kelas12_smk_teknik-survei-dan-pemetaan_iskandar.pdf Flipbook PDF

kelas12_smk_teknik-survei-dan-pemetaan_iskandar.pdf
Author:  Guest

18 downloads 241 Views 6MB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

Iskandar Muda

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 3 SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 3

Untuk SMK Penulis

: Iskandar Muda

Perancang Kulit

: TIM

Ukuran Buku

:

MUD t

18,2 x 25,7 cm

MUDA, Iskandar. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 3 untuk SMK oleh Iskandar Muda ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. x, 175 hlm Daftar Pustaka : Lampiran. A Glosarium : Lampiran. B Daftar Tabel : Lampiran. C Daftar Gambar : Lampiran. D ISBN : 978-979-060-151-2 ISBN : 978-979-060-154-3

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2008

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, Direktur Pembinaan SMK

ii

PENGANTAR PENULIS Penulis mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya buku teks “Teknik Survei dan Pemetaan” dapat diselesaikan dengan baik. Buku teks “Teknik Survei dan Pemetaan” ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dibuat, silabus mata kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Sipil dan D3 Teknik Sipil FPTK UPI serta referensi-referensi yang dibuat oleh penulis dalam dan luar negeri. Tahap-tahap pembangunan dalam bidang teknik sipil dikenal dengan istilah SIDCOM (survey, investigation, design, construction, operation and mantainance). Ilmu Ukur Tanah termasuk dalam tahap studi penyuluhan (survey) untuk memperoleh informasi spasial (keruangan) berupa informasi kerangka dasar horizontal, vertikal dan titik-titik detail yang produk akhirnya berupa peta situasi. Buku teks ini dibuat juga sebagai bentuk partisipasi pada Program Hibah Penulisan Buku Teks 2006 yang dikoordinir oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Penulis mengucapkan terima kasih : 1. Kepada Yth. Prof.Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, 2. Kepada Yth. Drs. Sabri, selaku Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, atas perhatian dan bantuannya pada proposal buku teks yang penulis buat. Sesuai dengan pepatah “Tiada Gading yang Tak Retak”, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proposal buku teks ini, baik substansial maupun redaksional. Oleh sebab itu saran-saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca agar buku teks yang penulis buat dapat terwujud dengan lebih baik di masa depan. Semoga proposal buku teks ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan penulis khususnya serta memperkaya khasanah buku teks bidang teknik sipil di perguruan tinggi (akademi dan universitas). Semoga Allah SWT juga mencatat kegiatan ini sebagai bagian dari ibadah kepada-Nya. Amin.

Bandung, 26 Juni 2008 Penulis,

Dr.Ir.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT NIP. 131 930 250

ii

iii

DAFTAR ISI JILID 1 Pengantar Direktur Pembinaan SMK Pengantar Penulis Daftar Isi Deskripsi Konsep Peta Kompetensi

1. Pengantar Survei dan Pemetaan 1.1. Plan Surveying dan Geodetic Surveying 1.2. Pekerjaan Survei dan Pemetaan 1.3. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 1.4. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal 1.5. Pengukuran Titik-Titik Detail 2. Macam-Macam Kesalahan dan Cara Mengatasinya 2.1. Kesalahan-Kesalahan pada Survei dan Pemetaan 2.2. Kesalahan Sistematis 2.3. Kesalahan Acak 2.4. Kesalahan Besar

i ii iv xvi xvii

1

1 5 6 11 18

25

25 46 50 50

3. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

60

3.1. Pengertian 3.2. Pengukuran Sipat Datar Optis 3.3. Pengukuran Trigonometris 3.4. Pengukuran Barometris

60 60 78 81

4. Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 90 4.1. Tujuan dan Sasaran Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 4.2. Peralatan, Bahan dan Formulir Ukuran Sipat Datar Kerangka

90

Dasar Vertikal 4.3. Prosedur Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 4.4. Pengolahan Data Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 4.5. Penggambaran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal

91 95 103 104

5. Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 120 5.1. Proyeksi Peta 5.2. Aturan Kuadran 5.3. Sistem Koordinat 5.4. Menentukan Sudut Jurusan

120 136 137 139

JILID 2 6. Macam Besaran Sudut 6.1. Macam Besaran Sudut 6.2. Besaran Sudut dari Lapangan 6.3. Konversi Besaran Sudut 6.4. Pengukuran Sudut

144 144 144 145 160

7. Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka 189 7.1. Mengukur Jarak dengan Alat Sederhana 7.2. Pengertian Azimuth 7.3. Tujuan Pengikatan ke Muka 7.4. Prosedur Pengikatan Ke muka 7.5. Pengolahan Data Pengikatan Kemuka 8. Cara Pengikatan ke Belakang Metoda Collins

8.1. Tujuan Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 8.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode Collins 8.3. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metode Collins 8.4. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Collins

189 192 197 199 203

208

210

211 216 228

iv

9. Cara Pengikatan ke Belakang Metoda Cassini 233 9.1. Tujuan Pengikatan ke Belakang Metode Cassini 9.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode Cassini 9.3. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metode Cassini 9.4. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Cassini 10. Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal 10.1. Tujuan Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horizontal 10.2. Jenis-Jenis Poligon 10.3. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengukuran Poligon 10.4. Pengolahan Data Pengukuran Poligon 10.5. Penggambaran Poligon 11. Pengukuran Luas

234

235 240 247

252

252 254 264 272 275 306

11.1. Metode-Metode Pengukuran Luas 306 11.2. Prosedur Pengukuran Luas dengan Perangkat Lunak AutoCAD 331

JILID 3 12. Pengukuran Titik-titik Detail Metoda Tachymetri 337 12.1.Tujuan Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri 12.2.Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengukuran Tachymetri

337 351

12.3. Pengolahan Data Pengukuran Tachymetri 359 12.4. Penggambaran Hasil Pengukuran Tachymetri 360

13. Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

378

13.1. Pengertian Garis Kontur 13.2. Sifat Garis Kontur 13.3. Interval Kontur dan Indeks Kontur 13.4. Kemiringan Tanah dan Kontur Gradient 13.5. Kegunaan Garis Kontur 13.6. Penentuan dan Pengukuran Titik Detail untuk Pembuatan Garis Kontur 13.7. Interpolasi Garis Kontur 13.8. Perhitungan Garis Kontur 13.9. Prinsip Dasar Penentuan Volume 13.10. Perubahan Letak Garis Kontur di Tepi Pantai 13.11. Bentuk-Bentuk Lembah dan Pegunungan dalam Garis Kontur 13.12.Cara Menentukan Posisi, Cross Bearing dan Metode Penggambaran 13.13 Pengenalan Surfer 14. Perhitungan Galian dan Timbunan

378 379 381 382 382

384 386 387 387 388 390

392 393

408

14.1. Tujuan Perhitungan Galian dan Timbunan 408 14.2. Galian dan Timbunan 409 14.3. Metode-Metode Perhitungan Galian dan Timbunan 409 14.4. Pengolahan Data Galian dan Timbunan 421 14.5. Perhitungan Galian dan Timbunan 422 14.6. Penggambaran Galian dan Timbunan 430 15. Pemetaan Digital 15.1. Pengertian Pemetaan Digital 15.2. Keunggulan Pemetaan Digital Dibandingkan Pemetaan Konvensional 15.3. Bagian-Bagian Pemetaan Digital 15.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pemetaan Digital 15.5. Pencetakan Peta dengan Kaidah Kartografi

435 435

435 436 440 463

v

16. Sistem Informasi Geografis 16.1. Pengertian Dasar Sistem Informasi Geografis 16.2. Keuntungan SIG 16.3. Komponen Utama SIG 16.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pembangunan SIG 16.5. Jenis-Jenis Analisis Spasial dengan Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya pada Berbagai Sektor Pembangunan Lampiran Daftar Pustaka ........... Glosarium ............................... Daftar Tabel ............................ Daftar Gambar ........................

469

469 469 474 479

488

A B C D

vi

DESKRIPSI Buku Teknik Survei dan Pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu ukur tanah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada Ilmu Ukur tanah untuk kepentingan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi dan operasional pekerjaan teknik sipil. Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu ukur tanah, aplikasi teori kesalahan pada pengukuran dan pemetaan, metode pengukuran kerangka dasar vertikal dan horisontal, metode pengukuran titik detail, perhitungan luas, galian dan timbunan, pemetaan digital dan sistem informasi geografis. Buku ini tidak hanya menyajikan teori semata, akan tetapi buku ini dilengkapi dengan penduan untuk melakukan praktikum pekerjaan dasar survei. Sehingga, diharapkan peserta diklat mampu mengoperasikan alat ukur waterpass dan theodolite, dapat melakukan pengukuran sipat datar, polygon dan tachymetry serta pembuatan peta situasi.

vii

PETA KOMPETENSI Program diklat Tingkat Alokasi Waktu Kompetensi

No 1

: : : :

Pekerjaan Dasar Survei x (sepuluh) 120 Jam pelajaran Melaksanakan Dasar-dasar Pekerjaan Survei

Sub Kompetensi Pengantar survei dan pemetaan

a. b.

c. d. e. 2

Teori Kesalahan

a.

b. c. d. e. f. 3

Pengukuran kerangka dasar vertikal

a. b. c.

4

Pengukuran sipat dasar kerangka dasar vertikal

a.

b.

c.

d.

Pembelajaran Pengetahuan Keterampilan Memahami ruang lingkup plan Menggambarkan diagram alur ruang lingkup pekerjaan surveying dan geodetic survei dan pemetaan Memahami ruang lingkup pekerjaan survey dan pemetaan Memahami pengukuran kerangka dasar vertikal Memahami Pengukuran kerangka dasar horisontal Memahami Pengukuran titiktitik detail Mengidentifikasi kesalahankesalahan pada pekerjaan survey dan pemetaan Mengidentifikasi kesalahan sistematis (systematic error) Mengidentifikasi Kesalahan Acak (random error) Mengidentifikasi Kesalahan Besar (random error) Mengeliminasi Kesalahan Sistematis Mengeliminasi Kesalahan Acak Dapat melakukan Memahami penggunaan sipat pengukuran kerangka dasar datar kerangka dasar vertikal vertikal dengan Memahami penggunaan menggunakan sipat datar, trigonometris trigonometris dan Memahami penggunaan barometris. barometris Dapat melakukan Memahami tujuan dan pengukuran kerangka dasar sasaran pengukuran sipat vertikal dengan datar kerangka dasar vertikal menggunakan sipat datar Mempersiapkan peralatan, kemudian mengolah data bahan dan formulir dan menggambarkannya. pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal Memahami prosedur pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal Dapat mengolah data sipat datar kerangka dasar vertikal Dapat menggambaran sipat datar kerangka dasar vertikal

viii

No 5

Sub Kompetensi Proyeksi peta, aturan kuadran dan sistem koordinat

a.

b. c. d. e.

6

Macam besaran sudut

a. b. c. d.

Pembelajaran Pengetahuan Keterampilan Membuat Proyeksi peta Memahami pengertian berdasarkan aturan kuadran proyeksi peta, aturan kuadran dan sisten koordinat dan sistem koordinat Memahami jenis-jenis proyeksi peta dan aplikasinya Memahami aturan kuadran geometrik dan trigonometrik Memahami sistem koordinat ruang dan bidang Memahami orientasi survei dan pemetaan serta aturan kuadran geometrik Mengaplikasikan besaran Mengetahui macam besaran sudut dilapangan untuk sudut pengolahan data. Memahami besaran sudut dari lapangan Dapat melakukan konversi besaran sudut Memahami besaran sudut untuk pengolahan data

7

Jarak, azimuth dan pengikatan kemuka

a. Memahami pengertian jarak pada survey dan pemetaan b. Memahami azimuth dan sudut jurusan c. Memahami tujuan pengikatan ke muka d. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengikatan ke muka e. Memahami pengolahan data pengikatan ke muka f. Memahami penggambaran pengikatan ke muka

Mengukur jarak baik dengan alat sederhana maupun dengan pengikatan ke muka.

8

Cara pengikatan ke belakang metode collins

a. Tujuan Pengikatan ke Belakang Metode Collins b. Peralatan, Bahan dan Prosedur Pengikatan ke Belakang Metode Collins c. Pengolahan Data Pengikatan ke Belakang Metoda Collins d. Penggambaran Pengikatan ke Belakang Metode Collins

Mencari koordinat dengan metode Collins.

9

Cara pengikatan ke belakang metode Cassini

a. Memahami tujuan pengikatan ke belakang metode cassini b. Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengikatan ke belakang metode cassini c. Memahami pengolahan data pengikatan ke belakang metoda cassini d. Memahami penggambaran pengikatan ke belakang metode cassini

Mencari koordinat dengan metode Cassini.

ix

No 10

Sub Kompetensi Pengukuran poligon kerangka dasar horisontal

a. b. c. d.

e. f. 11

Pengukuran luas

a. b.

c.

d.

12

Pengukuran titik-titik detail

a.

b.

c. d.

Pembelajaran Pengetahuan Keterampilan Dapat melakukan Memahami tujuan pengukuran kerangka dasar pengukuran poligon horisontal (poligon). Memahami kerangka dasar horisontal Mengetahui jenis-jenis poligon Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengukuran poligon Memahami pengolahan data pengukuran poligon Memahami penggambaran poligon Menghitung luas Menyebutkan metode-metode bedasarkan hasil dilapangan pengukuran luas dengan metoda saruss, Memahami prosedur planimeter dan autocad. pengukuran luas dengan metode sarrus Memahami prosedur pengukuran luas dengan planimeter Memahami prosedur pengukuran luas dengan autocad Melakukan pengukuran titikMemahami tujuan titik dtail metode tachymetri. pengukuran titik-titik detail metode tachymetri Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pengukuran tachymetri Memahami pengolahan data pengukuran tachymetri Memahami penggambaran hasil pengukuran tachymetri

13

Garis kontur, sifat dan interpolasinya

a. Memahami pengertian garis kontur b. Menyebutkan sifat-sifat garis kontur c. Mengetahui cara penarikan garis kontur d. Mengetahui prosedur penggambaran garis kontur e. Memahami penggunaan perangkat lunak surfer

Membuat garis kontur berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

14

Perhitungan galian dan timbunan

a. Memahami tujuan perhitungan galian dan timbunan b. Memahami metode-metode perhitungan galian dan timbunan c. Memahami pengolahan data galian dan timbunan d. Mengetahui cara penggambaran galian dan timbunan

Menghitung galian dan timbunan.

x

No 15

Sub Kompetensi Pemetaan digital

a. b.

c.

d. 16

Sisitem informasi geografik

a. b.

c.

d.

Pembelajaran Pengetahuan Memahami pengertian pemetaan digital Mengetahui keunggulan pemetaan digital dibandingkan pemetaan konvensional Memahami perangkat keras dan perangkat lunak pemetaan digital Memahami pencetakan peta dengan kaidah kartografi Memahami pengertian sistem informasi geografik Memahami keunggulan sistem informasi geografik dibandingkan pemetaan digital perangkat keras dan perangkat lunak sistem informasi geografik Mempersiapkan peralatan, bahan dan prosedur pembangunan sistem informasi geografik Memahami jenis-jenis analisis spasial dengan sistem informasi geografik dan aplikasinya pada berbagai sektor pembangunan

Keterampilan

337

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

12. Pengukuran Titik-titik Detail Metode Tachymetri Metode

12. 1. Tujuan pengukuran titiktitik detail metode tachymetri

offset

menggunakan

peralatan

sederhana, seperti pita ukur, jalon, meja ukur,

mistar,

busur

sebagainya.

derajat,

dan

Metode

lain

tachymetri

Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan

menggunakan peralatan dengan teknologi

selain pengukuran kerangka dasar vertikal

lensa

yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan

Pengukuran metode tachymetri mempunyai

pengukuran kerangka dasar horizontal yang

keunggulan

menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga

kecepatan dibandingkan metode offset.

perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail

Pengukuran

untuk menghasilkan titik-titik detail yang

tachymetri ini relatif cepat dan mudah

tersebar

karena yang diperoleh dari lapangan adalah

di

permukaan

menggambarkan

bumi

situasi

yang daerah

pengukuran. Pengukuran sesudah

optis

pembacaan

hal

tiitk-titik

rambu,

digital.

ketepatan

detail

sudut

dan

metode

horizontal

(azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith titik-titik

detail

pengukuran

dilakukan

kerangka

dasar

atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh

dari

adalah

horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik

ketinggian Z.

rendah

elektronis

dalam

vertikal dan pengukuran kerangka dasar

detail

dan

mempunyai

orde

dibandingkan

ketelitian

orde

lebih

posisi

pengukuran planimetris

tachymetri X,

Y,

dan

12.1.1 Sejarah Tachymetri

pengukuran

kerangka dasar.

“Metode Stadia” yang disebut “Tachymetri” di Eropa, adalah cara yang cepat dan

Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital.

efisien dalam mengukur jarak yang cukup teliti

untuk

sipat

datar

trigonometri,

beberapa poligon dan penentuan lokasi detail-detail fotografi. Lebih lanjut, di dalam

Dalam pengukuran titik-titik detail pada

metode ini cukup dibentuk regu 2 atau 3

prinsipnya adalah menentukan koordinat

orang,

dan tinggi titik –titik detail dari titik-titik ikat.

dengan transit dan pita biasanya diperlukan

Pengukuran titik-titik detail pada dasarnya

3 atau 4 orang.

dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu offset dan tachymetri.

sedangkan

pada

pengukuran

Stadia berasal dari kata Yunani untuk satuan

panjang

yang

asal-mulanya

338

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

diterapkan dalam pengukuran jarak-jarak

cara

untuk pertandingan atletik – dari sinilah

mengukur arah dan sekaligus mengukur

muncul kata “stadium (stadio) ” dalam

jarak, yaitu Teodolite Kompas atau BTM

pengertian modern. Kata ini menyatakan

(Boussole Tranche Montage). Pada alat-

600 satuan Yunani (sama dengan “feet”),

alat tersebut arah-arah garis di lapangan

atau 606 ft 9 in dalam ketentuan Amerika

diukur dengan jarum kompas sedangkan

sekarang.

untuk

Istilah stadia sekarang dipakai untuk benang silang dan rambu yang dipakai dalam pengukuran, maupun metodenya sendiri. Pembacaan optis (stadia) dapat dilakukan

ini

diperlukan

jarak

alat

digunakan

yang

benang

dapat

silang

diafragma pengukur jarak yang terdapat pada teropongnya. Salah satu theodolite kompas yang banyak digunakan misalnya theodolite WILD TO.

dengan transit, theodolite, alidade dan alat

Tergantung dengan jaraknya, dengan cara

sipat datar.

ini titik-titik detail dapat diukur dari titik

Peralatan

stasiun

menggabungkan

kota

theodolite,

yang

baru,

EDM,

dan

kemampuan mencatat-menghitung hingga reduksi jarak lereng secara otomatis dan sudut

vertikal.

Yang

dihasilkan

elevasi, bahkan koordinat. Jadi peralatan baru tadi dapat memperkecil regu lapangan mengambil

alih

tachymetri.

Namun

pengukuran

tachymetri

banyak

proyek

demikian,

prinsip

dan

yang diikatkan pada titik kerangka dasar. 12.1.3 Pengukuran

tachymetri

untuk

titik bidik horizontal

adalah

pembacaan jarak horizontal dan selisih

dan

kerangka dasar atau dari titik-titik penolong

metodenya

memberikan konsepsi-konsepsi dasar dan sangat mungkin dipakai terus menerus.

Selain benang silang tengah, diafragma transit atau theodolite untuk tachymetri mempunyai

dua

benang

horizontal

tambahan yang ditempatkan sama jauh dari tengah (gambar 22). Interval antara benang – benang stadia itu pada kebanyakan instrumen memberikan perpotongan vertikal 1 ft pada rambu yang dipasang sejauh 100 ft ( 1 m pada jarak 100 m ). Jadi jarak ke

12.1.2 Pengenalan Tachymetri

rambu yang dibagi secara desimal dalam

Pengukuran titik-titik detail dengan metode

feet, persepuluhan dan perseratusan dapat

Tachymetri ini adalah cara yang paling

langsung dibaca sampai foot terdekat. Ini

banyak digunakan dalam praktek, terutama

sudah cukup seksama untuk menentukan

untuk pemetaan daerah yang luas dan

detail-detail

untuk detail-detail yang bentuknya tidak

jembatan, dan jalan yang akan digambar

beraturan. Untuk dapat memetakan dengan

pada peta dengan skala lebih kecil daripada

fotografi,

seperti;

sungai,

339

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

1 in = 100 ft, dan kadang-kadang untuk

f =

skala lebih besar misalnya; 1 in = 50 ft.

jarak pumpun lensa (sebuah tatapan untuk

gabungan

lensa

objektif

tertentu). Dapat ditentukan dengan

f1

f

d

2

C c i

m

b

d

f

A

b'

R a

a'

B

f

D

Prinsip tachymetri; teropong pumpunan luar

Gambar 321. Prinsip tachymetri

Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi

pumpunan pada objek yang jauh dan

yang sepihak adalah sebanding. Pada

mengukur jarak antara pusat lensa

gambar

menggambarkan

objektif

teropong pumpunan-luar, berkas sinar dari

simpul

titik

pumpun = focal length).

A

321,

dan

yang

B

melewati

pusat

lensa

membentuk sepasang segitiga sebangun

f1 =

(sebenarnya dengan

adalah

diafragma),

titik (jarak

jarak bayangan atau jarak dari pusat

AmB dan amb. Dimana ; AB = R adalah

(titik simpul) lensa obyektif ke bidang

perpotongan rambu (internal stadia) dan ab

benang

adalah

terpumpun pada suatu titik tertentu.

selang

antara

benang-benang

stadia.

silang

sewaktu

teropong

F2 = jarak obyek atau jarak dari pusat (titik simpul) dengan titik tertentu sewaktu

Simbol-simbol baku yang dipakai dalam pengukuran tachymetri :

teropong terpumpun pada suatu titik itu. Bila f2 tak terhingga atau amat besar, maka f1 = f.

340

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

i. = selang antara benang – benang

adalah 4,27 ft, jarak dari instrumen ke

Stadia.

rambu adalah 427 + 1 = 428 ft.

f/i .= faktor penggali, biasanya 100 (stadia interval factor). c

pumpunan luar jenis lama, karena dengan

= jarak dari pusat instrumen (sumbu I) ke pusat lensa obyektif. Harga c sedikit

beragam

sewaktu

lensa

obyektif bergerak masuk atau keluar untuk

pembidikan

Yang telah dijelaskan adalah teropong

berbeda,

tetapi

biasa dianggap tetapan.

gambar

sederhana

dapat

ditunjukkan

hubungan-hubungan yang benar. Lensa obyektif teropong pumpunan dalam (jenis yang dipakai sekarang pada instrumen ukur tanah) mempunyai kedudukan terpasang tetap sedangkan lensa pumpunan negatif

C = c + f. C disebut tetapan stadia, walaupun sedikit berubah karena c d. = jarak dari titik pumpun di depan teropong ke rambu.

dapat digerakkan antara lensa obyektif dan bidang benang silang untuk mengubah arah berkas sinar. Hasilnya, tetapan stadia menjadi demikian kecil sehingga dapat

D = C + d = jarak dari pusat instrumen ke

dianggap nol.

permukaan rambu Benang Dari gambar 321, didapat :

d R = f i.

stadia

yang

menghilang

dulu

dipakai pada beberapa instrumen lama

f atau d = R i

untuk

menghindari

kekacauan

dengan

benang tengah horizontal. Diafragma dari kaca yang modern dibuat dengan garis-

f +C dan D = R i

garis stadia pendek dan benang tenaga yang penuh (gambar 2) memberikan hasil

Benang-benang silang jarak optis tetap

yang sama secara lebih berhasil guna.

pada transit, theodolite, alat sipat datar dan

Faktor

dengan cermat diatur letaknya oleh pabrik

pertama

instrumennya agar faktor pengali f/i. Sama

walaupun harga tepatnya dari pabrik yang

dengan 100. Tetapan stadia C berkisar dari

ditempel di sebelah dalam kotak pembawa

kira-kira 0,75 sampai 1,25 ft untuk teropong-

tak akan berubah kecuali benang silang,

teropong pumpunan luar yang berbeda,

diafragma, atau lensa-lensa diganti atau

tetapi biasanya dianggap sama dengan 1 ft.

diatur pada model-model lama.

Satu-satunya

Untuk

variabel

di

ruas

kanan

persamaan adalah R yaitu perpotongan R

pengali

harus

kali

instrumen

menentukan

ditentukan yang

faktor

pada

dipakai,

pengali,

perpotongan rambu R dibaca untuk bidikan horizontal berjarak diketahui sebesar D.

341

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Kemudian, pada bentuk lain persamaan

Pada gambar, sebuah transit dipasang

faktor pengali adalah f/i.= (D-C)/R.

pada suatu titik dan rambu dipegang pada

Sebagai contoh:

titik tertentu. Dengan benang silang tengah

Pada jarak 300,0 ft interval rambu terbaca

dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi

3,01. Harga-harga untuk f dan c terukur

t sama dengan tinggi theodolite ke tanah.

sebesar 0,65 dan 0,45 ft berturut-turut;

sudut

karenanya, C =1,1 ft. Kemudian f/i. = (300,0

terbaca sebesar D. Perhatikan bahwa

–1,1)/3,01

dalam

menentukan

=

99,3. f/i.

Ketelitian

Meningkat

dalam

vertikalnya

pekerjaan

(sudut

kemiringan)

tachymetri

tinggi

dengan

instrumen adalah tinggi garis bidik diukur

mengambil harga pukul rata dari beberapa

dari titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di

garis yang jarak terukurnya berkisar dari r

atas datum seperti dalam sipat datar)

100–500 ft dengan kenaikan tiap kali 100 ft. 12.1.4 Pengukuran

tachymetri

untuk

m = sudut miring. Beda tinggi

sin 2m + i – t; t = BT

bidikan miring Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring direduksi menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal.

Gambar 322. Sipat datar optis luas

= D HAB = 50 ´ (BA – BB) .

Jarak datar = dAB = 100´(BA – BB) cos2m

342

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel-tabel, diagram, mistar hitung khusus,

horizontal dan vertikal berturut-turut adalah

dan kalkulator elektronik telah dipakai oleh

99,45 dan 7,42 ft. Selanjutnya…

para

H = (99,45 x 5,28) + 1 = 526 ft

juru

ukur

penyelesaiannya.

untuk Dalam

memperoleh Apendiks

E

V =(7,42 x 5,28)-0,08 =39,18+0,08 = 39,3 ft

memuat jarak-jarak horizontal dan vertikal

Elevasi titik O adalah

untuk perpotongan rambu 1 ft dan sudut-

Elevasi O = 268,2 + 5,6 + 39,3 – 5,6

sudut vertikal dari 0 sampai 16q, 74q sampai 90q,

dan

90q

sampai

106q

untuk

= 307,5 ft Rumus lengkap untuk menentukan selisih elevasi antara M dan O adalah

pembacaan-pembacaan dari zenit). Sebuah tabel tak dikenal harus selalu diselidiki dengan memasukkan harga-harga

Elevo- elevM = t.i. + V – pembacaan rambu

di dalamnya yang akan memberikan hasil

Keuntungan bidikan dengan pembacaan

yang telah diketahui. Sebagai contoh; sudut-

sebesar t.i agar terbaca sudut vertikal,

sudut 1, 10 dan 15q dapat dipakai untuk

sudah jelas. Karena pembacaan rambu dan

mengecek Misalnya

hasil-hasil sebuah

sudut

memakai

tabel.

t.i berlawanan tanda, bila harga mutlaknya

vertikal

15q00’

sama akan saling menghilangkan dan

(sudut zenit 75q), perpotongan rambu 1,00 ft dan tetapan stadia 1ft, diperoleh hasil-hasil

dapat dihapuskan dari hitungan elevasi. Jika t.i tak dapat terlihat karena terhalang, sembarang pembacaan rambu dapat dibidik

sebagai berikut.

dan persamaan sebelumnya dapat dipakai. Dari tabel E-1:

Memasang benang silang tengah pada

H = 93,30 x 1,00 +1 = 94,3 atau 94 ft

tanda satu foot penuh sedikit di atas atau di

Contoh :

bawah t.i menyederhanakan hitungannya.

untuk sudut sebesar 4q16’, elevasi M adalah

Penentuan beda elevasi dengan tachymetri

268,2 ft ; t.i. = EM = 5,6; perpotongan rambu

dapat dibandingkan dengan sipat datar

AB = R = 5,28 ft; sudut vertikal a ke titik D

memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan

5,6 ft pada rambu adalah +4q16’; dan C = 1

pembacaan rambu sesuai bidikan minus.

ft. Hitunglah jarak H, beda elevasi V dan

Padanya ditindihkan sebuah jarak vertikal

elevasi titik O.

yang dapat plus atau minus, tandanya

Penyelesaian :

tergantung pada sudut kemiringan. Pada

Untuk sudut 14q16’(sudut zenith 85q44’) dan

bidikan-bidikan penting ke arah titik-titik dan

perpotongan

patok-patok kontrol, galat-galat instrumental

rambu

1

ft,

jarak-jarak

akan dikurangi dengan prosedur lapangan

343

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

yang baik menggunakan prinsip timbal balik

Rambu-rambu tachymetri biasa berbentuk

yaitu,

satu

membaca

sudut–sudut

vertikal

batang,

lipatan

atau

potongan-

dengan kedudukan teropong biasa dan luar

potongan dengan panjang 10 atau 12 ft.

biasa.

kalau

Pembacaan langsung pada rambu dengan garis bidik horizontal (seperti pada sipat datar), bukan sudut vertikal, dikerjakan bila keadaan

memungkinkan

untuk

menyederhanakan reduksi catatan-catatan. Tinjauan pada suatu tabel menunjukkan bahwa untuk sudut-sudut vertikal di bawah kira-kira 4q, selisih antara jarak mirng dan jarak horizontal dapat diabaikan kecuali pada bidikan jauh (dimana galat pembacaan jarak juga lebih besar).

dibuat

lebih

panjang

dapat

meningkatkan jarak bidik tetapi makin berat dan

sulit

ditangani.

Seringkali

bagian

bawah satu atau dua dari rambu 12 ft akan terhalang oleh rumput atau semak, tinggal sepanjang hanya 10 ft yang kelihatan. Panjang

bidikan

maksimum

dengan

demikian adalah kira-kira 1000 ft. Pada bidikan yang lebih jauh, setengah interval (perpotongan

antara

benang

tengan

dengan benang stadia atas atau bawah) dapat dibaca dan dilipatgandakan untuk dipakai

dalam

persamaan

reduksi

Dengan demikian teropong boleh miring

tachymetri yang baku. Bila ada benang

beberapa derajat untuk pembacaan jarak

perempatan antara benang tengah dengan

optis setelah membuat bidikan depan yang

benang stadia atas, secara teoritis dapat

datar untuk memperoleh sudut vertikal.

ditaksir jarak sejauh hampir 4000 ft. Pada bidikan pendek, mungkin sampai 200 ft, rambu sipat datar biasa seperti jenis

12.1.5 Rambu tachymetri Berbagai jenis tanda dipakai pada rambu tachymetri tetapi semua mempunyai bentukbentuk geometrik yang menyolok dirancang agar jelas pada jarak jauh. Kebanyakan rambu tachymetri telah dibagi menjadi feet dan persepuluhan (perseratusan diperoleh dengan interpolasi), tetapi pembagian skala sistem metrik sedang menjadi makin umum. Warna-warna

berbeda

membantu

membedakan angka-angka dan pembagian skala.

philania sudah cukup memuaskan. 12.1.6 Busur Beaman Busur beaman adalah sebuah alat yang ditempatkan pada beberapa transit dan alidade hitungan

untuk

memudahkan

tachymetri.

Alat

hitunganini

dapat

merupakan bagian dari lingkaran vertikal atau sebuah piringan tersendiri. Skala-skala H dan V busur itu dibagi dalam persen. Skala V menunjukkan selisih elevasi tiap 100 f jarak lereng, sedangakn skala H

344

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

memberikan koreksi tiap 100 ft untuk

Instrumen-instrumen lain mempunyai busur

dikurangkan dari jarak tachymetri. Karena V

serupa disebut lingkaran stadia dengan

berbanding lurus dengan ½ sin 2D dan

skala V yang sama, tetapi skala H tidak

D,

memberikan koreksi presentase melainkan

2

koreksi untuk H tergantung pada sin

selang-selang pembagian skala makin rapat bila sudut vertikal meningkat. Oleh karena itu nonius tidak dapat dipakai disini, dan

sebuah pengali (multiplier) 12.1.7 Tachymetri swa-reduksi

pembacaan tepat hanya dapat dilakukan

Tachymetri swa-reduksi dan alidade telah

dengan memasang busur pada pembacaan

dikembangkan dimana garis-garis lengkung

angka bulat.

stadia nampak bergerak memisah atau

Penunjuk skala V (indeks) terpasang agar terbaca 50 (mungkin 30 atau 100 pada beberapa

instrumen)

bila

teropong

horizontal untuk menghindari harga-harga minus. Pembacaan lebih besar dari pada 50 diperoleh untuk bidikan-bidikan di atas

saling mendekat sewaktu teropong diberi elevasi atau junam. Sebenarnya garis-garis itu digoreskan pada sebuah piringan kaca yang berputar mengelilingi sebuah rambu (terletak di luar teropong) sewaktu teropong dibidikkan ke sasaran.

horizon, lebih kecil dari 50 di bawahnya.

Pada gambar dibawah garis-garis atas dan

Ilmu

dalam

bawah (dua garis luar) melengkung untuk

pemakaian busur beaman disederhanakan

menyesuaikan dengan keragaman dalam

dengan memasang skala V pada sebuah

fungsi trigonometri cos2D dan dipakai untuk

angka bulat dan membiarkan benang silang

pengukuran

tengah terletak di tempat dekat t.i. Skala H

menentukan

Kemudian umumnya tak akan terbaca pada

melengkung untuk menggambarkan fungsi

angka bulat dan harga-harganya harus

sin D cos D. Sebuah garis vertikal, tanda

diinterpolasi. Ini penting karena hitungannya

silang

tetap sederhana.

pendek merupakan tanda pada piringan

Elevasi sebuah titik B yang dibidik dengan

gelas

transit terpasang di titik A didapat dengan

terumpun

rumus :

lengkung.

