1. Pedoman Kesiapan Bersekolah Flipbook PDF

1. Pedoman Kesiapan Bersekolah
Author:  l

98 downloads 159 Views 4MB Size

Recommend Stories


Porque. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::
Porque tu hogar empieza desde adentro. www.avilainteriores.com PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Avila Interi

EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF
Get Instant Access to eBook Empresas Headhunters Chile PDF at Our Huge Library EMPRESAS HEADHUNTERS CHILE PDF ==> Download: EMPRESAS HEADHUNTERS CHIL

Story Transcript

ANAKKU SIAP SEKOLAH PEDOMAN & STIMULASI

DIREKTORAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL PAUD, PENDIDIKAN DASAR, DAN PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2020

Diterbitkan oleh:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman Gedung E lt. 7, Senayan Jakarta 10270 Telepon: (021) 57900244 Pengarah: Jumeri Penyunting: Lestari Koesoema Wardhani Penyusun: Muhammad Hasbi Lucia RM Royanto Khumaidi Azizah Muis Rahmitha P Murtiningsih Mareta Wahyuni Dona Paramita Retno Wulandari Reviewer: Harris Iskandar Nia Nurhasanah Elis Widiyawati Eko Tri Rakhmawati Istianingsih Rahayu Penata Letak: Arnalis Ilustrasi: Zalsabila Fawaza Sekretariat: Irawati Malinda Roynaldo

Daftar Isi DAFTAR ISI.............................................................................................. ii PENGANTAR.......................................................................................... iii LATAR BELAKANG................................................................................. 1 Pengertian............................................................................................... 3 TINJAUAN KESIAPAN BERSEKOLAH.................................................. 4 1. Apa yang Dimaksud dengan Kesiapan Bersekolah?...................... 5 2. Mengapa Kesiapan Bersekolah Penting?....................................... 6 3. Siapa dan Bagaimana Perannya dalam Kesiapan Bersekolah?..... 6 3.1. Anak......................................................................................... 6 3.2. Keluarga................................................................................. 10 3.3. Sekolah.................................................................................. 14 Daftar Pustaka...................................................................................... 23

ii

Pengantar

Masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa emas, karena otak anak berkembang cepat dan anak berada dalam kapasitas terbaiknya untuk tumbuh dan berkembang. Pada periode peka ini, perkembangan anak dari segi fisik, sosial-emosional dan kognitif berlangsung pesat. Dari banyak penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa program pendidikan anak usia dini yang terencana dengan baik akan memberikan hasil positif pada diri anak. Perkembangan dan peningkatan anak dalam belajar di periode ini akan meningkatkan prestasi pendidikan dan perilaku sosial anak di masa-masa selanjutnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pendidikan anak usia dini mendapatkan perhatian besar dari pihak pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan usia dini pada dasarnya sama dengan pendidikan pada umumnya, sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Adapun tujuan penyertanya adalah agar dapat membantu mempersiapkan anak mencapai kesiapan belajar atau mencapai kesiapan menghadapi kegiatan yang lebih bersifat akademik di sekolah kelak.

iii

Buku pedoman ini ditujukan untuk para orang tua maupun pendidik, agar dapat memanfaatkannya dalam mendampingi putra putrinya baik di rumah maupun di sekolah, terutama agar anak-anaknya dapat siap bersekolah pada jenjang Sekolah Dasar. Dalam pedoman ini akan dibahas mengenai pentingnya kesiapan bersekolah ditinjau dari berbagai aspek perkembangan anak serta kesiapan keluarga dan sekolah dalam memberikan pelayanan yang optimal. Buku pedoman ini selain dapat dipergunakan oleh orang tua, juga dapat dipergunakan oleh para guru dan pendamping di Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Satuan PAUD Sejenis (SPS), Sekolah Dasar Kelas Awal, Bina Keluarga Balita, maupun Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kerjasama dari berbagai pihak akan dapat membantu kesiapan anak untuk bersekolah, oleh karena itu buku pedoman ini baik untuk dibaca dan dimanfaatkan oleh semua pihak. Buku pedoman ini merupakan pengantar untuk 3 (tiga) buku panduan dan 3 (tiga) toolkit terkait dengan Kesiapan Anak, Kesiapan Keluarga dan Kesiapan Sekolah. Ketiga buku panduan dan ketiga toolkit dirancang untuk membantu orang tua dan guru dalam memberikan pengayaan pada anak agar dapat siap untuk bersekolah.

iv

Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mencakup anak usia 0-6 tahun, sebagaimana dituliskan di UU Sikdiknas No.20/2003 ayat 1. Pentingnya mempersiapkan anak masuk SD diperkuat oleh PP no 2 tahun 2018 dan diperjelas melalui Juknis Bantuan Pra SD tahun 2019. Pada masa ini terjadi proses transisi anak dari rumah ke taman kanak-kanak (menjelang anak berusia 4 tahun) dan transisi anak dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar. Dengan demikian, orang tua dan guru harus memandang pendidikan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan hingga anak siap belajar di sekolah dasar. Oleh karena program kesiapan bersekolah ini berlangsung dalam pendidikan anak usia dini, maka prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini harus dilaksanakan. Prinsip-prinsip tersebut mengacu pada Peta Jalan Pendidikan Anak Usia Dini yang berisi antara lain: · Bermain adalah belajar. Bermain merupakan cara yang tepat bagi anak untuk dapat mengembangkan berbagai keterampilan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini didukung oleh sifat kegiatan bermain yang menyenangkan, alamiah dan tidak ada paksaan ataupun tekanan. · Prinsip perkembangan bersifat holistik integratif. Pusat utama adalah anak, dimana orang tua dan guru perlu memberikan layanan yang utuh dan menyeluruh yang mencakup layanan kesehatan, pendidikan, pengasuhan dan perlindungan sehingga anak dapat berkembang secara optimal. · Anak perlu difasilitasi agar mendapatkan pembelajaran yang bermakna dimana anak dapat mengaitkan berbagai pengalaman yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang diperolehnya, dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. · Konsep PAUD, yang mengacu pada kesiapan anak untuk masuk SD, seyogyanya melibatkan kesiapan keluarga, sekolah dan masyarakat yang memberikan stimulasi yang tepat bagi anak sehingga anak dapat siap bersekolah.

