Data Loading...

Negeri Santri_Efa Latifah dkk_Kumpulan Cerpen Flipbook PDF

Negeri Santri_Efa Latifah dkk_Kumpulan Cerpen_Kumpulan Cerpen Guru dan Siswa Al-Muhajirin


105 Views
67 Downloads
FLIP PDF 1.14MB

DOWNLOAD FLIP

REPORT DMCA

SAMBUTAN KEPALA MADRASAH

Bismillahirrahmanirrahiim… Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh… Pendidikan adalah kunci utama dalam pembentukan karakter yang paling utama, sehingga mereka mampu menyiapkan berbagai tantangan perubahan dunia yang begitu cepat. Oleh karena itu, semua warga negera Indonesia harus mendapatkan hak yang sama untuk mengenyam pendidikan. Anak-anak dididik dan dilatih untuk menjadi lebih baik, salah satunya dengan cara dilatih dalam hal menulis cerita pendek (cerpen). Kita bisa melihat usaha itu melalui buku kumpulan cerita pendek (cerpen) guru dan santri ini. Setiap kata dalam cerpen ini murni dari imajinasi mereka. Apalagi dunia sastra begitu asing bagi generasi muda saat ini, dengan semangat inilah imajinasi dan kreasi mereka tersalurkan karena mereka sedang menumbuhkan apa yang terpendam dalam diri mereka, entah itu tentang sekolah, keluarga, kehidupan hingga pertemanan. Biasanya tematema seperti itu yang terlintas di benak para anak muda. Lahirnya buku kumpulan cerpen guru dan santri ini sangat perlu diapresiasi sebagai sebuah karya orisinil mereka yang berada di Pesantren. Saya selaku kepala madrasah ingin mengucapkan selamat kepada guru-guru hebat yang dengan sabar dan tekun membantu dan melatih santri-santri menyusun buku kumpulan cerpen ini. Saya yakin buku ini akan membawa rasa haru sekaligus bangga atas semangat belajar santri-santri di MTs AlMuhajirin. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Purwakarta, November 2020 Kepala Madrasah, H. Amit Saepul Malik, M.Pd.I

Pengantar Guru Pembimbing Program Literasi Sekolah

Bismillahirahmaanirrahiim… Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT. karena atas pertolongan dan izinnyalah buku kumpulan cerita pendek karya siswa-siswi MTs Al-Muhajirin dapat diselesaikan dengan baik. Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan karya tulis tersebut, baik dalam pemilihan kosakata, penulisan tanda baca, penyusunan kalimat, isi cerita dan lain-lain. Juga berpacu dengan kegiatan-kegiatan madrasah yang lainnya dari pagi hari sampai malam hari tetapi karena penuh keyakinan dan semangat yang tinggi juga atas motivasi yang diberikan oleh kepala madrasah. Oleh karena itu, kami menunggu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas karya tulis karya tulis berikutnya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Efa Latifah, MPd

Takzimku Bahagiaku Efa Latifah Aku hampir tak dapat menghitung berapa kali ayah dan bunda berbicara “ Sayang nanti melanjutkan sekolahnya ke pesantren ya”. Aku terus terang aja sebenarnya bingung dari mulai kelas 4 SD ayah selalu membicarakan tentang pondok pesantren karena aku belum pernah ke sana, aku juga ga punya teman yang sekolah di pesantren, tapi aku hanya mendengarkan saja dengan takjim kepada ayah. Lalu ketika naik ke kelas lima, Bundalah yang sering menceritakan pengalamannya ketika dahulu beliau menimba ilmu disana ( aku baru tahu saat itu bahwa Bunda pernah menimba ilmu di pesantren). Awalnya sih asyik asyik aja tapi lama kelamaan bosan juga aku mendengarkan cerita yang itu itu aja seputaran pesantren. Tapi aku tetap saja mendengarkan cerita bunda sampai selesai sebagai tanda takjimku kepada Bunda Aku sekarang berada di penghujung Sekolah Dasar, rasanya semakin sering Ayah dan Bunda membujuk aku melanjutkan sekolah ke Pesantren. Akhirnya sebagai bakti dan takjim saya kepada orang tua , aku mengiyakan saja rencana mereka menyekolahkan aku di Pondok pesantren. Padahal dalam hatiku kecilku berbagai macam pertanyaan dan rasa berkecamuk. Mengapa Ayah dan Bunda serius sekali benar-benar ingin meyekolahkan aku ke Pesantren? Mengapa mereka ingin memisahkan aku dari keluarga? apakah mereka yakin itu tempat terbaik untukku? Bagaimana kalau aku tidak merasa betah tinggal disana? Berapa banyak uang yang akan dibayarkan untuk sekolah disana? Dan pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah aku tanyakan langsung kepada mereka. Biarlah itu terpendam dalam batinku. “Nak, pendaftaran penerimaan santri baru Pesantren Al Muhajirin sudah buka, kebetulan hari Sabtu mendatang ayah libur bekerja kita bersama – sama yu kesana” ujar bunda sambil menatapku lembut. Namun tetap saja terasa menggetarkan jantung ini. “ Insha Alloh Bunda, aku akan ikut Ayah dan Bunda”, jawabku mantap. Mata Bunda berbinar lalu mendekat dan mencium pipiku kemudian Bunda pergi meninggalkanku. Aku langsung menghempaskan tubuhku ke kursi malas yang sudah siap menerima tubuhku dan seluruh bebannya. Hatiku berdebar. Tidak ada keharmonisan antara mulut dan hati. Tapi aku bisa apa? Tidak

bisa aku meredupkan mata Bunda yang berbinar, tidak bisa aku membatalkan ciumannya ke pipiku, tidak bisa aku memudarkan harapannya. Apakah ini yang disebut pengorbanan? Hari penantianpun tiba. Aku Ayah Bunda dan Santi adikku bersama-sama menuju Pondok Pesantren Ibnu Chobir. Sepanjang jalan aku pura-pura membaca buku padahal aku sedang menutupi kegalauan hatiku. Aku pura-pura serius, aku takut Bunda mengajakku mengobrol. Sesekali kulihat Ayah mencuri-curi pandang kepadaku melalui kaca spion. Untungnya ada adik kecilku yang lucu yang mampu menutupi keadaan hatiku dengan celoteh riangnya dengan Bunda sehingga tidak terasa kamipun tiba di tempat tersebut. Dari kejauhan terlihat jelas sebuah tulisan “ Selamat datang Santri Baru di Pondok Pesantren Al - Muhajirin lalu kami disambut oleh barisan bunga-bunga yang bermekaran dan berwarna-warna. Mereka meliuk-liuk indah ke kanan dan ke kiri terkadang ke depan dan ke belakang tertiup angin. Mengalihkan pandanganku ke sebelah utara terlihat dua buah pohon rambutan yang sedang berbuah. Buahnya merah dan pastinya matang. Pohon itu menunduk karena banyak buahnya yang bergelantungan manja. Masih juga tidak ada ucapan yang keluar dari mulutku tapi rasa takjubku terlihat oleh Ayah sehingga beliaupun berkata, Ok ga sekolahnya kak? Aku terkejut dan langsung menjawab “ Ok bangget Ayah”. Setelah kami semua turun dari mobil, Bunda berkata “Mari kita temui dulu Bapak Kiai, tuh beliau sedang duduk santai di serambi Masjid”. “ Assalaamu’alaikum Pa Kiai” ujar Ayah.” Waalaikum salam” jawabnya. Kemudian Ayah dan Bundapun mengobrol panjang lebar tentang banyak hal dengan Bapak Kiai seolah-olah mereka itu bersashabat sejak lama padahal mereka baru saja bertemu saat itu. Aku hanya memperhatikan mereka berbicara sampai akhirnya Bapak Kiai mengusap rambutku sambil berkata “ Niatkan dengan yakin dan ikhlas kamu akan mondok disini dan akan belajar bersama Bapak sampai kamu menjadi murid yang cerdas dan mandiri sesudah itu Bapak akan kembalikan kamu lagi ke Ayah Bundamu.” kata Pak Kiai sambil tersenyum. Entah ada apa ditangan Bapak Kiai karena ketika beliau memegang ubun-ubunku ada aliran sejuk mengalir ke kepala aku menuju badan dan hatiku.. nyesssss rasanya. “Silahkan sholat dhuha dulu dan ajak Ayah Bundamu serta adikmu untuk melaksanakan sholat dhuha”. Ujarnya sambil tersenyum. Halus tapi terasa tegas sehingga membuat berdiri untuk berwudhu.

Kemudian aku terepesona lagi. Masjid ini tidak besar tetapi rapih dan bersih. Juga terang benderang dan terasa angin bersemilir memainkan rambutku. Rasanya aku betah sholat disini dan ingin berlama-lama, aku enggan beranjak sampai akhirnya Bunda mencolek aku dan mengajak menuju ruang pendaftaran. Selesai sudah kamipun bersiap-siap untuk kembali ke rumah. Ada yang berbeda-beda di perjalanan ini. Kalau tadi ketika berangkat hatiku galau tetapi kini aku bahagia. Membayangkan masa depanku di Pondok Pesantren itu. Tak terasa aku senyum sendiri dan aku melihat Ayahpun mencuri pandangan ke arahku. Aku malu dan kembali berpura – pura membaca buku. Adikkupun kembali berceloteh riang bersama Bunda. Tawa manjanya mampu menutupi detak jantungku yang berdebar bahagia Ya Allah… semoga Kau ijinkan hambamu ini untuk menatap mentari disana, di Pesantren

Ketua OSIS Efa Latifah Sosok itu pertama kali aku lihat ketika ada kegiatan di sekolah. Semua siswa siswi berkumpul di aula. Bapak kepala sekolah dan guru-gurupun hadir disana. Aku yang sepertinya datang lebih awal kebagian duduk di paling depan. Pertamanya sih bosan juga ya menunggu waktu acara dimulai lebih baik tiduran di kamar, tapi kalau aku tidak datang ke aula , nanti aku dimarahan kakak pembina. Ya udahlah aku daripada dikejar kejar lebih baik aku hadir diaula lagipula memang sudah jadi kewajibanku mentaati peraturan dan tata tertib di pesantren. Saat aku datang tentu saja acara nya masih belum dimulai karena memang aku datang lebih awal dari yang lainnya. Owh iya aku datang bareng Neza, Putri, Farras, azzah dll. Aulanya masih sepi tapi sudah terlihat kakak – kakak kelas dan Pa Dodih sedang sibuk, mungkin mereka sedang mempersiapkan acaranya. Ada yang mempersiapkan panggung, ada yang mengecek sound sistem ada yang mengecek listrik kipas angin lampu dll, ada yang lagi melihat lihat kertas di tangannya, ada yang lagi memasang karpet, ada yang sedang memasang taplak meja dan juga ada yang sedang mengelap meja dan mempersiapkan konsumsi Owh begitu ya rupanya kalau kakak kakak osis sedang mempersiapkan acara, aku saat ini hanya duduk dan melihat lihat saja suasana di ruang aula dan memperhatikan kegiatan mereka tapi mungkin suatu saat nanti aku akan seperti mereka, ikut berperan serta dalam kegiatan di sekolah. Lalu tiba – tiba mataku tertuju pada seorang lelaki tampan ( ehm ) yang baru saja lewat di hadapanku. “ Permisi ya ade ade, kakak mau lewat”. Wow, siapa dia ya. Sopan dan bersahaja. Secara otomatis mataku memperhatikan langkah langkah yang terus menjauhiku menuju ke teman – temannya yang lain. Setelah itu dia berkeliling – keliling ke semua bagian aula sambil kelihatan ngobrol sebentar dengan teman – temannya yang dia temui. Terakhir aku lihat dia menuju pa dodih dan bicara cukup lama dengan beliau lalu mereka pergi bersama . aku sebenarnya masih ingin melihat kemana “ kakak” itu perginya, tapi masa sih aku harus memutar tubuhku supaya bisa melihat dia? Hehe

Di panggung sudah ada penampilan kreasi seni marawis. Aku suka. Aku terhanyut dalam alunan irama. Sambil tersenyum senyum sendiri menyaksikan orang – orang yang sedang tampil. Lalu ada juga pembacaan puisi, solo vocal diiringi gitar yang dimainkannya sendiri.suaranyapun merdu. Wah keren pokoknya. “ Mohon perhatian acara akan segera dimulai”. Terdengar suara MC diatas panggung meminta kita untuk segera “ On” karena acara akan segera dimulai. Ok , baiklah. Yang paling aku ingat dalam acara kemarin diaula dalah ucapan pa Kiai yang memberikan aku motivasi untuk mencari ilmu sekuat tenaga disertai keikhlasan dan kesabaran. Beliau berkata : “ Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia maka hendaknya dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat maka hendaknya dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya maka hendaknya dengan ilmu”. Ternyata aku harus belajar disini . di pondok pesantren. Bertemu dengan teman – teman dari berbagai daerah. Ada yang berasal dari daerah yang dekat. Ada yang berasal dari daerah yang sedang bahkan ada yang berasal dari daerah yang jauh. Kami sekamar ber 20 orang. 20 orang dengan kemampuan yang berbeda dari keluarga yang berbeda dan tentu saja dengan karakter yang berbeda. Aku disini akan bersama sama dengan mereka dalam waktu yang cukup panjang. Pasti banyak hal – hal yang akan terjadi baik suka maupun duka. Ah sudahlah, jangan khawatir, aku jalani saja sesuai dengan aturan semoga kita semuanya rukun terus ya friends “Semua santri harap berkumpul di aula besok pagi jam 8”. Begitulah aku mendengar pengumuman dari kakak osis. Rupanya ada kegiatan bersama lagi. Kagiatan apa lagi ya? Owh ternyata akan ada demonstrasi ekstrakurikuler pilihan. Aku sedang memikirkan kira – kira aku pilih apa ya? Aku seni bahasa, aku suka seni, aku juga suka olah raga. Bingung deh jadinya. Ya sudahlah gimana nanti saja. Melihat demonstrasinya dulu aja. “Assalamu alaikum wr wb”, seseorang sedang berada di panggung dan memberikan salam. Owh ternyata kakak itu lagi. Kakak yang sopan dan bersahaja dan tentu saja ganteng. Wkwkwkwk. Aku mendengarkan dengan seksama dan terkesima sang kakak sedang menjelaskan tentang acara “Demo Ekskur yang akan segera diadakan”

Owh ternyata namanya kak Fahmi, ketua Osisku, hihihi. Pantas saja dia terlihat menawan. Namanya juga ketua Osis pasti keren. Pilihan teman – teman dan juga pilihan para guru tentunya juga pilhan bapak kepala sekolah. Bukannya hanya keren tapi pastinya juga pintar, sopan dan setia. ( nah lho)

CACIAN ADALAH MOTIVASIKU! Anissa Mutiara Sofyani

Kriiing… Kriiing… Kriiing… Bunyi alarm itu berulang kali terdengar di handphone-ku menyapa lelapnya tidurku. Aku segera mematikan alarm itu dan bergegas menuju kamar mandi. Hari ini hari pertamaku menjadi anak kost dan menjadi mahasiswi baru di salah satu universitas swasta di kota Bandung. Rasanya hampa sekali jauh dari keluargaku, hidup mandiri di hiruk pikuk kota Bandung. Namaku Tiara, namun orang-orang biasa memanggilku dengan sebutan Ara. Aku adalah anak pertama dari pasangan suami istri yang sangat sederhana, namun tekadku untuk menaikkan derajat orang tua sangatlah besar. Aku tak peduli dengan cacian atau anggapan orang terhadap keluargaku. Aku ingin sukses. Aku ingin berhasil. Hanya itu yang terlintas dalam otakku saat ini. Aku bertekad untuk menuntut ilmu dan jauh dengan keluarga. Orang tuaku tinggal di Purwakarta. Walaupun jarak Purwakarta-Bandung sangat dekat, namun ini kali pertamaku tinggal tanpa orang tua. Hari ini aku menjalani ospek mahasiswi baru, aku berkenalan dengan mahasiswi lain yang berasal dari berbagai kota. Namun, orang yang dekat denganku saat ospek hanya satu orang, ia bernama Septi. Septi berasal dari Karawang, ia pun tinggal di rumah kost dekat kampus. Kami satu jurusan. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, itulah jurusanku. Dari kecil, aku ingin sekali menjadi seorang guru. Banyak orang berspekulasi bahwa guru adalah pekerjaan yang berpenghasilan rendah, bahkan saudaraku sangat merendahkan cita-citaku. Aku tak peduli dengan cacian mereka. Dengan tekad dan doa dari orang tuaku, aku yakin cita-cita itu akan tercapai suatu saat nanti. Hari demi hari telah berlalu, aku pun sudah terbiasa hidup mandiri. Kupikir menjadi mahasiswi sangat menyenangkan, ternyata kenyataannya tidak sesuai dengan ekspektasiku. Tanggung jawab dan beban yang dipikul mahasiswi lebih berat dibandingkan anak sekolah. Sesekali aku menahan rindu kampung halaman yang bergejolak, tak jarang air mata pun membasahi pipi saat teringat keluarga di kampung halaman, hanya video call yang mampu mengobati sesaknya rindu yang menggerogoti tubuhku.

Rasa nyaman ini semakin lama membuatku betah di perantauan, tak terasa dua tahun telah berlalu. Kini masuk tahun ketiga aku menjadi mahasiswi. Terkadang aku bangga terhadap diri sendiri, dengan perjuanganku aku mampu meraih IPK tinggi setiap tahunnya. Semakin banyak pengalamanku di dunia pendidikan, aku magang di SMA PGII 2 Bandung. Aku semakin mencintai cita-citaku yang banyak direndahkan orang lain ini. Di tahun ketiga pun aku melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), salah satu mata kuliah di semester 6. Angkatanku KKN di Majalengka, dan aku ditempatkan di Desa Jatipamor. Banyak pengalaman dan ilmu yang kudapatkan dari KKN ini, dari mulai membuat program kerja, melaksanakan program kerja, dan lain sebagainya. Saat KKN, aku menjabat menjadi sekretaris bidang pendidikan. Banyak rintangan yang aku hadapi saat melaksanakan KKN, namun aku dan team bisa melewati semuanya. Bu Marlia yang merupakan dosen pembimbingku saat KKN selalu menyemangati kami. Sepuluh hari berlalu, KKN pun selesai, dan kami kembali ke Bandung. (Sesampainya di Bandung, ayahku menghubungiku melalui video call, tak terasa sudah dua bulan aku tak pulang kampung) “Hallo Kak, apa kabar? Ayah kangen sekali sama Kakak.” ucap ayah. “Aku juga kangen banget sama ayah dan semua keluarga di Purwakarta.” jawabku. “Kakak harus semangat ya kuliahnya biar cepat lulus.” ucap ayah. “Aamiin yah, do’akan kakak selalu ya yah…” jawabku sambil menahan sedih. Kedua orang tuaku adalah penyemangatku untuk meraih cita-citaku. Walaupun cacian terus menghujam hidupku, namun kasih sayang dan semangat dari orang tuaku mampu menghapus semuanya. *** 4 tahun telah berlalu, hari ini adalah hari kelulusanku. Aku berhasil meraih predikat cumlaude dalam siding skripsiku. Aku segera mengabari orang tuaku, aku hubungi mereka via videocall. Aku menunjukkan selembar kertas yang bertuliskan “Selamat Anda lulus dengan predikat cumlaude”. Aku melihat tangis bahagia dari wajah orang tuaku. Mereka memberikanku selamat. “Kakak, selamat ya. Kakak hebat!! Ibu bangga sama Kakak. Juga ayah dan adikmu turut bahagia melihat keberhasilanmu hari ini.” ucap ibu dalam videocall tersebut. Keesokan harinya aku pulang ke Purwakarta untuk menyiapkan persyaratan wisuda. Aku disambut oleh pelukan hangat dari ayah ibu yang sudah

menungguku di depan rumah. Kami pun mengadakan syukuran atas kelulusanku. Seminggu kemudian aku kembali ke Bandung untuk mengurus wisuda. Aku wisuda di bulan November. Bulan November adalah bulan kelahiran orang tuaku. Wisudaku ini menjadi kado ulang tahun terindah selama ayah ibu hidup. Orang tuaku menangis ketika melihat anaknya menggunakan baju toga lengkap dengan ijazah yang dipegangnya. Cita-cita ayah dan ibu tercapai untuk melihat anaknya wisuda. Setelah selesai prosesi wisuda, aku segera melamar kerja untuk membantu kedua orang tuaku. Aku melamar ke semua sekolah yang berada di Purwakarta. Tanpa kusangka, aku diterima kerja di salah satu sekolah swasta terbesar yang berada di kota kelahiranku ini. Orang tuaku sangat bangga melihat keberhasilanku ini. “YaAllah, Kak. Ayah bangga banget sama Kakak. Sekarang kakak sudah jadi guru, sudah jadi orang hebat.” Ujar ayah. “Ah ayah bisa aja, Kakak lebih bangga punya orang tua seperti ayah dan ibu. Walaupun kita hidup sederhana, namun ayah dan ibu berhasil mengantarkan aku meraih cita-cita muliaku ini. Do’akan aku, ayah. Aku ingin sepenuhnya membahagiakan ayah dan ibu.” jawabku terharu. Di balik keberhasilanku, ternyata ada beberapa keluarga dari ayah yang menyepelekan keberhasilanku ini. Mereka menjauhi ayah dan ibuku tanpa alasan apapun. Ya, mereka menjauhi ayah dan ibu semenjak aku diterima kerja. “Kok aneh ya? Emang aku dan orang tuaku salah apa sampai dijauhi seperti itu?” benakku. Tak habis pikir, mereka sempat melontarkan kalimat “Cuma jadi guru, upahnya kecil ya?” Kalimat sederhana itu membuat hati kecilku sakit. Namun, aku menganggap itu motivasi agar aku lebih sukses. Dengan semangat yang tak pernah padam, akhirnya aku berhasil membelikan sebuah rumah sederhana untuk kedua orang tuaku. Aku bisa membuktikan kepada mereka yang meremehkan profesiku, bahwa aku pun bisa sukses dan membahagiakan kedua orang tuaku.

Coronavirus Disease-2019 Merenggut Nyawa Pahlawanku Anissa Mutiara Hari-hariku saat ini terasa hampa karena aku masih melakukan pembelajaran secara daring. Rasanya sedih, kesal, dan hampa namun aku tak bisa apa-apa. Coronavirus disease 2019 atau sering disebut Covid-19 masih betah berkeliaran di Indonesia. Angka pasien terkonfirmasi Covid-19 saat ini sudah mencapai ribuan orang. Aku hanya bisa berdiam diri di rumah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Sudah hampir satu tahun aku melaksanakan pembelajaran secara daring, wajar saja jika aku merasa bosan dan hampa belajar melalui jarak jauh ini. “Nak, kamu kan mau sekolah, mandi dulu sana.” ujar ibu memaksaku untuk mandi. “Ah sekolahnya juga daring, ngapain harus mandi? Cuci muka aja juga bisa.” jawabku dengan menunjukkan kebosananku belajar secara daring. “Ihhh, anak ibu jorok. Mandi dulu nak, biar makin cantik.” jawab ibu sambil mengusap-usap kepalaku. Aku pun langsung menuju kamar mandi dengan terpaksa. Pukul 09.00 jam pembelajaran pertama dimulai, aku sudah mandi dan terlihat semakin cantik. Namun, percuma saja kecantikanku hanya terlihat melalui layar laptop oleh guru dan teman-temanku. “Assalamualaikum, anak-anak. Hari ini materi yang akan ibu sampaikan mengenai Teks Prosedur. Sebelumnya, apakah kalian tahu teks prosedur itu apa? Silakan nyalakan mic jika akan menjawab pertanyaan ibu.” ujar bu guru yang sedang menerangkan materi secara daring. “Saya buuu...” ujar Tina salah satu teman kelasku. “Oke Tina, silakan jelaskan apa itu teks prosedur yang kamu ketahui?” jawab bu guru. “Teks prosedur adalah teks tentang tata cara membuat sesuatu bu, misalnya membuat donat, mie, teh manis, dan lain-lain.” ujar Tina menjelaskan.

“Nah betul, Tina mendapatkan skor dari ibu ya karena telah memberanikan diri untuk menjawab.” ujar bu guru. Pembelajaran pun berlangsung dengan efektif, walaupun tidak seefektif Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Jam pembelajaran pertama selesai pukul 10.30. Selesai pembelajaran pertama, aku pun membantu ibu memasak. “Nak, kamu kok gak bersemangat gitu sih sekolahnya?” tanya ibu padaku yang sedang memotong bawang merah. “Jelas gak semangat dong Bu, aku pengen sekolah kayak biasa Bu. Aku bosan belajar daring.” jawabku ketus. “Gak boleh gitu sayang, walaupun dalam keadaan pandemi gini pembelajaran jadi daring, kamu harus tetap semangat. Masih mending kamu bisa sekolah, liat di luar sana masih banyak anak jalanan yang terlantar dan gak ngerasain pendidikan.” ujar ibu menasehatiku. “Katanya kamu pengen jadi dokter, kamu harus semangat belajar agar citacitamu itu tercapai.” tambah ibu. Aku hanya bisa terdiam dan mengangguk tanda aku mengiyakan nasihat ibu. Sambil berbincang-bincang, kami pun melanjutkan ritual kami yaitu memasak bersama. Makanan pun sudah jadi, aku dan ibu menyimpannya di atas meja makan. Tak lama kemudian, ayah pulang dari kantornya. Ayahku tetap kerja seperti biasa, namun jam kerjanya dikurangi. Ya, semua ini karena Covid-19 yang sudah merajalela. “Bu, hari ini di kantor ayah ada yang terkonfirmasi Covid-19, Bu.” ujar ayah dengan mimik tegangnya. “Ya Allah, Yah. Kok bisa? Emangnya dia abis dari mana, Yah?” tanya ibu penasaran. “Dia abis ada meeting ke Bali, Bu. Pulang dari Bali langsung demam. Peraturan dari kantor kalau abis dari luar kota atau mau ke luar kota harus melakukan rapid-test. Ternyata setelah dirapid, hasilnya reaktif. Keesokan harinya dia langsung melakukan swab-test, dan hasilnya positif.” jelas ayah. “Lalu? Bagaimana nasib dia sekarang, Yah?” tanya ibu sangat penasaran.

“Sekarang dia diisolasi mandiri di rumah sakit Medika Karina.” jawab ayah. “Ayah takut bu, setelah pulang dari Yogya, dia dekat dengan ayah.” tambah ayah. “Terus gimana, Yah?” tanya ibu lagi. “Besok ayah dan semua karyawan di kantor harus melakukan rapid-test, terutama yang seruangan sama Pak Yanto itu.” ujar ayah. “YaAllah, Yah... Semoga Ayah sehat selalu dan gak terkonfirmasi Covid19.” jawab ibu. “Aamiin, Bu.. Terima kasih. Yaudah ayo kita makan. Ayo, Rin makan. Jangan ngelamun aja.” jawab ayah sambil menghancurkan lamunanku. Aku yang sedari tadi mendengarkan obrolan ayah dan ibu merasa takut jika seandainya ayah tertular Covid-19. Terlebih ayah memiliki penyakit diabetes. Setelah berbincang cukup lama, kami pun menyantap makanan yang sedari tadi aromanya hilir mudik di hidungku. Keesokan harinya ayah melakukan rapid-test di kantornya, dan hasilnya akan diumumkan sehari kemudian. Kami sekeluarga pun khawatir terhadap hasilnya, dikarenakan saat ini diabetes ayah sedang kambuh. Aku hanya bisa berdo’a agar ayah dinyatakan non-reaktif. Ibu pun begitu. Setelah selesai rapid-test, ayah pun pulang ke rumah dan menyantap makanan yang sudah dibuat oleh ibu. Namun, ayah tak henti-hentinya batuk. Seperti sesak sekali dadanya. Kali ini kekhawatiranku memuncak. Menurut info yang beredar, kriteria orang yang terinfeksi Covid-19 salah satunya adalah batuk. Do’aku semakin kuat agar ayah hanya batuk biasa, bukan karena Covid-19. Lalu, setelah makan ayah langsung berbaring di kasur. Karena diabetesnya sedang kambuh dan batuk yang tak henti, akhirnya ibu menyuruh ayah untuk beristirahat. “Yah, lebih baik ayah tidur biar besok pagi badannya fit. Jangan lupa minum obatnya, Yah!” ujar ibu khawatir. “Iya, Bu. Rasanya sesak sekali dada ayah. Ayah mau coba tidur ya, Bu. Sebelum tidur ayah mau minum obat dulu.”