Elev B = elev A + t.i. + (pembacaan busur

Sebuah tetapan faktor pengali 100 dipakai

– 50) ( perpotongan rambu) – pembacaan

untuk jarak horizontal. Faktor 20, 50, atau

rambu dengan benang tengah

100 diterapkan pada pengukuran beda

hitung

yang

diperlukan

jarak.

tengah,

kedua

Dua

selisih

dan

yang

serentak

garis

dalam

elevasi

dan

garis-garis

terpasang dengan

stadia

tetap,

garis-garis

tinggi. Harganya tergantung pada sudut

345

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

lereng dan ditunjukkan oleh garis-garis

pada langkah 7 pembacaan-pembacaan

pendek ditempatkan antara kurva-kurva

skala-H dan skala-V dicatat.

elevasi.

Sewaktu membaca jarak optis setelah

Tachymetri diagram lainnya pada dasarnya bekerja atas bekerja atas prinsip yang sama:

Sudut

vertikal

secara

otomatis

dipampas oleh pisahan garis stadia yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis horizontal tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal lainnya pada diafragma kedua yang dapat bergerak,

yang

perubahan alidade

sudut

planset

bekerja vertikal. memakai

atas

dasar

Kebanyakan suatu

jenis

benang bawah ditempatkan pada sebuah tanda foot bulat, benang tengah tidak tepat pada t.i. atau pembagian skala terbaca untuk sudut vertikal. Ini biasanya tidak menyebabkan galat yang berarti dalam proses reduksi kecuali pada bidikan-bidikan panjang dan sudut-sudut vertikal curam. Bila rambu tidak tegak lurus tentu saja akan menyebabkan galat-galat yang berarti dan untuk mengatasi masalah ini dipakai nivo rambu. Urutan pembacaan yang paling sesuai

prosedur reduksi tachymetri.

untuk Sebuah rambu topo khusus yang berkaki dapat dipanjangkan dengan angka nol terpasang pada t.i. biasanya dianjurkan

tachymetri

yang

melibatkan sudut vertikal adalah sebagai berikut : a. Bagi

untuk dipakai agar instrumen tachymetri sepenuhnya swa-baca.

pekerjaan

dua

rambu

dengan

benang

vertikal. b. Dengan benang tengah kira-kira t.i. letakkan benang bawah pada tanda

12.1.8 Prosedur Lapangan

sebuah foot bulat, atau desimeter pada Prosedur yang benar menghemat waktu dan mengurangi

sejumlah

kesalahan

dalam

semua pekerjaan ukur tanah. Prosedur

ini

menyebabkan

pemegang

dua atau tiga petugas rambu di tanah di

mana

titik-titik

c.

Baca benang atas, dan di luar kepala kurangkan pembacaan benang bawah

instrumen dapat membuat sibuk sekaligus

terbuka

rambu metrik.

yang

akan

ditetapkan lokasinya terpisah jauh. Urutan yang sama dapat dipakai bila menggunakan

untuk memperoleh perpotongan rambu, catat perpotongan rambu. d. Gerakan benang tengah ke t.i. dengan memakai

sekrup

penggerak

halus

vertikal. e. Perintahkan pemegang rambu untuk

busur Beaman, tetapi pada langkah 4 skala

pindah

titik

ke

berikutnya

V ditepatkan pada sebuah angka bulat, dan

tenggara yang benar.

dengan

346

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

f.

Baca dan catatlah sudut horizontalnya.

daripada

Baca dan catatlah sudut vertikalnya.

pembuatan sketsa oleh pencatat.

pencatatan

pengukuran

dan

12.1.11 Sipat Datar Tachymetri 12.1.9 Poligon Tachymetri Metode tachymetri dapat dipakai untuk Dalam poligon transit-optis, jarak, sudut horizontal dan sudut vertikal diukur pada setiap

titik.

Reduksi

catatan

sewaktu

pengukuran berjalan menghasilkan elevasi untuk dibawa dari patok ke patok. Harga jarak optis rata-rata dan selisih elevasi diperoleh dari bidikan depan dan belakang pada tiap garis. Pengecekan elevasi harus diadakan dengan jalan kembali ke titik awal atau tititk tetap duga didekatnya untuk poligon terbuka. Walaupun tidak seteliti poligon dengan pita, sebuah regu yang

sipat

datar

trigonometris.

TI

(

tinggi

instrumen di atas datum) ditentukan dengan membidik pada stasiun yang diketahui elevasinya,

atau

dengan

memasang

instrumen pada titik semacam itu dan mengukur tinggi sumbu II di atasnya dengan

rambu

tachymetri.

Selanjutnya

elevasi titik sembarang dapat dicari dengan hitungan dari perpotongan rambu dan sudut vertikal. Jika dikehendaki dapat dilakukan untai sipat datar untuk menetapkan dan mengecek elevasi dua titik atau lebih.

terdiri atas tiga anggota seorang pemegang instrumen, pencatat, dan petugas rambu-

12.1.12 Kesaksamaan (Precision)

merupakan kebiasaan. Seorang petugas

Sebuah perbandingan galat (ratio or error)

rambu dapat mempercepat pekerjaan bila

1/300 sampai 1/500 dapat diperoleh untuk

banyak detail tersebar luas.

poligon

Sudut-sudut horizontal juga harus dicek

dengan kecermatan biasa dan pembacaan

kesalahan penutupnya. Bila ada kesalahan

baik bidikan depan dan bidikan belakang.

penutup sudut harus diratakan, 'Y dan 'X

Ketelitian dapat lebih baik jika bidikan-

dihitung dan keseksamaan poligon dicek.

pendek

yang

pada

dilaksanakan

poligon

panjang

dengan prosedur-prosedur khusus. Galatgalat dalam pekerjaan tachymetri biasanya

12.1.10 Topografi Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset. Di wilayah-wilayah

bidikan

transit-optis

perkotaan,

pembacaan

sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih cepat

bukan karena sudut-sudut tidak benar tetapi karena pembacaan rambu yang kurang benar. Galat 1 menit pada pembacaan rambu

sebuah

sudut

vertikal

tidak

memberikan pengaruh yang berarti pada jarak

horizontal.

Galat

1

menit

tadi

347

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

x

menyebabkan selisih elevasi kurang dari 0,1 ft pada bidikan 300 ft untuk sudut-sudut vertikal ukuran biasa.

arah nivo teropong. b. Galat-galat pribadi x

Bila jarak optis ditentukan sampai foot terdekat

(kasus

Garis bidik transit tidak sejajar garis

umum),

sudut-sudut

Rambu tak dipegang tegak (hindari dengan pemakaian nivo rambu).

x

horizontal ke titik-titik topografi hanya perlu dibaca sampai batas 5 atau 6 menit untuk

Salah pembacaan rambu karena bidikan jauh.

x

memperoleh kesaksamaan yang sebanding pada bidikan 300 ft. Jarak optis yang

Kelalaian

mendatarkan

untuk

pembacaan busur vertikal.

diberikan sampai foot terdekat dianggap benar sampai batas kira-kira ½ ft. Dengan galat jarak memanjang ½ ft itu, arahnya dapat menyimpang sebesar 5 menit (mudah dihitung dengan 1 menit = 0.00029). Bila dipakai transit Amerika, karenanya sudutsudut dapat dibaca tanpa nonius, hanya dengan

mengira

kedudukan

Kebanyakan

galat

dalam

pekerjaan

tachymetri dapat dihilangkan dengan: a. Menggunakan instrumen dengan benar b. Membatasi panjang bidikan c.

Memakai rambu dan nivo yang baik

d. Mengambil harga rata-rata pembacaan dalam arah ke depan dan ke belakang.

penunjuk

Galat garis bidik tidak dapat dibetulkan

nonius. Ketelitian sipat datar trigonometris dengan jarak optis tergantung pada panjang bidikan dan ukuran sudut vertiak yang diperlukan.

dengan prosedur lapangan instrumen harus diatur. 12.1.14 Kesalahan – kesalahan besar

12.1.13 Sumber-sumber galat dalam pekerjaan tachymetri

Beberapa kesalahan yang biasa terjadi dalam pekerjaan tachymetri adalah :

Galat-galat yang terjadi pada pekerjaan

a. Galat indeks diterapkan dengan tanda

dengan transit dan theodolitee, juga terjadi pada pekerjaan tachymetri.

yang salah. b. Kekacauan tanda plus dan minus pada sudut-sudut vertikal.

Sumber-sumber galat adalah : a. Galat-galat instrumental x

Benang tachymetri yang jaraknya tidak benar.

x

Galat indeks.

x

Pembagian skala rambu yang tidak benar.

c.

Kesalahan aritmetik dalam menghitung perpotongan rambu.

d. Pemakaian faktor pengali yang tidak benar. e. Mengayunkan rambu (rambu harus selalu dipegang tegak lurus).

348

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

c. 12.1.15 Pengukuran untuk pembuatan

Keseluruhan data ini dicatat dalam satu buku ukur.

peta topografi cara tachymetri 12.1.16 Tata cara pengukuran detail cara Salah

satu

unsur

penting

pada

peta

tachymetri menggunakan

topografi adalah unsur ketinggian yang

theodolite berkompas

biasanya disajikan dalam bentuk

garis

kontur.

cara

Pengukuran detil cara tachymetri dimulai

tachymetry, selain diperoleh unsur jarak,

dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat

juga diperoleh beda tinggi. Bila theodolite

dan penempatan rambu di titik bidik.

yang digunakan untuk pengukuran cara

Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai

tachymetry juga dilengkapi dengan kompas,

dengan perekaman data di tempat alat

maka sekaligus bisa dilakukan pengukuran

berdiri,

untuk

pengamatan azimuth dan pencatatan data

Menggunakan

pengukuran

pengukuran

detil

topografi

dan

pengukuran untuk pembuatan kerangka

pembidikan

ke

rambu

ukur,

di rambu BT, BA, BB serta sudut miring m.

peta pembantu pada pengukuran dengan kawasan yang luas secara efektif dan

a. Tempatkan alat

di atas

titik

kerangka dasar atau titik kerangka

efisien. a. Alat

ukur

ukur

pengukuran

yang

digunakan

pada

penolong dan atur sehingga alat siap

untuk

pembuatan

peta

untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini.

topografi cara tachimetry menggunakan theodolite berkompas adalah: theodolite

b. Dirikan rambu di atas titik bidik dan

berkompas lengkap dengan statif dan

tegakkan rambu dengan bantuan nivo

unting-unting,

kotak.

rambu

ukur

yang

dilengkapi dengan nivo kotak dan pita ukur untuk mengukur tinggi alat.

c.

Arahkan

teropong

sehingga

ke

bayangan

rambu tegak

ukur garis

b. Data yang harus diamati dari tempat

diafragma berimpit dengan garis tengah

berdiri alat ke titik bidik menggunakan

rambu. Kemudian kencangkan kunci

peralatan ini meliputi: azimuth magnet,

gerakan mendatar teropong.

benang atas, tengah dan bawah pada

d. Kendorkan

kunci

rambu yang berdiri di atas titik bidik,

sehingga

jarum

sudut miring, dan tinggi alat ukur di atas

Setelah

titik tempat berdiri alat.

bergerak, baca

jarum

jarum

magnet

bergerak

bebas.

setimbang dan

tidak

catat azimuth

magnetis dari tempat alat ke titik bidik.

349

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

e. Kencangkan teropong,

kunci

gerakan

kemudian

baca

tegak bacaan

a. Kesalahan pengukur, misalnya: 1. Pengaturan alat tidak sempurna

benang tengah, atas dan bawah serta

(temporary adjustment).

catat

2. Salah taksir dalam pemacaan

dalam

buku

ukur.

Bila

memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat,

sehingga

beda

tinggi

yang

3. Salah catat, dll. nya. b. Kesalahan akibat faktor alam, misalnya:

diperoleh sudah merupakan beda tinggi

1. Deklinasi magnet.

antara titik kerangka tempat berdiri alat

2. Refraksi lokal.

dan titik detil yang dibidik.

f. Titik detil yang harus diukur meliputi semua

titik

alam

maupun

buatan

manusia yang mempengaruhi bentuk topografi peta daerah pengukuran. 12.1.17 Kesalahan tachymetri berkompas

pengukuran dengan

12.1.18 Pengukuran Tachymetri Untuk Pembuatan Peta Topografi Cara Polar. Posisi horizontal dan vertikal titik detil

cara

theodolite

Kesalahan

alat,

misalnya:

diperoleh

dari

pengukuran

cara

polar

langsung diikatkan ke titik kerangka dasar pemetaan atau titik (kerangka) penolong yang juga diikatkan langsung dengan cara polar ke titik kerangka dasar pemetaan.

1. Jarum kompas tidak benar-benar lurus

Unsur yang diukur:

2. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi). 3. Garis skala 0° - 180° atau 180° - 0° tidak sejajar garis bidik. 4. Letak teropong eksentris. 5. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.

a. Azimuth magnetis titik ikat ke titik detail b. Bacaan benang atas, tengah, dan bawah c. Sudut miring, dan d. Tinggi alat di atas titik ikat.

350

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

b.

Gambar 323. Pengukuran sipat datar luas

A dan B adalah titik kerangka dasar

Berdasar skema pada gambar, maka:

pemetaan,

a. Titik 1 dan 2 diukur dan diikatkan

H adalah titik penolong,

langsung dari titik kerangka dasar A,

1, 2 ... adalah titik detil,

b. Titik H, diukur dan diikatkan langsung

Um adalah arah utara magnet di tempat

dari titik kerangka dasar B,

pengukuran.

c.

Titik 3 dan 4 diukur dan diikatkan

langsung dari titik penolong H. 12.1.19 Pengukuran tachymetri untuk pembuatan peta topografi cara poligon

kompas.

Gambar 324. Tripod pengukuran vertikal

351

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Letak

titik

berjauhan,

kerangka sehingga

dasar

pemetaan

diperlukan

1. Azimuth,

titik

2. Bacaan benang tengah, atas dan

penolong yang banyak. Titik-titik penolong

bawah,

ini diukur dengan cara poligon kompas yang

3. Sudut miring, dan

titik awal dan titik akhirnya adalah titik

4. Tinggi alat.

kerangka dasar pemetaan. Unsur jarak dan beda tinggi titik-titik penolong ini diukur

12.1.21 Tata cara hitungan dan penggambaran poligon kompas:

dengan menggunakan cara tachymetri. Posisi horizontal dan vertikal titik detil diukur

a. Hitung koreksi Boussole di K3 = AzG.

dengan cara polar dari titik-titik penolong. Berdasarkan skema pada gambar, maka:

K31 - AzM K31 b. Hitung koreksi Boussole di K4 = AzG. K42 - AzM K42

a. Titik K1, K3, K5, K2, K4 dan K6 adalah titik-titik kerangka dasar pemetaan,

c.

boussole di K3 dan K4

b. Titik H1, H2, H3, H4 dan H5 adalah titik-

d. Hitung jarak dan azimuth geografis

titik penolong c.

setiap sisi poligon.

Titik a, b, c, ... adalah titik detil.

Pengukuran poligon kompas K3, H1, H2, H3,

e. Hitung koordinat H1, ... H5 dengan cara BOWDITH atau TRANSIT.

H4 , H5, K4 dilakukan untuk memperoleh posisi

horizontal

Koreksi Boussole C = Rerata koreksi

dan

vertikal

titik-titik

penolong, sehingga ada dua hitungan:

f.

Plot

poligon

berdasarkan

koordinat

definitif.

a. Hitungan poligon dan b. Hitungan beda tinggi. 12.1.20 Tata cara pengukuran poligon kompas: a. Pengukuran koreksi Boussole di titik K3 dan K4, b. Pengukuran cara melompat (spring station) K3, H2, H4dan K4. c.

Pada setiap titik pengukuran dilakukan pengukuran:

12. 2 Peralatan, bahan dan prosedur pengukuran titik titik detail metode tachymetri 12.2.1 Peralatan yang dibutuhkan : 1. Pesawat Theodolite Alat

pengukur

Theodolitee

dapat

mengukur sudut-sudut yang mendatar dan

tegak.

Alat

pengukur

sudut

theodolitee dibagi dalam 3 bagian yaitu : a. Bagian bawah, terdiri atas tiga sekrup

penyetel

SK

yang

352

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

menyangga suatu tabung dan pelat

Jika dilihat dari cara pengukuran dan

yang berbentuk lingkaran. Pada tepi

konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolitee

lingkaran ini dibuat skala lms yang

di bagi dalam dua jenis, yaitu

dinamakan limbus.

a. Theodolitee

yaitu

jenis

b. Bagian tengah, terdiri atas suatu

theodolitee yang pelat lingkaran skala

sumbu yang dimasukkan kedalam

mendatar dijadikan satu dengan tabung

tabung bagian bawah. Sumbu ini

yang letaknya diatas tiga sekerup. Pelat

sumbu tegak atau sumbu kesatu S1.

nonius dan pelat skala mendatar dapat

Diatas sumbu S1 diletakkan lagi

diletakkan menjadi satu dengan sekerup

suatu

berbentuk

kl, sedangkan pergeseran kecil dari

lingkaran dan mempunyai jari-jari

nonius terhadap skala lingkaran, dapat

kurang dari jari-jari pelat bagian

digunakan sekerup fl. Dua sekerup kl

bawah. Pada dua tempat di tepi

dan fl merupakan satu pasang ; sekerup

lingkaran di buat pembaca nomor

fl dapat menggerakkan pelat nonius bila

yang

sekerup kl telah dikeraskan.

pelat

yang

berbentuk

alat

pembaca

b. Theodolitee

nonius.

c.

reiterasi,

repetisi,

yaitu

jenis

Diatas nonius ini ditempatkan dua kaki

theodolitee yang pelatnya dengan skala

yang penyangga sumbu mendatar.

lingkaran

Suatu nivo diletakkan di atas pelat

sedemikian rupa sehingga pelat dapat

nonius untuk membuat sumbu kesatu

berputar sendiri dengan tabung pada

tegak lurus.

sekerup penyetel sebagai sumbu putar.

Bagian

atas,

terdiri

dari

Perbedaan

sumbu

mendatar

jenis

ditempatkan

repetisi

dengan

mendatar atau sumbu kedua yang

reiterasi adalah jenis repetisi memiliki

diletakkan

penyangga

sekerup k2 dan f2 yang berguna pada

sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua

penukuran sudut mendatar dengan cara

diatas

kaki

ditempatkan suatu teropong mempunyai

difragma

dan

repetisi.

tp yang dengan

3

Selain

menggunakan

Theodolite,

demikian mempunyi garis bidik gb. Pada

pengukuran

sumbu kedua diletakkan pelat yang

tachymetri dapat menggunakan Topcond

berbentuk lingkaran dilengkapi dengan skala lingkaran tegak ini ditempatkkan dua nonius pada kaki penyangga sumbu kedua.

titik-titik

detail

metode

353

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

atas digantungkan pada seutas tali. Unting-unting

berguna

untuk

memproyeksikan suatu titik pada pita ukur

di

permukaan

tanah

atau

sebaliknya.

Gambar 325. Theodolite Topcon

2. Statif

Gambar 327. Unting-unting

Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran

ketinggiannya.

Statip

saat

didirikan harus rata karena jika tidak rata dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran

4. Patok Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk memberi tanda batas jalon, dimana titik setelah diukur dan akan diperlukan lagi pada

waktu

ditanam

lain.

didalam

Patok tanah

biasanya dan

yang

menonjol antara 5 cm-10 cm, dengan maksud agar tidak lepas dan tidak mudah dicabut. Patok terbuat dari dua macam bahan yaitu kayu dan besi atau beton. x Patok kayu Patok kayu yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur sangkar dengan ukuran r 50 mm x 50 mm, dan bagian atasnya diberi cat. x Patok beton atau besi

Gambar 326. Statif

Patok yang terbuat dari beton atau 3. Unting-unting

besi biasanya merupakan patok tetap

Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan

yang

berbentuk

kerucut

dengan ujung bawah lancip dan di ujung

yang akan masih pada waktu lain.

354

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Gambar 330. Rambu ukur

7. Payung Payung ini berfungsi sebagai pelindung dari panas dan hujan untuk alat ukur itu Gambar 328. Jalon di atas patok

sendiri. Karena bila alat ukur sering kepanasan atau kehujanan, lambat laun

5. Pita ukur (meteran) Rambu ukur dapat terbuat dari kayu,

alat tersebut pasti mudah rusak (seperti;

campuran alumunium yang diberi skala

jamuran, dll).

pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm, panjang

antara

3m-5m

pembacaan

dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter.

Gambar 331. Payung

12.2.2 Bahan yang Digunakan : 1. Formulir ukur Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat kondisi di lapangandan hasil Gambar 329. Pita ukur

perhitungan-perhitungan/ pengukuran di lapangan. (terlampir)

6. Rambu Ukur Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm, panjang

antara

3m-5m

pembacaan

dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. Gambar 332. Formulir Ukur

355

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

2. Peta wilayah studi Peta digunakan agar mengetahui di daerah

mana

akan

melakukan

pengukuran. 3. Cat dan kuas digunakan untuk menandai dimana kita mengukur

dan

dimana

pula

meletakan rambu ukur. Tanda ini tidak boleh selesai

hilang karena

sebelum akan

Gambar 334. Benang

kita

perhitungan

mempengaruhi

perhitungan dalam pengukuran.

x

Paku Paku terbuat dari baja (besi) dengan ukuran ± 10 mm. Digunakan sebagai tanda apabila cat mudah hilang dan patok kayu tidak dapat digunakan, dikarenakan rute (jalan) yang digunakan terbuat dari aspal.

12.2.3 Formulir Pengukuran Formulir

pengukuran

digunakan

untuk

mencatat kondisi di lapangan dan hasil perhitungan-perhitungan/

pengukuran

di

lapangan. (terlampir) 12.2.4 Prosedur pengukuran : Gambar 333. Cat dan Kuas

4. Alat tulis Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengkuran di lapangan. x

Benang Benang berfungsi sebagai:

Pengukuran

metode

tachymetri

menggunakan alat theodolite, baik yang bekerja secara optis maupun elektronis digital yang sering dinamakan dengan Total Station. Alat theodolite didirikan di atas patok yang telah diketahui koordinat dan

a. menentukan garis lurus b. menentukan garis datar c.

menentukan pasangan yang kurus

ketinggiannya hasil pengukuran kerangka dasar. Patok tersebut mewakili titik-titik ikat pengukuran.

d. mekuruskan plesteran e. menggantungkan unting-unting

Rambu ukur atau target diletakkan di atas titik-titik detail yang akan disajikan di atas

356

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

peta. Titik-titik detail dapat berupa unsur

vertikal berupa sudut miring atau

alam atau unsur buatan manusia. Unsur

sudut

alam misalnya adalah perubahan slope

tersebut. Jika sudut vertikal yang

(kemiringan) tanah yang dijadikan titik-titik

dibaca relatif kecil antara 0o – 5o

tinggi (spot heights) sebagai acuan untuk

maka

penarikan dan interpolasi garis kontur.

tersebut

Unsur buatan manusia misalnya adalah

(miring) dan jika berada di sekitar

pojok-pojok bangunan.

sudut 90o maka dapat dipastikan

terbaca

buatlah

titik ikat pada awal pengukuran

sudut

inklinasi

semua

data

sebanyak-banyaknya

sedemikian rupa sehingga informasi

(patok pertama). gelembung

dari

nivo

berikutnya,

6. Selanjutnya tachymetri

atas target tersebut, kemudian baca

datar

benang bawah dari rambu ukur

7. yang

menunjukan azimuth magnetis dari titik detail satu dan baca pula sudut

dengan

dan

pengukuran

polygon

koordinat dan tinggi titik-titik detail.

bantuan sekrup kasar dan halus

horizontal

dipindahkan

data

sedemikian rupa sehingga diperoleh

dengan

pergerakan vertikal.

pengolahan

pengolahan data pengukuran sipat

benang atas, benang tengah, dan

satu

lakukan

detail lainnya.

diarahkan teropong titik detail satu

detail

selanjutnya

pengukuran tachymetri ke titik-titik

biasa

yang telah didirikan rambu ukur di

planimetris

5. Pindahkan alat theodolite ke titik ikat

atau ke kiri saja. teropong

baik

secara lengkap di atas peta.

kaki kiap ke dalam dan keluar saja dan satu sekrup kaki kiap ke kanan

lapangan

maupun ketinggian dapat disajikan

dengan prinsip pergerakan 2 sekrup

sudut

adalah

sudut

diatas. Dalam membuat titik detail

theodolite pada titik (patok) sebagai

4. Bacalah

dipastikan

dan lakukan hal yang sama seperti

pengukuran poligon, dirikan alat

titik

detail

rambu ukur ke titik detail berikutnya

pada pengukuran sipat datar dan

pada

titik

tersebut kemudian kita pindahkan

yang telah ada yang digunakan

posisi

dapat

Setelah

1. Dengan menggunakan patok-patok

3. Pada

pada

sudut tersebut adalah sudut zenith.

a. Urutan pengaturan serta pemakaian :

2. Ketengahkan

zenith

Pengukuran

tachymetri

selesai.

Hasil yang diperoleh dari prakek pengukuran tachymetri di lapangan adalah koordinat planimetris X,Y, dan ketinggian Z titik-titik detail yang

357

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

diukur

sebagai

pengukuran

situasi

untuk

daerah

pembacaan

satuan

menit

atau

keperluan

satuan centigrade per kolom, atau

penggambaran titik detail dan garis-

ada yang mempunyai harga 2 menit

garis kontur dalam pemetaan.

(2c) per kolom. 5. Sistim pembacaan lingkaran vertikal

b. Pembacaan sudut mendatar :

ada 2 macam yaitu:

1. Terlebih dahulu kunci boussole atau pengencang magnet kita lepaskan, kemudian

akan

terlihat

skala

pembacaan bergerak; sementara bergerak kita tunggu sampai skala pembacaan diam, kemudian kita kunci lagi. 2. pembacaan dengan

bersifat

koinsidensi

mempergunkan

tromol

ƒ

Sistim sudut zenith.

ƒ

Sistim sudut miring.

6. Sudut miring yang harganya negatif, pembacaan dilakukan dari kanan ke kiri, sedangkan untuk harga positif pembacaan dari kiri ke kanan. 7. Perlu diyakinkan harga sudut miring positif atau negatif. d. Pembacaan Rambu

mikrometer.

1. Untuk pembacaan jarak, benang c. Keterangan:

atas kita tempatkan di 1 m atau 2 m

1. Pada pembacaan sudut miring perlu diperhatikan

tanda

positif

atau

negatif, sebab tidak setiap angka mempunyai

tanda

positif

atau

negatif.

Kemudian baca benang bawah dan tengah. 2. Untuk pembacaan sudut miring, arahkan

2. Pada pembacaan sudut miring di dekat 0o (0gr) perlu diperhatikan tanda positif atau negatif, sebab tandanya tidak terlihat, sehingga meragukan sipembaca. 3. Perlu

diperhatikan

tersebut: ƒ

Sistim centisimal (grade).

ƒ

Sistim sexagesimal (derajat). diperhatikan,

pembacaan

skala

tromol

bahwa untuk

benang

tengah

dari

teropong ke tinggi alatnya, sebelum pembacaan dilakukan, gelembung nivo vertikal harus diketengahkan dahulu. (Tinggi

sistim

pembacaan dari pos alat ukur tanah

4. Perlu

pada satuan meter dari rambu.

dicatat).

alat

harus

diukur

dan

358

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

12.2.5 Penurunan Rumus Titik Detail Tachymetri

BT

Secara umum rumus yang digunakan dalam tachymetri adalah sebagai berikut :

1. BA' BT Ÿ COSi

BA' BT BA  BT

( BA  BT ) ˜ COSi

BA' BT

BA' ( BA  BT ) ˜ COSi  BT

2. BT  BB' Ÿ COSi

BT  BB' BT  BB

( BT  BB) ˜ COSi

BT  BB '

BB' BT  ( BT  BB) ˜ COSi

3. BA’

= (BA – BT) . COS i + BT

BB’

= BT – (BT – BB) . COS i

(BA’ –BB’) = (BA – BT+ BT– BB) . COSi

i

O

O'

Gambar 335. Segitiga O BT O’

7. Sini

O' BT d AB

dAbx

= dAB . COS i . 100 = (BA – BB) . COS i . COS i . 100

d AB ˜ Sini

8. 'HAB = Tinggi alat + O’BT – BT 'HAB = Tinggi alat + dAB . Sin i – BT o Tinggi alat +(BA – BB) . Cos i . Sin i . 100– BT

'HAB = Tinggi alat + (BA – BB) . Sin 2i

= (BA – BB) . COS i

4. dAbx

O' BT

. ½ i 100 – BT 'HAB = Tinggi alat + (BA- BB) i Sin 2i i 50 – BT

dABx = (BA – BB) . COS2 i . 100 Jadi :

5. dABx

= dAB . COS i . 100

dABx = (BA – BB) . COS i . COS i . 100

dABx = (BA – BB) . COS2 i . 100

XA dan YA = Hasil pengolahan data polygon. = Hasil pengolahan data tachymetry. DAB

Catatan : Tinggi alat = Hasil pengolahan data sipat datar

6. Catatan :

dABx

TB = Tinggi alat + 'HAB

= Hasil pembacaan sudut horizontal (azimuth) theodolitee

'HAB

= Hasil pengolahan data Tachymetri

359

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

1 BA i Z

Z

BT i

Z Z

BB

d AB

? HAB

O' i

O

Ta

A

B

dABX

Titik Nadir

Gambar 336. Pengukuran titik detail tachymetri

12. 3. Pengolahan Data Pengukuran Tachymetri Data yang diambil dari lapangan semakin

Data yang diperoleh dari lapangan harus

banyak semakin baik. Data yang diperoleh di

diolah untuk menghilangkan kesalahan

tempat alat berdiri meliputi azimuth magnetis,

sistematis dan acak yang terjadi serta

sudut vertikal inklinasi (miring) atau zenith dan

membuang

tinggi alat. Data yang diperoleh dari tempat

mungkin timbul. Pengolahan data sipat

berdiri rambu atau target adalah bacaan

datar kerangka dasar vertical dan polygon

benang diafragma (benang atas, benang

kerangka dasar horizontal dapat diolah

tengah, dan benang bawah) atau jarak

secara manual dengan bantuan mesin

langsung. Pada alat theodolite dengan fasilitas

hitung atau secara tabelaris menggunakan

total station koordinat dan ketinggian tinggi

bantuan computer.

titik-titik detail dapat langsung diperoleh dan direkam ke dalam memori penyimpanan.

kesalahan

besar

yang

360

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Titik kontrol vertikal dan horizontal dapat

12. 4. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri

diperoleh dengan cara: a. Penentuan benchmark yang ada dari lapangan

Sebelum hasil praktek pengukuran digunakan untuk

keperluan

pembuatan

hasil

pengukuran

sebelumnya.

peta

b. Hasil pengamatan diatas peta, untuk

(penggambaran) maka data dari lapangan

koordinat dari hasil interpolasi grid-grid

diolah terlebih dahulu. Dari hasil pengukuran

peta.

Tachymetri diperoleh data mentah yang harus

diolah

sesuai

dengan

metoda

pengukuran yang dilakukan.

Sedangkan untuk tinggi definitif diperoleh dari hasil interpolasi garis-garis kontur yang ada diatas peta. Koordinat definitif

Data yang telah diolah kemudian disajikan di

kemudian dibuat gambarnya baik secara

atas kertas (2 dimensi) dalam bentuk peta

manual

yang disebut sebagai pekerjaan pemetaan

komputer

yang

informasi luas wilayah pengukuran. Tinggi

menghasilkan

informasi

spasial

titik-titik

(keruangan) berupa peta. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri hampir

sama

pengukuran vertikal

dengan

sipat

dan

datar

penggambaran kerangka

penggambaran

dasar

pengukuran

poligon kerangka dasar horizontal. Informasi yang diperoleh dari pengolahan data sipat datar kerangka dasar vertical adalah tinggi

definitif

titik-titik

ikat,

sedangkan

informasi yang diperoleh dari pengolahan data kerangka dasar horizontal adalah koordinat titik-titik ikat. Titik awal dan akhir pengukuran juga diberikan sebagai kontrol vertikal dan horizontal.

maupun

digital

sehingga

ikat

memanjang

dapat

digambar

sehingga

menggunakan diperoleh

pada

dapat

arah

diperoleh

turun naiknya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran.