1

Di beberapa negara, salah satunya New Zealand, kesiapan bersekolah sudah sejak lama dipertimbangkan sebagai hasil akhir dari kajian penelitian pendidikan anak usia dini. Kerangka kurikulum nasionalnya difokuskan pada pengalaman kebersamaan, hubungan saling memiliki dengan komunitas, pemberdayaan, dan perkembangan secara holistik. Tujuannya adalah agar anak dapat tumbuh menjadi pembelajar yang kompeten dan percaya diri, memiliki jiwa dan raga yang sehat, merasa aman di lingkungannya, dan dapat mengembangkan pengetahuannya sebagai bentuk kontribusi terhadap masyarakat. Di Finlandia, sebagai salah satu negara di dunia yang memiliki sistem pendidikan terbaik, fokus pendidikan untuk anak usia dini lebih ditekankan pada kesehatan dan kesejahteraan anak, pengembangan keterampilan fisik, sosial-emosional, komunikasi dan pendekatan dalam belajar, bukan pembelajaran yang bersifat drilling agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung.

2

Pengertian Kesiapan anak bersekolah perlu dimaknai sebagai segala kegiatan dan kondisi dalam mempersiapkan anak ke sekolah yang merupakan tanggung jawab bersama. Kesiapan bersekolah merupakan strategi yang memungkinkan untuk menjembatani adanya kesenjangan belajar. Selain itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan persamaan dalam mencapai belajar sepanjang hayat dan peningkatan potensi anak usia dini. Kesiapan bersekolah perlu merujuk pada filosofi bahwa penyesuaian anak untuk masuk ke sekolah dapat dilakukan dengan baik ketika anak difasilitasi oleh para pendidik (orang tua dan guru) untuk dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam belajar dan menyesuaikan diri dengan harapan sekolah. Konsep kesiapan bersekolah dan transisi harus mempertimbangkan keyakinan orang tua dan guru tentang perkembangan dan belajar pada anak, yang tidak hanya didasarkan pada kemampuan akademik semata. Dengan demikian, orang tua dan guru perlu memahami latar belakang dan pengalaman anak, kematangan anak, serta mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan anak dalam memberikan stimulasi pendidikan. Hal ini terkait dengan kebutuhan anak untuk mendapatkan dukungan dan lingkungan yang kondusif. Anak membutuhkan dukungan sosial emosional, hubungan dan komunikasi yang baik, sikap atau rasa saling percaya dan aktivitas belajar yang mendukung. Apabila anak dapat difasilitasi untuk menjalankan proses ini dengan semangat dan rasa gembira, maka anak akan dapat mengembangkan sikap yang positif, baik terhadap dirinya, aktivitas pembelajaran yang dilakukannya, maupun lingkungannya. Pada akhirnya well-being (kesejahteraan psikologis) anak dapat terbangun sehingga anak memiliki kepribadian yang mantap. Kesiapan anak bersekolah memiliki kaitan yang erat dengan proses transisi anak untuk masuk ke jenjang yang lebih lanjut, dalam hal ini transisi dari pendidikan usia dini atau taman kanak-kanak ke sekolah dasar. Dengan demikian transisi yang akan dijalani anak harus dipandang sebagai sebuah proses perubahan yang sedikit demi sedikit, bukan sekedar satu waktu tertentu. Para ahli menggambarkan program transisi ibarat memberikan jembatan bagi anak menuju ke lingkup sekolah. Peran orang-orang di sekitar anak sangat penting dalam memberikan pengalaman, pengetahuan dan berbagai keterampilan baru untuk anak, sehingga anak memiliki kesiapan bersekolah. Pedoman ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran dan pemahaman bersama antara orang tua dan guru agar dapat berkolaborasi dan saling mendukung, sehingga anak dapat berkembang secara optimal.

3

Tinjauan Kesiapan Bersekolah Tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh berbagai lapisan sistem yang melingkupinya. Dalam lingkup yang lebih kecil, pada tahapan usia dini, anak berhadapan dengan lingkungan yang paling dekat dengannya, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat di sekitarnya. Oleh karenanya, pengaruh tersebut bermula dari lapisan terdekat dengan anak, yaitu keluarga (Bronfenbrenner, 1979). Gambar 1: Anak dan Lingkungan Terdekatnya

Di dalam keluarga, setiap anggota dapat berpengaruh pada anak, baik ibu, ayah maupun kakak atau adiknya. Ketika anak lebih besar, ia mulai ‘keluar’ dari rumah, dan bertemu dengan teman-teman sebaya di sekitar rumahnya, dan ketika ia memasuki sekolah, ia bertemu dengan teman-teman sebaya di sekolahnya. Meskipun lingkup kehidupannya saat ini masih sempit, namun ada lingkungan yang mempengaruhinya secara tidak langsung, misalnya keluarga besar yang mungkin hanya ditemui sesekali saja. Pekerjaan orang tua pun mempengaruhi anak, misalnya ketika ayah bekerja shift, maka anak akan bertemu di saat-saat yang berbeda-beda, atau ibu yang bekerja sebagai penjahit di rumah, maka anak akan bersama ibunya sepanjang hari karena ibu selalu

4

Gambar 2 Lingkungan Ekologis Anak

berada di rumah. Pada lingkup yang lebih besar, pengaruh terhadap anak juga dirasakan, misalnya asal daerah orang tua yang membawa kebiasaankebiasaan, yang kemudian mewarnai kehidupan sehari-hari keluarga.

