Data Loading...
Jack and Jill Flipbook PDF
Jack and Jill
1,124 Views
467 Downloads
FLIP PDF 1.52MB
Raisa Chu Present
Jack and Jill ( a Sequel of Jillian’s Mentor and Monster ) By
Raisa Chu 1
Raisa Chu Present
2
Raisa Chu Present
1 Tujuh tahun kemudian... "Bunda!!!" Baekhyun dan Chanyeol menepuk dahi. Jika Jill sudah berteriak seperti itu maka dia sedang kesal. Itu sudah ke sekian ratus kali. "Adek berantakin kamar Kakak lagi!!!" "Enggak! Adek cuma cari Berlin!" Lalu bocah laki-laki berusia tujuh tahun itu berlari
dari
kamar
kakaknya
karena
tidak
menemukan Berlin, si hamster kesayangan di sana. "Tapi kamar Kakak jadi berantakan!" "Aaa... Kakak mau mukul Adek!" "Jillian Park, Jackson Park. Ayah masih sabar ya..." Sementara Baekhyun mendesah pelan untuk kegaduhan yang setiap waktu memenuhi setiap sudut rumah. Tentu, oleh pertengkaran kecil Jack dan Jill. 3
Raisa Chu Present
"Jangan dong nak, kamar Kakaknya jangan diberantakin..." Baekhyun merapikan rambut si bungsu yang lepek karena keringat setelah mencari Berlin kemana-mana. "Tapi tadi Adek liat Berlin masuk ke kamar Kakak..." lalu Jack duduk di pangkuan Ayahnya ketika bahkan pria itu sedang sibuk dengan layar macbook. "Sepedaan yuk, Yah..." "Di luar panas, dek..." "Akh, kemarin Adek denger Ayah ngomong ke Bunda gini 'panas-panasan sama Bunda emang yahud!'" "Eh?" Chanyeol dan Baekhyun saling melirik. Kemudian Sepertinya
keduanya
mereka
harus
kompak
meringis.
berhati-hati
mulai
sekarang. Kapok deh bermesum ria di sembarangan tempat.
4
Raisa Chu Present
Jillian masih betah diam di rumah setelah mengantongi ijazah S1 nya beberapa waktu lalu. Berniat melanjutkan pendidikan, tapi tidak dalam waktu dekat. "Bun..." "Hum?" Bunda menoleh sejenak lalu kembali membersihkan tanaman hias kesayangan. "Kakak mau kerja." "Eh? Kerja?" Jill mengangguk. "Mau ngumpulin uang buat S2." Bukan Ayah dan Bunda tidak mampu membiayai, tapi Jill terlalu mandiri. Bunda tidak tahu sejak kapan putrinya menjelma menjadi sedewasa itu? Waktu berlalu dengan cepat. "Tapi, kerja apa nak?" "Bisa kerja paruh waktu di kafe, atau di kedai kopi punya temen Kakak." Bunda menyudahi kegiatannya lalu mengajak Jill duduk di sofa. "Ayah enggak akan setuju..." 5
Raisa Chu Present
"Makanya itu Bunda bantuin Kakak ngomong ke Ayah..." Tapi Baekhyun tidak yakin. Ia sangat tahu karakter suaminya seperti apa. "Ya?? Please bantuin ngomong ke Ayah..." "Hmm..." tapi rengekan Jill adalah kelemahan Bunda. "Ya udah, nanti Bunda ngomong ke Ayah..." "Yes!"
Jill
menghadiahi
Bunda
dengan
kecupan di pipi. "Bunda siapin dulu makan siang Adek, sebentar lagi pulang kayaknya." Karena si bungsu sedang bersepeda dengan ayahnya. "Adek tu bikin kesel Kakak terus!" "Kakaknya juga jail mulu sih sama adeknya..." Bunda mengecup puncak kepala putrinya lalu melangkah menuju dapur. "Bunda!" Dan suara bocah laki-laki itu menggema di ruang tengah, di belakangnya ada sang Ayah yang baru saja masuk. 6
Raisa Chu Present
"Sama Kakak dulu nak, Bunda lagi repot." Lalu
Jack
berhambur
kepada
Jill
yang menyambutnya dengan pelukan erat. Sang kakak bahkan menciumi pipi sang adik dengan gemas. "Kak, Adek jatoh..." Jack mengadu. "Loh kok?" Jill panik lalu meneliti luka memar di lutut Jack. "Kakak ambilin kotak obat dulu." Tak lama kemudian Jill kembali, berlutut di depan adiknya lantas mengobati luka memar itu. "Kok bisa jatoh sih dek? Katanya udah jago?" Sementara Ayah menggeleng maklum dan menghampiri Bunda di dapur. Dipeluknya sang istri dari belakang kemudian menciumi bahunya. "Duh bau matahari!" Bunda mengernyit dan menutup hidung. "Bun... besok Ayah ada manggung di luar kota." Bunda mengangguk. "Nanti Bunda siapin keperluannya." Katanya sementara tangan itu masih sibuk mengiris sayuran. "Berapa hari?" 7
Raisa Chu Present
"Tiga hari..." lalu Chanyeol meremas bokong istrinya. "Bunda lagi pegang pisau." Chanyeol terkekeh, ia tahu itu sebuah ancaman untuk ulah mesumnya. "Kan Ayah pergi tiga hari tu nanti..." "Tau kok mau minta ronde plus plus kan?" Tawa Chanyeol meledak dalam hitungan detik. Istrinya memang sesuatu. "Jamu kuat yang Mama kasih itu Bunda yang simpen kan?" Baekhyun meringis ngeri. "Ayah tu enggak minum jamu kuat juga beringasnya ampun-ampunan, tolong ya selamatkan istrimu kali ini!" "Ya Allah Bun... kan biar makin yahud!" Tapi Baekhyun sudah bisa membayangkan akan seperti apa cara berjalannya besok.
"Udah gede masa dikelonin terus sama Bunda?" 8
Raisa Chu Present
"Bukannya anak itu bakal terus dianggep bayi ya sama orang tuanya? Ayah bilang kayak gitu sama Adek." Kadang Chanyeol
kata-kata
bijak
seorang
Park
membuat pusing. Baekhyun memijit
pangkal hidung lalu memeluk putranya dengan gemas , menciuminya dengan sayang. "Bunda..." "Hum?" Bunda masih setia membelai puncak kepalanya. "Kakak pernah ngatain Adek anak seblak. Itu artinya apa?" Baekhyun meringis untuk ke sekian kali. Jillian Park dan Park Chanyeol memang kombinasi yang bagus dalam hal membuat kepala pening. "Kakak itu cuma asal ngomong aja, makanya Adek jangan bikin Kakak kesel terus."
9
Raisa Chu Present
Lalu Jackson cengengesan, sepertinya sadar telah berkontribusi besar dalam hal membuat suasana hati kakaknya menurun sehari-harinya. "Tadi Adek jatoh pas sepedaan sama Ayah..." Putra
bungsunya
mengadu,
Baekhyun
mengangguk kecil. "Anak Bunda kuat kok, jatohnya pelan kan?" Jackson mengangguk untuk ke sekian kali. "Ayah juga bilang, jatuh bangun buat laki-laki itu biasa, katanya Adek enggak boleh cengeng." Tentu, karena dia adalah putra dari seorang Park Chanyeol, pria tangguh yang tidak ingin tahu caranya menyerah. Pria luar biasa yang setiap waktunya selalu berhasil membuat Baekhyun jatuh cinta. *** Bunda kembali ke kamar setelah Jackson sepenuhnya pulas.
10
Raisa Chu Present
Ia melihat sang suami tengah memeriksa beberapa keperluan yang akan dibawanya besok ke luar kota. "Bun... ini udah semua?" "Udah, sayang..." Baekhyun tidak melupakan hal sekecil apapun. Bahkan kotak obat berisi suplemen dan vitamin suaminya tak luput dari perhatian. Chanyeol
mengangguk
lalu
menyambut
istrinya ke dalam pelukan. "Yah... Bunda mau ngomong." "Nanti aja, satu ronde dulu yuk..." Baekhyun menggeliat kecil karena dicumbu tanpa aba-aba. "Sayang... ini penting." Chanyeol sudah berhasil mempolosi setengah tubuh istrinya itu mengalah. "Penting banget?" Sampai harus menginterupsi libido ayah. "Soal si Kakak..." Ayah bersandar pada headboard, sementara Bunda bersandar pada dada bidang suaminya. 11
Raisa Chu Present
"Kenapa Kakak?" "Katanya... dia pengen kerja." Kedua alis Chanyeol terangkat seketika. "Kerja?" "Iya... katanya buat S2." "Dia pikir Ayahnya udah enggak mampu apa gimana sih?" "Eh? Kakak kan emang sebijak itu sayang..." "Enggak ada kerja-kerja." Chanyeol hanya belum siap membiarkan putrinya terjun ke lapangan kerja. Si manja itu? Baekhyun sudah menduga penolakan itu, tapi ia tidak mau membuat putrinya kecewa. "Gini deh... si Kakak kan mau coba buat mandiri, apa salahnya didukung Yah anaknya..." "Tapi..." Chanyeol setuju dengan Baekhyun, tapi ia belum siap.
12
Raisa Chu Present
"Sayang... Jillian kita udah gede. Dia bukan lagi gadis SMA yang sering ngerengek minta dibikinin nasi goreng--" "Dia masih suka ngerengek minta dibikinin nasi goreng, sayang..." Chanyeol mengingatkan. Baekhyun meringis. "Maksudnya itu, Kakak udah dewasa, udah pinter beradaptasi dengan lingkungan asing. Putri kita itu hebat loh..." "Tapi Ayah masih sanggup biayain anak-anak, Bun..." Baekhyun tahu, bahkan yakin kalau suaminya juga sanggup membiayai kuliah hingga ke cucu dan cicit. "Anaknya
mau
belajar
mandiri
enggak
ngedukung?" Enggak tega sih, untuk itu napas Chanyeol perlahan mulai santai, ia memijit pangkal hidung lalu mengangguk kecil. "Suruh dia ngomong sama Ayah nanti" "Tapi inget! Anak Bunda jangan diomelin!"
13
Raisa Chu Present
"Iya... iya..." kemudian Chanyeol kembali bergerak, melanjutkan mempolosi tubuh istrinya hingga pemandangan indah sejak tujuh tahu lalu itu menyita atensi. Baekhyun
menyambut
cumbuan
mesra
suaminya dengan suka cita, membalas saat lumatan sensual hinggap di bibir, bereaksi alami untuk setiap sentuhannya
yang
memabukkan,
tanpa
ragu
membuka kaki dan memberi akses untuk sang suami. Kemudian
erangan
merdu
mereka
menggema. Cakaran kecil untuk tingkah brutal tak sebanding dengan rasa yang diciptakan. Mereka hanya perlu menukar beberapa posisi, berbaur dengan sebuah tempo, menciptakan rasa yang sama. Tetap mabuk pada akhirnya. Cengkraman di sprei yang kusut menjadi sebuah pertanda bahwa benar, Baekhyun selalu siap menampung cairan cinta suaminya yang cukup menggila.
14
Raisa Chu Present
Keduanya tersengal di menit ke enam puluh, sesaat setelah menjemput sebuah pencapaian. Chanyeol memanjakannya dengan pelukan mesra, tak lupa berterima kasih untuk pemanasan yang memuaskan. Tentu, Chanyel tidak lupa harus menggauli istrinya beberapa kali lagi. "Sampe pagi ya?" Bunda mengangguk pasrah, lagipula tidak ada alasan tepat untuk menolak digauli oleh sang suami, selain tidak ingin dosa, Bunda juga cukup pintar menggugu sensasi candu oleh setiap sentuhan yang didapat. "Kalau udah berulah, dia bisa jadi segede ini ya, Yah..." kata Bunda seraya mengangkat sebelah tangan. Ayah terkekeh kecil, pria mana yang tidak bangga jika ukurannya dipuji? Terlebih olah wanita yang dicintai sepenuh hati.
15
Raisa Chu Present
Pagi itu penuh dengan drama. Tangis Jackson tidak mereda meskipun sang Ayah sudah menjanjikan berbagai macam oleh-oleh jika pulang dari luar kota. Sejatinya itu adalah hal yang biasa terjadi, karena si bungsu amat sangat manja kepada ayahnya. Kerap mengamuk jika tahu akan ditinggal. Chanyeol melirik lagi jam tangan, sementara tangan satunya setia merangkul putranya dalam gendongan. Jack memeluk ayahnya dengan erat. Baekhyun sudah membujuknya daritadi, bahkan Jillian ikut turun tangan agar Jackson membiarkan ayahnya pergi ke luar kota. "Ayah enggak sayang sama Adek!" Bocah itu menangis lagi, sesegukan karena merasa sang ayah tega akan meninggalkannya ke luar kota. "Ayah
sayang
sama
Adek..."
Chanyeol
menyahutinya dengan sabar, menepuk punggung sempit itu berulang kali.
16
Raisa Chu Present
"Nak... sama Bunda yuk? Ayahnya udah telat ini..." Baekhyun membujuknya lagi. "Bunda tu suka boongin Adek! Bilangnya Ayah cuma sebentar... tau-taunya lama!" Bocah itu terbata, sesegukan seolah menjadi anak yang paling merana. Baekhyun meringis dan menatap suaminya yang masih sabar meladeni tingkah manja si bungsu. "Sama Kakak yuk, nanti Kakak ajak maen ke lottre. Mau?" "Kakak juga! Suka boongin Adek..." Bagaimana lagi? Jika tidak dikelabuhi maka Jack tidak akan membiarkan ayahnya pergi. Bocah itu sesegukan di bahu sang ayah, memeluk lehernya erat. "Udah, udah... Ayah enggak ke mana-mana kok..."
lalu
Chanyeol
meminta
managernya
menunggu lebih lama. Ia tahu menghadapi Jackson yang sedang seperti itu membutuhkan usaha. "Berlinnya udah ketemu, nak?" Sang ayah bertanya. 17
Raisa Chu Present
Jack mengangguk, sisa tangisnya yang lucu membuat Bunda dan Kakak gemas. "Kasian ya Berlin enggak ada temennya..." Jackson menarik diri lalu menatap sang ayah. Matanya yang memerah basah membuat Chanyeol merasa bersalah, diciumi pipi mungil itu dengan sayang. "Mau
Ayah
beliin
satu
lagi
enggak
hamsternya? Biar Berlin ada temennya..." "E-emangnya boleh? K-kakak bilang Berlin bau..." Ayah melirik Jill yang kini meringis. "Boleh dong, ya kan, Bun?" Bunda tersenyum lembut dan membelai wajah putranya. "Boleh, sayang... sama Bunda yuk?" Jack merengut hebat tapi perlahan melunak dan menangis lagi digendongan Bundanya. "T-tapi, Ayah enggak boleh lama-lama!" Chanyeol mencium puncak kepala putranya kemudian berjanji. "Bungsu Ayah yang ganteng, pinter, sholeh..." 18
Raisa Chu Present
Jack semakin luluh, tangisnya mereda di pelukan Bunda sebelum akhirnya membiarkan sang ayah pergi. "Drama deh..." celetuk Jill. "Bunda! Kakaknya!!!" "Kakak..." Bunda menegur si sulung yang kini ngacir setelah meledek sang adik. "Udah, nanti Kakaknya Bunda omelin..." demi menenangkan si bungsu yang masih sensi. Jack mengangguk lalu mengeratkan pelukan pada Bunda. "Mau susu coklat..." Bunda tersenyum lembut, lalu mengangguk. "Baik, bungsunya Bunda sama Ayah..." Setia
menggendong
Jack
seraya
membuatkannya susu coklat hingga suasana hati putranya itu kembali. Telfon rumah berbunyi, kemudian Baekhyun mengangkatnya. "Assalamu'alaikum nak..." Baekhyun
tersenyum.
Ma..." 19
"Wa'alaikumsalam,
Raisa Chu Present
"B... kita harus ketemu. Mama mau bicarain sesuatu penting, tentang suami kamu." Kening Baekhyun mengerut dalam hitungan detik. Ada apa dengan nada suara Mama yang terdengar serius?
"Bungsu!" Mama merangkul Jack dalam hitungan detik, memeluk dan menciuminya dengan sayang. Lalu Baekhyun dan Jillian menyusul masuk. "Nenek itu kangen sama Adek... nginep ya?" "Tapi besok Adek sekolah, nek..." Mama merengut lalu memeluk cucunya lagi. "Kak, ajakin Adeknya maen dulu." Jill mengangguk, jika Bunda sudah serius seperti itu maka akan ada perbincangan berarti dengan neneknya. "Ini apa, Ma?" 20
Raisa Chu Present
Baekhyun menatap box berwarna merah sesaat setelah Mama meletakkannya di meja. "Ini isinya obat herbal dari China. Mama sengaja nitip ini buat suami kamu." "Eh?" Perasaan Baekhyun jadi tidak enak. Apakah hal penting tentang suaminya yang Mama katakan di telfon itu adalah box obat herbal itu? "Si bungsu kan udah gede, terus Ayahnya makin tuwir." "Tua-tua keladi, Ma..." Mama memijit pelipis. "Iya, tau... tapi kan itu enggak ngejamin kesuburan air mani." "Eh? Kok?" Baekhyun meringis untuk ke sekian kali. "Obat herbal ini bisa jadi pilihan biar goyangan suamimu makin mantep, juga buat bikin dia tambah bugar dan perkasa di usianya yang enggak lagi muda. Jadi kasih lah Mama cucu satu lagi." "Ya Allah..." Baekhyun nyaris menepuk dahi. Mama Hana memang ajaib pikirnya. 21
Raisa Chu Present
Tapi Chanyeol masih sangat bugar dan berstamina, Baekhyun bahkan masih merasakan pegal persendian akibat goyangan mereka semalam. "Kasih
suamimu,
ya?
Ada
petunjuk
penyajiannya kok di situ." Baekhyun menghela pasrah lalu mengangguk. Apa salahnya mencoba? Sejatinya Baekhyun belum memikirkan untuk melakukan program kehamilan lagi mengingat Jack masih begitu perlu perhatian. Karena dia amat sangat manja. "Iya nanti aku coba kasih ke Ayahnya anakanak ya, Ma..." Mama tersenyum senang kemudian bangkit dari sofa dan berniat menyiapkan makan malam.
Terakhir
bertemu
tujuh
tahun
lalu.
Meninggalkan kesan ngeri karena sebuah ciuman yang mendarat di pipi. Dan sekarang wanita itu 22
Raisa Chu Present
menjelma menjadi event creator, tempat di mana Chanyeol akan menghibur para penggemarnya "Kamu apa kabar, Mas?" Terakhir kali dia tidak seelegan itu. Chanyeol mengangguk kecil, merasa tidak nyaman karena Sohee secara langsung mengunjungi ruangannya. "Enjoy ya... kalau perlu apa-apa panggil staf." Member lain menyahuti Sohee dengan ramah lalu membiarkan wanita itu keluar dari ruangan. "Lo kenal sama Miss Han?" Senggol rekan Chanyeol. "Enggak begitu. Dia temennya temen istri gue, lagian terakhir ketemu sekitar tujuh tahun lalu." "Ada apa ini? Doi secara ekslusif nyamperin ke sini." Chanyeol mengangkat bahu dan memilih menyibukkan diri dengan gitar di tangan. "Gue denger-denger dia masuk jajaran wanita karir yang sukses loh, pernah masuk majalah forbest." 23
Raisa Chu Present
"Sesukses dan sekaya itu?" "Iya. Lo liat aja ini acara, doi ngundang banyak musisi mahal." Chanyeol hanya mendengarkan kemudian fokusnya buyar pada ponsel yang berdering. Panggilan
video
membuat
senyumnya
merekah dalam hitunga detik. "Ayah!" “Hey, bungsu... lagi apa nak?" "Lagi maen sama Kakak..." Kemudian Jill ikut terpampang di layar ponsel. Senyum Chanyeol kian melebar. Pikirnya kedua buah hati sedang akur. "Ayah kapan pulang?" "Secepatnya... udah makan belum Adek?" "Udah, disuapin Bunda..." "Udah gede masih disuapin woo!" Jillian meledeknya dari belakang. "Kakak!"
24
Raisa Chu Present
Lantas Chanyeol menggaruk tengkuk karena harus menyaksikan pertengkaran Jack dan Jill di layar ponsel. "Kak, ngalah..." Chanyeol menegur. "Kakak mulu yang ngalah!" "Kan Adek masih kecil, nak..." "Aaaa Adek dicubit!" "Jillian Park..." "Ish! Adek gitu ya, tadi aja ngerengek minta maen! Awas aja Berlinnya Kakak buang ke kali." "Bunda!!!" Chanyeol memijit dahi untuk ke sekian kali. "Berantem lagi enggak Bunda kasih makan!" Lalu
senyum
Chanyeol
merekah
lagi
mendengar ancaman istrinya di seberang sana. "Kakaknya nyubit Adek!" "Kak..." "Lagian Adeknya nyebelin!" Lalu Jackson terdengar merengek lagi. "Besok-besok Kakaknya Ayah hukum. Udah, Adek jangan ladenin lagi." 25
Raisa Chu Present
Ingin
sekali
mencium
pipi
Jack
yang
mengembung kesal. Jadi ingin pulang, rindu istri dan juga kedua buah hati. Rasanya masih tetap sama, setiap waktu selalu bahagia. Ya Allah, lindungi keluarga kecilku... *** Dari jauh wanita itu menatapnya tanpa henti, binar kagumnya tidak bisa berbohong. Sohee sengaja mengundang Chanyeol dan band nya untuk menjadi salah satu pengisi acara yang berada di bawah koordinasinya. Sohee menunggu selama tujuh tahun untuk benar-benar sampai di titik itu, ia tidak ingin menjadi wanita sembarangan jika suatu waktu dipertemukan lagi dengan pria itu. Pria yang dipujanya sejak lama. "Gitu banget natapnya, Miss?" Seorang staf menggodanya, karena wanita itu tidak sekalipun 26
Raisa Chu Present
melemahkan atensi dari Chanyeol yang kini sedang perform di atas panggung. "Padahal umurnya udah enggak muda lagi ya, tapi bang Chanyeol itu karismanya emang enggak main-main." "Bener, dia masih sama seperti dulu. Kita pernah satu meja makan." "Wow! Jadi Miss kenal dia secara pribadi?" Sohee tersenyum anggun. "Kita cukup deket, dulu." Staf
itu
membeo,
tidak
menyangka
mendengar informasi yang menarik. Terlebih binar di kedua mata Sohee seperti menjelaskan sesuatu.
Chanyeol dan tim kembali ke hotel setelah selesai perform di hari terakhir. "Mas Chanyeol!" Lalu semua orang menoleh ketika hendak masuk ke kamar masing-masing. 27
Raisa Chu Present
Chanyeol nyaris mendengus karena sejak kemarin
Sohee
selalu
berusaha
mengajaknya
berinteraksi dengan tak wajar. Pria itu hanya merasa tidak enak dengan
timnya.
Dan
tidak ingin
menciptakan dugaan apapun. "Kita duluan ya bang..." Mereka seolah mengerti karena sejak kemarin wanita yang dikenal sebagai Miss Han itu terlihat akrab dengan sang vokalis. "Ada apa?" "Ini... CEO acara ngundang semua artis buat makan malam." Chanyeol
lantas
melirik
jam
tangan,
bertepatan dengan jam tidur Jackson. "Saya enggak bisa hadir, tolong sampein maaf ke presdirnya." Wajah Sohee berubah dalam hitungan detik. "Sebentar aja, Mas... aku enggak enak udah terlanjur janji..."
28
Raisa Chu Present
"Loh, itu bukan masalah saya." Chanyeol melirik lagi jam tangan. Ia sudah terlambat. "Saya masuk duluan ya. Anak saya udah nungguin telfon." Kemudian berlalu tanpa menunggu jawaban Sohee. Meninggalkan wanita yang kini memasang wajah datar, tapi tangannya mulai terkepal. *** "Kok telat nelfon Adek?" Si bungsu kembali terpampang dalam panggilan video di layar ponsel Chanyeol. "Iya, maaf sayang... Ayah baru nyampe hotel." "Ayah udah makan? Capek enggak? Mau Adek pijitin enggak kakinya?" Tapi sederet pertanyaan itu membuat penat Chanyeol lenyap seketika, pria itu tersenyum lalu menciumi layar ponsel.
29
Raisa Chu Present
"Enggak capek, duh kalau peluk Adek enak ini mah..." Kata Ayah seraya membayangkan wangi si bungsu yang menyenangkan. "Ayah jadi pulang besok kan?" "Jadi dong, Adek mau dibeliin apa?" Lalu si bungsu menggeleng di seberang sana. "Mau Ayah aja." Sesederhana
itu
tapi
cukup
membuat
kebahagiaan Chanyeol membuncah. Kemudian seperti yang kerap Chanyeol lakukan setiap kali melakukan panggilan video jika berada di luar kota dan jauh dari keluarga terutama si bungsu yang manja, pria itu mulai melantunkan sholawat, agar putranya cepat terlelap. Beberaap menit kemudian si bungsu mulai terkantuk-kantuk sebelum kemudian terlelap. Ponsel itu diambil alih oleh Bunda, lalu mereka saling melempar senyum rindu. "Tegang ni Bun..." "Apanya? Aliran listrik?"
30
Raisa Chu Present
Chanyeol tertawa kecil, kemudian menunjuk ke bawah. "Ish! Mesum!" "Bunda juga suka dimesumin sama Ayah." Ledek Chanyeol. "Suka lah, kan enak..." Chanyeol tertawa lagi. "Udah makan sayang?" Chanyeol menggeleng. "Keinget Adek sama Kakak terus." Kebiasaannya tidak enak makan jika jauh dari anak-anak. Baekhyun tersenyum lembut. "Besok pulang kan? Bunda masakin spesial." "Seblak ya?" Chanyeol cengengesan. "Siapa takut!" "Whoa! Suka ni Ayah kalau Bunda udah nantangin gitu." Lalu
mereka
cengengesan
sebelum
memutuskan mematikan sambungan telfon, karena Chanyeol merasa perlu istirahat.
31
Raisa Chu Present
32
Raisa Chu Present
2 Jill diundang ke pesta ulang tahun temannya semasa kuliah, setelah merias diri, ia pamit dan bergegas menancap gas. Menyusuri jalanan kota dengan jarak tempuh belasan menit, lalu ia sampai. Pesta itu diadakan di sebuah mansion, Jill disambut oleh si empunya acara sebelum bergabung dengan teman-temannya yang lain. "Lo udah denger belum yang jadi Dj nya siapa malem ini?!" Jill tidak tahu apa yang membuat salah satu temannya itu heboh, tapi saat mengalihkan perhatian ke arah lain, ia seperti melihat sosok yang dikenal, sekilas. Gadis itu menajamkan penglihatan kemudian kakinya
terseret
begitu
saja,
merasa
perlu
memastikan sesuatu seraya mengejarnya pelan.
33
Raisa Chu Present
Namun belum lagi ia melangkah lebih jauh, lampu ruangan padam. Jill sempat kaget jika tidak peka bahwa itu termasuk ke dalam susunan acara. Kemudian lampu terang menyorot seseorang di atas mini stage, seorang cowok, dia berdiri di depan turntable, headphone menjejali kedua telinga, lalu semesta membiarkan atensi mereka bertemu. Cowok itu sempat terkejut tapi berhasil mengontrol diri di detik berikutnya, ia sempat melirik cewek lain yang sejak awal mengekori seperti parasit, lalu kembali menatap Jillian seraya memegang mic. "Sekali lagi happy birthday buat temen gue, malem ini gue enggak dateng sendiri." Lalu cowok itu menunjuk Jill yang tengah mematung. "Sama cewek gue, Jillian." Yang membuat Jill amat sangat terkejut bukan pernyataan cowok itu tapi lebih pada gaya bicaranya. Esa? Tujuh tahun berlalu, dan ini pertemuan pertama mereka setelah sekian lama.
34
Raisa Chu Present
Semua orang berseru, teman-teman Jillian heboh karena si dj yang lagi ngetren dan populer saat ini adalah pacarnya Jillian. "Kok enggak ngasih tau kita sih Jill kalau Esa pacar lo?" Jill masih syok lalu melirik Esa lagi, cowok itu mulai sibuk dengan aransemen lagi. "Sumpah ya lo beruntung banget punya cowok seganteng dan sekeren dia." Tapi itu pertemuan pertama mereka setelah tujuh tahun, Jill tidak tahu apa tujuan Esa mengatakan demikian di depan banyak orang, tapi ada seorang cewek berwajah sinis menatap Jill dengan berang sejak tadi. *** Tangan
Jill
ditarik
setelah
tugas
Esa
digantikan oleh dj lain. "Maksud kamu apa ngomong gitu di depan temen-temen aku?" 35
Raisa Chu Present
"Kepepet." "K-kamu... ke mana selama ini?" Esa tinggal di Amerika selama ini, ia merawat diri, melakukan banyak terapi demi membunuh Eunsang. Lalu cowok itu mensejajarkan wajah dengan Jillian. "Kenapa nangis?" Tatapannya melunak. Jill menggeleng. "Capek sama kamu dan alter ego kamu, kenapa aku harus tau banyak hal tentang kalian dan mikirin nasib kalian satu sama lain?" Esa menatapnya lama, lalu paham bahwa siapa pun akan merasa muak terhadapnya. "Ini udah tujuh tahun! Kenapa kamu muncul lagi? Kenapa kita harus ketemu lagi?" "Lo enggak harus capek-capek mikirin gue." "Enggak bisa! Kepikiran terus!" Jillian tipikal sosok yang tidak bisa acuh, dia punya kepedulian tinggi tentang hal yang terjadi di sekitarnya. Seseorang melintas di antara mereka, lalu Esa refleks memeluk Jill. 36
Raisa Chu Present
Cewek itu kelewat polos, pikirnya. "Akunya kenapa dipeluk-peluk?" "Kan kita pacaran, jadi harus kayak gini." "Pacaran?" "Maksudnya orang-orang taunya kita pacaran. Jadi ya ini,.. akting Jill..." "Lagian kenapa pake ngomong kayak gitu di depan semua orang?" Tanya Jill seraya menyeka ingusnya dengan kaos Esa. "Dih, jorok ah." Karena yang paling dekat dengan hidung Jill adalah kaos di bagian dada bidang Esa. "Kamu kok tinggian sih?" Tanya Jill seraya mendongak. Entah sadar atau tidak dengan pelukan Esa yang masih tersemat. "Iya, dan lo masih bogel aja." "Aku nambah lima senti!" "Yeu bangga! Pendek!" "Esa!" Esa mengangkat bahu untuk rengekan Jillian, kemudian menarik diri. 37
Raisa Chu Present
"Esa? Satu set lagi." Seorang cowok berseru pada Esa. "Apa?" Jill mengernyit karena Esa tak kunjung beranjak dan malah menatapnya lama. "Udah gede ya lo..." Dan Jillian terlihat semakin cantik dan dewasa. Terkahir bertemu masih mengenakan jepit rambut karakter anak-anak. "Kan dikasih makan sama Bunda." "Oh iya, anak Bunda..." "Kok kamu kayak ngeledek gitu?" Esa mengusak rambutnya. "Gue anterin pulang entar." "Lama enggak? Aku udah ngantuk." "Enggak lama. Kalau ngantuk tidur aja di ruangan gue." "Kenapa harus ruangan kamu?" "Terus mau tidur di lantai pesta?" "Aku ngantuk..."
38
Raisa Chu Present
Esa mendesah kecil lantas menuntun Jill masuk ke dalam ruangan yang diberikan khusus oleh si empunya acara. Tak mereka sadari interaksinya diperhatikan oleh seorang cewek yang sedang mengecam keras. *** "Jillian? Jangan tidur terus, ini alamatnya yang bener yang mana?" Tidak cukup apa tidur di ruangan Esa? Lagipula bukankah seharusnya gadis itu ikut berbaur dan berpesta? Dia malah tidur. "Jill..." Esa mengusak lagi rambutnya. "Cewek tadi pacar kamu ya? Aku baru sadar dia natap sinis terus ke aku." Kata Jill seraya mengucek sebelah mata. "Siapa? Ah Anna?" Sahabat Esa, tapi akhir-akhir ini Anna bertingkah setelah mengakui perasaannya pada Esa. 39
Raisa Chu Present
Jill menatap Esa dengan mata mengantuk. "Enggak nyangka ketemu kamu lagi." Esa memencet hidungnya. "Eunsang ke mana? Dia..." Jill menggeleng kecil ketika ingat pertemuan terakhirnya dengan Esa. "Dia? Bikin kamu takut?" Jill mengangguk. "Aslinya nyeremin ternyata." Karena Eunsang terobsesi ingin menguasai tubuh Esa saat itu. "Dia enggak akan pernah muncul lagi." Katanya lalu kembali fokus mengemudi. "Kamu baik-baik aja kan?" Esa mengangguk. "Kamu enggak keliatan lagi di panti." "Selama ini stay di Amerika. Fokus nyembuhin diri." Jill menatapnya dengan nanar. "Apa sih..." Esa mengusak lagi rambutnya. "Kamu pasti kesulitan..." Jill peduli terhadap siapa pun.
