Data Loading...

KALAM INSYA Flipbook PDF

KALAM INSYA


164 Views
124 Downloads
FLIP PDF 328.74KB

DOWNLOAD FLIP

REPORT DMCA

KALAM INSYA‟ A. Pengertian kalâm insyâi Kata „ ‫ „ ﺇﻧﺸﺎﺀ‬merupakan bentuk mashdar dari kata „ ‫„ ﺃﻧﺸﺄ‬. Secara leksikal kata tersebut bermakna membangun, memulai, kreasi, asli, menulis, dan menyusun. Dalam ilmu bahasa arab insyâi merupakan salah satu nama mata kuliah yang mengajarkan menulis. Insyâi sebagai kebalikan dari khabari merupakan bentuk kalimat yang setelah kalimat tersebut dituturkan kita tidak bisa menilai benar atau dusta. Hal ini berbeda dengan sifat kalâm khabari yang bisa dinilai benar atau dusta. Dalam terminologi ilmu ma‟âni kalâm insyâ‟i adalah, ‫ﻣﺎﻻ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ‬ Kalâm insyâi adalah suatu kalimat yang tidak bisa disebut benar atau dusta Jika seorang mutakallim mengucapkan suatu kalâm insyâi, mukhâthab tidak bisa menilai bahwa ucapan mutakallim itu benar atau dusta. Jika seorang berkata „ ‫ﺇﺳﻤﻊ‬ Artinya dengarkanlah „, kita tidak bisa mengatakan bahwa ucapannya itu benar atau dusta. Setelah kalâm tersebut diucapkan yang mesti kita lakukan adalah menyimak ucapannya. B. Pembagian Kalâm Insyâi Secara garis besar kalâm insyâi ada dua jenis, yaitu insyâi thalabi dan insyâi ghair thalabi . Kalâm yang termasuk kategori insyâi thalabi adalah Amr, nahyu, istifhâm, tamannî , dan nidâ . Sedangkan kalâm yang termasuk kategori ghair thalabi adalah ta‟ajjub, al-dzamm, qasam , kata-kata yang diawali dengan af‟âl alrajâ.

Insyâi thalabi menurut para pakar balâghah adalah, ‫ﻣﺎ ﻳﺴﺘﺪﻋﻲ ﻣﻄﻠﻮﺑًﺎ ﻏﻴﺮ ﺣﺎﺻﻞ ﻭﻗﺖ ﺍﻟﻄﻠﺐ ﻻﻣﺘﻨﺎﻉ ﺗﺤﺼﻴﻞ ﺍﻟﺤﺎﺻﻞ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﺎﻟﻨﻈﺮ ﻫﺎﻫﻨﺎ‬ Kalâm insyâi thalabi adalah suatu kalâm yang menghendaki adanya suatu tuntutan yang tidak terwujud ketika kalâm itu diucapkan. Dari definisi di atas tampak bahwa pada kalâm insyâi thalabi terkandung suatu tuntutan. Tuntutan tersebut belum terwujud ketika ungkapan tersebut diucapkan. Kalimat-kalimat yang termasuk kategori insya thalabi adalah, 1. Amr Secara leksikal amr bermakna perintah. Sedangkan dalam terminologi ilmu balâghah amr adalah, ‫ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﻷﺳﺘﻌﻼﺀ‬ Tuntutan mengerjakan sesuatu kepada yang lebih rendah . Al-Hâsyimi (1960) mendefinisikan jumlah al-amr (kalimat perintah) sebagai tuturan yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah agar melaksanakan suatu perbuatan, seperti “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu ” Untuk menyusun suatu kalâm amr ada empat shîgah yang biasa digunakan: a) Fi‟l al-amr Semua kata kerja yang ber -shîgah fi‟l amr termasuk kategori thalabi . Contoh, ‫ﺧﺬ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﺑﻘﻮﺓ‬