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Gambar 337.Theodolitee O BT O’

361

Gambar 338. siteplan pengukuran titik-titik detail Tachymetri Gedung PKM

Jalan

Garis Kontur

Rute Pengukuran

Titik Detail

Tiang Listrik

Pohon

Pohon

LEGENDA

SKALA 1 : 100

TACHYMETRI

SITE PLAN PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

362

363

DIPERIKSA KONTUR TEMPAT PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL TACHYMETRI

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Gambar 339. Kontur tempat pengukuran titik detail tachymetri

GOR

DIREKSI KEET

PKM

FPBS

Gambar 340. Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 1 SKALA 1 : 100

PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL TACHYMETRI DENGAN GARIS KONTUR

Gedung PKM

Jalan

Garis Kontur

Rute Pengukuran

Titik Detail

Tiang Listrik

Pohon

Pohon

LEGENDA

N

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

364

Gambar 341. Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 2 SKALA 1 : 100

PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL TACHYMETRI DENGAN GARIS KONTUR

Garis Kontur

Rute Pengukuran

Titik Detail

LEGENDA

N

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

365

366

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 30. Formulir pengukuran titik detail

P E N G U K U R A N S IT U A S I D E T A IL L abo ratorium Ilm u U ku r T anah Juru san T ekn ik B an gunan

N o.L em bar

P eng u ku ran

C uaca

M end ung

A lat U k ur

T .0 W ild 138 402

T ach ym etri

L okasi

G edu ng O lah R aga

D iuk ur O leh T ingg i A lat/ P atok

T itik U kur D ari

K elom pok 8

Ke

S ketsa :

T ang gal

B acaan S u dut o ' ''

Instruktur B enang

Jarak (m )

T engah H o rizon tal

V ertikal

d ari

M iring

D atar

B eda T inggi

A tas B aw ah

+

-

T inggi A tas L aut (m )

K et

367

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 31. Formulir pengukuran titik detail posisi 1

PENGUKURAN SITUASI DETAIL No.Lembar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan Tachymetri

Pengukuran Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok

Titik Ukur Dari 1

Kelompok 8

Tanggal

Bacaan Sudut o ' ''

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Instruktur Benang

Jarak (m)

Tengah Miring

Datar

Bawah

Vertikal

313°34'

92°22'

1.314

2

44°14'

92°00'20''

1.1285

3

2°30'

87°

1.234

4

13°12'

87°

1.307

5

20°54'

86°30'

1.2565

6

132°40'

98°12'

0.6795

7

152°59'

96°18'

0.609

8

190°47'

96°18'

0.0865

9

212°3'

92°16'

1.16

1.22

10

252°7'

92°18'

1.245

1.345

1.42

1.336 1.292 1.3 0.957 1.72 0.748 1.472 1.142 1.35 1.163 0.719 0.64 0.7 0.518 0.97 0.76 1.1 1.145

Sketsa : 2

3 4

1

5

10

6 9

8

Beda Tinggi

Atas

Horizontal

Ke 1

dari

Cuaca

7

+

-

Tinggi Atas Laut (m)

Ket

368

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 32. Formulir pengukuran titik detail posisi 2

PENGUKURAN SITUASI DETAIL Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Cuaca

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Tachymetri

Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok

Titik Ukur Dari 2

Kelompok 8

Tanggal

Instruktur

Bacaan Sudut o ' ''

Benang

Jarak (m)

Tengah Miring

Datar

Beda Tinggi

Atas Bawah

Horizontal

Vertikal

71°4'

93°3'

0.597

2

91°30'

93°4'

0.484

0.55

3

134°9'

90°33'

1.006

1.056

4

172°45'

90°35'

1.5

1.1

5

212°30'

92°15'

0.634

0.688

6

242°56'

91°8'

0.915

7

245°5'

91°20'

0.938

Ke 1

1.30

dari

0.658 0.535 0.418 0.955 1 0.58 0.98 0.85 1.035 0.84

8

272°56'

91°20'

1.223

9

291°9'

88°19'

1.12

1.16

10

1°43'

91°18'

1.111

1.126

1.266 1.18 1.08 1.095

Sketsa :

10 9 1

8 2

6 7

5

3 4

+

-

Tinggi Atas Laut (m)

Ket

369

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 33. Formulir pengukuran titik detail posisi 3

PENGUKURAN SITUASI DETAIL Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Cuaca

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Tachymetri

Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok

Titik Ukur Dari 3

Kelompok 8

Tanggal

Instruktur Jarak (m)

Bacaan Sudut o ' ''

Benang Tengah

Miring

Datar

Vertikal

84°47'

92°80'

0.75

2

140°23'

94°8'

0.753

3

150°55'

94°8'

0.688

1.28

0.8 0.7 0.78 0.725 0.725 0.65

4

194°37'

94°5'

5

221°36'

6

0.547

0.625

91°28'

0.51

0.61

234°51'

89°2'

1.29

7

244°9'

89°2'

0.839

0.908

8

262°17'

89°2'

1.117

1.203

9

282°57'

88°19'

1.808

10

44°57'

88°19'

1.499

0.522 0.41 1.38 1.2 0.77 1.03 1.85 1.765 1.95 1.048

Sketsa : 1 2 3 4 5 6 7 10 9 8

Beda Tinggi

Atas Bawah

Horizontal

Ke 1

dari

+

-

Tinggi Atas Laut (m)

Ket

370

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 34. Formulir pengukuran titik detail posisi 4

PENGUKURAN SITUASI DETAIL Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Cuaca

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Tachymetri

Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok

Titik Ukur Dari 4

Kelompok 8

Tanggal

Instruktur

Bacaan Sudut o ' ''

Jarak (m)

Benang Tengah

Miring

Datar

Vertikal

150°2'

93°8'

0.853

2

172°49'

92°18'

0.56

3

204°29'

92°12'

0.843

1.25

0.905 0.805 0.608 0.502 0.878 0.808

4

340°

92°12'

2.145

2.18

5

342°14'

89°18'

1.437

1.514

6

354°27'

89°19'

1.288

7

1°3'

89°19'

1.565

2.11 1.36 1.39 1.185 1.645 1.485 8

12°29'

89°18'

1.051

9

41°31'

89°19'

1.22

10

91°43'

89°18'

1.401

1.092 1.01 1.35 1.09 1.413 1.388

Sketsa :

5 4

6 7 8 9 10 1 2

3

Beda Tinggi

Atas Bawah

Horizontal

Ke 1

dari

+

-

Tinggi Atas Laut (m)

Ket

371

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 35. Formulir pengukuran titik detail posisi 5

PENGUKURAN SITUASI DETAIL No.Lembar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan Tachymetri

Pengukuran Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok

Titik Ukur Dari 5

Kelompok 8

Tanggal

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Instruktur Benang

Jarak (m)

Bacaan Sudut o ' ''

Tengah Miring

Datar

Bawah

Vertikal

190°24'

94°17'

0.810

2

241°49'

94°15'

1.263

1.55

3

341°51'

94°25'

0.85

0.876

4

3°8'

94°25'

0.528

0.57

5

20°20'

90°5'

0.9

0.98

6

32°44'

90°5'

0.692

7

60°37'

90°5'

0.881

8

70°18'

90°3'

0.925

9

91°7'

90°4'

1.005

113°16'

90°7'

1.442

1.30

0.86 0.76 0.975 0.823 0.485 0.82 0.763 0.62 0.938 0.823 0.51 0.34 1.15 0.86

10

1.468 1.416

4

Sketsa :

5

3

6 7

2 9

1 10

8

Beda Tinggi

Atas

Horizontal

Ke 1

dari

Cuaca

+

-

Tinggi Atas Laut (m)

Ket

372

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 36. Formulir pengukuran titik detail posisi 6

PENGUKURAN SITUASI DETAIL No.Lembar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan Tachymetri

Pengukuran Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok

Titik Ukur Dari 6

Kelompok 8

Tanggal

Bacaan Sudut o ' ''

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Benang

Jarak (m)

Tengah Miring

Datar

90°1'

1.07

2

121°12'

90°2'

1.24

3

133°9'

89°6'

1.39

1.105 1.034 1.34 1.14 1.495 1.285

4

142°54'

89°6'

1.077

1.15

5

221°31'

89°9'

1.205

1.255

6

351°52'

89°10'

1.222

7

304°42'

89°10'

1.405

8

312°42'

89°17'

1.84

9

300°2'

89°18'

1.51

10

322°20'

89°15'

1.554

1.003 1.155 1.262 1.182 1.138 1.672 1.898 1.782 1.555 1.465 1.586 1.5225

Sketsa :

10

9

1

8

2 4

7

5 6

3

Beda Tinggi

Atas Bawah

Vertikal

90°1'

1.30

Mendung

Instruktur

Horizontal

Ke 1

dari

Cuaca

+

-

Tinggi Atas Laut (m)

Ket

373

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 37. Formulir pengukuran titik detail posisi 7

PENGUKURAN SITUASI DETAIL No.Lembar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan Tachymetri

Pengukuran Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok

Titik Ukur Dari 7

Kelompok 8

Tanggal

Bacaan Sudut o ' ''

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Instruktur Benang

Jarak (m)

Tengah Miring

Datar

Bawah

Vertikal

260°36'

89°19'

0.697

2

321°36'

96°8'

0.59

3

331°36'

92°19'

0.653

4

342°15'

92°20'

0.734

0.782

5

11°9'

91°12'

0.387

0.437

6

31°52'

91°12'

0.467

7

54°15'

91°0'

0.815

8

112°18'

91°0'

1.45

9

180°14'

91°0'

1.609

10

194°19'

93°2'

1.727

1.30

0.723 0.67 0.625 0.555 0.705 0.6 0.685 0.337 0.515 0.418 0.85 0.78 1.482 1.418 1.652 1.565 1.769 1.685

Sketsa :

2

3

4

5

6 7

1 8 10 9

Beda Tinggi

Atas

Horizontal

Ke 1

dari

Cuaca

+

-

Tinggi Atas Laut (m)

Ket

374

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Tabel 38. Formulir pengukuran titik detail posisi 8

PENGUKURAN SITUASI DETAIL Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Cuaca

Mendung

Alat Ukur

T.0 Wild 138402

Tachymetri

Lokasi

Gedung Olah Raga

Diukur Oleh Tinggi Alat/ Patok

Titik Ukur Dari 8

Kelompok 8

Tanggal

Bacaan Sudut o ' ''

Instruktur Benang

Jarak (m)

Tengah Miring

Datar

Bawah

Vertikal

351°7'

89°14'

1.371

2

30°5'

89°16'

0.879

3

40°37'

89°16'

1.125

4

60°23'

89°16'

1.328

1.363

5

94°44'

91°16'

1.599

1.632

6

141°56'

91°16'

1.975

7

162°19'

91°25'

2.219

1.31

1.33 1.213 0.946 0.811 1.17 1.08 1.293 1.565 2.02 1.93 2.305 2.132 1.363

8

183°23'

96°28'

1.268

9

194°10'

96°29'

1.031

1.082

10

203°48'

96°29'

1.796

1.826

1.173 0.98 1.765

Sketsa :

8

7

9

6

10

5

1 4 3

Beda Tinggi

Atas

Horizontal

Ke 1

dari

2

+

-

Tinggi Atas Laut (m)

Ket

375

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Model DiagramModel Alir IlmuDiagram Ukur TanahAlir Pertemuan ke-12 Pengukuran Titik-Titik Detail Detail Metode Tachymetri Pengukuran titik-titik Metode Tachymetri

Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Orde-1

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal Orde-1

Pengukuran Titik-Titik Detail Orde-2

Metode Offset

Metode Tachymetri

Peralatan : - Teknologi lensa optis - Elektronis digital

Peralatan sederhana - Pita ukur - Jalon - Meja ukur - Mistar - Busur derajat

Keunggulan : - Kecepatan - Ketepatan

Theodolite

Elektronis Digital Total Station

Optis

X, Y, Z (Titik-titik detail)

- Azimuth Magnetis - Sudut Vertikal (Inklinasi/Zenith) - Benang Atas, Tengah, Bawah - Tinggi Alat

Dij = (BA-BA).100.(cos i)^2 dHij = Talat + (BA-BB).50.sin 2i-BT

Unsur Alam : Perubahan slope

Xj = Xi + Dij . Sin Aij Yj = Yi + Dij . Cos Aij Hj = Hi + dHij

Gambar 342. Diagram alir Pengukuran titik-titik detail metode tachymetri

Unsur Buatan : Pojok-pojok bangunan

376

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Rangkuman

Berdasarkan uraian materi bab 12 mengenai pengukuran titik detail (tachymetri), maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail untuk

menghasilkan

titik-titik detail yang tersebar di

permukaan bumi yang

menggambarkan situasi daerah pengukuran. 2. Pengukuran titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail mempunyai orde ketelitian lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka dasar. 3. Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital. Pengukuran titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara yang paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. 4. Pengukuran tiitk-titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y, dan ketinggian Z. 5. Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. 6. Penentuan beda elevasi dengan tachymetri dapat dibandingkan dengan sipat datar memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan pembacaan rambu sesuai bidikan minus. 7. Menggunakan pengukuran cara tachymetry, selain diperoleh unsur jarak, juga diperoleh beda tinggi. 8. Pengukuran metode tachymetri menggunakan alat theodolite, baik yang bekerja secara optis maupun elektronis digital yang sering dinamakan dengan Total Station. 9. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri dapat dengan manual ataupun dengan komputerisasi (AutoCAD). 10. Data yang diambil dari lapangan semakin banyak semakin baik.

377

12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri

Soal Latihan Jawblah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini ! 1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran Tachymetri ? 2. Jelaskan tujuan pengukuran titik-titik detail metode tachymetri! 3. Sebutkan perbedaan dari pengukuran tachymetri untuk titik bidik horizontal dengan pengukuran tachymetri untuk bidikan miring? 4. Sebutkan peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pengukuran titik-titik detail metode tachymetri! Jelaskan! 5. Diketahui : Xa = 100,64 ; Ya = 100,46 ; Ta = +800 Target B

Tinggi

Benang

Benang

Benang

Alat

Atas

Tengah

Bawah

1.54

1.654

1.543

1.432

Azimuth

Inklinasi

DA o

47 47’47’’

01 01’01’’

C

1.52

1.726

1.585

1.444

100 27’57’’

02o02’02’’

D

1.55

1.744

1.663

1.583

179o09’09’’

-1o01’01’’

E

1.58

1.932

1.745

1.558

269o36’36’’

-2o02’02’’

F

1.52

1.832

1.738

1.644

358o23’24’’

-3o02’01’’

Ditanyakan : Koordinat dan Tinggi titik B, C, D, E, dan F ?

o

I o

378

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

13. Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya 13.1 Pengertian garis kontur

Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang

menghubungkan

titik

dengan

ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah.

memberikan

informasi

slope

(kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang

atau

melintang

permukaan

tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill)

permukaan

tanah

asli

terhadap

ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis

kontur

membuat perpotongan

dapat

proyeksi bidang

dibentuk tegak

dengan

garis-garis

mendatar

dengan

permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

+ 41 m + 40 m + 39 m

Kontur ( Khayal )

Gambar 343. Pembentukan garis kontur dengan mendatar dengan permukaan bumi.

membuat proyeksi tegak garis perpotongan bidang

379

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Garis-garis kontur merupakan cara yang

baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk

banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk

permukaan

permukaan tanah dan ketinggian pada peta,

hachures dan shading.

karena memberikan ketelitian yang lebih

Bentuk

tanah

garis

yaitu

kontur

dengan

dalam

3

cara

dimensi

Alam Peta

Gbr.3

Gambar 344. Penggambaran kontur

g.

13.2 Sifat garis kontur

Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.

h. Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut : a.

Berbentuk kurva tertutup.

b.

Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai Penyajian

interval

Tidak bercabang.

tergantung

pada

c.

Tidak berpotongan.

disajikan, jika datar maka interval garis

d.

Menjorok ke arah hulu jika melewati

kontur tergantung pada skala peta yang

sungai.

disajikan, jika datar maka interval garis

Menjorok ke arah jalan menurun jika

kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan

melewati permukaan jalan.

nilai skala peta , jika berbukit maka

e.

f.

Tidak

tergambar

bangunan.

jika

i.

melewati

interval

garis

garis

skala

kontur

peta

adalah

kontur yang

1/500

dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis

380

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

kontur adalah 1/200 dikalikan dengan

j.

Garis kontur berharga lebih rendah

nilai skala peta.

mengelilingi garis kontur yang lebih

Penyajian indeks garis kontur pada

tinggi.

daerah datar adalah setiap selisih 3

m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk

garis kontur, pada daerah berbukit

huruf "U" menandakan punggungan

setiap selisih 4 garis kontur sedangkan

gunung.

pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur. k.

l.

Satu

garis

n.

Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf

kontur

mewakili

satu

"V"

menandakan

lembah/jurang

ketinggian tertentu..

Gambar 345. Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai

Gambar 346. Garis kontur pada daerah sangat curam.

suatu

381

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 347. Garis kontur pada curah dan punggung bukit.

Gambar 348. Garis kontur pada bukit dan cekung

Rumus untuk menentukan interval kontur

13.3 Interval kontur dan indeks kontur

pada suatu peta tofografi adalah : I = (25 / jumlah cm dalam 1 km) meter, atau

Interval kontur adalah jarak tegak antara

I = n log n tan a, dengan n = (0.01 s + 1)1/2

dua garis kontur yang berdekatan dan

meter.

merupakan

Atau :

jarak

antara

dua

bidang

mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta tofografi

interval

kontur

dibuat

sama,

§ · 25 ¸ meter ¨ jumlah cm dalam 1 km ¸ © ¹

i= ¨

berbanding terbalik dengan skala peta.

i = n. log n. tan

D

banyak informasi yang tersajikan, interval

dimana : n =

0.01S  1

kontur semakin kecil. Indeks kontur adalah

D

garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan

dipetakan

setiap kelipatan interval kontur tertentu.

S = Angka skala

Semakin besar skala peta, jadi semakin

= kemiringan rata – rata daerah yang

382

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Tabel 39. Bentuk muka tanah dan interval kontur.

Skala 1 : 1000 dan Lebih besar 1 : 1 000 s/d 1 : 10 000 1 : 10 000 dan lebih kecil

Bentuk Muka Tanah Datar Bergelombang Berbukit Datar Bergelombang Berbukit Datar Bergelombang

Interval Kontur

13.4 Kemiringan tanah dan kontur gradient

0.2 - 0.5 m 0.5 - 1.0 m 1.0 - 2.0 m 0.5 - 1.5 m 1.0 - 2.0 m

Kemiringan tanah D adalah sudut miring antara dua titik.

§ DhAB · ¸ © sAB ¹

2.0 - 3.0 m

D = tan-1 ¨

1.0 - 3.0 m 2.0 - 5.0 m

Dimana :

D = Kemiringan tanah

5.0 - 10.0 m

Berbukit Bergunung

D = arc tan

0.0 - 50.0 m

'h S

Gambar 349. Kemiringan tanah dan kontur gradient

Pada gambar diatas titik-titik A, B, C, dan D harus dipillih untuk menggambarkan

13.5 Kegunaan garis kontur

garis kontur. Dengan demikian kita dapat menginterpolasi secara linear ketinggian

Selain menunjukan bentuk ketinggian

titik-titik

detail

gradient

E

yang

diukur.

Kontur

permukaan tanah, garis kontur juga dapat

adalah

sudut

antara

digunakan untuk:

permukaan tanah dan bidang mendatar

a.

Menentukan

profil

tanah

memanjang,

longitudinal

(profil

sections)

antara dua tempat. (Gambar 350) b. Menghitung luas daerah genangan dan

volume

(gambar 351)

suatu

bendungan

383

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

c.

Menentukan jalan

atau

route/trace saluran

suatu yang

mempunyai kemiringan tertentu

d. Menentukan kemungkinan dua titik di

lahan sama tinggi dan saling

terlihat (gambar 353.)

(gambar 352)

Gambar 350. Potongan memanjang dari potongan garis kontur

Gambar 351. Bentuk, luas dan volume daerah genangan berdasarkan garis kontur.

Gambar 352. Rute dengan kelandaian tertentu

384

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 353. Titik dengan ketinggian sama berdasarkan garis kontur.

x

kerapatan titik detil ditentukan oleh

13.6 Penentuan dan pengukuran titik detail untuk pembuatan garis kontur x

skala peta dan ketelitian (interval) kontur yang diinginkan. x

Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti informasi yang tersajikan dalam peta.

Dalam batas ketelitian teknis tertentu,

Pengukuran

titik-titik

detail

untuk

penarikan garis kontur suatu peta dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Gambar 354. Garis kontur dan titik ketinggian.

385

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

a.

Pengukuran tidak langsung

dilakukan dengan cara tachymetry pada

Titik-titik detail yang tidak harus sama tinggi,

semua

medan

dipilih mengikuti pola tertentu yaitu: pola

menggunakan

kotak-kotak (spot level) dan profil (grid) dan

ataupun sipat datar profil pada daerah yang

pola radial. Dengan pola-pola tersebut garis

relatif datar. Pola radial digunakan untuk

kontur dapat dibuat dengan cara interpolasi

pemetaan topografi pada daerah yang luas

dan pengukuran titik-titik detailnya dapat

dan permukaan tanahnya tidak beraturan.

sipat

Gambar 355. Pengukuran kontur pola spot level dan pola grid.

Gambar 356. Pengukuran kontur pola radial.

dan datar

dapat

pula

memanjang

386

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

b.

Pengukuran langsung

Titik

detail

ketinggian

dicari

yang

pengukuran garis kontur cara langsung,

yang

sama

mempunyai

dan

ditentukan

garis-garis

kontur

merupakan

garis

penghubung titik-titik yang diamati dengan

posisinya dalam peta dan diukur pada

ketinggian yang sama,

ketinggian tertentu. cara pengukurannya

pengukuran garis kontur cara tidak langsung

bisa menggunakan cara tachymetry, atau

umumnya titik-titik detail itu pada titik

kombinasi antara sipat datar memanjang

sembarang tidak sama.

dan pengukuran polygon. Cara

pengukuran

sedangkan pada

Bila titik-titik detail yang diperoleh belum

langsung

sulit

mewujudkan titik-titik dengan ketinggian

dibanding dengan cara tidak langsung,

yang sama, posisi titik dengan ketinggian

namun ada jenis kebutuhan tertentu yang

tertentu dicari, berada diantara 2 titik tinggi

harus

tersebut

menggunakan

lebih

cara

pengukuran

kontur cara langsung, misalnya pengukuran dan pemasanngan tanda batas daerah genangan.

dan

diperoleh

dengan

prinsip

perhitungan 2 buah segitiga sebangun. Data yang harus dimiliki untuk melakukan interpolasi garis kontur adalah jarak antara 2 titik tinggi di atas peta, tinggi definitif kedua titik tinggi dan titik garis kontur yang akan ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik garis kontur yang melewati garis hubung antara 2 titik tinggi. Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap posisi titik pertama atau kedua. Titik hasil

Gambar 357. Pengukuran kontur cara langsung

interpolasi

tersebut

kemudian

kita

hubungkan untuk membentuk garis kontur

13.7 Interpolasi garis kontur

yang kita inginkan. maka perlu dilakukan interpolasi linear untuk mendapatkan titik-

Penarikan

garis

kontur

perolehan

posisi

titik-titik

berdasarkan tinggi

(spots

titik yang sama tinggi. Interpolasi linear bisa dilakukan dengan cara : taksiran, hitungan

height) maka akan semakin mudah dan

dan grafis.

halus penarikan garis konturnya.

a. Cara taksiran (visual)

Penarikan garis kontur diperoleh dengan

Titik-titik dengan ketinggian yang sama,

cara

sedangkan

perhitungan

interpolasi,

pada

pada

pengukuran

dan

387

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

diinterprestasikan langsung diantara titik-titik

planimeter dengan interval h. Volume total

yang diketahui ketinggiannya.

6V dapat dihitung.

Rumus umum :



¦V = 3 ««A  A 0

N

«¬

º  4 ¦ A2r1  2 ¦A2r » ….(i) » r 0 r 0 »¼ r

n2 2

r

n2 2

atau

Gambar 358. Interpolasi kontur cara taksiran

¦V b. Cara hitungan (Numeris) Cara ini pada dasarnya juga menggunakan dua

titik

yang

ketinggiannya, dikerjakan

diketahui hitungan

secara

posisi

numeris

¦V

(eksak)

menggunakan perbandingan linear. c.

atau

dan

interpolasinya

n1 r ª º r n 2 1 h« 2 A0  AN  2 ¦ Ar  ¦ Ar1.Ar »....(ii) « » 3 r 0 r 1 «¬ »¼

n 1 r º ª 2 h« A0  AN  2 ¦ Ar »............(iii) » 2« r 0 »¼ «¬

™ Rumus (i) disebut rumus prisma dan digunakan apabila n = genap

Cara grafis

Cara grafis dilakukan dengan bantuan garisgaris sejajar yang dibuat pada kertas

™ Rumus (ii) disebut rumus piramida dan digunakan apabila n = ganjil

transparan (kalkir atau kodatrace). Garis-

™ Rumus (iii) disebut rumus rata-rata awal

garis sejajar dibuat dengan interval yang

dan akhir dan digunakan apabila n =

sama disesuaikan dengan tinggi garis kontur

ganjil

yang akan dicari.

13.9 Prinsip dasar penentuan volume

13.8 Perhitungan garis kontur

Garis-garis kontur pada peta topografi dapat

Dalam pengerjaan teknik sipil, antara lain

digunakan untuk menghitung volume, baik

diperlukan perhitungan volume tanah, baik

volume bahan galian (gunung kapur, bukit,

untuk pekerjaan galian maupun pekerjaan

dan lain-lain).

timbunan.

Luas yang dikelilingi oleh masing-masing garis

kontur

diukur

luasnya

dengan

Dibawah

ini

secara

singkat

diuraikan prinsip dasar yang digunakan untuk bentuk-bentuk tanah yang sederhana. Pada

dasarnya

volume

tanah

dihitung

388

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

dengan cara menjumlahkan volume setiap bagian yang dibatasi oleh dua bidang. Pada gambar bidang dimaksud merupakan bidang mendatar. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung volume. Disini

hanya

akan

diberikan

metode

vr = h A0  A1 .......... .......... .......... .......... (vi ) 2 Contoh lain penggunaan garis kontur untuk perhitungan volume dalam pekerjaan teknik sipil yaitu perhitungan volume dari galian atau timbunaan.

menggunakan rumus prisma dan rumus

Volume tanah yang digali didalam daerah

piramida.

ABCD yang dibatasi oleh permukaan tanah

Prisma adalah suatu benda yang dibatasi oleh dua bidang sejajar pada bagian-bagian atas dan bawahnya serta dibatasi oleh beberapa

bidang

datar

asli dan bidang permukaan rencana (dasar saluran), dapat dihitung dengan rumus:

¦V

h ^ A0  A1  A1  A2 2

¦V

2h A0  4 A1  A2 6

disekelilingnya.

Apabila bidang-bidang datar disekelilingnya sesuai dengan sisi bidang atas atau bawah

¦V

disebut piramida. Volume prisma :

^

`



h A0  A0 .A1  A1  A1  A1.A2  A2 3

`

VR = h A0  4 Am  A1 .......... .......... .......... .(iv ) 6

Keterangan :

Volume piramida:

Ai : diukur dengan planimeter atau dihitung





VR = h A0  A0 A1  A1 ...........................(V ) 3

H : jarak antara dua profil yang berdekatan.

dengan cara koordinat.

Didalam peta topografi, garis-garis batas bidang datar A0, Am dan A1 ditunjukan oleh garis-garis kontur sedangkan h merupakan

13.10 Perubahan letak garis kontur di tepi pantai

interval konturnya. Jadi apabila h dibuat kecil, garis kontur ditarik dari data-data ketinggian tanah yang cukup rapat serta pengukuran

luas

bidang-bidang

yang

dibatasi oleh garis kontur diukur hingga v mendekati volume sebenarnya.

Cara perhitungan tersebut di atas sedang digunakan oleh GSI (Geography Survey Institute Jepang, di Thailand) untuk ukuran yang sangat kasar. secara

detail,

ada

Tetapi, kalau dilihat beberapa

masalah

perhitungan, seperti : Rumus lain yang dapat digunakan adalah rumus rata-rata awal dan akhir yaitu:

a. Di daerah yang akan hilang akibat kenaikan muka air laut sebesar T meter,

389

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

kehilangan terhitung sebagai jumlah

penyelidikan

nilai

kehilangan akibat pasang laut dan

yang

sekarang

berada.

kehilangannya bukan hanya di daerah

lapangan

mengenai

banjir.

antara batas pantai dan garis kontur 1m

Jika tinggi tanah yang sekarang kena banjir

sekarang, tetapi antara batas pantai

berada di antara batas pantai dan tinggi B

sekarang dan garis kontur 1+T meter

m, maka daerah yang akan kena banjir

(contoh di Makassar 1.64 m).

terletak di daerah antara garis kontur 1+T m

b. Di daerah yang akan lebih sering terkena sekarang,

banjir

dari

kehilangan

pada

kondisi

bisa

diukur

berdasarkan data yang terdapat melalui

dan garis kontur 1 +T+B m sekarang. Di daerah sini, kehilangan akan terjadi secara sebagian dari nilai total, yang dihitung terkait tinggi tanah setempat.

Gambar 359. Letak garis pantai dan garis kontur 1m

Gambar 360. Perubahan garis pantai dan garis kontur sesudah kenaikan muka air laut

390

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Col

13.11 Bentuk-bentuk lembah dan pegunungan dalam garis kontur

Daerah rendah antara dua buah ketinggian.

Jalan menuju puncak umumnya berada di

Hampir sama dengan col, tetapi daerah

atas

punggung

sedangkan

(lihat

disisinya

Saddle

garis

titik-titik

rendahnya

luas

dan

ketinggian

terdapat

lembah

mengapit tidak terlalu tinggi.

yang

umumnya berisi sungai (lihat garis gelap).

Pass

Plateau

Celah memanjang yang membelah suatu

Daerah dataran tinggi yang luas

daerah ketinggian.

gambar 361. Garis kontur lembah, punggungan dan perbukitan yang memanjang.

391

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 362. Plateau.

Gambar 363. Saddle

Gambar 364. Pass

392

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Deviasi Barat sudut kompas - sudut =

13.12 Cara menentukan posisi, cross bearing dan metode penggambaran

sudut peta. c.

Setelah

mengukur

utara

kompas,

sesuaikan garis bujur dengan utara 1. Hitung deviasi pada peta:

kompas kurang lebih deviasi.

A=B+(CxD) Keterangan : A = deklinasi magnetis pada saat tertentu

4. Membuat cross bearing 1. Hitung sudut dari dua kenampakan

B = deklinasi pada tahun pembuatan peta

alam atau lebih yang dapat kita kenali di

C = selisih tahun pembuatan.

alam dan di peta.

D = variasi magnetis.

2. Buat garis sudut dengan menghitung deviasi sehingga menjadi sudut peta

Contoh: Diketahui bahwa: - Deklinasi magnetis tahun 1943 (pada saat peta dibuat) adalah: 0° 30'(=B).

pada kertas transparan 3. Letakkan di atas peta sesuai dengan kedudukannya. 4. Tumpuklah.

- Variasi magnet pertahun: 2'(=D) 5. Merencanakan rute Pertanyaan: Berapa deviasi bila pada peta tersebut digunakan pada tahun 1988 (=A) Perhitungannya: A = B + (CxD) = 0° 30' + {(88-43)x 2'} = 0° 30' + 90' =120' =2º0' 2. Mengukur sudut a. Mengukur dari peta : Sudut peta –

1. Pilihlah jalur perjalanan yang mudah denganmemperhatikan sistem kontur. 2. Bayangkan kemiringan lereng dengan memperhatikan kerapatan kontur (makin rapatmakin terjal). 3. Hitung jarak datar (perhatikan kemiringan lereng). 4. Hitung waktu tempuh dengan prinsip : - jalan datar 1 jam untuk kemiringan lebih 4 km - kemiringan 1 jam tiap kenaikkan 100m

deviasi (jika deviasi ke Timur) =

Metode penggambaran:

sudut Sudut peta + deviasi kompas.

1. Tarik garis transis yang dikehendaki

(jika deviasi ke Barat)=sudut kompas b. Mengukur dari kompas: deviasi timur sudut kompas + deviasi = sudut peta.

diatas peta, bisa berupa garis lurus maupun mengikuti rute perjalanan. 2. Beri tanda (huruf atau angka) pada titik awal dan akhir.

393

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

3. Buat grafik pada milimeter blok. untuk

5. Pindahkan setiap angka beda tinggi dan

sumbu x dipakai sekala horizontal dan

jarak sebenarnya tadi sebanyak-

sumbu y sekala vertikal.

banyaknya pada grafik.

4. Ukur pada peta jarak sebenarnya (jarak pada peta x angka penyebut skala peta)

6. Hubungkan setiap titik pada grafik (lihat gambar).

dan ketinggian (beda tinggi) pada jarak yang diukur tadi.

gambar 365. menggambar penampang.

vertikal dan horisontal ini memiliki titik-titik

13.13 Pengenalan surver

perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian

Surfer adalah salah satu perangkat lunak

atau

yang digunakan untuk pembuatan peta

proses pembentukan rangkaian nilai Z yang

kontur dan pemodelan tiga dimensi yang

teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari

berdasarkan pada grid. Perangkat lunak ini

proses gridding ini adalah file grid yang

melakukan plotting data tabular XYZ tak

tersimpan pada file .grd.

beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis

kedalaman.

Gridding

merupakan

1. Sistem operasi dan perangkat keras Surfer tidak mensyaratkan perangkat keras ataupun sistem operasi yang tinggi. Oleh karena itu surfer relatif mudah dalam aplikasinya. Surfer bekerja pada sistem operasi Windows 9x dan Windows NT.

394

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Berikut adalah spesifikasi minimal untuk

Untuk memulai salah satu lembar kerja

aplikasi Surfer:

tersebut

x

Tersedia ruang untuk program minimal

menu File - New. Surfer akan menampilkan

4 MB.

kotak dialog berikut:

x

dapat

dilakukan

menggunakan

Menggunakan sistem operasi Windows 3.1 Surface plot

9.x atau Windows NT. x

RAM minimal 4 MB.

x

Monitor VGA atau SVGA.

Surface plot adalah lembar kerja yang digunakan untuk membuat peta atau file grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja

2. Pemasangan program surfer (instal) x Masukkan master program Surfer

ini

berada

pada

kondisi

lembar

yang

plot

ini

masih

kosong.

Pada

peta

pada CD ROM atau media lain.

dibentuk

dan

Buka melalui eksplorer dan klik

disajikan. Lembar plot digunakan untuk

dobel pada Setup.

mengolah dan membentuk peta dalam dua

diolah untuk selanjutnya

lokasi

dimensional, seperti peta kontur, dan peta

pemasangan. Jawab drive yang

tiga dimensional seperti bentukan muka

diinginkan.

tiga dimensi.

x Surfer

menanyakan

Jawab

pertanyaan

selanjutnya dengan Yes.

Lembar plot ini menyerupai lembar layout di mana

3. Lembar Kerja Surfer Lembar kerja Surfer terdiri

dari

tiga

bagian, yaitu: x Surface plot, x Worksheet, x Editor.

Gambar 366. Kotak dialog persiapan Surfer

operator

melakukan

pengaturan

ukuran, teks, posisi obyek, garis, dan berbagai properti lain. Pada lembar ini pula diatur ukuran kertas kerja yang nanti akan digunakan sebagai media pencetakan peta.

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 367.Peta tiga dimensi

Gambar 368. Peta kontur dalam bentuk dua dimensi

395

396

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

3.2 Worksheet Worksheet merupakan lembar kerja yang digunakan untuk melakukan input data XYZ. Data XYZ adalah modal utama dalam pembuatan peta pada surfer. Dari data XYZ ini dibentuk file grid yang selanjutnya diinterpolasikan menjadi peta-peta kontur

Lembar worksheet memiliki antarmuka yang hampir mirip dengan lembar kerja MS Excel. Worksheet pada Surfer terdiri dari sel-sel

yang

merupakan

perpotongan

baris dan kolom. Data yang dimasukkan dari worksheet ini akan disimpan dalam file .dat.

atau peta tiga dimensi.

Gambar 369. Lembar worksheet.

Gambar 370. Data XYZ dalam koordinat kartesian.

397

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 371. Data XYZ dalam koordinat decimal degrees.