40
Raisa Chu Present
Esa berdecak kecil. Tapi akhirnya ia berhasil melalui kesulitannya, melewati tujuh tahun untuk menyembuhkan diri dan melenyapkan Eunsang. "Udah sampe." Jill
baru
sadar
lalu
menatap
gerbang
rumahnya. Mereka sempat saling tukar nomor ponsel sebelum benar-benar berpisah malam itu.
Chanyeol sampai di rumah cukup larut, tapi penatnya menguap saat mendapati Bunda dan si bungsu terlelap di ranjang mereka. Pria itu mendekat kemudian mengecup dahi sang istri hingga membuat lelapnya terusik. "Loh..." Bunda mengernyit lalu memeluk suaminya. Rindu. "Baru sampe?" Chanyeol mengangguk kecil. "Bunda siapin makan malem ya?"
41
Raisa Chu Present
Tapi Chanyeol menahannya. "Ayah udah makan." "Kalau gitu Bunda siapin air anget buat mandi ya..." Lalu membiarkan istrinya melangkah menuju kamar mandi. Chanyeol tersenyum pada lelap si bungsu yang lucu, mencium pipinya dengan sayang. Air hangatnya sudah siap, Baekhyun tidak lupa menyiapkan pakaian bersih untuk suaminya. "Rewel enggak dia?" Setelah Ayah selesai mandi dan langsung menanyakan si bungsu saat ditinggal. "Enggak rewel, paling cuma lebih cengeng aja pas dijailin Kakak." "Dasar anak-anakku." Lalu Chanyeol menarik istrinya ke sofa, memangkunya dengan mesra di sana. "Kangen istriku yang semok dan sholeha..." Baekhyun
menepuk
bibirnya
menghadiahi kecupan lembut setelahnya. 42
lalu
Raisa Chu Present
"Nanti Ayah mau cerita banyak, tapi sekarang mau nyeblak dulu lah." Baekhyun
memaklumi,
karena
yang
menegang di bawah saja kedutannya sampai terasa. Di detik berikutnya mereka saling mencumbu, sampai pada tahap saling mempolosi tubuh masingmasing. Tidak terlalu banyak mengerang karena ada Jackson yang sedang terlelap, tapi semesta tahu secepat apa tempo yang mereka laju saat ini. Baekhyun menjadikan suaminya tunggangan yang sempurna, kemudian bersikap adil di bawah kuasa sang dominan yang membuat tubuhnya sesak. "M-mas..." Kemudian ia melengking hebat saat diberi hadiah yang bersifat basah dan juga kental. Mereka saling mendekap di detik terakhir lalu bergelung di bawah selimut. Menggugu rindu dengan saling mencumbu, selalu seromantis itu di usia pernikahan yang dapat dikatakan tidak lagi muda. 43
Raisa Chu Present
"Perasaan Ayah aja atau emang telapak tangan Ayah udah enggak muat nangkup ini?" Katanya seraya menempelkan tangan di dada Bunda. Merasa ukuran Bunda semakin membesar. "Gimana enggak nambah ukuran tiap hari Ayah jamah." Lalu Chanyeol cengengesan, menyebalkan.
Pagi ini suasana hati Jackson sangat bagus. Bagaimana tidak? Ketika bangun tidur berada di pelukan hangat ayahnya, dimandikan oleh Ayah dan sarapan di pangkuan Ayah. Dia bahkan sudah membuat daftar panjang akan melakukan kegiatan apa dengan Ayah hari ini. "Iya sayang... abisin dulu makannya." Bunda setia menyuapi si bungsu yang sedang merecoki ayahnya. "Ngakunya udah gede tu, tapi kok masih disuapin." 44
Raisa Chu Present
"Iri bilang bos!" Jack membalas kakaknya. "Enggak iri ya, sori sori jek! dulu Kakak juga kenyang disuapin Bunda." Jill menjulurkan lidah. Jack merengut hebat pada Bundanya. "Dulu, maksudnya waktu Kakak seumuran Adek..." Bunda menengahi dengan sabar. "Berlin ada temennya ya sekarang, biarin deh tau-tau nanti dua-dua nyemplung di akuarium." "Kakak..."
Ayah
dan
Bunda
kompak
memanggilnya dengan sebuah peringatan. Tapi Jill masih betah meledek adiknya yang mulai merengek. "Enggak mau main sama Kakak!" "Dih yang ada Kakak yang ngomong gitu, enggak mau peluk-peluk Adek lagi!" Tapi sepertinya ucapan Jill itu cukup menohok hingga
membuat
adiknya
bersedih.
45
berkaca-kaca
dan
Raisa Chu Present
Jackson menggeleng saat hendak disuapi lagi, lalu menelusup pada leher ayah dan menangis kecil di sana. Jill mengerjap kecil lalu meringis saat dihakimi oleh tatapan Ayah dan Bunda. "K-kakak enggak sayang sama Adek ya? K-kok enggak mau peluk Adek lagi?" Cicitnya dengan pada sang Ayah. "Kak..."
Chanyeol
meminta
pertanggung
jawaban si sulung yang mulai merasa bersalah. Jill merengut kecil lalu berlutut di hadapan adiknya. "Sayang..." Jackson menggeleng, enggan menoleh pada Kakaknya. "Kakak bercanda, mana mungkin sih enggak mau peluk Adek, kan Kakak sayang..." kata Jill seraya mengusap punggung sang adik. "Kakak tu harus peluk-peluk Adek, baru namanya sayang!" "Iya, makanya sini Kakak peluk." 46
Raisa Chu Present
Tapi si bungsu kepalang merajuk. "Sayang, bungsunya Kakak yang sholeh..." Jack menarik diri dari leher sang ayah lalu menangis lagi di pelukan kakaknya. "Maafin Kakak ya... janji bakal peluk-peluk Adek..." "Janji...?" "Janji sayang..." Jill menyekas ingus adiknya lalu menciumi pipinya dengan sayang. "Kakaknya dimaafin enggak?" Jack mengangguk dan memeluk Kakaknya lagi. Sementara Ayah dan Bunda hanya hisa terhanyut dalam haru. Mereka, kedua buah hati yang amat sangat berharga.
"Mas...?" "Iya, sayang?" Lalu Chanyeol keluar dari kamar Jackson. 47
Raisa Chu Present
"Ada chat masuk." "Siapa?" Ayah menerima ponselnya dari Bunda. "Enggak tau, nomornya baru." Bunda tidak sempat membuka isinya karena menjaga privasi sang suami. From: 0000xxxx Hai, Mas... ketemu yuk, aku mau ngomongin kerjaan ni. Sohee "Siapa?"
Tanya Bunda saat mendengar
suaminya mendengus kecil. "Bunda inget Sohee?" Siapa yang tidak ingat wanita yang telah mencium pipi suaminya? Dulu
Chanyeol
menceritakannya
seraya
meminta maaf, Baekhyun tidak menaruh kemarahan pada suaminya karena ia tahu pria itu adalah korban, sebaliknya merasa begitu jengkel dengan Sohee. "Kok dia bisa tau nomor Ayah?" "Event creator acara di luar kota kemarin itu Sohee, Ayah juga kaget." 48
Raisa Chu Present
"Kenapa Ayah baru bilang?" Chanyeol
menggaruk
tengkuk.
Apa
itu
penting? "Mau apa dia hubungin kamu?" "Sayang..." "Astaghfirullah..." siapa yang bisa lepas dari jerat cemburu? "Ayah engga tau dia dapet nomor Ayah dari siapa, ini dia ngajak ketemu katanya ada kerjaan." Lalu ponselnya kembali menyala, sebuah panggilan terpampang di sana. Bunda mendengus kecil dan mengangguk saat Ayah meminta izin untuk mengangkat telfonnya. "Ya, hallo?" "Gimana Mas? Kamu ada waktu?" "Kamu seharusnya hubungin manager saya, saya manut apa kata manager kalau urusan pekerjaan." Sohee sempat bungkam di seberang sana. "Saya udah ngomong sama manager kamu, tinggal nunggu persetujuan kamu aja..." 49
Raisa Chu Present
Lalu Chanyeol memijit dahi dan melirik lagi istrinya. Baekhyun mengangkat bahu lalu melengos. "Saya kabarin lagi nanti." Telfon itu terputus, Chanyeol mengejar istrinya ke kamar. "Sayang..." "Hum?"
Bunda
tidak
terdengar
ketus,
Chanyeol tahu istrinya itu sedang menahan diri. "Bunda ikut aja ya?" "Ke mana?" "Ketemu Sohee, manager Ayah udah setuju." "Enggak, nanti Bunda recokin kerjaan Ayah..." "Tapi jangan ngambek gitu..." Bunda berbalik lalu memeluk suaminya. "Enggak ngambek..." "Beneran?" "Asal jaga hati, jaga diri. Jangan sampe kecolongan lagi kayak dulu." Ayah mencium bibirnya dengan mesra. "Percaya deh Ayah enggak napsu sama wanita lain." 50
Raisa Chu Present
"Apaan!" Bunda merona. "Napsunya sama Bunda doang lah... jadi, yuk..." "Heh? Yuk apa?!" Bunda waspada sebelum diterkam di atas ranjang. "Ada anak-anak ya di rumah, jangan ngada-ngada!" Tapi Ayah keburu napsu. Pikirnya tidak ada yang salah nyeblak di siang hari.
"Bukannya Bunda udah mandi ya? Kok rambutnya basah lagi?" Jackson menatap Bundanya dengan keheranan. "Abis disemprot jadi harus mandi, dek..." Celetuk Ayah dari belakang. "Disemprot apa?" Jack berakhir di pangkuan ayahnya. Baekhyun mengecam suaminya di balik garis bibir. "Nyeblak terus!" 51
Raisa Chu Present
Jill berseru dari balik pantry. Baekhyun dan Chanyeol meringis, Jillian sudah 22
tahun
dan
mengerti
arti nyeblak
sesungguhnya versi Ayah dan Bunda. "Kak..." Langkah Jill menuju kamar diinterupsi, lalu gadis itu menghampiri Ayahnya. "Kemarin kenapa ninggalin mobil di rumah temen kamu?" "Eh??" "Pulang sama siapa?" Jill menegang. Lalu mengerjapkan mata berulang kali. "Itu, dianterin temen soalnya udah lama enggak ketemu, sekitar tujuh tahun--eh Kakak kebelet, mau ke toilet dulu!" Chanyeol dan Baekhyun saling melempar pandang. Ada apa dengan si sulung? Meski setelahnya mereka mengangkat bahu. "Dek, ikut Ayah yuk..." "Ke mana?!" 52
Raisa Chu Present
Urusan ikut dengan Ayah, Jack akan selalu bersemangat. "Ikut aja..." Chanyeol memutuskan mengajak Jack untuk bertemu dengan Sohee, pria itu tidak ingin berakhir seperti tujuh tahun lalu. Kali ini tidak akan kecolongan. *** Setelah diserang panik karena takut ketahuan diantar pulang oleh seorang cowok, Jill memilih menghibur diri dengan rebahan sambil membaca cerita
fiksi
idola,
kemudian
panggilan
telfon
menginterupsi keasyikan. "Hallo?" "Di mana?" "Ini siapa?" "Nomor gue enggak disimpen?" Jill
memastikan
nomor
berbicara lagi dengan ragu. "Esa?" 53
panggilan
lalu
Raisa Chu Present
Cowok itu mendengus keras di seberang sana. "Iya, lo di mana?" "Di rumah, lagi rebahan sambil baca fanfict." "Weh, enak bener. Gue di sini panas-panasan." Lalu Jill mendengar suara anak-anak kecil. "Eh? Kamu di mana?" "Mau ke sini?" "Ke mana?" "Tempat pertama kali kita ketemu." Jill berbinar, sempat merasa antusias karena sudah lama tidak pergi ke panti tapi nyalinya menciut saat mengingat wajah galak sang ayah. Akan jadi apa nasibnya nanti jika Ayah tahu ia ketemuan sama cowok? "Jill? Woi bogel!" "Aku tinggi!" Seru Jill. "Mau ke sini enggak? Jemput di mana?" "Tapi, nanti ketauan Ayah bahaya..." Seolah mereka sedang menjalin hubungan secara diam-diam.
54
Raisa Chu Present
"Hadeh..." Esa mendengus lagi, ia merasa seperti menghadapi gadis SMA. "Ya udah, gue ke rumah minta izin bokap lo." "Jangan! Aku izin Bunda dulu, kita ketemu di panti aja..." Jill tidak tahu mengapa ia merasa begitu wajib untun menemui Esa. "Eyy, kan bukan ketemu Esa, tapi anak-anak panti." Dalihnya lantas bersiap-siap. *** "Mau ke mana nak? Udah rapi..." Jillian celingukan. "Ayah mana?" "Oh, Ayah sama Adek pergi memuin rekan kerja Ayah..." Jill mengangguk kecil. "Bun..." "Hum???" "Kakak mau izin pergi sebentar ya...?" Bunda menutup buku bacaan lalu menatap putrinya. "Mau ke mana emangnya?" 55
Raisa Chu Present
"Temen Kakak ngajakin ketemu..." "Ya udah, tapi hati-hati ya... pulangnya jangan malem-malem nanti Ayah nanyain..." Jillian tersenyum kikuk lalu mencium tangan Bunda dan berpamitan. Mengapa rasanya seperti menyimpan rahasia besar? Jill kerap meringis apalagi membayangkan wajah galak ayahnya.
oOo
Gadis itu sampai di pekarangan panti, jadwal kuliah yang sibuk membuatnya jarang datang ke sana, paling hanya Ayah dan Bunda yang masih rutin. Ia menghela kecil sebelum memutuskan melangkah menuju halaman samping, tempat di mana gelak tawa anak-anak terdengar. Lalu melihat cowok itu di sana, tengah menghibur anak panti dengan melakukaan push up, Jill tidak tahu kalau tubuhnya berotot. 56
Raisa Chu Present
Kemudian atensi mereka bertemu. Esa bangkit dan menepuk tangan telapak tangan yang kotor sebelum membiarkan anak-anak bermain. Cowok itu melangkah lalu mensejajarkan wajahnya dengan Jill. "Dandan ya?" "Enggak. Kata Bunda aku udah cantik jadi enggak perlu dandan." Tentu saja. Anak Bunda. Esa mengangguk lalu mengajaknya duduk di salah satu kursi. "Diizinin sama bokap lo?" "Ayah enggak ada, jadi izinnya sama Bunda... tapi aku enggak boleh pulang malem-malem..." "Anak seusia lo? Udah gede masih dikekang?" "Aku enggak dikekang, aku punya aturan." Lalu Esa menatapnya. "Mau ikut enggak?" "Ke mana?" "Ke tempat tongkrongan gue sama tementemen..." 57
Raisa Chu Present
Jill meringis, mengingat Esa adalah seorang Dj, pasti tempat mainnya tidak jauh dari klub. "Aku enggak main ke klub. Bunda bakalan marah besar." Esa terkekeh lalu mengusak rambutnya. "Bukan klub. Tempat nongkrong biasa, kebetulan ada Anna di sana, biar gue enggak risih." "Emangnya ada masalah apa sih kamu sama dia?" "Dia suka sama gue." Mmengerjap. "Terus?" "Enggak boleh lah, kita sahabatan udah lama. Gue enggak mau ngerubah situasi sekecil apapun." Melihat Jill membeo, Esa mendengus keras. "Anak kecil enggak bakal ngerti." "Aku ngerti..." "Gimana coba?" "Kamu enggak mau persahabatan kamu rusak gara-gara perasaan dia kan?" Esa menatapnya aneh, ia pikir Jill tidak sedewasa itu untuk paham. 58
Raisa Chu Present
"Terus kamu jadiin aku alat buat bikin dia patah hati?" "Enggak gitu..." "Gitu kok, tapi maaf ya... aku enggak mau ikutikutan. Kamu cari cewek lain aja buat dimanfaatin." "Aku enggak manfaatin kamu." "Manfaatin
kok!"
Jillian
kukuh,
bahkan
menepis tangan Esa yang menahannya. "Jillian..." "Kalau bukan manfaatin terus apa? Aku enggak mau jadi penyebab patah hati seseorang." "Mau ke mana?" "Mau pulang!" Esa mengacak rambut dan menarik jaketnya, kemudian menyusul langkah Jillian. "Jangan ikutin aku!" "Kalau gitu jadi pacar beneran. Kamu mau?" Jillian melotot syok. "Gila ya kamu?!" Bunda melarangnya mengumpat, tapi kali ini Jill tidak bisa menahan rasa kesal. "Aku serius." 59
Raisa Chu Present
"Enggak! Kamu konyol! Jangan ikutin aku." "Jillian..." "Akunya jangan diikutin terus!" "Esa!" Cewek lain berseru. Esa refleks menarik Jill ke dalam pelukannya. Anna mematung kecil. "Anak-anak udah nungguin di kafe." Ia sengaja menyusul Esa ke panti. Tapi bukan untuk melihat kemesraan Esa dan pacarnya. Esa mengangguk. "Bujuk dulu dia..." katanya seraya mengusap puncak kepala Jill yang masih beeada dalam pelukan. Anna mengangguk kecil lalu berbalik, tak lama kemudian melarikan diri sana. "Ikut ya?" Tapi Jill menatapnya dengan garang. "Kesel!" Serunya lalu menghentakkan kaki dan menjauh. "Jillian..." "Enggak mau! Mau pulang!" Esa mengalah. "Ya udah aku anterin." 60
Raisa Chu Present
"Enggak! Mau naek bus!" "Bahaya lah..." Dan Jill urung melangkah. "Kenapa?" Karena ini baru pertama kalinya ia akan menjajal naik bus. "Banyak
abang-abang
mesum..."
Esa
mendekat dan kembali mensejajarkan wajah dengan Jillian. "Emangnya enggak takut dipegang-pegang?" "Dipegang-pegang?" Jill meringis ngeri. Esa mengangguk. "Aku anterin ya..." "Tapi enggak mau ikut nongkrong!" Esa mengusak rambutnya lalu mengajak masuk
ke
dalam
mobil,
memakaikan
sabuk
pengaman dan menancap gas. "Udah makan?" "Udah
disuapi--Udah!"
Jill
nyaris
membeberkan fakta bahwa di usianya yang beranjak dewasa masih kerap disuapi oleh Bunda. "Arah rumah aku ke situ! Jangan belok-belok kemana pun!" Jill terus memperingatinya agar tidak mengajaknya ikut nongkrong. "Iya..." Esa menyahuti dengan sabar. 61
Raisa Chu Present
"Aku enggak enak sama Anna, tadi dia..." "Enggak
usah
pusing-pusing,
toh
buat
kebaikan bersama." "Kebaikan bersama apa kalau cuma dia yang patah hati?" Esa tidak menyahut karena tidak menduga kalau Jill sepintar itu. "Jangan bawel ah." Katanya lalu mengusak rambut Jill sekilas. "Aku boleh minta nomornya Anna?" "Buat apa? Mau bilang kalau kita cuma purapura pacaran?" "Mau temenan!!! Enggak boleh suudzon kata Bunda." "Salam deh buat Bundamu... bilangin makasih udah ajarin Jillian yang baik-baik." Meskipun Esa kewalahan meladeni sikapnya yang penuh kebajikan.
62
Raisa Chu Present
3 Sohee tidak menduga bahwa Chanyeol akan membawa putranya dalam pertemuan mereka. Wanita itu mencoba untuk mempertahankan senyum anggun, dan mengakrabkan diri dengan Jackson. "Kelas berapa Jackson?" "Baru naik kelas dua." "Oh gitu..." Sohee lantas melirik Chanyeol yang mulai berdiskusi dengan managernya. "Ayah kamu kayaknya lagi sibuk, sama Tante yuk? Di ruangan Tante banyak snack loh..." Tapi Jackson tidak biasa diiming-imingi sesuatu oleh orang asing. "Bunda bilang enggak boleh ikut-ikut sama orang asing." Sohee
mempertahankan
senyuman,
meskipun hatinya terasa dongkol. "Yah... pulang yuk, kangen Bunda..." 63
Raisa Chu Present
Si bungsu memang tidak bisa lama-lama jauh dari Bundanya. "Iya, sebentar ya, nak... Ayah lagi ada kerjaan dikit sama om manager." "Sabar ya, Jack..." Om manager ikut bersuara. "Sama Tante yuk..." Tapi Sohee kembali mendapatkan penolakan dari Jackson. Niat hati ingin mencari perhatian Ayahnya malah berkahir dongkol berulang kali. "Semoga kerja sama kita berbuah manis ya, Mas..." Chanyeol menjabat tangan Sohee, sementara sang manager menanggapi janggal dengan sikap wanita itu. "Mas..." "Ya?" "Mau makan malem dulu enggak? Aku yang traktir." Chanyeol melirik jam tangan. "Maaf, tapi Jack udah rewel pengen pulang. Lain kali ya."
64
Raisa Chu Present
Selain karena merasa tidak nyaman jika terlibat kebersamaan dengan Sohee terlalu lama, Chanyeol pun merasa perlu memprioritaskan Jack yang ini terkulai di gendongan. "Aku tagih ya janjinya nanti..." Chanyeol nyaris meringis, seharusnya ia tidak mengatakan apapun tapi sudah terlanjur. Pria itu berpisah dengan sang manager lalu menancap
gas
setelah
menidurkan
Jack
di
sampingnya. Menyempatkan diri mampir ke toko bunga kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Chanyeol disambut oleh Abi dan Umi yang ternyata berkunjung ke rumah. Tapi kedua mertuanya itu sudah mau pulang. "Iya Bi, Mi... aku ada kerjaan tadi..." "Ya udah tidurin dulu si bungsu, Abi sama Umi enggak lama, ini mau pulang..." 65
Raisa Chu Present
"Nginep aja lah, ya?" "Enggak nak, besok Umi ada acara sama ibu pengajian." "Bun... ini Abi sama Umi dibawain apa dong?" "Udah enggak usah repot-repot, nak. Kita pamit ya..." Chanyeol lantas membawa Jackson ke kamar setelah Abi dan Umi sepenuhnya meninggalkan halaman rumah. "Abi sama Umi kenapa enggak disuruh nginep aja?" Chanyeol bertanya pada istrinya. "Kayak enggak tau mereka aja... udah biasa kan..." Baekhyun menyahut kemudian menarik selimut untuk menutupi setengah tubuh putranya. "Rewel enggak?" "Bukan Jackson Park kalau enggak rewel." Baekhyun tersenyum maklum lalu mengekori suaminya keluar dari kamar si bungsu. "Si Kakak ke mana?" "Ada di kamarnya... baru aja pulang." Chanyeol melepas mantel. "Dari mana?" 66
Raisa Chu Present
"Katanya abis ketemu sama temennya..." "Sering banget maen ya dia sekarang." "Enggak apa-apa lah Yah... namanya juga anak gadis." Tapi Chanyeol merasa akhir-akhir ini Jill sering melewatkan quality time bersama keluarga. Apa hanya perasaannya saja? Seperti inikah rasanya fase di mana anak-anak beranjak dewasa dan tidak lagi memprioritaskan kebersamaan dengan orang tua? "Mau makan dulu atau mandi?" "Satu ronde dulu gimana?" "Ya Allah, Yah... sehari aja enggak nagih..." "Hmm Ayah bisa apa kalau Bunda nolak..." Chanyeol memasang wajah sedih. "Astaghfirullah, sayangku... bagian mananya Bunda nolak. Hayuk aja Bunda mah..." Kemudian ada aksi terkam menerkam setelah mendapatkan lampu hijau.
67
Raisa Chu Present
"Udah tidur?" "Udah..." Jill menyahut pangglan telfon Esa dengan nada mengantuk. "Ya udah, tidur lagi..." "Udah ganggu terus gitu aja?" "Kamu lagi ngantuk, kita bicara besok aja..." "Apa dulu..??" Suaranya yang parau dan terkesan manja membuat Esa diam beberapa saat. "Kamu... enggak mau pertimbangin kata-kata aku tadi siang?" "Hum? Yang mana?" "Kita pacaran beneran..." "Esa... udah ah..." "Barusan nyuruh ngomong..." "Tapi masa bahas ituan!" Selain karena tidak mau masuk ke dalam masalah orang lain, Jill pun tidak punya pengalaman dalam urusan asmara, ini adalah hal baru. "Ya makanya percaya aja, aku serius..." 68
Raisa Chu Present
"Serius dari mananya? Kasian Anna..." "Jadi bukan masalah kamu enggak mau? Tapi karena kasian sama Anna?" "Dih kepedean!" Esa bungkam lagi seberang sana. "Ya udah, kamu lanjut tidurnya..." Tapi Jill terlanjur merasa suara Esa cocok berbaur dengan kesunyian malam. "Kamu bisa nyanyi enggak?" Karena Jillian kerap mendengar nyanyian sang ayah jika kesulitan untuk tertidur. Tanpa menunggu lama, suara Esa mengalun lembut di seberang sana, kebetulan lagu yang dinyanyikan adalah kesukaan Jill. Bahkan diiringi alunan gitar. Jill
mendengarkannya
dengan
seksama,
kerjapan matanya mulai melemah, kemudian ia kembali menyambangi alam bawah sadar. Ada senyum kecil yang terpatri di sudut bibirnya.
69
Raisa Chu Present
Baekhyun sedang menyiapkan sarapan untuk anggota keluarga, pagi harinya selalu sama tapi ia tidak
pernah
merasa
bosan,
apalagi
jika
membayangkan raut bahagia suami dan anakanaknya setelah menyantap masakannya. "Sarapan Adek... jusnya Kakak, teh hijau buat Ayah." Baekhyun
sengaja
mencualikan
kopi
beberapa hari terakhir karena sang suami kerap mengeluh nyeri lambung meskipun tidak terlalu parah. Senyum
puas
terpatri,
saatnya
membangungkan anak-anak dan suami. Kamar Jill menjadi opsi pertama. Disingkapnya gorden bermotif feminim itu, lalu mendekat ke arah ranjang, tempat di mana si sulung masih terlelap.
70
Raisa Chu Present
"Sayang,
cantik,
anaknya
Bunda...
ayo
bangun... bukannya ada jadwal ketemu sama temen hari ini?" Baekhyun ingat Jill akan pergi menemui owner kafe yang tak lain adalah temannya untuk membahas pekerjaan. "Peluk
dulu..."
Baekhyun
menggeleng
maklum, memeluknya beberapa saat lantas menepuk bokong si cantik. "Cuci muka lanjut sarapan." "Baik, Bundaku..." Kemudian Baekhyun keluar dan menuju kamar si bungsu. Hal yang pertama kali dilakukan sama, menyibak gorden. Mencium dahi putranya lalu pasrah saat dipeluk dengan erat. "Bangun yuk, nak... Bunda udah siapin sarapan kesukaan Adek..." Tapi Jack malah semakin lelap. Baekhyun
dengan
sabar
menunggunya
beberapa saat lalu menepuk lagi bokong si ganteng. "Kalau Adek enggak bangun nanti sarapannya diabisin sama Kakak loh..." 71
Raisa Chu Present
Peringatan ajaib, Jack bangkit dalam hitungan detik lalu jalan sempoyongan keluar kamar, nyatanya ucapan Bunda selalu terbukti, tapi kali ini ia akan menyelamatkan sarapannya. "Hati-hati nak jalannya..." Dan terakhir Baekhyun masuk ke kamar dan hendak membangunkan sang suami tercinta, tapi sebelum itu ia betah berlama-lama membelai wajah tampannya yang tak lekang oleh usia. Chanyeol terjaga lalu menciumi telapak tangan sang istri dengan lembut. "Yah..." "Hum??" Baekhyun menciumi pipinya dengan sayang sebelum kembali berbicara. "Bunda telat..." "Telat? Emangnya mau ke mana?" Ayah setengah terpejam, yang keluar dari mulut serupa racauan orang mabuk meskipun ia hanya masih mengantuk.
72
Raisa Chu Present
Baekhyun menepuk dahi lalu menciumi kembali pipi suaminya. "Bukan telat dan ketinggalan taksi, sayangku..." "Terus gimana?" "Ini loh... telat dateng bulan..." "Oh, kirain apa..." "Ish, kok gitu doang? Gimana kalau Bunda hamil?" "Ko gimana? kan ada suami... bagus dong kalau hamil, itu membuktikan kalau Ayah perkasa." "Perkasa banget sampe sering bikin Bunda pincang." "Tapi nagih kan?" Bunda cengengesan lalu mencium lagi pipi suaminya. "Nanti Bunda periksa dulu deh ke dokter kandungan..." Chanyeol
menatapnya
dengan
mata
mengantuk. "Hari ini Ayah kosongin jadwal, kita pergi bareng..." Memang sosok suami yang begitu sempurna. "Tapi Yah..." 73
Raisa Chu Present
"Hum??" Mata Chanyeol terpejam lagi. "Kalau beneran hamil nanti gimana ngomong ke si Adek?" Chanyeol langsung bangkit, mata bulat itu terbuka sepenuhnya dan kepalanya mulai pening memikirkan reaksi si bungsu nantinya. "Tau sendiri kan Ayah gendong anaknya Ara aja Adek ngamuk-ngamuk..." Mereka meringis bersama lalu memasang wajah berpikir yang kentara. "Ayo dong Yah pikirin gimana caranya?" "Ini Ayah lagi mikir..." "Gimana?" Belum apa-apa mereka sudah dibuat pening. "Bilang aja karena Ayah Bunda sering panaspanasan jadi kecebongnya tumbuh..." "Ngawur!!!" Baekhyun kesal. "Kan kecebong Ayah..." "Ya masa gitu..." "Dengerin dulu, bilang sama Adek nanti kecebongnya jadi bayi dan bikin perut Bunda bulet..." 74
Raisa Chu Present
"Kalau bilang itu adeknya dia enggak boleh apa?" Chanyeol tidak yakin, selalu ada rasa tidak rela ketika anak-anak tidak lagi menjadi yang terakhir dan merasa paling disayang. Padahal orang tua tempatnya adil dan bijak dalam menyayangi semua anak. "Kita kasih tau pelan-pelan... untuk sementara pake alesan itu aja dulu..." "Kok ngawur ya??" "Kita pikirin lagi nanti, sarapan yuk... Ayah jadi laper mikirin reaksi si Adek..." Sejujurnya lucu, Baekhyun bahkan tidak bisa menahan
kekehan
sebelum
menghujani
pipi
suaminya dengan kecupan sayang.
"Selamat
ya,
pak...
istrinya
Kandungannya memasuki usia tiga minggu..."
75
hamil.
Raisa Chu Present
Apapun resikonya, itu adalah kabar bahagia. Chanyeol tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk sang istri. Lepas
periksa
kesehatan,
mereka
memutuskan untuk pulang ke rumah Abi dan Umi karena Jackson dititipkan di sana. "Berarti kecebong Ayah itu kualitas unggulan ya..." Karena di usianya yang tidak lagi muda Chanyeol mampu menghasilkan bibit-bibit bocil yang berkualitas. "Ganas juga kecebong Ayah." "Iya, seganas yang punya." Chanyeol itu ganas banget kalau urusan ranjang, tidak kenal kompromi sebelum melihat istrinya mangap-mangap karena sesak terlalu lama dijejali. "Tapi Bunda suka kan?" Baekhyun
melempar
cengiran
lalu
mengangguk. "Apalagi kalau udah pake gaya penyu ngesot." 76
Raisa Chu Present
Tawa Chanyeol meledak. "Tapi gaya katak salto juga enak Bun..." "Ahh satu lagi, gaya pinguin kayang udah paling mantep!" "Nah, kalau mantep gitu bisa kali abis ini praktek..." "Siap bosque!" Dan di detik berikutnya Baekhyun dihadiahi kecupan sayang yang bikin mabuk kepayang.
Jackson itu cucu kandung pertama untuk Abi dan Umi, meskipun sudah ada Jill yang sama disayangnya, tapi suatu kewajaran jika Jack begitu dekat dengan Kakek dan Neneknya. "Kek, ini apa? Kakek baca apa?" Tanya Jack yang sedari tadi berada di pangkuan Abi yang tengah membaca. "Ini buku kisah para Nabi..."
