentukan besar sudut Į dan ȕ Menentukan koordinat titik penolong Collins Menentukan titik P Menentukan koordinat titik A,B dan C pada kertas grafik Garis yang dibentuk sudut Į dan ȕ Pemasangan transparansi pada kertas grafik Model diagram alir cara pengikatan ke belakang metode collins Pengukuran di daerah tebing Pengukuran di daerah jurang Pengukuran terpisah jurang Pengikatan ke belakang metode Collins Pengikatan ke belakang metode Cassini Theodolite Rambu ukur Statif Unting-unting Pengukuran sudut Į dan ȕ di lapangan. Lingkaran yang menghubungkan titik A, B, R dan P. Lingkaran yang menghubungkan titik B, C, S dan P. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini Menentukan dar Menentukan Įar Menentukan das Menentukan Įas Penentuan koordinat titik A, B dan C. Menentukan sudut 900 – Į dan 0 90 - ȕ Penentuan titik R dan S Penarikan garis dari titik R ke S
220 220
240 241
Penentuan titik P Model diagram alir cara pengikatan ke belakang metode cassini Poligon terbuka Poligon tertutup Poligon bercabang Poligon kombinasi Poligon terbuka tanpa ikatan Poligon Terbuka Salah Satu Ujung terikat Azimuth Poligon Terbuka Salah Satu Ujung Terikat Koordinat Poligon Terbuka Salah Satu UjungTerikat Azimuth dan Koordinat Poligon Terbuka Kedua Ujung Terikat Azimuth Poligon terbuka, salah satu ujung terikat azimuth sedangkan sudut lainnya terikat koordinat Poligon Terbuka Kedua Ujung Terikat Koordinat Poligon Terbuka Salah Satu Ujung Terikat Koordinat dan Azimutk Sedangkan Yang Lain Hanya Terikat Azimuth Poligon Terbuka Salah Satu Ujung Terikat Azimuth dan Koordinat Sedangkan Ujung Lain Hanya Terikat Koordinat Poligon Terbuka Kedua Ujung Terikat Azimuth dan Koordinat Poligon Tertutup Topcon Total Station-233N Statif Unting-Unting Patok Beton atau Besi Rambu Ukur Payung Pita Ukur Formulir dan alat tulis Benang Nivo Kotak Nivo tabung Nivo tabung Jalon Di Atas Patok
248
212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239
222
229
242 243 244 245 246 247
229
248
229
249
230 233 233 234
250
235
252
235 236 236 236 237
253
228 228 228
251
254
238 255 238 239 239 240 240 241 241 248 248 248 248
256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269
249 255 255 255 256 256 257 257 258 259
259 260
261
262 263 263 265 265 266 266 267 267 267 268 268 269 269 269 271
D-4
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
270 271 272 273 274
Penempatan Rambu Ukur Penempatan Unting-Unting Pembagian Kertas Seri A Skala Grafis Situasi titik-titik KDH poligon tertutup metode transit Situasi titik-titik KDH poligon tertutup metode bowdith Situasi lapangan metode transit Situasi lapangan metode Bowditch Model Diagram Alir kerangka dasar horizontal metode poligon Metode diagonal dan tegak lurus Metode trapesium Offset dengan interval tidak tetap Offset sentral Metoda simpson Metoda 3/8 simpson Garis bujur ganda pada poligon metode koordinat tegak lurus Metode koordinat tegak lurus Metode kisi-kisi Metode lajur Planimeter fixed index model Sliding bar mode dengan skrup penghalus Sliding bar mode tanpa skrup penghalus Pembacaan noneus model 1 dan 2 Bacaan roda pengukur Penempatan planimeter Gambar kerja Gambar pengukuran peta dengan planimeter liding bar model yang tidak dilengkapi zero setting (pole weight/diluar kutub) Hasil bacaan positif Hasil bacaan negatif Pengukuran luas peta pole weight (pemberat kutup) di dalam peta Pengukuran luas peta pole weight dalam peta
271 272 276 277
301
299
303
300 301
304