3.3 Editor Jendela

jendela editor dapat dikopi dan ditempel editor

adalah

tempat

yang

digunakan untuk membuat atau mengolah file teks ASCII. Teks yang dibuat dalam

dalam

jendela

plot.

memungkinkan kelompok dipasangkan

Kemampuan

penggunaan

teks

yang

pada

ini

sebuah

sama

untuk

berbagai

peta.

Gambar 372. Jendela editor menampilkan hasil perhitungan volume.

398

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Jendela

editor

menangkap

juga

hasil

digunakan

untuk

perhitungan

volume.

serta teks. Simbolisasi yang ada pada peta

ini

memungkinkan

peta

yang

Sekelompok teks hasil perhitungan volume

dihasilkan surfer dapat dengan mudah

file grid akan ditampilkan dalam sebuah

dibaca dan lebih komunikatif.

jendela

6. Editing peta kontur

editor.

Jendela

tersebut

dapat

disimpan menjadi sebuah file ASCII dengan ekstensi .txt. 4.

Editing

peta kontur dimaksudkan untuk

mendapatkan

GS Scripter

bentuk

peta

kontur

yang

sesuai dengan syarat-syarat pemetaan

GS Scripter adalah makro yang dapat

tertentu ataupun sesuai dengan keinginan

digunakan

pembuat

otomasi

untuk dalam

membuat

peta.

Beberapa

hal

yang

Dengan

berkaitan dengan hal ini misalnya adalah

menggunakan GS Scripter ini tugas-tugas

penetapan nilai kontur interval (Interval

yang

dapat

Contour), labelling garis indeks, kerapatan

diringkas menjadi sebuah makro. Makro dari

label, pengubahan warna garis indeks,

GS Scripter ini mirip dengan interpreter

pengaturan blok warna kelas ketinggian

bahasa BASIC. Makro disimpan dalam

lahan, dan lain-lain.

dilakukan

surfer.

sistem

secara

manual

ekstensi .bas.

Gambar berikut adalah contoh penggunaan

5. Simbolisasi peta

kontur interval yang berbeda dari sebuah

Simbolisasi digunakan untuk memberikan

peta

keterangan pada peta yang dibentuk pada lembar plot. Simbolisasi yang digunakan berupa simbol point, garis, ataupun area,

Gambar 373. Jendela GS scripter.

kontur

yang

sama.

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 374. Simbolisasi pada peta kontur dalam surfer.

Gambar 375. Peta kontur dengan kontur interval I.

399

400

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 376. Peta kontur dengan interval 3

Secara umum, pengaturan kontur interval

7. Overlay peta kontur

mengikuti aturan berikut:

Overlay peta kontur dimaksudkan adalah

Kontur Interval = 1/2000 x skala peta dasar Jadi jika menggunakan dasar dengan skala 1 : 50.000 maka seharusnya kontur interval peta adalah 25 meter. Beda tinggi antar garis kontur tersebut terpaut 25 meter.

Seandai

peta

dasar

tersebut

diperbesar menjadi skala 1: 25.000, maka kontur intervalnya pun juga harus diubah menjadi 12,5 meter.

menampakkan sebuah peta kontur dengan sebuah data raster, atau sebuah peta kontur dengan model tiga dimensi. Overlay ini memudahkan analisis sebuah wilayah dalam kaitannya dengan kontur atau bentuk morfologi lahan setempat.

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 377. Gambar peta kontur dan model 3D.

Gambar 378. Overlay peta kontur dengan model 3D.

401

402

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

8. Penggunaan peta dasar

Proses kedua ini sering disebut dengan

Peta dasar yang digunakan pada Surfer

istilah

dapat berasal dari peta-peta lain ataupun

menghasilkan sebuah file grid. File grid

data citra seperti foto udara ataupun citra

digunakan sebagai dasar pembuatan peta

satelit. Peta dasar tersebut dinamakan Base

kontur dan model tiga dimensi. Berikut

Map.

adalah diagram alur secara garis besar

grid-ding.

Proses

gridding

pekerjaan dalam Surfer.

Gambar 379. Base map foto udara

9. Alur Kerja surfer Pembuatan peta kontur ataupun model tiga

dimensi

dalam

Surfer

diawali

pembuatan data tabular XYZ. Dapat juga digunakan data DEM (Digital Elevation Models) sebagai pengganti data XYZ tersebut.

Data

XYZ

selanjutnya

diinterpolasikan dalam sebuah file grid.

Gambar 380. Alur garis besar pekerjaan pada surfer.

403

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Dan bagan di atas dapat diketahui bahwa

Desktop

sebuah data pengukuran lapangan akan

pertama kali saat masuk pada program

terlebih dahulu dimasukkan menjadi data

Surfer. Pada saat masuk pertama kali, kita

XYZ. Selanjutnya melalui proses gridding

akan menemukan lembar plot kosong.

data tersebut dapat diinterpolasi menjadi peta kontur ataupun model tiga dimensional. Dalam proses analisis, kedua bentuk hasil interpolasi, yaitu peta kontur dan model tiga dimensi, dapat dianalisis secara terpisah ataupun

bersama-sama

melalui

proses

di

atas

adalah

antarmuka

Obyek-obyek tertentu seperti lingkaran, segi empat, titik, dan berbagai simbol dapat dibuat secara langsung pada lembar plot tersebut. Digitasi secara langsung tersebut menggunakan

fasilitas

ikon-ikon

yang

tersedia pada baris toolbar (gambar 382).

overlay.

Gambar 381. Lembar plot surfer.

10. Memulai Surfer

Lembar kerja lain dari surfer adalah

Jika program surfer telah terpasang, maka

worksheet. Lembar kerja ini merupakan

surfer

untuk

tempat input data XYZ. Lembar kerja ini

bekerja. Untuk memulai pekerjaan dengan

mirip dengan lembar kerja MS Excel. Data

surfer

yang berasal dari worksheet ini adalah data

dapat

segera

dilakukan

digunakan

dengan

masuk

pada

program tersebut melalui langkah berikut:

XYZ yang pada proses selanjutnya akan

x

Klik start.

digunakan

x

Pilih program.

pembuatan kontur.

x

Pilih Goden Software.

x

Pilih Surfer 32.

sebagai

dasar

interpolasi

404

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Gambar 382. Obyek melalui digitasi

Pencetakan hasil dapat dilakukan melalui surfer secara langsung. Hasil cetakan dari surfer berupa hardcopy dalam sebuah kertas dengan ukuran yang sesuai dengan skala peta. Hasil

pengolahan

dalam

surfer

dapat

diekspor ke dalam bentuk atau format lain. Surfer akan mengekspor peta ke dalam bentuk vektor dengan format .DXF, serta format raster dalam banyak tipe seperti .JPG, .BMP, .GIF, .TIFF, dan lain-lain.

405

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Model Diagram Alir IlmuDiagram Ukur Tanah Pertemuan Model Alir ke-13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

Garis Kontur

Garis khayal di lapangan yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama

Garis kontinyu di atas peta yang memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian yang sama

Tujuan : Untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah

Irisan profil memanjang dan melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek

Informasi slope (kemiringan tanah rata-rata)

Perhitungan galian dan timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis proyek atau bangunan

Sifat-Sifat Garis Kontur : (1) Berbentuk kurva tertutup (2) Tidak bercabang (3) Tidak berpotongan (4) Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai (5) Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan (6) Tidak tergambar jika melewati bangunan (7) Garis kontur yang rapat menunjukkan keadaan permukaan tanah yang terjal (8) Garis kontur yang jarang menunjukkan keadaan permukaan tanah yang landai (9) Penyajian interval garis kontur bergantung pada skala peta yang disajikan ; * Datar : 1/1.000 x nilai skala peta * Bukit : 1/500 x nilai skala peta * Gunung : 1/200 x nilai skala peta (10) Indeks garis kontur (pemberian teks nilai kontur) * Datar : berselisih setiap 3 garis kontur * Bukit : berselisih setiap 4 garis kontur * Gunung : berselisih setiap 5 garis kontur

Input : Posisi Spot Heights (Titik-Titik Tinggi)

Interpolasi Garis Kontur (Prinsip Segitiga Sebangun) dj = di ( Tj - To) / ( Ti - To)

Gambar 383. Model diagram alir garis kontur, sifat dan interpolasinya

Input : * Tinggi Spot Heights * Jarak antar spot heights di atas kertas

406

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Rangkuman Berdasarkan uraian materi bab 13 mengenai garis kontur, sifat, dan interpolasinya, maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Garis kontur adalah garis khayal yang mengubungkan titik – titik dengan ketinggian yang sama. Tujuan pembuatan garis kontur di atas peta adalah untuk memperlihatkan naik – turunnya keadaan permukaan tanah. 2. Aplikasi dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope ( kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek ( bangunan ) dan perhitungan galian serta timbunan ( cut and fill ). 3. Sifat – sifat garis kontur : a. Berbentuk kurva tertutup, tidak bercabang dan tidak berpotongan. b. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai, menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan dan tidak tergambar jika melewati bangunan. c.

Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal, garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai dan satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..

d. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta , jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai skala peta. e. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur. f.

Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung. Dan rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang.

4. Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Interpolasi garis kontur menggunakan prinsip segitiga sebangun yaitu :dj = di (Tj – To ) / ( Ti – To )

407

13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

Soal latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini ! 1. Apa yang dimaksud dengan garis kontur ? 2. Apa tujuan pembuatan garis kontur dan sebutkan aplikasi dari garis kontur ? 3. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat garis kontur? 4. Sebutkkan dan lengkapi dengan gambar kegunaan garis kontur ? 5. Apa yang dimaksud dengan Interval kontur dan Indeks kontur? 6. Sebutkan bentuk muka tanah dengan interval konturnya ? 7. Apa yang dimaksud dengan interpolasi garis kontur? 8. Jelaskan bagaimana cara menginterpolasi garis kontur ? 9. Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur ? 10. Hal –hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan garis kontur ?

408

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

14. Perhitungan Galian Timbunan

`

Galian dan timbunan atau yang lebih di

letak permukaan tanah asli dan permukaan

kenal oleh orang-orang lapangan adalah Cut

tanah rencana yang disebabkan topografi

and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting

daerah yang berbeda-beda.

baik

pada

pekerjaan

pembuatan

jalan,

bendungan, bangunan, dan reklamasi.

Sekalipun

permukaan

tanah

asli

sama

dengan permukaan tanah rencana, akan

Galian dan timbunan dapat diperoleh dari

tetapi tanah asli tersebut belum tentu

peta situasi yang dilengkapi dengan garis -

memenuhi

garis kontur atau diperoleh langsung dari

Dalam hal ini galian dan timbunan perlu

lapangan melalui pengukuran sipat datar

diperhitungkan secara seksama sehingga

profil

biaya pekerjaan konstruksi dapat dibuat

melintang

sepanjang

koridor

jalur

syarat

daya

dukung

tanah.

lebih ekonomis.

proyek atau bangunan. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi dengan metode penggamba ran profil melintang sepanjang jalur proyek atau

14.1 Tujuan perhitungan galian dan timbunan

metode grid-grid (griding) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan

Mengingat pentingnya pekerjaan galian dan

menghitung

kontur

timbunan, apalagi untuk proyek berskala

ditempat

besar dapat berdampak langsung terhadap

terhadap

selisih

tinggi

ketinggian

perpotongan

garis

garis

proyek

kontur

dengan

garis

biaya total pekerjaan. Maka, perlu dilakukan

proyek.

perhitungan galian dan timbunan.

Feet kubik, yard kubik dan meter kubik

Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian

dipakai dalam hitungan pengukuran tanah,

dan timbunan sebagai berikut :

walaupun yard kubik adalah satuan yang paling umum dalam pekerjaan tanah 1yd³ = 27 ft³, 1 m³ = 35,315 ft³. Namum biasanya di indonesia di gunakan meter kubik sebagai satuan dalam menentukan jumlah volume. Pada suatu proyek konstruksi, pekerjaan galian dan timbunan tanah (cut and fill) hampir tidak pernah dapat dihindarkan. Hal tersebut diakibatkan adanya perbedaan.

1. Meminimalkan galian

dan

penggunaan timbunan

volume

pada

tanah,

sehingga pekerjaan pemindahan tanah dan pekerjaan stabilitas tanah dasar dapat dikurangi, waktu penyelesaian proyek dapat dipercepat, dan biaya pembangunan mungkin.

dapat

se-efisien

409

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

2. Untuk menentukan peralatan (alat- alat berat) yang digunakan pada pekerjaan galian

maupun

timbunan,

informasi grafis beserta luas dan nilai galian timbunannya.

dengan

mempertimbangkan kemampuan daya operasional alat tersebut.

14.3 Metode-metode perhitungan galian dan timbunan Pengukuran

14.2 Galian dan timbunan

volume

langsung

jarang

dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena Galian dan timbunan berdimensi volume (meter

kubik).

Volume

dapat

diperoleh

secara teoritis melalui perkalian luas dengan panjang.

Galian

dan

timbunan

untuk

keperluan teknik sipil dan perencanaan diperoleh melalui perolehan luas rata-rata galian atau timbunan di dua buah profil melintang

yang

dikalikan

dengan

jarak

sulit untuk menerapakan dengan sebenarbenarnya sebuah satuan tehadap material yang terlibat. Sebagai gantinya dilakukan pengukuran

Untuk

dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diinginkan. Namun sebelum membahas lebih lanjut marilah

tersebut.

dimaksud

untuk kepentingan pembuatan jalan raya,

langsung.

memperolehnya dilakukan pengukuran garis

mendatar antara kedua profil melintang

Galian dan timbunan banyak digunakan

tidak

baik

itu

kita

ketahui

dengan tampang

tentang

apa

yang

tampang/penampang memanjang,

maupun

tampang melintang serta kegunaanya.

saluran irigasi, dan aplikasi lain, seperti

Penampang

pembangunan ka vling untuk perumahan.

tegak. Bila pada peta topografi bisa dilihat

Teknologi pengukuran dan pemetaan yang digunakan saat ini sudah sangat demikian berkembang. diperoleh

Survei

secara

lapangan cepat

dapat

dan

tepat

menggunakan perlatan Total Station atau

merupakan

gambar

irisan

bentuk proyeksi tegak model bangunan, maka pada gambar penampang bisa dilihat model potongan tegak bangunan dalam arah memanjang ataupun melintang tegak lurus arah potongan memanjang.

GPS (Global Positioning System) dan diikuti

Bisa dipahami bahwa gambar penampang

oleh sistem perekaman data yang dapat

merupakan gambaran dua dimensi dengan

langsung diolah oleh komputer dan dengan

elemen unsur jarak (datar) dan ketinggian.

menggunakan berbagai macam perangkat

Unsur-unsur rupa bumi alamiah ataupun

lunak

unsur-unsur buatan manusia yang ada dan

CAD

dapat

langsung

disajikan

yang akan dibuat disajikan dalam gambar

410

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

penampang.

Pada

gambar

penampang

dibuat dan disajikan rencana dan rancangan bangunan

dalam

horizontal

pada

arah

tegak.

gambar

Skala

penam pang

Pengukuran

penampang

bisa

dilakukan

P 

umumnya lebih kecil dibanding skala tegak.

dengan mode teristris, fotografis ataupun

pengukuran

penampang

dengan

cara

pada

kondisi

langsung

bisa

jenis

medannya,

FP 

Tergantung

dan

FP 

teristris.

pekerjaan

dilakukan

ataupun

FP 

ekstra

tidak

langsung menggunakan alat sipat datar, theodolite

atau

alat

sounding

untuk

Gambar 385. Tongkat sounding

pengukuran pada daerah berair yang dalam. Penampang memanjang

d

Penampang memanjang umumnya dikaitkan dengan rencana dan rancangan memanjang suatu rute jalan, rel, sungai atau saluran perahu pengukuran

irigasi misalnya. Irisan tegak penampang

"

memanjang mengikuti sumbu rute. a

Pada rencana jalan, potongan memanjang b

umumnya bisa diukur langsung dengan cara Gambar 384. Sipat datar melintang

sipat datar kecuali pada lokasi perpotongan dengan sungai, yaitu potongan memanjang jalan

merupakan

potongan

melintang

sungai,

potongan

sungai. Pada

perencanaan

memanjang umumnya tidak diukur langsung tetapi diturunkan dari data ukuran potongan melintang.

411

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Skala jarak horizontal gambar penampang

ditambah daerah penguasaan bangunan

memanjang mengikuti skala peta rencana

atau hingga sejauh jarak tertentu di kanan

rute

tegak

dan kiri rute agar bentuk dan kandungan

(ketinggian) dibuat pada skala 1 : 100 atau

elemen rupa bumi cukup tersajikan untuk

1 : 200. Gambar potongan memanjang

informasi perencanaan.

sedangkan

gambar

skala

suatu rute umumnya digambar pada satu lembar bersama-sama dengan peta.

Gambar 386. Potongan tipikal jalan

Cara pengukuran penampang melintang

l

bisa

Penampang melintang

menggunakan

alat

sipat

datar,

theodolite atau menggunakan echo sounder Penampang melintang merupakan gambar

untuk sounding pada tempat berair yang

irisan tegak arah tegak lurus potongan

dalam.

memanjang.

Pada

Gambar penampang melintang secara rinci

sungai bisa dipahami bahwa sumbu sungai

menyajikan

unsur

unsur

tidak selalu merupakan b agian terdalam

rancangan

sehingga

sebagai

sungai. Data lain yang harus disajikan pada

alamiah

dan

digunakan

pengukuran

potongan

dasar hitungan kuantitas pekerjaan.

potongan

melintang

sungai

melintang

adalah

ketinggian muka air terendah dan ketinggian penampang digunakan

melintang sebagai

juga

data

umum

muka air tertinggi atau banjir.

penggambaran Pada perencanaan rute juga dikenal gambar

peta totografi sepanjang rute.

penampang melintang baku - PMB (typical Penampang melintang selebar

rencana

umumnya

melintang

diukur

bangunan

cross section), yaitu bakuan rancangan

412

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

melintang

yang

rancangan

arah

misalnya,

menunjukkan

perkerasan

menunjukkan melintang.

jalan,

penimbunan

serta

PMB

tebal

cara

struktur

struktur

penggalian

sarana

jalan

dan

drainase

kanan/kiri jalan (side ditch) bila diperlukan. Tergantung dari jenis tanah maka akan ada beberapa tipe potongan normal.

potongan normal adalah ketinggian rencana arah vertikal. Berdasarkan tipe potongan normal yang digunakan, dibuat gambar sehingga

kelihatan

bentuk gambar konstruksi selengkapnya sesuai keadaan muka tanah setempat. Gambar

konstruksi

(stak ing out) Sebelum memulai perhitungan galian dan timbunan,

pekerjaan

pematokan

(stake

diawali out).

dengan

Pematokan

bertujuan untuk menandai wilayah mana saja

yang

akan

terkena

galian

dan

timbunan, atau bagian-bagian di lapangan

Ketinggian sumbu pada permukaan tipe

konstruksi melintang

Pematokan dan prosedur pematokan

pada

potongan

yang menjadi bakal proyek. Pematokan untuk jalan dilakukan sepanjang sumbu alignment horizontal biasanya selalu setiap setiap

kelipatan 100

m

jarak

genap,

pada

misalnya

perencanaan

pendahuluan, setiap 50 m pada detailed design

dan

tiap

25

m

pada

saat

pelaksanaan konstruksi.

melintang ini harus dipatok di lapangan untuk dikerjakan dan digunakan sebagai

Pada bagian lurus, bila tidak ada halangan

dasar hitungan volume pekerjaan.

maka pematokan bisa dilakukan langsung dengan menarik meteran mendatar.

Dalam perhitungan Galian dan timbunan sebaiknya terlebih dahulu di buat rencana pekerjaan

misalnya

rencana

pembuatan

atau pengembangan jalan.

Gambar 387. Contoh penampang galian dan timbunan

413

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Misal stasion awal proyek berada pada sta 12 + 357.50, maka patok pertama untuk pematokan tiap 50 meter adalah : sta 12 + 400.00 yang berjarak 42.50 meter dari sta 12 + 357.50. Patok-patok berikutnya pada bagian lurus adalah sta 12 + 450.00, 12 + 500.00 dst. Cara pematokan sepanjang bagian tangent dan sepanjang lengkung lingkaran biasa dilakukan

menggunakan

theodolite,

Gambar 391. Jalon

pita

ukur, jalon, patok dan atau paku untuk menandai dan membuat titik pengikatan patok stasion. Prose dur pematokan: 1. Alat yang digunakan: sipat datar dengan sepasang rambu, pita ukur, mistar, kuas.

Gambar 392. Rambu ukur

2. Dirikan sipat datar di lokasi pematokan dan bidikkan ke titik rujukan ketinggian. Gambar 389. Meteran gulung

Gambar 390. Pesawat theodolite EDM

Gambar 393. Stake out pada bidang datar

414

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya diolah. Ada tiga sistem utama yang dipakai: metode tampang melintang, metode luas satuan atau lubang galian sumbang dan metode luas garis tinggi. 1. Metode tampang (irisan) melintang (cross section method) Gambar 394. Stake out pada bidang yang berbeda

Metode tampang melintang dipakai hampir khusus untuk menghitung volume pada

ketinggian

proyek-proyek konstruksi yang memanjang misalnya jalan raya, jalan baja, dan kanal (saluran). Dalam prosedur ini, setelah sumbu diberi pancang,

profil

tanah

yang

disebut

penampang melintang dibuat (tegak lurus pada sumbu, biasanya dengan selang 50 atau 100 ft. Pembuatan tampang melintang terdiri

atas

pengukuran

elevasi-elevasi

tanah dan jaraknya yang bersangkutan secara

orthogonal

kekiri

dan

kekanan

sumbu, titik tinggi dan rendah, dan lokasiGambar 395. Stake out beberapa titik sekaligus

3. Hitung ketinggian garis bidik dan hitung bacaan rambu pada suatu titik rencana. 4. Pasang tanda ketinggian pada patok pengikat sumbu di kanan dan kiri rute

pekerjaan dimulai

pekerjaan galian dengan

untuk menentukan dengan teliti profil tanah. Pekerjaan

i ni

dapat

dilaksanakan

di

lapangan memakai sebuah alat sipat datar, rambu sipat datar dan pita ukur tanah. a. Metode potongan melintang rata-rata

sesuai rencana. Setelah

lokasi dimana perubahan lereng terjadi

stake dan

out

selesai,

timbunan

mengolah

data

dapat yang

Luas potongan melintang A1 dan A2 pada kedua

ujung

menganggap

diukur bahwa

dan perubahan

dengan luas

potongan melintang antara kedua ujung itu

415

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

⎛ L + L2 ⎞ V = A0 ⎜ 1 ⎟ ⎝ 2 ⎠

sebanding dengan jaraknya, luas A1 dan A2 tersebut dirata -rata. Akhirnya volume tanah dapat diperoleh dengan mengalikan luas rata -rata tersebut dengan jarak L dengan kedua ujung. ⎛ A + A2 ⎞ V = ⎜ 1 ⎟L 2 ⎝ ⎠

Keterangan : V

= Volume

A1

= Luas penampang kesatu

A2

= Luas penampang kedua

L

= Panjang dari luas tampang ke satu ke luas tampang dua

Gambar 397. Volume cara jarak rata-rata

Pada daerah datar di mana perubahan profil-profil

melintang

dan

memanjang

biasanya kecil sekali, harga jarak rata -rata adalah titik pengukuran (L).

⎛ L1 + L 2 ⎞ V = A⎜ ⎟ = AL ⎝ 2 ⎠ c. Volume prisma dan piramid kotak Rumus volume prisma yaitu: Gambar 396. Volume cara potongan melintang

V =

rata-rata

b. Metode jarak rata-rata Jarak L1 dan L2 sebelum dan sesudah potongan

A1 dan A2 di rata - rata dan untuk

menghitung volume tanahnya, har ga ratarata ini dikalikan dengan luas potongan lintang Ao.

h ( A1 + 4 Am + A2 ) 6

Di mana: h

= tinggi prisma

A1 = luas bidang atas prisma A2 = luas bidang bawah prisma Am = luas bidang yang melalui tengahtengah tinggi h

416

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

Gambar 398. Volume cara prisma

Rumus volume piramid kotak yaitu:

V =

(

h A1 + A1 A2 + A2 3

)

Gambar 400. Volume cara dasar sama bujur sangkar

Cara dasar ketinggian sama areal segitiga: V = A/3( h1 + 2S h2 + 3S h3 + 4S h4 + 5S h5 + 6S h 6 + 7S h 7 + 8S h 8) .

Dimana : h1 = ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume. Gambar 399. Volume cara piramida kotak

d. Cara ketinggian sama

Pelaksanaan hitungan menggunakan cara sama dengan cara bujur sangkar.

Cara dasar ketinggian sama areal bujur sangkar . V = A/4( h1 + 2 S h2 + 3 S h 3 + 4 S h4) Dimana : h1 = ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume

Gambar 401. Volume cara dasar sama– segitiga

417

14 Perhitungan Galian dan Timbunan

e. Cara Garis Kontur

V = h/3{ Ao + An + 2S Ar + S( Ar-1Ar)1/2 r pada 2SAr berselang ; 1 Polyline. 3. Pada perintah "Specify start point", tempatkan pointer pada titik awal salah satu sisi jalan arteri, klik tombol OK pointer. 4. Selanjutnya pindahkan ke titik 2, 3, dan seterusnya, klik OK pada setiap titik. Setelah langkah-langkah di atas, di layar akan tergambar ruas jalan yang baru saja didigitasi (jalan arteri sisi kanan jalan). Oleh karena kedua sisi jalan paralel, untuk sisi lainnya dapat di-offset dari sisi yang baru digambar.

3.

Pilih objek garis jalan pada saat muncul "Select object to offset".

4. Pada prompt "Specify through point", tempatkan pointer digitizer tepat pada sisi kid jalan, lalu klik OK. 5. Tepat di posisi tersebut mestinya akan tergambar sisi kiri jalan yang paralel dengan sisi kanannya. Untuk mengakhiri perintah offset, tekanlah Enter. Dua sisi jalan telah tergambar. Sekarang akan kita coba untuk menggambar ruas jalan lokal yang menyambung ke jalan arteri tersebut. Caranya:

462

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

1.

Aktifkan layer "Jalan_Lokal".

file peta hasil scanner maka akan

2.

Klik menu Draw > Polyline.

muncul di layar di CAD itu sendiri

3. Pada prompt "Specify start point", untuk

4.

-

Namun harus jadi catatan bahwa peta

menyambung tepat ke ruas jalan arteri,

hasil

gunakan osnap "nearest".

sesuai

Teruskan digitasi jalan lokal tersebut

mengetik

dengan

langkah sebagai berikut:

menelusurinya.

Sisi

jalan

sebelahnya boleh di-offset. 15.4.4.9

Penjiplakan

scanner

itu

ukuran

harus

asli

perintah

diskalakan

dipeta, dengan

dengan langkah-

1. Command ; Sc

digitasi

dengan

2. Select obyek : Peta hasil scanner

autocad

3. Select obyek ; spesify base point 4. Spesify scale factor or (Reference) ; R

Untuk lebih memahami perangkat ini dari

5. Spesify reference length (1)

dasar printah-perintah yang sering dipakai

6. Spesify new length

dalam digitasi peta diantaranya: Line/Polyline, extension atau perpanjangan garis

atau

move,distant

obyek,

Hatch,

layer,

copy,

dan lainnya yang sering

dipakai dalam digitasi peta. Namun tidak semua perintah yang ada dalam menu Gambar Asli

toolbar sering dipakai dalam digitasi ini.

Diperbesar 1.5 X

Diperkecil 0.5 X

Memulai dengan AutoCAD -

Untuk mengoperasikan perangkat lunak CAD untuk pertama kalinya buka file dan pilihlah perintah New

-

Gambar 432. Perbesaran dan perkecilan

-

Maka penjiplakan digitasi dapat dimulai dengan perintah langkah-langkah:

Karena dalam digitasi peta merupakan

1. Command : Pl (polyline)

kegiatan

2. Spesify start point :

menjiplak

peta

atau

memperbarui peta yang ada dengan penambahan-penambahan obyek yang

Current line – width is 0.000 3. Spesify

next

point

ada. Dengan terlebih dahulu peta yang

(Arc/Halfwidth/length/

ada discanner maka peta dapat dibuka

klik di obyek yang akan di digitasi

dalam aplikasi CAD dengan mengklik perintah toolbar yang ada dibagian atas yaitu perintah Insert selanjutnya klik perintah Raster Image selanjut browser

or

undo/Width):

4. Spesify next point or (Arc/Halfwidth/length/ undo/Width) : digitasi dapat dimulai

463

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Contoh aplikasi dari perintah- perintah di

harus

atas

legenda dipeta itu, misal :

Misalkan kita mempunyai peta yang akan

Jalan Arteri

didigitasi dengan ukuran kertas/gambar A4,

Jalan kolektor : Magenta

maka hal yang pertama kali kita harus

Langkah-langkah perintah layer:

mengetahui ukuran kertas A4 itu sendiri

-

menentukan

Layer/tema

tiap-tiap

: Red

Klik perintah “format” yang terdapat di

yang tak lain 21x29.7 cm, setelah disanner

toolbar bagian atas ; Klik perintah layer

pertama kali turuti contoh langkah-langkah

maka akan

yang dijelaskan diatas

warna apa yang akan kita pakai dalam

muncul

perintah-perintah

digitasi tersebut

Untuk selanjutnya langkah kedua 1. Command ; Sc

Secara garis besar langkah-langkah diatas

2. Select obyek : Peta hasil scanner

mewakili

3. Select obyek ; spesify base point

untuk sebagai pengetahuan, untuk lebih

4. Spesify scale factor or (Reference) ; R

mendalaminya

5. Spesify reference length (1) ; contoh

referensi-referensi

23546

pelaksanaan

kita

pemetaan

Digital

dapat

membaca

mengenai

pemetaan

digital.

6. Spesify new length ; ukuran A4 yang diwakili cukup oleh salah satu panjang

15.5 Pencetakan peta dengan kaidah Kartografi

kertas itu, misal 21 Langkah

selanjutnya langkah penggambaran

1. Command : Pl (polyline)

15.5.1 Sekilas kartografi

2. Spesify start point :

Dalam pembuatan peta (Pemetaan Digital),

Current line – width is 0.000 3. Spesify

next

(Arc/Halfwidth/length/

dikenal

point

or

undo/Width):

klik di obyek yang akan di digitasi 4. Spesify

next

point

“mengaturnya” Kartogarfi.

ilmu yang

Selain

dan

seni

disebut unsur

ilmu

yang

sebagai yang

menyangkut hal-hal yang matematis, unsur or

(Arc/Halfwidth/length/undo/Width)

adanya

:

seni juga ikut memegang peran, agar selain formatif, peta juga nampak Indah

digitasi dapat dimulai. Sebagai wawasan dasar, berikut bebarapa Mengorganisasi Layer Agar

dalam

penjiplakan

hal pokok tentang tata aturan kartografi peta

tidak

mengalami kesulitan untuk pertama kali kita

serta

beberapa

diperhatikan.

istilah

yang

perlu

464

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

1. Muka peta dan Informasi tepi

menggunakan sistem koordinat tertentu.

Satu lembar peta terdiri atas muka peta

Di Indonesia, sistem proyeksi peta yang

dan informasi tepi. Muka peta adalah

pernah

area, pada umumnya persegi, yang

Lambert

Connical

memuat

misalnya

pada

detail

peta,

sedangkan

digunakan

adalah

LCO

(

Orthomorphic)

peta-peta

zaman

informasi tepi adalah segala bentuk

penjajahan Belanda, UTM (Universal

informasi yang ditampilkan di luar muka

Transverse Mercator) misalnya peta

peta

Topografi/ Peta Dasar Nasional skala

Informasi tepi lazimnya terdiri atas judul peta, lokasi daerah pemetaan, nomor lembar peta, skala peta, petunjuk arah utara peta, indeks lembar, legenda, keterangan dan catatan, serta koordinat

Bakosurtanal

Koordinasi

Survei

Nasional),

dan

dan TM3

(Badan Pemetaan

(Transverse

Mercator 3º) yakni pada peta-peta skala besar dari BPN (Badan Pertahanan

4. Penyajian Detail

2. Skala Peta Informasi skala peta dapat ditampilkan secara numeris (angka perbandingan jarak di peta dengan jarak dilapangan) dan atau dalam bentuk skala grafis, yakni skala yang digambarkan dengan penggalan garis dan

nilai

panjang

sebenarnya di lapangan. Skala numeris mudah

dibaca

(tanpa

harus

mengukur) namun jika peta diperkecil atau diperbesar ( misalnya dengan fotocopy), informasi skalanya menjadi tidak

dan

Nasional).

peta.

lebih

kecil

benar.

Hal

tersebut

berbeda

dengan skala grafis, yang informasinya tetap benar saat peta diperkecil maupun

Penyajian detail merupakan hal penting yang menyangkut teknik dan seni menyampaikan informasi, selain tentu saja harus memperhatikan akurasinya. Sajian detail yang banyak tidak selalu berkonotasi baik, karena peta akan nampak informatif.

terlalu Pada

dan

peta

tidak digital,

pengelolaan informasi ini dapat dikelola lebih baik, karena setiap kelompok informasi dapat disimpan pada layer berbeda dan secara instan dapat di atur

informasi

mana

yang

harus

ditampilkan dan mana yang harus “disembunyikan”.

diperbesar.

padat

Dalam

teknik

penyajian, ini dikenal beberapa kaidah 3. Proyeksi Peta dan Sistem Koordinat Sistem koordinat yang digunakan dapat berupa

koordinat

lokal

atau

berikut ini.

465

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

a. Generalisai Generalisai

adalah

b. Penonjolan Detail (Emphasizing) pemilihan

dan

Detail

tertentu

seringkali

perlu

penyederhanaan bentuk detail sesuai

ditonjolkan

dengan skala peta. Detail yang terlalu

misalnya pada peta parawisata, jalan

kecil untuk ditampilkan dibuang dan

cenderung ditampilkan lebih besar/lebar

bentuk

rumit

dari skala yang sebenarnya, demikian

Kelokan-kelokan

pula bangunan-bangunan parawisata

yang

disederhanakan.

terlalu

sungai atau jalan yang bisa ditampilkan pada peta skala 1: 5.000 misalnya, akan menjadi terlalu rumit untuk ditampilkan pada peta skala 1:25.000, jika tidak dilakukan generalisasi.

agar

lebih

informatif,

akan digambarkan lebih besar. c. Eksagerasi Eksagerasi adalah pergeseran posisi detail yang terjadi karena pengaruh generalisasi atau emphasizing.