Ambillah kitab itu dengan kuat! b) Fi‟l mudhâri‟ yang disertai lâm alamr Fi‟il mudhâri‟ yang disertai dengan lâm al-amr maknanya sama dengan amr yaitu perintah. Contoh, ‫ﻟﻴﻨﻔﻖ ﺫﻭ ﺳﻌﺔ ﻣﻦ ﺳﻌﺘﻪ‬ Hendaklah berinfak ketika dalam keleluasaan c) Isim fi‟il amr Kata isim yang bermakna fi‟il (kata kerja) termasuk shigat yang membentuk kalâm insyâi thalabi . Contoh, ‫ﺣﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺣﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻼﺡ‬ (Mari melaksanakan shalat! Mari menuju kebahagiaan! ) d) Mashdar pengganti fi‟il Mashdar yang posisinya berfungsi sebagai pengganti fi‟il yang dibuang bisa juga bermakna amr . Contoh, ‫ﺳﻌﻴﺎ ﻓﻰ ﺍﻟﺨﻴﺮ‬ (Berusahalah pada hal-hal yang baik ) Dari keempat shîgah tersebut makna amr pada dasarnya adalah perintah dari yang lebih atas kepada yang lebih rendah. Namun demikian ada beberapa makna Amr selain dari makna perintah. Makna-makna tersebut adalah do‟a , iltimâs (menyuruh yang sebaya ), tamannî (berangan-angan ), tahdîd (ancaman), ta‟jiz (melemahkan ), taswiyah (menyamakan ), takhyîr (memilih ), dan ibâhah (membolehkan ).

● Amar yang keluar dari arti aslinya Dan terkadang Sighot Amar itu keluar dari arti aslinya menjadi arti yang lain yang bisa dipahami dengan alur pembicaraan (Siyaqul kalam) dan Indikasi keadaan. seperti : a. Do‟a , (yaitu : menuntut suatu pekerjaan dengan cara merendah atau sopan, baik orang yang menuntut itu rendah atau tinggi ataupun sama derajatnya) contoh : َ‫ = ﺃَﻭْﺯِﻋْﻨِﻲْ ﺃَﻥْ ﺃَﺷْﻜُﺮَ ﻧِﻌْﻤَﺘَﻚ‬mohon Berikan Ilham padaku untuk mensyukuri nikmat-Mu (Surat An-Naml : 19) . b. Iltimas (yaitu : menuntut suatu pekerjaan secara halus tanpa adanya Isti‟la‟ atau merendahkan diri baik orang yang memerintah itu lebih tinggi derajatnya, atau lebih rendah atau sama). seperti ucapanmu terdapap teman sebayamu : َ‫ = ﺃَﻋْﻄِﻨِﻲْ ﺍﻟﻜِﺘَﺎﺏ‬berikan padaku kitab itu . c. Tamanni (yaitu : Perintah suatu perkara yang disenangi tanpa adanya sifat toma‟), contoh : ِ‫ﺃَﻻَ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞُ ﺍﻟﻄّﻮِﻳْﻞُ ﺃَﻻَ ﺍﻧْﺠَﻠِﻲْ ﺑِﺼُﺒْﺢٍ ﻭَﻣَﺎ ﺍﻹﺻْﺒَﺎﺡُ ﻣِﻨْﻚَ ﺑِﺄَﻣْﺜَﻞ‬ Ingatlah, wahai Sang malam yang panjang!, tampakkanlah dengan waktu shubuh, dan tiadalah kenampakan waktu shubuh darimu itu lebih utama (disisiku). d. Tahdid (Mengancam), contoh : ْ‫ = ﺇِﻋْﻤَﻠُﻮْﺍ ﻣَﺎ ﺷِﺌﺘﻢ‬Kerjakanlah sesuka hati kalian ! (Maka kalian akan melihat balasannya dihadapan kalian ) . (Surat Fushilat : 40) e. Ta‟jiz (melemahkan) , Contoh : ُ‫ﻳَﺎ ﻟَﺒَﻜْﺮٍ ﺃَﻧْﺸِﺮُﻭْﺍ ﻟِﻲْ ﻛُﻠَﻴْﺒَﺎ ﻳَﺎﻟَﺒَﻜْﺮٍ ﺃَﻳْﻦَ ﺍَﻳْﻦَ ﺍﻟﻔِﺮَﺍﺭ‬ Wahai Bakar, hidupkanlah kembali Kulaib, Hai Bakar dimana? dimana engkau akan lari?

