Data Loading...
media pengajaran INDIVIDU+-dikonversi Flipbook PDF
media pengajaran INDIVIDU+-dikonversi
121 Views
68 Downloads
FLIP PDF 295.87KB
“Meneladani perjuangan rasulullah saw. Di mekah”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Pengajaran PAI
Dosen Pengampu: Wiwin fachrudin yusuf, S. Ag, MA
Disusun Oleh:
Alwiyatun ismatulah (201986010065)
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN 2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mmeneladani perjuangan rasulullah saw. Di mekah” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Wiwin Fachrudin Yusuf, S.Ag., MA pada mata kuliah Media pembelajaran PAI. Selain itu, makalah ini juga untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Jambi, 23 Maret 2021
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Mekah merupakan kota pusat perdagangan dan pribadatan orang arab. Mereka menyembah dan memuja patung atau berhala sebagai tuhan. Ratusan patung berhala terdapat di kabah, di antaranya berhala yang terbzar dan populer yaitu latta, uzza, dan manat. Menurut mereka berhala-berhala itu anak tuhan yang berkuasa mendatangkan syafaat. Penduduk mekah sangat memperhatikan dan memelihara kedudukan tata nulai yang tinggi dan istimewa karena hal semacanm itu memberikan kehidupan yang makmur dan mewah. Mereka juga menjual beikan budak dan wanita. Masyarakat mekah gemar minum-minuman keras, berjudi, dan berzina serta berlomba-lomba mecari kedudukan atau harta benda. Mereka tengelam dalam kehidupan duniawi tanpa mengindahkan kehidupan akhirat. Bangsa arab pada saat itu terpecah menjadi suku-ssuku (kabilah) yang sering membangakan diri dengan suku mereka masing-masing, kabilah-kabilah itu hidup bebas dan memiliki aturan tersendiri. Sering terjahi pertikaian, berselisih paham bahkan peperangan antara mereka yang disebabkan perkara-perkara kecil atau memperebutkan kekuasaan, oleh karena itu mereka tidak pernah bersatu dan memiliki kekuatan. Kebiasaan orang arab memberikan penghargaan terhadap orang lain yang didasarkan pada keturunan, kebangsawanan, atau kekayaan. Seseorang yang berakhlak baik dan berilmu belum tentu mendapatkan penghargaan atau kehormatan apbila ia bukan berasal dari keturunan bangsawan. Bangsa arab kususnya quraisy memandang diri mereka leboh mulia dan tinggi dari bangsa arab lainya. Dalam kabilah quraisy terdapat golonggan-golongan yang saling bersaingan untuk merebut pengaruh dan kekuasaan. Oleh karena itu jika orang quraisy tunduk kepada nabi muhammad Saw. hal itu sama dengan tunduk dan menyerahkan kepemimpinan kepada keluarga nabi muhammad Saw. bani Abdul muthalib. dengan hal itu pula mereka tidak akan dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
B. RUMUSAN MASLAH 1. Bagaimana subtansi dakwah Rasulullah Saw. di Mekah? 2. Bagaimana strategi dakwah Rasulullah Saw. di Mekah? 3. Bagaimana reaksi kafir Quraisy terhadap dakwah Rasulullah Saw? 4. Apa saja contoh-contoh penyiksaan Quraisy terhadap Rasulullah Saw. dan para pengikutnya? 5. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perjanjian Aqobah? 6. Bagaimana peristiwa hijrah kaum Muslim?
C. TUJUAN 1. Memahami subtansi dakwah Rasulullah Saw. di Mekah 2. Memahami strategi dakwah Rasulullah Saw. di Mekah 3. Memahami reaksi kafir Quraisy terhadap dakwah Rasulullah Saw 4. Memahami contoh-contoh penyiksaan Quraisy terhadap Rasulullah Saw. dan para pengikutya 5. Memahami faktor apa yang menyebabkan terjadinya perjanjian Aqobah 6. Memahami bagaimana peristiwa hijrah kaum muslim
BAB II PEMBAHASAN
A. Substansi dakwah Rasulullah SAW. di mekah a. Kerasulan Nabi Muhammad Saw. dan Wahyu Pertama
Menurut beberapa riwayat yang shohih, Nabi Muhammad Saw. pertama kali diangkat menjadi Rasul pada malam hari tanggal 17 Ramdhan saat usianya 40 tahun. Malaikat Jibril datang untuk membacakan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw., yaitu Q.S. Al-alaq. Nabi Muhammad Saw. diperintahkan membacanya, namun Rasulullah Saw. berkata bahwa ia tak bisa membaca. Malaikat Jibril mengulangi permintaannya, tetapi jawabannya tetap sama. Kemudian, Jibril menyampaikan firman Allah Swt. yaitu Q.S. Al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut: َ علَ ٍۚق ِا اق َرأا َو َربُّكَ ا سانَ َما لَ ام يَ اعلَ ام ِ علَّ َم بِ االقَلَ ِۙ ِمعَلَّ َم ا ِ ي َخلَ ٍۚقَ َخلَقَ ا َ ي َ سانَ مِ ان َ اْل ان َ اْل ان اْل اك َر ِۙم الَّ ِذ ا اِ اق َرأا بِاس ِام َربِكَ الَّ ِذ ا Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-alaq 1-5).1
Itulah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai awal diangkatnya sebagai Rasul. Kemudian, Nabi Muhammad Saw. menerima ayat-ayat Al-Qur’an secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi sehingga hampir setiap ayat Al-Qur’an turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari turunnya ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama al-Mushaf yang juga dinamakan Al-Qur’an.