466

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Model Alir Model Diagram Alir IlmuDiagram Ukur Tanah Pertemuan ke-15 Pemetaan Digital (Digital Mapping) Pemetaan Digital Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT Penginderaan Satelit

Foto Udara

Pengukuran Terestris

Peta Geologi, Peta Hidrologi, Peta Topografi, Peta Situasi, Peta Gempa, Peta Tata Guna Lahan, Peta Jaringan Prasarana dan Sarana

Peta-Peta Tematik

Peta-Peta Berbagai Macam Skala

Pekerjaan Teknik Sipil

Perubahan di lapangan sangat cepat (terutama di perkotaan)

Tingkat Akurasi dan Resolusi

Demand : Sistem Pemetaan yang cepat, tepat, murah dan mudah untuk revisi

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berbasis komputer

Perkembangan Software CAD (Computer Aided Design)

Pemetaan Digital

Proses Konversi (Digitalisasi)

Peta Analog

Hardware

Software

Peta Digital

Brainware

Manpower

467

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Model Diagram Alir Model Ilmu UkurDiagram Tanah Pertemuan Alir ke-15 (Lanjutan) Pemetaan Digital (Digital Mapping) Pemetaan Digital Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT Keyboard Digitizer

Input System

Scanner

Numerical Processor Processing System Random Acces Memory

Hardware

Hard Disk Compact Disk

Storage System

Flash Disk

Softcopy Hardcopy

Output System

Screen Features

Otomatisasi Peta Pemetaan Digital Skala peta tidak berperan

Absolute Coordinate Input

Relative Coordinate Input

CAD Software

Software

Polar Coordinate Input

Programmer

Computer Engineer Brainware

System Analyst Geodetic Engineer

Data Input Operator Manpower Data Output Operator

Gambar 433. Model digram alir pemetaan digital

468

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Rangkuman Berdasarkan uraian materi bab 15 mengenai pemetaan digital (digital mapping), maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Peta adalah sarana informasi (spasial) mengenai lingkungan. Pemetaan adalah suatu proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia nyata), baik bentuk permukaan buminya maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala peta, system proyeksi peta, serta symbol-symbol dari unsur muka bumi yang disajikan. 2. Pemetaan digital adalah suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam format digital yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan pembuatnya baik dalam jumlah atau skala peta yang dihasilkan. Format digital terdiri dari 2 macam, yaitu: a. Raster b. Vektor 3. Di bawah ini terdapat beberapa keunggulan dan kekurangan pemetaan digital dengan konvensional, yaitu: Pemetaan digital

Pemetaan Konvensional

Penyimpanan

Skala dan standar berbeda

Pemanggilan Kembali

Cek manual

Pemutahiran

Mahal dan memakan waktu

Analisa Overlay

Memakan waktu dan tenaga

Analisa Spasial

Rumit

Penayangan

mahal

4. Pemetaan digital terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, tenaga kerja, dan perangkat intelegensia. Terdapat beberapa tahapan dalam pemetaan digital, yaitu: a. Membangun basis geografi, - Resolusi peta dan akurasi yang tersaji pada basis lahan geografi - Tampilan untuk topografi kajian. b. Informasi sistem geologi terdiri dari batas batuan, nama batuan, sesar, kekar, dan morfologi, c. seluruh data yang dibutuhkan dimasukkan kedalam bentuk digital.

469

15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)

Soal Latihan Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Apa yang dimaksud dengan pemetaan digital ? 2. Metode PTD menggunakan variabel-variabel pembentuk tanah yang dapat diperoleh secara digital (misalnya remote sensing, digital elevation model, peta-peta tanah) untuk mengoptimasi survai tanah di lapangan. Tujuan PTD adalah : 3. Jelaskan pengertian dari Pemetaan Digital ( Digital Mapping) ! 4. Sebutkan dan jelaskan peralatan-peralatan dan bahan serta prosedur yang harus dipenuhi dalam Pemetaan Digital ! 5. Jelaskan manfaat dan kerugian (dampak) yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan sistem Pemetaan Digital (Digital Mapping) ! 6. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penggunaan perangkat lunak pada Pemetaan Digital ! 7. Jelaskan apa hubungan antara Pemetaan Digital (Digital Mapping) dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) !

469

16 Sistem Informasi Geografis

16. Sistem Informasi Geografis Geographic Information System (GIS) atau

16.1 Pengertian dasar sistem informasi geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan

Geografi berasal dari gabungan kata Geo dan graphy. Geo berarti bumi, sedangkan graphy berarti proses penulisan, sehingga geography berarti penulisan tentang bumi.

untuk

memasukkan,

memangggil

menyimpan,

kembali,

menganalisis

dan

mengolah,

menghasilkan

data

bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan

Sedang, sistem informasi adalah suatu

dalam

jaringan perangkat keras dan lunak yang

penggunaan lahan, sumber daya alam,

dapat menjalankan operasi-operasi dimulai

lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan

dari

pelayanan

perencanaan

pengumpulan

pengamatan

data,

kemudian

dan untuk

perencanaan

dan

umum

pengelolaan

lainnya.

Dengan

menggunakan CAD

menyimpan dan analisis data, termasuk penggunaan informasi yang diturunkan ke

Geographic Information System (GIS) atau

beberapa proses pengambilan keputusan.

Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai

Fungsi sistem informasi adalah sebagai

suatu sistem yang berorientasi operasi

sarana untuk meningkatkan kemampuan

secara manual, yang berkaitan dengan

seseorang dalam mengambil keputusan.

operasi pengumpulan, penyimpanan dan

Jadi SIG atau GIS merupakan suatu sistem

manipulasi data yang bereferensi geografi

berbasis komputer yang mampu mengaitkan

secara konvensional

data base grafis (dalam hal ini adalah peta) dengan data base atributnya yang sesuai.

16.2 Keuntungan sistem informasi geografis

Sistem Informasi Geogafis merupakan suatu kemajuan baru dari kelanjutan pengguna

x

Penanganan

Komputer grafik Auto CAD (Computer Aided

menjadi

Design).

baku

Sistem

Informasi

Geogafis

merupakan kombinasi antara CAD dengan

x

data base yang dikaitkan dengan suatu pengenal

unik

yang

identifier (ID) tertentu.

sering

dinamakan

Revisi

data

geospatial

lebih baik dalam format

dan

pemutakhiran

data

menjadi lebih mudah x

Data geospatial dan informasi lebih mudah

dicari,

direpresentasikan

dianalisis

dan

470

16 Sistem Informasi Geografis

x

Menjadi produk bernilai tambah

bidang komputer sehingga muncul CADD

x

Data geospatial dapat dipertukarkan

(Computer Aided Design and Drafting) yang

x

Produktivitas staf meningkat dan

sebagian besar ditujukan untuk pembuatan

lebih efisien

peta.

x

Penghematan waktu dan biaya

x

Keputusan

yang

akan

diambil

menjadi lebih baik Tabel 46. Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS dengan manual/pemetaan Digital

Peta

GIS

Pekerjaan Manual

Penyimpanan

Pemanggilan Kembali

Database

Skala dan

Digital dan

standar

terpadu

berbeda

Pencarian

Cek

dengan

manual

Gambar 434. Contoh:

penggunaan

komputer

dalam pembuatan peta

Komputer Pemutahiran

Sistematis

Mahal dan memakan waktu

Analisa

Sangat

Memakan

Overlay

cepat

waktu dan tenaga

Analisa

Mudah

Rumit

Murah dan

mahal

Spasial Penayangan

cepat Yang Melatar belakangi berkembangnya penggunaan SIG, diawali oleh kelompok survei dan pemetaan, ilmu komputer dan geografi kuantitatif. Dan lebih berkembang lagi dengan didukungnya perkembangan di

Gambar 435. Contoh: penggunaan komputer dalam pembuatan peta

471

16 Sistem Informasi Geografis

Kemudian menyusul berkembang CAM/FAM

Sumber-sumber data geospatial adalah peta

(Computer

Aided

digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik

Automatic

Mapping)

Mapping/Facilitate yang

mulai

dapat

dan dokumen lain yang berhubungan.

dimanfaatkan untuk keperluan manajemen utilitas selain pembuatan peta.

Gambar 436. Komputer sebagai fasilitas pembuat peta

- Alasan pengunaan SIG. - Penanganan data geospatial sangat buruk - Peta dan statistik sangat cepat kadaluwarsa - Data dan informasi sering tidak akurat - Tidak ada pelayanan penyediaan data

Gambar 438. Contoh: Peta udara daerah propinsi aceh

- Tidak ada pertukaran data Data geospatial dibedakan menjadi data grafis (atau disebut juga data geometris) dan data atribut (data tematik), lihat Gambar Data grafis mempunyai tiga elemen : Titik (node) bila padanya berawal atau berakhir suatu garis, atau padanya bertemu/ berpotongan beberapa garis Gambar 437. Foto udara suatu kawasan

472

16 Sistem Informasi Geografis

Garis (arc) bila dua titik saling dihubungkan

(updating) yang efisien, menganalisis hasil

membentuk

yang dikeluarkan untuk kegunaan yang

objek

linear.

Setiap

garis

mempunyai awal node dan akhir node,dan luasan (poligon) bila suatu garis tertutup yang berawal dan berakhir pada node yang sama, dalam bentuk vector ataupun raster

diinginkan dan merencanakan aplikasi. Beberapa contoh pembaruan peta di daerah Nangroe

Aceh

Darussalam

sebelum

bencana Tsunami

yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.

Gambar 439.

Data grafis mempunyai tiga elemen: titik (node), garis (arc) dan luasan (poligon)

Gambar 440. Peta pemuktahiran pasca bencana tsunami

Disamping SIG mempunyai keunggulan di lain pihak SIG juga mempunyai kelemahan

Fungsi pengguna adalah untuk memilih

atau

informasi

yang

membuat

kesalahan dalam SIG/Error Propagation), ini

standar,

membuat

pemutakhiran

disebabkan orang biasanya menganggap

diperlukan, jadwal

kesalahan-kesalahan (Akumulasi

473

16 Sistem Informasi Geografis

data digital berkualitas lebih tinggi dari pada

-

Umur data

data konvensional atau data yang terdapat

-

Cakupan area

dalam rekaman analog. Hal ini disebabkan.

-

Komponen pengamatan

-

Kerelevanan

-

Format

-

Assesibilitas

-

Pengambilan data

-

Pra-pengolahan

-

Pengolahan spesifik

-

Analisis data

-

Aplikasi/modeling

-

Penyajian

-

Biaya

-

Pengambilan keputusan, dan

-

Pelaksanaan akhir dilapangan

-

Pemakai

berpandangan

bahwa

jika

menggunakan teknologi yang sudah berkembang maka kualitas data juga berkembang; -

Data dijital mempunyai kisaran produk yang jauh lebih besar dibandingkan data analog;

Bila

kita

tidak

terlalu

peduli

tentang

keakuratan data spasial (biasanya pada skala kecil), biasanya akan menyebabkan: -

Pemilihan lokasi yang salah

-

Identifikasi pola yang salah

Sumber-sumber

-

Turunan data yang salah

semuanya dapat dengan mudah diperbaiki,

-

Kegagalan

mendapatkan

hubungan

yang sebenarnya -

Diperoleh

kesalahan disebabkan;

keputusan

yang

kesalahan

dalam

SIG

proses

ini

ini

tidak

biasanya

digitasi,

proses

tidak

tumpang tindih, proses konversi vektor ke

memuaskan dan menghabiskan biaya

raster atau sebaliknya, derajat kedetilan

yang besar

pengukuran (mungkin tidak akurat) yang dilakukan

pada

kenampakan

spasial

Kesalahan- kesalahan dalam SIG (Error

sebenarnya,

Propagation), sumber kesalahan dalam SIG

(dispersi) kesalahan posisi dari unsur-unsur

dijumpai pada setiap tahap (akumulasi

data posisi, diduga dari standar deviasi

kesalahan) kesahan dapat dibagi dalam tiga

misalnya

aspek

menunjukan

diantaranya,

kesalahan

umum,

kesalahan variasi alami atau pengukuran awal,

kesalahan

menyebabkan

peluang

pengolahan. total

standar

kepenyebaran

deviasi

sempitnya

rendah

penyebaran

kesalahan posisi (presisi tinggi).

Ini

kesalahan

akhirnya menjadi makin besar, sumber kesalahan umum diantaranya:

mengacu

Kesalahan

dari

variasi

pengukuran awal : -

Keakuratan posisi

-

Keakuratan isi

alami

atau

474

16 Sistem Informasi Geografis

-

Variasi sumber data

Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat

keras

(hardware),

perangkat



Pemasukan data

lunak



Pengamatan bias

penyusunan pemasukkan data, pengolahan,



Variasi alami

analisis,

Kesalahan yang muncul karena pengolahan

(software)

dan

pemodelan

prosedur

untuk

(modelling),

dan

penayangan data geospatial 1. Komponen perangkat keras

-

Kesalahan numerik ala komputer

-

Kesalahan karena analisis topologi

Komponen dasar perangkat keras SIG

-

Persoalan klasifikasi dan generalisasi;

dapat

metodologi,

fungsinya antara lain:

definisi

kelas

interval,

dikelompokan

sesuai

dengan

interpolasi a. Peralatan pemasukan data, misalnya

16.3 Komponen utama SIG

papan

digitasi

(digitizer),

Penyiam

(scanner), keyboard, disket dan lain-lain. Komponen

utama

SIG

adalah

sistem

komputer, data geospatial dan pengguna

b. Peralatan penyimpanan dan pengolahan data,

perlengkapannya papan

Harware dan Sofware untuk pemasukan, penyimpanan, pengolahan, analisa, tampilan data, dsb

yaitu

ketik

komputer seperti

(keyboard),

:

dan monitor,

unit

pusat

pengolahan (CPU / central processing unit), cakram keras (hard-disk), floppy disk,dan c. Peralatan untuk mencetak hasil seperti printer dan plotter

Peta, foto udara, citra satelit, data statistik dll.

Desain standar, pemutahiran updating analisis dan penerapan

Gambar 441. akomponen utama SIG

Gambar 442. Perangkat keras

475

16 Sistem Informasi Geografis

Gambar 443. Perangkat keras keyboard

Gambar 446. Perangkat keras monitor

Gambar 447. Perangkat keras mouse

2. Komponen perangkat lunak Komponen perangkat lunak yang sudah tersedia di pasaran sangat bervariasi, oleh karena itu perangkat lunak yang tepat dari suatu SIG sukar ditentukan. Memilih suatu perangkat lunak akan sangat ditentukan Gambar 444. Perangkat keras CPU

oleh banyak faktor. Namun secara umum SIG mempunyai komponen fungsi seperti yang dijelaskan di atas, perlu dibedakan dari SIG, sistem informasi lain yang berorientasi grafis seperti CAD (Computer Aided Design) yang umumnya tidak mempunyai komponen

Gambar 445. Perangkat keras Scanner

analisis

(terutama

topologi),

(Cowen,

1990;Newell dan Theriault, 1990), walaupun sistem seperti ini berangsur-angsur berubah dengan

ditambahi

perangkat

analisis

476

16 Sistem Informasi Geografis

tersebut sehingga mengarah kebentuk SIG.

cukup

Komponen piranti lunak baik dari sisi macam

perangkat keras dan lunak.

dan kemampuannya sering berbeda satu sama lain, tergantung selera masing-masing pembuatnya, pengguna

yang

harus

terpenting

bagi

memilih

sesuai

dapat

dengan kebutuhan. Hal ini akan ditentukan oleh bentuk data dan sumbernya serta kemampuan

analisis

yang

diinginkan.

Bentuk dan sumber data perlu mendapat perhatian yang serius, karena biaya dalam SIG

sering

didominasi

oleh

proses

pemasukan data. a.

Bentuk kegiatan persiapan

mencakup

dua unsur utama (a). Konversi data kedalam format yang diminta perangkat lunak, baik dari data analog maupun dari data digital lain, dan (b) Identifikasi dan spesifikasi lokasi obyek Tahap

dalam data

ini

bertujuan

mengkonversi data dari bentuk yang ada menjadi

bentuk

yang

dapat

dipakai

dari

pada

pengadaan

Untuk menyusun suatu basis data awal yang lengkap akan dibutuhkan waktu yang lama, terutama didaerah yang luas dan masalahnya sangat kompleks akan membutuhkan waktu beberapa bulan hingga kemungkinan beberapa tahun. Tingkat kekomplekskan permasalahan akan

sangat

mempengaruhi

jumlah

waktu yang diperlukan, oleh karena itu bila waktu yang tersedia relatif singkat maka

Persiapan dan Pemasukan Data

sumber.

besar

tujuan

SIG

harus

di

buat

sederhana. Hal yang penting mendapat perhatian bermanfaat

bahwa secara

agar

SIG

dapat

langsung,

sesuai

produk yang di rancang maka suatu proyek SIG harus menyediakan biaya mulai

dari

persiapan

awal

untuk

pengumpulan data hingga proses akhir untuk

dapat

berbentuk

menghasilkan

tampilan

informasi

produk sesuai

yang di inginkan.

dalam SIG. Namun pemasukan data

Dengan berbagai alasan yang di uraikan

sering merupakan masalah yang khusus

diatas, metode pemasukan data dan

dan

kualitas

kadang-kadang

merupakan

data

baku

sebaiknya

penghalang utama dalam penerapan

dipertimbangkan secara hati-hati sejak

suatu SIG. Dengan alasan-alasan seperti

awal.

mahalnya pembelian perangkat keras

sebaiknya dievaluasi beberapa hal yang

dan lunak, tetapi dalam kenyataannya

berkaitan dengan data tersebut, seperti

sering terjadi bahwa pembentukan basis

pengolahan yang akan dilakukan, tingkat

data (database) memerlukan biaya yang

keakuratan, dan bentuk keluaran data

Sebelum

data

dimasukan

yang diinginkan. Hal diatas menunjukan

477

16 Sistem Informasi Geografis

betapa

pentingnya

membangun

dan

kepercayaan pemakai dan manfaat dari

sistem keamanan data. Dalam hal ini

Manajemen,

Penyimpanan

prosedur

dan

berbeda.

termasuk fungsi untuk menyimpan data

beberapa

penghilangan

dan

pemanggilan kembali data. Metode yang melaksanakan

fungsi-

fungsi ini mempengaruhi efisiensi sistem pengoperasian semua fungsi. Ada

beberapa variasi

dibedakan

sistem manajemen data. c.

Manipulasi dan Analisis Data Fungsi

manipulasi

dan

grafis yang menentukan informasi yang dapat dibangkitkan dari SIG. Hal yang harus diantisipasi adalah bahwa SIG

metode

yang

tidak

hanya

akan

mengotomatiskan

aktivitas

kebentuk yang dapat dibaca komputer.

merubah cara kerja organisasi.

Cara data distrukturkan dan di-file-kan berkaitan satu sama lain (organisasi

tempat

data),

demikian

dimana

data

kecepatan

operasi

seperti

bentuk

penyimpanannya.

juga

kendala

digali,

dengan

penarikan dan Jika

analisis

merupakan ciri utama sistem pemetaan

dipakai untuk mengorganisasikan data

bank

antara

identifikasi dan evaluasi prosedur setiap

spasial dan atribut. Fungsi-fungsi yang umum terdapat disini adalah pemasukan,

Perlu

jangka panjang dan sebaiknya dilakukan

teknik

memperbaiki dan memperbaharui data

untuk

harus

pemakai jangka pendek dan pemakai

dan menggali data. Penyimpanan data ini

perbaikan,

data

yang berbeda akan dibuat jalur yang

Komponen manajemen data dalam SIG

mencakup

penyelamatan

dibuat spesifik sehingga untuk pemakai

Pemanggilan Data

dipakai

penggunaannya,

Manajemen data dapat dikaitkan dengan

kualitas data.

juga

susah

hingga dikatakan sebagai mudah rusak.

upaya tambahan dalam meningkatkan

b.

buruk,

data, media

pelaksanaan

penyimpanan dan pemanggilan berjalan baik maka pemakai biasanya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.Namun sebaliknya bila pemakain mengalami kendala maka sistem dianggap lambat

Metode

tertentu,

tetapi

pengambilan

juga

akan

keputusan

kemudian dapat berubah dari pemilihan alternatif terbaik dengan mencari dan mengevaluasi perbaikan yang diusulkan. Untuk

mengantisifasi

cara-cara

data

dalam SIG dapat di analisis, diperlukan pemahaman mengenai pemakai yang terlibat, karena hal ini akan menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan, demikian juga tingkat penampilan produk yang mereka kehendaki .

478

16 Sistem Informasi Geografis

d. Pembuatan Produk SIG Bentuk

produk

suatu

baik

dalam

bervariasi keakuratan,

SIG hal

dan

pemakainya.

dapat kualitas,

kemudahan

Tetapi

produk

yang

dihasilkan SIG sering dianggap kurang memenuhi

syarat

kualitas

secara

kartografi, hal ini disebabkan karena kemampuan SIG tidak diarahkan untuk menghasilkan kenampakan produk yang menyamai hasil pekerjaan perangkat lunak

khusus

kartografi.

Untuk

meningkatkan kualitas produk secara

Gambar 448. Peta

arahan

komoditas

pengembangan

pertanian

kabupaten

Ketapang, Kalimantan Barat

kartografis, dapat dirancang agar hasil SIG dapat dikonsversi ke perangkat lunak kartografi, yang sudah mempunyai kemampuan tinggi untuk menghasilkan produk

yang

lebih

menitik

bertakan

pertimbangan kartografi. 16.4.1 Sumber data dan Alat pemasukan Data Sistem informasi geografi berkaitan erat dengan data dan informasi yang bereferensi geografis. Data dan informasi tersebut umumnya diperoleh dari berbagai sumber antara lain : peta-peta yang telah ada, foto udara, citra satelit, citra radar, atau mungkin hasil pengukuran lapang bahkan suatu bank-data atau SIG yang telah ada. Beberapa

peta

yang

sering

digunakan

dalam pemasukan data SIG, misal:

Gambar 449. Peta citra radar Tanjung Perak, Surabaya

479

16 Sistem Informasi Geografis

Gambar 452. NK10 Set holder dan prisma canister Gambar 450. Peta hasil foto udara daerah Nangroe Aceh Darussalam pasca Tsunami

16.4 Peralatan, bahan dan prosedur pembangunan SIG

Contoh alat-alat yang biasa digunakan dalam SIG diantaranya:

Gambar 453. NK12 Set holder dan prisma

Gambar 451. NPS360 for robotic total station

Gambar 454. NK19 set

480

16 Sistem Informasi Geografis

Alat-alat Global Prosescing System yang biasa dipakai diantaranya :

Gambar 458. GPS type NK 12 croth single prism holder offset : 0 mm

Gambar 455. GPS type NL 10

Gambar 459. GPS type CPH 1 A leica single prism holder offset : 0 mm

Gambar 456. GPS type NL 14 fixed adapter

Struktur data yang telah ada dalam suatu SIG perlu mendapat perhatian, terutama pada saat akan menggabungkan data baru yang berasal dari sumber lain. Perbedaan format data antara yang sudah ada dalam komputer dengan yang akan dimasukan akan

menjadi

masalah.

Untuk

mempersamakan format data diperlukan kesepakatan, atau koordinasikan. Walaupun Gambar 457. GPS type NJ 10 with optical plummet

memberikan

berbagai

piranti

pilihan-pilihan

lunak

telah

format

atau

bentuk transformasinya yang cukup baik.

481

16 Sistem Informasi Geografis

Produsen

data

yang

bersifat

umum

diperlukan mempunyai format umum yang dapat diterima piranti lunak secara luas, karena jika tidak hal ini akan menjadi masalah yang cukup serius. Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang baik secara regional, nasional maupun internasional untuk memungkinkan lalu-lintas informasi dapat berjalan sangat cepat. Dalam hal ini persoalan tidak lagi ditekankan pada proses penyediaan produksi daja tetapi sudah lebih

Gambar 460. Peta digitasi kota Bandung tentang perkiraan daerah rawan banjir

mengarah ke pengelolaan informasi secara efisien dan efektif. Alat pemasukan data tambahan yang sudah merupakan bagian suatu SIG adalah papan pendigitasi atau digitizer dan alat penyiam atau scanner. Pemasukan data dengan digitizer biasanya menghasilkan data yang berbentuk vektor (polygon). Peta garis pada media

kertas

yang

dikenal

secara

konvensional biasanya dialihkan menjadi digital

atau

sedangkan

digitasi scanner

menggunakan

alat

menghasilkan

data

Gambar 461.

Peta hasil analisa SPM (suspended particular matter)

yang berbentuk raster. Berikut beberapa contoh hasil digitasi peta yang terlebih dahulu discanner.

Gambar 462. Peta prakiraan awal musim kemarau tahun 2007 di daerah Jawa

482

16 Sistem Informasi Geografis

16.4.2 Pemasukan data spasial

kelompok koordinat X dan Y (atau Z). pemasukan data dari foto udara dengan alat

Metode untuk memasukan data dalam suatu

seperti stereo plotter menjadi peta digital,

SIG sangat beragam, hal ini tergantung dari

pada dasarnya mirip dengan cara ini kecuali

banyak faktor seperti sumber data, format

perekaman unsur elevasi (dimensi ketiga)

data yang akan dimasukan, ketersediaan

dimana koordinat Z diperlukan.

sarana keras pemasukan data, ragam cara Ukuran digitizer yang tersedia dipasaran

memasukan data spasial :

beragam, mulai dari meja yang berukuran 1. Dengan digitasi manual atau semimanual

kecil (27x27 cm) hingga berukuran besar (1x1.5 m). beberapa model digitizer tersebut

2. Dengan key-board (prosedur koordinat geometri)

juga mendukung pendigitasian bahan film gambar atau material yang transparan.

3. Dengan digitasi fotogrametrik Resolusi atau keakuratan koordinat yang

4. Dengan scanner

akan terekam oleh digitizer beragam, dan

5. Dengan digitasi melalui layar

ditentukan

6. Dengan konversi data digital lain

oleh

spesifikasi

teknis

kemampuan alat masing-masing. Secara

7. Dengan pengetikan (key-entry) 8. Dengan bantuan satelit posisi global

umum, meja yang ukuran besar akan mempunyai resolusi yang tinggi sekitar

(GPS-Global Positioning System)

0.025 mm, dan keakuratan absolutnya, Untuk lebih memahami cara memasukan

secara umum 3 kali dari resolusi baku.

data spasial untuk lebih menguntungkan

Kualitas

akan

stabilits, perulangan perekaman kelurusan-

sedikit

dijelaskan

secara

garis

meja

digitizer

ditentukan

oleh

besarnya:

kelengkungan garis, resolusi dan akurasi.

1.

Dengan digitasi manual atau semi-

Pertimbangan lain adalah orientasi kursor,

manual atau semi otomatik

suhu,

kelembaban,

drift,

dan

kalibrsi

elektronik (Cameron, 1982 dalam Marble, et Metode yang paling umum dipakai untuk

al, 1984),

mengkonversi peta cetak ke bentuk digital adalah digitasi.

dengan Dengan

menggunakan memakai

papan

Proses

papan

beberapa tahap yaitu:

pendigitasi, semua kenampakan obyek yang akan dimasukan harus direkam satu persatu atau bahkan titik pertitik sebagai suatu

pendigitasian

a. Penyiapan didigitasi

peta

peta-peta

terdiri

yang

dari

akan

483

16 Sistem Informasi Geografis

b. Perekam

koordinat-koordinat

peta

3.

Pemasukan

( digitasi aktual) c.

Pengeditan

dan

perbaikan

data

peta basis-data, dan

dengan data spasial. data

dengan

prosedur

lain.

Disini

kenampakan

geometri dalam peta merupakan kunci pemasukan data kekomputer. Algoritma matematik

dipakai

ini

membutuhkan

tenaga

kerja

banyak, seperti halnya dijitsi manual. Pada

dengan

instrument

fotogrametri

seperti

stereoplotter analitik. Digitasi fotogrametrik

Prosedur koordinat geometri relatif berbeda prosedur

mendelineasi peta baru dari foto udara.

cara ini, meja pendigitasian digantilkan

Koordinat Gometri

dari

digitasi

Teknik digitasi fotogrametrik dipakai untuk

Teknik

d. Pemasukan data atribut yang sesuai

Pemasukan

dengan

Fotogrametrik

sebelum penyimpanan dalam bentuk

2.

Data

untuk

menghitung

koordinat, yang selanjutnya disimpan dan dipakai untuk menghasilkan kenampakan citra dilayar. Piranti lunak yang umum dikenal untuk fungsi ini adalah COGO, suatu istilah yang merupakan singkatan untuk teknik koordinat geometri. Pendekatan ini memerlukan definisi titik asli melalui digitasi atau pemasukan nilai koordinat.

kebanyakan dipakai untuk merekam secara cepat,

seperti

planimetrik

dan

stereofoto-plotter.

kenampakan data

elevasi

Data

elevasi

digital melalui dapat

disimpan baik dalam bentuk garis kontinyu dengan interval tertentu atau bentuk titiktitik. 4.

Pemasukan data dengan alat penyiam (scanner)

Pendigitasian

secara

manual

yang

memerlukan waktu dan dana yang sangat banyak, mendorong berkembangnya digitasi secara otomatis, yaitu dengan penyiam

Arah dan jarak unsur geometri yang lain

(scanner). Cara ini menggunkan prinsip

dipetakan dengan memasukan data survei

yang sama dengan teknik laser optikal atau

lapang,

elektronik untuk “menyapu” citra atau peta

dan

dapat

menghasilkan

data

kartografi yang sangat akurat, lebih akurat

yang

ada

dan

dari teknik-teknik digitasi konvensional /

tersebut ke format digital, yang terdapat

manual.

dalam

bentuk

mengkonversi

data

gambar

raster.prosedurnya

adalah sebagai berikut garis-garis dari peta asli direkam sebagai suatu seri piksel-piksel kecil yang membentuk citra binary (ada, misalnya garis atau simbol; tidak ada,

484

16 Sistem Informasi Geografis

misalnya tidak ada garis atau simbol ; gelap

secara manual, misalnya untuk mencari

atau putih).

sungai

Proses penyiaman walaupun cepat, juga mempunyai kelemahan khususnya untuk data-data

yang

kompleks

sehingga

membutuhkan persiapan yang menyeluruh, diantaranya peta harus bersih, tidak boleh ada

obyek

yang

meragukan

.

untuk

yang

tidak

terlihat

pada

peta.

Dengan menyiam peta dan selanjutnya ditumpang-tidihkan dengan inderaja maka kenampakan

sungai

pada

peta

dapat

dilengkapi. 6. Pemasukan data dengan konversi data digital lain

keperluan tersebut sering juga peta harus

Data yang sudah terdapat dalam bentuk

digambar kembali.

digital merupakan salah satu sumber utama

Dikenal dua macam penyiam yaitu penyiam type datar (flat-bed scanner) yang terdiri dari bebarapa model antara lain type datar (flatbed), dan type yang dapat dipegang (handheld scanner), dan penyiam type tabung (drum-scanner type) terdiri atas

5. Pemasukan Data dengan digitasi layar

Pemasukan data melalui layar ini mirip dengan pendekatan pemasukan koordinat konsepnya

didasarkan

perhitungan matematis. Beberapa SIG yang ada

sekarang

mempunyai

kemampuan

digitasi layar tersebut. Prosedur kerja ini memberikan

kemudahan

hasil penyiaman. Umumnya setiap piranti lunak SIG dapat mengkonversi data tersebut minimal kedalam bentuk data baku yang dikenali

hampir

semua

piranti

lunak

7. Pemasukan data melalui papan ketik Pemasukan

Komputer (Screen-digitizing)

karena

seperti data penginderaan jauh dan data

misalnya data dalam format BMP, TIFF.

model type sheetfed salah satunya.

geometri

data digital di masa yang akan datang

yang

menguntungkan bila digunakan pada data penginderaan jauh, karena dapat dilakukan delineasi di atas layar secara langsung.

data

menggunakan

dengan

cara

papan ketik (key-board)

relative mirip dengan prosedur koordinat geometri, hanya saja dalam prosedur ini lebih ditekankan pada pemasukan data atribur (data non-garfik) dan anotasi peta. Data

ini

langsung

diterima

komputer

sebagai bagian dari SIG. data ini juga dapat dimasukan belakangan ke dalam basis data SIG

setelah

di

edit

keperluan SIG. anotasi

sesuai

dengan

peta biasanya

dimasukan dengan bentuk ketikan (key Penerapan metoda digitasi layar ini dalam

entry) dan diletakan pada citra (gambar) di

penginderaan jauh, dapat digunakan untuk

komputer melalui perintah-perintah yang

mendeteksi kenampakan obyek tertentu

bersifat

interaktif.

Perkembangan

485

16 Sistem Informasi Geografis

pemasukan data melalui papan ketik ini

-

pada periode pertengahan 1990-an sudah mulai

berkurang

semakin

khususnya

berkembangnya

dengan

Ketelitian tidak bergantung pada skala peta

-

penggunaan

Kemampuan untuk mendigitasi objekobjek di lapangan yang berukuran kecil

mouse.

yang umumnya tidak nampak pada peta, atau tidak dapat diidentifikasi

8. Pemasukan data dari GPS (Global

pada foto udara atau citra satelit

Positioning System) Pemasukan data melalui system satelit

Kelemahan

yang

global (GPS) sangat berkembang akhir-

pemasukan

data

akhir ini disebabkan makin murahnya GPS

diantaranya:

ditemukan pada

pada prosedur

dalam bentuk portable. Pemasukan data ini umumnya lebih berorientasi lokasi secara

-

Sarananya

(alat

penerima)

spesifik. Informasi yang terekam biasanya

membutuhkan ruang terbuka dan tidak

disajikan dalam bentuk koordinat lokasi dan

boleh ada penghalang untuk penerima

elevasi (ketinggian). Data GPS ini, yang

sinyal dari satelit

berbentuk titik biasanya diolah

dengan

-

Data

yang

direkam

pada

daerah

mengkonversikan data tersebut menjadi

tertutup seperti di bawah pohon (hutan)

bentuk

atau yang berbukit, akan menghasilkan

segmen

seperti

data

kontur

topografi sebelum diproses lebih lanjut dalam SIG. fungsi data GPS yang sering dipakai adalah untuk keperluan koreksi geometri data yang sudah ada dalam SIG yang

selanjutnya

dimanfaatkan

untuk

melihat hubungan data secara lengkap, misalnya

untuk

korelasi

data

analisis

tumpang-tindih perhitungan volume. GPS sebagai sarana perekam data posisi atau

lokasi

atau

pendigitasian

titik,

mempunyai beberapa keuntungan antara lain: -

Ketidak

bergantungannya

ketersediaan peta

pada

deviasi data yang besar.