1. Apa yang Dimaksud dengan Kesiapan Bersekolah? Banyak istilah digunakan untuk menjelaskan kesiapan bersekolah, misalnya pandangan yang melihat kesiapan bersekolah sebagai sebuah proses maturasi. Sebagai contoh, ketika anak mencapai usia 7 tahun, maka otomatis ia siap bersekolah; atau ketika anak dapat memegang telinga kirinya dengan tangan kanan melewati bagian atas kepalanya, maka ia dianggap sudah siap bersekolah. Pandangan lain melihat kesiapan bersekolah sebagai kesiapan untuk sekolah dan kesiapan untuk belajar (Kagan & Rigby, 2003). Dalam pandangan ini kesiapan untuk sekolah mencakup dikuasainya keterampilan bahasa dan berpikir, serta kemampuan untuk memenuhi tuntutan akademis. Kesiapan untuk belajar berkaitan dengan tahapan perkembangan anak serta ketercapaian kapasitas anak untuk belajar di sekolah. Dalam buku pedoman ini, kesiapan bersekolah didefinisikan sebagai:

Kemampuan anak mengelola dirinya dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sosial-emosional, yang merupakan hasil interaksi anak secara terus menerus dengan berbagai pengalaman di lingkungan anak tumbuh dan berkembang sehingga dapat beradaptasi dengan tantangan belajar di jenjang berikutnya.

Pada dasarnya, ada tiga komponen atau lingkup dalam kesiapan bersekolah yang dapat dilihat pada tabel berikut: Komponen/ Lingkup

Aspek/ Sub Lingkup

Kesiapan anak untuk sekolah

· · · ·

Perkembangan fisik dan senso-motorik Perkembangan kognitif Perkembangan sosial-emosional Sikap belajar

Kesiapan keluarga

· Sikap · Dukungan · Stimulasi

Kesiapan sekolah menerima anak

· Tenaga pendidik dan kependidikan · Sarana prasarana · Program kegiatan

5

2. Mengapa Kesiapan Bersekolah Penting? Pada dasarnya, seorang anak diikutkan program PAUD untuk mempersiapkan anak masuk ke tingkat SD dengan membawa keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk dapat berhasil di masa depan. Anak yang siap belajar ketika masuk sekolah, akan lebih besar kemungkinannya untuk dapat sukses di sekolah, yang ditandai dengan aktif terlibat di sekolah dan memiliki semangat berprestasi yang baik. Selain itu, program-program tersebut juga penting untuk menanamkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi tantangan-tantangan, serta mempersiapkan anak untuk menjadi pembelajar di sepanjang hidupnya. Ketika ada aspek yang masih belum berkembang, maka perlu dilakukan stimulasi oleh pihak sekolah dan keluarga. Selanjutnya, jika terdapat masalah perkembangan pada anak yang bersifat khusus, guru maupun orang tua disarankan untuk memeriksakan anak ke ahli terkait seperti dokter, psikolog dan terapis. Dengan demikian, program PAUD tidak hanya bermanfaat selama anak bersekolah, tetapi juga setelah lulus dari sekolah dan berperan sebagai warga masyarakat. Hal yang penting namun sering dilupakan adalah untuk membangkitkan kecintaan pada belajar, atau yang sering disebut oleh Iwan Pranoto (2019) sebagai kasmaran belajar. Kecintaan pada belajar ini perlu ditanamkan mengingat anak-anak ini akan menjalankan pendidikan dalam jangka waktu yang cukup panjang. 3. Siapa dan Bagaimana Perannya dalam Kesiapan Bersekolah? Menurut pendekatan ekologis dari Bronfenbrenner (1979), seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang melingkupinya dan lingkungan itu akan mempengaruhi perkembangan dirinya. Dalam hal ini, lingkungan yang sangat signifikan bagi seorang anak pada usia ini adalah keluarga, sekolah, masyarakat di sekitarnya. 3.1. Anak Kesiapan anak berfokus pada pembelajaran dan perkembangan anak dengan dukungan dari para pendidik, sehingga anak secara bertahap dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar yang baru. Anak yang siap bersekolah memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar di berbagai aspek perkembangan yang memungkinkan anak dapat belajar dengan sukses di sekolah jenjang selanjutnya (UNICEF, 2012). Ditinjau dari segi anak, kesiapan bersekolah merupakan sebuah

6

konsep yang mencakup berbagai dimensi karena meliputi aspek-aspek kesehatan fisik dan perkembangan, kemampuan kognitif, kemampuan sosial emosional, kemampuan berbahasa, motivasi dan sikap kerja yang dalam hal ini disebut sebagai sikap belajar (National Education Goals Panel, 1991; Britto, 2012). Ahli lain memasukkan aspek-aspek yang sejenis secara lebih rinci, seperti perkembangan motorik, kesehatan emosi dan penyesuaian yang positif terhadap pengalaman baru, pengetahuan umum sesuai usia, penyesuaian aspek sosial dan emosi sesuai usia, keterampilan bahasa, pendekatan anak terhadap belajar (termasuk sikap belajar), serta literasi dan numerasi awal (mencakup keterampilan berbicara, kepekaan terhadap struktur dari suara atau bunyi dari bahasa (phonological awareness), pemahaman terhadap printed materials dll). Berikut ini beberapa contoh yang menunjukkan kesiapan anak di tiap aspek perkembangan: No. 1

Aspek/ Sub Lingkup Perkembangan Fisik dan Sensomotorik

Perkembangan fisik dan senso-motorik merupakan proses perkembangan yang berkesinambungan pada pembentukan tulang, tumbuh kembang gerakan otot-otot dan saraf sesuai dengan rentang usianya yang akan memengaruhi keterampilan anak dalam bergerak.