“Iya, Yah.” jawab ibu. Ayah pun langsung minum obat yang sudah disediakan oleh ibu, dan beranjak menuju kamarnya. Ayah berusaha menahan batuknya dan mencoba untuk tidur. Selama ayah sakit, ibulah yang mengurus ayah ke sana kemari karena aku sedang sibuk sekolah daring. Hari ini hasil rapid-test ayah keluar. Karena ibu sedang sibuk mengurus ayah yang sedang sakit, akhirnya aku sebagai anak pertama yang mengambil hasil rapid-test itu di kantor ayah. Di sepanjang perjalanan pikiranku sudah tidak enak. Aku takut ayahku reaktif. Namun, sebisa mungkin aku menjauhkan pikiran itu. “Pagi, Pak. Saya anaknya Pak Doni, saya ke sini mau mengambil hasil rapid-test ayah saya.” ujarku kepada satpam yang bertugas di kantor ayahku. “Silakan Mbak menuju lantai 2 dan menemui Pak Putra untuk mengambil hasil rapid-testnya.” jawab Pak Satpam sambil menunjukkan arah menuju lantai 2. “Baik, terima kasih, Pak.” jawabku melempar senyuman. Aku pun menuju ke lantai 2 dan menemui Pak Putra. “Pagi, Pak. Saya anaknya Pak Doni, saya mau mengambil hasil rapid-test ayah saya, Pak.” ujarku kepada Pak Putra yang sedang memegang banyak amplop hasil rapid-test. “Silakan duduk dulu, Kak.” jawab Pak Putra mempersilakan saya untuk duduk. “Begini Kak, saya akan menyampaikan hasil rapid-test Pak Doni.” ujar Pak Putra. “Pak Doni dinyatakan reaktif, Kak. Besok Pak Doni dianjurkan melakukan swab-test yang sudah difasilitasi oleh kantor.” tambah Pak Putra. Seketika hatiku hancur, lemas, benar-benar tak berdaya. Tanpa banyak tanya pada Pak Putra, akhirnya saya memutuskan untuk pulang dan menemui ayah dan ibu.

Sesampainya di rumah, aku memanggil ibu untuk berbicara empat mata dengannya. “Bu, hasil rapid-test ayah sudah keluar. Hasilnya ayah reaktif Bu. Besok ayah harus melakukan swab-test di kantornya.” ujarku sambil menangis. “Astagfirullah YaAllah... Astagfirullah..” tak henti-hentinya ibu istigfar mendengar kabar ini. “Mulai sekarang ibu harus pisah kamar dulu sama ayah, agar virus itu gak nyebar ke ibu.” ujarku. Ibu tak menjawab, badannya lemah tak berdaya mendengar kabar ini. Aku langsung menenangkan ibu. Keesokan harinya, ayah melakukan swab-test di kantornya. Ayah dijemput oleh karyawan kantornya dengan menggunakan APD. Karena kondisi ayah sedang lemah, akhirnya pihak kantor menganjurkan ayah untuk isolasi di tempat isolasi khusus kantor ayah. Ayah pun setuju. Ibu? Tentunya ibu masih sangat khawatir dan menangis melihat kondisi ayah saat ini. Hasil swab-test akan diumumkan 2 hari ke depan. Aku sudah pasrah. Jika ini benar terjadi pada ayahku, semoga semua ini menjadi penghapus dosa-dosa ayahku. Aamiin. Dua hari kemudian. Hasil swab-test Ayah sudah keluar. Aku yang pertama kali mendapat telpon dari kantor ayah mengenai hasil swab itu. “Apaaaaa??? Ayahku positif Covid-19???? Astagfirullah...” jawabku saat mendengar kabar hasil swab ayah. Shock, sedih, dan lemas campur aduk menjadi satu. Aku benar-benar tak berdaya. Aku menyembunyikan ini dari ibu, karena aku tidak mau ibu kepikiran jika tahu ayah positif Covid-19. Ibu terus menanyakan hasil swab tersebut, namun aku terus beralasan agar ibu tidak mengetahui hasilnya. Satu minggu telah berlalu, pihak kantor mengabari bahwa kondisi ayah semakin melemah. Karena ayah memiliki penyakit diabetes, akhirnya kondisi ayah semakin memburuk. Aku sudah pasrah dengan hasil akhirnya. Di sisi lain, aku di rumah selalu memberi alasan pada ibu bahwa pihak kantor belum mengabariku tentang hasil swab tersebut. “Ya Allah, sembuhkan ayahku. Berikan yang terbaik untuknya yaAllah.” ujarku dalam hati.

Tiga hari kemudian aku mendapat telpon dari kantor ayahku, saat itu ibu sedang tidur. “Innalillahi wainnailaihi rojiun... YaAllah ayah... Saya atas nama keluarga mengucapkan terima kasih banyak pada pihak kantor yang sudah mengurus ayah saya selama diisolasi. Saya akan segera memberitahukan kabar ini pada ibu.” jawabku saat mendapat kabar bahwa ayahku sudah tiada. Aku sudah pasrah, aku sudah ikhlas. Namun tidak dengan ibuku. Ibuku stress mendengar kabar kepergian ayah. Ibu masih belum percaya. Akhirnya jenazah ayah pun dimakamkan tanpa dilihat oleh kami. Maafkan aku ayah tidak bisa menjagamu dari virus jahat ini.... Aku sayang ayah.

ASTAGHFIRULLAH Ajeng Ain

Kring… Kring… Alarm kamar cila berdering, jam menunjukkan pukul 04:17 WIB. Tetapi, entah mengapa Cila belum juga bangun dari tidurnya. Biasanya dia akan bangun lebih awal yaitu pada pukul 02:45 WIB, tetapi sekarang dia belum juga bangun, kemudian seorang wanita berkepala 2 beranjak dari kamarnya dan menjumpai anaknya yang masih tertidur pulas. Bruk… “Ya ampun… Kenapa belum juga bangun? Ayo Cil bangun! Kita mau jalan-jalan ke Bandung,” ucapan sang bunda. “Enghh, apaan sih Bun? Aku masih ngantuk nih,” Cila pun kemudian tidur dengan posisi kepala ditutup bantal. Karena geram bundanya pun berinisiatif untuk mengangkat Cila dan langsung pergi ke kamar mandi untuk memandikan anak bungsunya. Cila pun memekik ketika bundanya mengguyurkan air ke kepalanya, dia pun mendorong tubuh bundanya agar pergi dan Cila dapat leluasa melakukan ritual mandinya. “Kenapa anak ayah cemberut gitu? Ga enak liat loh Dek,” ucap sang ayah. Cila hanya diam sambil terus mengerucutkan bibirnya, karena masih kesal pada bundanya tadi. Siapa yang tidak kesal ketika masih ngantuk dipaksa untuk bangun dan langsung diguyur dengan air. Kemudian

ayah Cila terlihat tengah berbisik kepada bundanya, entah ngobrolin apa, tiba-tiba dari belakang ada seorang laki-laki sekitar umur 17 tahun datang dan mengejutkan cila “Ayoo kamu kenapa cemberut terus? Gak baik loh depan orang tua kayak gitu,” ucap abang Cila yang bernama Gilang Pratama. “Habisnya aku kesal, aku masih ngantuk masa langsung dibangunin sama bunda, terus diguyur di kamar mandi lagi, kan kaget.” keluhnya. Abangnya hanya tertawa menanggapi bocah di depannya itu, baru usia 7 tahun aja sudah seperti ini, apalagi kalau sudah besar. Kemudian abangnya mengajak Cila pergi ke suatu taman, di mobil Cila sudah kembali ceria tapi belum juga minta maaf kepada bunda. Mobil pun berhenti tepat di depan gerbang bertuliskan “Taman Flora” abangnya pun memberhentikan laju mobilnya dan menuju parkiran taman. *** “Bang beli permen kapas yuuk!” Cila meminta Mereka pun pergi mernuju penjual permen kapas, setelah dapet abangnya pun seketika melihat pedagang es krim, tertarik untuk membelikanya dan abang dan cila pun pergi untuk membeli es krim. “Dek… Liat anak kecil itu, Subhanallah banget ya, masih kecil aja udah baik banget ke orang tua, nangis aja dia langsung meminta maaf, liat tuh!” Bang Gilang menunjuk anak kecil yang tengah menangis tersedu-sedu meminta maaf. Serasa kata-kata yang dilontarkan abangnya sebuah sindirin. Dia seketika nangis, Gilang heran kenapa adiknya tiba-tiba menangis, Gilang merasa kasihan dan langsung membawa adiknya ke dalam pelukannya.

“Abang, aku minta maaf tadi aku udah marah sama bunda, padahal kan bunda niatnya baik buat bangunin aku untuk shalat tahajud dan subuh tapi akunya malah marah-marah gak jelas,” hiks..hiks.. sesalnya. “Ya sudah… Sekarang kita pulang, kamu minta maaf sama bunda, janji gak bakalan mengulangi kesalahan yang sama, insyaAllah bunda maafin. Jangan lupa baca -astagfirullah-” abangnya mengingatkan. “Astagfirullah…” ucap Cila Kemudian mereka pulang menuju rumah, setelah sampai rumah Cila pun langsung berlari meminta maaf ke bundanya. Ketika bertemu, Cila pun langsung menangis. Bundanya heran kenapa anak bungsunya menangis, Cila pun meminta maaf atas kesalahannya tadi dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. “Anak baik…” ucap bundanya kemudian mencium kening anaknya.

SOSOK IBU YANG DI SIA-SIAKAN Aqisca Nadia Putri Di suatu rumah nan kecil, hidup suatu keluarga mungkin tidak lengkap keluarganya seorang gadis remaja yang cantik yang hanya mempunyai satu keluarga, yaitu sosok seorang ibu yang sudah tua, sakitsakitan, yang ngurus aisya dari bayi merah, raisya, yaitulah nam ayang di miliki sosok gadis tersebut. Satu hari,” raisya, ayo nak sarapan dulu “ “gak, aku gam au sarapan disini males, ga ada menu lain apa? .” hanya ini yang ibu upunya nak, ibu tidak punya uang lagi untuk membeli sesuatu ke inginan mu.” Tanpa pamit, raisya langsung berangkat sekolah , di sisi lain ibu sangat sedih melihat kelakuan anaknya seperti it uke ibu kandungnya sendiri. Sesampainya di sekolah, di sat jam istirahat , raisya di panggil temennya untuk menuju bk karena pak sekolah memanggilnya. Saat di BK” permisi, ada apa memanggil saya pak ? “.” Iya, silahkan masuk .” raisya masuk dengan ijin pak sekolah ,” ada apa pak ?”.” jadi begini, saya memanggil kamu , ingin membicarakan soal spp yang belum kamu banyar selama 3 bulan .” Deg.” Hati raisya mendengarnya.” Jadi, kami meminta maaf , mulai besok kamu tidak bersekolah disi lagi, kamu kami keluarkan .”raisya terdiam mencerna semua perkataan pak sekolah untukny.” Ini kertasnya, mohon di tandatangani dulu , mulai besok kamu tidak perlu cape – cape lagi kesekolah di sini.” Arah pulang menuju rumah perasaannya kacau entah apa yang dipikirannya sekarang, bagaimana besok, ia akan mencari sekolah kemana lagi, uang tidak punya , nilai kkm raisya pun rendah sesampai dirumah, perasaannya makin bercampur aduk, emosi yang tak terkontrol raisya

melihat pintu rumah , masih terbuka mencari ibu .” ibu…ibu dimana?”.” Ada apa nak”.”ibu lihat ini “sampai memberikan kertas itu tersebut “ aku di keluarkan dari sekolah , karna ibu ga buisa banyar spp aku selama 3 bulan”. Ibu terdiam saat melihat kertas tersebut. “ pokoknya aku gamau tau, besok ibu siapin uangnya akum au mencari sekolahan lain sendiri aja.”di malam hari ibu terbangun menangis dengan sejadi – jadinya . Keesoknya, sesuai dengan yang di rencanakan raisya, tanpa pamit raisy berangkatmencari sekolah.”mungkin ibu sedang mandi” piker raisya . Mecari kesana – kemari mencari sekolah, lanyak ya seseorang yang mencari lowongan kerja. Banyak sekolah yang menolak karena nilai kkm raisya yang rendah. Sesampainya di rumah, pintu masih terbuka seperti semula . “ ibu, ibu dimana?kalau ada maling masuk gimana,.”sampai di kamar sang ibu, terlihat ibu yang terbaring lemah di atas sejadah , memakai mukena yang masih nempel pada dirinya.” Ibu, ibu kenapa enak – enakan tidur disini,sedangkan pintu terbuka lebar .” di periksanya ibu. Raisya terkejut panik, menghujam dirinya ibunya sudah tak bernyawa. Keluar, meminta pertolongan warga, dan setelah di periksanya, ternya ibu terkena penyakit kanker otak stadium 4,. Dikuburkannya sang ibu. Sendiri, itulah yang di rasakan raisya sekarang. Raisya menyesal, mata membengkak, yang di alami ya sekarang.saat raisya pergi kekamar sang mendiam ibunya. Terdapat poto sang ibu. Di lihatnya poto tersebut. Raisya terkejut, ternyata ada kata yang di sampaikan sebelum tiada di balik pototersebut.tertuliskan, “ raisya ayo berubahlah nak, ibu mau kamu menjadi anak yang rajin ibadah, nurut sama orang tua. Buat ibu bangga dengan kamu berubah menjadi baik,ibu sangat menyanyangi mu nak,Raisya Afamanda Mastoro.”menangis dan menyesalyang hanya bisa di lakukan raisya saat ini.

Semakin hari, raisya semakin terlihat perubahannya, semakin menjadi baik, semakin rajin ibadah. Teringatnya dulu ibu yang selalu menasehatinya untuk salat ibadah kepada allah, berdoa, berzikir, akan tetapi saat itu raisya di butkan oleh pergaulan bebas . menolak, menyuruh ibu diam, agar tidak terus menceramahinya. Setiap sebelum tidur selalu teringatwajah. Sang mendiam ibunya. Selalu terucap di dalam hatinya” ibu, apakah aku sudah berubah, seperti apa yang engkau inginkan kepada anakmu ini sebelum engkau tiada?” Raisya Afamanda Musturo.

ANGANKU Annifa Raihanum

Di suatu ruang yang berada di rumah sakit, ruang yang bernama anggrek no-150 berada di lantai 3. Ada seorang anak dan ibunya. Anak itu bernama Nasyilla very hidayah menemat ibunya yang sedang sakit. Nasyilla pun bermimpi bahwa ia akan di tinggalkan oleh ibunya untuk selama – lamanya. Nasyilla pun terbangun dari tidurnya dan langsung memeluk ibunya tersebut. “ ibu ayo bangun dan peluk aku “ ucap angan nasyilla. Ibunya pun terbangun dan sambil berkata” maafin ibu nak…waktu ibu sudah tidak lama lagi “. Ibu tidak boleh berkata seperti itu .” ucap nasyilla .” jika ibu sedah tidak ada , kamu masih mempunyai ayah.” Ucap ibunya. Lalu nasyilla pun terkejut “ apa ayah masih hidup bukannya ayah sudah tidak ada.” Ucap nasyilla. Pulanglah kerumah dan masuk kamaribu di situ terdapat laci – laci kecil , bukalah laci itu , di situ terdapat foto dan tempat kejadian ayah mu kecelakaan.” Ucap ibu dan menghembuskan nafas terakhirnya. Nasyilla pun terdiam sejenak dan meneteskan air mata.” Ibu…..”teriak nasyilla sambil teringah – ingah “ ibu bangun jangan tinggalkan aku secepat ini.” Ucap nasyillah sambul memeluk ibunya yang telah tidak ada. “ innalillahi wa innailahi rojiun.” Ucap nasyilla yang sudah memeluka ibunya untuk pergi ke sang ilahi. Saat ini nasyilla menginjak usia yang ke 10 tahun yang 3 hari lagi mau nginjak ke 11 tahun. 3 hari atas kepergian ibunya. Ia pun berencana akan pergi umtuk mencari ayahnya. Ia pun berjalan menuju kamar ibunya

sambil kata “ andai ibu masih ada , kita bisa cari ayah sama – sama tapi mengapa ibu pergi secepat ini,” ucap nasyilla di dalam hatinya. Nasyilla pun membuka laci tersebut dan mengambil foto dan alamat yang akan dituju. Ia pun teringat akan ulang tahun dia yang ke 11 tahun. Bukannya raut wajah kesedihan yang dapat di wajah yang mengingat sososk ibunya tersebut. Nasyilla pun bersiap – siap untuk pergi kejakarta, sebelum ia pergi nasyilla pergi ke makam ibunya terlebih dahulu untuk meminta ijin pergi menemani ayahnya. Setelah berziarah nasyilla pergi ke rumah pak fikri ternya mobil yang di tumpanginya sudah pergi. Nasyilla pun mengejar mobil tersebut sampai tali sendalnya putus dan kakinya penuh dengan darah mobil pak oman pun berhenti dan melihat nasyilla ke rumah sakit saat dia tertidur bangun-bangun dia berada di rumah sakit dia tersadar dia keluar dari kamar inap nya nasyillah ter saudung pot dan terjatuh lalu di bawa oleh seorang dokter saat nasyilla terbangun dokter tersebut langsung memeluk nasyilla dan ternya dokter sebebut adalah ayah kandung nya nasyilla.

TROUBLE MAKER IN PESANTREN Jeina Auri .R

Hai, mana ku meilinda astir ! aku adalah murid santri dari pompes arrahman. Kini aku sedang menduduki kelas 2 SMA. Aku selalu di sebut – sebut dan dijuluki sebagai santri pembawa masalah setiap hari selalu masuk ruang BK ( bimbingan konseling). Sampai – sampai para ustadz/ustadzah tau tentang diriku apakah aku bisa mengubah sikap ku ini ? So.. this is my strong !! Pagi hari pukul 03.30 Ring!!! Ring!! Ring!! Suara alarem dari jam beker yang telah membuat diriku terbangun “ haaamm!! …jam berapa ini ?”ucapan sambil mengambil jam beker tersebut. “ Ahh! Masih pagi ! rebahan lagi dah…” ucapanku sambil melempar jam beker tersebut. Lalu kembali berbaring . “ eh, mei? Shalat tahajjud dulu yuu !! ucap salah satu temen kamarmya yang bernama indah. “ ah, masih ngantuk ! sana duluan aja !” bena aku “ kamu ga salat, hayulah mei, 2 rakaat doang kok! Nanti kan kalua udah selalesai shalat bisa di lanjut lagi tidurnya …” ucap indah dengan lembut. “ ih. Kalua masih ngantuk gimana? Udah sana duluan ! ntar juga kalua akum au shalat bakalan bangun sendiri ga usah ngajak – ngajak !” bentakku “____, terserah deh aku duluan ya ..” ucap indah gugur ngeri .

Pagi harinya, pukul 07.30 Meilinda masih tidur pules, dia meninggalkan shalat tahajjud dan salat subuh . padahal dia sudah di bangunin beberapa kali oleh temen kamarnya. Tetapi tetep aja dia tidur pulesnya. “ mei! Bangun! Masa kamu masih mau male – malesan gini !?” ucap wali kamar meilidia. “ Hah? Jam berapa ini umi?” ucap melindia bingung . “Sekarang jam 07.30 !!! cepetlah sana siap – siapa berangkat sekolah ! bentar lagi mau di kunci kamarnya !” ucap walikamar meilida tegar. “ I-I iya u..ummi ….” Lalu , mailinda segera bergegar berangkat sekolah karena bangun terlambat. Setelah sampai di sekolah, meilidia di hokum oleh wali kelas karena sudah terlambat datang sekolah., lalu ketinggalan pelajaran pertama. “ hukum terooss….. Melinda di hukum di tengah lapangan untuk berlari – lari sampai 50 kali dan itu dalam keadaan panas . setelah selesai menjalani hukuman tersebut meilida terbaring di tengah lapangan karena ia sangat Lelah melewati hukuman – hukuman tersebut. Di saat meilida terbaring, ia terus aja menatap gerbang keluar asrama . ia ada rasa – rasa dan tingkah laku yang sangat aneh. Dan tiba – tiba ia berkata… “ aku cape gini terus!! Pengen pulang !” Tiba – tiba, meilida bangkit dari tidurnya lalu berusaha berjalan perlahan – lahan mendekati gerbang keluar asrama. Ia melihat keadaan sekitar….sangat sepi, sunyi …dan tiba – tiba, ia meloncat . memanjat gerbang asrama itu. Dengan nekat ia rela melakukannya hal ini.dan akhirnya ia berhasil ! ia berhasil memanjat gerbang itu, lalu loncat keluar dari asrama. Lalu ia berlari sekenceng mungkin, agar jauh dari tempat itu, di tengah jalan raya, ia tertawa girang, lanyaknya seperti orang gila. Yang jadi pusat

perhatian orang – orang sekitar jalanan, ia ketawa sangat kencang akhirnya ia bisa melakuakan hal ini. Dan ia pun terus berjalan untuk pulang kerumah. Setelah sampai di depan rumah ,,,,meilidia bingung alias heran, kenapa di depan rumahnya banyak sekali orang – orang dan kenapa juga ada bendera kuning di depan rumahnya, siapa yang meninggal? Meilidia masih panasaran ia pun dekat untuk melihat dan ternyata setelah melihat apa yang terjadi, ternyata____, ibunya yang meninggal

SCHOOL IN LONDON OR HAFIDZAH Maulida Aulia “Monica sahara,,,congratulation ! kamu lulus seleksi beasiswa sekolah SMA di London…” kata bu kiki kelas monica. #Monika # Pagi itu, di sekolah. Aku di kejutkan dengan berita kelulusanku. Aku bersyukur kepada allah SWT. “ ini adalah kesempatan emas, ucapku dalam hati . Tapi, entah kenapa hatiku terasa sedikit sesak, aku teringat akan akan kewajibanku sebagai penghafal Qur’an. Selepas pulang sekolah,, aku buru – buru memasuki rumah yang sederhana tapi nyaman buat aku singgahi . kedua bola mata ku menangkap dua sosok yang berbagaikan malaikat bagiku. “ abii,,Umii,,,! Alhamdulillah,, ica lulus seleksi beasiswa SMA di London…” ucap ku girang.” Mataku menangkap eksperisi keterkejutan umi dan abi. “ Abi,,Umi, ,,kenapa diam saja ??” tanya ku pada mereka. “ Ica..? Ica tau ga?? Abi sama umi bangga sekali punya anak kaya ica. Ica cantik, pinter, baik, shalehah, penghafal Qur’an lagi abi sama umi sayang banget sama ica … ica anak satu – satunya bagi kami….nanti kalua ica sekolah di London, abi sama umi bakalan kesepian.. tapi abi bakal buat kesepakatan buat ica…” ujur abi. “ Kesepakatan apa bi? “ Tanyaku “ Kalau ica sudah menguasai seluruh isi al-qur’an baik dalam menghafal, maupun mengamalkan. Abi bakalan kasih ijin buat ica sekolah di London atau pun sekolah di luar negri yang lain. Soal biaya sekolah di London abi sudah siapkan jau – jauh hari ketika abi tau, kalua ica pengen sekolah di luar negri.” Jawab abi “ Okee,, Ica setuju ! “ ucap ica

Seketika hatiku lega dengernya . menjadi penghafal Qur’an adalah cita – cita ku sejak kecil. Abi dan umi juga bercita – cita ingin mempunyai ank penghafal qur’an . seol sekolah di luar negri, aku pasrahkan aja kepada allah . karena aku nyakin, keinginan ku sekolah di luar negri hanyalah keinginan semata. Dan aku yakin jika allah berkehendak , pasti aku akan di tuntut untuk menjajari bumi ciptaanya. 3 Tahun kemudian ……. “ Icha …bulan ini kamu ada jadwal, panggilan acara ke agamaan islam di singapur!. . . siap – siap ya nak!,, besok siang kita udah lading di berdara singapur!” ucap bunda. Yaa… sekarang,, atas ijin allah. Aku menjadi pendakwah di berbagai negara dengan bekal ilmu Qur’an . dan tahun depan aku udah mulai sekolah di university Oxford Amerika serikat.

SEKOLAH DI MASA PENDEMI Syifa Shofwatunnida Matahari sudah mulai terbit dari timur dan cahaya pun sudah mulai memasuki kamar – kamar. Akhir – akhir ini sudah jarang sekali yang Namanya pedagang, hamper semuanya di tutup bukan hanya pedagang aja melainkan took – took pun di tutup. Di sebuah pesantren yang awalnya sangat – sangat sepi seperti tidak ada kehidupan, banyak sekali barang – barang yang berdebu karna santri di pulangkan. Hamper 4 bulan santri melakukan pembelajaran di rumah melalui system daring ( dalam jaringan), efeknya tidak efektif karna semua santri terpaksa harus mengikuti pembelajaran tersebut. Sampai pada saatnya santri pun di pulangkan kembali kepesantren dengan mengikiti persyratan protokolkesehat yang harus di lalui. Hari demi hari santri pun di pulangkan kepesantrendengan memakan waktu 1 bulan untuk ngumpul semua santri. Sampai akhirnya setelah di pesantren santri tidak langsung sekolah, santri masih banyak waktu kosong. Setelah di selang beberapa minggu santri pun akhirnya menerima pengumuman untuk mulai sekolahnya. Tetapi santri bersekolah berdeda dengan tahun ajaran sebelumnya dengan dengan menggunakan baju seragam, sekarang para santri dengan menggunakan gamis bebas. “ Ukhti kenapa sekarng sekolah tidak menggunakan seragam . sekarang kenpa harus memakai gamis bebas ?” tanya seorang santri kepada wali kamarnya . “ Karna biar ga ketahuan sekolah, lagi pula pesantren kita ini bukan sekolah melainkan belajar sebentar semacam les lagi mungki. “ jawab wali kamarnya.