486

16 Sistem Informasi Geografis

Tabel 47. Pendigitasian Konvensional dibanding pendigitasian GPS

Kendala utama pada GPS adalah ketidak mudahan

Konvensinal -

GPS

Ketelitian

-Ketelitian

tergantung skala

tidak

dalam

pemrosesannya.

Walaupun penangkapan dan pengumpulan data relatif mudah tetapi jika hasil analisis

bergantung skala

yang diinginkan berkualitas tinggi maka proses perhitungannya juga sulit, sehingga -

Cocok

untuk

-

Cocok

untuk

pengkoleksian

pengkoleksian

data secara besar-

secara selektif

dat

Kecepatan

-

pendigitasian dikontrol

yang

dibutuhkan

harus

mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada sekedar operator biasa.

besaran

-

operator

Sebagai tambahan dalam SIG ini, maka

Kecepatan

tidak

pendigitasian oleh

pengguna

ada

salahnya

penulis

dikontrol

oleh

membandingkan Digitasi secara manual

kecepatan

dan

(semi-otomatis) dengan Penyiam.

kondisi lalu-lintas

Pendigitasian -

Cocok untuk objek-

-Dapat juga digunakan

objek yang dapat

untuk objek-objek kecil

terlihat pada peta

data

melalui

proses

penyiaman telah banyak di lakukan oleh instansi di negara-negara maju, sedangkan

maupun pada peta

di

Indonesia

foto udara

penggunaan meja pendigitasian. Walaupun pemasukan

masih

dengan

lebih

dominan

penyiam

dapat

mempercepat sampai 5-10 kali, tetapi bagi -

Digitizer 2 dimensi

-Digitizer 3 dimensi

pengguna yang kebutuhan data maupun kemampuannya kecil, maka alat ini belum

-

Pendigitasian point- mode

-Pendigitasian metode

dengan penentuan

static singkat, stop-andgo

atau

pseudo

tentu

mempunyai

nilai

lebih

secara

ekonomi. Dalam keadaan tertentu agar penyiaman berjalan dengan baik serta menampilkan

kinematik

semua objek, kadang-kadang peta tersebut -

Pendigitasian stream-mode

-Pendigitasian metode

dengan penentuan

kinematik GPS

di gambar lagi (re-drafting). Kalau hal seperti

ini

penggambaran

terjadi, kembali

maka ini

proses

merupakan

salah satu kelemahan utama dalam proses pendigitasian otomatis ini. Untuk instansi yang bertujuan menghasilkan data spasial

487

16 Sistem Informasi Geografis

(peta) dalam jumlah besar, maka biaya

sederhana, dan tidak mempunyai informasi

total proses penggambaran kembali ini

ekstra seperti: simbol-simbol grafik atau

tidak akan membebani biaya total digitasi,

teks. Peta yang terdiri dari bermacam-

dalam hal ini ada 3 alasan utama, yaitu:

macam garis berwarna dan mempunyai

1. Penggambaran kembali secara manual di lakukan oleh juru gambar tingkat bawah, sehingga pembiayaannya akan rendah

karena

tidak

membutuhkan

garis

yang

pengerjaannya

banyak,

selain

juga

akan

rumit

membutuhkan memori komputer yang lebih besar. Selain itu dalam pekerjaan ini akan diperlukan proses perbesaran kelompok

keahlian khusus. 2. Pelaksanaan digitasi akan dilakukan lebih cepat jika peta telah bersih dan konsisten. Berdasarkan pengalaman, dibutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan pengeditan atau perbaikan

3. Jika peta yang akan didigitasi lebih sederhana dari informasi yang tersedia bentuk

obyek tertentu (terutama jiak ditentukan resolusi yang diperlukan) sehingga volume produksi juga akan berpengaruh dalam proses

ini.

peta

maka

Umumnya

jika

terdapat

pekerjaan dalam jumlah besar maka biaya peralatan

digitasi peta yang rumit.

dalam

jumlah

juga

mudah

diperhitungkan.

Sehingga pemanfaatan penyiam juga dapat efektif jika volume data yang dihasilkan besar.

diperlukan

Digitasi secara manual cenderung lebih

(dilakukan pemilihan data ), karena hal

mahal bila peta yang digunakan mempunyai

ini

dibandingkan

jumlah unit (polygon) sedikit dan tidak

bersamaan

dalam bentuk yang mudah di siam. Peta-

penggambaran

lebih

pengeditan

objek

efisien dilakukan

peta yang mengandung banyak informasi

dengan proses digitasi Karena sistem penyiaman bersifat otomatis, maka akan dibutuhkan staf ahli yang khusus. Hal ini disebabkan untuk perawatan alatnya yang relatif kompleks dan juga karena piranti lunaknya lebih canggih, dan

tambahan, yang memerlukan interprestasi atau yang memerlukan penyesuaian saat pengkodean,

atau

mengandung

sedikit

obyek, umumnya tidak terlalu penting untuk disiam, karena tidak efisien.

lebih banyak tahapan yang perlu diketahui.

Dengan kenyataannya bahwa kedua pilihan

Peralatan juga pada umumnya lebih mahal

pemasukan

di bandingkan meja digitizer biasa.

masih

Penyiaman dapat bekerja dengan baik jika

pemasukan data yang lain sebagai alternatif

peta-peta

sangat

yang

dipakai

sangat

bersih,

data

yang

mengandung

diperlukan.

masing-masing

masalah,

Dari

sisi

teknik

teknik

488

16 Sistem Informasi Geografis

pendigitasian dengan penyiam, diharapkan

-

Garis merupakan deretan titik yang

dapat segera ditemukan peralatan yang

sambung menyambung, berdimensi satu

semakin mampu dan harganya semakin

seperti jalan, sungai, akan tetapi sudah

murah,

mempunyai

sehingga

penyiaman

dapat

sifat

tambahan

yaitu

memberikan nilai tambah. Pada era 1990-

mempunyai arah dan ukuran panjang,

an kemunculan alat scanner yang makin

akan

murah

luasan.

dan

baik,

membuat

teknologi

pemasukan data ini semakin penting.

-

tetapi

tetap

tidak

mempunyai

Area dinyatakan dalam bentuk poligon, merupakan cara penyajian dasar yang

16.5 Jenis-jenis analisis spasial dengan SIG dan aplikasinya pada berbagai sektor pembangunan

berdimensi

dua,

sehingga

dapat

menggambarkan luas area. Kelebihan kemampuan penampilan dengan

dengan

SIG dari peta adalah dalam mendekati

bermacam-macam-macam data, akan tetapi

keadaan alam sebenarnya yang berdimensi

sesuai

tiga,

Walaupun

SIG

dengan

dapat

tujuan

bekerja

spesifikasi

dari

karena

SIG

dapat

menampilkan

penggunaan suatu SIG, maka macam data

gabungan berbagai data sedemikian rupa

yang

sehingga mirip keadaan sebenarnya yang

utama

adalah

data

berbentuk

selebaran spasial obyek pada umumnya

bersifat tiga dimensi.

yaitu peta. Sebagai cara penyajian data secara keruangan yang telah lama dikenal

16.5.1 Jenis data

dalam komunikasi grafis, peta harus dibuat

penyajian

secara

-

Titik merupakan cara penyajian yang tidak berdimensi, dan hanya menyajikan lokasi

dalam

Penyajiannya

bentuk

menitik

koordinat.

beratkan

pada

lokasi obyek, yang tidak berkait dengan ukuran panjang maupun luas dari obyek

suatu

data horizontal

berdasarkan simbol . Ada tiga cara dasar

sebagai berikut:

dalam

lapisan data vertikal dan lapisan

kartografis

penyajian data spasial , yaitu dalam bentuk

spasial

penyusunan

pemodelan yang berdasar atas

dengan dasar cara penyajian kartografi, prosedur

manajemen

-

Lapisan

data

vertikal

terdiri

dari

seperangkat

hubungan

antara

kenampakan

geografis

dengan

berdasarkan

atribut

pemisahan (tema)nya.

Berbagai

obyek

dapat

dikelompokan menjadi suatu lapisan tunggal pemakai.

sesuai

dengan Pada

kebutuhan prinsipnya

489

16 Sistem Informasi Geografis

pengelompokkan disesuaikan dengan

dan sekarang yang sangat penting. Karena

kemiripan berbagai type obyek. Contoh

data tematik ini spesifik, maka lapisan data

pengelompokkan berdasarkan temanya

ini juga merupakan lapisan yang terpisah

adalah : x

x

Jalan raya dan jalur kereta api

Sistem pelapisan data dapat disusun secara

dikombinassikan

vertikal, dimana data tersebut mempunyai

sebagai

suatu

lapisan transportasi

tingkat kepentingan atau kedetailan yang

Titik mata air, sungai, dan danau

berbeda, tetapi terdapat pada lokasi yang

dikombinasikan

sama.pembagian

sebagai

suatu

Lapisan

pemilikan

tanah

dan

penguasaaan tanah dapat si buat sebagai satu lapisan kadastral

lapisan dipisahkan berdasarkan bentuknya seperti: titik, garis, dan area atau dengan memberikan identitas yang berbeda pada satu lapisan yang sama. Pembagian tema dapat juga dilakukan berdasarkan waktu. Misalnya untuk data penggunaan lahan tahun 2000, tahun 2005 dan tahun 2007. data

bersifat

temporal

ini

dipergunakan untuk studi yang bersifat pemantauan. Untuk beberapa hal yang bersifat temporal ini relatif sulit diperoleh jika organisasi yang berwenang mempunyai administrasi

penyimpanaan

ini

data

bertingkat Pelapisan data berdasarkan waktu biasanya terdapat pada tema yang bersifat dinamik

Adakalanya data yang ada pada setiap

Lapisan

demikian

adakalanya mempermudah pengkajian yang

lapisan hidrologi x

yang

yang

kurang baik atau adanya pertimbangan tertentu. Pada saat ini peranan foto udara merupakan arsip permukaan bumi masa lalu

seperti penggunaan lahan, daya dukung wilayah, pencemaran lingkungan dan lain sebagainya. Pelapisan berdasarkan tema juga dapat dilakukan berdasarkan tingkat prioritasnya.

Pembuatan

peta

dengan

klasifikasi tingkat prioritas ini diperlukan khususnya untuk produk analisis sehingga memudahkan pengambilan keputusan

490

16 Sistem Informasi Geografis

BW BV

AZ BU

PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANDUNG

KABUPATEN PURWAKARTA

BT BS

on Cibin

g

BR

PROPINSI JAWA BARAT

BQ

U

AY BP BO BN

CIKALONG WETAN

CIPENDEY

WADUK CIRATA

BM

SKALA

REPEH RAPIH KERTA RAHARJA

BL

5

3

1 : 100000

1

0

1

3

5 Km

AX BK BJ BI

KABUPATEN SUBANG

BH CISARUA

BG

AW BF

Cim

al

a

PARONGPONG

BE

LEMBANG

NGAMPRAH

BD BC BB

KABUPATEN CIANJUR

PADALARANG

AV BA

CIMAHI UTARA

AZ AY

CIMENYAN CIMAHI TENGAH

AX

CILENGKRANG

AW

AU AV AU

CIMAHI SELATAN

BATUJAJAR

KODYA BANDUNG

AT AS

KABUPATEN SUMEDANG CILENYI

WADUK SAGULING

AR

MARGAASIH

AT AQ AP

CILILIN

CIPONGKOR

AO

RANCAEKEK

MARGAHAYU DAYEUH KOLOT

AN CICALENGKA

AM

BOJONGSOANG Cita

AL

SINDANGKERTA

Ciw id ey

AS

AK

rik

KATAPANG CIKANCUNG

Ciatrum

AJ GUNUNG HALU

AI

PAMENGPEUK

AH

AR AG

BALEENDAH CIPARAY

SOREANG

AF AE

BANUARAN ARUM SARI Ciinguk

AC

AQ AB AA

Cik

Z Y X

AP W

AM

AL

PASAR JAMBU

ng

CIWIDEY

EBUN PACET

KABUPATEN GARUT

SITU PATENGAN PANGALENGAN

KETERANGAN

KERTASARI Waduk

< 1500 mm/thn

SITU CILENCA 1

Batas

SUN DA

L

A

U

T

J

A

W

(1500 - 2000) mm/thn

Sungai

2

a. Kabupaten b. Kecamatan

(2000 - 2500) mm/thn

(2000 - 2500) mm/thn

Ibu Kota a. Kabupaten b. Kecamatan

A

(3000 - 3500) mm/thn Jalan Tol Rencana Tol Jalan Negara Jalan Pronpinsi Jalan Kabupaten Jalan Desa Jalan Kereta Api

AT

AN

aju

KABUPATEN CIANJUR

V U T S R Q P O N M L K J I H G F E D C B A

SEL

AO

PASEH

MAJALAYA

AD

DKI

(3500 - 4000) mm/thn > 4000 mm/thn

SUMBER PETA RUPA BUMI BAKUSURTANAL TAHUN 2004

JAWA TENGAH

S

A

M

U

D

R

A

H

I

N

D

I

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung

A

Kabupaten Bandung

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

Gambar 463. Peta kedalaman tanah efektif di daerah jawa barat Bandung

BW BV

AZ

BU

PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANDUNG

KABUPATEN PURWAKARTA

BT BS

bin Ci

on

g

BR

PROPINSI JAWA BARAT

BQ

AY

U

BP BO BN

CIKALON G W ETAN

CIPENDEY

W AD UK CIRA TA

BM

SKALA

REPEH RAPIH KERTA RAHARJA

BL

AX

5

3

1

1 : 100000 0

1

3

5 Km

BK BJ BI

KABUPATEN SUBANG

BH CISARUA

BG

AW BF

C

im

al

a

PARON GPON G

BE

LEMBANG

N GAMPRAH

BD BC BB

AV

KABUPATEN CIANJUR

PA DALARAN G

BA

CIMAH I UTARA

AZ CIM EN YAN

AY

CIMA HI TEN GAH

AX

CILENG KRAN G

AW

AU

AV AU

CIM AH I SELA TAN

BA TUJAJAR

KODYA BANDUNG

AT AS

KABUPATEN SUMEDANG CILENY I

W AD UK SA GULING

AR

AT

M ARGA ASIH

AQ AP

CILILIN

CIPONG KOR

AO

RA NCA EKEK

MA RGAH AYU DA YEU H KOLOT

AN CICALENGKA

AM

BOJON GSO ANG Cita

AL

rik

id

ey

SINDA NG KERTA

w

AS

Ci

AK

K ATAPANG CIK ANCU NG

C iatrum

AJ G UN UNG HALU

AI

PAM EN GPEUK

AH

AR

AG

BALEEND AH CIPARA Y

SOREANG

AF AE

BA NUA RAN

M AJALAYA

AD guk Ciin

AQ

AB AA

Cik

Z Y X

-

AM

AL

KABUPATEN GARUT

SITU PATEN GAN PA NGA LENG AN

KETERAN GAN

KER TASARI W aduk SITU CILENCA

DA

L

A

U

T

J

A

W

-

1 2

Batas

a. K abupaten b. K ecamatan

(2000 - 2500) mm/thn

(2000 - 2500) mm/thn

Ibu K ota a. K abupaten b. K ecamatan

A

(3000 - 3500) mm/thn Jalan Tol Rencana Tol Jalan Negara Jalan Pronpinsi Jalan Kabupaten Jalan Desa Jalan Kereta Api

-

DKI

S

A

M

U

D

R

A

H

I

N

D

I

(3500 - 4000) mm/thn > 4000 mm/thn

SUMBER PETA RUPA BUMI BAKU SURTAN AL TA HUN 2004

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung

-

A

K abupaten Bandung

2 3 4 5 6

53

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

Gambar 464. Peta curah hujan di daerah Jawa Barat-Bandung

-

< 1500 mm/thn (1500 - 2000) mm/thn

Sungai

JAWA TEN GA H

1

-

EB UN PA CET

SUN

-

AN

PASA R JAM BU

ng

CIW ID EY

V U T S R Q P O N M L K J I H G F E D C B A

SEL AT

-

aju

KABUPATEN CIANJUR

AP W

AO

PASEH

A RU M SA RI

AC

-

66

67

68

69

70

491

16 Sistem Informasi Geografis

-

Pemisahan data secara Horizontal perlu

administrasi

dilakukan apabila suatu peta yang

pembuatan peta pemerintahan ataupun

dibuat dianggap terlalu besar sehingga

dapat juga

harus dipecah-pecah menjadi bebrapa bagian. Proses pemecahan tersebut dilakukan

berdasarkan ukuran area

atau disebut dengan istilah “TILE“. Ukuran dan bentuk pemecahan yang dianjurkan

tergantung

keterbatasan

piranti

lunak

pada dan

khususnya

pada

pemetaan didasarkan atas pembagian manajemen

disuatu

perusahaaan

perkebunan atau kehutanan. Pemisahan data

berdasarkan

tile

dapat

meningkatkan kinerja system karena membuat proses penarikan data yang efisien :

persyaratan dari pengguna.

Gambar 465. Peta pemisahan data vertikal dipakai untuk penunjukan kawasan hutan dan perairan Indonesia

-

Secara umum batas tile ditentukan

sudah ada, yang biasanya berukuran kertas

sehingga dapat menghasilakan system

A1 (± 60 x 80 cm ), dapat dipakai sebagai

basis-data

patokan

yang

stabil

dan

meningkatkan penggunaan dan kinerja system. Pada umumnya batas-batas grid

dipakai

Adakalanya horizontal

dalam

pemecahan.

pembagian dibuat

secara

berdasarkan

Dalam beberapa sistem, pemakai harus membuat dan mengatur tile-tile sebagai cakupan

area

menggabungkan

yang

terpisah,

tile-tile

tersebut

dan untuk

492

16 Sistem Informasi Geografis

biasanya pencarian data lebih cepat jika penyusunan pemisahan sesuai dengan ciriciri umum data yang bersangkutan.

Gambar 466. Peta vegetasi Indonesia (tahun 2004)

Untuk

kasus

Indonesia,

peta

ukuran

nasional,

peta

seperti

tofografi

(peta

standar) yang menghubungkan area jika diperlukan. Pendekatan yang lebih canggih adalah

menyediakan

perangkat

lunak

khusus yang membuat dan mengatur tile secara otomatis sehingga dapat bergabung tanpa peranan operator. Manajemen otomatis ini adalah sutu operasi basis data yang menyediakan layanan dan analog

sebagai

perpustakaan

peta.

Walaupun demikian pembuatan peta yang bersifat

perpustakaan

membutuhkan pengelolaannya produksinya.

manajemen maupun

Gambar 467. Peta perubahan penutupan lahan pulau Kalimantan

otomatis

ini

khusus

baik

penyimpanan dapat melewati batas system

perangkat

dan dalam hal ini area harus dapat dibagi

Pada

beberapa

hal

ukuran

tile

untuk

sehingga dapat disimpan pada tile-tile kecil.

493

16 Sistem Informasi Geografis

Selain

karena

hambatan

volume

Kekuatan SIG terletak pada kemampuan

penyimpanan dalam praktek pendekatan ini

analisis yang bersifat memadukan data

sering

alat

spasial dan atribut sekaligus. Hal ini juga

pemasukan data seperti digitizer berukuran

yang membedakan dari sistem pemetaan

kecil (misalnya A3). Dengan dibaginya sejak

otomatis

awal

komputer piranti lunak AutoCAD. Berbagai

dipakai

maka

khususnya

pada

tahap

jika

akhir

proses

penggabungan perlu dilakukan kembali.

dan

penggambaran

dengan

orientasi pengolahan informasi pengolahan informasi spasial yang terdiri atas:

16.5.2 Berbagai fungsi analisis dalam SIG -

Pemetaan otomatis

Perkembangan teknik SIG telah mampu

-

Pemetaan tematik

menghasilkan berbagai fungsi analisis yang

-

Pemodelan tumpang-tindih

canggih. Fungsi – fungsi analisis yang

-

Statistik spasial

dimaksudkan

fungsi

-

Analisis spasial

memanfaatkan data yang telah dimasukan

-

Penambangan spasial

ke dalam SIG dan telah mendapatkan

-

Konversi

disini

adalah

-

menjadi

data

-

Integrasi basis pengetahuan dalam pencarian

fungsi tersebut antara lain: -

peta

tabulasi

berbagai manipulasi persiapan dan bukan fungsi untuk keperluan produk. Fungsi-

data

Fungsi pengolahan dan analisis data

Tidak semua SIG mempunyai fungsi-fungsi

atribut atau spasial

di atas. Adakalanya suatu piranti lunak

Fungsi integrasi analisis data spasial

mengembangkan kekuatannya di bagian

atau atribut

tertentu saja misalnya dalam analisis atau

Cara suatu fungsi SIG diimplementasikan

hanya pada disain produk, dan lain-lain.

umumnya tergantung pada beberapa faktor

Untuk

seperti model data (data raster dan data

kelompok

vektor), piranti keras, dan ketersediaan

mengelompokan

kriteria.

Kelengkapan

diantaranya:

penting

dan

memerlukan

khusus

yang

perlu

seksama.

faktor-faktor

ini

persyaratan

dievaluasi

secara

1. fungsi

menyederhanakan analisis

berbagai

ini,

Aranoff

menjadi

4

pemanggilan

/

(1993)

kelompok

klasifikasi

pengukuran data 2. fungsi tumpang tindih 3. fungsi tetangga, dan 4. fungsi jaringan atau keterkaitan

/

494

16 Sistem Informasi Geografis

untuk lebih jelasnya 4 kelompok di atas

kawasan hutan ideal, yang diolah dan

diuraikan supaya lebih jelas

selanjutnya dibandingkan

1. Fungsi pemanggilan, Klasifikasi dan

Fungsi pemanggilan data untuk pembuatan

Pengukuran Data

peta

tematik

banyak

baik

Dalam kelompok operasi ini pemakaian

penyajian

fungsi yang menggunakan data spasial dan

dimensi

data

Untuk

sederhana bentuk operasi ini sering dipakai

atribut

sebagai salah satu kekuatan dan dipakai

diidentifikasi atau dibuat terlebih dahulu,

khususnya untuk penyajian data dengan unit

sedangkan untuk data spasialnya tetap

ruang tetap atau batas spasial tetap, atau

berada pada posisi semula. Dengan kata

aplikasi untuk keperluan pemantauan tema

lain

tertentu.

atribut

di

menjalankan

buat

berbeda.

fungsinya

akibat

data

penerapan

fungsi-fungsi

dengan

dilakukan

atau

3

simbol

geometrik

dimensi.

Pada

2

SIG

tersebut ini tidak akan ada perubahan lokasi secara spasial dan tidak terbentuk ruang

baru

kecuali

yang

bersifat

penyederhanaan lokasi (tetapi lokasi asli masih ada).

Operasi

disini

memakai

data

atribut

sebagai landasan analisis utama. Salah satu

hasil

yang

jelas

adalah

untuk

Gambar 468. Peta infrastruktur di daerah Nangreo Aceh Darussalam

penyajian data tematik. 2. Operasi Pemanggilan Data

3. Kasifikasi dan Generalisasi

Operasi ini termasuk memilih, mencari,

Dalam suatu analisis peta kelas-kelas baru

memanipulasi dan menghasilkan data tanpa

dapat di buat dari kelas-kelas yang telah

perlu memodifikasi lokasi geografik obyek

ada

atau

keperluan analisis lebih lanjut. Prosedur

membuat

identitas

spasial

baru

sebelumnya

dan

untuk

telah dimasukan ke dalam bank data (basis-

anggota

data). Pembuatan peta tertentu dengan

kriteria tertentu atau sebagai klasifikasi.

tema terbatas dari peta yang telah ada

Beberapa

dalam

merupakan

sediakan dalam setiap SIG. Dalam kasus

contoh operasi ini. Misalnya melihat peta

lapisan data tunggal, klasifikasi termasuk

sebelumnya,

kelompok

bentuk

obyek

untuk

Operasi ini hanya bekerja dengan data yang

arsip

mengidentifikasi

dipakai

obyek

fungsi

menjadi

berdasarkan

klasifikasi

di

495

16 Sistem Informasi Geografis

penetapan sebagai

kelas

dalam

atribut.

setiap

Misalnya

poligon

klasifikasi

diterapkan kepenutupan lahan, dan nama kelas dapat berupa lahan hutan, daerah perkotaan,

daerah

pertanian

dan

4.

Fungsi-fungsi Pengukuran

Setiap SIG menyediakan beberapa fungsifungsi

pengukuran,

yang

dapat

dikelompokan diantaranya: -

untuk menghitung titik

-

perhitungan jarak antar obyek

Dalam fungsi ini, proses klasifikasi termasuk

-

panjang garis

melihat atribut untuk lapisan data tunggal

-

penentuan keliling dan luas poligon

dan memasukan atribut tambahan, sebagai

-

volume dan ruang

kelas nama baru. Dalam SIG raster, nilai

-

ukuran serta pola sekelompok sel

seterusnya.

yang mempunyai identitas sama.

numerik (digital) biasanya dipakai untuk menunjukan kelas-kelas. Suatu sel dapat dihubungkan dengan nilai 1 yang berarti lahan

pertanian,

nilai

kehutanan,dan

2

untuk

daerah

seterusnya.

Proses

klasifikasi disini termasuk menentukan nilainilai numerik ke sel-sel (recording) dan menulis nilai baru ini kedalam bank data baru.

Nilai-nilai

ini

selanjutnya

dapat

ditampilkan dalam bentuk tema baru. Fungsi klasifikasi

Fungsi-fungsi

jumlah material yang digali dan dipakai (Cut and fill) untuk pembuatan jalan. Fungsifungsi

pengukuran

yang dapat di gali dan ditimbun, adakalanya

lunak

SIG

kompleks.

pola-pola baru. Poa-pola baru ini misalnya yang

mempunyai kejahatan tinggi, daerah hutan yang siap tebang atau daerah pertanian yang

paling

siap

dialihkan

permukiman. Melalui

menjadi

perubahan kriteria

adakalanya suatu pola dapat ditemukan. Fungsi kalsifikasi yang lain adalah untuk mempermudah

proses

seperti

antara lapisan data yang berlainan.

keperluan

rekayasa seperti penentuan volume ruang

penting adalah untuk membantu mengenali

perkotaan

untuk

tersedia secara spesifik pada perangkat

penting karena dapat

daerah

sering

keperluan rekayasa, misalnya penentuan

melakukan

berupa

juga

dikaitkan dengan data digital terain untuk

menentukan pola. Salah satu fungsi yang

dapat

pengukuran

korelasi

sehingga

operator

dapat

perhitungan

yang

sangat

Jarak merupakan jarak terpendek antara dua obyek yang dibentuk oleh garis lurus yang

dapat

dihitung

dengan

formula

phytagoras. Perhitungan jarak ini dalam SIG dilakukan dengan menggunakan data sistem koordinat. Perhitungan luas oleh piranti

lunak

menggunakan

berbasis data

vektor

sistem

juga

koordinat.

Asumsi yang dipakai adalah menempatkan berbagai kombinasi titik sehingga terdiri dari

496

16 Sistem Informasi Geografis

beberapa trapesium. Trapesium adalah bentuk kuadrilateral (abcd), dengan dua sisi yang

pararel

dikalikan

dengan

tinggi.

Dengan cara ini maka sistem koordinat dapat mengenali sisi X dan Y. Dari operasi ini muncul beberapa metode salah satunya -

tumpang-tindih

Operasi-operasi ciri-ciri

dalam

SIG

umumnya dilakukan salah satu dari 5 cara

mengevaluasi

tetangga

yang

mengelilingi suatu lokasi yang spesifik. Contoh operasi tetangga yang khas adalah memperhitungkan jarak pemukiman yang

pemadam

sejauh

5

Km

kebakaran.

dari

stasiun

Setiap

fungsi

tetangga memerlukan paling sedikit tiga parameter utama : satu target lokasi atau

yang dikenal yaitu:

lebih a. Pemanfaatan fungsi logika dan fungsi

spesifikasi

pada

(Intersection), pilihan (and dan or),

tersebut

bersyarat (If, then, else)

lingkungan

sekeliling

target, dan fungsi yang akan di terapkan

Boolan, seperti gabungan (union), irisan

perbedaan (difference) dan pernyataan

x

unsur-unsur

dalam

lingkungan

Fungsi penelusuran (Search) Fungsi penelusuran (pencarian) adalah

b. Pemanfaatan fungsi relasional, seperti

c.

tetangga

lingkungan

menyebar

Operasi tumpang-tindih

Operasi

Berbagai Operasi Tetangga

-

fungsi yang paling banyak dioperasikan

ukuran lebih besar, lebih kecil, sama

pada

besar, dan kombinasinya.

menetapkan nilai tertentu untuk obyek

Pemanfaatan fungsi aritmatika seperti

tertentu dengan mengikuti ciri-ciri yang

penambahan, pengurangan, pengkalian

ditentukan

dan pembagian.

parameter utama yang didefinisikan

d. Pemanfaatan data atribut atau tabel dua dimensi atau tiga dimensi, dan e. Menyilangkan

dua

peta

operasi

tetangga.

lingkungannya.

Fungsi

Ada

ini

3

yaitu : a.Target

langsung

(variasi tabel 2-dimensi). Operasi-operasi ini umumnya merupakan

b.Tetangga, dan c. Fungsi

yang

menentukan

nilai

tetangga

bagian standar dari semua paket perangkat

Unsur-unsur target dan unsur-unsur

lunak SIG. Setiap tipe operasi mempunyai

tetangga umumnya disimpan dalam

kelebihan dan kekurangan tertentu karena

satu lapisan atau lebih

dalam pelaksanaannya operasi tersebut berkaitan dengan tipe variabel yang dipakai (nominal, ordinal, interval dan rasio)

497

16 Sistem Informasi Geografis

Tabel 48. Beberapa fungsi tetangga sederhana

Untuk memberikan gambaran yang lebih menyeluruh, dapat dinyatakan bahwa setiap

No

Fungsi

Uraian

1

Rata-rata

Nilai

atau

dari tetangga

Aplikasi rata-rata

3

Diversitas

Nilai

standar

-

Posisi Geografis

Suatu bentuk data keruangan atau lebih

Mayoritas/

Nilai yang paling

kerapatan

dikenal sebagai data spasial, posisi ini dapat

minoritas

sering

muncul

spesies

paling Dominasi

Maksimum/

Nilai maksimum

Minimum

atau

spesies

Lebih

Nilai

besar/kecil

perbandingan

disajikan dalam berbagai bentuk antara lain: dalam koordinat kartesian atau azimuth, dalam hubungan identifikasi ketetangga, dalam suatu hubungan lokasi linier, dalam

minimum

dari lingkungan

flora, dll

suatu ruang tertentu, dalam kode nama tempat tertentu, atau bereferensi ke obyek tertentu

dengan

6

informasi yang terdiri dari 4 komponen yaitu:

an,

jarang

5

pendapat

bentuk data geografis harus mempunyai

deviasi

atau

4

kejahata n,tingkat

kerapatan 2

Kerapatan

tetangga

Suatu SIG memerlukan sistem koordinat

Total

Hasil

yang berlaku bersama untuk suatu set data,

(penjumlah

penjumlahan

terutama untuk data yang akan digunakan

an)

pada beberapa

bersama. Untuk daerah studi yang sempit,

lokasi tetangga

sistem koordiant yang dipakai dapat bersifat lokal saja atau dalam hal ini koordinatnya bersifat relatif, tetapi untuk daerah yang Data Geografis

luas, maka harus dipakai suatu sistem

Obyek geografis mempunyai jumlah dimensi

koordinat yang berlaku secara nasional atau

berbeda-beda, tergantung dari obyek yang

internasional. Untuk daerah yang luas ini

bersangkutan.

obyek

posisi standar atau posisi absolut seperti

geografik dalam bentuk peta, penyajiannya

sistem koordinat UTM (Universal Transverse

berdimensi dua dalam bentuk utama titik,

Mercator) biasanya menggunakan skala 1:

garis, area yang diikatkan dengan koordinat.

50.000 atau lebih besar . Pada posisi ini

Geografis tertentu biasanya berupa peta

posisi geografis yang absolut sudah direkam

ditampilkan dalam media dua dimensi cetak

dengan

seperti

merekam posisi secara global seperti GPS

kertas

Cara

atau

dilengkapi legenda

penyajian

transfaransi

yang

(Global

bantuan

Positioning

satelit

yang

System).

mampu

Begitupun

pada pemakaian peta dengan skala peta

498

16 Sistem Informasi Geografis

atau resolusi spasial dari peta. Secara

menandai bahwa pada data terdapat

umum dapat dikatakan bahwa dari segi

harkat atau ranking seperti pertama,

ketepatan lokasi maupun kedetailan, peta

kedua

yang berskala lebih besar harus lebih teliti

dalam

dari skala yang lebih kecil

melakukan

-

menjelaskan

peranannya

mampu

baku tertentu, dimana interval tidak mempunyai

tidak

makna

yang

mengikat.

Contoh suhu 15ºC adalah lebih dingin

menunjukan posisinya akan tetapi lebih

dibanding suhu 30ºC dan seterusnya.

bersifat penjelasan mengenai obyek atau bersifat identitas, maka dari data ini sering

belum

maksimum) tertentu dan adanya interval

Data ini sering dikategorikan sebagai data karena

walaupun

median,

yang mempunyai selang (minimum dan

suatu obyek memerlukan banyak identitas.

spasial,

perhitungan

dapat

c. Data interval mengacu keobyek alam

skala bersifat dimensi jamak, disebabkan

non

berurutan.Dan

memungkinkan operasi matematis.

keberadaan

berbagai obyek sebagai data spasial, cirinya

bersifat

pengoperasiannya

persentil

Atribut Geografis

Berfungsi

yang

d. Data Ratio mempunyai ciri sama dengan interval tetapi mempunyai nilai awal

muncul ketidak tepatan yang tidak dapat

mutlak

dihindarkan. Data atribut dinyatakan menjadi

(nilai

nol).