77
Raisa Chu Present
"Oh ya? Adek tau nama-nama Nabi... Bunda yang ajarin..." Kakek tersenyum penuh wibawa. "Kalau tau, coba Kakek pengen tanya, Nabi apa yang hendak disembelih dan dijadikan Qurban?" "Huh? Disembelih?" Jack meringis ngeri. Kakek tertawa kecil. "Nanti minta Bunda ceritain kisah para Nabi ya, dek..." Jack mengangguk patuh. Ia hendak bertanya banya hal tapi suara Bunda dari luar memecah fokus. Bocah itu turun dari pangkuan sang Kakek lalu berlari menghampiri kedua orang tuanya. Berakhir di gendongan sang Ayah. "Jadi gimana? Apa kata dokter?" Umi bertanya, Baekhyun melirik Jack yang mulai sibuk berceloteh ini dan itu dengan sang Ayah lalu menyahutnya dengan suara pelan. "Alhamdulillah Mi, Bi... positif." Nampak raut senang Abi dan Umi setelah mendengarnya, 78
Raisa Chu Present
"Tapi kok aku enggak ngerasa yang aneh-aneh ya? Beda sama Jackson waktu itu..." Baekhyun meringis, Jackson bisa dibilang rewel saat berada di kandungannya. "Karena emang pembawaannya beda-beda nak setiap anak... yang penting kamu jaga kesehatan biar kandunganmu juga sehat..." "Iya Mi..." Mereka menyempatkan diri makan siang bersama sebelum pamit dan pulang ke rumah. "Kakak!!!" Jackson langsung mencari kakaknya setelah sampai, tidak menemukannya di kamar, bahkan di ruang tengah, taunya sang kakak di mushola habis menunaika sholat dzuhur. "Eh, Adek udah pulang?" Jackson memeluk sang kakak karena kangen. "Maen puzzle yuk..." "Hmm, ini jam tidur siang, jadi Adek harus tidur. Nanti aja ya maennya..." Bunda menyela dari
79
Raisa Chu Present
belakang kemudia mengajak si bungsu untuk cuci tangan dan kaki. "Kak... sini..." Lalu Chanyeol memanggul si sulung je ruang tengah. "Iya Yah???" Chanyeol memijit dahinya beberapa saat. "Gimana? Udah dapet tempat kerja yang cocok?" "Belum..." Jill mendengus. "Kakak pikir nyari kerja itu mudah, taunya susah banget..." "Katanya mau ngejajal kafe temen, enggak berhasil?" "Dianya aneh, katanya sebagai penggemar garis keras Ayah, jadi dia enggak mau aku kerja sama dia, katanya kesannya kayak ngehina Ayah..." "Hmm...." Chanyeol memutar otak agar menemukan
solusi
dan
membantu
kesulitan
putrinya. "Gini aja... Kakak mau enggak jadi asistennya Om manager? Ayah yang gaji." Tapi Jill meringis, sama saja bohong jika Ayah yang menggaji, kan tiap bulan Jill dapat jatah jajan dari Ayah. 80
Raisa Chu Present
"Iihh sama aja boong dong, Yah..." "Sama aja boong apanya? Kan nanti Kakak kerja bantuin Om manager, ngatur agenda manggung, ikut ke sana-sini, ini dan itu... jangan Kakak pikir itu kerjaan yang gampang, nak..." "Masa sih, Yah?" Chanyeol mengangguk. "Kalau mau nanti Ayah ngomong ke Om manager..." "Tapi aku kan awam Yah..." "Bisa karena terbiasa, Kakak nanti diajarin... kalau enggak Kakak langsung masuk kuliah aja lah, ya? Ayah sebenernya pengennya Kakak masuk kuliah aja..." "Tapi Kakak enggak mau pake uang Ayah buat sekolah, Kakak udah gede dan yakin bisa cari uang sendiri, jadi mulai sekarang jatah jajan Kakak mending disimpen aja buat Adek, atau buat adekadek yang lainnya nanti..." "MasyaAllah..." Karena Jill sadar Ayah akan menua, ada masanya pria itu lelah bekerja dan ingin berisitirahat. 81
Raisa Chu Present
Jill hanya melakukan tugasnya sebagai anak yang berbakti, bahkan jika diberi kesempatan ia ingin menjadi tulang punggung keluarga jika masa di mana Ayah menua dan tidak lagi kuat mencari nafkah itu tiba. "Jadi... Ayah enggak perlu cemas, Kakak bisa kok, Kakak cuma perlu dukungan Ayah sama Bunda, tolong kasih Kakak kepercayaan itu..." Chanyeol terenyuh, atmosfernya beruang menjadi sendu. Bagaimana tidak? Gadis yang kini memeluknya dengan sayang adalah bayi merah yang Chanyeol perjuangkan setelah ditolak mentah-mentah oleh ibu kandungnya puluhan tahun lalu. Chanyeol amat sangat menyayanginya, Jillian dan Jackson adalah harta berharga yang tidak ada gantinya di seisi dunia.
82
Raisa Chu Present
"Hai, Mas..." Chanyeol merasa terkejut karena Sohee mendatanginya langsung ke studio. Untuk menagih janji makan siang bersama. Merasa tidak ada pilihan, pada akhirnya pria itu setuju ditraktir makan di sebuah restoran Jepang elit. Mereka menyantap makan siang di bilik VIP. "Enak enggak, Mas?" "Ya, meskipun masakan istri saya tetep juara." Celetuk Chanyeol. Senyum Sohee bertahan beberapa saat sebelum seorang pelayan mendatangkan menu lain. Karena kurang berhati-hati, pelayan tersebut sedikit tersandung dan menumpahkan noda kecil di pakaian Chanyeol. "Kamu gimana sih? Becus kerja enggak!" Sohee membentak keras. "Panggil manager kamu sekarang!"
83
Raisa Chu Present
"Udah menepuk
lah,
lengan
enggak si
apa-apa."
pelayan,
Chanyeol
artinya
tidak
mempermasalahkan apapaun. "Tapi baju kamu jadi kotor Mas." Chanyeol mengibaskan tangan, itu bukan masalah besar, pria itu hanya perlu melepas mantel dan pergi ke toilet untuk membersihkan noda di bajunya. Sohee mendengus keras setelah semua orang keluar, lalu matanya tertuju pada mantel Chanyeol yang pria itu tinggalkan, menatapnya beberapa saat lantas sebuah konspirasi muncul di dalam benak. Wanita itu meraih lipstik dan parfum kecil dari dalam tasnya, ia memakai lipstik berwarna merah menyala itu lalu meninggalkan jejak bibirnya di bagian kerah mantel Chanyeol. Terakhir ia menyemprotkan parfum beraroma feminim di bagian belakang mantel tersebut agar Chanyeol tidak mencium wanginya. Ya. Karena yang harusnya mencium aroma parfumnya bukanlah Chanyeol, melainkan istrinya. 84
Raisa Chu Present
Senyumnya kembali merekah saat Chanyeol kembali. "Sorry ya, saya harus buru-buru balik ke studio, urusan mendadak." "Oh, udah mau pergi Mas?" "Ya." "Oke kalau gitu, makasih ya udah nepatin janji." Sohee mengelus lengan kekar kemudian cipikacipiki untuk sebuah formalitas, sekalian mencari kesempatan. Pria itu menatapnya datar, sejak dulu tidak nyaman dengan sikap Sohee yang terlalu berani, oleh karena itu untuk menghindari diri dari dosa lain, Chanyeol bergegas meninggalkannya. Merasa wanita itu sedikit berbahaya.
Lagi-lagi penat Chanyeol menguar setelah sampai di rumah dan disambut oleh istrinya yang cantik. 85
Raisa Chu Present
Baekhyun membantu melepas mantel lalu salah fokus pada noda kotor di kaos suaminya. "Ini noda apa Yah..." "Oh, ini ketumpahan makanan tadi pas makan siang... Adek mana?" "Lagi maen kayaknya sama Kakak..." Chanyeol mencium dahi istrinya kemudian bergegas menghampiri anak-anak, karena mereka ampuh melepas sisa penat. Baekhyun
menggeleng
maklum
lalu
membawa mantel kotor sang suami ke tempat pencucian, memastikan tidak ada hal apapun yang dikantongi ia lantas merasa setiap saku. Beberapa
saat
kemudian
hidungnya
mengendus kecil. Bau asing apa yang kini menguar? Dahi itu mengernyit sementara tangannya masih meraba setiap saku mantel, hingga beberapa saat Baekhyun mendekatkan hidung pada bagian belakang mantel tersebut dan menemukan pusat aroma feminim itu di sana. 86
Raisa Chu Present
Baekhyun tahu segala hal tentang suaminya, dari pakaian hingga parfum yang dipakai. Tapi ia takut salah dan memastikan wangi itu adalah wangi dari salah satu koleksi sang suami meski tahu betul bahwa pria itu tidak pernah memakai aroma feminim. Ia menguak ruang pakaian, laci-laci besar berisi koleksi parfum suaminya dieksplor, mencium wanginya satu-persatu. Botol terakhir tidak memberi jawaban yang Baekhyun ingingkan, bahkan jika tidak salah kini ia melihat noda merah di kerah mantel suaminya. Dahinya kembali mengernyit, memastikan noda apa, dan ia refleks menggigit bibir saat tahu bahwa itu jejak bibir dan lipstik. *** "Kenapa sih ngelamun aja dari tadi?" Baekhyun
dipeluk
dari
punggungnya dicumbu dengan mesra. 87
belakang,
Raisa Chu Present
"Hum? Ada masalah ya?" Chanyeol kembali bertanya. "Mas..." "Iya, sayangku... kenapa? Ada yang pengen dibeli? Berlian? Atau apa?" Baekhyun
menggeleng
lantas
berbalik,
menatap suaminya dengan lekat dan mencari sebuah jawaban atas keresahan yang ia rasakan saat ini. Tapi nihil, semakin lama batinnya semakin berperang. Di satu sisi yakin bahwa suaminya adalah suami sempurna dan mencintainya, Baekhyun yakin Chanyeol tidak akan mencuranginya. Tapi di sisi lain ia merasa begitu sensitif perihal mantel yang ia selidiki tadi. Demi apapun Baekhyun terusik, pikirannya tidak tenang. Apa karena ia sedang hamil dan menjadi begitu sensitif? Tapi Baekhyun tidak salah, di kerah mantel suaminya jelas-jelas jejak bibir dan lipstik. Ia tidak bisa untuk tidak berpikir negatif tentang itu. 88
Raisa Chu Present
"Kok malah diem?" Chanyeol membelai wajah sang istri. "Apa mau Ayah beliin sesuatu?" Kemudian beralih menciumi perutnya. "Hari ini Ayah ke mana aja? Selain ke studio?" "Paling cuma pergi makan siang aja abis itu balik lagi ke studio." Baekhyun menggigit bibir, selama tujuh tahu mengarungi bahtera rumah tangga, Chanyeol tidak pernah sekali pun berbohong, ucapannya selalu bisa dipercaya. Dia pria paling jujur di dunia. Tapi mengapa Baekhyun tak kunjung merasa lega dengan jawabannya? "Kenapa sih, sayang?" Baekhyun
terhenyak
dari
lamunan,
ia
menggeleng kecil setelahnya. "Bunda lemes banget hari ini..." Chanyeol memeluknya dengan kasih sayang. "Jangan kebanyakan capek, biar si bibi aja yang masak dan urusin rumah."
89
Raisa Chu Present
"Tapi rumah segede gini enggak cukup dikerjain sama satu orang, kasian bibi." Jadi Baekhyun membantunya sedikit-sedikit. Chanyeol sedang menatap lembut sang istri tapi panggilan telfon berdering. "Assalamu'alaikum, Ma..." "Wa'alaikumsalam, ganteng..." "Kecebong aku tokcer baru deh bilang ganteng." Mama cengengesan di seberang sana. "Mama baru dapet jaringan." Karena beberapa hari terkahir Mama dan teman-temannya berwisata ke gunung, katanya mau mendaki, entah kuat atau tidak. "Jadi chat kamu baru masuk, itu istrimu beneran hamil? Bukan akal-akalan kamu aja kan?" "Akal-akalan apanya sih? Masa boong, Ma..." "Yes! Nambah cucu! Mantep juga berarti goyanganmu." Baekhyun menutup wajah saat mendengar celetukan Mama, bahkan Chanyeol pun mendadak kikuk. Memang malu kalau membahas goyangan, 90
Raisa Chu Present
karena saat melakukanya itu tidak terhitung sebagai goyangan bagi pasangan ambyar tersebut tapi ngebor. "Gimana mendakinya? Seru?" "Seru lah ketemu banyak brondong!" "Susah ya kalau puber ke seratus." "Mama tabok ya!" Chanyeol terkekeh lalu meladeni tingkah manja istrinya. "Itu Mama di mana?" "Di jalan pulang, nak... Tapi
kayaknya
mampirdulu ke hotel deh, capek banget..." Asal Mama senang, Chanyeol tidak akan melaranganya untuk melakukan apapun yang beliau suka. "Si bungsu sudah tidur belum? Mama Kangen ..." "Udah, Ma..." Baekhyun yang menyahut. "B ... jaga kandunganya ya sayang..." "Iya..."
91
Raisa Chu Present
"Kalau begitu Mama lanjut perjalanan dulu, bilangin sama suamimu jangan colek-colek, bini lagi hamil!" Chanyeol
mendengarnya
lalu
meringis.
"Sedikit mah enggak apa-apa dong, Ma..." Dan Chanyeol tertawa keras saat Mama melontarkan berbagai macam ancaman.
92
Raisa Chu Present
4 Jill tidak tahu mengapa ia sering bertemu dengan Esa akhir-akhir ini. "Mau makan apa?" Mereka di kedai fast food. Jill meneliti penampilan Esa yang tidak pernah tidak berantakan. Dia adalah figur seorang cowok urakan sejati, telinga dan bibirnya ditindik, dia juga punya tattto, tidak pernah luput dari ripped jeans dan kaos monochrome. "Kamu mandi enggak sih?" Meskipun cowok itu bukan sosok yang dekil. Jill hanya penasaran. "Ya mandi lah yang..." "Manggil apa? Mau digebuk?" "Emangnya enggak cium wanginya? Anehaneh aja nanyanya." "Kak Esa ya?"
93
Raisa Chu Present
Jill dan Esa menoleh pada gerombolan gadis remaja yang kini menyapa Esa. Sejatinya cowok itu cukup famous, ia adalah seorang dj yang menarik perhatian publik karena parasnya yang ganteng, beberapa kali tampil di acara tv, akun IG nya sudah centang biru, chanel yusup nya sudah diikuti oleh jutaan pengikut. "Bener kan Kak Esa! Wah! Kak minta foto dong! Ya? Ya?" "Oke kalem, kalem..." kemudian Esa bangkit dari
kursi
dan
meladeni
sebagian
kecil
penggemarnya. "Kak Jillian bukan sih? Anaknya Loey!" Panggilan beken Chanyeol. Jill meringis lalu melengos menghindari mereka, ia harus menyelamatkan diri. Esa sadar gadis itu pergi. "Udah dulu ya, maaf ya..." katanya sedikit merasa tidak enak kepada para penggemar lalu menyambar jaket dan menyusul Jill. "Yang..."
94
Raisa Chu Present
"Aku kan udah bilang ketemu di tempat rame itu bahaya!" Jill tidak mau masuk berita terus Ayahnya tahu kalau ia sering ketemuan sama cowok. Esa menyusulnya masuk ke studio bioskop, beruntung mereka kebagian kursi ujung. "Apa sih, udah kali enggak usah cemberut gitu..." Cowok itu mengusak rambutnya. "Enggak mau ketemu kamu lagi lah!" "Dih, kok aku yang jadi korban?" "Ketemu fans kamu lagi repot! Nanti aku masuk berita gosip! Enggak mau!" "Enggak bakalan lah sayang..." Jillian tambah merengut. "Tau gini mending kuliah aja, biar enggak diajakin ketemu terus sama kamu!" "Kamunya mau..." lalu Esa meringis saat Jill memasang wajah galak. "Udah cemberutnya, filmnya mulai tu..." Tapi perasaan Jill tidak enak, ia takut masuk akun gosip. 95
Raisa Chu Present
"Yang..." "Diem! Aku lagi laper!" Esa meringis lagi, ingat bahwa mereka tidak sempat makan tadi. Ia mengusak pipi mungil itu dengan ibu jari lalu menggenggam tangannya. "Katanya film ini dapet penghargaan sebagai film horor paling nakutin..." bisik Esa. Jill
mulai
merapat
hingga
tanpa
sadar
kepalanya bersandar pada bahu Esa. "Aku enggak takut..." Tapi dia menyembunyikan wajah di bahu Esa saat adegan menegangkan melintas. "Boong aja..." Esa mencubit pipinya. "Yang..." Jill tidak menyahut dan fokus menonton di balik celah jemari. "Lain kali kamu harus ikut aku hiking deh..." "Ayah enggak bakal izinin aku kelayapan jauh." "Pasti diizinin lah, kamu kan udah gede..." Mereka
masih
bisik-bisik
mengganggu yang lain. 96
karena
takut
Raisa Chu Present
"Camping, manjat gunung, seru yang... bahkan kemarin
aku
sama
anak-anak
ketemu
sama
sekelompok ibu-ibu, keren banget mereka manjat gunung padahal udah pada tua." "Nenek aku juga akhir-akhir ini seneng banget manjat gunung." "Oh ya? Nah, masa kalah sama Nenek kamu..." Jill
mencapit
kedua
pipi
Esa
dan
mengembalikan pandangan Eusang pada layar bioskop. "Ngajak ngomong mulu aku enggak fokus!" Esa menggeleng maklum lalu menciumi punggung tangan Jill. "Abis ini makan ya?" Jill mengangguk dan kembali fokus pada tontonannya.
"Eh ada kakak ipar..." Baekhyun
berkunjung
ke
membawakan makan siang untuk suaminya.
97
studio
Raisa Chu Present
"Bang Chanyeol nya lagi keluar tu, kayaknya ada janji makan siang." "Oh ya?" "Eh, abang pergi sama siapa sih?" Lalu dua orang pria saling berinteraksi. "Kurang tau sih sekarang., tapi kemaren makan siang sama Miss Han, mungkin sekalian ngomongin proyek kerja." "Miss Han?" Baekhyun bertanya. Kemarin? "Iya, Han Sohee event creator yang akhirakhir ini kerja sama sama label kita." Sohee? Kemarin? Konsentrasi
Baekhyun
buyar
terhadap
beberapa hal. Tentang wangi parfum, dan juga noda lipstik. Lalu ia terlempar kembali pada satu masa di mana Chanyeol pernah mengatakan bahwa Sohee mencium pipinya.
98
Raisa Chu Present
Rekan kerja Chanyeol saling menyenggol, merasakan perubahan raut wajah Baekhyun. "M-mungkin sebentar lagi abang pulang balik..." Lalu Baekhyun mengontrol suasana hati, ia tersenyum lembut kepada semua orang sebelum meninggalkan bekal makan siang di atas meja dan pamir setelahnya.
Baekhyun berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, sulit dipungkiri bahwa ia gelisah. Jarum jam merujuk angka delapan malam tapi suaminya belum pulang. "Bunda... Adek udah selesai ngajinya..." Jackson diajarkan ngaji oleh Kakaknya. "Oh, iya sayang..." Wanita itu keluar kamar lalu menggiring Jackson agar segera tidur. "Bunda..." 99
Raisa Chu Present
"Hum?" Jackson menggeleng kecil lalu memeluk Bunda. "Kenapa sayang?" "Enggak, Adek cuma manggil aja, Bunda sih kebanyakan ngelamun..." Baekhyun hanya bisa tersenyum lembut. "Tidur ya, besok sekolah." "Adek enggak mau dianterin sama Kakak lagi ke sekolah." "Loh, kenapa, nak?" "Kakak tu suka ledekin Adek di depan tementemen..." Baekhyun menggeleng maklum seraya setia mengusap puncak kepala putranya. Cukup lama berada di kamar si bungsu, lalu keluar setelah memastikannya terlelap. Jarum jam merujuk angka sembilan dan akhirnya yang ditunggu sedari tadi pulang. Baekhyun bersikap wajar dan menyambutnya seperti biasa. 100
Raisa Chu Present
"Air angetnya udah Bunda siapin..." Chanyeol mencium dahi istrinya lalu bergegas ke kamar mandi. Baekhyun menatap pintu kamar mandi itu lalu fokusnya buyar oleh dering pesan di ponsel suaminya. Sempat ragu, tapi Baekhyun mendapati nomor yang sama seperti tempo hari. Ia
menggigit
bibir
sebelum
kemudian
memutuskan untuk membuka pesan tersebut. From: 0000xxxx Makasih ya, Mas untuk hari ini :) Seharusnya tidak ada yang salah dengan pesan tersebut, tapi fokus Baekhyun terakhir pada pesan kemarin. From: 0000xxxx Makasih makan siangnya ya, Mas... maaf bajumu jadi kotor. 101
Raisa Chu Present
Baekhyun semakin gusar, ia menutup mulut dengan jemarinya yang bergetar, lalu kejutan lainnya datang. Panggilan telfon dari manager. "Lo mesti liat berita sekarang! Rumornya udah merebak! Lo dirumorin ada main sama Han Sohee!" Konsentrasi Baekhyun semakin pecah dan buyar. Apa yang sedang terjadi? Ia buru-buru membuka portal berita di ponsel suaminya. Salah satu sumber menyebutkan Miss Han pernah dekat dan menjalin hubungan dengan vokalis band papas atas tersebut, berikut foto-foto kebersamaan
mereka
yang
tertangkap
ileh
kamera ponsel amatir di salah satu restoran Jepang.
102
Raisa Chu Present
Dan dugaan perselingkuhan itu mencuat oleh bukti-bukti foto tersebut. Chanyeol keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya tengah berdiri dengan wajah syok, ponselnya yang dipegang Baekhyun tak luput dari perhatian Chanyeol. "Ada apa Bun?" Baekhyun bungkam beberapa saat, dalam hati beristighfar sebanyak yang ia bisa. "Kemarin kamu makan siang sama siapa, Mas?" Chanyeol menggaruk tengkuk, apa ia harus memberitahu istrinya? Tapi Chanyeol tidak ingin membuatnya salah paham, "Sama rekan kerja." "Han Sohee, ya?" Chanyeol terkejut. "Bener?" "Sayang..." 103
Raisa Chu Present
Baekhyun menghela kecil. "Kenapa enggak bilang ke saya?" Dia marah, Chanyeol tahu. "Hari ini? Makan siang sama siapa? Dia lagi kan?" "Produser
yang
ngajak
langsung,
Ayah
ngerasa enggak enak kalau nolak." "Apa perasaan kamu bisa tenang setelah baca artikel ini?" Baekhyun menunjukkan artikel itu pada suaminya.. Di menit berikutnya Chanyeol tercengang. "Iini..." Demi apapun Chanyeol tidak tahu apa yang terjadi. "Sayang..." Baekhyun
mundur
satu
langkah
tapi
tangisnya masih bisa ditahan. Dahi Chanyeol mengernyit. "Kamu enggak percaya sama suami kamu sendiri?"
104
Raisa Chu Present
"Rumor sama artikel ini enggak akan muncul kalau sejak awal kamu jujur!" "Bagian mananya saya berbohong sama kamu? Istighfar! Kamu meninggikan suara sama suami kamu sendiri." Baekhyun menggigit bibir lalu pertahanan dirinya runtuh. Ia membawa mantel Chanyeol yang belum sempat di cuci ke hadapan pria itu, "Terus parfum kamu yang mana yang wanginya perempuan kayak gini? Ini noda apa? Lipstik!" Chanyeol
bertambah
frustasi
karena
Baekhyun memperlihatkan bukti. "Kamu ketemu sama wanita pakai mantel ini, astaghfirullah!" "Demi Allah hapus prasangka buruk kamu, saya dan wanita itu enggak ngelakuin apa-apa, kita cuma makan siang..." "Dalam rangka apa? Bilang sama saya dalam rangka apa kalian makan siang? Bisa kamu jelasin noda lipstik ini?" 105
Raisa Chu Present
Chanyeol mematung dalam hitungan detik, kesalahan ada padanya semakin mencuat, tidak mungkin mengatakan makan siang itu sebentuk janji yang padahal tidak tersirat dengan gamblang. Diamnya
sang
suami
membuat
tangis
Baekhyun luruh. Kesedihannya untuk perasaan yang tak
menentu,
tentang
artikel
yang
tersebar,
keharmonisan rumah tangga yang mulai tercoreng di mata publik. Wanita itu membelai perut, ia mungkin masih bisa mengontrol diri jika tidak sedang mengandung, sejak kemarin merasa begitu sensitif, lalu rumor itu mencuat di tengah kegelisahannya tentang kejujuran sang suami. "Sayang..." Chanyeol memejamkan mata saat istrinya berlalu keluar kamar. Ia sadar betul bahwa Baekhyun sedang merasa terkhianati meskipun tidak ada yang curang di antara mereka.
106
Raisa Chu Present
Ada yang aneh pagi itu. Jill merasa ada jarak tak kasat mata di antara Ayah dan Bunda di meja makan. Ketika biasanya mereka akan menebar kemesraan di mana pun dan kapan pun, tapi kedua orang dewasa itu bungkam satu sama lain, atmosfer pun amat sangat berbeda, tidak ada kehangatan yang menguar seperti biasa. "Adek udah belum sarapannya?" "Udah, Kak..." "Ya udah, berangkat yuk..." Si bungsu mengangguk lalu meraih tas sekolah, mencium tangan Ayah dan Bunda lalu pemitan. Jillian menoleh lagi ke belakang, dilihatnya Bunda bangkit dari kursi dan meninggalkan Ayah seorang diri.
107
Raisa Chu Present
Dahi Jill semakin mengkerut, terlebih dibuat syok saat mobilnya dihadang sejumlah wartawan setelah melewati gerbang rumah. "Ha?? Ini ada apa?" Jillian dan Jackson saling melempar pandang, merasa penasaran Jill akhirnya keluar dan langsung dibrondongi pertanyaan menohok. "Jill gimana pendapatnya soal perselingkuhan Ayah?" "Denger-denger Ayah sama Bundamu mau cerai ya?" "Kasih pendapat dong, Jill!" "Jawab dong Jill!" Apa maksudnya? Jill menatap mereka dengan linglung, tidak mengerti apa yang mereka tanyakan. Memilih untuk tidak pusing, gadis itu lantas kembali ke dalam mobil dan
menekan
klakson
menyingkir. "Ada apa Kak?"
108
nyaring
agar
mereka
Raisa Chu Present
Jill
menoleh
pada
adiknya,
ia
akan
mencaritahunya nanti setelah memastikan Jack sampai di sekolah.
Rumor perselingkuhan mencuat, label musik yang menaungi Park Chanyeol belum memberikan klarifikasi. Berikut foto-foto kebersamaan Chanyeol dengan wanita yang diduga selingkuhannya! Salah satu sumber mengatakan bahwa Chanyeol dan Miss Han sudah menjalin hubungan sejak dulu. Tersandung
skandal
perselingkuhan,
benarkah Chanyeol dan Baekhyun akan bercerai?
109
Raisa Chu Present
Saliva Jill tertelan pahit setelah membaca berbagai artikel tentang sang Ayah di ponselnya. Tidak. Jill yakin ada yang salah. "Apa sih ini?!" Tapi Jill tidak bisa menahan rasa geram. Ia harus menanyakannya langsung kepada sang Ayah. Lalu gadis itu mantap menancap gas untuk pulang setelah mengantar adiknya ke sekolah. *** "Ayah udah jelasin, kamu salah paham aja Bun..." "Terus bisa kamu jelasin noda lipstik itu?" Tapi bukan penjelasan yang Jill dapatkan saat sampai di rumah, melainkan pertengkaran kedua orang tuanya. Ia diam-diam menyaksikan lalu memutuskan untuk beranjak saat matanya mulai tak bisa dikompromi. Ini kali pertama Jill menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar, setelah tujuh tahun disuguhi 110
Raisa Chu Present
keharmonisan yang tak pernah gagal membuat sudut bibirnya merekah. Gadis itu syok, tidak pernah menduga bahwa keluarga bahagianya akan terhimpit masalah sebesar itu. Ia menangis kecil dan melarikan diri, mengemudikan mobilnya menjauhi rumah. Lalu berhenti di samping trotoar. Apa yang harus ia lakukan? Rumor semakin menyebar dan ia belum mendapatkan
kejelasan
sama
sekali
tentang
kebenarannya. Jill terluka, tidak ingin keluarganya hancur. Ia menarik isak keras setelah menjawab panggilan telfon dari Esa. "Hallo? Sayang?" Jill tidak menjawab. "Aku udah liat beritanya di tv, kamu di mana?" "Di luar..." "Oke, di mana? Hum? Aku jemput ya? Jangan nangis..." 111
Raisa Chu Present
Jill semakin tersedu-sedu dan membuat Esa bertambah cemas di seberang sana. "Jillian..." Jill memutus sambungan telfon lalu mengirim sebuah alamat untuk bertemu. *** Taman kota menjadi opsi darurat karena Jill tidak bisa berpikir jernih, ia menunggu beberapa saat dengan sisa tangis yang terurai lantas melihat kedatangan Esa. "Hey..." Dan menangis di pelukannya. Tidak ada opsi lain, Jill terpukul. Esa tidak banyak bicara, cukup meladeni kesedihan Jill dengan tepukan kecil di punggung. "Aku pikir itu cuma rumor..." "Tapi mereka nyebar foto-foto Ayah..." "Terus?"
112
Raisa Chu Present
"Cuma sekedar foto terus Ayah kamu pantes dituduh selingkuh?" Jill menarik diri, pipi basahnya diseka oleh Esa. "Ayah kamu kasih penjelasan?" "Katanya itu cuma salah paham, tapi Bunda marah.. aku... aku enggak pernah liat Bunda semarah itu, Bunda enggak pernah marah." Sosok yang Jill tahu selalu sabar. "Oke, oke... jangan nangis..." Jill menunduk dalam, benar-benar syok dengan pertengkaran kedua orang tuanya. "Gimana kalau mereka beneran mau cerai?" "Ya Allah, yang... mikirnya kejauhan ah! Mending kamu tanyain langsung sama Ayah kamu, jangan aneh-aneh deh mikirnya." "Tapi artikelnya bahas-bahas cerai!" "Ya namanya juga media, mereka tukang ngibul." "Aku takut!"
113
Raisa Chu Present
Esa menyeka lagi pipinya yang basah. "Istighfar..." Jill menatapnya dengan nanar. Teringat Bunda yang kerap memintanya untuk selalu mengingat sang pencipta. "Astaghfirullah..." "Udah makan belum?" Jill menggeleng. "Kita cari makan ya?" Esa masih mencoba menenangkannya. Jill menyerahkan kunci mobilnya pada Esa lalu mereka beranjak bersama.
Jillian tidak berada di rumah. Hal itu pula yang membuat Baekhyun mondar-mandir
sejak
tadi,
raut
wajahnya
menampakkan kekhawatiran. Terlebih sang putri tidak menjawab telfonnya sejak tadi. Hubungannya
dengan
renggang. 114
Chanyeol
masih
Raisa Chu Present
Baekhyun yang keras kepala, meski Chanyeol sudah mencoba mencari celah untuk menjelaskan segala hal. Syok,
Baekhyun
merasa
dikhianati,
perasaannya masih begitu sensitif saat ini. Si
bungsu
bangun
dari
tidur
sore,
kakak
akan
menghampiri Bundanya. "Kakak ke mana?" Karena
biasanya
sang
menyambutnya dengan pelukan gemas jika sang adik bangun tidur dan memasang wajah mengantuk. Baekhyun pun tidak tahu, hari sudah semakin petang dan tidak ada kejelasan tentang keberadaan si sulung. "Iya, ini Tante Baekhyun..." "..." "Oh ini Tante mau tanya, Jillian ada maen ke rumah kamu enggak?" Baekhyun tidak mendapat jawaban yang diinginkan dan menghubungi teman Jill yang lain. "Enggak ada ya? Oke, makasih ya.." 115
Raisa Chu Present
"Jill enggak maen ke sini Tan..." Baekhyun semakin gusar. "Angkat dong nak..." setelah mencoba menghubunginya ratusan kali. "Hallo? Nak? Ya Allah ke mana aja sih baru jawab telfon Bunda?!" Chanyeol sejak tadi ada, sejatinya ikut cemas karena si sulung belum pulang. "Jangan cari aku!" Baekhyun mulai menangis, Chanyeol terkejut lalu merebut ponselnya. "Di mana kamu?" "Aku enggak mau pulang sebelum Ayah Bunda berhenti bertengkar!" Lalu Chanyeol dan Baekhyun saling bertukar pandang. Meratap satu sama lain. "Kita bicarain di sini ya? Di rumah, nak... sekarang Kakak di mana? Bunda jemput ya?" Terdengar tangisan Jillian di seberang sana. "Nak... kasianin Bunda ya, pulang ya nak... enggak---jangan kasianin Bunda, Adek nyariin Kakak... apa enggak kasian sama calon adek?... Bunda enggak mau kamu kenapa-kenapa..." 116
Raisa Chu Present
"Calon adek?" "Iya, sayang... Bunda hamil. Kakak seneng kan? Jadi pulang ya sekarang? Hum? Mau Bunda jemput?" "Aku pulang sendiri. T-tapi... Bunda beneran hamil?" "Demi Allah, nak..." Lalu kesepatakan terjalin, Jillian berjanji akan pulang setelah mendengar kabar bahwa Bundanya hamil. *** Ini pertama kalinya Chanyeol kehilangan Jillian dalam waktu nyaris setengah hari di luar jadwal kuliahnya. Pria itu geram dan mengepalkan tangan sejak tadi. Lantas ketika terdengar suara mobil dari luar, pria itu beranjak.