Pembagian luas yang sama dengan garis lurus sejajar salah satu segitiga Pembagian luas yang sama dengan garis lurus melalui sudut puncak segitiga Pembagian dengan perbandingan a : b : c Pembagian dengan perbandingan m : n oleh suatu garis lurus melalui salah satu sudut segiempat Pembagian dengan garis lurus sejajar dengan trapesium Pembagian suatu poligon Penentuan garis batas Perubahan segi empat menjadi trapesium Pengurangan jumlah sisi polygon tanpa merubah luas Perubahan garis batas yang berliku-liku menjadi garis lurus Perubahan garis batas lengkung menjadi garis lurus Posisi start yang harus di klik Start – all Program – autocad 2000 Worksheet autocad 2000 Open file Open file Gambar penampang yang akan dihitung Luasnya Klik poin untuk menghitung luas Klik poin untuik menghitung luas Diagram alir perhitungan luas Prinsip tachymetri Sipat datar optis luas Pengukuran sipat datar luas Tripod pengukuran vertikal Theodolite Topcon Statif Unting-unting Jalon di atas patok Pita ukur Rambu ukur Payung Formulir Ukur
275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296
297 298 299 300
302
302 305 303 307 308 309 309 309 310 311 312 313 313 314
306 307 308 309 310 311 312 313
315
314 315 316 317
316
318
317 318 321 321
319
322 323 324 325 327
320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332
Hal
327 328 328
328 328 329 330 330 330 331 331 331 331 332 332 332 332 333 333 334 339 341 350 350 353 353 353 354 354 354 354 354
D-5
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
333 334 335 336
Cat dan Kuas Benang Segitiga O BT O’ Pengukuran titik detail tachymetri Theodolit T0 wild Siteplan pengukuran titik detail tachymetri Kontur tempat pengukuran titik detail tachymetri Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 1 Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 2 Diagram alir Pengukuran titiktitik detail metode tachymetri Pembentukan garis kontur dengan membuat proyeksi tegak garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi. Penggambaran kontur Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai Garis kontur pada daerah sangat curam. Garis kontur pada curah dan punggung bukit. Garis kontur pada bukit dan cekungan Kemiringan tanah dan kontur gradient Potongan memanjang dari potongan garis kontur Bentuk, luas dan volume daerah genangan berdasarkan garis kontur. Rute dengan kelandaian tertentu. Titik ketinggian sama berdasarkan garis kontur Garis kontur dan titik ketinggian Pengukuran kontur pola spot level dan pola grid. Pengukuran kontur pola radial. Pengukuran kontur cara langsung Interpolasi kontur cara taksiran
355 355 358
359
Letak garis pantai dan garis kontur 1m Perubahan garis pantai dan garis kontur sesudah kenaikan muka air laut. Garis kontur lembah, punggungan dan perbukitan yang memanjang. Plateau Saddle Pass Menggambar penampang Kotak dialog persiapan Surfer Peta tiga dimensi Peta kontur dalam bentuk dua dimensi. Lembar worksheet. Data XYZ dalam koordinat kartesian Data XYZ dalam koordinat decimal degrees. Jendela editor menampilkan hasil perhitungan volume. Jendela GS scripter Simbolisasi pada peta kontur dalam surfer. Peta kontur dengan kontur interval I. Peta kontur dengan interval 3 Gambar peta kontur dan model 3D. Overlay peta kontur dengan model 3D Base map foto udara. Alur garis besar pekerjaan pada surfer. Lembar plot surfer. Obyek melalui digitasi. Model diagram alir garis kontur, sifat dan interpolasinya Sipat datar melintang Tongkat sounding Potongan tipikal jalan Contoh penampang galian dan timbunan Meteran gulung Pesawat theodolit Jalon
337 338 339 340 341 342 343
344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358
359 361 362 363 364 365 375
360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371
378 379 380 380
372 373 374 375
381
376 377
381
378
382
379 380
383 383 383 384 384 385 385 386 387
381 382 383 384 385 387 388 389 390 391
Hal
389 389 390 391 391 391 393 394 395 395 396 396 397 397 398 399 399 400 401 401 402 402 403 404 405 410 410 411 412 413 413 413
D-6
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
392 393 394