b. Ajaran-Ajaran Pokok Rasulullah Saw. di Mekah
1. Aqidah Rasulullah Saw. diutus oleh Allah Swt. untuk membawa ajaran tauhid. Masyarakat Arab yang saat ia dilahirkan bahkan jauh sebelum ia lahir, hidup
1
Buku pendidikan Agama dan Budi Pekrti SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Hlm. 60
dalam praktik kemusyrikan. Ia sampaikan kepada kaum Quraisy bahwa Allah Swt. Maha Pencipta. Segala sesuatu di alam ini, langit, bumi, matahari, bintang-bintang, laut, gunung, manusia, hewan, tumbuhan, batu-batuan, air, api, dan lain sebagainya itu merupakan ciptaan Allah Swt. Karena itu, Allah Swt. Maha kuasa atas segala sesuatu, sedangkan manusia lemah tak berdaya. Ia Maha agung (Mulia) sedangkan manusia rendah dan hina. Selain Maha Pencipta dan Maha kuasa, Ia pelihara seluruh makhluk-Nya dan Ia sediakan seluruh kebutuhannya, termasuk manusia. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan bahwa Allah Swt. itu Maha Mengetahui. Allah Swt. mengajarkan manusia berbagai macam ilmu pengetahuan
yang
tidak
diketahuinya
dan
cara
memperoleh
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut. Ajaran keimanan ini, yang merupakan ajaran utama yang diembankan kepada ia bersumber kepada wahyuwahyu Ilahi. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memerintahkan beliau agar menyampaikan keimanan sebagai pokok ajaran Islam yang sempurna. Allah Swt. berfirman yang artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah Swt., Yang Maha Esa. Allah Swt. tempat meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q.S. al-Ikhlas ayat: 1-4) Ajaran tauhid ini berbekas sangat dalam di hati Nabi dan para pengikutnya sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat, mapan, dan tak tergoyahkan. Dengan keyakinan ini, para sahabat sangat percaya bahwa Allah Swt. tidak akan membiarkan mereka dalam kesulitan dan penderitaan. Dengan keyakinan ini pula, mereka percaya bahwa Allah Swt. akan memberikan kebahagiaan hidup kepada mereka. Dengan keyakinan ini pula, para sahabat terbebas dari pengaruh kekayaan dan kesenangan duniawi. Dengan keyakinan ini pula, para sahabat mampu bersabar dan bertahan serta tetap berpegang teguh pada agama ketika mereka mendapatkan tantangan dan siksaan yang amat keji dari pemuka-pemuka Quraisy. Dengan keyakinan seperti ini pulalah, Nabi Muhammad saw. dapat mengatakan dengan mantap kepada Abu Thalib “Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan aku tinggalkan. Biarlah nanti Allah Swt. yang akan membuktikan apakah
saya memperoleh kemenangan (berhasil) atau binasa karenanya”. Ini pula yang menjadi rahasia mengapa Bilal bin Rabbah dapat bertahan atas siksaan yang ia terima dengan tetap mengucapkan “Allah Maha Esa” secara berulang-ulang.2 2. Akhlak Mulia Dalam hal akhlak Nabi Muhammad Saw. tampil sebagai teladan yang baik. Sejak sebelum menjadi nabi, ia telah tampil sebagai sosok yang jujur sehingga diberi gelar oleh masyarakatnya al-Amin (yang dapat dipercaya). Selain itu, Nabi Muhammad Saw. merupakan sosok yang suka menolong dan meringankan beban orang lain. Ia juga membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan serta persahabatan. Nabi Muhammad Saw. tampil sebagai sosok yang sopan, lembut, menghormati setiap orang, dan memuliakan tamu. Selain itu, Nabi Muhammad Saw. juga tampil sebagai sosok yang berani dalam membela kebenaran, teguh pendirian, dan tekun dalam beribadah. Nabi Muhammad Saw. mengajak agar sikap dan perilaku yang tidak terpuji yang dilakukan masyarakat Arab seperti berjudi, meminum minuman keras (khamr), berzina, membunuh, dan kebiasaan buruk lainnya ditinggalkan. Selain karena pribadi ia dengan akhlaknya yang luhur, ajaran untuk memperbaiki akhlak juga bersumber dari Allah Swt. Firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwallah kepada Allah Swt. agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-hujurat:10) Keterangan di atas memberikan penjelasan kepada kita, bagaimana Rasulullah Saw. memadukan teori dengan praktik. Ia mengajarkan akhlak mulia kepada masyarakatnya, sekaligus juga membuktikannya dengan perilakunya yang sangat luhur. Akhlak Rasulullah Saw. adalah apa yang dimuat di dalam Al-qur’an itu sendiri. Ia tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mencontohkan dengan akhlak terpuji. Hal ini diakui oleh seorang penulis Barat, Michael H. Hart dalam bukunya yang berjudul “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia” dengan menempatkan Rasulullah Saw. sebagai manusia tersukses mengubah perilaku manusia yang biadab menjadi manusia yang beradab.3
2 3
Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SAM/MA/SMK/MAK Kels X, Hlm. 63-64 Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/SMAK Kelas X, Hlm. 64-65