117
Raisa Chu Present
Kedua
alisnya
semakin
menukik
saat
mendapati seorang pemuda keluar dari mobil bersamaan dengan Jill. "Ayah!" Jill terpekik saat sang ayah tiba-tiba mencengkram kerah Esa. "Kamu bawa anak saya ke mana? Huh?!" "Ayah! Lepasin!" Baekhyun keluar rumah saat mendengar kegaduhan. Melihat Jillian menangis dan suaminya yang hendak menghajar seorang anak muda. Bukankah Baekhyun pernah melihat pemuda itu? "Mas! Istighfar!" Pikiran Chanyeol kalut sejak kemarin, oleh rumor dan berita yang tersebar di media, oleh kemarahan sang istri dan kepulangan Jill bersama seorang pemuda menambah mumet di kepala. Penjaga rumah sampai turun tangan untuk menghalau Chanyeol yang hendak menghajar Esa. "Sekali lagi kamu berani bawa-bawa anak saya--" 118
Raisa Chu Present
"Stop!"
Jillian
menjerit
frustasi.
Lalu
berjengkat masuk ke dalam rumah. "Makasih ya udah anterin anak Tante pulang." Esa mengangguk kecil lalu mendengus kerasa setelah semua orang berlalu. "Galak bener mertua gue..." katanya seraya menggaruk tengkuk dan mulai cemas dengan keadaan Jillian. *** "Bisa-bisanya kamu ngelakuin itu, Mas! Istighfar!" Chanyeol mengacak rambut lalu menunduk dalam. "Ya Allah, Jillian syok! Dia nangis enggak berhenti-berhenti!" Baekhyun lantas meninggalkan suaminya yang masih kalut. Sesampainya di kamar Jill, dilihatnya si sulung sedang dipeluk oleh si bungsu yang ikutan menangis melihat kakaknya sedih. Bahkan tangisan Jack lebih mendominasi. 119
Raisa Chu Present
"Bunda!! Kakaknya nangis..." Baekhyun menyambut si bungsu ke dalam pelukan, lalu sebelah tangannya yang lain menyeka tangis si sulung. "Ayah udah bikin aku malu di depan Esa!" Baekhyun mengerti dan ia mengangguk. "Ayah lagi kalut..." Dan
Baekhyun
merasa
bersalah,
mulai
menyalahkan dirinya sendiri karena bebal dan tidak memberi suaminya kesempatan untuk menjelaskan. "Kakak ngertiin posisi Ayah ya, nak... Ayah lagi sensitif banget," Baekhyun
mulai
merenungi
sikapnya
terhadap sang suami. Dan diam-diam menyesal. Seharusnya ingat bahwa karakter Chanyeol keras sejak dulu. "Aku malu sama Esa!" Jika itu yang Jill rasakan, Bunda bisa mengambil kesimpulan tentang hubungan mereka. "Tenang ya... udah, jangan nangis lagi..."
120
Raisa Chu Present
Jill menunduk dalam dan menautkan ke sepuluh jari. "Siapa wanita itu? Yang dirumorin sama Ayah... aku liat artikelnya katanya Han Sohee, dia... dia yang dulu pernah ke sini kan?" Baekhyun mengangguk kecil. "Kakak istirhat aja ya... " Merasa
Bundanya
perlu
waktu,
Jill
mengangguk kecil. Baekhyun membelai wajahnya untuk terakhir kali sebelum menggiring Jackson ke kamarnya. *** Lepas menidurkan si bungsu, Baekhyun kemudian masuk ke kamar. "Saya enggak mau kerja sama lagi sama Miss Han. Kita bikin pemutusan kontrak aja." "Tapi Chan, itu bahaya buat karir kamu. Dia bisa menuntut kamu atas pelanggaran kontrak kerja sama." 121
Raisa Chu Present
"Saya enggak peduli, mau karir saya hancur atau apa, keluarga saya yang terpenting! Saya udah pernah hancur dulu, tapi kali ini saya enggak mau korbanin keluarga saya lagi." "Kita bicarain lagi nanti. Pikirin matengmateng. Label musik udah kasih klarifikasi dan bantah semua
rumor,
mudah-mudahan
mereda
dalam
beberapa hari ke depan." Chanyeol
meremas
rambut
setelah
sambungan telfonnya tertutup, kemudian ia baru sadar kalau Baekhyun sedang berdiri di depan pintu. Wanita itu menatapnya dengan nanar, masih terlihat raut kekecewaan. Chanyeol menunduk lagi, merasa putus asa. Tapi sejatinya Baekhyun sudah merenungi kesalahannya, wanita itu mendekat lalu bersimpuh di hadapan sang suami. Menatapnya dengan mata basah lalu menangis dan menciumi tangannya berulang kali.
122
Raisa Chu Present
Karena seharusnya Chanyeol memang tidak berubah setelah tuhuh tahun bersamanya, itu murni karena Baekhyun khilaf dan dirundung hawa nafsu. Sejak kapan ia membiarkan dirinya dikuasai oleh setan? Baekhyun menunduk dalam dan tersedusedu. Penyesalannya setara dengan dosa besar yang sudah dicatat oleh malaikat. Baekhyun merasa gagal menjadi istri. Baekhyun mencoreng harga dirinya sebagai seorang muslimah. Ia khilaf dan berdosa besar. Hatinya terluka jika mengingat lagi caranya menyikapi masalah yang mendera keluarga kecilnya, tangisnya semakin luruh, sesak dan sesal bercampur aduk. Wanita itu syok berat hingga kepalanya merasa pusing, dunianya berputar dalam hitungan detik lalu kesadarannya terenggut.
123
Raisa Chu Present
5 Tidak
ingin
menciptakan
rumor
berkepanjangan, Chanyeol memutuskan memanggil dokter kenalannya ke rumah untuk memeriksa kondisi sang istri yang tidak sadarkan diri. Lalu dokter itu menganjurkan Baekhyun untuk istirahat. Tepat
satu
jam
setelah
kesadarannya
terenggut, wanita itu mulai mengerjap, kelopak bergerak lemah. Mereka bersitatap selama beberapa saat, kemudian
mengingat
pernikahan
tidak
sebuah
kodrat,
selamanya
bahwa
dirundung
keharmonisan, bahwa selalu ada celah untuk sebuah masalah sejauh apapun mereka bertahan dalam kebahagiaan. Tergantung
bagaimana menyikapi,
mata
Baekhyun memanas lagi tatkala menjumpai bawah
124
Raisa Chu Present
mata suaminya menghitam, mungkin dia kurang tidur. Benar, selama ini Chanyeol selalu tidur larut, waktu istirahatnya kerap kali tersita oleh pekerjaan. Baekhyun bangkit perlahan lalu membelai wajah lelah itu. Tangisnya kembali tumpah tapi Chanyeol
tidak
membiarkan
kesedihannya
mengemuka terlalu jauh. "Saya enggak selingkuh, demi Allah..." Baekhyun
menunduk
dalam,
semakin
dirundung rasa sesal. "Tentang noda lipstik sama parfum itu saya nyerah, enggak tau apapun, sempet lepas mantel pas mau ke toilet." Mungkin di situ letak masalahnya. "Saya salah, seharusnya saya bilang dari awal kalau saya makan siang sama wanita itu, tapi demi Allah lagi... enggak niat apapun yang tersirat, demi Allah..." Penjelasannya sesederhana itu, seharusnya Baekhyun tidak menggugu rasa cemburu. 125
Raisa Chu Present
"Maaf..." wanita itu mencium tangan suaminya berulang kali. "Saya salah, dosa besar sama kamu Mas... astaghfirullah..." Baekhyun
semakin
menyesal
karena
terprovokasi oleh hawa nafsu. Chanyeol mengangguk lalu memeluknya dengan erat. "Saya sayang kamu... anak-anak kita, gimana nasib mereka kalau saya berbuat curang? Enggak... kalian hidup saya..." Baekhyun merana di pelukan suaminya, menelusup lebih dalam untuk sebuah perlindungan. "Jadiin masalah kita ini pelajaran, ya?" Baekhyun menarik diri lalu mengangguk patuh. Dihadiahi ciuman sayang di dahi, kedua pipi dan bibirnya. "Saya masih banyak kurangnya sebagai suami, tapi untuk selingkuh, itu enggak pernah terlintas di kepala saya. Saya mencintai kamu... demi Allah..." Baekhyun
memeluknya
mengusap puncak kepalanya.
126
lagi,
Chanyeol
Raisa Chu Present
"Istirhat ya? Dokter bilang kandungan Bunda bisa dalam bahaya kalau kebanyakan pikiran..." Baekhyun merentangkan tangan, kode minta dipeluk sembari tidur, dan jatahnya dipeluk dari belakang. "Bujuk si Kakak ya nanti..." Chanyeol menatap lurus ke depan. "Ayah kalut, syok liat dia pulang sama cowok..." "Jangan dikekang, Kakak udah dewasa... wajar kalau punya pacar..." "Tapi kenapa modelannya kayak..." Anak muda itu terlihat urakan, Chanyeol bahkan sempat salah fokus pada tindikan di bibir. "Lupa apa penampilanmu dulu?" Lalu Chanyeol meringis dalam hitungan detik, seperti ditampar oleh hukum alam. "Kayaknya besok ada yang mesti dibujuk abisabisan..." "Kontrol emosi kamu, Mas... di situasi apapun yang namanya kekerasan enggak dibenarkan."
127
Raisa Chu Present
Chanyeol menghela berat lalu mencium bahu istrinya. "Maafin Ayah... hum?" "Bunda juga salah..." "Cemburu enggak salah..." "Cemburu banget... banget... biasanya biasa aja meksipun dulu-dulu juga banyak rekan kerja Ayah yang perempuan, tapi sensitif banget denger nama perempuan yang satu itu." Karena trauma suaminya pernah dicium oleh Sohee, dan mungkin juga sedikit lebih sensitif karena pembawaan hamil. "Kakak pasti syok liat kita berantem..." "Biasa liat kita adem ayem... besok dibujukin ya? Bunda enggak mau ah dia kabur-kaburan dari rumah lagi. Ngeri kenapa-kenapa..." "Iya, sayang..." Mereka mulai berdamai, membuka hati dan pikiran, dengan kepala dingin. Ya
Allah,
berikan
hambamu
menghadapi setiap cobaan... Dan lindungi keluarga hamba... 128
kekuatan
Raisa Chu Present
Chanyeol tahu si sulung sudah bangun di balik selimut yang menggulung tubuhnya. Lalu pria itu setia menunggu hatinya melunak. "Anak Ayah..." Jillian
menutup
telinga,
gerak-geriknya
diketahui oleh sang ayah. "Kakak, sulung Ayah yang cantik, cetar membahana..." "Emangnya syahroni!" Jill mencebi. "Ayo dong, Ayah mau ngomong..." "Enggak! Ayah udah bikin anak gadisnya malu di depan cowok!" "Kalian pacaran?" "Enggak..." "Huh, alhamdulillah..." Jill refleks muncul ke permukaan setelah mendengar suara ayahnya yang begitu lega. "Kok seneng gitu?" 129
Raisa Chu Present
"Dia yusuper yang suka prank gembel kan?" "Mulia tau! Bantuin orang-orang..." "Sedekah itu cukup tangan kanan yang ngasih, tangan kiri enggak boleh tau." "Niatnya bukan pamer kok, ambil sisi positifnya dong, jadi banyak orang yang termotivasi dan terbantu." "Dih segitunya belain..." Jill bungkam dalam hitungan detik, kenapa juga ia harus merasa keberatan saat ayahnya menjelekkan cowok itu? "Dia juga anak klub kan? Dia Esa Esa itu kan?" Chanyeol tahu dari Baekhyun. "Dj. Tapi sholatnya enggak pernah bolong, enggak kayak seseorang." "Eh? Kok mulai banding-bandingin?" "Kenyataan! Bunda aja suka ngeluh Ayah susah dibangunin sholat subuh." "Emangnya kamu yakin banget dia enggak pernah bolong sholatnya?"
130
Raisa Chu Present
Lalu Jill menunjukan pesan yang kerap Esa kirim di lima waktu berbeda, berisi peringatan untuk melakukan ibadah. Subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya. "Dih lebay banget." "Iri bilang bos! Dah lah aku masih ngambek sama Ayah." "Lah loh, kok gitu?" "Abis Ayah kasar, aku malu, Yah..." Chanyeol menghela napas lalu menatap putrinya. "Maafin Ayah, kemarin kalut. Lagian kamu pergi ke mana sama cowok itu? Enggak pantes Kak anak gadis kelayapan sama cowok sampe malem!" "Kita di panti asuhan, bantuin adek-adek belajar. Itu doang..." Ada
membeo
panjang
lalu
menggaruk
tengkuk. "Oh ya?" Jill mencebi lalu tatapannya melunak. "Bunda gimana sekarang?" "Baik-baik aja..." "A-ayah sama perempuan itu...?" 131
Raisa Chu Present
"Fitnah nak, demi Allah cuma ada Bunda... mana mungkin sih Ayah berpaling dari Bundamu yang semok." "Iyuh!" Jill mengernyit lalu kembali menutup wajah dengan bantal. "Eh ini Ayahnya dimaafin enggak? Damai dong nak..." "Mana sempat keburu malu!" "Ya Allah, nak... maafin dong... Ayah janji enggak bakal kasar lagi sama temen kamu." "Lagian heran kenapa Ayah enggak percaya sama anak sendiri? Pasti mikirnya jelek-jelek tentang aku kemarin," "Enggak nak... Ayah cuma khawatir... liat Bunda udah nangis-nangis juga, jadi Ayah kalut..." Benar, Baekhyun,
Jillian
adalah
seharusnya
didikannya
Chanyeol
dan
menyimpan
kepercayaan, bukan malah menghakiminya dengan pikiran negatif. "Berhubung Bunda hamil jadi kita damai."
132
Raisa Chu Present
"Berarti kalau Bunda enggak hamil, Ayah enggak dimaafin?" Belum sempat Jill menyahut, kegaduhan terdengar di luar kamar. "Mana anak kurang ajar itu?!" Chanyeol meringis, kenal siapa pemilik suara itu. Lantas setelah keluar dari kamar Jill, ia mendapati Mama sedang berkacak pinggang seraya memasang wajah galak. "Sini kamu! Kurang aja ya! Istrimu kurang cantik apa? Kurang montok apa?! Berani-beraninya selingkuh!" "Dih kayak enggak kenal anaknya banget sih, dari dulu kan aku sering banget dirumorin, Ma..." Mama masih tersengal hebat. "Bener cuma rumor kan?!" "Ya Allah mana ada wanita yang goyangannya semantep Baekhyun, Ma..." "Yah..." Baekhyun meringis gemas di belakang Mama. Sudah bertekad akan mencubit ginjal suaminya setelah ini. 133
Raisa Chu Present
Chanyeol
menggaruk
tengkuk
lalu
cengengesan. Tatapan melunak secara perlahan. "Mama udah tau sih kamu enggak mungkin selingkuh," "Lah terus yang misuh-misuh barusan itu kenapa? Pagi-pagi dateng ke rumah orang ngomelngomel itu apa? Pencitraan?" "Kepengen aja..." lalu Mama melengos dan menggiring si bungsu ke meja makan. "Nek, selingkuh itu apa?" "Sendal jepit, dek..." Lucunya Jackson mengangguk paham. "Mau disuapin Nenek!" "Suapin terus! Udah gede masih disuapin!" Siapa
lagi
kalau
bukan
Jillian
yang
meledeknya dari belakang. "Kamu kasih klarifkasi dong, media makin getol fitnah kamu sana-sini..." "Mereka
kalau
digubris
malah
makin
kesenengan, lagian label musik udah bantah. Aku
134
Raisa Chu Present
males deh ketemu sama wartawan," Chanyeol menyantap sarapannya dengan mantap. Beda dengan kemarin yang terasa hambar, kini nafsu makannya telah kembali. "Mau tambah rotinya, Ma?" "Enggak nak, Mama lagi diet." Chanyeol membeo dalam hitungan detik. "Mau ngecengin siapa sih nenek-nenek? Pake diet segala..." "Yeu! Emangnya mesti kayak gitu kalau diet?" "Ma... kenapa sih? Jangan diet-dietan ah!" "Tapi boong! Yaaa...." lalu Mama menyuap roti itu dalam jumlah besar. Membuat Chanyeol harus memijit dahi berulang kali. "Ini apa, Ma???" Baekhyun
meneliti beberapa
obat dari
kantung plastik yang Mama bawa. "Oh, itu vitamin kandungan dari temen Mama, dia kebetulan dokter ahli."
135
Raisa Chu Present
"Kandungan itu apa?" Celetuk si bungsu yang sukses membuat semua orang membeo. "Ehh itu... anu,.. apa ya? Ayah lupa apa sih, Bun?" "Anu... kandungan itu... apa Kak? Kakak tau kan? Coba kasih tau Adek..." "Dih... eh--anu ya... Apa sih Nek? Kakak lupa..." "Kandungan itu bahasa ngegasnya bunting, Bunda kan lagi bunting alias hamil! Nah Adek kan mau punya adek bayi... di dalem perut Bunda ada adek bayi. Jadi--" Semua orang menahan pekikan atas aksi barbar Mama dalam memberi jawaban. "Adek bayi? Jadi maksudnya Adek mau punya adek? Adek nanti jadi Kakak?" "Eh??" Ayah, Bunda dan Kakak kompak berseru. Bukankah seharusnya Jackson protes? "Gitu Nek?" "Iya jadi sekarang Adek enggak dipanggil Adek lagi, tapi Kakak Jack!" 136
Raisa Chu Present
"Whoa!!!" Jackson bertepung tangan, amat sangat bahagia dengan panggilan barunya. "Jadi..." bocah itu turun dari kursi dan memeluk perut Bundanya. "Di dalem perut ada adek bayi kan?" Baekhyun terhanyut dalam haru, tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk putranya. "Pinter, sholeh... kesayangan Bunda..." "Kesayangan Ayah juga..." "Kesayangan Kakak juga dong!" "Nenek yang paling sayang Kakak Jack..." Si bocah tampan itu tersenyum lebar. "Jadi jangan panggil Adek lagi ya, panggil Kakak Jack!" "Siap Kakak Jack!" Semua orang berseru dengan semangat, lalu menghadiahinya kecupan sayang di pipi. Chanyeol dan Baekhyun saling melempar pandang, sejatinya tidak menyangka bahwa reaksi Jack akan seperti itu.
137
Raisa Chu Present
"Mau ke mana sih Nek?" "Ikut aja lah..." Jill tidak tahu sang Nenek akan membawanya ke mana, tapi beliau terlihat begitu bersemangat. Mereka memasuki kawasan sporty tempat di mana fasilitas olagraga untuk umum khususnya anak-anak muda ada di sana. "Ngapain sih Nek ke sini?" Tapi perhatian mereka seketika teralih pada suara tamparan keras di area lapangan futsal yang sesaat lalu pijak. "Anak kurang ajar! Kami sudah minta baikbaik sama kamu untuk pulang!" "Pulang? Tapi saya Esa bukan Eunsang. Anak yang kalian inginkan cuma Eunsang kan? Si pintar dan membanggakan?! Jangan usik saya! Hidup saya udah cukup, tanpa kalian pun saya bisa mengais nyawa." Lalu tamparan kedua hinggap di pipi Esa. Cowok
yang
eksistensi
138
sesungguhnya
tidak
Raisa Chu Present
diinginkan oleh kedua orang tua sebab alter egonya lebih membanggakan. Mereka, Ayah dan Ibu kandungnya hanya mengenal Eunsang. Bukan Esa si tukang masalah. Tapi kini mereka memerintahnya ini dan itu, agar Esa pulang dan menjalani hidup sebagai Eunsang. "Hello..."
Nenek
menginterupsi
masalah
keluarga itu, tapi Jill masih mematung dan menata Esa dengan nanar. Sesulit itu kah hidupnya? "Maaf menginterupsi... kekerasan yang kalian lakukan enggak akan membantu sama sekali." "Siapa Anda? Kenapa ikut campur masalah keluarga orang?" "Saya--" "Beliau Nenek Hana, Nenek saya. Mau apa kalian? Saya punya Nenek Hana, jadi saya enggak butuh pengakuan kalian, hiduplah dengan bayangbayang Eunsang sepuas kalian. Anggap saya enggak ada di dunia ini." 139
Raisa Chu Present
"Eh? Ganteng kenapa gitu ngom--" Tapi Esa berjengkat, meninggalkan area futsal, sempat melirik Jillian dan bertanya-tanya apa hubungannya dengan Nenek Hana? Kalau
Esa
sendiri
bertemu
beliau
di
perkemahan pendakian beberapa waktu lalu. Ibu-ibu
hebring
masih
sangat
kuat
menaklukan puncak gunung. Mungkin kebiasaannya mengaku-ngaku di situasi darurat, ia mengaku Nenek Hana sebagai Nenek yang merawatnya kepada kedua orang tuanya yang tidak sedikit pun mencerminkan sosok orang tua. "Kalau begitu balikin Eunsang!!!" Langkah Esa terhenti saat wanita yang jelasjelas melahirkannya berseru dengan jeritan frustasi. Sebegitunya
mengingkan
Eunsang
yang
eksistensinya sudah lama mati sejak tujuh lalu. Esa menahan diri, ia mengapalkan tangan dan melanjutkan langkah kaki.
140
Raisa Chu Present
Jill tidak mengejarnya, tahu bahwa cowok itu sedang terluka dan perlu waktu sendiri untuk merenungi segala hal. "Orang tua macam apa? Anak saya selalu saya keplak kalau ngomong, enggak sedikit ada ibu atau orang tua yang durhaka, tapi kali ini saya harus membenarkan omongan anak saya, kalian... benerbener orang tua yang menyedihkan." Jill melihat Neneknya memberi petuah menohok, kemudian melengos. Padahal Nenek sudah membuat janji dengan Esa untuk menyambangi tempat tongkrongannya. "Nenek kenal sama cowok itu?" Jill bertanya dengan hati-hati. "Kenal dong! Nenek ketemu si ganteng itu di perkemahan pendakian gunung waktu itu, Kak... dia sama temen-temennya baik banget izinin Nenek sama temen-temen Nenek gabung sama mereka. Pokonya Esa mah baik banget sama Nenek waktu itu." Lalu tatapan sendu Nenek menarik perhatian Jill. 141
Raisa Chu Present
"Tapi Nenek enggak nyangka anak sebaik itu punya masalah keluarga yang rumit. Mudahmudahan dia dikasih kekuatan sama Allah..." Jill mengeratkan pegangannya pada kemudi. Demi apapun ia merasa begitu cemas dengan Esa saat ini. Kamu... aku mohon yang kuat... *** Harapan hanya sebatas harapan, Jill tidak bisa diam saja. Esa ada saat ia terpukul dengan skandal perselingkuhan
Ayah,
kini
Jill
merasa
harus
melakukan hal yang sama. Untuk itu, tepat setelah mengantar Nenek pulang, Jill lantas menancap gas setelah mencari-cari tahu tempat biasanya cowok itu nongkrong bersama teman-temannya. Famousnya Esa di media sosial memberi kemudahan bagi Jill saat mencoba mencari-cari 142
Raisa Chu Present
informasi tentangnya, tentang tempat nongkrongnya bahkan teman-teman dekatnya. Tapi sebelum itu Jill mencoba menghubungi nomornya
berulang
kali.
Percobaan
terakhir
mendapati jawaban. "Hallo, Assalamu'alaikum...?" Cowok itu tidak menyahut sama sekali. "Kamu di mana? Hum? Aku samperin ya?" Jill memulainya dengan lemah lembut. Tapi cowok itu masih bungkam di seberang sana. "Esa..." "Buat apa? Gue enggak butuh, biarin gue sendiri." "Tap--" Tapi sambungan telfonnya terputus, Esa memutusnya secara sepihak. Jill mengerti jika Esa sedang merasa begitu emosional, untuk itu Jill berinisiatif mencarinya ke tempat tongkrongan meskipun saat sampai di sana hasilnya nihil. 143
Raisa Chu Present
Tempat tongkrongan mereka kosong. Jill mencari-cari lagin informasi di media sosial lalu mendapatkan titik cerah tempat di mana komunitas hikingnya selalu berkumpul atau tempat yang digunakan oleh mereka sebagai mess pribadi. Lalu gadis itu menancap gas lagi, membelah jalanan dan sempat terjebak macet beberapa saat sebelum akhirnya sampai di sebuah bangunan minimalis bertingkat. Di samping halaman ada lapangan basket yang dipenuhi mural artistik, bangunan yang berdiri di hadapannya pun amat lekat dengan nilai estetika khas anak muda. Jill memberanikan diri menapaki anak tangga menuju lantai dua setelah mendapati lapangan basket itu kosong, tidak ada seorang pun di sana. Lalu kakinya berpijak di tangga terakhir. Atensinya jelas menancap kuat pada dua insan tang sedang berpelukan erat. Esa dan cewek yang katanya sahabatnya, Anna. 144
Raisa Chu Present
Jill
mematung
beberapa
saat
sebelum
atensinya dengan Esa bertemu. Cowok itu terhenyak dalam hitungan detik, lantas menarik diri dan mengejar Jill yang berlari menjauhinya. Tangan
Jill
terkepal
karena
bergetar,
salivanya bahkan berubah pahit di kerongkongan. Ia membanting pintu mobil, tak menggubris Esa dan menepuk kaca dan mencoba menghentikannya. Gadis itu menggigit bibir dengan kuat hingga merasakan aroma karat, dan sedikit pun tidak sadar tengah dikejar oleh mobil Esa. Ponselnya berdering berulang kali tapi tidak ia angkat. Bahkan beberapa pesan singkat masuk. Jill menjerit hebat saat mobilnya berhasil disalip, ia menginjak pedal rem lalu sekujur tubuhnya bergetar hebat. "Jillian, buka!" Esa menepuk kaca mobilnya berulang kali tapi Jillian bergeming. 145
Raisa Chu Present
"Sayang, buka! Aku bisa jelasin!" Jill menggigit bibir, Esa tidak harus. Karena mereka bukan siapa-siapa. Tapi mengapa ulu hati Jill begitu sesak saat ini? "Jillian Park! Sayang, aku mohon buka pintunya..." Jillian menunduk dalam seraya mencengkram kemudi lalu memutuskan untuk membuka pintu dan keluar. "Hey... hey..." Esa terlihat kalut, membelai wajah Jill tapi tak lama kemudian ditepis oleh gadis itu. Esa tidak pernah ditatap sedemikian dingin oleh gadis manja itu. "Ada apa? Kamu enggak butuh aku kan?" Jill terlihat menahan tangis. Masih ingat kok Esa berkata tidak butuh saat ia mengajak bertemu.
146
Raisa Chu Present
"Enggak, enggak... aku butuh kamu, hum? Please, please... Anna dateng ke mess dan aku lagi kalut... aku..." "Udah lah!" Kesal Jillian lalu hendak masuk ke dalam mobilnya lagi. Itu artinya mereka pelukan dalam keadaan sadar. "Dengerin
aku
dulu!
Jangan
nyimpulin
sesuatu dulu!" "Aku liat semuanya, itu ngebuktiin kalau kamu enggak butuh aku!" Esa menggeleng keras, terhimpit asa yang menyempit. "Aku butuh kamu!" "Kamu bilang enggak butuh!" "Aku putus asa, aku kesulitan." Ajaibnya kalimat itu membuat Jill urung masuk ke dalam mobil. Sosok cowok keren yang digilai banyak cewek dan selalu terlihat memilik aura positif itu untuk pertama kalinya melontarkan keluhan. Bahwa dia kesulitan. 147
Raisa Chu Present
"Jangan tinggalin aku saat ini... sekarang bener-bener sulit." Jill teringat lagi perlakuan ayah dan ibunya Esa beberapa waktu lalu. Lantas tatapan Jill melunak. "Tapi kamu peluk-peluk Anna...!" Tetap pada sebuah tradisi bahwa kesalahan cowok layak diungkit-ungkit. Esa mengangguk dan mengajaknya menepi. "Aku lagi kalut... maaf..." Tapi seharusnya Esa tidak perlu meminta maaf karena Jill sadar mereka bukan siapa-siapa. "Sayang..." "Kita bukan siapa-siapa, jadi jangan manggil kayak gitu..." Lalu Esa menggaruk tengkuk. "Terus kenapa marah aku pelukan sama Anna?" Ia murni bertanya. "A-aku enggak marah!" "Tapi kamu juga nangis tadi..." "E-enggak! Enggak ya!"
148
Raisa Chu Present
Esa mengernyit. "Terus daritadi marah-marah sampe enggak mau dengerin penjelasan aku itu kenapa?" Jill nyaris meringis, baru sadar telah bersikap berlebihan pada cowok yang katanya 'bukan siapasiapa'. "Yang...?" "Ish!!!" Jill kesal sendiri lalu memalingkan wajah. "Car... pacar?" "Aku
enggak
tau
kalau
kamu
orang
madurasa." Jill tertular mulut ajaib Bunda hingga sanggup membuat Esa tergelak seketika. "Enggak usah ketawa ya, aku lagi kesel sama kamu." "Ya maap atuh..." "Enggak dimaafin!" "Makanya sayang mah bilang aja sayang pake jaim-jaiman..." Esa mengusak puncak kepalanya dengan gemas. 149
Raisa Chu Present
Jill mencebi, tapi bersyukur karena alasan Esa tertawa dan melupakan kesedihannya adalah karena dirinya. "Udah makan belum?" Esa mengusak pipinya dengan ibu jari. "Nanyanya
jangan
udah
makan
belum
terus!!!" Jill merengek karena sedang menjaga berat badan. "Lah, emangnya kenapa? Ya wajar nanyain pacar udah makan atau belum." Jill berusaha untuk tidak merona. Tidak. "Aku lagi diet! Kemarin dikatain tembem." "Huh? Sama siapa?" "Sama si Adek..." Jill mencebi lagi saat mengingat wajah meyebalkan seorang Jackson Park. "Adek kamu?" "Iya..." Lalu Esa meneliti wajah Jill dengan seksama. "Enggak tembem ah..." Jill mengerjap berulang kali.
150
Raisa Chu Present
"Beneran
yang..."
karena
Jill
terlihat
meragukan ucapannya. "Kalau pun tembem juga enggak apa-apa kali... tetep cantik kamu tu..." "Kok malah gombal sih?!" "Eh? Aku jujur, pacarku cantik..." "Didenger fans kamu nanti heboh!" Esa tersenyum lembut, merasa begitu senang karena Jill tidak lagi mengelak dengan apa yang dia rasakan. "Makan yuk...?" Ajak Esa. "Enggak mau!" "Ya Allah yang... enggak diet-dietan kenapa sih?" "Gini ya, aku tembem dikit aja kamu pelukpeluk cewek lain! Gimana kalau aku gembrot? Dah lah males sama kamu tu." "Kok dibahas lagi sih yang?" Jill mencebi saat rambutnya diusak untuk ke sekian kali. "Oh iya... kamu kok bisa kenal sama Nenek Hana?" 151
Raisa Chu Present
"Kenal lah..." "Iya kok bisa? Sejak kapan?" "Sejak aku lahir." Jill mendadak memelankan suara. Karena Nenek Hana memerangkap sosok ibu sejak Jill dilahirkan tanpa diinginkan oleh ibu kandungnya sendiri. "Hey... kenapa? Kenapa, hum?" Jill menggeleng tapi air matanya telanjur luruh. Berada dalam fase yang amat sangat sadar bahwa ia dan Esa memiliki satu persamaan. Tidak diinginkan oleh ibu kandung mereka. "Sayang?" Lalu Esa merasakan bahunya basah sesaat setelah memeluk Jill. "Kenapa, hum?" "Kamu kuat kok... kamu bisa..." Jill sedang memberitahunya bahwa semua tidak sesulit itu. Pelangi tidak pernah luput menemani sisa hujan.
152
Raisa Chu Present
Jill yakin bahwa ada sesuatu yang indah menanti Esa ke depannya. "Iya... tapi ini ingus kamu di baju aku semua, yang..." Jillian dibuat kesal untuk ke sekian kali lalu merengek ini dan itu setelahnya. "Iya... iya..." dan sang kekasih menyahuti si anak Bunda itu dengan sabar.