Aspek perkembangan ini mencakup dua keterampilan, yaitu: keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Tujuan dikembangkannya aspek fisik dan senso-motorik adalah agar anak siap untuk menjalankan kegiatan di jenjang berikutnya.

Contoh Keterampilan Motorik Kasar, seperti: - Duduk tegak

- Berjalan lurus dan bervariasi - Lari dan lompat

- Melempar dan menangkap bola - Menggunakan tongkat untuk memukul bola

Keterampilan Motorik Halus, seperti: - Menulis dengan tiga jari

- Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/ kanan, dan lingkaran - Menggunting sesuai pola

7

No. 2

Aspek/ Sub Lingkup Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif mengacu pada bagaimana proses berpikir, kecerdasan dan bahasa berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (King, 2017).

Contoh Bahasa, seperti:

- Memahami ucapan atau perintah dari guru - Mengungkapkan keinginannya dengan menggunakan kata-kata

Kemampuan Memecahkan Masalah, seperti:

- Menyelesaikan masalah dengan yakin dan percaya diri berdasarkan hasil telaah atau kajian dari pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh sebelumnya - Mengetahui dan memahami fungsi suatu benda, serta menggunakan sesuai dengan aturan berdasarkan informasi yang diperolehnya. Kemampuan Berpikir Logis, seperti: - Mengenal perbedaan

- Mengklasifikasi dan mengurutkan benda - Mengenal pola minimal 4 jenis - Mengenal sebab akibat - Menunjukkan inisiatif

- Menyusun perencanaan Kemampuan Berpikir Simbolik, seperti: - Memahami dan menggunakan simbol yang mana banyak terlihat saat bermain peran, seperti menggunakan sapu sebagai kuda - Menyebutkan lambang bilangan secara urut

- Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung, mencocokkan dan menuliskannya.

- Mengenal berbagai macam lambang huruf, dan merangkai beberapa huruf menjadi kata. - Merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan

8

No. 3

Aspek/ Sub Lingkup Perkembangan Sosial-Emosional

Perkembangan sosial emosional mengacu pada kemampuan anak untuk memahami, mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap namun tidak berlebihan, baik emosi positif maupun emosi negatif, mampu menjalin hubungan dengan anak lain dan orang dewasa di sekitarnya, serta secara aktif belajar mengeksplorasi lingkungan (APA, 2012).

Contoh Kesiapan Sosial, seperti:

- Menunjukkan perilaku bertanggung jawab - Berinteraksi secara aktif dengan anak-anak lain

- Menunjukkan perilaku prososial atau mau membantu orang lain - Menunjukkan keberanian untuk mengeksplorasi lingkungan Kesiapan Emosional, seperti:

- Mengenali emosi sesaat yang dirasakan

- Berusaha mengelola emosi dan mengekspresikannya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan (misalnya mengekspresikan rasa kecewa, marah, sedih, senang dengan cara yang tidak berlebihan) 4

Sikap Belajar

Sikap belajar mencakup rasa ingin tahu, kreativitas, kemandirian, dan ketekunan belajar (Hyson, 2008)

- Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru.

- Berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik - Memusatkan perhatiannya ketika melakukan aktivitas

- Menunjukkan semangat berprestasi

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah anak sebagai pribadi perlu distimulasi agar perkembangannya dapat maksimal. Agar anak siap bersekolah, maka stimulasi sangat dibutuhkan untuk mengembangkan aspek fisik dan senso-motorik, kognitif, sosial-emosional, dan sikap belajar. Aspek-aspek perkembangan tersebut memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, oleh karenanya stimulasi yang bersifat integratif sangat dibutuhkan. Peran orang tua maupun guru menjadi penting karena anak berada dalam lingkungan kehidupan yang masih terbatas, yaitu keluarga serta lembaga PAUD. Anak usia dini tidak dapat disamakan dengan anak sekolah dasar ataupun menengah. Kebutuhan-kebutuhannya sangat unik dan oleh karenanya penting bagi orang tua dan guru untuk mengenali dan mengembangkannya.

9

3.2. Keluarga Kesiapan bersekolah anak tidak terlepas dari kesiapan keluarga. Kesiapan keluarga berfokus pada sikap dan keterlibatan orang tua atau pengasuh utama lain dalam pembelajaran dan perkembangan awal anak serta transisi ke sekolah. Keseharian anak yang waktunya banyak dihabiskan bersama keluarga, dapat diisi dengan berbagai aktivitas yang bermakna yang dapat memfasilitasi anak untuk siap bersekolah. Orang tua yang mendukung dan rajin memberikan berbagai aktivitas stimulasi yang mendidik sejak anak lahir adalah faktor yang sangat berperan dalam kesiapan anak bersekolah. Seluruh aktivitas tersebut, sebaiknya dilakukan dalam situasi yang aman dan nyaman dalam bentuk kegiatan bermain. Cara seperti ini akan landasan belajar bagi anak untuk mengumpulkan dan mengolah informasi, mempelajari kemampuan baru, dan mempraktikkan kemampuan yang telah dimiliki. Bermain dapat menimbulkan rasa senang bagi anak dan memberi kesempatan pada anak untuk mengasah berbagai keterampilan baru yang berguna bagi anak untuk belajar di jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, pola asuh dan perilaku orang tua selama lima tahun pertama dalam kehidupan anak juga menentukan keberhasilan anak untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru, salah satunya dengan lingkungan sekolah. Menurut National Institute of Child and Human Development (2002), kesiapan keluarga dalam mendukung kesiapan anak bersekolah meliputi kehangatan dan kepekaan orang tua, (b) dukungan untuk menumbuhkan otonomi anak, dan (c) partisipasi aktif dalam pembelajaran. Peran lainnya dari orang tua yang tidak kalah penting adalah sebagai guru di rumah yang juga membutuhkan dukungan dalam upaya mencapai perkembangan anak secara maksimal. Selanjutnya orang tua juga dapat berperan dalam memberikan tauladan perilaku dan perhatian terhadap dinamika perilaku anak. Pelayanan dan dukungan keluarga tidak dapat terlepas dari peran dukungan masyarakat, dan hal ini termasuk adanya akses ke program PAUD yang berkualitas dan sesuai dengan karakteristik perkembangan anak, pemberian nutrisi yang memadai, stimulasi aktivitas fisik, dan akses ke pelayanan kesehatan. Dalam panduan ini, peran masyarakat tidak dibahas secara spesifik.