B. Strategi Dakwah Rasululah Saw. di Mekah Dalam mendakwahkan ajaran-ajaran Islam yang sangat fundamental dan universal, Rasulullah Saw. tidak serta-merta melakukannya dengan tergesagesa. Ia mengerti benar bagaimana kondisi masyarakat Arab saat itu yang bergelimang dengan kemaksiatan dan praktik-praktik kemunkaran. Mengubah pola pikir dan kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat bangsa Arab khususnya kaum Quraisy bukanlah perkara mudah. Kebiasaan yang telah dilakukan secara turun-temurun sejak ratusan tahun silam, ditambah lagi dengan pengaruh agama Nasrani dan Yahudi yang sudah dikenal lama bahkan sudah banyak penganutnya. Ada dua tahapan yang dilakukan Rasulullah Saw. dalam menjalankan misi dakwah tersebut, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi yang hanya terbatas di kalangan keluarga dan sahabat terdekat dan dakwah secara terang-terangan kepada khalayak ramai. 1. Dakwah secara Rahasia/Diam-diam (Al-Da’wah bi al-Sirr)
Mula-mula Rasulullah Saw. Mengajarkan islam atau berdakwah di Mekah secara diam-diam / sembunyi-sembunyi dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun. Sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Q.S. Asy-syu’araa ayat 214: Artinya: ”dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”.4 Hal tersebut dilakukan mengingat kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka berpegang pada keyakinan dan penyembahan berhala. Pada tahap ini, Rasulullah Saw. memfokuskan dakwah Islam hanya kepada orang-orang terdekat, yaitu keluarga dan para sahabatnya. Rumah Rasulullah Saw (Darul Arqam) dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah. Orang-orang yang diajak nabi merupakan cikal-bakal kader dakwah yang turut membantu nabi dalam menyebarkan Islam di Mekah. Orang-orang yang pertama masuk Islam, di antara mereka yaitu, Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Haritsah bin Syurahbil Al-Kalbi, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ashiddiq. Orang-orang yang diajak nabi merupakan cikal-bakal kader dakwah yang turut membantu nabi dalam menyebarkan Islam di Mekkah. Strategi
4
Mohammad irfandi, perjalanan dakwah rasulullah saw. Pada periode mekah dan madinah, skripsi, hlm.99
ini, menghasilkan orang-orang yang pertama masuk Islam, di antara mereka yaitu, Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Haritsah bin Syurahbil Al-Kalbi, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ashiddiq. Dipilihnya Abu Bakar, sebagai mad’u yang pantas menerima dakwah secara personal membuat pergerakan dakwah semakin berkembang, karena semangatnya yang luar biasa dalam berdakwah, dia juga disenangi oleh kaumnya karena berilmu dan kaya, maka orang-orang yang memeluk Islam bertambah banyak, berkat seruannya itu, ada beberapa orang yang masuk Islam, yaitu Utsman bin Affan Al-Umawi, Az-Zubair bin Al-Awwam AlAsadi, Abdurrahman bin Auf, Sa‟ad bin Abi Waqqash Az-Zuhriyah, dan Thalhah bin Ubaidillah At-Taimi.5 Bagaimana ajaran Islam bisa diterima dan dianut oleh mereka yang sebelumnya terbiasa dengan adat-istiadat masyarakat Arab yang begitu mengakar kuat? Bagaimana mereka meyakini agama baru yang dibawa oleh Rasulullah Saw. sebagai agama paling benar dan sempurna kemudian menjadi pemeluknya? Bagaimana pula reaksi orang-orang yang mengetahui bahwa mereka telah meninggalkan agama nenek moyang, yaitu menyembah berhala? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di antaranya adalah seperti berikut: a. Pribadi Rasulullah Saw. yang begitu luhur dan agung. Tidak pernah ia melakukan hal-hal yang tercela dan hina. Ia adalah pribadi yang sangat jujur dan amanah (Al-Amin), sabar, bijaksana, dan lemahlembut dalam menyampaikan ajakan serta ajaran Islam. b. Ajaran Islam yang rasional, logis, dan universal, menghargai hakhak asasi manusia, memberikan hak yang sama, keadilan, dan kepastian hidup setelah mati. c. Menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya, yaitu ajaran-ajaran yang dibawa oleh para rasul terdahulu berupa penyembahan terhadap Allah Swt., berbuat baik terhadap sesama, menjaga kerukunan, larangan perbuatan tercela seperti membunuh, berzina dan lain sebagainya.
5
M. fatthir nurasykim, strategi rasulullah dalam pengembangan dakwah pada periode mekah, jurnal at-taujih, vol.2, no.1, hlm.115, 2019
d. Kesadaran akan tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lama yang begitu jauh dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Berdakwah secara diam-diam atau rahasia (al-Da’wah bi al-Sirr) ini dilaksanakan Rasulullah saw. selama lebih kurang tiga tahun. Setelah memperoleh pengikut dan dukungan dari keluarga dan para sahabat, selanjutnya Rasulullah Saw. mengatur strategi dan rencana agar ajaran Islam dapat diajarkan dan disebarluaskan secara terbuka.6 2. Dakwah secara Terang-Terangan (Al-Da’wah bi al-Jahr)
Dakwah secara terang-terangan (Al-Da’wah bi al-Jahr) dimulai ketika Rasulullah Saw. menyeru kepada orang-orang Mekah setelah turunya firman allah Q.S. Al- hijer ayat 94. Artinya:”maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.7 Setelah turunya ayat ini rasulullah Saw. Menyampaikan dakwahnya kepada seluruh lapisan masyarakat kota mekah. Beliau mengambil bukit shofa sebgai tempat menyampaikan dakwah. Adapun yang disampaikan Rasulullah Saw. Dalam dakwahnya adalah ajaran islam antara lain: a. Mengajak
manusia
hanya
menyembah
Allah
Swt.