f. Taswiyyah (menyamakan), Seperti Firman Allah : ْ‫ﺇﺻْﻠَﻮْﻫَﺎ ﺇِﺻْﺒِﺮُﻭْﺍ ﺃَﻭْ ﻻَ ﺗَﺼْﺒِﺮُﻭْﺍ ﺳَﻮَﺍﺀٌ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢ‬ Masuklah kalian ke dalamnya (rasakanlah panas apinya), Bersabarlah kalian ataukah janganlah sabar kalian, sama saja bagi kalian. (Surat At-Thur : 16) Karena terkadang disalah persepsikan bahwa sabar itu bermanfaat, maka hal itu mendorong untuk menyamakan bagi mereka antara sabar dan tidak dalam hal sama- sama tiada bermanfaat. 2. Nahyu Makna nahyu secara leksikal adalah melarang, menahan, dan menentang. Sedangkan dalam terminologi ilmu balâghah nahyu adalah, ‫ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻜﻒ ﻋﻦ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻹﺳﺘﻌﻼﺀ‬ (Tuntutan meninggalkan suatu perbuatan dari pihak yang lebih tinggi ). Contoh: “Janganlah kamu sekalian mendekati zina! Sesungguhnya zina itu perbuatan keji dan jalan yang sejelek-jeleknya. (al-Isra:32) Pada ayat di atas Allah swt melarang orang-orang beriman berbuat zina. Al-Hasyimi mendefinisikan jumlah alnahy (kalimat melarang) sebagai tuturan yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah agar meninggalkan sesuatu perbuatan. ● Nahi yang keluar dari arti aslinya Terkadang Sighot Nahi itu keluar dari arti aslinya menjadi arti yang lain yang bisa dipahami dari maqom/Keadaan dan alur pembicaraan (Siyaqul kalam). seperti :

a. Do‟a , (yaitu : tuntutan untuk meninggalkan suatu pekerjaan dengan cara merendah atau sopan) contoh pada Firman Allah : َ‫ﻓَﻼَ ﺗُﺸْﻤِﺖْ ﺑِﻲ‬ َ‫ = ﺍﻷَﻋْﺪَﺍﺀ‬Mohon Janganlah kau membuat gembira para musuh dengan melihatku (Surat Al-A‟rof : 150) . b. Iltimas (yaitu : Tuntutan meninggalkan suatu pekerjaan tanpa adanya Isti‟la‟ atau merendahkan diri). seperti ucapanmu terdapap teman sebayamu : َ‫= ﻻَﺗَﺒْﺮَﺡْ ﻣِﻦْ ﻣَﻜَﺎﻧِﻚَ ﺣَﺘﻰ ﺃﺭْﺟِﻊَ ﺇﻟَﻴْﻚ‬ Janganlah kau pindah dari tempatmu, sampai aku kembali padamu . c. Tamanni , contoh : ْ‫ﻳَﺎ ﻟَﻴْﻞُ ﻃُﻞْ ﻳَﺎ ﻧَﻮْﻡُ ﺯُﻝْ ﻳَﺎ ﺻُﺒْﺢُ ﻗِﻒْ ﻻَ ﺗَﻄْﻠُﻊ‬ Wahai Malam, panjangkan waktumu, wahai tidur hilanglah, wahai Waktu subuh berhentilah, janganlah kau nampak. d. Tahdid (Mengancam), Seperti ucapanmu kepada pelayanmu : َ‫ﻻ‬ ْ‫ = ﺗُﻄِﻊْ ﺃَﻣْﺮِﻱ‬Jangan kau patuhi perintahku !, (Maka akan kau rasakan akibatnya). 3. Istifhâm Kata „ ‫ „ ﺍﺳﺘﻔﻬﺎﻡ‬merupakan bentuk mashdar dari kata „ ‫„ ﺍﺳﺘﻔﻬﻢ‬. Secara leksikal kata tersebut bermakna meminta pemahaman/pengertian. Secara istilah istifhâm bermakna ‫ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻟﺸﻲﺀ‬ (menuntut pengetahuan tentang sesuatu ). Kata-kata yang digunakan untuk istifhâm ini ialah : ‫ﺃ – ﻫﻞ – ﻣﺎ – ﻣﻦ – ﻣﺘﻰ – ﺃﻳﺎﻥ – ﻛﻴﻒ – ﺃﻳﻦ – ﻛﻢ – ﺃﻱ – ﺃﻧﻲ‬