10

Keluarga diharapkan dapat mengembangkan interaksi yang positif dengan anak. Interaksi tersebut merupakan bentuk dukungan untuk menyiapkan anak memasuki sekolah. Berbagai dukungan positif yang dapat diberikan oleh keluarga dijabarkan berikut ini: No. 1

Aspek/ Sub Lingkup Sikap

Sikap yang dimaksud adalah perilaku, ekspresi, dan pemahaman orang tua terhadap anak yang menunjukkan kehangatan (kasih sayang) serta kepekaan terhadap kebutuhan anak. Sikap tersebut juga dapat tercermin dari cara berkomunikasi orang tua terhadap anak dan cara orang tua merespons perilaku anak.

Contoh Komunikasi dengan Anak, seperti:

- Berbicara dengan anak secara teratur dan penuh penghargaan - Memberikan pujian yang tepat dan motivasi yang proporsional

- Mengatakan pada anak setiap hari bahwa kita mencintainya Kepekaan terhadap Kebutuhan Anak, seperti:

- Memberikan dukungan kepada anak dengan sikap, ekspresi, dan kalimat penuh kegembiraan, kehangatan dan kenyamanan

- Memberi anak kesempatan berlatih untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri - Memberi kesempatan anak untuk mengamati kondisi di sekitarnya, menampilkan perilaku prososial, dan belajar mengatasi konflik sederhana

- Membuat jadwal harian dan membiasakan anak mengikuti pola aktivitas hingga anak suatu saat mampu mengarahkan diri sendiri, mengembangkan rasa percaya diri, dan mengelola emosinya

11

No. 2

Aspek/ Sub Lingkup Dukungan Dukungan adalah upaya yang dilakukan orang tua melalui kegiatan sehari-hari agar anak berkembang secara utuh pada aspek-aspek perkembangan anak, seperti fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosi, dimana nilai agama dan moral menjadi landasan dalam beraktivitas, termasuk kegiatan seni.

Contoh Bahasa, seperti:

- Sering melakukan obrolan dengan anak atau membacakan buku cerita - Meminta anak untuk bercerita tentang kegiatannya pada hari itu Kognitif, seperti:

- Sering mengajak anak membahas suatu kejadian - Mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu

- Mendorong anak untuk melakukan eksplorasi, terutama terkait dengan alam atau lingkungan sekitar, dengan menyediakan alat, bahan, media atau lingkungan yang dapat dieksplorasi oleh anak Seni, Gerak dan Lagu, seperti:

- Mengajak anak bermain untuk menghasilkan suatu karya

- Mengajak anak menyanyikan lagu-lagu yang berirama

- Bertepuk tangan sesuai ritme lagu yang didengar Fisik dan Senso-motorik, seperti:

- Mengajak anak bermain di lapangan

- Memberi kesempatan anak untuk mencoba berbagai permainan fisik, seperti lompat tali, ular naga, anjing dan kucing - Menjaga kesehatan anak, seperti memberikan asupan gizi seimbang, menjaga kebersihan rumah

- Menjaga keselamatan anak, seperti memastikan tempat bermain anak aman, meminta anak untuk menggunakan alat pelindung ketika bersepeda

12

No. 2

Aspek/ Sub Lingkup Dukungan Dukungan adalah upaya yang dilakukan orang tua melalui kegiatan sehari-hari agar anak berkembang secara utuh pada aspek-aspek perkembangan anak, seperti fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosi, dimana nilai agama dan moral menjadi landasan dalam beraktivitas, termasuk kegiatan seni.

Contoh Moral Agama, seperti:

- Melibatkan anak secara rutin untuk beribadah

- Membiasakan anak untuk berdoa bagi diri sendiri maupun orang lain

- Melatih anak agar peka dan empati pada lingkungan Sosial-Emosional, seperti:

- Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain dengan kelompok sebaya

- Menumbuhkan perilaku prososial (empati, partisipasi) melalui aktivitas yang dilakukan bersama anak - Memberi kesempatan anak untuk menyelesaikan masalah/konflik secara mandiri

3

Stimulasi Stimulasi dalam hal ini adalah keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan kecintaan terhadap belajar (kasmaran belajar) melalui kegiatan sehari-hari di rumah, serta menyelaraskan aktivitas yang dilakukan di sekolah dengan di rumah.

Menumbuhkan Kecintaan terhadap Buku, seperti: - Menyediakan buku dan bahan bacaan yang menarik bagi anak - Membacakan dan menemani anak membaca buku yang kaya ilustrasi.