153
Raisa Chu Present
6 "Aku anterin lah yang..." "Enggak usah... takutnya di rumah ada Ayah, bahaya!" "Bahaya kenapa sih?" "Nanti kayak kemarin lagi, enggak mau ah!" "Kok jadi kayak backstreet gini sih?" Jill menggigit bibir. "Udah sana!!! Aku pulang sendiri aja, aku kan bawa mobil." Esa mendengus
lalu
mengusak puncak
kepalanya. "Ige aku rame..." "Rame kenapa?" "Kayaknya fans aku yang kemarin itu bocor deh, mereka sempet liat kita bareng kan?" "Huh?" Jill memucat. "Kok takut gitu sih kamu?" "Iya lah! Gimana kalau Ayah tau?" "Loh emangnya kenapa? Tinggal jujur, bila perlu aku dateng ke rumah..." 154
Raisa Chu Present
"Jangan ngaco ya!" "Sampe kapan yang?" "Aku butuh waktu, ini hal baru. Ini pertama kalinya aku..." "Pacaran?" Esa membeo tidak percaya. "Enggak usah ngeledek ya!" "Iya lah, segede kamu baru pertama kali pacaran?" "Pokoknya kita harus hati-hati, kalau kamu diundang di channel podcast gitu terus bahas-bahas aku ya bantah aja..." "Dih..." kepala Esa pening. "Lagian ya kamu yakin banget kita pacaran? Kapan aku setuju?" "Ya Allah..." Esa membeo lagi. "Aku inget kamu pernah bawa cewek ke kelas kosong tujuh tahun lalu. Aku ngeliat semuanya." Esa mengerutkan dahi. "Kamu liat?" "Liat! Kamu itu fakboi tau enggak!" "Itu kan masa lalu."
155
Raisa Chu Present
"Tapi manusia enggak semudah itu berubah, mana tau kamu masih sering cumbuin cewek sekarang." "Aku udah tobat sayang... lagian anak SMA nakal mah lumrah." "Kamu
nakalnya
beda
sendiri!
Mainan
cewek!" "Tapi kan sekarang udah enggak. Aku masih perjaka kok, enggak tau kalau Eunsang..." "Ish!" Kesal Jillian. "Beneran, dulu mah ngelakuin sesuatu enggak mikir ini itu dulu, sekarang mah udah ngerasa berumur jenuh lah gitu-gituan terus..." "Enggak usah peluk-peluk aku!" "Iya, maaf..." Esa urung mendekap gadis itu. "Galak banget..." "Aku denger!" "Enggak usah marah-marah mulu kenapa sih yang?"
156
Raisa Chu Present
"Ini apa sih?" Jill gemas dengan tindikan di bibir Esa. "Kamu tau enggak kenapa Ayah ngegas sama kamu?" "Karena penampilan aku kayak preman?" Jill mengangguk keras. Esa mendengus lalu melepas tindikan di bibir telinganya. Jill terpaku dalam hitungan detik dan menatapnya cukup lama. "Aku buang ya?" Katanya seraya merebut anting-antinggan itu. "Yeu jangan atuh!" "Kamu udah ganteng enggak perlu pake tindik-tindikkan gini..." "Iya aku tau aku ganteng, tapi antingantingannya jangan dibuang, mahal itu mau ku jual..." "Yang!!!" Kesal Jillian untuk ke sekian kali. Senyum Esa merekah. "Apa sayang? Aku anter pulang yuk..." "Enggak mau... nanti Ayah marah lagi..."
157
Raisa Chu Present
Lalu Esa melunak. "Terus mau sampe kapan umpet-umpetan?" Katanya seraya merapikan rambut Jillian. "Nanti tunggu aku siap. Ya?" Bagaimana bisa Esa menolak jika yang terpampang di hadapannya adalah wajah memohon Jillian. "Terus kapan ketemu lagi?" "Enggak tau..." sahut Jill dengan cengengesan. "Kamu enggak mau coba dulu bilang ke orang tua kamu kalau kita pacaran?" Jill menggigit bibir lagi lalu menggeleng. "Takut lah..." "Nah, ya udah kalau gitu aku yang ngomong sama mereka..." "Nanti dulu, ya?" Melihat wajah gusar Jill, Esa otomatis paham bahwa pacarnya itu memang takut. Kemudian ia mengalah. "Ya udah enggak usah cemberut gitu..." Senyum lebar Jillian terulas dalam hitungan detik. "Aku pulang ya?" 158
Raisa Chu Present
"Telfon
aku
tu dijawab yang...
jangan
dianggurin mulu..." Jill meringis. "Aku jarang maen hape, kebanyakan maen puzzle sama Adek..." "Udah gede dan tinggi katanya..." gumam Esa kemudian meringis saat kilatan galak terpampang nyata di dua mata pacarnya. "Lagian ya Bunda tu lagi hamil sekarang, jadi Adek rewel terus, aku deh yang tumbal buat nenangin..." Esa terkekeh lalu membelai pipi mungil Jillian. "Ya udah, kamu hati-hati ya..." "Peluk-peluk lagi Anna awas kamu!" "Siap bosque!" Esa menggeleng maklum pada si pencemburu itu. Lalu cowok itu keluar dari mobil pacarnya dan membiarkanya pulang seorang diri.
"Asslamu'alaikum..." 159
Raisa Chu Present
"Wa'alaikumsalam..." "Bun... itu di depan wartawan rame lagi..." "Dari kemarin juga kan rame..." "Tapi Ayah enggak bikin masalah lagi kan? Ayah ada di rumah? "Ayah enggak pernah bikin masalah, nak... tadi sih bilangnya mau ke kantor label..." Jill menatap Bunda lalu menautkan ke sepuluh jari. "Bun..." "Hum??" Bunda menyahut dengan lembut seraya membalik laman buku keagamaan. "Bunda inget cowok yang kemarin kan?" "Esa itu? Oh ya, Kak... kok dia jadi beda ya?" "B-beda gimana Bun?" Bunda meringis. "Jadi sedikit..." "Urakan ya?" Jill ikut meringis. "Tapi dia rajin sholat loh Bun..." Bunda menutup bacaannya dalam hitungan detik lalu menatap si sulung. "Oh ya?" Jill mengangguk. "Bahkan sering ingetin Kakak buat sholat..." 160
Raisa Chu Present
"Keren dong...." Senyum Jill terulas lebar. "Kalian pacaran?" "Iya--eh???!!" Wajah Jill memucat dalam hitungan detik. "Oopss!!" Celetuk Bunda lalu terkikik geli. "Aahh Bunda!!! Jangan bilang-bilang Ayah please..." "Loh kenapa??? Selera Kakak ternyata unik juga ya...?" "Ish Bunda!!!" Baekhyun
tertawa,
senang
menggoda
putrinya. "Coba sini cerita gimana awal mulanya?" "Tapi janji dulu jangan bocor ke Ayah...?" "Bunda janji..." Senyum Jill kembali terulas lebar. "Dulu kan kita satu sekolah Bun..." "Bunda tau, si populer itu kan?" "Tapi yang pacaran sama aku bukan si populer itu..."
161
Raisa Chu Present
"Eh??? Mereka kembar? Pantesan aja..." kini kebingungan Baekhyun terjawab. "Enggak..." Atau mungkin tidak. "Gimana? Bunda enggak paham nak..." "Jadi dia itu... tapi Bunda janji dulu jangan bocor ke siapa pun..." "Iya,
sayang...
Bunda
janji..."
Baekhyun
memeluknya dengan gemas. Jill celingukan. "Adek
lagi
bobo
siang..."
seolah
tahu
kekhawatiran terbesar si sulung. Terbukti Jill mendengus lega. “Tujuh tahun lalu
aku
tau
Esa punya
gangguan
identitas
disosiatif..." Dahi Bunda perlahan mengernyit. "Dan si populer yang Bunda tau itu... alter egonya, namanya Eunsang..." “Oh, oke... terus? Dia... udah sembuh kan?”
162
Raisa Chu Present
"Udah Bun... tujuh tahun lalu dia pergi ke Amerika buat berobat. Baru balik ke sini satu tahun lalu..." Bunda terlihat gusar dengan penjelasan si sulung. "Mereka punya kepribadian yang beda banget..." "Oh, pantesan banget? Dulu Bunda pernah ketemu sama dia dan penampilannya beda benget... dia juga enggak ngenalin Bunda... tapi Kakak yakin dia udah sembuh total?" Jill mengangguk yakin. "Terus gimana ceritanya kalian bisa pacaran?" "Itunya jangan dibahas..." Jillian malu banget. "Pokoknya yang pertama kali aku liat itu Esa yang asli, bukan Eunsang..." Benar. Jika diingat lagi, yang pertama kali Jill lihat itu Esa yang asli, si cowok nakal yang mencumbu seorang kakak kelas seangkatan. Mengingatnya lagi membuat bibir Jill seketika mencebi. 163
Raisa Chu Present
"Kakak pertama kali liat Esa yang asli itu di mana?" "Di sekolah, itu juga yang bikin Kakak enggak suka sama dia tu dari situ... tapi lama-lama Kakak tau kalau ada dua orang yang berbeda, yang keliatannya baik dan sopan dan pinter itu ternyata alter egonya, si Eunsang itu, dia pake nama dan identitas Esa di sekolah, mungkin orang tuanya yang nyuruh.” Baekhyun mengangguk tidak yakin, tidak menduga bahwa kisah cinta putrinya akan serumit itu. "Terus sekarang gimana? Kok tau-tau udah pacaran aja sama Esa?" Jill merona dalam hitungan detik. "Enggak tau tiba-tiba aja kayak gitu..." "Tunggu... berarti selama ini Kakak suka ketemuan sama dia?" "Eh?? Duh, jangan bilangin ke Ayah, Bun... Kakak mohon..." "Hmm... kenapa jadi ngikutin jejak Ayah sama Bunda sih?" 164
Raisa Chu Present
"Huh? Gimana maksudnya?" "Ayah sama Bunda awalnya backstreet tau... karena dulu Ayah ngerasa enggak percaya diri buat ngomong ke Kakek..." Jill tau sedikit-sedikit tentang kisah cinta kedua orang tuanya. "Terus? Itu kenapa Ayah bisa sampe dapetin restunya Kakek?" Senyum Baekhyun terulas dengan lembut saat mengingatnya lagi. "Karena Ayah pria yang hebat, mana ada sih Ayah kenal kata menyerah, Bunda tu diperjuangin banget sama Ayah..." Jill
terharu
dan
memeluk
Bundanya.
"Romantis banget sih Ayahku..." Memang, bagi Baekhyun, Chanyeol adalah pria paling romantis, Romeo saja kalah. "Terus ke depannya gimana? Kakak enggak bisa dong nyembunyiin hubungan kalian terusmenerus dari Ayah..." "Itu dia... Kakak tu takut, Bun..."
165
Raisa Chu Present
Baekhyun mengerti kekhawatiran Jillian mengingat pria itu adalah sosok Ayah yang cukup protektif dan selektif terhadap pergaulan putrinya. Tidak terbayang
kalau
dia tahu
putri
kesayangannya sudah mempunyai pacar.
"Kamu enggak bisa dong masa batalin kontrak kerja kita!" "Saya enggak tau kenapa kamu ngebet kerja sama dengan saya." Karena
Sohee
ingin
selalu
bertemu
dengannya, meskipun jawaban itu hanya sanggup Sohee telan sendiri. "Tapi masalah kemarin enggak bisa saya toleransi." "Rumor itu juga bukan kemauan aku Mas!" "Ya,
mungkin,
dan
saya
enggak
mau
memperpanjang masalah, enggak mau hal-hal rumit
166
Raisa Chu Present
balik nyerang keluarga saya. Jadi enggak ada kerjasama di antar kita." "Keputusan itu tetep ada di pihak managemen kamu!" "Enggak masalah, kalau saya harus keluar dari label karena udah bikin kerugian pun job saya InsyaAllah enggak akan sepi." "Kamu jangan sesumbar Mas! Manusia enggak selamanya di atas!" Chanyeol mulai terpancing. "Tau apa kamu? Justru karena saya pernah ada di titik terendah dalam hidup saya, cuma kebahagiaan yang bakal saya pertahankan saat ini, tau arti kebahagiaan bagi saya?" Sohee sediki terintimidasi dengan suara beratnya. "Keluarga. Istri dan anak-anak saya. Itu cukup. Mereka hidup saya, jadi Sohee... kalau ada sedikit skenario dari permasalahan yang saya maupun kamu alami beberapa hari ke belakang, saya harap kamu berhenti. Karena apa? Kamu tetep seorang wanita yang dengan sengaja mencium pipi pria beristri tujuh 167
Raisa Chu Present
tahun lalu, dan itu eggak pernah gagal bikin saya ngeri." "Aku cinta sama kamu Mas!" Langkah
Chanyeol
terhenti,
sudah
menduganya sejak awal. Tipikal wanita liar dan barbar "Aku kagum sama kamu dari dulu! Aku cinta sama kamu!" "Tapi saya cuma cinta sama satu wanita, ibu dari anak-anak saya. Namanya Baekhyun," "Enggak masalah, aku enggak masalah jadi yang kedua asal kita bersama!" Sohee menanggalkan integritas karena kalah oleh rasa kalut. "Aku mohon Mas! Liat aku! Aku nunggu kamu selama tujuh tahun!" Chanyeol mendengus keras. "Perlu saya jelasin sekali lagi, saya hanya mencintai Baekhyun, lupain obsesi kamu." Sohee
menahan
lengan
Chanyeol,
menuntunnya untuk meraba seluruh tubuhnya. "Aku 168
Raisa Chu Present
milik kamu! Tubuhku, hatiku! Ku mohon jadiin aku yang kedua Mas! Apa kurangnya aku!" Chanyeol syok dan segera menarik tangannya. "Astaghfirullah, udah sinting apa?" Pada akhirnya ia tidak bisa menahan diri oleh tingkah laku Sohee. Lalu wanita itu mulai terisak, merasa penantiannya selama tujuh tahun sia-sia. "Demi Allah saya enggak sudi ketemu sama kamu lagi!" Final Chanyeol dengan tegas lalu meninggalkan Sohee yang mulai terpukul atas penolakan yang diterimanya. Integritasnya
sebagai
seorang
wanita
berkualitas yang selama ini ia ciptakan sendiri kini tidak berarti apa-apa, Sohee syok dan terluka oleh sebuah penolakan. *** "Bang Chanyeol! Jawab pertanyaan dong?" "Apa benar mau cerai Bang??"
169
Raisa Chu Present
"Udah berapa lama Mas ada hubungan sama Miss Han?" "Klarifikasi dong Mas!" "Apa benar Miss Han hamil?" Lalu langkah Chanyeol terhenti, niatnya mengabaikan para wartawan yang menyerbunya di depan rumah tapi pertanyaa terakhir amat sangat membuat kesabarannya menguap dalam hitungan detik. Pria itu berbalik lalu menatap garang pada salah
satu
wartawan
menyudutkannya
dengan
yang
ia
berbagai
ingat
dulu
pertanyaan
menuduh pada saat skandal video asusila. Wartawan itu menciut lalu mundur satu langkah. "Sekali lagi lo rilis berita yang enggakenggak soal gue dan keluarga gue, gue kejar lo sampe kapan pun! Kenapa? Lo butuh duit? Enggak makan kalau enggak jelekkin gue di portal media?" Lalu Chanyeol mendecih dan merogoh lembaran uang lalu melempar ke wajah wartawan itu hingga wajahnya memerah padam dan malu. "Huh? Hamil? Etika dan 170
Raisa Chu Present
otak lo dipake brengsek!" Chanyeol membentak keras lalu menatap tajam semua wartawan yang menciut oleh amukannya. "Lo semua milih pergi atau gue tuntut satu persatu?! Huh?!" Kemudian mereka mematikan kamera dan menggulung kabel, tanpa menunggu tuan rumah masuk mereka telah lebih meninggalkan lokasi satupersatu. Chanyeol mengusap wajah dengan keras lalu memejamkan
mata.
"Astaghfirullah..."
ucapnya
sebanyak yang ia bisa. Pria itu lantas masuk ke dalam rumah dan disambut oleh putranya dengan riang. "Ayah!" si ganteng itu melompat ke pelukan ayahnya lalu memeluknya erat. Chanyeol mencari kehidupan di bahu sang putra, menyesap aroma manisnya dalam-dalam. "Kakak tadi lagi ngapain?" Panggilan baru itu membuat senyum Jack merekah. "Abis ngaji sama Bunda..." 171
Raisa Chu Present
"MasyaAllah anak Ayah yang sholeh..." lalu Chanyeol menghadiahinya dengan kecupan sayang. "Ngajinya udah sampe mana nak...?" "Bunda ajarin Kakak banyak, pokoknya seru!" Sang ayah tersenyum maklum, lelah dan stress nya menguap dalam hitungan detik. "Bundanya mana sekarang?" "Tadi sih di kamar..." Jack memainkan telinga lebarnya ayahnya. "Kalau Kakak Jill?" "Kakak juga ada di kamar, telfonan terus." "Oh ya? Sama siapa?" "Enggak tau, tapi sempet denger manggilnya Eyang gitu Yah..." "Huh?" Benak
Chanyeol
menimbulkan
banyak
skenario. Jill tidak mungkin menghubungi Eyang dukun untuk menyantet ayahnya sendiri bukan? Lalu Chanyeol menggeleng keras. Pikiran konyolnya. "Yah, main game yuk?" 172
Raisa Chu Present
"Tapi Ayah nyamperin Bunda dulu ya? Kakak siapin dulu konsolnya..." "Siap bosque!" Chanyeol mengusak rambut si ganteng lalu beranjaj dari sofa dan menghampiri istrinya. Sesampainya di kamar Chanyeol melihat sang istri tengah meringkuk di ranjang. "Bun..." Baekhyun sedang memejamkan mata, belum sepenuhnya terlelap lalu menyambut suaminya dengan pelukan. "Tumben jam segini tidur?" "Kepala Bunda puyeng tadi jadi direbahin sebentar..." Chanyeol
membelai
wajahnya
lalu
menghadiahi bibirnya dengan kecupan. "Lemes ya sayang?" Baekhyun mengangguk kecil lalu terkulai lagi di pelukan suaminya. "Nyeblak yuk?" "Eh???" Chanyeol refleks menarik diri, karena Baekhyun jarang sekali minta. 173
Raisa Chu Present
"Kenapa? Ayah enggak mau? Hmm ya udah..." Bakehyun lemas lalu kembali rebahan. Pikirnya sang suami hendak keluar tapi nyatanya mengunci pintu. "Hayuk lah kalau urusan nyeblak mah mana bisa Ayah nolak!" Lalu Baekhyun tertawa kecil saat dicumbu dengan mesra. "Pelan-pelan, kasian Adek..." lalu menunjuk pada si jabang bayi. "Ayah pelan-pelan kok dek..." sahut Chanyeol seraya menciumi perut istrinya dengan sayang. Mereka saling mencumbu lagi sebelum akhirnya sampai di permainan inti. Tidak pernah merasa tidak puas di segala tempo, berlomba mencapai sebuah titik lalu meleleh secara bersamaan. "Abis ini lagi ya, Yah?" Chanyeol syok, lalu mulai menduga-duga bahwa pembawaan hamil istrinya saat ini seidikit liar. "Tentu, sayangku..." 174
Raisa Chu Present
Baekhyun tersenyum bahagia lalu memeluk suaminya dengan manja. "Ayah!!!" Dan
teriakan
Jackson
di
luar
sana
mengingatkan Chanyeol bahwa ada janji maen game yang harus ditepati. Baekhyun tertawa renyah melihat suaminya buru-buru memakai pakaian dan lari terbirit-birit. Tahu akan seperti apa jika seorang Jackson Park mengamuk.
"Kamu di mana?" "Di apart... baru bangun..." "Beneran?" Si posesif Jill. "Masa boongan." "Tumben jam segini baru bangun?" "Nambah jam tidur, nanti malem ada jadwal di klub." "Kok kamu jutek terus jawabnya?" 175
Raisa Chu Present
Padahal Esa sedang mengumpulkan nyawa sehabis bangun tidur. "Jutek apanya sih yang?" "Itu tadi jutek! Enggak suka aku telfon?" "Suka lah, masa ditelfon pacar enggak suka..." Bahkan Esa membuktikannya dengan sebuah panggilan video. Mereka saling menatap wajah satu sama lain. "Mandi, makan..." Jill memberi perhatian. Muka bantal Esa cukup memberi satu kesan. Lucu. Matanya yang setengah terpejam memberitahu bahwa cowok itu berusaha menahan kantuk, "Yang..." Jill memanggil karena Esa tampak kembali terlelap. "Sayang..." "Hum? Iya..." Esa terperanjat lalu mengusapa wajah. "Tidur lagi aja ya?" Jill tidak tega melihatnya. "Enggak, aku seneng ngeliat wajah kamu..." Jill tersenyum malu. "Ketemu yuk?" Esa mengajaknya. Jillian menggeleng kecil. 176
Raisa Chu Present
"Yahhh, kayaknya aku bertepuk sebelah tangan deh..." "Eh? Maksudnya?" "Aku mulu yang kangen..." "Soal rasa itu jangan itung-itungan... kangen juga kok... anting-antingannya enggak dipake lagi kan?" "Kalau aku pake lagi kamu marah enggak?" Esa terdengar hati-hati. "Enggak..." Lalu senyum Esa terulas. "Enggak aku pake lagi kok..." ia baru sadar sejak Jillian membantu mencopotnya kemarin-kemarin. Bahwa penampilan seperti itu tidak akan membuat hati ayah manapun tergerak untuk memberi restu. "Ketemu yuk...?" Esa mengulangnya lagi. "Enggak, yang... ada janji mau nemenin Adek ke lottre..." "Nah, sekalian aja ketemu atuh..." "Dih?? Jangan...! Adek suka bocor nanti..." 177
Raisa Chu Present
"Kalem aja, nanti aku yang atur... gimana?" Jill mulai menimang opsi lalu menggigit bibir. "Kamu yakin?" Esa mengangguk. "Ya udah, nanti aku atur waktu ketemunya..." "Baik tuan puteri..."
oOo
Jillian sempat mengira cowok itu adalah Esa, penampilannya yang amat sangat rapi. Jill selalu melihatnya dalam balutan pakaian anak bandel. Tapi sekarang cowok itu menyisir rambutnya rapi ke belakang, memakai stelan turtleneck lalu mantel panjang berwarna marun. Dia ganteng banget. "Hallo, Jackson. Kenalin nama Kakak Esa." Kata cowok itu setelah berlutut dan menjabat tangan Jackson. Sementara bocah itu menatapnya beberapa saat. "Aku pernah liat Kakak di yusup! Iya kan?!" 178
Raisa Chu Present
"Whoa! Tau-tauan hebat!" Jackson memasang wajah bangga. "Kok sekarang rapi? Bukannya gelandangan?" Jill tertawa. Jackson mana ngerti prank gembel. "Dek, itu kan prank aja..." Esa juga tertawa. "Dah lah, mau maen apa dulu ni?" Lalu mereka sepakat memilih carousel untuk memanjakan Jackson. "Ganteng banget hari ini..." "Nanti pake baju gembel dituduh belum mandi..." Jillian mencebi lalu menoleh pada beberapa cewek yang menatap Esa lebih dari satu menit. "Diliatin cewek-cewek tu..." "Biarin... sayangnya ke kamu doang..." "Cubit ginjalnya ya...!" Esa
mengusak
rambut
lalu
kembali
memperhatikan Jackson yang kesenengan sendiri saat carouselnya beputar. "Tumben enggak pake jepit rambut..." 179
Raisa Chu Present
"Nanti ada yang ngatain anak kecil lagi..." Mulut ajaib warisan Bunda. "Yang... nanti kalau Adek ngomong macemmacem ke Ayah gimana?" "Enggak bakal, kita bikin dia seneng lah..." "Kak Esa ya?" "Duh fans lagi..." gumam Jillian tapi memilih cuek dan memperhatikan adiknya yang sedang bermain. Sementara pacarnya sibuk meladeni para penggemar. Apa cuma aku di sini yang enggak subscribe channelnya dia? The adventures of Sinbad menjadi wahana selanjutnya yang mereka pilih, semua penumpang naik ke geladak dan mulai menjelajahi hutan tropis. Jackson di pangkuan Esa sibuk berwah-ria saat masuk ke goa penyihir lalu Esa diam-diam menggenggam tangan Jill. Mengerti maksud dari wajah bete pacarnya saat ini. 180
Raisa Chu Present
Esa kemudian bergerak sedikit dan mengecup puncak kepala Jill. "Maaf ya..." Jill merengut hebat, masih kesal karena dicuekin akibat pacarnya terlalu sibuk meladeni penggemar. "Sayang..." bisik Esa lagi. Jill menoleh lalu merengut lagi. Esa
malah
gemas
dan
mengusakkan
hidungnya dengan hidung si pacar. "Dimaafin enggak?" Bisiknya lagi, mumpung mereka masih di dalam goa penyihir dan Jackson terlalu sibuk dengan dunia sendiri. "Tapi abis ini makan..." Jill merengek. Esa tersneyum lembut dan menyesap aroma punggung tangan Jill. "Baik, tuan puteri..." setelah mengusakkan hidungnya lagi Esa menarik diri dan meladeni Jacskon yang heboh saat menyaksikan Sinbad melawan naga berkepala tiga. ***
181
Raisa Chu Present
"Whoa! Keren banget tadi Sinbad! Seru!!" Jackson terlihat begitu senang tapi juga tampak kelelahan. Untuk itu Esa berinisiatif menggendongnya. Si manja yang tak kenal situasi. Jackson Park. "Kak, nanti Adek mau naik wahana itu." Esa mengangguk sementara Jill menyuapi sang adik. "Seru kan?" "Seru banget! Whoa!" Esa mengusak rambutnya dengan gemas. "Kak Esa emang pemandu wisata profesional dek..." Esa
meringis
karena
sejak
awal
Jill
mengenalkannya sebagai salah satu pemandu wisata. Miris. Ingin pingsan saja. "Aku suka Kak Esa!" Jack berseru dan berlayut manja. Jack anti dengan orang asing tapi Esa jelas pintar mencuri hati siapapun,
182
Raisa Chu Present
Dan saat perhatian Jack teralih, Jill diam-diam menyuapi sang pacar. Esa menatapnya lembut, entah merasa begitu sayang terhadap Jillian. Meskipun perkenalan mereka terbilang tidak begitu intens tapi orang seringkali merasakan jatuh cinta di pertemuan kedua dan ketiga. Jill yang menjelma menjadi gadis dewasa yang semakin cantik dan lucu setelah pertemuan terakhir mereka tujuh tahun lalu. Jillian, gadis pertama yang tahu bahwa Esa sakit, bahwa Esa tidak normal tapi masih mau dekat dengannya. Sesederhana Jill menerima kekurangan Esa, semudah itu pula rasa sayang Esa padanya tercipta. Jillian
harus
dipertahankan,
Esa
membutuhkan nya untuk terus yakin bahwa hidupnya tidak selamanya pahit karena tidak dianggap sebagai anak oleh kedua orang tua.
183
Raisa Chu Present
Selang beberapa detik, Esa mendekat dan berbisik. "Aku sayang kamu..." Dan rona merah di wajah Jill adalah apa yang membuatnya senang bukan main.
184
Raisa Chu Present
7 Jillian
pura-pua
terkejut
saat
Nenek
mengajaknya mendaki gunung, padahal hatinya bahagia karena Nenek mengatakan akan bergabung dengan kelompok Esa. Tapi Bunda terlihat sebaliknya, meskipun Bunda tidak tahu tentang keterlibatan Esa tapi ini kali pertama ia membiarkan Jillian bepergian ke tempat yang cukup ekstrim. "Ini vitamin Kakak. Di gunung itu dingin, Bunda udah siapin selimut tambahan, ada obat flu sama demam kalau tiba-tiba Kakak ngerasa enggak enak badan. Ini beannie nya mau bawa yang mana nak? Bunda pilih tiga ya?" "Asal jangan warna pink." Bunda mengangguk. "Makannya gimana Bun?"
185
Raisa Chu Present
"Bunda udah bekalin nasi goreng buat di jalan, buahnya udah Bunda masukin juga. Oh iya, kaus kaki!" Sementara
Chanyeol
memperhatikan
kesibukan istrinya pagi itu. Sampai kepalanya pening sendiri. Baekhyun
kembali
dan
menyelipkan
beberapa pasang kaus kaki putrinya. "Bunda bawain sepatu ganti ya, nak..." "Make up aku mau taro di mana kalau tasnya penuh kayak gini, Bun...?" "Huh? Make up? Mau hiking atau mau fashion show sih, Kak?" Chanyeol iri karena sudah lama tidak berwisata alam. "Ish! Make up penting lah." Karena Jill harus selalu terlihat cantik di hadapan Esa. "Nak, make up enggak terlalu penting, tapi Bunda udah selipin yang perlu-perlunya aja, terus peralatan mandi sama baju gantinya." "Pindah
rumah
aja
Chanyeol lagi. 186
sekalian..."
celetuk
Raisa Chu Present
"Bunda!!" "Biarin aja kenapa sih Yah?" Bunda menegur. Ayah mencebi iri. "Inget ya, jaga tatakrama. Enggak boleh buang sampah sembarangan, jaga diri baik-baik..." Bunda memeluk putrinya, sejatinya tidak rela melepasnya pergi. "Pikir-pikir lagi dong Kak, mending di rumah aja lah sama Bunda..." "Bun... kan udah sepakat..." Jill meringis, Bundanya memang cukup posesif jika itu tentang melepasnya pergi ke tempat yang tidak biasa. Chanyeol menggeleng maklum, sejatinya tidak punya sifat mengekang jika itu tentang kebebasan Jill dalam mengeksplor keberanian, kecuali jika tentang cowok. Ah biasalah om-om kolot. "Tau tekniknya kan?" Karena dulu, jauh sebelum Baekhyun hadir dalam hidup mereka, pasangan ayah dan anak itu sering mendaki gunung, "Tau dong kan Ayah yang ngajarin."
187
Raisa Chu Present
"Bagus." Kata Ayah lalu merapikan jaket yang dikenakan putrinya. "Yuhuu!! Assalamu'alaikum..." Nenek datang untuk menjemput. "Wa'alaikumsalam... "Udah siap Kak?" "Udah dong, Nek!!" "Lets go atuh!" Tapi Mama Hana melirik Chanyeol sejenak, tertarik dengan wajah masamnya. "Mau ikut ya?" "Enggak lah, mending ngekepin istri di rumah." "Halah bilang aja mau ikut. Mama saranin jangan dah, Mama sih udah terbiasa, tua-tua gini masih strong, lah kamu? Duh nanti malu-maluin lagi belum setengah jalan udah minta turun." "Wah sakti ya nenek-nenek mulutnya..." Chanyeol membeo. "Bener kan Jill? Ayah udah sering ngeluh sakit pinggang kan?" 188
Raisa Chu Present
"Sakit perut ya bukan pinggang!" "Faktor U tu..." Mama meledeknya lagi. "Tapi masih topcer ya gini-gini...!" Chanyeol bisa sesuka hati berbangga diri atas keperkasaan yang dimiliki. "Kecebong berkualitas tinggi, grade A plus. Terakreditasi!" Seraya memeluk perut istrinya. "Itu
juga
karena
Mama
desak
biar
goyangannya mantep, kalau enggak mah letoy pasti!" "Mas Chanyeol gagah kok Ma..." celetuk Baekhyun Lalu Chanyeol memasang wajah jumawa, Mama dipastikan kalah telak jika Baekhyun turun tangan membelanya. Terbukti, Mama mencebi kemudian mengajak Jill bergegas. "Adek belum bangun kan?" "Makanya buruan deh pada berangkat, nanti dia keburu bangun." Kata Chanyeol. Karena akan sangat repot jika Jackson mengamuk ingin ikut Kakaknya. "Ya udah, Mama sama Kakak berangkat ya..." 189
Raisa Chu Present
"Hati-hati, Ma... nitip Kakak ya..." Mama tersenyum, memaklumi kekhawatiran Baekhyun. Kemudian mereka benar-benar berangkat diantar pak Jojo menuju tempat berkumpul yang sudah ditentukan.
Jill dan Nenek disambut oleh teman-teman Esa, atensi Jill langsung beralih pada Esa yang terlihat keren dengan outfit hiking yang khas. Tak lupa membagi atensi pada Anna yang ternyata juga ikut. "Hai..." Jill menyapa Anna dan dibalas dengan seadanya. "Kamu bawa apa aja sih?" Esa meringis melihat tas Jill yang menggunung. Jill memperhatikan Nenek yang berbaur dengan teman-teman Esa yang lain cukup akrab. "Enggak tau Bunda, aku manut aja..." 190
Raisa Chu Present
Esa menggeleng maklum, sementara Jill kembali mencoba mengakrabkan diri dengan Anna. Sejujurnya Jill masih merasa tidak enak, tapi perasaannya tidak bisa dibohongi, tidak bisa lebih lama berpaling dari Esa. "Bundaku bekalin nasi goreng, mau enggak?" Anna mengernyit, bertanya-tanya bagaimana bisa si fakboi Esa pacaran dengan anak manja seperti itu? "Enggak mau ya?" "Aku mau..." Esa yang menyahut, diam-diam bersyukur
karena
duduk
kursi
kereta
yang
berhadapan dengan Jill. Sementara Nenek di barisan kursi yang lain. "Suapin lah yang..." "Duh, kesempatan banget ya orang pacaran..." Teman Esa meledek mereka. Jill merona malu tapi terpaksa menyuapi pacarnya yang menyebalkan. Anna diam dan memilih memalingkan wajah.