Suatu kalimat yang menggunakan kata tanya dinamakan jumlah istifhâmiyyah , yaitu kalimat yang berfungsi untuk meminta informasi tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan salah satu huruf istifhâm . Contoh kalimat tanya seperti: (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ?) Alat untuk bertanya : ّ‫ ﺃﻱ‬،ْ‫ ﻛَﻢ‬،‫ ﺃَﻧﻰ‬، َ‫ ﺃَﻳْﻦ‬،َ‫ ﻛَﻴْﻒ‬، َ‫ ﺃَﻳَّﺎﻥ‬،‫ ﻣَﺘﻰ‬، ْ‫ ﻣَﻦ‬،‫ ﻣَﺎ‬،ْ‫ ﻫَﻞ‬،‫ﺍﻟﻬﻤﺰﺓ‬ Hamzah ( ‫) ﺃ‬ Hamzah berfungsi untuk menuntut Tashowwur atau Tasdhiq. Tashowwur adalah : mengetahui mufrod (sesuatu selain terjadinya penisbatan atau tidak) Seperti Ucapanmu : ٌ‫ = ﺃَﻋَﻠِﻲٌّ ﻣُﺴَﺎﻓِﺮٌ ﺃَﻡْ ﺧَﺎﻟِﺪ‬Apakah Ali itu Orang yang pergi ataukah Kholid ? . dengan berkeyakinan bahwa bepergian itu dilakukan oleh salah satu dari keduanya, tetapi engkau menuntut kejelasannya, maka dari itu dijawab dengan menentukan salah satunya, semisal dijawab : “Ali”. Tasdhiq yaitu mengetahui bahwa penisbatan antara dua perkara itu terjadi sesuai dengan fakta atau tidak. Contoh : ٌّ‫ = ﺃَﺳَﺎﻓَﺮَ ﻋَﻠِﻲ‬Apakah Ali telah pergi? . engkau bertanya tentang terjadinya pekerjaan”bepergian” atau tidak ? maka dijawab dengan : ya atau tidak. Sesuatu yang ditanyakan dalam Tashowwur itu Lafadz yang bersanding dengan hamzah dan adanya kata pembanding yang disebutkan setelah Am . Kata Am disini disebut : Am Muttasil . maka kamu akan mengucapkan ketika bertanya tentang Musnad ilaih : ” ‫ﺃَﺃَﻧْﺖَ ﻓَﻌَﻠْﺖَ ﻫَﺬَﺍ ﺃَﻡْ ﻳُﻮْﺳُﻒُ ؟‬ = Apakah kamu telah mengerjakan ini ataukah Yusuf? . dan bertanya tentang Musnad : ِ‫ﺃَ ﺭَﺍﻏِﺐٌ ﺃَﻧْﺖَ ﻋَﻦِ ﺍﻷﻣْﺮِ ﺃَﻡْ ﺭَﺍﻏِﺐٌ ﻓِﻴْﻪ‬

= Apakah Kamu membenci perkara ini ataukah kamu menyukainya? . dan bertanya tentang Maf‟ul bih ‫ﺃَ ﺇِﻳَّﺎﻱَ ﺗَﻘْﺼِﺪُ ﺃَﻡْ ﺧَﺎﻟِﺪًﺍ ؟‬ = Apakah aku yang engkau tuju ataukah kholid ?. dan bertanya tentang Hal : ‫ﺃَ ﺭَﺍﻛِﺒًﺎ ﺟِﺌﺖَ ﺃَﻡْ ﻣَﺎﺷِﻴًﺎ ؟‬ =Apakah dengan berkendaraan engkau datang ataukah dengan berjalan kaki? . dan bertanya tentang Dhorof : ‫ﺃَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺨَﻤِﻴْﺲِ ﻗَﺪِﻣْﺖَ ﺃَﻡْ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺠُﻤْﻌَﺔِ ؟‬ =Apakah pada hari kamis engkau datang ataukah pada hari jum‟at? . dan begitu seterusnya. dan terkadang tidak disebutkan kata pembandingnya. contoh : ‫ = ﺃَ ﺃَﻧْﺖَ ﻓَﻌَﻠْﺖَ ﻛَﺬَﺍ ؟‬Apakah Kamu telah melakukan ini? ‫ = ﺃَ ﺭَﺍﻏِﺐٌ ﺃَﻧْﺖَ ﻋَﻦِ ﺍﻷﻣْﺮِ ؟‬Apakah Kamu benci perkara ini? . ‫ = ﺃَ ﺇِﻳَّﺎﻱَ ﺗَﻘْﺼِﺪُ ؟‬Apakah aku yang engkau tuju? . ‫ = ﺃَ ﺭَﺍﻛِﺒًﺎ ﺟِﺌﺖَ ؟‬Apakah dengan berkendaraan kau datang? . ‫ = ﺃَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﺨَﻤِﻴْﺲِ ﻗَﺪِﻣْﺖَ ؟‬Apakah pada hari kamis engkau datang? . Sedangkan Sesuatu yang ditanyakan dalam Tashdiq adalah Nisbat (keadaannya dalam aspek terjadinya sesuatu atau tidak) serta tidak adanya Lafadz pembanding. maka apabila Am terletak setelah Jumlah yang menunjukkan suatu nisbat, maka am itu dikira-kirakan sebagai Am Munqoti‟ (terputus) dan bermakna seperti Bal (bahkan). ْ‫ﻫَﻞ‬ berfungsi untuk menuntut Tasdhiq saja. Contoh : ‫ = ﻫَﻞْ ﺟَﺎﺀَ ﺻَﺪِﻳْﻘُﻚَ ؟‬Apakah temanmu telah datang? . jawabnya adalah ya atau tidak. maka dari itu tidak perlu menyebutkan Lafadz pembanding. maka tidak boleh diucapkan : ‫ = ﻫَﻞْ ﺟَﺎﺀَ ﺻَﺪِﻳْﻘُﻚَ ﺃَﻡْ ﻋَﺪُﻭُّﻙَ ؟‬Apakah temanmu telah datang ataukah musuhmu? . ْ‫ ﻫَﻞ‬itu disebut Bashithoh , jika yang ditanyakan mengenai wujudnya sesuatu pada dzatnya. contoh : ْ‫ﻫَﻞ‬