Sampai saat ini santri – santri pesantren melakukan aktivitasnya dengan tidak seperti biasa, banyak sekali hal yang baru santri – santri pesantren tersebut alamin seperti harus memakai masker jika ingin keluar ruangan dan harus lebih tingkatkan lagi dalam hal mencuci tangan dan juga menjaga kebersihan. Walaupun begitu semua santri selalu taat dalam peraturan yang baru – baru ini di terapkan. Alhamdulillah walau pun di kampung / daerah sekitar sini banyak yang terkena pirus tersebut, santri – santri yang di sini tidak terkena virus sekali. Tetapi banyak santri yang tidak sukadi masa pendemi sekarang karena tidak ada pedagang satu pun yang berdagang di area pesantren tersebut. Karena, pihak pesantren masih kurang yakin akan jajanan tersebut karena di takutkannya pedagang tersebut membawa virus tersebut dari luar semua santri disi bukan hanya belajar dengan semata – mata melainkan selalu mendengarkan tausiah dari bapak kiai dan juga selain tausiyah bapak juga selalu mengimgatkan kepada kita untuk selalu yakin bahwa allah itu selalu melindungi kita di saat kita senang maupun susah, ya seperti sekarang aja, sekolah di masa pendemi adalah hal yang sangat – sangat di takutkan oleh semua orang terutama dari kalangan belajar. Banyak orang diluar sana sangat takut, ingin keluar rumah aja takut takut akan virus yang sangat mematikan ini. Tetapi sekolah/ pesantren ini memang sudah di nyakini dan juga selalu di peringatkan agar selalu mengikutu protocol kesehatan yang sudah di tetapkan. Santri – santri di sini jika membaca atau pun mengingatkan tentang virus ini pasti santri – santri di sini selalu mengingat apa yang di ucapkan oleh bapak kiai “ yaitu” jika di salah satu tempat tersebut terdapat bencana seperti sekarang yaitu virus maka janganlah kamu lari dari masalah tersebut dan seharusnya virus seperti ini bukan untuk di takutkan melainkan untuk dio lawan dengan cara yang di atas.”

Sampai saat ini santri – santri pesantren tersebut masih selalu aman dan di jaga dan juga santri – santri di sini sangat sabra untuk tidak bertemu dulu dengan orang tua salama masa pendemi ini. Dan santri – santri disini juga selalu berdoa agar selalu di lindungi oleh allah SWT.

I LOVE JUMU’AH Widya Afi Matahari di pagi hari begitu hangat menyentuh kulit dengan titipan vitamin di balik kehangatan itu. Terima kasih kepda tuhan atas kenikmatan memberi ke indahan di pagi hari, dan ada rasa bangga hamper enam bulan kami resmi menjadi adik kelas yang harus menghormati kaka kelasnya. Pada padi hari di hari jumat di adakan perlombaan qiro’at dan kaligrafi antar kelas. Aku menawarkan kepda temen – temen ku untuk lomba tersebut. “ assalamualaikum..siapa yang mau mengikuti lomba kaligrafi di kelas ini?” ucap kepada kaka kelas sebelahku. “ aku..” ujur bella sambil mengacungkan tanganya. “ iya….” Ucap dengan lembut Hana pun langsung pergi kekelasnya. Dan Amanda pun mengajukan dirinya untuk mengikuti lomba qiro’at. Ke esok harimnya bella dan Amanda mempersiapkan untuk lombanya, tak lama kemudian perlombaan pun selesai bella dan Amanda pun merasa senang karena telah mengikuti lomba dengan lancer. Caca pun datang menghapiri bella dan Amanda. “ hai bel, hai manada” sapaan caca terhadap mereka “ hai juga ca” ujar mereka berdua “ bagaiman dengan perlombaannya” tanya caca kepada mereka “ alhamdulillah lancer” jawab mereka Mereka pun pulang ke kamarnya masing – masing untuk beristirahat. Satu minggu kemudian pengumuman kejuaraan pun tiba akhirnya mereka berdua memenangjkan lomba tersebut, mereka berdua menaiki panggung dengan piala hebat, bella memenang lomba kaligrafi terhebat, dan Amanda menjadi actor qiro,at peringkat pertama. Mereka sangat senang. Karena telah memenangkan lomba tersebut, ketika mereka turun dari panggang hanna dan fitri menghampiri mereka.

“ selamat ya kalian” dengan wajah yang tidak seka kepada mereka “ terimakasih” jawab mereka berdua dengan senyuman Hanna dan fitri pun pergi dengan rasa kesal. Bella dan Amanda pulang kekamarnya untuk beristirahat, tak lama adzan dzuhur pun berkomandan seluruh santri pun bersiap untuk pergi kemesjid, dan mengikiti pengajian seperti biasanya, mereka berdua menjadi santri yang di senangi oleh banyak orang dan para ustdzah – ustadzah lainnya.

PESANTREN IMPIANKU KARYA DEA HAIFA SALIMAH Pada suatu hari ada seorang anak yang memiliki impian yang sangat tinggi,dan impian nya itu sangat mulia,namun apa impian nya itu akan menjadi kenyataan,maka baca cerita ini sampai tamat,selamat membaca. Anak itu bernama Yola, Yola lahir di keluarga yang kurang mampu, ayah nya tukang beca dan ibunya hanya tukang kue keliling. Dari kecil Yola selalu ingin pesantren, di pesantren favorit dia. harga masuk ke pesantren itu sekitar 25 JUTA. maka dari itu Yola dan orang tua nya mulai menabung sedikit demi sedikit. Yola pun ikut membantu kedua orang tuanya dari kelas 4 sd. Yola anak yang baik,sopan patuh kepada kedua orang tua nya, dan juga cerdas. saat dia berjalan di sekolahnya,ada teman teman yang suka meledek Yola,yaitu Viola orang yang katanya mirip dengan Yola. dan ternyata mereka memang mirip,tapi mereka bukan saudara.Viola itu anak orang kaya raya,orang tuanya bekerja di luar negri. saat Yola menjual kue. Viola suka mengacak ngacak barang dagangannya. dan ternyata Viola itu sirik dengan Yola. walaupun dia hanya anak orang miskin, tapi orang tuanya sangat sayang kapada Yola. sedangkan Viola selalu ditinggal tinggal oleh orang tuanya untuk bekerja. Viola merasa bahwa ia kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Pada suatu hari Viola berpikir untuk bertukar posisi dengan Yola. Viola menjadi Yola dan Yola menjadi Viola,karena Viola ingin merasakan bagaimana merasakan kasih sayang yang seutuh dari orang tua, walaupun Viola harus tinggal di rumah Yola yang sederhana. Keesokkan nya, setelah mereka pulang sekolah, Yola pulang ke rumah Viola dengan penampilan persis seperti Viola menggunakan pakaian yang bagus. sedangkan Viola harus menggunakan kerudung yang begitu panjang dan pakaian yang lusuh,sebenarnya Viola tidak mau melakukan hal itu tetapi karena terpaksa .” aku harus bisa seperti yola,karena aku ingin di perhatikan oleh orang tua,walau itu bukan orang tua ku sendiri,mamah sama papah ku sibuk dengan urusan binis mereka dan tidak memperdulikanku”ucap viola di dalam hatinya. sedangkan yola merasakan seperti apa menjadi orang kaya itu.”enak ya ,jadi viola rumahnya besar,apa yang dia minta pasti selalu ada”.

Malam pun tiba,hujan pun tidur begitu deras ,ayah nya yola pun pulang dengan baju yang basah,: assalamualaikum!”ucap ayah,”walaikumussalam”ucap ibu.”papah…kok baru pulang”.ucap viola yang mengaku ngaku sebagai yola.ayah nya pun bingung”nak ,kenapa kamu memanggil ayah dengan ucapan papah?”tamya ayah.”ouh…jadi yola memanggil ke papah nya dengan sebutan ayah”seru viola di dalam hatinya.”kan gaya yah,yola ingin memanggil ayah dengan sebutan papah boleh kan?”.ucap viola”gak papa sayang ayah mau di panggil apapun,tetap saja bapak mu itu ayah.”ucap ayah sambil mengelus kepala viola .viola pun langsung meneteskan air mata nya “kenapa papah gak pernah seperti ini ke viola,mengelus tangan viola dengan penuh kasih sayang”.ucap viola di dalam hatinya,ayah pun langsung kaget melihat putrinya yang tiba tiba menangis.”yola.. kenapa kamu menangis?”ucap ayah sambil menatap wajah viola.”aku kangen sama papah.”ucap viola sambil menangis.”lah…kok yola nangis kan ayah ada disini, sini biar ayah yang peluk”ujar ayah . viola pun di peluk dengan penuh kasih sayang dan kehangatan.tiba tiba lampu di rumah mati.”aaaaghh…” teriak viola.”tenang yola…ayah disini,ibu…ibu…,coba lihat di luar apakah mati lampu”ucap ayah. ”ayah…semua rumah,lampunya menyala, hanya rumah kita saja yang gelap.”ucap ibu.”ouh…ayah baru ingat kalau ayah belum bayar listrik .”ucap ayah.”papah kenapa belum bayar listrik?”Tanya viola. “ sayang…semua uang nya kan sudah habis untuk kebutuhan sehari hari dan untuk kamu.” Ucap ayah “emang aku mau apa?.” Tanya viola “kan yola mau pesantren kalau udah lulus sekolah sd nya.” Ucap ayah “oooo…ia,yola lupa pah” ucap viola. “ternyata yola ingin pesantren,tapi ayah nya yola tidak memiliki uang untuk mendaftarkannya ke pesantren yang ia ingin kan,maka dari itu ayah yola bekerja keras untuk cita cita yola”gumam viola.”sayang….bantu ibu yuk!.” “ibu ini gelap sekali ibu dimana?apa yang bisa aku bantu?.” ucap viola sambil berjalan perlahan lahan.”disini…!bantu ibu untuk mencari lilin, bukan nya kamu yang menaruhnya.”ujar ibu.”hmmm….gimana nih aku bingung mau jawab apa,pasti yola yang menyimpannya,mana aku tahu yola menyimpannya dimana.”ucap viola di dalam hatinya “ibu…aku lupa menyimpannya dimana.”ucap viola yang berbohong” coba kamu cari di laci.”ujar ibu.”ohh ini bu lilin nya !”seru viola.”sini biar ibu nyalakan lilinnya.”mereka pun berkumpul di ruang tamu dan dan mereka tengah asik dalam kerangka bayang yang ada di tangan nya .karena viola sudah memanggil nya papah tapi yola memanggil nya ayah,” lebih baik aku mengikuti yola dengan sebutan ayah.”gumam viola

Sedangkan yola yang tinggal di rumah viola merasa bosan tinggal di rumah viola”kok udah malam kaya gini belum datang juga,kemana?”Tanya yola di dalam hatinya.tiba tiba ada teriakan dari arah dapur”non…sudah tidur belum?”Tanya bibi,”bi,aku belum tidur mamah sama papah kok belum pulang ?.” “non lupa ya mamah sama papah non kan ke luar negri hari miggu kesini lagi.” Ucap bibi.”ohhh…gitu ya bi viola lupa.” seru yola . “nah sekarang non tidur,karena jam telah menunjukkan pukul 11:00 malam.”ucap bibi. “baiklah bi…tapi,aku mau dibaca kan dongeng dulu oleh bibi.” Ucap yola. “baiklah ummi cerita kan dongeng ,pada suatu hari…” bibi mencerita kan dongeng kepada yola. Pada pagi hari nya,yola mengajak bibi untuk shalat tahajud dan mengaji. “aneh sekali non ,belakangan ini,biasa nya sering banget marah marah.”ucap bibi di dalam hati nya.pada siang hari nya ,mamah dan papah nya viola pulang. “non.. itu mamah sama papah sudah pulang!.” Teriak bibi. “ooo..mana bi?”Tanya viola. “oo…itu mamah dan papah nya viola.” Gumam yola. Yola langsuk membuat kan teh manis dingin untuk mamah dan papah nya viola. “mah..pah.. ini teh manis dingin nya untuk mamah dan papah.”ucap yola sambil tersenyum. “udah gak usah,mamah sama papah cape,mau istirahat.”ucap mamah nya lirih. “pantas saja viola itu ingin sekali tukar posisi dengan ku,kasian viola tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua nya. Selama Yola di sana, Yola berbakti kepada kedua orang tua nya Viola dan akhirnya mamah Viola pun mulai mengurangi pekerjaan nya dan selalu ada di rumah dan ternyata mamah nya Viola sibuk selama ini, karena ingin menyekolahkan Viola ke Amerika yang menjadi salah satu impiannya. Akhirnya mamah nya Viola pun bekerja keras untuk itu, sampai-sampai mamah dan papah nya tidak ada kata istirahat mungkin Viola tidak tahu tentang ini sehingga dia selalu menilai bahwa orang tua nya tidak sayang kepada nya padahal mamah dan papah nya sangat sayang kepada putrinya itu. Selama seminggu di sana Yola sudah dekat sekali dengan orang tua nya Viola. Yola dan Viola pun hendak berganti posisi lagi. Eeeh ….saat yola pulang ke rumah nya, tidak ada siapa pun. “ibu…ayah… kalian di mana?.”ucap Yola tapi tidak ada yang menyahut satu orang pun, tiba tiba tetangga nya menghampiri Yola.”Yola, ayah kamu kan kecelakaan, kenapa kamu di sini?.” Ucap tetangga nya.” Apa…! Ayah kecelakaan, dimana ibu sekarang?.”Tanya Yola.” Bukankah kamu yang membawa ayah kamu ke rumah sakit.”ucap tetangga.”iya, tapi saya lupa.” Ucap Yola yang berbohong.”rumah sakit bayukarta, di deket jalan jalan.”ucap tetangga nya. “ouh… makasih ya bu.”ucap Yola. Yola pun bergegas menuju rumah sakit. Masuk lah Yola ke

ruang UGD. “ayah…kenapa bisa seperti ini? Ayah cepet sembuh ya.” ucap Yola sambil memeluk ayah nya. Ibunya pun bingung “yola nya, kok ada dua?”ucap ibunya. “jadi gini bu, aku bukan Yola, tetapi aku Viola temen SD nya Yola.”ucap Viola. “ya ibu… aku Yola, dia bukan Yola, kami berdua berpindah posisi, karena muka kita yang mirip.”jadi selama ini yang ada di rumah Viola bukan kamu.”Tanya ibu. “iya ibu, ceritanya panjang.” Ucap Yola . “ya ibu…aku yola, dia bukan yola,kami berdua berpindah posisi,karena muka kita agak mirip.” Ucap yola. Viola dan yola menceritakan yang sebenarnya kepada ibunya. Tapi saat bercerita tiba tiba jantung ayah melemah. Kami pun panik dan memanggil dokter. “dok… dokter? “ ucap viola. Dokter pun langsung datang. “harap kalian meninggalkan ruangan ini.” Ucap suster. “ dok… selamatkan ayah saya,usahakan sebaik mungkin dok.” Ucap viola sambil menangis dan cemas. “ iya de..kami akan berusaha semaksimal mungkin.” Ucap dokter. Stelah 5 menit dokter keluar dari ruangan UGD. “ dok,apa yang terjadi dengan suami saya?” Tanya ibu yang cemas. “maaf sekali suami ibu tidak tertolong.” Ucap dokter. “engga dok, ayahku masih hidup engga mungkin ninggalin aku.” Ucap yola. Yola pun langsung masuk kedalam ruangan itu. “ ayah.. engga boleh ninggalin yola ,yah..” ucap yola sambil menggoyang goyangkan tubuh ayahnya sambil menangis. “ yola,kamu yang sabar ya, ikhlasin ayahmu, semoga ayahmu ditempatkan disisi allah yang terbaik.” Ucap viola sambil menangis, viola juga merasa sedih kehilangan ayahnya yola, yang sebelumnya sangat dekat. Dan ayah yola lah, yang pertama kali memberi kasih sayang kepada viola. “ ayah... kenapa ayah harus pergi secepat ini, yola masih membutuhkan ayah, aku engga ikhlas kalo ayah pergi secepat ini.” Ucap yola sambil mengeluh. “ sayang… ibu tau ini berat, tapi kamu harus ikhlas kamu harus kuat dan kamu harus mewujudkan impian impian ayahmu dan cita cita kamu nak.” Ucap ibu. “ iya ibu yola janji akan mewujudkan impian ayah dan cita citaku.” Ucap yola. Tiada lain dari kematian ayahnya. Hari kelulusan pun tiba yola sedih melihat semua orang diantar oleh orang tua sedangkan yola hanya bersama ibunya. Ternyata yola lulus dengan nilai terbaik. “ coba aja, kalo ayah masih ada, pasti ayah bangga sama aku.” Ucap yola. Ibu pun memeluk putrinya, satt itu datanglah viola dengan mamah dan papahnya. “ hai yola, selamat ya kamu lulus dengan nilai yang terbaik.” Ucap viola. “ eh,ada viola makasih ya.” ucap yola. Namun dia meneteskan air mata .” yola kenapa kamu sedih? Harusnya kamu senang yang telah mendapatkan prestasi yang sangat bagus.” Ucap viola. “ aku tau, tapi aku sedih karena ayah aku telah tiada.” Ucap yola yang menangis. “ nak, kamu sudah saya anggap seperti anak

papah semdiri.” Ucap papahnya viola. “ makasih pah.” Ucap yola. “ sekarang papah punya anak 2, yaitu viola dan yola yang dua duanya sama sama cantik, mamah sama papah dan ibu kamu sudah sepakat mengsekolahkan kalian dipondok pesantren,kalian setuju?” ucap papah viola. “viola setuju pah asalkan ada yola.” Ucap viola. Akhgirnya yola dapat mewujudkan impian ayahnya, dan cita cita ingin pesantren. Viola dan yola pun sangat dekat sehingga seperti adik kakak, apalagi muka mereka yang mirip.” Ayah… yola berhasil mewujudkan mimpi ayah, semoga ayah bangga dengan yola.” Ucap yola didalam hatinya.

BECAUSE COFFE Salma Nur’ aini

Sinar mentari pagi menerpa semesta, burung-burung kecil bersahut-sahutan memanggil induknya masing-masing. Hangat, inilah cuaca saat ini yang memberi kesan bahwasanya pagi ini akan sangat cerah. Alizza Daniswara, seorang gadis yang memiliki perawakan tinggi, putih, mancung, berambut pirang dan dengan pupil matanya yang berwarna coklat menjadikan dirinya banyak dikagumi oleh para lelaki di sekolahnya. Tetapi, ia tidak menggubris lelaki yang sudah beberapa kali menembaknya. Ya, ia cuek. Memegang jabatan tertinggi tidaklah mudah, apalagi akan lebih sering dipandang kelakuannya oleh yang lainnya. Ratu sekolah, inilah jabatan yang dipegang oleh Alizza saat ini. Tetapi, apakah dia bisa menjalankan amanahnya sendirian, mungkinkah ada seseorang yang akan membantunya? “Pagi semuanya....” ucap Alizza menyambut seluruh keluarganya yang sudah menunggunya di meja makan. Di tengah meja makan itu terdapat keluarga kecil yang bisa dibilang kaya raya. Keluarga Daniswara, marga yang menjadi nama akhir dari semua keluarganya. Raffi Daniswara, kakak pertama Alizza menatap Alizza dengan intens. “Habis kemana lo? Lama banget di atasnya.” tanya Raffi. “Apa janganjangan lo bawa minuman kopi lo lagi?” timpal Raffi kembali. “Kenapa sih gue gak boleh bawa minuman sekolah?”Alizza mendelik sebal.

kesukaan gue ke

“Gue udah bilang ke lo beberapa kali hah?! Kalau kopi itu gak baik diminum tersu-terusan..” Penjelasan Raffi sepertinya akan terbilang sia-sia karena Alizza akan terus membawa minuman kesukaannya ke sekolah. “Bodo ah! Mah, pah.. Alizza berangkat dulu.” ucap Alizza sambal mencium punggung telapak tangan orang tuanya. “Yaudah hati-hati ya nak, lain kali kalau abang kamu memberi nasihat, coba kamu dengerin dulu ya?” Mama Alizza menasehati.

“Iya, iya mah..” kata Alizza terlihat sedikit kesal. Alizza berangkat bersama ayahnya menaiki mobil sport merk newcar dengan warna merah mencolok. Keluarga Daniswara memang keluarga yang berkecukupan, tetapi Alizza tidak pernah menyombongkan diri dengan apa yang ia punya. 10 menit di perjalanan menuju sekolahnya, akhirnya Alizza tiba di depan gerbang sekolah yang sepertinya 5 menit lagi gerbang itu akan ditutup. “Yah, makasih ya udah nganterin Aliz.” ucap Alizza tersenyum bahagia dan tak lupa sambil mencium punggung telapak tangan ayahnya. “Iya nak, jaga baik-baik dirimu ya? Udah sana masuk, ayah juga langsung mau kerja.” perintah ayahnya. Alizza hanya mengangguk mengiyakan. Setelah itu, Alizza langsung melangkahkan kakinya ke dalam pekarangan sekolahnya. Di kelas XI IPA inilah Alizza berjuang untuk cita-citanya. “Hai Rev, Mel.” Sapa Alizza ke sahabatnya. “Hampir telat tau ga sih lo?” sindir Amel. “Kan hampir Mel, tapi gak nyampe kan?” Alizza membela dirinya dan langsung duduk di dekat Amel. “Oh iya, lo semua mau pada bantuin gue gak?” ujar Alizza seketika. “Apasih yang enggak buat sahabat gue sendiri?” tanya Amel yang berarti mengiyakan permintaan Alizza. “Gue mau bikin koperasi kecil-kecilan.” ucap Alizza sambil tersenyum. “Lo emangnya mau dagang apa hah? Cangcimen?!” lemparan kalimat dari Reva membuat Amel dan Reva tertawa terbahak-bahak. Alizza hanya mendengus sebal karena celutehan Reva sedikit membuat Alizza merasa disepelekan. Alizza akhirnya memilih keluar kelas, tetapi sepertinya Alizza mengurungkan niatnya itu karena bel pelajaran pertama telah berbunyi. Alizza yang baru saja menapakkan 3 langkah kakinya menuju pintu, akhirnya memutarbalikkan badannya dan pergi ke tempat duduknya kembali. “Gak jadi lo kaburnya?” sindir Amel. “Pagi anak-anak, bapak gak usah basa-basi lagi di sini, silakan masuk!” perintah Pak Doni kepada seseorang yang berada di luar kelas. “Pak Doni nyuruh siapa sih?” batin Alizza memperhatikan. Seorang lelaki dengan tubuh atletisnya masuk ke kelas dengan menggunakan seragam putih abu dan jaket abu membalut di badannya.

Putih, tinggi dan dengan lesung pipi di sebelah kanannya sehingga menambah kesan bahwa laki-laki itu bisa dibilang tampan. “Silahkan perkenalkan dirimu langsung!” Pa Doni mempersilakan. “Baiklah, perkenalkan nama gue Andreas Sagara, bisa dipanggil Andre. Gue harap kalian semua bisa menerima gue di kelas ini.” katanya dengan mengulungkan senyuman yang menghasilkan lesung di pipinya itu. “Anjir kempotnya itu anjirr..” “Klepek-klepek gue!!” “O M G no worry-worry aahhh…” “Meleleh gue.” “Haelah gantengan juga gue” kata Dimas dengen sangat percaya diri. “Huuuuu” sorakan seluruh temannya menyoraki kepedean Dimas. “Hei, hei.. sudah silakan duduk Andre! Kursi kamu ada di belakang Alizza ya?” sambil menunjukkan bangku yang berada di belakang Alizza. “Baik pak..” jawab Andre melangkah menuju tempat duduknya. “Kenapa belakang gue harus kosong sih?!” batin Alizza mendengus kesal. Waktu semakin lama menunjukkan waktunya beristirahat. Alizza, Reva, dan Amel langsung pergi ke kantin sekolahnya. “Mel, gue lagi gak mau makan ah.” ujar Alizza setelah mereka duduk di tempat yang sudah mereka booking. “Es coffe expresso pake toping aja deh..” timpal Alizza kembali. “Yaudah gue pesenin dulu ya, lo kayak biasa kan Rev?” tanya Amel. Reva hanya membalasnya dengan anggukan. Ketika Amel tengah memesan pesanan mereka, Alizza menangkap sosok lelaki yang baru saja ia kenal tadi pagi, ya Andreas Sagara. Terlihat Andreas tengah bersama Dimas dan Pebrian. Tercyduk memperhatikan Andreas, Alizza langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. “Bisa-bisanya sih gue memperhatikan dia.” batin Alizza gengsi. “Lizz, lo jadi gak sih bikin ide lo itu?” tanya Reva memecahkan lamunan Alizza.

“Ya jadilah... Kirain lo gak mau bantuin gue?”Alizza terkekeh. “Eh, ini pesanan kalian.” ucap Amel seketika dengan membawa pesanan makanan mereka. “Nah, kalo udah ngumpul semua kan gampang gue buat ngomongnya. Jadi, gue mau bikin usaha kecil-kecilan racikan kopi gitu, ya... gak seberapa sih untungnya, tapi lumayan kan buat nambah-nambah tabungan gue.” Alizza memperjelas tujuannya, Amel dan Reva hanya mengangguk menyimak. “Tapi lo kan ratu sekolah nih, pasti bakalan sibuk juga kan?” Reva menimpal omongan Alizza. “Gue gak akan selalu sibuk dengan map-map numpuk, ngekondisiin anakanak lah, tapi gue juga harus kreatif..” ujar Alizza tegas. Reva dan Amel hanya mengangguk sambil terus memakan pesanannya. Tanpa mereka sadari, ternyata ada yang mendengar obrolan mereka secara diam-diam ‘gue tau caranya’ Celin tersenyum sinis meninggalkan kantin. Dua hari setelah meluncurkan idenya, tepat jam istirahat Alizza, Reva dan Amel telat mempersiapkan stand untuk tempat meracik semua ide yang sudah dipersiapkan oleh Alizza. Persiapan yang sudah mereka siapkan dimulai dari kopi, topping oreo, topping cheese, cup gelas, penutup cup, dan es batu yang terpenting. Alizza mulai meracik dengan lihainya dibantu oleh kedua sahabatnya itu. Akhirnya satu racikan dengan tampilan yang sangat menggiurkan di lidah bagi siapa saja yang melihatnya telah selesai dibuatnya. “Ayo, es expresso latte dengan topping oreonya..” teriak Alizza bersemangat. Tak berselang beberapa menit, teriakan Alizza mampu membuat standnya menjadi ramai seketika. Ketika Alizza tengah ramai dilanda pembeli, seketika itu juga Alizza menangkap sosok lelaki yang tengah memandanginya sambil tersenyum, senyuman yang tidak bisa diartikan oleh Alizza. “Gue sama dia ternyata sama ya pencinta kopi.” ujar Andreas di dalam hati sambil terus memandangi wajah cantik Alizza tersenyum. Ketika Alizza tengah melihat ke arah Andreas, Reva dan Amel tengah sibuk melayani pembeli yang terus berdatangan, mereka tak menyadari bahwa Celin telah memasukkan obat sakit perut ke minuman yang sudah dibuat, lalu tanpa sepengetahuan mereka Celin melangkahkan kakinya perlahanlahan untuk pergi meninggalkan keramaian. “Untung gue sempet merhatiin dan ambil vidio.” Yap, tak hanya memandangi wajah cantik Alizza, ternyata

Andreas juga sempat melihat Celin yang tengah hati-hati memasukkan obat itu yang sepertinya untuk merusak reputasi Alizza sebagai ratu di sekolah. Celin Elbiru, cantik, putih, mancung, dan tinggi. Perawakannya yang matang menjadikannya ratu sekolah, tetapi karena kelakuannya yang semakin hari semakin melanggar peraturan sekolah, akhirnya jabatannya sekarang digantikan oleh Alizza Daniswara. memang sudah pantas kan? “Eh, Alizza kenapa temen gue semuanya sakit perut gini ya?” ujar Dewi setelah meminum Alizza’s Coffee. “Jangan-jangan?” Sela, cewe berkacamata kotak. “Eh, Alizza kenapa teman gue semuanya sakit perut? Lu mau ngeracunin kita? Terus lo tinggal ngabisisn duitnya, iya? Dasar ratu sekolah abal-abal!” ceplakan dari cewe berkacamata kotak itu akhirnya membuat Alizza tak berhenti-hentinya mengeluarkan air mata. Sakit hati lebih tepatnya. Alizza langsung lari ke roftoop sekolah. Ia hanya ingin menumpahkan semua kekesalannya, duduk menangis dihiasi dedaunan di sampingnya membuat hati Alizza sedikit tenang. “Kenapa sih gue jadi ratu sekolah, apa ada yang iri sama gue? Gue benci karena gue selalu difitnah tanpa bukti yang kuat!!” “Percuma lo nangis dan gak mau usaha buat nyari siapa pelakunya.” Andreas seketika datang dan langsung mendekati Alizza. “Lo pasti mau nanya kan kenapa gue selalu ngeliatain lo hari-hari ini? Sebenarnya gue bangga sama lo. Pekerja keras, cantik, kreatif, dan satu lagi lo sama gue sama-sama pencinta kopi.” ujar Andreas menjelaskan maksudnya. Alizza langsung mendungakan kepalanya begitu ia mendengar kopi. “Lo mau bantuin gue kan Andre?” tanya Alizza sambil terus menangis. Alizza memandangi wajah Andre yang penuh harapan, ralat bahkan memegang tangan Andre. “Eh, maaf.” Sadar Alizza. “Gue mau bantu lo dengan satu hal, lo harus jadi pacar gue, ya... walaupun itu sedikit memaksa, tapi gue pastiin lo jadi beneran sayang sama gue.” kata Andreas menghadirkan lesung pipinya. Alizza mengangguk dengan senyum manisnya. “Gue akan coba, Ndre.” Kata Alizza. Andreas langsung mengambil handphone di saku celananya dan memperlihatkan rekaman tadi, Alizza langsung berdiri meninggalkan Andre dan langsung datang menghampiri Celin. “Maksud lo apa?” kata Alizza. “Gue punya buktinya.” ujar Andreas yang sepertinya mengikuti seketika. Siapa sangka, Celin langsung meminta maaf atas perbuatannya kepada yang bersangkutan, termasuk Dewi. Alizza ingin memulainya dari awal tanpa ada yang mengganggunya lagi, tentu saja bersama dengan Andreas selamanya.