Dan
meninggalkan kepercayaan menyembah berhala. b. Mengajar tentang adanya hari kiamat, pertangung jawaban semua manusia atas perbuatanya. c. Mengajarkan akhlak yang terpuji serta mejauhkan diri dari perbuatan tercela. d. Mengajarkan persamaan drajat diantara manusia, karna pada umumnya drajat manusia sama di mata Allah Swt. Hanya iman dan taqwa yang membedakan.
6
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kls x, hlm.66 Mohammad irfandi, perjalanan dakwah islamiyah rasulullah saw. Pada periode mekah dan madinah, skripsi, hlm.100 7
Memproklamirkan Dakwah di Bukit Shafa. Perintah dakwah secara terang-terangan telah datang, dakwah secara terbuka pun telah dikibarkan. Strategi Rasul agar dakwah kepada keluarga terlaksana, tentu dengan mengumpulkan para keluarga, kerabat baik dari kalangan ayahnya maupun ibunya. Dengan jumlah keluarga yang tentu sangat banyak, maka kelihaian Rasul dalam melihat kondisi dan peluang tidak terbantahkan. Rasul dengan segera menetukan dan memilih bukit Shafa sebagai tempat diserukannya dakwah dan berkumpulnya para keluarganya. Hal ini bukan hanya atas dasar kalkulasi kuantitas agar tempatnya memadai, tetapi agar seruan dakwah ajaran Islam terdengar kepada semua khalayak yang berhadir. Inilah strategi rasul agar dakwah sampai di telinga orang-orang itu.8 Beliau juga mengajak paman-pamannya termasuk Abu Lahab dan Abu Jahal yang terkenal sangat menentang dakwah Rasul. Mereka menolak mentah-mentah ajakan Rasulullah Saw. seraya mengatakan bahwa agama merekalah yang paling benar. Penolakan yang disertai ejekan, cemoohan, hinaan bahkan ancaman tersebut tidak lantas membuat Rasulullah Saw. berputus asa dan berhenti melakukan dakwah. Justru beliau makin tertantang untuk terus mengajak masyarakat memeluk agama tauhid. Melihat kenyataan tersebut, Abu Lahab, Abu Sufyan, dan kalangan bangsawan serta pemuka Quraisy lainnya, meminta para penyairpenyair Quraisy untuk mengolok-olok dan mengejek Nabi Muhammad Saw. Selain itu, mereka juga menuntut Muhammad untuk menampilkan mukjizatnya seperti apa yang telah ditampilkan oleh Musa As. dan Isa As. Seperti menjadikan bukit safa dan Marwah berubah menjadi bukit emas, menghidupkan orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang mengelilingi Mekah, memancarkan mata air yang lebih baik dari zam-zam. Tidak sampai di situ, bahkan mereka mengolok-olok Nabi dengan menyatakan mengapa Allah Swt. tidak menurunkan wahyu tentang harga barang-barang dagangan agar mereka dapat berspekulasi.
M. fathir ma’ruf nurasykim, strategi rasulullah dalam pegembangan dakwah pada periode mekah, jurnal attaujih, vol.2, no.1, hlm:16, 2019 8
Semua cemoohan, ejekan, dan ancaman yang ditujukan kepada Rasulullah saw. dan para pengikutnya makin melecut semangat Rasulullah saw. dengan terus bertambahnya jumlah pengikutnya. Pelan tapi pasti, pengaruh Rasulullah saw. dan ajaran Islam semakin diterima oleh masyarakat Mekah yang telah muak dengan praktik-praktik kotor jahiliah. Kenyataan ini mendorong para pemuka Quraisy datang kembali kepada Abu Talib, paman yang selalu membela Rasul. Mereka membawa seorang pemuda yang gagah yang bernama Umarah bin al-Walid bin al-Mugirah untuk ditukarkan dengan Nabi Muhammad Saw. yang ditolak oleh Abu Talib. Nabi Muhammad Saw. terus saja berdakwah. Untuk yang ketiga kalinya, para pembesar Quraisy datang kepada Abu Talib. Mereka berkata, “Wahai Abu Talib, Anda orang yang terhormat dan terpandang di kalangan kami. Kami telah meminta Anda untuk menghentikan kemenakanmu, tetapi Anda tidak juga memenuhi tuntutan kami. Kami tidak akan tinggal diam menghadapi orang yang memaki nenek moyang kami, tidak menghormati harapan-harapan kami, dan mencacimaki berhala-berhala kami. Sebaiknya, Anda sendirilah yang menghentikan kemenakan Anda, atau jika tidak, kami akan lawan hingga salah satu pihak binasa”. Sejak saat itu, orang-orang Quraisy mencaci-maki dan menyiksa kaum muslimin tidak terkecuali Nabi sendiri. Peristiwa yang paling terkenal adalah penyiksaan Bilal (seorang budak dari Abisinia). Ia dipaksa untuk melepaskan agama, dicambuk, dicampakkan di padang pasir, dan dadanya ditindih dengan batu yang lebih besar dari badannya. Dalam siksaan semacam itu, Bilal tetap teguh dengan keyakinannya: mulutnya terus mengucapkan Ahad, Ahad, ... (Allah Maha Esa, Allah Maha Esa). Bilal terus menerus mengalami siksaan hingga ia dibeli oleh Abu Bakar Siddik. Sebagai orang kaya, Abu Bakar banyak sekali memerdekakan budak di antaranya adalah budak perempuan Umar bin Khattab. Meskipun Nabi Muhammad Saw. telah mendapat perlindungan dari Banu Hasyim dan Banu Mutalib, ia masih juga mengalami penyiksaan. Ummu Jamil, istri Abu Lahab, melemparkan najis ke depan rumahnya. Demikian juga Abu Jahal yang melemparkan isi perut kambing kepada Nabi Muhammad saw. ketika ia sedang salat.