‫ = ﺍﻟﻌَﻨْﻘَﺎﺀُ ﻣَﻮْﺟُﻮْﺩَﺓٌ ؟‬Apakah burung Anqo‟ itu ada? . dan disebut Murokkabah , jika yang ditanyakan mengenai wujudnya sesuatu pada sesuatu yang lain. Contoh : ‫= ﻫَﻞْ ﺗَﺒِﻴْﺾُ ﺍﻟﻌَﻨْﻘَﺎﺀُ ﻭَﺗُﻔْﺮِﺥُ ؟‬ Apakah burung Anqo‟itu bertelur dan menetas ? ‫ﻣَﺎ‬ berfungsi untuk menuntut penjelasan suatu nama. Contoh : ‫ = ﻣَﺎ ﺍﻟﻌَﺴْﺠَﺪُ ؟‬Apa „asjad itu? . (Maka dijawab : itu adalah emas) ‫ = ﻣَﺎ ﺍﻟﻠُّﺠَﻴْﻦُ ؟‬Apa Lujain itu? . (Maka dijawab : itu adalah perak) atau berfungsi untuk menanyakan tentang hakikat suatu nama benda. Contoh : ‫ = ﻣَﺎ ﺍﻹﻧْﺴَﺎﻥُ ؟‬Apa hakikat Manusia itu? (dengan menanyakan hakikat perorangan pada manusia, maka dijawab : bahwa perorangan manusia tidak bisa bertambah pada hakikatnya kecuali adanya hal-hal yang baru) . atau berfungsi untuk menanyakan tentang keadaan(sifat) perkara yang disebutkan beserta ma . seperti ucapanmu kepada orang yang mendatangimu : ‫ = ﻣَﺎ ﺃَﻧْﺖَ ؟‬Apa keperluanmu? (maka dijawab :”Aku berziaroh atau aku utusan dari Kholid” . ‫ﻣَﻦ‬ berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang orang-orang yang berakal. Contoh ‫ = ﻣَﻦْ ﻓَﺘَﺢَ ﻣِﺼْﺮَ ؟‬Siapa Orang yang menahklukan Mesir? (maka dijawab : Amr bin Ash pada zaman pemerintahan Kholifah Umar bin Khotob) . ‫ﻣَﺘَﻰ‬ berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang waktu yang telah lewat atau yang akan datang (atau yang terjadi sekarang). Contoh : َ‫ﻣَﺘﻰ ﺟِﺌﺖ‬ = Kapan Engkau datang ? (maka dijawab : Waktu sahur) ‫= ﻰﺘَﻣَ ﺗَﺬﻫَﺐُ ؟‬ Kapan kamu akan pergi?(maka dijawab : sekarang atau besok) . َ‫ﺃَﻳَّﺎﻥ‬