191
Raisa Chu Present
Mereka harus menempuh perjalanan selama belasan jam sebelum sampai di kota tujuan. "Lo pindah ke sini!" Esa meminta temannya pindah untuk dapat duduk di samping Jill yang terkantuk-kantuk. Kemudian ia membiarkan kepala gadis itu terkulai di bahunya, bahkan memberikan lengannya untuk dipeluk. "Anak Bunda enggak bakal ngerengek minta pulang nanti?" Bisik Esa. "Enggak ish!" Kata Jill, matanya masih terpejam dan pelukannya mengerat. Kecupan kecil di pucak kepala tersemat, diamdiam Jill tersenyum kecil.
"Iya... jadi Kakaknya pergi ke mana?!" Chanyeol dan Baekhyun nyaris menyerah karena Jackson masih belum mau paham dengan penjelasan yang diberikan. Lebih tepatnya tidak 192
Raisa Chu Present
menaruh kepercayaan mengingat ke dua orang tuanya sering ngibul terhadap dirinya. "Iya, Kakak ada pertemuan gitu sama tementemennya, pokoknya darurat lah..." Chanyeol sudah pusing menjelaskan. "Bener kayak gitu Bun???" "I-iya... eh Kakak mau ikut Ayah Bunda kulineran malem enggak?" "Whoa! Mau! Tapi kulineran itu apa?" Chanyeol menciumnya dengan gemas. "Cari makanan, makan di luar, Kakak mau makan apa?" "Oh ya??!!! Kalau gitu Kakak mah seblak! Kata Kakak Jill Ayah sama Bunda sering nyeblak, jadi Kakak Jack mau seblak!" Lalu pasangan suami istri itu menepuk dahi dan memeluk Jack bersamaan. "Seblak mah pedes..." "Bener nak... anak kecil enggak dianjurkan makan seblak." "Bahaya!" Bunda menimpali dengan wajah meyakinkan. 193
Raisa Chu Present
"Tapi Ayah sama Bunda kemarin bilang aku bukan anak kecil lagi." Senjata makan tuan, Chanyeol menyerah dan Baekhyun meringis untuk ke sekian kali. "Emangnya pedes banget ya seblak itu?" "Banget nak! Bunda aja sampe kayak gini 'huhh ahh ugghh ohhh hahh!'" Bunda mencubit perut Ayah dengan gemas. "Ayah juga sampe kayak gorila kalau lagi marah, tau kan nak?" Bunda membalasnya. "Terus ya Bunda kalau lagi makan seblak suka gini badannya..." Chanyeol menggeliat seperti cacing kepanasan. Bunda tidak mau kalah, ia menggelepar di atas permadani, mempraktekan bagaimana Ayah jika sudah selesai memakan 'Seblak'. Jack mengernyit keheranan. "Itu makan seblak atau meriangan sih, Bun?" Baekhyun tertawa jenaka, lalu memeluk putranya dengan sayang. "Makanya jangan coba-coba deh makan seblak. Duh... bahaya kan Yah..." 194
Raisa Chu Present
Chanyeol mengangguk patuh. "Bahaya, seblak cuma buat orang dewasa." Jack mengangguk-anggukan kepala, sejatinya tidak pernah menduga bahwa seblak sanggup mengubah atmosfer menjadi begitu menegangkan juga menciptakan ekspresi panik di wajah kedua orang tuanya, seolah seblak memang seberbahaya itu.
Nenek Hana bertanya-tanya, mengapa Jill dan Esa tidak mau berjauhan sejak tadi? Membuat tenda bersama, pergi mencari kayu bakar juga bersama, bahkan duduk dan menyantap makanan mereka berdampingan. Nenek terus saja memperhatikan keduanya hingga ia menyenggol lengan Anna. "Iya Nek...?" "Seingat Nenek mereka baru kenal... kok udah akrab banget gitu?" 195
Raisa Chu Present
Nenek hanya tahu bahwa Jill dan Esa baru saja bertemu sekali, dan baru mengenal satu sama lain. "Tu tu... duduknya kenapa dempetan gitu mereka?" Anna berdeham kecil, sudah mendapat wejangan
dari
Esa
untuk
tidak
membahas
hubungannya dengan Jill kepada Nenek. Tentu, atas dasar permintaan Jill yang takut Nenek melapor pada Ayah. "Mungkin udah akrab aja, Nek..." "Tapi Jillian anaknya enggak gampang akrab sama orang... anaknya pendiem kalau sama orang..." "I-itu... mungkin karena Esa nya cepet akrab sama orang..." "Oh, bener juga..." Nenek ingat Esa yang menawarkan bantuan saat itu, lalu mengajaknya bergabung. Pemuda sopan dan ramah itu. "Eh tapi, kalu diliat-liat cocok juga ya mereka..." gumam Nenek.
196
Raisa Chu Present
Tapi Anna tidak berpikir demikin, jika semesta lupa, ia menyukai Esa sejak lama. Kenapa harus Jillian yang menjadi pacarnya? Anna memalingkan wajah saat mendapati mereka berkelakar satu sama lain, dari sorot mata keduanya jelas bahwa keduanya saling suka. Anna mengepalkan tangan untuk sakit hati yang semakin mendarah daging. *** "Nenek ngeliatin terus! Jauhan dikit..." Jill merengek pada pacarnya. "Emang kenapa sih kalau Nenek tau? Aku rasa Nenek enggak bakal rese deh..." karena Esa merasa Nenek adalah orang yang menyenangkan dan bersahabat. "Tapi tetep aja..." Jillian bergumam lagi lalu menciptakan jarak.
197
Raisa Chu Present
"Hmm..." Esa mengalah, membiarka Jill berbaur dengan teman-temannya di depan api unggun. "Hey, Jill..." seorang cowok, namanya Yohan, teman dekat Esa. "Hai..." Jill menyapanya dengan senyum ramah. "Mau?" Yohan menawarkan marshmallow bakar kepada Jill. "Whoa, ini kamu yang buat?" Yohan mengangguk dan tersenyum. "Enak kan, Kak?" Nenek sudah habis sekian tusuk. "Iya, enak... Yohan pinter..." Yohan tersenyum lagi. "Udah pernah manjat gunung sebelumnya?" "Dulu sering sama Ayah..." "Oh ya? Udah berpengalaman dong?" Tapi keakraban Jill dan Yohan tak luput dari perhatian Anna.
198
Raisa Chu Present
Lalu ia menoleh pada Esa yang tengah sibuk dengan gitar. Anna menelan saliva, rasa kecewa sejatinya membuatnya tertekan, menyukai seseorang tapi dia memilih gadis lain dengan alasan konyol. Jadi Anna berpikir untuk memanfaatkan sebuah celah, dalam hati meminta maaf sebanyak yang ia bisa. Karena rasa suka kadang sanggup membangkitkan keegoisan.
Tangan Baekhyun digenggam erat, ia menoleh dan tersenyum lembut pada suaminya yang kini fokus mengemudi. "Bun..." Ayah sempat melirik Jackson yang sudah
terlelap
di
seberang
kekenyangan setelah kulineran. "Ya, sayang...?" "Bulan madu yuk?" 199
sana,
mungkin
Raisa Chu Present
"Eh...? Tiba-tiba?" Ayah mencium punggung tangan Bunda. "Iya, quality time... udah lama juga kan enggak berduaan..." "Tiap hari berduaan di kamar..." Jika pria itu lupa selalu meminta jatah. Ayah cengengesan. "Beda lagi lah... ke Bali yuk? Anak-anak titipin aja..." Tapi
Baekhyun
paling
tidak
bisa
meninggalkan anak-anak. "Dibawa aja kenapa sih Yah?" "Nanti enggak berduaan lagi dong?" "Tapi nanti anak-anak gimana?" "Kan ada Kakek sama Neneknya..." Baekhyun tidak yakin. Sejatinya tidak mau berpisah dengan anak-anak. "Enggak ah... kasian anak-anak, Yah..." Chanyeol mengerti kalau Baekhyun terlalu mencemaskan anak-anak, mungkin memang ia yang harus mengalah. "Eh, Yah... Yah... berhenti, berhenti..."
200
Raisa Chu Present
Air liur Baekhyun meleleh karena tidak sengaja melihat pedagang jagung bakar di pinggir jalan. Chanyeol
menggeleng
maklum
sebelum
menepikan mobil dan memesan dua. Setelah beberapa saat menunggu, jagung pesanannya tiba. Pria itu kembali menjalankan mobil lalu tersenyum kecil saat melihat kedai martabak. "Jadi inget dulu, kamu niat beliin Abi martabak tapi enggak tau di mana yang jual..." Baekhyun seketika terkekeh. "Terus abis itu ada yang modus beliin..." Ucapan Baekhyun sepenuhnya salah sih, pria mana yang tidak ingin modus terhadap wanita cantik. "Ayah suka Bunda itu dari kapan sih waktu itu?" "Eh? Jangan dibahas lah..." "Loh, kenapa?" Sejatinya Chanyeol terpana di pertemua pertama. 201
Raisa Chu Present
"Jawab dong Yah... sejak kapan suka sama Bunda?" "Mau tau aja apa mau tau banget?" "Mau tau banget dong!!!" Chanyeol tertawa kecil. "Terpesonanya sih pas pertama kali ketemu, tapi sebel juga." "Kok sebel?" "Iya sebel aja..." Ayahnya Jillian enggak sholat? "Dih enggak jelas ah... terus? Terus?" "Terus apanya sih sayang?" "Iya abis itu gimana?" "Abis itu ya... karena sering ketemu dan saling kenal satu sama lain, timbul deh bibit bibit..." "Bibit apa?" "Bibit tanaman hias." "Dih..." Chanyeol mencium punggung tangan istrinya untuk ke sekian kali. "Gemes-gemesnya sih pas Bunda cemburu Ayah titip salam ke Ara."
202
Raisa Chu Present
Wajah Baekhyun memerah dalam hitungan detik. "Ih! Enggak cemburu ya...!" "Boong... kalau enggak cemburu kenapa langsung matiin hape nya waktu itu? chat Ayah juga enggak dibales lagi." "I-itu... ih! Kok jadi bahas masa lalu?" Chanyeol tergelak lagi. "Kok bisa cemburu gitu sih Bun? Kan bukan siapa-siapa waktu itu... ayo ngaku, udah suka sama Ayah ya waktu itu?" Mau mengelak pun tidak ada gunanya, Baekhyun hanya sanggup mencium pipi suaminya dengan gemas. "Kok bisa suka sama Ayah? Kan duda anak satu..." Meski nyatanya bukan duda. "Ya karena..." "Ganteng ya?" "Ryu juga ganteng..." "Dih kok bahas manusia itu?" "Jadi ganteng aja enggak menjamin, itu maksud Bunda..." 203
Raisa Chu Present
"Hmm... terus?" Entahlah, Baekhyun juga tidak tahu mengapa Chanyeol bisa sesempurna itu di matanya. Pria hebat yang kerap berlapang dada, tidak kenal kata menyerah saat memperjuangkan sesuatu termasuk dirinya. "Ayah tu gentle... laki banget!" "Duh... laki banget apanya ni...?" "Nah kan pasti deh mikirnya ke mana-mana!" "Sabar ya sebentar lagi nyampe rumah..." "Dih, dih!! Mau ngapain?!" Dan kepanikan Baekhyun terbukti. Sesaat setelah sampai di kamar ia langsung dipolosi. "Bunda tu seharusnya enggak boleh mancingmancing Ayah..." Selanjutnya Baekhyun menjadi penonton saat sang suami dengan gagah menggaulinya di antara kedua kaki yang terbuka. "M-mas..." "Hum...?" Chanyeol mencumbu lehernya.
204
Raisa Chu Present
"Pelan-pelan..."
saat
tubuhnya
mulai
terombang-ambing. "Ayah pelan-pelan, sayang..." "Kasian Adek..." Baekhyun menggeleng ke sana kemari saat temponya sedikit meninggi. Sebentuk aksi Chanyeol untuk menyentuh sebuah puncak. Eranganya selalu terdengar merdu di telinga Baekhyun, lelehannya tidak pernah menyelimuti Baekhyun dengan kehangatan. Mencintai pria itu. Mencintai pria yang gemar membanjiri pintu rahimnya dengan sekian miliar sel. Pria mesum itu. "Mau lagi..." Yang merengek adalah Baekhyun, selalu merasa tidak cukup hanya dengan sekali ejakulasi. Chanyeol? Tentu bertambah semangatnya untuk goyang.
205
Raisa Chu Present
"Jill, boleh minta tolong enggak?" Tumben Anna mengajak Jill berbicara, hal itu pun dimanfaatkan oleh Jill untuk mengakrabkan diri. "Iya? Boleh, apa Ann? "Yohan tadi pergi ke danau, boleh susulin enggak? Sarapan udah siap..." "Oh gittu? Oke, aku susulin ya..." Anna tersenyum dan mengangguk. Jill
ingat
jalan
menuju
danau,
lalu
menyusurinya dengan benar. Tak lama kemudian menemukan Yohan sedang duduk di sebuah batu. "Yo...!" Cowok itu menoleh lalu tersenyum. "Udah cuci mukanya?" Jill bertanya. "Udah..." Jill ikut duduk di batu lalu terpana dengan gumpalan kabut di atas bukit. "Whoa, bagus banget!" Keren kan?" Jill mengangguk. "Kata Anna sarapannya udah siap..." 206
Raisa Chu Present
"Iya, sebentar lagi..." Jill juga betah melihat pemandangan yang tersaji, di kota mana ada yang seperti itu. "Lo... udah lama pacaran sama Esa?" "Hmm pacarannya masih baru, kalau kenal udah sekitar tujuh tahun." Yohan sempat terkejut, tidak menduga bahwa Jill telah lebih dulu kenal dengan Esa daripada temantemannya. "Udah lama dong..." Jill tersenyum dan mengangguk. "Balik yuk, anak-anak udah nungguin. "Oke." Mereka bergerak menjauhi danau tapi tak lama melangkah Jillian nyaris terpleset dan Yohan refleks memegang pinggangnya hingga dari kejauhan mereka terlihat seperti sedang berpelukan. Dan Esa di sana, melihatnya dengan dahi mengernyit dalam. Jillian tadi pergi bareng Yohan ke danau... *** 207
Raisa Chu Present
"Heh! Ngelamun mulu cucu Nenek..." Jill menoleh saat disenggol oleh Neneknya. "Ganteng ya Esa?" "Eh?" "Dia kayaknya suka sama Kakak deh..." kata Nenek lagi. "K-kenapa kaya gitu?" "Nenek ini udah berpengalaman lah, tau banget mata Esa itu penuh dengan tatapan memuja ke kamu..." Tapi Esa cuekin Jillian sejak tadi pagi, gadis itu tidak tahu apa salahnya. "Nek..." "Apa? Apa? Kamu suka juga sama Esa!" Nenek-nenek kepo. "Ish Nenek..." "Wajar lah kalau suka sama Esa, Nenek liatliat si Anna juga kayaknya suka sama Esa..." "Kok tau?" Jill kaget.
208
Raisa Chu Present
"Dibilangin Nenek udah berpengalaman, jadi tau lah..." Jill melirik lagi Esa yang kini sedang bercengkrama dengan Anna, mereka terlihat lebih dekat dari biasanya. Bibir mungil itu merengut dalam hitungan detik. Cemburu. *** "Hey, kok belum siap?" Ketika yang lain tengah bersiap-siap untuk mendaki gunung. Jam menunjuk angka dua pagi, dan suhu udara menjadi sangat turun. Jill belum sempat menyahuti Yohan dan memperhatikan Esa yang kembali memamerkan kedekatan dengan Anna bahkan membantunya memakai peralatan mendaki. "Yo..." "Iya...?"
209
Raisa Chu Present
"Esa kenapa ya? Dia beda banget dari kemarin." "Beda gimana?" Karena Esa memang tipikal cowok yang tidak banyak berbicara. "Dia cuekin aku dari kemarin..." Lalu Yohan melirk Esa. "Masa sih?" Jill mendengus lalu memakai peralatan mendaki sendiri. "Biar
gue
bantu..."
lantas
Yohan
membantunya. Satu pemandangan yang tak luput dari perhatian Esa. Lalu cowok itu cemburu untuk ke sekian kali.
Jill pikir hiking pertamanya setelah sekian lama akan meninggalkan kesan yang membekas, tapi nyatanya ia masih diabaikan oleh Esa ketika bahkan mereka sudah mau pulang. 210
Raisa Chu Present
Cowok itu selalu dekat-dekat dengan Anna. Jillian tidak tahu apa salahnya, ingin menangis tapi ada Nenek yang duduk di sampingnya. Keretanya mulai berangkat, mereka lantas meninggalkan kota. Kali ini Esa tidak duduk di barisan kursi yang sama dengan Jill, mereka seperti renggang oleh masing-masing alasan. "Cemberut terus Kak... kenapa sih?" Jill menggeleng lalu memeluk lengan Nenek dan memejamkan mata. Sejatinya ingin cepat sampai di rumah, ingin menangis di kamar. "Kamu belum makan sama sekali loh, Kak... mau Nenek pesenin makan enggak?" "Enggak, Nek..." Jill lantas bangkit dari kursi karena merasa perlu ke toilet. Seharusnya tidak menghentikan langkah di baris kursi selanjutnya karena pemandangan itu cukup membuat matanya sakit.
211
Raisa Chu Present
Anna terlihat memeluk lengan Esa dan menyandarkan kepalanya di bahu cowok itu. Esa pun terkejut karena Jill berdiri di sana, menatapnya dengan mata memerah, juga terlihat marah. Niat hati ingin mengejar Jill tapi jika mengingat lagi dia berpelukan dengan Yohan di danau cukup membuat Esa egois. Tapi nyatanya ia tidak membiarkan perasaan tak nyaman itu mengendap. Pada akhirnya cowok itu berdiri di depan pintu toilet, menunggu Jill keluar. Tak lama pintu itu terbuka, tapi Jill pura-pura tidak melihatnya dan melengos. Lenganya ditahan lalu ia tepis dengan kasar. Menatap cowok itu dengan mata basah lantas benar-benar meninggalkannya di sana. Esa mematung cukup lama, apa tangis Jill karena ulahnya? Cowok itu lantas mengacak rambut dan mengusap wajah.
212
Raisa Chu Present
Memiliki firasat bahwa selanjutnya tidak akan mudah.
"Nek, aku mau ngomong sama Jillian dulu boleh?" "Aku capek, Nek. Kita pulang sekarang..." Nenek
menatap
Jill
dan
Esa
secara
bergantian. Ada apa dengan mereka? "Oke, Nenek tahan dulu taksinya." Jill terlihat memasang wajah protes. Nenek mengangkat bahu sebelum kemudian membiarkan Jill dan Esa untuk berbicara di tempat lain. Jauh
dari
jangkauan
orang-orang,
Esa
menatapnya lekat. "Kita putus aja." Jill sudah memikirkannya sejak di dalam kereta. "Maksud kamu apa sih? Kamu kenapa?" 213
Raisa Chu Present
Jill balas menatap Esa. "Aku mau kita putus!" "Tapi kenapa? Salah aku apa?" Tapi Jill tidak menyahut dan memilih memalingkan wajah. "Kalau kamu marah karena masalah di kereta, itu enggak seberapa dibanding rasa kecewa aku ke kamu!" Jill refleks menatapnya lagi. Wajah polos itu cukup membuat Esa geram seolah dia tidak tahu apa-apa. "Kamu pelukan sama temen aku sendiri!" Lalu Jill mundur satu langkah, dari dulu tidak pernah terbiasa jika mendapat tuduhan. "Yohan itu temen aku! Kamu main belakang sama dia?" Jill tidak mengerti apa yang Esa tuduhkan, keburu syok dan memilih berbalik. Tapi Esa menahan lengannya. "Sekarang kamu diem? Enggak mengelak? Membenarkan tingkah laku kamu sama Yohan di danau kemarin?" 214
Raisa Chu Present
Tapi air mata Jill sudah lolos dari pelupuk saat berbalik lagi menatap Esa. "Buat aku jelasin kalau kamu pikir itu kenyataannya?" Esa tertohok, syok melihat air mata Jill yang semakin merembes. "Buat apa aku ngelak kalau kamu milih enggak percaya sama aku sejak awal?" Jill menepis tangan Esa perlahan lalu berbalik lagi. "Jangan hubungin aku lagi." Sesakit itu rasanya dituduh berselingkuh. "Tapi, kalau kamu masih belum puas dan butuh penjelasan, silahkan tanya Anna... kenapa aku ada di danau kemarin? Silahkan tanya Yohan kenapa kamu liat aku sama dia pelukan." Jill mengakhiri segalanya dengan langkah pasti, menghampiri Nenek di dalam taksi lalu menangis seraya memeluknya. Diam-diam Nenek mendengarkan mereka sebelumnya,
tidak
menduga
bahwa
keduanya
berpacaran kemudian bertengkar dan putus.
215
Raisa Chu Present
Nenek merasa kecolongan tapi tak luput menenangkan cucunya yang sedang patah hati saat ini.
216
Raisa Chu Present
8 Malah wajah murung Jillian yang Chanyeol dan Baekhyun dapati setelah pulang dari gunung. Bukankah seharusnya Jill senang? "Kenapa, Ma?" Chanyeol memelankan suara, Mama menatap punggung Jill lalau menghela kecil. "Putus cinta dia..." "Serius dong, Ma... jangan bercanda dulu." "Loh..." lalu Mama melirik Baekhyun yang sedang meringis. Kemudian menebak situasi kalau Chanyeol tidak tahu bahwa putrinya sudah pacaran. "Kamu enggak tau anakmu udah punya pacar?" Baekhyun menghela diam-diam. Bagaimana reaksi suaminya selanjutnya? "Kan kan... sibuk goyang pinggul sih jadi enggak tau anaknya udah pacaran!" Kata Mama.
217
Raisa Chu Present
Dahi Chanyeol mengernyit lalu melirik istrinya. "Bun...? Kamu tau?" Baekhyun meringis lagi. "Kok diem? Jadi bener???" "Anu... si Kakak baru cerita kemarin..." kata Bunda. "Jadi cuma Ayah yang enggak tau dia udah punya pacar?" Chanyeol menggeleng-gelengkan kepala lalu bangkit dari kursi. "Eh?
Mau
ke
mana
kamu?"
Mama
menahannya. "Mas... enggak liat anaknya murung? Terus mau bikin situasinya jadi tambah buruk?" Firasat
Baekhyun
suaminya
hendak
mengomeli Jillian. Chanyeol menghela kecil. "Anaknya sedih masa Ayah diem aja?" Lalu Baekhyun dan Mama saling melempar pandang. Jawaban yang tak terduga.
218
Raisa Chu Present
Mereka
lantas
membiarkan
Chanyeol
memainkan perannya, sebagai seorang Ayah yang menampung kesedihan anak. Chanyeol
berdiri
di
depan
pintu
lalu
mengetuknya pelan. Tidak ada sahutan, berinisiatif memutar knop dan tidak menduga bahwa pintunya tidak dikunci. Dilihatnya si sulung sedang bergelung di bawah selimut. Diam-diam Jill tahu bahwa ada seseorang yang masuk. Chanyeol duduk di samping ranjangnya. "Kakak inget enggak? Dulu Kakak protes biar Ayah enggak sembarangan masuk ke kamar Kakak." Chanyeol ingat Jill mengatakan bahwa dia sudah besar, dan membuat aturan sendiri tentang pintu kamar yang harus dikunci. Jill masih merengut di bawah selimut. "Nenek udah cerita..." Kemudian Jill timbul dari bawah selimut.
219
Raisa Chu Present
Sejatinya
Chanyeol
terganggu
dengan
matanya yang sembab kentara. "Kenapa Kakak enggak jujur waktu Ayah tanya kalian pacaran atau enggak...?" "E-emang belum pacaran pas itu..." seingat Jill ia masih denial terhadap Esa. "Ayah marah sama Kakak?" Bagaimana bisa Chanyeol marah? Jill adalah kesayangan, lagipula sudah dewasa. Tidak selamanya menganggap Jill masih kecil dan belum layak mengenal cinta. "Kenapa harus marah? Kecewa sedikit iya... karena Kakak seolah nyembunyiin itu dari Ayah." "Kakak takut... tapi Ayah tenang aja sekarang udah putus." "Nah... kenapa bisa putus? Mau cerita enggak sama Ayah?" Jill tidak yakin, mengingat Chanyeol adalah manusia paling tidak bisa dijadikan tempat curhat. Karena sering kali menyebalkan.
220
Raisa Chu Present
"Ayah dengerin..." Chanyeol menimpali seraya merapikan rambut putrinya. "Dia salah paham sama Kakak... Kakak juga salah paham sama dia." "Hmm... jadi putus karena salah paham doang?" "Tapi..." "Hum?" Jill menggeleng. "Pokoknya udah putus, enggak mau ketemu dia lagi..." Chanyeol
menatapnya
dengan
senyum
lembut. Merasa tidak percaya putrinya sudah tumbuh dewasa bahkan mengenal cinta. Ia pikir masalahnya sepele, percintaan anak muda memang lebih banyak menguras emosi pikirnya. "Sedih boleh, tapi jangan berlarut-larut ya, nak? Ayah dukung apapun yang Kakak lakukan asal itu enggak nempatin Kakak ke hal-hal negatif." "A-ayah beneran enggak marah?" "Enggak sayang..." 221
Raisa Chu Present
Kemudian menghadiahi si sulung dengan pelukan sayang. "Mandi dulu gih, kayaknya Bunda masakin makan
kesukaan
Kakak
deh..."
Chanyeol
menghiburnya. Jill mengangguk dan menuruti perintah sayang ayah setelah pria hebat itu berlalu. *** "Eh? Mama aja enggak tau kalau mereka pacaran. Tau-tau berantem terus putus..." Chanyeol memijit dahi. "Pantesan semangat banget mau pergi hiking, taunya sama pacar." "Enggak nyangka juga pas denger cerita Baekhyun, mereka kenal udah lama dan kebetulan banget sih ini... jodoh jangan-jangan." "Udah putus Ma..." "Namanya anak muda pasti ada ada slek nya, palingan nanti baikan lagi... ah, susah lah kalau
222
Raisa Chu Present
ngomong sama mantan bujang lapuk, mana ngerti urusan percintaan anak muda." "Kok nyerang aku? Bully terus ya sampe Mama nikah sama brondong!" "Amin yang paling keras!!!" Mama malah mengamini. "Genit banget nenek-nenek!" "Daripada ngelapuk kayak seseorang!" "Tapi istriku cantik ya, bahenol, goyangnya mantep!" "Iya goyang terus yang dipikirin sampe kecolongan anaknya pacaran aja enggak tau!" Lalu Chanyeol cengengesan. "Anakku udah gede ya, Ma... udah tau pacar-pacaran..." Padahal, rasanya baru saja kemarin Chanyeol menggendong bayi merah itu. Bagaimana perih rasanya saat Jill ditolak oleh ibunya sendiri. "Anak Ayah..." "Anak Bunda juga dong..." Baekhyun muncul dari dapur. "Yuk makan, udah siap tu... Bunda panggil anak-anak dulu..." 223
Raisa Chu Present
Pertama Baekhyun masuk ke kamar Jack, dilihatnya si ganteng itu sedang mengerjakan PR. "Udah selesai?" "Sedikit lagi Bun..." "Simpen dulu yuk PR nya, kita makan dulu, nak..." Si ganteng kesayangan Bunda yang penurut. Dia mengangguk patuh. Lalu Baekhyun masuk ke kamar Jillian setelahnya. Ia tersenyum melihat putrinya duduk di ranjang seraya memeluk guling. "Makan malem dulu yuk... udah ditungguin Ayah sama Nenek..." Mengerti
kesedihan
Jillian,
Baekhyun
memeluknya dengan sayang. "Jangan sedih-sedih lagi ya..." Jill mengangguk, tatapannya berpusat pada layar ponsel yang sedari tadi menampilkan deretan notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab. Dan Baekhyun bisa menebak siapa pelakunya.
224
Raisa Chu Present
Dan Esa tidak membiarkan hatinya bergejolak terlalu lama karena masalahnya dengan Jillian belum terpecahkan. Tentu saja merasa tidak nyaman karena Jill meminta dirinya untuk tidak menghubungi gadis itu lagi. "Angkat dong sayang..." Esa bergumam ratusan kali karena Jill menolak panggilan telfon dan mengabaikan pesannya. Silahkan tanya Anna kenapa aku ada di danau. Silahkan tanya Yohan kenapa kita pelukan. Kemudian Esa melirik kedua temannya itu. Mereka sedang di tempat tongkrongan. "Yo." Yohan menoleh lalu mengangguk saat Esa memberi isyarat, mengajaknya merokok. Mereka menceri tempat sepi dan memainkan kepul asap dalam diam. "Gue berantem sama Jill."
225
Raisa Chu Present
Yohan menoleh, mengangkat sebelah alis. "Masalahnya?" Esa menoleh, lucunya tidak yakin dengan tuduhannya sendiri. "Gue nuduh dia ada main sama lo." "Sinting!" Yohan mengumpat. Esa mengangguk, setuju dengan umpatan Yohan. "Gue liat kalian pelukan di danau." Yohan membeo dan tidak habis pikir, seingatnya Esa adalah cowok yang sangat berhatihati dalam menilai sesuatu. "Dia samperin gue, ngasih tau kalau sarapan udah siap. Kita ngobrol sebentar dan balik, dia kepleset tepat di depan gue, selanjutnya bisa lo pikir pake akal sehat." Yohan menyentil sisa rokok lalu meninggalkan Esa yang mulai frustasi. Cowok
itu
memejamkan
mata
lalu
menghubungu nomor Jillian untuk ke sekian kali. "Hey..." Anna
menghampiri
cowok
melihatnya menyelinap dengan Yohan. 226
itu
setelah
Raisa Chu Present
Esa diam saja, sibuk mengirim pesan kepada Jillian. Sepertinya Anna tau siapa yang kini menjadi pusat perhatian Esa. "Udah lah... lo enggak bisa maksa dia kalau dia enggak mau dengerin..." "Gue mau nanya." Tanpa menoleh pada Anna, suara Esa pun terdengar sedikit rendah. "Iya? Nanya apa?" "Yohan bilang Jill nyamperin dia buat ngasih tau sarapan udah siap." Saliva Anna mendadak sulit untuk ditelan. "Tapi lo bilang ngeliat mereka jalan bareng ke danau." Lalu Esa menatapnya dengan datar. "Yang bener yang mana?" Anna menghindari tatapan itu, ia bungkam dan
tidak
menjawab
pertanyaan
Esa
yang
menyudutkan. "Ann...?" Esa harap apa yang ia khawatirkan tidak benar. Tentang kejujuran Anna. "Gue..." "Hum?" 227
Raisa Chu Present
"Gue bohong." Esa menghela keras lalu memejamkan mata. "Maafin gue..." Anna menahan lengan Esa, menahannya untuk tidak pergi. "Gue maafin, tapi jangan salahin gue kalau gue ragu buat percaya lagi sama lo mulai sekarang." "Esa!" Anna berseru saat Esa menjauh. Lalu Yohan ada di sekitarnya. Menatap Anna penuh penghakiman. "Bisa-bisanya lo jadiin gue kambing hitam atas keegoisan lo." "Yo..." Yohan mengibaskan tangan. "Gue kecewa sama lo, Ann..." Dan cowok itu pun melengos meninggalkan Anna yang mulai tak karuan.
Atas
seizin
suami,
Baekhyun
akhirnya
menandatangani kontrak eksklusif dengan salah satu
228
Raisa Chu Present
perusahaan yang bergerak di bidang fashion muslimah. Nantinya Baekhyun akan menjadi model untuk berbagai produk baru yang akan dikeluarkan, khususnya pakaian muslim bagi ibu hamil. Sejatinya sudah sejak lama Baekhyun diincar oleh berbagai brand terkenal untuk menjadi model mereka, tapi kesibukan Baekhyun sebagai ibu rumah tangga membuatnya merasa tidak punya waktu untuk fokus ke hal-hal lain. Tapi kali ini ia merasa siap. Citranya sebagai istri dari musisi papan atas yang ketenarannya tidak lagi diragukan membuat wanita itu menerima banyak perhatian khusunya dari kalangan desainer baju. Baekhyun selalu diharapakan menjadi model karena kecantikan dan tutur kata yang sopan dan anggun. Sosoknya dinilai pantas mewakili berbagai brand yang mempunyai citra yang mencolok di kalangan publik. 229
Raisa Chu Present
"Makasih loh mas Chanyeol udah izinin mbak Baekhyun kerjasama sama kita..." Sejatinya
jika
itu
tidak
membebankan
Baekhyun, Chanyeol melimpahkan kuasa itu pada Baekhyun sendiri. Tidak pernah melarangnya ini dan itu. Sesuka hatinya saja. Chanyeol mendukung penuh. "Asal istri saya jangan dibikin kerja banyakbanyak, maklum lagi hamil..." Chanyeol berkelakar kecil untuk mencairkan suasana. "Tenang aja, mas... kesehatan mbak prioritas kita kok..." Chanyeol mengangguk lalu melirik sang istri yang tampak antusias. Kemudian mengerling nakal padanya. Om-om itu. *** "Inget Bun... jangan diforsir..." 230
Raisa Chu Present
"Bunda inget, Yah..." Chanyeol membelai perut istrinya dengan sayang. "Sehat-sehat ya, nak... jangan rewel..." "Iya
Ayah
ganteng..."