Menumbuhkan Kecintaan Belajar melalui Bermain, seperti:

- Mendampingi kegiatan belajar melalui bermain dan sesekali terlibat mengambil peran dalam permainan peran yang dilakukan anak - Melakukan kegiatan bermain dengan aturan sederhana, contoh: bermain ular naga, petak umpet Menumbuhkan Kemandirian dan Kedisiplinan, seperti:

- Meminta anak untuk mengerjakan kegiatan rutin sehari-hari secara mandiri, seperti: makan dan minum sendiri, melepas dan memakai baju sendiri - Mendorong anak untuk mandiri dalam perilaku hidup bersih, sehat dan aman, misal: Mencuci tangan dengan baik dan benar, menggosok gigi setelah makanan dan sebelum tidur, mengonsumsi makanan yang sehat seimbang, mengganti pakaian minimal sekali dalam sehari dll.

13

No. 3

Aspek/ Sub Lingkup Stimulasi Stimulasi dalam hal ini adalah keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan kecintaan terhadap belajar (kasmaran belajar) melalui kegiatan sehari-hari di rumah, serta menyelaraskan aktivitas yang dilakukan di sekolah dengan di rumah.

Contoh Menumbuhkan Kecintaan Bereksplorasi, seperti:

- Mengajak anak melihat lingkungan sekitar, seperti: jalan-jalan sekitar rumah, berkenalan dengan tetangga, mengunjungi sekolah yang akan menjadi pilihan

Orang tua perlu mengembangkan sikap yang positif terhadap anaknya, memiliki pemahaman akan potensi anak, dan memberikan kesempatan agar anak dapat berkembang dalam suasana yang nyaman dan penuh kehangatan. Sikap orang tua yang memberi perhatian penuh ketika anak sedang berbicara kepadanya, akan menimbulkan rasa nyaman pada anak dan merasa dihargai. Agar anak bersemangat dan terus belajar meningkatkan kemampuan serta keterampilannya, orang tua dapat memberikan pujian serta motivasi dengan kalimat positif dalam porsi yang tepat. Anak membutuhkan banyak kesempatan untuk memraktikkan berbagai keterampilan dan ia membutuhkan lingkungan yang hangat serta dapat menerima dirinya apa adanya. Stimulasi ini dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari selain bermain, misalnya dengan meminta anak melakukan kegiatan bantu diri sederhana yang semakin lama semakin kompleks. 3.3. Sekolah Kesiapan sekolah berfokus pada lingkungan sekolah dan juga kebiasaan atau praktik yang mendorong dan mendukung lancarnya transisi anak masuk ke sekolah dasar. Intinya kesiapan sekolah meliputi cukup tersedianya dukungan yang penting dan dibutuhkan anak, serta pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas. Hal ini dapat terlihat dari kecukupan waktu yang didedikasikan untuk belajar di kelas, penyediaan materi pembelajaran seperti buku dan alat bantu belajar, dan pengajaran yang efektif, praktik pedagogis, serta kompetensi guru. Semua ini dapat direncanakan dalam kurikulum yang secara implisit maupun eksplisit ditujukan untuk melatih kesiapan bersekolah anak. Sekolah dapat menentukan kegiatan belajar dengan tema-tema atau

14

memfokuskan pada aspek perkembangan tertentu. Sebagai contoh, sekolah dapat merencanakan kegiatan belajar dengan tema-tema, seperti perkembangan bahasa, keterampilan sosial, tubuh dan gerakan, serta alam dan fenomena alam. Kemampuan lembaga PAUD dalam memberikan fasilitas dan dukungan (baik berupa program maupun sarana) terhadap pengembangan kesiapan belajar anak dibutuhkan agar masa transisi dan proses belajar secara umum pada jenjang sekolah dasar dapat dilalui secara optimal. Berikut ini adalah beberapa aspek kesiapan sekolah:

15

No. 1

Aspek/ Sub Lingkup

Contoh

Tenaga Pendidik dan Kependidikan a. Guru Guru perlu memiliki profesionalitas dalam perannya sebagai guru dan kecintaan terhadap profesinya. Dalam hal ini, guru diharapkan memiliki penguasaan terhadap materi, pemahaman terhadap anak, serta penguasaan metode pembelajaran yang tepat. Selain itu, guru diharapkan juga memiliki kepribadian yang positif serta hubungan antarpribadi yang baik dengan anak, orang tua, sesama guru, dan kepala sekolah.

Bersikap Profesional, seperti: - Menunjukkan disiplin dalam bekerja - Bertanggungjawab - Tepat waktu Penguasaan Materi, seperti: - Memiliki penguasaan keaksaraan, matematika, sains sederhana, seni, dan musik Memahami Anak dan Perkembangannya, seperti: - Memahami karakteristik anak - Mengidentifikasi potensi dan masalah belajar anak dalam rangka kesiapan bersekolah, serta memberikan bantuan yang sesuai Penguasaan terhadap Metode Pembelajaran, seperti: - Mengembangkan kurikulum dan merancang pembelajaran yang menarik - Memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran Memiliki Kepribadian Positif, seperti: - Menunjukkan sikap percaya diri dan sikap positif - Menunjukkan kesabaran - Penuh perhatian - Sayang kepada anak Hubungan Antarpribadi yang Baik, seperti: - Luwes berinteraksi dengan anak, orang tua, dan rekan guru

16

No.

Aspek/ Sub Lingkup

Contoh

b. Kepala Sekolah Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan mengelola guru dan lembaga (kemampuan manajerial), melakukan pengawasan terhadap mutu pembelajaran dan lembaga, serta mempromosikan lembaga yang dipimpinnya.