berfungsi khusus untuk menuntut kejelasan masa yang akan datang. dan Lafadz َ ‫ ﺃَﻳَّﺎﻥ‬digunakan pada tujuan Tahwil (memandang besar suatu perkara). Seperti Firman Allah : ‫ = ﻳَﺴْﺄﻝُ ﺃَﻳَّﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡُ ﺍﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ؟‬Ia bertanya : kapankah Hari kiamat itu َ‫ﻛَﻴْﻒ‬ berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang suatu keadaan. Contoh : ‫ = ﻛَﻴْﻒَ ﺃَﻧْﺖَ ؟‬Bagaimana keadaanmu? . َ‫ﺃَﻳْﻦ‬ berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang suatu tempat. Contoh : ‫ = ﺃَﻳْﻦَ ﺗَﺬْﻫَﺐُ ؟‬ke mana engkau akan pergi? . ‫ﺃَﻧﻰ‬ berfungsi seperti Kaifa contoh : ‫= ﺃﻧﻰ ﻳُﺤْﻲِ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﻮْﺗِﻬَﺎ ؟‬ Bagaimana Allah menghidupakan negeri ini setelah matinya (Ahli Qoryah) ?. (Surat Al-Baqoroh : 259) . berfungsi seperti Min Aina contoh (dalam Surat Ali Imron : 37) = ‫ﻳَﺎ ﻣﺮﻳﻢ‬ ‫ = ﺃَﻧﻰ ﻟَﻚِ ﻫَﺬَﺍ ؟‬Hai Maryam, Dari manakah makanan ini? . berfungsi seperti Mata contoh : ‫ = ﺃﻧﻰ ﺗَﻜُﻮﻥُ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓُ ﺍﻟﻨَّﻴْﻞِ؟‬Kapan bertambahnya sungai Nil? . ْ‫ﻛَﻢ‬ berfungsi untuk menuntut kejelasan tentang suatu hitungan yang samar. Contoh : ‫ = ﻛَﻢْ ﻟَﺒِﺜﺘﻢْ ؟‬Berapa lama kalian berdiam diri? . (Surat Al-kahfi :19

ّ‫ﺃَﻱ‬ berfungsi untuk menuntut perbedaan salah satu dari dua perkara yang berkumpul dalam satu perkara yang mencakup keduanya. Contoh : ‫ = ﺃَﻱ ﺍﻟﻔَﺮِﻳْﻘَﻴْﻦِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣَﻘَﺎﻣًﺎ ؟‬Manakah Dua kelompok (Kafir dan Mu‟min) yang lebih baik tempat tinggalnya ? . (Surat Maryam : 73) Berfungsi juga untuk menanyakan tentang waktu, tempat, keadaan, hitungan orang yang berakal, dll dengan memandang pada lafadz yang disandarkan. ● Istifhâm yang keluar dari arti aslinya Dan terkadang Lafadz-lafadz Istifham itu keluar dari arti aslinya menjadi arti yang lain, yang bisa dipahami dari alur pembicaraan (Siyaqul kalam). seperti : a. Taswiyah (menyamakan), contoh ْ‫= ﺳَﻮَﺍﺀٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﺃﻧْﺬَﺭْﺗَﻬُﻢْ ﺃﻡ ﻟَﻢْ ﺗُﻨْﺬِﺭْﺀﻫُﻢ‬ sama saja apakah kamu memperingatkan mereka atau tidak ? (Surat Al-Baqoroh :6) b. Nafi (Meniadakan). seperti: ُ‫ = ﻫَﻞْ ﺟَﺰَﺍﺀُ ﺍﻹﺣﺴَﺎﻥِ ﺇﻻ ﺍﻹﺣْﺴَﺎﻥ‬Tiadalah Balasan untuk berbuat kebaikan kecuali dengan berbuat kebaikan (Surat Ar-Rohman : 60) . c. Ingkar (Mengingkari), contoh : ‫ﺃَﻏَﻴْﺮَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﺪْﻋُﻮْﻥَ ؟‬ Apakah pada selain Allah kalian menyembah ? (Surat Al-An‟am :40) ‫ﺃَﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻜَﺎﻑٍ ﻋَﺒْﺪَﻩُ ؟‬