Intimidasi dan penyiksaan yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw. dan para pengikutnya berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Kian hari kian keji siksaan yang mereka terima. Namun demikian, Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya tetap tabah dan terus memelihara dan meningkatkan keyakinan dan keimanan mereka. Demikianlah, setiap hari jumlah pengikut Nabi Muhammad Saw. terus bertambah. Kenyataan ini menyesakkan dada kaum Quraisy. Oleh karena itu, mereka mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. Dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad Saw. ia mengatakan, “Wahai anakku, dari segi keturunan engkau mempunyai tempat (bermartabat) di kalangan kami. Kini engkau membawa perkara besar yang menyebabkan kaum Quraisy terpecah belah. Kini dengarkanlah, kami akan menawarkan beberapa hal. Kalau engkau menginginkan harta, kami siap mengumpulkan harta kami sehingga engkau menjadi yang terkaya di antara kami. Jika engkau menginginkan pangkat atau jabatan, kami akan angkat engkau menjadi pemimpin kami, kami tak akan memutus satu perkara tanpa persetujuanmu. Kalau kedudukan raja yang engkau cari, kami akan nobatkan engkau menjadi raja. Jika engkau mengidap penyakit syaraf yang tidak dapat engkau sembuhkan, akan kami usahakan penyembuhannya dengan biaya yang kami tanggung sendiri hingga engkau sembuh”. Mendengar tawaran itu, Nabi Muhammad saw. membacakan surat alSajdah kepada Utbah. Ia terdiam dan tertegun serta insaf bahwa ia berhadapan dengan seorang yang tidak gila harta, tidak berambisi pada kekuasaan, dan bukan pula orang yang
gila.
Utbah
kembali
kepada
Quraisy
dan
menceritakan
pengalamannya ketika bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. serta menyarankan
agar
mereka
membiarkan
Nabi
Muhammad
Saw.
berhubungan secara bebas dengan semua orang Arab. Usul Utbah tentu tidak dapat mereka terima, sebab mereka belum merasa puas jika belum mengalahkan Nabi Muhammad Saw. Karena itu, mereka meningkatkan penyiksaan baik kepada Nabi Muhammad Saw. maupun kepada para pengikutnya.
Dengan semangat kerasulannya serta keyakinan akan kebenaran ajaran Ilahi, gerakan dakwah Rasulullah Saw. makin tersebar luas. Teman, sahabat, bahkan orang yang tidak dikenalnya, baik dari kalangan bangsawan terhormat maupun dari golongan hamba sahaya banyak yang mendengar dan memahami ajaran Islam, kemudian memeluk agama Islam dan beriman kepada Allah Swt. Rasulullah Saw. makin tegas, lantang dan berani, tetapi tetap komitmen terhadap tugas, fungsi dan wewenangnya sebagai rasul utusan Allah Swt.9
C. Reaksi kafir quraisy terhadap dakwah Rasulullah Saw. Apa yang menyebabkan mereka begitu keras menolak dan geram terhadap ajaran yang dibawa Rasulullah Saw.? Apa yang salah dengan ajaran tentang kebenaran dan kasih sayang yang merupakan idaman semua manusia beradab? Sebetulnya mereka mengetahui dan memahami betul bahwa ajaran Ilahi yang dibawa Rasulullah Saw. adalah ajaran yang lurus, benar, dan haq. Ada beberapa alasan mengapa kaum kafir menolak dan menentang ajaran yang dibawa Rasulullah saw, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kesombongan dan Keangkuhanya Bangsa Arab jahiliah dikenal sebagai bangsa yang sangat angkuh dan sombong. Mereka menganggap bahwa semua yang telah mereka lakukan adalah sesuatu yang benar. Mereka menganggap mereka tidak salah dengan apa yang mereka lakukan. Kesombongan mereka tercermin dari sya’ir-sya’ir yang mereka buat, terutama kesombongan kaum Quraisy yang merasa suku mereka yang paling terhormat dan paling berpengaruh. Mereka memandang bahwa mereka lebih mulia dan tinggi derajatnya dari golongan bangsa Arab lainnya. Mereka tidak menerima ajaran persamaan hak dan derajat yang dibawa Islam. Oleh karenanya, mengakui dan menerima ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. akan menurunkan dan menjatuhkan derajat dan martabat serta mengancam kedudukan mereka.