Baekhyun
yang
menyahut lalu bersandar pada bahu suaminya. "Mau ke mana dulu kita?" "Ke mana kek Yah... kencan dulu..." Chanyeol terkekeh geli. "Kencan ke mana sayang?" "Ya ke mana aja... mumpung anak-anak di rumah Kakek Neneknya." "Hmm... Ayah engga ada referensi." "Ke hotel yuk..." "Eh? Ngapain?" "Enggak tau, tiba-tiba aja pengen rebahan di kasur hotel..." Chanyeol meringis. "Ngidamnya gitu amat Bun..." Baekhyun cengengesan. "Terus nanti kita maen..." "Eh? Eh? Maen apa adik manis?" 231
Raisa Chu Present
"Maen masak-masakan om ganteng..." "Oh ya? Masak apa tu???" "Masak apa lagi??? Masak seblak lah..." "Ah siap!!" Chanyeol tancap gas menuju sebuah hotel berbintang. Urusan seblak mah nomor satu *** Mereka benar-bebar melakukan check in, tak tanggung-tanggung, Chanyeol memanjakan istrinya dengan kamar suit lebel raja dan ratu. Ranjang besar dan mewah, fasilitas kamar yang sesuai harga, kamar mandi yang hebring, juga pelayanan hotel nomor unggulan. "Nanti alesannya apa sama anak-anak?" "Itu biar Ayah yang atur." Chanyeol berdehem kecil saat telfonnya tersambung dengan Jillian. "Assalamu'alaikum, Yah..." "Wa'alaikumsalam..." "Iya? Urusan Bunda sudah kelar?" 232
Raisa Chu Present
"Udah, nak... alhamdulillah lancar tapi Ayah sama Bunda langsung ke kantor label karena ada urusan mendadak." "Urusan mendadak?" "Iya, diajakin bos besar ke luar kota gitu... enggak jauh sih cuma tiga jam perjalanan tapi mungkin kalau pulang bakal kemaleman jadi disaranin bermalam di sana." "Oh gitu...? Tapi Bunda...?" "Bunda ikut... enggak apa-apa ya sama Kakek Nenek dulu...?" "Enggak apa-apa sih... tapi nanti Kakak ngomong ke Adek gimana?" Karena Jackson kurang percaya pada kedua orang tuanya. Banyak dikibulin. "Adek enggak bakal rewel kok, Kak..." Tapi Jackson sangat dekat dengan Kakek, jadi perhatiannya akan teralihkan. "Hmm, ya sudah kalau begitu... Ayah sama Bunda hati-hati ya..." "Iya, nak... besok kita pulang pagi-pagi kok..." 233
Raisa Chu Present
Setelah menutup sambunga telfon, Chanyeol dihadiahi cubitan kecil di perut. "Bisa-bisanya ngebohong!" "Sayang... berbohong demi seblak adalah jalan ninjaku..." Baekhyun menggeleng berulang kali atas tingkah laku suami. Kemudian ia di peluk erat di atas ranjang. "Jadi mau ngapain dulu ni kita sekarang? Makan dulu kah? Mandi dulu kah? Atau main petak umpet dulu? Atau mau langsung nyeblak aja?" "Hmm... nyeblak dulu kayaknya enak, Yah..." "Oh, siap kalau begitu. Pedesnya mau level berapa Bun?" "Yang enggak terlalu pedes tapi menggigit, terus ada sensasi liarnya gitu...." Chanyeol tak habis pikir dengan mulut ajaib istrinya.
Membuatnya
tambah
bersemangat
mengaduk seblak yang dibuat, menghasilkan rasa aduhai tiada tara.
234
Raisa Chu Present
Hingga keduanya menggelepar kepedesan juga keenakan di enam puluh menit pertama. Gorila ngamuk dan dugong teler.
"Itu Ayah yang telfon?" "Iya Kek... katanya Ayah sama Bunda enggak pulang karena urusan mendadak Ayah sama bos besarnya di luar kota." "Oh mereka ke luar kota?" "Iya... Kek, nanti tolongin Kakak ya bujuk Adek, soalnya kalau sama Kakak suka susah..." Abi tersenyum maklum lalu mengangguk. "Iya, nanti biar Kakek yang urus Adek, sekarang Kakak sholat dulu gih..." "Iya Kek..." Anak manis itu, sejak dulu Abi tidak menganggapnya orang lain, Abi menyayangi Jill seperti cucu kandungnya sendiri, tidak ada bedanya
235
Raisa Chu Present
rasa sayangnya terhadap kedua cucu. Amat sangat adil. *** Selesai sholat, Jill menghampiri Neneknya, juga mengatakan hal yang sama tentang Ayah dan Bunda. "Tapi nanti Nenek jangan bilang-bilang ke Adek kalau Ayah sama Bunda ke luar kota..." "Iya, Kak... nanti Nenek cari alesan yang paling bagus. Jill tersenyum dan memeluk Umi. "Nenek cantik dan baik hatinya, Kakak mau dibuatin itu lagi dong..." Yang
Jillian
maksud
adalah
makanan
kesukaannya dan hanya Umi yang bisa membuatnya. Bunda saja menyerah. "Boleh... tapi Kakak bantu Nenek belanja bahan-bahannya di supermarket ya..."
236
Raisa Chu Present
"Yes!!! Sayang Nenek banyak-banyak!" Lalu mencium pipi Neneknya dengan sayang. "Nenek tulis bahan-bahannya biar nanti Kakak yang belanja." Umi menggeleng maklum saat cucunya berjingkrak senang, diam-diam mendapat bocoran dari Baekhyun bahwa Jillian baru putus cinta. Jadi Umi berniat mengobati patah hatinya dengan makanan kesukaan gadis itu. *** Berhubung Jackson sedang tidur, jadi Jill tidak direcoki rengekan manjanya yang ingin ikut. Gadis itu pergi ke supermarket sendirian. Menancap gas dan menyisir jalanan kota. Sesampainya
di
supermarket
bergegas
mencari bahan makanan yang neneknya tulis di catatan. Jill hendak melengos menuju rak lain saat tangannya dicekal seseorang, gadis itu refleks menepis karena terkejut. 237
Raisa Chu Present
Dan keterkejutannya itu bertambah saat tahu siapa pelakunya. Kenapa pula mereka harus bertemu di sana? Jill mengesampingkan tanya sedang apa Esa di supermarket? "Dengerin aku dulu!" Jill menepis tangannya lagi. "Yang..." Esa setia mengekori gadis itu. "Sayang... dengerin aku!" "Jangan temuin aku lagi! Bukannya kita udah putus?" Tapi Esa merasa tidak. "Yang... please, jangan kayak gini... kita bisa selesaikan baik-baik." "Enggak akan ada yang selesai dengan baikbaik kalau sejak awal kepercayaan kamu hilang. Udah lah... kita udah putus." "Aku salah, hum? Aku salah paham, maafin aku!" Tapi Jill tuli. Pikirnya 'mana sempat keburu galau'. 238
Raisa Chu Present
"Yang... kasih aku kesempatan..." Jill selesai dan telah memasukan bahan makanan yang diperlukan lalu mendorong trolinya ke meja kasir. Ia terus menerus mengabaikan Esa meskipun sudah berada di area parkir. "Yang..." Jill membanting pintu mobil, tidak ingin terperdaya dengan raut wajah Esa yang dipenuhi penyesalan. Terlanjur sakit hati karena dituduh selingkuh. Gadis itu lantas menancap gas setelah mengabaikan
teriakan
Esa
di
balik
kaca,
meninggalkan cowok itu sepenuhnya. *** "Kak? Kakak?!" Jill terhenyak dari lamuan setelah bahunya ditepuk oleh Umi. "Iya, nek..." Jill membeo. 239
Raisa Chu Present
"Bantuin Nenek ayak terigunya, Kak..." "O-oh iya, oke nek..." Jillian menurut. "Kapan rencana mau lanjut S2 Kak?" Umi mencari topik pembicaraan. "Kakak mau nyari kerjaan dulu Nek... enggak mau ah ngandelin Ayah sama Bunda buat biayain, uangnya mending mereka simpen aja buat adekadek..." Umi tersenyum bangga. "Tapi jangan maksain buat cari kerja kalau dirasanya sulit ya, Kak... Nenek yakin kok Ayah enggak keberatana biayain Kakak buat lanjut sekolah..." "Iya, Kakak tau... tapi mau nyoba dulu, kemarin ada beberapa tawaran dari temen..." "Bismillah ya Kak... Nenek doain mudahmudahan segala urusan Kakak dipermudah sama Allah." "Amin Ya Allah..." Jill menatap Umi lalu tersenyum kecil. "Oh iya Nek..." "Iya?"
240
Raisa Chu Present
"Dulu waktu Ayah dateng ke sini dan ngaku kalau beliau ada hubungan Bunda gimana reaksi Kakek?" "Hmm... reaksi Kakek tenang-tenang aja, dulu kan Kakek sempat salah paham sama Ayahmu, dan untungnya masalahnya terselesaikan dengan baik..." "Kakek galak enggak sama Ayah? Eh..." jika dipikir lagi Abi adalah orang yang paling lembut yang Jillian tau, beda dengan Ayahnya yang barbar. "Mana ada Kakek galak..." ia sendiri yang menjawab pertanyaannya. "Emang kenapa Kakak tanya gitu...?" Jill termangu beberapa saat lalu menggeleng. Benar. Keuntungan apa yang Jilian dapat dengan mempertanyakan hal tersebut. Gadis itu mencebi kecil saat bayangan wajah cowok yang bertemu dengannya di supermarket tadi berkelebat dalam pandangan.
241
Raisa Chu Present
Karena ritual menginap di hotel itu mendadak dan atas keinginan si jabang bayi, jadilah mereka membiarkan
tubuh
polos
tanpa sehelai
kain
sepanjang hari. Tidak ada baju ganti. Mungkin Chanyeol hanya memakai bathrobe jika ada room service dan meladeninya di depan pintu, sementara Baekhyun masih terengah lelah di bawah selimut. "Ini sih bukan pedes menggigit, pedesnya udah level akut!" Chanyeol cengengesan. "Perih enggak?" Ia sadar diri sebesar apa miliknya jika sedang berulah. Baekhyun pernah mengingatkannya tentang sebuah ukuran. "Yah... pelan-pelan dong, kasian adek..." Tapi firasat Chanyeol kandungan istrinya kali ini kuat. "Tapi Bunda suka kan Ayah brutalin?"
242
Raisa Chu Present
"Suka banget kalau lagi enggak hamil..." Baekhyun membelai wajah suaminya dengan lembut. "Tapi ini kondisinya beda, sayang..." "Ayah juga enggak tau, di dalem rasanya lebih anget aja... Ayah jadi kepancing gitu, Bun..." Karena istrinya sedang hamil jadi sensasi yang diberi jauh lebih candu. "Nanti kalau adek kenapa-kenapa gimana?" "Enggak bakal kenapa-kenapa adek mah, anak kita kuat kok..." "Tapi abis ini pelan-pelan ya..." Baekhyun memelas, mana bisa Chanyeol menolak. Pria itu mengangguk dan mendekapnya erat. "Ayah tu bawaannya nafsu mulu sama Bunda..." "Nah kenapa tu?" "Hmm... mungkin gaya pacaran kita syar'i banget dulu..." Baekhyun terkekeh geli. "Priaku yang hebat..." ia memuji sikap Chanyeol dulu, yang bahkan tidak 243
Raisa Chu Present
berani menyentuhnya sedikit pun, meski saat ini kerap jadi korban keganasan libidonya. Tapi tidak apa-apa, enak ini pikir Baekhyun. "Inget waktu malem pertama enggak?" "Enggak pernah bisa Ayah lupain lah..." Mana bisa Chanyeol lupa saat pertama kali diperbolehkan menyentuh wanita yang ia cintai. "Bunda suka tu waktu Ayah maen lembut gitu..." "Tapi ada yang nangis karena liat darah di kasur..." Noda suci yang sampai saat ini membuat Chanyeol tersenyum simpul jika mengingatnya. Baekhyun
merona
lalu
menciumi
pipi
suaminya. "Sakit banget tau waktu itu..." Baekhyun ingat amat sangat syok melihat ukuran suaminya untuk pertama kali. "Bunda sampe ngerasa sangsi waktu itu, kirakira muat enggak ya...?" "Enggak muat, Ayah sampe keringetan buat masukin doang..." 244
Raisa Chu Present
"Ayah keringat doang, Bunda keringetan sambil kesakitan!" Chanyeol meringis,lucu jika mengingatnya lagi, mereka memerlukan waktu selama satu jam hanya untuk memasukkan saja. Chanyeol ingat Baekhyun menangis hebat setelah sepenuhnya dijejali. "Sakit banget deh... Bunda inget banget pas udah berhasil masuk... kayak dimasukin lengan..." Chanyeol menggaruk tengkuk lalu mengintip ukurannya di bawah sana, tertidurnya pun nyaris menyamai botol minuman berkarbonasi, pantas saja Baekhyun pincang di hari-hari pertama menjadi istri Chanyeol. "Udah gitu minta jatah terus lagi..." "Kan Ayah nanya dulu... masih sakit atau enggak? Udah kuat dimasukin lagi atau belum? Bunda bilang udah siap ya Ayah hajar aja..." "Ya gimana mau nolak orang enak..." Mereka
terkekeh
bersamaan.
sedang membicarakan apa sih? 245
Sejatinya
Raisa Chu Present
"Enak ya...?" Chanyeol cengengesan. "Banget, apalagi kalau udah mau klimaks... Ayah brutalnya bukan main, tapi seksi... untung ganteng..." Baekhyun dihadiahi ciuman sensual atas mulut ajaibnya. Ia
membalasnya
dengan
lembut,
melingkarkan lengan di leher sang suami lalu meladenin cumbusan mesranya. "Nyusu
terus!!!"
Untunk
tingkah
laku
Chanyeol yang menyerupai bayi. "Ya gimana? Ayah butuh mengembalikan stamina." Mulut Chanyeol tak kalah ajaib, jawabannya tak pernah gagal membuat Baekhyun ser-seran. Apalagi jilatanya. Apalagi lumatannya. Apalagi sedotannya. "Bayi raksasa..." kepala Baekhyun terlempar ke belakang untuk ke sekian kali. Tangannya setia meremas rambut sang suami untuk mengalihkan rasa geli. 246
Raisa Chu Present
Iya, geli-geli enak. Sejatinya suka memanjakan Chanyeol dengan cara seperti itu. "Satu ronde lagi yuk, Bun..?" "Yakin cuma satu ronde? Dari tadi satu ronde mulu... udah berapa kali lemes kita?" "Kan biar halus kedengerannya..." Chanyeol ngeles. "Yah... Yah... jangankan satu ronde, seribu ronde juga kalau bisa bikin Ayah seneng mah hayuk aja Bunda mah..." Lampu hijau sudah menyala sejak awal, Chanyeol dan Baekhyun siap bertempur lagi. Selanjutnya suara-suara itu terdengar lebih keras dan liar.
247
Raisa Chu Present
9 Esa tidak mampu menahan diri lebih lama, tidak bisa membiarkan hubungannya dengan Jill berakhir begitu saja. Untuk itu nekat datang ke rumah gadis itu, kalau cuma dipelototi oleh ayah dari gadis yang ia sukai pikirnya tidak masalah, mempertahankan Jillian adalah tujuan utama. Tapi mentalnya ciut juga setelah disuguhi wajah garang Chanyeol di ruang tamu. Cowok itu menunduk kecil seraya menelan saliva berkali-kali. Ia duduk di sofa yang terpisah, menghadap langsung pada si camer yang duduk di sofa utama. Pria itu menyilangkan kaki, menyandarkan punggung tegap di sana, auranya benar-benar seorang ayah yang penuh dengan proteksi.
248
Raisa Chu Present
"Maaf kalau kedatangan saya ganggu Om dan sekeluarga..." "Itu tau..." "Enggak
kok,
nak..."
Tapi
kedatangan
Baekhyun menggagalkan kegarangan Chanyeol. Wanita
itu
terdenyum
lembut
seraya
menenteng nampan berisi minum untuk tamu. "Ayo di minum..." Esa mengangguk kecil. Chanyeol melirik istrinya lalu mmeberi isyarat
dengan
mulut,
diam-diam
memprotes
aksinya. Baekhyun membalasnya dengan garang, tidak membenarkan tindakan sang suami kepada tamu. Apalagi wajah Esa terlihat sudah memucat. Chanyeol itu suami takut istri, ia menciut saat Baekhyun mengecam kecil. Kemudian pria itu berdeham dan menatap garang lagi pada Esa. "Jadi apa perlu kamu dateng ke rumah saya?" "M-maksud kedatangan saya kemari..."
249
Raisa Chu Present
Baekhyun salah fokus dengan penampilan Esa yang terliha rapi, tidak ada lagi anting yang menggantung di telinga dan bibirnya. Manis sekali, pikirnya. "Saya mau ngomong sama Om kalau saya dan Jillian pacaran..." "Setau saya kalian udah putus." Pikir Chanyeol besar
juga
nyali
pemuda
itu
datang
dan
menghadapnya. Kedua alis Esa terangkat. "Enggak Om... Jillian lagi ngambek aja sama saya..." "Dibikin ngambek sampe nangis?" Lalu Esa menunduk lagi, menyesal. "Saya sih paling enggak bisa liat anak saya nangis, eh kamu dengan mudahnya bikin dia nangis." "Saya nyesel, Om, Tante... kita sama-sama salah paham dan kalut. Untuk itu saya dateng meluruskan segala hal..." Chanyeol memangku tangan, menunjukan auranya
sebagai
seorang
ayah
idaman.
Baekhyun yakin dia hanya ingin terlihat keren. 250
Tapi
Raisa Chu Present
Dasar suamiku... "Saya sayang banget sama Jillian..." Berani sekali anak muda itu, pikir Chanyeol. "Saya mohon izin juga restu dari Om dan Tante buat memperbaiki hubungan saya sama Jillian..." Baekhyun terharu karena anak muda itu terlihat tulus. "Manis banget sih..." celetuknya tanpa sadar hingga membuat Chanyeol menepuk dahi dan mengajaknya untuk berbicara di seberang ruangan. "Bunda tu bukannya dukung Ayah malah terkagum-kagum sama anak itu!" Ayah protes. "Dih, emang anaknya bikin kagum kok. Udah ganteng, sopan, gentle lagi dateng ke rumah..." "Tapi dia urakan, terus berani-beraninya pacarin anak kita secara sembunyi-sembunyi." Baekhyun memasang wajah datar. "Dulu Ayah enggak kalah urakan, lagian ya Bunda ingetin lagi kita juga dulu backstreet karena seseorang enggak berani pacaran terang-terangan." "Loh, kok jadi bahas masa lalu?" 251
Raisa Chu Present
"Biar Ayah berkaca, mereka cerminan dari kita. Masih mau menghakimi?" Chanyeol kalah telak. Sudah tahu mulut istrinya ajaib. "Tapi kan Ayah mah dulu enggak gitu banget..." "Dih ngeles terus," Baekhyun gemas dan mencium pipi suaminya. "Kalau enggak Bunda amukin dulu mana mau Ayah maju buat pertahanin Bunda... justru Esa ini keren loh dia inisiatif dateng sendiri, saking apa coba? Saking sayangnya dia sama si Kakak... gitu aja enggak tau, kolot banget sih Yah..." Tapi kan Chanyeol ingin terlihat keren. "Baik tu anaknya, bertanggung jawab juga dateng ke sini buat selesain masalahnya sama si Kakak, jadi jangan galak-galak! Awas ya!" Chanyeol
mencebi,
memang
takdirnya
mengalah dan kalah oleh sang istri. "Ya udah, panggilin si Kakaknya..."
252
Raisa Chu Present
"Ini loh baru suamiku yang gagah dan anunya besar." Dipuji
segitu
saja
Chanyeol
sudah
mengawang-awang, cengengesan seperti orang gila baru. Di detik berikutnya ia berdeham berwibawa, memasang
badan
serupa
binaragawan
dan
melangkah lagi ke ruang tamu. "Kenapa si Ayah jalannya kaya robot sih?" Gumam Baekhyun seraya meringis. Kadang Chanyeol yang mencoba terlihat keren kerap meninggalkan kesan geli. *** "Enggak mau! Enggak mah ketemu dia lagi, Bun..." "Tapi dia dateng sendiri loh, niatnya baik mau selesain masalah kalian..." "Kakak enggak minta dia buat dateng..." "Kak..." Bunda masih mencoba membujuknya. 253
Raisa Chu Present
Jill merengut. "Tapi..." "Jangan lari dari masalah, Bunda enggak pernah ngajarin kayak gitu. Disamperin dulu, diomongin baik-baik, keputusan tetep ada di tangan Kakak..." Apa yang Bunda katakan tidak salah, mungkin Jillian harus lebih berbesar hati dalam menyikapi sebuah masalah, untuk itu ia mengalah dan menuruti kata Bunda, menghampiri Esa yang kini tengah duduk menunduk di depan Ayah. Chanyeol berdeham kecil. "Inget ya, jangan macem-macem." Pria itu bangkit lalu memberikan ruang untuk Jill dan Esa berbicara. Jill duduk berjauhan, Esa menatapnya lamatlamat. Jillian
berdecak
lalu
beranjak
menuju
seberang ruangan, benar saja Chanyeol sedang mencoba menguping di sana. "A-paa..? Ayah lagi cari nyamuk..." "Bun..."
254
Raisa Chu Present
"Dih, iya... iya, Ayah enggak nguping, gitu aja ngadu ke Bunda." Chanyeol mencebi lalu melengos. Jillian kembali setelah yakin ayahnya tidak menguping lagi. "Telfon aku diangkat yang..." "Buat apa? Kan udah putus. Aku juga udah bilang jangan hubungin aku lagi." "Aku salah, maafin aku..." Jill memalingkan wajah. "Aku enggak tau cerita aslinya kayak gimana kemarin, aku cemburu liat kamu deket sama Yohan..." "Terus kamu bisa leluasa bales aku dengan tebar kemesraan sama Anna? Sumpah ya, di mana hati kamu?!" Esa sadar di mana letak kesalahannya. Untuk itu ia mendekat dan menggenggam tangan Jillian. "Maafin aku, please jangan kayak gini... ya?" "Kamu nuduh aku selingkuh! Itu jahat banget!"
255
Raisa Chu Present
"Aku tau, aku salah besar. Mulai sekarang aku janji enggak bakal nyimpulin sesuatu secepat itu. Hum? Aku sayang kamu, Jillian..." "Bisa-bisanya nuduh aku main belakang sama temen kamu sendiri! Kamu pikir aku cewek apaan sih?!" Jillian menahan tangis. Esa menunduk dalam memohon maaf. "Aku enggak bakal ulangin kesalahan itu lagi. Aku janji... aku bakal percaya sama kamu. Aku janji, yang... hum?" Jillian masih gengsi meskipun kangen, masih sakit hati juga. Bisa-bisanya Esa menuduhnya dengan keji. "Yang..." "Enggak mau!" "Please... maafin... aku enggak mau kita putus." "Nanti kamu nuduh aku lagi, males!" "Enggak bakal... aku emosi karena cemburu... ya? Maafin aku... " Tapi meskipun watak Jillian sekeras Ayah, hatinya selembut Bunda. Ia tidak berlama-lama marah, toh sakit hati bisa diobati oleh rindu. 256
Raisa Chu Present
Ia mulai melunak lalu memberanikan diri menatap Esa. "Janji banyak-banyak!" "Aku janji banyak-banyak... janji, yang..." "Kalau kamu ingkar?" "Biarin Ayah kamu turun tangan, mau hajar aku kek atau apapun." Jillian mencebi lalu membalas genggaman tangan. "Kangen..." bisiknya tidak ingin didengar oleh orang rumah. Senyum Esa merekah setelah sekian lama. "Aku apalagi..." ia balas berbisik. "Jadi dimaafin kan?" Jillian mengangguk meskipun bibirnya masih merengut. "Awas ya kalau macem-macem lagi..." "Enggak jadi putus kan?" "Jadi mau putus aja?!" "E-enggak lah, yang..." nyali Esa menciut. Lalu
senyum
Jillian
merekah,
setelah
beberapa hari terakhir murung karena galau. "Jangan cemburu-cemburu enggak jelas!" "Cemburu kan tanda cinta..." "Iya sampe nuduh selingkuh." 257
Raisa Chu Present
Esa meringis, Jill tetaplah cewek dengan kodratnya yang selalu benar. "Kak Esa!" Jackson
yang
awalnya
terkantuk-kantuk
karena bangun tidur langsung semangat setelah melihat siapa yang duduk dengan kakaknya di ruang tamu. "Hey ganteng! Kok baru keliatan?" Jackson duduk di pangkuan Esa dalam hitungan detik, ia mengangguk dan mengucek sebelah mata. "Baru bangun tidur..." katanya seraya menguap. Jill mengusak rambut Jack lalu beranjak menuju daput untuk membuatkannya susu coklat. Di sana ia disambut oleh tatapan kepo Ayah dan Bunda. "A-apa liatin Kakak kayak gitu?" "Gimana? Udah baikan?" Bunda yang paling antusias. "Enggak baikan kan? Bagus! Anak Ayah harus tahan banting!" "Kita udah baikan." 258
Raisa Chu Present
Bunda tersenyum puas tapi Ayah mencebi kecil tapi diam-diam merasa lega melihat putrinya kembali ceria. "Bun, masak yang enak ya... dan Kak..." Chanyeol berdeham karena tenggorokannya tiba-tiba gatal. "Suruh dia makan malem bareng dulu." Meskipun kalimat itu singkat, tapi ada makna mengharukan di sana. Tentu saja, Jill tahu Ayah adalah pria hebat dan paling baik hati sejagad raya. "Aku sayang Ayah ganteng!" Jill memeluknya sejenak lalu kembali ke ruang tamu dan memberi susu coklat itu kepada adiknya. Chanyeol dan Baekhyun saling melempar pandang lalu mereka tersenyum penuh arti.
"Pokoknya mau ikut Kak Esa!" Chanyeol dan Baekhyun mengernyitkan dahi atas amukan Jackson sesaat setelah Esa pulang. 259
Raisa Chu Present
"Dek, Kaka Esanya mau kerja..." Jillian membujuk. Esa meringis lalu berlutut di depan Jack. "Besok Kakak ke sini lagi, kita maen ke apart Kakak. Mau?" Jack menggeleng dan menangis kecil. "Terus ya, nanti Kakak ajak mampir ke lottre, kita ketemu Sinbad lagi dek... mau?" Mata Jack berbinar setelah mendengar Sinbad. "Beneran?" "Janji deh..." Esa mengaitkan jari kelingking mereka. Barulah senyum Jack merekah lebar. "Jemput aku di sekolah terus langsung maen." "Eit, enggak gitu konsepnya." Ayah menyela tapi sukses mendapat cubitan kecil di perut. Bunda kesal karena apa yang dikatakan Ayah berpotensi membuat Jack menangis lagi. "Hadeh, ya udah lah..."
260
Raisa Chu Present
Ayah kesal juga, tidak tahu sihir apa yang Esa gunakan hingga mampu membuat Jack dan Jill terpesona. "Kalau gitu aku pamit dulu ya, Om... Tante... makasih masakannya juara." Baekhyun tersenyum bangga. "Sama-sama ganteng, sering-sering main ke sini ya..." "Ya jangan sering-sering juga lah..." gumam Chanyeol dengan suara tak jelas. Esa sepenuhnya berlalu dan senyum Jill masih merekah. "Kering tu gigi!" Chanyeol selalu usil. "Dih, iri bilang boss!" Kemudian Jill melengos ke kamarnya. Mungkin setelah ini akan menghabiskan waktu semalaman untuk bertukar pesan dengan sang pacar, setelah malam-malam sebelumnya dirundung kegalauan.
261
Raisa Chu Present
"Jadi pengen muda lagi deh kalau ngeliat mereka..." "Mana sempat keburu dijerat sama om-om..." Ayah menelusup ke dada Bunda. Selalu ada tawa kecil yang menguar sebelum mereka terlelap. "Om-om nya ganteng sih, terus hot... "Genit ya diem-diem merhatiin Ayah dong dulu?" "Gimana enggak merhatiin sih? Sayang aja kalau dianggurin." "Bunda tu sempet dinyinyirin tetangga karena nikah sama Ayah, hmm mereka enggak tau aja punya suamiku besar dan memuaskan." Tawa Chanyeol meledak. Ia tidak tersinggung jika segelintir orang merendahkannya. Pro dan kontra adalah hal yang lumrah. "Mereka bilang apa emangnya?" "Katanya nasib Bunda jelek banget dapetin duda anak satu." "Untung bukan duda..." 262
Raisa Chu Present
Masuk akal. "Tapi enggak berapa lama mereka jadi deketin Umi karena punya mantu artis terkenal. "Ganteng pula." Baekhyun
tidak
berani
mengelak
jika
membicarakan kegantengan Chanyeol meskioun usianya tidak lagi muda. "Biarin lah... itu mah hal biasa, Bun..." "Tapi sekarang udah enggak nemu kok orangorang yang jelekin Ayah..." "Alhamdulillah..." Baekhyun diam beberapa saat sebelum bangkit dan melesat ke kamar mandi saat asam lambungnya naik meronta. Bisa dibilang Chanyeol terbiasa menghadapi fase awal kehamilan sang istri, tapi tak lupa memberi dukungan dan kekuatan. Setia mengelus punggung sang istri lalu menuntunnya kembali ke kamar, membaringkan wanita itu dan memeluknya lagi. "Sehat terus ya, Bun... Ayah suka ngeri sendiri kalau Bunda sakit." 263
Raisa Chu Present
Bunda mengangguk. "Hamil itu nikmat kok..." "Senikmat kayak bikinnya enggak?" "Eh?" Chanyeol menaik-turunkan alisnya dengan genit. "Yuk..." Baekhyun mulai kelebihan hormon, menggoda suaminya dengan gerakan seduktif. "Yuk apa, sayang?" "Berkembang biak, Mas..." "Kok doyan banget sih?" "Gede sih..." Chanyeol tak kuasa menahan tawa, hormon Baekhyun di kehamilan saat ini terbilang unik dan menguntungkan. Membuat Chanyeol bersemangat lagi dan lagi. "Sepuluh ronde kuat Bun???" "Dua puluh aja... tapi pelan-pelan..." "Astaga istriku yang mesum!" Baekhyun
cengengesan
cumbuan mesra suaminya.
264
lalu
meladeni
Raisa Chu Present
Banyak peluh yang tak terhitung jika mereka sudah bermesum ria, ruang kedap suara mendukung suasana. Teriakan candu lolos berulang kali, lantas setelah penat mereda, mereka kembali memancing gairah satu sama lain.
"Kamu mandi enggak sih yang?" "Ya Allah kebiasaan banget nanyanya..." Esa mencubit pipi pacarnya. Jillian mengendus bau badannya tapi tidak menemukan kejanggalan. "Aku mandi yang..." "Hmm... terus kita mau ke mana?" "Temenin kerja..." "Eh? Ke klub?" "Kamu pikir kerjaan aku di klub doang?" "Terus?"
265
Raisa Chu Present
"Studio, aransemen lagu... siaran yusup, ngevlog." "Hits abis!" Esa mengusak rambutnya dengan sayang. "Nanti bosenin enggak?" "Kalau bosen tidur aja..." "Tapi aku laper..." "Mau makan apa? Aku suruh anak-anak pesenin." "Salad buah." "Terus?" "Udah..." "Eh? Kok salad buah doang?" Jillian
cengengesan
lalu
menyandarkan
kepalanya pada bahu si pacar. "Kamu diet?" "Nambah lima ratus gram! Kesel!" "Ha? Ya ampun yang... cuma lima ratus gram!" "Cuma kamu bilang?! Nanti aku gendut kamu berpaling!" "Lebay banget deh..." 266
Raisa Chu Present
"Esa!!!" "Sayang... panggil sayang..." "Makanya jangan ngeselin..." Esa mencebi lagi tapi menghadiahi kecupan kecil di puncak kepala Jillian sebelum kembali fokus mengemudi. *** "Iya,
Bun...
pulangnya
enggak
bakal
kemaleman kok... Ayah enggak bilang apa-apa kan?" "Biasalah, bukan Ayah kalau enggak sewot. Tapi enggak apa-apa kok..." "Titip peluk sayang buat Ayah ya... bilangin jangan ngomel terus..." Baekhyun terkekeh di seberang sana. "Ya udah, Bunda samperin kayaknya
udah
selesai
Assalamu'alaikum..." "Wa'alaikumsalam..."