Semua

operasi

matematik angka riil dapat dioperasikan

4 bentuk yaitu:

menggunakan data bentuk ini. a. Nominal karakter dari data ini hanya bersifat

membedakan

antara

satu

dengan yang lainnya, tanpa adanya urutan berdasarkan harkat, akan tetapi hanya

bersifat

membedakan

atau

keterangan identitas dengan kata-kat seperti

pinus,

hutan,

kebun

dan

lainnya.Operai yang dapat dilakukan dalam data ini hanya yang bersifat frekuensi, agregat namun tidak dapat megoperasikan matematik (menjumlah atau mengalikan) b. Bentuk data ordinal setingkat lebih spesifik dari yang pertama, karena selain bersifat membedakan biasanya

-

Waktu

Pengetahuan

mengenai

keadaan

sebenarnya pada waktu data diperoleh akan memberikan peluang yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas pemanfaatan data secara benar. Hal ini berkaitan dengan adanya

kecenderungan

data

berubah

dengan waktu yang disebut decay rate. Dalam hal ini penggunaan data berisiko bahwa data yang digunakan sebenarnya sudah berubah, hal ini penting karena waktu merupakan faktor penentu dinamika alam sendiri terutama bila faktor manusia sudah ikut terlibat. Oleh karena itu data yang

499

16 Sistem Informasi Geografis

berkaitan dengan penggunaan lahan sangat

Manajemen basis data

penting melibatkan faktor waktu tersebut. Data waktu dapat

dideskripsikan dalam

Suatu Basisdata terdiri dari satu file atau

pengertian

lebih yang distrukturkan sedemikian rupa

a. Ukuran lama, yang mengacu ke selang

dalam bentuk sistem pengelolaan basisdata (Database

waktu dari basis data yang ada b. Resolusi, selang waktu dikumpulkan atau agregasi waktu pengumpulan data, dan c. Frekuensi

dan

kecepatan

waktu

Management

System/DBMS),

dan diakses melalui jalur tersebut. Keuntungan

basis

pengelolaan

data

dan

basisdata

sistem

dibandingkan

pengumpulan data . Dari pengertian yang

basisdata dengan perpustakaan data secara

berbeda ini maka fungsi waktu dalam

tradisional antara lain adalah:

SIG

dapat

pendataan,

juga

dikaitkan

analisis,

dengan

penyajian

pembaharuan data, dan

dan

pengontrolan

kualitas.

-

Data disimpan disuatu tempat

-

Data dapat diverifikasi dan dimasuki dengan cepat

-

Tabel 49. Perbandingan bentuk data raster dan

dan memungkinkan penggabungan data

vektor

No

Analisis

Raster

Vektor

1

Pengumpulan

Cepat

Lambat

Data

Data terstrukturkan, terstandarisasikan

dari sumber yang berbeda -

Data tersedia bagi banyak pengguna

-

Data

dapat dipakai

untuk berbagai

2

Volume Data

Besar

Kecil

aplikasi

program

berbeda,

termasuk

3

Penampilan

Sedang

Baik

program

dimana

tujuannya

berbeda

dibandingkan

Grafik 4 5

Struktur Data

sederhana

Kompleks

Akurasi

Rendah

Tinggi

Buruk

Baik

Geometri 6

Analisis

Analisis

Baik

Sedang

Kerugian

penyimpanan

basisdata

dibandingkan dengan sistem penyimpanan

-

Pengguan

basisdata

memerlukan

keahlian

8

Generalisasi

Sederhana

Kompleks

9

Integrasi

Mudah

Sulit

dengan

-

Produk yang diperlukan relatif mahal

-

Pengguna harus beradaptasi dengan aliran data

Inderaja Tipe data

data

pertama kali digunakan.

ruangan

10

tujuan

data dasar tradisional antara lain adalah:

Jaringan 7

dengan

Kontinyu

Diskrit

-

Pengguna

harus

paham

organisasi data yang berbeda

dengan

500

16 Sistem Informasi Geografis

-

-

Data dapat mudah disalah gunakan

Fungsi

topografi

dipakai

untuk

(asumsi mudah diakses)

memperhitungkan

Data dapat mudah hilang sehingga perlu

Kebanyakan

fungsi-fungsi

sistem pengamanan sendiri (dan relatif

menggunakan

tetangga-tetangga

canggih)

menandai terain lokal. Parameter terain

nilai-nilai

tertentu. topografi untuk

yang paling sering dipakai adalah lereng

File (berkas) File ( berkas) terdiri dari berbagai catatan (record), dimana setiap record mempunyai ruang (field). Setiap record mempunyai data yang berisi topik tunggal atau lebih, masing-

dan

aspek,

yang

di

hitung

dengan

menggunakan elevasi data dari berbagai titik berdekatan. 16.5.3 Screening Digitizing

masing field terdiri atas satu kelompok data yang disusun dari satu kata atau lebih, atau terdiri dari kode yang diproses bersama. Key (kunci)

yang

digunakan

menerjemahkan memanggil

inforamsi

record

untuk membantu

dari

file,

Kunci

berasosiasi dengan satu ruang record atau

Screening

merupakan

proses

digitasi yang dilakukan di atas layar monitor dengan bantuan mouse. Screen digitizing itu sering disebut digitasi on screen dapat digunakan alternatif input data digital tanpa menggunakan alat digitizer. Tiga unsur spasial

lebih.

Digitizing

(feature)

yang

dapat

dibentuk

melalui digitasi on screen diantaranya point, Fungsi-fungsi Topografi

line, dan poligon

Topografi merupakan gambaran variabilitas

a. Digitasi Point (Titik)

permukaan

-

bumi,

biasanya

berasosiasi

dengan ciri-ciri bentuk permukaan seperti variasi

relief

suatu

daerah.

menu pulldown View I New Theme

Untuk

sehingga muncul /Option feature type

menggambarkan secara lebih sederhana dapat

digunkan

pengertian-pengertian

pilih Point lalu klik ikon Ok -

bentang lahan, seperti perbukitan, lembah,

dalam

SIG

dengan

besar titik elevasi yang menyebar di seluruh daerah yang digambarkan.

nama file

file

dan

lokasi

tersebut

pada

dialog yang muncul kemudian klik

data

elevasi digital. Data ini terdiri dari sejumlah

Tentukan

penyimpanan

dan dataran. Topografi suatu wilayah dapat digambarkan

Buka tampilan View 1 kemudian pilih

Ok. -

Pilih ikon Draw Point pada Tool palette kemudian tentukan posisi kursor mouse untuk menentukan point yang akan ditempatkan. Klik

501

16 Sistem Informasi Geografis

button kiri mouse apabila posisinya

konfirmasi

sudah pasti. Lakukan hal yang sama

(Save).

untuk

membuat

point-point

yang

lainnya. -

Setelah

point

selesai

dibuat.

-

option feature type pilih Polygon lalu

Pilih yes pada option untuk

klik Ok.

penyimpanan -

Pada tampilan View 1 menu pulldown

-

nama

dan

lokasi

Pilih kursor Draw Line pada Tools

button kiri pada saat kursor mouse berada pada posisi dimana kita akan

Ok.

memulai nama

file

Palette untuk memulai digitasi. Klil

option feature type pilih Line lalu klik

Tentukan

Tentukan

penyimpanan file, lalu klik Ok.

View I New Theme sehingga muncul

file

dan

lokasi

pembuatan

Polygon,

kemudian klik juga button kiri setiap

penyimpanan file, lalu klik Ok.

saat kursor mouse berada pada posisi

Pilih kursor Draw Line pada Tools

dimana

Palette untuk memulai digitasi. Klik

meletakan dan double klik untuk

button kiri pada saat kursor mouse

mengakhiri pembuatan garis di posisi

berada pada posisi dimana kita akan

verteks yang terakhir . lakukan hal

memulai pembuatan line, kemudian

yang sama untuk membuat Polygon

klik juga button kiri setiap saat kursor

yang lainnya.

mouse berada pada posisi dimana

-

Pada tampilan View 1 menu pulldown

Editing.

b. Digitasi Line (garis)

-

Digitasi Polygon (Area)

View I New Theme sehingga muncul

(save).

-

penyimpanan

Kemudian klik menu Theme I Stop

konfirmasi

-

c.

untuk

-

kita

mengiginkan

untuk

Untuk membuat Polygon berikutnya

kita mengiginkan untuk meletakan

yang berhimpitan atau berbatasan

dan double klik untuk mengakhiri

dengan Polygon-polygon yang sudah

pembuatan garis di posisi verteks

ada, gunakan ikon Draw line to

yang terakhir . Lakukan hal yang

append polygon. Dengan ikon ini kita

sama untuk membuat line yang

dapat mengawali pembuatan Polygon

lainnya.

dari sebuah titik (posisi kursor mouse)

Setelah line selesai dibuat, kemudian

melalui

klik menu pulldown Theme I Stop

polygon

Editing,

kita

Pilih

yes

pada

option

segmen

garis

(boundary)

yang sudah ad, kemudian

tinggal

memindah-mindahkan

kursor ini (disertai dengan mengklik

502

16 Sistem Informasi Geografis

button

kiri

mouse)

untuk

kemudian salah satu unsur yang

menghasilkan verteks-verteks yang

terpilih akan berubah menjadi warna

diperlukan. Pada posisi verteks yang

kuning.

terakhir di segmen garis (boundary) polygon kali

yang sudah ada, klik

button

kiri

maouse

dua

Setelah

poligon-poligon

selesai

-

pulldown

Theme I Stop Editing, Pilih yes pada

konfirmasi

option konfirmasi untuk penyimpanan

(Save).

terpilih

tersebut

Pilih

Theme yes

I

pada

untuk

Stop option

penyimpanan

e. Menigisi Field Area dan Perimeter Terdapat dua atribut penting yang khas dan hampir selalu muncul di dalam

Klik ikon tabel pada button view,

unsur-unsur spasial tipe poligon. Atribut

kemudian tabel dari feature akan

tersebut

muncul

perimeter

Klik menu pulldown Tabel I Start

tersebut merupakan bagian yang sangat

Editing

penting untuk proses analisis spasial.

untuk

memulai

mengedit

adalah

area

(keliling),

(luas)

kedua

dan atribut

tabel tersebut.

Nilai kedua atribut tersebut tidak di entry

Untuk menambah Field (kolom) baru

oleh

klik menu pulldown Field I Add Field

otomatis dihitung oleh komputer melalui

Isi name untuk membuat judul Field,

perangkat lunak SIG. Proses pemasukan

kemudian

atau penambahan secara otomatis field

tentukan

field

Type

pengguna,

melainkan

secara

:

“area” dan :”perimeter” kedalam tabel

huruf/karakter), dan Field Width-nya

atribut unsur spasial poligon dilakukan

(lebar kolom).

dengan langkah-langkah berikut:

Penulisan field di setiap record (baris)

-

(number

-

menu Editing,

Spasial

-

yang

Setelah selesai dibuat, kemudian klik

dibuat, kemudian klik menu pulldown

d. Menambah atribut pada unsur-unsur

-

record

record terisi. -

(Save).

-

Isi

menggunakan select sampai semua

untuk

mengakhiri verteks yang terakhir. -

-

:

angka,

string

dapat mulai dilakukan. Untuk melihat hubungan unsur-unsur

setiap

record

dengan

feature-nya

dapat

dilakukan dengan mengklik salah satu record

menggunakan

ikon

select,

Buka tabel atribut dari unsur spasial poligon yang bersangkutan dengan menekan button Open Theme Tabel

-

Klik menu pulldown Table I Start Editing.

503

16 Sistem Informasi Geografis

-

-

-

Tambah field baru melalui menu

bahwa informasi terbaik untuk lokasi yang

pulldown Edit I Add Field. Isi filed

tanpa pengamatan adalah nilai dari lokasi

name

area,

terdekat dari titik tersebut. Poligon thiessen

tipe”number”, width16, dan decimal

umumnya dipakai untuk analisis data iklim,

place-nya 3.Kemudian tekan button

seperti

Ok

pengamatan lokal tidak ada, maka data

Klik menu pulldown Field I calculate

stasiun terdekat akan dipakai.

sehingga muncul kotak dialog ‘Field

Poligon

calculator’. Pada item edit box [Area]

sekelompok

=

Area,

poligon berjarak sama ke titik-titik tetangga.

kemudian tekan button Ok. Maka

Dengan kata lain, setiap lokasi dalam suatu

komputer akan menghitung sekaligus

poligon adalah lebih dekat ke titik yang ada

mengisi nilai field Area.

dalam poligon tersebut di banding ketitik lain

dengan

ketikan

nama

[shape].

Return

Untuk membuat field Perimeter klik menu pulldown Edit I Add Field. Isi field nama dengan perimeter, tipe ‘number’,

width

16,

dan

decimal

place-nya 3. tekan button Ok. -

data

Thiessen titik

hujan.

Jika

dibangun

data

disekeliling

sehingga

batas-batas

Poligon Thiessen, dapat digunakan dalam hubungan mendapat nilai-nilai sekeliling titik dengan pengamatan suatu individu titik, metode

ini

kelemahan,

Klik menu pulldown Field I calculate

curah

mempunyai yang

beberapa

akan

diuraikan

diantaranya:

sehingga muncul kotak dialog ‘Field Calculator’.

Pada

item

edit

box

1. Pembagian

suatu

wilayah

menjadi

[perimeter] = ketikan [Shape]. Return

wilayah yang lebih kecil berdasarkan

length kemudian tekan button Ok.

poligon thiessen sangat tergantung dari

Komputer akan menghitung sekaligus

lokasi

mengisi nilai field perimeter

menghasilkan bentuk poligon yang

pengamatan.

Hal

ini

dapat

tidak mempunyai hubungan dengan kejadian

16.5.4 Poligon Thiessen Poligon Thiessen atau Voroni atau Dirichlet mendefinisikan

daerah-daerah

yang

mempengaruhi sesamanya oleh sekelompok titik-titik. Data dari stasiun penakar curah hujan merupakan contoh khas keadaan ini. Hal

ini

merupakan

pendekatan

pengembangan data titik yang diasumsikan

yang

sebenarnya.

Suatu

lokasi stasiun penangkar curah hujan dapat memnghasilkan poligon sempit memanjang, suatu pola yang tidak umum pada sebaran curah hujan, karena nilainya ditetapkan berdasarkan dugaan

dari

data

pengamatan.

Akibatnya pendugaan kesalahan tidak

504

16 Sistem Informasi Geografis

dapat

dilakukan

karena

Pendekatan

regresi

polinominal

dapat

pengamatannya hanya dari suatu titik

dilakukan dengan cepat tetapi beberapa

tunggal.

detail

2. Poligon Thiessen tidak menerapkan

akan

hilang.

Kriging

merupakan

metode yang fleksibel dan banyak dipakai

asumsi bahwa titik yang berdekatan

tetapi

lebih mirip dari titik yang berjauhan,

(Keckler, 1994). Pendekatan interpolasi ini

suatu asumsi yang biasa berlaku dalam

untuk perangkat lunak pemetaan 3 dimensi

analisis

seperti Surfer, sudah sangat maju dan

geografi.

Misalnya

poligon

untuk

data

besar

akan

lambat

yang diperoleh cenderung membentuk

mudah dilakukan

suatu poligon yang membulat dan tidak

Secara umum kualitas interpolasi sangat

selaras dengan fenomena alam yang

dipengaruhi

melibatkan asumsi adanya hambatan

diantaranya:

punggung gunung dan lain-lain. Interpolasi Interpolasi adalah prosedur untuk menduga nilai-nilai

yang

tidak

diketahui

dengan

menggunakan nilai-nilai yang diketahui pada lokasi yang

berdekatan.

Titik-titik yang

berdekatan (bertetangga) tersebut dapat

oleh

beberapa

x

Keakuratan pengukuran

x

Jumlah

dan

distribusi

faktor

titik

yang

diketahui yang diperhitungkan dalam fungsi matematik Interpolasi

model

sederhana

dengan

mendeteksi nilai lokasi yang tidak diketahui dari tetangga yang terdekat

berjarak teratur atau tidak, biasanya di

Pembuatan Kontur

gambarkan dalam bentuk lapisan

data

Garis-garis

raster.

tebal

menggambarkan relief permukaan sebagai

mempunyai nilai tertentu. Suatu fungsi linier

suatu gabungan garis yang menghubungkan

sederhana,

titik-titik yang bernilai sama.

Sel

yang

ditandai

yang

garis

diturunkan

dengan

menganalisis titik yang diketahui, digunakan untuk mendapatkan nilai-nilai yang hilang. Program-program

interpolasi

untuk

menduga nilai yang acak diketahui relatif banyak antara lain regresi polinominal, seri fourier, fungsi spline, pergerakan rata-rata, fungsi basis radial, dan kriging dan lain-lain. Semua program ini mempunyai kelebihan dan

kekurangan

masing-masing.

kontur

dipakai

untuk

16 Sistem Informasi Geografis

Gambar 469. Garis interpolasi hasil program Surfer

Gambar 470. Garis kontur hasil interpolasi

505

506

16 Sistem Informasi Geografis

Dalam suatu peta topografi , contoh yang

Penjelasan Arcview

aplikatif,

berperan

Dasar-dasar penggunaan perangkat lunak

menghubungkan titik-titik yang berelevasi

dalam SIG, salah satunya ialah ArcView

sama. Garis kontur sering dipakai untuk

yang merupakan perangkat lunak desktop

menggambarkan berbagai data spasial yang

SIG dan pemetaan yang dikembangkan oleh

dapat

ESRI

garis-garis

dibuat

kontur

sebagai

suatu

bidang

( Enviromental System Research

permukaan seperti: tingkat kejahatan, nilai

Institute, Inc). Dengan ArcView kita dapat

perumahan, sifat bahan kimia, populasi

memilki

binatang liar, data iklim dan lain-lain.

melakukan

Perangkat

lunak

yang

sudah

ada

mempunyai kemampuan berbeda dalam menangani data yang bersifat ganda ini. Sehingga sering hasil ini dievaluasi dengan membandingkannya

dengan

cara

meng-explore,

(baik basis data spasial

secara geogarafis, dan sebagainya. Ha-hal umum dalam ArcView -

Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi dalam ArcView. Projec didalam ArcView ini merupakan file kerja yang

yang paling dekat dengan hasil manual. untuk

untuk

maupun non spasial), menganalisis data

manual), dimana hasil terbaik adalah produk

juga

visualisasi,

menjawab query

kartografer menggambarkan kontur (secara

Bagaimanapun

kemampuan-kemampuan

dapat

mengevalusi

digunakan

untuk

menyimpan,

mengelompokan

perangkat lunak yang membuat kontur maka

dan

mengorganisasikan semua komponen-

harus dibuat standar dengan hasil tersebut

komponen program

; View, theme,

Table, chart, layout dan script dalam satu kesatuan yang utuh -

Theme

merupakan

bangunan

system

ArcView

yang

,

dasar

merupkan

kumpulan dari bebrapa layer ArcView yang

membentuk

tertentu.

Sumber

suatu data

“Tematik”

yang

dapat

direpresentasikan sebagai theme adalah shapefile, coverage (ArcInfo), dan Citra Gambar 471. Interpolasi kontur cara taksiran

Salah satu Contoh penggunaan perangkat lunak dalam SIG : ArcView, ArcInfo, dan lainnya

MAPinfo,

raster. -

View

mengorganisasikan

theme.

Sebuah view merupakan representasi grafis

informasi

spasial

dan

dapat

507

16 Sistem Informasi Geografis

menampung

-

beberapa

“layer”

atau

Layout

digunakan

untuk

“theme” informasi spasial (titik, garis,

menggabungkan

poligon, dan citra raster)

(View, table, dan chart) kedalam suatu

Table

merupakan

representasi

data

dipersiapkan

sebuah table

hardcopy)

akan berisi informasi

Chart merupakan representasi

semua

dokumen

dokumen yang siap cetak (biasanya

ArcView dalam bentuk sebuah table,

deskriptif mengenai layer tertentu. -

-

-

Sript

untuk

merupakan

pembuatan

bahasa

(semi)

grafis

pemrograman sederhana (makro) yang

dari suatu resume table bentuk chart

digunakan untuk mengotomatisasi kerja

yang didukung oleh ArcView adalah line,

ArcView.

bar, colum, xy scatter, area dan pie.

Gambar 472. Mapinfo GIS

508

16 Sistem Informasi Geografis

Model DiagramModel Alir IlmuDiagram Ukur Tanah Pertemuan ke-16 Alir Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographical Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT ID (Identifier) di Centroid / di dalam poligon

Posisi X, Y

Informasi lain (z, ...)

Computer Aided Design (CAD)

Data Base Digital

Sistem Informasi Geografis : Suatu sistem berbasis komputer yang mampu mengaitkan data base grafis (peta) dengan data base atributnya yang sesuai melalui ID (Identifier) yang unik

Data Grafik

Struktur Data Raster

Data Base Management System (DBMS)

Data Atribut

Struktur Data Network

Struktur Data Vektor

* Kompleksitas Data - Raster : Simpel - Vektor : Rumit * Data Capture - Raster : Cepat - Vektor : Lambat * Akurasi - Raster : Kurang - Vektor : Baik * Resolusi - Raster : Terbatas - Vektor : Detail * Memori - Raster : Besar - Vektor : Kecil

Struktur Data Hirarki Struktur Data Relasional (Modus)

Implementasi Sistem (7)

Pemrograman (6)

Kategorisasi Data: - Jenis Data - Tingkat Ketelitian (3)

Pengumpulan Data Grafis & Atribut (2)

Gambar 473. Model diagram alir sistem informasi geografi

Umpan Balik (8)

Revisi (9)

Pembuatan Mode Fungsional (5)

Pembuatan Model Konseptual (4)

Identifikasi Kebutuhan Para Pengguna (1)

509

16 Sistem Informasi Geografis

Rangkuman Berdasarkan uraian materi bab 16 mengenai sistem informasi geografis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. SIG atau GIS merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mampu mengaitkan data base grafis (dalam hal ini adalah peta) dengan data base atributnya yang sesuai. Sistem Informasi Geogafis merupakan suatu kemajuan baru dari kelanjutan pengguna Komputer grafik Auto CAD (Computer Aided Design). Sistem Informasi Geogafis merupakan kombinasi antara CAD dengan data base yang dikaitkan dengan suatu pengenal unik yang sering dinamakan identifier (ID) tertentu. 2. Keuntungan menggunakan SIG a. Penanganan data geospatial menjadi lebih baik dalam format baku b. Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah c.

Data geospatial dan informasi lebih mudah dicari, dianalisis dan direpresentasikan

d. Menjadi produk bernilai tambah e. Data geospatial dapat dipertukarkan f.

Produktivitas staf meningkat dan lebih efisien

g. Penghematan waktu dan biaya h. Keputusan yang akan diambil menjadi lebih baik 3. Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS dengan manual/pemetaan Digital Peta

GIS

Pekerjaan Manual

Penyimpanan

Database Digital dan terpadu

Skala dan standar berbeda

Pemanggilan Kembali

Pencarian dengan Komputer

Cek manual

Pemutahiran

Sistematis

Mahal dan memakan waktu

Analisa Overlay

Sangat cepat

Memakan waktu dan tenaga

Analisa Spasial

Mudah

Rumit

Penayangan

Murah dan cepat

mahal

5. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis, pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial.

510

16 Sistem Informasi Geografis

Soal Latihan Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 1. Apa yang di maksud dengan SIG? 2. Coba jelaskan pengertian Geoprosessing? 3. Sebutkan cara pemasukan data spasial? 4. Ada beberapa tahapan dalam pendigitasian peta, coba sebutkan? 5. Dalam SIG ada beberapa fungsi analisis, jelaskan?

Lampiran : A

DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1983). Ukur Tanah 2. Jurusan Teknik Sipil PEDC. Bandung Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi dan Geografis. Bogor. Budiono, M. dan kawan-kawan. 1999. Ilmu Ukur Tanah. Angkasa. Bandung. Darmaji, A. 2006. Aplikasi Pemetaan Digital dan Rekayasa Teknik Sipil dengan Autocad Development. ITB. Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Depdikbud. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003. Standar Kompetensi Nasional Bidang SURVEYING. Bagian Proyek Sistem Pengembangan. Jakarta. Gayo, Yusuf., dan kawan-kawan. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT. Pradjna Paramita. Jakarta. Gumilar, I. 2003. Penggunaan Computer Aided Design (CAD) pada Biro Arsitek. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI. Bandung. Gunarta, I.G.W.S. dan A.B. Sailendra. 2003. Penanganan Masalah Jalan Tembus Hutan secara Terintegrasi : Kajian terhadap Kebutuhan Kelembagaan Stakeholders. Jurnal Litbang Jalan Volume 20 No.3 Oktober. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Gunarso, P. dan kawan-kawan. 2004. Modul Pelatihan SIG. Pemkab Malinau

Hasanudin, M. dan kawan-kawan. 2004. Survai dengan GPS. Pradnya Paramita. Jakarta. Hendriatiningsih, S. 1990. Engineering Survey. Teknik geodesi FPTS ITB. Bandung. Hayati, S. 2003. Aplikasi Geographical Information System untuk Zonasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Kabupaten Bandung. Lembaga Penelitian UPI. Bandung. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. 2005. Struktur Kurikulum Program Studi Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI. Jurusan Diktekbang FPTK UPI. Bandung. Kusminingrum, N. dan G. Gunawan. 2003. Evaluasi dan Strategi Pengendalian Pencemaran Udara di Kota-Kota Besar di Indonesia. Jurnal Litbang Jalan Volume 20 No.1 Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Lanalyawati. 2004. Pengkajian Pengelolaan Lingkungan Jalan di Kawasan Hutan Lindung (Bedugul Bali). Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.2 Juli. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Marina, R. 2002. Aplikasi Geographical Information System untuk Evaluasi Kemampuan Lahan di Kabupaten Sumedang. Masri, RM. 2007. Kajian Perubahan Lingkungan Zona Buruk untuk Perumahan. SPS IPB. Bogor. Mira, S. 1988. Poligon. Teknik Geodesi FTSP ITB. Bandung.

A-1

Lampiran : A

Mira, S. R.M. 1988. Ukuran Tinggi Teliti. Teknik Geodesi FTSP ITB. Bandung. Melani, D. 2004. Aplikasi Geographical Information System untuk Zonasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Kabupaten Sumedang. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI. Bandung. Mulyani, S.Y.R dan Lanalyawati. 2004. Kajian Kebijakan dalam Pengelolaan Lingkungan Jalan di Kawasan Sensitif. Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.1 Maret. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung. Parhasta, E. 2002. Tutorial Arcview SIG Informatika. Bandung. Purwaamijaya, I.M. 2006. Ilmu Ukur Tanah untuk Teknik Sipil. FPTK UPI. Bandung. Purwaamijaya, I.M. 2005a. Analisis Kemampuan Lahan di KecamatanKecamatan yang Dilalui Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung Jawa Barat. Jurnal Permukiman ISSN : 02150778 Volume 21 No.3 Desember 2005. Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan. Bandung. Purwaamijaya, I.M. 2005b. Analisis Kemampuan Lahan sebagai Acuan Penyimpangan Gejala Konversi Lahan Sawah Beririgasi Menjadi Lahan Perumahan di Koridor Jalan SoekarnoHatta Kota Bandung. Jurnal Informasi Teknik ISSN : 0215-1928 No.28 – 2005. Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air. Balai Irigasi. Bekasi. Purwaamijaya, I.M. 2005c. Pola Perubahan Lingkungan yang Disebabkan oleh Prasarana dan Sarana Jalan (Studi Kasus : Jalan Soekarno-Hatta di Kota

Bandung Jawa Barat). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri A Pengukuran Tinggi. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri B Pengukuran Horisontal. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C Pemetaan Topografi. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Purworaharjo,U. 1982. Hitung proyeksi Geodesi (Proyeksi Peta). Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Staf

Ukur Tanah. 1982. Petunjuk Penggunaan Planimeter. Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi. Bandung.

Supratman, A.. 2002. Geometrik Jalan Raya. FPTK IKIP. Bandung. Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. 1992. Pengukuran Horizontal. Bandung.: FPTK IKIP. Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. (1992). Modul Ilmu Ukur Tanah. FPTK IKIP. Bandung. Susanto dan kawan-kawan. (1994). Modul : Pemindahan Tanah Mekanis. FPTK IKIP. Bandung. Wongsotjitro. 1980. Ilmu Kanisius .Yogyakarta.

Ukur

Tanah.

Yulianto, W. 2004. Aplikasi AUTOCAD 2002 untuk Pemetaan dan SIG. Gramedia. Jakarta.

A-2

Lampiran : B

GLOSARIUM Absis

:

Analog Astronomis

: :

Automatic level

:

Azimuth

:

Barometri

:

Benchmark

:

Bowditch

:

BPN CAD

: :

Cassini

:

Collins

:

Coordinate Set

:

Cosinus

:

Cross hair

:

Cross Section

:

Datum

:

Digital

:

Posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu X yang arahnya horizontal pada bidang datar. Sistem penyajian peta secara manual. Ilmu yang mempelajari posisi relatif benda-benda langit terhadap benda-benda langit lainnya. Sipat datar optis yang mirip dengan tipe kekar tetapi dilengkapi dengan alat kompensator untuk membuat garis bidik mendatar dengan sendirinya. Sudut yang dibentuk dari garis arah utara terhadap garis arah suatu titik yang besarnya diukur searah jarum jam. Alat atau metode untuk mengukur tekanan udara yang diaplikasikan untuk menghitung beda tinggi antara beberapa titik di atas permukaan bumi yang berkategori gunung (slope > 40 %). Titik ikat di lapangan yang ditandai oleh patok yang dibuat dari beton dan besi dan telah diketahui koordinatnya hasil pengukuran sebelumnya. Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang bobotnya adalah perbandingan antara jarak resultante terhadap total jarak resultante. Badan Pertanahan Nasional (Kantor Agraria / Pertanahan). Computer Aided Design. Penyajian gambar secara digital menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Metode pengikatan ke belakang (alat berdiri di atas titik yang ingin diketahui koordinatnya) yang menggunakan bantuan 2 titik penolong dan dua buah lingkaran. Metode pengikatan ke belakang (alat berdiri di atas titik yang ingin diketahui koordinatnya) yang menggunakan bantuan 1 titik penolong dan satu buah lingkaran. Pengaturan koordinat peta analog agar sesuai dengan koordinat pada sistem koordinat peta digital yang titik-titik ikat acuannya adalah titik-titik di peta analog yang memiliki nilai-nilai koordinat. Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi datar terhadap sisi miring. Benang silang diafragma yang tampak pada lensa objektif teropong sebagai acuan untuk membaca ketinggian garis bidik pada rambu ukur. Profil melintang. Penampang pada arah lebar yang menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek. Titik perpotongan antara ellipsoid referensi dengan geoid (datum relatif). Pusat ellipsoid referensi berimpit dengan pusat bumi (datum absolut). Sistem penyajian informasi (grafis atau teks) secara biner elektronis.

B-1

Lampiran : B

Digitizer

:

Distorsi

:

DGN Dumpy level

: :

Ellipsoid

:

Equator

:

Flattening

:

Fokus

:

Fotogrametri

:

Geodesi

:

Geodesic

:

Geoid

:

Geometri

:

Gradien

:

Grafis Greenwich

: :

Grid

:

Hexagesimal

:

Higragirum

:

Horisontal

:

Indeks

:

Alat yang digunakan untuk mengubah peta-peta analog menjadi peta-peta digital dengan menelusuri detail-detail peta satu persatu. Perubahan bentuk atau perubahan informasi geometrik yang disajikan pada bidang lengkung (bola/ellipsoidal) terhadap bentuk atau informasi geometrik yang disajikan pada bidang datar. Datum Geodesi Nasional, datum sistem koordinat nasional. Sipat datar optis tipe kekar, sumbu tegak menjadi satu dengan teropong. Bentuk 3 dimensi dari ellips yang diputar pada sumbu pendeknya dan merupakan bentuk matematis bumi. Spheroid persamaan kata ellipsoid. Garis khatulistiwa yaitu garis yang membagi bumi bagian utara dan bumi bagian selatan sama besar. Kegepengan. Nilai yang diperoleh dari pembagian selisih radius terpendek dengan radius terpanjang ellipsoida terhadap radius terpendek. Ketajaman penampakan objek pada teropong dan dapat diatur dengan tombol fokus. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari mengenai geometris foto-foto udara yang diperoleh dari pemotretan menggunakan pesawat terbang. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari dan menyajikan informasi bentuk permukaan bumi dengan memperhatikan kelengkungan bumi. Kurva terpendek yang menghubungkan dua titik pada permukaan ellipsoida. Bentuk tidak beraturan yang mewakili permukaan air laut di bumi dan memiliki energi potensial yang sama. Ilmu yang mempelajari bentuk matematis di atas permukaan bumi. Besarnya nilai perbandingan sisi muka terhadap sisi samping yang membentuk sudut tegak lurus (90o) Penyajian hasil pengukuran dengan gambar. Kota di Inggris yang dilewati oleh garis meridian (longitude/bujur) 0o. Bentuk empat persegi panjang yang merupakan referensi posisi absis dan ordinat yang diletakkan di muka peta yang panjang dan lebarnya bergantung pada unit posisi X dan Y yang ditetapkan oleh pembuat peta berdasarkan kaidah kartografi (pemetaan). Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan derajat, menit, second. Satu putaran = 360o. 1o=60’. 1’=60”. Hg, air raksa yang dipakai sebagai cairan penunjuk nilai tekanan udara pada alat barometer. Garis atau bidang yang tegak lurus terhadap garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi. Garis kontur yang penyajiannya lebih tebal atau lebih ditonjolkan dibandingkan garis-garis kontur lain setiap selang ketinggian tertentu.