9
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, kls x, hlm.68-70
2. Fanatisme Buta terhadap Leluhur Kebiasaan yang telah mengakar kuat dan turun-temurun dalam melaksanakan penyembahan berhala dan kemusyrikan lainnya, menyebabkan mereka sangat sulit menerima ajaran tauhid dan menyembah Allah Swt. Yang Ahad. Kebiasaan tersebut sudah mengkristal dan berakar, mereka sangat sulit diberikan pemahaman Tuhid Tuhan bagi mereka diwujudkan dalam bentuk berhala-berhala yang mereka buat sendiri sejak ratusan tahun lalu. Fanatisme terhadap ajaran leluhur jelas-jelas telah menenggelamkan mereka ke dalam kesesatan yang nyata. Fakta tersebut ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firmannya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah Swt. dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).” Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (Q.S. alMa’idah/5:104) 3. Eksistensi dan Persaingan Kekuasaan Penolakan mereka terhadap ajaran Rasulullah saw. Secara politis dapat melemahkan eksistensi dan pengaruh kekuasaan mereka. Jika merena menerima Rasulullah saw. dengan ajaran yang dibawanya, tentu saja akan berakibat pada lemahnya pengaruh dan kekuasaan mereka. Kekuasaan dan pengaruh yang selama ini mereka dapatkan dengan menghalalkan berbagai cara, tentu sangat bertolak belakang dengan ajaran Rasulullah saw. Itulah sebabnya, mereka “mati-matian” mempertahankan eksistensi dan keberadaan meraka untuk menolak Rasulullah saw.
D. Contoh-Contoh Penyiksaan kaum Qurais Terhadap Rasull Saw. dan Pengikutnya 1. Suatu hari, Abu Jahal melihat Rasulullah saw. di Safa, ia mencerca dan menghina tapi tidak ditanggapi oleh Rasulullah saw. dan ia beranjak pulang. Kemudian, Abu Jahal pun bergabung dengan kelompoknya kaum Quraisy di samping Ka’bah. Mendengar kejadian tersebut, Hamzah, paman Rasulullah
saw. marah seraya bangkit mencari Abu Jahal. Ia kemudian menemukan Abu Jahal yang sedang duduk di samping Ka’bah dengan kelompoknya kaum Quraisy. Tanpa banyak bicara, ia langsung mengangkat busur dan memukulkannya ke kapala Abu Jahal hingga tengkoraknya terluka. “Engkau mencerca dia (Rasulullah saw.), padahal aku sudah memeluk agamanya. Aku menempuh jalan yang ia tempuh. Jika mampu, ayo, lawan aku!” tantang Hamzah. 2. Suatu hari, Uqbah bin Abi Mu’i melihat Rasulullah saw. tawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Rasulullah saw. dengan sorbannya dan menyeret ke luar masjid. Beberapa orang datang menolong Rasulullah saw. karena takut kepada Bani Hasyim. 3. Penyiksaan lain dilakukan oleh pamannya sendiri, yaitu Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil yang tiada tara kejinya. Rasulullah saw. bertetangga dengan mereka. Mereka tak pernah berhenti melemparkan barang-barang kotor kepadanya. Suatu hari mereka melemparkan kotoran domba ke kepala Nabi. Sekali lagi Hamzah membalasnya dengan menimpakan barang yang sama ke kepala Abu Lahab. 4. Quraisy memboikot kaum muslimin Kaum Quraisy memutuskan segala bentuk hubungan perkawinan dan perdagangan dengan Bani Hasyim. Persetujuan pemboikotan ini dibuat dalam bentuk piagam, ditandatangani bersama dan digantungkan di Ka’bah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-7 kenabian
dan
berlangsung
selama
tiga
tahun.
Pemboikotan
ini
mengakibatkan kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan bagi kaum muslim. Untuk meringankan penderitaan kaum muslimin, mereka pindah ke suatu lembah di luar Kota Mekah.
E. Perjanjian Aqobah Pada awla tugas kenabianya, gangguan dan penyiksaan dari kaum Quraisy di Mekah semakin merajalela. Nabi Muhammad dan umat muslim selalu dijadikan bahan ejekan, dihina, dan ditindas, serta dicari-cari kelemahanya. Karna itu nabi Muhammad berangapan Mekah tidak lagi dapat dijadikan sebagai pusat dakwah. Kemudian nabi mengunjungi beberapa Negri seperti Thaif, namun beliau juga dimusuhi disana sehingga tidak dapat berdakwah.
Nabi Muhammad kemudian berusaha mendekati para pendatang di Mekah ketika musim haji tiba, sehingga ada dua suku yang mau menerima ajakanya. Keduaya adalah suku Aus dan Khazraj yang berasal dari Yatsrib (Madinah). Mereka menerima ajakan nabi karena telah memahami ajaran Tauhid dan juga seringkali mendengar cerita tentang nabi dari orang-orang Yahudi. Jumlah kaum ini yang masuk islam sebanyak lebih dari enam orang dan menjadi awal dari banyaknya penduduk Yatsrib yang bersedia masuk islam. Sejarah perjanjian Aqobah mendapatkan namanya dari Bukit Aqobah yang dijadikan tempat bai’at kepada nabi. Perjanjian Aqobah kemudian dibagi menjadi dua berdasarkan peristiwa yang berbeda. 1. Perjanjian aqobah 1 Pada tahun 621 M sejumlah 12 orang jama’ah haji dari Yatsrib bertemu dengan Rasulullah Saw, dan menyimak dakwahnya. Mereka menyambut dengan sikap yang baik sehingga mereka menyatakan ke-Islama dan melakukan bai’at kepada beliau, perjanjian ini kemudian dinamakan perjanjian Aqobah 1, beberpa poin pentinga dalam kesepakatann dalam perjanjian Aqobah di antaranya adalah: -
Menyatakan kestiaan kepada nabi Muhammad Saw.