“Makasih ya, Andre.” senyum yang kini melangsungkan kehidupan mereka kembali terlihat di wajah cantik Alizza. “Gue yang seharusnya bilang makasih ke lo Alizza karena lo akhirnya gue bisa minum kopi kopi, berdua sama lo lagi.” lesung pipi Andreas terlihat sempurna. Kini stand kopi mereka berubah menjadi AlizzAndreas’s Coffee dengan penjaganya yang akan selalu bahagia selamanya.

Catatan Akhir MTs Yoane Siti Nurfadilah

Pada suatu hari di sekolah Asy-syifa Boarding School ada seorang siswi bernama Neka Aprilia. Neka adalah anak dari keluarga orang kaya. Ayahnya bernama Bakri dan ibunya bernama Orin. Ia mempunyai satu kakak dan satu adik. Neka adalah seorang siswi dari sekolah As-syifa yang sedang duduk di bangku kelas 3 MTs. Ia seorang siswi yang baik dan rajin. Sayangnya ia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu dari perkataannya yang tidakpernah dijaga sehingga menyakiti hati orang-orang yang berada di sekitarnya. Saat itu Neka dan teman-teman sedang beristirahat di waktu sekolah, Neka mengajak temannya ke kantin “kalian ayo kita beli baso, aku laper pengen banget makan bakso” ajak Neka. “aku lagi nggak bawa uang banyak Ka, kamu ngajakinnya nggak tepat ah” ucap Aura. “iya nih aku juga lagi nggak bawa uang banyak” sambung Aurel. Neka pun nyeletuk “ah kalian, dasar miskin! Diajak jajan yang sedikit mahal aja susah”. Aura dan Aurel pun sontak terdiam, mereka saling menatap satu sama lain. Neka memang seing menyakiti perasaan teman-temannya dengan ucapannya, tapi tidak ada seorang pun dari mereka yang yang berani menyatakan perasaan tersinggung yang Neka perbuat karena mereka takut pertemanan yang mereka jalin slama tiga tahun itu renggang diakhir begitu saja. Neka pun meninggalkan kedua sahabatnya untuk membeli baso. Ia tidak peduli dengan kedua sahabatnya itu. Kedua sahabatnya ingin sekali menyampaikan kepada Neka tentang sifatnya yang sering kali membuat orang lain sakit hati dengan perkataanya akhir-akhir ini. Tapi mereka hanya bisa bersabar dengan sikap yang dimiliki Neka. Bel pun berbunyi, tandanya mereka harus segera bergegas menuju kelas. Tiba-tiba seorang teman laki-laki menyapanya “Neka, hari ini kamu aada acara?”. “emm, engga emang kenapa?” jawab Neka dengan cuek. “nggak kan? Aku mau ngmong sesuatu” kata laki-laki itu. “kalo lu Cuma mau ngajak nonto-makan, nonton-makan, mending lu buang jauh-jauh harapan gua mau ikut ajakan lu” cecar Neka. Laki-laki itu pun memelas kepada Neka “Neka, tapi aku masih sayang sama kamu. Tolong ngertiin perasaan aku. Sekali aja.” Ia berkata lirih. “sayang lu bilang? Terus, kenapa waktu dulu lu selingkuh hah?” geram Neka. Neka sudah tidak kuat lagi

menahan bendungan air yang ada di kelopak matanya. Laki-laki itu diam tak berkutik apa-apa dan hanya berucap lirih “ini salah faham”. Salah faham lu bilang? Sudah jelas gua liat lu berduaan di tempat itu” sentak Neka. “gua nggak ngerti jalan fikiran lu gimana. Udah. Awas gua mau cabut. Minggir lu” Sambung Neka sebari pergi meninggalkan laki-laki itu. “tapi Neka” cegah laki-laki itu sambil mencekal tangan Neka tapi Neka langsung menepis cekalannya. Akhirnya Neka pun meninggalkan laki-laki itu. Neka menangis di dalam kelas, pikirannya sangat kacau. Neka bolos sekolah di roof toof bersama kedua sahabatnya duduk dengan rambut dan wajah yang kusut, matanya sembab dan memerah tomat. “gua benci. Gua benci aja! Gua benci ya namanya aja! Gua benci ajaaa.. “ frustasi Neka. Syafial Faja Asshiqi, nama mantan Neka tapi Neka kerap memanggilnya dengan sebutan Aja. Panggilan kesayangan Neka terhadap laki-kali itu. “udah ka elu nggak usah fikirin orang kayak gitu. Dia udah nyakitin elu.” Ucap Aura mencoba menenangkan Neka. Neka merengek “Aja jahat Ra.” “udah, udah jangan nagis lagi” Aura menenangkannya lagi. Tak lama handphone Neka berdering menandakan ada panggilan masuk. Lalu ia mengangkat telpon itu “apa ka?” (jangan menangis) jawab Neka menahan isak. Suara berat lakikali di seberang sana membuat hati Neka merasa nyaman. “siapa yang nangis?” elak Neka. (kamu bolos? Sendirian lagi) tebakan laki-laki lewat telepon itu memang benar tapi Neka disini bersama kedua sahabatnya. “bolos? Aku ada di taman kak. Lagian akku disini juga sama Aurel dan Aura” jawab Neka sedikit berbohong. (Aura dan Aurel udah aku suruh pergi dari sini) jujur laki-laki itu. “hah?!” Neka kaget dan ia langsung menoleh ke belakang, benar saja ia di tinggal oleh kedua sahabatnya. (benarkan? Coba kamu tengok kanan) ucap laki-laki itu.. saat Neka menoleh ke belakang, hanya ada bangku kosong. (kamu lihat kursi kosong disana? Kamu duduk disana). Neka pun hanya bisa menuruti perintah lakilaki yang sedang meneleponnya. “terus?” tanya Neka. Tiba-tiba dari arah brlakang ada yang menutup matanya “siapa ini?” tanya Neka khawatir. “ini aku sayang” jawab laki-laki itu. “kak Raka ih jail banget sih” ucap Neka manja. Mahendra Raka Alfiansyah, dia adalah kakak-kakakannya Neka. Neka pun menceritakan kejadiannya ke Raka apa yang telah terjadi tadi sama Aja. Raka adalah cowok yang tampan dan most wanted diangkatannya. Neka memang mempunyai kakak kandung tapi ia sangat menyayangi Raka sebagai kakak kandungnya. Sempai akhirnya Neka tia menyadari bahwa Raka mempunyai perasaan lebih terhadapnya. Karena Raka takut membuat Neka jadi kecewa.

PENCURI KOTAK AMAL YANG TAUBAT Renaldi Agung Subakti

Di sebuah desa yang bernama Desa Cililitan ada 3 orang pemuda namanya adalah Tatang, Kuri dan Ucok. Tatang berasal dari keluarga yang sangat mampu, Ayahnya mempunyai sorum mobil. Karena dia sering minum obat-obatan akhirnya dia diusir oleh Ibunya dari rumah. Kalau Kuri berasal dari keluarga yang sangat pas-pasan karena Ayahnya erjualan ketoprak keliling kampung. Kuri juga sama asal usulnya tapi yang berbeda dia mengkonsumsi narkotika. Apabila Ucok dia berbeda dari yang lainnya karena dia tidak mempunyai kedua orang tua jadi dia hidup sehari-hari dengan hasil mencuri, mengamen. Apapun yang berkaitan dengan uang pasti dia ikut bergabung. Disuatu malam seperti biasa disebuah kampung yang bernama Kampung Dadas tepatnya di Masjid Al-Falaq, 3 orang tersebut ingin membeli amer. Lalu kata si Kuri “Woy uang kita kurang 20 ribu, amer kan 30ribu 1 botolnya. Lalu seperti biasa si Kuri yang mengambil kotak amal. Lalu Tatang dan Ucok yang mengawasi keadaan disekitar. Sesudah si Kuri mengambil kotak amalnya lalu dia mencari tempat yang sepi dan dia memecahkan kotak amal itu disemak belukar. Lalu dia mengantongi uang hasil pencurian kotak amal tersebut dan betapa sangat terkejutnya karena uang yang dikantonginya bukan sedikit melainkan 10 juta seratus ribu. Teman-temannya pun ikut terkejut karena uang yang mereka butuhkan hanya 10ribu. Lalu uang itu pun dibagikan oleh Kuri kepada teman-temannya. Tatang 3 juta, Ucok 3 juta dan Kuri 4 juta 100 ribu. Oleh ketiganya dipakai

untuk membeli rokok 2 bungkus lalu kembaliannya mereka

jajankan

disebuah warteg dipinggir jalan. Selepas makan di warteg pun mengopi bareng dengan santai bersama teman-temannya berbicara “ahh uang hasil pencurian kita mau buat apa?” Ucok membaas “mending kita beliin ganja, minuman, obat-obatan dan yang paling penting buat nyewa psk. Si Tatang pun membalas “ah lu semua emang ngga takut masuk neraka ?” si Kuri pun dengan lantangnya “ah lu semua mah mentalnya appan sih sama Allah juga, takut apaan lo mending gua aja sendiri yang kaya gitu daripada ngajak lo berdua.” “Buat apa punya Allah kalo ngga ada mah lo mau aja sih dibohongin. Dan dengan kesalnya mereka berdua berbicara “ya udah kalo gitu gua udahan jadi tukang copetnya, kita sumpahin lu ketabrak motor.” Si Kuri pun membalas lagi, “hahaha lucu emang gua takut. Yaudah mulai sekarang pertemanan kita cukup sampai disini. Satu bulan kemudian ternyata ucapan mereka berdua terkabul. Ketika mereka berdua pulang sekolah, mereka pun bertemu dengan Kuri didekat TPU Jaya. Pasti sesaat mereka akan menghampirinya si Kuri ditabrak oleh pengendara motor lalu mereka berdua begegas menolongnya sebelum dia meninggal. Dia berkata “maafkanlahau teman-teman aku sangat menesal bantulah aku untuk membaca syahadat aku ingin masuk islam supaya aku tenang di sana.”

Si Puku yang Cerdik dan Baik Hati Shera Aulia

“Brukk!!!” suara meja digebrak oleh Pak Ikhsan (guru BK). “Kamu sudah beberapa kali diremedial dan sekarang adalah kesempatan terakhir kamu diremedial nih!” ucap Pak Ikhsan sambil memberikan kertas ulangan kepada Megisha, dan sudah tiga menit mengerjakan soal remedial. “Nnn…nih Pak, sudah selesai, bolehkah saya pulang sekarang?” tanya Megisha sambil bergemetar. “Tunggu sebentar bapak cek dulu.” dan Megisha sudah menunggu beberapa menit. “Nih nilaimu!” kata Pak Ikhsan sambil menyodorkan kertas ulangan yang telah dicek kepada Megisha. Megi menerima kertas ulangan lalu keluar dari ruangan. Di sepanjang jalan Megi terus menatapi nilai ulangan dengan sangat ketakutan bahwa nilai yang diperolehnya “NOL”. Dan sesampainya di rumah, ia membuka pintu dengan sangat hatihati supaya tidak ketahuan ibunya lalu ia berlari menuju tangga kamarnya dengan sangat tergesa-gesa, tiba tiba, “Megiii..? Kau sudah pulang, nak?” sahut ibu yang berada di dapur tengah memasak. Megi terkejut dan membalikan arah badannya, lalu ibu menghampiri Megisha yang tengah berada di atas tangga. “Aduuuhh, ibu menghampiriku bagaimana kalau ibu mengetahui nilaiku mampus akuu.., bias-bisa aku diomelin terus aku tidak bisa bermain dengan alat-alatku lagi, bagaimana inii?” batin Megisha berkata. Lalu ibu menghampiri Megi dan bertanya, “Megi, apa itu di belakangmu?” tanya ibu sambil melirik ke belakang Megisha. “Tidak ada apa-apa buu..” jawabnya tergesa-gesa. “Ohh, yasudah kalau begitu.” Setelah itu, Megisha menghela nafas dan mengatur detak jantung yang daritadi berkontraksi tidak normal karena takut ibunya memarahinya karena nilai tersebut. Lalu Megisha langsung lari ke kamarnya dan membanting pintu dan menyimpan kertas hasil ulangan tadi ke atas meja belajar miliknya, ia duduk di kursi belajarnya dengan santai ia menjatuhkan tas sekolahnya ke lantai dan membiarkan buku-buku yang ia bawa berhamburan karena resleting yang belum ia tutup dengan rapat, Megisha menatapi nilai itu lagi dan menghela nafas kasarnya, lalu Megisha malah mengambil laptop miliknya ke hadapannya dan langsung menyalakan Tombol yang ada di pinggir layar laptop tersebut. Ia mulai menyalakan musik dan menyambungkan earphonenya lalu memasangkan alat tersebut ke dua

telinganya dan Megisha terhipnotis oleh alunan musik yang sedang ia nikmati, Megisha pun tertidur pulas di meja belajarnya itu. 17.35 sore. “HOAAAMMM..” Megisha menguap sambil merentangkan kedua tangannya dan ia mematikan musik yang sedari tadi terngiang di kedua telinganya, lalu ia meletakkan earphone tersebut di meja dan tiba-tiba ia lari terbirit-birit menuruni tangga lalu mendarat di sofa empuk miliknya yang terletak di depan televisi, ia menyalakan tv dengan remote lalu ia menonton film kartun perdana favoritenya yang tayang setiap Pukul lima sore. “Non Megiii..?”sahut seorang pembantu dari arah dapur. Tetapi Megi hanya diam sambil asyik menonton flim favotitenya yang sedang tayang. “Non Megii..” panggil pembantu itu lagi lalu Megisha menoleh dan menyaut. Pembantu itu menghampiri Megisha yang tengah asyik. “Ada apa Bi Inas? Bawel sekali bibi nii..” jawabnya dengan berlogat anak yang sedang merengek. “Maaf, Non… Ituu.. Air hangat untuk mandi telah saya sediakan di bathtub, dan tadi nyonya menyuruh Non Megi untuk bersih-bersih sekarang,” kata Bi Inas memperjelas. Megisha memutarkan bola matanya dengan malas lalu beranjak pergi mengambil handuk lalu ke kamar mandi. Usai mandi tiba-tiba ”Megishaaa!?” ternyata suara teriakan ibunya, lalu Megisha terlonjak dan lari terbirit-birit menuju arah suara ibunya tadi, Megisha mendengar dari arah kamarnya. Sesampainya Megisha di ambang pintu kamarnya tiba-tiba seluruh badannya bergemetar dan tertunduk karena melihat ibunya yang sudah berkacak pinggang menatap anaknya dengan tatapan yang sudah berapi-api dengan memegang kertas ujian Megisha. “Ma..ma..maafkan Megi ibuu..” ucap Megisha gemetar. “APA KAMU TIDAK BELAJAR SEMALAM TADI?” tanya ibu yang masih berkacak pinggang. “Terus apa pekerjaanmu? Kalau papamu tahu soal ini pasti laptop, handphone dan alat musikmu akan disita selama berbulan-bulan, paham?!” jelas ibu Megisha masih meruntuk. “Yasudah ibu mau siap-siap berangkat ke acara arisan, ibu harap kamu belajar sungguh sungguh, sebelum tidur kamu harus belajar terlebih dahulu.” ucap ibu menasihati anak nya. “Ba..ba..baik ibu..” jawab Megisha. Ibunya pun pergi dari kamar Megisha dan menuruni tangga menuju kamarnya karena ia terburu-buru untuk menghadiri acara dengan teman-

temannya, sebenarnya Megisha bukanlah anak yang pemalas melainkan ia adalah anak yang cerdas tetapi karena ia sering memainkan gadgetnya sampai larut malam, jadi ia kecanduan gadget. 20.22. Malam hari ini Megisha masih sibuk berkutat dengan media yang sedang ia mainkan saat ini hingga lupa akan waktu belajarnya karena ia berpikir kalau papanya pasti sedang sibuk dengan urusan kantor jadi tidak akan pulang sore begini sedangkan ibunya pasti sedang asyik shooping dengan teman-temannya. Mungkin ia merasa jenuh dengan game yang daritadi ia mainkan dengan serius hingga sekarang ia sadar harus belajar. Usai itu Megisha langsung beranjak mengambil buku belajar matematikanya yang sedari tadi nganggur saja di depannya, lalu ia membuka halaman demi halaman dengan lesu, tiba tiba saja ia langsung menaruh kembali buku yang sedang ia pegang, ia menagmbil buku di sampingnya sepertinya itu buku dongeng yang semalam kemarin ibunya belikan untuk ia namun Megisha lupa untuk membuka pelastik yang masih melekat di tubuh buku dongeng tersebut. Ia membuka buku itu dengan perlahan lalu membuka halaman pertama, tiba-tiba saja ia terperanjat dan menyilangkan kedua tangannya menutupi kedua matanya karena tiba-tiba saja buku itu mengeluarkan sinar hingga membuat mata Megisha pusing. “HALLO…” sapa buku hidup mungil yang muncul dari buku dongeng yang berjudul ‘JADILAH ANAK PINTAR KEBANGGAAN IBU’ itu. “AAAAA!! ALIEEENNN!! PERGI SANA ALIEN! JANGAN DEKATI AKU, AKU TAKUT KU MOHON.” Megisha berteriak sambil loncat ke atas kursi belajarnya. “Hei.. Tenanglah aku bukan alien, aku Puku.” kata si Puku menenangkan sambil tersenyum tenang ke arah Megisha yang sedang terperungkut gemetar. “Kamu makhluk dari mana? Atau jangan jangan kamu hantu?!” “Kamu terlalu penakaut Megisha, tenanglah… Aku bukanlah hantu ataupun alien atau semacam apa yang terlintas di otakmu itu.” jelas si Puku sambil mendekati Megisha, lalu Megisha berusaha meregangkan otot-otot yang sedari tadi gemetar, ia kembali duduk seperti biasa. “Lalu?” tanya Megisha lagi. “Aku di sini akan membantumu Megisha cantik.” “Apa? Puku bilang diriku cantik? Woah..” gumam Megisha girang. “Baiklah sekarang aku akan mengajarimu bagaimana rumus matematika, pasti kamu selalu stress kan dengan pelajaran yang satu ini?” tanya Puku berusaha memperjelas agar Megisha tidak tegang. Megisha mengangguk ria.

Megisha memperhatikan penjelasan materi yang Puku sampaikan, meskipun Megisha merasa aneh. “Masa sih sebuah buku bisa hidup begitu saja? Tapi anehnya Puku sangatlah pintar dalam hal seperti ini, Puku terlihat sangat lucu dimulai dari hidungnya yang mungil dan seluruh tubuhnya berwarna abu, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, kini Megisha sudah banyak sekali menguap sedikit demi sedikit Megisha meruntukan rahangnya dan tertidur pulas di meja belajarnya hingga kini ia tidur ditemani sang buku ajaib yang super lucu. “HEI.. BANGUNLAH KINI WAKTUNYA KAMU SEKOLAH, AYOLAH BANGUN MEGISHA PEMALAS!!” ternyata yang membangunkan Megisha adalah si Puku yang sudah bersiap di depan Megisha sambil menunggu Megisha terbangun dari tidurnya dan menyadari bahwa sekarang matahari mulai tersenyum kembali, ia langsung bergegas pergi ke kamar mandi lalu memakai seragamnya dan berlari ke bawah tangga menuju meja makannya, tetapi ia hanya meminum seteguk air susu yang sudah disajikan ibunya. Megisha lari terburu-buru bersalaman kepada papa dan mamanya lalu berjalan dengan cepat menuju sekolahnya. Karena jarak antara sekolah dan kompleks perumahannya pun tidak terlalu jauh, di tengah perjalanan Megisha berjalan dengan santai memegang kedua tali tasnya dengan erat. “Sssttt.. Megisha..” tiba tiba terdengar suara bisikan dari kedua telinganya lalu Megisha menoleh ke kanan dan ke kiri tetapi tidak ada siapapun di sana. “Ssssttt.. Megisha, aku di belakangmu!” Megisha menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang ternyata si Puku! Ia sedang berlari-lari dan berloncat di belakang Megisha. “Puku, kamu mau apa mengikuti aku? Aku ingin sekolah.” ucap Megisha dengan nada sedikit geram. “Memang tidak boleh aku menemanimu untuk belajar?” tanya Puku memelas. “Nanti kalau teman-temanku curiga bagaimana? Nanti mereka mengira kalau aku mengobrol sendiri!” ujar Megisha bertanya-tanya. Lalu Megisha melanjutkan langkahnya dengan cepat. Setibanya di sekolah, Megisha agak sedikit telat lalu ia langsung masuk ke kelasnya dan pelajaran pun sudah dimulai. Megisha langsung duduk di bangku tempat biasa ia duduk. “Mengapa kamu telat?” tanya seorang guru yang sedang menulis di papan tulis. “Anu bu, anu..” kata Megisha gelagapan. “Anu apa? Yang jelas dong bicaranya.” Jawab bu guru. “Maaf bu, tadi ada sedikit haling…” belum selesai Megisha melanjutkan kata-katanya, bu guru langsung memotong, “Keluar sekarang! Berdiri di depan bendera di tengah lapangan!!” perintah bu guru dengan sangat tegas. Guru itu bernama Lusy. Bu Lusy adalah seorang guru yang terkenal sangat galak, semua murid sudah mengetahui Bu Lusy, lalu Megisha dengan penuh

energi dan tidak ada rasa takut pun ia langsung beranjak menuju ke tengah lapangan. Ia menghela nafas kasarnya dan hormat ke bendera merah putih yang sedang di depannya. “Tidak apa-apalah dihukum seperti ini, yang penting aku tidak mengikuti pelajaran yang dibawakan guru killer seperti Bu Lusy (guru IPA), tapi ini semua gara-gara Puku!” dengus Megisha kesal sambil memutarkan bola matanya. 16.12. Kini Megisha tengah asyik bermain dengan gadgetnya di meja belajarnya. Tiba-tiba datang Puku dengan raut wajah lesu dan memelas. Megisha hanya menoleh lalu kembali berkutat lagi dengan gamenya. “Megii, maafkan Puku karena tadi Puku sudah membuat Megi marah,” ucap Puku dengan nada imutnya. “Itu semua salah Puku kan Megisha sudah bilang jangan ikuti Megisha ketika sekolah, bias-bisa Megisha kena hukuman lagi gara-gara Puku.” kata Megisha sambil menahan amarahnya. “Maafkan Puku..” ujar Puku lagi sambil mendekati tangan kanan Megisha yang sedang ripuh mengutak ngatik. “Megisha akan memaaafkan Puku, asalkan Puku tidak membuat Megisha terkena hukuman lagi.” jelas Megisha yang masih menatap layar gadgetnya. “AKU JANJI!!” sahut Puku girang. “Puku mau tidak mengajarkan Megisha untuk mencari rumus IPA?” tanya Megisha. “Dengan senang hati!!” ujar Puku semangat. Megisha menaruh alat yang sedang ia mainkan. Kini sudah tidak ada jin yang menempel di punggungnya, mungkin ini hanya sementara tapi tidak apa-apa yang penting ia mau belajar walaupun hanya sebentar. Mereka belajar sampai larut malam hingga Megisha teringat dengan satu soal, yaitu soal remedial yang belum ia penuhi karena kemarin kebetulan guru BK sedang tidak ada. Lalu Megisha meminta untuk diajari soal fisika kepada Puku, Puku saangat senang dengan beberapa macam suara dan keinginan belajar yang terlontar dari bibir mungil Megisha, Puku mengajarkan Megisha dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh kesabaran. Pagi ini Megisha sangat gesit, ia menuruni tangga dan sarapan lebih awal bersama kedua orang tuanya. “Nak, bagaimana belajarmu?” tanya papa sambil menyuapkan sesuap nasi goreng ke mulutnya. Megisha terlonjak dan membulatkan matanya. “Ng-i-ini-ba-gu-ko” Megisha tiba-tiba kehilangan kata-katanya. “Megi, kalau mau bicara itu yang jelas, sayang…”

timpal ibu sambil menumpahkan air di dalam teko ke cangkir. “Anu.. Bagus kok!” sahut Megisha sambil memikirkan kata-kata. “Ohh.. Yasudah tingkatkan belajarmu lagi, nah satu bulan lagi kamu sudah naik ke kelas 5 sekolah dasar, papa harap kamu dapat juara kelas Megi,” ujar papa sambil memakan nasi goreng yang masih tersisa. “…akan Megisha usahakan, intinya Papa sama Ibu jangan khawatir, don’t worry pa-bu.” sahut Megisha berbicara so inggris. Kedua orang tuanya tersenyum melihat kelakuan anaknya yang masih seperti anak TK. “Megi, kamu sudah selesai makannya?” tanya papa yang sudah beranjak dan mengambil koper kerjanya yang tersimpan di atas meja dekat rak buku. “Sudah kok pah! *Uhuk-uhuk*” “Megi.. pelan-pelan dong, sayang..” kata ibu sambil menyodorkan segelas air putih lalu Megisha meminum dengan tergesa-gesa hingga air itu berjatuhan dan membasahi kerah blazer merah miliknya. Megisha bersalaman kepada ibunya dan lari tergesa-gesa menuju pintu utama. Di sekolah ia langsung duduk di tempat duduknya, tepatnya di dekat Viktorya. Ia adalah gadis yang baik dan sangat perhatian kepada temannya, terlebih Megisha karena waktu itu mereka berdua sempat satu komplek juga sehingga mereka berdua selalu bermain bersama, tetapi Viktorya kini pindah rumah jadi hubungan pertemuan mereka agak sedikit merenggang. Kini pelajaran pertama adalah pelajaran sejarah (IPS), pelajaran yang satu ini termasuk pelajaran favorit bagi anak-anak kelas 4 karena digurui oleh Pak Ariel, salah satu guru terlucu dan juga masih muda di antara guru-guru lainnya. Pak Ariel berdehem, semua murid pun merapikan duduknya dan perhatian mereka kini beralih kepada objek segar di hadapan mereka semua. “Oke, kita sekarang mulai pelajaran sejarah. Buka buku masing-masing halaman samping.” “HALAMAN SAAMPIING..???” “PAK ARIEL EMANG ADA??” “KENAPA GAK SEKALIAN HALAMAN BELAKANG AJA PAK?” “Ehh.. Bapak lupa, hehe. Halaman 38,” ralat Pak Ariel sambil menepuk jidatnya. ”BAPAK LAGI MIKIRIN PEREMPUAN YA..” “Nggak kok, bapak gak lagi mikirin perempuan, bapak cuman lagi mikirin aja, menurut kalian bapak ganteng gak? Tapi bapak heran kenapa bapak masiih aja menjomblo?” tanya Pak Ariel sambil menyisir rambutnya dengan memakai

sela-sela jarinya, seketika para murid membulatkan matanya, tiba-tiba suasana kelas menjadi ramai. “BAPAK GANTENG KOK!” “YA AMPUUUN.. BAPAK MIRIP KEDUKAN YANG ORANG INDIA ITU LOHH..” “PLIS DEH.. BUKAN KEDUKAN, TAPI SYAHRUKHAN!” “PAK.ARIEL, IBU SAYA BARU AJA KEMARIN CERAI SAMA PAPA SAYA. MENDING BAPAK NIKAHIN IBU SAYA AJA PAK, BIAR JABATAN SAYA HILANG.” “KASIHAN BANGET SIH KAMU CUP.. EMANG JABATAN APA?” “CAPEK SAYA DISEBUT ANAK KURANG CAKEP.” “Sstttt.. KALIAN JANGAN BERISIK!!” teriak Amelia si ketua kelas. Hening. “Oke, pelajaran hari ini dimulai.” lanjut Pak Ariel dengan senyuman coolnya yang selalu ditunjukkan kepada semua murid. Saat istirahat, Megisha kini sedang duduk di taman sekolah ditemani oleh Viktorya. Kini mereka sedang melahap 2 buah sandwich. “Megi, aku mau ke wastafel dulu ya.. Mau cuci tangan.” ucap Viktorya sambil meninggalkan tamannya itu. Megisha mengangguk. Ketika Megisha tersandar dalam lamunan tiba-tiba, “DOOR!!” suara mengejutkan dari arah belakang, tetapi Megisha tidak terkejut ia memutarkan bola matanya malas, ternyata Puku. “Maaf, aku tidak terkejut.” ujar Megisha cuek. “Mengapa kamu sendiri saja Megisha?” tanya Puku sambil menaiki bahu sebelah kiri Megisha. “Tidak, aku tidak sendiri, ada temanku ia sedang ke wastafel.” jawab Megisha. “Kamu itu kenapa sih? Harus semangat dong, ada masalah lagi dalam belajar? Biar Puku bantu.” ujar Puku dengan senyum mengembang. “Tidak usah, Megisha bisa sendiri kok tanpa bantuan Puku.” “Baiklah.. Kalau Megisha maunya seperti itu.” sahut Puku membujuk. “Sudahlah Puku, Megisha ingin masuk kelas.” kata Megisha sambil menurunkan Puku. Megisha telah beranjak. “Megisha, belajar terus ya, jangan pantang menyerah. Puku akan selalu mengajari Megisha sampai Megisha menjadi juara kelas.” Megisha melirik ke belakang lalu tersenyum kecil kepada Puku yang imut itu.

