Data Loading...

STEINER Flipbook PDF

STEINER


784 Views
294 Downloads
FLIP PDF 1.56MB

DOWNLOAD FLIP

REPORT DMCA

ANALISIS STEINER

 Cecil

C. Steiner mengemukakan penilaian berbagai bagian tengkorak secara terpisah, yaitu skeletal, dental, dan jaringan lunak.

ANALISIS STEINER  Analisis

skeletal  mengemukakan hubungan rahang atas dan bawah terhadap tengkorak.  Analisis dental  mengemukakan hubungan gigi insisif atas dan bawah terhadap masing-masing rahang.  Analisis jaringan lunak  mengemukakan rerata penilaian keseimbangan dan keharmonisan profil wajah bagian bawah.

Analisis skeletal Steiner memilih menggunakan basis kranial anterior (titik sela/ sela tursika ke titik nasion) sebagai garis referensi dalam analisisnya.

Analisis skeletal 1. Maksila  Posisi antero-posterior maksila terhadap kranium diukur dengan sudut SNA.  Sudut SNA  untuk menentukan apakah maksila protrusif atau retrusif terhadap basis kranial.  Rerata sudut SNA 82°; lebih besar 82° maksila protrusif; lebih kecil 82°  maksila retrusif.

2. Mandibula  Posisi antero-posterior mandibula terhadap basis kranium ditentukan dengan sudut SNB.  Sudut SNB  untuk mengetahui apakah mandibula protrusif atau retrusif terhadap basis kranial.  Rerata sudut SNB 80°; lebih kecil 80° mandibula retrusif; lebih besar 80°  mandibula prognatik.

3. Hubungan maksila dan mandibula  Posisi antero-posterior maksila dan mandibula diukur dengan sudut ANB.  Rerata sudut ANB 2°; jika lebih besar dari 2°  kecenderungan skeletal Kelas II; jika kurang dari 2° dan kurang dari 0° (-1°, -2°, -3°)  mandibula di depan maksila atau hubungan skeletal Kelas III.

4. Occlusal Plane  Dibuat melalui overlapping tonjol M1 dan P1.  Untuk mengetahui  letak gigi-gigi dalam oklusi terhadap wajah dan kranium.  Pada oklusi normal rerata sudut yang dibentuk antara bidang oklusal dan garis S-N sebesar 14°.

5. Mandibular Plane  Bidang mandibula digambar melalui gonion (Go) dan gnation (Gn).  Mandibular plane angle dibentuk oleh bidang mandibula dan garis S-N sebesar 32°.  Mandibular plane angle yang sangat besar atau kecil menunjukkan pola pertumbuhan yang tidak menguntungkan.

Analisis Dental 1. Maxillary Incisor Position  Letak dan inklinasi aksial gigi insisif atas ditentukan dengan menghubungkan gigi tsb ke garis N-A.  Gigi insisif atas thd garis N-A dibaca dalam derajat, menentukan hubungan angular gigi-gigi insisif atas  Sedangkan apabila dibaca dalam mm, memberikan informasi posisi gigi insisif lebih ke depan atau ke belakang dari garis N-A.

 Jarak

permukaan gigi insisif paling labial terhadap garis N-A sebesar 4 mm di depan garis N-A, dan inklinasi aksialnya membentuk sudut 22° dengan garis N-A.  Pembacaan sudut saja tidak cukup, demikian juga apabila hanya pembacaan jarak saja.  Maxillary Incisor Angle ini untuk mengetahui posisi insisif thd facial skeleton.

2. Mandibular Incisor Position  Letak gigi insisif bawah dalam arah anteroposterior dan angulasinya ditentukan dengan menghubungkan gigi tsb dengan garis N-B.  Pengukuran gigi insisif bawah thd garis N-B dalam mm menunjukkan posisi gigi di depan atau di belakang garis N-B.

 Pembacaan

gigi insisif sentral bawah thd garis N-B dalam derajat menentukan inklinasi aksial gigi tsb.  Titik paling labial gigi insisif sentral bawah terletak 4 mm di depan garis N-B, sedangkan inklinasi aksial gigi ini thd garis N-B sebesar 25°.

3. Interincisal Angle  Angulasi interinsisal berhubungan dengan posisi gigi insisif atas thd insisif bawah.  Rerata 130°, apabila lebih kecil 130° baik gigi atas maupun gigi bawah memerlukan uprighting, apabila lebih besar 130° gigi insisif bawah memerlukan protraksi atau koreksi inklinasi aksial.

4. Pogonion -NB  Oleh karena dagu berperan dalam menentukan profil wajah, maka area ini perlu dievaluasi. jarak antara pogonion thd garis N-B adalah 4 mm.  Selisih 2 mm dari pengukuran tsb masih dapat diterima, selisih 3 mm berarti kurang diinginkan tetapi masih dapat ditoleransi. Jika perbedaannya lebih dari 4 mm, maka perlu tindakan koreksi.

5. IMPA  Dibentuk Mandibular Plane dan garis incisal edge-apex gigi incisivus RB  Mean: 93  Sudut ini dibaca positif, apabila inklinasi gigi insisif RB ke arah depan terhadap basis gigi-geligi.

Analisis Jaringan Lunak  Analisis jaringan lunak merupakan dasar observasi visual yang dibuat pada pemeriksaan klinik pasien.  Analisis jaringan lunak meliputi penilaian adaptasi jaringan lunak thd profil tulang dengan pertimbangan ukuran, bentuk, dan postur bibir seperti terlihat pada gambaran sefalogram lateral.

 Referensi

Steiner (S-line) untuk menentukan keseimbangan wajah jaringan lunak yang sering digunakan oleh ortodontis.  Menurut Steiner, bibir dalam keseimbangan wajah yang baik, apabila menyentuh perpanjangan garis dari kontur jaringan lunak dagu ke pertengahan S (yang dibentuk oleh tepi bawah hidung). Garis ini disebut sebagai S-line.

Contoh kasus  Pasien wanita muda kulit putih dengan maloklusi seperti pada tracing sefalogram lateral.  SNA terbaca 88° (rerata normal 82°), menunjukkan maksila protrusif.  SNB terbaca 78° (rerata normal 80°), menunjukkan mandibula retrusif ringan.

 ANB

(selisih SNA dan SNB) terbaca 10° (rerata normal 2°), menunjukkan adanya displasia rahang arah antero-posterior berat, hal ini kemungkinan karena adanya maksila yang protrusif dan mandibula retrusif.  Posisi gigi insisif atas thd pola skeletal (4 mm dan 22°) baik, sehingga tidak memerlukan perubahan posisi.

 Inklinasi

gigi insisif bawah sangat ke depan (12 mm dan 45°). Idealnya, gigi ini di upright hingga posisi normal (4 mm dan 25°).  Sudut interincisal terbaca runcing (104°) terutama karena gigi insisif bawah protrusif berat.

 Pengukuran

Pogonion ke NB adalah 0 mm. Gigi insisif bawah yang tipping ke depan 12 mm, menunjukkan bahwa gigi insisif mempunyai keseimbangan yang buruk thd pola skeletal.

 S-line

menunjukkan bahwa bibir sangat protrusif.

TREATMENT PLANNING: Retraksi bodily gigi insisif atas dan tipping ke lingual gigi insisif bawah untuk mengurangi keprotrusifan bibir.