Kemampuan Manajerial, seperti: - Menyediakan fasilitas sekolah yang sesuai dengan kebutuhan anak - Memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti pelatihan guru Kemampuan Supervisi, seperti: - Melakukan pengawasan dan evaluasi sebagai upaya penjaminan mutu agar program kesiapan bersekolah berjalan sesuai petunjuk teknis dan menghasilkan hasil yang baik. Kemampuan Kemitraan, seperti: - Merencanakan program bridging kesiapan anak bersekolah dalam program tahunan atau kalender akademik - Membuat tim kesiapan anak bersekolah dalam satuan pendidikan yang dipimpinnya - Melakukan penjajakan ke SD terdekat - Bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan (warga sekolah, orang tua organisasi profesi dan dinas pendidikan) terkait program kesiapan bersekolah - Membuat program persiapan orang tua agar anak dapat memasuki jenjang pendidikan SD dengan lancar

17

No. 2

Aspek/ Sub Lingkup

Contoh

Sarana dan Prasarana Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang rasa aman dan nyaman, serta mendukung proses belajar mengajar (UNICEF, 2012).

Area Sekolah, seperti: - Menyediakan tempat / halaman bagi anak untuk bereksplorasi sehingga membantu perkembangan fisik dan senso-motorik anak - Menyediakan area yang nyaman dan terbuka sehingga anak dapat beraktivitas dan berpindah lokasi secara mandiri dan terjamin keamanannya, sehingga membantu perkembangan sosialemosional anak - Menyediakan toilet dan menjaga kebersihannya untuk menjaga kesehatan anak dan melatih mandiri serta hidup bersih Area Kelas, seperti: - Menyediakan dan menyusun alat dasar (kursi, meja, lemari) yang sesuai dengan postur anak untuk mencegah efek buruk jangka panjang pada tulang dan bagian tubuh anak lainnya. - Memanfaatkan karya anak untuk hiasan sebagai bentuk apresiasi dan meningkatkan semangat belajar - Menyediakan pojok buku/pojok baca dengan variasi konsep: buku bergambar, mengandung angka, konten lingkungan, dan lain sebagainya untuk meningkatkan minat anak terhadap berbagai konsep. - Menyediakan tempat untuk menyimpan barang-barang anak selama di sekolah Alat dan Bahan Belajar, seperti: - Menyediakan berbagai jenis alat tulis untuk masing-masing anak Alat Permainan Edukatif, seperti: - Menyediakan alat permainan dari alam dan/atau buatan di luar kelas untuk stimulasi perkembangan fisik dan sensomotorik, serta perkembangan sosial anak - Menyediakan mainan yang sesuai materi belajar dari alam dan/atau buatan, misalnya jam yang terbuat dari karton berwarna untuk belajar konsep waktu, huruf dan angka yang terbuat dari karton berwarna untuk belajar huruf, untuk meningkatkan minat belajar dan kreativitas anak.

18

No. 3

Aspek/ Sub Lingkup

Contoh

Program Kegiatan a. Perkembangan Fisik dan Senso-Motorik Perkembangan fisik dan senso-motorik termasuk: • Keterampilan Motorik Kasar • Keterampilan Motorik Halus

Guru memfasilitasi anak dengan kegiatan yang melatih: - kekuatan jari dan tangan - kekuatan kaki dan tubuh bagian bawah - kelincahan - kelenturan badan - koordinasi mata dan tangan

b. Perkembangan Kognitif - Mengajak anak untuk menyimak cerita • Keaksaraan/Literasi yang dibacakan oleh ibu guru • Berbicara dan menulis - Mendorong anak untuk berbicara merupakan keterampilan dengan mengucapkan bunyi-bunyi yang bersifat ekspresif atau menyampaikan pikiran, gagasan karena anak dituntut untuk atau perasaan secara lisan, seperti menghasilkan bahasa. mengajak teman-temannya bermain atau • Menyimak dan membaca mengatakan perasaannya ketika senang, bersifat reseptif karena sedih, dll. anak lebih banyak - Meminta anak mengulang atau menyerap bahasa yang menyebutkan kata yang diperdengarkan dihasilkan oleh orang lain. • Bahasa asing (untuk lembaga bilingual)

19

No. 3

Aspek/ Sub Lingkup Program Kegiatan • Matematika Permulaan • Keterampilan dasar matematika; mencocokkan, mengelompokkan, mengurutkan, dan membuat pola urutan. • Pemahaman bilangan (number sense): rote counting, membilang, konsep lebih dari-kurang dari, konsep bilangan, lambang bilangan, menghubungkan antara konsep dan lambang bilangan • Pengukuran: langsung (panjang, berat, dan volume), pengukuran tidak langsung (konsep waktu, suhu, dan uang) • Geometri: pemahaman ruang (posisi dan arah), bentuk 2 dimensi, bentuk 3 dimensi) • Keterampilan dasar analisis data: mencocokkan, mengelompokkan, mengurutkan, membandingkan konsep lebih dari-kurang dari, dan membuat grafik dengan barang sesungguhnya.

20

Contoh

- Mengajak anak untuk mencocokkan gambar yang sudah dibuat oleh guru, seperti gambar rumah, gambar buku dll. - Mengajak anak untuk mengelompokkan benda sesuai ukurannya seperti bola, balok, dll. - Mengenalkan konsep bilangan dengan benda-benda langsung seperti batu, daun, jari, dll. - Mengenalkan lambang bilangan dengan kartu angka, pohon angka, dll.

- Mengenalkan ukuran dengan jengkal jari, langkah kaki, dll. - Mengenalkan konsep berat dengan menimbang batu dengan busa, dll. - Mengenalkan benda dan mengaitkan dengan bentuknya, seperti bola bentuknya lingkaran, lemari bentuknya segi pajang - Meminta anak mengelompokkan warna yang sama - Meminta anak mengurutkan benda dari yang kecil sampai besar

No. 3

Aspek/ Sub Lingkup

Contoh

Program Kegiatan • Sains • Keterampilan berpikir ilmiah • Mengamati • Konten sains

- Meminta anak mencampur warna - Mengenalkan benda terapung, melayang, tenggelam - Membuat percobaan gunung meletus

• Seni dan Musik • Menggambar

Guru merancang kegiatan seperti misalnya: - Menggambar dengan menggunakan krayon, kapur, arang, pensil warna, dsb.