B-2

Lampiran : B

Interpolasi

:

Intersection

:

Galat GIS

: :

GPS

:

Gravitasi

:

GRS-1980

:

Hardcopy

:

Hardware

:

Informasi Inklinasi

: :

Interpolasi

:

Jalon

:

Jurusan

:

Kalibrasi

:

Kartesian Kompas

: :

Kontrol

:

Kontur

:

Konvergensi Konversi

: :

Koordinat

:

Metode perhitungan ketinggian suatu titik di antara dua titik yang dihubungkan oleh garis lurus. Nama lain dari pengikatan ke muka, yaitu pengukuran titik tunggal dari dua buah titik yang telah diketahui koordinatnya dengan menempatkan alat theodolite di atas titik-titik yang telah diketahui koordinatnya. Selisih antara nilai pengamatan dengan nilai sesungguhnya. Geographical Information System. Suatu sistem informasi yang mampu mengaitkan database grafis dengan data base tekstualnya yang sesuai. Global Positioning System. Sistem penentuan posisi global menggunakan satelit buatan Angkatan Laut Amerika Serikat. Gaya tarik bumi yang mengarah ke pusat bumi dengan nilai + 9,8 m2/detik. GeodeticReference System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah geoid). Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk lembaran-lembaran peta yang dicetak dengan printer atau plotter. Perangkat keras computer yang terdiri CPU (Central Processing Unit), keyboard (papan ketik), printer, mouse. Sesuatu yang memiliki makna atau manfaat. Sudut vertical yang dibentuk dari garis bidik (dinamakan juga sudut miring). Suatu rumusan untuk mencari ketinggian suatu titik yang diapit oleh dua titik lain dengan konsep segitiga sebangun. Batang besi seperti lembing berwarna merah dan putih dengan panjang + 1,5 meter sebagai target bidikan arah horizontal. Sudut yang dihitung dari selisih absis dan ordinat dengan acuan sudut nolnya arah sumbu Y positif searah jarum jam. Suatu prosedur untuk mengeliminasi kesalahan sistematis pada peralatan pengukuran dengan menyetel ulang komponenkomponen dalam peralatan. Sistem koordinar siku-siku. Alat yang digunakan untuk menunjukkan arah suatu garis terhadap utara magnet yang dipengaruhi magnet bumi. Upaya mengendalikan data hasil pengukuran di lapangan agar Memenuhi syarat geometrik tertentu sehingga kesalahan hasil pengukuran di lapangan dapat memenuhi syarat yang ditetapkan dan kesalahan-kesalahan acaknya telah dikoreksi. Garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata (MSL). Garis di atas peta yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata dan kerapatannya bergantung pada ukuran lembar penyajian (skala peta). Serangkaian garis searah yang menuju suatu titik pertemuan. Proses mengubah suatu besaran (sudut/jarak) dari suatu sistem menjadi sistem yang lain. Posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan posisi nol sumbu Y.

B-3

Lampiran : B

Koreksi

:

Kuadran

:

Kuadrilateral

:

Latitude

:

Leveling head Logaritma Longitude

: : :

Long Section

:

Loxodrome

:

Mapinfo

:

MSL

:

Mistar

:

Meridian

:

Nivo

:

Normal

:

Oblique

:

Offset

:

Ordinat

:

Orientasi

:

Orthodrome Overlay

: :

Nilai yang dijumlahkan terhadap nilai pengamatan sehingga diperoleh nilai yang dianggap benar. Nilai koreksi = - kesalahan. Ruang-ruang yang membagi sudut satu putaran menjadi 4 ruang yang pusat pembagiannya adalah titik 0. Bentuk segiempat dan diagonalnya yang diukur sudut-sudut dan jarak-jaraknya untuk menentukan koordinat titik di lapangan. Nama lain garis parallel. Garis-garis khayal yang tegak lurus garis meridian dan melingkari bumi. Paralel nol berada di equator atau garis khatulistiwa. Bagian yang terdiri dari tribach dan trivet, disebut juga kiap. Nilai yang diperoleh dari kebalikan fungsi pangkat. Nama lain garis meridian. Garis-garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Meridian nol berada di Kota Greenwich, Inggris. Profil memanjang. Penampang pada arah memanjang yang menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek. Nama lain adalah Rhumbline. Garis (kurva) yang menghubungkan titik-titik dengan azimuth yang tetap. Desktop Mapping Software. Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta digital berinformasi yang dibuat dengan spesifikasi teknis perangkat keras untuk pemakai tunggal dan dibuat oleh perusahaan Mapinfo Corporation yang berdomisili di Kota New York Amerika Serikat. Mean Sea Level (permukaan air laut rata-rata yang diamati selama periode tertentu di pinggir pantai). Sebagai acuan titik nol pengukuran tinggi di darat. Papan penggaris berukuran 3 meter yang dapat dilipat dua sebagai target pembacaan diafragma teropong untuk mengukur tinggi garis bidik (benang atas, benang tengah, benang bawah). Garis-garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Meridian nol berada di Kota Greenwich, Inggris. Gelembung udara dan cairan yang berada pada tempat berbentuk bola atau silinder sebagai penunjuk bahwa teropong sipat datar atau theodolite telah sejajar dengan bidang yang memiliki energi potensial yang sama. Proyeksi peta yang sumbu putar buminya berimpit dengan garis normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder). Proyeksi peta yang sumbu putar buminya membentuk sudut tajam (< 90o) dengan garis normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder). Metode pengukuran menggunakan alat-alat sederhana (prisma, pita ukur, jalon). Posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu Y yang arahnya vertical pada bidang datar. Pengukuran untuk mengetahui posisi absolute dan posisi relative Objek-objek di atas permukaan bumi. Proyeksi garis geodesic pada bidang proyeksi. Suatu fungsi pada analisis pemetaan digital dan GIS yang Menumpangtindihkan tema-tema dengan jenis pengelompokkan yang berbeda.

B-4

Lampiran : B

Pantograph

:

Paralel

:

Pegas

:

Pesawat Phytagoras

: :

Planimeter Planimetris Point Set

: : :

Polar Polyeder

: :

Polygon

:

Profil

:

Proyeksi peta

:

Radian

:

RAM

:

Raster

:

Remote Sensing

:

Resiprocal

:

Reversible level

:

Rotasi

:

Alat yang digunakan untuk memperbesar atau memperkecil objek gambar. Garis-garis khayal yang tegak lurus garis meridian dan melingkari bumi. Paralel nol berada di equator atau garis khatulistiwa. Gulungan kawat berbentuk spiral yang dapat memanjang dan memendek karena gaya tekan atau tarik yang digunakan pada alat sipat datar. Istilah untuk alat ukur optis waterpass atau theodolite. Ilmuwan yang menemukan rumusan kuadrat garis terpanjang di suatu segitiga dengan salah satu sudutnya 90o adalah sama dengan perjumlahan kuadrat 2 sisi yang lain. Alat untuk menghitung koordinat secara konvensional. Bidang datar (2 dimensi) yang dinyatakan dalam sumbu X dan Y Pengaturan koordinat peta analog agar sesuai dengan koordinat pada sistem koordinat peta digital yang titik-titik ikat acuannya adalah titik-titik di peta analog yang identik dengan titik-titik di peta digital yang telah ada. Sistem koordinat kutub (sudut dan jarak). Sistem proyeksi dengan bidang perantara kerucut, sumbu putar bumi berimpit dengan garis normal kerucut, informasi geometric yang dipertahankan sama adalah sudut (conform) dan tangent. Serangkaian garis-garis yang membentuk kurva terbuka atau Tertutup untuk menentukan koordinat titik-titik di atas permukaan bumi. Potongan gambaran turun dan naiknya permukaan tanah baik memanjang atau melintang. Proses memindahkan informasi geometrik dari bidang lengkung (bola/ellipsoidal) ke bidang datar melalui bidang perantara (bidang datar, kerucut, silinder). Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut satu putaran = 2 ʌ ҏradian. ʌ = 22/7 = 3,14…… Random Acces Memory. Bagian dalam komputer yang digunakan sebagai tempat menyimpan dan memroses fungsifungsi matematis untuk sementara waktu. Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan unit-unit terkecil berbentuk bujur sangkar. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan resolusi. Penginderaan jauh. Pemetaan bentuk permukaan bumi menggunakan satelit buatan dengan ketinggian tertentu yang direkam secara digital dengan ukuran-ukuran kotak tertentu yang dinamakan pixel. Salah satu metode pengukuran beda tinggi dengan menggunakan 2 alat sipat datar dan rambunya yang dipisahkan oleh halangan alam berupa sungai atau lembah dan dilakukan bolak-balik untuk meningkatkan ketelitian hasil pengukuran. Sipat datar optis tipe reversi yang teropongnya dapat diputar pada sumbu mekanis dan disangga oleh bagian tengah yang mempunyai sumbu tegak. Perubahan posisi suatu objek karena diputar pada suatu sumbu putar tertentu.

B-5

Lampiran : B

Sarrus

:

Scanner

:

Sentisimal

:

Simetris Sinus

: :

Skala

:

Softcopy Software Stadia

: : :

Statif Tachymetri

: :

Tangen

:

Tilting level

:

TM-3

:

Topografi

:

Total Station

:

Trace

:

Transit

:

Transversal

:

Triangulasi

:

Triangulaterasi

:

Tribach Trigonometri

: :

Trilaterasi

:

Orang yang menemukan rumusan perhitungan luas dengan nilainilai koordinat batas kurva. Alat yang mengubah gambar-gambar atau peta-peta analog Menjadi gambar-gambar/peta-peta digital dengan cara mengkilas. Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan grid, centigrid, centicentigrid. Satu putaran = 400g, 1g=100c, 1c=100cc. Bagian yang dibagi sama besar oleh suatu garis diagonal. Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap sisi miring. Nilai perbandingan besaran jarak atau luas di atas kertas terhadap jarak dan luas di lapangan. Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk file-file digital. Perangkat lunak computer untuk berbagai macam kepentingan. Benang tipis berwarna hitam yang tampak di dalam teropong alat. Kaki tiga untuk menyangga alat waterpass atau theodolite optis. Metode pengukuran titik-titik detail menggunakan alat theodolite yang diikatkan pada pengukuran kerangka dasar vertikal dan horisontal. Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap sisi miring. Sipat datar optis tipe jungkit yang sumbu tegak dan teropong Dihubungkan dengan engsel dan sekrup pengungkit. Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator dengan faktor o Skala di meridian sentral adalah 0,9999 dan lebar zone = 3 . Peta yang menyajikan informasi di atas permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia dengan skala sedang dan kecil. Alat ukur theodolite yang dilengkapi dengan perangkat elekronis untuk menentukan koordinat dan ketinggian titik detail secara otomatis digital menggunakan gelombang elektromagnetis. Serangkaian garis yang merupakan garis tengah suatu bangunan (jalan, saluran, jalur lintasan). Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang bobotnya adalah perbandingan antara jarak proyeksi pada sumbu X atau Y terhadap total jarak proyeksi pada sumbu X atau Y. Proyeksi peta yang sumbu putar buminya tegak lurus (membentuk sudut 90o) dengan garis normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder). Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudutnya untuk Menentukan koordinat titik-titik di lapangan. Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudut dan jarak-jaraknya di lapangan untuk menentukan koordinat titik-titik di lapangan. Penyangga sumbu kesatu dan teropong. Bagian dari ilmu matematika yang diaplikasikan untuk Menghitung beda tinggi antara beberapa titik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan bukit (8%< slope < 40 %). Serangkaian segitiga yang diukur jarak-jaraknya untuk Menentukan koordinat titik-titik di lapangan.

B-6

Lampiran : B

Trivet

:

Unting-unting

:

UTM

:

Vektor

:

Vertikal Visual Waterpass

: : :

WGS-84

:

Zenith Zone

: :

Bagian terbawah dari alat sipat datar dan theodolite yang dapat dikuncikan pada statif. Bentuk silinder-kerucut terbuat dari kuningan yang digantung di bawah alat waterpass atau theodolite sebagai penunjuk arah titik nadir atau pusat bumi yang mewakili titik patok. Universal Transverse Mercator. Sistem proyeksi peta global yang memiliki lebar zona 6o sehingga jumlah zona UTM seluruh dunia adalah 60 zona. Bidang perantara yang digunakan adalah silinder dengan posisi transversal (sumbu putar bumi tegak lurus terhadap garis normal silinder), informasi geometrik yang dipertahankan sama adalah sudut (konform) dan secant. Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan garis, titik dan kurva. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan resolusi. Garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi. Penglihatan kasat mata. Alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi garis bidik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan datar (slope < 8 %). World Geodetic System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang Memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah geoid). Titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi. Kurva yang dibatasi oleh batas-batas dengan kriteria tertentu.

B-7

Lampiran : C

DAFTAR TABEL No 1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

15

16

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Teks Ketelitian posisi horizontal (x,y) titik triangulasi Tingkat Ketelitian Pengukuran Sipat Datar Tingkat Ketelitian Pengukuran Sipat Datar Ukuran kertas untuk penggambaran hasil pengukuran dan pemetaan Formulir pengukuran sipat datar Formulir pengukuran sipat datar Kelas proyeksi peta Aturan kuadran trigonometris Cara Sentisimal ke cara seksagesimal Cara Sentisimal ke cara radian Cara seksagesimal ke cara radian Cara radian ke cara sentisimal Cara seksagesimal ke cara radian Buku lapangan untuk pengukuran sudut dengan repitisi. Metode perhitungan perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi Arti dari perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi. Buku lapangan sudut vertikal. Daftar Logaritma Hitungan dengan cara logaritma Hitungan cara logaritma Ukuran Kertas Seri A Bacaan sudut Jarak Formulir pengukuran poligon 1 Formulir pengukuran poligon 2 Formulir pengukuran poligon 3 Contoh perhitungan garis bujur ganda format daftar planimeter tipe 1 format daftar planimeter tipe 2

Hal

No

Teks

14

30 31

60

32

95

33

Formulir pengukuran titik detail Formulir pengukuran titik detail posisi 1 Formulir pengukuran titik detail posisi 2 Formulir pengukuran titik detail posisi 3 Formulir pengukuran titik detail posisi 4 Formulir pengukuran titik detail posisi 5 Formulir pengukuran titik detail posisi 6 Formulir pengukuran titik detail posisi 7 Formulir pengukuran titik detail posisi 8 Bentuk muka tanah dan interval kontur. Tabel perhitungan galian dan timbunan Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan Keunggulan dan kekurangan pemetaan digital dengan konvensional Contoh keterangan warna gambar Keterangan koordinat Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS dengan manual/pemetaan Digital Pendigitasian Konvensional di banding pendigitasian GPS Beberapa fungsi tetangga sederhana Perbandingan Bentuk Data Raster dan Vektor

107 114 115 122 139 147 148 149 150

34 35 36 37 38 39 40 41

151 42 183 43 183 44 184 184 200

45 46

204 225 276 280 280 296 297 298

47 48 49

Hal 366 367 368 369 370 371 372 373 374 382 422

424

425

435 458 458

470 486 497 499

312 319 319

C-1

Lampiran : D

DAFTAR GAMBAR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Teks Anggapan bumi Ellipsoidal bumi Aplikasi pekerjaan pemetaan pada bidang teknik sipil Staking out Pengukuran sipat datar optis Alat sipat datar Pita ukur Rambu ukur Statif Barometris Pengukuran Trigonometris Pengukuran poligon Jaring-jaring segitiga Pengukuran pengikatan ke muka Pengukuran collins Pengukuran cassini Macam – macam sextant Alat pembuat sudut siku cermin Prisma bauernfiend Jalon Pita ukur Pengukuran titik detail tachymetri Diagram alir pengantar survei dan pemetaan Kesalahan pembacaan rambu Pengukuran sipat datar Prosedur Pemindahan Rambu Kesalahan Kemiringan Rambu Pengaruh kelengkungan bumi Kesalahan kasar sipat datar Kesalahan Sumbu Vertikal Pengaruh kesalahan kompas theodolite Sket perjalanan Gambar Kesalahan Hasil Survei Kesalahan karena penurunan alat Pembacaan pada rambu I Pembacaan pada rambu II

Hal 2 3 6 6 7 9 9 9 9 10 10 12 15 16 17 18 18 19 19 19 19 21 22 26 27 27 28 29 30 31 36 37 37 39 40 41

No

Teks

Hal

37 38 39 40 41 42 43 44

Kesalahan Skala Nol Rambu Bukan rambu standar Sipat Datar di Suatu Slag Rambu miring Kelengkungan bumi Kelengkungan bumi Refraksi atmosfir Model diagram alir teori kesalahan Pengukuran sipat datar optis Keterangan pengukuran sipat datar Cara tinggi garis bidik Cara kedua pesawat di tengahtengah Keterangan cara ketiga Cotoh pengukuran resiprokal Sipat datar tipe jungkit Contoh pengukuran resiprokal Dumpy level Tipe reversi Dua macam tilting level Bagian-bagian dari tilting level Instrumen sipat datar otomatis Bagian-bagian dari sipat datar otomatis Rambu ukur Contoh pengukuran trigonometris Gambar koreksi trigonometris Bagian-bagian barometer Barometer Pengukuran tunggal Pengukuran simultan Model diagram alir pengukuran kerangka dasar vertikal Proses pengukuran Arah pengukuran Alat sipat datar Rambu ukur Cara menggunakan rambu ukur di lapangan Statif Unting-unting Patok kayu dan beton/ besi Pita ukur Payung

42 43 47 54 55 55 56

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76

57 61 63 63 65 65 67 67 68 72 73 74 75 76 76 78 79 80 81 82 84 85 87 91 91 92 92 93 93 93 94 94 94

D-1

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

77 78 79

Cat dan kuas Pengukuran sipat datar Pengukuran sipat datar rambu ganda Pengukuran sipat datar di luar slag rambu Pengukuran sipat datar dua rambu Pengukuran sipat datar menurun Pengukuran sipat datar menaik Pengukuran sipat datar tinggi bangunan Pembagian kertas seri A Pengukuran kerangka dasar vertikal Diagram alir pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya terhadap bidang datum Geometri elipsoid. Rhumbline atau loxodrome menghubungkan titik-titik Oorthodrome dan loxodrome pada proyeksi gnomonis dan proyeksi mercator. Proyeksi kerucut: bidang datum dan bidang proyeksi. Proyeksi polyeder: bidang datum dan bidang proyeksi. Lembar proyeksi peta polyeder di bagian lintang utara dan lintang selatan Konvergensi meridian pada proyeksi polyeder. Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi pada proyeksi UTM Proyeksi dari bidang datum ke bidang proyeksi. Pembagian zone global pada proyeksi UTM. Konvergensi meridian pada proyeksi UTM Sistem koordinat proyeksi peta UTM. Grafik faktor skala proyeksi peta UTM Peta kota Bandung Peta Geologi

95 98

104 105 106 107 108 109 110 111 112 113

Peta statistik Peta sungai Peta jaringan Peta dunia Sistem koordinat geografis Bumi sebagai spheroid. Sudut jurusan Aturan kuadran geometris Aturan kuadran trigonometris Model diagram alir sistem koordinat proyeksi peta dan aturan kuadran Pembacan derajat Pembacaan grade Pembacaan menit Pembacaan centigrade Sudut jurusan Sudut miring Cara pembacaan sudut mendatar dan sudut miring Arah sudut zenith (sudut miring). Theodolite T0 Wild Theodolite Metode untuk menentukan arah titik A. Metode untuk menentukan arah titik A dan titik B. Theodolite (tipe sumbu ganda) Theodolite (tipe sumbu tunggal) Sistem lensa teleskop Penyimpangan kromatik Penyimpangan speris Diafragma (benang silang) Tipe benang silang Pembidik Ramsden Teleskop pengfokus dalam Niveau tabung batangan Niveau tabung bundar. Hubungan antara gerakan gelembung dan inklinasi. Berbagai macam lingkaran graduasi. Vernir langsung. Pembacaan vernir langsung Pembacaan vernir mundur 20,7.

134 134 135 135 138 138 140 140 140

80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103

99 100 101 101 102 102 107 116 117 123 124 124 124 125 125

114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127

126 126 128 129 129 130 131 131 133 133

128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141

141 155 155 155 155 156 156 156 157 158 159 160 160 162 162 162 164 164 164 164 165 165 166 166 167 168 168 168 168

D-2

Lampiran : D

No

Teks

142

Pembacaan berbagai macam vernir. Sistem optis theodolite untuk mikrometer skala. Pembacaan mikrometer skala Sistem optis mikrometer tipe berhimpit. Contoh pembacaan mikrometer tipe berhimpit. Sistem optis theodolite dengan pembacaan tipe berhimpit Alat penyipat datar speris. Alat penyipat datar dengan sentral bulat. Unting-unting Alat penegak optis Kesalahan sumbu kolimasi. Kesalahan sumbu horizontal Kesalahan sumbu vertikal. Kesalahan eksentris. Kesalahan luar. Penyetelan sekrup-sekrup penyipat datar Penyetelan benang silang (Inklinasi). Penyetelan benang silang (Penyetelan garis longitudinal). Penyetelan sumbu horizontal. Pengukuran sudut tunggal. Metode arah Metode sudut. Koreksi otomatis untuk sudut elevasi Metode pengukuran sudut vertikal (1). Metode observasi sudut vertikal (2). Metode observasi sudut vertikal (3). Diagram alir macam sistem besaran sudut Pengukuran Jarak Lokasi Patok Spedometer Pembagian kuadran azimuth Azimuth Matahari Pengikatan Kemuka Pengikatan ke muka

143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175

Hal

No

Teks

Hal

169

176 177 178

Pengikatan ke muka Pengikatan ke muka Model Diagram Alir Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka Kondisi alam yang dapat dilakukan cara pengikatan ke muka Kondisi alam yang dapat dilakukan cara pengikatan ke belakang Pengikatan ke muka Pengikatan ke belakang Tampak atas permukaan bumi Pengukuran yang terpisah sungai Alat Theodolite Rambu ukur Statif Unting-unting Contoh lokasi pengukuran Penentuan titik A,B,C dan P Pemasangan Theodolite di titik P Penentuan sudut mendatar Pemasangan statif Pengaturan pembidikan theodolite Penentuan titik penolong Collins Besar sudut Į dan ȕ Garis bantu metode Collins Penentuan koordinat H dari titik A Menentukan sudut Įah Menentukan rumus dah Penentuan koordinat H dari titik B Menentukan sudut D bh

202 203

169 169

179 170 170 170 171 171 172 172 172 174 174 175 175 176 177 177 178 179 182 183 183 185 185 185 186 189 190 191 193 196 198 199

180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208

Menentukan rumus dbh Penentuan koordinat P dari titik A Menentukan sudut Įap Menentukan sudut Ȗ Menentukan rumus dap Penentuan koordinat P dari titik B

205 208 208 209 209 210 210 211 212 212 212 212 213 213 213 214 214 215 216 217 217 217 218 218 218 219 219 219 219 220 220

D-3

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

209 210 211

Menentukan sudut Įbp Menentukan rumus dbp Cara Pengikatan ke belakang metode Collins Menentukan besar sudut Į dan ȕ Menentukan koordinat titik penolong Collins Menentukan titik P Menentukan koordinat titik A,B dan C pada kertas grafik Garis yang dibentuk sudut Į dan ȕ Pemasangan transparansi pada kertas grafik Model diagram alir cara pengikatan ke belakang metode collins Pengukuran di daerah tebing Pengukuran di daerah jurang Pengukuran terpisah jurang Pengikatan ke belakang metode Collins Pengikatan ke belakang metode Cassini Theodolite Rambu ukur Statif Unting-unting Pengukuran sudut Į dan ȕ di lapangan. Lingkaran yang menghubungkan titik A, B, R dan P. Lingkaran yang menghubungkan titik B, C, S dan P. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini Menentukan dar Menentukan Įar Menentukan das Menentukan Įas Penentuan koordinat titik A, B dan C. Menentukan sudut 900 – Į dan 0 90 - ȕ Penentuan titik R dan S Penarikan garis dari titik R ke S

220 220

240 241

Penentuan titik P Model diagram alir cara pengikatan ke belakang metode cassini Poligon terbuka Poligon tertutup Poligon bercabang Poligon kombinasi Poligon terbuka tanpa ikatan Poligon Terbuka Salah Satu Ujung terikat Azimuth Poligon Terbuka Salah Satu Ujung Terikat Koordinat Poligon Terbuka Salah Satu UjungTerikat Azimuth dan Koordinat Poligon Terbuka Kedua Ujung Terikat Azimuth Poligon terbuka, salah satu ujung terikat azimuth sedangkan sudut lainnya terikat koordinat Poligon Terbuka Kedua Ujung Terikat Koordinat Poligon Terbuka Salah Satu Ujung Terikat Koordinat dan Azimutk Sedangkan Yang Lain Hanya Terikat Azimuth Poligon Terbuka Salah Satu Ujung Terikat Azimuth dan Koordinat Sedangkan Ujung Lain Hanya Terikat Koordinat Poligon Terbuka Kedua Ujung Terikat Azimuth dan Koordinat Poligon Tertutup Topcon Total Station-233N Statif Unting-Unting Patok Beton atau Besi Rambu Ukur Payung Pita Ukur Formulir dan alat tulis Benang Nivo Kotak Nivo tabung Nivo tabung Jalon Di Atas Patok

248

212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239

222

229

242 243 244 245 246 247

229

248

229

249

230 233 233 234

250

235

252

235 236 236 236 237

253

228 228 228

251

254

238 255 238 239 239 240 240 241 241 248 248 248 248

256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269

249 255 255 255 256 256 257 257 258 259

259 260

261

262 263 263 265 265 266 266 267 267 267 268 268 269 269 269 271

D-4

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

270 271 272 273 274

Penempatan Rambu Ukur Penempatan Unting-Unting Pembagian Kertas Seri A Skala Grafis Situasi titik-titik KDH poligon tertutup metode transit Situasi titik-titik KDH poligon tertutup metode bowdith Situasi lapangan metode transit Situasi lapangan metode Bowditch Model Diagram Alir kerangka dasar horizontal metode poligon Metode diagonal dan tegak lurus Metode trapesium Offset dengan interval tidak tetap Offset sentral Metoda simpson Metoda 3/8 simpson Garis bujur ganda pada poligon metode koordinat tegak lurus Metode koordinat tegak lurus Metode kisi-kisi Metode lajur Planimeter fixed index model Sliding bar mode dengan skrup penghalus Sliding bar mode tanpa skrup penghalus Pembacaan noneus model 1 dan 2 Bacaan roda pengukur Penempatan planimeter Gambar kerja Gambar pengukuran peta dengan planimeter liding bar model yang tidak dilengkapi zero setting (pole weight/diluar kutub) Hasil bacaan positif Hasil bacaan negatif Pengukuran luas peta pole weight (pemberat kutup) di dalam peta Pengukuran luas peta pole weight dalam peta

271 272 276 277

301

299

303

300 301

304

Pembagian luas yang sama dengan garis lurus sejajar salah satu segitiga Pembagian luas yang sama dengan garis lurus melalui sudut puncak segitiga Pembagian dengan perbandingan a : b : c Pembagian dengan perbandingan m : n oleh suatu garis lurus melalui salah satu sudut segiempat Pembagian dengan garis lurus sejajar dengan trapesium Pembagian suatu poligon Penentuan garis batas Perubahan segi empat menjadi trapesium Pengurangan jumlah sisi polygon tanpa merubah luas Perubahan garis batas yang berliku-liku menjadi garis lurus Perubahan garis batas lengkung menjadi garis lurus Posisi start yang harus di klik Start – all Program – autocad 2000 Worksheet autocad 2000 Open file Open file Gambar penampang yang akan dihitung Luasnya Klik poin untuk menghitung luas Klik poin untuik menghitung luas Diagram alir perhitungan luas Prinsip tachymetri Sipat datar optis luas Pengukuran sipat datar luas Tripod pengukuran vertikal Theodolite Topcon Statif Unting-unting Jalon di atas patok Pita ukur Rambu ukur Payung Formulir Ukur

275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296

297 298 299 300

302

302 305 303 307 308 309 309 309 310 311 312 313 313 314

306 307 308 309 310 311 312 313

315

314 315 316 317

316

318

317 318 321 321

319

322 323 324 325 327

320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332

Hal

327 328 328

328 328 329 330 330 330 331 331 331 331 332 332 332 332 333 333 334 339 341 350 350 353 353 353 354 354 354 354 354

D-5

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

333 334 335 336

Cat dan Kuas Benang Segitiga O BT O’ Pengukuran titik detail tachymetri Theodolit T0 wild Siteplan pengukuran titik detail tachymetri Kontur tempat pengukuran titik detail tachymetri Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 1 Pengukuran titik detail tachymetri dengan garis kontur 2 Diagram alir Pengukuran titiktitik detail metode tachymetri Pembentukan garis kontur dengan membuat proyeksi tegak garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi. Penggambaran kontur Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai Garis kontur pada daerah sangat curam. Garis kontur pada curah dan punggung bukit. Garis kontur pada bukit dan cekungan Kemiringan tanah dan kontur gradient Potongan memanjang dari potongan garis kontur Bentuk, luas dan volume daerah genangan berdasarkan garis kontur. Rute dengan kelandaian tertentu. Titik ketinggian sama berdasarkan garis kontur Garis kontur dan titik ketinggian Pengukuran kontur pola spot level dan pola grid. Pengukuran kontur pola radial. Pengukuran kontur cara langsung Interpolasi kontur cara taksiran

355 355 358

359

Letak garis pantai dan garis kontur 1m Perubahan garis pantai dan garis kontur sesudah kenaikan muka air laut. Garis kontur lembah, punggungan dan perbukitan yang memanjang. Plateau Saddle Pass Menggambar penampang Kotak dialog persiapan Surfer Peta tiga dimensi Peta kontur dalam bentuk dua dimensi. Lembar worksheet. Data XYZ dalam koordinat kartesian Data XYZ dalam koordinat decimal degrees. Jendela editor menampilkan hasil perhitungan volume. Jendela GS scripter Simbolisasi pada peta kontur dalam surfer. Peta kontur dengan kontur interval I. Peta kontur dengan interval 3 Gambar peta kontur dan model 3D. Overlay peta kontur dengan model 3D Base map foto udara. Alur garis besar pekerjaan pada surfer. Lembar plot surfer. Obyek melalui digitasi. Model diagram alir garis kontur, sifat dan interpolasinya Sipat datar melintang Tongkat sounding Potongan tipikal jalan Contoh penampang galian dan timbunan Meteran gulung Pesawat theodolit Jalon

337 338 339 340 341 342 343

344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358

359 361 362 363 364 365 375

360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371

378 379 380 380

372 373 374 375

381

376 377

381

378

382

379 380

383 383 383 384 384 385 385 386 387

381 382 383 384 385 387 388 389 390 391

Hal

389 389 390 391 391 391 393 394 395 395 396 396 397 397 398 399 399 400 401 401 402 402 403 404 405 410 410 411 412 413 413 413

D-6

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

392 393 394

Rambu ukur Stake out pada bidang datar Stake out pada bidang yang berbeda ketinggian Stake out beberapa titik sekaligus Volume cara potongan melintang rata-rata Volume cara jarak rata-rata Volume cara prisma Volume cara piramida kotak Volume cara dasar sama bujur sangkar Volume cara dasar sama – segitiga volume cara kontur Penampang melintang jalan ragam 1 Penampang melintang jalan ragam 2 Penampang melintang jalan ragam 3 Penampang trapesium Penampang timbunan Koordinat luas penampang Volume trapesium Penampang galian Penampang timbunan Penampang galian dan timbunan Penampang melintang galian dan timbunan Diagram alir perhitungan galian dan timbunan Perangkat keras Perangkat keras Scanner Peta lokasi Beberapa hasil pemetaan digital, yang dilakukan oleh Bakosurtanal Salah satu alat yang dipakai dalam GPS type NJ 13 Hasil Foto Udara yang dilakukan di daerah Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan pasca Tsunami, untuk keperluan Infrastruktur Rehabilitasi dan Konstruksi

413 413

421

Hasil Foto Udara yang dilakukan di daerah Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan pasca Tsunami, untuk keperluan Infrastruktur Rehabilitasi dan Konstruksi Contoh Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD Contoh : Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD Hasil pemetaan Digital Menggunakan AutoCAD Tampilan auto cad Current pointing device Grid untuk pengujian digitizer Grid untuk peta skala 1:25.000. Bingkai peta dan grid UTM per 1000 m Digitasi jalan arteri dan jalan lokal, (a) peta asli, (b) hasil digitasi jalan, kotak kecil adalah vertex (tampil saat objek terpilih). Perbesaran dan perkecilan Model Digram Alir Pemetaan Digital Contoh : Penggunaan Komputer dalam Pembuatan Peta Contoh : Penggunaan Komputer dalam Pembuatan Peta Komputer sebagai fasilitas pembuat peta Foto udara suatu kawasan Contoh : Peta udara Daerah Propinsi Aceh Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node), garis (arc) dan luasan (poligon) Peta pemuktahiran pasca bencana tsunami Komponen utama SIG Perangkat keras Perangkat keras keyboard Perangkat keras CPU Perangkat keras Scanner

395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420

414 414 415 415 416 416 416 416 417 421 421 422 425 426 426 427 428 429 430

422 423 424 425 426 427 428 429 430 431

432 433 434 435

431 432 436 436 441

436 437 438 439

442 443

444

440 441 442 443 444 445

Hal

445 453 453 454 454 455 456 457 459 460

461 462 466 470 470 471 471 471 472 472 474 474 475 475 475

D-7

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

446 447 448

Perangkat keras monitor Perangkat keras mouse Peta arahan pengembangan komoditas pertanian kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat Peta Citra radar Tanjung Perak, Surabaya Peta hasil foto udara daerah Nangroe Aceh Darussalam Pasca Tsunami NPS360 for robotic Total Station NK10 Set Holder dan Prisma Canister NK12 Set Holder dan Prisma NK19 Set GPS type NL 10 GPS type NL 14 fixed adapter GPS type NJ 10 with optical plummet GPS type NK 12 Croth single prism Holder Offset : 0 mm GPS type CPH 1 A Leica Single Prism Holder Offset : 0 mm Peta digitasi kota Bandung tentang perkiraan daerah rawan banjir Peta hasil analisa SPM (Suspended Particular Matter) Peta prakiraan awal musim kemarau tahun 2007 di daerah Jawa Peta kedalaman tanah efektif di daerah jawa barat Bandung Peta Curah hujan di daerah Jawa Barat-Bandung Peta Pemisahan Data vertikal dipakai untuk penunjukan kawasan hutan dan perairan Indonesia

475 475

466

492

478

468

478

469

Peta Vegetasi Indonesia (Tahun 2004) Peta perubahan penutupan lahan pulau Kalimantan Peta infrastruktur di daerah Nangreo Aceh Darussalam Garis interpolasi hasil program Surfer Garis kontur hasil interpolasi Interpolasi Kontur cara taksiran Mapinfo GIS Model Diagram Alir Sistem Informasi Geografis

449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465

479 479 479 479 479 480 480

467

470 471 472 473

492 494 505 505 506 507 508

480 480 480 481 481 481 490 490

491

D-8

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.