*** Selesai Megisha mandi ia mengenakan rok hitam selutut dan baju piyama lengan panjang dengan rambut terurai indah mengenakan berenda tali pita merah yang terikat di atas poni lucunya itu. Ia mengambil dua benda, tepatnya buku belajar dan tab miliknya, ia menatap kedua benda itu dengan silih bergantian. Megisha membuang nafas kasarnya lalu menyimpan satu barang dengan ragu. Ia memilih menyimpan tabnya. Ini adalah sebuah keajaiban yang tiba-tiba hadir di dalam hati gadis ini. Ia membawa buku belajarnya dan berjalan menuju balkon kamarnya lalu ia duduk di balkon mengamati kompleknya yang sore ini terlihat sangat sejuk hingga angin sepoi-sepoi berhasil mengibaskan gelora rambut indah nan panjang itu. Tadinya sih aku tidak mau belajar karna ini demi Puku dan kedua orang tua ku,ya sudahlah ini juga penting untuk nilai ku. Batin Megisha 21.30. Megisha sudah mulai mengantuk dan mungkin merasa bosan karena sedari tadi ia terus membaca isi buku pelajaran itu, ia berbaring di kasur king size animasi-nya lalu terlelap tidur. Tiba-tiba Puku muncul dari dalam rak belajarnya dengan perlahan karena ia mengetahui pasti Megisha sedang tertidur. Puku naik ke ranjang tempat tidur Megisha lalu ia ikut berbaring di samping kepala Megisha. Ia menatap Megisha dengan raut wajah penuh harap. Megisha… Malam ini adalah malam terakhir perjumpaan dari Puku untuk Megisha. Puku harap setelah Puku kembali ke alam Puku, kamu bisa menjadi lebih baik, Puku ingin menemani Megisha tidur di malam terakhir ini. Batin Puku sambil menatap wajah cantik Megisha yang sedang tertidur lelap kedua mata Puku sudah mulai berbinar seperti ingin mengeluarkan air mata.

06.00. “HOOOAAMMM…” Megisha menguap sambil merentangkan kedua tangannya dan berusaha bangkit “Ternyata sudah pagi.” ucap Megisha sambil menatap ke arah jendela yang sudah menampakkan matahari pagi. Ia menggaruk kepalanya dan bangun lalu beranjak pergi ke balkon jendela kamarnya, ia mengikat kain gorden, lalu ia kembali duduk di tepi ranjangnya dekat meja belajar. Matanya tertuju kepada objek baru yang tersimpan di atas meja, ternyata itu adalah sebuah kertas. Ia mengambil dengan cepat lalu ia membuka surat itu dan Megisha membulatkan matanya.

Dari Puku untuk sahabat Puku Megisha… Puku minta maaf, Puku akan kembali ke alam Puku, maaf jika Puku sering merepotkan Megisha, Puku sayang sama Megisha, Puku ingin Megisha menjadi anak yang pintar dan berbakti kepada ibu dan papah. Mungkin Puku pergi untuk sementara, Megisha titip kenangan dari Puku semoga Megisha bisa menjadi juara kelas nanti. Sekian dari Puku, Puku sayang Megisha SALAM -Puku

Megisha mulai mengeluarkan air mata dari mata indahnya. “Maafkan Megisha Puku yang selalu membuat Puku geram ketika mengajari Megisha, Megisha pun sayang Puku, Megi harap Megisha bisa bertemu Puku di lain waktu, Megisha akan mengenang semua jasa Puku selama mengajarkan Megi dengan sabar.” lirih Megisha sambil menatap lekat surat itu.

TERLAMBAT SEKOLAH M. FIQRI AHNAF Pada pagi hari yang cerah, langit biru yang membentang angkasa, gumpalan awan yang menghiasi langit dan matahari terik yang bersinar cerah. Tepatnya di suatu Sekolah Menengah Pertama. Pukul 07:30 bel berbunyi, “Kring……kring…….kring…….” seluruh siswa siswi berlarian menuju kelasnya masing-masing. Setelah itu, mereka berbaris dan duduk dengan rapi di tempatnya masing-masing. Tiba-tiba datanglah seorang guru bernama Bu Lia. Bu Lia adalah sosok guru yang galak dan tegas. Kemudian saat bu Lia masuk kelas “Siapa yang hari ini terlambat?” ucap Bu Lia dengan tegas. Para murid menjawab dengan serentak Siska bu….!” ucap anak-anak. “Apabila Siska belum datang, kita tidak akan memulai pelajaran hari ini.” ucap Bu Lia. Para murid terdiam. Pada saat itu Siska datang dengan pakaian seadanya dan basah akibat keringat yang bercucuran. Siska pun masuk dengan rasa bersalah. “Siska, darimana aja kamu jam segini baru datang?” ucap Bu Lia dengan nada menyentak. Setelah itu Siska terdiam tanpa mengeluarkan satu kata pun. “Siska jawab!” Bu Lia bertanya kembali. Tetap saja, Siska tidak menjawab karena ia merasa ketakutan. Kemudian ada salah satu murid yang berbicara “Karena kamu kita semua tidak belajar.” ucap para murid. Mereka pun bersorak sambil melempari siska dengan kertas. “Hhuuuuh………” Bu Lia menyuruh Siska untuk berdiri di depan kelas sampai akhir pelajaran. Esok hari kegiatan sekolah sama seperti siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama. Murid-murid duduk dengan rapi dan Bu Lia masuk kelas lebih cepat. Bu Lia menengok ke arah bangku yang kosong dan ternyata bangku itu ditempati oleh Siska. Bu Lia “Ibu tidak akan memulai pelajaran ini sebelum Siska datang.” Tak lama kemudian Siska datang dengan tergesa-gesa. Bu Lia langsung menyuruh Siska untuk berdiri di depan kelas dan menyuruh Siska mengangkat satu kaki lalu menjewer kedua telinganya. Siska pun malu dan menyesal atas kesalahannya itu. Lalu satu hari kemudian tepatnya pada hari Rabu, siswa-siswi menggunakan baju batik. Guru-guru menyiapkan hati dan pikiran untuk melontarkan materi-materi yang akan disampaikan kepada siswa-siswinya. Tidak lama kemudian bel pun berbunyi “Kriing….kriing…kriing..” sebagai isyarat siswa-siswi diperkenankan ke kelasnya masing-masing. Mereka pun masuk dengan tertib dan duduk dengan rapi. Kemudian tidak lama setelah itu, Bu Lia datang dengan wajah yang ceria. Keceriaan itu tidak lama,

kemudian menjadi kemarahan yang ingin diluapkan saat ia melihat kursi Siska yang kosong, lalu dengan wajah kesalnya ia tidak banyak tanya dan langsung duduk di bangku guru dengan terdiam sejenak. Setelah itu dengan perlahan bu Lia mengatakan “Kita tidak memulai pelajaran sebelum Siska dating.” para murid pun terdiam dan tidak mengatakan apa-apa. Satu jam berlalu, Siska tidak datang-datang hingga akhirnya dengan seiring berjalannya waktu bel berbunyi “Kriing….” isyarat pulang sekolah pun tiba. Para murid pun pulang tanpa mengikuti pelajaran dikarenakan seorang wanita yang bolos sekolah. Keesokan harinya keadaan kelas sama seperti sebelumsebelumnya, ramai dengan obrolan-obrolan yang bermacam-macam, namun…. Kali ini ada yang berbeda, sungguh sangat berbeda. Apa yang berbeda? Karena hari ini Siska tidak terlambat sekolah, dia telah duduk di bangku yang biasa ia tempati. Ketika Bu Lia masuk kelas melihat bangku Siska kemudian Bu Lia menyuruh Siska ke depan kelas, siska terheranheran lalu dia bertanya “Kenapa saya disuruh berdiri lagi bu? Padahal kan saya hari ini tidak terlambat?” Akhirnya beliau menjawab “Karena kemarin kamu bolos, kemana saja kamu? Jadi teman-teman kemarin tidak belajar gara-gara kamu.” dengan nada menyentak. Siska pun terdiam, lalu bu Lia menyentak lagi “Jawab Siska… Jelaskan pada ibu dan teman-temanmu!” sambil melontarkan satu pukulan pada Siska dengan kayu berukuran 1 meter, ketika itu keadaan kelas sangat tegang teman-teman Siska pun menyiapkan buntelan-buntelan kertas untuk dilemparkan kepada Siska yang sedang dimarahi oleh Bu Lia di depan kelas. Siska berhenti sejanak dan ia menjawab dengan pelan dan jelas. “Ooke bu, oke teman-teman, saya jelasin semuanya. Hari pertama saya terlambat karena ibu saya sakit di rumah jadi saya harus membeli obat untuk ibu saya. Hari kedua penyakit ibu saya semakin hari semakin parah jadi saya harus mengantarkan ibu saya ke rumah sakit dan mengurusi ibu saya. Dan pada hari ketiga….” Ketika Siska menyebutkan hari ketiga ia berhenti dan akhirnya ia mengeluarkan air matanya lalu ia melanjutkan pembicaraannya. “dan….. hari ketiga kenapa saya tidak masuk karena… karena ibu saya meninggal.” isak tangisnya yang tidak tertahankan dan tak terbendung lagi dan ia kembali diam, lalu temantemannya yang memegang buntelan itu langsung dijatuhkan dengan rasa menyesal. Dengan tiba-tiba Siska berbicara kembali “Teman-teman, ayolah kalian yang memegang kertas di tangan, lempar kertas kalian kepada saya… lalu silakan ibu hukum saya, hukum bu… Pukul saya bu…. Pukul saya…” dengan nada keras dengan diiringi isak tangisnya, setelah itu mereka yang

berada di dalam kelas semuanya terharu dan menangis. Bu Lia pun meminta maaf dan memeluk Siska dengan penuh rasa bersalah dan teman-teman pun menunduk karena kesalahan mereka sering mencibir-cibir Siska dengan wajah tanpa dosanya. Setelah kejadian tersebut semua teman-temannya meminta maaf dan akhirnya Siska dikenal dengan siswi yang patuh kepada orang tuanya.

Keberhasilan orang yang sabar Nazma Yulia Azzahra Pada suatu hari di sekolah SMP Negeri di daerah Bandung Barat, ada seorang murid yang sangat pintar, baik, sangat ta’dzim, pada gurugurunya, yaitu seorang murid yang bernama Eza. Eza adalah salah seorang murid yang menjadi dambaan para guru karena keilmuannya dan mempunyai sifat yang sangat baik. Saking sudah terpercayanya oleh para guru, pada suatu ketika Eza sedang duduk-duduk sambil membaca buku, tak lama kemudian ada seorang guru yang menghampirinya, dan guru itu pun berkata, “Za, mau nggak kalau kamu ikutan lomba fisika tingkat Nasional?” Eza pun menjawab “ya pak, saya mau banget”, tanya guru itu lagi “ya udah, kalau kamu mau nanti bilang dulu ya ke orang tuamu, soalnya kalau yang juara 1-7 itu hadiahnya bisa jalan-jalan ke Singapura, bisa jadi kamu masuk Za” jawab Eza lagi “Aamiin pak”. Selepas berbincang-bincang dengan guru Eza pun langsung mengikuti peajaran di kelasnya sampai jam pelajaran habis. Setiap hari Eza pergi dan pulang sekolah selalu mengendarai sepeda. Ya, Eza juga kadang merasa iri karena teman-temannya yang suka mengendarai sepeda motor, kondisi ekonomi yang sangat terbatas, ya harus gimana lagi untuk Eza yang masih bersekolah dan tidak mungkin memutuskan sekolahnya. Ayah Eza hanyalah seorang supir pribadi yang gajinya tak seberapa, ibu Eza hanyalah seorang ibu Rumah Tangga yang sehari-hari mengurusi rumah tangga dan adiknya, kakak Eza hanyalah seorang guru honor di suatu sekolah swasta yang gajinya pun tak seberapa. Meskipun Eza berasal dari keluarga yang serba kekurangan, tidak mudah baginya untuk berputus asa, semangat Eza yang selalu berkobar bagaikan api yang berkobar pada kayu bakar. Setelah Eza sampai dirumahnya, Eza pun langsung memberitahu kepada orang tuanya tentang apa yang pak guru bicarakan di sekolahnya. “mah, pak, Eza mau ikutan lomba tingkat Nasional bidang fisika,kebetulan tempatnya juga dekat di daerah bandung”jawab orang tuanya,”iya,Alhamdulillah atuh Za kamu udah dipercaya oleh sekolah buat ikutan lomba Insya Allah bapak nanti nganter kamu ke tempat lombanya,”Eza pun mengangguk-ngangguk kepalanya. Pada hari senin dimana ketika lomba fisika tingkat Nasional itu di laksananakan,Eza sedang bersiap-siap di kamar kecilnya dengan

mengguanakan pakaian yang cukup rapih.”za udah siap belum?” tanya bapaknya,”bentar lagi pak,” ya udah kalo begitu bapak mau minta izin dulu kemajikan bapak,” kata bapak Eza sambil mengetikkan jari –jarinya di handpone yang jadul.”iya pak” kata Eza.Tak lama kemudian,suara klakson mobil terdengar di depan rumah di rumah Eza,kemudian bapak Eza pun keluar untuk melihatnya.Ternyata orang yang mengendarai mobil itu adalah majikan bapak Eza.Lalu majikan itu mengajak masuk untuk naik ke mobilnya kepada Eza dan Bapaknya.Sebernanya Eza dan Bapaknya merasa malu karena di antar sang majikan,tetapi majikan itu tetap mengantar Eza. Mereka bertiga pun berangkat ke tempat lomba,Eza langsung berdoa kepada Allah agar selalu dilancarkan dalam menjawab semua pertanyaanpertanyaan yang di beri oleh juri. Lomba pun telah selesai dan sekarang adalah detik-detik yang menegangkan bagi Eza karena sedang berlangsungnya pengumuman kejuaraan. Akhirnya, Eza pun mendapat juara ke 9, meskipun tidak masuk 7 besar, tetapi Eza merasa bersyukur dan bahagia karna bisa mengikuti lomba fisika tingkat Nasional. Masa putih biru pun telah berlalu. Sudah saatnya Eza belajaar mandiri dan menjadi lebih dewasa lagi. Eza diterima di SMA Favorit, lumayan jauh dari rumahnya yang di dalamnya itu banyak sekali orang-orang yang berada. Hanya Eza sendiri yang serba kekurangan tetapi Eza merasa sangat senang berada di sekolah tersebut karena pendidikannya yang sangat bagus. Eza memang sangat mahir di dalam mata pelajaran fisika karena cita-citanya yang ingin menjadi ilmuwan, bahkan Eza juga mahir dalam bidang agama, seperti kalau ada yang hajatan pasti Eza yang suka di suruh membaca alqur’an (qira’at), Eza pun sering puasa sunnah senin kamis bersama kakaknya, karena dengan berpuasa itu Eza berniat ibadah dan supaya bisa menghemat biaya makan. Eza adalah tipe orang yang sangat sabar sampai ia tidak di naikkan kelas oaleh gurunya, guru pun memanggil orang tua Eza untuk datang ke sekolah, “ada apa bu saya di panggil, ada apa dengan anak saya?” tanya bapak Eza, “ini pak, kalau boleh tahu bapak belum membayar spp berapa bulan?” tanya ibu guru”sudah 4 bulan bu” bapa Eza, “oh iya kalau begitu kami pihak sekolah meminta agar bapak membayarnya sekarang juga, kalau tidak anak bapak tidak akan naikkan kelas “ibu guru. Bapak Eza pun diam begitu saja bagaimana tidak, uang untuk makan juga susah apalagi buat bayar spp Eza yang sudah berbulan-bulan. Ketika keluarga Eza tahu bahwa ada kejadian seperti itu, kakak Eza pun langsung berinisiatif untuk membuka bimbel dirumahnya “gimana kalau gini Za, kita buka bimbel aja di rumah, kan lumayan hasilnya bisa ngebantu bapak juga”

kata kakak Eza, “Insha Allah a, Eza bisa meluangkan waktu untuk membimbing anak-anak” kata Eza. Pada suatu hari, di sekolah sudah Eza sedang mengadakan pembagian raport. Eza hanya diantar oleh ibunya yang di kendarai dengan mobil angkot dan mengenakan pakaian yang biasa-biasa saja. Setelah sampai di sekolah Eza, ibunya langsung kaget. “loh, kok banyak mobil mewah sih disini”, jawab Eza “iyalah mah, ini mah sekolahnya anak orangorang yang berada”. Rapat orang tua pun di mulai di ruangan kelas masing-masing, dan alhamdulillah Eza pun mendapat peringkat ke satu di kelasnya. Dan para orang tua pun merasa heran, kok bisa begitu, dia dari keluga yang serba kekurangan bisa mendapat juara, tapi anaknya sendiri tidak meskipun orang tuanya pun berasal dari keluarga yang serba ada. “ibu, anaknya di kasih makan apa sih? Kok bisa pinter?” kata orang tua murid yang lain, “makannya seadanya aja bu anak saya mah, paling juga tahu tempe” jawab ibu Eza. Semakin hari suasana di sekolah semakin tidak asyik menurut Eza karena banyak cobaan yang berat untuk Eza mulai dari teman yang dekat, sering di ejek, dan kadang-kadang Eza pun tidak punya uang jajan dan. Eza pun sering beritikaf di masjid sekolahnya, sambil berdoa kepada Allah supaya Eza bisa pindah sekolah ke sekolah lebih layak buat Eza. Tak lama kemudian Eza pun pindah dari sekolah tersebut dan Eza pun masuk ke sekolah yang lumayan dekat dengan rumahnya. Di sekolah barunya Eza sangat di segani dan di banggakan oleh para guru dan teman-temannya, meskipun demikian, Eza tetap rendah hati dan tetap bekerja keras untuk mencapai cita-citanya yang ingin menjadi ilmuwan. Eza sekarang sudah duduk di kelas 3 SMA, dimana temantemannya sangat sibuk untuk melanjutkan sekolah peerguruan tinggi, tetapi Eza terlihat biasa saja karena Eza sudah mendapat beasiswa ke institut teknologi bandung (ITB) dari sekolahnya Masa-masa putih abu pun telah usai. Sekarang saatnya Eza pergi ke kampus yang sangat terkenal untuk melanjutkan mencari ilmu fisika. Eza tidak memikirkan urusan gaya, meskipun orang lain memakai pakaian yang bagus untuk ngampus, tetapi Eza hanya mengenakan kaos polos dan celana hitam panjang dan hanya itu saja yang setiap hari Eza gunakan. Sampai –

sampai Eza menjadi asisten doesen atau pengganti dosen di kampusnya karena kepintaran yang ia miliki. Selang beberapa semester, Eza di perintah oleh dosennya untuk menjadi pengajar fisika di suatu yayasan yang berada di kota Palu. Untung saja pada waktu itu di daerah Palu belum terjadi tsunami. Disana Eza mengajarkan fisika kepada anak-anak yang akan mengikuti lomba saja. Kurang lebih Eza mengajar disana selama satu bulan. Sepulangnya Eza dari palu, ada beberapa dosen yang menunjuk Eza untuk mengikuti penelitian di Universitas KAIST di Korea, dan Eza pun menurutinya. Eza pergi ke Korea bersama rekan-rekannya pada bulan april selama beberapa minggu. Disana Eza banyak sekali mendapatkan banyak ilmu dan mendapat banyak pengalaman, salah satunya Eza bisa bertukar pengalaman dengnan dosen yang ada di Universitas KAIST yang samasama juga menyukai ilmu fisika. Baru-baru saja di ITB telah melaksanakan wisuda bagi sarjana, magister, dan doktor. Salah satu wisudawan yang bergelar sarjana yaitu Eza, Eza mendapat predikat sebagai “Mahasiswa lulusan terbaik” pada jurusan fisika, dengan perolehan nilai IPKnya mencapai 3,98. Setelah selesai menempuh pendidikannya di ITB, Eza pun akan melanjutkan belajarnya di salah satu Universitas yang ada di Jepang. Itulah Eza seorang anak manusia yang berasal dari keluarga sederhana bahkan bisa dibilang keluarga miskin tetapi mempunyai semangat yang luar biasa dalam belajar sehingga berhasil menyelesaikan sekolahnya sampai ke universitas dengan program bea siswa