• Melukis

• Mencetak (printing)

• Membuat bentuk (sculpting); membuat bentuk 3 dimensi

• Musik: menyimak musik, bernyanyi, bergerak berdasarkan irama, bermain alat musik

- Melukis dengan menggunakan jari atau kuas dan beragam media lukis - Mencetak menggunakan anggota tubuh, bahan-bahan yang ada di alam atau lingkungan sekitarnya - Mencap dengan bahan alam, gundu, menjumput, teknik tie dye, dan menggunakan bahan yang ada di sekitar. - Membuat bentuk (sculpting) menggunakan playdough/ adonan, plastisin, tanah liat, bahan daur ulang, dsb. - Membunyikan benda sekitar menjadi irama - Meminta anak mengikuti gerakan yang dicontohkan sesuai dengan irama yang diperdengarkan

c. Perkembangan Sosial-Emosional • Penyesuaian Diri, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam lingkungan sosialnya dan mengikuti aturan sosial yang berlaku

- Membuat kegiatan belajar atau bermain dalam kelompok - Menciptakan suasana yang menyenangkan ketika aktivitas dalam kelompok - Mengenalkan aturan yang berlaku di pergaulan

• Kemandirian, yaitu menampilkan sikap yang tidak tergantung dan tidak lekat pada orang dewasa atau teman-temannya

- Memberikan kegiatan untuk dilakukan sendiri oleh anak dan memberi pujian atas kemandiriannya - Mendorong anak mengerjakan tugas sendiri - Mendorong anak buang air kecil sendiri

21

Kesiapan sekolah perlu diperhatikan dari segi tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, dan program kegiatan agar anak dapat siap bersekolah. Sekolah dan guru (khususnya) perlu memahami dan menghayati bahwa tujuan dari PAUD adalah untuk membangun dan mendorong kesiapan bersekolah pada anak. Untuk itu, sekolah dan guru perlu mendalami kembali konsep kesiapan bersekolah dan tahapan serta ciri perkembangan anak usia dini karena konsep-konsep tersebut merupakan dasar dalam mengembangkan kurikulum hingga perancangan kegiatan belajar sehari-hari yang tepat untuk anak usia dini. Hal ini juga terkait dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya perkembangan kognitif dan sosial-emosional anak di jenjang sekolah berikutnya maupun anak secara pribadi dan di lingkungan masyarakat.

22

Daftar Pustaka Britto, P. R. (2012). School readiness: A conceptual framework. New York: United Nations Children’s Fund. Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human development: Experiment by nature and design. London: Harvard University Press. Charlesworth, R. (2016). Math and science for young children. Wadsworth: Cengage Learning. Hyson, M. (2008). Enthusiastic and engaged learners: Approaches to learning in the early childhood classroom. New York, NY: Teachers College Press and Washington, DC: NAEYC. Kagan, S. L., & Rigby, E. (2003). Improving the readiness of children for school: Recommendations for state policy. Policy Matters: Setting and Measuring Benchmarks for State Policy. Washington, DC: Center for the Study of Social Policy. King, L. A. (2017). The science of psychology: An appreciative view (4th ed.). New York, NY: McGraw-Hill. Kostelnik, M. J. (2007). Developmentally appropriate curriculum. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall. MacNaughton, G., & Williams, G. (2009). Techniques for teaching young children: Choices for theory & practice (3rd ed.). Pearson Australia. Mayesky, M. (2015). Creative activities and curriculum for young children (11th ed.). Australia: Cengage Learning. Ministry of Education Singapore. (2013). Nurturing early learner: A framework for a Kindergarten curriculum in Singapore. Diakses dari http://ncm. gu.se/media/kursplaner/andralander/singaporeforskola.pdf Ministry of Education Singapore. (2013). Nurturing early learner: A Curriculum for Kindergartens in Singapore: Motor skills development. Diakses pada Juli 2020 dari https://www.moe.gov.sg/docs/default-source/document/ education/preschool/files/nel-edu-guide-motor-skills-development.pdf

23

National Association for The Education of Young Children. 10 Effective DAP teaching strategies. Diakses pada Juli 2020 dari https://www.naeyc.org/ sites/default/files/globally-shared/downloads/PDFs/resources/topics/ inforgraphic_DAP_2%202.pdf National Association of State Boards of Education. (1991). National Association of State Caring communities: Supporting young children and families. Alexandria, VA: Author. National Education Goals Panel (1991). Goal 1 technical planning group report on school readiness. Washington, DC: Author. National Institute for Child Health and Human Development. (2002). Early child care and children’s development prior to school entry: Results from the NICHD Study of Early Child Care. American Educational Research Journal, 39, 133–164. Nielsen, B. (2010). Week by week plans for documenting children’s development. Cengage Learning. Nurhayanti, W. (2018). Pengembangan instrumen kesiapan bersekolah dan pemetaan kesiapan bersekolah pada anak usia dini di Indonesia. Indonesian Journal of Educational Assessment, 1(1), 11-22. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Pranoto, I. (2019). Kasmaran berilmu pengetahuan. Guluk-Guluk: Kompas. UNICEF. (2012). School readiness: A conceptual framework. Diakses dari https://www.unicef.org/earlychildhood/files/Child2Child_ ConceptualFramework_FINAL(1).pdf Wortham, S. C., & Belinda H. (2005). Assesment in early childhood education. Pearson Education.

24

25

DIREKTORAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL PAUD, PENDIDIKAN DASAR, DAN PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E, Lantai 7 Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat - 10270 Telepon. (021) 5703151 laman: www.paud.kemdikbud.go.id

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 MYDOKUMENT.COM - All rights reserved.