Rambu ukur Stake out pada bidang datar Stake out pada bidang yang berbeda ketinggian Stake out beberapa titik sekaligus Volume cara potongan melintang rata-rata Volume cara jarak rata-rata Volume cara prisma Volume cara piramida kotak Volume cara dasar sama bujur sangkar Volume cara dasar sama – segitiga volume cara kontur Penampang melintang jalan ragam 1 Penampang melintang jalan ragam 2 Penampang melintang jalan ragam 3 Penampang trapesium Penampang timbunan Koordinat luas penampang Volume trapesium Penampang galian Penampang timbunan Penampang galian dan timbunan Penampang melintang galian dan timbunan Diagram alir perhitungan galian dan timbunan Perangkat keras Perangkat keras Scanner Peta lokasi Beberapa hasil pemetaan digital, yang dilakukan oleh Bakosurtanal Salah satu alat yang dipakai dalam GPS type NJ 13 Hasil Foto Udara yang dilakukan di daerah Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan pasca Tsunami, untuk keperluan Infrastruktur Rehabilitasi dan Konstruksi
413 413
421
Hasil Foto Udara yang dilakukan di daerah Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan pasca Tsunami, untuk keperluan Infrastruktur Rehabilitasi dan Konstruksi Contoh Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD Contoh : Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD Tampilan auto cad Current pointing device Grid untuk pengujian digitizer Grid untuk peta skala 1:25.000. Bingkai peta dan grid UTM per 1000 m Digitasi jalan arteri dan jalan lokal, (a) peta asli, (b) hasil digitasi jalan, kotak kecil adalah vertex (tampil saat objek terpilih). Perbesaran dan perkecilan Model Digram Alir Pemetaan Digital Contoh : Penggunaan Komputer dalam Pembuatan Peta Contoh : Penggunaan Komputer dalam Pembuatan Peta Komputer sebagai fasilitas pembuat peta Foto udara suatu kawasan Contoh : Peta udara Daerah Propinsi Aceh Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node), garis (arc) dan luasan (poligon) Peta pemuktahiran pasca bencana tsunami Komponen utama SIG Perangkat keras Perangkat keras keyboard Perangkat keras CPU Perangkat keras Scanner
395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420
414 414 415 415 416 416 416 416 417 421 421 422 425 426 426 427 428 429 430
422 423 424 425 426 427 428 429 430 431
432 433 434 435
431 432 436 436 441
436 437 438 439
442 443
444
440 441 442 443 444 445
Hal
445 453 453 454 454 455 456 457 459 460
461 462 466 470 470 471 471 471 472 472 474 474 475 475 475
D-7
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
Hal
446 447 448
Perangkat keras monitor Perangkat keras mouse Peta arahan pengembangan komoditas pertanian kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat Peta Citra radar Tanjung Perak, Surabaya Peta hasil foto udara daerah Nangroe Aceh Darussalam Pasca Tsunami NPS360 for robotic Total Station NK10 Set Holder dan Prisma Canister NK12 Set Holder dan Prisma NK19 Set GPS type NL 10 GPS type NL 14 fixed adapter GPS type NJ 10 with optical plummet GPS type NK 12 Croth single prism Holder Offset : 0 mm GPS type CPH 1 A Leica Single Prism Holder Offset : 0 mm Peta digitasi kota Bandung tentang perkiraan daerah rawan banjir Peta hasil analisa SPM (Suspended Particular Matter) Peta prakiraan awal musim kemarau tahun 2007 di daerah Jawa Peta kedalaman tanah efektif di daerah jawa barat Bandung Peta Curah hujan di daerah Jawa Barat-Bandung Peta Pemisahan Data vertikal dipakai untuk penunjukan kawasan hutan dan perairan Indonesia
475 475
466
492
478
468
478
469
Peta Vegetasi Indonesia (Tahun 2004) Peta perubahan penutupan lahan pulau Kalimantan Peta infrastruktur di daerah Nangreo Aceh Darussalam Garis interpolasi hasil program Surfer Garis kontur hasil interpolasi Interpolasi Kontur cara taksiran Mapinfo GIS Model Diagram Alir Sistem Informasi Geografis
449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465
479 479 479 479 479 480 480
467
470 471 472 473
492 494 505 505 506 507 508
480 480 480 481 481 481 490 490
491
D-8