Cinta di Langit Pesantren Raihan Alviansyah Siang itu cuaca sangat panas oleh terik matahari, angin berhembus kencang menjatuhkan dedaunan pohon rambutan, udara panas menyelimuti sekitar kawasan Pondok Pesantren Al-Falah, terlihat para santri putra dan putri berduyun-duyun menuju Aula, tempat dimana mereka mengaji dan mendengarkan tausyiah dari pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah yaitu KH. Raden Ishaq, sedangkan dari gerbang pos Pesantren terlihat Reva, seorang santri yang terkenal karena kenakalannya dan dua anak buahnya yaitu Somad dan Baban tengah berjaga dari pagi di gerbang pos satpam sambil menunggu kedatangan Kyai yang hari ini telah menjemput putrinya yang telah mondok selama 12 tahun di Pondok Pesantren Adzimat Da’I Indonesia di Bandung dan rencananya hari ini akan pulang, hidup di lingkungan pesantren miliknya. Sedangkan Reva dan dua anak buahnya terus menunggu kedatangannya sambil dipenuhi rasa penasaran akan putri Kyai Ishaq itu meskipun mereka lama menunggu dan ketiganya terlihat mengeluh akan panasnya suhu udara yang membuat mereka berkeringat karena setengah hari terjemur oleh sinar matahari lalu akhirnya mereka bertiga berteduh masuk kedalam pos satpam sampai akhirnya mereka bertiga tertidur disana. Tiba-tiba “ Tid…tid…” terdengar suara klakson mobil dari depan gerbang. Baban segera tersadar dan bangkit dari tidurnya “ Mad bangun Mad!! Bos Bangun …!” Baban membangunkan. Reva dan Somad pun segera bangun dari tidurnya, tapi mobil itu masih menyelakan klaksonnya sebagai isyarat agar dibukakannya pintu gerbang pesantren. Reva, Somad dan Baban segera keluar, ketika dilihatnya didepan gerbang telah datang fortuner putih berplat nomor “ D 1375 BN “ sontak saja mereka terkejut dan segera membukakan pintu gerbang untuk memberi

jalan mobil Kyai Ishaq masuk, ketika mobil itu melintas di hadapan mereka, mereka langsung membungkukkan badan mereka dan dilihatnya oleh mereka selain ada Kyai dan sopirnya di dalam mobil ada juga sesosok wanita yang mereka lihat disamping Kyai Ishaq “ menurut gua anaknya Kyai Ishaq pasti itu…” Kata Reva sambil melihat takjub “ ii …iya bos kayaknya “ respon Somad dan Baban, mulut mereka bertiga menganga, matanya tak berkedip dan terus tertuju pada putrinya Kyai Ishaq yang berada di dalam mobil itu sampai mobil itu kembali melaju meninggalkan mereka bertiga dan berhenti di depan halaman “ Rumah Kediaman Keluarga Besar KH. Raden Ishaq Arria Wangsa Bambang Suryaningrat” yaitu sebuah tulisan besar yang tertera pada bagian depan pagar rumah Kyai. Melihat seorang wanita, putrinya pimpinan Pondok Pesantren, yang membuat mereka takjub dan menarik perhatian orang akan kecantikannya yang wajahnya tersirat keturunan Arab, memakai hijab panjang berwarna biru muda, lensa matanya sedikit kebiru-biruan dan pipinya yang kemerahmerahan itu Reva seakan-akan dirinya merasa belum pernah ia temui wanita secantik itu. “ itu orang cantik banget ya bos…!” Kata Somad kepada Reva.” Itu bukan orang Mad, itu bidadari yang turun dari surge tuh itu…!” respon dari Reva memuji-muji wanita itu. Entah kenapa ketika pertama kalinya Reva memandang wanita itu hatinya terasa terpikat olehnya sehinnga timbulah rasa suka, ketika rasa suka telah ada maka seterusnya akan hadir pula rasa cinta, cinta yang berawal dari mata turun ke hati. Itulah yang dirasakan Reva saat ini. Sering ia ceritakan perasaan sukanya itu pada Somad dan Baban tapi sontak saja keduanya malah tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan cinta bosnya pada seorang putri Kyai tersebut. “ menurut loh berdua, gua bisa dapetin cewek itu kagak sih …?” Reva minta pendapat dari Somad dan Baban. “ Hahaha…… mustahil bos. Seorang putri yang solehah bisa suka sama bos” Celetuk Baban. “ Eh Ban…! Luh udah lupa emangnya? Bos kita

juga kan anak dari seorang Kyai termasyhur se-Nusantara karena terkenal akan sering berdakwah kemana-mana. Malahan nasabnya juga keturunan ningrat. Tapi, hehe… bos ini kok perangainya kayak preman jalanan ya hahaha…” Baban dan Somad pun ikut tertawa, mereka terdiam setelah kepala mereka ditepak oleh tangan Reva. Memang benar, profil Reva yang sebenarnya adalah namanya yang asli itu Raden Abdul Fatah Rafa’u Darajat Wangsa Gofarana. Masih keturunan Prabu Siliwangi II, ayahnya adalah KH. Raden Zein Rafa’u Darajat Wangsa Gofarana Zein Malik. Meskipun Reva bernasab keturunan darah biru dan leluhurnya adalah para penyebar agama islam, Reva ini mempunyai perangai yang sangat berbeda dengan ayahnya dan leluhurnya, itulah sebab Reva dimasukkan oleh kedua orang tuanya ke pesantren supaya mendapat ilmu keagamaan dan ahlak yang baik, sehingga harapan kedua orangtuanya adalah agar Reva menjadi regenerasi penerus perjuangan penyebaran agama islam sesuai apa yang diharapkan oleh leluhurnya. Ketika telah masuk pesantren Al-Falah, perangainya sedikit demi sedikit yang tadinya buruk menjadi lebih baik, ia memulai kisah inspiratif sebagai seorang pemuda hijrah. Waktu berganti waktu, hari berganti hari kini Reva telah mengetahui nama putri anak tercinta Kyai Ishaq itu, namanya adalah Zainab Ulfa Fatimah setelah keduanya sudah saling kenal, berawal dari ………. “Ya Allah!!! Aku lupa di mana menaruh kerudung yang akan aku pakai sekarang” Zainab terlihat sibuk mengobrak abrik seluruh isi lemarinya di kamarnya, Ia pun lari keluar kamar mencari Bi Marsih, seorang pelayan Janda tua yang ada di rumah Kyai. “ Bi…..!!! Bi…..!!!” “Ia Teh, ada apa?” Tanya Bi Marsih yang langsung menghampiri Zainab. “ Bi ….. Ineb tuh sekarang mau pergi ke Jakarta sama Abi, Ineb mau pake kerudung yang warnanya merah marun itu bi, Bibi liat ga di mana?” nada bicara Zainab seperti anak kecil yang merengek “ kayaknya kecuci sama

Bibi kemaren deh, coba aja Teh cari di jemuran yang ada di atas loteng”. “ O… ya udah hatur thank you Bi…!!” Zainab langsung lari menuju tangga ke atas loteng, dan didapatinya kerudung berwarna merah marun itu bersama jenjrengan jemuran semua pakaian miliknya. Tapi angin kencang menerbangkan kerudung yang akan ia ambil dan jatuh ke bawah. Di bawah tampak Reva, Somad dan Baban sedang membersihkan halaman rumah Kyai, Zainab mengendap dari atas loteng melihat kerudungya jatuh kemana dan dan di bawah ia lihat ada 3 orang santri ayahnya sedang membersihkan halaman rumahnya “ Eh, Akhi…..! yang di bawah ! tolong tangkepin kerudung Ineb itu mau jatuh “ Zainab meminta bantuan kepada Reva, Somad dan Baban. Reva, Somad dan Baban terkejut mendengar suara yang minta tolong. Reva melihat di atas ada kain kerudung merah marun perlahan-lahan jatuh ke bawah terbawa angin dan kerudung jatuhnya tersangkut di kepala Reva menutupi wajahnya, ketika Ia melepasnya ia melihat ke atas ada Zainab, sosok wanita yang ia sukai, dan ia rasa kerudung yang jatuh ke wajahnya itu adalah milik wanita itu. “ ini kerudung kamu?” Tanya Reva sambil wajahnya menenggak ke atas kearah putri Kyai itu. “ iya, maaf ya jatuh kena muka kamu ga sengaja” “ ga papa kok” Reva sangat senang saat itu, wajahnya berbunga-bunga. “ tunggu!!! Aku menuju kesana “ kata Zainab sambil bergegas ke bawah. Ketika sampai di bawah……… “ ini kerudungnya “ kata Reva sambil senyum-senyum. “ makasih …“ Zainab sedikit menatapi wajah Reva “ kayaknya aku pernah lihat kamu deh, sebentar, di mana ya ? ‘ Zainab mengingat-ngingat “ oh….iya waktu hari rabu itu, aku baru pulang dari pesantren, didalam mobil, aku lihat kamu lagi jaga di gerbang pesantren sama dua temen kamu, iya gak sih?” Zainab memastikan. “ ya “ Reva berbicara seperti terlihat gagap, hatinya terasa berdetak kencang, Somad dan Baban cengengesan melihat bicara bosnya itu seperti gagap. “

Kenalin aku Zainab, putrinya

Kyai Raden Ishaq, kamu boleh panggil aku dengan sebutan Ineb, nama kamu ? “ mendengar apa yang telah dikatakan Zainab itu, hati Reva nge-fly “ Nama aku….na..nama aku Reva. Eh, itu panggilan namaku, nama asli aku Abdul Fatah Rafa’u Darajat Wangsa Gafarana” karena deg-degan bicara Reva banyak yang salah. “Wik..wi..w” Somad dan Baban bersiul. Masya Allah, Reva nasab kamu mulia juga, bisa jadi kita kerabat. Em sebelumnya Abi udah kenal belum sama Reva?” Zainab merasa senang bisa langsung akrab dengan Reva “ udah kok…tapi aku di kenal sama Pak Kyai itu sebagai anak bandel” celetuk Reva. “ ih kamu su’udzon banget ke Abi aku” Zainab sedikit marah. ”Eh, maaf Ineb, bukan gitu maksudnya, aku……” Tiba-tiba perbincangan keduanya terpotong oleh suara yang memanggil Zainab di dalam rumah “ Zainab…! “ panggilan dari Kyai Ishaq. “ Eh, Abi udah manggil udah dulu ya! Ni number WA aku. Asalamu’alaikum” Zainab kelihatanburu-buru. Reva sangat senang sekali hari ini selain bisa kenal dengan Zainab tapi ia pun dapat nomor WA nya “ Alhamdulillah makasih Ya Allah”. Inilah yang aku impikan dan Engkau jadikan kenyataan” guman Reva dalam hatinya. “ Mad, keliatannya, Bos kita hari ini kayak senang banget. Pertama Bos bisa kenal sama wanita yang didambakannya sampe bisa akrab banget lagi Mad. Udah gitu, dapa nomor WA nya lagi” Baban dan Somad sedang membicarakan Bos nya dari belakang. Keduanya berjalan mengikuti Reva dari belakang menuju ke asrama. “ kenal udah, akrab ga usah ditanya lagi, langkah selanjutnya apa Bos?” Ujar Somad. “ h luh berdua pada diem napa. Berisik!! Tunggu aja ! kalo urusan jodoh mah itu Allah yang nentuin” Jawaban dari Reva yang mantap sekali membuat Somad dan Baban berhenti mengoceh. ……………………………………… Setiap saat dalam lamunan Reva terbayang wajah Zainab yang seperti menari-nari dalam khayalannya. Ketika Reva sedang berbaring di kasur di

dalam asrama, tiba-tiba “TIIINGGG” terdengar suara notifikasi handphone. Reva segera mengeluarkan handphonenya, ternyata Zainab mengirim chat yang isinya “ Abi bilang, kamu itu anak nakal yang suka bikin kerusuhan di Pesantren, suka kabur, bener gak ?” di dalam chatnya terdapat emosi tertawa untuk meledek Reva. Begitulah tanpa disadari karena sudah saling dekat, Reva akhirnya mengutarakan apa yang selama ini ia inginkan kepada Zainab lewat chat di WA. “ Zainab, jujur saja, pertama kali ku memandang dirimu ada sesuatu yang tidak biasanya aku rasakan pada wanita lain selain dirimu, akan ku ungkapkan sekarang sebuah sebuah ungkapan yang telah lama aku simpan dariku untukmu, ku mohon mengertilah! Agar diantara kita tidak disebut dengan sebuah pacaran yang jika kita lakukan tentu akan mengoleksi tumpukan-tumpukan dosa pada diri kita”. Reva menjelaskan isi hatinya secara terang-terangan dalam sebuah chat di WhatsApp. Sementara Zainab semakin penasaran tentang apa yang akan diungkapkan oleh Reva itu. Ia hanya melihat dari tadi ditulisan atas dibawah nama kontak “ Reva “ ada tulisan “mengetik”. Lalu muncul lagi chat baru dari Reva, chatnya berisi….. “ Ineb boleh ku ungkapkan sesuatu….?! Reva memastika “ Katakanlah ! “ Ujar Zainab “ Ineb yang ingin ku ungkapkan lewat chat di WA ini adalah ……….” “ Iya ??? “ Zainab penasaran “ Ana unibbu Ilaik (i) “ Begitulah Reva memberanikan diri mengungkapkan apa yang ada dalam isi hatinya kepada Zainab meskipun lewat sebuah Chat. ” Aku bermaksud untuk meminangmu Zainab.” Pengakuan dari Reva.

“ Dengar baik-baik Reva akupun mengaku demikian, besok jam 09.00 kau cepatlah datang kerumahku, menemui ayahku, dan khitbahlah aku saat itu.” Ternyata Zainab pun mempunyai perasaan yang sama seperti yang dirasakan oleh Reva. Ini membuat Reva semakin percaya diri karena ia merasa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Somad dan Baban pun amat bahagia melihat bosnya bahagia. Berita tentang putrinya KH. Raden Ishaq akan dilamar oleh Reva cepat tersebar di kalangan santri Pondok Pesantren Al-Falah itu bagaikan angin berhembus ke segala arah, diantara santri putra dan putri

banyak diantara mereka yang iri, bahkan

menimbulkan prasangka buruk terhadap keluarga pimpinan Pondok Pesantren salah satunya…… “ Heran aku mah, mau banget pa Kyai menerima khitbah buat anaknya yang shalelah dari seorang santri yang dulu ahlaknya …….euh naudzubillahi min dzalik. “ Ujar Soleh, santri alah satu santri pondok Pesantren Al-Falah. “ ya, kan dulu atuh itu mah kang, sekarang mah kan Reva teh udah jadi pemuda yang hijrah, berpindah dari yang buruk ke yang lebih baik. Heuh. Atuh akang teh kumaha, syirik wae!.” ujar Memet teman dekatnya Soleh. Khitbah dari Reva diterima dengan baik oleh KH. Raden Ishaq beserta seluruh keluarga Pimpinan Pondok Pesantren. “ Nah, Bilangin ke Abah sama Umma’mu, sebentar lagi kita adalah Cabe, calon besan, hehe……” Ujar KH. Raden Ishaq sambil menyeruput secangkir kopi. Semua orang yang hadir di situ ikut tertawa.” “ Tapi mmaf Pak Kyai, sebelum menikah dengan Zainab, saya minta waktu selama satu setengah tahun kurang lebih” Pinta Reva. “ Lho ada apa? Tidak baik menunda-nunda perkawinan. Agama telah berwasiat tentang hal itu. “ Ujar Kyai Ishaq.”

“ Nanti Bapak akan tahu…” Ujar Reva. Akhirnya KH. Raden Ishaq setuju-setuju saja atas usulan dari Reva. ………………………….. Satu tahun kemudian, tepatnya patnya hari ahad, lapangan Pondok Pesantren Al-Falah dipenuhi oleh ribuan santri, tenda-tenda meneduhi mereka, “ Saya nikahkan anak saya Raden Zainab Ulfa Fatimah Binti Raden Ishaq Aria Wangsa Bambang Suryaningrat dengan Raden Abdul Fatah Rafa’u Darajat

Wangsa Gofarana Zein Malik dengan mas kawin….?”

Lantang Kyai Ishaq sambil terus menjabat tangan Reva. “ Mas kawin…..” Kyai Ishaq lirih memberitahukan Rafa’ semua santri kaget. Orang tuanya Reva, KH. Zein Malik dan Ny. Raden Nurhayati terperangah. Rafa menarik nafas sejenak “ Dengan Mas kawin cincin emas 24gram 24 karat, uang sebesar 1 Milyar, hafalan Qur’an 30 juz, hafalan jurumiyah, hafalan Nadzom Imrithi, alfiyah, maqshid dan hafalan seribu hadist di bayar tunai.” KH. Ishaq kembali melanjutkan lantang setelah Reva memberi kertas berisi tulisan apa saja maskawinnya. Kemudian KH. Raden Ishaq menyodorkan mikrofon ke Reva…..” Saya terima nikahnya Raden Zainab Ulfa Fatimah Binti Raden Ishaq Arya Wangsa Bambang Suryaningrat dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Jawab Reva matang. “ Bagaimana para saksi, sah???” tegas Kyai Ishaq. Semua undangan diikuti seluruh santri berkata “sah”. Ternyata waktu satu tahun itu Reva jadikan kesempatan untuk menghafal Qur’an, kitab kuning dan hadits, tentu saja itu semua untuk mas kawinnya kepada Zainab dan orang yang mendengarnya sangat takjub. Kebahagiaan terpancar dalam wajah Reva dan zainab yang telah duduk di pelaminan, keduanya terpancar cahaya cinta dalam relung kalbu.

“ Menikahimu adalah impianku, itu pun aku rasakan dulu perjuanganku yang tidak mudah untuk memilikimu. Tapi sekarang Allah telah jadikan impianku itu sebagai sebuah kenyataan.” Ujar Reva terhadap Zainab. “Aku ridha engkau sebagai imamku, kelak hubungan kita akan melahirkan keturunan-keturunan shaleh dan shalehah.” Harapan zainab. “ Aamiin” Keduanya berdo’a, Reva mengecup keningnya Zainab.

The Adventure of Dream Andika Pagi hari pukul 07.30 suara lantang panggilan memasuki pesawat terdengar di langit langit bandara.aku egera memasukan buku ke tas ranselku,memastikan tida ada yang tertinggal,meniapkan boarding pass pesawat,lalu beranjak berdiri.juga kevin.sahabatku itu menyusul dari belakangku Kami segera baris rapi menuju garbarata.ada sekitar empat puluh orang siswa sekolahku yang menggular di pintu pemeriksaan terakhir.kami mengenakan seragam sekolah,jaket berwarna merah marun dengan logo sekolah.bu ati guru guru sejarah kelas sebelas memimimpin rombongan.dia berkali kali memeriksa agar tida ada yang tertinggal wajahnya terlihat serius.dia tida segan memperingati murid jika ada yang bermain main.”berapa jam penerbangannya?”Alex basa basi bertanya kepada petugas yang memeriksa boarding pass”tiga jam” petugas tersenyum alex menghembuskan nafas perlahan “have a nice fligh” petugas mengembalikan boarding pass milik alex aku tahu apa maksud wajah kusut alex.dia tida suka ada di perut kapal selama tiga jam “kita bisa tiba di kota itu hanyadengan waktu slima belas menit naik ILY” begitu alex bilang tadisaat bersama sama berangkat menuju bandara,diantar mama kevin “kita tida bisa naik ILY,alex” kevin mengingatkan.”ini study tour,”.kita harus ikut rombongan,bersama sama dengan yang lainnya”yeah,itu akan membosankan sekali.”alex mengeluarkan suara puh pelan

Di pengunjung kelas sebelas.kami”di wajibkan” karya wisata keluar kota oleh sekolah kami.”apa yang akan kita lakukan selama di dalam pesawat”?Alex mengeluh,berjalan di lorong garbarata.”kita pernah ber jam jam di kapsul ILY,melintasi lorong lorong kuno.”tiga jam di pesawat tida akan masalah” jawabku.pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di tempat tujuan,dua bus pariwisata telah ter parkir rapi,kami pindah ke bus tersebut.kami tiba di situskuno setengah jam kemudian murid murid turun dari bus.seruan dan celetukan antusias terdengar saat kami mendongak menatap bagian bangunan kuna yang megah. “alex”kevin tiba tiba menoleh dan berseru.aku ikut menoleh.astaga! alex bukan hanya tida memperhatikan penjelasan bu ati.dia mendadak keluar dari rombongan,berbalik ke balik salahsatu bangunan setengah bola “alex” aku mendesis berusaha menurunkan volume suara agar tida mencolok.aku dan kevin segra mengejar.”apa yang kamu lakukan?” tanyaku saat aku tiba di sebelahnya,alex menggeleng.dia menunjukan benda mungildi tangannya.wajah nya terlihat serius.bagaimana jika ada murid lain yangmelihat”ini penting sekali Dik!”alex memotongterlebihdahulu”kevin menatap tangan alex”ini sensor dunia pararel yangaku buat”sensor””itu bisa ku jelaskan nanti nanti kevin “Yang mendesak sekarang adalah sensor ini menangkap aktivitas sunia pararel di sekitar kita”.aku terdiam.aktivitas dunia pararel ada di sini?.kevin refleks menutup mulutnya.”kamu tida bergurau kan?” aku memastikan sesekali menoleh ke sekitar.rombongan sekolah kita sudah menunggalkan kami dua meter.mereka tida menyadarinya karena kami ada di bangunan setengah bola.tida ada turis lain di sekitar kami.aku juga menoleh untuk memas tikan tida ada tamus atau siapapun mendadak muncul.”tatap wajahku Dik.”alex terlihat tersinggung.”apa aku terlihat bergurau?” itu benar alex serius sekali benda i tangan alex mulai bergetar.proyeksiitu mengeluarkan cahaya merah.”sensor ini mendesing kencang.skala 10.kekuatanya sangat besar aku belum rnah melihatnya sebelumnya “kita harus memeriksanya”.alex berkata sunguh sungguh”duh!.”kevin langsung menggeleng tida setuju.kita “harustau itu apa kevin”.janganmencari masalah baru alex”>kevin menggeleng kencang.”kita sedang study tour ribuan orang di sini dan bisa saja altmu itu rusak.” “enak saja! Alat ku ini tida pernah rusak perhitungan ku selalu akurat.krvin menggeleng lagi “kamu pernah salah ,menghitungenam titik pasak di klan bintang bintang bukan? “mungkin saja alamatmu ini juga keliru”itu berbeda,kevin saatitu memang aku hanya menebak “tap bagaimana kita bisa

masuk kesana” “ILY”alex jawab mantap”ILY”kevin menatap alex tida mengerti.”bukankah ILY ada dibasemant rumah mu?” Alex menggeleng”aku mengaktifkan modetida terlihat sekarang ILY ada diatas kita”.”ILY buka pintu!.”alex berseru lagi menatap ke depan setelah naik ke dalam ILY.kita jaditida terlihat.setelah lam berjalan menggunakan ILY.”ini indah sekali” kevin berbisik pelan”aku akn memeriksa sensor ILY”.sesuatu dengan kekuatan 10 sekala harusnya ada di sini. Belum habis kalimat alex,sesuatu menghantam BUMMMM!.ILY menghantam pohon satu,dua,tiga tak terhitung lalu ILY punberhenti “kalian tida apa apa” aku bertanya.wajah kevin pucat.”apa yangmenyerang kita tadi”kevinbertanya ARGGHHH! Matahari muncul menyinari ding ding barat dan saat aku membuka mata jam handpone ku berbunyi dan situasi sangat aman.

KEGELAPAN YANG BERUJUNG HIJRAH Dea Haifa salimah Pada suatu hari tinggallah keluarga kecil yang beranggotakan 3 orang, yaitu mama, papa dan juga anaknya. Mamanya yang bernama Selly, papanya bernama Adji dan anaknya bernama Jingga. Pada saat Jingga berusia 13 tahun, papanya meninggal dunia karena mengalami kecelakaan yang tragis, papanya tewas seketika. Ketika mamanya tau bahwa suaminya menginggal dunia, mama langsung pingsan dan mamanya mengalami gangguan jiwa. “Sayang…… Kamu di mana? Aku tidak mau kehilangan kamu.” ucap istrinya sambil tertawa-tawa. Dari sejak suaminya meninggal dunia dan mengalami gangguan jiwa, Jingga pun berhenti sekolah karena tidak ada yang membiayainya. Jingga menjadi anak yang nakal dan sering main malam, sedangkan mamanya terkurung dalam kamarnya. Jingga juga sering minum minuman keras. Dia melakukan itu karena dia pusing dengan kehidupannya yang kacau balau. Pada suatu hari Jingga memutuskan untuk mengakhirkan nyawanya [bunuh diri] dengan cara menabrakan diri pada mobil yang sedang melaju. “Sudah… Aku akhiri saja hidupku ini karena sudah tidak ada lagi gunanya aku hidup di sini. Masa depanku sudah kacau balau, dunia kegelapan sedang menerjangku, ini semua gara-gara orang yang menabrak papaku sehingga papaku tewas seketika, setelah papa meninggal mamaku menjadi depresi sehingga mengakibatkan gangguan jiwa, serta masa depanku yang cerah berubah menjadi gelap. Itu semua gara-gara orang yang menabrak papaku dan orang itu tidak bertanggung jawab.” ucap Jingga sambil emosi. Padahal orang yang menabrak papanya adalah sahabat papanya sendiri yang tidak sengaja. Namun, sahabatnya itu kabur karena ketakutan, namanya Pak Tejo. Jingga berjalan di tengah jalan, datanglah mobil dari arah kanan yang begitu cepat. “Tabrak aku!!” ucap Jingga. Untung saja mobil itu sempat berhenti, sehingga tidak mengenai Jingga. Sedangkan Pak Tejo selama hidupnya merasa bersalah, akhirnya dia mencari keluarga sahabatnya itu. Ternyata di dalam mobil itu ada orang jahat, orang jahat itu menculik Jingga “Tolong…tolong” penjahat itu membius Jingga sampai pingsan, dan penjahat itu membawa Jingga ke lorong yang sangat gelap, di dalam lorong itu ada tiga lelaki yang berpenampilan seperti preman. Tiga lelaki itu mengganggu Jingga. “Hei manisss, ikut abang yuk!” ucap Preman itu. “Lepaskan saya, kalian mau ngapain?” tanya Jingga, ternyata tiga lelaki itu memperkosa Jingga. Jingga pun tidak bisa melawan. Dia sudah mencoba

untuk memberontak beberapa kali, namun tetap saja dia diperkosa. Setelah tiga orang itu memperkosa Jingga, Jingga dibuang ke sungai, dan Jingga pun hanyut terbawa ombak yang deras. Ternyata Allah masih melindungi dia dari kematian, Allah masih memberi kesempatan kepada Jingga menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ternyata Pak Tejo telah menemukan istri dari sahabatnya itu, yaitu mamanya Jingga, di mana Pak Tejo melihat kondisi istri dari sahabatnya yang bernama Adji itu. Terharu, istri Adji sudah tidak waras lagi, Pak Tejo bertanya-tanya kepada keluarga sekitar tentang keluarga Adji. “Permisi Pak, mau numpang tanya, apa yang terjadi kepada keluarga Adji?” tanya Pak Tejo. “Memang Bapak siapa?” tanya salah satu warga “Saya sahabatnya Adji.” jawab Pak Tejo. “Jadi gini, Pak Adji telah meninggal dunia 3 tahun yang lalu, setelah ditabrak lari, dan istrinya tidak bisa menerima kenyataan akhirnya Bu Selly jadi terkena gangguan jiwa, mereka berdua memiliki anak yang bernama Jingga, namun setelah tiga hari ini Jingga tidak pulang ke rumahnya, Jingga juga sudah tidak sekolah lagi, sejak papanya meninggal dunia.” Pak Tejo pun merasa sangat bersalah karena dia tidak bertanggung jawab, sehingga semua ini terjadi. Maka Pak Tejo mengurus Bu Selly, istri dari Pak Adji setiap harinya, Pak Tejo juga mencari Jingga putri dari Pak Adji dan Bu Selly. Setelah 3 hari terbawa ombak Jingga terseret ke pinggir sungai dan dia selamat, itu semua terjadi atas kehendak Allah swt. “Aku di mana? Apa yang terjadi?” tanya Jingga di dalam hatinya. Akhirnya Jingga ingat semua kejadian yang pernah menghampiri dirinya, Jingga bukan bersyukur, dia malah marah-marah. “Kenapa aku masih hidup? Aku ini bukan lagi wanita yang suci, aku ini wanita yang paling ternoda di dunia ini yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri.” Jingga menangis, meratapi dirinya sendiri. Jingga tersesat, dia tidak tahu kalau dirinya ada di mana. Jingga berjalan menyusuri sungai itu. Tiba-tiba Jingga melihat masjid yang tidak jauh dari pinggir sungai, lalu ia masuk ke masjid untuk beristirahat. “Ya Allah, aku sudah lama tidak masuk ke rumahmu dan sekarang aku masuk dengan tubuh yang tidak suci lagi.” Jingga merasa menyesal, yang selama ini dia sudah jauh dari Allah swt. Saat ia beristirahat di masjid itu, tiba-tiba datanglah seorang ustadzah (ummi). “Assalamualaikum, Anda siapa?” tanya ummi. “Waalaikumsalam, ummi… Perkenalkan nama saya Jingga.” “Jingga kamu kenapa ada di sini? Dan bajumu basah sekali.” “Maafkan saya ummi, saya di sini hanya untuk beristirahat saja.” “Lalu kenapa bajumu basah?” “Ceritanya panjang ummi, jadi begini…” Jingga menceritakannya kepada ummi. “Astagfirullahalazim, Jingga tapi kamu tidak apa-apa kan?” tanya ummi. “Ummi… Aku sudah tidak seperti ummi yang suci, diriku ini seperti

sampah yang harus dibuang.” ucap Jingga. “Kemarilah Jingga, setiap manusia pasti mempunyai kesalahan, dan setiap manusia yang diberi kesempatan oleh Allah swt untuk berubah, kau harus bersyukur atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan oleh Allah untukmu.” “Iya ummi…, Bisakah ummi membantuku untuk berubah?” ucap Jingga. “Tentu Jingga, ummi akan sedia membantumu ke jalan yang baik. ucap ummi. “Terima kasih ummi…” ucap Jingga. “Jingga… Sekarang kamu ikut ummi ya!” ucap ummi. “Kemana ummi?” ucap Jingga. “Ke rumah ummi… Gantilah bajumu dengan baju yang menutupi auratmu.” ucap ummi. “Baiklah ummi… Jingga akan menuruti perkataan ummi.” ucap Jingga. Ummi memberikan baju gamis kepada Jingga, Jingga berubah drastis seketika Jingga berubah menjadi wanita yang Muslimah dan tambah cantik nan menawan. Pada siang hari, Jingga merasa gerah. “Aduh.. ummi,.. Jingga gerah sekali, buka saja yaa jilbabnya.” keluh Jingga. “Jingga, kamu tidak boleh seperti itu. Memang hijrah itu butuh proses, tetapi ini jalannya.” Tadinya Jingga berpenampilan sangat seksi, berpakaian yang ketat, memakai rok mini dan hanya menggunakan kaos pendek, Jingga berambut pirang namun sekarang Jingga berubah. Jingga memakai gamis dan kerudung yang menutupi auratnya. Jingga juga diajarkan mengaji oleh ummi, memang.. sebelumnya ia belum bisa mengaji namun setelah ia berhenti sekolah dan ia lupa akan caranya mengaji, puasa baik pun shalat karena sehari-harinya ia hanya bersenang-senang semata hanya untuk dunia. Ummi bertanya kepada Jingga. “Jingga.. Di mana ibumu sekarang?” tanya ummi. “Astagfirullah ummi.. Jingga lupa, Jingga mengunci kamar sebelum Jingga pergi dan sekarang mama siapa yang memberi makan? Sedangkan Jingga ada di sini.” ucap Jingga khawatir. “Ya Allah… Kenapa kamu sampai lupa Jingga?” ucap ummi. “Maafkan aku ummi, tolong aku ummi.. Jingga mau pulang ke rumah, tapi Jingga tidak tahu arah jalan pulang.” ujar Jingga. “Maafkan ummi.. Jingga, ummi tidak bisa membantu kamu, bagaimana jika anak ummi saja yang mengantarkan kamu pulang?” ucap ummi. “Memang ummi mempunyai anak?” tanya Jingga. “Oiya.. Besok anak ummi pulang dari tempat ia berkuliah.” jelas ummi. “Oh… Jadi ummi sudah memiliki anak, Jingga baru tahu, memang anak ummi pria atau wanita?” tanya Jingga. “Anak ummi adalah pria, bernama Reza.” ujar ummi. “Jadi… Aku akan diantar oleh Reza?” tanya Jingga. “Tentu nak.” jawab ummi. Keesokan harinya, “Assalamualaikum…” ucap Reza. “Waalaikumsalam, siapa?” tanya Jingga. Dia bukakan pintu lalu Reza terkejut melihat ada seorang wanita di rumahnya yang dia tidak kenal. “Hei… Kamu siapa?”