-
Menyatakan rela mengorbankan harta dan jiwa.
-
Menyatakan kesediaan untuk menyebarkan Agama Islam yang di anut.
-
Menyatakan tidak akan menyekutukan Allah Swt.
-
Meyatakan tidak akan membunuh.
-
Menyatakan tidak akan melakukan perbuatan curang dan dusta. Bai’at pertama disebut sebagai bai’at wanita, karena tidak melibatkan peperangan kecuali yang terjadi pada pikiran setiap orang setelah dilakukanya pembinaan akidah dan pikiran. Sebagai stratgi pengembangan islam di Yatsrib nabi mengirim Mus’ab bin Umair untuk bergabung dengan rombongan yang pulang ke Yatsrib. Tugasnya untuk membantu penduduk Yatsrib yang telah menyatakan ke-islamannya untuk menyebarkan ajaran Islam. Sush’ab kemudian menjadi guru mengaji di Madinah, sebagai imam dalam shalat karna kaum Aus dan Khazraj tidak mau salah satu dari mereka menjadi imam.
2. Perjanjian Aqobah 2 Sejarah perjanjian Aqabah 2 pada tahun 622 M, dilakukan oleh nabi Muhammad Saw, terdapat 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib diwaktu tengah malam. Kedua wanita tersebut bernama Nusaibah binti Ka’ab dan Asma’ binti Amar bin Adiy. Perjanjian ini dibuat pada tahun kenabian ketiga belas, Mush’ab juga kemballi ikut dengan semua penduduk Yatsrib yang sudah masuk islam lebih dulu, kemudian mereka menemui Rasulullah di Aqabah pada suatu malam hari. Nabi datang bersama pamanya Al Abbas bin Abdil Muthalib, Al Abbas ketika itu belum memeluk islam, namun ia meminta jaminan bahwa keponakaya yaitu nabi Muhammad akan selamat dan aman kepada orang-orang yatsrib trsebut. Isi perjanjian aqabah kedua adalah: -
Kesiapan penduduk Yatsrib untuk melindunggi nabi Muhammad S.aw
-
Keikut sertaan penduduk Yatsrib untuk berjuang dengan harta dan jiwanya.
-
Penduduk YatsriB ikut memajukan agama Islam dan menyiarkan agama kepada sanak saudara mereka.
-
Kesiapan para penduduk Yatsrib menerima segala resiko dan tantangan. Setelah melakukan bai’at sebagian bagian dari sejarah perjanjian Aqabah, nabi Muhammad kembali ke Mekah untuk terus berdakwah namun diganggu oleh kaum musyrik. Nabi kemudian memerinthkan hijrah ke Yatsrib, baik sendiri maupun berkelompok. Mereka kemudian berhijrah dengan diam-diam agar kaum musyrik tidak mengetahui kepindahan tersebut. Orang peertama yang berhijrah adalah Abu Salamah bin Abdil Asad dan Mush’ab bin Umair, juga Amar bin Ummi Maktum, Bilal bin Rabbah, Sa’ad bin Abi Waqqas, Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab menyusul dalam rombongan berjumlah 20 orang.
F. Peristiwa Hijrah Kaum Muslim 1. Hijrah ke Habasyah
Melihat
siksaan
yang
menimpa
kaum
muslim,
lantas
nabi
memerintahkan kaum muslim untuk segera meninggalkan mekah menuju
Habasyah (Ethopia). Hijrah ini terjadi pada tahun 615 M, atau tahun ke-5 sejak nabi muhammad saw. Mengumumkan misi islamnya.10 Dengan keheningan agar tidak diketahui kaum Quraisy mereka bergantian dan saling menjaga dalam kehati-hatian agar misi mereka tidak gagal. Rombongan hijrah hanya berjumlah 15 orang, 11 laki-laki dan 4 perempuan.11 Mereka melakukan perjalanan pada malam yang gelap agar tidak terdeteksi oleh orang-orang Quraisy, ketika telah sampai di pelabuhan Sya’ibah dan ada prahu pedagang yang berangkat untuk melaut, lalu naiklah mereka ke prahu menuju Habasyah. Ketika mereka telah sampai di Habasyah mereka disambut dengan hangat dan penuh rasa persahabat oleh penduduk Habasyah. Lalu Raja Habasyah menempatkan mereka di sebuah tempat yang berada di sebelah Provinsi Tigray, tempat tersebut dinamakan Negash, disinilah tempat penyebaran islam pertama di negeri orang. Setelah kurang lebih tiga bulan lamanya kaum muslim berlindung di Habasyah, tiba-tiba mereka mndengar kabar bahwasanya penduduk Mekah telah memeluk Islam. Lalu sebagian sahabat seperti Utsman bin Madz’un kembali ke kota Mekah. Akan tetapi, ternya berita tersebut hanya kebohongan belaka, keadaan kota Mekah ternyata masih belum aman, justru mereka di kejutkan dengan penindasan yang makin kejam. Lalu Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk hijrah ke Habasyah lagi. Hijrah yang ke-2 ini lebih banyak dari sebelumnya, kali ini terdiri dari 83 orang laki-laki dan 18 perempuan. Akhirnya mereka bertemu dengan Raja Habasyah (Raja Najasyi). Disana mereka mendapat keamanan lingkungan dan perlakuan yang baik. Rasulullah dan para sahabat yang tidak ke Habasyah menetap di syi’ib keluar dari kota Mekah yang terletak di celah bukit, di situlah saksi bisu atas perjuangan Rasulullah bersama keluarganya serta segenap kaum muslim yang tidak ikut ke Habasyah, sekitar tigga tahun mereka menetap disana.