267
Adek dulu, belajarnya.
Raisa Chu Present
Tepat setelah sambunggan telfon terputus, perhatian Jill teralih pada sosok cewek yang baru saja masuk ke studio dan terlihat akrab dengan Esa. Jill memperhatikan mereka cukup lama, sepertinya mereka rekan kerja. Tapi kenapa cewek itu merapat sekali sih? Jillian mulai jengah, mencoba mengalihkan perhatian dengan menonton siaran makan hingga matanya terkantuk-kantuk dan terpejam di sofa itu. *** Kecupan kecil di dahi mengganggu lelap, Jill mengernyit dan mendapati pacarnya tengah berlutut di depan sofa. "Hm? Udah selesai?" Suara Jill serak. "Sedikit lagi..." Esa duduk di sofa yang sama, meneliti aransemen lagu yang akan ia gunakan di klub, lalu membiarkan Jill kembali tidur di pelukannya.
268
Raisa Chu Present
"Pacar aku wangi..." gumam Jill dengan mata terpejam. Esa tipikal cowok yang gemar mengandalkan wewangian deterjen untuk pakaian yang dikenakan ketimbang parfum. Dan Jill merasa wanginya benar-benar jenaka. "Tapi dicurigain enggak mandi terus..." Esa menyahut. Senyum Jill merekah, mengeratkan pelukan. "Bunda bilang pulangnya jangan kemaleman..." "Ini masih sore sayang..." "Kamunya sibuk banget..." Esa tersenyum maklum. "Bosen ya? Abis ini kita jajan... mau?" Jill menarik diri lalu mengangguk semangat, atas tingkah jenakanya Esa gemas dan mengusakkan hidung mereka masing-masing.
269
Raisa Chu Present
Baekhyun sempat mematung melihat tamu yang datang ke rumah. Dia
Sohee,
memberitahu
mengangkat
sebuah
status
dagu, sosial
seperti di
balik
untuk
tidak
penampilannya yang mahal. "Ya, ada apa?" Baekhyun
merasa
pantas
menyambutnya berlebihan. "Saya ke sini untuk nemuin Mas Chanyeol. Apa dia ada di rumah?" "Suami saya enggak di rumah, lagi ada jadwal off air." "Bisa saya tau di mana lokasinya?" "Nah, kenapa saya harus kasih tau kamu di mana suami saya berada?" Sohee terkekeh anggun. "Saya paham kamu awam dengan urusan pekerjaan karena mungkin keseharianmu cuma ngurusin dapur. Tapi saya dan Mas Chanyeol itu orang-orang sibuk dan berbisnis." Baekhyun membalasnya dengan senyum anggun. "Bukannya suami saya udah mutusin 270
Raisa Chu Present
kerjasama sama kamu ya? Jadi... ada hal penting apa lagi?" Itu dia, Sohee merasa perlu membujuk Chanyeol lagi agar pria itu mau bekerjasama lagi. "Sohee, saya harap kamu enggak sia-siain penampilanmu ya... jangan berani datang dan nanyain suami orang. Saya udah cukup gerah sama kelakuan kamu belakangan ini, nyerah aja... saya kasih saran buat kebaikan kamu sendiri." Sohee tertohok kemudian beranjak dari sofa, langkahnya menuju luar diinterupsi oleh kalimat Baekhyun yang terakhir kalinya. "Oh ya, tugas saya sebagai istri enggak melulu ngurus dapur kok, saya punya anak, suami saya juga butuh perhatian bukan cuma di dapur tapi di ruangan lain." Baekhyun
tidak
perlu
menjabarkan
sarkasmenya, ia yakin Sohee cukup pintar untuk mengartikan maksud dari kata-katanya. Benar saja, Sohee tertohok dan berjengkat untuk sisa harga diri yang harus dipertahankan. 271
Raisa Chu Present
"Album baru ini sebenernya kan kolaborasi sama beberapa rekan musisi saya, kaya mas Unang, mas Bobi juliet, ada teh Oci juga dan masih banyak lagi, temen-temen doain aja biar lancar semuanya..." "Oh
iya,
Mas...
pertanyaannya
sedikit
melenceng ni, akhir-akhir ini rame banget di media sosial yang bahas kedekatan Jillian sama Esa, sebagai ayah gimana sih Mas Chanyeol menyikapi berita itu?" Chanyeol mengangguk kecil pada beberapa wartawan yang mewawancarainya. "Saya cuma bisa dukung dan kasih doa yang terbaik, lagian Jill udah dewasa juga ya, biarin lah pacaran..." "Kalau menurut Mas sendiri Esa cocok enggak sama Jillian? Bahkan ada sekelompok penggemar yang menamakan mereka Esian shipper loh Mas..." "Esian? Kok kayak nama hape sih? Dulu saya pakai yang seri hidayah yang dapet gratis sms
272
Raisa Chu Present
setahun itu...” celetuk Chanyeol yang sukses membuat para wartawan tertawa. "Hmm Esa anaknya baik, udah beberapa kali dateng ke rumah juga, doain yang terbaik aja buat mereka. Saya sebagai orang tua hanya bisa mendukung." Chanyeol merasakan ponselnya bergetar di saku celana, lantas pria yang saat ini mengenakan topi hitam itu mengakhiri sesi wawancaranya dengan wartawan dan bergegas masuk mobil untuk pulang. "Iya Bun?? Kenapa?" "Tadi ada Sohee ke sini." Suara ketus Baekhyun dan satu nama membuat Chanyeol tancap gas dan menaikkan laju kendaraan untuk cepat sampai di rumah. *** "Udah berani banget dia ke sini terangterangan nyariin kamu, Mas..." "Dia bilang apa?" 273
Raisa Chu Present
"Intinya nanyain kamu ke mana alesannya mau ngomongin kerjaan." "Lah, kan Ayah udah enggak ada urusan pekerjaan sama dia..." Baekhyun tahu, mungkin karena Sohee nya yang ngebet. "Makanya jangan kegantengan!" Baekhyun saja dulu dibuat khilaf berkali-kali. Apalagi sudah menikah tambah dibuat kelojotan dengan ukurannya yang fantastis. "Dih emangnya ganteng dosa?" "Jadi istri kamu cobaannya berat banget Ya Allah, ada aja yang nempel." "Sabar ya, sayang... ganteng itu kodratnya Ayah..." Dan jawabannya tak kalah ngeselin. "Tapi punya istri cantik, sholeha, dan pinter goyang kaya kamu itu anugerah..." Wajah Baekhyun merona dalam hitungan detik. "Dan kecebong Ayah jadi bibit berkualitas dan menghasilkan Jackson Park! Tara!!!" 274
Raisa Chu Present
Tentang
visual,
Jackson
Park
memang
unggulan. Ada bule-bulenya gitu. Mungkin karena Baekhyun pernah ngidam ingin menoyor seorang bule. Meskipun hal itu tidak pernah Chanyeol wujudkan, tapi sepertinya masih ada kaitannya. Tak lama kemudian Chanyeol berbaring di sofa, menjadikan paha Baekhyun sebagai bantal dan kepalanya menghadap perut sang istri. "Ini juga nanti keluarnya bakal punya aura superstar! Ya, nak? Cepet keluar dong, Ayah kangen pengen peluk cium..." Baekhyun tersenyum lembut dan membela rambut suaminya. "Sayang enggak?" "Ngaco nanyanya. Sayang lah, pokoknya kalian itu segalanya." Lanjut menciumi perut sang istri. "Kalau sayang yuk siap-siap." "Loh, mau ke mana?" "Tadi Bunda liat iklan air mineral, jadi haus pengen minum langsung dari sumber mata airnya."
275
Raisa Chu Present
"Eh???" Chanyeol bangkit dalam hitungan detik lalu menatap sang istri dengan nelangsa. "Iklan mah boongan, aslinya airnya dimasak biasa, Bun..." Chanyeol berdalih. Baekhyun tersenyum berbahaya, sebelah tangan mengelus perut. "Liat kan dek? Ayah enggak sayang sama kamu, enggak sayang sama Bunda... enggak apa-apa Bunda minum air keran aja..." Chanyeol beranjak dari sofa. "Kita berangkat bosque! Kita cari mata air, minum dah tu nanti sepuasnya. Yuk, sayang... yuk!" Senyum Baekhyun semakin melebar, tak lupa menghadiahi Chanyeol ciuman mesra dan sensual. "Nanti Bunda kasih ronde plus plus." Seperti yang diduga, mata seorang mesumer sejati itu berbinar. "Harus itu mah... pake gaya ayam split ya Bun?" Baekhyun meringis, itu adalah gaya tersulit yang pernah mereka coba, meskipun rasa yang diciptakan amat sangat yahud. "Buat Ayah apa sih yang enggak? Hayuk aja Bunda mah asal enak..." 276
Raisa Chu Present
Mulut ajaib yang tidak pernah absen membuat Chanyeol terhibur.
277
Raisa Chu Present
10 Lima bulan kemudian... Chanyeol dan Baekhyun mendapat kabar bahagia dari dokter bahwa Baekhyun mengandung bayi
kembar
setelah
melakukan
prosedur
ultrasonography di usia kehamilan lima bulan. Tentu kabar bahagia itu menghadirkan suka cita. Banyak yang tidak sabar menanti kelahiran si kembar, terutama Mama, Abi dan Umi. Jillian juga bersemangat, bahkan sudah mengambil
alih
urusan
dapur,
membiarkan
Bundanya memiliki waktu istirahat yang berkualitas. "Aku lagi masak, yang..." Sedang terhubung sambungan telfon dengan Esa. "Aku denger dari Nenek, Bunda hamil kembar ya?" 278
Raisa Chu Present
"Iya! Keren kan? Aku enggak sabar pengen mereka cepet lahir, kalau cewek pasti cantik kayak aku..." "Iya, cantik kok..." Esa tidak pernah bosan meladeni tingkah narsis pacarnya. Bagaimana mau mengelak kalau Jillian memang secantik itu. "Yang, aku mau ngomong..." "Terus daritadi kita ngapain? Lomba cerdas cermat?" "Untung sayang..." gumam Esa di seberang sana. Jillian tersenyum manis mendengarnya. "Ya udah ngomong aja..." "Ini mah harus ketemu ngomongnya..." "Dih, modus kan? Bilang aja kangen!" Esa cengengesan. "Aku jemput nanti sore ya?" "Hmm... oke," "Ya sudah kamu lanjut masaknya, nanti bawain buat aku ya?" "Iya sayang... Esa sayangku!"
279
Raisa Chu Present
Lalu sambungan telfon itu terputus, tak lama kemudian ponselnya kembali menyala. "Hallo, Assalamu'alaikum, Yah... "Wa'alaikumsalam,
nak...
Bunda
gimana
kondisinya?" "Tadi sih masih muntah-muntah gitu, Yah... sekarang lagi istirahat kok Bundanya..." "Ayah titip Bunda ya, nak..." Karena Chanyeol sedang berada di luar kota, mengisi jadwal manggung yang tidak bisa dibatalkan. "Siap bosque! Udah dulu ya, Yah... Kakak mau jemput Adek sekolah dulu..." "Hati-hati nak..."
Jill menunggu di depan gerbang sekolah Jackson sambil menunduk karena sedang berbalas chat dengan Esa. Lantas dua orang gadis SMP melintas di depannya.
280
Raisa Chu Present
"Kenapa sih Esa harus pacaran sama si Jillian itu?! Kayak enggak ada cewek lain aja." "Bener banget! Liat aja besok-besok gue serang ige nya Jillian pake akun bodong!" "Spam komen aja, suruh putus! Jillian enggak pantes sama Esa, cocokkan juga sama Yuna." "Iya kan? Gue juga mikir gitu, apalagi pas mereka ngehost bareng di channel yusup Esa, duh serasi banget. Jillian apaan?! Modal tampang doang sama nama beken Ayahnya." "Udah gitu katanya manja banget ya sama Esa? Iww! Geli!" Jillian mencebi dengan kelakuan para bocil itu. Yuna? Seingatnya Yuna adalah rekan kerja Esa yang tempo hari datang ke studio, yang mepet mulu ke Esa. Jillian mencebi lagi, suasana hatinya mulai jelek. "Kak!"
281
Raisa Chu Present
Tapi senyum riang Jackson memudarkan kejengkelan. Dipeluknya sang adik lalu membukakan pintu mobil. "Gimana belajarnya?" Setelah Jill menjalankan mobilnya. "Enggak ada yang spesial, capek! Adek mau berhenti sekolah aja!" "Dih! Baru kelas dua udah gegayaan." Jackson mencebi. "Dek, mau mampir ke kedai es krim enggak?" "Yes! Mau!" "Berangkat!"
Jill
merasa
perlu
mengembalikan semangat sang adik Untuk
itu
kini
mereka
menuju
pusat
perbelanjaan, hanya untuk mengantri di kedai es krim. Lucu jika mengingat kedai es krim itu langganan Jill dan Ayah dulu. Bahkan Bunda masuk ke dalam kenangan itu. Senyum Jill merekah saat mengingatnya lagi. "Kayaknya ada acara workshop deh di mall ini, dek..." 282
Raisa Chu Present
"Workshop itu apa Kak?" Jackson bertanya seraya menjilati es krimnya. Jillian sempat melirik poster kemudian tercengang saat melihat guest nya. "Oh? Esa workshop di sini..." Bahkan Yuna juga jadi guest nya. Mall itu mulai dipadati oleh pengunjung, lebih tepatnya para penonton yang mungkin sebagian besar adalah para penggemar Esa dan Yuna, juga beberapa influencer terkenal. Jill mulai tertarik lalu mengenakan masker wajah agar tidak dikenali oleh orang-orang. "Ke sana yuk, dek?" "Ke mana, Kak?" "Ada Kak Esa loh..." "Ha? Mana?! Di mana?!" Sepertinya
Esa
adalah
manusia favorit
Jackson yang ke sekian. Jill mengajak adiknya melihat dari lantai dua saat workshop nya dimulai. Senyum kecil merekah 283
Raisa Chu Present
saat teriakan seisi mall bergema untuk sosok Esa yang memasuki area stage. "Whoa!
Kak
Esa!!!"
Jack
meneriakkan
namanya, tak ingin kalah dengan yang lain. Teriakan ke sekian saat beberapa influencer memasuki stage yang sama, termasuk Yuna yang memilih duduk di samping Esa. Bibir Jill mencebi dalam hitungan detik. "Mepet banget sih..." gumamnya lalu memilih untuk berbalik. "Pulang yuk, dek..." "Kok pulang? Adek kan belum ketemu Kak Esa." "Nanti aja Kakak suruh dia ke rumah..." Jackson merengut tapi menurut, samar mendengar sang kakak menggerutu kecil selama melangkah menuju lantai basement.
"Ayah pulang nanti malem, mau nitip apa?"
284
Raisa Chu Present
Baekhyun menggeleng kecil, keinginannya untuk segera melepas rindu dengan sang suami tidak terkalahkan oleh hal lain. "Bunda cuma pengen ketemu Ayah... kangen berat..." "Terus kalau udah ketemu mau ngapain?" "Jangan mancing-mancing ya, repot urusanya kalau tiba-tiba Bunda ngidam pengen anuan." "Anuan mah kan bukan ngidam lagi itunganya, tapi doyan..." "Ish, kaya Ayah enggak doyan aja..." Chanyeol tertawa di seberang sana. "Doyan lah, makqnya ingin cepet-cepet pulang..." "Kangen tau..." "Sama dong, si kembar bagaimana? Enggak rewel kan?" "Hmm enggak terlalu rewel kayak kakaknya sih ini mah, pada adem ayem... pas lagi mual juga enggak yang banget gitu..." "Alhamdulillah... titip salam sayang buat mereka ya... bilangin Ayah lagi kerja dulu..."
285
Raisa Chu Present
"Mereka dengerin kok... tau kalau Ayahnya lagi cari nafkah. Ayah hebat!" "Enggak tau deh hidupku tanpamu akan seperti apa, sayangku..." "Duh puitis sekali om-om satu ini..." "Om kangen ni say..." "Ih geli!!!" "Nanti kita maen ya say..." "Geli om bahasanya!" "Berapa ronde say?" Lalu Chanyeol tertawa saat mendengar istrinya meringis berulang kali. Mungkin jika sedang bersama sang istri akan mencumbunya dengan gemas.
Esa mencolek pipi Jillian berulang kali, seperti biasa tidak tahu alasan pacarnya itu merengut sejak dijemput. 286
Raisa Chu Present
"Kenapa sih? Hum?" "Kamu kenal Yuna udah lama?" "Enggak terlalu lama, kebetulan dia anak baru di management. Kenapa?" "Kayaknya dia suka sama kamu deh?" Esa sedikit banyak bisa menyimpulkan alasan merengutnya wajah sang pacar. "Ya enggak apa-apa kalau dia suka. Aku kan sukanya sama kamu doang..." "Ish! Tapi aku enggak suka dia mepet-mepet ke kamu terus." Si pencemburu itu. Esa mengusak rambutnya dengan sayang, lalu mereka sampai di sebuah taman. Katanya senja di sana mengagumkan. Itu fakta. Karena Jill sempat terkagum-kagum dengan kilauan emas memantul di danau yang terbias matahari sore. Lalu Esa menatapnya lembut. "Katanya mau ngomong sesuatu. Apa?" "Hmm... aku udah berhenti dari klub."
287
Raisa Chu Present
"Oh ya? Jill terlihat senang." Karena sejak awal tidak terlalu sreg sama hobi Esa yang satu itu. Esa mengangguk lalu menyampirkan anak rambut Jill ke belakang telinga. "Aku sayang kamu... cuma kamu doang, cemburu boleh tapi jangan berlebihan, ya?" "Aku... ngeselin ya?" "Enggak, yang... aku seneng kamu cemburu itu artinya kamu sayang sama aku kan?" Jill mengangguk. Esa tersenyum puas. "Oh iya... hmm... anu..." "Hum???" "Lucu enggak sih bayangin adik kembar kamu?" Jill mengangguk. "Makanya udah enggak sabar pengen cepet-cepet mereka lahir..." "Yang..." "Iya???" "Menurut kamu... gimana kalau kita nikah muda?" "Eh???" Jillian tampak syok. 288
Raisa Chu Present
Esa memikirkannya sejak lama, dan ia serius dengan Jillian. "Iya, aku enggak lagi bercanda loh..." Jillian mengerjap berulang kali, tidak pernah menduga kata-kata itu keluar dari mulut sang pacar. "Tapi..." "Kamu enggak siap ya? Aku ngerti sih..." Esa juga sudah menyiapkan mental jika harus mendapat penolakan. Demi apapun Jillian syok. "Aku... aku kaget..." Esa meringis, apa ini terlalu mendadak? "Enggak harus sekarang, yang... aku mau nunggu sampe kamu siap." "Kalau nunggu aku siap itungannya bukan nikah muda dong..." Esa memucat. "Iya... ya udah deh... lupain aja, kayaknya aku lagi ngawur." Jillian menatapnya cukup lama. "Kamu serius?" "Masa ngebodor..."
289
Raisa Chu Present
"Nikah bukan sesuatu yang bisa kamu anggap enteng yang..." "Yang nganggap enteng siapa? Aku juga udah mikirin ini mateng-mateng." Jill masih menatap
mata itu,
mencari
kesungguhan di sana. "Apa yang bikin kamu ragu sama aku? Apa karena profesi aku? Takut enggak aku kasih makan?" Jill menggeleng. "Hum?" "Aku enggak ragu sama kamu, aku cuma ngerasa syok. Ini mendadak banget..." Esa mengangguk lemah. "Makanya lupain aja... ya? Anggep aja aku lagi ngawur." "Emangnya kamu berani ngomong sama Ayah?" Kedua alis Esa terangkat. Mungkin ia salah, masalahnya bukan karena Jillian tidak mau atau tidak siap menikah muda. "Menurut kamu Ayah bakal setuju enggak?"
290
Raisa Chu Present
Jillian pun tidak tahu, menilik karakter ayahnya yang keras. Gadis itu menggeleng. "Kamu tanya sendiri, berani?" "Ayah agak nyeremin sih ya..." Jill tersenyum maklum lalu membelai wajah pacarnya. "Aku enggak bakal mikir dua kali kalau kamu datang langsung ke rumah dan ngomong sama Ayah." Bukankah itu lampu hijau? Esa seharusnya merasa ciut karena harus berhadapan dengan seorang Park Chanyeol, tapi mengetahui fakta bahwa Jillian tidak menolak sedikit pun membuatnya merasa begitu bersemangat untuk datang ke rumahnya. Ia mantap untuk menikahi Jillian. Demi apapun menyayangi gadis itu.
291
Raisa Chu Present
Peluk cium sayang yang Baekhyun dapatkan dari sang suami di menit pertama kepulangannya dari luar kota. Kemudian mereka bercumbu mesra di atas ranjang, menggugu rasa rindu lalu berbagi tawa jenaka. "Bau keringet." Tapi Baekhyun senantias mengendus tubuh suaminya. Chanyeol merangkak turun sebelum sampai di perut istrinya yang mulai membuncit. "Ayah kangen banget sama kalian..." sejatinya menunggu kelahiran mereka dengan antusias tinggi. "Nanti kita main sama Kakak Jack juga ya, anak-anakku... kesayangan Ayah..." Baekhyun setia mengelus rambut suaminya dengan sayang. "Samperin dulu gih anaknya, rewel mulu nanyain Ayah kapan pulang." Chanyeol
tersenyum
maklum
kemudian
menurut. Ia sampai di kamar Jack lantas berbaur dengannya di kasur, memeluk si jagoan yang sudah terlelap, menyematkan kecupan sayang berulang kali. 292
Raisa Chu Present
Jack kemudian
bergerak
gelisah
menemukan
dalam
tempat
tidurnya
ternyaman,
di
pelukan sang ayah. Bahkan dalam keadaan tak sadar pun ia tahu di mana harus berlindung. "Jagoan Ayah... maaf ya ditinggal mulu sama Ayah..."
Chanyeol
berbisik
kecil
kemudian
memeluknya erat. Sejatinya merasa begitu bersalah karena akhir-akhir ini sedikit lebih fokus dengan kehamilan sang istri. "Anak Ayah, ganteng, sholeh..." mencium puncak kepalanya berulang kali. "Hmm... Ayah...?" "Eh kebangun?" Jack mengangguk tapi menelusup lebih dalam ke pelukan ayahnya. "Kangen Ayah..." Chanyeol tersenyum kecil. "Bikin Bunda kesel enggak?" Jack menggeleng. "Tapi dibikin kesel mulu sama Kakak..." Bukankah itu hal yang biasa? 293
Raisa Chu Present
"Yah..." "Hum?" "Besok mau dianterin sekolah sama Ayah..." "Siap boss! Apa sih yang enggak buat anak Ayah?" Jack tersenyum kecil lalu kembali memejamka mata. "Tidur di sini..." "Iya... Ayah tidur sama Kakak Jack malem ini..." "Ayah terbaik!" Chanyeol terhibur dengan nada mengantuk putranya, bahkan penat itu melebur setelah disambut oleh cinta dari keluarga. Demi apapun mereka amat sangat berharga.
"Sosis punya Adek jangan diambil mulu!!!" "Pelit banget sih?! Biarin enggak Kakak ajak ke mall lagi!" "Bunda!!" 294
Raisa Chu Present
"Kak..." Jillian menjulurkan lidah pada adiknya. Tidak puas meledek. "Ayah masih sabar ya..." Chanyeol
memberi
peringatan
sebelum
menyesap kopinya pagi itu. Meja makan selalu menjadi ajang kegaduhan oleh pertengkaran kecil Jack dan Jill. "Tu kan dimakan lagi sosis Adek!" Jack nyaris menangis. "Kak..." Baekhyun menegur si sulung untuk ke sekian kali. "Pelit! Adek pelit!" "Bunda!!!" Baekhyun memijit pelipis lalu menghibur putranya yang kesal. "Nanti aduin aja sama Kak Esa," Jackson mencebi pada Jillian, meraka saling melempar ejekan di balik ekspresi wajah. "Jackson Park pelit sedunia!" "Biarin, Adek aduin ke Kak Esa!" Jillian tidak takut, lalu meledeknya lagi. 295
Raisa Chu Present
Sejatinya Chanyeol mulai merasa pusing dengan peetengkaran mereka. Tapi biarkan saja lah pikirnya. Karena Jack dan Jill tidak afdol kalah tidak bertengkar. "Bunda! Kakak cubit Adek!!!" "Kak..." Bunda menegur lagi di balin pantry. Jillian tidak puas lalu mengacak-acak rambut adiknya hingga akhirnya misinya membuat Jack menangis sukses. Gadis itu tertawa geli lalu kabur setelah mendapati tatapan galak sang ayah. "Jackson Park pelit sedunia!" Dari jauh masih meledek adiknya. Hingga
Chanyeol
harus
turun
tangan
meredam tangis si jagoan yang kini tersedu-sedu di pangkuannya. "Adek sih bikin Kakak kesel kan kemarin, jadi dibales sama Kakak..." Jillian dan Jackson sama-sama nakal. Jadi Ayah dan Bunda tidak akan membela siapa pun. "Tapi sosisnya diabisin!" 296
Raisa Chu Present
"Bunda bikinin lagi, ya? Udah, jangan nangis, nanti Bunda omelin si Kakak." Barulah tangis bocah itu mereda, meskipun masih enggan menarik diri dari pelukan ayahnya. "Suapin!" Merengek lagi. Efek
dijahili
sang
kakak
akan
sangat
berlebihan, Bunda harus menyuapinya makan, dan Ayah bertugas memberinya pelukan.
"A-ayah! Ayah! Pelan-pelan!" Kegiatan berkembang biak yang tidak ada habis. Mumpung Ayah lagi kosong jadwalnya, Jackson di sekolah, dan Jillian pergi menemui teman. Jadilah pergumulan mesum itu sejak puluhan menit yang lalu. Baekhyun
senantiasa
mengingatkan
suaminya untuk pelan-pelan tapi suka ketika diberi hentakan yang sedikit liar.
297
Raisa Chu Present
Sejatinya tidak ada yang lebih indah dari pemandangan meliha tubuh istrinya terombangambing dan basah oleh keringat. Belum lagi teriakan sensualnya yang menggelitik pendengaran. Suaranya yang seolah kepedesan. "Pedes! Yah! Pedes!" "Tapi enak kan?" Ayah menggodanya lagi dan mendapati anggukan keras. Merasakan
sebuah
tegangan,
Chanyeol
menaikkan sedikit tempo hingga di menit selanjutnya mereka melolong bahagia. Ambyar di atas ranjang. "Kasian si kembar jadi korban kebrutalan Ayah..." "Mereka suka kali Bun di tengok terus sama Ayah..." Baekhyun tersengal dan memberi jempol untuk kualitas goyangan Ayah yang semakin jempolan. *** 298
Raisa Chu Present
Mereka sepakat untuk mengakhiri permainan di ronde ke sekian. Kini tengah meresapi sisa tenaga di balik selimut tebal. "Yah..." "Sebenernya si Kakak ngelarang Bunda buat cerita tapi kayaknya enggak bener kalau cuma Bunda yang tau..." "Tentang apa?" "Esa..." "Kenapa sama Esa?" Baekhyun tidak tahu harus memulainya dari mana, tapi ia mulai mencoba merangkai kata-kata. "Si Kakak cerita kalau dulu Esa itu punya gangguan kepribadian..." "Eh? Gimana?" Dahi Chanyeol mengernyit, sebentuk upaya untuk mencoba mencerna informasi. "Iya, Esa itu dulu punya alter ego..." Reaksi terkejut Chanyeol adalah apa yang membuat Baekhyun cemaskan sejak awal. 299
Raisa Chu Present
"Bahaya?" "Udah sembuh sekarang, katanya Esa berobat di Amerika selama enam tahun." "Jadi, mereka ada dua gitu kan maksudnya?" "Iya, mungkin. Kaya dua orang tapi dalam satu tubuh." Chanyeol sepenuhnya bangkit dari posisi tidur. "Beneran udah sembuh?" Baekhyun mengangguk. "Kakak sih yakin Esa udah sembuh. Tapi ada cerita lain di balik itu Yah..." "Apa lagi?" "Jadi karena mungkin Esa yang asli anaknya sedikit bebas dalam bergaul, jadi alter egonya punya karakter yang berbeda. Ayah inget enggak si kakak kelas populer pinter yang pernah Kakak ceritain?" "Nah, itu yang mana?" "Itu dia alter egonya. Jadi orang tua Esa ini tipikal orang tua yang mendesak anaknya buat sempurna, jadi juara kelas, dikagumin sama guru, pokoknya yang bisa banggain mereka."
300
Raisa Chu Present
"Dan Esa yang asli enggak mau dikekang kayak gitu?" Chanyeol mulai paham karakter Esa asli mempunyai jiwa yang bebas dan tidak mau melakukan apapun atas dasar keinginan orang lain. Bunda mengangguk karena memikirkan hal yang sama. "Terus?"
Chanyeol
semakin
penasaran
dengan ceritanya. Jika bukan karena Esa adalah pacarnya Jillian, Chanyeol merasa sedikit waswas. "Kata Kakak sih Esa sama orang tuanya sampe sekarang enggak tinggal serumah, mereka enggak akur karena menuntut Esa buat balikin alter egonya lagi. Mereka cuma mau anak yang membanggakan kaya si alter egonya ini, oh ya nama alter egonya itu Eunsang.” Bahu Chanyeol merosot untuk perasaan seorang anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.
301
Raisa Chu Present
Esa mengingatkannya kepada Jillian yang saat dilahirkan ke dunia langsung mendapat penolakan dari ibu kandungnya. "Kasian ya..." Chanyeol bergumam. Baekhyun setuju, mereka meratapi nasib seorang anak yang tinggal tanpa orang tua. Chanyeol tau sedikit tentang Esa, dia anak muda yang masuk ke dalam list influencer terkaya dan yusuper dengan penghasilan tertinggi. Bukankah seharusnya Esa terpuruk? Bukankah seharusnya anak muda itu putus asa? Bagaimana bisa dia bangkit dan menghasilkan banyak hal? Chanyeol jadi sedikit terharu. "Makanya jangan galak-galak sama Esa... kasian tau..." Chanyeol berdehem kecil. "Ayah enggak galak..." Baekhyun mencium pipinya. "Enggak galak tapi melotot terus kalau ada Esa..." 302
Raisa Chu Present
"Hmm... dah lah tidur yuk, Ayah capek..." "Gimana enggak capek, tempur terus!" Chanyeol tersenyum kecil di balik bantal. Mau bagaimana lagi jika senikmat itu rasa yang tercipta.
Chanyeol menatap anak muda itu dengan seksama. Mengapa Esa terlihat lebih gugup dari biasanya? Jillian juga terlihat tidak nyaman di kursinya. "Sampe Ayah denger kabar buruk, enggak ada ampun ya buat kalian berdua." Sebagai orang tua pasti ada saja pikiran negatif jika melihat sang anak terlihat takut dan cemas. Karena Chanyeol akan jantungan jika tiba-tiba Jillian menunjukan alat tes kehamilan.
303
Raisa Chu Present
"Ayah gantung di alun-alun kota. Peduli amat, kalau bikin orang tua malu ya anaknya mesti dikasih pelajaran." Chanyeol semakin ngelantur. "Ngomong apa sih Yah???" Jill mengerjap tidak mengerti. Tapi sepertinya Esa paham apa yang Chanyeol pikirkan. "E-engak Yah... bukan yang kayak Ayah pikirin!" "Hmm..." Chanyeol mengusap dagu. "Terus apa? Ini udah satu jam kita duduk, masa Ayah disuruh nontonin kalian doang, udah panas ini pantat Ayah." Jill dan Esa meringis satu sama lain. "Mau ngomong apa enggak? Ayah laper ini..." "Ngomong dong, yang..." Jill gemas terhadap pacarnya. "J-jadi gini, Yah... aku sama Jill... mau... mau..." "Mau apa? Mau jajan? Butuh berapa?" "Ish Ayah mah! Dengerin dulu..." Jill protes. Chanyeol angkat tangan. "Ya udah jangan mencla-mencle gitu..." 304
Raisa Chu Present
Jill menyenggol lengan Esa, memintanya untuk segera mengutarakan maksud hati. "Aku sama Jill... mau... mau nikah." Setelahnya Esa cengengesan untuk menutupi rasa gugup dan takut yang bercampur aduk. Hal yang tak terduga terjadi, Chanyeol tertawa keras sebelum kemudian jatuh pingsan.
305
Raisa Chu Present
End
306