tanya balik Reza. “Aku Jingga, kamu siapa?” tanya Jingga. “Jingga itu siapa, Nak?” ujar ummi, lalu ummi menghampiri Jingga. “Assalamualikum, Ummi…” ucap Reza. “Waalaikumsalam, Reza kamu sudah pulang? tanya ummi. “Iya Ummi… Reza baru pulang, gimana kabar Ummi?” tanya Reza. “Alhamdulillah, kabar Reza gimana?” tanya ummi. “Alhamdulillah ummi, Reza baik-baik saja.” ucap Reza. “Yasudah sekarang kita masuk, yuk!” duduklah mereka di sofa. “Ummi dia siapa?” tanya Reza sambil menunjuk Jingga. “Oh… Ini Jingga, dia tersesat sudah 7 hari di sini.” jawab ummi. “Ini anak ummi yang bernama Reza?” tanya Jingga sambil menatap Reza. “Iyaa Jingga… Ini Reza yang kemarin diceritakan itu.” ucap ummi. “ Oh… Ini Reza, Reza kamu beruntung ya bisa kuliah yang kamu… mau, dan memiliki ummi yang sangat baik.” ucap Jingga sambil menangis. “Emang… kalo kamu… di mana orang tuanya?” tanya Reza. “Ayahku meninggal dunia, aku tidak bisa seperti kamu yang dapat menggapai citacitamu.” ucap Jingga Sambil menangis. Lalu ummi menceritakan kepada anaknya itu tentang Jingga, namun ummi tidak menceritakan satu hal, yaitu Jingga pernah diperkosa. Setelah Reza tau ceritanya yang hanya diceritakan oleh ummi, Reza langsung kagum dan merasa kasian juga kepada Jingga. “Reza… Ummi mau minta tolong sama kamu Nak untuk mengantarkan Jingga ke rumahnya.” ucap ummi. “Memang di mana rumahnya Jingga?” tanya Reza. “Rumah Jingga di kota Bogor, Jalan Banyuwangi.” ucap ummi. “Apa…? Jauh sekali dari kota Bogor ke Cikampek, Jingga terbawa hanyut di sungai.” ucap Reza sambil terkejut dan ternyata Jingga hanyut selama tiga hari dan terdampar di Cikampek. Akhirnya Reza mengantarkan Jingga hingga pulang ke rumahnya. Keesokan harinya Jingga pamit pada ummi. “Ummi, makasih ya selama ini sudah membuat aku berubah. Maafin Jingga ummi selama ini Jingga selalu saja menyusahkan ummi dan Jingga telah menganggap ummi seperti mamaku sendiri, Jingga pamit dulu ya ummi, ummi baik-baik ya di sini, jasa ummi akan selalu terkenang bagiku.” Jingga pun memeluk ummi dan tidak mau pergi dari rumah itu. “Jingga, kamu jaga diri baik-baik ya… Kamu harus rajin salatnya, ngajinya, semoga kamu bisa meneruskan pendidikan kamu dan menjadi orang yang sukses di suatu hari nanti. Jangan pantang menyerah, selalu ingat pesan-pesan dari ummi.” ucap ummi sambil mengelus-elus kepalanya Jingga. “Jingga janji sama ummi akan selalu mengingat semua pesan-pesan dari ummi.” ucap Jingga. “Iiya sayang… Ummi akan selalu mendoakanmu setiap saat.” ucap ummi. Ummi sebenarnya tidak mau ditinggalkan oleh Jingga, akan tetapi ini semua memang sudah takdir.

Akhirnya mereka berangkat ke Bogor menggunakan mobil bus. Sepanjang jalan Jingga menangis teringat ummi, Reza pun menasehatinya. Salah satu nasehat ummi adalah jika Jingga sudah bertemu dengan ibu, ciumlah kedua kakinya dan cucilah kaki ibumu itu dan meminta maaflah atas semua kesalahan yang pernah kamu perbuat. Itulah pesan yang selalu terngiangngiang di telinganya Jingga. Sepanjang jalan Jingga berbincang-bincang dengan Reza. Akhir nya Reza mengucapkan hal yang sebelumnya tidak disangka. “Jingga, aku mau ngomong sama kamu.” ucap Reza sambil gemetaran. “Iya, ada apa? Kok kamu gemetaran gitu.” ucap Jingga sambil tertawa. “Sebenarnya…” ucap Reza sambil menunduk. “Sebenarnya apa? Jangan bikin aku penasaran deh...” ucap Jingga yang penasaran. “Aku… Kagum sama kamu, dan aku merasa aku sama kamu itu cocok, apakah kamu mau ta’arufan sama aku?” tanya Reza. Jingga pun aneh. “Padahal kita baru kenal, kenapa dia udah ngajak ta’arufan?” gumam Jingga. “Aku tau ini semua pasti mengagetkan bagi kamu, padahal kita baru saja kenal, tapi aku sudah tau cerita hidupmu, dan aku kagum.” ucap Reza sambil berharap. “Kamu serius udah tau semua cerita hidupku?” ucap Jingga. “Iya, aku sudah tau kamu dari ummi yang menceritakan kamu ke aku.” ucap Reza. “Aku yakin pasti ada satu hal yang belum kamu ketahui.” ucap Jingga yang membuat Reza kebingunagan. “Walaupun aku tidak tau apa yang belum aku ketahui tentangmu, tapi aku tau kalau kamu itu orang yang baik.” jawab Reza sambil tersenyum. Saat mereka berbincang-bincang, ternyata bus sudah sampai terminal bus di kota Bogor. Akhirnya mereka turun dari mobil. “Jingga… Ayo turun sudah sampai tujuan.” ucap Reza sambil menarik tangan Jingga. “Sudah lepaskan aku bisa sendiri!” ucap Jingga yang nyolot kepada Reza. Akhirnya mereka turun, Jingga harus memberi tau yang sebenarnya kepada Reza tentang dirinya. “Reza aku itu wanita yang tidak suci! Apa kamu bisa menerima aku?” ucapnya lirih. Reza pun tiba-tiba menjauh. “Apa maksud kamu? Aku tidak mengerti.” tanya Reza. “Aku itu udah pernah diperkosa.” ucap Jingga sambil menangis. “Jingga kamu bercanda yaa… Aku tidak percaya.” ucap Reza. “Aku tau kamu kaget dan tidak percaya, tapi semua itu serius! Dan memang kenyataannya seperti itu.” ucap Jingga yang memastikan Reza untuk percaya. Reza pun akhirnya percaya. Dia pun mundur dan datanglah mobil dari arah kanan nya, akan tetapi Reza tidak melihatnya, sedangkan Jingga yang melihatnya langsung teriak. “Awass….” teriak Jingga berkalikali, namun Reza tidak menanggapinya karena dia menyangka itu hanya sandiwara Jingga. Jingga pun berlari dan menghampirinya. Jingga mendorong Reza agar dia selamat, sedangkan Jinggalah yang akhirnya

tertabrak. “Brukk” suara tabrakan yang begitu keras. Jingga terseret cukup jauh dari tempat kejadian. Kondisi Jingga yang sangat parah, di seluruh badannya berlumuran darah, ususnya sampai keluar dari perutnya. Semua warga yang ada di sana melihatnya ngeri. Sedangkan Reza kepalanya terbentur batu dan menyebabkan kedua matanya buta. Jingga pun langsung dibawa ke rumah sakit terdekat oleh para warga, begitu juga Reza. Ternyata nyawa Jingga tidak tertolong. Namun, sebelum Jingga meninggal, dia sempat mengatakan dan menanyakan soal keadaan Reza kepada dokter. Sedangkan Reza harus mendapat donor mata karena kedua matanya buta terkena benturan batu yang sangat keras. Akhirnya Reza dioperasi. Ummi sangat mengkhawatirkan Reza. Namun, ummi juga tidak tau siapa orang yang mendonorkan kedua matanya untuk anaknya itu. Lampu ruang operasi pun mati yang pertanda bahwa operasi telah selesai. Ummi langsung sujud syukur karena operasinya berhasil. Ummi langsung masuk ke dalam ruangan operasi. “Ummi, siapa yang telah mendonorkan kedua matanya untukku?” tanya Reza. “Ummi tidak tahu siapa yang mendonorkan kedua matanya untuk mu.” ucap ummi. “Ohh… Iya ummi, gimana keadaan Jingga?” tanya Reza. “Ummi tidak tahu, bukankah kamu telah mengantarkan ke rumahnya?” ucap ummi. “Tidak ummi, Reza belum mengantarkannya, tapi Reza juga lupa apa yang terjadi, tiba-tiba saja Reza sudah dioperasi.” ucap Reza. Tiba-tiba ada yang masuk ke ruangan itu, yaitu seorang ibu-ibu yang menangis. “Maaf, Anda siapa?” ucap ummi. “Apakah kalian tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi?” ucap ibu tersebut. “Maaf Bu, sebelumnya ada apa ya tiba-tiba Ibu masuk dan menangis sambil berkata seperti itu?” tanya ummi yang kebingungan. Ibu itu pun mengambil baju dan hijab, lalu memperlihatkan kepada ummi dan Reza. “Hah?? Itu kan baju yang ummi kasih untuk Jingga, kenapa sekarang baju itu ada di Ibu? Dan kenapa baju itu dipenuhi darah?” tanya ummi sambil menelan ludah. “Saya adalah ibu kandungnya Jingga yang sangat merindukan dia.” ucap ibu itu. “Ja..di.. Ibu adalah ibunya Jingga yang selama ini dicari oleh putri ibu yaitu Jingga?” tanya ummi. “Ya.. Itu benar, mungkin selama ini saya gila sehingga tidak sadarkan diri, bahwa saya kehilangan putri saya tercinta.” ucap ibu itu sambil menangis. “Bukankah sekarang putri ibu telah kembali kepada ibu?” tanya ummi. “Ya memang anak saya sudah kembali, namun hanya sebentar, setelah itu Jingga meninggalkan saya.” ucap ibunya Jingga. “Apakah Jingga baik-baik saja?” tanya ummi yang sangat khawatir. “Jingga sebenarnya telah mneninggal dunia karena menolong putra ibu ini.” ucap ibu Jingga lirih. Ummi pun langsung terjatuh, tak berdaya. “Semua itu pasti bohong, Jingga gak mungkin ninggalin ummi seperti ini.” ucap ummi sambil menangis. “Dan sekarang, kedua mata Jingga ada pada putra ibu.”

ucap ibu itu. “Jadi, kedua mata ini peninggalan dari Jingga, Jingga…..” ucap Reza yang merasa kehilangan dan merasa menyesal. Semua nya tidak ada yang menyangka kapan kita mati, semua itu hanya Allah yang tau, maka dari itu, persiapkanlah diri kita dengan segala amalan yang baik, walaupun masa lalunya ada pada jalan yang gelap, namun jika saat ajal menjemput kita dalam keadaan taubat dan ada pada jalan yang lurus, insya Allah, Allah akan menghapus dosa-dosa yang pernah kita lakukan sebelumnya. Maka dari itu, marilah kita bertaubat, memohon ampunan kepada Allah swt. Semoga kita masuk ke dalam surgeNya. Aamiin.

Menggapai Mimpi Muhamad Irfan Pada suatu ketika tinggalah keluarga yang berkecukupan ada seorang anak yang bernama rudi yang duduk di kelas 3 sma,pekerjaan bapak rudi yaitu tukang baso keliling meski uang yang di dapat hanya berkecukupan untuk uang sehari-hari dan ibu rudi berkerja sebagai seorang penjahit untuk menambah- nambah keuangan keluarga Rudi sekolah di SMAN 1 Boyolali biar terkenal sebagai murid yang rajin dan pintar di dalam hati Rudi, Iya sangat amat ingin menjadi seorang yang sukses dan pintar dan bisa membanggakan kedua orang tuanya. Iya selalu membantu bapaknya berjualan jika pulang sekolah dan selalu belajar dengan rajin, karena ia ingin masuk universitas favorit, citacita Rudi ingin menjadi seorang dokter, karena dokter sangat berjasa bagi orang-orang yang sakit. Rudi juga selalu berdoa dan meminta pertolongan kepada Tuhan setelah ibadah salat. Ketika sesudah salat tahajud Rudi berdoa ( dengan rasa berharap)" ya Allah ya Tuhanku ku lepaskan lah rezeki orang tua hamba ya Allah, hamba ingin sekali menjadi seorang dokter, maka mudahkanlah hambaMu ini ya Allah, Amin" ketika Rudi berdoa tak sengaja bapak dan ibu Rudi bangun dari tidur malamnya, lalu ibu Rudi menangis dengan haru karena melihat anaknya yang sungguh-sungguh yang ingin menjadi seorang dokter.bapak rudi" Iya Na, mudah-mudahan kamu bisa menjadi seorang dokter, Rudi"makasih pak"( Ibu Rudi langsung memeluk Rudi dengan penuh haru.) Keesokan harinya Bapak Rudi sangat semangat untuk bekerja demi anaknya dia akan melakukannya dengan kerja keras( sambil merapikan mangkok mau dibawa ke gerobak basonya)bapa rudi" Bu, mulai sekarang kita sisihkan uang untuk biaya Universitas Rudi"ibu rudi" Insya Allah, Pak kita pasti bisa untuk menyekolahkan anak kita ke Universitas favorit" Bapak Rudi"amin" enam bulan berlalu, Rudi" Bu besok ada da acara perpisahan SMAN 1 Boyolali dan orang tua wali murid diminta untuk menghadiri acara tersebut oleh gurunya. Rudi pulang dari sekolahnya.rudi" Pak, Bu besok datang ya acara perpisahan Rudi di sekolah"bapak rudi" piano pasti Kami akan datang" besoknya Rudi dengan semangat bangun pagi-pagi dan membangunkan kedua orang tuanya." Pak, Bu Bangun sudah pagi" Bapak Rudi" eh eh iya ya " Ibu Rudi " semangat banget nih kayaknya " "Ya iyalah Bu sekarang kan momen paling spesial"

Ibu Rudi " Ya sudah ibu masak makanan dulu ya ya ya buat sarapan "Rudi" Iya, Bu "( lalu bergegas mengambil handuk lalu ke WC untuk mandi) Setelah semuanya sudah siap maka sekeluarga menuju sekolah SMAN 1 Boyolali. Di dalam suasana sudah sangat ramai oleh wali murid dan pelajar SMA N 1 Boyolali titik Setelah selesai acara perpisahan pada pukul 12: 00 Mereka melaksanakan ibadah salat Dhuhur setelah itu diberi snack untuk makan siang. Lalu acara dilanjutkan sekarang pengumuman oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Boyolali akan mengungumkan , murid terbaik tahun ajaran 2015- 2016. Kepala sekolah "sekarang kita umumkan murid terbaik dalam tahun ajaran 2015-2016, ya kita Panggil kepada saudara......( dengan penuh penasaran hingga semua terdiam amat Haning) kita Panggil saudara...... Rudi!! " para tamu dan hadirin langsung bertepuk tangan dan bersorak "wow wow!" Rudi langsung sujud syukur " Alhamdulillah " kepala sekolah "selamat kepada saudara Rudi, dipersilakan untuk menaiki podium" Rudi berjalan menuju podium dan orang tuanya yang duduk melihat anaknya yang sudah berhasil dengan penuh bangga. Rudi "terima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah dan guru guru yang telah mengajarkan kami semua dan terima kasih kepada kedua orang tua saya dan teman-teman yang sudah support saya terima kasih semuanya"( setelah berbicara di atas podium, lalu turun dari podium dan para hadirin bertepuk tangan karena Rudi mendapat beasiswa perguruan tinggi Ibu dan Bapak Rudi " Rudi sekarang mimpimu telah tercapai berkat kerja keras mu selama ini, selamat nak "( lalu Rudi memeluk kedua orang tuanya dengan penuh bangga).

Misteri Rumah Tua Rachel Adreana

Disuatu malam yang sunyi, dengan keheningan malam yang tak berbintang, bagaikan hanyut terbawa angina malam, dan hanya ada suara cicak yang menemani. Aku tersadar dan terkejut bahwa aku berada di depan pintu sebuah rumah yang sangat besar bagaikan istana kerajaan yang sudah tak berpenghuni. Aku tak tahu bagaimana aku bisa sampai kesini. Banyak orang yang bilang bahwa rumah ini sebuah dari keluarga kaya yang sangat harmonis, namun mereka semua tewas karena dibunuh oleh seorang perampok berbadan besar yang membawa beragam macam senjata ditangannya. Tetapi aku tak percaya dengan semua itu. Namun, sekarang aku disini, sendirian? Di depan rumah besar yang begitu kotor, berdebu dipenuhihi oloeh tumbuh-tumbuhan yang menjalar masuk kedalam rumah, dan sebuah jarring laba-laba berukuran besar yang menutupi pintu rumah. Rasanya, aku ingin sekali berlari, pergi jauh meninggalkan rumah ini. Namun, entah mengapa kakiku ini ingin terus melangkah masuk ke dalam rumah, sekujut tubuhku ini tak kuasa menahan kaki yang seolah-olah ada yang menariknya dari dalam rumah tua ini. Tak kusangka dan tanpa kusadari kakiku sudah melangkah sangat jauh dari pintu masuk tadi. Sekarang aku berdiri ditengah lantai pertama rumah besar ini. Seketika pula, angina berhembus menghantam tubuhku seakan-akan ingin menyatu denganku., dan membuat bulu kudukku berdiri. Ketika aku melihat ke bawah, ternyata aku berdiri di atas darah kental yang hitam pekat warnanya dan baunya sangat menyengat. Aku terkejut dan bergegas menjauh dari darah itu. Aku mencoba untuk mengelilingi rumah ini walaupun rasa takut menghantui disetiap langkahku. Setelah sekian lama mengelilingi lantai pertama dari rumah tua ini, aku merasa bahwa tidak ada yang menakutkan dari rumah ini, hanya saja bangunannya yang sudah tua dan tak terurus yang menjadikannya sangat menakutkan. Aku melanjutkan langkahku untuk mengelilingi lantai dua rumah tua itu. Langkah demi langkah anak tangga perlahan aku lalui. Lampu yang terus

berkedip seperti ada yang memainkannya membuat jantungku berdetak sangat kencang disetiap langkahku. Belum sampai dilantai dua, aku mendengar jeritan suara anak kecil dan tapak langkahnya seperti sedang berlari ketakutan. Aku terkejut ketika itu menuruni tangga yang aku lalui. Tiba-tiba ia berhenti dihadapanku dengan tatapan tajam. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya mengeluarkan bau seperti bau bangkai yang telah lama membusuk yang nyaris membuat perutku berguncang. Rasa ingin mengeluarkan segalanya bagaikan gunung aktif yang ingin mengeluarkan lavanya. Dia tersenyum kepadaku dengan senyuman yang sangat lebar memenuhi pipinya. Seketika itu kakiku keram tak bisa melangkah seperti ada yang menahannya. Lalu anak itu menarik tanganku seperti mengisyaratkan bahwa ia menginginkan aku untuk mengikutinya. Tangannya sangat dingin bagaikan es yang baru keluar dari dalam kulkas. Walaupun aku takut, tetapi aku tak sanggup menahan hawa besra yang mendorongku untuk mrngikutinya. Akuk mengikutinya dengan mata yang tertutup. Saat aku membuka mata, aku terkejut bahwa aku berada di suatu ruangan besar yang sangat mengerikan. Dindingnya pun dipenuhi oleh lumuran darah. Anak itu menghilang begitu saja tanpa jejak. Tiba-tiba dari setiap sudut dinding , aku melihat bayangan-bayangan yang berjalan menuju ke arahku. Seperti ingin keluar dari dinding itu. Ditambah lagi dengan jeritan suara yang mengerikan dengan suara yang menusuk gendang telingaku. Dan benar saja, satu persatu keluar dari dinding itu. Aku sangat terkejut dan juga cemas dengan apa yang sedang terjadi padaku membuat keringat dinginku bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Mereka keluar dari dinding dengan bermacam ragam keadaan. Ada yang ngesot menyeret kakinya yang hancur sebagian, ada yang berjalan dengan normal namun kakinya patah sehingga membuat langkahnya terbnata-bata, da nada juga yang bherjal;an dengan sebelah badannya saja, karena setelahnya terpotong seperti telah dimutilasi. Semua wajah mereka hancur tak terlihat jelas jejak wajahnya sama sekali. Ternyata mereka adalah pemilik rumah tua ini yang dibunuh oleh seorang perampok bersenjata itu, sepertinya perampok itu sengaja menghancurkan wajah mereka agar tidak dapat dikenali oleh siapapun. Sekarang aku percaya dengan apa yang orang-orang katakana tentang rumah ini. Mereka mencoba mendekatiku dan menggapaiku dengan tangan mereka, dan mereka berhenti berteriak dan menjerit. Aku sangat takut dan mencoba berlari kearah pintu yang terbuka, namun saat sedikit lagi aku

berhasil untuk keluar dari ruangan yang sangat menakutkan ini, tiba-tiba pintu itu tertutup sangat kencang dengan sendirinya. Ketika aku berbalik arah, tiba-tiba mereka dapat menggapaiku., lalu …. “bruukk” aku terjatuh dari tempat tidurku dan terperanjat. Rupanya itu hanyalah sebuah mimpi yang sangat mengerikan. Akhir-akhir ini, aku selalu bermimpi seperti itu sehingga mebuat badanku jadi terasa lemas setelah bangun dari tidur. Karena aku selalu lupa untuk berdoa sebelum tidur. Namun, setelah aku membaca doa, mimpiku selalu menjadi indah.

Penyesalan di Balik Pembulian Naufal Asshidqi Di sebuah madrasah bernama MTs Pengkolan Sari sudah terkenal dengan keelitan sekolahnya. Mulai dari kelas hingga kamar mandinya yang bisa membuat para siswa-siswinya merasa betah. Tetapi di samping itu terdapat juga sekelompok siswa yang di kenal suka mengganggu siswa yang lainnya. Saat itu rabu pukul 07.30 seorang siswa bernama Rendi datang ke sekolah, ia adalah murid baru di sekolah tersebut. Rendi pun sangat senang berada di sekolah barunya itu. Dia berkenalan dengan teman-teman barunya. Hari-hari berlalu, namun Rendi mulai berubah sifatnya. Dia menjadi siswa yang pendiam sekarang. Ia juga sering menyendiri di bangku yang paling belakang. Hingga sekelompok siswa yang cukup di takuti datang menghampiri Rendi. Siswa tersebut bernama Restu, Beni, dan Sahril. Mereka mulai berkomunikasi dengan Rendi sampai bercanda mereka itu kelewatan. Mereka juga sering menghina Rendi. Sebab Rendi itu di pandangan mereka seorang yang culun dan mereka pun sering menyebut Rendi dengan sebutan si jangkung culun. Saat jam pelajaran datang, semua siswa diberikan soal-soal ulangan harian tetapi Rendi yang dikenal sebagai si jangkung culun itu merupakan sisiwa yang paling pintar dan hampir setiap hari ia mendapatkan pujian dari gurunya. Keberhasilan Rendi pun kini telah membuat Restu, syahril dan Benny menjadi iri kepadanya. Dan dengan tegaknya setiap jam pulang tiba, Rendi selalu di caci maki dan di palak oleh ketiga siswa tersebut sampai mereka berani melakukan tindakan fisik kepada Rendi. Keesokan harinya Rendi datang ke kelas sangat pagi-pagi sekalli. Sebab pada hari ini Rendi kebagian tugas piket. Di saat Rendi piket ke tiga siswa yang sering mengganggunya datang dan sesaat kelas sudah bersih dan rapih mereka bertiga membuat kelasnya kembali acak-acakan hingga membuat Rendi merasa tertekan. Dengan rasa menahan sedih Rendi bicara kepada mereka “kenapa sih kalian selalu mengganggu aku, memangnya aku punya salah apa sama kalian?” kata Rendi dengan rasa sedih dengan menahan kesal. Tetapi mereka malah menyentak Rendi kembali “lu itu disini masih anak baru, disini hanya kita bertiga yang berkuasa. Lagian lu juga jadi orang jangan pelit. Gua minta minum aja kaga lu bagi” kata Restu sambil menarik kerah baju Rendi.