Bukankah Allah itu mencukupi Hamba-Nya ? (Surat Az-Zumar :36) d. Amar (Perintah), contoh : ‫ = ﻓَﻬَﻞْ ﺃَﻧﺘﻢ ﻣُﻨْﺘَﻬُﻮْﻥَ ؟‬maka Berhentilah !. (surat Al-Maidah : 91 ‫ = ﺃَﺃَﺳْﻠَﻤْﺘﻢْ؟‬maukah masuk islam ? !. (Surat Ali Imron : 20) e. Nahi (Larangan), Contoh : ‫ﺃَﺗَﺨْﺸَﻮْﻧﻬﻢْ ﻓَﺎﻟﻠﻪُ ﺃَﺣَﻖُّ ﺃَﻥْ ﺗَﺨْﺸَﻮْﻩُ ؟‬ = Apakah kalian takut pada mereka? Padahal Allah itu lebih berhak kalian takuti. (Surat At-taubah : 13 f. Tasywiq (Memotifasi), contoh : ‫ﻫَﻞْ ﺃَﺩُﻟُّﻜُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺗِﺠَﺎﺭَﺓٍ ﺗُﻨْﺠِﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏٍ ﺃَﻟِﻴْﻢٍ ؟‬ = Apakah Aku tunjukkan pada perdagangan yang menyelamatkan kalian dari siksa yang pedih ? (Surat Ash-Shof : 10). g. Ta‟dhim (Mengagungkan), contoh : ‫= ﻣَﻦْ ﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳَﺸْﻔَﻊُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺇِﻻَّ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِ ؟‬ Siapakah yang bisa memberi syafa‟at disisi Allah tanpa Idzin-Nya ? (Surat Al-Baqoroh : 255) h. Tahkir (Menghina), contoh : ‫ = ﺃَ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺬﻱْ ﻣَﺪَﺣْﺘَﻪُ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ؟‬Apakah hanya pada orang ini engkau sering memujinya ?. Tamanni (Berharap) Adalah : Menuntut sesuatu yang

4. Nidâ ( panggilan) Secara leksikal nidâ artinya panggilan. Sedangkan dalam terminology ilmu balâghah nidâ adalah, ‫” ﻃﻠﺐ ﺍﻹﻗﺒﺎﻝ ﺑﺤﺮﻑ ﻧﺎﺋﺐ ﻣﻨﺎﺏ ” ﺃﻧﺎﺩﻯ‬ ‫ﺃﺩﻋﻮ ” ﺍﻟﻤﻨﻘﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﺍﻟﻰ ﺍﻹﻧﺸﺎﺀ‬ Nidâ adalah tuntutan mutakallim yang menghendaki seseorang agar menghadapnya. Nidâ menggunakan huruf yang menggantikan lafazh “unâdî ” atau “ad‟û ” yang susunannya di pindah dari kalâm khabari menjadi kalâm insyâi . Huruf nidâ ada delapan, yaitu, hamzah ( ‫) ﺀ‬, ay ( ‫) ﺃﻱ‬, yâ ( ‫) ﻳﺎ‬, â ( ‫) ﺁ‬, â, ‫) )ﺁﻱ‬, ayâ ( ‫) ﺃﻳﺎ‬, hayâ ( ‫) ﻫﻴﺎ‬, dan wâ ( .( ‫ﻭﺍ‬ Hamzah (‫ ) ﺃ‬dan ْ‫ ﺃﻱ‬untuk panggilan jarak dekat, sedangkan yang lainnya untuk panggilan jarak jauh. Dan terkadang Panggilan jarak jauh diposisikan untuk panggilan jarak dekat, maka memanggil dengan Hamzah (‫ ) ﺃ‬dan ْ‫ ﺃﻱ‬untuk mengisarahkan bahwa karena sangat menginginkan kehadiran mukhotob dihati Mutakallim, maka seolah-olah mukhotob seperti orang yang hadir bersamanya, seperti ucapan Penyair ُ‫ﺃَﺳُﻜَّﺎﻥَ ﻧَﻌْﻤَﺎﻥَ ﺍﻷَﺭَﺍﻙِ ﺗَﻴَﻘَّﻨُﻮْﺍ ﺑِﺄَﻧَّﻜُﻢْ ﻓِﻲْ ﺭَﺑْﻊٍ ﻗَﻠْﺒِﻲْ ﺳُﻜَّﺎﻥ‬ Wahai Penduduk Na‟man Arok (Lembah antara makkah dan Thoif), percayalah kalian bahwa kalian itu berada pada tempat hatiku. 5. Tamannî Kalimat tamannî (berangan-angan) adalah kalimat yang berfungsi untuk menyatakan keinginan terhadap sesuatu yang disukai, tetapi tidak mungkin untuk dapat meraihnya, seperti:

“Ingin rasanya kami memiliki apa yang diberikan kepada Karun. Sesungguhnya dia benar-benar memperoleh keberuntungan yang besar”. Dalam terminologi ilmu balâghah tamannî adalah, ‫ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﺍﻟﻤﺤﺒﻮﺏ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺮﺟﻰ ﻭﻻ ﻳﺘﻮﻗﻊ ﺣﺼﻮﻟﻪ‬ Menuntut sesuatu yang diinginkan, akan tetapi tidak mungkin terwujud. Ketidakmungkinan terwujudnya sesuatu itu bisa terjadi karena mustahil terjadi atau juga sesuatu yang mungkin akan tetapi tidak maksimal dalam mencapainya. Syi‟ir di bawah ini merupakan contoh kalâm tamannî yang mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi, ‫ﺃﻻ ﻟﻴﺖ ﺍﻟﺸﺒﺎﺏ ﻳﻌﻮﺩ ﻳﻮﻣﺎ — ﻓﺄﺧﺒﺮﻛﻢ ﺑﻤﺎ ﻓﻌﻞ ﺍﻟﻤﺸﻴﺪ‬ Aduh, seandainya masa muda itu kembali sehari saja Aku akan mengabarkan kepada kalian Bagaimana yang terjadi ketika sudah tua Pada syi‟ir di atas penyair mengharapkan kembalinya masa muda walau hanya sehari. Hal ini tidak mungkin, sehingga dinamakan tamannî. Tamannî juga ada pada ungkapan yang mungkin terwujud (bisa terwujud) akan tetapi tidak bisa terwujud karena tidak berusaha secara maksimal. Dalam Alquran Allah berfirman, ‫ﻳﺎ ﻟﻴﺖ ﻟﻨﺎ ﻣﺜﻞ ﻣﺎ ﺃﻭﺗﻲ ﻗﺎﺭﻭﻥ‬ Aduh, seandainya aku dikaruniai harta seperti Qarun. Adalah : Menuntut suatu informasi atau pengetahuan atas terjadinya sesuatu dengan alat tertentu. disukai yang tidak bisa diharapkan terwujudnya karena merupakan hal yang mustahil atau sulit terjadinya. Contoh ucapan Penyair : ُ‫ﺃَﻻَ ﻟَﻴْﺖَ ﺍﻟﺸَّﺒَﺎﺏَ ﻳَﻌُﻮْﺩُ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻓَﺎُﺧْﺒِﺮُﻩُ ﺑِﻤَﺎ ﻓَﻌَﻞَ ﺍﻟﻤَﺸِﻴْﺐ‬

Ingatlah, seandainya pada suatu hari masa muda itu kembali, maka akan aku ceritakan padanya atas sesuatu yang telah dilakukan oleh masa tua. Dan seperti ucapan orang miskin : ٍ‫ﻟَﻴْﺖَ ﻟِﻲْ ﺃَﻟْﻒَ ﺩِﻳْﻨَﺎﺭ‬ Seandainya aku mempunyai uang seribu dinar ! Dan jika Perkara tersebut bisa diharapkan terwujudnya, maka mengandai-andai perkara tersebut disebut : Tarojji. Contoh : ‫ﻟَﻌَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻳُﺤْﺪِﺙُ ﺑَﻌْﺪَ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻣْﺮًﺍ‬ Semoga Allah menjadikan setelahnya perkara lain (yang menyenangkan). Tamanni itu memiliki 4 alat : Yang satu merupakan Kata Ashli yaitu : 1. َ‫ﻟَﻴْﺖ‬ Sedangkan yang tiga adalah Kata tidak Ashli yaitu : 2. ْ‫ ﻫَﻞ‬, Contoh : ‫ﻓَﻬَﻞْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺷُﻔَﻌَﺎﺀَ ﻓَﻴَﺸْﻔَﻌُﻮْﺍ ﻟَﻨَﺎ‬ Adakah bagi kami orang-orang yang menolong, sehingga menolong kami. (S. Al-A‟rof : 52). 3. ْ‫ ﻟَﻮ‬, Contoh : َ‫ﻓَﻠَﻮْ ﺃَﻥَّ ﻟَﻨَﺎ ﻛَﺮَّﺓً ﻓَﻨَﻜُﻮْﻥَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦ‬ Seandainya bagi kami bisa kembali ke dunia, maka kami akan beriman. (Surat Al-Baqoroh : 167). 4. َّ‫ ﻟَﻌَﻞ‬,

Contoh ucapan penyair (Abbas bin Ahnaf) : ُ‫ﺃَﺳْﺮِﺏَ ﺍﻟﻘَﻄَﺎ ﻣَﻦْ ﻳُﻌِﻴْﺮُ ﺟَﻨَﺎﺣَﻪُ – ﻟَﻌَﻠِّﻲْ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻦْ ﻗَﺪْ ﻫَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻃِﻴْﺮ‬ Wahai Segerombol burung Qotho‟, Siapakah yang mau meminjamkan sayapnya?, Seandainya aku bisa terbang menuju orang yang aku cintai Karena menggunakan adat ini dalam Tamanni, maka fi‟il mudhori‟ yang jatuh setelahnya itu dinashobkan sebagai jawabnya.