10 11
Razwy, 2004, Hlm.97-98 Nurin nisa ilhaq, Dkk, perjalanan hijrah nabi dan sahabat ke habasyah, the life messenger of god, hlm.5
Mendengar bahwa orang-orang islam hijrah ke Habasyah membuat kaum Quraisy semakin marah, maka di utuslah dua orang dari kaum Quraisy yaitu Amr bin Ash dan Umarah bin walid dengan tujuan membujuk Raja Najasyi (Raja Habasyah) agar mau mengembalikan kaum muslim dengan hadiahhadiah yang mereka bawa. Ketika Raja Najasyi menanyakan apa maksut kedatangan orang quraisy mereka menjawab agar orang-orang yang hijrah supaya dipulangkan karna orang-orang ini (kaum muslim) menganut ajaran dari seorang pendusta yang telah memecah belah kaum keluarganya. Maka dipangilah pimpinan kaum muslim yaitu Ja’far bin Abi Thalib, lalu Raja Najasyi bertanya “apakah ajaran yang dibawa oleh nabimu itu?” Ja’far menjawab “dia membawa kitab kepada kami yang disana tertulis bahwa manusia harus menjalankan keadilan dan kejujuran, tentu tidak dibenarkan ketidakadilan membatasi umat manusia. Dia menyerukan agar manusia berlaku baik, saling menolong, mnyenangkan anak-anak yatim, dan mengesakan allah”. Sungguh senang Raja Najasyi dengan pernyataan Ja’far, tak terkecuali saat Ja’far membacakan ayat al-qur’an surah ke-19 yang menceritakan tentang kelahiran Isa As seorang wanita yang suci bernama Maryam. Begitu memikat kalimat yang dilantunkan Ja’far sampai membuat air mata sang Raja berlinang jatuh di atas kitabnya, tidak terkecuali para pendeta. Lalu Raja Najasyi berkata “demi allah, sungguh ajaran dan perkataan keduanya adalah sama yang dibawakan dari satu jendela, berbahagialah kalian dengan orang-orang yang datang bersama kalian. Dan aku telah mengakui bahwa muhammad adalah Rasul allah yang telah diberitakan beserta kegembiraan isa as. Dan sekiranya aku tidak sedang mengemban tugas
kerajaan,
pastilah
aku
mendatanginya
sampai
mencium
terompahnya”. Raja najasyi mempersilahkan kaum muslim untuk tinggal di negeri sesuka hai dan mengembalikan hadiah-hadiah dari kaum musyrikin serta mengutusnya agar kembali pulang. Berbagai macam cara dilakukan kaum Quraisy agar bisa mendapatkan nabi muhammad saw dalam rangka membunuhnya, tetapi sejarah mencatat bahwa semakin islam di tindas maka dia semakin kokoh.
2. Hijrah ke Madinah
Peristiwa perjanjian aqobah II diketahui oleh orang-orang Quraisy. sejak saat itu tekanan, intimidasi, dan siksaan terhadap kaum muslim makin meningkat. Hal ini mendorong nabi untuk segera memerintahkan sahabatsahabatnya untuk hijrah ke Yasrib. 150 orang muslim berangkat ke Yasrib, hanya Abu Bakar dan Ali yang masih menjaga dan membela nabi di Mekah. Akhirnya nabi pun hijrah setelah mendengar rencana kaun Quraisy yang ingin membunuhnya, nabi Muhammad Saw. Dengan ditemani Abu Bakar hijrah ke Yasrib. Sesampai di Quba, 5 KM dari Yasrib nabi beristirahat dan tinggal disana selama beberapa hari, nabi menginap dirumah Umi Kalsum bin Hindun. Dihalaman rumah ini nabi membangun sebuah masjid, inilah masjid pertama yang di bangun pada masa islam yang kemudian dikenal dengan masjid Quba. Tak lama kemudian Ali datang menyusul setelah menyelesaikan amanah yang diserahkan nabi kepadanya pada saat berangkat hijrah. Ketika nabi memasuki Yasrib ia di elu-elukan oleh penduduk kota itu dan menyambut kedatanganya dengan penuh kegembiraan. Sejak saat itu nama Yasrib diganti menjadi Madinatun Nabi (kota nabi) atau sering pula disebut dengan Madinatun Munawwarah (kota yang bercahaya), di sebut seperti itu karna memang dari sunilah sinar islam memancarkan keseluruh penjuru dunia.