Esok harinya pada jam pelajaran pertama adalah pelajaran matematika. Bu Desi guru Matematika yang selalu memberi nilai tinggi kepada Rendi, ini ia terkejut akan nilai Rendi yang berkurang. Bahkan bukan hanya dalam pelajaran bu Desi aja, dalam pelajaran yang lainnya pun kini menurun drastis. Guru-guru pun heran kenapa mengapa nilai Rendi yang dulunya pandai dan ceria kini bisa sampai menurun seperti ini. Bahkan bu Nining selaku Wali kelas Rendi kini bingung terheran-heran sebab tidak biasanya Rendi seperti ini. Bahkan setiap jam pelajaran juga Rendi selalu meminta izin untuk ke kamar mandi. Sudah berapa kali Rendi di tanya oleh Wali kelas tetapi Rendi selalu memberikan alasan yang tidak pasti. Minggu berikutnya, bel pun berbunyi menunjukkan jam pelajaran di mulai. Ketika wali kelas mengabsen, semua murid hadir kecuali satu orang yaitu Rendi. Bu Nining pun heran sebab sudah empat hari Rendi tidak masuk sekolah. “anak-anak, apakah ada yang tau mengapa Rendi tidak hadir sekolah?”. “Dan ini adalah hari ke- empat ia tidak masuk sekolah.” Kata bu Nining selaku wali Kelas Rendi. “lah bu, mungkin dia mah bolos sekolah bu. Dia kan emang kayak gitu bu orangnya, pemalas.” Kata Syahril dengan muka senang. “ tidak boleh berprasang buruk kepada temanmu Syahril,” kata bu guru.Pelajaran pun berlanjut. Pada saat merka sedang belajar tiba-tiba ada seseorang yang datang ke kelas dan ia memberi tahu bahwa Rendi sudah meninggal dunia. Dan ia juga menitipkan sebuah surat untuk ibu guru dan teman-temannya. Isi suratnya yaitu: “Hai teman-teman, maafin aku ya kalo selama ini aku belum bisa jadi teman yang kalian mau. Maafin juga kalo aku sering pelit kepada kalian itu juga demi kalian juga. Sebab aku sudah lama menderita penyakit kanker. Aku enggak mau kalian terkena penyakit sama sepertiku.” Setelah mendengar surat dari Rendi tersebut, Benny, Restu, dan Syahril menyesal sudah membuli Rendi dan sudah mencacimaki dia. Ternyata dibalik semua itu ia tidak mau kita semua terkena penyakitnya. Dalam kisah ini kita bisa ambil pelajaran bahwasanya kita tidak boleh memandang orang sebelah mata. Tetapi mungkin saja di balik semua itu ada kebaikan yang tidak kita ketahui.

Sekolah Muhammad Taufik Namaku Febri Hariady, lahir di Bekasi pada tanggal 25 Maret 2005. Ayahku Syahril Afrizal pekerjaaannya sebagai wiraswasta dan ibuku bernama Annisa dan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Aku terlahir dari tiga bersaudara. Pagi yang sangat cerah dan mentari terbit di sebelah utara, dan aku menggendong tasku dengan penuh semangat untuk menuju ke sekolah. Pada saat itu aku duduk di bangku kelas 3 smp. Aku pun sedang merasakan kebersamaan dengan kawan-kawanku, aku sudah sangat nyaman berteman dengan mereka. Tapi ada satu hal yang sangat aku aku benci yaitu setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Aku mengerti bahwa mereka harus mewujudkan keinginan dan cita-cita. Tapi hal ini hal yang sangat aku benci. Bagiku, aku harus kuat menjalani hari –hariku dengan penuh semangat dan gembira untuk bersekolah dengan kawa-kawanku walaupun ada satu hal yang sangat aku benci yaitu perpisahan. Aku hanya bisa mendoakan kalian kawan semoga apa yang kau harapkan bisa terwujudkan dan aku pun harus semangat untuk mewujudkan cita-citaku sebagai pemain bola internasional. Mengapa aku suka bola, karena hobby menjadi cita-cita itu sangat menyenangkan bagiku. Saat itu lonceng sudah berbunyi, tandanya untuk beristirahat. Aku dan kawan-kawanku berjalan menuju kantin untuk membeli makanan dan minuman juga bersantai-santai. Ada temanku yang bernama Beni, lalu ia berkata “kapan sih di mulainya simulasi?” dan temanku yang bernama Sandy menjawab “simulasi di mulainya tanggal 03 November” lalu Beni berkata “tak terasa yah sebentar lagi kita akan berpisah dan harus mewujudkan harapannya masingmasing. Dan aku pun ikut bicara “sudah-sudah, kalian jangan memikirkan perpisahan, dan yang harus kalian pikirkan belajar dan belajar untuk menggapai cita-citamu masing-nmasing. Lonceng sudah berbunyi, menandakan istirahat sudah berakhir. Aku dan kawan-kawanku bergegas untuk masuk kelas dan memulai pelajaean PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) dan gurunya Ibu Hj. Dewi Sartika, S.Pd. saat itu aku belajar tentang dinamika perwujudan pancasila sebagai dasar Negara. Beni pun menanya ke Ibu Dewi “ibu, kita sekolah

disini tinggal beberapa bulan lagi” ibu Dewi pun menjawab “iya Beni, kamu sekolah disini tidak akan lama lagi. Kalian akan menjalani ini paling juga sekitar dua bulan lagi”. Seminggu kemudaian, aku dan kawan-kawanku menjalani Try Out. Lalu aku kepada kawan-kawanku bilang “semangat kawan buat ngejalani ulangan –ulangan yang rumit” aku sedikit tersenyum. Sandy pun menjawab “semangat juga yaa buat ulangannya”. Aku dan kawanku bergegas ke ruangannya masing-masing untuk untuk mengikuti ulangan. Satu jam kemudian ulangan pun sudah selesai. Aku dan kawan-kawanku keluar dari ruangan masing-masing, lalu aku bertanya “gimana ulangannya dapat nilai yang memuaskan tidak?” dan Beni pun menjawab “tentu saja kan aku belajar semalaman, bagaimana denganmu sandy?”. Sandy pun menjawab “álhamdulillah aku mendapatkan nilai yang sangat memuaskan”. Aku pun berkata “syukurlah kalau begitu, senang aku mendengarnya”. Aku dengan kawan-kawanku senang saat itukarena mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dan dua minggu lagi aku akan melaksanakan Ujian Nasional dan harus berpisah dengan kawan-kawanku karena harus mencari sekolah SMA masing-masing. Hari sudah berlalu dan jam pun selalu berputar. Tak terasa di hari ini aku dan kawan-kawanku melaksanakan Ujian Nasional. Aku dan kawankawanku segera bergegas untuk masuk ruangan Ujiannya masing-masing. Aku berkata kepada mereka semangat buat kalian menjalankan Ujian Nadionalnya.” Lalu Beni dan Sandy pun menjawab semangat juga ya buat ulangannya”. Tiga hari aku dan kaaan-kawanku menjalani Ujian Nasional dan yang tidak ku sangka inilah hari ke tiga dan hari terakhir bersama kawan-kawanku di sekolah. Aku langsung bergegas memasuki ruangan ujiannya masing-masing, dan satu jam kemudian ujian pun sudah selesai dan hari ini adalah hari yang sangat tidak kuinginkan adalah perpisahan. Lalu ak u berkata, “apakah kalian siap untuk berpisah denganku?” lalu Beni pun menjawab “Aku belum siap berpisah denganmu tapi disisi lain aku harus mewujudkan harapanku.” Aku langsung mengheluarkan pilox, lalu mencorat-coret bajuku dan temanku juga. Aku dan kawan-kawanku mengistimewakan acara perpisahan ini dengan cara mencorat-coret baju menggunakan pilox dan mendatanganinya. Dan di saat itu, aku hanya mampu ucapkan “selamat tinggal kawan dan guru. Selamat tinggal kenangan. Terimakasih kalian sudah membuatku bahagia.”

Misteri Rumah Tua Rachel Adreana Di suatu malam yang sunyi, dengan keheningan malam yang tak berbintang, bagaikan hanyut terbawa angin malam, dan hanya ada suara cicak yang menemani. Aku tersadar dan terkejut bahwa aku berada di depan pintu sebuah rumah yang sangat besar bagaikan istana kerajaan yang sudah tak berpenghuni. Aku tak tahu bagaimana aku bisa sampai kesini. Banyak orang yang bilang bahwa rumah ini sebuah rumah dari keluarga kaya yang sangat harmonis, namun mereka semua tewas karena dibunuh oleh seorang perampok berbadan besar yang membawa beragam senjata di tangannya. Tetapi aku tak percaya dengan semua itu. Namun, sekarang aku di sini, sendirian? Di depan rumah besar yang begitu kotor, berdebu dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang menjalar masuk ke dalam rumah, dan sebuah jaring laba-laba berukuran besar yang menutupi pintu rumah. Rasanya, aku ingin sekali berlari, pergi jauh meninggalkan rumah ini. Namun, entah mengapa kakiku ini ingin terus melangkah masuk ke dalam rumah, sekujur tubuhku ini tak kuasa menahan kaki yang seolah-olah ada yang menariknya dari dalam rumah tua ini. Tak kusangka dan tanpa kusadari, kakiku sudah melangkah sangat jauh dari pintu masuk tadi. Sekarang aku berdiri di tengah lantai pertama rumah besar ini. Seketika pula, angin berhembus menghantam tubuhku seakan-akan ingin menyatu denganku dan membuat bulu kudukku berdiri. Ketika aku melihat ke bawah, ternyata aku berdiri di atas darah kental yang hitam pekat warnanya dan baunya sangat menyengat. Aku terkejut dan bergegas menjauh dari darah itu. Aku mencoba untuk mengelilingi rumah ini walaupun rasa takut menghantui di setiap langkahku. Setelah sekian lama mengelilingi lantai pertama dari rumah tua ini, aku merasa bahwa tidak ada yang menakutkan dari rumah ini, hanya saja bangunannya yang sudah tua dan tak terurus yang menjadikannya sangat menakutkan. Aku melanjutkan langkahku untuk mengelilingi lantai dua rumah tua itu. Langkah demi langkah anak tangga perlahan aku lalui. Lampu yang terus berkedip seperti ada yang memainkannya membuat jantungku berdetak sangat kencang di setiap langkahku. Belum sampai di lantai dua, aku mendengar jeritan suara anak kecil dan tapak langkahnya seperti sedang berlari ketakutan. Aku terkejut ketika itu menuruni tangga yang aku lalui. Tiba-tiba ia berhenti di

hadapanku dengan tatapan tajam. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya mengeluarkan bau seperti bau bangkai yang telah lama membusuk yang nyaris membuat perutku berguncang. Rasa ingin mengeluarkan segalanya bagaikan gunung aktif yang ingin mengeluarkan lavanya. Dia tersenyum kepadaku dengan senyuman yang sangat lebar memenuhi pipinya. Seketika itu kakiku keram tak bisa melangkah seperti ada yang menahannya. Lalu anak itu menarik tanganku seperti mengisyaratkan bahwa ia menginginkan aku untuk mengikutinya. Tangannya sangat dingin bagaikan es yang baru keluar dari dalam kulkas. Walaupun aku takut, tetapi aku tak sanggup menahan hawa besar yang mendorongku untuk mrngikutinya. Aku mengikutinya dengan mata yang tertutup. Saat aku membuka mata, aku terkejut bahwa aku berada di suatu ruangan besar yang sangat mengerikan. Dindingnya pun dipenuhi oleh lumuran darah. Anak itu menghilang begitu saja tanpa jejak. Tiba-tiba dari setiap sudut dinding aku melihat bayangan-bayangan yang berjalan menuju ke arahku. Seperti ingin keluar dari dinding itu. Ditambah lagi dengan jeritan suara yang mengerikan dengan suara yang menusuk gendang telingaku. Dan benar saja, satu persatu keluar dari dinding itu. Aku sangat terkejut dan juga cemas dengan apa yang sedang terjadi padaku membuat keringat dinginku bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Mereka keluar dari dinding dengan bermacam ragam keadaan. Ada yang menyeret kakinya yang hancur sebagian, ada yang berjalan dengan normal namun kakinya patah sehingga membuat langkahnya terbata-bata, dan ada juga yang berjalan dengan sebelah badannya saja karena sebelahnya terpotong seperti telah dimutilasi. Semua wajah mereka hancur tak terlihat jelas jejak wajahnya sama sekali. Ternyata mereka adalah pemilik rumah tua ini yang dibunuh oleh seorang perampok bersenjata itu, sepertinya perampok itu sengaja menghancurkan wajah mereka agar tidak dapat dikenali oleh siapapun. Sekarang aku percaya dengan apa yang orang-orang katakan tentang rumah ini. Mereka mencoba mendekatiku dan menggapaiku dengan tangan mereka, dan mereka berhenti berteriak dan menjerit. Aku sangat takut dan mencoba berlari kearah pintu yang terbuka, namun saat sedikit lagi aku berhasil untuk keluar dari ruangan yang sangat menakutkan ini, tiba-tiba pintu itu tertutup sangat kencang dengan sendirinya. Ketika aku berbalik arah, tiba-tiba mereka dapat menggapaiku., lalu …. “bruukk” aku terjatuh dari tempat tidurku dan terperanjat. Rupanya itu hanyalah sebuah mimpi yang sangat mengerikan. Akhir-akhir ini, aku selalu bermimpi seperti itu

sehingga mebuat badanku jadi terasa lemas setelah bangun dari tidur. Karena aku selalu lupa untuk berdoa sebelum tidur. Namun, setelah aku membaca doa, mimpiku selalu menjadi indah.

PÉNGKOLAN CARUNGANGKANG Asep Anang Balik nguseup téh ampir jam satu peuting. Sanggeus tarapti, dius motor maju. Lebah péngkolan Carungangkang, hp disada. Panasaran nyisi heula, bisi aya nu penting. Nomerna teu wawuh. "Halooow..., saha?" Cikikik aya sora awéwé nyikikik, minangka walonan ti ditu. Éééh..., saha nu ngaheureuyan! "Sareng saha ieu?" Rada keuheul campur keueung, kukurayeun ku nyikikikna. Jempé tina hp taya sora. Bus, hp disakuan deui. Barang rék nyetarter motor..., na atuh...ari geleber téh tina tangkal hareupeun aya nu hiber. Manuk gedé pisan. Hiber bari ngaguik siga anjing kadempét. Duka manuk nanahaon, gedéna sarua jeung domba kukutan kuring. Yakin, lain manuk samanuk-manukna. Piraku manuk gedé-gedé teuing. Ras, inget caritaan Mang Pupung tadi saméméh mulang. Kadé euy, lebah Carungangkang mah, ulah luak-lieuk. Komo wani eureun heula mah. Inget ka dinya, buru-buru nyetarter motor, bari haté mah lelenyapan. Asa gep-asa gep manuk tadi ngarewod punduk. Kasebelan, motor teu daék hirup. Kapaksa distandarkeun heula, tuluy diselah. Angger teu hirup. Lauk dina koja gugurubugan. Cleng, aya lélé gedé luncat tina koja handapeun konci kontak. Reuwas campur bingung. Salila tadi nguseup, teu kungsi meunang lélé. Kabéhanana lauk emas. Ari ieu nu luncat tina koja bet aya lélé. Katempo lélé acleng-aclengan ka tengah jalan. Teu kanyahoan, ujug-ujug gapruk aya nu ngégél lélé. Tuluy dibawa kana rungkun. Teu pati sidik, teuing anjing teuing careuh, kawantu ngan sakilat pisan. Rungkun saliara motah oyag-oyagan. Sigana parebut ngahakan lélé. Kadéngé tingharereng silihgerem matak kukurayeun. Bari kokompodan, kuring maksakeun ingkah ti dinya. Ngagusur motor asa kacida beuratna. Rék digorolongkeun teu bisa, da jalanna nanjak. Bari dedegréh motor maju lalaunan. Barang tanggah nempo ka hareup, hate ngaranjug. Persis lebah tangkal kawung katuhueun jalan, aya jalma nangtung. Geus teg waé, yakin, lain jalma sajalma-jalmana. Piraku jalma bener mah aya di dinya. Jaba nyorangan deuih. Antukna bingung. Maju sieun, mundur sarua sieunna.

Lahaolla..., mending maju. Babacaan sabisa-bisa. Suku asa teu napak, haté lelenyapan, geus puguh jajantung mah ngaguruh bakat ku sieun. Persis hareupeun si éta, teu hayang ngarérét, komo wani nanya mah. Kuring ngungkug wé, nyurung motor. Paduli teuing disebut degig ku jurig mah. Tibatan nanya, hég dijawab sorana ngirung. Atawa ngarérét, nempo beungeut nu pikasieuneun. Piraku teu ngajehjer kuring di jajalaneun. Antukna salamet ogé. Geus liwat Carungangkang mah, motor hirup deui. Di lawang deukeut lembur, pasarandog jeung Mang Iyan sabatur-batur nu kagiliran ngaronda. "Balik nguseup, euy? Teu papanggihan di Carungangkang?" Cenah bari capcik ménta roko. "Henteu, moal wanieun barina gé ka kuring mah...!" Pok téh, teu hayang papanjangan nyaritakeun nu sabenerna.*

KANYAAH INDUNG Asep Anang Panangan ma Odoy uyup-ayap. ngarampaan sangu nu awur-awuran, lantaran di tamplokeun kana rarayna ku anakna nu ngaran Karsana. Ari Kasalahan ma Odoy teu sapira, pèdah manggorèngkeun sangu rada ka asin teuing. Meureun waktu nyokot uyah rada kalobaan. Kuduna mah Karsana tèh ngama'lum. Da puguh boga indung tèh panan teu ningali. Kalakuan Karsana kitu peta tèh lain kakara, tapi mindeng pisan. Utamana mun tas di paroyokan ku babaturan nana. Cenah indung si Karsana mah lolong. Mun tas di paroyokan ku baturna nya sasaran nana tèh ma Odoy, nu jadi indungna. Basana tèh, gara-gara ema lolong jadi baè batur maroyokan ka uing ma !?. Mun narima bèja ti anakna kitu tèh, Karsana ku ma Odah sok di upahan. "Deudeuh teuing bageur, kasèp, keun sing sabar, sing tawekal. Nupenting mah, urang teu di poyokan kunu Maha Kawasa. Engkè ogè ari tos baroseneun mah, bakal lirèn nyalira kasèp. Mangkadè hidep mah teu kènging kitu ka batur nya..!?. Da sadayana ogè kagungan Alloh. Urang mah, teu daya teu upaya. Anging ku pangersa mantena". Ceuk ma Odah bari ngusapan sirah Karsana. Di usapan ku indungna tèh, Karsana lain cicing. Tapi kalah ka babadug bari sesentak. "Padahal mun ema heula nu maot tèh, tong si bapa. Meureun uing moal boga indung lolong. Jeung moal dipoyokan ku batur". Ceuk si Karsana bari sukuna najong bilik imah tepi kajebolna. Lamun di carèkan ku Karsana, bari di sebut si lolong, ma Odoy ukur bisa ceurik sumerah kanu Maha Kawasa. Bari nyambat salakina nu tos teu aya dikieuna. "Kang hapunten budak urang tèh saè pisan geuning adatna tèh. Rupina ieu sadayana kalepatan abdi. Hapunten abdi tos lepat ngabantun kaputusan kang..!?". Ya Alloh.!?.

"Hapunten sagala rupi kaawonan pun anak. Mugi anjeun henteu maparin bebendon ka pun anak. Sareng mugi engkè di akhir teu ngaabotkeun ka abdi. Munguh anjeun nu langkung uninga Ya Raab.!?". Kitu gerentes hatè ma Odoy. Kitu geuning ari kangaranan indung ka anak, aya pari basa: Mun anak salah nyaah ku salahna, mun anak bener nyaah kubenerna. Kitu deui mun bangor nyaah ku bangorna, mun bageur ogè nyaah ku bageurna. Ka cindekan nana, ari kolot mah tetep sok luhur kandungan, laèr aisan kanu jadi anak tèh. Sanajan meunang ka nyeri ogè, samèmèh anak mènta di hampura, ari hampura tinu jadi indung mah, sok leuwih tiheula di bikeun.

Sakapeung ma Odoy sok ngalamun bari humandeuar.

"Deudeuh teuing kasèp anaking jimat awaking. Kajeun teuing kumaha ogè hidep tèh anak ema. Najan hidep salah peta, salah ucap, jeung salah tingkah ka ema. Baeu teu nanaon kasèp. Asal ulah ka batur. Da batur mah biheung daèk ngahampura. Malah boa kalah malik ngarogahala ka hidep".

"Jeung mèmang bener kitu kanyataan nana, mun ema tèh lolong. Ema rèla, ema ikhlas. Omongan hidep ku ema teu dipakè nyeri hatè. Da bongan dina waruga hidep aya darah jeung daging ema nu marengan". "Saban poè hidep, sok kedal ucap anu karasana matak peurih, tapi ku ema teu dianggap nyeri. Sumawona mun rèk pundung. Da pungguh dina balung hidep aya ci susu ema nu nyangkrung". Mungguh pangorbanan indung ka anak bujeng harta, dalah nyawa ogè pasti di korbankeun. Geus puguh waktu keur ngalahirkeun. Indung humaregung marebutkeun antara hirup jeung pati. Kesang lembut, kesang badag bijil ngagarajag kaluar tina salirana. Teras anjeuna sasambat kanu Maha Kawasa; Ya Alloh!?.

Enggal ka luarkeun anak abdi tina rahim abdi Gustiiii..!?. Anjeuna tèh nu baris nuluykeun turunan kulawarga abdi Ya Raab..!?. Tibatan anak abdi nu teu kaluar, langkung saè abdi nu paragat nyawa Ya Alloh..!?. Getih beureum lalambaran, nyebrot ka luar marengan borojolna budak ka alam dunya. Budak di rawu di pangku. Di bagèakeun ku kulawarga. Tapi nya kitu geuning, dimana budak geus nincak dèwasa, teu jarang aya nu bedang wangkelang, minculak baha ka indung jeung ka bapa. Poho kana purwa daksina. Teu inget pisan kana wiwitan. Saperti nu ka alaman ku ma Odoy ayeuna. Ma Odoy hirup di bumina ukur kadua budak nya èta nu ngaran Karsana tèa. Ari carogèna tos ngantunkeun waktu Karsana, umur lima sasih dina lebet kandungan. Saprak ditinggalkeun ku salakina ma Odoy, èstuning banting tulang usaha sabisa-bisa. Utamana sok nyieunan jalabria atawa gemblong. Terus di iderkeun bari bubureuyeungan gedè beuteung. Kitu pakasaban ma Odoy pikeun nyambung hirupna, jeung ngagedèkeun Karsana anakna, nu ngan samata wayang. Ngan nya kitu tèa geuning Karsana budak nu ngan ukur hiji tèh, lain bet ngaping bari ngabakti, tapi malah campelak basangkal teu hornat kanu jadi indung.

Tapi Alhamdulillah sanggeus Karsana sakola ka SMP mah, geus tara aya deui, nu moyokan. Kahiji geus darèwasa, atuh kaduana sakolana jauh ti lemburna. Tapi ari rasa èra ku babaturan mah, masih kènèh aya. Da èta baè mun babaturana aya nu hayang ulin ka imahna tèh, kumanèhna sok di carèk. Alèsanana manèhna teu cicing jeung indungna, tapi milu cicing jeung urut pembantu kolotna cènah. Karsana tèh ari di sakokana mah kacida dikenalna. Lantaran dina pelajaran mah, teu welèh jadi juara kelas baè. Lain baè ku murid lalaki, tapi ku murid awèwè ogè sarua. Malah rèa nu barogoheun ka Karsana tèh. Da pinter tèa. Kaluar ti SMA, karsana teu hèsè asup ka Perguruan Tinggi. Da manèhna mah, asupna ogè makè jalur prèstasi, bari meunang Bèa Siswa deuih.

Di kampus gancang di kenal da aktif di Organisasi Kampus. Ngan satiap babaturanana hayang ulin ka imahna, ku manèhna sok di tolak. Loba pisan mèrè alesan. Da èta ngarasa èra boga indung teu sarua jeung batur pèdah lolong tèa. Kacaturkeun Karsana kuliahna geus bèrès. Dina waktu rèk Wisuda, surat ondangan keur kolotna, kumanèhna teu di bikeun ka indungna. Tapi kalah di soèkeun. Da èta cenah mun indungna datang bakal èra ku batur. Atuh dina poèan di wisuda tèh Karsana mah, indit baè sorangan. Teu jiga baturna di anteur ku kolotna. Ngan ma Odoy meunang bèja ti batur, mun Karsana poè èta rèk di wisuda. Kadorong ku kabungah jeung rasa panasaran, ma Odoy rerencepan nuturkeun ka kampus. Sup ma Odoy ka ruangan tempat wisuda. Ma Odoy kacida bungahna waktu ngaran anakna di sebut. Teu karasa aya cai nu ngagenclang kaluar mapay kana pipina. Sanggeus acara wisuda bèrès, ma Odoy gura, giru ka luar ti heula da dina pikirna bisi kanyahoan ku Karsana, mun manèhna datang ka tempat wisuda. Kitu deui Karsana sanggeus bèrès acara wisuda mah, manèhna gancang balik. Datang ka imah indungna teu ka sampak di imah. Ceuk dina pikirna meureun keur ulin ka tatangga. Karsana gèk diuk, bari ngilikan poto manèhna keur di wisuda. Keur jongjon ningakian poto, di luar aya nu keketrok kana panto. Karsana gancang muka panto. Barang muka panto, Karsana kagèt. Mana horèng nu datang tèh dua urang anggota pulisi. Pulisi nanya ka Karsana. "Leres ieu bumina bu Odoy?". Ceuk èta pulisi. "Leres pa!?.". Tèmbal Karsana pinuh ku rasa kagèt. "Ma Odoy kacilakaan ..katabrak mobil, dipayuneun Kampus. Ayeuna layona aya di Rumah Sakit". Ceuk èta pulisi bari ngasongkeun kantong hideung ka Karsana. Karsana nampanan èta kantong. Ku manèhna kantong di buka, hayang negeskeun KTP, naha bener indungna atawa lain. Sanggeus di titènan beber KTP indungna. Di kantong katingali aya surat, anu kertasna geus robah warna bari lècèt. Bray èta surat ku Karsana di buka terus dibaca.

Manahorèng èta surat tèh, surat pernyataan ma Odoy waktu rèk ngadonorkeun kornèa matana ka hiji orok nu ngaran Karsana. Di balik surat aya tulisan, anu di tulis ku ma Odoy. "Deudeuh teuing hidep anak ema nu ngan hiji-hijina. Kunu Maha Kawasa hidep di takdirkeun gubrag ka alam dunya dina kaayaan teu ningali. Ema ikhlas, ema ridho. Ema seja mikeun panempo ema ka hidep. Ema seja nyèrènkeun kaèndahan alam dunya ka hidep". "Leuwih hadè ema nu teu ningali, tibatan hidep anu teu nempo èndahna dunya. Ema moal tèga mun ningali hidep rarampayakan bari di sebut budak lolong kubatur. Muga hidep apal..!?,ti mimiti poè ieu, ema ngambah alam nu poèk mongklèng buta rajin. Ema nu moal leungit ka deudeuh". Sanggeus maca èta surat. Karsana satengah lumpat muru Rumah Sakit. Datang ka Rumah Sakit. Karsana ngarontok ma Odoy. Karsana ceurik gogoakan, geus euweuh deui rasa ka èra. "Ema hapunten abdi, rumaos abdi salami ieu, tos ngaraheutan hatè ema. Manahorèng bèngrasna panon abdi tèh kagungan ema". Ya Alloh. !? "Hapunten abdi, mugi pun biang di hapunten sagala kahilapanana. Mugi pun biang kènging tempat anu mulya di sagèdèngeun anjeun". Karsana nyuh bari nyiuman sampèan ma Odoy, nu tos ngagolèr ngabalè bangkè. Hirupna ma Odoy, èstuning sagemblengna di tamplokeun keur anakna nu ngangaran Karsana. Najan ayeuna Karsana ceurik ngajerit maratan langit, ngocèak maratan jagat, hèlas geus taya deui hartina. Kaduhung teu bisa nulungan, rasa hanjakal teu bisa ngupahan. Nu aya rasa nyeri jeung peurih nu ngait meulit kana dirina. Cag**